perhubungan dan pariwisata - kementerian …  · web view2013-10-23 · a. pendahuluan....

91
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

Upload: doanque

Post on 03-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

BAB X

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

A. PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembangunan perhubungan dalam Repelita III ditekankan pada kegiatan rehabilitasi dan peningkatan prasa-rana dan sarana yang ada sehingga dapat menyediakan kapasitas jasa perhubungan yang lebih baik bagi masyarakat. Juga dila-kukan pembangunan prasarana dan sarana baru sesuai dengan pertumbuhan permintaan jasa perhubungan yang setiap tahunnya terus meningkat. Kegiatan pembangunan tersebut telah dapat memperluas jangkauan pelayanan perhubungan dan memperlancar arus barang dan jasa serta mobilitas penduduk keseluruh wila-yah Nusantara. Selain itu hal tersebut telah dapat pula me-nembus isolasi dan mendorong pertumbuhan daerah-daerah ter-pencil serta meningkatkan perdagangan antar daerah yang lebih seimbang. Dengan pembangunan perhubungan wilayah Nusantara telah dapat dihubungkan oleh suatu sistem perhubungan yang semakin terpadu dan teratur.

Pelaksanaan program-program pembangunan perhubungan sela-ma Repelita III pada umumnya telah dapat diselesaikan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Hal tersebut diikuti pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah meningkatkan efisiensi pelayanan jasa perhubungan, pengaturan pengoperasi-an dan keselamatan lalu-lintas serta pembinaan dan pengem-bangan usaha angkutan termasuk peningkatan pendidikan, kete-rampilan dan latihan bagi petugas dan tenaga jasa perhubungan.

Peningkatan jalan yang dilaksanakan dalam Repelita III telah dapat merehabilitasi dan meningkatkan kondisi jaringan jalan sehingga ruas-ruas jalan arteri dan jalan kolektor da-lam kondisi kritis dan rusak berat telah dapat dihilangkan. Dengan usaha tersebut ruas jalan dalam kondisi mantap mening-kat menjadi 13.956 km dan ruas jalan dalam kondisi tidak man-tap menjadi 25.044 km. Selama Repelita III juga telah dilaku- kan pembangunan jalan baru sepanjang 1.384 km terutama menem-bus daerah-daerah yang masih terisolir, daerah-daerah pemu-kiman transmigrasi dan jalan menuju pusat-pusat produksi. Pembangunan jalan baru juga dilakukan di kota-kota untuk da-pat menampung pertumbuhan lalu-lintas yang terus meningkat.

Di bidang angkutan jalan raya selama Repelita III telah dilakukan peningkatan fasilitas keselamatan jalan raya berupa

601

pembangunan rambu-rambu lalu-lintas, lampu pengatur lalu-lin-tas, dan pusat-pusat pengujian kendaraan bermotor sehingga pengaturan dan pengawasan lalu-lintas dapat ditingkatkan. Pe-layanan angkutan kota, angkutan antar kota dan angkutan bis perintis ke daerah terpencil telah pula ditingkatkan sehingga dapat melancarkan arus penumpang, angkutan pariwisata dan angkutan transmigrasi.

Untuk dapat meningkatkan kapasitas angkutan dan mutu pe-layanan perkeretaapian, telah dilakukan rehabilitasi dan pe ningkatan jalan kereta api, rehabilitasi dan penambahan lok-lok uap, lok diesel dan lok listrik serta rehabilitasi dan penambahan kereta penumpang dan gerbong barang. Sebagian ke-butuhan sarana kereta api tersebut telah pula diproduksi di dalam negeri. Dengan pembangunan tersebut peranan angkutan kereta api telah dapat ditingkatkan terutama untuk menunjang perkembangan berbagai sektor antara lain sektor industri, pertambangan dan perkebunan. Juga telah dilakukan peningkatan operasional perusahaan agar mampu beroperasi secara efisien.

Peningkatan angkutan sungai, danau dan penyeberangan di-lakukan dengan penambahan armada kapal, peningkatan dan pem-bangunan dermaga dan terminal, pemasangan rambu-rambu pela-yaran serta pembersihan alur pelayaran. Kegiatan ini telah dapat meningkatkan pelayanan angkutan yang lebih terpadu dengan jasa angkutan darat lainnya serta membuka hubungan dengan daerah yang belum dilayani jenis angkutan lain.

Di bidang perhubungan laut selama Repelita III telah di-lakukan peningkatan armada pelayaran baik pelayaran samudera, pelayaran nusantara, pelayaran lokal, pelayaran perintis dan pelayaran khusus. Untuk dapat meningkatkan jasa perhubungan laut secara keseluruhan dilakukan pula penambahan dan pening-katan fasilitas dan peralatan pelabuhan, pengerukan pelabuhan dan alur pelayaran, peningkatan fasilitas keselamatan pela-yaran, peningkatan fasilitas galangan kapal serta pengembang-an industri maritim. Selain itu untuk melayani angkutan ke daerah-daerah terpencil telah dikembangkan pelayaran perintis laut yang secara teratur menyinggahi pelabuhan-pelabuhan pe-rintis di tempat-tempat yang terpencil.

Pembangunan perhubungan udara diutamakan untuk dapat me-ningkatkan daya dukung landasan udara, menambah fasilitas keselamatan penerbangan dan fasilitas landasan udara. Sesuai dengan pertumbuhan permintaan akan jasa angkutan udara di dalam negeri dan keluar negeri selama Repelita III telah pula dilakukan penambahan armada udara, perluasan jaringan pener-

602

bangan dan frekuensi penerbangan yang melayani angkutan ko-mersial, angkutan haji, angkutan transmigrasi dan angkutan perintis secara teratur.

Selama Repelita III telah pula dibangun dan diperluas kantor-kantor pos pembantu, kantor pos tambahan dan kantor--kantor pos yang tersebar diberbagai ibukota kecamatan, dae-rah-daerah transmigrasi serta pemukiman penduduk yang terpen-cil. Juga dilakukan peningkatan dan penambahan trayek-trayek pos, pelayanan pos keliling desa serta pelayanan pos keliling kota.

Pembangunan telekomunikasi dilakukan dengan meningkatkan. produktivitas penggunaan peralatan yang ada secara optimal agar dapat memperluas pelayanan telekomunikasi keluar negeri dan di dalam negeri. Hal tersebut dilakukan dengan meningkat-kan sistem jaringan transmisi, fasilitae telepon otomat, te-lepon umum, telex dan telegrap sehingga hubungan telekomuni-kasi menjadi lebih luas dan cepat.

Pembangunan pariwisata selama Repelita III dilakukan un-tuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, me-ningkatkan penerimaan devisa serta memperkenalkan alam dan kebudayaan Indonesia. Selama Repelita III telah ditingkatkan dan dibangun daerah-daerah tujuan wisata berupa peningkatan prasarana dan sarana penunjangnya. Peningkatan tersebut telah meningkatkan arus kunjungan wisata di dalam negeri maupun wi-satawan dari luar negeri. Untuk lebih meningkatkan arus wisa-tawan dari luar negeri telah diambil berbagai kebijaksanaan antara lain pembebasan visa selama 2 bulan untuk wisatawan dari 26 negara pasaran wisatawan yang potensial. Selain itu dibuka pula 8 pelabuhan udara sebagai pintu gerbang wisatawan asing yaitu di Biak, Manado, Ambon, P.Batam, Padang, Jakarta dan Denpasar. Jumlah tempat menginap telah dapat pula diting-katkan, serta dilakukan pula pembinaan dan pengembangan mutu produk wisata Indonesia agar mampu bersaing dipasaran inter-nasional.

Perkembangan pelaksanaan pembangunan sektor perhubungan dan pariwisata selama Repelita III dilaporkan secara terpe-rinci dan berurutan di bawah ini.

B. PELAKSANAAN PEMBNGUNAN

1. Perhubungan Darat

603

a. Jalan

Pelaksanaan pembangunan jalan selama Repelita III dilaku-kan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan jaringan jalan yang tersebar diseluruh Indonesia agar dapat berfungsi mela-yani pertumbuhan lalu-lintas terutama pada ruas-ruas jalan yang mempunyai nilai sosial dan ekonomi yang tinggi. Pemba-ngunan jalan tersebut juga ditujukan untuk mendorong pengem-bangan dan pemerataan pembangunan daerah-daerah diseluruh Nu-santara dan meningkatkan kelancaran arus lalu-lintas yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasarannya.

Usaha yang telah dilakukan meliputi program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan, program penunjangan jalan dan jemba-tan, program peningkatan jalan dan penggantian jembatan serta program pembangunan jalan dan jembatan baru. Pelaksanaan pro-gram rehabilitasi dan pemeliharaan jalan telah dapat memperbaiki kerusakan-kerusakan setempat pada ruas-ruas jalan arte-ri dan kolektor yang telah mempunyai kondisi fisik yang man-tap sehingga jalan tersebut tetap terpelihara. Sasaran yang dapat dicapai program tersebut selama Repelita III adalah sepanjang 31.971 km dan telah dapat melampaui sasaran yang ingin dicapai sepanjang 30.600 km. Program penunjangan jalan dan jembatan telah dapat memperbaiki kondisi jalan yang tidak mantap dan kritis agar dapat melayani pertumbuhan lalu-lintas jangka pendek sebelum ruas jalan tersebut dapat ditingkatkan. Sasaran yang telah dicapai selama Repelita III adalah 90.547 km dimana beberapa ruas jalan telah diperbaiki lebih dari 2 kali. Program tersebut telah pula melebihi sasaran Repelita III sepanjang 86.800 km.

Pelaksanaan program peningkatan jalan dan penggantian jembatan telah dapat meningkatkan jumlah jaringan jalan ar-teri dan kolektor dalam kondisi mantap dan memenuhi per-tumbuhan lalu lintas yang terus meningkat pada ruas-ruas jalan tersebut. Selama Repelita III telah dapat ditingkatkan jalan sepanjang 10.707 km dan penggantian jembatan sepanjang 30.800 m. Adapun pelaksanaan program pembangunan jalan baru ditujukan untuk dapat melayani pertumbuhan lalu-lintas di ko- ta-kota, membuka hubungan lalu-lintas ke daerah yang terpen-cil serta daerah pemukiman transmigrasi. Hasil yang dicapai selama Repelita III adalah sepanjang 1.384 km yang telah me-lebihi sasaran Repelita III.

Hal tersebut menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, yaitu jika dilihat jumlah jalan kritis pada akhir Repelita II masih berjumlah 22% maka pada akhir Repelita III telah dapat

604

diatasi. Sedangkan jalan mantap dan tidak mantap yang pada akhir Repelita II adalah 13% dan 65% telah meningkat menjadi 36% dari 64% pada akhir Repelita III. Sedangkan hasil-hasil yang dicapai pada tahun 1983/84 adalah rehabilitasi dan pe-meliharaan jalan sepanjang 4.841. km, penunjangan jalan 15.943 km dan jembatan 24.055 m, peningkatan jalan 2.448 km dan penggantian jembatan 4.867 m, pembangunan jalan baru se-panjang 174 km dan jembatan baru 826 m.

Di samping pelaksanaan kegiatan fisik tersebut juga telah ditingkatkan kegiatan pendidikan dan latihan bagi tenaga pe-laksana pembangunan melalui kursus dan latihan keterampilan. Kegiatan tersebut antara lain telah dapat meningkatkan kemam-puan 1.727 petugas, terdiri dari 380 mandor, 599 pengendali peralatan, 246 tenaga mekanik, 139 pengawas pelaksana, 31 pe-tugas pemeliharaan, 18 mandor bengkel, 112 petugas perencana-an, 57 juru gambar, 32 juru ukur, 46 bendaharawan, 46 admi-nistrasi barang, dan 21 pimpinan proyek. Selama Repelita III telah pula dikembangkan kegiatan penelitian yang telah mela-hirkan metode-metode pelaksanaan pekerjaan jalan yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia dan dapat menyerap tenaga kerja yang sebanding. Hasil-hasil penelitian tersebut yang telah digunakan meningkatkan jaringan jalan selama Repelita III antara lain adalah

a.Lapisan tipis aspal buton murni (Latasbum) dan lapis as-pal buton dengan batu pecah agregat (lasbutog) digunakan untuk meningkatkan kondisi jalan dengan kepadatan lalu lintas antara 1.000 - 3.000 kendaraan per hari dan lebar perkerasan jalan 4,5 meter.

b.Lapis tipis aspal beton (lataston) dan lapis aspal beton (Laston) digunakan untuk meningkatkan kondisi jalan de-ngan kepadatan lalu lintas di atas 3.000 kendaraan per hari dengan lebar perkerasan jalan antara 6 dan 7 meter.

c.Jalan agregat padat tahan cuaca (Japat) digunakan untuk kegiatan penunjangan jalan terutama menghilangkan ruas-ruas jalan dalam kondisi kritis dan kepadatan lalu-lintas yang relatif rendah.

Penggunaan cara-cara tersebut telah dapat meningkatkan pencapaian sasaran penanganan jaringan jalan selama Repelita III serta meningkatkan pula pemanfaatan Aspal Buton sebagai bahan produksi dalam negeri. Penelitian penggunaan Aspal Bu-ton tersebut juga terus ditingkatkan untuk dapat memperoleh hasil produk yang seoptimal mungkin. Untuk itu terus dilaku-

605

kan penelitian peningkatan mutu produksi, jumlah produksi dan deposit yang tersedia, peningkatan sistem distribusi serta peningkatan pengelolaannya oleh suatu perusahaan yang efisien.

Pemanfaatan produksi dalam negeri tersebut dilakukan se-jalan dengan peningkatan kemampuan pelaksanaan di bidang in-dustri konstruksi dengan melakukan pembinaan terhadap para kontraktor dan konsultan dalam negeri diseluruh Indonesia. Dengan hasil pembinaan tersebut sebagian besar pekerjaan konstruksi jalan yang dibiayai dengan bantuan luar negeri te-lah pula dapat dilaksanakan oleh kontraktor nasional secara tersendiri atau bekerjasama dengan kontraktor asing. Selain itu di bidang jembatan telah pula ditingkatkan pembuatan kom-ponen, jembatan di lokasi-lokasi tertentu yang dapat memperce-pat pencapaian sasaran penggantian jembatan sekaligus menu-runkan biaya harga satuan ke tingkat yang lebih Wajar.

Untuk dapat meningkatkan hasil-hasil produksi pertanian, perkebunan dan industri kecil di pedesaan serta untuk dapat memperlancar pemasarannya telah pula dilakukan program ban-tuan, penunjangan jalan kabupaten. Selama Repelita III telah berhasil ditingkatkan penunjangan jalan kabupaten sepanjang 40.326 km, dan penunjangan jembatan sepanjang 51.781 m. Hasil yang dicapai dalam tahun 1983/84 adalah penunjangan jalan ka-bupaten sepanjang 7.418 km, penunjangan jembatan 19.396 m dan penggantian gorong-gorong 59.568 m. Penunjangan jalan kabupa-ten tersebut telah pula ditingkatkan dengan penyediaan per-alatan jalan dan peningkatan kemampuan teknis pelaksanaan di lapangan. Peralatan tersebut telah dapat dimanfaatkan dima-sing-masing kabupaten sebagai pelengkap pekerjaan konstruksi dimana tenaga manusia sukar mengerjakannya.

Hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan tersebut, telah dapat meningkatkan kelancaran mobilitas antar daerah, baik untuk kegiatan perdagangan dan produksi, mening-katkan penyebaran penduduk dan menembus isolasi daerah-daerah yang terpencil. Perincian hasil kegiatan pembangunan jalan dan jembatan untuk masing-masing program selama Repelita III dapat dilihat dalam Tabel X - 1. Hasil-hasil tersebut dipe-rinci pula untuk masing-masing propinsi di Indonesia seperti terlihat dalam Tabel X - 2. Sedangkan perkembangan jumlah ja-lan mantap, tidak mantap den kritia sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 3.

b. Angkutan Jalan Raya

Hasil-hasil peningkatan dan pembangunan jalan selama Re-

606

TABEL X – 1REALISASI PROGRAM-PROGRAM

DI BIDANG JALAN DAH JEMBATAH,1978/79 – 1983/84

*) Angka diperbaiki

607

TABEL X - 2

REALISASI PROGRAN PEMBINAAN JARINGAN JALANPER PROPINSI REPELITA III

608

TABEL X - 3PERKEMBANGAN PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI

DAN JALAN KOLEKTOR,1978/79 - 1983/84

(dalam km)

*) Angka diperbaiki

609

GRAFIK X – 1PERKEMBANGAN PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI

DAN JALAN KOLEKTOR1978/79 – 1983/84

610

pelita III telah pula meningkatkan pertumbuhan jumlah sarana angkutan jalan raya serta usaha jasa angkutan jalan raya. Apabila dalam Repelita II pertambahan kendaraan bermotor men-capai + 16% per tahun maka selama Repelita III hal tersebut meningkat menjadi 16,5% per tahunnya. Pertambahan sarana ter-sebut untuk masing-masing jenis kendaraan per tahun selama 1epelita II adalah 11,5% untuk kendaraan bis, 16,8% kendaraan truk, 11,2% kendaraan mobil penumpang dan 24,4% untuk sepeda motor. Selama Repelita III pertambahan kendaraan bis adalah 22,6%, kendaraan truk 17%, mobil penumpang 10,3% dan sepeda motor 15,9%. Perincian jumlah pertambahan kendaraan setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel X - 4.

Untuk dapat menunjang perkembangan armada jalan raya ter-sebut selama Repelita III telah dilakukan pembangunan fasilitas keselamatan lalu lintas jalan raya berupa pemasangan rambu-rambu lalu-lintas, pembangunan lampu-lampu lintas persimpangan jalan, lampu lintas penyeberangan jalan kaki, serta alat-alat pengujian kelayakan kendaraan bermotor.

Hasil-hasil yang telah dicapai selama Repelita III adalah pemasangan rambu-rambu lalu-lintas sebanyak 33.989 buah, pe-masangan lampu-lampu lintas persimpangan 291 buah, lampu lintas penyeberangan jalan kaki 5 buah, pengecatan tanda pembagi jalur jalan 292.180 meter, pemasangan pagar pengaman tebing jalan 4.000 meter, pembangunan fasilitas pengujian kelayakan kendaraan di 10 lokasi, pengadaan alat uji rem kendaraan 9 buah, alat uji kedudukan roda kendaraan 2 buah, serta mobil derek 7 buah. Di samping itu juga telah ditingkatkan kemampuan operasional aparat Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya de-ngan menambah kendaraan operasi dan peralatan penunjangnya.

Melihat peningkatan pertumbuhan sarana angkutan jalan raya dan untuk mengawasi mutu perakitan kendaraan serta mutu suku cadangnya, telah dibangun secara bertahap Pusat Penguji-an Kendaraan Bermotor yang terletak di Bekasi, Jawa Barat. Sampai dengan tahun 1983/84 telah dapat dilengkapi peralatan laboratorium dan pengetesan tidak bergerak dan pembangunan tahap dua akan dimulai pelaksanannya. Dengan adanya pusat pengujian tersebut dapat diusahakan penurunan kecelakaan lalu lintas akibat ketidaklayakan kendaraan yang digunakan seba-gai sarana angkutan. Selain itu penelitian suku cadang dan kelayakan kendaraan juga dimaksudkan untuk menurunkan tingkat pengotoran udara di jalan raya. Adapun hasil pelaksanaan pem-bangunan fasilitas keselamatan lalu-lintas jalan raya selama Repelita III dapat dilihat pada Tabel X - 5.

611

TABEL X - 4PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA,

1978 – 1983(buah)

*) Angka diperbaiki

612

GRAFIK X - 2PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA,

1978 – 1983

613

613

TABEL X - 5PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN FASILITAS KESELAMATAN

ANGKUTAN JALAN RAYA1978/79 - 1982/83

614

Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui muatan kendaraan truk agar sesuai dengan kapasitas jalan adalah penggunaan jembatan timbang. Sejak tahun 1982 jembatan tim-bang tidak lagi digunakan secara menyeluruh tetapi pemeriksa-an dilakukan secara uji petik disertai usaha untuk mendorong kesadaran para pengusaha angkutan jalan raya untuk tidak mem-bawa muatan melebihi kemampuan jalan. Dari 175 buah jembatan timbang yang telah dibangun, 55 buah masih dimanfaatkan deng-an tugas pengawasan muatan secara uji petik dibeberapa lokasi penting.

Untuk dapat meningkatkan pelayanan angkutan umum bagi masyarakat, khususnya di daerah perkotaan dan daerah-daerah terpencil telah dilakukan penambahan sarana angkutan berupa bis kota dan bis perintis. Dengan penambahan bis-bis kota maka pada akhir Repelita III di kota Jakarta tersedia 1.609 buah bis kota, di Surabaya 189 buah, di Medan 84 buah, di Semarang 119 buah, di Surakarta 15 buah, di Ujung Pandang 10 buah, di Bandung 138 buah, dan di Tanjung Karang 28 buah. Bis-bis tersebut melengkapi sarana angkutan umum dalam kota di samping pelayanan angkutan yang dikelola masyarakat. Di samping itu untuk melayani angkutan bagi masyarakat di dae-rah-daerah terpencil dimana perusahaan angkutan swasta belum beroperasi telah dikembangkan angkutan bis perintis. Apabila pada akhir Repelita II jumlah armada bis perintis adalah 125 buah, maka pada akhir Repelita III telah meningkat menjadi 165 buah. Bis-bis perintis tersebut melayani daerah Ujung Pandang dengan 7 bis, daerah Pangkal Pinang 6 bis, daerah Ku-pang 6 bis, daerah Ambon 5 bis, daerah Sumba 8 bis, daerah Jayapura 11 bis, daerah Sorong 7 bis, daerah Manokwari 4 bis, daerah Merauke 4 bis, daerah Biak 6 bis, daerah Dili 18 bis, daerah Balikpapan 4 bis, daerah Palu 8 bis, daerah Padang 10 bis, daerah Lubuk Linggau 9 bis, daerah Banda Aceh 14 bis dan daerah Palembang 10 bis. Selain itu telah pula dilengkapi pengadaan terminal angkutan, bengkel kendaraan dan tempat-tempat tunggu bis.

c. Angkutan Kereta Api

Peranan angkutan kereta api dalam Repelita III semakin meningkat dalam usaha melayani angkutan penumpang dan barang. peningkatan tersebut disebabkan oleh pertambahan permintaan untuk melayani angkutan hasil-hasil industri dan pertambang-an, hasil-hasil perkebunan dan pertanian serta melayani ang-kutan pariwisata, angkutan transmigrasi dan angkutan kota. Untuk itu telah dilakukan peningkatan kapasitas dan mutu pe-layanan angkutan kereta api dengan merehabilitasi dan mening-

615

katkan prasarana dan sarana yang ada.

Kegiatan rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan sara-na kereta api tersebut telah pula meningkatkan produktivitas angkutan kereta api. Pada akhir Repelita III perbandingan siap guna operasi lokomotip telah dapat ditingkatkan dari 58% menjadi 79% dan perbandingan siap guna kereta meningkat dari 69% menjadi 87%. Penggunaan lokomotip penumpang mencapai 409 km/hari, lokomotip barang 232 km/hari, kereta penumpang 383 km/hari dan gerbong 37 km/hari. Produktivitas yang dicapai lokomotip penumpang, kereta penumpang dan gerbong telah me-lebihi sasaran yang ingin dicapai dalam Repelita III. Produk-tivitas sarana angkutan kereta api tersebut telah meningkat-kan rata-rata kenaikan penumpang sebesar 10,3% per tahun, pe-numpang kilometer 1,6% per tahun dan angkutan barang 4,9% per tahun.

Hasil-hasil pelaksanaan pembangunan kereta api dalam Re-pelita III adalah rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api sepanjang 1.595 km, rehabilitasi dan peningkatan jembatan 116 buah, rehabilitasi lok diesel 593 buah, rehabilitasi lok uap 42 buah, rehabilitasi kereta rel listrik 72 buah dan ke-reta rel diesel 79 buah, rehabilitasi kereta penumpang 1.353 buah dan rehabilitasi gerbong 11.294 buah. Selain itu telah pula dilakukan penambahan lok diesel sebanyak 75 buah, kereta rel listrik 60 buah, kereta rel diesel 112 buah, kereta pe-numpang 360 buah dan gerbong 400 buah. Tambahan gerbong kere-ta api sebanyak 400 buah tersebut adalah hasil rakitan PT In-dustri Kereta Api di Madiun.

Adapun proyek-proyek pembangunan angkutan kereta api yang cukup besar antara lain adalah pengangkutan batu bara Bukit Asam dari Tanjung Enim ke Tarahan. Dengan pembangunan lintas kereta api ini dapat diangkut kebutuhan batu bara sebanyak 3 ton setahun untuk sumber energi bagi PLTU Suralaya. Di sam-ping itu sedang dibangun lintas kereta api antara Meneng-Kabat di Jawa Timur untuk memperlancar distribusi pupuk di wilayah tersebut. Dalam rangka mengatasi masalah angkutan ko-ta di wilayah Jabotabek telah pula ditingkatkan kapasitas dan mutu pelayanan angkutan kereta api kota dengan penambahan sa-rana angkutan dan peningkatan prasarananya. Selain itu telah pula dilakukan penelitian penggunaan angkutan kereta api un-tuk angkutan peti kemas, dan penelitian pembangunan lintasan baru bagi pengembangan industri semen di P. Jawa dan Sumatera.

Selama tahun 1983/84 telah dilaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api sepanjang 335,4 km, pembangunan

616

jembatan atas 1.698 ton dan jembatan bawah 98 buah, pengadaan lok diesel 83 buah, rehabilitasi lok diesel 24 buah, kereta rel listrik dan kereta rel diesel 64 buah, rehabilitasi kereta penumpang,352 buah dan gerbong barang 2.112 buah.

Secara terperinci perkembangan produksi jasa angkutan ke-reta api dan pelaksanaan pembangunan fasilitas kereta api da-pat dilihat dalam Tabel X - 6 dan X - 7.

d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Pengembangan angkutan sungai dan danau dalam Repelita III sangat dirasakan manfaatnya untuk memperlancar angkutan ke daerah pedalaman dan daerah terpencil terutama pemukiman pen-duduk di tepi sungai dan danau yang belum dilayani oleh jenis angkutan lain. Demikian pula halnya dengan pembangunan ang-kutan penyeberangan telah dapat meningkatkan hubungan penye-berangan sungai dan selat dan dibeberapa lokasi sarana ang-kutan jalan dapat pula melakukan penyeberangan. Dengan usaha-usaha tersebut pelayanan angkutan jalan raya dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan telah dapat ditingkatkan men-jadi satu kesatuan hubungan yang terpadu.

Dalam hubungan ini selama Repelita III telah dilakukan peningkatan prasarana dan sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan berupa rehabilitasi dan penambahan armada ka-pal, pembangunan dermaga dan terminal, pemasangan rambu pela-yaran serta pembersihan dan pengerukan alur pelayaran. Sampai dengan akhir Repelita III terdapat 22 buah dermaga sungai dan 5 buah dermaga danau serta 15 buah terminal sungai dan 3 buah terminal danau. Sedangkan angkutan penyeberangan telah dapat beroperasi di 19 lintasan dilayari oleh 62 kapal dimana se-tiap lintasan umumnya dilayari oleh lebih dari 2 kapal penye-berangan swasta maupun pemerintah. Lintasan-lintasan penyebe-rangan tersebut adalah: Sabang - Krueng Raya, Meulaboh - Si-nabang, Palembang - Kayu Arang, Bangka - Belitung, Batam -Singapura, Merak - Bakahuni, Merak - Panjang, Kalipucang -Cilacap, Ujung - Kamal, Panarukan - Kalianget, Ketapang – Gi-limanuk, Padangbai - Lembar, Lombok - Alas, Sape - Komodo -Labuhan Bajo, Kota Pontianak, Sungai Semuntai, Loa Janan -Samarinda, Bajoe - Kolaka, Bira - Pamatata, Luwuk - Salakan, Poka - Galala dan Sorong - Jefman. Sedangkan lintasan-lintas-an yang dalam taraf penyelesaian adalah Balikpapan - Panajam, Wairuru - Waipirit, dan Toribulu - Tampo. Juga sedang diper-siapkan pembangunan lintasan baru antara Larantuka – Waiwe-rang, Kupang - P.Rote, Wara - Baubau dan Biak - Yapen – Nabi-re.

617

TABEL X - 6

PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,1978/79 - 1983/84(dalam ribuan)

*) Angka diperbaiki

618

GRAFIK X - 3PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API

1978/79 - 1983/84

619

TABEL X - 7

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN PENGADAAN FASILITAS PERKERETA-APIAN *)

1978/79 - 1983/84(buah)

*) Angka diperbaiki.

620

Hasil-hasil pembangunan prasarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan selama Repelita III adalah pembangunan der-maga penyeberangan 19 buah dermaga sungai 22 buah, dermaga danau 5 buah, terminal penyeberangan 16 buah, terminal sungai 15 buah dan terminal danau 3 buah. Pembangunan sarana yang dilaksanakan dalam Repelita III adalah 2 buah kapal inspeksi, 3 buah kapal tunda dan 33 buah kapal patroli. Selain itu te-lah pula dilakukan pengerukan anjir sepanjang 935 km, dan pengadaan rambu sungai dan laut 984 buah. Sedangkan hasil yang dicapai dalam tahun 1983/84 adalah pembangunan dermaga penyeberangan 9 buah, dermaga sungai 2 buah, terminal penye-berangan 4 buah, terminal sungai 2 buah, rambu sungai 291 buah. Juga dilakukan penambahan sarana angkutan sungai dan danau 2 buah serta kapal inpeksi 11 buah serta pengerukan anjir sebanyak 113.211 m3.

Perkembangan angkutan penyeberangan sejak tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 8.

2. Perhubungan Laut

Langkah-langkah yang telah ditempuh untuk meningkatkan pelayanan jasa angkutan laut selama Repelita III meliputi pe-ningkatan kapasitas armada pelayaran dalam negeri terdiri da-ri armada pelayaran nusantara, armada pelayaran lokal, armada pelayaran rakyat dan armada pelayaran perintis. Selain itu telah pula dilakukan peningkatan fasilitas pelabuhan, fasili-tas pengerukan, fasilitas keselamatan pelayaran, fasilitas kesyahbandaran, fasilitas telekomunikasi pelayaran, fasilitas pengamanan laut dan pantai serta fasilitas jasa industri ma-ritim. Juga dilakukan peningkatan kapasitas armada pelayaran luar negeri terdiri dari armada pelayaran samudera umum dan armada pelayaran samudera khusus. Perkembangan pelaksanaan pembangunan kegiatan-kegiatan tersebut selama Repelita III adalah sebagai berikut

a. Bidang Pelayaran

1) Pelayaran Nusantara

Armada pelayaran Nusantara sebagai jaringan utama pela-yaran angkutan dalam negeri terus ditingkatkan dengan penam-bahan kapasitas armada pelayaran, penyempurnaan sistem trayek pelayaran dan pembinaan perusahaan-perusahaan pelayaran. Ke-seluruhan usaha tersebut dimaksudkan untuk menjadikan sistem pelayaran angkutan laut dapat beroperasi secara efisien dan efektif dalam memperlancar arus barang dan penumpang. Apabila

621

TABEL X – 8PERKEMBANGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN,

1978/79 - 1983/84

*) Angka diperbaiki

M-

622

pada akhir Repelita II jumlah armada adalah 322 kapal dengan kapasitas 312.000 Dwt maka pada akhir Repelita III jumlah ar-mada adalah 390 kapal dengan kapasitas 493.722 Dwt. Dari jum-lah dan kapasitas armada pada akhir Repelita III tersebut 62 buah kapal dengan kapasitas 60.690 Dwt telah berusia di atas 30 tahun. Untuk dapat meningkatkan produktivitas angkutan laut, pada akhir Repelita III kapal-kapal tersebut tidak ber-operasi lagi dan secara bertahap akan diganti kapal-kapal produksi dalam negeri. Dengan demikian jumlah kapal dan kapa-sitas yang tersedia pada akhir Repelita III adalah 328 kapal dengan kapasitas 433.082 Dwt. Dengan perkembangan muatan yang terjadi selama Repelita III produktivitas kapal yang pada ta-hun 1978/79 adalah 6.805.000 ton atau kenaikan sebesar 7,12% dari tahun 1982/83.

Perkembangan armada niaga nasional dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat pada Tabel X - 9.

2) Pelayaran Samudera

Selama Repelita III telah dapat ditingkatkan pelayaran angkutan ke luar negeri yang dilayari oleh kapal-kapal nasio-nal dan kapal-kapal asing. Kapasitas dan jumlah kapal setiap tahunnya disesuaikan dengan pertumbuhan permintaan akan jasa angkutan yang terjadi. Selain itu peningkatan penggunaan ang-kutan dengan peti kemas telah pula meningkatkan kapasitas angkut yang lebih efisien dengan jumlah kapal yang lebih se-suai. Kapasitas yang tersedia pada akhir Repelita III adalah sebesar 732.052 DWt yang telah melebihi perkiraan sasaran Re-pelita III sebesar 710.000 Dwt.

Angkutan oleh kapal nasional telah pula meningkat dimana pada akhir Repelita III jumlah muatan yang diangkut oleh ka-pal-kapal nasional telah mencapai 18.964.122 ton atau ± 44,5% dari jumlah muatan selama tahun 1983/84. Hal tersebut merupa kan peningkatan sebesar 2,4% dibandingkan dengan tahun 1982/83.

Perkembangan angkutan pelayaran samudera sejak tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 10.

3) Pelayaran Khusus

Pelayaran khusus mengangkut muatan seperti minyak bumi, minyak kelapa sawit, gas cair, kayu, bauksit, pasir besi, as-pal, pupuk dan semen. Pada akhir Repelita III jumlah kapal

623

TABEL X – 9PERKMBANGAN ANGKUTAN NIAGA NASIONAL

1978/79 - - 1983/84

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

624

TABEL X - 10

PERKEMBANGAN ANGKUTAN PELAYARAN SAMUDERA,1978/79 - 1983/84

*) Angka diperbaiki

625

yang tersedia adalah 2.658 buah dengan kapasitas 2.378.889 DWt serta tongkang 375.545 Brt dan kapal tunda 558.011 Hp. Muatan yang diangkut pada tahun 1983/84 adalah 132,1 juta ton, dan bila dibandingkan dengan muatan yang diangkut dalam tahun 1982/83 adalah 44,5 juta ton terdapat kenaikan sekitar 399%. Kenaikan muatan tersebut merupakan hasil peningkatan produksi di bidang industri semen, pupuk, minyak kelapa sawit, kayu olahan, biji tambang, minyak dan gas bumi.

Perkembangan pelayaran khusus tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 11.

4) Pelayaran Lokal

Perkembangan pelayaran lokal telah dapat menunjang per-kembangan sistem pelayaran nusantara dalam mengumpulkan ba-rang-barang ke pelabuhan pengumpul. Apabila pada tahun 1982/83 jumlah kapal adalah 1.144 buah dengan kapasitas 172.039 Brt maka angkutan pada tahun 1983/84 dilayari oleh 1.139 buah kapal dengan kapasitas 171.314 Brt. Muatan yang diangkut dalam tahun 1983/84 adalah 2.481 ton yang merupakan kenaikan sebesar 1,5% dari tahun sebelumnya.

Pada akhir Repelita III produktivitas pelayaran lokal mencapai 14,5 ton Brt tahun yang merupakan kenaikan diban-dingkan dengan akhir Repelita II dimana produktivitas yang dicapai adalah 12,2 ton/Brt/tahun.

Perkembangan pelayaran lokal dari tahun 1978/79 sampai tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 12.

5) Pelayaran Rakyat

Pelayaran rakyat merupakan jenis angkutan laut penunjang pelayaran angkutan nusantara dengan melayari daerah-daerah terpencil. Melalui usaha koperasi dan motorisasi kapasitas armada dapat ditingkatkan menjadi 181.211 Brt dan muatan yang diangkut 2.875.915. Bila dibandingkan dengan tahun 1982/83 terdapat 3.486 kapal dengan kapasitas 180.447 Brt dan muatan yang diangkut 2.155.316 ton. Produktivitas pelayaran rakyat juga meningkat dari 11,9 ton/Brt/ton dalam tahun 1982/83 men-jadi 15,8 ton/Brt/tahun. Program motorisasi armada pelayaran rakyat dalam tahun 1983/84 telah meningkatkan kapasitas 1.390 kapal melalui dana bantuan Presiden, usaha koperasi dan usaha swadaya maayarakat. Dibandingkan dengan sasaran Repelita III untuk mencapai kapasitas 69.000 Brt dan muatan sebesar 1.719

626

TABEL X - 11PERKEMBANGAN ANGKUTAN PELAYARAN KHUSUS.

1978/79 - 1982/83

1). Termasuk muatan padat dan cair 2). Angka diperbaiki

627

TABEL X - 12

PERKEMBANGAN ARMADA PELAYARAA LOKAL

1978/79 - 1983/84

1) Angka sementara –2) Angka diperbaiki

628

ton, maka pelaksanaan peningkatan pelayaran rakyat meningkat sekitar 200%.

Perkembangan pelayaran rakyat dari tahun 1978/79 sampai tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 13.

6) Pelayaran Perintis

Pengembangan pelayaran perintis selama Repelita III terus ditingkatkan dengan memperluas hubungan angkutan laut ke dae-rah-daerah yang terpencil dan terisolir. Dalam tahun 1982/83 jumlah armada perintis yang dioperasikan sebanyak 36 kapal yang melayari 35 trayek, menyinggahi 214 pelabuhan dan fre-kuensi penyinggahan 24 kali/tahun dengan muatan yang diangkut 97.048 ton barang dan 151.831 penumpang. Pada akhir Repelita III, jumlah armada yang dioperasikan adalah 30 kapal yang me-layani 29 trayek, menyinggahi 177 pelabuhan dengan frekuensi penyinggahan 17 kali/tahun. Muatan yang diangkut adalah 31.200 ton barang dan 127.848 penumpang. Berkurangnya jumlah kapal yang digunakan dan trayek yang dilayari disebabkan ka-rena telah banyak trayek-trayek yang ekonomis untuk dilayari oleh pelayaran lokal dan pelayaran rakyat. Trayek tersebut antara lain dipantai Barat Aceh, Pantai Barat Sumatera, Riau dan Banjarmasin yang telah dilayari oleh armada pelayaran lokal dan pelayaran rakyat.

Perkembangan armada perintis tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 14.

b. Fasilitas Pelabuhan dan Pengerukan

Pembangunan fasilitas pelabuhan selama Repelita III terus ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan lalu-lintas pelayaran dan arus bongkar muat barang yang terjadi di masing-masing pelabuhan. Hal tersebut dilakukan dengan usaha rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan fasilitas dermaga, fasilitas gu-dang, lapangan penumpukan dan peningkatan peralatan bongkar muat barang. Selain itu dilakukan pula peningkatan operasio-nal pelabuhan dengan pembentukan perusahaan umum pelabuhan dan pengelompokan pelabuhan-pelabuhan dalam empat perum pela-buhan masing-masing berpusat di Belawan, Tanjung Priok, Tan-jung Perak dan Ujung Pandang. Juga dilakukan peningkatan ke-terampilan tenaga kerja dan buruh pelabuhan agar pengoperasi- an dapat terlaksana lebih baik.

Hasil-hasil yang telah dicapai selama Repelita III adalah rehabilitasi dan peningkatan dermaga seluas 134.295 m2, fasi-

629

TABEL X - 13

PERREKBANGAH ARMADA PELAYARAN RAKYAT,1978/79 - 1983/84

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

630

GRAFIK X - 4.PERKEMBANGAN ARMAOA PELAYARAN •RAKYAT,

1978/79 - 1983/84

631

TABEL X - 14

PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA DAN KEGIATANARMADA PERINTIS,1978/79 - 1983/84

*) Angka diperbaiki

632

litas gudang 65.320 m2 dan lapangan penumpukan 284.771 m2. Dengan pembangunan tersebut produktivitas rata-rata dermaga pelabuhan telah mencapai 700-800 ton/m/tahun. Dengan hasil-hasil pembangunan tersebut pada akhir Repelita III tersedia fasilitas dermaga seluas 215.550 m2, fasilitas gudang 113.160 m2 dan lapangan penumpukan seluas 321.840 m2. Hasil yang di-capai tahun 1983/84 adalah rehabilitasi dan peningkatan der-maga 8.400 m2, pembangunan dermaga baru 11.226 m2, pembangun-an penahan gelombang 5.950 m dan pembangunan lapangan penum-pukan 4.500 m2.

Hasil pembangunan fasilitas pelabuhan dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel X - 15.

Untuk memelihara dan meningkatkan kelancaran lalu-lintas pada kolam pelabuhan dan alur pelayaran, selama Repelita III telah dilakukan pengerukan kolam pelabuhan dan alur pelayar-an. Untuk menjaga kedalaman alur tersebut selama Repelita III telah dilakukan pengerukan + 90,8 juta m3 lumpur dimana + 16,4 juta m3 dicapai dalam tahun 1983/84.

Pengerukan tersebut dilakukan di pelabuhan-pelabuhan dan alur pelayaran Belawan, Bengkulu, P.Batam, Jambi, Palembang, Tanjung Priok, Sunda kelapa, Pontianak, Cirebon, Semarang, Te- gal, Tanjung Perak, Gresik, Probolinggo, Panarukan, Sei Bari- to, Sei Kahayan, Sei Mahakam, Ujung Pandang, Menado, Bitung, dan Kendari. Pengerukan tersebut dilakukan oleh 39 buah kapal keruk dengan kapasitas sebesar 39 juta m3.

c. Keselamatan Pelayaran

Pembangunan keselamatan pelayaran selama Repelita III te- lah dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan pelayaran di perairan Indonesia meliputi pembangunan fasilitas navigasi, kesyahbandaran, penjagaan laut dan pantai dan jasa klasifika- si. Pembangunan prasarana dan sarana navigasi tersebar di 24 distrik navigasi meliputi pembangunan menara suar 25 buah, rambu suar 87 buah, rehabilitasi menara suar 27 buah, rambu suar 15 buah, pembangunan 29 atasiun radio pantai, serta pe-nyempurnaan peta laut di 19 alur pelayaran utama. Telah pula dilakukan peningkatan fasilitas kesyahbandaran yang meliputi pembangunan 38 buah kapal bandar dan 191 kantor keayahbandar-an, serta penyuluhan dan latihan bagi tenaga-tenaga syahban-dar dan ahli ukur kapal dan penambahan sarana kapal patroli sebanyak 26 buah. Sedangkan untuk peningkatan pengawasan teknis pembangunan reparasi kapal telah dilakukan pembinaan

633

TABEL X - 15PENAMBAHAN FASILITAS PELABUAAN,

1979/80 - 1983/84

*) Angka diperbaiki

634

jasa Klasifikasi Indonesia serta penambahan sarana laborato-rium.

d. Jasa Maritim

Pengembangan jasa maritim dalam Repelita III telah me-ningkatkan kemampuan perawatan, perbaikan dan pembangunan ka-pal-kapal. Selama Repelita III telah dibangun dan direhabili-tasi galangan kapal sebesar 119.500 Dwt dan pada akhir Repe-lita III jumlah kapasitas galangan telah mencapai 163.800 Dwt. Untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dock/galangan dalam negeri dilakukan pembinaan di bidang manajemen keuangan dan pembentukan usaha patungan perusahaan dock/galangan dalam negeri dengan perusahaan dock/galangan luar negeri. Selama Repelita III 60% dari armada pelayaran nasional yang beru-kuran di bawah 10 ribu Dwt dapat diperbaiki di dock/galangan dalam negeri.

3. Perhubungan Udara

Untuk dapat memenuhi pertumbuhan permintaan akan jasa angkutan udara selama Repelita III telah dilakukan usaha me-ningkatkan frekuensi penerbangan, menambah jumlah dan kompo-sisi armada, meningkatkan kemampuan landasan udara serta me-nambah peralatan keselamatan penerbangan. Selain untuk meme-nuhi pertumbuhan angkutan komersial dalam negeri dan keluar negeri juga dilakukan peningkatan pelayanan angkutan perintis kedaerah-daerah, terpencil, peningkatan pelayanan angkutan transmigrasi dan pelayanan angkutan haji. Hasil-hasil yang dicapai selama Repelita III adalah sebagai berikut:

a. Angkutan Udara

Pada umumnya pertumbuhan angkutan udara selama Repelita III mengalami kenaikan walaupun tingkat pertumbuhan pada ta-hun-tahun terakhir Repelita III tidak setinggi pertumbuhan pada awal Repelita III. Apabila dalam dua tahun pertama Repe- lita III pertumbuhan mencapai ± 21% maka pertumbuhan pada ta-hun-tahun terakhir Repelita III mencapai 2%. Realisasi ang-kutan penumpang selama Repelita III meningkat rata-rata 7% pertahun sedangkan angkutan barang 2% pertahun.

Perbandingan perkembangan angkutan dalam negeri yang di-capai pada akhir Repelita II dan akhir Repelita III, penum-pang yang diangkut meningkat dari 3.979.557 orang menjadi 5.252.721 orang atau penambahan sebesar 34%, barang yang di-angkut naik dari 35.822 ton menjadi 49.518 ton atau penambah-

635

an sebesar 38 %, jam terbang meningkat dari 166.031 menjadi 227.854 jam atau peningkatan sebesar 37%, ton km tersedia bertambah dari 422.400 ribu menjadi 802.962 ribu atau pertam-bahan sebesar 90%, ton km produksi naik dari 263.716 ribu menjadi 370.038 ribu atau kenaikan sebesar 40%, produksi km pesawat meningkat dari 65.950 ribu menjadi 87.756 ribu atau peningkatan sebesar 33%. Walaupun hasil-hasil yang dicapai pada tahun 1983 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 1978, akan tetapi hasil tersebut masih lebih rendah dari apa yang dicapai pada tahun 1982. Hal tersebut dapat dilihat da-lam Tabel X - 16.

Perbandingan perkembangan angkutan udara internasional pada akhir Repelita II dan akhir Repelita III, penumpang yang diangkut meningkat dari 733.790 orang menjadi 1.047.111 atau peningkatan sebesar 43%, barang yang diangkut meningkat dari 9.896 ton menjadi 40.366 ton atau peningkatan sebesar 308%, jam terbang pesawat bertambah dari 29.685 jam menjadi 36.758 jam pertambahan sebesar 24%, ton km tersedia bertambah dari 526.980 ribu menjadi 1.175.027 ribu atau pertambahan sebesar 123% dan ton km produksi meningkat dari 192.547 ribu menjadi 545.760 ribu atau peningkatan sebesar 183%. Hasil yang dica-pai tahun 1983 adalah lebih rendah dari hasil yang dicapai tahun 1982. Hasil-hasil tersebut dapat dilihat dalam Tabel X - 17.

Pelaksanaan angkutan haji dan angkutan transmigrasi sela-ma Repelita III telah dapat ditingkatkan baik peningkatan ka-pasitas angkutan maupun mutu pelayanannya. Apabila pada akhir Repelita II angkutan jemaah haji adalah 27.532 orang dan di-angkut hanya dari satu lokasi, maka pada akhir Repelita III dapat diangkut 49.943 orang dari 4 lokasi penerbangan. Hal ini merupakan kenaikan sebesar 81% dibandingkan dengan akhir Repelita II. Sedangkan angkutan transmigrasi udara selama Re-pelita III telah dapat mengangkut sebanyak 152.452 KK atau 662.940 orang.

Dalam meningkatkan hubungan udara ke daerah-daerah ter-pencil selama Repelita III telah dapat ditingkatkan pelayanan angkutan perintis ke 92 lokasi yang dilayani oleh 19 pesawat DHC - 6 dan 16 pesawat C - 212. Penumpang yang diangkut sela-ma Repelita III adalah 1.228.962 orang dan 5.387.180 kg ba-rang.

b. Prasarana Penerbangan

Selain peningkatan pelayanan angkutan udara, selama Repe-

636

TABEL X – 16PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI 1),

1978 1983

1) Angka diperbaiki2) Faktor muatan = Ton-Km produksi

Ton-km tersedia

637

TABEL X - 17PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA INTERANSI0NAL1),

1978 – 1983

638

lita III juga dilakukan peningkatan daya tampung landasan udara serta fasilitas keselamatan penerbangan. Pembangunan landasan udara baru sesuai dengan pertumbuhan lalu-lintas yang terjadi antara lain di Meulaboh, P.Batam, Pangkalan Bun, Kota Baru, Samarinda, Timika, Nabire, Poso, Waingapu, Ampe-nan, Bima, Ruteng, Waikabubak dan Baucau. Selain itu telah pula dibangun dan ditingkatkan pelabuhan perintis udara di 75 lokasi tersebar di 27 propinsi di Indonesia.

Dengan hasil pembangunan tersebut pada akhir Repelita III terdapat 9 landasan yang dapat didarati C-160/CN-235, 3 lan-dasan dapat didarati oleh L-100-30', 20 landasan dapat dida-rati oleh F-27, 20 landasan dapat didarati oleh F-28, 7 lan-dasan dapat didarati DC-9, 3 landasan dapat didarati DC-10/A-300 dan 4 landasan dapat didarati oleh B-747. Sedangkan pada akhir Repelita II keadaannya adalah 16 landasan dapat dida-rati oleh F-27, 20 landasan dapat didarati oleh F-28, 7 lan-dasan dapat didarati oleh DC-9, 2 landasan dapat didarati oleh DC-10/A-300, 2 landasan dapat didarati oleh B-747.

Pembangunan pelabuhan udara internasional di Cengkareng/ Jakarta sedang dalam taraf penyelesaian dan diharapkan dapat digunakan mulai bulan April 1985•. Telah pula dilakukan uji coba pendaratan dan lepas landas dan penyelesaian pekerjaan Akan dilanjutkan dengan penyempurnaan gedung terminal serta fasilitas peralatan keselamatan penerbangan.

Di samping peningkatan prasarana landasan udara selama Repelita III juga dilakukan peningkatan fasilitas keselamatan penerbangan. Telah dilakukan pemasangan fasilitas radar di 7 lokasi, fasilitas pembantu pendaratan (ILS) di 3 lokasi, fa-silitas peralatan navigasi (DVOR/NDB/DME/ATIS) di 217 loka-si, fasilitas telekomunikasi di 46 lokasi, fasilitas pengangkat pesawat di 3 lokasi dan fasilitas pemadam kebakaran di 48 lokasi.

c. Sarana Perhubungan Udara

Untuk dapat melayani pertumbuhan lalu-lintas angkutan udara, selama Repelita III telah dilakukan penambahan sarana angkutan udara yaitu pesawat udara bermesin turboprop dan pe-sawat bermesin turbojet. Pada akhir Repelita II angkutan uda-ra dalam negeri dilayani oleh 610 buah pesawat terdiri dari 162 buah pesawat dengan kapasitas tinggal landas di atas 10 ton, 290 buah pesawat dengan kapasitas tinggal landas di bawah 10 ton dan 158 buah helicopter. Dari jumlah tersebut

639

144 buah pesawat digunakan untuk melayani penerbangan berjad-wal, 186 buah pesawat digunakan untuk melayani penerbangan tidak berjadwal dan 280 buah pesawat digunakan untuk melayani penerbangan umum.

Pada akhir Repelita III angkutan udara dalam negeri di-layani oleh 768 buah pesawat terdiri dari 231 buah pesawat dengan berkapasitas tinggal landas di atas 10 ton, 353 buah pesawat dengan kapasitas tinggal landas di bawah 10 ton dan 184 buah helicopter. Dari jumlah tersebut 188 buah pesawat digunakan untuk melayani penerbangan berjadwal, 250 buah pe-sawat digunakan untuk melayani penerbangan tidak berjadwal dan 330 pesawat digunakan untuk melayani penerbangan umum. Penggunaan pesawat hasil rakitan PT Nurtanio juga meningkat dari 2 buah CN-212 pada tahun 1978 menjadi 16 buah pada tahun 1983 dan melayani penerbangan perintis.

Jumlah pesawat untuk masing-masing armada penerbangan juga meningkat. Pada akhir Repelita II PT Garuda menggunakan 54 pesawat, Merpati Nusantara menggunakan 57 pesawat, Mandala menggunakan 6 pesawat, Bouraq menggunakan 19 pesawat dan Seu-lawah menggunakan 4 pesawat. Pada akhir Repelita III PT Ga-ruda menggunakan 86 pesawat, Merpati menggunakan 57 pesawat, Mandala menggunakan 15 pesawat, Bouraq menggunakan 26 pesawat dan Seulawah menggunakan 4 pesawat.

4. Pos dan Giro

Pembangunan di bidang pos dan giro selama Repelita III dilakukan dengan memperluas fasilitaa pos dan giro dan me ningkatkan jasa pelayanannya sehingga dapat menjangkau keca-matan-kecamatan di wilayah Nusantara termasuk daerah-daerah pemukiman transmigrasi. Hal tersebut dilakukan dengan mem-bangun Kantor Pos dan Kantor Pos Pembantu di kecamatan-keca-matan, Kantor Pos Tambahan, Kantor Pos Besar dan Kantor Pos Besar kelas I di Ibukota propinsi dan kota-kota lainnya. Juga dilakukan penambahan dan perluasan jasa pos keliling kota dan jasa pos keliling desa sehingga pelayanan pos dapat menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

Perbandingan fasilitaa pos dan giro pada akhir Repelita II di akhir Repelita III, jumlah gedung KP/KPP/KPTB dari 562 buah meningkat menjadi 1.143 buah, KPB/I 8 buah meningkat menjadi 18 buah, Biro daerah, pos dari 4 buah meningkat menja-di 8 buah, kendaraan pos dari 132 buah meningkat, menjadi 181 buah, Sepeda Motor Pos dari 588 buah meningkat menjadi 1.386 buah dan bis surat dari 350 buah meningkat menjadi 1.584 buah.

640

Perkembangan jumlah pembangunan kantor pos dan sarana penun-jang selama Repelita III dapat dilihat dalam Tabel X - 18 dan X - 19.

Perbandingan produksi jasa pos dan giro pada akhir Repe-lita II dan akhir Repelita III, jumlah surat pos biasa dan kilat dari 252.295 ribu buah meningkat menjadi 348.000 ribu buah, paket pos dari 912.964 buah meningkat menjadi 1.173.317 buah, wesel pos dari Rp. 138,81 milyar meningkat menjadi Rp.495,74 milyar (Tabel X - 20).

Dengan peningkatan fasilitas pos dan giro tersebut pada akhir Repelita III pelayanan pos dan giro telah mencapai 60.232 desa dari jumlah 66.150 desa yang ada di Indonesia. Hal tersebut merupakan peningkatan sebesar 32% dibandingkan terhadap akhir Repelita II.

5. Telekomunikasi

Selama Repelita III di bidang telekomunikasi telah dila-kukan peningkatan fasilitas telepon, telegrap, telex dan ja-ringan transmisi. Kegiatan tersebut telah dapat memperluas pelayanan jasa telekomunikasi serta meningkatkan mutu pela-yanan kepada masyarakat baik untuk hubungan di dalam negeri maupun ke luar negeri. Langkah yang ditempuh selama Repelita III antara lain menambah jumlah sambungan telepon otomat se-banyak 232.000 satuan sambungan, meningkatkan pelayanan tele-pon umum di kota-kota, membangun sambungan telepon di daerah kecamatan terpencil, meningkatkan pelayanan teleks sebanyak 3.910 satuan sambungan. Selain itu juga telah dilakukan pe-nyelesaian pembangunan telekomunikasi gelombang mikro antara Medan dan Banda Aceh, menambah alur Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa, memperluas kapasitas telekomunikasi gelom-bang mikro Jawa - Bali dan Indonesia Timur serta pembangunan 75 buah Stasiun Bumi Kecil yang tersebar di beberapa propin-si. Juga telah dilakukan penggantian Satelit Palapa generasi pertama dengan satelit Palapa generasi kedua B1 dan B2.

Dari hasil-hasil pembangunan telekomunikasi maka kapasi-tas terpasang jasa telekomunikasi pada akhir Repelita III adalah 587.892 satuan sambungan sentral telepon otomat, 21.120 satuan sambungan sentral telepon CB dan 60.707 satuan sambungan sentral telepon LB. Dengan keadaan tersebut kepa-datan telepon pada akhir Repelita III telah tercapai 0,44 sa-tuan sambungan untuk tiap 10,0 penduduk. Hal tersebut merupa-kan peningkatan sebesar 40% dibandingkan dengan akhir Repeli- ta II. Dengan peningkatan kapasitas tersebut sebanyak 58 kota

641

TABEL X - 18PEMBANGUNAN KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANG,

1978/79 - 1983/84

1) Kp = Kantor posKpp = Kantor pos pembantu Xptb = Kantor pos tambahan

2) Kpb/I = Kantor pos besar/kelas I

642

GRAFIK X - 5PERKEMBANGAN JUMLAH KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANG,

1978/79 - 1983/84

643

(L anjutan Grafik X - 5 )

644

TABEL X - 19PERKEMBANGAN JUMLAH KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANG

1978/79 - 1983/84

*) Jumlah tambahan kantor pos setiap tahunnya kadang-kadang lebih kecil dari pada pembangunan kantor pos baru dalam tahun yang bersangkutan karena ada sebagian kantor pos yang semula tergabung dengan kahtor telepon, hanya berpindah ketempat yang baru atau oleh karena ada pem-bangunan beberapa kantor pos baru yang terjadi di atas lokasi kantor pos lama.

645

TABEL X – 20

PERKEMBANGAN ARUS LALU LINTAS SURAT POS, PAKET POSDAN LALU LINTAS UANG POS

1978 – 1983

*) angka diperbaiki

646

GRAFIK X - 6PERKEMBANGAM ARUS LALU LINTAS SURAT POS, PAKET POS

DAN LALU LINTAS UANG POS,1978 – 1983

647

(Lanjutan Grafik X - 6 )

648

(Lanjutan Grafik X - 6 )

649

di Indonesia telah pula dapat melakukan hubungan jarak jauh secara otomatis melalui sentral SLJJ.

Di bidang teleks telah dilakukan peningkatan jaringan te-leks pada 4 buah sentral tandem nasional yang berlokasi di Medan, Jakarta, Surabaya dan Ujung Pandang dan masing-masing sentral tandem dihubungkan dengan sentral lokal yang tersebar di beberapa kota. Kapasitas terpasang sentral teleks pada akhir Repelita III telah mencapai 15.840 satuan sambungan yang melayani 24 kota di Indonesia. Selain itu telah pula di-lakukan peningkatan sistem telegrap teleprinter menggantikan sistem morse. Sistem teleprinter digunakan untuk penghubung telegrap di 400 lokasi di kota-kota besar, ibukota kabupaten dan beberapa kota-kota kecamatan.

Walaupun kapasitas terpasang selama Repelita III telah meningkat, penambahan pelanggan telepon masih mengalami ham-batan karena terbatasnya jumlah jaringan kabel. Untuk menga-tasi hal tersebut selama Repelita III telah dilakukan pemba-ngunan jaringan kabel lokal, dan jaringan kabel penghubung. Selain itu juga dilakukan penambahan dan perluasan sentral telepon terutama pada kota-kota bersentral multi exchange. Sedangkan untuk sentral manual yang masa operasi ekonominya sudah habis telah digantikan dengan sentral digital.

Untuk dapat meningkatkan pelayanan telekomunikasi ke luar negeri, selama Repelita III telah diperluas jaringan teleko-munikasi luar negeri berupa pembangunan sistem komunikasi ka-bel laut Medan - Penang, Medan - Singapura sebagai bagian SKKL Asia Tenggara – Timur Tengah - Eropa. Juga telah dimulai pelaksanaan pembangunan sentral telepon digital di Bandung, pembangunan sentral telex di Medan, pembangunan Time Division Multiple Access, Terminal RePerence Monitoring Station, Voice Frequency Telegrap dari Tracking Telemetry Command and Moni-toring yang akan dapat meningkatkan kapasitas pelayanan tele-komunikasi nasional.

Adapun perkembangan kapasitas telepon selama Repelita III dapat dilihat pada Tabel X - 21. Dari tabel tersebut terlihat kapasitas telepon pada akhir Repelita III meningkat sebesar 41% dibandingkan dengan akhir Repelita II. Peningkatan terse-but telah pula diiringi dengan peningkatan mutu pelayanan serta penyempurnaan pelayanan operasional di bidang keuangan dan administrasi.

650

TABEL X - 21

PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DI INDONESIA,1978/79 - 1983/84(satuan sambungan)

651

GRAFIK X - 7PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DI INOONESIA,

1978/79 - 1983/84

652

6. Meteorologi dan Geofisika

Selama Repelita III pembangunan fasilitas meteorologi dan geofisika telah dapat memberikan data dan informasi mengenai ramalan cuaca, evaluasi hujan serta gejala-gejala bencana alam dan pencemaran lingkungan. Informasi tersebut telah di-gunakan untuk menunjang kegiatan penerbangan, pelayaran, per-tanian dan pengairan, perindustrian, pertambangan dan dise-barluaskan kepada masyarakat. Untuk itu telah dilakukan pe-nambahan fasilitas peralatan meteorologi dan geofisika berupa penambahan stasiun-stasiun pengamatan, peningkatan peralatan seismologi serta perluasan jaringan pelayanan.

Hasil-hasil yang dicapai selama Repelita III adalah pem-bangunan 5 buah balai penelitian, peningkatan 49 buah stasiun meteorologi dan pembangunan 19 buah stasiun meteorologi, pe-ningkatan 8 buah stasiun klimatologi dan pembangunan 5 buah stasiun klimatologi, peningkatan 23 buah stasiun iklim dan pembangunan 66 stasiun iklim, pembangunan 2..037 buah stasiun hujan, pembangunan 75 buah stasiun penguapan dan pembangunan 9 buah stasiun geofisika. Dengan peningkatan dan pembangunan stasiun-stasiun pengamat tersebut ketepatan ramalan telah da-pat ditingkatkan menjadi 80% pada akhir Repelita III.

Perincian perkembangan jumlah stasiun meteorologi dan geofisika dan perkembangan produksi data meteorologi dan geo-fisika selama Repelita III dapat dilihat dalam Tabel X - 22 dan X - 23.

7. Pariwisata

Dalam rangka menunjang peningkatan devisa, perluasan la-pangan kerja dan peningkatan pengenalan kebudayaan Indonesia, dalam Repelita III telah dilakukan langkah-langkah pembinaan dan pengembangan pariwisata. Langkah-langkah yang telah di tempuh adalah pembangunan dan peningkatan daerah-daerah tuju-an wisata, penambahan pintu masuk bagi arus wisatawan luar negeri, pengembangan mutu produk wisata Indonesia, pengembang-an wisata remaja dan peningkatan kemudahan untuk mendapat-kan visa serta usaha memperpanjang masa berkunjung di Indone-sia bagi wisatawan asing.

Dengan langkah-langkah tersebut arus kunjungan wisatawan ke Indonesia selama Repelita III terus mengalami peningkatan rata-rata 7% setiap tahunnya. Perbandingan arus kunjungan wisatawan pada akhir Repelita II dan akhir Repelita III dari

653

TABEL X - 22

PERKEMBANGAN PRODUKSI DATA STASIUN METEOROLOGI,KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA YANG TELAH BERFUNGSI,

1978/79 - 1983/84(dalam frekwenei x 1 unit)

* Angka diperbaiki

654

TABEL X – 23PERENCANAAN DAH REALISASI PEMBANGUNAN STASIUN METEOROLOGI,

KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA DALAM REPELITA III

*) Peningkatan stasiun adalah peningkatan kemampuan operasional dari stasiun.

655

468.614 orang meningkat menjadi 644.262 orang atau peningkat-an sebesar 36%. Pada tahun 1983 kunjungan wisatawan Eropa mencapai 194.515 orang, wisatawan ASEAN 158.758 orang, wisa-tawan Australia 83.966 orang, wisatawan Jepang 84.770 orang dan wisatawan Amerika 71.026 orang. Kunjungan tersebut meru-pakan peningkatan sebesar 13% bagi wisatawan Eropa, 21% wisa-tawan ASEAN, 38% bagi wisatawan Australia, 60% bagi wisatawan Jepang, 20% bagi wisatawan Amerika dibandingkan terhadap ta-hun 1979.

Pembinaan dan pengembangan obyek wisata selama Repelita III diutamakan pada 10 daerah tujuan wisata yaitu di propin-si-propinsi Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumate-ra Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Kawasan-kawas-an wisata di daerah tersebut telah ditingkatkan dan dikem-bangkan antara lain obyek wisata alam pegunungan, obyek wisa-ta pantai, obyek wisata budaya serta taman rekreasi dan hi-buran. Untuk meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan te-lah dilakukan penambahan tempat menginap baik jumlah tempat menginap maupun jumlah kamar yang tersedia. Pada tahun 1983 jumlah tempat menginap di seluruh Indonesia mencapai 1.075 buah dengan kapasitas 38.627 kamar. Dari jumlah tersebut 283 buah merupakan tempat menginap berbintang dengan kapasitas 20.090 buah kamar dan 792 buah tempat menginap tidak berbin-tang dengan kapasitas 18.537 buah kamar. Hal tersebut merupa-kan peningkatan yang cukup besar dibanding dengan keadaan pa-da akhir Repelita II.

Kegiatan pemasaran dan promosi di dalam negeri dan di luar negeri juga ditingkatkan melalui pemasangan iklan dan penyebaran informasi mengenai atraksi dan fasilitas wisata Indonesia. Kegiatan promosi di luar negeri di lakukan oleh Pusat Promosi Pariwisata Indonesia dengan koordinasi bersama instansi pemerintah dan pengusaha industri pariwisata Indone-sia. Hal tersebut terutama ditujukan pada negara-negara po-tensial untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam di pa-saran internasional.

Langkah-langkah yang juga dilakukan bekerjasama dengan biro perjalanan adalah menyusun dan menjual paket perjalanan khusus dengan tarip yang relatip lebih murah dan terpadu de-ngan fasilitas tempat menginap. Perkembangan pariwisata dalam negeri pada tahun terakhir Repelita III mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal tersebut didorong oleh kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan biaya fiskal perjalanan ke luar negeri. Dengan kebijaksanaan tersebut wisatawan Indonesia

656

yang berkunjung ke Singapura pada tahun 1983 menurun sebesar 38% dibandingkan dengan tahun 1982 yang melakukan kunjungan pariwisata pada obyek pariwisata di dalam negeri.

Dengan melihat persaingan pariwisata internasional yang semakin tajam dan untuk mendorong kelancaran arus wisatawan dari luar negeri, pada tahun terakhir Repelita III telah di-gariskan serangkaian kebijaksanaan terpadu di bidang pariwi-sata yaitu perpanjangan bebas visa selama 2 bulan bagi wisa-tawan asing, penambahan pintu masuk penerbangan serta pintu masuk pelabuhan laut, peningkatan pelayanan keimigrasian dan pelayanan telekomunikasi di tempat menginap. Selain itu telah pula disempurnakan koordinasi pemanfaatan obyek wisata, pe-ningkatan atraksi wisata yang akan dapat meningkatkan daya saing produk wisatawan Indonesia. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan arus wisatawan pada waktu yang akan datang dan untuk itu sedang dipersiapkan pula pengaturannya melalui rancangan undang-undang kepariwi-sataan nasional.

657