perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten bangkalan sebelum  dan sesudah pembangunan...

32
PERKEMBANGAN INDUSTRI DAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU Siti Hotijah Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya Abstrak Pembangunan jembatan Suramadu diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah Madura. Setelah jembatan Suramadu dioperasikan, belum ada penelitian mengenai perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Sehingga perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu yang perlu dianalisis lebih lanjut sebagai suatu kajian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1)mengetahui perkembangan industri Kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu (2)mengetahui perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan pembangunan jembatan Suramadu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan dalam penelitian mendeksripsikan tentang perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknis analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu, namun menurun pada tahun pertama setelah pengoperasian jembatan Suramadu. Di tahun berikutnya industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan. Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terus mengalami peningkatan, sebelum pengoperasian jembatan Suramadu maupun setelah pengoperasian Suramadu. Saran bagi pemilik industri untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang dalam memasarkan produk hasil industrinya. Bagi pemerintah Kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan Kata Kunci: pembangunan Suramadu, industri, pendapatan daerah. Abstract Construction of suramadu bridge is expected will be grow the economy of Madura. Suramadu is expected to grow the industry, which in turn can improve the welfare of society. However, after the Suramadu is operated, there has been no research on the development of industry and income Bangkalan district. So the 1

Upload: alim-sumarno

Post on 14-Aug-2015

877 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : SITI HOTIJAH, HENDRY CAHYONO, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

PERKEMBANGAN INDUSTRI DAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADUSiti HotijahProgram Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

AbstrakPembangunan jembatan Suramadu diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah Madura. Setelah jembatan Suramadu dioperasikan, belum ada penelitian mengenai perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Sehingga perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu yang perlu dianalisis lebih lanjut sebagai suatu kajian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1)mengetahui perkembangan industri Kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu (2)mengetahui perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan pembangunan jembatan Suramadu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan dalam penelitian mendeksripsikan tentang perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknis analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan Suramadu, namun menurun pada tahun pertama setelah pengoperasian jembatan Suramadu. Di tahun berikutnya industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan. Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terus mengalami peningkatan, sebelum pengoperasian jembatan Suramadu maupun setelah pengoperasian Suramadu. Saran bagi pemilik industri untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang dalam memasarkan produk hasil industrinya. Bagi pemerintah Kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan Kata Kunci: pembangunan Suramadu, industri, pendapatan daerah.

AbstractConstruction of suramadu bridge is expected will be grow the economy of Madura. Suramadu is expected to grow the industry, which in turn can improve the welfare of society. However, after the Suramadu is operated, there has been no research on the development of industry and income Bangkalan district. So the development of the industry and regional revenue Bangkalan before and after the construction of the longest bridge needs to be analyzed further as a study. The purpose of this study was to: (1) to know the development of industry of Bangkalan before and after construction of Suramadu (2) to know the development of the regional revenue of Bangkalan before and after construction of Suramadu. This research is a descriptive study, with a quantitative approach. The design of the study is describe industrial development and regional revenue. Data collection techniques in the form of documentation. Technical data analysis using descriptive analysis. The results showed that the development of small scale industries in the district. Bangkalan generally increased each year prior to the operation of Suramadu, but dropped about 50% in the first year after the operation of the bridge. In subsequent years a small industry in Bangkalan again increased by 3 to 4 percent. Bangkalan district revenues continue to increase, before and after operation of Suramadu. The percentage increase was not much different that is about 5 percent annually. Advice for owners of industry to further innovate and to work together with seller in marketing the products of the industry. For the government of Bangkalan, suggested issuing appropriate policies in support of investment in Bangkalan. Keywords: Growth of industri, regional revenue, construction of Suramadu.

1

Infrastruktur

merupakan

driving

force

dengan kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan juga terkait dengan proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau region. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan indikasi bahwa wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur lebih baik biasanya mempunyai tingkat kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan serta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula (Departemen Pekerjaan Umum dalam Sudaryadi, 2007). Hal ini terlihat di wilayah propinsi Jawa Timur, khususnya untuk daerah Surabaya dan Madura. Surabaya sebagai ibukota propinsi menjadi kota yang memiliki tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena ditunjang infrastruktur yang baik. Berkebalikan dengan wilayah Madura yang kesejahteraan dan pertumbuhan ekonominya lebih rendah. Secara georafis wilayah Madura terpisah dengan wilayah Surabaya sehingga infrastruktur pun kurang begitu memadai. Persoalan lain yang terjadi di wilayah Jawa Timur khususnya Surabaya dan Madura adalah disparitas (kesenjangan) ekonomi wilayah, yang paling kentara adalah Sebagai antara pintu wilayah gerbang Gerbangkertasusila.

(tenaga penggerak) dalam pertumbuhan ekonomi. Perannya dalam mengembangkan sebuah wilayah tentu tak ada yang meragukannya lagi. Perkembangan kapasitas infrastruktur di suatu wilayah berjalan seiring dengan perkembangan output ekonomi. Sebuah pernyataan yang dilansir oleh World Bank bahkan berani menyatakan bahwa secara average peningkatan stok infrastruktur sebesar 1persen akan berasosiasi dengan peningkatan PDB sebesar 1persen pula. Sebuah pernyataan yang menjanjikan sekaligus menantang semua negara untuk menindaklanjutinya dengan meningkatkan pasokan infrastrukturnya (Setiawan, 2010). Hal Ini berarti pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan, yakni hal yang dapat mempercepat terjadinya pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat memberikan pengaruh pada peningkatan akses masyarakat terhadap sumber daya sehingga meningkatkan akses produktivitas sumber daya yang pada hakikatnya mendorong pertumbuhan ekonomi (Winoto dan Hermanto, 2006). Mustajab dalam dalam Setiawan di (2010) Indonesia. melakukan penelitian mengenai peran infrastruktur pertumbuhan ekonomi Penelitian tersebut temuan yang menggunakan data nasional dimana pengembangan pada

Indonesia Timur, Jawa Timur juga berperan besar dalam meningkatkan laju industri dan perdagangan. Maka, jalur transportasi berperan penting pula dalam perindustrian dan peningkatan ekonomi wilayah. Jawa Timur memiliki beberapa pulau kecil yang salah satunya pada sisi timur terdapat pulau Madura yang letaknya berdekatan dengan Surabaya. Pulau Madura yang juga merupakan bagian dari propinsi Jawa Timur mengalami kondisi yang kurang berkembang secara ekonomi. Laju

tahun 2000-2007. Kesimpulannya menunjukkan positif infrastruktur memberikan kontribusi

pertumbuhan ekonomi nasional. Infrastruktur atau prasarana dan sarana fisik disamping memiliki keterkaitan yang sangat kuat

2

pertumbuhan ekonomi lambat dan pendapatan perkapita tertinggal, bertolak belakang dengan wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Madura. Sebagai bagian dari pengembangan wilayah Gerbangkertasusila, Madura, khususnya kabupaten Bangkalan akan dijadikan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Timur. Bangkalan akan berperan penting dalam mendukung perkembangan bahwa tingkat sektor industri, antar perdagangan, wilayah di pertanian, dan pariwisata. Realita menunjukkan, pendapatan Gerbangkertasusila mempunyai perbedaan yang cukup signifikan diukur dari tingkat pendapatan perkapita penduduknya (Isnaningsih, 2010).kota Surabaya (sebagai growth center), kota Sidoarjo (sub pusat aktivitas Surabaya) dan kota Mojokerto (dilalui DAS Brantas) ke pulau Madura. Peran lainnya sebagai prasarana pendukung, sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian. Peningkatan tersebut karena tumbuhnya industri yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Madura (Penataan Ruang Wilayah Pengembangan Jembatan Jawa Madura). Industri menjadi salah satu sektor yang akan dikembangkan untuk pemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Madura. Perkembangan industri ini diharapkan menjadi pengungkit bagi perekonomian Madura, Bangkalan khususnya. Selain itu meningkatnya sektor industri diharapkan berjalan searah dengan kemandirian masyarakat yang kemudian akan berdampak positif terhadap pendapatan daerah. Berdasarkan tabel 1.2, industri di Bangkalan perkembangan industri di kabupaten Bangkalan memang mengalami naik turun. Pada awal perencanaan pembangunan Suramadu industri

sempat mengalami sedikit penurunan. Kemudian, beranjak naik ketika pembangunan Suramadu dimulai hingga pembangunannya hampir rampung. Namun ketika jembatan Suramadu dioperasikan untuk pertama kali yakni pada tahun 2009, industri di kabupaten Bangkalan justru menurun drastis hingga hanya separoh atau bahkan seperempatnya saja. Penyebab penurunan industri ini kemungkinan adalah bangkrutnya pengusaha mobil pengangkutan umum (MPU) di Madura termasuk Bangkalan karena industri banyak jasa orang beralih menggunakn Madura. Maret akan kendaraan pribadi, serta menurunnya kegiatan penyebrangan selat 24 (anandatridy.wordpress.com/diakses: pembangunan memberikan infrastruktur pengaruh

2012). Sudaryadi (2007) menyebutkan bahwa transportasi pada terakselerasinya

kegiatan sektor industri. Hal ini berarti bahwa pembangunan infrastruktur harusnya membawa pengaruh positif terhadap perkembangan industri bukan malah sebaliknya. Senada dengan hal tersebut, perkembangan industri seharusnya berdampak searah terhadap pendapatan (Sari, 2010), yakni bila perkembangan industri terjadi di meningkat Bangkalan. maka pendapatan di juga meningkat, namun berbanding terbalik dengan yang Industri Bangkalan mengalami kenaikan selama tahun 2002-2008, kemudian mengalami penurunan pada tahun 20092010 (seteleh pembangunan jembatan Suramadu), namun pendapatan daerah yang dilihat dari PDRBnya justru terus meningkat selama tahun 2002 hingga 2010. Di tahun 2002 PDRB Bangkalan hanya sekitar 2 triliyun rupiah, merangkak naik sedikit demi sedikit hingga menjadi sekitar 2,5 triliyun rupiah di tahun 2004 dan menjadi sekitar 3,5 triliyun rupiah ditahun 2010. Data tersebut

3

menunjukkan

bahwa

kabupaten

Bangkalan

dari tahun ke tahun, sebelum maupun sesudah pengopersian jembatan Suramadu.

mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik

Tabel 1.1 Jumlah Perusahaan Industri 2002-2010 Industri Besar Sedang (Unit) 9 9 27 45 60 60 62 29 33 Industri Kecil (Unit) 395 336 388 419 435 458 458 228 235 Industri Rumah Tangga (Unit) 16.394 16.394 16.501 16.511 16.511 16.511 16.514 4.321 4.338

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka Kebijakan pembangunan Indonesia. berpengaruh besar Hal mengembangkan pengalokasian yang dilakukan yang pembiayaan pemerintah dapat kemudian pemerataan di Kabupaten kabupaten Sebelum Dan Sesudah Pembangunan Jembatan Suramadu. Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil pokok permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimanakah perkembangan industri kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangaunan kabupaten jembatan Suramadu? dan (2) Bagaimanakah perkembangan pendapatan daerah Bangkalan sebelum sesudah pembangaunan jembatan Suramadu? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan industri serta pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. pembangunan jembatan Suramadu adalah strategi tersebut industri diharapkan

positif

terhadap industri

pendapatan di Jawa Timur. Sedangkan seberapa perkembangan dan Bangkalan pendapatan daerah

Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu yang perlu dianalisis lebih lanjut sebagai suatu kajian. Penulis melakukan penelitian dengan judul Perkembangan Industri Dan Pendapatan Daerah Kabupaten Bangkalan

4

Pembangunan ekonomi juga ditunjukkan dengan Pengertian Pembangunan Ekonomi Pembangunan Ekonomi merupakan salah satu upaya yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran berkapita masyarakat jangka dalam panjang. negara Untuk yang itu ditandai dengan adanya peningkatan pendapat dalam diperlukan serangkaian upaya agar pembangunan tersebut berjalan dengan baik. Pembangunan ekonomi tidak sekedar pertumbuhan ekonomi. Pembangunan berarti adanya pertumbuhan dan perubahan. Dengan demikian terdapat pengertian atau dimensi yang mendasar serta lebih luas dalam proses pembangunan yang merupakan peningkatan lanjutan satu dari pertumbuhan atau perekonomian. Adanya proses Tujuan Pembangunan Ekonomi Proses pembangunan memiliki tiga tujuan inti yakni dapat meningkatan ketersediaan atau adanya peningkatan kuantitas barang kebutuhan pokok, serta perluasan distribusi standart berbagai hidup barang tersebut, dan meningkatan memperluas masyarakat, adanya perubahan dari struktur kegiatan produksi serta tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa. Hal inilah yang mendasari teori perubahan struktural. Lebih jauh lagi, pembangunan ekonomi harus mampu mengurangi sering kita atau sebut menghapus kemiskinan, ketidakmerataan dan pengangguran, definisi ini sebagai redistribution from growth (Todaro dan Smith, 2005:22).

pembangunan ekonomi juga dapat ditunjukkan dari meningkatnya kinerja faktor produksi dan teknik produksi yang lebih baik. Juga dapat ditunjukkan dari pembangunan kelembagaan serta perubahan pemikiran 2010:11). Pembangunan ekonomi juga tidak hanya upaya penggabungan sejumlah industri, tetapi merupakan modernitas ekonomi, serta rasional yang pencapaian secara penguasaan sistem sejumlah nilai-nilai mencakup dan nilai kelembagaan (Arsyad,

pilihan-pilihan ekonomis dan sosial

bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Todaro dan Smith, 2006 : 28-29). Teori Pembangunan Ekonomi Menurut Arsyad (2010:54) teori pembanguanan ekonomi dikelompokkan dalam 2 madzhab, yakni: (1) Madzhab Historis, madzhab Historis melihat pembangunan ekonomi berdasarkan pengalaman sejarah tentang tahap-tahap perkembangan ekonomi suatu negara. (2) Madzhab Analitis, yang terdiri dari teori Klasik, teori Neoklasik, teori Keynesian, dan teori Schumpeter. Tokoh teori klasik diantaranya Adam Smith dan David Ricardo. Smith membedakan dua aspek utama pertumbuhan ekonomi, yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan

ideal yang ilmu

peningkatan produktivitas, keseimbangan sosialpengetahuan yang lebih lebih modern, perbaikan kelembagaan dan mental, adanya koordinasi yang dalam harus merumuskan ukuran-ukuran dilembagakan di negara tradisional, sebagai pembangunan gejala terjadinya

kebijakan, yang semua itu merupakan hal-hal segera berkembang. Secara ekonomi diartikan

peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) dan atau peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB).

5

menurut Ricardo merupakan perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Menurut teori Neoklasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada pertambahan penyediaan faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan pada anggapan yang mendasari teori klasik yakni sampai dimana perekonomian akan berkembang bergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi modal dan kemajuan teknologi. Selanjutnya menurut teori ini, rasio modal output (capital-output ratio =COR) bisa berubah. Maksudnya, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda sesuai dengan yang dibutuhkan. Teori ini menyebutkan bahwa suatu perekonomian mempinyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasimodal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu (Arsyad, 2010: 88). Teori Keynesian adalah teori ketiga dalam madzhab Analitis. Pada tahun 1947, Evsey Domar dan R.F. Harrod yang merupakan tokoh ekonomi keynesian mengungkapkan mengenai pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi. Teori Harrod-Domar (dalam, Arsyad, 2010:82) mempunyai beberapa asumsi yakni: (1)Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barangbarang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. (2)Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. nasional. (3)Besarnya tabungan untuk masyarakat menabung adalah proporsional dengan besarnya pendapatan (4)Kecenderungan (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap,

demikian juga ratio antara modal-output (capitaloutput ratio = COR) dan rasio pertambahan modaloutput (increamental capital-output ratio =ICOR). Inti dari teori Harrod-Domar ini adalah setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal (gedunggedung, peralatan, material) yang rusak. Namun, untuk menumbuhkan perekonomian tersebut diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok tambahan modal. Jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin besar investasi, maka perekonomian akan lebih cepat tumbuh. Tetapi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang nyata sebenarnya tergantung pada produktivitas dari investasi. Produktivitas yang dimaksud adalah berapa 2010:83). Schumpeter berpendapat bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun menurutnya dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami stagnansi. Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yng disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi (perbaikan teknologi) para wiraswasta (entrepreneur). Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Adanya lingkungan yang menunjang kreativitas akan banyak tambahan investasi (Arsyad,

6

menimbulkan

beberapa

wiraswasta

perontis

yang ada, dan dalam pembangunan tak seimbang akan timbul kemacetan/gangguan yang justru menjadi pendorong bagi proses pembangunan berikutnya. Menurut Hirschman, dalam proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu tertentu, maka akan tampak bahwa berbagai sektor ekonomi telah mengalami perkembangan tetapi dengan laju yang berbeda. Perkembangan sektor pemimpin (leading sektor rangsangan sektor) akan meransang pula perkembangan memberikan lainnya. bagi Begitu

(pioneer) yang mecoba menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi (Arsyad, 2010:95). Strategi Pembangunan Ekonomi Strategi pembangunan ekonomi dibedakan menjadi 2 macam, yakni strategi pembangunan seimbang dan tidak seimbang. Pembangunan seimbang dapat diartikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu, pembangunan seimbang juga dapat diartikan sebagai pembangunan di berbagai sektor (Arsyad, 2010:129). Tujuan dari strategi ini adalah menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hembatanhambatan dalam memperoleh faktor produksi. Faktor produksi yang dimaksud adalah bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi dn fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar. Tujuan yang laian adalah untuk memperoleh pasar untuk barang-barang Dapat yang juga sehingga telah dan akan tujuan proses diproduksi. program diartikan, sepanjang

perkembangan di suatu industri tertentu akan perkembangan industri-industri lain yang erat keterkaitannya dengan industri tersebut (Sukirno, 2010:228). Pembangunan tidak seimbang bisa dilakukan antara sektor prasarana dan sektor produktif, dan bisa juga dilakukan dalam satu sektor yakni produktif saja. Dalam pembangunan tidak seimbang antara sektor prasarana dan sektor produkstif dijelaskan bahwa urutan pembangunan ini akan menjamin terciptanya pembangunan selanjutnya yang maksimum. Jika prasarana dikembangkan terlebih dahulu, maka sektor produktif dapat dikembangkan dengan biaya yang lebih rendah. Hal tersebut berarti kebijakan tersebut mendorong pertumbuhan sektor produktif. Begitupun sebaliknya, jika sektor produktif dikembangkan terlebih dahulu, maka akan terjadi kekuranga prasarana sehingga nantinya akan menimbulkan menciptakan dorongan bagi pengembangan sektor prasarana. Cara pendekatan tersebut keadaan yang akan mendorong pembangunan ekonomi selanjutnya (Sukirno, 2010:293). Sedangkan pembangunan tak seimbang dalam sektor produktif tercipta sebagai akibat dari adanya pemberian dorongan antara berbagai industri dalam

pembangunan seimbang adalah untuk mengatur investasi pembangunan tidak akan timbul masalah yang bersumber dari penawaran dan permintaan (Sukirno, 2010:274). Konsep pembangunan tidak seimbang

dikenalkan oleh pakar ekonomi bernama Albert O. Hirschman. Dasar pertimbangannya adalah bahwa menurut pengalaman tak sejarah pembangunan untuk ekonomi yang ada berjalan dengan tidak seimbang, pembangunan seimbang bertujuan mempertinggi efisiensi pemakaian sumber daya

7

menyediakan

barang-barang

yang

digunakan

mengadopsi

prinsip-prinsip

kapitalisme

dalam

sebagai bahan baku dalam industri. Mekanisme pendorong pembangunan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengaruh keterkaitan ke belakang (backward linkage effect) yakni ada rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri-industri yang menyediakan input (bahan baku) bagi industri dan pengaruh keterkaitan ke depan ( forward linkage effect) yakni ada rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri-industri yang menggunakan produk industri yang pertama sebagai bahan baku mereka (Arsyad, 2010:145).

praktik (Arsyad, 2010:318). Dualisme teknologi ini berarti adanya

perbedaan teknologi antara sektor modern yang bersifat labour saving (menghemat tenaga kerja) dengan sektor tradisional yang bersifat labour intensive (padat karya). Dengan kata lain, dualisme teknologi adalah keadaan di mana kegiatan ekonomi tertentu menggunakan teknik produksi dan organisasi produksi yang modern yang sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya (Arsyad, 2010: 321). Dualisme finansial merupakan dualisme yang terjadi antara pasar uang formal seperti bank dan lembaga keuangan bukan bank dan pasar uang informal seperti rentenir, pedagang perantara, lumbung desa, dan lain-lain (Kuncoro, 2010:249). Dualisme yang terjadi dalam pembangunan jelas akan mempengaruhi pembangunan itu sendiri. Berbagai macam dualisme diatas dapat menghambat tercapainya tujuan pembangunan, menimbulkan akibat buruk bukan terhadap laju pembangunan namun terhadap keharmonisan proses pembangunan (Arsyad, 2010:327). Sasaran pembangunan dari antar pengurangan wilayah ketimpangan pertama,

Dualisme Dalam Pembangunan Dualisme pembangunan muncul sejak masa kolonial hingga pasca kolonial. Banyak teori dualisme sosial, pembangunan yang berkembang, diantaranya dualisme versi Arthur Lewis, dualisme dualisme teknologi, dualisme keuangan, dualisme industri dan segmentasi pasar di Indonesia. Dualisme pembangunan Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara desa dan kota, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi diantara dua tempat tersebut (Kuncoro, 2010: 243). Dualisme sosial menurut Booke adalah bentroknya sistem sosial yang diimpor dengan sistem sosial asli yang jenisnya berbeda. Bentuk yang paling sering diketemukan pada dualisme sosial adalah sistem kapitalisme barat yang diimpor melakukan penetrasi ke dalam masyarakat agraris kapitalis, dan sistem sosial yang asli tetap dapat bertahan dan tidak dapat

adalah

terwujudnya percepatan pembangunan, artinya cepat tumbuhnya pembangunan ditempat-tempat strategis, kawasan tertinggal, kawasan agropolitan, termasuk wilayah perbatasan dengan daerah lain dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang terintergrasi dan sinergis. Kedua, terwujudnya keseimbangan Pertumbuhan pembangunan pertumbuhan pembangunan perkotaan pembangunan. antar haruslah kota dan

kecamatan secara hierarkis dalam suatu sistem berjalan

8

seimbang. agropolitan. pendorong wilayah

Ketiga,

terwujudnya

percepatan ini sistem

keberhasilan

pembangunan

suatu

bangsa.

pembangunan kota-kota kecamatan dan kawasan Percepatan pembangunan pengembangan pembangunan dalam suatu diharapakan dapat menjadi motor penggerak atau ekonomi. Keempat,

Perananya sebagai penggerak sektor perekonomian akan mampu menjadi pendorong berkembangnya sektor-sektor terkait sebagai multiplier dan pada akhirnya akan menciptakan lapangan usaha baru dan memberikan output hasil produksi sebagai input untuk konsumsi. Di samping itu, selain berperan sebagai pendorong berkembangnya sektor-sektor perekonomian, sektor infrastruktur pun memberikan kontribusi walaupun yang cukup besar terhadap PDB, jika dibandingkan dengan sektor

terkendalinya pertumbuhan kota-kota kecamatan. Terakhir, terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi antara wilayah perkotaan dan perdesaan yang saling menguntungkan 2010:261). Dualisme yang terjadi dalam pembangunan jelas akan mempengaruhi pembangunan itu sendiri. Berbagai macam dualisme diatas dapat menghambat tercapainya tujuan pembangunan, menimbulkan akibat buruk bukan terhadap laju pembangunan namun terhadap Pada keharmonisan prinsipnya realitanya Adanya proses pembangunan. masyarakat, penduduk di pembangunan pembangunan dalam (Bapennas dalam Kuncoro,

pertanian, industri tanpa migas, dan perdagangan, hotel, dan restoran (Bapennas, 2008). Inftrastruktur memiliki peranan positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Peranan dalam jangka pendek yakni menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi, jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. Infrastruktur menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas investor dalam dan luar negeri. Menyadari pentingnya infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, para pakar infrastruktur sepakat bahwa dalam mendorong pembangunan infrastruktur. Pemerintah sebagai pemain utama dalam sektor infrastruktur selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan

bertujuan untuk meningkatan kesejahteraan seluruh namun NSB. seringkali hanya dinikmati oleh segolongan kecil dualisme pembangunan juga memperlebar jurang tingkat pendapatan antara golongan kaya dan miskin. Pembangunan yang belum sangggup menciptakan ksempatan pertambahan 2010:327). kerja tenaga yang kerja, seimbang sehingga dengan tingkat

penganguran menjadi semakin buruk (Arsyad,

Kontribusi

Sektor

Infrastruktur

Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang akan menentukan

infrastruktur. Pemerintah juga memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional, sehingga infrastruktur dapat dibenahi baik secara kuantitas maupun kualitas. Pembangunan

9

infrastruktur juga sepatutnya melibatkan pihak swasta dan masyarakat demi tercapainya pembangunan 2013). berkesinambungan

kata lain, pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik (Arsyad, 2010 : 442). Peranan industri sebagai sektor pemimpin

(abdulhamid.file.wordpress.com/diakses: 21 Januari

Industri Pengertian industri dalam arti luas adalah semua kegiatan manusia memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan mentransformasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih bernilai tinggi (Partomo dalam Susanti, 2011). Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, menurut Badan Pusat Statistik (dalam Sari,2010) terbagi menjadi 4 macam, yakni: (1) industri rumah tangga, (2) industri kecil, (3) industri sedang atau industri menengah, (4) industri besar. Sedangakan, Departemen Perindustrian (dalam Susanti,2011) mengelompokkan industri menjadi tiga kelompok besar, yakni: (1) industri dasar, (2) industri kecil, dan (3) industri hilir. Peran industri dalam perekonomian adalah merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik (Arsyad, 2010 : 442). Konsep pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi karena seringkali pengertiannya dianggap sama. Pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam dua pengertian sekaligus, yakni tingkat hidup yang lebih maju dan taraf hidup yang lebih berkualitas. Dengan10

(leading sektor) sudah sering kita dengar. Yang dimaksud dengan leading sektor ini adalah dan akan dan pembangunan pertanian akhirnya dan akan industri jasa, dapat sehingga memacu nantinya pendapatan

mengangkat pembangunan sektor yang lain seperti menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada meningkatkan permintaan masyarakat. Kenaikan tersebutlah yang menunjukkan bahwa perekonomian sedang tumbuh (Arsyad, 2010:443). Tolok ukur yang terpenting dari peranan industri terhadap perekonomian antara lain: sumbangan sektor industri manufactur (pengolahan) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri dan sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan jasa (Arsyad, 2010 : 443).

Industri Kecil Industri kecil adalah merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang siap konsumsi melalui proses produksi tertentu dengan memberdayakan pekerja dalam jumlah kecil (1-4 orang) dan teknologi dan sederhana. Menurut Soemarni dan Sorprianto dalam Sari (2010), industri kecil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) usaha atau industri pada umumya dikelola atau dipimpin oleh pemiliknya sendiri, (2) struktur organisasinya

sederhana dan masih banyak perangkapan tugas pada seseorang, (3) prosentase kegagalan relative tinggi. Industri kecil memiliki peranan tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Krisis yang terjadi tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan / posisi pelaku sektor ekonomi berubah sedangkan industriindustri besar bahkan perbankan terpuruk. Namun, berbeda dengan industri kecil yang tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah. Saat kriris global terjadi industri kecil hadir sebagai solusi dari sistem perekonomian yang sehat, yang sama sekali tidak terkena dampak krisis yang malanda dunia tersebut. Industri kecil jelas dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada (Arsyad, 2010:443). Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia industri kecil selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan industri / usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Keberadaan usaha kecil di Indonesia mewakili hampir seluruh unit usaha di berbagai sektor ekonomi yang hidup dalam perekonomian. menempati Industri kecil dan menengah karena posisi sangat strategis

juga masih memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan nilai tambah. Usaha kecil menengah yang notabene merupakan bagian dari industri kecil merupakan usaha yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. UKM mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekaligus distribusi pendapatan yang merata, sesuai dengan karakteristiknya bersifat padat tenaga kerja dengan keterampilan sedang, berbasis sumber daya lokal, menggunakan teknologi tepat guna dan bersifat fleksibel. Kalau saja strategi dan pilihan pengembangan industri pengolahan skala besar bersinergi dengan UKM, kinerja perekonomian Indonesia mungkin tidak akan terpuruk begitu dalam krisis ekonomi melanda (Tambunan dan Bakce, 2010 : 87).

Pendapatan Regional Pendapatan regional didefinisikan sebagai tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis (Tarigan, 2005:13). Beberapa konsep dan definisi yang biasa digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional (Tarigan, 2005), diantaranya adalah: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar, yakni jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, (2) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar, adalah pengurangan PDRB atas dasar harga pasar dengan penyusutan (3) Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor, PDRN atas dasar biaya faktor diperoleh dengan mengurangkan PDRN atas dasar harga pasar

penyumbang lebih dari 88% penyerapan tenaga kerja. Posisi yang sangat penting untuk menjamin stabilitas makro (Sari, 2010) Selanjutnya dari aspek pembentukan PDB, industri kecil masih memberikan kontribusi yang lebih besar dibanding industri besar. Industri kecil

11

dengan pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. (4) Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku adalah pendapatan regional yang di dalamnya masih terkandung unsur inflasi, sedangkan dihilangkan pendapatan unsure regional inflasinya yang telah merupakan

Tengah dengan menggunakan simulasi SNSE Jawa Tengah 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jalur jalan lintas selatan (JJLS) memberikan dampak bagi peningkatan output yang relative lebih besar industri bagi sektor produksi kecuali pertambangan, pengolahan

makanan, listrik, gas dan air minum serta pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, industri makanan. Serta terjadi peningkatan pendapatan yang relative besar bagi rumah tangga menengahatas dan rumah tangga perkotaan.

pendapatan regional atas dasar harga konstan.

Penelitian Yang Relevan Penelitian oleh Tri Bastuti dan Rudi Sunarja Rivai mengenai Dampak Pembangunan Prasarana Transportasi terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan. penelitian Metode kualitatif yang digunakan deskriptif adalah dengan

Berdasarkan suatu asumsi variabel yang berperan dalam perkembangan industri dan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan adalah pembangunan infrastruktur berupa jembatan Suramadu. Maka dapat disusun kerangka berpikir sebagaimana di bawah ini: Pembangunan ekonomi Jawa Timur membutuhkan infrastruktur yang memadai Harrod-Domar (1947), Todaro dan Smith (2006)

membandingkan keadaan sebelum dan sesudah kegiatan dilakukan (pembangunan P2D). Teknik pengumpulan data dengan wawancara terstruktur. Analisis data menggunakan deskriptif dengan menggunakan indeks harga table-tabel konsumen. analisis, Hasil sedangkan penelitian analisis pengaruh inflasi menggunakan deflator menyebutkan bahwa dengan adanya pembangunan prasarana transportasi bedampak pada mobilitas manurun. masyarakat meningkat, waktu tempuh dan biaya transportasi ke beberapa fasilitas Kesempatan kerja semakin banyak dan pemasaran hasil pertanian maupun hasil industri semakin mudah. Penelitian tang dilakukan oleh Sudaryadi pada tahun 2007, tentang Dampak Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan terhadap Output Sektor Produksi dan Pendapatan Rumah Tangga Jawa

Pembangunan infrastruktur jembatan Suramadu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Madura Sudaryadi (2007), Setiawan (2010)

Meningkatkan perkembangan industri Bangkalan

Meningkatkan pendapatan daerah Bangkalan

Dari kerangka berpikir diatas dapat dilihat bahwa Jawa Timur sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki daerah yang membutuhkan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan12

pertumbuhan

ekonomi

dan

melaksanakan

daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Populasi dalam penelitian ini adalah total industri kecil, total tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil dan total volume industri kecil di kabupaten Bangkalan serta total pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah: (1) perkembangan industri Kabupaten Bangkalan dengan indikator jumlah perusahaan industri kecil, jumlah nilai produski industri kecil dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil di Kabupaten Bangkalan tahun 2002-2010, (2) pendapatan daerah kabupaten

pemerataan pendapatan antara daerah Surabaya dan Madura. Pembangunan ekonomi dilakukan dengan membangun jembatan Suramadu. Pembangunan jembatan Madura, Suramadu khususnya ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan kabupaten Bangkalan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat dari peningkatan industri serta pendapatan daerah kabupaten Bangkalan.

METODE Jenis deskriptif. penelitian Penelitian ini ini adalah penelitian untuk dimaksudkan

Bangkalan tahun 2002-2010. Pengumpulan data menguunakan metode dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengumpulan data statistik berupa angka mengenai industri, yakni jumlah perusahaan industri, jumlah tenaga kerja yang berkerja di perusahaan industri serta nilai produksi industry kabupaten Bangkalan, juga perkembangan pendapatan daerah kabupetan Bangkalan yang diketahui melalui PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 sejak tahun 2002 hingga 2010. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan yang akan diteliti yaitu memaparkan perkembangan industri kabupaten Bangkalan dan perkembangan pendapatan daerah kabuparen Bangkalan sebelum dan setelah dibangunnya jembatan Suramadu. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Data Perkembangan Industri Kecil di kabupaten Bangkalan

menggambarkan perkembangan industri dengan indikator jumlah industri kecil, jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri kecil dan nilai produksi yang dihasilkan oleh industri kecil di kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah serta kabupaten pembangunan menggambarkan jembatan pendapatan Suramadu daerah

Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu. Sedangkan menurut pendekatannya penulis menggunakan mengetahui kabupaten mengetahui kabupaten pendekatan perkembangan Bangkalan kuantitatif industri dan untuk di sesudah daerah sesudah ini industri sesudah kecil

sebelum

pembangunan jembatan Suramadu serta untuk perkembangan Bangkalan pendapatan dan sebelum

pembangunan jembatan Suramadu. Rancangan mendeskripsikan: kabupaten dalam (1) penelitian dan perkembangan sebelum

Bangkalan

pembangunan jembatan Suramadu, (2) pendapatan

13

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan industri kecil sebagai penggambaran perkembangan industri secara keseluruhan di kabupaten Bangkalan. Perkembangan industri kabupaten Bangkalan mengalami naik turun dari tahun 2002 hingga 2010

atau sebelum pengoperasian jembatan Suramadu dan setelah pengoperasian jembatan Suramadu, baik jumlah perusahaan, jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan maupun nilai produksinya.

Tabel 4.3 Data Jumlah Industri Kecil, Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Produksinya serta Jumlah Pendapatan Daerah Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Perusahaan 395 336 388 419 435 458 458 228 235 Jumlah Tenaga Kerja 2779 3072 3303 3505 3620 3735 3784 1770 1847 Nilai produksi (Rupiah) 147.622.022,00 228.309.744,00 232.590.211,90 236.649.711,90 267.044.194,90 282.544.194,90 1.637.000.000,00 1.389.427.388,00 1.106.272.617,00

Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka Dalam kurun waktu 2003 sampai dengan 2007, jumlah industri kecil di kabupaten Bangkalan meningkat. Persentase peningkatan tiap tahunnya berbeda-beda, namun bila dirata-rata peningkatan dari tahun 2003 hingga 2007 sebesar 8,14 persen. Keadaan ini dimungkingkan karena Pemerintah Bangkalan mulai mengembangkan industri sebagai sektor basis ekonomi Suramadu setempat. membuat Adanya pemerintah pembangunan ini berubah mulai tahun 2008. Dengan jumlah perusahaan sebanyak 458 unit, tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan dibandingkan tahun sebelumnya ( stagnan ). Adanya krisis ekonomi ditahun ini diperkirakan industri di berdampak Bangkalan. terhadap Krisis perkembangan

membuat industri kecil sulit mendapat permodalan tambahan untuk pengembangan perusahaan mereka. Selanjutnya pada tahun 2009, jumlah perusahaan industri yang eksis di kabupaten Bangkalan menurun drastis menjadi 228 unit saja.

Bangkalan mulai melakukan persiapaan dengan melakukan pengembangan industri. Tapi, keadaan

14

Padahal pada tahun ini jembatan Suramadu yang dibangun dengan harapan meningkatkan aktivitas perekonomian karena tumbuhnya industri dan kegiatan perkotaan lainnya pada serta pusat-pusat pelayanan mulai wilayah Madura,

Pada tahun 2010 mulai terjadi peningkatan jumlah perusahaan industri. Peningkatan sebesar 3 persen menunjukkan industri Bangkalan mulai kembali merangkak naik, walau peningkatan tidak besar, hanya sekitar 3 persen. Pertumbuhan ini akibat dari mulai berkembangan pariwisata di Bangkalan. Dari hasil wawancara dengan kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat bahwasannya perkembangan sektor pariwisata ini berdampak baik pada sektor-sektor pendukungnya, seperti industri dan perdagangan. Beberapa tempat wisata seperti Aermata Ebu dan Pesarean KH. Moh. Cholil di Bangkalan mulai ramai dikunjungi wisatawan dari luar daerah. Peluang ini tidak disia-siakan pemerintah Bangkalan. Pemerintah mulai membangun tempat perdagangan dan mulai menstimulasi pertumbuhan industri-industri kecil pendukung disekitarnya. Sejalan dengan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil di Kabupaten Bangkalan, secara umum fluktuasi jumlah pekerja yang bekerja disana pun hampir sama. Namun pada tahun 2002 hingga 2008, jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri berkembang yang terus kecil selalu bertambah. Ini Jumlah tenaga kerja berarti kemampuan menunjukkan bahwa industri kecil di Bangkalan dengan baik. meningkat

dioperasikan. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Drs. Tri Yanto Yani, M.M, penurunan sekitar 50 persen jumlah perusahaan industri dikarenakan bangkrutnya

industri-industri kecil disekitar pelabuhan Kamal sebagai dampak pengoperasian jembatan Suramadu. Sepinya jumlah pengguna jasa pelabuhan Kamal menyebabkan matinya industri-industri disekitar pelabuhan. Perusahaan indutsri makanan dan souvenir berkembang pesat ketika pelabuhan Kamal menjadi satu-satunya sarana penyebarangan ke pulau Madura. Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Drs. Tri Yanto Yani, M.M juga menyatakan bahwa beberapa pedagang yang dulu berdagang dikawasan pelabuhan Kamal pindah ke daerah sekitar kaki jembatan Suramadu. Namun yang disayangkan barang-barang yang diperdagangkan merupakan barang-barang hasil produksi industri daerah lain, yakni Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber Ahmad pedagang Rofii, di Mesnari, area kaki dan Zulkifli yakni jembatan Suramadu

penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil bernilai positif. Hal tersebut merupakan salah satu tolok ukur Jumlah bagi tenaga peranan kerja industri yang dalam di perekenomian. bekerja perusahaan industri kecil pada tahun 2003 sebesar 3072 orang, meningkat sebesar 10 persen dari tahun 2002. Pada tahun berikutnya juga terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja yakni sebesar 7,5 persen. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah

pertimbangan jarak, efisiensi dan produk industri dari kota Surabaya yang membuat beberapa pedagang mengambil barang dari hasil produksi industri luar Bangkalan. perdagangan Dengan di kata lain, kaki perkembangan kawasan

jembatan Suramadu tidak banyak berpengaruh terhadap industri di daerah Bangkalan.

15

pekerja yang bekerja di perusahaan industri kecil terus meningkat walaupun persentase penyerapan tenaga kerjanya terus menurun dari tahun ke tahun, hingga tahun 2008. Pada tahun 2007, jumlah tenaga kerja menurun drastis menjadi sebesar 1770 orang dari 3784 pada tahun sebelumnya. Penurunan ini akibat dari matinya beberapa jembatan industri kecil pasca pengoperasian Suramadu. Turunnya

Matinya beberapa industri kecil tersebut berdampak lurus terhadap nilai produksi yang dihasilkan oleh industri kecil. Namun jumlah nilai produksi masih di atas angka 1 milyar, yang artinya industri kecil yang bangkrut merupakan industri kecil yang nilai omsetnya rendah. Karena dari sekitar 50 persen jumlah industri yang mengalami kebangkrutan, hanya terjadi penurunan jumlah nilai produksi sekitar 15 persen. Yang disayangkan adalah penurunan yang terjadi pada tahun 2010. Ketika jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan perbaikan, industri nilai kecil mulai yang mengalami produksi

jumlah perusahaan industri sekitar 50 persen mengakibatkan menurunnya jumlah pekerja di perusahaan industri kecil dengan persentase yang hampir sama. Sebagian pekerja yang terkena dampak dari matinya perusahaan industri kecil memilih beralih ke sektor usaha primer. Ini bisa terlihat dari naiknya jumlah pekerja di sektor usaha primer ketika jumlah pekerja yang bekerja di sektor usaha sekunder menurun. Namun keadaan mulai membaik pada tahun 2010. Perusahaan industri mulai tumbuh kembali dan penyerapan tenaga yang bekerja di perusahaan industri juga merangkak naik. Nilai produksi industri kecil di Bangkalan terus naik dari tahun 2002 hingga 2008. Pada tahun 2003 terjadi peningkatan nilai produksi hingga lebih dari 50 persen. Nilai yang dihasilkan oleh industri kecil pada tahun tersebut sejumlah 147.622.022,00 dan meningkat menjadi 228.309.744,00 pada tahun 2003. Pada tahun 2004 sampai 2007 terjadi peningkatan rata-rata sebesar 5, 57 tiap tahunnya. Dan terjadi peningkatana nilai produksi yang signifikan pada tahun 2008 yakni lebih dari 400 persen. Pasca pengoperasian jembatan Suramadu, yakni pada tahun 2009 terjadi penurunan nilai produksi. Penurunan yang terjadi ini berkaitan dengan matinya beberapa industri kecil akibat dampak dari pembangunan jembatan Suramadu.

dihasilkan industri kecil justru terus menurun pasca pengopersian jembatan Suramadu. Penurunan nilai produksi ini mengindikasi bahwa penambahan jumlah tenaga kerja yang terjadi di industri kecil tidak efisien karena pada tahun 2009 hingga 2010 nilai produksi industri kecil di Bangkalan menurun sekitar 17 persen tiap tahunnya. Dari data diatas dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja serta nilai produksinya rata-rata meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (sebelum diopersikannya jembatan Suramadu), dan menurun di tahun 2009 ketika jembatan Suramadu mulai dioperasikan, kembali namun mengalami peningkatan setelah pada tahun berikutnya

dioperasikannya jembatan Suramadu yakni pada tahun 2009 hingga 2011. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Bangkalan Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan selalu mengalami peningkatan tiap tahun, baik sebelum maupun setelah pengoperasian jembatan Suramadu mulai tahun 2002 hingga 2011.

16

Pada 9 tahun terakhir, pendapatan daerah kabupaten Bangkalan menunjukkan angka yang positif. Setiap tahun terjadi peningkatan sebesar 5 6 persen. Namun pada tahun 2004, berbeda dengan tahun-tahun yang lain. Peningkatan pendatan pada tahun 2004 sebesar 18,10 persen, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum maupun sesudahnya. Walaupun begitu, kontribusi 9

sektor terhadap PDRB tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB kabupaten Bangkalan adalah sektor pertanian, yakni sebesar rata-rata 37 persen. Berikut 2002-2010: adalah tabel perkembangan pendapatan daerah kabupaten Bangkalan tahun

Tabel 4. 4 Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 2010 Tahun Pendapatan daerah (Juta Rupiah) Perkembangan 4,54 18,10 4,75 4,64 4,89 4,79 4,97 5,45

2002 2.085.885,48 2003 2.180.542,43 2004 2.575.129,14 2005 2.697.572,26 2006 2.822.831,39 2007 2.960.986,54 2008 3.102.725,52 2009 3.257.069,05 2010 3.434.466,29 Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka Sedangakan sektor yang memiliki kontribusi terendah terhadap PDRB pada tahun 2002 hingga 2003 adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sekitar 1,2 -1,5 persen, dan pada tahun 2004 hingga 2010 adalah sektor listrik, air, dan gas sekitar 0,8 persen hampir sama tiap tahunnya. PEMBAHASAN Bagaimanakah perkembangan industri kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu? Perkembangan industri kabupaten Bangkalan yang digambarkan melalui perkembangan industri kecil kabupaten Bangkalan dengan tiga indikator

yaitu jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil dan nilai produksi industri kecil. Data dalam penelitian menunjukkan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerjanya juga nilai produksinya dari tahun 2002 sampai dengan 2008 (sebelum pengoperasian jembatan Suramadu) meningkat tiap tahunnya dan tahun 2009 sampai 2011 (setelah pengopersian menurun. Jumlah perusahaan industri kecil meningkat tiap tahun selama 2004 hingga 2007. Tercatat adanya peningkatan sebesar 15 persen ditahun 2004, kembali meningkat sebesar 7 persen di tahun 2005. jembatan Suramadu) cenderung

17

Begitu pula pada tahun 2006 tercatat adanya peningkatan walau persentasenya tidak sebesar tahun sebelumnya yakni sebesar 4 persen dan naik sebesar 5 persen ditahun 2007. Pada tahun 2008 tidak terjadi perubahan, yakni jumlah perusahaan industri kecil sebanyak 458 sama seperti tahun 2007. Setelah pengoperasian jembatan Suramadu di tahun 2009 jumlah perusahaan industri kecil menurun sebanyak lebih dari 50 persen menjadi hanya 228 unit perusahaan. berikutnya terdapat sedikit Namun di tahun peningkatan bila

Namun kemudian menurun lebih dari 50 persen ditahun 2009 dari 3784 tenaga kerja menjadi hanya 1770 orang saja. Pada tahun-tahun berikutnya terus membaik, tercatat ada peningkatan lebih dari 100 orang tenaga kerja atau naik sekitar 4 persen ditahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan nilai produksinya. Nilai produksi industri kecil terus mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga naik 2007 walaupun 2003 dengan terjadi persentase turun. Pada

dibanding tahun 2009 yakni naik sebanyak 7 unit perusahaan di tahun 2010. Hal ini tidak sejalan dengan teori Harod Domar yang menyebutkan bahwa semakin besar investasi, maka perekonomian akan lebih cepat tumbuh. Pertumbuhan industri Bangkalan pada tahun pertama dilihat pembangunan dari indikator Suramadu bila turun jumlah jembatan

peningkatan yang signifikan yakni lebih dari 50 persen menjadi Rp. 228.309.744,00 dibandingkan tahun 2002 yang hanya sebesar Rp. 147.622.022,00. Pada tahun berikutnya meningkat sebesar sekitar 2 persen yakni sebanyak Rp. 4.280.467,90. Terjadi peningkatan kembali sekitar 2 persen di tahun 2005 sebesar Rp. 4.059.500,00. Terus terjadi peningkatan di tahun-tahun berikutnya sebesar Rp. 30.394.483,00 di tahun 2006, Rp. 15.500.000,00 di tahun 2007, namun mengalami stagnan pada 2008. Kemudian setelah pengopersian jembatan Suramadu ( tahun 2009 ) terjadi peningkatan tajam yakni sebesar Rp. 1.106.883.193,10, atau lebih hamper 400 persen. Pada tahun selanjutnya terjadi penurunan nilai produksi industri kecil sebesar 20 persen menjadi Rp. 1.106.272.617,00. Berbeda hasil penelitian Sudaryadi yang menyebutkan bahwa pembangunan infrastuktur memberikan dampak bagi peningkatan output yang relatif lebih besar bagi sektor produksi pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan, listrik, gas dan air minum serta pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, industri makanan.

perusahaan industri dan jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri, namun kemudian meningkat pada tahun berikutnya. Tetapi peningkatan yang terjadi tidak cukup besar, jumlah perusahaan industri kecil bertambah 7 unit dan jumlah pekerja yang bekerja di perusahaan industri bertambah sebesar 123 orang. Hampir serupa dengan perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2008, walaupun persentase perkembangannya terus turun dari tahun ke tahun. Pada 2003 terjadi perkembangan sebesar 10 persen, 7 persen ditahun 2004, 6 persen ditahun berikutnya. Pada 2006 dan 2007 terjadi peningkatan sebesar 3 persen dan 1 persen ditahun 2008.

18

Bagaimanakah

perkembangan

pendapatan

pembangunan ekonomi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan dari struktur kegiatan produksi serta tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa sudah terlihat di kabupaten Bangkalan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : (1) Perkembangan industri kecil di kabupaten Bangkalan secara umum mengalami peningkatan tiap tahun sebelum pengoperasian jembatan nilai Suramadu dengan indikator di jumlah perusahaan industri, jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi industri kecil kabupaten Bangkalan. Namun menurun drastis sekitar 50 % pada tahun pengopersian jembatan Suramadu, baik jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan industri kecil maupun jumlah nilai produksi perusahaan industri kecil. Ditahun-tahun berikutnya, pasca pengoperasian jembatan Suramadu industri kecil di Bangkalan kembali mengalami peningkatan sebesar 3 sampai 4 persen. (2) Pendapatan daerah kabupaten Bangkalan tidak banyak mendapatkan pengaruh dari pembangunan jembatan Suramadu. PDRB Bangkalan terus mengalami peningkatan sebelum pengoperasian jembatan Suramadu (tahun 20022008) maupun setelah pengoperasian Suramadu (tahun 2009-2010). Persentase peningkatannya pun tidak jauh berbeda yakni sekitar 5 persen tiap tahunnya atau rata-rata sebesar 145 milyar rupiah.

daerah kabupaten Bangkalan sebelum dan sesudah pembangunan jembatan Suramadu? Dari data pendapatan daerah kabupaten Bangkalan terlihat bahwa pendapatan daerah kabupaten Bangkalan. Terbukti PDRB Bangkalan terus merangkak naik dari tahun ke tahun, sebelum maupun sesudah pengoperasian jembatan Suramadu dan peningkatannya pun hampir sama sekitar 5 persen tiap tahunnya. Pada tahun 2003 meningkat menjadi 2,1 trilyun rupiah dari tahun sebelumnya yang hanya 2 trilyun rupiah. Pada 2004 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 18 persen menjadi 2,5 trilyun rupiah. Dan terus saja meningkat sebesar 5 persen sepanjang tahun 2005 sampai 2011 atau sebesar 122 milyar rupiah hingga 177 milyar rupiah di tahun 2010. Hal ini berarti Bangkalan telah mengalami gejala terjadinya peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) dan atau peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Pembangunan ekonomi juga ditunjukkan dengan adanya perubahan dari struktur kegiatan produksi serta tenaga kerja yang bergerak di sektor dioperasikan pertanian ke sektor industri dengan teori yang manufaktur dan jasa sebelum jembatan Suramadu sesuai dikemukakann oleh Todaro dan Smith. Sektor pertanian tetap menjadi lapangan usaha utama yang menyumbang nilai terbesar bagi PDRB kabupaten Bangkalan. Walaupun struktur perekonomian sedikit demi sedikit mulai bergeser ke sektor sekunder bahkan tersier. Perubahan yang terjadi terus-menerus dalam peningkatan PDRB suatu kabupaten berarti pembangunan ekonomi Bangkalan mulai tercapai. Dan pembangunan ekonomi yang dikemukakan Todaro dan Smith yakni

Saran

19

Sehubungan dikemukakan

dengan bab

permasalahan sebelumnya

yang serta

pada

kesimpulan yang didapat dari hasil analisis, maka ada beberapa hal yang bisa disarankan: (1) Disarankan bagi para para pemilik industri di Bangkalan untuk lebih berinovasi dan bekerja sama dengan pedagang-pedangang yang berada di wilayah strategis di Bangkalan dalam memasarkan produk hasil industrinya agar para pedagang tersebut tidak lagi mengambil hasil produksi dari wilayah lain. Sehingga industri Bangkalan bisa berkembang lebih cepat. (2) Bagi pemerintah kabupaten Bangkalan disarankan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mendukung masuknya investasi ke Bangkalan agar kontribusi semua sektor dalam PDRB bisa meningkat, terutama sektor-sektor yang menjadi besis perekonomian Bangkalan.

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat. 2007. Kajian Aspek Kemasyarakatan di dalam Pengembangan Infrastruktur di Indonesia. Depok : Universitas Indonesia. Hamid, Abdul. Isu Pembangunan Infrastruktur. (Online). (abdulhamid.file.wordpress.com, diakses: 21januari 2013) (online), diakses: tanggal 17 desember 2012. Ismanthono, Henricus W. 2003. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Jakarta: PT. Kopmas Media Nusantara. Isnaningsih, Desi Halfiati, dkk. 2010. Analisa Tutupan Lahan Terhadap Rencana Investasi di Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan Pasca Suramadu dengan Citra SPOT-5. Kuncoro, Mudrajat. 2010. Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, dan Politik. Jakarta: Erlangga. Legowo, Poerwaningsih S. 2009. Dampak Keterkaitan infrastruktur Jaringan Jalan Terhadap Pertumbuhan Sektoral Wilayah JABODETABEK. Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009. Purwantini, Tri Bastuti dan Rivai, Rudi Sunarja. 2008. Dampak Pembangunan Prasarana Transportasi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan : Kasus Kabupaten Bulu Kumba Sulawesi Selatan. Jurnal Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor, 19 Nopember 2008. Sakti, Norida Canda. 2011. Ekonomi Pembangunan. Surabaya: Unesa University Press Sari, Novian. 2011. Peranan Industri Kecil Sepatu terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan di Kelurahan Miji Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPE FE UNESA. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Aneka Cipta. Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan: Edisi 5. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Badan Pusat Statistik. 2006. Bangkalan dalam Angka 2005. Bangkalan: BPS. Badan Pusat Statistik. 2009. Bangkalan dalam Angka 2008. Bangkalan: BPS. Badan Pusat Statistik. 2011. Bangkalan dalam Angka 2010. Bangkalan: BPS. Bapennas. 2008. Infrastruktur dan Pembangunan Daerah: Membantu Pengurangan Kemiskinan. Jakarta. (Online). (www.bapennas.go.id, diakses: 9 April 2012). Bintoro, Dediarto. 3 Juni 2010. Evaluasi Dampak Pasca Pembangunan Suramadu (Online). (VisitSuramadu.wordpress.com, diakses: 25 Maret 2012).

20

Setiawan, Putu Rudi. 2010. Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi. Sudaryadi. 2007. Dampak Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan Terhadap Output Sektor Produksi Dan Pendapatan Rumah Tangga Jawa Tengah (Simulasi SNSE Jawa Tengah 2004). Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Sugiharto. 2009. Strategi pembangunan Ekonomi. (http://koran.republika.co.id/koran/24/9767 2/Strategi_Pembangunan_Ekonomi, diakses 7 Maret 2012). Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana. Tambunan, Tulus T.H. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tambunan, Mangara dan Bakce, Djaimi. 2010. Rekonstruksi Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara. Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi . Surabaya: UNESA University Press Todaro, Michael. P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Terjemahan oleh: Haris Munandar, Puji A.L. Jakarta: Erlangga. Tri, Ananada.28 Januari 2012. Sarana Transportasi Suramadu Membawa Pengaruh yang Kuat Khususnya Bagi Masyarakat Madura(online). (www.babejoko.web.id, diakses: 25 Maret 2012). Wahyudi, Johan. 2008. Upaya Pengembangan Industri Kecil di Sentra Industri Kecil Cor Kuningan Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoangung Kabupaten Jombang. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPE FE UNESA. Winoto, Joyo dan Siregar, Hermanto. Peranan Pembangunan Infrastruktur Dalam

Menggerakkan Sektor Riil. Jakarta : Jurnal Ekonomi Indonesia. No.1 Juni 2006. www.bangakalaninvestment.com, Desember 2012. diakses: 13

www.bapennas.go.id, diakses: 21 Januari 2013.

21