perbuatan baik dan buruk manusia menurut ibn...

108
PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN TAIMIYAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Riana Cahaya Purnama NIM: 1112033100048 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M.

Upload: tranthuan

Post on 08-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA

MENURUT IBN TAIMIYAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Riana Cahaya Purnama

NIM: 1112033100048

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 2: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA

MENURUT IBN TAIMIYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Riana Cahaya Purnama

NIM: 1112033100048

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 3: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN

TAIMIYAH telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 22 Februari 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

Jakarta, 22 Februari 2017

Page 4: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Riana Cahaya Purnama

NIM : 1112033100048

Jurusan : Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas : Ushuluddin

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 10 September 1994

Judul Skripsi : Perbuatan Baik dan Buruk Manusia Menurut Ibn Taimiyah

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran kalam salah satu tokoh

yang berpengaruh dalam aliran Salaf yaitu Ibn Taimiyah terutama dalam persoalan

perbuatan manusia yang terdiri dari hakikat perbuatan manusia, kehendak Tuhan, dan

kebebasan manusia dalam perbuatannya. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menjelaskan serta

mengelaborasi pikiran-pikiran Ibn Taimiyah yang berkenaan dengan perbuatan

manusia. Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

penelitiannya tentang perbuatan baik dan buruk manusia menurut Ibn Taimiyah

adalah library research dengan menggunakan data primer yang berasal dari salah

satu karya Ibn Taimiyah dan data sekunder yang menjadi penunjang bagi sumber data

primer. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemikiran Ibn Taimiyah mengenai

perbuatan manusia tidak terlalu identik dengan pendapat aliran Mu‟tazilah maupun

Asy‟ariyah. Namun pemikiran Ibn Taimiyah mengenai perbuatan manusia

mengambil atau memilih pandangan yang benar dan meninggalkan pandangan yang

salah dari pandangan kedua aliran teologi Islam yakni Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah

mengenai perbuatan manusia. di antaranya: pertama, Ibn Taimiyah menyetujui

pendapat yang diungkapkan oleh aliran Asy‟ariyah bahwa perbuatan manusia

merupakan ciptaan Tuhan, akan tetapi Ibn Taimiyah tidak sependapat dengan aliran

ini mengenai peniadaan hakikat dari perbuatan manusia. Dan Ibn Taimiyah juga

menyetujui pendapat aliran Mu‟tazilah yang mengatakan bahwa perbuatan manusia

pada hakikatnya adalah perbuatan manusia itu sendiri, akan tetapi ia tidak sependapat

dengan aliran Mu‟tazilah bahwa Tuhan tidak menciptakan perbuatan manusia.

Kedua, mengenai masalah irādah Tuhan Ibn Taimiyah menolak kedua pendapat

aliran Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah. Ia menolak pendapat Asy‟ariyah yang mengatakan

bahwa kebaikan dan keburukan perbuatan manusia terwujud disebabkan oleh

kehendak mutlak Tuhan. Dan ia mengkritik aliran Mu‟tazilah karena telah

menyamakan antara perbuatan Tuhan dengan perbuatan manusia. Ketiga, manusia

menurut Ibn Taimiyah memiliki kehendak dan kekuasaan dalam melaksanakan segala

apa yang diperintahkan Tuhan kepada hamba-Nya.

Kata kunci: kalam, hakikat perbuatan manusia, kehendak Tuhan, kebebasan

manusia.

Page 6: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadiran Allah yang maha

Esa yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Salawat serta salam semoga tercurah pada nabi akhir zaman dan

kekasih Allah, Muhammad SAW, keluarga beserta sahabatnya juga umatnya yang

mengharap syafa’at darinya sampai hari kebangkitan nanti.

Dengan rahmat Allah SWT, penulis bersyukur karena telah menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Skripsi yang penulis beri judul “Perbuatan

Baik dan Buruk Manusia Menurut Ibn Taimiyyah”.

Selanjutnya dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis ingin mengucapkan

kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Zainun Kamaluddin Faqih, MA, pembimbing penulis. Terima

kasih atas bimbingan serta waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr Syamsuri, M.Ag, ketua Jurusan Aqidah dan Falsafat Islam Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Tien Rahmatin, M.Ag, Sekertaris Jurusan Aqidah dan Falsafat Islam

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

iii

5. Din Wahid, MA. Ph.D, dosen pembimbing akademik yang senantiasa

membimbing, membantu, dan meluangkan waktunya untuk memberikan

arahan, saran-saran, serta pengalaman yang luas dalam keilmuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah.

7. Bapak dan Ibu tercinta, Eko Purnomo dan Nurhaenih yang tak pernah lelah

untuk mendoakan di setiap waktu, serta selalu memberikan motivasi dan

dukungan terhadap penulis.

8. Kakak dan Adikku tercinta, Taufik Hidayat, M.Pd, Sri Nurmalasari, SE,

Januar Syam, M.Pd, Lita Cahaya Purnama M.Pd., Eril Cahaya Purnama,

Lenny Ariani Purnomo, dan Laila Cynthia Purnomo, yang telah memberikan

semangat dan selalu menghibur penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Teman-teman Aqidah dan Filsafat Islam Angkatan 2012, yang selalu

memberikan semangat serta mengingatkan penulis untuk mengerjakan skripsi

ini di setiap waktunya.

10. Teman-teman Forum Silaturrahim Pemuda Islam (FORSIPI) Griya Parung

Panjang, yang telah memberikan waktu luangnya untuk berdiskusi mengenai

penelitian dalam skripsi ini.

Segala bantuan dan motivasi yang mereka berikan kepada penulis dengan tulus,

semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda kepada mereka semua.

Page 8: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

iv

Penulis masih menyadari bahwa masih adanya kekurangan dan keterbatasan

dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan saran dan kritik yang terbaik bagi

skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang

bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, 22 Februari 2017

Riana Cahaya Purnama

Page 9: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 8

D. Perumusan Masalah ........................................................................ 9

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9

F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10

G. Studi Kepustakaan .......................................................................... 10

H. Metode Penelitian ........................................................................... 12

I. Sistematika Penulisan ........................................................................ 13

BAB II PERBUATAN MANUSIA MENURUT PARA TEOLOG ISLAM

A. Pengertian Baik dan Buruk .......................................................... 15

B. Hubungan Kekuasaan Tuhan dengan Perbuatan Manusia ........... 23

C. Aliran Mu‟tazilah ......................................................................... 25

a. Hakikat Perbuatan Manusia ................................................... 28

b. Kebebasan Manusia ............................................................... 34

D. Aliran Asy‟ariyah ......................................................................... 36

a. Hakikat Perbuatan manusia .................................................... 37

b. Kebebasan Manusia ............................................................... 40

BAB III BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH DAN KARYA-KARYANYA

A. Latar Belakang Kehidupan........................................................... 46

B. Perjalanan Intelektual ................................................................... 49

C. Karya-karya Ibn Taimiyah yang Berkaitan dengan Aqidah ........ 57

BAB IV PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBNU

TAIMIYAH

A. Perbuatan Manusia menurut Pandangan Ibn Taimiyah ............... 62

B. Kehendak Tuhan .......................................................................... 67

Page 10: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

vi

C. Hakikat Perbuatan Manusia ......................................................... 79

D. Kritik Terhadap Jabariyah dan Qadariyah ................................... 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 87

B. Saran ............................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ viii

Page 11: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ط a a ا ṭ

ẓ ظ b b ب ẓ

„ „ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

ḥ ح ḥ q q ق

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

„ „ ء sy sh ش

ṣ ص ṣ y y ي

ḍ ض ḍ h h ة

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

ā ā أ

ī ī إي

ū ū أو

Page 12: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbuatan manusia itu terdiri dari perbuatan baik dan perbuatan buruk.

Perbuatan baik harus dilaksanakan agar mendapat hasil yang baik berupa pahala,

sedangkan perbuatan buruk harus ditinggalkan karena akan menghasilkan dosa

bagi manusia di akhirat nanti. Penjelasan di atas merupakan pemahaman dasar

yang kita ketahui sejak kecil mengenai perbuatan manusia yang telah diajarkan di

sekolah. Namun saat ini, pemahaman kita mengenai perbuatan manusia bertambah

dengan adanya perdebatan dari para ahli teologi Islam mengenai perbuatan

manusia seperti, Apakah perbuatan manusia itu ciptaan manusia sendiri atau

Tuhan? Apakah manusia diberikan kebebasan dalam perbuatannya atau tidak?

Banyak sekali ayat yang membahas mengenai manusia di dalam al-Qur‟an

salah satunya adalah pembahasan mengenai perbuatan manusia. Manusia adalah

makhluk yang tidak pernah lepas dari pengawasan serta penglihatan Tuhan

terhadap segala perbuatan yang dilakukannya. Karena segala macam

perbuatannya akan dihitung di akhirat, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan

buruk. Tuhan telah memberikan ancaman dan janji terhadap manusia. Ancaman

dan janji-Nya adalah bahwa Tuhan akan memberikan ganjaran yang setimpal

terhadap perbuatan manusia. Apabila manusia melakukan perbuatan yang baik,

maka manusia tersebut akan diberikan ganjaran berupa pahala. Sedangkan

Page 13: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

2

manusia yang melakukan perbuatan buruk, maka akan diberikan ganjaran berupa

siksaan api neraka.1

Dalam Islam, perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia dapat diketahui

berdasarkan wahyu yang telah Tuhan berikan kepada manusia sebagai pedoman

hidup. Perbuatan baik adalah perbuatan manusia yang sesuai dengan wahyu yang

Tuhan berikan kepada manusia, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan

yang menyimpang dari ajaran yang diajarkan nabi dan wahyu. Baik dan buruk

perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an dan Hadits dengan

berbagi macam term.2 Beberapa term yang menjelaskan mengenai perbuatan baik

antara lain: al-birr, al-ma’rūf, dan al-khayr. Sedangkan term yang menjelaskan

mengenai perbuatan buruk antara lain: al-syarr, al-itsm, dan munkar. Namun dari

masing-masing term perbuatan baik dan term perbuatan buruk memiliki arti yang

spesifik salah satunya yang diangkat dan diperbincangkan oleh para teolog adalah

al-hasanah dan al-sayyi’ah.

Istilah lain yang ditunjukan dalam bentuk term al-birr dan al-itsm di dalam al-

Qur‟an yang memiliki arti akhlak yang baik (kebajikan) dan perbuatan dosa pada

sūrah al-Māidah ayat 2 sebagai berikut:

“Dan tolong-menolong lah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

1 Ahmad Asy Syarbashiy, Pesan-Pesan Rahasia dalam al-Qur’an (Peradaban Qur’ani),

Jakarta: Mirqat, 2016, h. 23 2 Nasharuddin, Akhlak: Ciri Manusia Paripurna, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015, h.

368

Page 14: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

3

Istilah lain mengenai kebaikan dan keburukan dalam al-Qur‟an dengan bentuk

term al-khayr dan al-syarr yang mengandung arti kebahagiaan dan penderitaan

terdapat dalam sūrah Fushshilat ayat 49 sampai dengan ayat 50 sebagai berikut:

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka

dia menjadi putus asa lagi putus harapan. Dan jika kami merasakan kepadanya

sesuatu rahmat dari kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini

adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang”.3

Istilah baik dan buruk dengan bentuk term al-ma’rūf dan al-munkar terdapat

dalam sūrah al-Imrān ayat 104. Al-ma’rūf merupakan segala perbuatan yang

mendekatkan kita kepada Allah. Sedangkan al-munkar adalah segala perbuatan

yang menjauhkan kita dari-Nya.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'rūf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung”.

Al-Hasanah adalah tindakan kebajikan atau amal saleh yang akan

menyelamatkan manusia di hari perhitungan (hisāb). Kata al-hasanah ini terkait

erat dengan sebutan akhlak dalam Islam, sedangkan sayyi’ah adalah keburukan,

kejahatan dan dosa. Perbuatan buruk ini tidak dapat menyelamatkan manusia di

hari akhir. Di dalam al-Qur‟an sayyi’ah tidak hanya memiliki makna keburukan,

3 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Al-Qur’an. Penerjemah: Mansuruddin Djoely.,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, h. 360

Page 15: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

4

kejahatan, dan dosa saja, akan tetapi sayyi’ah memiliki makna bencana atau

musibah seperti terbunuh atau kalah dalam medan perang.4

Manusia merupakan salah satu objek kajian ilmu kalam yang menjadi bahan

pembicaraan para teolog Islam hingga saat ini. Pembicaraan para teolog Islam

mengenai manusia dalam ilmu kalam terdiri dari beberapa subtema di antaranya:

hakikat dan kebebasan manusia dalam perbuatannya, sumber pengetahuan

manusia, serta persepsinya tentang iman.5

Masalah perbuatan manusia yang dibahas dalam ilmu kalam oleh para teolog

terdiri dari tiga pendapat yang berbeda antara satu golongan dengan golongan

yang lainnya. Pendapat yang pertama, bahwa semua perbuatan manusia adalah

ciptaan Tuhan dan tidak ada perbuatan bagi manusia. Oleh karena itu, manusia

tidak akan mendapat pujian, celaan, pahala, atau siksa. Pendapat yang kedua,

bahwa Tuhan dan manusia sama-sama berbuat. Oleh karena itu, pujian dan celaan

berlaku bagi keduanya. Pendapat yang ketiga, bahwa perbuatan manusia adalah

ciptaan manusia itu sendiri. Sehingga pujian, celaan, siksa atau pahala berlaku

bagi manusia.6 Ketiga pendapat di atas, dapat kita ketahui dari beberapa golongan

dalam Islam yang membahas mengenai kebebasan dan keterikatan manusia dalam

perbuatannya.

Mu‟tazilah merupakan salah satu aliran dalam Islam yang membahas

mengenai perbuatan manusia. Menurut Mu‟tazilah, manusia merupakan orang

yang menciptakan perbuatannya baik itu perbuatan yang baik maupun perbuatan

4 Nusaibah, “Sayyi‟ah dalam Al-Qur‟an,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikir

Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), h. 2 5 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam dari Khawârij ke Buya Hamka

Hingga Hasan Hanafi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, h. 105 6 Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi tentang Persamaan dan Perbedaannya

dengan Al-Asy’ari, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997, h. 102

Page 16: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

5

yang buruk. Semua perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia akan

dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Manusia yang melakukan perbuatan

yang baik akan mendapat ganjaran berupa pahala, sedangkan manusia yang

melakukan perbuatan buruk akan mendapat ganjaran berupa siksa atau dosa. Oleh

karena itu, Tuhan menurut aliran ini tidak menciptakan perbuatan manusia.

Karena di dalam perbuatan manusia terkandung dua unsur yakni sifat-sifat yang

baik dan sifat-sifat yang buruk. Jadi, keburukan yang ada di dunia ini bukan

berasal dari Tuhan termasuk perbuatan buruk yang ada dalam diri manusia.7

Namun, pendapat golongan ini mengenai perbuatan manusia ditolak oleh

golongan yang selanjutnya dalam Islam yaitu aliran Asy‟ariyah.

Asy‟ariyah menyelesaikan persoalan perbuatan manusia yang menjadi tema

dalam perbincangan para teolog Islam dengan menggunakan teori kasb

(perolehan). Perbuatan manusia terjadi karena adanya perolehan yang akan

menyebabkan perbuatan manusia muncul dalam dirinya dan perolehan tersebut

terjadi dengan perantara daya yang diciptakan oleh Tuhan, sehingga menurut

golongan ini daya manusia tidak efektif dalam menciptakan perbuatannya. Jadi,

perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan bukan manusia dan daya yang

digunakan untuk menciptakan perbuatan manusia berasal dari daya Tuhan.8 Selain

aliran Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah yang membahas tentang persoalan perbuatan

manusia, Ibn Taimiyah merupakan salah satu tokoh yang membahas mengenai

perbuatan manusia.

Pandangan Ibn Taimiyah mengenai persoalan perbuatan manusia tidak

memihak seluruhnya ke dalam pandangan dua aliran di atas yaitu Mu‟tazilah dan

7 M. Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004, h. 58

8 Muhammad bin Abdul Karim al-Syahrastani, Al-Milal wa Nihal. Penerjemah Asywadie

Syukur, (Surabaya: PT Bina Ilmu, t.t), h.97

Page 17: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

6

Asy‟ariyah, akan tetapi ia memilih sebuah kebenaran dari pandangan kedua aliran

di atas mengenai perbuatan manusia dan meninggalkan segala hal yang

menurutnya tidak benar dalam pandangan keduanya mengenai perbuatan manusia.

Menurutnya, manusia memiliki kemauan, kehendak, dan kekuatan dalam

perbuatannya dan manusia merupakan pelaku yang sebenarnya atas perbuatannya.

Oleh karena itu, manusia diberi pertanggungjawaban atas segala apa yang telah

diperbuatnya. Kemauan, kekuatan, dan kehendak yang dimiliki oleh manusia

bukanlah manusia sendiri yang menciptakannya akan tetapi Tuhan lah yang

menciptakan kehendak, kekuatan, dan kekuasaan dalam diri manusia.9

Pandangan Ibn Taimiyah mengenai irādah Tuhan bahwa segala sesuatu di

dunia ini yang bersifat baik berasal dari Tuhan, sedangkan segala sesuatu yang

bersifat buruk berasal dari manusia itu sendiri. Tuhan tidak menyukai kerusakan,

tidak meridhai hamba-Nya untuk berbuat kafir, dan juga tidak memerintahkan

hamba-Nya untuk melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu, keburukan bukanlah

berasal dari Tuhan akan tetapi berasal dari diri manusia.10

Pembedaan antara

kebaikan dan keburukan yang dijelaskan oleh Ibn Taimiyah ini diperkuat dengan

dalil al-Qur‟an pada sūrah an-Nisā ayat 79. Jelas dalam ayat tersebut menjelaskan

bahwa adanya perbedaan antara kebaikan dan keburukan seperti yang dikatakan

oleh Ibn Taimiyah mengenai irādah Tuhan, akan tetapi dalam ayat sebelumnya

yaitu sūrah an-Nisā ayat 78 menjelaskan bahwa semuanya berasal dari Tuhan.

Bagaimana Ibn Taimiyah menjelaskan mengenai ayat tersebut.

Menurut Ibn Taimiyah jika Tuhan menciptakan segala sesuatu, maka semua

ciptaan-Nya memiliki hikmah termasuk kebaikan dan keburukan yang ada di

9 Syafrial. N, “Corak Teologi Ibnu Taimiyyah,” Tajdid, vol. 18, no.1 (Juli 2015), h. 89

10 Syafrial. N, Corak Teologi Ibnu Taimiyyah, h. 90

Page 18: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

7

dunia ini. Dan jika Tuhan melakukan sebuah keburukan maka keburukan tersebut

merupakan hikmah dan kasih sayang-Nya untuk mengarahkan manusia kepada

jalan yang benar, sehingga keburukan yang digambarkan bukan seperti keburukan

yang ada pada perbuatan manusia. Hikmah dan kasih sayang-Nya tidak dapat

diketahui oleh makhluk-Nya hanya Tuhan yang mengetahuinya. Oleh karena itu

keburukan yang Tuhan telah lakukan kepada semua yang diciptakan-Nya

merupakan kebaikan bukan keburukan.11

Uraian di atas dapat kita temukan tiga hal pandangan Ibn Taimiyah mengenai

perbuatan manusia. Pertama, Tuhan adalah pencipta manusia beserta

perbuatannya. Kedua, manusia merupakan pelaku sebenarnya dari segala

perbuatannya sehingga manusia harus bertanggung-jawab atas segala yang

diperbuatnya. Ketiga, Tuhan meridhai segala perbuatan yang baik dan tidak

meridhai segala perbuatan yang buruk.

Alasan penulis memilih judul ini adalah karena Ibn Taimiyah adalah sosok

monumental sepanjang sejarah. Ia adalah prototipe ulama pembaharu yang

memiliki pemahaman Islam yang orisinal dan mendalam. Dari uraian-uraian di

atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‘Alamin, selanjutnya penulis ingin sekali

mengangkat tema tersebut, yakni mengenai perbuatan manusia menurut

pandangan Ibn Taimiyah secara mendalam yang diperjelas dengan memberi judul

“Perbuatan Baik dan Buruk Manusia Menurut Ibnu Taimiyyah”.

11

Syafrial N., “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, h. 80

Page 19: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

8

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis ingin memaparkan

permasalahan penelitian yang terdiri dari identifikasi masalah, batasan

masalah, dan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan aliran Mu‟tazilah mengenai perbuatan

manusia?

2. Bagaimana pandangan aliran Asy‟ariyah mengenai perbuatan

manusia?

3. Apa yang dimaksud dengan teori kasb yang dikemukakan oleh

Asy‟ariyah dalam memecahkan persoalan perbuatan manusia?

4. Apakah ada hubungannya antara kehendak Tuhan dengan

perbuatan manusia menurut Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah?

5. Apakah kebaikan dan keburukan merupakan ciptaan Tuhan di

dunia ini menurut pandangan Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah?

b. Batasan Masalah

Untuk mendapatkan gambaran dan kerangka yang jelas mengenai

ruang lingkup penelitian, perlu kiranya diberi batasan-batasan yang

menyangkut permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini.

Dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis akan

Page 20: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

9

membatasi pembahasan hanya pada perbuatan baik dan buruk manusia

menurut Ibn Taimiyah.

c. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Ibn Taimiyah mengenai perbuatan baik

dan buruk manusia?

2. Bagaimana hubungan kehendak Tuhan dengan perbuatan

manusia?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah:

1. Mengetahui, mempelajari, menggali, serta mengungkapkan secara

mendalam mengenai perbuatan manusia menurut pandangan Ibn

Taimiyah.

2. Mencoba memberikan gambaran mengenai perbuatan manusia

menurut Ibn Taimiyah.

3. Memenuhi tugas akhir proses pembelajaran di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin, yaitu berupa penulisan

karya ilmiah/skripsi yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai

Page 21: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

10

dokumentasi almamater dan referensi kepada semua pihak,

khususnya para peneliti yang sesuai dengan pembahasan ini.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Penulis dapat memahami serta memperkaya dalam memperluas

khazanah keilmuan teoritis khususnya mengenai konsep

perbuatan manusia menurut pandangan Ibn Taimiyah.

2. Dapat memberikan kontribusi berupa bacaan perpustakaan di

lingkungan sekitar Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Studi Kepustakaan

Penelitian terhadap sosok Ibn Taimiyah telah berlangsung sejak lama.

Gagasan-gagasan yang dibangun oleh Ibn Taimiyah dalam berbagai bidang

keilmuan sungguh menarik minat banyak orang, sehingga banyak dari para

peneliti yang ingin mengkaji pemikiran Ibn Taimiyah dalam penelitiannya.

Para peneliti yang membahas kajiannya terhadap sosok pemikiran Ibn

Taimiyah sejauh yang penulis ketahui, di antaranya adalah:

“Konsep Iman Menurut Ibn Taimiyah”, skripsi pada Jurusan Aqidah

Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 atas nama

Idrus Habsyi. Dalam penelitiannya, Iman menurut Ibn Taimiyah adalah

pembenaran dalam hati dan pengakuan dengan lisan serta diwujudkan dengan

Page 22: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

11

amal perbuatan secara zhahir, sehingga konsep iman menurut Ibn Taimiyah

bisa bertambah dan bisa berkurang.

“Konsep Mahabbah dalam Perspektif Ibn Taimiyah”, skripsi pada Jurusan

Aqidah Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

atas nama Khairul Amri. Dalam penelitiannya, mahabbah dalam pandangan

Ibn Taimiyah adalah sebuah kecenderungan hati tanpa beban pada Tuhan dan

pada apa yang ada di sisi-Nya. Ibn Taimiyah memandang cinta kepada Tuhan

merupakan seagung-agungnya kewajiban keimanan, sebesar-besarnya pokok

keimanan, dan semulia-mulianya dasar keimanan dan dengan adanya cinta

kepada Tuhan menjadi pendorong untuk melakukan jihad dan amal kebajikan.

Dan Tuhan merupakan satu-satunya yang dicintai karena Dzat-Nya.

“Kritik Abdullah Al-Harari Terhadap Teologi Ibn Taimiyah”, skripsi pada

jurusan Aqidah Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016 atas nama Siti Robilah Hayati. Dalam penelitiannya, telah dijelaskan

kritik al-Harari terhadap teologi Ibn Taimiyah yang disebabkan oleh

perbedaan penalaran dan alur logika dalam memahami sifat-sifat Allah.

“Konsep Benar dan Salah dalam Pemikiran Hukum Ibn Taimiyah”,

disertasi Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1997 atas nama Muhammad Hasyim. Dalam penelitiannya

menjelaskan mengenai hakikat kebenaran dan kesalahan. kualitas kebenaran

yang ditunjukan dalam beberapa kriteria di antaranya; kualitas sumber atas

sandaran dan unsur keserasian. Setiap mujtahid memiliki otoritas memproduk

keputusan-keputusan melalui ijtihadnya secara benar. Ibn Taimiyah

mengembangkan pemikiran hukum Islam selain dengan menggunakan metode

Page 23: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

12

salaf, ia juga menggunakan teori-teori baru seperti; teori ijmā istiqrā‘i, teori

ta’lil dengan hikmah.

Buku karya dari Syaikh Said „Abdul Azhim dengan judul “Ibn Taimiyah

Tajdīd Salafī wa Da’wah Islāhiyyah”, dalam buku ini menjelaskan secara

lengkap perjalanan Ibn Taimiyyah, bagaimana kiprah dan prestasi dakwah

beliau, serta ciri khas metode pembaharuan dan reformasi yang diperjuangkan

terutama dalam masalah akidah dan fikih.

Dari buku dan judul skripsi serta disertasi yang telah disebutkan di atas,

ternyata pembahasan mengenai perbuatan baik dan buruk manusia menurut

Ibn Taimiyah secara khusus belum ada. Oleh karena itu, penulis tidak ragu

lagi dalam menulis penelitian ini.

F. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini digolongkan kepada penelitian kualitatif yaitu dengan

menggali informasi melalui data berupa teks atau dokumen yang berhubungan

dengan judul penelitian yaitu perbuatan baik dan buruk manusia menurut Ibn

Taimiyah kemudian mendeskripsikan dan menganalisisnya.

Sumber data penelitian yang menjadi bahan rujukan oleh penulis dalam

penelitiannya diambil dari tulisan Ibn Taimiyah sendiri yang terdokumentasi

dalam bentuk kitab, baik dalam bahasan Arab maupun yang sudah

diterjemahkan ke dalam bahasan Indonesia. Al-hasanah wa al-sayyi’ah adalah

salah satu sumber primer yang dijadikan rujukan utama dalam penulisan

skripsi ini, sedangkan tulisan-tulisan tentang Ibn Taimiyah baik yang

terdokumentasi dalam buku, makalah, jurnal, artikel, dan majalah yang

Page 24: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

13

mempunyai relevansi dengan maksud uraian skripsi ini, merupakan sumber

sekunder yang menjadi penunjang sumber primer.

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis.

Deskriptif adalah menggambarkan secara jelas terkait dengan masalah yang

akan diteliti yaitu perbuatan baik dan buruk menurut Ibn Taimiyah, sedangkan

analisis adalah menyelidiki setiap masalah untuk memperoleh pemahaman

yang lebih luas. Metode ini digunakan untuk menjelaskan serta mengelaborasi

pikiran-pikiran Ibn Taimiyah yang berkenaan dengan judul skripsi ini.

Kemudian menyajikan hasil penelitian melalui sumber-sumber pustaka primer

maupun sekunder dengan menggunakan karangan-karangan Ibn Taimiyah dan

yang berkaitan dengan pembahasan perbuatan manusia. Teknik pengumpulan

data penelitian ini, penulis dapatkan dengan menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research).

Teknik penulisan penelitian skripsi ini berpedoman pada ketentuan yang

ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu

buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Fakultas Ushuluddin,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, yang diterbitkan oleh UIN Press tahun

ajaran 2012/2013.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang akan

diuraikan oleh penulis dalam penelitian ini, maka perlu penulis uraikan

susunan penulisan skripsi ini yang terdiri dari lima bab, sebagai berikut:

Page 25: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

14

Bab satu merupakan pendahuluan yang mencakup lima pasal pembahasan

yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, studi kepustakaan, metodelogi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan penjelasan perbuatan manusia menurut pandangan

para teolog Islam yang terdiri dari pengertian baik dan buruk secara umum,

perbuatan manusia menurut pandangan para teolog Islam yang terdiri dari

aliran Asy‟ariyah, dan Mu‟tazilah mengenai hakikat perbuatan manusia,

kehendak Tuhan, dan kebebasan manusia dalam perbuatannya .

Bab ketiga merupakan penjelasan biografi tokoh yaitu Ibn Taimiyah yang

terdiri dari riwayat hidup secara ringkas, perjalanan intelektual, serta karya-

karya dari Ibn Taimiyah yang berkaitan dengan aqidah.

Bab keempat merupakan pembahasan inti yaitu penjelasan perbuatan

manusia menurut pandangan Ibn Taimiyah, di dalamnya terkandung

permasalah yang diangkat oleh penulis dalam penulisan skripsi ini di

antaranya perbuatan manusia menurut Ibn Taimiyah, kehendak Tuhan, hakikat

perbuatan manusia, kritik Ibn Taimiyah terhadap Jabariyah dan Qadariyah.

Bab kelima merupakan bab terakhir dari penyusunan skripsi ini yang

memuat mengenai kesimpulan dari seluruh pembahasan dan ditutup dengan

saran-saran untuk berbagai pihak.

Page 26: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

15

BAB II

PERBUATAN MANUSIA MENURUT PARA TEOLOG ISLAM

A. Pengertian Baik dan Buruk

Istilah baik dan buruk menurut Hadi Podo (2007: 99) dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, baik memiliki makna sesuatu yang elok, patut, dan teratur

sedangkan kebaikan merupakan sifat-sifat baik atau perbuatan baik. Istilah buruk

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 141) memiliki makna rusak dan

jelek, sedangkan istilah keburukan memiliki makna sifat-sifat buruk atau

perbuatan buruk. Istilah baik dan buruk menurut Mahmud Yunus (2007: 123)

dalam bahasa Arab disebut dengan khayr dan hasanah yang mengandung arti

“yang baik”, sedangan itsm dan sayyi’ah mengandung arti “dosa” menurut

Mahmud Yunus (2007: 34). Adapun baik dan buruk menurut Echols dan Shadily

(1994: 274) dalam An English-Indonesia Dictionary yang terbentuk dari term

good dan bad. Istilah baik dalam bahasa Inggris disebut sebagai good yang

mengandung arti kebaikan dan kebajikan, sedangkan buruk dalam istilah bahasa

Inggris disebut dengan bad yang mengandung arti dalam kesukaran, buruk, jelek,

susah, tidak enak, dan busuk (1994: 51). Jadi dapat kita simpulkan secara

etimologi, baik adalah hal yang mengandung keindahan, ketaatan, kebajikan

dalam diri kita yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan maupun sesama

manusia dalam menjalankan kehidupan. Sedangkan buruk merupakan kebalikan

dari segala sesuatu yang baik.

Secara umum, baik dan buruk memiliki makna yang beragam. Pertama,

perbuatan baik yang memiliki hubungan dengan kesempurnaan. Dalam hal ini

Page 27: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

16

baik disebut baik jika segala sesuatu tindak lakunya dikerjakan secara sempurna.

Kedua, perbuatan baik adalah perbuatan yang menjadikan pelakunya merasa puas

dan senang di dalam semua tindakan yang dikerjakannya. Ketiga, perbuatan baik

adalah perbuatan yang memiliki nilai kebenaran dan dapat memberikan rahmat

dari apa yang telah dilakukan. Sedangkan perbuatan buruk memiliki arti yang

sebaliknya dari perbuatan baik. Pertama, perbuatan buruk adalah perbuatan yang

tidak memiliki kesempurnaan di dalam mengerjakannya. Kedua, perbuatan buruk

adalah perbuatan yang menimbulkan rasa tidak senang dan tidak puas dalam

melakukannya. Ketiga, perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak memiliki

kebenaran dan tidak dapat memberikan rahmat. Bahkan pelakunya melakukan

sesuatu yang keji, tidak diterima oleh orang lain, dan tidak memiliki moral.1 Dari

beberapa pengertian baik dan buruk dapat disimpulkan bahwasanya perbuatan

baik adalah apabila sesuatu tersebut dapat memberikan kesenangan, kepuasan,

kenikmatan, kepantasan, kepatutan, dan kesempurnaan sesuai dengan apa yang

telah diharapkan. Sedangkan perbuatan buruk adalah apa yang dinilai sebaliknya

dari perbuatan baik.2 Adapun beberapa teolog dalam Islam yang mendefinisikan

perbuatan baik dan buruk menurut pandangannya sendiri, seperti: aliran

Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah

Seorang hakim yaitu Abdul Jabar yang menganut paham Mu‟tazilah memiliki

pendapat mengenai baik dan buruk yang digambarkan dalam bidang etika dan

estetika bahwa etika memiliki makna yang sebenarnya dari hasan dan qobīh atau

baik dan buruk, karena segala sesuatu yang terjadi baik itu perbuatan baik maupun

perbuatan buruk dapat dilihat langsung kebenarannya dan dapat diberi kesimpulan

1 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, h. 25

2 Nasharuddin, Akhlak: Ciri Manusia Paripurna, h. 362

Page 28: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

17

bahwa sesuatu yang dilakukan itu baik atau sebaliknya dari kebaikan tersebut.

Sedangkan estetika adalah gambaran dari keindahan yang sebenarnya dalam

sebuah media dengan bentuk tulisan seperti buku. Dalam hal ini baik dan buruk

tidak memiliki makna yang hakiki lagi, karena merupakan gambaran dari

kebaikan yang sebenarnya. Ini merupakan pendapat dari salah satu tokoh aliran

Mu‟tazilah mengenai definisi baik dan buruk yang terkandung dalam kata al-

hasan dan al-qobīh yang memiliki arti etika bukan estetika.3

Mu‟tazilah mengatakan bahwa baik dan buruk adalah esensi dari setiap

perbuatan yakni merupakan zat bagi setiap perbuatan. Contohnya: mencuri pada

esensinya adalah buruk, sedangkan menolong pada esensinya adalah baik. Oleh

karena itu jujur, adil, bijaksana dan perbuatan lainnya adalah baik dari diri zatnya

sendiri dan mampu membuat kita menyatakan baik setiap kali menyaksikan hal-

hal tersebut dengan akal kita. Sebaliknya, segala perbuatan yang buruk pada

esensinya adalah buruk sehingga kita mampu menyatakan buruk setiap kali

menyaksikan perbuatan buruk tersebut. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyifati

Tuhan dengan kebohongan karena kebohongan sepanjang esensinya adalah buruk

dan Tuhan tidak mungkin melakukan keburukan.4

Menurut Asy‟ariyah, pengertian baik dan buruk itu dipandang berdasarkan

syari‟at. Segala sesuatu yang diperintah oleh syari‟at merupakan kebaikan

sedangkan segala sesuatu yang dilarang oleh syari‟at merupakan keburukan. Jadi,

definisi baik dan buruk menurut Asy‟ariyah berdasarkan kepada syari‟at agama

bukan yang lainnya. Jika telah datang syari‟at dalam menentukan segala yang baik

dan buruk tanpa adanya ketetapan akal, maka sesuatu itu adalah baik. Seperti

3 Muhammad as-Sayyid al-Julaynid, Qodiyyah al-Khayr wa al-Syarr fi al-Fikri al-Islāmy,

h. 31 4 Joesoef Sou‟yb, Peranan Aliran ‘Itizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam, h. 68

Page 29: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

18

halnya diperintahkan berbuat buruk dan dilarangnya berbuat baik sesuai syari‟at

maka hal tersebut merupakan kebaikan. Oleh karena itu, menurut aliran

Asy‟ariyah baik dan buruk tidak memiliki makna kecuali setelah datangnya

syari‟at yang terdiri dari perintah dan larangan-Nya.5

Pendapat Maturidiyah mengenai baik dan buruk lebih identik dengan

pandangan baik dan buruk menurut Mu‟tazilah dibandingkan dengan aliran

Asy‟ariyah. Aliran ini meyakini bahwasannya akal mampu membedakan mana

yang baik dan mana yang buruk. 6

Definisi dari baik dan buruk juga telah dijelaskan dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan sanadnya dari Nuwas bin Sam‟an r.a.

bahwa Rasulullah Saw, Bersabda:

“Kebaikan adalah akhlak yang baik dan perbuatan dosa adalah segala sesuatu

yang mengganjal dalam dadamu dan kamu benci bila orang lain mengetahuinya”.7

Hadits di atas ini memberikan kita petunjuk bahwa kebaikan atau perbuatan

baik memiliki hubungan dengan etika yang dalam Islam dikenal dengan sebutan

akhlak. Karena definisi dari kata akhlak sendiri dirumuskan sebagai sebuah media

yang dapat menimbulkan hubungan baik antara Tuhan dengan manusia dan antara

manusia dengan manusia lainnya.8 Sedangkan keburukan atau perbuatan buruk

adalah perbuatan yang mengakibatkan manusia memiliki dosa atas tindakannya.

Karena, apabila seorang Muslim melakukan perbuatan yang membawanya kepada

5 Ibrāhīm madkūr, Fil Falsafah al-Islamiyyah: Manhaj wa Tathbīqoh, Kairo: Dār al-

Mā‟arif, 1119, h. 250 6 Fathul Mufid, “Menimbang Pokok-Pokok Pemikiran Teologi Imam al-Asy‟ari dan al-

Maturidi”, Fikrah, Vol.I, No. 2 (Juli-Desember 2013): h. 226 7 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani,dkk.,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 220 8 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008, h. 205

Page 30: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

19

dosa, maka hatinya akan terasa bagai dihimpit hingga tidak memiliki ruang dalam

hati. Kemudian kamu akan membencinya, jika seseorang di antara kamu

mengetahuinya.

Etika dan akhlak memiliki persamaan dan juga perbedaan. Persamaan antara

etika dan akhlak adalah sama-sama membahas mengenai tingkah laku manusia

yang terdiri dari baik dan buruk. Dan perbedaan di antara keduanya adalah

membedakan sumber dalam mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan. Etika

mengetahui baik dan buruk melalui akal, sedangkan akhlak mengetahui baik dan

buruk berdasarkan ajaran yang diajarkan oleh Tuhan dan Rasul-Nya.9

Di dalam al-Qur‟an dan hadits akan selalu kita jumpai term-term yang

berhubungan dengan kebaikan dan keburukan. Term-term tersebut di antaranya

adalah al-hasanah dan al-sayyi’ah, al-khayr dan al-syarr, al-ma’rūf dan al-

mungkar, al-birr dan al-fāhisyah atau al-itsm10

berikut penjelasannya:

1. Al-Hasanah dan al-Sayyi’ah

Al-hasanah adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu

hal yang disukai dan dipandang baik, sedangkan al-sayyi’ah merupakan

istilah yang digunakan dalam menunjukan suatu hal yang berlawanan dari

term al-hasanah.11

Istilah al-hasanah dan al-sayyi’ah dalam al-Qur‟an

yang memiliki makna nikmat dan musibah sebagaimana yang tertera

dalam al-Qur‟an sūrah al-Imrān ayat 120 berikut:

9 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, h. 207

10 Enoh, “Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (keburukan) dalam Al-Qur‟an: Analisis

Konseptual Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur‟an yang Bertema Kebaikan dan Keburukan”, Mimbar, 4

Juni 2004, h. 22 11

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2015, h. 101

Page 31: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

20

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati,

tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika

kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak

mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui

segala apa yang mereka kerjakan”.

Adapun ayat lain yang mengartikan istilah al-hasanah dan al-sayyi’ah

sebagai nikmat dan bencana terdapat pada sūrah al-A‟rāf ayat 168 sebagai

berikut;

“Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan

(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali kepada kebenaran”.12

2. Al-Khayr dan al-Syarr

Istilah lain mengenai kebaikan dan keburukan dalam bentuk term al-

khayr dan al-syarr yang mengandung arti kebahagiaan dan penderitaan

dalam al-Qur‟an tercantum pada sūrah Fushshilat ayat 49 sampai dengan

ayat 50 sebagai berikut:

12

Ibnu Taimiyah, Al-Hasanah dan Al-Sayyi’ah. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy,

Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005, h. 35

Page 32: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

21

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa

malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. Dan jika kami

merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari kami sesudah dia ditimpa

kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin

bahwa hari kiamat itu akan datang”.13

Penggunaan kalimat khayr dan syarr dalam bahasa Arab dan yang

dimaksud dengan keduanya adalah keputusan terhadap perbuatan yang

dipertimbangkan nilai serta perolehan yang akan didapatkan oleh pelaku

atas perbuatannya sendiri. Jika hasil perbuatan atau tindakan tersebut

bermanfaat bagi pelaku perbuatan, maka dapat dikatakan bahwa perbuatan

ini termasuk ke dalam perbuatan baik bagi pelakunya. Jika nilai dari

perbuatan tersebut berbahaya atau membawa pelaku perbuatan kepada

musibah, maka dinyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah buruk. Oleh

karena itu, khayr merupakan hal yang menunjukan kepada perbuatan yang

bermanfaat dan menghindari segala perbuatan yang menghasilkan syarr

bagi pelakunya. 14

3. Al-Birr dan al-Itsm

Al-birr digunakan untuk menunjukan hal-hal yang memperluas atau

memperbanyak dalam mengerjakan perbuatan baik, sedangkan al-itsm

digunakan untuk menunjukan perbuatan-perbuatan yang menghasilkan

dosa.15

Kata al-birr dan al-itsm yang memiliki arti akhlak yang baik

(kebajikan) dan perbuatan dosa di dalam al-Qur‟an pada sūrah al-Māidah

ayat 2 sebagai berikut:

13

Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Al-Qur’an. h. 360 14

Muhammad as-Sayyid al-Julaynid, Qodiyyah al-Khayr wa al-Syarr fi al-Fikri al-Islāmy,

Jamiah Kairoh: Dar Ulum, 1981, h. 27 15

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, h. 103

Page 33: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

22

“Dan tolong-menolong lah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya”.

4. Al-Ma’rūf dan al-Munkar

Al-ma’rūf merupakan segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada

Tuhan, sedangkan al-munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan

kita dari-Nya. Sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur‟an sūrah al-

Imrān ayat 104 berikut:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'rūf dan mencegah dari yang

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

5. Fāhisyah

Istilah fāhisyah dalam al-Qur‟an menunjukan segala bentuk

kecurangan dan keburukan yang melampaui batas. Sebagaimana tertera

dalam al-Qur‟an sūrah al-A‟rāf ayat 80 berikut:

Page 34: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

23

“Dan kami juga telah mengutus Luth kepada kaumnya. Ingatlah

tatkala ia berkata kepada mereka: Mengapa kamu mengerjakan perbuatan

fāhisyah (homoseksual) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang

pun (di dunia ini) sebelum kamu?”.

B. Hubungan Kekuasaan Tuhan dengan Perbuatan Manusia

Perbedaan pandangan mengenai perbuatan manusia terjadi di antara beberapa

aliran dalam Islam seperti Jabariyah, Qadariyah, Mu‟tazilah dan Asyariyah dalam

menyelesaikan persoalan mengenai kehendak Tuhan serta hubungannya dengan

perbuatan manusia. Pendapat mereka mengenai perbuatan manusia terbagi

menjadi dua pendapat.

Pendapat pertama mengatakan bahwa kehendak Tuhan meliputi segala hal

yang baik saja dan tidak menyuruh terhadap segala perbuatan yang buruk bagi

manusia. Oleh karena itu, kehendak Tuhan dalam aliran ini sama dengan perintah

Tuhan. Tuhan memerintahkan segala sesuatu yang menghasilkan kebaikan bagi

manusia bukan keburukan. Karena Tuhan hanya melakukan suatu kebaikan saja,

Tuhan tidak mungkin menciptakan perbuatan manusia karena dalam perbuatan

manusia mengandung dua unsur perbuatan yaitu perbuatan baik dan buruk. Oleh

sebab itu manusia merupakan pencipta dari perbuatannya dan berkehendak atas

segala perbuatannya.

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa kehendak Tuhan meliputi segala hal

yang baik dan buruk di dunia ini, karena kebaikan dan keburukan yang ada di

dunia ini merupakan kehendak Tuhan. Jika Tuhan menghendaki sesuatu tersebut

terjadi, maka akan terjadilah. Oleh karena itu, perbuatan manusia pada hakikatnya

adalah perbuatan Tuhan bukan perbuatan manusia sehingga manusia tidak

memiliki kebebasan dalam perbuatannya karena terikat dengan kehendak Tuhan.

Page 35: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

24

Kedua pendapat di atas merupakan pendapat yang dikemukakan oleh aliran

Qadariyah dan aliran Jabariyah dalam persoalan mengenai perbuatan manusia.

Aliran pertama yang membahas mengenai perbuatan manusia adalah

Qadariyah. Pendapat aliran Qadariyah mengenai perbuatan manusia adalah bahwa

manusia memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam berbuat, sehingga manusia

dapat menentukan perjalanan hidupnya sendiri. Selain kebebasan dan

kemerdekaan dalam berbuat, manusia juga dapat mewujudkan perbuatan-

perbuatannya dengan kekuatannya sendiri bukan karena kekuatan dari Tuhan.

Kesimpulan dari aliran ini, bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan manusia

itu sendiri bukan perbuatan Tuhan. Karena Tuhan tidak ikut campur dalam

penciptaan perbuatan manusia. Dengan pendapatnya ini, aliran Qadariyah dikenal

dengan nama free will and free act dalam istilah Inggrisnya.

Aliran kedua yang membahas mengenai perbuatan manusia adalah Jabariyah.

Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Aliran ini

berpendapat sebaliknya dari pendapat aliran Qadariyah mengenai perbuatan

manusia. Pendapatnya, bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan

kemerdekaan dalam segala kehendak dan perbuatannya. Karena dalam paham ini

kehendak manusia adalah kehendak mutlak Tuhan. Kesimpulan pendapat aliran

Jabariyah bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan, sehingga Tuhan

berkehendak pada setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Dalam bahasa

Inggris paham ini dikenal dengan nama fatalism atau predestination.16

Kedua aliran ini, menyatakan pendapatnya mengenai perbuatan manusia

dengan bersandar penuh pada al-Qur‟an. Beberapa ayat menyatakan bahwa

16

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisis Perbandingan, Jakarta:

Universitas Indonesia (UI-Press), 1986, h. 33

Page 36: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

25

manusia serta perbuatannya merupakan ciptaan Tuhan, sehingga perbuatan

manusia sepenuhnya adalah perbuatan Tuhan. Adapun ayat yang lain di dalam al-

Qur‟an yang menyatakan bahwa manusia diberikan tanggung jawab atas segala

perbuatan yang telah dilakukannya, sehingga dapat digambarkan bahwa manusia

adalah pencipta dari perbuatannya sendiri.17

Perdebatan mengenai manusia dalam perbuatannya tidak hanya sampai pada

aliran Jabariyah dan Qadariyah saja, akan tetapi perbincangan mengenai

perbuatan manusia berlanjut kepada aliran yang selanjutnya dalam ilmu kalam

yaitu aliran Asy‟ariyah dan aliran Mu‟tazilah. Walaupun bila kita uraikan

pendapatnya, tidak jauh beda dengan pendapat aliran yang sebelumnya mengenai

manusia dalam perbuatannya. Pendapat aliran Mu‟tazilah mengenai perbuatan

manusia tidak jauh beda dengan pendapat aliran Qadariyah, sedangkan aliran

Asy‟ariyah walaupun dengan menggunakan teori kasb akan tetapi pendapatnya

tidak jauh berbeda dengan pendapat aliran Jabariyah.18

a. Aliran Mu’tazilah

Wāsil bin „Ata adalah orang yang membangun aliran ini. Ia adalah seorang

syaikh al-Mu’tazilah wa qadilmuha yaitu ketua dari aliran Mu‟tazilah. Ia lahir

di Madinah pada tahun 81 H dan meninggal dunia pada 131 H. Di Madinah, ia

belajar kepada Abu Hasyim Abdullah Ibn Muhammad Ibn al-Hanafiah. Setelah

belajar di Madinah, ia pindah ke Basrah dan mengikuti pengajian yang

dibimbing oleh Hasan al-Basri.19

17

Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), h. 125 18

M. Yafis, “Pemikiran Kalam K.H. Abdullah Syafi‟ie,” (Disertasi Fakultas Pascasarjana,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 104-105 19

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 44

Page 37: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

26

Kaum Mu‟tazilah adalah aliran yang membawa persoalan teologi secara

berbeda dari aliran-aliran dalam Islam lainnya. Karena aliran ini, membawa

persoalan teologi secara mendalam dan bersifat filosofis. Oleh karena itu,

aliran ini dikenal dalam dunia Islam dengan sebutan kaum rasionalis Islam.20

Pemberian nama “Mu‟tazilah” pada aliran ini memiliki cerita yang

bervariasi. Menurut al-Syahrastani pemberian nama Mu‟tazilah bermula dari

peristiwa yang dilakukan oleh Wāsil bin „Ata yaitu menjauhkan diri dari

permasalahan dosa besar yang dibahas dalam pengajian yang diadakan oleh

Hasan al-Basri di Basrah. Sebagian aliran berpendapat bahwa pelaku dosa

besar itu kafir, dan sebagian lainnya berpendapat bahwa pelaku dosa besar

masih mukmin. Namun Wāsil mengatakan bahwa pelaku dosa besar bukanlah

kafir atau mukmin, akan tetapi pelaku dosa besar memiliki posisi di antara

kafir dan mukmin yaitu fasiq. Oleh karena itu, Wāsil beserta teman-temannya

menjauhkan diri dari Hasan al-Basri. Dengan demikian Wāsil beserta teman-

temannya disebut sebagai aliran Mu‟tazilah.

Menurut al-Bagdadi pemberian nama Mu‟tazilah bermula dengan diusirnya

Wāsil beserta teman-temannya oleh Hasan al-Basri dari Majlisnya karena

adanya pertikaian di antara mereka mengenai pelaku dosa besar. Wāsil dan

teman-temannya menjauhkan diri dari persoalan umat Islam yang dibahas oleh

Hasan mengenai pelaku dosa besar.21

Persoalan pemberian nama Mu‟tazilah

dari kata „itazala ya’tazilu adalah pemberian yang diberikan oleh orang dari

luar kelompok Mu‟tazilah. aliran Mu‟tazilah sendiri sebenarnya telah

memberikan nama untuk kelompoknya dengan sebuatan ahlu al-‘adl wa al-

20

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:

Universitas Indonesia (UI-Press), 2011, h. 40 21

Harun nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 38

Page 38: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

27

tauhīd. Nama ini diambil dari lima prinsip pokok yang diajarkan aliran ini

yaitu al-‘adl dan al-tauhīd. Namun mereka tidak keberatan jika mereka ini

dikenal dengan sebutan aliran Mu‟tazilah dari pada Ahlu al-Adl wa al-

Tauhīd.22

Kaum Mu‟tazilah ini memiliki lima doktrin pokok yang terkenal dengan

sebutan al-Ushūl al-Khomsah. Lima doktrin tersebut di antaranya adalah; al-

Tauhīd (mengesakan Tuhan), al-Adl (keadilan Tuhan), al-Wa’d wa al-Wa’īd

(janji dan ancaman), al-Manzilah baina al-Manzilatain (tempat di antara dua

tempat untuk pelaku dosa besar), Al-Amr bi al-ma’rūf wa al-Nahy ‘an al-

munkar (perintah melaksanakan perbuatan baik dan larangan untuk berbuat

kemungkaran).23

Yang menyusun semua prinsip-prinsip di dalam ajaran aliran

Mu‟tazilah adalah Abu al-Hasan Al-Khayyāt. Ia adalah seorang tokoh generasi

awal dari aliran Mu‟tazilah. Lima prinsip tersebut telah disetujui oleh semua

pengikut aliran ini.24

Banyak sekali persoalan-persoalan dalam teologi yang dibahas oleh aliran

ini. Seperti persoalan mengenai akal dan wahyu, fungsi wahyu, free will dan

predestination, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, keadilan Tuhan,

perbuatan-perbuatan Tuhan, sifat-sifat Tuhan, serta konsep iman. Semua hal

tersebut tidak hanya dibahas oleh aliran Mu‟tazilah, akan tetapi aliran-aliran

yang lain dalam Islam juga membahas persoalan-persoalan tersebut. Namun

saat ini, persoalan yang ditulis dan dijelaskan hanyalah mengenai manusia dan

perbuatannya serta hubungan kehendak Tuhan terhadap perbuatan manusia.

22

Mawardy Hatta, “Aliran Mu‟tazilah dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam”, Ilmu

Ushuluddin Vol. 12, No. 1 (Januari 2013): h. 90 23

Mawardy Hatta, “Aliran Mu‟tazilah dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam”, h. 95-96 24

Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, Bandung: Mizan, 2001,

h. 18

Page 39: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

28

1. Hakikat Perbuatan

Perbuatan manusia merupakan salah satu bagian dari lima prinsip

aliran ini yaitu al-adl (keadilan). Al-adl (keadilan) adalah prinsip yang

kedua dari lima prinsip dasar dalam ajaran Mu‟tazilah. Keadilan

dalam ajaran Mu‟tazilah membicarakan hubungan Tuhan dengan

perbuatan-perbuatan manusia termasuk perbuatan baik dan perbuatan

buruk.

Pendapat aliran Mu‟tazilah mengenai asal terbentuk atau

terciptanya perbuatan adalah dari diri manusia itu sendiri bukan

berasal dari Tuhan. Oleh sebab itu, manusia menurut aliran ini

merupakan pencipta bagi perbuatannya. Jika Tuhan yang menciptakan

perbuatan manusia, maka manusia tidak akan diberikan siksaan

maupun pahala atas perbuatannya. Selain itu, jika perbuatan manusia

terjadi berdasarkan qada dan qadar Tuhan, maka Tuhan telah

meridhai manusia yang kafir itu menjadi kafir. Hal tersebut

merupakan sesuatu yang mustahil dilakukan oleh Tuhan. Jika Tuhan

yang menciptakan perbuatan manusia, maka tidak ada gunanya Tuhan

mengirim seorang rasul kepada manusia. Karena, manusia tidak

memiliki kebebasan dalam perbuatannya untuk mengikuti petunjuk-

petunjuk yang telah diberikan Rasul-Nya. Tuhan tidak mungkin

menciptakan perbuatan manusia dan menyiksa manusia atas perbuatan

yang telah Tuhan ciptakan. Dengan memaksa manusia yang baik

berbuat maksiat sehingga manusia tersebut mendapat siksa, dan

Page 40: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

29

memberikan pahala kepada manusia yang telah berbuat zalim. Ini

merupakan hal yang mustahil dilakukan oleh Tuhan.

Untuk memperkuat pendapatnya bahwa perbuatan manusia pada

hakikatnya adalah perbuatan manusia bukan perbuatan Tuhan. Aliran

ini menunjukkan pembuktiannya dengan menggunakan argumen-

argumen rasional dan ayat-ayat al-Qur‟an. Dalam argumen

rasionalnya diumpamakan seseorang telah melakukan sebuah

perbuatan yang baik bagi orang lain, maka orang yang diberikan

kebaikannya tersebut akan berterima kasih kepada orang yang berbuat

baik. Begitu pun sebaliknya, jika seseorang melakukan perbuatan

yang buruk maka orang lain pasti merasa tidak senang dengan

perbuatan yang dilakukannya. Dengan begitu rasa terima kasih dan

tidak senang manusia tersebut ditunjukkan kepada manusia itu sendiri.

Jika perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan maka rasa terima

kasih dan tidak senang manusia ditunjukkan kepada Tuhan dan bukan

manusia.25

Dalam al-Qur‟an yang memperkuat argumennya bahwa

perbuatan manusia pada hakikatnya bukanlah perbuatan Tuhan, akan

tetapi perbuatan manusia yang tertera dalam sūrah al-Sajdah ayat 7

sebagai berikut:

“ Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-

baiknya”.

25

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 105

Page 41: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

30

Ayat di atas menjelaskan bahwa semua perbuatan Tuhan adalah

baik. Karena manusia memiliki perbuatan yang terdiri dari perbuatan

baik dan buruk dalam dirinya, maka perbuatan manusia bukanlah

perbuatan Tuhan.26

Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Hakikat Perbuatan Manusia Menurut Mu‟tazilah

Menurutnya, Perbuatan manusia adalah murni perbuatan manusia

bukan perbuatan Tuhan. Oleh karena itu, daya yang digunakan untuk

mewujudkan perbuatan manusia adalah daya yang berasal dari diri

manusia itu sendiri bukan Tuhan. Jadi, paham Mu‟tazilah ini

menyatakan bahwa kemauan dan daya untuk mewujudkan perbuatan

manusia adalah daya dan kemampuan manusia.27

Mengenai irādah Tuhan, aliran ini mengatakan bahwa kehendak

Tuhan sama dengan perintah-Nya kepada manusia. Semua irādah

26

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 106 27

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 105

Kebaikan

Manusia

Keburukan

Kebaikan

Tuhan Perbuatan

Manusia pada

hakikatnya

bukan

perbuatan

Tuhan akan

tetapi

perbuatan

manusia

Page 42: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

31

Tuhan wajib diperintahkan kepada manusia dan Tuhan berkehendak di

dalamnya, maka semua perintah yang diberikan oleh Tuhan kepada

manusia merupakan irādah Tuhan. Dengan demikian kehendak Tuhan

merupakan perintah dan setiap perintah yang diberikan oleh Tuhan

kepada manusia membawanya kepada kebaikan. Lalu bagaimana

dengan keburukan yang terjadi di alam ini seperti adanya berbagai

macam perbuatan kafir dan maksiat. Dalam hal ini, aliran Mu‟tazilah

mengatakan bahwa Tuhan tidak menginginkan kekafiran dan

kemaksiatan terjadi di alam ini karena Tuhan tidak menyuruh manusia

untuk melakukan kekafiran dan kemaksiatan. Seperti yang telah

disebutkan dalam firman-Nya pada sūrah al-A‟rāf ayat 28 dan sūrah

an-Nahl ayat 90 sebagai berikut:

“Katakanlah: Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan)

perbuatan yang keji”.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Oleh karena itu, segala keburukan dan kekafiran yang terjadi di

alam ini bukan termasuk kehendak Tuhan karena kehendak Tuhan

menolak segala keburukan dan kekafiran. Kafir dan maksiat yang

Page 43: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

32

terjadi di dunia ini bukan berasal dari perbuatan dan kehendak Tuhan,

akan tetapi berasal dari perbuatan dan kehendak manusia.28

Aliran ini mengatakan bahwa irādah Tuhan hanya terkait pada

perbuatan-perbuatan yang baik saja. Hal tersebut dapat dilihat dari

pendirian aliran ini bahwa Tuhan hanya menghendaki tindak laku

kebaikan pada manusia itu supaya ada dan tindak laku keburukan pada

manusia itu tiada. Oleh karena itu, setiap manusia harus mematuhi

perintahnya seperti salat, zakat, mengesakan Tuhan, dan beriman

kepada Rasul. Karena setiap perintah yang Tuhan berikan kepada

manusia merupakan sesuatu yang selalu baik dan tidak mungkin

Tuhan memerintahkan manusia kepada suatu hal yang tidak baik.

Tuhan tidak menghendaki kedurhakaan, perbuatan syirik, dan

kekafiran. Hal tersebut dilakukan manusia bukan atas irādah Tuhan

akan tetapi disebabkan oleh kemauan bebas yang telah Tuhan

anugerahkan kepada manusia.29

Hubungan irādah Tuhan dengan

perbuatan manusia dapat digambarkan sebagai berikut:

28

Muhammad as-Sayyid al-Julaynid, Qodiyyatu al-Khayr wa al-Syarr fi al-Fikri al-Islāmy,

h. 43 29

Joesoef Sou‟yb, Peranan Aliran ‘Itizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam,

Jakarta Pusat: Pustaka Alhusna, 1982, h. 77

Page 44: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

33

Gambar 1.2

Hubungan Irādah Tuhan dengan Perbuatan Manusia

Menurut Mu‟tazilah

Mu‟tazilah memperkuat pendapat-pendapatnya mengenai irādah

Tuhan dengan menggunakan dalil akal dan dalil naql. Pendapatnya

mengenai irādah Tuhan yang dibuktikannya dengan menggunakan

dalil akal adalah: Pertama, jika Tuhan telah menghendaki kekafiran

niscaya manusia tersebut akan kafir. Bayangkan jika Tuhan

menghendaki kekafiran pada seorang manusia, kemudian Ia

memerintahkannya agar jangan menjadi kafir. Ini merupakan sesuatu

yang mustahil bagi Tuhan. Kedua, jika kekafiran seorang yang kafir

itu dikehendaki oleh Tuhan maka orang tersebut tidak akan

memperoleh siksa. Justru ia akan memperoleh pahala karena telah

mentaati kehendak Tuhan.30

30

Joesoef Sou‟yb, Peranan Aliran ‘Itizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam, h. 79

Tuhan

Perbuatan Manusia

Kebaikan

Perintah

Page 45: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

34

Pengukuhan pendapatnya dengan menggunakan dalil naql

mengenai irādah Tuhan, sebagaimana tertera dalam Al-Qur‟an sūrah

al-Fushshilat ayat 46 berikut:

“Dan sekali-kali tidaklah Tuhan mu Menganiaya hamba-

hambaNya”.

Selain ayat di atas ada ayat lain yang menjelaskan bahwa Tuhan

tidak mungkin berbuat zalim kepada hamba-Nya yang tertera dalam

sūrah an-Nisā ayat 40, sebagai berikut;

“Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walau pun

sebesar Zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar Zarrah, niscaya Allah

akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang

besar”.31

Demikian ayat di atas menjelaskan bahwa Tuhan tidak mungkin

menyiksa hamba-Nya walaupun hanya sebesar biji Zarrah, bahkan

Tuhan melipatgandakan kebajikan yang diperbuat oleh hamba-Nya

walaupun hanya sebesar biji Zarrah.

2. Kebebasan Manusia

Dalam sistem teologi aliran Mu‟tazilah manusia dipandang

mempunyai daya yang besar dan bebas. Oleh karena itu, aliran ini

31

Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi Tentang Persamaan dan Perbedaan

dengan Al-Asy’ari, h. 102-103

Page 46: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

35

menganut paham Qadariyah atau free will. Aliran ini memiliki tulisan-

tulisan serta keterangan-keterangan yang mengandung paham bahwa

manusia memiliki kebebasan dalam perbuatannya dan manusia

berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, sehingga manusia harus

mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di akhirat kelak.32

Mereka menyatakan bahwa qodrat yang telah Tuhan berikan

kepada manusia tidak memiliki hubungan dengan irādah Tuhan. Jadi,

jika manusia melakukan sebuah perbuatan maka perbuatan tersebut

dilakukan atas kekuasaannya sendiri. Baik dan buruk berada di tangan

manusia bukan datang dari Tuhan. Segala daya dan upaya datangnya

dari manusia itu sendiri dan segala sesuatu perbuatan diciptakan

dengan kekuasaannya sendiri. Oleh karena itu pendapat aliran

Mu‟tazilah mengenai kebebasan manusia dalam berbuat identik

dengan pendapat aliran Qadariyah.33

Manusia menurut pandangan aliran Mu‟tazilah memiliki

kebebasan dalam perbuatannya. Karena perbuatannya terjadi, sesuai

dengan kehendak manusia itu sendiri. Jika manusia ingin melakukan

sesuatu, maka sesuatu itu akan terjadi. Sebaliknya, jika manusia tidak

ingin melakukan sesuatu maka sesuatu itu tidak akan terjadi. Apabila

Tuhan yang menciptakan perbuatan manusia, maka segala sesuatu

yang tidak diinginkan manusia akan diperbuatnya. Begitu pun

32

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 103 33

Abubakar Aceh, Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam), Jakarta: Tintamas, 1966, h. 49

Page 47: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

36

sebaliknya, sesuatu yang manusia inginkan tidak akan pernah terjadi

jika perbuatan manusia merupakan perbuatan Tuhan.34

Menurut aliran Mu‟tazilah gerak yang berada dalam diri manusia

terdiri dari dua jenis gerak yaitu gerak secara sadar dan gerak secara

tidak sadar. Gerak secara sadar adalah gerak yang tunduk kepada

kemauan dan kebebasan manusia, sedangkan gerak secara tak sadar

adalah gerak yang terjadi di luar kemauan dan kebebasan manusia.

Seperti halnya dalam bidang hukum, ada namanya pembunuhan

secara sengaja dan pembunuhan secara tidak sengaja. Oleh karena itu,

aliran ini memiliki prinsip kemauan bebas manusia serta gerak secara

sadar yang telah dilakukannya merupakan ciptaan dari kodratnya

sendiri bukan dari Tuhan. Sebab inilah manusia diberikan beban untuk

bertanggung jawab atas semua perbuatannya.35

Dalil al-Qur‟an yang memperkuat pendapat aliran ini bahwa

manusia memiliki pilihan atau kebebasan dalam perbuatannya

terdapat dalam sūrah al-Kahf ayat 29 sebagai berikut:

“Barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan

barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir".

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diberikan kebebasan

dalam memilih di antara dua pilihan di atas yaitu pilihan untuk

beriman atau untuk tidak beriman (kafir). 36

34

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 105 35

Joesoef Sou‟yb, Peranan Aliran Iktizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam, h. 83 36

Joesoef Sou‟yb, Peranan Aliran Iktizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam, h. 84

Page 48: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

37

b. Aliran Asy’ariyah

Nama Asy‟ariyah diberikan dalam aliran ini, karena Asy‟ariyah adalah

aliran yang mengikuti dan menganut ajaran imam Asy‟ari. Abu Musa al-Asy‟ari

adalah seorang tokoh yang mendirikan aliran ini. Ia lahir di Basrah pada tahun

260 H dan wafat pada tahun 324 H di Baghdad.37

Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap paham-paham yang dianut kaum

Mu‟tazilah, karena kaum Mu‟tazilah merupakan aliran yang membahas

persoalan teologi dengan mengandalkan kekuatan akal. Oleh karena itu, aliran

Asy‟ariyah ini menyelesaikan persoalan teologi tidak hanya dengan akal saja,

akan tetapi dengan al-Qur‟an dan hadits nabi Muhammad SAW.38

Aliran

Asy‟ariyah ini bisa disebut juga sebagai aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah

karena memiliki kesamaan di antara keduanya. Kesamaan di antara aliran

Asy‟ariyah dan Ahl Sunnah wa al-Jama‟ah ialah sama-sama mengemukakan

dalil dan alasan dengan menggunakan dalil akal dan naql. Jadi aliran ini tidak

menganggap akal sebagai hakim atas nas-nas agama dalam menta‟wilkan dan

melampaui ketentuan arti lahirnya, akan tetapi sebagai penguat arti dari nash

agama.39

Sebenarnya penyebutan Ahl al-Sunnah telah dipakai sebelum lahirnya aliran

Asy‟ariyah yaitu aliran yang memecahkan suatu peristiwa dengan mengambil

sumber dari al-Qur‟an dan hadits.40

Aliran ini, telah ada sejak zaman sahabat

hingga Tābi‟īn yang dikenal dengan sebutan Ahl al-Hadits. Oleh karena itu,

37

A. Kadir Sobur, “Teologi „Poros Tengah‟ Satu Kajian Terhadap Af‟al al-Ibād dalam

Pemikiran Kalam Al-Asy‟ari,” Media Akademika Forum Ilmu dan Budaya Islam Vol. 17, No. 3

(Juli 2002): h. 200 38

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 62 39

A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, Jakarta: PT Al-Husan Zikra, 2001, h. 111 40

A. Hanafi, Pengantar Theology Islam,, h. 114

Page 49: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

38

aliran Asy‟ariyah ini bukanlah aliran yang baru. Hal ini terjadi, karena pada

masa munculnya aliran Asy‟ariyah, nama Ahl al-Sunnah belum populer dan

terkenal di kalangan masyarakat.41

1. Hakikat Perbuatan

Asy‟ariyah menolak pendapat Mu‟tazilah yang mengatakan bahwa

Tuhan hanya menghendaki perbuatan baik saja, hal ini bertentangan dengan

kesepakatan kaum Muslimin yang meyakini apa yang dikehendaki Tuhan maka

akan terjadi dan apa yang tidak Tuhan kehendaki niscaya tidak akan terjadi.42

Dalam al-Qur‟an dijelaskan mengenai kehendak Tuhan sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Asy‟ariyah pada sūrah al-Insān ayat 30 berikut:

“Dan kamu tidak mampu menempuh jalan itu, kecuali bila dikehendaki

Allah.”

Tidak hanya ayat di atas saja yang menjelaskan bahwa kehendak Tuhan

meliputi segala yang ada di dunia ini, adapun beberapa ayat lain yang

menyatakan bahwa segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan niscaya akan

terwujud sebagaimana berikut: “Seandainya Aku kehendaki, niscaya Aku

berikan kepada setiap jiwa petunjuk untuknya” (QS. As-Sajdah: 13), “ Dan jika

Tuhan menghendaki, tentulah semua orang di bumi seluruhnya beriman” (QS.

Yūnus: 99), dan “Dan seandainya Allah kehendaki, maka tidaklah mereka

saling berbunuh-bunuhan” (QS. Al-Baqarah: 253). Maka telah dikabarkan

bahwa pembunuhan tidak akan terjadi jika Tuhan tidak menghendaki, akan

41

A. Hanafi, Pengantar Theology Islam,, h. 115 42

Abu al-Hasan al-Asy‟ari, Ajaran-Ajaran Asy’ari. Penerjemah: Afif Mohammad dan H.A.

Solihin Rasyidi, Bandung: Pustaka-Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung, 1986, h. 6

Page 50: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

39

tetapi bila telah dikehendaki maka akan dilakukannya. Ayat-ayat al-Qur‟an di

atas jelas menunjukkan bahwa jika Tuhan tidak menghendaki sesuatu, maka

sesuatu itu tidak akan terjadi.43

Termasuk perbuatan baik dan perbuatan buruk

yang dimiliki oleh manusia terwujud karena adanya kehendak dari Tuhan.

Gambar 1.3

Hakikat Perbuatan Manusia Menurut Asy‟ariyah

Uraian di atas dapat menyimpulkan bahwa perbuatan manusia pada

hakikatnya merupakan perbuatan Tuhan, menurut aliran Asy‟ariyah. Oleh

karena itu, aliran ini menolak pendapat yang dijelaskan oleh aliran Mu‟tazilah

bahwa manusia adalah pencipta bagi perbuatannya sendiri. Karena menurut

aliran Asy‟ariyah pendapat aliran Mu‟tazilah itu bertolak belakang dengan

Firman Tuhan dalam al-Qur‟an sūrah Hūd ayat 107 yaitu;

43

Abu Hasan al-Asy‟ari, Kitāb al-Luma’, T.tp.: T.pn., 1955, h. 58

Tuhan

Baik Buruk

Manusia

Perbuatan manusia

pada hakikatnya

merupakan perbuatan

Tuhan

Page 51: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

40

“Sesungguhnya Tuhan mu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia

kehendaki”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia tidak mempunyai kehendak

atau kemampuan dalam perbuatannya, karena segala perbuatannya berdasarkan

kepada kehendak Tuhan. Dengan demikian aliran ini mengatakan bahwa

perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan. Perbuatan baik maupun buruk,

keduanya merupakan ciptaan Tuhan. Hubungan kehendak Tuhan dengan

perbuatan manusia dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.4

Hubungan Kehendak Tuhan dengan Perbuatan Manusia Menurut Asy‟ariyah

Halnya keimanan dan kekafiran merupakan ciptaan Tuhan, sehingga

manusia mengetahui bahwasanya keimanan itu baik dan kekafiran itu buruk.

Bagaimana semisalnya jika bukan Tuhan yang menciptakan keimanan dan

kekafiran, maka pastilah orang kafir akan menganggap kekafiran itu sebagai

sesuatu hal yang baik dan keimanan sebagai sesuatu yang buruk. Kesimpulan

yang dapat diambil dari uraian di atas aliran Asy‟ariyah ini berpendapat bahwa

hakikat perbuatan sebenarnya adalah perbuatan Tuhan bukan manusia, karena

Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia. pada diri manusia akan tetapi

Perbuatan Manusia

Tuhan

Buruk Baik

Page 52: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

41

Tuhan lah yang menciptakan perbuatan manusia.44

Sedangkan daya yang

digunakan dalam perbuatan manusia adalah daya Tuhan dan bukan daya

manusia. Tuhan hanya memberikan satu daya untuk satu perbuatan yang telah

terjadi pada diri manusia dan untuk perbuatan yang lainnya dibutuhkan daya

yang lainnya pula.45

Iman Al-Asy‟ari menyebut perbuatan manusia dengan sebutan kasb.

Terjadinya kasb yang sebenarnya itu dengan perantaraan kekuatan yang

diciptakan pada orang yang memperoleh daya. Dengan demikian Al-Asy‟ari

berpendapat bahwa perbuatan manusia tidak diciptakan dengan dirinya sendiri,

akan tetapi diciptakan oleh Tuhan.46

2. Kebebasan Manusia

Dalam persoalan mengenai perbuatan manusia, aliran ini menyelesaikan

persoalan tersebut dengan menggunakan kasb. Kasb menurut paham Qadariyah

adalah perbuatan yang dilakukan atau yang dipilih oleh manusia itu sendiri.

Bukan ciptaan, kehendak dan keinginan Tuhan. Sedangkan menurut paham

Jabariyah, manusia tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan

perbuatannya dan tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Jadi paham ini

mengatakan bahwa segala gerak dan perbuatan yang dilakukan manusia pada

hakikatnya berasal dari Tuhan.47

Teori kasb ini digunakan oleh Asy‟ari untuk memecahkan persoalan

mengenai perbuatan manusia. Aliran ini, menyaksikan mengenai perbedaan

44

Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi Tentang Persamaan dan Perbedaan

dengan Al-Asy’ari, h. 103 45

Abu Hasan al-Asy‟ari, Kitāb al-Luma’, h. 57 46

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir,

Penerjemah: Abdul Ghaffar, Jakarta: Pustaka Azzam, 2014, h. 324 47

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir, h. 338

Page 53: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

42

pendapat antara aliran Jabariyah dan Qadariyah dalam persoalan perbuatan

manusia. Aliran Jabariyah mengatakan bahwa Tuhan yang menciptakan

perbuatan manusia dan manusia dipaksa dalam melakukan segala

perbuatannya. Dalam hal ini, manusia tidak diberikan kebebasan dan

kemerdekaan dalam perbuatannya. Sedangkan aliran Qadariyah memiliki

pendapat yang sebaliknya dari aliran Jabariyah. Pendapat aliran Qadariyah,

bahwa manusia yang telah menciptakan perbuatannya sendiri dengan daya

yang telah diberikan Tuhan. Sehingga manusia memiliki kebebasan dan

kemerdekaan dalam berkehendak dan tidak ada unsur paksaan di dalamnya.

Melihat hal ini, Asy‟ariyah tidak memihak kepada aliran manapun mengenai

persoalan perbuatan manusia. Justru aliran ini mengemukakan pendapatnya

sendiri mengenai persoalan perbuatan manusia dengan memilih jalan tengah di

antara kedua aliran tersebut. Pendapat Asy‟ariyah mengenai perbuatan manusia

adalah bahwa manusia tidak dapat menciptakan perbuatannya sendiri, akan

tetapi manusia dapat melakukan kasb.48

Imam al-Asy‟ari menyatakan bahwa kasb merupakan suatu perbuatan

yang terjadi dengan adanya daya baru. Dan orang yang melakukan sebuah

perbuatan dengan daya yang lama disebut fâ’il atau khāliq. Jika perbuatan itu

dilakukan dengan daya yang baru maka orang tersebut disebut dengan

muktasib.49

Yang di maksud dengan teori kasb yang diajukan oleh aliran Asy‟ariyah

dalam menyelesaikan persoalan perbuatan manusia disebut sebagai hak guna

pakai. Pokok pikiran di dalam teori kasb yang diajukan oleh aliran ini di

48

A. Kadir Sobur, “Teologi ‘Poros Tengah’ Satu Kajian Terhadap Af’al al-Ibād dalam

Pemikiran Kalam Asy’ari”, h. 203 49

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir, h. 339

Page 54: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

43

antaranya: ketika Tuhan menganugerahkan kodrat kepada manusia. Kodrat

tersebut merupakan milik mutlak bagi Tuhan, akan tetapi manusia memiliki

kebebasan dalam menggunakan kodrat yang telah Tuhan berikan dalam

perbuatannya. Sehingga manusia diberikan pertanggungjawaban atas

perbuatannya. Namun hak guna pakai tersebut dapat dicabut dalam beberapa

waktu. Seperti halnya cerita nabi Ibrahim yang dibakar dengan api, akan tetapi

api yang membakar tubuhnya tidak panas melainkan sebaliknya menjadi dingin

dan tidak membakarnya.50

Contoh yang lainnya mengenai teori kasb ini. Misalkan anda ingin

melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Ciamis. Ketika anda hendak

melakukan perjalanan tersebut, anda pasti akan memilih transportasi apa yang

akan anda kenakan apakah dengan mobil bus atau dengan kereta api. Setelah

anda menetapkan pilihan anda dengan menggunakan kereta api. Lalu anda

melakukan perjalanan dengan kereta api. Di dalam perjalanan tersebut anda

melakukan kegiatan seperti melihat pemandangan alam, tidur, makan dan lain

sebagainya. Dan akhirnya anda tiba di tujuan. Kodrat yang telah mengantarkan

anda dari Jakarta menuju Ciamis adalah kodrat kereta api bukan kodrat anda.

Anda dan orang lain akan menganggap bahwa yang berangkat adalah diri anda

bukan kereta. Kebenarannya yang telah berangkat itu bukan anda akan tetapi

kereta apinya. Sekalipun begitu anda memiliki hak guna pakai dengan

membayar ongkos perjalanan kereta api tersebut, sehingga gerak kereta api

tersebut identik dengan gerak yang telah anda lakukan secara keseluruhan.

50

Joesoef Sou‟yb, Peranan Aliran Iktizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam, h. 96

Page 55: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

44

Tanpa sadar, anda dan orang di sekitar anda akan menganggap bahwa anda

yang telah berangkat bukan keretanya.51

Ayat al-Qur‟an yang menggambarkan mengenai kejadian di atas terdapat

dalam sūrah al-Anfal ayat 17 sebagai berikut;

“Maka yang sebenarnya bukan kamu yang membunuh mereka, akan

tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar

ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar. (Allah berbuat

demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan

kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik”.

Kesimpulan dari pemikiran aliran Asy‟ariyah ini mengenai perbuatan

manusia bahwa manusia tidak mungkin menciptakan perbuatannya sendiri,

karena hanya Tuhan lah yang dapat menciptakan perbuatan manusia. Namun

manusia berkuasa dalam memperoleh daya yang diciptakan oleh Tuhan, akan

tetapi daya yang diperoleh manusia pada hakikatnya tidak menentukan

perbuatannya. Hal tersebut dapat digambarkan dalam contoh sebagai berikut:

ada dua orang yang akan mengangkat karung beras. Yang satu dapat

mengangkat karung beras tersebut, dan yang lainnya tidak dapat

mengangkatnya. Jika keduanya mengangkat satu karung beras tersebut secara

bersamaan, maka karung tersebut akan terangkat. Namun bukan berarti yang

tidak sanggup mengangkat karung tersebut tidak menyumbangkan tenaganya.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam satu perbuatan memiliki dua

pembuat yaitu Tuhan dan manusia, sehingga jelas terlihat berdasarkan contoh

51

Joesoef Sou‟yb, Peranan Aliran Iktizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam, h. 97

Page 56: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

45

di atas bahwa daya Tuhan lebih efektif dari pada daya manusia dalam

menciptakan perbuatan.

Asy‟ari menyetujui jika perbuatan manusia dan kasb adalah ciptaan

Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan merupakan pelaku sebenarnya dalam

menjadikan perbuatan-perbuatan manusia. Sedangkan manusia merupakan

tempat berlakunya perbuatan Tuhan. Dalam hal ini manusia bagaikan wayang

yang dikendalikan oleh dalangnya (Tuhan) atau dengan kata lain Tuhan

merupakan penggerak dan manusia merupakan badan yang digerakan. Sebab

badan yang bergerak menghendaki tempat yang bersifat jasmani, sedangkan

Tuhan mustahil memiliki tempat yang bersifat jasmani tersebut. Hal inilah

yang menyebabkannya memiliki pendapat yang sama dengan aliran Jabariyah.

Jadi menurut aliran Asy‟ariyah manusia tidak memiliki kebebasan dalam

berkehendak dan berbuat. Karena Tuhan memiliki kehendak dalam perbuatan

manusia.

Mengenai kehendak Tuhan, Asy‟ari menegaskan bahwa Tuhan

menghendaki segala sesuatu yang Ia kehendaki. Berikut ini adalah ayat yang

dipakai Asy‟ari dalam memperkuat pendapatnya yang tercantum dalam sūrah

al-Insān ayat 30 sebagai berikut;

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki

Allah”.

Dari ayat di atas jelas bahwa manusia tidak dapat menghendaki segala

sesuatu kecuali jika Tuhan telah menghendaki manusia akan sesuatu tersebut.

Manusia menurut aliran ini tidak memiliki kebebasan dalam kehendaknya

Page 57: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

46

untuk berbuat karena kehendak yang berada di dalam diri manusia tak lain

adalah kehendak Tuhan.52

Kesimpulannya, Tuhan menghendaki adanya perbuatan baik dan adanya

perbuatan buruk. Karena keduanya merupakan ciptaan Tuhan yang telah

dikehendaki. Seperti hal ayat di atas yang menyatakan bahwa jika Tuhan

menghendaki sesuatu maka sesuatu tersebut akan terwujud. Sebaliknya jika

Tuhan tidak menghendaki sesuatu, maka sesuatu itu tidak akan terwujud.

Perbuatan baik dan buruk ada karena irādah Tuhan.

52

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 110

Page 58: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

47

BAB III

BIOGRAFI DAN KARYA IBN TAIMIYAH

A. Riwayat Hidup Ibn Taimiyah

Ibn Taimiyah adalah seorang ulama besar yang terkenal dengan sebutan

Syaikh al-Islām, Mufti al-Umat. Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqīy al-Dīn

Abū al-Abbās Ahmad Ibn Syaikh al-Imām al-Allāmah Syīhāb al-Dīn Abī al-Mahāsīn

Abd al-Halīm Ibn Syaikh al-Imām al-Allāmah Syaikh al-Islām Majd al-Dīn Abī al-

Barakat Abd al-Salām Ibn Abī Muhammad Abd Allāh Ibn Abī al-Qāsim al-Khidr Ibn

Muhammad ibn al-Khidr ibn Alī Ibn Abd Allāh Ibn Taymiyah al-Harāni.1

Asal mula sebutan “Taimiyah” pada namanya berasal dari perjalanan yang

ditempuh oleh kakeknya yang bernama Muhammad al-Khidr ke Mekkah untuk

melaksanakan ibadah haji dengan melewati jalan Taima‟. Setelah melakukan ibadah

haji, Muhammad al-Khidr kembali ke rumah dan mendapati istrinya telah melahirkan

seorang anak perempuan. Anak perempuan itu diberi nama Taimiyah oleh

Muhammad al-Khidr untuk mengenang jalan yang telah dilaluinya ketika

melaksanakan ibadah haji, sedangkan keturunan Taimiyah disebut dengan Ibn

Taimiyah.2

Ahmad Taqīyuddîn atau yang biasa dikenal dengan sebutan Ibn Taimiyah

adalah seorang putra dari keluarga Syria kelahiran Haran. Ibn Taimiyah dilahirkan

pada hari Senin tanggal 10 Robiul Awal 661 H atau 22 Januari 1263 M di Haran

1Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Tasawuf, Bandung: Angkasa, 2008, h.

546 2 Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah wal-Jama’ah, Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, 2008,

h. 296

Page 59: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

48

sebelah timur laut Negara Turki, merupakan tempat yang menjadi pusat terpenting

agama-agama di dunia. Pada saat kelahirannya, terjadi penyerbuan tentara Mongol ke

negara-negara Islam di Timur Tengah yang dipimpin oleh Jendral Hulako setelah

kurang lebih dari tiga tahun. Karena situasi perang ini, Ibn Taimiyah dan ayahnya

menjadi buronan para tentara Mongol. Oleh karena itu, Ibn Taimiyah dibesarkan oleh

ayahnya dengan berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya.3

Ibn Taimiyah dikenal sebagai orang yang sangat menghargai waktu. Ia adalah

orang yang memiliki rasa tidak puas terhadap berbagai bidang pengetahuan. Buku

merupakan temannya di setiap tempat dan waktu. Oleh karena itu, Ibn Taimiyah

memiliki perbedaan saat kecil dengan anak-anak yang lain pada masanya. Anak-anak

yang lainnya senang bermain-main, sedangkan Ibn Taimiyah tidak suka bermain-

main karena ia lebih menyukai belajar dan menghafal kitab yang dapat memberikan

manfaat baginya. Sehingga tidak mengherankan jika ia telah menghasilkan fatwa-

fatwa serta mengajar di usianya yang masih muda.4

Ayahnya bernama Syihāb al-Dīn Abd Halīm Ibn Abd al-Salām. Ia dilahirkan

di Haran pada tahun 627 H. Abd al-Halīm bin Abd al-Salām Syihābuddīn ini pertama

kali belajar mengenai mazhab Hanbali dari ayahnya yaitu Abdussalam. Selain dari

ayahnya, ia juga belajar kepada beberapa guru lainnya. Ia mendalami mazhab

Hanbali dan menguasainya,5 sehingga ia menjadi seorang ulama dalam madzhab

Hanbali. Selain ulama, ia merupakan seorang khatib dan imam besar di masjid Agung

3 Ibnu Taimiyah, Pedoman Islam Bernegara. Penerjemah: K.H. Firdaus A.N., Jakarta: PT

Bulan Bintang, 1989, h. 243 4 Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf. Penerjemah: Masturi Ilham dan Asmu‟I Taman,

Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006, h. 781 5 Muhammad Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, Penerjemah: M. Khaled Muslih, Imam

Awaluddin, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005, h. 204

Page 60: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

49

Damaskus. Peranan Syihāb al-Dīn dalam ranah pendidikan adalah mengajar sebagai

dosen Tafsir dan Hadits serta menjadi direktur di lembaga pendidikan Islam madzhab

Hanbali. Ia wafat pada tahun 683 H di Damaskus.

Ibn Taimiyah tumbuh sebagai seorang pengajar tradisi Hanbali yang sangat

menekankan kajian-kajian literalis terhadap nash-nash agama. Corak kepribadiannya

yang digabungkan dalam kondisi umat Islam masa itu yaitu disintegrasi politik Islam,

yang melahirkan sikap tegar dalam setiap pemikiran Ibn Taimiyah. Karya-karya yang

dipandang radikal telah lahir dari tangan Ibn Taimiyah mengenai seluruh pondasi

pemikiran Islam yang menurutnya sudah tidak didasari oleh al-Qur‟an maupun

Hadits. 6

Ibn Taimiyah adalah orang selalu mengikuti Sunnah Nabi Muhammad Saw.

Namun ada satu Sunnah Nabi yang belum ia laksanakan yaitu menikah. Dalam

berbagai sumber yang membahas mengenai riwayat hidup Ibn Taimiyah, tidak ada

cerita bahwa ia telah menikah. Hal ini disebabkan, karena kesibukannya yang telah ia

lakukan sepanjang hidupnya dengan melakukan perdebatan satu ke perdebatan yang

lainnya, dari berperang di satu tempat ke tempat lainnya, dan masuk penjara beberapa

kali.

Ibn Taimiyah diberi hukuman ditahan dalam penjara oleh raja Naser karena

mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh Nabi

beserta para sahabatnya dan tidak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang telah

diajarkan para ulama. Karena tuduhan inilah Ibn Taimiyah ditahan. Ia tidak hanya

6 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam: Dari Khawārij ke Buya Hamka

Hingga Hasan Hanafi, h. 187

Page 61: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

50

sekali saja merasakan hidup di tahanan, akan tetapi ia telah masuk penjara selama tiga

kali. Setelah ia merasakan siksaan batin yang amat pedih yang menyebabkan kondisi

badannya lemah dan termakan oleh usia. Ibn Taimiyah jatuh sakit di dalam penjara

dan tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Ia jatuh sakit selama 20

hari sampai akhirnya ia wafat pada tanggal 27 Syawal 728 H di dalam penjara.7

B. Perjalanan Intelektual

Di usianya yang ke-enam tahun, Ibn Taimiyah beserta kedua saudaranya

dibawa oleh ayahnya ke Damaskus untuk menghindar dari kejaran para tentara

Mongol. Di Damaskus, Ibn Taimiyah mendalami serta mempelajari berbagai macam

cabang pengetahuan keislaman dari para ulama yang berada di sana.8

Di usia tujuh tahun, Ibn Taimiyah mengawali perjalanan intelektualnya di

Damaskus. Di Damaskus ini, Ibn Taimiyah belajar di beberapa madrasah yang

diselenggarakan para penganut madzhab Hanbali. Madrasah-madrasah yang didirikan

oleh penganut madzhab Hanbali di antaranya adalah madrasah Jauziyah, madrasah

Umariyyah, serta madrasah Sukariyyah. Madrasah Sukariyyah ini dipimpin oleh

ayahnya sendiri dan di madrasah ini Ibn Taimiyah mengawali perjalanan

intelektualnya.9

Ibn Taimiyah mulai mempelajari agama dengan belajar membaca dan

menghafal al-Qur‟an. Selain membaca dan menghafal al-Qur‟an, Ibn Taimiyah

7 Ibnu Taimiyah, Pedoman Islam Bernegara, h. 245-246

8 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan,

1992, h. 384 9 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam: Dari Khawārij ke Buya Hamka

Hingga Hasan Hanafi, h. 186

Page 62: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

51

membaca kitab-kitab Hadits. Ia mempelajari al-Kutub al-Sittah, Mu’jam al-Tabrānī,

dan Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal secara berulang-ulang. Semua Hadits yang

telah ia baca berulang-ulang tidak pernah dilupakan dalam ingatannya, sehingga

pengetahuan Ibn Taimiyah mengenai Hadits diakui banyak ulama. Selain belajar

mengenai Hadits, Ibn Taimiyah belajar mengenai Fiqh dan Ushul Fiqh pada ayahnya

dan belajar tata bahasa Arab dari Ibn al-Qāwi (seorang penulis kitab Iqd al-Farīd).10

Sumber pengetahuan Ibn Taimiyah didapatkan pertama kali oleh Ayahnya.

Selain ayahnya yang memberikan ilmu, adapun beberapa ulama yang menjadi guru

bagi Ibn Taimiyah di antaranya; Zainuddin al-Mukaddasi, Najmuddin Ibn „Askar, dan

ulama-ulama lainnya yang berada di Damaskus.11

Selain mencari ilmu di Damaskus, Ibn Taimiyah pernah menuntut ilmu

selama enam tahun di Bagdad. Guru-guru yang pernah mengajarnya antara lain:

pertama, Syams al-Dīn Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Ahmad al-Maqdisī. Ia

adalah seorang ahli fiqh dan seorang hakim agung pertama dikalangan mazhab

Hanbali di Syiria. Kedua, Muhammad ibn Abd al-Qāwī ibn Badrān al-Maqsidī al-

Mardawī. Ia adalah seorang ahli hadits, fiqh, tata bahasa Arab, mufti (penasehat

hukum), serta pengarang terkenal pada zaman itu. Ketiga, Al-Manja‟ ibn Utsmān ibn

As‟ad al-Tanawwukhī. Ia adalah seorang ahli hadits, fiqh, tafsir, dan tata bahasa

Arab. Keempat, Muhammad ibn Ismā‟īl ibn Abī Sa‟d Asy-Syaybānī. Ia merupakan

seorang ahli hadits, tata bahasa, sekaligus sastrawan, sejarawan, dan kebudayaan.

Kelima, Zaynab binti Makkī al-Harrānī. Ia merupakan seorang ahli fiqh perempuan

10

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Tasawuf, h. 546 11

Ibnu Taimiyah, Pedoman Islam Bernegara, h. 243

Page 63: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

52

yang terkenal dengan pengetahuan dan kesalehannya. Keenam, Syams al-Dīn al-

Asfahānī al-Syâfi‟ī. Ia adalah seorang ahli atau pakar dalam bidang ushul fiqh dalam

mazhab Syafi‟i. Ketujuh, Abd al-Rahīm ibn Muhammad al-Baghdādī. Ia merupakan

seorang ahli di bidang Hadits dan Fiqh.

Ibn Taimiyah juga telah membaca beberapa karya dari para ahli tasawuf di

antaranya: kitab Risālat al-Qusyayriyyah yang merupakan karangan dari Imām al-

Qusyasyari, kitab Qūt al-Qulūb fi Mu’āmalat al-Mahbūb merupakan kitab dari

karangan Abū Tālib al-Makkī, kitab Ihyā Ulūm al-Dīn merupakan kitab karangan dari

Imam al-Ghāzalī, kitab Awārif al-Ma’ārif merupakan karangan dari al-Suhrawardî,

dan kitab Fusūs al-Hikam karangan dari Ibn Arabī. Ia tidak hanya membacanya saja,

akan tetapi mengamalkannya jika tema-tema dalam tasawuf itu sesuai dengan al-

Qur‟an dan as-Sunnah serta mengkritiknya apabila dianggapnya bertentangan dengan

al-Qur‟an dan al-Sunnah.12

Ketekunan dan kerajinannya dalam belajar membuat Ibn Taimiyah berpikir

dan menulis yang mengantarkannya sebagai sosok ulama yang memiliki pemikiran

yang luas dan mendalam. Ia merupakan ulama yang berani dan tidak pernah takut jika

apa yang dipandangnya benar. Lidah dan penanya menjadi senjata tajam untuk

mengkritik paham agama dalam berbagai bidang yakni bidang teologi, tasawuf,

filsafat, dan fiqh yang dianggapnya bid‟ah dan tidak sesuai dengan dalil-dalil al-

Qur‟an maupun hadits. 13

12

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Tasawuf, h. 547 13

M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya Hamka

Hingga Hasan Hanafi, h. 186

Page 64: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

53

Dari kecil Ibn Taimiyah terkenal rajin dalam menghadiri beberapa diskusi-

diskusi ilmiah di zamannya. Pada usia tujuh belas tahun, kegiatan ilmiahnya mulai

tampak. Pada umur Sembilan belas tahun, Ibn Taimiyah telah menyelesaikan

pendidikannya dan mulai mengarang dan memberi fatwa.

Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1282 M, Ia telah menjabat sebagai

seorang Professor dalam ilmu hukum madzhab Hanbali. Ia juga mengajar Tafsir al-

Qur‟an di setiap hari Jum‟at secara mendalam dan menarik perhatian jama’ah secara

umum. Karena mempunyai pengetahuan yang sangat luas dalam berbagai bidang

keilmuan terutama mengenai penafsiran al-Qur‟an, ilmu hadits, ilmu fiqh , dan ilmu

ketuhanan atau ketauhidan beserta cabang-cabangnya, ia mempertahankan paham

ulama Salaf dan sahabat-sahabatnya yang pada saat itu jarang mendapat perhatian

baik dari ahli ulama maupun ahli fiqh pada masanya. Oleh karena kecerdasan dan

kepintaran yang dimilikinya, ia mampu menarik perhatian umat atas pemikirannya.

Ibn Taimiyah mendapat serangan dari para ulama yang membencinya dan menjadi

musuhnya. Serangan tersebut terjadi di setiap pengajian pada hari Jum‟at. Karena

pengajian tersebut merupakan pengajian terbuka dan bebas dalam melontarkan

pendapat-pendapat.14

Pada tahun 691 H/ November 1292, ia melakukan ibadah haji. Selain

melakukan ibadah haji, ia telah memperkenalkan dirinya pada ulama-ulama besar

yang berada di Mekkah. Setelah ia pulang dari Mekkah ke Damaskus pada 692 H/

Februari 1293, ia membawa sebuah karya yang ia tulis selama melakukan perjalanan

dalam ibadah haji. Karyanya itu dikenal dengan sebutan Manāsik al-Hadjdj, di

14

Abubakar Aceh, Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam), h. 90

Page 65: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

54

dalamnya berisi celaan terhadap beberapa bid‟ah yang ada dalam pelaksanaan ibadah

haji.15

Selain ilmu dan amalnya, ia juga memiliki sifat-sifat yang baik dan berani

dalam mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Karena keberaniannya ini, ia mendapat

gelar Muhyis Sunnah padahal umurnya belum sampai 30 tahun.16

Pada Rabi‟ul Awal 699 H/1299 M, ia pergi ke Mesir untuk menerima

pertanyaan yang berasal dari Hammah mengenai sifat-sifat Tuhan. Kemudian ia

menjawab pertanyaan ini dalam bentuk fatwa dengan alasan-alasan yang cukup jelas.

Jawaban tersebut mengakibatkan para ahli ulama terutama Syafi‟ī marah dan ingin

menyerangnya, karena jawaban yang dikemukakannya tidak sejalan dengan

pemikiran para ulama yang sebelumnya. Hal ini mengakibatkan Ibn Taimiyah

kehilangan jabatannya sebagai seorang Professor. Namun Ibn Taimiyah tidak merasa

sedih dengan kehilangan jabatannya tersebut, karena baginya jabatan itu tidak

penting. Baginya yang terpenting adalah tidak kehilangan keyakinan dan pribadi.17

Namun tidak semuanya dari kalangan para ulama tidak menyetujui

jawabannya. Masih banyak dari kalangan para ulama yang mengakui bahwa Ibn

Taimiyah merupakan orang yang alim, bahkan orang yang tidak sepaham dengannya

menganggap ia sebagai orang yang alim. Salah satunya adalah Syekh Kamaluddīn ibn

Zamlakanī seorang penganut madzhab Syafi‟ī yang selalu mengomentari fatwa-fatwa

Ibn Taimiyah. Karena ia selalu menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang

15

The Encyclopedia of Islam vol. III, (Leiden: E. J. Brill, 1979), h. 951 16

Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan

Perkembangannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, h. 279 17

Abubakar Aceh, Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam), h. 91

Page 66: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

55

belum mereka ketahui dari guru-guru mereka. Demikian Ibn Taimiyah dipandang

oleh para ulama yang memiliki pemahaman yang berbeda sebagai orang yang alim.18

Walaupun ia memiliki masalah kepada golongan Syafi‟ī di Mesir, tetapi ia

dipercayai untuk menerima tugas yang sangat berat yaitu ikut berpartisipasi dalam

perang Sabil atau perang Jihad melawan bangsa Mongol. Dalam peperangan ini, ia

mendapatkan kemenangan yang luar biasa dalam menghadapi bangsa Mongol yang

berada di Shakab. Selain melawan bangsa Mongol, ia juga melawan rakyat Djabal

Kasrawan dan menghancurkan golongan-golongan yang percaya terhadap kesaktian

Alī bin Abī Thālib pada tahun 1305 M.19

Namun setelah ia pulang dari perang, ia mendapatkan kabar bahwa telah

dilakukan lima pertemuan dengan para pembesar negara yang dipimpin oleh Kadhi

Syafi‟ī di dalam istana Sultan. Pertemuan itu membahas mengenai dirinya yang

berbahaya bagi agama dan kepentingan negara, sehingga Sultan memberi keputusan

untuk memenjarakan Ibn Taimiyah beserta kedua saudaranya selama setengah tahun.

Untuk kedua kalinya Ibn Taimiyah dipenjarakan karena karangannya mengenai ke-

Esaan Tuhan yang menyebabkan ia dimusuhi oleh para pengikut Kadhi yang

berkuasa saat itu yaitu Syafi‟i. Ia masuk penjara selama setengah tahun di Mesir.

Namun kegiatannya dalam penjara tidak hanya menulis tentang pemikirannya saja,

akan tetapi ia memiliki kesempatan untuk mengajar di dalam penjara mengenai

agama Islam sesuai dengan pahamnya. Oleh karena itu, para penghuni penjara

merupakan pengikut setia baginya. Setelah keluar dari penjara, ia dicari kembali dan

18

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, h. 384 19

Abubakar Aceh, Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam), h. 91

Page 67: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

56

dijebloskan ke dalam penjara selama delapan bulan di Alexandria. Sesudah keluar

dari penjara untuk ke sekian kalinya, ia kembali ke Kairo dan diberikan perintah oleh

Sultan an-Nasir untuk menyampaikan beberapa fatwa. Namun Ibn Taimiyah menolak

perintah tersebut. Karena Ibn Taimiyah telah menyadari hal tersebut merupakan

rencana untuk menjelek-jelekkan namanya dan memperbanyak musuhnya. Oleh

karena itu, ia menolak perintah Sultan. Walaupun Sultan an-Nasir menawarkan

jabaratan Professor kepadanya di sebuah perguruan tinggi yang dipimpin oleh putra

mahkotanya.

Dan terakhir, ia dipenjarakan di Damaskus atas perintah Sultan selama dua

tahun lebih di dalam istananya. Ia tidak merasa sedih selama di dalam penjara, karena

ia masih bisa menulis semua pemikirannya untuk orang yang memerlukannya. Di

antara kitab-kitabnya adalah Ma’āruf al-Wusūl, Raf al-Malam dan kitab al-Radd ala

al-Ikhna’i.20

Namun musuh-musuhnya telah mengetahui kegiatan yang dilakukan

oleh Ibn Taimiyah di dalam penjara, sehingga pada 9 Djumada II 728 H/ 21 April

1328 M adanya keputusan dari Sultan berupa larangan memberikan semua kitab,

tinta, dan kertas kepada Ibn Taimiyah. Hal tersebut membuat ia sedih dan jatuh sakit

selama 20 hari. Setelah 20 hari jatuh sakit, ia meninggal pada senin 20 Zulkaedah 728

H/27 September 1328 M.21

Walaupun Ibn Taimiyah telah wafat, akan tetapi banyak dari murid-muridnya

yang menyebarkan ilmu serta pendapat-pendapatnya. Di antara muridnya yang

terkenal adalah Imam Ibn Al-Qayyim al-Jauziyah. Ia adalah murid Ibn Taimiyah

20

The Encyclopedia of Islam vol. III, h. 953 21

Abubakar Aceh, Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam), h. 92-93

Page 68: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

57

yang menimba ilmu banyak darinya dan telah menciptakan beberapa buku terkenal.

Murid Ibnu Taimiyah yang lainnya adalah Al-Hāfidz Al-Muhaqqīq Abū Abillah

Muhammad bin Ahmad Al-Muqaddisī Al-Hambali As-Shālihi. Ia juga merupakan

murid yang cukup lama belajar kepada Ibnu Taimiyah. Ia juga memiliki karya yang

bermanfaat yaitu Al-Uqūd Ad-Durriyyah min Manāqib Syaikhil Islām Ahmad bin

Taimiyah. Selanjutnya adalah Al-Hāfidz Sirajuddīn Abū Hafs Umar bin Alī Al-Azji

Al-Baghdādī. Ia merupakan murid dari Ibnu Taimiyah juga. Ia telah menulis buku

dengan judul “Al-A’lam Al-‘illiyah fi Manāqib Ibnu Taimiyah”. Selanjutnya, Al-

Hāfidz Syamsuddīn Abū Abdillah Muhammad bin Utsmān Adz-Dzahābī Ad-

Dimasyqī. Ia adalah murid yang belajar kepada Ibnu Taimiyah hingga mendapat

ijazah. Ia menulis beberapa karya yang sangat bermanfaat, diantaranya: Tarīkh Al-

Islām, Siyar A’lam An-Nubala’, dan Mīzan Al-I’tidal fi Naqd Ar-Rijāl. Murid yang

lainnya adalah Al-Hāfidz Abū Al-Fath Ibnu Sayyid An-Nās Al-Ya‟murī Al-Misrī.

Kemudian, Al-Hāfidz Alamuddīn Al-Qasīm bin Muhammad Al-Barzāni. Ia adalah

seorang tokoh terbesar dalam bidang Hadits Syam. Kemudian, Abu Al-Hajjaj Yūsuf

bin Az-Zakī. Ia adalah seorang guru bagi para ulama Jarh wa Ta’dil. Selain sebagai

guru, ia merupakan seorang ahli hadits dan mengarang buku dengan judul “Tahdzīb

Al-Kamāl fi Asmāi Ar-Rijāl”.22

Masih banyak murid Ibnu Taimiyah yang lainnya

yang tidak dapat disebutkan secara rinci.

22

Muhammad al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h. 216

Page 69: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

58

Walaupun pemikiran Ibn Taimiyah di zamannya dianggap aneh oleh para

ulama bahkan ditolak. Akan tetapi di masa-masa selanjutnya, pemikirannya dipakai

oleh beberapa tokoh-tokoh terkenal.23

C. Karya-Karyanya

Karya Ibn Taimiyah ini memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan

karya-karya lainnya. Ciri-ciri karyanya di antaranya: pertama, karyanya banyak

menggunakan dalil al-Qur‟an, Hadits, dan pendapat Salaf yang telah diriwayatkan

oleh para sahabat dan para imam mujtahid dari berbagai tren pemikiran dalam

menyelesaikan segala persoalan-persoalan yang dibicarakan. Kedua, penjelasan ide

pemikiran dalam karyanya tidak terlalu rumit dan membingungkan. Semuanya

dijelaskan dengan jelas baik dalam bahasa maupun pemahaman yang terkandung di

dalamnya. Ketiga, kedalaman pemikiran yang dituang olehnya dalam karyanya

mengandung renungan-renungan yang membuat pembaca dapat menguasai dan

membandingkan seluruh makna yang mungkin muncul dari kata-kata yang terdapat

dalam karyanya tersebut.24

Pemikiran-pemikiran Ibn Taimiyah tertulis pada semua karyanya dalam

bentuk buku. Ide serta pemikiran Ibn Taimiyah tidak akan pernah terputus justru

berkembang hingga saat ini, karena banyak sekali para peneliti yang ingin memahami

karyanya secara lebih mendalam. Karangan-karangannya yang dapat ditemukan oleh

penulis, terutama yang berkaitan dengan aqidah antara lain:

23

Muhammad al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h. 385 24

Muhammad al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h. 219

Page 70: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

59

1. Muwāfaqah Sharīh al-Ma’qūl li Shahīh al-Manqūl. Kitab ini membahas

mengenai kedudukan nash al-Qur‟an dan Hadits yang berkaitan dengan

akal dan logika.

2. Al-Jawāb al-shahīh Liman Baddala Dina al-Masīh. Kitab ini membahas

mengenai bantahan Ibn Taimiyah terhadap keyakinan orang-orang

Nasrani.

3. Majmû’ Fatāwa Syaikh al-Islām Ibn Taimiyah. Kitab ini merupakan karya

monumental yang telah diciptakan oleh Ibn Taimiyah terdiri dari 30 Juz.

Kitab ini merupakan kitab kumpulan fatwa-fatwa yang ditulis oleh Ibn

Taimiyah dalam seluruh kajian atau disiplin ilmu keislaman.

4. Al-Īman. Kitab ini menjelaskan mengenai konsep iman dan hal-hal yang

berkaitan dengan iman. Dalam kitab ini juga Ibn Taimiyah mengkritik

beberapa aliran dalam teologi seperti Murjiah dan Mu‟tazilah mengenai

Iman.

5. Al-Iqtidâ’ al-Shirāth al-Mustaqīm. Kitab ini membahas mengenai bid‟ah

dan sunnah.

6. Al-Furqān baina al-Haqq wa al-Bāthil. Kitab ini menjelaskan mengenai

perbedaan antara yang haq dan yang bathil.

7. Al-Aqīdah al-Wāsithiyah. Kitab ini membahas mengenai aqidah dan

masalah yang membuat aqidah tersebut menjadi rusak. Selain membahas

mengenai masalah aqidah, kitab ini juga membahas mengenai ziarah

kubur, tawasul, dan lain sebagainya.

Page 71: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

60

8. Al-Amr bil Ma’rūf wa al-nahy ‘an al-munkar. Kitab ini membahas

mengenai kewajiban seorang muslim untuk melaksanakan amar ma’rūf

nahy mungkar, serta membahas bagaimana jalannya amar ma’rūf nahi

mungkar sesuai dengan pedoman kita yaitu al-Qur‟an dan Hadits.

9. Al-Hasanah wa Al-Sayyi’ah. Kitab ini membahas mengenai asal kebaikan

dan keburukan dalam diri manusia. Selain itu, kitab ini membahas

mengenai definisi dari al-Hasanah wa al-Sayyi’ah serta perbedaan

keduanya.

10. Qāidah Ahl Sunnah wa Al-Jama’ah. Kitab ini membahas mengenai kritik

atas ahli bid‟ah yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam

dengan berdasarkan dalil Qur‟an dan Hadits.

11. Mukhtarat Iqtidha’ Ash-Shirāthal Mustaqīm. Kitab ini membahas

mengenai bahaya meniru atau mengikuti kaum kafir dalam tradisi, adat

dan kebiasaan mereka, cara berpakaian, bahasa, hari-hari peringatan

mereka, dan lain sebagainya.

12. Minhāj al-Sunnah. Kitab ini adalah kitab yang diciptakan oleh Ibn

Taimiyah untuk membantu orang Muslim dalam menentukan manhajnya

yang sesuai dengan al-Qur‟an dan Sunnah. Serta menjauhi kaum Muslim

dari golongan-golongan yang sesat.

13. Risālah al-Aqīdah al-Isfahāniyah. Kitab ini membahas mengenai tauhid

khususnya masalah keimanan dan makna iman menurut al-Isfahaniyah.

14. Al-Ubūdiyah. Kitab ini menjelaskan mengenai masalah hubungan manusia

dengan Tuhannya.

Page 72: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

61

15. Risālah fi Aqīdah al-Asy’ariyah wa Aqīdah al-Maturidiyah. Kitab ini

membahas mengenai ajaran dalam aqidah Asy‟ariyah dan Maturudiyah.

16. Ulūm at-Tafsīr. Kitab ini membahas tentang ulumul Qur‟an.

Pemikiran Ibn Taimiyah dalam karya-karyanya banyak sekali digemari oleh

beberapa peneliti dalam menulis sebuah penelitian. Banyak karya Ibn Taimiyah yang

telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar memudahkan kita dalam

memahami pemikirannya. Karya-karya Ibn Taimiyah yang telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia di antaranya:

1. Majmû’ Fatāwa Syaikh al-Islām Ibn Taimiyyah

2. Al-Hasanah wa Al-Sayyi’ah.

3. Al-Amr bil Ma’rūf wa al-nahy ‘an al-munkar.

4. Al-Īman

5. Al-Aqīdah al-Wāsithiyah.

6. Qāidah Ahl Sunnah wa Al-Jama’ah.

7. Mukhtarat Iqtidhā’ Ash-Shirāthal Mustaqīm

8. Minhāj al-Sunnah

Menurut beberapa sumber, karya Ibn Taimiyah terdiri dari 300 kitab yang

meliputi masalah tafsir, fiqh, retorika, serta fatwa-fatwa yang merupakan kumpulan

atas pertanyaan masyarakat pada zaman tersebut yang tidak ia jawab di depan hakim.

Selain itu, ia juga melakukan kritik atas berbagai masalah, seperti: tasawuf, filsafat,

ziarah kubur, tawwasul, dan lain sebagainya.25

25

Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan

Perkembangannya, h. 281

Page 73: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

62

Ajaran-ajaran Ibn Taimiyah dalam karya-karyanya bersandar berdasarkan al-

Qur‟an dan Hadits. Ia akan menyerang dan mengkritik semua pemikiran-pemikiran

para Mutakallim, Sufi, dan Failasuf yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran al-

Qur‟an dan Hadits. Inilah yang membuat Ibn Taimiyah memiliki banyak musuh dan

banyak pengikutnya. Murid-murid yang ia didik merupakan murid-murid yang

terkemuka. Ajarannya telah meluas dari Mesir hingga ke Indonesia.26

26

Ibnu Taimiyah, Pedoman Islam Bernegara, h. 249

Page 74: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

63

BAB IV

PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN TAIMIYAH

A. Perbuatan Manusia Menurut Ibn Taimiyah

Perbuatan manusia merupakan persoalan yang sering diperdebatkan berbagai

aliran dalam ilmu kalam. Beberapa dari mereka memiliki pendapat bahwa

manusia merupakan pencipta bagi perbuatannya dan Tuhan tidak ikut campur di

dalamnya, sehingga manusia memiliki kebebasan dalam perbuatannya. Sebagian

lainnya memiliki pendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan dalam

perbuatannya, sehingga Tuhan membantunya dalam melakukan setiap tindak

lakunya. Bagaimana perbuatan manusia menurut Ibn Taimiyah? Ibn Taimiyah

menyelesaikan persoalan kalam mengenai perbuatan manusia dengan mengambil

jalan tengah dari pendapat-pendapat yang diungkapkan oleh para teolog Islam

yakni Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Namun apakah jalan tengah yang diambil oleh

Ibn Taimiyah akan sama seperti jalan tengah yang di kemukakan oleh Imam

Asy’ari yang akhirnya terjerumus ke dalam paham yang mengatakan bahwa

manusia tidak memiliki kebebasan dalam perbuatannya karena hanya Tuhan yang

berkehendak atas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.

Jalan tengah yang diungkapkan oleh Ibn Taimiyah dapat dilihat dari

pemikirannya mengenai persoalan perbuatan manusia. Ibn Taimiyah menyetujui

pendapat yang diungkapkan oleh aliran Asy’ariyah bahwa perbuatan manusia

merupakan ciptaan Tuhan, akan tetapi Ibn Taimiyah tidak sependapat dengan

aliran ini mengenai peniadaan hakikat dari perbuatan manusia. Dan Ibn Taimiyah

Page 75: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

64

juga menyetujui pendapat aliran Mu’tazilah yang mengatakan bahwa perbuatan

manusia pada hakikatnya adalah perbuatan manusia itu sendiri, akan tetapi ia

tidak sependapat dengan aliran Mu’tazilah bahwa Tuhan tidak menciptakan

perbuatan manusia.1

Mengenai persoalan perbuatan manusia ini Ibn Taimiyah meyakini bahwa

manusia tidak dipaksa dalam berbuat dan tidak bebas secara mutlak dalam

perbuatannya. Ibn Taimiyah yakin bahwa yang menciptakan perbuatan manusia

adalah Tuhan. Ia menolak keyakinan dari aliran Asy’ariyah bahwa manusia

terpaksa dan tidak memiliki kebebasan dalam perbuatannya, sehingga

perbuatannya bersifat majazi bukan yang sebenarnya. Dan menolak keyakinan

Mu’tazilah bahwa manusia merupakan pencipta bagi perbuatannya sendiri. Dan

kehendak Tuhan tidak ikut campur dalam penciptaan perbuatan manusia.2 Karena

dalam diri manusia terdiri dari perbuatan baik dan perbuatan buruk, sedangkan

kehendak Tuhan hanya kepada kebaikan saja.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ibn Taimiyah mengambil jalan tengah di

antara pandangan aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah mengenai perbuatan

manusia.3 Ibn Taimiyah adalah orang yang menolak pendapat Asy’ariyah yang

menyelesaikan persoalan perbuatan manusia dengan menggunakan teori kasb atau

perolehan. Jalan tengah yang telah dikemukakan oleh imam Asy’ari ini berbeda

dengan jalan tengah yang dimiliki Ibn Taimiyah mengenai perbuatan manusia.

1 Syafrial N, “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, h. 89

2 Syamsul Hadi Untung dan Nofriyanto, “ Al-Imām Ibn Taimiyah wa Arauhu fi Al-Qadaya al-

Aqāidiyyah”, Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 14, No. 1 (Maret

2016): h. 132 3 A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, Jakarta: PT al-Husna Zikra, 2001, h. 131

Page 76: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

65

Menurut Ibn Taimiyah, manusia memiliki kehendak dan kekuasaan dalam

melaksanakan segala apa yang diperintahkan Tuhan kepada hamba-Nya. Jadi,

pendapat Ibn Taimiyah mengenai perbuatan manusia adalah bahwa manusia

merupakan pelaku yang sebenarnya dalam perbuatannya dan memiliki kebebasan

dalam berkehendak, akan tetapi perbuatannya itu ada karena diciptakan oleh

Tuhan.4

Ibn Taimiyah merupakan salah satu tokoh yang memiliki pengaruh yang

besar dalam aliran Salaf. Aliran Salafiyah ini merupakan aliran yang membahas

berbagai persoalan dengan bersandar pada al-Qur’an dan Sunnah nabi dan hanya

menganut ajaran yang diajarkan oleh tiga generasi setalah nabi yaitu sahabat nabi,

tabi’in, tabi’in tabi’in. Aliran Salafiyah ini berbeda dengan aliran Ahl Sunnah wa

al-Jama’ah. Karena ajaran Salafiyah dikemukakan pertama kali oleh imam

Ahmad ibn Hanbal, sedangkan Ahl Sunnah wa al-Jama’ah adalah ajaran yang

dikemukan oleh imam Asy’ari. Oleh karena itu, walaupun dasar pendapat mereka

mengenai perbuatan manusia berdasarkan pada sumber yang sama yaitu al-

Qur’an dan Hadits. Namun belum tentu keduanya memiliki pandangan yang

identik antara satu sama lainnya.

Di dalam karya Ibn Taimiyah yaitu Syarah Aqīdah Wāsithiyah, ia tidak

memilih pendapat dari aliran Mu’tazilah maupun Asy’ariyah. Namun ia

mengambil sisi kebenaran yang ada di antara kedua belah pihak dan

meninggalkan sisi kesalahan yang ada di dalam pendapat kedua aliran tersebut.

4 Zulfata, “Model Pemikiran Ketuhanan Reformis Menurut Ibnu Taimiyah dan Johanes

Calvin”, (Makalah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2013), h. 5

Page 77: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

66

Ia mengatakan bahwa perbuatan manusia terjadi dengan adanya

kehendak dan ciptaan Tuhan. Karena setiap apa yang telah Tuhan ciptakan

tidak mungkin tidak Ia kehendaki, sedangkan manusia memiliki pilihan dan

kehendak dalam perbuatannya. Manusia yang memilih dalam perbuatannya

berbeda dengan manusia yang terpaksa dalam melakukan suatu perbuatan.

Jadi perbuatan manusia terjadi karena adanya pilihan dan kehendak dalam

perbuatannya. Namun perbuatan tersebut terjadi karena kehendak dan ciptaan dari

Tuhan.5 Penjelasan selanjutnya dalam pandangannya mengenai perbuatan

manusia dalam Syarah Aqīdah Wāsithiyah sebagai berikut:

Segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa adanya kehendak dari Tuhan.

Tidak ada daya dan upaya melainkan hanya dengan pertolongan Tuhan.

Semua tindakan, perbuatan, gerak, dan diamnya manusia bergantung kepada

Tuhan bukan kepada manusia. Ia yang menjadikan orang Muslim itu Muslim

dan orang kafir itu kafir. Ia juga yang telah memperjalankan hamba-Nya baik

di darat maupun di laut. Dia yang memperjalankan, sedangkan manusia yang

berjalan. Tuhan yang menggerakkan dan manusia yang bergerak. Dia yang

menghidupkan, sedangkan manusia yang hidup. Dia yang mematikan dan

manusia yang mati. Demikian gerakan dan keyakinan manusia itu adalah

perbuatan manusia itu sendiri, akan tetapi yang menciptakan perbuatan

manusia itu adalah Tuhan. Tuhan hanya memegang masalah ilmu, qudrah,

irādah, masyi‟ah, dan penciptaannya. Sedangkan manusia hanya memegang

perbuatan, gerakan, dan diam itu sendiri di tangannya.6

Lantas dapat dilihat bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan dan di

waktu yang sama merupakan perbuatan manusia.

Perbuatan-perbuatan manusia muncul karena adanya keinginan dan

kemampuan dalam diri manusia, sedangkan keinginan dan kemauan tersebut

merupakan ciptaan dari Tuhan. Jika Tuhan berkehendak dalam mengambil

kemampuan yang ada pada diri manusia, maka manusia tersebut tidak akan dapat

5 Ibnu Taimiyah, Syarah Aqīdah Wāsithiyah; Penjelaasan Prinsip-Prinsip Akidah Ahlussunnah

wal Jama‟ah dalam Matan Akidah Wasithiyah Karya Syaikh Islam Ibnu Taimiyah. Penerjemah: Arif

Munandar (Solo: Al-Qowam, 2014), h. 70 6 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir, h. 151

Page 78: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

67

berbuat. Dan seandainya manusia memiliki kemampuan yang telah Tuhan

ciptakan, akan tetapi manusia itu tidak ingin berbuat. Maka tidak akan ada

perbuatan yang muncul darinya. Jadi, manusia berbuat dengan keinginan dan

kemampuannya sendiri. Keinginan dan kemampuan manusia merupakan ciptaan

Tuhan, dan segala sesuatu yang diciptakan-Nya telah dikehendaki-Nya. Dalam

hal ini manusia tidak melakukan perbuatan secara paksa akan tetapi sesuai dengan

pilihannya sendiri.7

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan

dari Tuhan, sebagaimana yang dijelaskan dalam sūrah Ibrahīm/14: 35 berikut:

“Dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhan ku, jadikanlah negeri ini

Mekkah, negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari

penyembah berhala-berhala”.

Ayat ini dikatakan bahwa Ibrahīm memohon pertolongan kepada Tuhan

untuk menjauhkan dirinya beserta anak cucunya dari penyembahan berhala,

hingga ia berhasil menghindari dirinya dari penyembahan berhala. Dalam ayat ini

menjauhi penyembahan berhala merupakan perbuatan manusia, sedangkan

perbuatan Tuhan dalam ayat ini adalah upaya menjauhkannya dari penyembahan

berhala. Jadi, manusia dalam hal ini tidak akan berbuat sesuatu kecuali setelah

adanya perbuatan dari Tuhan.8

7 Ibnu Taimiyah, Syarah Aqīdah Wāsithiyah, h. 70

8 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir, h. 168

Page 79: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

68

Dalam terjemahan hadits juga dinyatakan bahwa manusia memiliki pilihan

dan kehendak dalam perbuatannya sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan

oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban, beliau bersabda:

“Ya Allah, jadikanlah aku hamba yang senantiasa bersyukur kepada-Mu,

selalu ingat kepada-Mu, takut kepada-Mu, tunduk dan patuh kepada-Mu, dan

senantiasa khusyu‟ menghadap-Mu”.

Ucapannya yang telah diungkapkan di dalam hadits tersebut, bahwa ia

memohon kepada Tuhan untuk menjadikannya orang yang senantiasa bersyukur,

ingat, takut, tunduk dan patuh, serta khusyu‟ kepada Tuhan. Semua perbuatan

yang telah diungkapkan dalam hadits tersebut merupakan perbuatan yang bersifat

memilih dan perbuatan tersebut akan terjadi karena kehendak dan pilihan dari

hamba-Nya.

Lebih jelasnya Ibn Taimiyah mengatakan bahwa kebaikan itu bisa berupa

melakukan perintah dari Tuhan dan meninggalkan apa yang dilarang Tuhan

kepada manusia. Meninggalkan larangan merupakan sesuatu yang berwujud. Hal

itu dapat dilihat ketika manusia meninggalkan sebuah larangan serta mengetahui

jika mengerjakan larangan tersebut akan mendapat dosa dan akan disiksa di

akhirat kelak. Oleh karena itu, manusia akan mengendalikan dirinya untuk tidak

mengerjakan larangan-Nya di saat manusia menginginkannya. Hal ini merupakan

sesuatu yang berwujud. Sebaliknya, jika manusia mengetahui bahwa yang

Page 80: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

69

diperintah oleh Tuhan merupakan kebaikan maka manusia itu akan mengerjakan

perintah tersebut. Semuanya merupakan sesuatu yang berwujud.9

B. Kehendak Tuhan

Hubungan antara irādah Tuhan dengan perbuatan manusia menurut

Mu’tazilah bahwa Tuhan hanya berkehendak kepada perbuatan baik yang ada di

dalam diri manusia. Tuhan Maha Indah dan menyukai keindahan. Tuhan

memberikan perintah bagi manusia dan manusia wajib menjalankan perintah-

Nya. Tuhan tidak menghendaki manusia melakukan perbuatan yang buruk,

karena perbuatan yang buruk terjadi karena kemauan bebas yang dianugerahkan

Tuhan kepada manusia bukan karena irādah Tuhan.10

Kehendak Tuhan juga

berhubungan dengan prinsip kedua dari lima prinsip dalam ajaran Mu’tazilah

yang dijelaskan oleh al-Mas’ūdy dalam kitab Murūj al-Dzihab.

Menurut al-Mas’ūdy, keadilan adalah keadaan yang sesuai dengan

kenyataan. Ia mengatakan bahwa Tuhan tidak menyukai kerusakan, dan tidak

membenarkan perbuatan umatnya yang buruk. Akan tetapi Tuhan memberikan

manusia perintah untuk dikerjakan dan melarang manusia dengan kehendak

Tuhan yang menyebabkan manusia berlutut kepada-Nya. Dan Tuhan akan

memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatan yang

dikerjakannya. Jika manusia melakukan kebaikan maka akan diberikan pahala

dan di tempatkan dalam surga-Nya. Namun jika manusia melakukan perbuatan

9 Ibnu Taimiyah, al-Hasanah wa al-Sayyi‟ah, h. 87

10 Joesoef Sou’yb, Peranan Aliran Iktizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam, h. 77

Page 81: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

70

yang dzolim, maka balasan Tuhan akan pedih bagi mereka.11

Keadilan Tuhan

dalam pandangan Mu’tazilah menentukan hukuman bagi perbuatan manusia yang

terkandung dalam janji dan ancamannya.

Asy’ariyah menolak pendapat yang diungkapkan oleh aliran Mu’tazilah.

Mereka tidak menyetujui pendapat aliran Mu’tazilah, karena bagi mereka tidak

mungkin ada dua pencipta dalam satu perbuatan. Asy’ariyah ini menolak

pandangan bahwa perbuatan baik diciptakan oleh Tuhan sedangkan perbuatan

buruk diciptakan oleh manusia atau seperti aliran Mu’tazilah yang beranggapan

bahwa Tuhan hanya menciptakan perbuatan yang baik saja. Kaum Mu’tazilah ini

beranggapan bahwa sesuatu yang buruk bukanlah termasuk ke dalam irādah-Nya,

karena bagi aliran ini irādah Tuhan hanyalah kepada hal-hal yang baik saja atau

kebaikan. Sedangkan menurut aliran Asy’ariyah, irādah Tuhan itu meliputi

kebaikan dan keburukan. Segala sesuatu yang telah dikehendaki oleh Tuhan akan

terwujud, dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Tuhan tidak akan

terwujud di dunia ini. Kebaikan dan keburukan merupakan sesuatu yang telah ada

di dunia ini, karena kebaikan dan keburukan telah dikehendaki oleh Tuhan.12

Dalam al-Qur’an dijelaskan mengenai irādah Tuhan menurut aliran

Asy’ariyah bahwa jika Tuhan menghendaki sesuatu itu ada, maka sesuatu itu akan

ada. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sūrah as-Sajdah/32: 13 dan sûrah al-

A’rāf/7: 89 berikut:

11

Muhammad Abu Zahrah, Tārīkh al-Madzāhib al-Islâmiyah, Arab Saudi: Dār al-Fikr, t.t., h.

121 12

Abu al-Hasan al-Asy’ari, Ajaran-Ajaran Asy‟ari. h. 5

Page 82: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

71

“Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap

jiwa petunjuk”.

“Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah,

jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari

padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan

kami menghendaki-Nya”.13

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa kehendak Tuhan memiliki hubungan

dalam penciptaan perbuatan manusia. Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan

hanya menghendaki perbuatan baik yang ada dalam diri manusia, sedangkan

Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan menghendaki segala sesuatu yang ada di

dunia ini. Karena jika Tuhan telah menghendaki sesuatu maka sesuatu itu akan

menjadi ada seperti halnya Tuhan menghendaki kebaikan dan keburukan dalam

diri manusia. Lalu bagaimana dengan pemikiran Ibn Taimiyah mengenai

kehendak Tuhan? Apakah pendapatnya lebih cenderung kepada aliran Mu’tazilah

atau sebaliknya lebih identik dengan aliran Asy’ariyah?

Mengenai masalah irādah Tuhan Ibn Taimiyah menolak kedua pendapat

aliran di atas. Ia menolak pendapat Asy’ariyah yang mengatakan bahwa baik dan

buruk perbuatan manusia terwujud disebabkan oleh kehendak mutlak Tuhan. Dan

ia mengkritik aliran Mu’tazilah karena telah menyamakan antara perbuatan Tuhan

13

Abu al-Hasan al-Asy’ari, Ajaran-Ajaran Asy‟ari, h. 6

Page 83: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

72

dengan perbuatan manusia.14

Bagi Ibnu Taimiyah tidak ada yang boleh

menyamakan Tuhan dengan makhluk-Nya dalam segala hal, karena semua

makhluk ciptaannya tidak ada yang dapat menandingi-Nya. Oleh karena itu,

Perbuatan Tuhan berbeda dengan perbuatan yang dilakukan oleh makhluk-Nya.15

Ibn Taimiyah menggambarkan mengenai kehendak Tuhan, sebagaimana

yang dijelaskan di dalam al-Qur’an sūrah an-Nisā/ 4 : 49 berikut:

“Apa saja kebaikan yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja

keburukan yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami

mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukup lah Allah

menjadi saksi”.16

Firman Tuhan di atas menjelaskan bahwa manusialah yang melakukan

perbuatan buruk dan atas perbuatan buruknya tersebut manusia akan

mendapatkan hukuman. Sedangkan Tuhan adalah zat yang memberikan kebaikan

kepada manusia baik berupa amal maupun balasan. Tuhan yang

menganugerahkan nikmat yang besar kepada semua manusia. Tidak mungkin

kebaikan berasal dari diri manusia, karena selain ayat di atas adapun hadits yang

membedakan antara kebaikan dan keburukan yaitu:

14

Syafrial N., “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, h. 90 15

Ibnu Taimiyah, al-Furqān bayna al-Haq wa al-bāthil, (T.tp.: T.pn., t.t.), h. 19 16

Ibnu Taimiyah, al-Hasanah wa al-Sayyi‟ah, (Kairo: Dar al-Kutub, t.t), h. 15

Page 84: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

73

“Wahai hamba-Ku, itulah perbuatanmu. Aku akan memberi balasan secara

sempurna. Barang siapa melakukan kebaikan hendaknya ia memuji Allah. Dan

barang siapa yang melakukan keburukan, tidak ada yang layak dicela selain

dirinya”.17

Adanya keburukan di alam ini, Ibn Taimiyah menegaskan bahwa keburukan

yang ada di alam ini tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Tuhan tidak menyukai

kerusakan, tidak meridhai hamba-Nya untuk berbuat kafir, dan juga tidak

memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu,

keburukan bukanlah berasal dari Tuhan akan tetapi berasal dari manusia.18

Dapat

disimpulkan setelah dilihat uraian kehendak Tuhan menurut Ibn Taimiyah di atas

memiliki pandangan yang sama dengan aliran Mu’tazilah.

Mu’tazilah mengatakan bahwa Tuhan tidak menyuruh kepada hamba-Nya

untuk berbuat maksiat dengan firman-Nya yang telah disebutkan di atas dalam

pandangan Ibn Taimiyah mengenai kehendak Tuhan pada sūrah al-Nisā ayat 49.

Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan hanya memberi perintah untuk

ditaati karena ketaatan tersebut merupakan kebaikan dan tidak memerintahkan

berbuat maksiat karena kemaksiatan adalah keburukan dan keburukan merupakan

qada manusia bagi dirinya sendiri. Dan mereka telah mengetahui bahwa kebaikan

dan keburukan yang disebutkan dalam ayat tersebut memiliki makna ketaatan dan

kemaksiatan, maka kebaikan berasal dari ciptaan Tuhan dan ketentuan-Nya

sedangkan keburukan berasal dari ciptaan manusia dan ketentuannya. Dan jika

mereka mengatakan bahwa Tuhan telah memerintahkan keburukan kepada

17

Ibnu Taimiyah, al-Hasanah wa al-Sayyi‟ah, h. 29 18

Syafrial N., “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, h. 90

Page 85: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

74

hamba-Nya, maka Tuhan itu buruk dan melakukan keburukan padahal

sesungguhnya Tuhan maha suci dari segala keburukan tersebut.19

Ibn Taimiyah membagi keburukan menjadi dua macam yaitu keburukan pada

manusia dan keburukan yang ada di alam. Pertama, keburukan pada manusia

dalam pengertian tidak adanya segala sifat kesempurnaan dalam diri manusia dan

tidak ada tindakan yang baik dalam dirinya. Hal di atas dinyatakan karena tidak

ada manusia yang sempurna di dunia ini. Kedua, keburukan pada alam yang

menyebabkan sebagian kaum mengatakan bahwa hal tersebut merupakan musibah

baginya dan sebagian lainnya memiliki manfaat baginya. Karena sebuah musibah

yang terjadi di alam ini tidak akan melanda secara terus menerus kepada manusia.

Hal ini merupakan sebuah hikmah yang merupakan ujian dan cobaan dari Tuhan

karena hanya bersifat sementara. Jadi, menurut Ibn Taimiyah Tuhan tidak hanya

menciptakan kebaikan saja di dunia ini akan tetapi Tuhan juga telah menciptakan

keburukan di dunia ini dengan kehendaknya. Namun harus dibedakan kebaikan

dan keburukan yang dilakukan oleh Tuhan tidak sama dengan kebaikan dan

keburukan yang dilakukan oleh manusia.

Tuhan mengirimkan seorang Rasul kepada umat manusia agar manusia dapat

mencapai tujuan hidup yaitu kemaslahatan. Oleh karena kemaslahatan umat ini,

Tuhan mengutus seorang Rasul untuk mengajarkan kepada manusia untuk

melakukan apa yang diperintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Karena

perintah Tuhan adalah perintah yang mengarahkan manusia kepada hal yang baik,

19

Muhammad as-Sayyid al-Julaynid, Qodiyyah al-Khayr wa al-Syarr fi al-Fikri al-Islāmy, h.

107

Page 86: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

75

sedangkan larangan-Nya untuk menunjukkan dan menjauhkan manusia dari

segala sesuatu yang buruk.20

Firman Tuhan yang menjelaskan mengenai

kesempurnaan risalahnya, sebagaimana tertera dalam al-Qur’an sūrah al-A’rāf/7:

157 berikut:

“Yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'rūf dan melarang mereka

dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik

dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”.

Inilah kesempurnaan risalahnya, maka sesungguhnya nabi Muhammad

merupakan utusan Tuhan. Dan dengan lisannya, ia menjelaskan mengenai segala

sesuatu yang mengarah kepada yang ma‟rūf dan melarang dari segala sesuatu

yang membawa kepada kemungkaran, menghalalkan segala sesuatu yang

mendatangkan kebaikan dan mengharamkan segala sesuatu yang mendatangkan

keburukan.21

Oleh karena itu, Ibn Taimiyah menganggap tersesat kaum yang

tidak percaya terhadap wahyu dan tidak memerlukan para nabi dalam

memberikan kemaslahatan bagi manusia. Menurut golongan yang tidak percaya

akan wahyu dan para nabi mengatakan bahwa diutusnya para nabi kepada umat

manusia menyebabkan kehancuran bagi manusia karena mengajarkan ajaran yang

20

Syafrial N., “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, h. 91 21

Ibnu Taimiya, Menuju Umat Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, Jakarta: Pustakan Panjimas, 1988,

h. 46

Page 87: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

76

bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut yang menyebabkan

adanya rasa benci antara manusia bahkan hingga menimbulkan perang agama.22

Namun sebelum al-Qur’an menjelaskan mengenai perbedaan antara

perbuatan baik dan buruk dalam sūrah an-Nisā ayat 79. Ada ayat 78 dari sūrah an-

Nisā yang menjelaskan bahwa semuanya berasal dari Tuhan, sebagai berikut:

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun

kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh

kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka

ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu

(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa

orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan

sedikit pun?”

Firman Tuhan di atas menjelaskan bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Lalu

bagaimana Ibn Taimiyah menjelaskan hal ini setelah ia membedakan antara asal

mula kebaikan dan keburukan yang ada pada diri manusia.23

Menurut Ahl al-Sunnah persoalan ayat di atas yang mengatakan semuanya

berasal dari Tuhan baik itu kebaikan maupun keburukan tidak berlaku dalam

22

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2014, h. 14 23

Yasya Akhiro, “ Penafsiran Ibnu Taimiyah Tentang Hasanah dan Sayyi‟ah dalam Surat an-

Nisa Ayat 79: Studi Terhadap Kitab al-Hasanah wa al-Sayyi‟ah”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 5

Page 88: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

77

perbuatan manusia. Kebaikan dan keburukan yang berasal dari Tuhan merupakan

kebaikan dan keburukan dalam arti balasan atas setiap perbuatan manusia. Hal

tersebut sejalan dengan firman Tuhan setelah ayat ini yang mengatakan bahwa

jika kamu memperoleh kebaikan, kamu berkata bahwa kebaikan ini berasal dari

Tuhan. Dan jika kamu mendapatkan keburukan, kamu berkata keburukan berasal

dari dirimu.24

Ibn Taimiyah mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah melakukan sebuah

keburukan dan tidak menghendaki sesuatu yang buruk, Tuhan hanya

menghendaki sesuatu yang baik. Dan telah tersesat bagi kelompok yang

mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu. Mereka tidak

membedakan antara satu perbuatan dengan perbuatan yang lain antara kebaikan

dengan keburukan, sehingga bagi mereka sah-sah saja jika Tuhan memerintahkan

hamba-Nya pada semua hal yang buruk. Karena semua itu merupakan kehendak

dan ciptaannya. Kedua pendapat di atas merupakan pendapat yang salah menurut

Ibn Taimiyah.25

Menurut Ibn Taimiyah jika Tuhan menciptakan segala sesuatu, maka semua

ciptaan-Nya memiliki hikmah termasuk kebaikan dan keburukan yang ada di

dunia ini. Jika Tuhan melakukan sebuah keburukan maka keburukan tersebut

merupakan hikmah dan kasih sayang-Nya untuk mengarahkan manusia kepada

jalan yang benar, sehingga keburukan yang digambarkan bukan seperti keburukan

yang ada pada perbuatan manusia. Hikmah dan kasih sayang-Nya tidak dapat

24

Ibnu Taimiyah, al-Hasanah wa al-Sayyi‟ah, h. 27 25

Ibnu Taimiyah, al-Hasanah wa al-Sayyi‟ah, h. 76

Page 89: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

78

diketahui oleh makhluk-Nya hanya Tuhan yang mengetahuinya. Oleh karena itu

keburukan yang Tuhan telah lakukan kepada semua yang diciptakan-Nya

merupakan kebaikan bukan keburukan.26

Demikian pemikiran Ibn Taimiyah

mengenai kehendak Tuhan yang dipaparkan di atas bahwa Tuhan hanya

melakukan hal yang menimbulkan kebaikan seperti halnya perintah Tuhan yang

mengarahkan manusia agar berjalan di jalan yang menghasilkan maslahat dalam

hidup. Keburukan yang ada di dunia ini bukanlah berasal dari Tuhan akan tetapi

berasal dari manusia itu sendiri, sehingga keburukan yang terjadi di dunia ini

tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Dalam hal ini pandangan Ibn Taimiyah

mengenai kehendak Tuhan lebih identik dengan pemikiran Mu’tazilah mengenai

irādah Tuhan. Pemikiran yang selanjutnya mengenai irādah Tuhan bahwa jika

Tuhan melakukan keburukan maka keburukan tersebut merupakan hikmah dan

kasih sayang-Nya terhadap makhluk ciptaannya. Jadi, keburukan yang dilakukan

Tuhan bukan seperti keburukan yang dilakukan oleh manusia. Dalam hal ini

pendapat Ibn Taimiyah identik dengan pendapat Asy’ariyah bahwa Tuhan

menghendaki segala sesuatu yang ada di dunia ini baik itu berupa kebaikan

maupun berupa keburukan. Kesimpulannya, Ibn Taimiyah bukan menolak

pendapat kedua golongan tersebut akan tetapi mengambil kebenaran di antara

kedua pandangan aliran di atas.

Irādah Tuhan menurut Ibn Taimiyah terdiri dari dua macam yaitu al-irādah

al-Kauniyyah dan al-irādah al-dīn. Al-irādah al-Kaunniyah ini merupakan

kehendak Tuhan yang memiliki hubungan dengan alam semesta. Al-irādah ini

26

Ibnu Taimiyah, al-Hasanah wa al-Sayyi‟ah, h. 80

Page 90: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

79

telah ditentukan dan ditetapkan oleh Tuhan sejak Ia menciptakannya. Semua yang

ada di alam semesta ini termasuk ke dalam irādah-Nya, dan tidak ada satu pun

ciptaan-Nya yang dapat keluar dari irādah ini.

Dalam al-Qur’an dinyatakan mengenai contoh dari al-irādah Kauniyyah ini,

sebagaimana yang dijelaskan dalam sūrah Hūd/11: 34 berikut:

“Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihat ku jika aku hendak memberi

nasihat kepada kamu, Sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah

Tuhan mu, dan kepada-Nya kamu dikembalikan".27

Ayat di atas ini jelas bahwa seseorang dari kamu jika dikehendaki Tuhan

agar menjadi sesat, niscaya segala sesuatu yang telah kamu lakukan dan perbuat

tidak akan bisa memberikan manfaat apapun untuk mu.

Yang kedua, al-irādah al-dīn. Al-irādah al-dīn ini merupakan kehendak

Allah dalam masalah agama, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an sūrah

an-Nisā/4: 26-27 sebagai berikut:

27

Ibnu Taimiyah, Al Furqon Antara Kekasih Allah dan Kekasih Syaitan. Penerjemah:

Abdurrahman Masykur (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989), h. 133

Page 91: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

80

“Allah hendak menerangkan (hukum syari'at-Nya) kepadamu, dan

menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para Nabi dan

Shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. dan Allah Maha mengetahui lagi

Maha Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang

yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya

(dari kebenaran)”.28

Perbedaan di antara keduanya yaitu al-irādah al-kauniyah bersifat umum

meliputi segala peristiwa yang telah terjadi di dunia baik itu berupa kebaikan

maupun keburukan, keimanan dan kekafiran, atau ketaatan dan kemaksiatan. Jadi,

al-irādah al-kauniyah merupakan ucapan kaum Muslim yang menyatakan bahwa

jika Tuhan telah berkehendak maka akan terjadi dan jika Tuhan tidak

menghendaki maka tidak akan terjadi. Sedangkan irādah al-dīn bersifat khusus

yang berkaitan dengan hal-hal yang Tuhan cintai dan ridhai atau yang

berhubungan dengan al-Qur’an dan hadits.

Kedua irādah di atas terdapat dalam diri seorang hamba yang taat. Adapun

orang kafir dan yang berbuat maksiat hanya mengikuti irādah al-kauniyyah saja

dan tidak mengikuti irādah al-dīn. Karena ketaatan seorang hamba merupakan

kehendak Tuhan baik irādah al-kauniyyah maupun irādah al-dīn.29

C. Hakikat Perbuatan Manusia

Hakikat perbuatan manusia pada umumnya terdiri dari dua pendapat yang

berbeda antara satu pendapat dengan pendapat yang lainnya. Pendapat yang

pertama, perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan perbuatan manusia dan

28

Ibnu Taimiyah, Al Furqon Antara Kekasih Allah dan Kekasih Syaitan, h. 132 29

Ibnu Taimiyah, Syarh Aqidah al-Wasithiyah, h. 44

Page 92: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

81

bukanlah perbuatan Tuhan. Pendapat yang kedua, perbuatan manusia pada

hakikatnya merupakan perbuatan Tuhan karena manusia tidak memiliki daya dan

upaya dalam menciptakan perbuatannya sendiri. Oleh karena itu kehendak yang

ada di dalam diri manusia merupakan kehendak mutlak Tuhan. Dua pendapat di

atas merupakan pandangan dari dua aliran teologi Islam yaitu Mu’tazilah dan

Asy’ariyah.

Menurut aliran Mu’tazilah perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan

perbuatan manusia. pendapatnya ini dikuatkan dengan beberapa contoh yang

menjelaskan bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan perbuatan

manusia dan bukanlah perbuatan Tuhan. Pertama, ketika manusia melakukan

kebaikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya maka manusia

yang mendapatkan perlakuan baik dari manusia yang memberikan kebaikan akan

berterima kasih kepadanya. Jika manusia melakukan keburukan atau kejahatan

kepada manusia yang lain, maka manusia yang mendapat kejahatan tersebut akan

merasa tidak senang dengan tindakan buruknya itu. Terima kasih dan

ketidaksenangan seseorang tersebut ditujukan kepada manusia bukan kepada

Tuhan. Namun jika perbuatan tersebut merupakan perbuatan Tuhan, maka

manusia yang merasakan perbuatannya itu akan menyampaikan perasaannya

kepada Tuhan bukan manusia. kedua, jika manusia ingin melakukan sesuatu maka

sesuatu itu akan terjadi. Namun jika manusia tersebut tidak menginginkan sesuatu

tersebut niscaya sesuatu tersebut tidak akan pernah terjadi. Jika kehendak yang

dilakukan manusia merupakan kehendak Tuhan, maka sesuatu tersebut akan

terjadi walaupun manusia itu tidak menginginkan sesuatu tersebut dan sebaliknya.

Page 93: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

82

Ketiga, dalam diri manusia mempunyai dua macam perbuatan yaitu perbuatan

baik dan perbuatan buruk. Jika perbuatan manusia merupakan perbuatan Tuhan,

maka Tuhan akan melakukan kedua perbuatan tersebut. Hal ini merupakan

sesuatu yang mustahil bagi Tuhan, Tuhan dalam pandangan golongan ini tidak

mungkin berbuat zalim kepada hamba-Nya.30

Ini semua merupakan gambaran

yang ditujukan oleh golongan Mu’tazilah untuk memperkokoh argumennya

mengenai hakikat perbuatan manusia.

Menurut Asy’ariyah perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan

perbuatan Tuhan walaupun Asy’ariyah menjelaskannya dengan teori kasb

(perolehan), akan tetapi pendapatnya tersebut identik dengan pendapat golongan

yang mengatakan bahwa manusia terpaksa atas perbuatannya. Asy’ariyah

dinyatakan memiliki pandangan bahwa perbuatan manusia hakikatnya perbuatan

Tuhan, sebagaimana yang ia nyatakan dalam beberapa penjelasan mengenai

perbuatan manusia. Pertama, argumen Asy’ariyah tentang diciptakannya kasb

oleh Tuhan yang dijelaskan dalam firman-Nya yaitu “Allah menciptakanmu

beserta perbuatan-perbuatan mu”. Dengan begitu kasb dan perbuatan manusia

dapat terwujud karena kehendak Tuhan. Kedua, pendapatnya mengenai perbuatan

involunter yang terdiri dari dua unsur yaitu penggerak dan yang digerakan.

Penggerak adalah pembuat gerak sebenarnya yaitu Tuhan, sedangkan yang

bergerak adalah manusia karena manusia memiliki tempat yang bersifat jasmani

(tubuh) dan Tuhan tidak mungkin memiliki sifat jasmani. Hal ini dapat

30

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisis Perbandingan, h. 105

Page 94: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

83

digambarkan sebagai dalang yang menggerakkan wayang-wayangnya dalam

pementasan seni.31

Pandangan Ibn Taimiyah mengenai hakikat perbuatan manusia tidak terlalu

condong ke dalam pandangan aliran Mu’tazilah dan tidak pula ke dalam

pandangan aliran Asy’ariyah. Ia hanya mengikuti pendapat yang menurutnya

benar di antara kedua aliran tersebut. Pertama, Ia setuju dengan Mu’tazilah

bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan perbuatan manusia, akan

tetapi ia tidak setuju terhadap pendapat Mu’tazilah yang meniadakan penciptaan

Tuhan terhadap perbuatan manusia. Kedua, ia setuju dengan pendapat Asy’ariyah

bahwa Tuhan merupakan pencipta perbuatan manusia, akan tetapi tidak

sependapat mengenai peniadaan hakikat manusia dalam perbuatannya. Jadi,

menurut Ibn Taimiyah perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan perbuatan

dari manusia itu sendiri tapi perbuatan itu tidak akan ada tanpa adanya kehendak

dan pencipta perbuatan tersebut yaitu Tuhan.32

Dalam al-Qur’an ada ayat yang menjelas mengenai hakikat perbuatan

manusia sesuai dengan pandangan Ibn Taimiyah pada sūrah al-Fātihah/1: 5

sebagai berikut:

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah

kami meminta pertolongan".

31

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisis Perbandingan, h. 108 32

Syafrial N., “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, h, 89

Page 95: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

84

Dalam firman-Nya di atas dijelaskan bahwa perbuatan menyembah bagi

manusia pada hakikatnya merupakan perbuatan manusia itu sendiri, akan tetapi

penyembahan itu tidak akan pernah terjadi jika Tuhan tidak menciptakannya.

Penyembahan yang dilakukan oleh manusia itu terjadi karena perbuatan tersebut

merupakan ciptaan Tuhan.33

Demikian bahwa semua perbuatan manusia terjadi

karena pilihan dan kehendak yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, namun

perbuatan yang ada dalam diri manusia terjadi karena kehendak dan ciptaan

Tuhan. Tuhanlah yang telah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia

merupakan pelaku dari perbuatannya. Dengan pilihan dan kehendak yang

manusia miliki, manusia tidak terpaksa dalam melakukan perbuatannya.34

Jadi dalam persoalan perbuatan manusia ini, Ibn Taimiyah mengemukakan

beberapa hal. Pertama, Tuhan menciptakan segala sesuatu termasuk manusia

beserta dengan perbuatannya. Kedua, manusia merupakan pelaku sebenarnya bagi

perbuatan-perbuatannya. Manusia juga mempunyai kemampuan dan kehendak,

sehingga manusia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah

dilakukannya. Ketiga, Tuhan meridhai setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh

manusia dan tidak meridhai perbuatan buruk yang dilakukan oleh manusia.35

Berdasarkan uraian-uraian di atas mengenai perbuatan manusia menurut Ibn

Taimiyah dengan dua aliran dalam teolog yaitu Mu’tazilah dan Asy’ariyah dapat

digambarkan sebagai berikut:

33

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir, h. 152 34

Ibnu Taimiyah, Syarah Aqīdah Wāsithiyah, h. 70 35

Muhammaddin, “Aliran Kalam Salafiyah”, Jurnal Imu Agama Vol. 16, No. 1 (2015): h. 90

Page 96: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

85

Tabel 1.1

Perbandingan Pemikiran Ibn Taimiyah dengan Para Teolog Islam

Hakikat Perbuatan Manusia

Mu’tazilah Asy’ariyah Ibn Taimiyah

Perbuatan manusia pada

hakikatnya merupakan

perbuatan manusia

Perbuatan manusia pada

hakikatnya merupakan

perbuatan Tuhan

Perbuatan manusia pada

hakikatnya merupakan

perbuatan manusia, akan

tetapi perbuatan manusia

merupakan ciptaan

Tuhan yang telah

dikehendakinya

Hubungan Kehendak Tuhan dengan Perbuatan Manusia

Mu’tazilah Asy’ariyah Ibn Taimiyah

Kehendak Tuhan hanya

hanya berhubungan

dengan kebaikan saja

dalam perbuatan

manusia, adapun

keburukan yang terjadi

bukanlah berasal dari

Tuhan akan tetapi berasal

Kehendak Tuhan

berhubungan dengan

kebaikan dan keburukan

yang ada di dunia ini

termasuk perbuatan baik

dan buruk yang ada dalam

diri manusia, karena setiap

yang ada di dunia ini

Kehendak Tuhan hanya

berhubungan kepada

kebaikan saja sedangkan

keburukan yang ada di

dunia ini berasal dari diri

manusia. adapun jika

Tuhan melakukan

keburukan, maka hal

Page 97: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

86

dari manusia itu sendiri merupakan kehendak-Nya tersebut mengandung

hikmah dan kasih

sayang-Nya untuk

mengarahkan manusia

kepada jalan yang di

ridhai-Nya. Jadi, adanya

kebaikan dan keburukan

di dunia ini merupakan

kehendak Tuhan. Namun

keburukan yang

dilakukan oleh Tuhan

tidak sama dengan

keburukan yang

dilakukan oleh manusia.

Kebebasan Manusia dalam Perbuatannya

Mu’tazilah Asy’ariyah Ibn Taimiyah

Manusia diberikan

kebebasan dan

kemerdekaan dalam

perbuatannya.

Manusia tidak diberikan

kebebasan dalam

perbuatannya akan tetapi

manusia melakukan segala

sesuatunya dengan

terpaksa.

Manusia diberi

kebebasan untuk

menjalankan segala

perintah Tuhan dengan

adanya pilihan dalam

perbuatannya. Manusia

Page 98: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

87

yang memilih berbeda

dengan manusia yang

dipaksa dalam

perbuatannya.

D. Kritik Terhadap Jabariyah dan Qadariyah

Ibnu Taimiyah memberikan pesan kepada Ahl Sunnah wa al-Jama’ah untuk

mengambil jalan tengah di antara dua pandangan teolog yaitu Jabariyah dan

Qadariyah dalam menyelesaikan persoalan perbuatan manusia. Pertama, pendapat

aliran Jabariyah yang mengatakan bahwa segala perbuatan dan perilaku hamba-

Nya merupakan paksaan baik itu berupa gerakan maupun detak urat nadinya,

karena semuanya merupakan perbuatan Tuhan. Sehingga setiap yang diperbuat

hamba-Nya merupakan hal yang majazi bukan yang hakiki. Adapun pandangan

aliran Qadariyah yang mengatakan bahwa manusia adalah orang yang

menciptakan perbuatan-perbuatannya tanpa adanya campur tangan dari Tuhan.36

Pandangan aliran Qadariyah dalam persoalan perbuatan manusia yang

menyatakan bahwa manusia diberi kebebasan dalam menciptakan perbuatannya,

Ibn Taimiyah mengkritik bahwa aliran Qadariyah ini adalah aliran yang salah.

Karena telah menyatakan adanya pencipta lain selain Tuhan. Ibn Taimiyah juga

mengkritik pandangannya bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan manusia

dan Tuhan tidak ikut campur di dalam penciptaan perbuatan manusia. Kritiknya

36

Ibnu Taimiyah, Syarh al-„Aqidah Wasithiyah, h. 71

Page 99: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

88

mengenai hal tersebut adalah bahwa aliran Qadariyah menyakini adanya

penciptaan yang telah disanggupi oleh makhluk selain Tuhan yaitu manusia. Jadi

menurut Ibn Taimiyah, aliran Qadariyah merupakan aliran yang telah

menyimpang dari ketetapan takdir Tuhan sebagai pencipta perbuatan hamba-

Nya.37

Aliran Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia dipaksa dalam

perbuatannya dan menyatakan bahwasannya perbuatan manusia merupakan

perbuatan Tuhan sehingga manusia bersifat majazi dalam perbuatannya bukan

hakiki. Ibn Taimiyah mengkritik pandangan di atas, karena perbuatan manusia

yang sesungguhnya murni dari manusia bukan dari Tuhan. Sehingga perbuatan

manusia pada hakikatnya perbuatan manusia dan perbuatan manusia tidak bersifat

majazi akan tetapi hakiki.38

Ibn Taimiyah juga mengkritik persoalan mengenai masalah irādah Tuhan

yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Pertama, Ibn Taimiyah menolak

pendapat Jabariyah yang mengatakan bahwa kebaikan dan keburukan perbuatan

manusia terwujud disebabkan oleh kehendak mutlak Tuhan. Menurut Ibn

Taimiyah, dengan mengakui bahwasannya kehendak mutlak Tuhan itu ada, tanpa

mengetahui bahwa Tuhan suka atau tidak dalam perbuatan buruk. Maka dapat

diambil kesimpulan, bahwa golongan Jabariyah menganggap Tuhan menyukai

segala maksiat dan keburukan yang ada di dunia ini. Kedua, Ibn Taimiyah juga

mengkritik aliran Qadariyah karena telah menyamakan antara perbuatan Tuhan

37

Abdurrahman bin Hasan, Ringkasan Minhajus Sunnah Ibnu Taimiyah, Solo: Pustaka Rayyan,

2007, h. 44 38

Abdurrahman bin Hasan, Ringkasan Minhajus Sunnah Ibnu Taimiyah, h. 81

Page 100: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

89

dengan perbuatan manusia.39

Bagi Ibnu Taimiyah tidak ada yang boleh

menyamakan Tuhan dengan makhluk-Nya dalam segala hal, karena semua

makhluk ciptaannya tidak ada yang dapat menandingi-Nya. Oleh karena itu,

Perbuatan Tuhan berbeda dengan perbuatan yang dilakukan oleh makhluk-Nya

termasuk dengan keburukan yang dilakukan-Nya berbeda dengan keburukan yang

dilakukan oleh hamba-Nya.40

39

Syafrial N., “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, h. 90 40

Ibnu Taimiyah, al-Furqān bayna al-Haq wa al-bāthil, (T.tp.: T.pn., t.t.), h. 19

Page 101: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemikiran-pemikiran Ibn Taimiyah dalam persoalan perbuatan manusia yang

terdiri dari hakikat perbuatan manusia, kehendak Tuhan, kebebasan manusia dalam

berbuat semuanya ia jelaskan berdasarkan al-Qur‟an dan al-Hadits. Pemikirannya

mengenai tiga persoalan perbuatan manusia di atas tidak sama dengan pemikiran dari

golongan Mu‟tazilah dan golongan Asy‟ariyah. Ibn Taimiyah mengambil pendapat

dari mereka yang merupakan kebenaran menurutnya dan menjauhkan pendapat

mereka yang tidak benar. Jadi, pemikiran Ibn Taimiyah dalam persoalan perbuatan

manusia ini mengambil jalan penengah di antara kedua golongan yaitu Mu‟tazilah

dan Asy‟ariyah.

Dari seluruh penjelasan mengenai perbuatan baik dan buruk manusia menurut

Ibn Taimiyah serta hubungan kekuasaan Tuhan dengan perbuatan manusia dalam

skripsi ini dapat diambil kesimpulan bahwa pandangan Ibn Taimiyah mengenai

perbuatan manusia memilih jalan tengah di antara perbedaan pendapat yang ada pada

aliran teolog Islam yang terkemuka yakni Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah, di antaranya:

Pertama, kebaikan menurut Ibn Taimiyah adalah menjalankan perintah dari

Tuhan dan menjauhkan diri dari larangan-Nya. Meninggalkan larangan serta

mengerjakan perintah, keduanya merupakan sesuatu yang berwujud. Hal tersebut

dapat dilihat ketika manusia meninggalkan larangan tersebut karena mengetahui jika

mengerjakannya akan mendapat dosa dan siksa. Sebaliknya, jika manusia mengetahui

Page 102: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

91

bahwa yang diperintah oleh Tuhan maka ia akan mengerjakan perinta tersebut.

Berbeda dengan pendapat aliran Mu‟tazilah yang menyatakan bahwa baik dan buruk

dapat dilihat dari esensi zatnya sendiri, sedangkan Asy‟ariyah menyatakan bahwa

baik dan buruk dapat dilihat setelah datangnya syari‟at.

Kedua, Perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan perbuatan manusia itu

sendiri, akan tetapi yang menciptakan dan menghendaki perbuatan manusia itu terjadi

hanya Allah SWT. Hal tersebut merupakan kesimpulan pemikiran Ibn Taimiyah

mengenai hakikat perbuatan manusia yang diambil di antara dua pendapat aliran

teolog yakni Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah. Ibn Taimiyah setuju dengan pendapat aliran

Mu‟tazilah bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya perbuatan manusia, akan tetapi

tidak sependapat dengannya mengenai manusia sebagai pencipta perbuatannya.

sedangkan pendapat Ibn Taimiyah yang sama dengan aliran Asy‟ariyah bahwa Tuhan

merupakan pencipta dari perbuatan manusia dan tidak setuju dengan pandangan

Asy‟ariyah bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan Tuhan.

Irādah Tuhan menurut Ibn Taimiyah bahwa hubungan Tuhan dengan

perbuatan manusia hanya pada kebaikan saja sedangkan keburukan yang terjadi di

dunia ini merupakan perbuatan dari hamba-Nya. Adapun jika Tuhan melakukan

keburukan pada hamba-Nya, maka keburukan tersebut merupakan hikmah dan kasih

sayang-Nya untuk mengarahkan manusia ke jalan yang diridhai oleh Tuhan dengan

cara bertaubat kepada Tuhan. Masalah irādah Tuhan dalam pandangan Ibn Taimiyah

juga mengambil pendapat yang dianggapnya benar dari dua pendapat yang

dikemukakan oleh aliran Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah. Menurut Mu‟tazilah kehendak

Tuhan yang berhubungan dengan perbuatan manusia hanya berupa kebaikan saja,

Page 103: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

92

sedangkan Asy‟ariyah kehendak Tuhan meliputi kebaikan dan keburukan yang telah

ada di dunia ini.

Menurut Mu‟tazilah manusia diberikan kebebasan dalam semua

perbuatannya, sedangkan Asy‟ariyah mengatakan bahwa manusia terpaksa dalam

perbuatannya atau tidak memiliki kehendak dalam berbuat karena hanya ada

kehendak Tuhan saja dalam perbuatannya. Ibn Taimiyah mengatakan bahwa manusia

tidak diberikan kebebasan dalam melakukan perbuatannya secara mutlak, akan tetapi

manusia memiliki pilihan, kehendak, keinginan, dan kemauan dalam menjalankan

segala yang diperintahkan Allah. Namun semua perbuatan manusia di atas

merupakan ciptaan Tuhan.

B. Saran

Pada akhir pembahasan skripsi ini penulis ingin menyampaikan beberapa

saran, sebagai berikut:

1. Untuk tidak sepenuhnya menyalahkan Tuhan dalam penciptaan perbuatan

manusia baik itu kebaikan maupun keburukan. Dan manusia hanya

dianjurkan untuk melakukan segala sesuatu yang membawa manfaat

baginya bukan melaksanakan sesuatu yang membawa dirinya dalam

kemudharatan.

2. Tidak semua penelitian mengenai pemikiran kalam lebih cenderung sama

dengan pemikiran dua aliran kalam terkenal yaitu Mu‟tazilah dan

Asy‟ariyah (Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah). Oleh karena itu, perlu adanya

Page 104: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

93

penelitian lebih lanjut mengenai persoalan kalam terutama pemikiran Ibn

Taimiyah.

3. Dapat memperluas khazanah keilmuan terutama dalam persoalan kalam

yaitu perbuatan manusia.

Page 105: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

94

DAFTAR PUSTAKA

A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, Jakarta: PT Al-Husan Zikra, 2001.

A. Nasir, Sahilun, Pemikiran Kalam (Teologi Islam): Sejarah, Ajaran, dan

Perkembangannya, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Abu Zahirah, Muhammad, Tārīkh al-Madzāhib al-Islāmiyah, Arab Saudi: Dār al-Fikr, t.t.

Aceh, Abubakar, Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam), Jakarta: Tintamas. 1966.

Akhiro, Yasya, “ Penafsiran Ibnu Taimiyah Tentang Hasanah dan Sayyi‟ah dalam

Surat an-Nisa Ayat 79: Studi Terhadap Kitab al-Hasanah wa al-Sayyi’ah”,

(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2008).

al-Asy‟ari, Abu al-Hasan, Ajaran-Ajaran Asy’ari. Penerjemah: Afif Mohammad dan

A. Solihin Rasyidi, Bandung: Pustaka-Perpustakaan Salman Institut Teknologi

Bandung, 1986.

al-Asy‟ari, Abu Hasan, Kitāb al-Luma’, T.tp.: T.pn., 1955.

al-Jamal, Muhammad, Biografi 10 Imam Besar, Penerjemah: M. Khaled Muslih,

Imam Awaluddin, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005.

al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir,

Penerjemah: Abdul Ghaffar, Jakarta: Pustaka Azzam, 2014.

Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.

as-Sayid al-Julaynid, Muhammad, Qodiyyah al-Khayr wa al-Syarr fi al-Fikri al-Islāmy,

Jami‟ah Kairoh: Daar Ulum, 1981.

Asy Syarbashiy, Ahmad, Pesan-Pesan Rahasia dalam Al-Qur’an (Peradaban

Qur’ani), Jakarta: Mirqat, 2016.

Page 106: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

95

Enoh, “Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (keburukan) dalam Al-Qur‟an: Analisis

Konseptual Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur‟an yang Bertema Kebaikan dan

Keburukan”, Mimbar, 4 Juni 2004.

Fakhry, Majid, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, Bandung: Mizan, 2001.

Farid, Ahmad, 60 Biografi Ulama Salaf. Penerjemah: Masturi Ilham dan Asmu‟I

Taman, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.

Hakim, Abdul, “Filsafat Etika Ibnu Miskawaih”, Ilmu Ushuluddin, Vol. 13, No. 2

(Juli 2014).

Hasan, Abdurrahman, Ringkasan Minhajus Sunnah Ibnu Taimiyah, Solo: Pustaka

Rayyan, 2007.

Hatta, Mawardy, “Aliran Mu‟tazilah dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam,” Ilmu

Ushuluddin Vol. 12, No. 1 (Januari 2013).

Ibnu Taimiyah, al-Hasanah wa al-Sayyi’ah, (Kairo: Dar al-Kutub, t.t).

_______, Baik dan Buruk (al-Hasanah wa al-Sayyi’ah). Penerjemah: Fauzi Faisal

Bahreisy, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005.

_______, al-Furqān bayna al-Haq wa al-bāthil, (T.tp.: T.pn., t.t.).

_______, Al Furqon Antara Kekasih Allah dan Kekasih Syaitan. Penerjemah:

Abdurrahman Masykur (Jakarta: Pustakan Panjimas, 1989).

_______, Menuju Umat Amar Ma’rūf Nahi Mungkar. Penerjemah: A.H. Hasan,

Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988.

_______, Pedoman Islam Bernegara. Penerjemah: K.H. Firdaus A.N., Jakarta: PT

Bulan Bintang, 1989.

_______, Syarah Aqidah Wasithiyah; Penjelasan Prinsip-Prinsip Akidah

Ahlussunnah wal Jama’ah dalam Matan Akidah Wasithiyah Karya Syaikh

Islam Ibnu Taimiyah. Penerjemah: Arif Munandar (Solo: Al-Qowam, 2014).

Page 107: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

96

Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi tentang Persamaan dan

Perbedaannya dengan Al-Asy’ari, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997.

Izutsu, Toshihiko, Etika Beragama dalam Al-Qur’an. Penerjemah: Mansuruddin

Djoely., Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Madkūr, Ibrāhīm, Fil Falsafah al-Islamiyyah: Manhaj wa Tathbīqoh, Kairo: Dār al-

Mā‟arif, 1119.

Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani,dkk.,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004).

Mansur, M. Laily, Pemikiran Kalam dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004.

Mufid, Fathul, “Menimbang Pokok-Pokok Pemikiran Teologi Imam al-Asy‟ari dan

al-Maturidi”, Fikrah, Vol.I, No. 2 Juli-Desember 2013.

Muhammad bin Abdul Karim al-Syahrastani, Al-Milal wa Nihal. Penerjemah

Asywadie Syukur, (Surabaya: PT Bina Ilmu, t.t).

Muhammaddin, “Aliran Kalam Salafiyah”, Jurnal Ilmu Agama Vol. 16, No. 1 (2015).

Nasharuddin, Akhlak: Ciri Manusia Paripurna, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2015.

Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang,

2014.

_______, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisis Perbandingan, Jakarta: UI

Press, 1986.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2015.

Nusaibah, “Sayyi‟ah dalam Al-Qur‟an,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan

Pemikir Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).

Page 108: PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34350/1/RIANA... · perbuatan manusia juga dapat kita temukan di dalam al-Qur‟an

97

Sobur, A. Kadir, “Teologi „Poros Tengah‟ Satu Kajian Terhadap Af‟al al-Ibâd dalam

Pemikiran Kalam Al-Asy‟ari,” Media Akademika Forum Ilmu dan Budaya

Islam Vol. 17, No. 3 (Juli 2002).

Sou‟yb, Joesoef, Peranan Aliran Iktizal dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam,

Jakarta Pusat: Pustaka Alhusna, 1982.

Syafrial N, “Corak Teologi Ibnu Taimiyah”, Tajdid, Vol. 18, No. 1 (Juli 2015).

The Encyclopedia of Islam vol. III, (Leiden: E. J. Brill, 1979).

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta:

Djambatan, 1992.

_______, Ensiklopedia Tasawuf, Bandung: Angkasa, 2008.

Untung, Syamsul Hadi, dan Nofriyanto, “ Al-Imâm Ibn Taimiyah wa Arauhu fi Al-

Qadaya al-Aqâidiyyah”, Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran

Islam, Vol. 14, No. 1 (Maret 2016).

Yusuf, M. Yunan, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam dari Khawarij ke Buya

Hamka Hingga Hasan Hanafi, Jakarta: Prenada media Group, 2014.

Zulfata, “Model Pemikiran Ketuhanan Reformis Menurut Ibnu Taimiyah dan

Johanes Calvin”, (Makalah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Ar-

Raniry Banda Aceh, 2013).