perhitungan mikroba.docx

4
Landasan Teori Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara pembelahan. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut, dalam air, pada sumber air panas, di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan tanaman. Jumlah bakteri tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah (Hidayat, et al., 2006). Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual, satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Fardiaz (1993) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara tersebut dibedakan atas beberapa kelompok yaitu: perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan mikroskopik, hitungan cawan, MPN (Most Probable Number); perhitungan massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik, kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan

Upload: brooke-smith

Post on 02-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mikrobiologimikroba

TRANSCRIPT

Page 1: Perhitungan Mikroba.docx

Landasan Teori

Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai

klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara

pembelahan. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam

endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut, dalam air, pada sumber air panas, di

daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan tanaman. Jumlah bakteri

tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah tergantung

jenis dan tingkat kesuburan tanah (Hidayat, et al., 2006).

Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara

individual, satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri

yang ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu

kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies,

dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.

Fardiaz (1993) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan.

Cara tersebut dibedakan atas beberapa kelompok yaitu: perhitungan jumlah sel, terdiri

dari hitungan mikroskopik,  hitungan cawan, MPN (Most Probable Number);

perhitungan massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik,

kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari

analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien.

Sedangkan menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah mikroba

yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung langsung

(metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri

serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng

pembiakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode

penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni, dilakukan penyimpanan pada suhu

yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang

terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volume

pengenceran yang digunakan.

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang

masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak

dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan

mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu:  metode

tuang (pour plate) dan metode permukaan/sebar (surface/spread plate) (Fardiaz,

Page 2: Perhitungan Mikroba.docx

1993). Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk dihitung

mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan tersebut dilakukan

sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan

dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang

bersangkutan. Satuan yang  digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri

adalah cfu/mL (cfu = colony forming units) (Waluyo 2008). Perhitungan koloni pada

cawan sebaiknya dibuat transek atau dibagi-bagi jika koloni yang tumbuh terlalu

banyak. Transek dibuat dengan spidol / marker di bagian bawah cawan petri. Pola

transek dapat dibuat bervariasi, tergantung kebutuhan.

Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan

pengenceran. Di dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol

pengenceran seperti lazimnya pada SPC, namun dapat pula menggunakan tabung

reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok

dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu

untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun

pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah

koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1996). Pada metode perhitungan

cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk

membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini

di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang).

Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan

koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).

Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi

bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran yang

lebih rendah contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya

pertumbuhan bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih

sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). Oleh karena itu

jumlah populasi bakteri yang ada dalam contoh diduga tinggi maka contoh harus

diencerkan sampai diperoleh tingkat pengenceran yang lebih tinggi sehingga nilai

maksimum dapat dihitung. Metoda pengenceran yang paling mudah dengan

melakukan pengenceran 10 kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 tabung

pengenceran sekaligus ( Fridaz, Srikandi, 1992 ).

Page 3: Perhitungan Mikroba.docx

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur. Masdiana C. Padaga, Sri Suhartini. 2006. Mikrobiologi

Industri.Yogyakarta: Andi Offset.

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Irianto, K. 2007. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang:

UMM Press.

Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia:

Jakarta.

Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas

Hasanuddin: Makassar.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia: Jakarta.