perdagangan satwa

6

Click here to load reader

Upload: iska-gushilman

Post on 20-Jun-2015

366 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hasil Survey Perdagangan SatwaMahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan EkowisataFakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

TRANSCRIPT

Page 1: Perdagangan Satwa

Hasil Survey Perdagangan Satwa

Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Berdasarkan survey yang telah dilakukan di Pasar Parung pada hari Sabtu tanggal

8 Maret 2008, didapatkan data sebagai berikut :

Nama pemilik : Pak Pangat

Tahun didirikan : 2006

Pegawai : Amin Ma’ruf

Buka-tutup toko : 05.30-20.00 WIB

Izin usaha : ada

Sewa toko : 15 juta/tahun

Toko ini merupakan toko burung yang dibangun karena kegemaran Pak Pangat

terhadap burung dan untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Jenis Satwa yang

diperdagangkan adalah burung, ayam, kelinci dan marmut. Jenis burung yang

diperdagangkan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis burung yang diperdagangkan

No Jenis burung Nama Latin Famili

1 Merpati batu Columba livia Columbidae

2 Dederuk jawa Streptopelia … Columbidae

3 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae

4 Delimukan zamrud Chalcophaps indica Columbidae

5 Betet biasa Psittacula alexandri Psittacidae

6 Nuri tanau Psittinus cyanurus Psittacidae

7 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae

8 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae

9 Gagak hutan Corvus enca Corvidae

10 Tiong emas Gracula religiosa Sturnidae

11 Anis merah Zoothera citrina Turdidae

12 Bentet kelabu Lanius schach Lanidae

13 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae

14 Gelatik jawa Padda oryzipora Ploceidae

15 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Ploceidae

16 Bondol peking Lonchura punctulata Ploceidae

Page 2: Perdagangan Satwa

Gambar 1.Burung…… Gambar 2.Burung Beo

Untuk memenuhi kebutuhan satwa disediakan berbagai jenis pakan. Pakan

tersebut adalah : jagung campur, poor burung 251, prit manyar, padi, pakan ayam.

Gambar 3. Pakan burung

Gambar 4. Jagung campuran

Selain itu, terdapat jenis pakan yang telah dikemas (gambar 5) seperti Poenix dan

fancy bird food.

Gambar 5. Pakan yang telah dikemas

Page 3: Perdagangan Satwa

Harga jual

Satwa

Burung beo : Rp 800.000 , yang memiliki suara bagus

Burung beo kecil : Rp 300.000

Burung Tekukur/pasang : Rp 25.000

Burung Anis : sampai Rp 70.000.000

Marmud : Rp 25.000

Ayam jago : Rp 80.000

Pakan

Pakan/kg : Rp 5.000-Rp.10.000

Harga Beli : Rp 25.000-Rp 1.000.000

Pendapatan toko/hari : Rp 600.000-Rp.1.000.000

Gaji pegawai/bulan : Rp 400.000

Dari segi pembeli, umumnya pembeli termasuk kategori umur dewasa sampai tua

yang memilki kesenangan atau hobi terhadap satwa tersebut. Satwa dibeli dengan tujuan

untuk pemeliharaan yang bersifat pribadi. Jenis yang paling diminati adalah kelinci dan

ayam karena harganya relatif murah dan penyediaan terhadap pakannya pun relatif lebih

mudah. Jenis satwa yang diperdagangkan didominasi dari jenis burung Perdagangan dari

suatu jenis satwa tersebut berpotensi memberikan dampak negatif terhadap populasi jenis

tersebut di alam. Untuk itu diperlukan suatu kriteria perlindungan. Berdasarkan CITES

kriteria perlindungan terdiri dari tiga kategori (Soehartono dan Mardiastuti, 2003):

1. Apendiks I

Jenis yang termasuk kategori ini adalah jenis yang jumlahnya di alam sudah sangat

sedikit dan dikhawatirkan akan punah.

2. Apendiks II

Merupakan suatu jenis yang pada saat ini tidak termasuk kedalam kategori terancam

punah namun memiliki kemungkinan untuk terancam punah jika perdagangannya

tidak diatur.

3. Apendiks III

Page 4: Perdagangan Satwa

Kriterianya tidak jauh berbeda dengan apendiks II namun kriterianya diberlakukan

khusus oleh oleh suatu negara tertentu.

Beberapa jenis burung diatas (pada tabel 1) termasuk jenis burung yang dilindungi dan

berdasarkan CITES, burung betet biasa, burung nuri tanau, burung tiong emas dan

burung gelatik jawa tergolong Appendix II yaitu terancam punah.

Pengadaan satwa di toko ini bersumber dari kegiatan penangkaran sendiri yang

dilakukan oleh pemilik dengan izin usaha yang jelas. Lokasi penangkaran terdapat di

Jakarta. Satwa-satwa yang ditangkarkan berasal dari transaksi jual beli antara pemilik

dengan penyuplai lainnya. Sedangkan sumber utama penyedian suplai satwa yang

ditangkarkan tidak diperoleh informasi secara lengkap. Selain penyediaaan satwa untuk

toko di pasar Parung ini, satwa-satwa yang ditangkarkan juga disediakan untuk toko

lainnya karena pemilik banyak memiliki cabang-cabang usaha yang sama di daerah lain.

Suplay satwa di toko ini tidak terlepas pada pengangkutan satwa dari penangkarannya.

Pendistribusian satwa ke Parung melalui akses darat dengan menggunakan alat

transportasi yaitu kereta api. Satwa dikemas dalam kardus dengan batas dan pemberian

lubang udara yang cukup.

Selain itu dalam usaha pengadaan satwa yang tujuannya untuk diperdagangkan,

biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan.

Konsep biaya meliputi biaya awal penyediaan satwa,dan biaya pemeliharaan satwa.

Biaya pemeliharaan mencakup penyediaan kandang, pakan dan suplemen obat-obatan

bagi satwa setiap harinya.Biaya tersebut berasal dari laba yang diperoleh melalui kegiatan

penjualan.

Semua satwa yang dijual dalam toko ini berada dalam sangkar/kandang dengan

ukuran yang beragam mulai dari ukuran sedang hingga besar. Ukuran kandang

tergantung besarnya ukuran satwa, misalnya kandang ayam lebih besar daripada kandang

marmut. Kandang berfungsi sebagai tempat hidup satwa dilengkapi dengan wadah makan

dan wadah minum. Kondisi kandang harus diperhatikan setiap harinya, kondisi yang

bersih dan nyaman akan menghindarkan satwa dari ancaman penyakit yang berasal dari

sisa-sisa pakan dan kotoran satwa tersebut. Dalam hal ini, pegawai toko membersihkan

kandang setiap hari dengan disiram menggunakan air. Kandang juga dikeluarkan setiap

Page 5: Perdagangan Satwa

pagi guna memenuhi kebutuhan cahaya matahari bagi satwa, selama proses perdagangan

kandang diletakkan di luar toko dan dimasukkan kembali ke dalam toko.

Pengadaan pakan, suplemen dan obat-obatan juga memerlukan anggaran biaya

pengeluaran tersendiri. Pakan satwa yang ada di toko ini disediakan dalam jumlah besar

karena selain untuk keperluan hidup satwa, pakan juga dijual. Toko ini juga menjual

suplemen dan obat-obatan selain untuk digunakan dalam pemeliharaan. Pegawai

memberikan suplemen dan obat-obatan khusus untuk satwa yang sedang terserang

penyakit atau menunjukkan tanda-tanda sakit, sedangkan satwa yang sehat tidak

diberikan perlakukan khusus, hanya diperhatikan pakannya.

Setiap kegiatan usaha biasanya terdapat kendala-kendala yang timbul kemudian,

tidak terkecuali dalam perdagangan satwa di toko ini. Kendala di toko ini timbul dari

satwa yang diperdagangkan dan faktor eksternal yang mencakup keberadaan toko dan

pegawai. Kondisi kesehatan satwa ternyata menjadi kendala dalam perdagangan.

Kurangnya pengetahuan dalam penanganan penyakit satwa sehingga satwa yang sakit

tidak tertangani secara maksimal berdampak terhadap omset penjualan. Merebaknya isu

flu burung, diakui pegawai berdampak negatif terhadap penjualan burung di toko ini. Saat

isu sangat santer terdengar, konsumen jarang mengunjungi oko ini dan banyak juga

konsumen yang beralih membeli satwa lain.

Kendala lainnya timbul dari keadaan fisik toko itu sendiri. Ukuran toko yang

tidak luas dan letak yang tidak strategis mempengaruhi kesejahteraan satwa. Toko yang

berukuran hanya 3m x 5 m sebagian digunakan untuk meletakkan pakan satwa, sebagian

lagi untuk meletakkan satwa ketika toko tutup, sangkar burung digantung di langit-langit,

sedangkan kandang lainnya seperti kandang ayam, kandang marmut dan kandang kelinci.

Keadaan ini sedikit banyak mempengaruhi tingkat stress satwa. Pegawai memanfaatkan

lahan di luar toko untuk satwa agar dapat menerima cahaya matahari, sayangnya letak

toko yang tidak strategis yaitu berada dibagian belakang pasar meminimkan perolehan

sinar matahari, selain itu juga sekitar toko dipadati pedagang sembako dan sayur-mayur

sehingga menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi hidup satwa. Selain itu, kendala

eksternal lainnya dari pegawai itu sendiri, pegawai di toko ini hanya satu orang yang

bekerja setiap hari dengan pengetahuan yang minim mengenai satwa.Untuk memenuhi

permintaan konsumen, stock satwa selalu diusahakan mencukupi, namun ketika

Page 6: Perdagangan Satwa

permintaan meningkat pegawai kesulitan memperoleh stock satwa dengan segera, hal ini

dikarenakan jauhnya sumber penangkaran sebagai pensuplai utama satwa.

Diakui pegawai walaupun toko ini bukanlah satu-satunya toko yang bergerak

dalam usaha perdagangan satwa di pasar parung, namun pegawai tidak merasa tersaingi

dengan keberadaan toko satwa lainnya. Hal ini karena setiap toko memiliki konsumen

tersendiri, dan berdasarkan survey ke pedagang-pedagang lain diketahui bahwa pada

hari-hari tertentu yaitu hari senin, rabu dan jumat dapat dijumpai pasar satwa, namun

satwa yang diperdagangkan adalah satwa ternak.