89784137 fistula peri anal

27
1 PRESENTASI KASUS INDIVIDU “FISTULA PERIANAL” Oleh: Dyah Nisma Purboningtyas 201020401011179 Pembimbing: dr.Muwardi Romli M. Sp B M.Kes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Upload: rahmat-agung

Post on 30-Nov-2015

85 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: 89784137 Fistula Peri Anal

1

PRESENTASI KASUS INDIVIDU

“FISTULA PERIANAL”

Oleh:

Dyah Nisma Purboningtyas

201020401011179

Pembimbing:

dr.Muwardi Romli M. Sp B M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

2012

Page 2: 89784137 Fistula Peri Anal

2

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL................................................................................................. 1

DAFTAR ISI......................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 3

BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................. 5

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 14

BAB 4 KESIMPULAN......................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: 89784137 Fistula Peri Anal

3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Fistula perianal merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel

dari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk

kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat

inflamasi.

Angka prevalensi penyakit ini adalah 8,6 % kasus tiap 100.000 populasi.

Prevalensi pada pria adalah 12,3% dari 100.000 populasi. Pada wanita, berkisar

5,6 % dari 100.000 populasi. Rasio pada pria dan wanita adalah 18,1, yang

menggambarkan lebih seringnya penyakit ini pada pria. Umurnya rata-rta

penderita fistel ini adalah 38 tahun.

Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3

kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi

tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan

terbentuk fistula.

Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran

abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di

perbatasan anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit kepala.

Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang

sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup

tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan

mengalami kekambuhan)

Page 4: 89784137 Fistula Peri Anal

4

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan bisul di dekat

lubang pantat yang diketahuinya sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku bisul

tersebut pecah sekitar 1 bulan yang lalu dan mengeluarkan nanah tapi tidak

didapatkan darah. Pasien mengaku bisul tersebut hilang timbul. Menurut

pengakuan pasien, saat bisul belum pecah terasa sangat nyeri dan kemudian

setelah pecah nyerinya hanya kadang-kadang saja. Saat bisul belum pecah

sempat demam tapi hanya sumer-sumer. Pasien mengaku tidak ada gangguan

saat buang air besar (BAB), BAB 1 kali/hari setiap pagi, tapi terkadang pasien

mengaku BABnya keras. Sering mengejan saat berak disangkal oleh pasien.

BAB darah disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat

makan dan minum, mual maupun muntah juga disangkal. Pasien juga

mengatakan tidak ada gangguan saat buang air kecil (BAK), pancaran saat

BAK normal, sering terbangun dimalam hari untuk BAK disangkal oleh pasien,

BAK terputus-putus serta nyeri saat BAK juga tidak dirasakan oleh pasien.

Sebelumnya pasien belum pernah menderita keluhan yang sama. Pasien

tidak mempunyai riwayat hipertensi maupun diabetes mellitus. Tidak diapatkan

riwayat batuk lama atau pengobatan selama 6 bulan. Keluarga pasien belum

pernah menderita keluhan yang sama. Pasien tidak mempunyai kebiasaan

merokok, sumber air untuk digunakan mandi pasien dari PDAM.

Saat datang ke RSML pasien dalam keadaan cukup, GCS 456. Pada

pemeriksaaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 125/78, nadi

88x/menit, nafas 20x/menit, suhu 36.5˚C aksila. Pada pemeriksaan kepala

pasien tampak anemis, tapi tidak didapatkan ikterik maupun sianosis maupun

dispnea. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening (KGB) dan

kelenjar tiroid pada pemeriksaan leher.

Pada pemeriksaan paru didapatkan bentuk simetris, tidak tampak adanya

retraksi intercostalis maupun otot-otot tambahan pernafasan. Pada auskultasi

Page 5: 89784137 Fistula Peri Anal

5

terdengar suara nafas vesikuler kanan dan kiri pasru sama, tidak terdengar

wheezing maupun ronkhi. Pada palpasi didapatkan fremitus taktil normal,

ekspansi pergerakan dinding dada simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar

aksila. Perkusi sonor pada kedua lapangan paru. Sedangkan pada pemeriksaan

jantung tidak didapatkan voussore cardiaque, iktus cordis tak teraba, tidak

didapatkan thrill atau fremissement, pada saat perkusi didapatkan batas kiri

redup ICS VII line axillaris anterior sinistra, batas kanan kanan redup ICS IV

para sternal line dextra, dan batas atas redup ICS III sternal line sinistra. Padaa

saat auskultasi terdengar S1 S2 tunggal, tidak terdengar bunyi murmur maupaun

gallop.

Pada pemeriksaan abdomen tampak flat/datar, tidak tampak caput meduse

maupun grey sign dan cullen sign. Pada saat palpasi teraba soefl, tidak

didapatkan nyeri tekan, hepar dan lien sulit dievaluasi. Perkusi timpani, tidak

didapatkan shifting dullnes maupun meteorismus. Saat aukultasi bising usus

normal, tidak terdengar bruit maupun metalic sound.

Pada pemeriksaan uro-genitalia normal, tidak didapatkan adanya massa,

tidak terdengar bising arteri renalis dextra maupun sinistra, ginjal tidak teraba

saat palpasi. Pada pemeriksaan anal tidak didapatkan massa, abses maupun

tanda-tanda radang tapi terdapat outlet. Pada ekstremitas didapatkan akral

hangat kering merah, tidak didapatkan edema.

Pemeriksaan status lokalis

Inspeksi : Tampak outlet pada regio perianal arah jam 6, tidak didapatkan

tanda-tanda radang, abses maupun massa.

Palpasi : RT : Tonus sfingter ani adequat, mukosa licin, ampula rekti tidak

kolap, tidak didapat massa maupun darah, teraba indurasi arah jam

6 dengan jarak 1 cm dari tepi anus.

Berikut ini adalah gambar dari pasien :

Page 6: 89784137 Fistula Peri Anal

6

Gambar 2.1 Fistula perianal

Pemeriksaan Laboratorium

1.Pemeriksaan Darah Lengkap

Diffcount : 1/0/76/17/6 (1-2/0-1/49-67/25-33/3-7)

Hematokrit : 45,2 % (L 40-54%, P 35-47%)

Hemoglobin : 15,5 g/dl (P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)

Leukosit : 9700 (4000-10.000)

Trombosit : 275.000 (150.000- 450.000)

LED : 35/58 (L 0-5/jam, P 0-7/jam)

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah

GDA : 87 (<200 mg/dl)

3. Pemeriksaan Faal Homeostasis

Bleeding time : 2’30” (1-5 menit)

Clothing time : 9’10” (5-11 menit)

Assesment : Fistula perianal

Page 7: 89784137 Fistula Peri Anal

7

Rencana tindakan :

1. Infus RL 1500cc/24 jam

2. Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr

3. Injeksi Metamizole 3x1

4. Pro Fistulektomi

Laporan Operasi

Nama operator : dr. Muwardi Tgl : 31-01-2012

Asisten 1 : Gh mulai jam: 11.00

Asisten 2 : DM selesai jam: 12.00

Persiapan operasi : inform consent, pasang infus + DK, antibiotik pre OP

Posisi pasien : Lithotomi pengaruh GA

Desinfeksi : Betadine + Alkohol

Insisi kulit dan pembukaan lapangan OP: regio perianal

Pendapatan pada explorasi : Fistula peri anal

Apa yang dikerjakan : Fistulektomi

Penutupan lapangan OP & kulit: primer

Komplikasi OP : Perdarahan

Kata kunci

- Laki-laki

- 55 tahun

- Bisul didekat lubang pantat

- Nyeri

- Bisul pecah 1 bln yll

- Hilang timbul

- Pus (+)

- Darah (-)

- BAB kadang keras

- BAK dbn

- Higiene sanitasi baik

Page 8: 89784137 Fistula Peri Anal

8

- Riw abses perianal (+)

- Riw.hemoroid (-)

- Riw.trauma (-)

- Riw.batuk lama (+)

- Outlet (+) perianal

- Teraba indurasi pada jam 6

- Tanda-tanda radang (-)

- LED meningkat

Daftar masalah

- Fistula perianal

Initial diagnosa

- Fistula perianal

Page 9: 89784137 Fistula Peri Anal

9

BAB III

PEMBAHASAN

Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan bisul di dekat lubang

pantat yang diketahuinya sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku bisul tersebut

pecah sekitar 1 bulan yang lalu dan mengeluarkan nanah tapi tidak didapatkan darah.

Menurut pengakuan pasien, saat bisul belum pecah terasa sangat nyeri dan kemudian

setelah pecah nyerinya hanya kadang-kadang saja.

Bisul didekat lubang pantat ini adalah fistula perianal yang merupakan sebuah

hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit

perianal. Fistula perianal adalah bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak

sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi.

Anatomi

Kanalis anal merupakan bagian akhir dari usus besar dan rektum, yang berawal

dari diafragma pelvis yang melewati otot levator ani dan berakhir di pinggiran anal.

Kanalis ini mempunyai panjang sekitar 4 cm. Dinding otot dari kanalis anal

merupakan kelanjutan dari lapisan otot sirkuler rektum yang kemudian menebal dan

membentuk sfingter internal.

Secara anatomis kanalis anal memanjang dari pinggiran anal ke linea dentata.

Akan tetapi para ahli mendefinisikan kanalis anal memanjang dari pinggiran anal ke

cincin anorektal. Cincin anorektal sendiri teraba saat pemeriksaan rektar 1-1,5 cmdi

atas linea dentata.

Pinggiran anal adalah pertemuan antara anoderm dengan kulit perianal.

Anoderm merupakan epitel tersendiri yang kaya akan saraf tapi kurang dalam hal

perangkat (folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea). Linea dentata atau

linea pectinata yang merupakan pertemuan antara mukokutaneus sebenarnya terletak

1-1,5 cm dari pinggiran anal.

Kanalis anal dikelilingi oleh sebuah sfingter internal dan eksternal, yang

keduanya menjalankan mekanisme sfingter anal. Sfingter interna merupakan

kelanjutan dari bagian dalam otot polos sirkuler rektum. Juga merupakan otot

Page 10: 89784137 Fistula Peri Anal

10

involunter dan normalnya berkontraksi saat istirahat. Bidang intersfingterik

merupakan kelanjutan fibrosa dari lapisan otot polos longitudinal rektum.

Sfingter eksternal merupakan otot volunter berlurik yang terbagi atas 3 putaran

membentuk U (subkutaneus, superfisial, dan profunda) namun bekerja sebagai satu

kesatuan, sfingter ekternal merupakan kelanjutan dari otot-otot levator dari dasar

pubis, khususnya otot puborektalis. Otot puborektalis berasal dari pubis dan menyatu

pada posterior dari rektum. Normalnya sfingter berkontraksi menghasilkan

penyudutan 80 derajat dari sudut pertemuan anorektal.

Dari area setinggi cincin anorektal ke arah distal dan antara otot sfingter

internal dan eksternal, lapisan otot longitudinal rektum menyatu dengan serat levator

ani dan otot puborektalis yang kemudian membentuk longitudinal conjoined. Serat-

serat otot ini yang dapat memotong bagian bawah dari sfingter eksternal untuk

kemudian masuk ke dalam kulit perianal dan mengerutkan pinggiran anal yang

disebut dengan corrugator cutis ani.

Kolumna morgagni terdiri atas 8-14 lipatan mukosa longitudinal yang terletak

tepat diatas linea dentata dan membentuk kripta analis pada ujung distalnya.

Kelenjar-kelenjar rudimenter kecil membuka pada kripta-kripta ini. Saluran dari

kelenjar ini menembus sfingter internal dan badan dari kelenjar ini terletak pada

bagian intersfingterik.

.

Page 11: 89784137 Fistula Peri Anal

11

Gambar 3.1 Anatomi regio perianal

Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses

anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan

anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit kepala

Kadang fistel disebabkan colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis,

atau morbus crohn. Fistel dapat terletak di subkutis, submukosa, antarsfingter atau

menembus sfingter. Mungkin fistel terletak anterior, posterior, lateral. Bentuknya

mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya fistel ditemukan tunggal

atau kadang-kadang ditemukan kompleks

Hipotesis yang paling jelas adalah kriptoglandular, yang dijelaskan bahwa

fistula perianal merupakan abses anorektum tahap akhir yang telah didrainase dan

Page 12: 89784137 Fistula Peri Anal

12

membentuk traktus. Kanalis anal mempunyai 6-14 kelenjar kecil yang terproyeksi

melalui sfingter anal dan menuju kripta pada linea dendata. Kelenjar dapat terinfeksi

dan menyebabkan penyumbatan. Bersamaan dengan penyumbatan itu, terperangkap

juga feses dan bakteri dalam kelenjar. Penyumbatan ini juga dapat terjadi setelah

trauma, pengeluaran feses yang keras, atau inflamasi. Apabila kripta tidak kembali

membuka ke kanalis anal maka akan terbentuk abses di dalam rongga intersfingteric.

Abses lama kelamaan akan meninggalkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula.

Pada kasus-kasus mudah, aturan Goodsall, dapat membantu untuk

mengantisipasi keadaan anatomi dari fistula perianal. Aturan ini menyatakan bahwa

fistula dengan bukaan eksternal yang terletak anterior dari garis transversal tengah

anus akan mengikuti garis radial lurus menuju linea dentata. Fistula dengan bukaan

posterior dari garis transversal akan mengikuti garis membelok menuju garis tengah

posterior. Pengecualian untuk aturan ini bila bukaan eksternal berjarak lebih dari 3

cm dari pinggiran anus. Gambaran yang terakhir ini hampis selalu berasal dari traktus

primer atau sekunder dari garis tengah posterior yang konsisten dengan abses tapal

kuda sebelumnya.

Gambar 3.4 Hubungan antara lubang primer dan sekunder

Page 13: 89784137 Fistula Peri Anal

13

Klasifikasi fistula perianal menurut Parks dibagi atas :

1. Intersfingteric : lebih sering terjadi sekitar 70% kasus, melewati internal

sfingter ke celah intersfingteric lalu ke perineum. Fistula jenis ini

diakibatkan oleh abses perianal. Pada fistula intersfingteric juga bisa

didapatkan traktus buntu yang tinggi dengan arah ke atas ruang

intersfingteric menuju ke ruang supralevator. Bukaan eksternalnya biasanya

pada kulit perianal yang dekat dengan pinggiran anal.

2. Transfingteric : pada 20% kasus, berjalan dari ruang intersfingteric

melewati sfingter eksternal ke fossa ischiorectal lalu ke perineum. Fistula

jenis ini banyak diakibatkan oleh abses ischiorektal. Fistula jenis ini dapat

mempunyai traktus buntu yang tinggi dan dapat mencapai apeks dari fossa

ischiorectal atau dapat memanjang melalui otot levator ani dan ke dalam

pelvis

3. Suprasfingteric : pada 5% kasus, melalui ruang intersfingteric superior

diatas otot puborectalis ke fossa ischiorectalis dan perineum. Traktus buntu

dapat juga timbul pada jenis ini dan mengakibatkan pemanjangan bentuk

tapal kuda.

4. Extrasfingteric : hanya pada 2% kasus, dari kulit perianal melalui otot-otot

levator ani pada dinding rectum tanpa melewati mekanisme sfingter.

Biasanya terjadi karena penetrasi benda asing pada rektum, Morbus Crohn,

paling sering karena iatrogenik sekunder setelah pemeriksaan yang terlalu

berlebih saat operasi

Page 14: 89784137 Fistula Peri Anal

14

Gambar 3.2 Klasifikasi fistula perianal menurut Parks

Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus. Fistel

dengan lubang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus tetapi

bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior disekitar

m.pubrorektalis dan dapat membentuk satu lubang perforasi atau lebih di sebelah

anterior.

Gambaran klinis yang sering dijumpai pada pasien perianal abses adalah nyeri,

discharge berupa darah atau kotoran, pruritus ani, gejala sistemik bila sudah terinfeksi

abses.

Dari anamnesis biasanya ada riwayat kekambuhan abses perianal dengan selang

waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada colok dubur

umunya fistel dapat diraba antara jari telunjuk di anus (bukan di rektum) dan ibu jari

di kulit perineum, sebagai tali setebal kira-kira 3 mm (colok dubur bidigital). Jika

fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya. Fistel perianal

jarang menyebabkan gangguan sistemik. Fistel kronik yang lama sekali dapat

menimbulkan degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan fistula perianal

harus dilengkapi dengan rektoskopi untuk menentukan adanya karsinoma atau

proktitis TB, amuba, morbus Crohn. Fistulografi kadang berguna pada keadaan

kompleks. Fistulografi dilakukan dengan injeksi kontras melalui pembukaan internal,

Page 15: 89784137 Fistula Peri Anal

15

diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur

fistula.

Gambar 3.5 Fistulografi tampak anteroposterior

Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah EUA (Examination Under

Anasthesia), hal-hal yang dapat ditemukan pada pemeriksaan adalah :

- Bisa melihat bukaan primernya

- Discharge mungkin bisa dilihat

- Bisa juga untuk mengeksplorasi fistula sehingga dapat menemukan kedua

bukaan sekundernya.

Pemeriksaan lain yang juga dapat dilakukan adalah CT Scan, yang dilakukan

dengan kontras intravena dan rektal merupakan metode non invasif untuk melihat

ruang perirektal. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengeidentifikasi abses-abses

anorektal dengan letak dalam, tapi jarang digunakan untuk evaluasi preoperatif fistula

perianal.

USG endoanal digunakan untuk menentukan hubungan antara traktus primer

dengan sfingter anal, untuk menentukan apakah simpel atau kompleks dengan

perpanjangan, dan untuk menentukan lokasi bukaan primer.

MRI mempunyai resolusi jaringan yang bagus kapabilitas multiplanar sehingga

sangat akurat dalam mengidentifikasi bukaan internal dan traktus fistula. Hal ini

membuat MRI menjadi pilihan utama dalam mengidentifikasi fistula yang kompleks.

Page 16: 89784137 Fistula Peri Anal

16

Diagnosis banding pada pasien fistula perianal adalah hidradenitis supurativa

yang merupakan radang kelenjar keringat apokrin yang biasanya membentuk fistula

multipel subkutan yang kadang ditemukan di perineum dan perianal. Penyakit ini

biasanya ditemukan di ketiak dan umumnya tidak meluas ke struktur yang lebih

dalam. Sinus pilonidalis terdapat hanya di lipatan sakro-koksigeal dan berasal dari

sarang rambut dorsal dari tulang koksigeus atau ujung tulang sakrum. Fistel proktitis

dapat terjadi pada Morbus Crohn, TBC, amubiesis, infeksi jamur, dan divertikulitis.

Kadang fistula koloperineal disebabkan oleh benda asing atau trauma.

Terapi atau penatalaksanaan pada apsien dengan fistula perianal adalah dengan

fistulektomi atau fistulotomi. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi

artinya fistel dibuka dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit. Luka dibiarkan

terbuka sehingga menyembuh mulai dari dasar per sekundam intentionem. Luka

biasanya akan sembuh dalam waktu agak singkat. Kadang dibutuhkan operasi dua

tahap untuk menghindari terpotongnya sfingter anus.

Gambar 3.5 Fistulektomi

Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta

profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

Terapi pembedahan:

Page 17: 89784137 Fistula Peri Anal

17

·   Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,

dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat

mungkin dilakukan fistulotomi.

·   Fistulektomi:Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk

menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya

terbuka.

·   Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam

Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk

memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton

ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan

terlepas sendiri setelah beberapa bulan.

·   Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi

keberhasilannya tidak terlalu besar.

·   Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam

saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh.

Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit,

dan aman, namun keberhasilan  jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.

Pasca Operasi

Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah

operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa

hari.

Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka

operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca

operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan

penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara

lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu

dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali

Page 18: 89784137 Fistula Peri Anal

18

menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka

sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama. 

Prognosis pada pasien dengan fistula perianal adalah fistel dapat kambuh bila

lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak turut dibuka

atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai permukaan.

Page 19: 89784137 Fistula Peri Anal

19

BAB IV

KESIMPULAN

Fistula perianal yang merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel

dari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk

kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat

inflamasi.

Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses

anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan

anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit kepala.

Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh

spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu

sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami

kekambuhan).

Page 20: 89784137 Fistula Peri Anal

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Patel, Mukul, 2003, Anal Fistula (Fistulo in Ano), diakses tgl 30 januari 2012

dari http://www.proctocure.com/anal_fistula.htm

2. Wim De Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta

3. Zagrodnik, Dennis F, 2009, Fistulo in Ano, diakses tanggal 30 Januari 2012,

dari http://emedicine.medscape.com/article/190234-overview#showall

4. Anonim, 2011, Anal Fistula, diakses tanggal 31 Januari 2012 dari

http://enwikipedia.org.wiki/anal_fistula

5. Tonino, Susane, and Robin Smithuis, 2009, Rectum-Perianal Fistulas, diakses

tanggal 31 Januari 2012 http://www.proctocure.com/anal_fistula.htm

6.