volume 1 no. 3 - december 2011 kabar … · perdagangan ilegal satwa liar telah melakukan...
TRANSCRIPT
bilingual harimaukita newsletter
MENDORONG MANAJEMEN KOLABORATIF DALAM KONSERVASI HARIMAU SUMATERA
Encouraging Collaborative Management in Sumatran Tiger ConservationHal. 3 /Page 4
KABAR UTAMA Headline News
Volume 1 No. 3 - December 2011 www.harimaukita.org
Survey Populasi Terbitkan Harapan Kelestarian Harimau Sumatera
Hal. 9 /Page 10
Foto
: Be
ebac
h
Belajar dari Inisiatif Global:Peran Strategis Peningkatan Kapasitas
A Lesson Learnt From Global Tiger InitiativeHal. 9 /Page 10
Penanggung JawabHariyo T. Wibisono
Pemimpin RedaksiH.A. Wahyudi
EditorWulan Pusparini
KontributorKarmila ParakkasiDudy NugrohoMuhamad SabilillahYesha Shrestha
Tata Letak & Rancang GrafisWahyudi Age Hadi
Alamat Sirkulasi & Distribusi Forum HarimauKita Jl. Samiaji 3 no. 10 Bantarjati - Bogor -16153 [email protected] www.harimaukita.orgTelp. +62 251 3975707
DAFTAR ISI / CONTENT
RIMUENG Vol. 1 No. 3is supported by SAVE THE TIGER FUND
I congratulate and success for the publication of Rimueng.
Rimueng is being the answer to the thirst of news and information about big cat conservation in Indonesia.
Hopefully in the future, Rimueng will be better concerning to the contents, photos and magazine quality.
Nur R. FajarDeputy Assistant,
Special Staff to the President of Republic Indonesia for Climate Change
TANYA :
Ada yang tahu SMS Center Tipihut PPA untu pelaporan tindak kejahatan kehutanan? No 081213199199 sudah tidak bisa dihubungi. Trus kemana kalo masyarakat awam mau laporan dong?
Dwi Nugroho
JAWAB :
Kalo untuk kasus perambahan ini no kontaknya , berdasarkan SK Dirjen
PHKA Nomor SK.35/IV-KK/2010 Tanggal 17 Februari 2010 telah dibentuk Pokja
Penanganan permabahan di Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA)
Telp: 021-5720229 fax:021-5720229
Email: [email protected]
Yoan DinataFauna Flora International
Kritik dan saran dari Anda sangat membantu guna perbaikan RIMUENG pada edisi mendatang. Layangkan surat Anda melalui
email [email protected] kasih
Mendorong Manajemen Kolaboratif Dalam Konservasi Harimau SumateraPromoting Collaborative Management in Sumatran Tiger Conservation
Hal. 3
Page 4
Survey Populasi Terbitkan Harapan Kelestarian Harimau Sumatera
Hal. 7
Belajar Dari Inisiatif Global Pemulihan Populasi HarimauA Lesson Learnt From Global Tiger Initiative
Hal. 9
Page 10
Jalan Panjang Keadilan Bagi Harimau SumateraA Long Road Justice for Sumatran Tiger
Hal. 11
Page 12
Mencintai Harimau Sumatera Semenjak Dini
Hal. 17
Page 18Loving Sumatran Tiger Since Early Age
Membangun Sistem Patroli Tangguh di Dangku
Hal. 21
Page 22Build An Effective Patrol System In Dangku
3RIMUENG Vol.1 No.3
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan spesies harimau terakhir
yang dimiliki Indonesia setelah dua saudaranya dinyatakan berstatus punah. Harimau Bali (Panthera tigris balica) dinyatakan punah pada tahun 1950-an, sedangkan harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah pada tahun 1980-an oleh IUCN. Sang raja yang menempati strata tertinggi dalam rantai makanan ini sedang menghadapi masalah terberat, yaitu kepunahan.
Populasi harimau Sumatera liar di hutan-hutan Sumatera cenderung menurun setiap tahunnya. Perburuan liar dan konflik dengan manusia menjadi penyebab semakin langkanya top predator yang kharismatik ini. Kondisi tersebut diperparah oleh laju deforestasi Sumatera yang mencengangkan.
Diperkirakan pada tahun tujuh puluhan, populasi harimau Sumatera
masih sekitar 1000 ekor. Angka tersebut diperoleh dari penelitian Borner melalui survey kuisioner di tahun 1978. Pada tahun 1985, Santiapillai dan Ramono mencatat setidaknya 800 ekor tersebar di 26 kawasan lindung. Di tahun 1992, Tilson et. Al. memperkirakan antara 400 – 500 ekor yang hidup di 5 Taman Nasional dan 2 kawasan lindung. Dan di tahun 2007, Kementrian Kehutanan Indonesia memperkirakan minimal 250 individu harimau Sumatera hidup di 8 dari 18 habitat harimau Sumatera.
Angka-angka di atas, secara langsung tidak dapat dijadikan data seri. Hal tersebut karena riset tersebut dilakukan dengan metode dan lokasi yang tidak sama. Akan tetapi, cukup memberikan gambaran keterancaman harimau terakhir yang tersisa di Indonesia.
Angka Perburuan MencengangkanSampai saat ini, perburuan ilegal masih menjadi ancaman utama kelestarian harimau Sumatera. Hampir seluruh
bagian tubuh harimau menjadi koleksi yang paling diincar di pasar gelap. Mills dan Jackson melaporkan lebih dari 3990 kilogram tulang harimau Sumatera diekspor ke Korea Selatan sejak 1970 sampai 1993. Tulang-tulang tersebut dijadikan bahan baku obat tradisional China. Selain itu, Sheppard dan Magnus memperkirakan setidaknya 253 ekor harimau Sumatera diambil dari habitatnya antara tahun 1998 hingga 2002. Sebagian besarnya diambil secara ilegal.
Konflik Yang Tak Kunjung UsaiTingginya laju deforestasi Sumatera juga menjadi penyebab serius turunnya populasi harimau terakhir Indonesia. Forest Watch Indonesia mencatat laju pembukaan hutan sebesar 0,37 juta hektar setiap tahunnya, semenjak tahun 2000 sampai 2009. Sebagian besar, hutan diubah menjadi perkebunan baik legal maupun ilegal. Menyempitnya habitat harimau Sumatera tersebut membuat pergerakan harimau semakin terbatas. Juga interaksi harimau
MENDORONG MANAJEMEN KOLABORATIF DALAM KONSERVASI HARIMAU SUMATERA
Oleh : Hariyo T. Wibisono
do
k. F
HK
HarimauKita take the initiative in promoting collaborative management in Sumatran tiger conservation
4 RIMUENG Vol.1 No.3
The Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) is the last tiger species of Indonesia after its
two siblings were declared extinct. The Bali Tiger (Panthera tigris balica) was stated to be extinct in the 1950s, while the Java Tiger (Panthera tigris sondaica) was stated to be extinct in the 1980s by IUCN. The King of the Jungle who hold the highest position in the food chain is facing the heaviest problem; extinction.
The population of wild Sumatran tigers in the Sumatran forests tends to decrease each year. Poachings and conflicts with humans are the cause for the scarcity of this charismatic top predator. This condition is made worse with the staggering pace of deforestation in Sumatra.It is estimated that in the seventies, the population of Sumatran tigers were around 1000. This number was from a Bomer research through questionnaire survey in 1978. In 1985, Santiapillai
and Ramono noted that at least 800 tigers lived in 26 protected areas. In 1992, Tilson et. Al. estimated around 400 – 500 tigers lived in 5 National Parks and 2 protected areas. In 2007 the Indonesian Ministry of Forestry estimated at least 250 tigers lived in 8 out of 18 Sumatran tiger habitats.
Those above numbers, cannot directly be time series data. Because the research was done with different methods and locations. However, it sort of gave the indication of how endangered these last Indonesian tigers are.
Shocking Poaching NumbersUntil now, the illegal poaching is still the main threat for the preservation of Sumatran tigers. Almost all organs of the tiger are the most wanted items in the black market. Mills dan Jackson reported that more than 3990 kilogram Sumatran tiger bones are exported to South Korea since 1970 to 1993. Those
bones were the main ingredients for Chinese traditional medicines. Other than that, Sheppard and Magnus estimated that at least 253 Sumatran tigers were confiscated from its habitat between 1998 to 2002. Most of them were taken illegally.
Unresolved ConflictsThe staggering pace of deforestation in Sumatra has also been a serious cause for the population decrease of this last tiger of Indonesia. Forest Watch Indonesia noted that the deforestation as big as 0.37 hectares per year since 2000 to 2009. Mostly, the forest was made into plantation, legally or illegally.
The narrowed habitat of the Sumatran tiger limits the movement of the tigers. The interactions between the Sumatran tigers and humans are also increasing.
HarimauKita, researcher and observer of the Sumatran tiger forum reported,
PROMOTING COLLABORATIVE MANAGEMENT IN SUMATRAN TIGER
CONSERVATIONBy : Hariyo T. Wibisono
Members of HarimauKita from various institutions that concern in Sumatran tiger conservation collaborate in evaluating the achievements and to develop partnership programs .
do
k. F
HK
5RIMUENG Vol.1 No.3
Sumatera dengan manusia menjadi semakin tinggi.
HarimauKita, forum peneliti dan pemerhati harimau Sumatera melaporkan, setidaknya 563 konflik tercatat semenjak tahun 1998 – 2011. Angka tersebut dikompilasi dari laporan lapang Wildlife Conservation Society (WCS), Leuser International Foundation (LIF), Fauna and Flora International (FFI), Zoological Society of London (ZSL) dan World Wildlife Fund (WWF) dan PHKA. Lembaga-lembaga tersebut secara konsisten melakukan upaya konservasi harimau Sumatera di habitatnya. Sebagian kecil data bersumber dari informasi surat kabar. Dari sekian konflik yang terjadi, tercatat 46 ekor harimau terbunuh. Di lain pihak, sebanyak 57 orang meninggal dalam rentang waktu yang sama. Riau merupakan provinsi dengan tingkat konflik tertinggi.
Upaya Konservasi yang dilakukanHarimauKita sebagai forum bagi para praktisi dan pemerhati konservasi harimau Sumatera mendorong agar teruwujud sinergi aksi dalam upaya pelestarian harimau Sumatera di habitatnya. Sinergi ini akan diwujudkan dalam kegiatan penyusunan protokol monitoring populasi dengan menggunakan metode yang sama, dan dilakukan oleh seluruh lembaga mitra di seluruh Sumatera, pengembangan jaringan pemantau perdagangan ilegal harimau Sumatera, serta penyatuan sistem data dalam mitigasi konflik antara manusia dengan harimau Sumatera.
Dalam bidang peningkatan kapasitas, pelatihan untuk dokter hewan dalam menangani harimau Sumatera yang terlibat konflik (bekerja sama dengan ZSL), bersama lembaga mitra dan pelatihan MIST (Management Information System) untuk memperkuat patroli di kawasan yang menjadi habitat harimau Sumatera. Untuk memperkuat upaya pelestarian secara terintegrasi, HarimauKita dan lembaga-lembaga mitra akan menyelenggarakan Workshop penggalangan sumber daya untuk terwujudnya konservasi harimau Sumatera yang termaktub dalam dokumen “National Tiger
Recovey Program” dalam bulan Januari 2011 yang akan datang.
Perkuat Jaringan Anti Cyber Wildlife CrimesPerdagangan melalui internet merupakan kejahatan terhadap satwa liar yang sangat mengancam kelestarian harimau Sumatera di habitat aslinya. Mudahnya setiap orang mengakses internet menjadikan volume perdagangan harimau Sumatera dan bagian-bagian tubuhnya meningkat drastis dalam kurun lima tahun terakhir.
Meskipun upaya meredam perdagangan melalui internet telah digalakkan sejak setahun terakhir, sepertinya para pelaku tidak pernah jera meskipun telah beberapa pelaku berhasil ditangkap. Perdagangan bagian tubuh harimau Sumatera pernah mereda pasca ditangkapnya cukong besar di awal Pebruari 2011 yang lalu. Cukong tersebut mengendalikan perdagangan di kawasan Glodog Jakarta.
Saat ini, Forum HarimauKita bekerjasama dengan Wildlife Crimes Unit (WCU) sedang membangun Gerakan Nasional Anti Perdagangan Harimau Sumatera dan Bagian-Bagian Tubuhnya Melalui Internet. Hingga saat ini ratusan anggota TIGER HEART – Jaringan Relawan Forum HarimauKita dan didukung oleh jaringan MATASATWA – Jaringan Anti Perdagangan Ilegal Satwa Liar telah melakukan pemantauan situs-situs yang memperjual-belikan satwa liar dilindungi, termasuk harimau Sumatera.
Dalam waktu dekat, hasil-hasil pemantauan tersebut akan disampaikan kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kehutanan dan juga Kementerian Komunikasi dan Informasi. Tindakan tegas dari Pemerintah dalam memblokir bahkan menutup situs yang masih menayangkan penjualan satwa liar dilindungi diharapkan mampu memberikan efek jera.Sampai saat ini, telah teridentifikasi situs kaskus.co.id dan tokobagus.com merupakan situs yang paling sering memperjualbelikan satwa liar dilindungi. [*]
By : Hariyo T. Wibisono
Learn from Global Tiger Initiative for increasing the conservation effort in national level (Doc. HarimauKIta)
do
k. F
HK
6 RIMUENG Vol.1 No.3
at least 563 conflicts were recorded since 1998-2011. These numbers were compiled from the field reports of Wildlife Conservation Society (WCS), Leuser International Foundation (LIF), Fauna and Flora International (FFI), Zoological Society of London (ZSL) and World Wildlife Fund (WWF) and PHKA. These institutions consistently conduct the effort of tiger conservation in its habitat. A small part of the information was from the newspaper. From all of those recorded conflicts, 46 tigers were killed. On the other hand, 57 people were killed within the same range of time. Riau was the province with the highest conflict rate.
The Conservation Effort HarimauKita as the forum for practitioners and Sumatran tiger conservation observers encouraged the action synergy in preserving Sumatran tigers in its habitat. This synergy will be manifested in the formulation of population monitoring protocol using the same method and done by all partner institutions all over Sumatra, development of the SUmatran tiger illegal trading observer network, as well as the unification of the data system in the humans and Sumatran tigers conflict mitigation.
In the capacity building sector, there will be training for veterinarian in handling Sumatran tigers involved in conflicts (working with ZSL), with the partner institutions and the MIST (Management Information System) training to enhance the patrol in the area where the Sumatran tigers live. To strengthened the integrated conservation effort, HarimauKita and the partner institutions will hold a workshop to collect resources to form Sumatran tiger conservation included in the “National Tiger Recovey Program” documents in January 2012.
Strengthen the Anti Cyber Wildlife Crimes NetworkTrades through the internet is a crime against wild animals that threathened the lives of Sumatran tigers in their original habitats. How people can easily access the internet has made the Sumatran tigers and their organs trade increased drastically within 5 years.
Despite the intensified effort to reduce the trades through the internet since the last year, the traders seemed to never learn his lessons eventhough several traders were successfully arrested. The trading for Sumatran tiger organs subsided shortly after the arrest of the big dealer in early February 2011. This dealer controlled the trades in Glodog Jakarta.
At the moment, Forum HarimauKita together with Wildlife Crimes Unit (WCU) are developing the National Anti Trafficking Movement of Sumatran Tiger and Its Body Parts Through the Internet. Until now hundreds members of TIGER HEART – The Volunteer Network of Forum HaarimauKita supported by the MATASATWA Network – Anti Illegal Trade of Wild Animals Network have done observation to the websites who trade protected wild animals, including Sumatran tigers.
In the near future, this observation result will be delivered to the Government, in this case, the Ministry of Forestry and Ministry of Communication and Information. The firm action from the Government in blocking and closing the websites which are still broadcasting the protected wild animals hopefully can teach a lesson. Until now, kaskus.co.id and tokobagus.com were identified as websites which broadcast the protected wild animals. [*]
Workshop on Tiger Handling, a collaborative action between HarimauKita, ZSL, WCS, Taman Safari and PHKA
do
k. F
HK
7RIMUENG Vol.1 No.3
WULAN PUSPARINI
Pernah saya dengar orang berkata, your present self selalu berjuang dengan your future self dalam hal menahan diri untuk menyimpan atau mengkonsumsi.
Habiskan semua sekarang, atau simpan untuk masa nanti, masa tua? Itu jika kita bicara soal diri sendiri, maka makin sulitlah meyakinkan our fellow human kind untuk menahan diri demi anak cucu kita. Our distant future offspring. Dalam hal apa?
Segala hal, investasi keuangan, pola makan, kesehatan, you named it. Maka bayangkan bagaimana lebih rumitnya untuk meyakinkan rekan rekan manusia di dunia untuk menahan diri demi keselamatan spesies lain. Memberi ruang, baik kiasan atau literal, bagi spesies lain untuk hidup. Menahan keinginan dan kepentingan diri sendiri demi sesuatu yang tidak terlihat menguntungkan secara langsung buat kita. Untuk anak cucu? Paling paling cuma bisa bilang, biar anak cucu ente nanti masih bisa liat harimau, bukan cuma dari cerita aja.
Maka menjadi jamaklah kalau berita berita konservasi lingkungan dan harimau khususnya selalu bertema gloom and doom. Bukan hanya karena prinsip bahwa bad news is good news, sejatinya pun memang karena jarang ada cerita manis konservasi itu sendiri. Populasi harimau dunia yang kini tersebar di 13 negara jelajah harimau (tigers’ range countries) terus menurun, dan status harimau sumatera di IUCN masih kritis (citically endangered, CR), hanya selangkah dari punah di alam (extinct in the wild, EW) sebelum punah sungguhan (extinct, EX). Masih kurang? Dua subspesies harimau yang pernah ada di Indonesia, Jawa dan Bali, sudah punah.
Berita Baik Terkait Konservasi HarimauBanyak sekali usaha untuk melindungi harimau sumatera meskipun tidak mudah, newsletter yang anda sedang baca ini salah satu wujudnya. Menjadi tidak mudah karena bahkan hingga awal tahun ini pun kita tidak tahu persis dimanakah harimau sumatera berada dari pulau seluas hampir 450 ribu km persegi ini, dan bagaimana kondisinya. Maka sudah seharusnya dunia menjadi tersentak (lebay…) dan sedikit lega ketika pada penghujung tahun 2011, tepatnya di bulan
November, terbitlah suatu hasil penelitian yang berhasil mengungkap secara detail dimana sajakah harimau hidup di pulau sumatera serta indikasi berapa harimau tersisa disana.
Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal ilmiah internasional PLoS ONE berjudul “Population Status of a Cryptic Top Predator: An Island-Wide Assessment of Tiger in Sumatran Rainforest” dan bisa diunduh gratis [doi:10.1371/journal.pone.0025931.t001]. Menentukan dengan tingkat kepercayaan cukup shahih dimana harimau berada pada bentangan alam bertipe hutan tropis lebat bukanlah usaha main main. Tantangan terutama dari perilaku harimau yang cenderung menghindar dan kamuflase alaminya membuat mereka makin sulit terdeteksi di hutan lebat. Hasil penelitian ini menerbitkan harapan baru konservasi harimau sumatera dan mengungkap fakta bahwa kondisi harimau sumatera terindikasi tidak separah yang selama ini kita kira. Satu berita baik diantara berita berita buruk konservasi harimau.
Hasil Kerja Secara KolaboratifSelama tiga tahun, 8 lembaga menggabungkan kekuatan dan bersama sama melakukan survai tingkat pulau pertama kali dan terbesar untuk harimau sumatera dan atau mamalia lainnya. Skala besarnya kegiatan ini tidak hanya tergambar dari jumlah penulis jurnal tersebut (41 penulis), tapi juga dari luasnya area yang disurvai yaitu 394 grid survai masing masing seluas 289 km persegi yang meliputi bentang alam dengan elevasi dan tingkat ancaman beragam.
Lebih dari 13.500 kilometer persegi disurvey untuk menemukan keberadaan harimau dan juga satwa mangsanya. Yang sangat mengesankan, untuk mensurvey lokasi tersebut tim telah menempuh perjalanan sejauh 13.500 km atau delapan kali panjang Pulau Sumatera.Tanda-tanda keberadaan harimau Sumatera terlihat di 206 grid yang disurvey di habitat potensial di seluruh pulau Sumatera, dari Provinsi Aceh di utara hingga Provinsi Lampung di selatan
Kedelapan lembaga tersebut adalah Wildlife Conservation
SURVEY POPULASI TERBITKAN HARAPAN
KELESTARIAN HARIMAU SUMATERA
8 RIMUENG Vol.1 No.3
Hariyo T. Wibisono, Wulan Pusparini. Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae): A review of
conservation status. Integrative Zoology, 2010; 5 (4): 313 DOI:10.1111/j.1749-4877.2010.00219.x
Society (WCS), World Wildlife Fund (WWF), Fauna and Flora International (FFI), Zoological Society of London (ZSL), Yayasan Badak Indonesia (YABI), Yayasan Leuser Internasional (YLI), dan Yayasan Pelestari dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS). Dengan didukung penuh oleh Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementrian Kehutanan dan dalam tahap analisa juga dibantu oleh Kent University. Forum HarimauKita bertindak sebagai organisator selama kegiatan survey berlangsung dan manajemen database bersama.
“Survey ini merupakan tonggak baru dalam konservasi harimau Sumatera di habitat alamnya. Hasil penelitian memberikan informasi terbaru dan terpercaya yang pernah dilakukan untuk harimau sumatera, dan ini merupakan pertama kalinya lembaga lembaga konservasi harimau bekerja bersama sama dengan efektif”, kata Hariyo Wibisono Ketua Forum HarimauKita yang menjadi penulis utama.
Kerja konservasi merupakan hal besar yang tentunya tidak dapat dilakukan sendiri. Conservation is a work of many, there is no and should not be a single messiah. Kuncinya ada pada kata kolaborasi yang berlandaskan trust. Saya pikir survai tingkat pulau ini telah memberikan contoh yang nyata dari arti kata kolaborasi.
Habitat dan KoridorHasil penelitian menemukan bahwa 70% dari bentang alam yang disurvey masih dihuni oleh harimau sumatera dengan status perlindungan yang beragam dari taman nasional hingga area non terproteksi. Hasil survey juga menunjukkan bahwa Kawasan Kerinci Seblat-Batang Hari, habitat terluas kedua di Sumatera seluas 1.6 Juta hektar,
merupakan habitat yang dihuni paling banyak sebesar 83%. Ini membuktikan bahwa luasnya area disertai dengan proteksi yang memadai menunjukkan hasil positif. Hasil ini menunjukkan kelentingan (resilient) ekologis harimau yang bisa bertahan hidup pada kondisi tepat.
Berbicara mengenai Leuser-Ulu Masen, suatu kawasan bentang alam terbesar di Sumatera seluas 3.3 juta hektare, salah satu penulis yaitu Matthew Linkie
dari Fauna Flora International menjelaskan, “penelitian ini berhasil meletakkan Aceh ke dalam peta konservasi dunia, dari suatu area yang sebelumnya tidak dikenal karena ketiadaan data menjadi area penting dengan prioritas global konservasi harimau”. Kawasan Leuser-Ulu Masen dan Kerinci Seblat sangat penting untuk keberlangsungan populasi harimau liar. Di antara kedua kawasan tersebut terdapat beberapa titik habitat harimau Sumatera. Hariyo T Wibisono memandang perlu agar pengelolaan kedua kawasan tersebut mempertimbangkan bentang alam
harimau Sumatera. “Mengadopsi bentang alam harimau Sumatera dengan menghubungkan kawasan Leuser-Ulu Masen dan kawasan Kerinci Seblat akan sangat mendukung keberhasilan penyelamatan harimau Sumatera di habitat aslinya. Kuncinya kedua kawasan tersebut bebas dari deforestasi, baik legal maupun ilegal”, tegasnya lebih lanjut.
Dampak deforestasi terlihat jelas di beberapa area, pada peta terlihat bahwa survai lebih banyak dilakukan pada bentangan alam gugusan bukit barisan selatan di sepanjang pesisir barat Sumatera. Hal ini bukan tanpa alasan, hampir sebagian besar daerah optimal bagi harimau yaitu di hutan daratan rendah, juga merupakan daerah optimal bagi manusia sehingga telah habis menjadi konsesi perkebunan dan pemukiman. Jelas terlihat di peta bahwa area dataran rendah yang tersisa dan di survai hanyalah petak petak terpencar di bagian tengah Riau dan sekitarnya.
Survey ini merupakan tonggak baru dalam konservasi harimau Sumatera di habitat
alamnya
bersambung ke hal. 26
9RIMUENG Vol.1 No.3
Optimisme menyelamatkan harimau dari
kepunahan masih sangat tinggi. Hal tersebut
dinyatakan oleh Dr. Mahendra Shrestha –
Program Director for The Smithsonian Tiger
Conservation Partnership, dalam simposium
yang mengusun tema “Pembelajaran untuk
Peningkatan Upaya Konservasi Harimau
Sumatera. Kegiatan ini diselenggarakan
oleh Forum HarimauKita dan diorganisasi
oleh TIGERHEART – Jaringan Relawan Forum
HarimauKita dan Uni Konservasi Fauna, di
Bogor 17 Nopember 2011 yang lalu. Hadir
juga sebagai pembicara kedua yaitu Hariyo
T. Wibisono, Ketua Forum HarimauKita.
Kegiatan diskusi ini dimoderatori oleh
praktisi senior konservasi di Indonesia
Effendi Sumardja, President Director PT. REKI
– Harapan Rainforest.
“Optimisme tersebut berdasarkan pada
lima alasan mendasar, yaitu kemampuan
harimau untuk menghuni berbagai jenis
tipe habitat, kemampuan untuk memangsa
berbagai jenis satwa mangsa, kemampuan
berkembang biak yang cukup tinggi dan
merupakan simbol kultural yang sangat
penting di Asia”, jelasnya lebih lanjut. Sebagai
salah satu tokoh konservasi harimau dunia,
Mahendra memiliki visi untuk membangun
sumber daya manusia di masing-masing
negara yang memiliki spesies harimau, di
mana Indonesia merupakan salah satunya.
Hal ini memberikan peluang bagi warga
negara yang memiliki komitmen tinggi
terhadap penyelamatan satwa kharismatik
ini untuk memiliki peran yang lebih besar.
Hal ini sejalan dengan misi Forum
HarimauKita sebagai sebuah gerakan sosial
untuk penyelamatan harimau Sumatera
dari kepunahan. Forum yang didirikan
pada tanggal 11 Maret 2008 ini memiliki
misi peningkatan kapasitas, sebagai
pusat pengetahuan dan informasi terkait
harimau Sumatera, dan berpartisipasi
dalam mengawal implementasi Strategi dan
Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera
2007 – 2017.
“Dalam kurun 3 tahun semenjak didirikan,
keanggotaan Forum HarimauKita telah
berkembang dari 50 orang menjadi 105
orang praktisi dan pemerhati konservasi
harimau Sumatera. Seluruhnya adalah putra
bangsa yang mendedikasikan kapasitasnya
untuk menyelamatkan populasi harimau
Sumatera yang tersisa”, kata Hariyo T.
Wibisono, Ketua Forum HarimauKita yang
akrab dipanggil Beebach.
Terdapat enam hal yang bersifat kritis
yang mendasari upaya penyelamatan
harimau Sumatera dari kepunahan. Hal
itu antara lain (1) pemantauan populasi
secara berkala mutlak diperlukan sebagai
alat evaluasi utama, (2)pola sebaran
dipengaruhi oleh elevasi, fragmentasi hutan,
degradasi dan status kawasan, (3) proporsi
penggunaan bentang alam dan sebaran
masih menjanjikan, (4) Namun demikian,
30% diantaranya terlalu sempit untuk
kelestarian harimau dalam jangka panjang,
(5) diperlukan upaya peningkatan kapasitas
dan jumlah para praktisi konservasi, dan
(6) diperlukan upaya meningkatkan peran
pemerintah, sektor swasta dan akademisi.
Terkait dengan keterlibatan Pemerintah,
dalam skala Global, upaya konservasi harimau
telah mendapatkan dukungan politik tingkat
tinggi dengan ditandatanganinya dokumen
Global Tiger Recovery Program (GTRP) di
St. Pittsburg Rusia Nopember 2011 yang
lalu. Dokumen tersebut telah diadopsi oleh
tigabelas negara yang memiliki harimau di
seluruh dunia melalui dokumen National
Tiger Recovery Program (NTRP).
Terkait dengan program peningkatan
kapasitas yang dicanangkan oleh
Smithsonian’s Tiger Conservation
Partnership, terdapat beberapa hal yang
menjadi prinsip yaitu tergantung kebutuhan,
membantu untuk meningkatkan kapsitas
para praktisi, terfoku pada prioritas bentang
alam yang menjadi habitat harimau,
melibatkan koordinasi multi sektoral
dilingkungan pemerintahan serta pelibatan
masyarakat lokal.[*]
The Speakers and moderator of Symposium. From left to right : Hariyo Wibisono, M.Sc. (the Chariman of Forum HarimauKita), Dr. Mahendra Shrestha (Program Director, Smithsonian Tiger Conservation Partnership, Smithsonian Conservation Biology Institute), Effendi Sumardja, M.Sc.(President Director of Harapan Rainforest)
do
k. F
HK
10 RIMUENG Vol.1 No.3
Concerning the role of the Government,
in the Global scale, the tiger conservation
effort has gained a high political support
with the signing of the Global Tiger Recovery
Program (GTRP) documents in St. Pittsburg,
Russia, in November 2011. This document
has been adopted by thirteen countries
who have tigers through the National Tiger
Recovery Program (NTRP) documents.
Related to the capacity building program
announced by the Smithsonian’s Tiger
Conservation Partnership, there are few
basic principles, namely based on needs,
assisting the capacity building of the
practitioners, focused on the prioritized
landscapes where the tigers live, involving
the multisectoral coordination in the
government level and involving the local
community.
According to Mahendra, there are several
models that have been successfully
applied; the formation of conservation
practitioners of the respective country,
local community involvement and its
direct benefits, increased law enforcement,
conflict between tigers and humans are
handled well, area management based
on effective research, embodiment of a
widespread collaborated actions – in this
case Forum HarimauKita is one of the forms
of successful collaboration, political support
and increasing international community
attention.
“The peak of all of those things is the
coexistence between the human’s
civilization development with the
environment.” Unfortunately, the Sumatran
tigers conservation still face a big challenge.
Hariyo Wibisono stated that even for
monitoring activity using the Occupancy
method would need a big effort. Survey for
the whole Sumatra that recently finished
cost quite a lot of fund, as well as involved
quite a lot human resources. It was due
to the size of the areas occupied by the
Sumatran tigers, as well as the fact that
the existing Sumatran forests are highland
forests with difficult terrains.
Responding to this, one of the participants,
Dudung from Indonesian Gibbons
Foundation asked, why we are not
concentrating on area protection only. If the
areas are well protected, the animals within
the areas will be protected as well, including
the Sumatran tigers.
Hariyo Wibisono slightly disagreed. He said
that there had been many cases where
habitat protection was not enough to
secure the species preservation. A protected
habitat does not guarantee poaching within
the area. The Java tigers’ extinction is one
of the examples. The best way would be
that both habitat protection and regular
monitoring of the important species within
are conducted.
As a conclusion, Effendy Sumardja said
that the involvement from all parties are
necessary in saving the Sumatran tigers and
other species. However, the lead role is still
with the Government as the authority. “The
spirit of the practitioners who are mostly
from the NGOs should be appreciated by
most parties,” he uttered while closing the
symposium. [*]
Dr. Mahendra Shrestha gives presentation titled Future Tigers In The Wild
do
k. F
HK
do
k. F
HK
Participants of the Symposium
11RIMUENG Vol.1 No.3
Tanggal 4 Maret 2011 tim gabungan BBKSDA RIAU, BKSDA Sumatera Barat dan Tiger Protection Unit WWF Indonesia berhasil menangkap basah Afandi bersama selembar utuh kulit harimau di Kabupaten Payakumbuh, Sumatera Barat. Harimau tersebut diketahui diracun di hutan sekitar Suaka Margasatwa Rimbang Baling di Propinsi Riau dan kulitnya dibeli oleh pelaku seharga 25 juta rupiah.
Kulit, tulang maupun bagian tubuh lain dari harimau telah lama menjadi salah satu “primadona” dalam perdagangan gelap satwa liar Indonesia, selain gading gajah dan trenggiling. Tulang harimau misalnya dipercaya memiliki khasiat sebagai obat mujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit, sedangkan taring harimau dipandang memiliki kekuatan untuk menaikkan kewibawaan seseorang. Alasan-alasan seperti inilah yang telah mendorong tingginya perburuan dan perdagangan atas satwa langka ini.
Meski mendapat status perlindungan dari Pemerintah melalui PP No. 7
Tahun 1999 tentang fauna dan flora dilindungi (di bawah payung UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya), serta peredarannya diatur secara ketat karena termasuk dalam Appendix I CITES, kucing besar ini secara terus menerus terancam keberadaannya di alam; selain karena habitatnya yang semakin tergerus, pembunuhan akibat konflik dengan manusia, juga akibat perburuan dan perdagangan yang
sangat tinggi. Kondisi ini diperparah oleh penegakan hukum yang cenderung menganaktirikan satwa liar.
Kejahatan terhadap satwa liar masih dipandang dengan sebelah mata sehingga tidak menjadi perhatian utama oleh aparat dan institusi penegakan hukum. Akibatnya banyak kasus perburuan dan perdagangan harimau sumatera hanya sampai di kantor kepolisian tanpa proses persidangan. WWF Indonesia mencatat ada 41 kasus perburuan dan perdagangan harimau di Propinsi Riau dalam kurun waktu 2005-2010 dan hanya 3 kasus yang sampai hingga proses pengadilan.
Harimau Sumatera karena nilai ekologi, sosial budaya dan ekonomi serta keterancamnya dari kepunahan, dia dilindungi. Seperti halnya setiap individu manusia yang dijamin hak dan kebebasannya oleh Negara untuk tinggal, bekerja, memeluk agama; harimau sumatera beserta satwa liar lainnya memiliki hak dan kebebasan yang sama untuk hidup tanpa gangguan ‘di rumahnya’, di hutan
“pelaku penadah kulit harimau, yang semestinya
bisa divonis maksimal sesuai UU No. 5/1990
dengan hukuman penjara 5 tahun dan denda 100 juta, oleh Pengadilan
Negeri Payakumbuh hanya dijatuhkan vonis 2 tahun 4 bulan penjara dengan
denda 3 juta rupiah”
JALAN PANJANG KEADILAN BAGI HARIMAU SUMATERA
Karmila Parakkasi
do
k. W
WF
bersambung ke hal. 16
12 RIMUENG Vol.1 No.3
On 4 March 2011 the joined BBKSDA Riau, BKSDA West Sumatra and WWF Indonesia Tiger Protection Unit successfully caught Afandi along with a whole tiger skin in Payakumbuh Sub District, West Sumatra. The tiger was poisoned in the forest near the Rimbang Baling Animals Sanctuary in Riau Province and the skin was bought for 25 million rupiahs.
Skins, bones or other parts of a tiger have long been the most wanted items in the black market of exotic animals of Indonesia, other than elephant’s tusks and pangolins. Tiger bones for example are believed to be the cure for various diseases, while the fangs are viewed to have the power to elevate someone’s dignity. These reasons are causing the high numbers of poaching and trading for these rare animals.
Despite the protection status from the Government through the decree number 7 year 1999 regarding protected fauna and flora (under the Law No. 5 year 1990 regarding Conservation of Natural Resources and its
Ecosystems), and the distribution was strictly regulated since it was stated in Appendix I CITES; this big cats are continuously endangered; not only due to its destroyed habitats, killings due to conflict with humans, but also due to the high numbers of poaching and trading. The condition was worsened with the poor law enforcement that tends to override wild animals.
The crime against wild animals are still underestimated therefore it has yet to become the main attention of the law enforcement institutions. As a result, a lot of Sumatran tigers’ poachings and tradings cases only got to the police office without further trials. WWF Indonesia recorded, there are 41 cases of tiger poachings and tradings in Riau Province and within 2005 – 2010 only 3 cases make it to trial.
Due to its ecology value, economy and sociocultural as well as its threat to extinction, Sumatran tigers are protected. Just like every individual is guaranteed of his/her rights and freedom by the state to stay, work and practice a religion; Sumatran tigers along with other wild animals have the same rights and freedom to live without disruption in their ‘homes’, in Sumatran forests. Thus, the law enforcement upon crime against wild animals such as tiger poaching and trading should be the same with the law enforcement upon crime against humans.For more than half a year the case of tiger skins dealers
“the tiger skin dealers who supposedly based on the Law No. 5/1990 could be sentenced for maximum 5
years and given 100 million rupiahs fine, was only
sentenced for 2 years and four months and applied
3 million rupiahs fine by the District Court of
Payakumbuh”
A LONG ROAD OF JUSTICE FOR SUMATRAN TIGERS
continued page 26
Karmila Parakkasi
do
k. W
WF
Hearing of expert witnesses from BKSDA of West Sumatra Province
13RIMUENG Vol.1 No.3
Find and follow us on Facebook Fanpage and Twitter HarimauKitaStay update to get the last information about Sumatran tiger
Join US Save Our Sumatran TIGER
http://harimaukita.org/tiger-heart/ You can download biodata form there. As a volunteer, you can participate in our programs like campaign activities, and also actively involve in watching illegal wildlife trafficking on
internet. In addition, we will send you information about Sumatran tiger and their problems, intensively.
You can participate in conserving Sumatran Tiger by a simple
action. You need only your online computer or even your handphone.
Join our HarimauKita fanpage at facebook or follow us @harimaukita
at twitter, invite your friends too, and follow the attached link. You
are also invited to share every information to your friends by your
own facebook or twitter account
14 RIMUENG Vol.1 No.3
kalender 2012
1 Januari, Tahun Baru Masehi23 Januari, Tahun Baru Imlek 25635 Februari, Maulid Nabi Muhammad SAW
23 Maret, Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 19346 April, Wafat Yesus Kristus6 Mei, Hari Raya Waisak Tahun 2556
17 Mei, Kenaikan Yesus Kristus17 Juni, Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW17 Agustus, Hari Kemerdekaan RI
15RIMUENG Vol.1 No.3 17 Mei, Kenaikan Yesus Kristus17 Juni, Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW17 Agustus, Hari Kemerdekaan RI
19-20 Agustus, Hari Raya Idul Fitri 1433 H26 Oktober, Hari Raya Idul Adha 1433 H15 November, Tahun Baru Hijriyah 1434
25 Desember, Hari Raya Natal
16 RIMUENG Vol.1 No.3
Sumatera. Sehingga penegakan hukum atas kejahatan terhadap satwa liar seperti perburuan dan perdagangan harimau seyogyanya sama ketika penegakan hukum atas kasus manusia dilakukan.
Selama lebih dari setengah tahun kasus penadah kulit harimau di Payakumbuh terus menerus dikawal oleh berbagai pihak utamanya dari beberapa NGO, kelompok pemerhati lingkungan, dan Forum HarimauKita, untuk memastikan pelaku mendapatkan vonis hukuman maksimal sekaligus menginformasikan kepada khalayak lebih luas bahwa harimau sumatera dilindungi oleh undang-undang karenanya membunuh, memiliki dan memperdagangkan harimau sumatera dan bagian-bagiannya tubuhnya adalah kejahatan serius dengan ancaman hukuman yang berat.
Afandi, pelaku penadah kulit harimau, yang semestinya bisa divonis maksimal sesuai UU No. 5/1990 dengan hukuman penjara 5 tahun dan denda 100 juta, oleh Pengadilan Negeri Payakumbuh hanya dijatuhkan vonis 2 tahun 4 bulan penjara dengan denda 3 juta rupiah. Nilai yang jauh lebih ringan dibanding selembar kulit seperti perburuan dan perdagangan harimau seyogyanya sama ketika penegakan hukum atas kasus manusia dilakukan.
Selama lebih dari setengah tahun kasus penadah kulit harimau di Payakumbuh terus menerus dikawal oleh
berbagai pihak utamanya dari beberapa NGO, kelompok pemerhati lingkungan, dan Forum HarimauKita, untuk memastikan pelaku mendapatkan vonis hukuman maksimal sekaligus menginformasikan kepada khalayak lebih luas bahwa harimau sumatera dilindungi oleh undang-undang karenanya membunuh, memiliki dan memperdagangkan harimau sumatera dan bagian-bagiannya tubuhnya adalah kejahatan serius dengan ancaman hukuman yang berat.
Afandi, pelaku penadah kulit harimau, yang semestinya bisa divonis maksimal sesuai UU No. 5/1990 dengan hukuman penjara 5 tahun dan denda 100 juta, oleh Pengadilan Negeri Payakumbuh hanya dijatuhkan vonis 2 tahun 4 bulan penjara dengan denda 3 juta rupiah. Nilai yang jauh lebih ringan dibanding selembar kulit harimau seharga 25 juta rupiah dan hukuman yang tidak setimpal karena telah menghilangkan nyawa satu individu harimau sumatera.
Kini pelaku mengajukan banding atas vonis yang diberikan oleh majelis hakim, akankah keadilan bagi harimau sumatera bisa ditegakkan atau sinar harapan itu justru akan meredup? Ya, jalan keadilan bagi harimau sumatera masih panjang dan kita punya setumpuk pekerjaan rumah guna memastikan jalan itu akan berujung kebaikan.[*]
... JALAN PANJANG KEADILAN BAGI HARIMAU SUMATERA
Selamat Tahun Baru 2012semoga harimau sumatra
masih ada di tahun berikutnya
17RIMUENG Vol.1 No.3
Ada pepatah yang cukup populer di Indonesia yaitu “tak kenal maka tak sayang”. Pun begitu pula dengan kelestarian harimau sumatera di habitat aslinya. Masih sangat banyak orang belum mengenal tentang sub-spesies harimau terakhir yang dimiliki negara megabiodiversity ini. Bulan Oktober 2011 yang lalu, HarimauKita berkolaborasi dengan Wildlife Conservation Society (WCS) dan Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) berkesempatan untuk bersua dengan siswa-siswa Sekolah Dasar SEMI PALAR –Bandung untuk berbagi cerita tentang harimau Sumatera.
SEMI PALAR merupakan sekolah yang telah menerapkan konsep outdoor dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini cukup memudahkan kami menyampaikan materi konservasi harimau, yang meskipun sudah dibuat sangat sederhana, tetapi untuk siswa sekolah dasar tetaplah dirasa sangat berat. Dan memang sambutan mereka sungguh di luar perkiraan kami. Puluhan pertanyaan dilancarkan bertubi-tubi begitu kami menyelesaikan presentasi. Hampir semua pertanyaan tersebut tidak terprediksi dan kami agak kesulitan memberikan jawaban dalam bahasa yang mudah dipahami.
Contoh pertanyaan yang sederhana akan tetapi sulit untuk dijawab adalah berapa kali kekuatan harimau jika dibandingkan dengan manusia? Mengapa harimau Sumatera harus di alam liar? Apa bedanya harimau liar dengan yang di kandang? Apa yang bisa dilakukan oleh anak-anak agar harimau Sumatera bisa tetap lestari? Tentu saja menjawab pertanyaan seperti ini tidak semudah menjawab pertanyaan dalam diskusi dengan orang dewasa. Mencari deskripsi yang sesuai dengan gambaran yang telah dimiliki anak-anak usia 9-12 tahun adalah kunci jawaban yang terbaik.
Kami jelaskan kepada anak-anak bahwa harimau Sumatera sanggup memanggul rusa dan babi yang tubuhnya sebesar kambing dewasa di atas tengkuknya. Jika mangsa mereka adalah sebesar sapi, harimau mampu menyeret dengan menggigit lehernya.Mengapa harimau Sumatera harus di alam liar adalah untuk menjaga agar hutan kita tetap lestari. Harimau membutuhkan tempat tinggal yang layak, yang di sana ada tumbuhan dan satwa mangsa agar harimau tetap dapat berlindung dan tercukupi makanannya.
YESHA SHRESTHA
Yesha Shrestha present the ecology of Sumatran tiger Ph
oto
: H
.A. W
ahyu
di
18 RIMUENG Vol.1 No.3
There is a popular proverb in Indonesia, “does not know, does not love.” It goes the same with the Sumatran tigers preservation in its natural habitats. There are still many people unaware about this last tiger subspecies of this megabiodiversed country. Last October 2011, HarimauKita collaborating with Wildlife Conservation Society (WCS) and the Environmental Education Network (JPL) has the opportunity to meet the students of SEMI PALAR Elementary School –Bandung to share stories about Sumatran tigers.
SEMI PALAR is a school that applies outdoor concept in its learning process. It made us easier to present the subject tiger conservation, which although already made to the simplest mode, still pretty heavy for elementary students. The response was beyond our expectations. Tens of questions were thrown once we finished the presentation. Most of the questions were unpredicted and we almost had a hard time in answering in the most understandable language.
The simple yet hard to answer questions such as, how big is the tiger power compared to human power? Why
Sumatran tigers need to be in the wilderness? What is the difference between the wild tigers and caged tigers? What can the children do to keep the Sumatran tigers alive?
Of course answering these questions are not as easy as to answer the questions in adult discussions. Looking for the right description according to the children’s minds aged 9 - 12 is the right key. We explained to them that Sumatran tigers can carry deer and pig the size of an adult goat on their necks. If their prey is as big as a cow, they can drag their prey by biting their prey’s neck.
Why the Sumatran tigers need to be in the wilderness, is to keep our forest preserved. Tigers need an appropriate home, where there are enough plants and preys so that tigers can have a proper shelter and well fed.Indonesian children can be involved in preserving the Sumatran tigers by learning about the lives of Sumatran tigers in the wilderness. How mother tiger cares for its cute cubs, teaches them to hunt until they are ready to live on their own. They have to find their own place to live separately from their mother.
YESHA SHRESTHA
The anthusiasm of students during the presentation Ph
oto
: W
ula
n P
usp
arin
i
19RIMUENG Vol.1 No.3
Anak-anak Indonesia dapat turut serta melestarikan harimau Sumatera dengan cara belajar tentang kehidupan harimau Sumatera di alam liar. Bagaimana induk harimau merawat anak-anaknya yang lucu, mengajari berburu hingga sampai pada saat di mana anak-anak harimau tersebut harus hidup mandiri. Mereka harus mampu mencari tempat tinggal sendiri. Akhirnya, pilihan termudah bagi harimau yang belum pintar berburu adalah dengan mendekati pemukiman. Di daerah pemukiman banyak terdapat ternak yang lebih mudah diburu. Apalagi jika pemukiman tersebut adalah pemukiman liar para perambah yang tanpa izin membuka hutan. Perilaku harimau muda ini seringkali ditentang oleh para perambah yang ternaknya dimangsa harimau. Dan sangat menyedihkan nasib harimau tersebut, karena mereka akan diburu dan dibunuh karena manusia dendam dan ingin membalasnya.
Belum lagi ancaman dari para pemburu yang mengincar bagian-bagian tubuh harimau Sumatera. Karena dianggap hewan yang bernilai tinggi, para kolektor bagian tubuh harimau beramai-ramai membeli dari para pemburu melalui jaringan perdagangan yang terselubung. Sudah banyak harimau Sumatera yang mati karena diburu, entah menggunakan senapan api, jerat ataupun kandang jebak.
Para siswa diajak Koen Setiawan dari JPL untuk memainkan peran harimau dan hutan. Anak-anak diminta sesekali berperan menjadi harimau dan sesekali menjadi pohon. Yang berperan menjadi harimau harus berteduh di bawah pohon. Waktu yang berperan menjadi pohon lebih banyak, maka semua anak yang berperan menjadi harimau mendapatkan pohon untuk berteduh. Akan tetapi, sewaktu lebih banyak anak yang berperan menjadi harimau, banyak sekali harimau yang tidak mendapatkan pohon untuk berteduh.
Diakhir acara, anak-anak SEMI PALAR diminta untuk menyampaikan pesan dan kesan. Ada satu kesan yang mendalam yang disampaikan oleh salah satu siswa, yang menyatakan bahwa berarti Lady Gaga bukan contoh yang baik karena mereka suka menggunakan assessories harimau. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan, dan kami menyampaikan bahwa tidak masalah selama itu bukan assessories yang dibuat dari bagian tubuh harimau.Tak lupa kami juga menyampaikan bahwa binatang yang dilindungi bukan hanya harimau Sumatera. Banyak sekali binatang-binatang asli Indonesia yang terancam kepunahan karena sering ditangkap dan diperdagangkan. Oleh karena itu, kami mengajak anak-anak untuk tidak memelihara binatang liar. Biarkan mereka hidup bebas di alam, kita cukup menikmati keindahan dan kelucuan mereka di habitat aslinya. [*]
Koen Setyawan from Environment Education Network (JPL) told a story about Sumatran tiger in the wild
Pho
to :
H.A
. Wah
yud
i
20 RIMUENG Vol.1 No.3
We explained that often these young tigers have difficulties to find their own place to live. The forests in Sumatra island are getting thinner for plantations, mines and housings. They do not have a proper place for them to stay anymore.
Finally, the easiest choice for tigers who are not yet expert in hunting is by coming closer to the residents/villages. In the villages, there are cattles easier to hunt. Moreover if the village is illegal, made by the illegal encroachers. The behaviour of these young tigers are often fought by the villagers whose cattles are preyed by the tigers. Sadly, the tigers will be hunted and killed just because the humans seek for revenge. Not to mention the threat from the poachers who hunt for the Sumatran tigers organs. Due to its high value, the collectors of tiger organs bought them from the poachers through undercover market. A lot of tigers are killed from hunting/poaching, either to a shotgun, trap or cage.
At the end of the event the students were asked by Koen Setiawan from JPL to play the roles of tiger and the forest. The children were asked to become tigers and trees in turn. The tigers have to shelter under the tree. When most of the children got the role as trees, all of the children who played the role as tigers got a tree for shelter. But when most of the children gor the role as the tigers, there are a lot of them did not get a tree for shelter. Afterwards, they had a discussion, they had to imagine if one day all of the Sumatran forests are destroyed. What will happen to these tigers if there are no more forest.
In the end, the students of SEMI PALAR were asked to express their impression and messages regarding their
experience. One interesting statement from one of the students was that Lady Gaga was not a good role model for she loves to wear tiger accessories. We responded that as long as it was not made from a real tiger organs, it should be okay. Not to forget, we also mentioned that Sumatran tigers are not the only protected animals. There are a lot of animals native to Indonesia are endangered due to hunting/poaching and trading. Therefore, we asked them not to have wild animals as pets. Let them live freely in their habitats, we could just enjoy their beauty in their natural habitats.[*]
Playing a game named “The Dynamic of Sumatran Tiger Population”
Pho
to :
H.A
. Wah
yud
i
21RIMUENG Vol.1 No.3
MEMBANGUN SISTEM PATROLI TANGGUH DI DANGKUMuhamad Sabil dan Dudy Nugroho
Lansekap Dangku merupakan salah satu wilayah habitat harimau sumatera yang terdapat di propinsi Sumatera Selatan dengan luas sekitar 3200 km². wilayah ini masih dihuni oleh sekitar 6 ekor harimau tapir dan beberapa satwa yang dilindungi (Data survey ZSL 2009-2010). Namun wilayah inti konservasi sudah terfragmentasi dengan adanya konsesi dari perusahaan dan lahan masyarakat.
Luas habitat inti yang ada di wilayah Suaka Margasatwa (SM) Dangku sekitar 10% dari luasan Lansekap Dangku dan tidak cukup menjadi habitat satwa dan semakin hari luasan semakin berkurang. Ini memerlukan upaya mempertahankan wilayah inti dari ancaman serta membangun konektivitas skala lansekap khususnya dengan wilayah PT. REKI yang ada di sebelah barat. Tahap awal yang dibuat adalah dengan memetakan para pemain kunci dan kemudian membangun komunikasi untuk menselaraskan antara kepentingan ekonomi dan konservasi.
Kegiatan implementasi bersama dibangun dengan membuat kegiatan pelatihan patroli dan patroli bersama di SM Dangku. Pelatihan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pelatihan patroli yang dihadiri oleh pihak-pihak kunci dan patroli bersama. Inisiative patroli ini sudah dimulai sejak bulan Mei 2011, namun secara menyeluruh baru dikomunikasikan dengan para pihak pada bulan September 2011.
Patroli ini dibangun dengan sistem kolaborasi dari
pihak BKSDA, ZSL dan masyarakat sekitar kawasan SM Dangku yang diseleksi secara khusus dan diberi pelatihan dasar pemetaan. Sedangkan pelatihan patroli bersama dengan para pihak dilaksanakan pada tanggal 26 – 30 September 2011 di kantor Manggala Agni – Bayung Lincir, Sumatera Utara.
Pelatihan Patroli ini dihadiri sekitar 50 orang yang berasal dari 12 institusi dan perusahaan. Baik dari pemerintah, perusahaan HTI/sawit/migas dan masyarakat serta ZSL sendiri. Pelatihan ini secara khusus memberikan apresiasi kepada RPU-YABI yang datang menjadi pelatih dan memberikan penjelas dan pengetahuan patroli.
Pelatihan juga dibuat dengan metoda diskusi di kelas dan simulasi dengan beberapa tema seperti konsep patroli, identifikasi satwa, anti-perburuan simulasi kelompok dan di presentasi setiap kelompok dengan hasil simulasi patroli.
Program ini dibangun dengan tujuan untuk melaksanakan patroli dan monitoring di SM Dangku dan wilayah sekitarnya untuk menjaga dan upaya konservasi keanekaragaman hayati khususnya harimau sumatera dan hewan mangsanya serta menjaga habitat dan lingkungan sekitarnya dan meningkatkan kapasitas dalam upaya perlindungan harimau sumatera dan hewan mangsanya serta menjaga habitat untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan iii) membangun system database dan komunikasi bersama.
22 RIMUENG Vol.1 No.3
Dangku Landscape is one of the areas of Sumatran tigers habitat in South Sumatera Province with area of 3200 km². This area is still a home to around 6 tapir tigers and several protected animals (Data survey ZSL 2009-2010). But the core area of the conservation has been fragmented with the concession from the companies and community land.
The core habitat area in the Dangku Animals Sanctuary is around 10% from Dangku Lanscape area and is not enough to be the animals’ habitat and the area is getting smaller by day. It needs the effort to sustain the core area from threat and build the landscape scale connectivity, especially with the area of PT. REKI in the western part. The first stage to be done is to map the key players, then to build communication to harmonize the needs of economy and conservacy.
A joined implementation was made by doing patrol training and joined patrol in the Dangku Animals Sanctuary. The training was divided into 2 stages, the patrol training attended by the key sectors and joined patrol. This patrol initiative has already started since May 2011, but comprehensively communicated with all parties in September 2011.
This patrol was made with collaboration system from BKSDA; ZSL and the local community around Dangku Animals Sanctuary carefully selected and given mapping basic training. While the joined patrol training was held on 26 – 30 September 2011 in Manggala Agni office – Bayung Lincir, North Sumatera.
The Patrol Training was attended by around 50 people from 12 institutions and companies. Either from the government, companies HTI/palm/oil and gas and community and ZSL. This training in particular gave appreciation to YABI-RPU who came as trainers and give explanation and knowledge of patrol.
The training was also made in the class discussion method and simulation with several themes such as patrol concept, animals identification, group simulation for anti-hunting, and in each group presentation with patrol simulation results.
This program was made to conduct patrol and monitoring in Dangku Animals Sanctuary and its surroundings to protect and as an effort to conserve biodiversity especially the Sumatran tigers and its preys as well as to preserve the habitat and
BUILD AN EFFECTIVE PATROL SYSTEM IN DANGKUMuhamad Sabil dan Dudy Nugroho
23RIMUENG Vol.1 No.3
Begitu pula dalam aplikasi di lapangan melalui patroli secara langsung dibangun satu system yang sederhana dengan mengutamakan kebersamaan team dengan PolHut BKSDA SM Dangku dan “PolHut” yang berasal dari masyarakat sebagai sector utama pelaksana. Patroli sendiri sudah dilaksanakan dari bulan Juni – Oktober 2011 dengan orientasi wilayah yang berbeda, sesuai dengan arahan dari Kepala BKSDA.
Patroli pertama dilakukan dengan oberservasi menyeluruh di wilayah SM Dangku dengan menyisir wilayah perbatasan, kemudian Patroli dilaksanakan regular bulanan dengan patroli wilayah yang lebih detail khususnya wilayah yang direkomendasikan dari hasil patroli pertama. Sekitar 80% wilayah SM Dangku sudah di patroli dengan beberapa kelompok ancaman, seperti perambahan lahan, pembalakan
liar, kebakaran hutan, perburuan dan pemasangan jerat. Antisipasi dilapangan dilakukan secara langsung dengan memberikan peringatan atau penyitaan terhadap barang bukti atau perusakan pondok dari pembalak di dalam SM Dangku.
Selain itu temuan, beberapa informasi penting mengenai distribusi satwa liar baik satwa yang dilindungi maupun hewan mangsa direkam menggunakan formulir dan posisinya dengan GPS. Khusus temuan mengenai harimau dan tapir dicatat secara khusus dengan formulir khusus sebagai data yang penting sehingga nanti bisa ditindaklanjuti dengan penelitian dengan camera trap. Sedangkan data hasil patroli ini juga akan dijadikan database dalam menyusun MIST database di BKSDA Sumatera Selatan khususnya di Suaka Margasatwa Dangku. [*]
24 RIMUENG Vol.1 No.3
its surroundings and to increase the capacity in protecting the Sumatran tigers and its preys, and to preserve the habitat to support the sustainable development and to build a joined database and communication system.
Also for the application in the field through direct patrol build a simple system featuring the joined team together with Forest Police (PolHut) BKSDA Dangku Animals Sanctuary and “Forest Police” ffrom the community as the main implementor sector. The patrol itself has been conducted since June – October 2011 with different orientation areas, according to the instruction from the Head of BKSDA.
The first patrol was done with comprehensive observation in Dangku Animals Sanctuary areas by combing the border area, then the patrol was done monthly with the more detailed area patrol, especially based on the recommendation from the first patrol
result. Around 80% of Dangku Animals Sanctuary has been patrolled with several threat groups, such as land encroachment, illegal loggings, forest fire, huntings and entrapment. The field anticipation was done directly by giving warning or confiscation of the evidence or destruction of the loggers huts within Dangku Animals Sanctuary.
Other than that the findings, several important information regarding the wild animals distribution, be that the protected animals or the prey animals are recorded using a form and the position was recorded using GPS. Especially for tigers and tapirs was noted specifically with special forms as an important data for follow up with research using camera trap. Meanwhile, the data from this patrol will also be used as the database in preparing the MIST database in South Sumatra BKSDA, especially in Dangku Animals Sanctuary.[*}
25RIMUENG Vol.1 No.3
Sumatera. Sehingga penegakan hukum atas kejahatan terhadap satwa liar seperti perburuan dan perdagangan harimau seyogyanya sama ketika penegakan hukum atas kasus manusia dilakukan.
Selama lebih dari setengah tahun kasus penadah kulit harimau di Payakumbuh terus menerus dikawal oleh berbagai pihak utamanya dari beberapa NGO, kelompok pemerhati lingkungan, dan Forum HarimauKita, untuk memastikan pelaku mendapatkan vonis hukuman maksimal sekaligus menginformasikan kepada khalayak lebih luas bahwa harimau sumatera dilindungi oleh undang-undang karenanya membunuh, memiliki dan memperdagangkan harimau sumatera dan bagian-bagiannya tubuhnya adalah kejahatan serius dengan ancaman hukuman yang berat.
Afandi, pelaku penadah kulit harimau, yang semestinya bisa divonis maksimal sesuai UU No. 5/1990 dengan hukuman penjara 5 tahun dan denda 100 juta, oleh Pengadilan Negeri Payakumbuh hanya dijatuhkan vonis 2 tahun 4 bulan penjara dengan denda 3 juta rupiah. Nilai yang jauh lebih ringan dibanding selembar kulit seperti perburuan dan perdagangan harimau seyogyanya sama ketika penegakan hukum atas kasus manusia dilakukan.
Selama lebih dari setengah tahun kasus penadah kulit
harimau di Payakumbuh terus menerus dikawal oleh berbagai pihak utamanya dari beberapa NGO, kelompok pemerhati lingkungan, dan Forum HarimauKita, untuk memastikan pelaku mendapatkan vonis hukuman maksimal sekaligus menginformasikan kepada khalayak lebih luas bahwa harimau sumatera dilindungi oleh undang-undang karenanya membunuh, memiliki dan memperdagangkan harimau sumatera dan bagian-bagiannya tubuhnya adalah kejahatan serius dengan ancaman hukuman yang berat.
Afandi, pelaku penadah kulit harimau, yang semestinya bisa divonis maksimal sesuai UU No. 5/1990 dengan hukuman penjara 5 tahun dan denda 100 juta, oleh Pengadilan Negeri Payakumbuh hanya dijatuhkan vonis 2 tahun 4 bulan penjara dengan denda 3 juta rupiah. Nilai yang jauh lebih ringan dibanding selembar kulit harimau seharga 25 juta rupiah dan hukuman yang tidak setimpal karena telah menghilangkan nyawa satu individu harimau sumatera.
Kini pelaku mengajukan banding atas vonis yang diberikan oleh majelis hakim, akankah keadilan bagi harimau sumatera bisa ditegakkan atau sinar harapan itu justru akan meredup? Ya, jalan keadilan bagi harimau sumatera masih panjang dan kita punya setumpuk pekerjaan rumah guna memastikan jalan itu akan berujung kebaikan.[*]
26
... A LONG ROAD OF JUSTICE FOR SUMATRAN TIGERS
Foreclosure of the Sumatran tiger body parts
do
k. F
HK
... SURVEY POPULASI TERBITKAN HARAPAN
Sunarto yang memimpin konservasi harimau WWF di Riau, mengatakan “Riau telah kehilangan 65% hutan alaminya selama 25 tahun terakhir. Akan tetapi, harimau masih ada dan berkembangbiak di beberapa tempat, jadi kami berusaha meningkatkan kerja konservasi di area ini dengan mencoba merestorasi koridor hutan diantara subpopulasi.
Indikasi Populasi Lebih Tinggi Jutaan dollar telah dikeluarkan untuk melakukan konservasi harimau sumatera. Akan tetapi, efektifitas inisiatif ini dari segi biaya tidak dapat dikaji dan ini sebagian besar dikarenakan oleh syarat untuk mengkaji yaitu perkiraan populasi sulit didapatkan pada skala spasial yang memadai. Karena itu, penelitian ini memberikan jawaban dalam bentuk estimasi kelimpahan relatif populasi melalui proporsi area yang ditempati.
Tentu, pertanyaan klasik yang selalu ada mengenai ‘berapa jumlahnya?’ akan selalu mengemuka. Dari segi manajerial konservasi suatu spesies, terutama spesies payung berdaya jelajah luas seperti kucing
besar ini, sesungguhnya angka jumlah pasti harimau yang tersisa tidak terlalu diperlukan karena telah dapat dipenuhi dengan taksiran kelimpahan relatif. Namun dari segi politis pertanyaan ini selalu menuntut untuk dijawab.Satu hal yang dapat dikatakan, kemungkinan besar jumlah harimau di Sumatera lebih besar dari yang selama ini diperkirakan. Kita kerap mengacu pada Tilson et. al. 1994 yang menyatakan bahwa jumlah populasi di tahun tersebut adalah 400 hingga 500 individu. Tetapi estimasi tersebut tidak didasarkan pada seluruh bentang alam yang tersisa.
Hasil penelitian ini mengungkapkan data baru di lokasi yang belum pernah disurvai sebelumnya seperti Leuser Ulu Masen. Lebih lanjut, Wibisono & Pusparini 2010 menyebutkan, dari 144.160 kilometer persegi habitat potensial yang tersisa, harimau masih bisa ditemui di 97% habitat. Temuan ini merupakan alasan kuat untuk percaya bahwa ukuran populasinya jauh lebih besar dari yang kita duga, bahkan nomor dua tertinggi di dunia setelah India.[*]
in Payakumbuh has been continuously guarded by various parties, mostly by several NGOs, the environmental observers and Forum HarimauKita, to ensure that the actors are given maximum sentence and at the same time informing the wider public that Sumatran tigers are protected by the law; therefore killings, owning and trading Sumatran tigers and its body parts are serious crime with heavy punishment.
Afandi, the tiger skin dealers who supposedly based on the Law No. 5/1990 could be sentenced for maximum 5 years and given 100 million rupiahs fine, was only sentenced for 2 years and four months and applied 3 million rupiahs fine by the District Court of Payakumbuh. A way lower value compared to a ply of 25 million rupiahs whole tiger skin and an unequal punishment for taking the life of one Sumatran tiger.
Now he filed an appeal for the punishment, will there be justice for the Sumatran tigers or the light of hope will just fade? Yes, the road of justice for the Sumatran tigers are long and we have piles of homework to ensure that it will lead to goodness. [*]
27RIMUENG Vol.1 No.3
Yesha is a 22 year old Nepali from Oakton, Virginia in the United States. Having graduated from Christopher Newport University in May 2011 she took a break between her undergraduate and graduate studies to travel to Indonesia to volunteer for HarimauKita. This is her first time in Indonesia and she is still adjusting. She became interested in tiger conservation because she grew up surrounded by talks and images of tigers due to the influence of her father who works in the same field. She knew about the grave state of tigers in the wild, but was only familiar with the Bengal tigers. Working at WCS has taught her so much about the Sumatran tiger and has instilled a sense of urgency to save these magnificent beasts.
So far, since her arrival she has worked with the Wildlife Crime Unit (WCU) and assisted in the Wildlife Crime Data Base (WCDB) entry process. Then she worked to help another database entry for the occupational survey. She has also had the opportunity to travel with the HarimauKita team as a part of their outreach program for students; from elementary school to university levels. On October 20th she is excited to travel to Harapan Rainforest to commence her fieldwork experience.
After finishing her internship with the Wildlife Conservation Society- Indonesia Program, she is planning on starting her Ph.D on the subject of conservation genetics. She hopes to use this field to help endangered animals such as the Sumatran Tiger. If you would like to contact her, you can do so via email: [email protected]
Was born in Langsa, East Aceh, on December 29, 1989. She is a student of IPB (Bogor Agricultural University) and studying agriculture in the Department of Agronomy and Horticulture. She is on process to accomplishing her study in IPB by doing a research in Tissue Culture Laboratory with the topic “Mutation Induction through Chromosome Doubling of Soybean using Colchicine by In Vitro Method”.
She has been contributing in an organization based on conservation—UKF (Uni Konservasi Fauna) since 2007 and active in the Divison of Bird. She knows about conservation by learning and following some expeditions, read books, visit some national parks and nature reserves, symposium and seminar. She has given some environmental education such as Introducing Birds at Muara Angke Wildlife Sanctuary, UJWC (UKF Join With Children) at some primary schools in Bogor, SUA SATWA at Bodogol, and SUA RAPTOR at Citalahab, Mt. Halimun-Salak National Park.
She thought that everybody can be a conservationist and do the environmental education anytime, anywhere, and anyplace. She likes share about conservation to her friends in her department or her families in Aceh, it’s one of some ways to open someone’s mind. She said that the easiest way to publish anything is to communicate it by mouth to mouth or face to face. She remembered that it is better to give a small piece of knowledge than nothing.She has an open secret mission to share about Sumatran tiger as a highlight for primary until senior high school student in Aceh and Sumatera. Her motivation to join TigerHeart, Forum HarimauKita Volunteer Network is to involve more young conservationist to conserve, care, and campaign our Sumatran tiger which the only one tiger remaining in Indonesia. She believes that the necessities in conserving wildlife especially Sumatran tiger are education, network and togetherness. To contact her, you can send an email to [email protected]
VolunteerCORNER
Yesha Shrestha
Mastika Wardhani
GALLERY
STRAKOHAS Evaluation Meeting,In Collaboration with PHKA and partners
Bogor - West Java (December 12th 2011)
Workshop on Tiger HandlingIn Collaboration with PHKA, ZSL, WCS and TSI
Bogor - West Java (29-30 November 2011)
SYMPOSIUM “The Role of Conservation Capacity Building, In Collaboration with Smithsonian InstituteBogor - West Java (17 November 2011)
ANNUAL MEETING III Forum HarimauKitaBengkulu - Sumatra (27 - 30 October 2011)
Educate More People
Promoting Collaborative Management