perhitungan mikroba.docx
DESCRIPTION
mikrobiologimikrobaTRANSCRIPT
Landasan Teori
Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai
klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara
pembelahan. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam
endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut, dalam air, pada sumber air panas, di
daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan tanaman. Jumlah bakteri
tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah tergantung
jenis dan tingkat kesuburan tanah (Hidayat, et al., 2006).
Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara
individual, satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri
yang ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu
kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies,
dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.
Fardiaz (1993) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan.
Cara tersebut dibedakan atas beberapa kelompok yaitu: perhitungan jumlah sel, terdiri
dari hitungan mikroskopik, hitungan cawan, MPN (Most Probable Number);
perhitungan massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik,
kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari
analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien.
Sedangkan menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah mikroba
yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung langsung
(metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri
serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng
pembiakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode
penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni, dilakukan penyimpanan pada suhu
yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang
terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volume
pengenceran yang digunakan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang
masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu: metode
tuang (pour plate) dan metode permukaan/sebar (surface/spread plate) (Fardiaz,
1993). Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk dihitung
mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan tersebut dilakukan
sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan
dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan. Satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri
adalah cfu/mL (cfu = colony forming units) (Waluyo 2008). Perhitungan koloni pada
cawan sebaiknya dibuat transek atau dibagi-bagi jika koloni yang tumbuh terlalu
banyak. Transek dibuat dengan spidol / marker di bagian bawah cawan petri. Pola
transek dapat dibuat bervariasi, tergantung kebutuhan.
Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan
pengenceran. Di dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol
pengenceran seperti lazimnya pada SPC, namun dapat pula menggunakan tabung
reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok
dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu
untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun
pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah
koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1996). Pada metode perhitungan
cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk
membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini
di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang).
Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan
koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).
Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi
bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran yang
lebih rendah contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya
pertumbuhan bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih
sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). Oleh karena itu
jumlah populasi bakteri yang ada dalam contoh diduga tinggi maka contoh harus
diencerkan sampai diperoleh tingkat pengenceran yang lebih tinggi sehingga nilai
maksimum dapat dihitung. Metoda pengenceran yang paling mudah dengan
melakukan pengenceran 10 kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 tabung
pengenceran sekaligus ( Fridaz, Srikandi, 1992 ).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Nur. Masdiana C. Padaga, Sri Suhartini. 2006. Mikrobiologi
Industri.Yogyakarta: Andi Offset.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.
Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang:
UMM Press.
Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia:
Jakarta.
Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia: Jakarta.