perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

35
BABII PEMBAHASAN 2.1. Perencanaan Laba dan anggaran Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana yang diharapkan adalah laba yang memuaskan. Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang di curahkan kedalam keuangan dan istilah kuantitaf lain. Perencanaan laba perusahaan terdiri dari suatu anggaran operasi rinci dan anggaran laporan keuangan . Anggaran berbeda dengan prakiraan (forecasat). Suatu perencanaan laba atau anggaran menunjukan tingkat atau target yang diusahakan manajemen untuk diraih. Perkiraan (forecast) dipihak lain adalah apa yang diprediksikan oleh organisasi akan terjadi. Contohnya jika permintaan untuk suatu produk tertentu adalah suatu prakiraan, suatu anggaran penjualan akan merinci pendapatan dan biaya yang disiapkan dengan dasar prakiraan dari permintaan suatu produk. Kedengarannya perencanaan laba cukup sulit, karena kekuatan luar mempengaruhi bisnis. Kekuatan ini meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan kompetitor dan ekonomi., demograpi selera konsumen, sikap sosial, dan faktor politik. Faktor-faktor ini umumnya tidak dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan, dan arah dan besarnya perubahan seringkali sulit untuk diprediksikan. Secara fundamental tiga pendekatan dapat di pilih dalam menata sasaran laba. 1

Upload: neneng43

Post on 05-Aug-2015

479 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

BABII PEMBAHASAN

2.1. Perencanaan Laba dan anggaran

Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk

mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana yang

diharapkan adalah laba yang memuaskan. Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang

di curahkan kedalam keuangan dan istilah kuantitaf lain. Perencanaan laba perusahaan

terdiri dari suatu anggaran operasi rinci dan anggaran laporan keuangan . Anggaran

berbeda dengan prakiraan (forecasat). Suatu perencanaan laba atau anggaran menunjukan

tingkat atau target yang diusahakan manajemen untuk diraih. Perkiraan (forecast) dipihak

lain adalah apa yang diprediksikan oleh organisasi akan terjadi. Contohnya jika permintaan

untuk suatu produk tertentu adalah suatu prakiraan, suatu anggaran penjualan akan merinci

pendapatan dan biaya yang disiapkan dengan dasar prakiraan dari permintaan suatu

produk.

Kedengarannya perencanaan laba cukup sulit, karena kekuatan luar mempengaruhi bisnis.

Kekuatan ini meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan kompetitor dan ekonomi.,

demograpi selera konsumen, sikap sosial, dan faktor politik. Faktor-faktor ini umumnya tidak

dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan, dan arah dan besarnya perubahan seringkali

sulit untuk diprediksikan.

Secara fundamental tiga pendekatan dapat di pilih dalam menata sasaran laba.

Dalam metode priori, sasaran laba mendominasi perencanaan. Pada permulaan

manajemen menentukan spesifikasi suatu tingkat pengembalian yang diharapkan dan

kemudaian menuangkan realisasi dari sasaran tersebut melalui perencanaan.

Dalam metode posteriori, sasaran laba adalah merupakan sub ordinasi dari

perencanaan dan dinyatakan sebagai siuatu hasil dari perencanaan.

Dalam metode pragmatic, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah

di uji dan di setejui oleh pengalaman

Harapan publik dan tanggung jawab sosial harus disadari merupakan konsekuensi dari

sasaran laba disamping tujuan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi

tindakan pada kontek sosial yang mempengaruhi ekonomi. Pengaruh sosial yang potensial

1

Page 2: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

meliputi “polusi lingkungan, dan kosumsi dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui,

dan faktor ekologi lainnya.; hak kelompok dan individu; perawatan dari jasa publik,

keselamatan publik, kesehatan; dan pendidikan; dan banyak permasalahan sosial lainnya.

Long-Range Profit Planing dan Short-Range Budget.

Perencanaan jangka panjang didifinisikan sebagai “proses berkelanjutan dalam membuat

keputusan sekarang secara sistematis dan, dengan kemungkinan pengetahuan terhadap

masa depannya, mengorganisasi usaha yang dibutuhkan untuk menentukan keputusan dan

mengukur hasil dari keputusan ini dibandingkan dengan pengharapan melalui organisiasi,

umpanbalik sistematik.

Rencana jangka panjang harus dijabarkan kedalam anggaran jangka pendek untuk

perencanaan dan pengendalian tindakan yang telah dipilih. Meskipun satu tahun adalah

jangka waktu yang biasa digunakan, anggaran jangka pendek dapat meliputi periode 3, 6,

atau 12 bulan, terganatunga pada sifat dan keadaan bisnis.

Agar efektif anggaran harus dikoordinasikan dengan baik antara manajemen dan sistem

akuntansi. Contohnya harus di usahakan adanya bagan organisasi dan bagan rekening.

Bagan organisasi menunujukan tanggung jawab untuk tiap eksekutif yang kemudian

anggaran disesuiakan berdasarkan keadaan tersebut. Hal yang tidak kalah pentingnya

adalah sistem harga pokok standar yang akan mengakumulasi biaya dan menyediakan data

sebagai laporan dan berdasarkan tanggungjawab. Eksekutif bertanggung jawab untuk

menyiapkan dan memanaje anggaran segmennya sendiri. Untuk lebih efektif staf

perusahaan bisa saja diikutkan dan merencanakan anggaran tetapi yang menjadi keharusan

adalah bahwa mereka harus mengerti agar anggaran dapat berfungsi dengan baik.

Master Budget

2

Page 3: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Berikut adalah gambar komponen dasar master budget

ANGGARAN OPERASIONAL

Penjualan

Produksi

Biaya bahan

Biaya tenaga kerja

Biaya overhead paberik

Harga pokok produk dijual

ANGGARAN BIAYA KOMERSIAL

ANGGARAN BIAYA ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

ANGARAN KAS

Angaran penerimaan kas

Anggaran pengeluaran kas

ANGGARAN PENGELUARAN MODAL (NERACA

DIANGGARKAN)

2.2.Perencanaan Laba Jangka Pendek

Berhasil atau tidaknya perusahaan adalah dapat melihat kemungkinan dan

kesempatan dimasa yang akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena

itu tugas manajemen untuk membuat perencanaan yang pada dasarnya kegiatan

membentuk masa depan, yang pada intinya memutuskan berbagai macam alternatif &

perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang.

Ukuran yang dipakai untuk melihat berhasil tidaknya manajemen perusahaan adalah

laba yang diperoleh oleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor :

a. volume produk yang dijual yang langsung mempengaruhi volume produksi, volume

produksi mempengaruhi laba

b. Harga jual produk yang mempengaruhi volyme penjualan

c. Biaya yang menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki

Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses

penyusunana anggaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen

selalu menghadapi pertanyaan “what if’ yaitu pertanyaan apa yang akan terjadi jika sesuatu

dipilih oleh manajemen. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan

mudah jika didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode

variable costing.

3

Page 4: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, Hubungan antara biaya,

volume & laba memegang peranan penting karena merupakan teknik untuk menghitung

dampak perubahan harga jual, volume penjualan & biaya terhadap laba untuk membantu

manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Manajemen mempertimbangkan berbagai

usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume penjualan, biaya

variabel dan atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak terhadap laba bersih. Dampak

terhadap laba bersih ini yang menjadi salah satu pertimbangan penting manajemen dalam

memutuskan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.

Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses

penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba

jangka pendek yaitu:

a. Impas

Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama dengan

nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah target

pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan penjualan minimum yang

harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian.

b. Margin of safety

Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan

penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.

c. Shut – down point

Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis

sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk

menutup biaya tunai saja.

d. Degree of operating leverage

Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan

penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.

e. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)

Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya

yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan

laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel)

Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen

dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran

perusahaan.

4

Page 5: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi

akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga

jual & biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba

merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.

Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini

diberikan

Contoh 1 .

Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income

Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:

PT. X

Laporan Laba Rugi Projeksian

Tahun Anggaran 20X2

Jumlah %

Pendapatan

penjualan

Rp. 500.000.000 100

%

Biaya Variabel 300.000.000 60%

Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%

Biaya tetap 150.000.000 30%

Laba bersihRp.

50.000.00010%

Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun

dengan metode variable costing yang membantu manajemen puncak dalam

mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah. Keputusan

jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume kegiatan.

Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen dapat

memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :

1. Impas

Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp.

500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan

5

Page 6: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar

tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp.

500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan

penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan

harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.

Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan

baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar

kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.

2. Margin Of Safety

Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa

jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan

tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab

pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran

laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena

impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target

pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah

Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000 ) atau 25% (Rp.

125.000.000/Rp.500.000.000).

- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh

laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan

target pendapatan penjualan.

- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan

pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan

sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.

3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )

Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan

penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa

biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan

biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000

( 100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000,

usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan

penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu

membayar biaya tunainya.

6

Page 7: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

4. Degree of Operating Leverage

Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya

sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung adalah

4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan

penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih.

Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5%

maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan

20% (4X5%).

5. Laba kontribusi perunit

- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel

- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap &

menghasilkan laba.

- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh

perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.

Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume

penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan

sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi

kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan

landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi.

Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:

A B C Total

Volume penjualan 500 300 200 1000

Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000

Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000

Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000

Biaya tetap 800.000

Laba bersih Rp. 300.000

Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100

7

Page 8: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Produk Konsumsi

Jam mesin

perunit

Produk

Jumlah

produk yang

dihasilkan

perjam

mesin 1: (1)

Contribition

margin

perunit

produk

Contribition

margin Per

jam mesin

(2) X (3)

Peringkat

kemampuan

produk

dalam

memanfaatk

an

sumberdaya

yang langka

(1) (2) (3) (4) (5)

A 5 0,20 Rp. 800 160 1

B 10 0,10 1000 100 2

C 25 0,04 2000 80 3

Gbr. 9.1. Laba kontribusi perunit sumber daya yang langka

Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar

Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam

menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup

biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar informasi laba kontribusi

perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan dengan

pemanfaatan sumber daya yang langka.Contoh dapat dilihat pada gbr. 9.1

Dari gambar tersebut ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam

kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya

tetap & menghasilkan laba. Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi

produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.

2.3.Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek

1. Impas

Impas (break-even) adalah:

a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.

b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya

c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.

d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak

menderita rugi dan laba sama dengan 0

8

Page 9: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Ada 2 cara untuk menentukan impas :

a. Pendekatan teknik persamaan

b. Pendekatan grafis

a. Pendekatan teknik persamaan

Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada

persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama

dengan pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan

sbb:

Y=cx-bx-a

Keterangan :

y=laba

c=harga jual persatuan

x=jumlah produk yang dijual

b=biaya variabel persatuan

a=biaya tetap

Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing,

persamaan tersebut sbb:

Pendapatan penjualan cx

Biaya variabel bx _ _

Laba kontribusi cx-bx

Biaya Tetap a _ _

Laba bersih y

Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan

jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:

0 = cx - bx

cx = bx + a

Persamaan tersebut diselesaikan sbb:

cx – bx = a

x(c-b) = a

x’ = a / (c-b)

Keterangan :

cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya

9

Page 10: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap

x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih

antara harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan

X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas

Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :

Impas dlm (Q) = Biaya tetap _

Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan

Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus

impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.

Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah sbb:

Impas dalam ( Rp) = Biaya Tetap

1 - Biaya variabel per satuanHarga jual per satuan

Catatan : 1 - b/c disebut marginal income ratio atau contribution margin ratio. Yaitu

hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.

Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:

Impas (Rp) = Biaya tetap _

Contribution margin ratio

Impas dalam ( Rp) = Biaya Tetap

1 - Biaya variabelPendapatan penjualan

Contoh 2:

Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia

menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam

Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah

Rp. 1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang

10

Page 11: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada

pemakai jasa adalah sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba

permalam apabila 500 sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat

disajikan sbb:

JUMLAH %

Pendapatan penjualan jasa

titipan sepeda

500 X Rp.25 Rp. 12.500 100

Biaya variabel:

Upah insentif untuk dua

karyawan

500 X 2 X Rp.

2.50

2.500 _

20

Laba kontribusi Rp. 10.000 _

80

Biaya tetap:

Sewa tempat titipan Rp. 1.500

Upah dua orang karyawan 2.000 +

Rp. 3.500 28

Laba bersih Rp. 6.500 52

Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus

masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak

mengalami kerugian. Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar

usaha pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :

Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _

Harga jual persatuan – By Variabel persatuan

= 3.500 _ = 175

25-5

Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha

pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga

usaha tersebut tidak mengalami kerugian.

Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan

sepeda sbb:

11

Page 12: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Impas (Rp) = Biaya tetap _

Contribution Margin ratio

= 3.500 _ = Rp.4.375

80%

Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan

sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan

penjualan jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan

malam ini. Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80%

(contribution margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang

diterimanya.

Bukti bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan

sebanyak Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat

diikuti dalam perhitungan sbb:

Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375

Biaya variabel 175 x Rp. 5 = Rp. 875

Laba kontribusi Rp. 3.500

Biaya tetap :

Sewa tempat titipan Rp. 1.500

Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500

0

Contoh 3:

PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1

adalah sbb:

Kg

Sediaan awal 100

Rencana produksi 1.100

1.200

Rencana penjualan 1.000

Sediaan akhir 200

12

Page 13: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1

Biaya variabel standar per kg

produk :

Biaya bahan baku Rp. 10.000

Biaya tenaga kerja variabel 7.000

Biaya overhead variabel 8.000

Jumlah biaya produksi variabel Rp. 25.000

Biaya administrasi & umum

variabel

10.000

Biaya pemasaran variabel 8.000

Jumlah biaya variabel Rp.43.000

Biaya tetap pertahun terdiri dari :

Biaya overhead pabrik tetap Rp.37.400.000

Biaya pemasaran tetap 15.000.000

Biaya administrasi & umum 25.000.000

Jumlah biaya tetap setahun Rp.

77.400.000

Harga jual produk Rp. 172.000 per

kg

13

Page 14: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

PT. ELIONA

Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian

Jumlah %

Pendapatan penjualan

Biaya variabel:

Sediaan awal

Biaya produksi variabel

Sediaan akhir

Biaya non produksi variabel:

By. pemasaran variabel

By. administrasi & umum

variabel

Jumlah biaya variabel

Laba kontribusi

Biaya tetap:

Biaya overhead pabrik tetap

Biaya pemasaran tetap

Biaya administrasi & umum

tetap

Jumlah biaya tetap

Laba bersih

1000 X Rp

172.000

100 X Rp. 25.000

1.100 X Rp.

25.000

200 X Rp. 25.000

1.000 X Rp.8.000

1.000 X Rp.10.000

Rp. 2.500.000

Rp.27.500.000

Rp.30.000.000

5.000.000

Rp. 25.000.000

8.000.000

10.000.000

Rp. 37.400.000

15.000.000

25.000.00

0

Rp.

172.000.000

Rp.

43.000.000

Rp.

129.000.000

Rp.

77.400.000

Rp.

51.600.000

100

%

25%

75%

14

Page 15: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :

Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000

75 %

Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn 20X1,minimum

PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp.103.200.000 agar

perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk minimum yang harus dijual

agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka :

Impas (kg) = Rp.77.400.000 = 600 kg

Rp.172.000 – Rp. 43.000

Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan memperoleh

laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap seluruhnya telah

tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.

Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada volume

penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran 20X1

untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan

volume penjualan dihitung sbb:

Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan

Contribution Margin ratio

Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat

menghasilkan laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:

Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1,297 kg

127.000 – 43.000

Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 = Rp. 223.200.000

75 %

15

Page 16: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297 kg

atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp. 90.000.000

b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis

Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan

titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu

datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya

dan pendapatan.

Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar

X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk volume

penjualan sebesar X maka :

Pendapatan penjualan = cx

Biaya variabel = bx

Biaya tetap = a

Contoh 4

Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :

Harga jual produk persatuan (c) = Rp. 172.000

Biaya variabel persatuan (b) = Rp. 43.000

Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 77.400.000

Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya

variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:

Angka Rupiah Dalam Ribuan

Volume

Penjuala

n

Pendapata

n

Penjualan

Biaya

VariabelBiaya tetap Total Biaya

Laba

(Rugi)

x cx bx a a+bx cx-(a+bx)

1.000Rp.172.00

0Rp. 43.000 Rp. 77.400

Rp.120.40

0Rp. 51.600

800 137.600 34.400 77.400 111.800 25.800

600 103.200 25.800 77.400 103.200 0

400 68.800 17.200 77.400 94.600 (25.800)

200 34.400 8.600 77.400 86.000 (51.600)

16

Page 17: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Gambar 9.2. Grafik Impas

Garis pendapatan penjualan

Garis total biaya

Titik Impas

Pendapatan & Biaya (juta rupiah)

Volume Penjualan

Rugi

Laba

Garis biaya tetap

120.400.000

172.000.000

100

80

600

Apabila data diatas disajikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak pada gambar

9.2

Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju

Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai dengan

berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi biaya

overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan peusahaan melakukan

diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin besarnya proporsi biaya

overhead yang tidak berkaitan dengan unit produk yang diproduksi (non unit related

overhead costs). Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju digambarkan

pada gambar 9.3.

17

Page 18: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Facility-sustaining activity cost

Product-sustaining activity costs

Batch-related activity costs

Unit-level activity costs

Non-unit related costs

Non-unit related costs

Gambar 9.3. Unsur Unit-Related dan Non-Unit-Related Costs dalam Biaya Produk

Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead costs) dengan

proporsi yang berbeda-beda.

Beda perhitungan impas konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur

biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities

saja.

Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

K = a + bx

Keterangan :

K = total biaya

a = total biaya tetap

b = biaya variabel perunit

x = unit level activities

Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya terdiri dari biaya

tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3

Keterangan :

k = Total biaya

a = facility sustaining activity cost

b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

18

Page 19: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

x1 = unit level activities

x2 = batch related activities

x3 = product sustaining activities

Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba berdasarkan

activity based costing adalah :

Y = cx1 - a – b1x1 – b2x2 – b3x3

Keterangan :

Y = laba

cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual yang

ditunjukkan oleh unit level activities)

a = facility sustaining activity costs

b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

x1 = unit level activities

x2 = batch related activities

x3 = product sustaining activities

Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan activity based

costing :

X’ = a + b2x2 + b3x3

c-b1

Keterangan :

x’= volume penjualan pada kondisi impas

a = facility sustaining activity costs

b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

x1 = unit level activities

x2 = batch related activities

x3 = product sustaining activities

19

Page 20: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Contoh 5

PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :

Biaya variabel perunit Rp. 12.000

Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000

Harga jual produk perunit Rp. 20.000

Impas dengan pendekatan konvensional :

Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :

Impas = Biaya tetap

= Harga jual perunit – biaya variabel perunit

= 100.000.000 _

20.000 - 12.000

= 12.500 unit

Impas dengan pendekatan activity based costing

Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut seperti

disajikan berikut:

Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit

Unit level activity costs

Biaya bahan baku Rp. 6.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000

Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500

Biaya pemasaran variabel Rp. 500

Unit yg dijual Rp. 12.000

Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000

Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000

Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000

Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :

Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000

20

Page 21: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000 30.000.000

Facility sustaining activity costs 50.000.000

Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing Rp.100.000.000

Impas = Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch

related activity costs

Harga jual/unit – Unit level activity cost

= Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)

Rp. 20.000 – Rp. 12.000

= 12.500 unit

2. Margin Of Safety

Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan

minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan

dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan

tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau

pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih

antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan

angka margin of safety.

Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran

20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada

volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar

Rp. 68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam

persentase dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp.

68.800.000 / Rp.172.000.000).

Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan

yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau

dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum

penurunan volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian.

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1

yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh

terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak menderita

kerugian.

21

Page 22: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan

dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )

Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio

Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _

Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan

Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :

Laba = 75 % x 40 % = 30 %

Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :

M/S ratio = Profit ratio _

Profit-volume ratio

Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%

75%

3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )

Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha

dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash

cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah

biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam

pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya

keluar dari saku (out –of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu

pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati

samapai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan

deplesi.

Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup

biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus

dihentikan dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan

penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.

22

Page 23: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Contoh 8

Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya

keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam ( sunk cost ) sebesar Rp.

12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit ,

yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya –biaya, baik terbenam maupun biaya

keluar dari saku ).

Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _

Contribution margin ratio

Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:

Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000

75%

Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:

Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg

172000 – 43.000

Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika

penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500

kg.

4. Degree Of Operating Leverage (DOL)

Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan

penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,

manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang

menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.

Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :

DOL = Laba kontribusi

Laba bersih

23

Page 24: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan

demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak

perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage .

PT. Eliona

Laporan Laba rugi projeksian

Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000

Biaya variabel 43.000.000

Laba kontribusi Rp. 129.000.000

Biaya tetap 77.400.000

Laba bersih Rp. 51.600.000

Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp. 172.000.000, DOL

perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp. 51.600.000).

Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan

promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan

volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan

kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %)

DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas.

Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan

laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:

Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000

Biaya variabel 27.090.000

Laba kontribusi Rp. 81.270.000

Biaya tetap 77,400.000

Laba bersih Rp. 3.870.000

Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat penjualan

Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan sebesar 42 %

(21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:

24

Page 25: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

Pendapatan penjualan Perubahan

turun 2%

Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %

Biaya variabel 27.090.000 26.548.200

Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600

Biaya tetap 77.400.000 77.400.000

Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%

Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau

sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).

25

Page 26: perencanaan laba dan anggaran perusahaan.docx

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk

mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana

yang diharapkan adalah laba yang memuaskan

Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang di curahkan kedalam keuangan

dan istilah kuantitaf lain.

Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan mudah jika didasarkan

pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode variable

costing.

3.2. SARAN

Kami menyarankan untuk menghitung laba jangka pendek diperlukan kehatia-hatian

dalam mengerjakan soal, yang harus kita lakukan adalah penuh ketelitian dan keuleutan

agar nilai yang diperoleh benar sesuai dengan yang kita perhitungkan.

26