peri-implantitis tutorial 3.pdf

27
1 SKENARIO VII GIGI GOYANG TIDAK HARUS DICABUT LAPORAN TUTORIAL Oleh Kelompok 3 Dosen Pembimbing : drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes, Sp. KGA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013

Upload: ani-nur-rosidah

Post on 04-Jan-2016

453 views

Category:

Documents


94 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

1

SKENARIO VII

GIGI GOYANG TIDAK HARUS DICABUT

LAPORAN TUTORIAL

Oleh

Kelompok 3

Dosen Pembimbing :

drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes, Sp. KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

2

Oleh

Kelompok 3

Ketua : Gea A. Sabrina 101610101025

Scriber Papan : Anugrah Wardhana 101610101044

Scriber Meja : Ani Nur Rosidah 101610101085

Anggota:

1. Nurul Aini Fajrin 101610101006

2. Idayu Windriyana 101610101012

3. Iradatul Hasanah 101610101015

4. Nurlailiyatul M. 101610101019

5. Ika Wahyu Purnamasari 101610101024

6. Pandika Agung K. 101610101034

7. Annisa Tari A. 101610101080

8. Narando Fitra G. 101610101089

Page 3: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

3

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario VII Gigi Goyang Tidak Harus

Dicabut pada Blok Kuratif dan Rehabilitatif IV ini.

Peyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes, Sp. KGA selaku dosen pembimbing

tutorial.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu di sini.

Penyusun juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan

laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Jember, Mei 2013

Tim Penyusun

Page 4: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

4

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

PRAKATA............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2

1.3 Tujuan Pembelajaran....................................................................... 2

1.4 Mapping.......................................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 5

2.1 Bagian-bagian Implan ...................................................................... 5

2.2 Macam-macam Implan Gigi.............................................................. 6

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemsangan Implan Gigi....................... 8

2.4 Osseointegrasi.................................................................................. 10

BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................... 13

3.1 Peri-implantitis................................................................................ 13

3.2 Kriteria Keberhasilan Implan............................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... ........... . 23

Page 5: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha rehabilitasi untk menangani edentulous sebagian dapat

dilakukan dengan pembuatan gigi tiruan. Salah satu gigi tiruan modern

yang marak saat ini adalah dental implant.

Dental implant adalah benda asing yang ditanamkan ke dalam

tulang raang manusia sebagai pengganti gigi yang hilang. Perlekatan

implant ke tulang alveolar terbentuk melalui proses osseointegrasi yang

dimulai dari proses penyembuhan, maturasi dan adaptasi. Proses

penyembuhan juga berlangsung dengan dibangunnya ikatan periimplan

yang secara morfologi dan fungsional analog dengan epitel perlekatan.

Sementara perlekatan antara gigi ke tulang alveolar terjadi secara alami

dengan adanya ligament periodontal. Perbedan ini mungkin

mengakibatkan kemampuan biologis jaringan periimplan dan periodontal

dalam menerima tekanan juga akan berbeda, sehingga perhitungan yang

kurang hatihati tentang aspek biomekanis implant gigi mungkin pula dapat

menimbulkan terjadinya kegagalan perawatan.

Adanya kegoyangan implant merupakan tanda tahap akhir suatu

periimplan yang patologis yang menunjukkan kegagalan, keadaan ini

disebut periimplantitis. Periimplantitis dapat disertai gejala-gejala sebagai

berikut; dehisensi, fistula dan radang pada gingival, akibat invasi bakteri

ke dalam sulkus gingiva sekitar implant yang goyang, dan memperparah

hilangnya oseointegrasi, sehingga pada akhornya implant lepas dari

soketnya.

Page 6: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

6

1.2. Rumusan Permasalahan

Gigi Goyang Tidak Harus Dicabut

Penderita laki-laki usia 35 tahun datang ke dokter gigi dengan

keluhan gusi disekitar gigi geraham belakang kkanan bawah sering

berdarah. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan bahwa gigi 46 protesa

implant, goyang derajat satu, gingival Nampak kemerahan dan mudah

berdarah, kedalaman probing 4 mm juga didapatkan banyak debris dan

plak. Menurut dokter gigi terjadi kelainan keradangan di sekitar implant

gigi, sehingga perlu pemeriksaan penunjang dan tindakan perawatan

secara khusus.

Berdasarkan skenario di atas, maka diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa saja etiologi peri-implantitis?

2. Apa saja gejala klinis peri-implantitis?

3. Apa saja dan bagaiman pemeriksaan klinis dan penunjang peri-

implantitis?

4. Bagaimana penatalaksanaan peri-implantitis?

5. Bagaimana pertimbangan perawatan pada skenario?

6. Apa saja kriteria keberhasilan implant?

1.3. Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan permasalahan pada skenario, maka diperoleh tujuan

pembelajaran sebagai berikut:

1. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan etiologi peri-

implantitis

2. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan gejala klinis peri-

implantitis

3. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pemeriksaan klinis

dan penunjang peri-implantitis

Page 7: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

7

4. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan penatalaksanaan

peri-implantitis

5. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pertimbangan

perawatan pada skenario.

6. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan criteria keberhasilan

implant.

Page 8: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

8

1.4. Mapping

Rencana

Perawatan

Diagnosa:

Peri-

implantitis

Etiologi Analisis

kegagalan

Penunjang

Klinis

Pemeriksaan

Berhasil Gagal

Implan

Pemeliharaan

Respon

Jaringan

Page 9: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Implan gigi menjadi salah satu pilihan menarik yang berkembang sangat

pesat pada praktek kedokteran gigi. Pada dekade terakhir ini implan merupakan

terapi alternatif yang cocok untuk menggantikan gigi tiruan konvensional. Bagian

implan yang tertanam dalam tulang rahang dan bagian implan yang menonjol

pada jaringan mukosa digunakan untuk menghasilkan penjangkaran yang dapat

meningkatkan retensi dan stabilitas pada gigi tiruan diatasnya (McKinney, 1991).

2.1. Bagian-bagian Implan

Implan gigi terdiri dari beberapa komponen:

a. Badan Implan

Merupakan bagian implan yang ditempatkan dalam tulang

Komponen ini dapat berupa silinder berulir atau tidak berulir, dapat

menyerupai akar atau pipih. Bahan yang digunakan bias terbuat dari

titanium saja atau titanium alloy dengan atau tanpa dilapisi hidroksi apatit

(HA) (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003). Permukaan implan yang

paling banyak digunakan ada tiga tipe yaitu plasma spray titanium dengan

permukaan yang berbentuk granul sehingga memperluas permukaan

kontaknya, machine finished titanium yang merupakan implan bentuk

screw yang paling banyak digunanakan dan tipe implan dengan lapisan

permukaan hidroksiapatit untuk meningkatkan osseointegrasi.

b. Healing Cup

Merupakan komponen berbentuk kubah yang ditempatkan pada

permukaan implant dan sebelum penempatan abutment. Komponen ini

meiliki panjang yang bervariasi antara 2 mm sampai 10 mm (Mc

Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).

c. Abutment

Adalah bagian komponen implan yang disekrupkan dimasukan secara

langsung ke dalam badan implan. Dipasangkan menggantikan healling cup

dan merupakan tempat melekatnya mahkota porselin. Memili permukaan

Page 10: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

10

yang halus, terbuat dari titanium atau titanium alloy, panjang dari 1 mm

sampai 10 mm (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).

d. Mahkota

Merupakan protesa gigi yang diletakkan pada permukaan abutmen dengan

sementasi (tipe cemented) atau dengan sekrup (tipe screwing) sebagai

pengganti mahkota gigi dan terbuat dari porselin.

2.2. Macam-macam Implan Gigi

Sebenarnya sangat sulit mengklasifikasikan macam dental implan

mengingat berbagai macam implan dental yang beredar saat ini sangat

spesifik dalam hal bahan yang dipergunakan, bentuk implan, teknik

pembuatan dan cara penanamannya.

Hanya untuk memudahkan pemahaman dalam mengikuti

perkembangan dental implan, maka dental implan akan dibedakan pertama

berdasarkan lokasi jaringan tempat implan diinsersikan dan yang kedua

berdasarkan bahan dasar dari implan (Tis Karasutisna, 2002)

2.2.1. Berdasarkan Lokasi Jaringan Tempat Implan

Berdasarkan letak implan ditanamkan, maka jenis implan dapat

dibagi dalam:

1). Implan Subperiosteal

Implan jenis ini diletakkan diatas linggir tulang dan berada dibawah

perioteum. Sering dipergunakan pada rahang yang sudah tak bergigi baik

untuk rahang atas maupun rahang bawah.

2). Implan Transosseus

Implan jenis ini diletakkan menembus tulang rahang bawah dan

penggunaanya terbatas untuk rahang bawah saja

3). Implan Intramukosal atau Submukosal

Implan ini ditanam pada mukosa palatum dan bentuknya menyerupai

kancing, oleh karena itu disebut button insert . Penggunaanya hanya

terbatas pada rahang atas yang sudah tidak bergigi.

4). Implan Endodontik Endosteal

Page 11: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

11

Merupakan suatu implan yang diletakkan kedalam tulang melalui saluran

akar gigi yang sebelumnya telah dipesiapkan untuk pengisian saluran akar

gigi. Tujuannya untuk menambah stabilitas gigi yang memiliki akar

pendek, misalnya setelah dilakukan apikoektomi atau dapat juga dipakai

pada gigi yang goyang.

5). Implan Endosseus atau Endosteal

Implan jenis ini ditanam kedalam tulang melalui gusi dan periosteum.

Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai dan ditolerir oleh

para praktisi, pabrik maupun pakar yang mendalami secara “Scientific &

Clinical Forndation”, yang pada dasarnya menanam implan pada alveolar

dan basal bone . Bentuk bisa berupa root form atau blade form.

Keuntungan yang didapat dari penggunaan implan endosseus ialah bahwa

jenis ini dapat dilaksanakan pada pasien tidak bergigi dengan semua

tingkatan abrosbsi, bahkan pada keadaan resorbsi yang ekstrim dengan

bantuan grafting. Juga dapat digunakan pada pasien tidak bergigi

sebagian, dari kehilangan satu gigi sampai keseluruhan.

2.2.2. Bahan Implan

a. Jenis-jenis bahan implan logam :

1). Co-Base Alloys ( Co-Cr-Mo, Co-Cr-W-Ni ).

2). Co-Ni-Base Alloys ( MP35N / Co-Ni-Cr-Mo ).

3). 316L Stainless Steel.

4). Ti dan Ti 6Al4V Alloys.

5). Sistem kombinasi plasma spray coating.

6) Logam dan logam paduan yang sering dipergunakan untuk implan

dental :

(1). Titanium, Tantalum.

(2). Titanium, Vanadium, Alumunium alloy.

(3). Ferum, Chromium, Nickel.

(4). Cobalt, Chromium, Molybdenum.

Dari segi material logam Titanium dengan segala variasi lapisan

permukaannya ( Surface coating ) menempati urutan pertama. Sukses

Page 12: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

12

Titanium di bidang ortopedik sudah tidak dibantah lagi. Maka rasional

apabila titanium juga bersifat biologicaly innert pada maksila dan

mandibula.

Kebanyakan sistem implan menggunakan logam sebagai bahan

dasarnya dan bahan logam yang sering dipergunakan adalah Titanium.

Titanium dan logam paduannya ( Ti-Al-V ) memiliki lapisan oksida pada

permukaannya. Lapisan tersebut akan berikatan dengan reseptor yang

terdapat pada tulang dan pada area tersebut terjadi proses peletakan

matriks tulang secara in vivo. Mekanisme inilah yang menjadi salah satu

faktor penting dalam penggunaan titanium pada implan dental.

b. Bahan Implan Bukan Logam

Bahan untuk pembuatan implan selain dari logam dan variasinya,

juga terbuat dari bahan bukan logam antara lain :

1). Implan yang terbuat dari plastik : Polymeric Material, Porous

Polymethyl Methacrilate (PMMA), PMMA yang dikombinasi dengan

Vitrous Carbon (PMMA-VC), PMMA yang dikombinasi dengan Silica

2). Implan yang terbuat dari Carbon : Vitrous Carbon, Pyrolic Carbon atau

Low Tempetarure Isotropic (LTI), Vapor Deposited Carbon atau Ultra

Low Temperature Isotropic (ULTI)

3). Implan yang terbuat dari Ceramic : Porous Ceramic, Non Porous

Ceramic, Biodegradable (misalnya Tricalcium Phiosphat ), Non-

Biodegradable (misalnya A 1203)

Sampai saat ini para ahli masih terus mengembangkan bahan

implan dan berbaga macam variasinya.

2.3. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pemasangan Implan Gigi

Seperti halnya tiap prosedur bedah lain, pasien harus dievaluasi

keadaan umum dan lokalnya sebelum dilakukan pemasangan implan.

Kontra indikasi absolute pemasangan implan seperti tersebut diatas adalah

berdasarkan resiko pembedahan segera.dan anestesi. Tetapi setelah

keadaan dapat dikendalikan maka pasien dapat dipertimbangkan untuk

dilakukan pemasangan implan.

Page 13: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

13

2.3.1. Indikasi

Setelah kita melakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang maka kita akan dapat menetapkan apakah pasien yang datang

itu bisa dipasang implan atau tidak. Indikasi pemasangan implan dental

dibagi menjadi indikasi umum dan indikasi lokal.

2.3.1.1 Indikasi Umum:

Pemasangan implan harus dilakukan pada pasien yang mempunyai

motivasi, kooperatif dan oral hygiene yang baik. Tidak ada batasan usia

untuk pemasangan implan, akan tetapi lebih baik diatas usia 16 tahun.

Pemasangan implan pada usia tua lebih baik dari pasien dengan usia muda.

2.3.1.2. Indikasi lokal

Faktor-faktor yang merupakan indikasi dalam pemasangan implan

antara lain:

1). Kehilangan gigi

2.) Agenesis suatu gigi

3).Sebagai penyangga distal pada kehilangan gigi berujung bebas

4). Atrofi tulang alveolar, baik pada maksila maupun mandibula.

2.3.2. Kontra Indikasi

2.3.2.1. Kontra Indikasi Umum Yang Absolut (mutlak)

Faktor-faktor yang merupakan kontra indikasi absolut ialah:

1). Usia di bawah 16 tahun

2). Gangguan hematopoiesis, pembekuan darah dan sistem endokrin

3). Terapi penyakit kardiovaskuler yang resisten

4). Malignant tumor dengan prognosa yang buruk

5) Gangguan permanen pada sistem imun (HIV)

6). Gangguan mental/ kepribadian yang psychopathy

2.3.2.2 Kontra Indikasi Umum Relatif

Beberapa keadaan yang dikelompokkan ke dalam kontra indikasi umum

relatif diantaranya:

1). Alergi

2). Rheumatoid ringan

Page 14: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

14

3). Fokal infeksi yang menyeluruh

4). Penyakit-penyakit akut

5). Kehamilan

6). Adiksi terhadap obat, alcohol, dll

7). Adanya stress fisik

2.3.2.3 Kontra Indikasi Lokal Absolut

1). Adanya penyakit di daerah rahang

2). Myoarthropathy

3). Pasien-pasien dengan kebiasaan buruk

4). Osteomyelitis kronis atau akut

5). Bone deficits

6). Kondisi anatomi dan topografi yang unfavorable dan unatferable

7). Kurangnya motivasi untuk menjaga kebersihan mulut yang baik

2.3.24. Kontra Indikasi Lokal Relatif

1). Temporary bone deficits (misalnya setelah ekstraksi gigi atau ekstirpasi kista)

2). Maxillary deficits

3). Secara topografi dan kondisinya tidak memungkinkan.

2.4. Osseintegrasi

Kesuksesan implan gigi masa kini dihubungkan dengan ditemukannya

metode untuk memaksimalkan kontak permukaan antara implan dan tulang sehat.

Definisi osseointegration adalah hubungan langsung antara tulang sehat dan tepi

imlan endoseus pada tingkat mikroskop cahaya ( McGlumphy dan Larsen, 2003).

Empat factor utama yang dibutuhkan untuk mencapai suatu osseointrgration antar

dua permukaan tulang dan implan adalah :

a. Bahan yang biokompatibel

b. Implan yang baeradaptasi dengan tepat pada tulang yang dipreparasi

c. Pembedahan yang atraumatik untum meminimalis kerusakan jaringan

d. Fase penyembuhan yang tidak terganggu dan adanya imobilitas.

Bahan implan yang biokompatibel diperlukan untuk merangsang

penyembuhan tanpa adanya reaksi tubuh untuk menolak benda asing. Jika bahan

yang digunakan tidak biokompatibel maka tubuh akan berusaha untuk

Page 15: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

15

mengisolasi bahan implan impaln yang asing dengan mengelilinginya denga

jaringan granulasi dan jaringan ikat. Bahan implan yang kompatibel yang sering

digunakan adalah titanium dan calcium-phosphate ceramic tertentu.

Ukuran celah antara implan dan tulang setelah penempatan implan sangat

berpengaruh terjadinhya osseointegrasi. Ukuran celah dapat dikendalikan dengan

preparasi yang tepat pada tulang tempat implan akan diletakkan sesuai dengan

implan. Pembedahan atraumatik dibutuhkan untuk untuk meminimalisasi injuri

termal dan mekanis yang mungkin muncul. Maka untuk memperoleh pembedahan

atraumatik digunakan bur yang baru dan tajam dengan kecepatan rendah

bertenaga putar tinggi. Selain itu juga dibutuhkan irigasi baik internal maupun

eksternal untuk mempertahankan suhu tulang dibawah 56 derajat Celsius, karena

jika melebihi maka akan terjadi kerusakan tulang permanent. Sedangkan ketika

suhu mencapai 47 derajat selama 1 menit tulang mengalami kerusakan. Dengan

minimalnya injuri pada tulang maka memungkinkan lebih cepat sembuh dan

mempercepat perlekatan tulang ke implan.

Imobilitas implan tergantung tulang tempat implan tertanam. Komposisi

tulang kortikal dan spongiosa sangat mempengaruhi mobilitas implan.

Keberhasilan osseountegrasi dapat diukur pertama kali pada pembedahan kedua.

Setelah abutmen diletakkan ke badan implan, operatyor harus memeriksa secara

hati-hati akan kemungkinan adanya mobilitas yang terdeteksi secara klinis. Jika

mobilitas terdeteksi maka implan harus segera diangkat dan soket dibiarkan

sembuh.

Menurut Block dan Achong (2004) periode penyembuhan tulang setelah

pemasangan implan tanpa protesa maupun abutmen adalah 4 – 6 bulan untuk

mandibula dan lebih 6 bulan untuk maksila. Waktu 4 – 6 bulan adalah waktu yang

dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya kapsulasi fibrosa implan yang sering

muncul pada pemasangan protesa terlalu awal. Tetapi berdasarkan penelitian

Cooper dkk (2001) cit. Block dan Achong (2004), menyatakan bahwa 96,2 %

implan dinyatakan berhasil tanpa resiko kegagalan osseoinrtgrasi pada 3 minggu

setelah penempatan implan satu gigi dengan satu tahap di maksila anterior. Tulang

tempat implan adalah tulang tipe 3 dan dengan panjang minimal 11 mm.

Page 16: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

16

Page 17: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

17

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Peri-implantitis

3.1.1 Etiologi

Ada dua mayor factor dalam terjadinya periimplantitis, yaitu :

1. Infeksi bakteri

Adanya akumulasi plak pada permukaan implant, sel yang

berperan dalam proses inflamasi akan banyak yang berinfiltrasi ke

jaringan penghubung subepitel. Ketika bakteri plak bermigrasi ke

apical maka akan menyebabkan dektruksi pada jaringan. Salah satu

penyebab meningkatnya inflamasi pada sekitar implant

kemungkinan dikarenakan rendahnya vaskularisasi pada jaringan

lunak dan perbedaan jumlah kolagen / fibroblast pada jaringan

gingival, berbeda dengan gigi yang masih ada dan memiliki

jaringan periodontal dimana masih mempunyai banyak

vaskularisasi.

2. Factor biomekanikal

Penurunan proses osteointegrasi dapat diakibatkan karena

adanya gaya biomekanikal yang memicu peningkatan stress atau

mikrofraktur pada koronal antara tulang dan implant. Hal ini dapat

dipicu karena :

a. Implant yang ditempatkan pada kualitas tulang yang

rendah.

b. Pasien memiliki beban oklusal yang besar, misalnya

pasien dengan kelainan parafungsional.

Periimplan dapat terjadi karena multifactor dengan kedua

etiologi tersebut, baik infeksi bakteri dan factor biomekanikal.

Masing-masing factor harus dieliminasi sebelum melakukan

perawatan pada implant. Etiologi lain yang dapat menyebabkan

atau memperparah periimplantitis adalah adanya trauma pada saat

pembedahan, merokok, tidak adekuatnya tulang, dan respon host.

Page 18: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

18

Kualitas tulang yang buruk

Kualitas, kuantitas dan kontur dari tulang akan menentukan

ukuran dan posisi gigi tiruan. Hal ini akan berpengaruh pada desain

dan keberhasilan implan dental. Lama perawatan untuk peletakan

implant dan pemasangan protesa tergantung pada tipe tulang

dimana implant tersebut dipasang. Protesa harus dipasangkan

setelah implant memiliki osseointegrasi dengan tulang

disekitarnya.

Tulang rahang harus kuat dan memiliki massa tulang yang

baik. Kualitas tulang rahang yang lemah dan buruknya massa

tulang dapat berakibat pada durasi waktu penyembuhan atau

bahkan berujung pada kegagalan implant. Ada empat tipe tulang

pada wajah manusia yaitu :

1. Tipe I

Tulang ini dianalogikan seperti kayu oak, keras dan padat. Tipe

tulang ini memiliki suplai darah yang kurang dibandingkan

dengan tipe tulang lainnya. Suplai darah ini penting dalam

kalsifikasi tulang di sekitar implant. Tipe tulang ini

membutuhkan waktu sekitar 5 bulan untuk berintegrasi dengan

implan.

2. Tipe II

Tulang ini dianalogikan seperti kayu pinus, tidak sekeras tipe I.

Tulang ini membutuhkan waktu 4 bulan untuk berintegrasi

dengan implan.

3. Tipe III

Tipe tulang ini seperti kayu balsa, tidak sepadat tipe II. Karena

kepadatannya kurang dari tipe II, maka dibutuhkan waktu yang

lebih lama untuk berintegrasi dengan implan, yaitu 6 bulan

4. Tipe IV

Tipe tulang ini kepadatannya paling rendah. Tulang ini

memerlukan waktu yang paling lama untuk berintegrasi dengan

Page 19: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

19

implan yaitu 8 bulan. Bone grafting atau bone augmentasi

tulang sering dibutuhkan.

Kategorisasi kualitas dan kuantitas tulang (tipe 1: terdiri dari tulang

kompak yang homogen; tipe 2:tulang kompak tebal mengelilingi

tulang trabekular padat; tipe 3: tulang kompak tipis mengelilingi

tulang trabekular padat; tipe 4: tulang kompak tipis mengelilingi

tulang trabekular yang kepadatannya rendah)

Tulang tipe I, II dan III memiliki kekuatan yang ideal untuk

kesuksesan implan. Tulang tipe IV sering di jumpai pada bagian

posterior dari maksila. Tulang tipe IV ini memiliki tingkat

keberhasilan implan paling rendah. Dari hasil penelitiannya Jaffin

dan Berman menyatakan penempatan implan pada tulang tipe IV

ini memiliki kegagalan sebesar 35%. Ini menunjukkan bahwa

kualitas tulang bisa menjadi penentu yang baik untuk prognosis

implant.

Page 20: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

20

3.1.2 Gejala Klinis

Gejala klinis yang menyertai peri-implantitis yaitu adanya bengkak,

kemerahan, Bleeding On Probing (BOP), dan kalkulus yang berhubungan

dengan etiologi utama yaitu bakteri plak. Bakteri yang biasanya menyertai

yaitu Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, dan Aggregatibacter

actinomycetemcomitans.

Parameter Klinis Peri-Implan Mukositis Peri-Implanitis

Peningkatan probing

depth

+/- +

Bleeding on probing + +

Supurasi +/- +

Kegoyangan - +/-

Resorbsi tulang alveolar - +

Page 21: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

21

3.1.3 Pemeriksaan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnose dibagi menjadi

dua, yaitu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan klinis dilakukan secara visual dengan melihat tanda-tanda

adanya gejala peri implantitis dalam rongga mulut, yaitu adanya keradangan

gingival disekitar implant, adanya pendarahan, adanya penambahan kedalaman

probing, adanya akumulasi debris dan plak serta adanya kegoyangan pada implant

tersebut. Adabila terdapat gejala tersebut, dapat ditegakkan diagnose sementara

peri implantitis.

Untuk mendukung penegakan diagnose pada kasus tersebut, perlu

dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang bisa dilakukan dengan

menggunakan radiografi. Pemeriksaan radiografi bertujuan untuk memperoleh

informasi mengenai kondisi tulang, kualitas dan kuantitas tulang, daerah jaringan

periodontal pada periapikal serta posisi dan lokasi fixture implant. Radiografi

yang digunakan dapat menggunakan periapikal, panoramik, oklusal, lateral

sefalometri, dll. Hasil dari pemeriksaan radiografis dapat dijadikan pedoman

untuk menentukan rencana perawatan pada kasus tersebut. Selain itu juga bisa

dilakukan analisis pada model studi. Modes studi penting untuk mempelajari sisa

geligi dan tulang rahang dan hubungan rahang atsa dan bawah. Model rahang atas

dan rahang bawah yang dipasang dan model malam dengan penyusunan

percobaan dari gigi akan membantu untuk mendapatkan gambaran letak implant

yang tepat. Hal ini penting jangan sampai terjadi implant berada diluar lengkung

gigi sehingga menggangu esetik.

Page 22: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

22

3.1.4 Penatalaksanaan (Perawatan Infeksi Periimplan)

Peri-implan mucositis adalah kondisi reversibel dan hanya membutuhkan

intervensi minimal untuk mengobati. Debridement mekanis menyeluruh wilayah

bersama dengan lokal anti-mikroba (Chlorhexidine irigasi, Dentomycin) biasanya

cukup untuk menyelesaikan masalah. Sebuah pemeriksaan menyeluruh daerah

juga harus diselesaikan untuk memastikan tidak ada faktor iatrogenik lokal

memberikan kontribusi terhadap masalah.

Jika penyakit itu telah berkembang lebih lanjut dan terdapat kehilangan

tulang, fase pengobatan awal adalah sama, anti-mikroba (chlorhexidine,

dentomycin), debridement mekanis dan protokol kebersihan mulut yang ketat,

termasuk obat kumur chlorhexidine. Pemberian antibiotik sistemik juga harus

dipertimbangkan untuk mengurangi jumlah bakteri patogen. Banyak metode telah

Poket periimplan

3mm

Poket periimplan

> 3mm

Tidak ada plak,

BOP (-) Tidak dibutuhkan

terapi

Kontrol Plak dan

Lokal debridement

Tidak ada plak,

BOP (-)

Plak, BOP

Tidak ada

kehilangan tulang

Terdapat kehilangan

tulang

Mild (Ringan)

Moderate

(Sedang)

Severe (Berat)

Plak, BOP

Tidak dibutuhkan

terapi

Kontrol Plak dan

Lokal

debridement,

Bedah reseksi

Kontrol Plak dan

Lokal

debridement,

Bedah reseksi,

Antiseptik topical,

Antibiotik local,

Antbiotik Sistemik

Kontrol Plak dan

Lokal

debridement,

Bedah reseksi,

Antiseptik topical,

Antibiotik local,

Antbiotik

Sistemik, Open

debridement

Kontrol Plak dan

Lokal

debridement,

Antbiotik

Sistemik, Open

debridement,

Explanation

Page 23: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

23

digunakan untuk debridement plak pada permukaan implan yang terkontaminasi

termasuk scaler, sonik, ultrasonik mekanik dan, laser, udara bubuk abrasi, dan

berbagai solusi kimia seperti chlorhexidine diglukonat, asam sitrat, hidrogen

peroksida, dan saline3, 4. Di Pusat Pengobatan Penyakit Peri-implan (CTPID) kita

menggunakan kombinasi metode termasuk klorheksidin diglukonat, solusi

tetrasiklin, garam dan debridement mekanis. Namun, setiap kasus adalah unik dan

membutuhkan solusi yang sesuai.

Dokter kemudian dapat mempertimbangkan apakah akan mencoba untuk

menumbuhkan tulang di sekitar implan. Keputusan ini dibuat berdasarkan jumlah

tulang yang hilang, morfologi cacat dan respon pasien dan motivation5.

Tujuannya di sini adalah untuk membangun kembali volum tulang sekitar implan,

namun, ada perdebatan tentang kemampuan untuk 'kembali osseointegrate'

permukaan implan yang sebelumnya terkontaminasi.

Tahap – tahap perawatan periimplantitis

1. Pemberian antibiotik secara sistemik selama tiga hari sebelum operasi

yang setara dengan metronidazol 400mg.

2. Pemberian obat kumur 0,2% klohexidin satu menit sebelum operasi.

3. Lakukan insisi dan flap full thickness di sekitar daerah yang terinfeksi.

4. Lakukan kuretase pada tulang dan jaringan lunak menggunakan kuret serat

karbon.

5. Tempelkan kasa yang telah dicelupkan pada larutan klorheksidin 0,2% di

tempat yang terinfeksi dan biarkan selama 5 menit.

6. Setelah 5 menit, ambil kasa dan lalukan irigasi dengan saline steril yang

telah dicampur dengan 1 gram tetrasiklin.

7. Bubuhkan bonegraft pada daerah yang terflap dan berikan membran

kolagen diatasnya dan jahit.

3.1.5 Pertimbangan perawatan

Pada perawatan kegagalan implant, terdapat dua fase terapi

1. Fase pendahuluan dari periimplantitis terapi

Pada fase ini, terdapat dua hal yang dilakukan, yaitu :

a. Terapi oklusal

Page 24: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

24

b. Terapi antiinfeksi

Pertimbangan dilakukan perawatan pendahuluan tanpa

melakukan pembedahan adalah inlflamasi mukosa yang dapat

dideteksi secara klinis dan tidak adanya level kehilangan tulang

pada pemeriksaan radigrafi.

2. Teknik pembedahan untuk terapi periimplantitis

Teknik pembedahan ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Terapi periimplan resektif

Terapi ini digunakan untuk kehilangan tulang secara

horizontal dan moderate vertical (<3 mm) dan

menghilangkan pedalaman poket.

Pertimbangan dilakukan perawatan ini adanya moderate –

severe kehilangan tulang secara horizontal, adanya defek

tulang pada satu dan dua dinding , dan implant pada posisi

yang estetiknya kurang

b. Terapi periimplan regenerative

Pada terapi ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Pertimbangan untuk submerged regenerative

therapy

Detoksifikasi implant kemungkinan dapat dilakukan,

defek tulang pada dua atau tiga dinding, moderate-

severe defek pada sekeliling infabony poket, dan

implant dengan kemungkinan penutupan flap sempurna.

2. Pertimbangan untuk pergingival regenerative

therapy

Implant yang dilakukan secara one-stage, moderate-

severe defek pada sekeliling infabony poket,

detoksifikasi implant kemungkinan dapat dilakukan,

dan defek tulang pada tiga dinding

3.2 Kriteria Keberhasilan Implan

a. Subjektif

Page 25: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

25

1. Berfungsi dengan baik

2. Nyaman dipakai

3. Meningkatkan estetis

4. Meningkatkan status psikis dan mental

b. Objektif

1. Ketebalan implant di lingual kurang lebih 1mm dan 0,5 mm

disisi fasial dari implant

2. Jarak antara implant minimal 3mm

3. Jarak antara impaln dan nasal cavity minimal 1mm

4. Jarak antara implant dan dasar sinus maksilaris minimal

1mm

5. Ketinggian tulang yang adekuat umumnya dijumpai diantar

nasal cavity dan sinus maksilaris

6. Jarak antara implant dan canalis alveolaris inferior minimal

2mm.

7. Kerusakan tulang tidak melebihi 1/3 ketinggian vertical

protesa

8. Keseimbangan oklusal dan dimensi vertical yang baik

9. Keradangan gingival bisa dirawat

10. Mobilitas tidak melebihi 1 mm dalam segala arah

11. Tidak ada infeksi atau gejala infeksi

12. Tidak terjadi kerusakan pada gigi-gigi di dekatnya

13. Tidak terjadi parastesi pada canalis mandibula dan sinus

maksilaris

14. Fixture implant dalam keadaan baik

15. Tercapainya osseointegrasi

Page 26: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

26

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J. 2003. Philip’s of Dental Material 11th ed. Saunders.

Block, MS., 2001, Colour Atlas of Dental Implant Surgery, WB Saunders Co.,

Philadelphia Block, MS. And Achong, RM. 2004. Osseointegration in

Peterson’s Oral and Maxillofacial Surgery. Milloro, M (editor). Edisi ke 2

BC Decker Inc. Ontario.

Branemark, 1987. Tissue Integrated Prosthesis. Osteointegratiom in Clinical

Dentistry, 1 st editrion, Germany : Kosel GmbH & Co.

Choi, K. O. 2007. Osstem Implan System. Osstem Implan Co, Ltd.

Engelman, MJ., 1996, Clinical Decision and Treatment Planning

Osteointegration, Quintessence Pub. Co. Inc. Illionos

Chen, S. dan Darby, I. 2003. Dental implants: Maintenance, Care and Treatment

of Peri-implant Infection. Australian Dental JournaL, ;48:(4): 212-220

Efriliamora nasution. 2003. Kegagalan Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan

Dukungan Gigi dan Implant Ditinjau dari Aspek Biomekanis dan Usaha

Pencegahannya. usu e-repository@2003

Karasutisna, T. 2002. Bahan Ajar Ilmu Bedah Mulut. Tinjauan Umum Dental

Implan dan Pengenalan Sistem Implan ITI. Bagian Bedah Mulut FKG

UNPAD.

Newman, Michael G., Henry H. Takei, Fermin A. Carranza. 2002. Carranza's m

Clinical Periodontology-9th Ed. Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Jokstad, A., Braegger, U., Brunski, J. B., Carr, A. B, Naert, I., dan Wennerberg,

A. 2003. Quality of Dental Implans. International Dental Journal; Supp.

2;6/03. FDI Dental Press.

Manurung, R. 1997. Tinjauan Umum Dental Implan. Jurnal Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran.

Mc Glumphy, EA dan Larsen, PE., 2003, Contemporary Implant Dentistry, In

Peterson Implant Dentistry, Contemporary Oral and Maxilofacial Surgery,

Page 27: PERI-IMPLANTITIS TUTORIAL 3.pdf

27

Fourth ed. Mosby, St Louis.

McKinney, R. V. 1991. Endosteal Dental Implan. 1st edition. Toronto: Mosby

year Book.

Misch, C. E. 2005. Dental Implan Prosthetic. Mosby

Nur Fahmi Fauziah, 2008. Prosedur Pemasangan Pada Sistim Implan Osstem SS

II, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, Bandung.

Pedlar,J and Frame, J.W. 2001. Oral and Maxillofacial Surgery ; an Objective

Based Tex Book. Churchill Livingstone

Renouard, F., and Rangert, B. 1999. Risk Factors in Implant Dentistry ; Simplified

Clinical analysis for Predictable Treatment. Quintessence Pub. Co., Inc

Sethi, A., and Kaus. T. 2005 Practical Implant Dentistry. Quintessence Publishing

Co., Ltd.

Schroder, A., Sutter, F., Krekeler, G. 1991. Oral Implantology; Basics ITI Hollow

Cylinder System. Georg Thieme Verlag Stugart.

Straumann. 1995. Concept and surgical Procedure. Straumann Dental.

Quintessenze Verlag, Berlin.