ragam kerusakan hasil perbuatan manusia...

85
RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA DI MUKA BUMI (ANALISIS PENAFSIRAN IBN KATSIR ATAS AYAT-AYAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Nia Ariyani NIM: 11150340000145 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 23-Feb-2020

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA DI

MUKA BUMI (ANALISIS PENAFSIRAN IBN KATSIR ATAS

AYAT-AYAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S. Ag)

Oleh:

Nia Ariyani

NIM: 11150340000145

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS

USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal
Page 3: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal
Page 4: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal
Page 5: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman

transliterasi yang sesuai dengan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin.

Huruf

Arab

Huruf

Latin

Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts Te dan es ث

J Je ج

Ë H dengan titik bawah ح

Kh Ka dan ha خ

D Er د

Dz De dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan ye ش

Ȇ es dengan titik di bawah ص

Ŷ de dengan titik di bawah ض

Ț Te dengan titik di bawah ط

ẓ Zet dengan titik di bawah ظ

Page 6: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

vi

ʻ koma terbalik di atas hadap ع

kanan

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ˈ ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan

alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

A Fatëah

I Kasrah

U Ŷammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Page 7: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

vii

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ي Ai a dan i

و Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

 a dengan topi di ى ا

atas

Î i dengan topi di ى ي

atas

Ȗ u dengan topi di ى و

atas

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiah

maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dȋwân bukan

ad-dȋwân.

5. Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah atau tasydȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ) ( dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

Page 8: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

viii

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Misalnya, kata )الضرورة( tidak dituliskan ad-darȗrah melainkan al-ŷarȗrah,

demikian seterusnya.

6. Ta Marbȗțah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbȗțah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal ini sama juga jika ta marbȗțah

tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

marbȗțah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Tarȋqah طريقة 1

-Al-Jâmȋah al الجامعة اإلسالمية 2

Islâmiyyah

Waëdat al-Wujȗd وحدة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikiti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abȗ Hâmid al-Ghazâlȋ bukan

Abȗ Hâmid Al-Ghazâlȋ, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Page 9: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

ix

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring

(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis

dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,

demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânȋ; Nuruddin al-

Raniri, tidak Nȗr al-Dȋn al-Rânȋrȋ.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan di atas:

Kata Arab Kata Latin

dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ

tsabata al-ajru ثبت األجر

al-ëarakah al-‘aêriyyah الحركة العصريه

asyhadu an lâ ilâha Allâh أشهد أن ال إله إأل هللا

maulânâ Malik al-Ȇâlië موالنا ملك الصالح

yu’atstsirukum Allâh يؤثركم هللا

al-mazâhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu

Page 10: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

x

dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nȗr Khâlis Majȋd;

Mohamad Roem, bukan Muhammad Rȗm; Fazlul Rahman, bukan Fadl al-

Rahmân.

Page 11: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

xi

ABSTRAK

Nia Ariyani

“Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis

Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi)”

Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya

patut ditelaah. Hal ini karena kata kerusakan atau dalam bahasa arab disebut

fasâd mempunyai dampak yang berbeda dan beragam. Dampak tersebut

dapat berupa dampak kerusakan materi dan dampak kerusakan non-materi.

Namun, yang menjadi objek menarik ada pada manusia. Manusia di muka

bumi ini pada dasarnya adalah orang yang mempunyai agama. Hal ini

menimbulkan sebuah pertanyaan, mengapa manusia yang mempunyai

agama justru turut serta dalam kerusakan? Seharusnya orang yang

beragama justru melakukan penjagaan dan bahkan per-baikan.

Penelitian ini menggunakan deskriptif – analitis. Hal ini bertujuan

agar mendapatkan pemahaman secara komprehensif (menyeluruh)

mengenai ragam kerusakan hasil perbuatan manusia. Metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data utama, yaitu ayat-ayat yang terkait

dengan kerusakan dengan kata kunci term fasâd dan derivasinya

menggunakan kitab al-Mufrâd fȋ Gharȋb al-Qur’ân. Data-data tersebut

kemudian akan dianalisis menggunakan penafsiran Ibn Katsir yang

berfokus pada metode bi al-Matsȗr.

Berdasarkan analisi penulis, bahwa kerusakan hasil perbuatan

manusia disebabkan karena adanya perbuatan menyimpang. Perbuatan

tersebut jumlahnya beragam dan hasil ini kemudian dijelaskan dalam

sembilan ayat yang terdapat di dalam al-Qur’an.

Keyword: Kerusakan, Perbuatan manusia, dan Tafsir Ibn Katsir.

Page 12: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, rasa syukur kepada Allah yang telah

memberikan rahmat-Nya dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat

beserta salam tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa

Sallam, yang dengan diutusnya rasul kehidupan semakin bermakna dan

kehidupan membawa manusia mengenal sang pencipta, Allah ta’ala.

Selanjutnya, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dalam proses

skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Dengan rasa hormat, penulis

mengucapkan:

1. Ibu Prof. Dr. H. Amany Lubis, MA., Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA., dan bapak Fahrizal Mahdi, Lc.

MIRKH. Selaku Ketua dan Sekretaris program studi Ilmu al-Qur’an

dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin.

4. Bapak Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, MA., sebagai dosen

pembimbing dalam menulis skripsi ini. Terima kasih tak hingga atas

kesabarannya dan keiklasannya dalam membimbing penulis sampai

selesai dalam penelitian ini. Atas segala perhatian tersebut, penulis

hanya mampu membalasnya dengan doa: semoga Allah senantiasa

memberikan rahmat dan keberkahan dalam kehidupan.

5. Bapak Masykur Hakim, MA., selaku dosen pembimbing akademik.

Segenap Bapak dan Ibu Dosen Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, yang telah

begitu banyak membekali ilmu dan pengetahuan. Juga tak lupa,

penulis haturkan terima kasih kepada para karyawan Ushuluddin,

Page 13: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

xiii

Pak Toto Tohari, dan kawan-kawan, yang telah mempermudah

segala urusan akademik kampus yang berkaitan dengan penulis dan

skripsi penulis.

6. Bapak Kusen, Ph.D., selaku ayahanda penasihat dan pemberi

motivasi untuk terus menggali khazanah ilmu pengetahuan. Semoga

selalu sehat dan mendapat keberkahan hidup dari Allah.

7. Orang tua tercinta, Ibu Nur Tisah dan bapak Heliyun yang penulis

panggil dengan sebutan Mak dan Bak. Suami tercinta, Rumadi yang

saya panggil Kanda Adi. Juga, kakak Heni Sagita dan adik Indah

Subarhana. Penulis ucapkan terima kasih atas kasih sayang dan

doanya yang tulus untuk penulis.

8. Teman-teman dari berbagai macam ruang kelas, organisasi, dan

komunitas yang senantiasa mewarnai perjalan proses belajar di

Universitas. Mereka adalah Pesantren Modern Nahdlatul ‘Ulama

(PEMNU) Talang Padang, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM) Ciputat, Rumah Tahfidz al-Qur’an Dzin-Nurrain Jakarta,

teman-teman Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan tahun 2015,

Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (DEMA-F), Lembaga

Dakwah Kampus (LDK) Syahid Jakarta, Forum Lingkar Pena (FLP)

Ciputat, Komunitas Prosa Tujuh, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Menara 009.

9. Terimakasih juga kepada sahabat yaitu: Kak Syamsuri, Ardi

Kurniawan, Abdus Somad, Khoirur Rifqi Robiansyah, Faiji

Rahmat, Ma’rifat Kilwakit, Ningsih, Ahidatun Ni’mah, Sundari

Aryanti, Annisa Nurfauziah, Fatimatul Azizah, Eva Uyuni, Siti

Aisyah, Siti Fatimah Zahro, Sri Wahyuni, Laraswati, Hilda

Mujakiatul Udzma, Iis Faoziah, Intan Diniatul Azizah, Fifit

Page 14: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

xiv

Qomariah, Shofi Hidayatullah Akbar, Sinta Indriani, Shofi al-

Fionita, Uswatun Hasanah, dan sebagainya.

Harapan penulis, semoga dengan adanya skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membaca dan dapat mengambil hikmah bagi

penulis, para kademisi, maupun masyarakat umum.

Page 15: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................i

LEMBAR KEASLIAN KARYA...............................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN.........................................................iv

PEDOMAN TRANSLITERASI...............................................................v

ABSTRAK.................................................................................................xi

KATA PENGANTAR..............................................................................xii

DAFTAR ISI.............................................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................1

B. Identifikasi Masalah.................................................................10

C. Batasan dan Rumusan Masalah................................................11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................12

E. Tinjauan Kajian Terdahulu.......................................................13

F. Metodologi Penelitian..............................................................18

G. Sistematika Penulisan...............................................................19

BAB II IBN KATSIR DAN PEMIKIRAN..............................................21

A. Biografi Ibn Katsir....................................................................21

B. Para Guru dan Para Murid Ibn Katsir........................................22

C. Karya dan Pemikiran Ibn Katsir...............................................24

Page 16: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

xvi

D. Sekilas Mengenai Tafsir Ibn Katsir..........................................26

BAB III KONSEP PERBUATAN MANUSIA.......................................30

A. Pengertian Baik dan Buruk.......................................................31

B. Macam-Macam Term Baik dan Buruk.....................................33

C. Solusi Menghindari Perbuatan Buruk.......................................42

BAB IV ANALISIS AYAT-AYAT KERUSAKAN DI MUKA

BUMI.........................................................................................................45

A. Kerusakan Dalam Bentuk Penyimpangan Akidah.................47

B. Kerusakan Dalam Bentuk Kemaksiatan................................51

C. Kerusakan Dalam Bentuk Penyimpangan Memperlakukan

Orang Yang Lemah................................................................55

D. Kerusakan Dalam Bentuk Memperturutkan Hawa

Nafsu......................................................................................58

E. Kerusakan Dalam Bentuk Perilaku Merusak

Lingkungan............................................................................60

BAB V PENUTUP....................................................................................63

A. Kesimpulan..........................................................................63

B. Saran....................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................65

Page 17: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam yang di dalamnya

terkandung ajaran Islam berupa akidah, syari’ah, dan akhlaq. al-Qur’an

juga sebagai pedoman untuk menghantarkan manusa kepada kebahagiaan.

Untuk mencapai kebahagiaan tersebut manusia hendak mengamalkan dan

memahaminya.1 Karenanya banyak pembahasan mengenai berbagai

kehidupan di dalam al-Qur’an, salah satunya pembahasan mengenai

kerusakan hasil perbuatan manusia. al-Qur’an juga sebagai pedoman umat

manusia yang berisi petunjuk untuk memilih yang baik dan yang buruk.

Manusia diberikan potensi oleh Allah berupa potensi kebaikan dan

potensi keburukan. Hal ini merupakan ujian yang hendak manusia lalui

dengan mengontrol, mengawasi, dan memilih jalan yang telah diberikan

petunjuknya di dalam kitab suci al-Qur’an dan risalah para Nabi. Jika

potensi kebaikan manusia berjalan sebagaimana mestinya maka akan terjadi

keseimbangan. Namun sebaliknya, jika potensi keburukan yang

mendominasi maka akan terjadi ketimpangan yang berakibat pada

kerusakan.

Kata, “kerusakan” di dalam al-Qur’an menggunakan kata, “fasād.”

Kementerian Agama RI dalam Tafsir al-Qur’an Tematik yang berjudul,

Pelestarian Lingkungan Hidup, bahwa di dalam al-Qur’an term fasād

dengan seluruh derivasinya (kata jadiannya) terulang sebanyak 50 kali.

1 Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam (Tangerang: Serat Alam

Media, 2012), xi.

Page 18: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

2

Sedangkan, di dalam kitab al-Mufrȃt fȋ Gharȋb al-Qur’ȃn kata, “سد tertulis ”ف

10 kali yang berarti عتدال

يء عن ال

روج الش sesuatu yang keluar dari) خ

keseimbangan).2

Dunia global saat ini sedang dihadapkan pada persoalan serius yang

menentukan keberlangsungan hidup umat manusia,3 yakni: krisis

spiritualitas, krisis kemanusiaan, dan krisis terhadap lingkungan hidup.

Krisis spiritual, krisis kemanusiaan, dan krisis lingkungan hidup akan

mengahantarkan manusia pada perbuatan kerusakan.

Alam yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala terbentang luas

untuk kehidupan manusia. Manusia yang diamanahkan peran sebagai

khalifah fȋ al-Ardh (pemimpin di bumi), hendaknya menjalankan

konsekuensi keimanannya dengan berhubungan baik kepada tiga hal, yaitu:

Hubungan kepada Allah, hubungan kepada manusia, dan hubungan

terhadap alam semesta. Manusia hendaknya bertanggungjawab untuk

memelihara dan menjaga ketiga hal tersebut. Tanpa ada keseimbangan

terhadap tiga hal tersebut, maka akan terjadi kerusakan dan

ketidakseimbangan. Misalnya pada pemeliharaan alam yang meliputi:

Tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, gunung-gunung, laut, air, dan

sungai. Dalam peranannya sebagai khalifah, manusia hendak mengurus,

memanfaatkan, dan memeliharanya.4 Namun faktanya manusia belum

mampu mengemban amanah sebagai khalifah secara proporsional

(seimbang).

2 Abu Qosim al-Husain bin Muhammad, al-Mufrâdat fȋ Gharȋb al-Qur’ân (Beirut:

Darul Ma’rifah), 491. 3 Agus Iswanto, “Relasi Manusia dengan Lingkungan dalam al-Qur’an,” Suhuf,

vol. 6, no. 1 (2013): 1. 4 Departemen Agama RI, Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Lajnah

Pentashihan al-Qur’an, 2009), 27.

Page 19: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

3

Allah telah menciptakan alam semesta dengan seimbang. Allah

berfirman di dalam al-Qur’an surah al-Ahqaf ayat 3:

ا عم

فروا

ذين ك

ى وٱل

سم جل م وأ

حق بٱل

إل

رض وما بينهما

ت وٱل و م قنا ٱلس

ل ما خ

و ر م

ذذروا

أ

“Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara

keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang

ditentukan. Namun orang-orang kafir berpaling dari peringatan yang

diberikan kepada mereka.”

Keseimbangan antara makhluk hidup dan alam semesta berdampak

pada keselarasan dan kesejahteraan hidup manusia.5 Begitu juga dengan

keseimbangan manusia dengan Tuhan. Keseimbangan yang telah Allah

berikan akan tetap terjaga bila manusia “tidak merusak” komponen alam

semesta secara drastis.

Tauhid atau keimanan manusia yang seharusnya dapat dimanifestasikan

dengan perilaku atau perbuatan baik. Namun faktanya kerusakan komponen

alam semesta banyak terjadi karena perilaku manusia yang tidak

bertanggungjawab. Misalnya: Kerusakan terhadap alam terjadi perilaku

manusia yang membuang sampah sembarangan, penggunaan pestisida

berlebihan, dan illegal logging (penebangan hutan) secara besar-besaran,

dan kebakaran hutan secara luas. Allah berfirman di dalam al-Qur’an surah

al-Rahman ayat 8-9:

ط

ت

ل

أ يزا

في ٱل

وا

٨غ يزا

ٱل

سروا

خ

ت

قسط ول

بٱل وز

ٱل

قيموا

٩وأ

“Agar jangan kamu merusak keseimbangan itu, dan tegakkanlah

keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi

keseimbangan itu.”

5 Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis al-Qur’an (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2015), 115.

Page 20: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

4

al-Qur’an merupakan kitab hudâ (petunjuk), kitab Furqan (pembeda

antara kebenaran dan kebathilan), kitab adz-Zikr (pemberi peringatan) bagi

ummat manusia. Implikasinya, berlaku pada siapa saja, Muslim atau non-

Muslim. Ia mengahadirkan dirinya sebagai rahmat bagi seluruh ummat

manusia. Konteks dari rahmat bagi seluruh ummat manusia ini, tidak ada

jaminan bahwa orang yang mengaku Muslim pasti akan mendapat

petunjuknya, dan tidak pula ada kepastian bahwa yang non-Muslim tidak

memperoleh petunjuknya.6 Pembagian antara Muslim dan non-Muslim ini,

menunjukkan tingkat kesadaran perilaku atau perbuatan manusia.

Menurut Ahzami Samiun Jazuli, al-Qur’an merupakan pedoman hidup

yang menyeru kepada manusia untuk berpikir logis, mempersiapkan diri

sebaik-baiknya, mendayagunakan sarana yang ada, dan mengerahkan

kemampuan guna dapat mengemban amanat tertinggi dimuka bumi, yaitu

sebagai khalifah (pemimpin).7 Selain itu, menurut Efa Ida Amalia, al-

Qur’an merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas yang merupakan

basis sumber inspirasi Muslim.8 Dalam hal ini dapat diidentifikasikan

bahwa al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia secara komprehensif

(menyeluruh). Baik itu sebagai pedoman hidup manusia dan juga sumber

utama inspirasi pengetahuan.

Sebagai manusia yang bernotabane sebagai Khalifah fȋ al-Ardh yang

tugasnya menjaga, mengatur, dan mengelola dan memakmurkan bumi

adalah sebuah keniscayaan. Sebab yang membutuhkan bumi dan

6 Kementerian Agama RI, Spriritualitas dan Akhlaq (Tafsir al-Qur’an Tematik)

(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2010), 1. 7 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an (Jakarta: Gema

Insani, 2006) xi-xii. 8 Efa Ida Amalia, “Kehancuran Alam Semesta dalam al-Qur’an”. Suhuf, vol. 2,

no. 1 (2009): 74.

Page 21: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

5

lingkungan bukanlah lingkungan itu sendiri. Namun, manusialah yang

sangat membutuhkan lingkungan.

Alam yang terbentang luas di dalamnya terdapat beranekaragam jenis

tumbuhan, jenis hewan, dan juga manusia yang hidupnya bertumpu

terhadap alam, secara otomatis manusia akan memakan tumbuhan dan

memburu jenis hewan dan bahkan memburu segala isi alam yang telah

disediakan oleh Tuhan. Tumbuhan dan hewan akan hidup dengan

sendirinya tanpa manusia. Tetapi sebaliknya, manusia tanpa tumbuh-

tumbuhan dan hewan akan menyebabkan manusia tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Di sinilah manusia disebut sebagai antroposentris.

Karena manusia disebut sebagai antroposentris yaitu manusia

menempati pusat dari alam semesta,9 maka manusia hendaknya

memperhatikan aturan-aturan yang ditetapkan Tuhan terhadap alam.

Menjaga keseimbangan dengan tidak merusak. Tanpa memperhatikan

aturan dan keseimbangan terhadap alam, maka akan terjadi masalah dan

kerusakan. Allah berfirman di dalam al-Qur’an surah al-Rum ayat 41-42:

هم ل

ل

وا

ذي عمل

ض ٱل اس ليذيقهم ب يدي ٱلن

سبت أ

بحر بما ك

وٱل

بر فساد في ٱل

هر ٱل

يرجظ

و ١٤

ل سيروا

ق

ركي

ش رهم مثك

أ ا

ك

بل

ذين من ق

ٱل

قبة

ع ا

ك

يف

ك

روا

ٱذظ

رض ف

١٤في ٱل

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Katanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikan bagaimana

kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu orang-

orang yang mempersekutukan (Allah).”

Menurut A. Sonny Keraf bahwa bencana atau kerusakan lingkungan

terbagi menjadi dua bagian. Pertama: Kerusakan atau bencana karena

9 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2010), 47.

Page 22: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

6

murni peristiwa alam, seperti: Gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus.

Kedua: Kerusakan atau bencana karena krisis lingkungan hidup, akibat pola

dari perilaku manusia, seperti: kehancuran, kerusakan, dan pencemaran

lingkungan.10

Masalah kerusakan lingkungan pada dasarnya telah terjadi sejak zaman

para Nabi. Syahrul Machmud menuliskan yang juga mengutip dari kitab-

kitab suci baik agama Islam, Kristen, dan Yahudi, Otto Soemarwoto yang

seorang ahli ekologi, berpendapat, dengan menghubungkan kejadian yang

dikisahkan dalam kitab suci berupa peristiwa air bah pada zaman Nabi Nuh

dan berbagai kesulitan Nabi Musa di Gunung Pasir pada waktu

pengembaraan dari Mesir ke Kana’an.11

Selain peristiwa di atas, peristiwa Nabi Yusuf dalam menafsir-kan

mimpi raja (Mesir): “Aku melihat dalam mimpi tujuh ekor sapi betina yang

tambun dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus dan tujuh bulir

gandum hijau dan tujuh lainnya kering.” Nabi Yusuf menafsirkan terdapat

dalam al-Qur’an surah Yusuf ayat 47 yaitu: “Ia (Yusuf) berkata: “Selama

tujuh tahun bertanam seperti biasa, dan hasil yang kamu tuai hanya bulir-

bulirnya kecuali sebagian kecil yang kamu makan.” Abdullah Yusuf Ali,

menerangkan bahwa ayat ini mengisyaratkan langkah-langkah yang harus

diambil dalam menghadapi bencana yang akan datang. Selama tujuh tahun

akan ada hasil panen yang melimpah. Dari situ harus disediakan sedikit

makanan yang disimpan bersama bulir-bulirnya, lebih baik lagi dilindungi

10 A. Sonny Keraf, Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global (Jogjakarta:

Kanisius, 2010), 26. 11 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia (Jogjakarta:

Graha Ilmu, 2012), 1.

Page 23: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

7

dari hama yang menyerang gandum bila telah dibawa ketempat

pengeringan.12

Peristiwa Nabi Nuh As dan Nabi Musa As di atas merupakan peristiwa

bencana. Peristiwa Nabi Yusuf As di atas dapat mengambil hikmah

mengenai antisipasi manusia untuk terus menjaga lingkungan agar tidak

terjadi kerusakan.

Bencana dan kerusakan tentu bagian yang berbeda. Pada penelitian ini

berpusat pada fasād (kerusakan) bukan pada bencana. Perbedaan ini

ditampilkan agar dapat memberikan informasi bahwa yang diteliti adalah

kerusakan akibat perbuatan manusia.

Saat ini, telah memasuki era industrialisasi diberbagai belahan dunia,

baik negara maju ataupun negara berkembang. Hingga keadaan yang

digambarkan pada peristiwa nabi di atas sudah sangat berubah.

Pembangunan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya telah

mengubah cara pandang mengenai lingkungan.

Manusia membangun tapi manusia merusak. Seperti: Manusia

memakan jenis makanan; tanpa memperhatikan dimana manusia

membuang bekas makanan. Manusia menebang hutan; tanpa

memperhatikan pemanfaatan hingga terjadi penggundulan hutan. Manusia

membangun industri tanpa memperhatikan lingkungan daratan, lautan, dan

udara. Juga, yang paling penting penyebabnya adalah gaya hidup manusia

modern yang tidak mengindahkan pedoman hidup, spiritualitas kepada

Tuhan yang tidak dimanifestasikan dengan perbutan baik terhadap

12Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009),

557.

Page 24: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

8

lingkungan. Akibatnya, kehancuran, kerusakan, polusi udara, dan

pencemaran lingkungan darat dan air terus menjamur.

Sukidi, dalam bukunya, Teologi Inklusif Cak Nun, menuliskan bahwa

pakar ekonomi pembangunan dunia, E. F. Schumacher, dalam bukunya, A

Guide for the Per-Plaxed, 1981, memberitahukan bahwa krisis berangkat

dari krisis spiritualitas dan krisis terhadap pengenalan diri terhadap yang

absolut, yaitu Tuhan.13

Semua yang dituliskan di atas merupakan fasād (kerusakan). Namun

fasād (kerusakan) ternyata terjadi akibat manusia tidak mengindahkan

tauhidnya dengan perbuatan baik. Tauhid memiliki konsekuensi terhadap

manusia. Sebagaimana manusia telah mengikrarkan untuk bersaksi bahwa

Tuhan yang disembah dan manusia juga bersaksi bahwa tidak ada Tuhan-

Tuhan yang lain yang disembah. Konsekuensi tauhid diwujudkan dalam

perbuatan baik.

Penelitian ini berfokus pada bagaimana Ragam Kerusakan Hasil

Perbuatan Manusia (Analisis Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat

Kerusakan di Muka Bumi). Ada beberapa alasan dan pentingnya dalam

penelitian ini, yaitu:

Alasan pertama adalah salah satu permasalahan mengenai

keseimbangan alam semesta ialah mengenai “kerusakan,” yang di dalam al-

Qur’an disebut “fasād.” Adapun salah satu persoalannya adalah kerusakan

di muka bumi ini di lakukan oleh orang-orang beragama, tetapi minim

pengetahuan terhadap yang absolut. Sebagaimana Sukidi dalam bukunya

Teologi Inklusif Cak Nun yang juga mengutif E. F. Schumacher menuliskan

bahwa krisis spiritualitas berangkat dari kurangnya pengenalan diri kepada

13 Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nun (Jakarta: Kompas, 2001), 227.

Page 25: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

9

Tuhan. Di sinilah muncul sebuah pertanyaan mengapa orang-orang yang

beragama justru turut serta melakukan perbuatan kerusakan? Seharusnya,

orang yang beragama pasti perbuatannya baik. Namun, faktanya kerusakan

justru dilakukan oleh manusia yang beragama. Padahal jika manusia

meyakini keimanannya maka akan terjadilah sebuah keseimbangan.

Sehingga terciptalah harmonisasi keindahan, kepedulian, tidak merusak,

dan tidak membiarkan kerusakan.14 Dengan kata lain manusia yang

mempunyai agama seharusnya dapat mengaplikasikan keimanannya

dengan perbuatan baik. Maka dari itu, di sinilah pentingnya penelitian

mengenai: Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi

(Analisis Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-ayat Kerusakan di Muka Bumi).

Alasan kedua mengapa penulis mengangkat tema, Ragam Kerusakan

Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis Penafsiran Ibn Katsir

atas Ayat-ayat Kerusakan di Muka Bumi) menjadi judul skripsi karena term

kerusakan di dalam al-Qur’an jumlahnya sangat banyak derivasinya.

Sehingga, sangat menarik untuk diteliti. Juga, perbuatan manuia menempati

posisi yang erat kaitannya dengan mengapa terjadi kerusakan, sebagaimana

Sonny A. Keraf menuliskan dalam bukunya, Etika Lingkungan Hidup,

masalah lingkungan merupakan masalah perbuatan atau perilaku manusia.

Alasan ketiga mengapa penulis menggunakan Tafsir Ibn Katsir dalam

penelitian ini, hal ini karena beberapa alasan: Pertama: Ibn Katsir atau yang

bernama lengkap Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin al-Hafidz Abi Hufas

Umar bin Katsir, ini merupakan ‘ulama yang bermazhab Syafi’i,15

berakidah ahlusunnah wa al-Jama’ah. Ia terkenal juga sebagai tokoh

14 Saifuddin Aman, Tren Spiritual Millenium Ketiga (Jakarta: Ruhama, 2013),

59. 15 Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin al-Hafidz Abi Hufas Umar bin Katsir, Tafsir

al-Qur’ân al- Adzȋm, jilid 1 (Riyadh: Dar al-Salam, 1994), 18.

Page 26: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

10

panutan bergelar al-Hafidz.16 Kedua: Karena tafsir ini merupakan Tafsir al-

Qur’ȃn bi al-Qur’ȃn, sebagaimana disebutkan bahwa metode penafsiran

yang utama yaitu al-Qur’an dengan al-Qur’an. Jika tidak ada di dalam al-

Qur’an hendaknya menafsirkan dengan Hadis. Dan jika tidak menemukan

di dalam al-Qur’an dan hadis, maka hendaknya merujuk pada sahabat dan

tabi’in.17 Ketiga: penulis melihat Ibn Katsir dalam menjelaskan ayat-ayat

mengenai kerusakan mengungkapkan sebagai akibat dari kemaksiatan

manusia kepada Allah, sehingga menjadikan manusia lalai dan bahkan

kufur kepada-Nya. Selain itu, kemaksiatan diakibatkan karena agama yang

mengatur kehidupan manusia ternyata belum mampu termanifestasikan

dengan perbuatan baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai latar belakang permasalahan

yang telah dipaparkan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa

permasalahan, yaitu:

Pertama: Penelitian mengenai kerusakan hasil perbuatan manusia di

muka bumi, masih berkisar pada kerusakan yang berdampak pada materi.

Seperti: Kerusakan lingkungan yang berdampak pada pencemaran

lingkungan atau penebangan hutan secara illegal. Hal ini membawa

pemahaman yang berdampak secara rill (nyata). Padahal, kerusakan yang

berdampak pada non-materi belum diteliti secara mendalam. Dari sinilah

16 Ibn Katsir, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, terj. Abdullah bin Abdul Muhsin

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), 13. 17 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahmad bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, jilid 1 (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2009), bagian Muqaddimah.

Page 27: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

11

muncul sebuah pertanyaan. Mengapa ayat al-Qur’an mengenai kerusakan

belum dikaji dalam aspek non-materi?

Kedua: Ayat-ayat kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi

belum final dikaji dan perlu dikaji dalam segi penafsiran al-Qur’an.

Ketiga: Perbuatan atau perilaku manusia yang merusak merupakan

orang-orang yang mempunyai agama. Padahal seharusnya orang-orang

yang beragama justru orang yang dapat melakukan, menjaga keseimbangan,

dan mengamalkan apa yang diperintahkan agamanya. Dari sinilah muncul

sebuah pertanyaan, mengapa orang yang beragama justru turut serta

melakukan kerusakan?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti hanya fokus kepada

permasalahan, Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi

(Analisis Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-ayat Kerusakan di Muka Bumi)

adalah penting dan uniknya Ibn Katsir dalam menjelaskan makna ayat-ayat

kerusakan. Oleh karena itu, kitab yang menjadi rujukan primer adalah kitab

al-Qur’ân al-Adzȋm.

Mengenai ayat-ayat fasād (kerusakan), penulis menelusuri kata Fasād

dengan menggunakan kitab mufradât (kosa kata) yaitu kitab al-Mufrȃd fȋ

Gharȋb al-Qur’ȃn. Pada kitab ini, arti fasād (kerusakan) yang berarti

“Sesuatu yang keluar dari ke-seimbangan,” untuk diuraikan tafsirnya, yaitu:

surah al-Baqarah [2] : 11, surah al-Baqarah [2] : 12, surah al-Baqarah [2] :

220, surah al-Baqarah [2] : 205, surah Yunus [10] : 81, surah al-Anbiya

[21] : 22, surah al-Mu’minun [23] : 71, surah al-Naml [27] : 34, surah al-

Page 28: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

12

Rȗm [30] : 41-42. Dari kesembilan18 ayat ini sudah mewakili bagaimana

Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis

Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-ayat yang Menjelaskan Kerusakan di Muka

Bumi).

Pembatasan ini bertujuan agar pembahasan lebih fokus dan tidak keluar

dari tema yang diteliti dari aspek-aspek yang telah diidentifikasi,

menginformasikan tafsiran Ibn Katsir mengenai ayat, dan wawasan yang

terkait dengannya.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini menggunakan model pernyataan

yang berguna untuk menjawab pokok permasalahan dan menunjukkan arah

pemahaman yang benar, yaitu: Bagaimana Ragam Kerusakan Hasil

Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisisis Penafsiran Ibn Katsir atas

Ayat-ayat Kerusakan di Muka Bumi).

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini

adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana perbuatan manusia yang keluar dari

keseimbangan

18 Term fāsad yang terdapat dalam penelitian ini merupakan term yang terdapat

dalam kitab al-Mufrat fȋ Gharȋb al-Qur’ȃn. Di dalam kitab tersebut, terdapat 10 (sepuluh)

ayat. Namun ketika penulis teliti ulang ayat tersebut terdapat sembilan ayat. Hanya saja,

surat al-Baqarah [2] : 205 term fasād dalam satu ayat terdapat 2 (dua) kata fasād.

Page 29: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

13

b. Untuk mengamati tentang bagaimana ayat-ayat mengenai ragam

kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi

c. Untuk menganalisis Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di

Muka Bumi (Analisis Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-ayat

Kerusakan di Muka Bumi)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Penulis

merangkumnya sebagai berikut:

a. Penelitian ini berguna agar mengetahui perbuatan manusia yang

keluar dari keseimbangan

b. Penelitian ini berguna agar mendapatkan pemahaman ayat-ayat

mengenai ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi

c. Penelitian ini diharapkan mampu berguna sebagai rujukan untuk

memahami Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka

Bumi (Analisis Ayat-ayat yang Menjelaskan Kerusakan di Muka

Bumi Studi Tafsir Ibn Katsir)

Dua poin pertama merupakan manfaat penelitian secara teoritis,

sedangkan satu poin terakhir merupakan manfaat secara praktis.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Karena lingkup kajian ini adalah Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan

Manusia di Muka Bumi (Analisis Ayat-ayat yang Menjelaskan

Kerusakan di Muka Bumi Studi Tafsir Ibn Katsir), maka penulis

Page 30: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

14

berusaha mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai tema

tersebut. Tujuannya agar tidak terjadi kesamaan dan menemukan

perbedaan dalam penelitian. Setelah penulis teliti melalui artikel, buku,

skripsi, dan tesis pembahasan yang relevan mengenai skripsi ini sebagai

berikut:

Penelitian yang ditulis oleh Enoh (Dosen tetap Fakultas Tarbiyah

UNISBA) dalam sebuah artikelnya yang berjudul Konsep Baik

(Kebaikan) dan Buruk (Keburukan) dalam al-Qur’an, v. XXIII No. 1

Januari – Maret 2007. Artikel ini membahas mengenai makna kebaikan

dan keburukan dalam al-Qur’an. Perbedaan artikrel ini dan skripsi

penulis terletak pada pembahasan mengenai kebaikan dan keburukan

saja, melainkan analisis ragam kerusakan di muka bumi.

Penelitian yang kedua ditulis oleh Rabiah Z. Harahap (Dosen

Fakultas UMSU) dalam, artikel EduTech vol. 1 no 1 Maret 2015. Artikel

ini membahas mengenai akhlaq, etika, dan moral. Serta etika terhadap

lingkungan hidup dalam persfektif ajaran Islam. Perbedaan artikel ini

dengan penelian penulis adalah penulis tidak hanya menampilkan

akhlaq, etika, dan moral tetapi juga diteliti bagaimana Ragam Kerusakan

Hasil Perbuatan Manusia.

Penelitian yang ketiga yang disusun oleh Kementerian Agama RI

dalam buku yang berjudul, Pelestarian Lingkungan Hidup. Penelitian ini

membahas mengenai berbagai tema lingkungan, seperti: Eksistensi laut,

eksistnsi air, kebersihan lingkungan, kerusakan lingkungan, term al-

Qur’an yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan, dan sebagainya,

tetapi dalam buku tafsir tematik ini tidak mengupas secara detail

mengenai ragam kerusakan hasil perbuatan manusia secara fokus.

Page 31: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

15

Penelitian yang keempat yang ditulis oleh Wisnu Arya Wardana dalam

buku yang berjudul, Dampak Pencemaran Lingkungan. Buku ini berisi

penjelasan mengenai beberapa macam kerusakan yang terkhusus pada

pencemaran lingkungan, diantaranya: Pencemaran udara, pencemaran air,

dan pencemaran daratan.19 Semua pencemaran di atas merupakan bentuk

kerusakan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada kerusakan

tidak hanya berfokus pada pencemaran lingkungan saja, melainkan

berfokus pada ragam kerusakan akibat pencemaran yang menghadirkan

ayat-ayat al-Qur’an.

Penelitian yang kelima yang ditulis oleh Muhammad Mukhtar Dj (2010).

Ia berada di jurusan Tafsir-Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul Kerusakan

Lingkungan Persfektif al-Qur’an (Studi Tentang Pemanasan Global).

Skripsi ini membahas mengenai cara penanggulangan pemanasan global

dalam al-Qur’an. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mengenai ayat-ayat

al-Qur’an yang berbicara pemeliharaan al-Qur’an, diantaranya: pertama:

nilai-nilai yang ada di dalam al-Qur’an mengenai pemanasan global

tersebar dalam berbagai ayat. Kedua: Berbagai cara telah dilakukan untuk

menanggulangi pemanasan global, seperti negara-negara internasional telah

membuat suatu persetujuan untuk menangani masalah pemasan global.

Ketiga: Tanpa nilai-nilai standar tersebut, manusia melihat kebenaran

menurut hawa nafsunya masing-masing.20 Perbedaan dengan penelitian ini

yaitu kerusakan tidak dititik beratkan pada satu hal, yaitu mengenai

lingkungan. Namun meneliti term kerusakan dari berbagai aspek.

19 Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan (Yogyakarta: Andi

Offset, 2004), xvi. 20 Muhammad Mukhtar Dj, “Kerusakan Lingkungan Persfektif al-Qur’an (Studi

Tentang Pemanasan Global),” Dalam Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah (Jakarta 2010), 60.

Page 32: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

16

Penelitian yang keenam yang ditulis oleh Tatik Maisaroh (2017). Ia

berada di jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Skripsi ini berjudul

Akhlaq Terhadap Lingkungan Hidup Dalam al-Qur’an (Studi Tafsir al-

Misbah). Skripsi ini membahas mengenai kontribusi dan kontekstualisasi

akhlaq lingkungan hidup Muhammad Qurays Shihab di Indonesia.

Kesimpulan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: pertama:

Muhammad Quraish Shihab dalam tafsirnya memili pandangan bahwa

akhlaq terhadap lingkungan hidup adalah tidak merusak tatanan kehidupan.

Kedua: Kontekstualisasi akhlaq terhadap lingkungan hidup menurut M.

Quraish Shihab apabila dilihat sangat relevan di Indonesia. Hal ini dilihat

dari masyarakat yang melakukan kemaksiatan, kerakusan, keegoisan, dan

berbagai kerusakan di bumi, baik daratan dan lautan.21 Perbedaan dengan

penelitian ini adalah kerusakan tidak hanya terhadap lingkungan. Juga

penggunaan kitab tafsir yang berbeda.

Penelitian yang ketujuh yang ditulis oleh M. Luthfi Maulana (2016). Ia

berada di jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Skripsi ini berjudul

Manusia dan Kerusakan Lingkungan dalam al-Qur’an: Studi Kritis

Pemikiran Mufassir Indonesia (1967-2014). Skripsi ini membahas

mengenai penafsiran Mufassir Indonesia mengenai ayat-ayat kerusakan

lingkungan dan membahas relevansi penafsiran ayat-ayat tentang

lingkungan oleh Mufassir Indonesia.22 Perbedaan dengan penelitian skripsi

21 Tatik Maisaroh, “Akhlaq Terhadap Lingkungan Hidup Dalam al-Qur’an (Studi

Tafsir al-Misbah),” Dalam Skripsi SI Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan (Lampung

2017), 105. 22 M. Luthfi Maulana, “Manusia dan Kerusakan Lingkungan dalam al-Qur’an:

Studi Kritis Pemikiran Mufassir Indonesia (1967-2014),” Dalam Skripsi SI Fakultas

Ushuluddin UIN Walisongo (Semarang 2016), 4.

Page 33: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

17

ini dengan penulis adalah kerusakan yang diteliti tidak terfokus pada

kerusakan lingkungan, melainkan pada ragam kerusakan. Juga, perbedaan

mengenai fokus pembahasan tafsir yang menggunkan tafsir Ibnu Katsir.

Penelitian yang kedelapan yang ditulis oleh Cahaya Riana Purnama

(2017). Ia berada di jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini berjudul Perbuatan Baik dan Buruk Manusia Menurut Ibn

Taimiyah. Skripsi ini membahas mengenai kebaikan dan keburukan dari

berbagai term dalam al-Qur’an dan juga membahas mengenai kebaikan dan

keburukan menurut Ibn Taimiyah. Perbedaan dengan penelitian penulis

adalah terletak pada kebaikan dan keburukan yang mengarah pada

perbuatan manusia yang merusak atau mengganggu keseimbangan. Selain

itu perbedaan terletak pada analisis pembahasan menggunakan Ibn Katsir.

Penelitian yang kesembilan yang ditulis oleh Drs. H. Slamet Khaeruddin

(2004). Tesis Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tesis ini berjudul, Fȃsad dalam al-Qur’an. Tesis ini membahas mengenai

pengungkapan fȃsad dalam al-Qur’an dari berbagai derivasinya.

Kesimpulan dari penetian ini yaitu: 1). Konsep fȃsad dalam al-Qur’an

segala sesuatu yang keluar dari kondisi normal. 2). Diantara pengungkapan

yang senada dengan fȃsad adalah al-tsubȗr, al-Tabbar, al-Tabdzȋr, al-Ilhȃk,

al-Hadm, dan al-Damdȃmah, dan lain sebagainya.23 Perbedaan tesis ini

dengan skripsi penulis adalah pembahasan mengenai fȃsad yang berarti

sesuatu yang keluar dari kondisi normal dibahas detail dengan analilis

pengguaan tafsir Ibn Katsir. Selain itu, pembahasan mengenai perbuatan

manusia juga dihadirkan.

23 Slamet Khaeruddin, “Fȃsad dalam al-Qur’an,” Dalam Tesis Fakultas

Ushuluddin Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta 2004), 163-164.

Page 34: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

18

F. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang menggunakan natural

setting (kondisi alami).24 Metode kualitatif juga diartikan sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif25 atau juga biasa

dikenal dengan proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada

metodologi yang menyelidiki fenomena sosial dan masalah manusia.26

Sumber data penelitian yang menjadi rujukan penulis diambil dari

sumber primer karya Imaduddin Abul Fida bin Ismail dengan kitab

tafsirnya al-Qur’ân al-Aldzȋm. Selain itu untuk term fasād (kerusakan)

menggunakan kitab al-Mufrȃd fȋ Gharib al-Qur’ȃn. Tidak lupa juga data

sekunder yaitu data yang didapatkan dari berbagai literatur pendukung

yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

Literatur pendukung itu dapat berupa: Kitab tafsir selain Ibn Katsir,

buku-buku mengenai kerusakan, buku-buku mengenai perbuatan

manusia, artikel, dan sebaginya.

Metode penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi ini

bersifat deskriptif-analitis. Penelitian deskriftif adalah penelitian yang

berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan fakta-fakta

aktual,27 mengenai masalah yang akan diteliti. Sedangkan analisis adalah

mencari pandangan yang mendalam mengenai penelitian. Tujuannya

untuk mendapatkan gambaran dan analisis yang tajam mengenai Ragam

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatai, kualitatif dan R dan D (Bandung:

Alfabeta, 2007), 9. 25 Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif (Surabaya: Usaha

Nasional, 1992), 21. 26 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya

Ilmiah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 33-34. 27 Nuzul Zuriah, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) 14.

Page 35: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

19

Kerusakan Akibat Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis

Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-ayat Kerusakan di Muka Bumi).

Teknik pencarian dan pengumpulan data penelitian ini menggunakan

riset kepustakaan (library reseach) dengan mempelajari buku-buku atau

literatur-literatur, dokumen, dan artikel mengenai, Ragam Kerusakan

Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis Ayat-ayat yang

Menjelaskan Kerusakan di Muka Bumi Studi Tafsir Ibn Katsir). Dan

meneliti ayat-ayat dalam al-Qur’an dengan maksud untuk mendapatkan

deskripsi mengenai masalah yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan telaah terhadap

skripsi ini, penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab, dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama, berupa pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-

bab, yaitu: Latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metode penelitian hingga sistematika penulisan. Pada bab ini bertujuan

untuk memberikan gambaran dari keseluruhan permasalahan yang akan

dibahas secara rinci dan detail pada bab-bab berikutnya.

Bab kedua, Sub-bab ini menjelaskan mengenai Tafsir Ibn Katsir

yang terdiri dari: Biografi penulis Tafsir Ibn Katsir, pendidikan Ibn

Katsir, guru-guru Ibn Katsir, karya-karya Ibn Katsir. Juga, peneliti

menjelaskan tentang metode tahlȋli yang digunakan Ibn Katsir serta

kategori bȋ Ma’sȗr yang digunakan dalam penafsiran. Pada bab ini

Page 36: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

20

bertujuan untuk menjelaskan berbagai macam data yang berkaitan

dengan pembahasan berdasarkan landasan teoritis secara umum.

Bab ketiga, Pada bab ini akan dijelaskan pengertian istilah kebaikan

dan keburukan di dalam al-Qur’an. Selain itu, pada bab ini akan

dijelaskan secara detail mengenai term-term perbuatan manusia. Pada

bab ini bertujuan untuk memberikan kerangka berfikir teoritis megenai

hal-hal yang berhubungan dengan data yang akan diteliti.

Bab keempat, Sub bab ini berfokus pada ayat-ayat fasād

(kerusakan) yang kata jadiaannya dalam terdiri dari 9 (sembilan) bagian

(seperti yang telah digambarkan pada bagian pembatasan masalah).

Pada bab ini bertujuan mendeskripkan hasil analisis, Ragam Kerusakan

Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis Penafsiran Ibn

Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi).

Bab kelima, yang merupakan penutup, yaitu berisi mengenai hasil

kesimpulan dan saran dari penelitian. Tujuannya adalah untuk

menjawab rumusan masalah dalam penelitian, serta memberikan saran

agar para peneliti selanjutnya ingin mengambil manfaat dan

melanjutkan sebuah penelitian.

Page 37: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

21

BAB II

IBN KATSIR: BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN

Untuk memahami lebih dalam pemikiran dan tafsir karya Ibn Katsir

yang penulis teliti, maka penulis menghadirkan biografi tokohnya.

Selanjutnya menganalisis pemikiran Ibn Katsir dari berbagai sudut pandang

kehidupannya. Dimulai dari guru-gurunya, murid-muridnya, dan karya-

karya fenomenalnya.

A. Biografi Ibn Katsir

Nama lengkap penulis kitab tafsir, al-Qur’ȃn al-Adzȋm (Tafsir Ibn

Katsir) adalah Abu al-Fida’ Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-

Qurays al-Busyra.1 Ia lahir di daerah Mijdad, bagian dari Bushra,2 pada

tahun 700 H dan wafat pada tahun 774 H.3

Keluarga Ibn Katsir merupakan keluarga yang taat beragama. Hal ini

ditandai dengan seorang ayah yang menjadi seorang ‘ulama pada

zamannya. Nama ayah Ibn Katsir adalah Syihab al-Din Abu Hafs ‘Amr Ibn

Katsir yang lahir pada (640 H). Namun, sejak umur tujuh tahun, Ibn Katsir

ditinggal oleh ayahnya yang

1 Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin Katsir al-Qurays al-Busyra, Tafsir al-

Qur’ȃn al-Adzȋm, jilid.1 (Riyadh: Dar as-Salam, 1994), 15. 2 Bushra merupakan negeri di Syam dari bagian Damaskus. 3 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibn Katsir (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i,

2008), xxv.

Page 38: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

22

meninggal dunia. Sehingga, ia dibesarkan oleh kakaknya, yaitu Kamal

al-Din Abd Wahhab di Damaskus.4

Ibn Katsir dalam kehidupannya sangat bersemangat menggali dan

mendalami ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat ketika ia memulai

pengembaraannya dan bertemu para ‘ulama besar. Pertemuannya dengan

para ‘ulama menjadikan ia mendalami berbagai bidang ilmu, seperti: Tafsir,

Hadis, Tarikh, dan Fiqh.

Dari semangatnya menggali dan mendalami berbagai ilmu di atas, jadi

sangat wajar jika ‘ulama setelahnya memberikan pujian kepadanya. Syaikh

Manna al-Qathtan misalnya ia menuliskan bahwa Ibn Katsir merupakan

seorang yang pakar fiqih yang mumpuni, ahli hadis yang cerdas, sejarawan

yang ulung, dan mufassir yang unggul. Juga, Ibn Hajar berpendapat bahwa

Ibnu Katsir seorang yang ahli dan hadis yang faqih.5

Ibn Katsir wafat pada 26 Sya’ban tahun 774 H. Makamnyaberdekatan

dengan makam gurunya, yaitu Syaihul Islam Ibn Taymiah di pemakaman

al-Shufiyah, kota Damaskus.6

B. Para Guru Ibn Katsir dan Para Murid Ibn Katsir

Orang yang memiliki ilmu tentu mempunyai guru yang mempunyai

segudang ilmu. Semakin banyak guru dalam men-dalami ilmu maka akan

semakin banyak wawasan, pandangan, dan pencerahan yang didapatkan.

4 Maliki, “Tafsir Ibn Katsir: Metode dan Bentuk Pemikirannya”. el-Umdah, vol.

1, no. 1 (2018): 76. 5 Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an (Jakarta: Pustaka

al-Kautsar, 2005), 478. 6 Imaduddin Abu al-Fida Ismail, Tafsir Juz ‘Amma, terj. Farizal Tirmizi (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2007), xvii.

Page 39: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

23

Seperti Ibn Katsir, ia menggali keilmuannya dengan mencari dan

mendatangi guru kemudian mendapatkan ilmunya. Setelah mendapatkan

keilmuannya, Ibnu Katsir juga mempunyai murid yang belajar dengannya.

Hal ini untuk melanjukan estafet pengetahuan agar tidak terputus. Berikut

nama-nama guru dan nama-nama murid Ibn Katsir:

a. Guru-Guru Ibn Katsir

al-Hafizh Ibn Katsir dalam kitab al-Bidȃyah wa an-Nihȃyah, yang

ditahqiq oleh Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turki disebutkan ada 19

(sembilan belas) guru Ibnu Katsir. Berikut guru-guru Ibn Katsir: 1.

Burhanuddin bin al-Firqah (w. 729 H). Ia adalah orang yang sangat wara’

dan unggul dalam bidang Fiqih, 2. Ibnu Syahnah (w. 730 H), 3. Syaihul

Islam Taqiyuddin atau lebih dikenal dengan nama Ibn Taimiyah (w. 728

H),7 4. Hamzah bin Mu’ayyudin Abul Ma’ali As’ad (w. 729 H), 5. Zakariya

bin Yusuf bin Sulaiman bin Hamad al-Bajli asy-Syafi’i (w. 722 H), 6.

Dhiya’uddin Abdullah al-Zaranbadi al-Nahwi (w. 723 H). Ia adalah seorang

yang ahli dalam bidang Nahwu, 7. al-Dzahabi (w. 748 H). Ia adalah tokoh

Jarh wa Ta’dil, 8. Syamsuddin al-Nabasili (w. 737 H), 9. Syaikh Umar bin

Abi Bakar al-Haiti al-Bashti (w. 742 H), 10. Baha’uddin Abu al-Ghalib al-

Mudhaffar bin Najmuddin (w. 723 H), 11. Ibn al-Khabaz Syamsuddin

Muhammad bin Ismail (w. 756 H), 12. Muhammad bin Ja’far bin Fir’ausy

yang biasa dipanggil al-Libad (w. 724 H). Ibnu Katsir menjelaskan, ia

membaca sebagian Qira’at darinya, 13. Ibn al-Zamlakani (w. 727 H), 14.

Syaikh Afifuddin Muhammad bin Umar (w. 725 H), 15. Syamduddin

Mahmud bin Abdurrahman al-Ashbahani (w. 749 H). Ia adalah seorang

guru Ushul, 16. Ibn al-Bushaish (w. 716). Ia adalah guru metode penulisan

7 Moch. Tohir ‘Aruf, “Persfektif Ibnu Katsir Tentang Eksistensi Adam,” Dalam

Disertasi Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta 2010), 53.

Page 40: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

24

pada masanya, 17. Syamsuddin Abu Nashar bin Muhammad (w. 723 H),

18. Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin al-Fadhil Jamaluddin Ishaq (w. 724

H), 19. Jamaluddin Abu al-Hajjaj al-Mizzi Yusuf bin az-Zaki Abdurrahman

bin Yusuf (w. 742 H).

Kedudukan keilmuan Ibn Katsir mulai fenomenal sejak di tengah-

tengah berbagai lembaga kajian keilmuan yang dipimpinnya, seperti:

Madrasah Darul Hadis al-Asyrafiyah, Madrasah al-Syalihiyah, Madrasah

al-Najibiyah, Madrasah al-Tanzakiyah, dan Madrasah al-Nuriyah al-

Kubra.8 Selain itu Ibn Katsir fenomel karena berbagai masjid yang menjadi

sarana belajar dan berbagai karya tulis yang disusunnya dalam bidang tafsir,

sejarah, dan hadis. Dari berbagai tempat belajar itulah Ibn Katsir banyak

mempunyai murid.

b. Murid-Murid Ibn Katsir

Berikut beberapa murid Ibn Katsir: 1. Syihabuddin Abu al-Abbas

Ahmad bin Haji bin Musa bin Sa’ad bin Ghasyam bin Ghazwan (w. 816 H),

2. Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Hariri ad-Dimasqy

(w. 813 H), 3. Abu al-Mahasim al-Husaini (w. 765 H).9

C. Karya dan Pemikiran Ibn Katsir

Ketekunan dan kegigihan Ibnu Katsir dalam mencari ilmu. Ia mendapat

julukan al-Hafizd, yaitu para penjaganya al-Qur’an. Selain al-Hafidz, ia

8 Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, terj.Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turki

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), 18. 9 Ibn Katsir, al-Bidȃyah wa al-Nihȃyah, 27.

Page 41: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

25

juga menyandang gelar: al-Muhaddits,10 al-Faqih,11 al-Muarrik,12 dan al-

Mufassir.13 Gelar tersebut yang diberikan di atas merupakan gelar karena

berbagai karyanya yang fenomenal. Seperti kitab Ibn Katsir yang paling

besar dan dipakai hingga saat ini adalah kitab al-Qur’ȃn al-adzȋm setelah

kitab Tafsir al-Thabâri. Berikut ini sebagian karya-karya Ibn Katsir:

a). Dalam bidang Tafsir

Dalam bidang Tafsir, Ibn Katsir menulis dua kitab, yaitu: 1). Tafsir

al-Qur’ȃn al-Adzȋm, yaitu kitab tafsir 30 Juz yang menggunakan riwayat

atau yang lebih terkenal dengan tafsir al-Qur’ȃn bi al-Matsur, yaitu

penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an, atau dengan as-Sunnah karena

menjelaskan kitabullah, atau riwayat yang diterima dari sahabat, atau dari

riwayat Tabi’in.14 2). Fada’il al-Qur’ȃn, yaitu kitab yang berisi tentang

ringkasan sejarah al-Qur’an.

b) Dalam bidang Sejarah

Dalam bidang sejarah, Ibn Katsir menulis beberapa kitab,

diantaranya: 1). al-Bidȃyah wa al-Nihȃyah (yang terdiri dari 14 jilid) yaitu

sebuah kitab sejarah yang sangat fenomenal ,kitab ini berisi tentang cerita

penciptaan alam semesta, cerita para Nabi umat terdahulu, cerita keadaan

orang-orang jahiliyah, cerita tanda-tanda hari kiamat, tanda-tanda fitnah,

dan hal-hal mengenai akhirat, 2). al-Fushul fȋ Shȋrat al-Rasul yaitu kitab ini

10 Muhaddits adalah gelar yang diberikan kepada orang yang ahli hadis dan

berguru pada imam-imamnya. 11 al-Fiqih adalah gelar yang diberikan kepada orang yang ahli dalam bidang

Fiqih. 12 al-Muarrik adalah gelar yang diberikan kepada orang yang ahli dalam bidang

sejarah. 13 Mufassir adalah gelar yang diberikan kepada orang yang ahli dalam bidang

Tafsir. 14 Mashruri Sirajuddin Iqbal dan Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung:

Percetakan Angkasa, 2009), 115.

Page 42: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

26

yang berisi uraian mengenai sejarah Rasul, 3). Thabaqat al-Syafi’iyyah,

yaitu kitab yang berisi peringkat-peringkat ulama madzhab Syafi’i, 4). al-

Kawakib al-Darāri, yaitu kitab yang berisi cuplikan dari al-Bidȃyah wa al-

Nihȃyah.

c). Dalam bidang Hadis

Dalam bidang hadis, Ibn Katsir menulis kitab, yaitu: 1). Jami’ul

Masȃnid wa al-Sunan, yaitu kitab yang berisi kumpulan hadis. Di dalam

kitab ini, Ibnu katsir menggabungkan antara Musnad Imam Ahmad, al-

Bazzar, Abu Ya’la, Ibn Syaibah, dan al-Kutub as-Sittah,15 2). Takhrij

Ahadis Adillah al-Tanbih li ‘Ulum al-Hadis, yaitu kitab takhrij terhadap

hadis dalam kitab al-Tanbih karya al-Syirazi, (w. 476 H).

d). Dalam bidang Fiqih

Dalam bidang Fiqih, Ibn Katsir menulis kitab, yaitu: 1). al-Ijtihad fȋ

Thalab al-Jihad, yaitu kitab fiqih yang menjelaskan uraian untuk

menggerakkan semangat juang ummat Islam dalam mempertahankan partai

Lebanon-Suriah dari sebuah Frank dari Cyprus, 2). al-Ahkam ‘ala Abwab

al-Tanbih, yaitu kitab yang berisi komentar terhadap al-Tanbih karya al-

Syirazi.

D. Sekilas Mengenai Tafsir Ibn Katsir

a. Naw’u (Jenis)

Dalam sumber penafsiran ada istilah kata, “naw’u” yang berarti “Jenis

penafsiran”. Ibn Katsir dalam menulis kitab al-Qur’ȃn al-Adzȋm sebenarnya

15 al-Hafizh Ibn Katsir, al-Bidȃyah wa al-Nihȃyah (Jakarta: Pustaka Azzam,

2013), h. 33. Dan ditahqiq oleh Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turki.

Page 43: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

27

telah menjelaskan dalam pembukaan kitabnya bahwa ia menggunakan jenis

bi al-Ma’sȗr (riwayat-riwayat) yaitu menafsirkan ayat al-Qur’an dengan al-

Qur’an, atau menafsirkan al-Qur’an dengan hadis, atau menafsirkan dengan

pendapat para sahabat, dan yang terakhir adalah menafsirkan dengan

pendapat para tabi’in.

b. Laun (Corak)

Dalam studi tafsir corak biasa digunakan dengan istilah “Laun”. Laun

adalah kecenderungan ide pemikiran yang mendominasi karya tafsir.

Adapun corak penafsiran penafsiran tafsir Ibn Katsir dipengaruhi oleh

latar belakang kedisiplinan keilmuannya. Jika dilihat dari kitab tafsirnya,

maka corak yang digunakan adalah corak bi al-Ma’tsȗr. Hal ini karena

dikategorikan dalam sumber riwayah.

Muhammad Sofyan menuliskan bahwa tafsir Ibn Katsir ini pada dasarnya

menjelaskan sekadarnya saja. Agar ‘ulama lain memperdalam topik-topik

yang dibahas sejalan dengan keinginan dan terperinci secara lebih luas.16

c. Thariqah al-Tafsir (Metodologi)

Metodologi berasal dari kata “method” dan “logos” yang berarti ilmu

pengetahuan yang menggunakan cara yang teratur untuk mencapai

maksud.17 Dalam istilah bahasa indonesia “method” di sebut dengan

“metode” yang dapat diartikan dengan cara yang digunakan Mufassir

dalam melakukan penafsiran. Pada umumnya metode ini terbagi menjadi

16 Muhammad Sofyan, Tafsir wa al-Mufassirun (Medan: Perdana Publishing,

2015), 56. 17 Abd. Muin Salim, Mardan dan Achmad Abu Bakar, Metodologi Penelitian

Tafsir Maudu’i (Jogjakarta: Pustaka al-Zikra, 2017), 3.

Page 44: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

28

empat macam, yaitu: metode global (Metode ijmȃli,18 metode analitis

(Manhaj tahlȋli),19 metode komparatif (Manhaj muqȃrran),20 dan metode

tematik (Manhaj maudu’i).21

Menurut Ahmad Izzan dalam bukunya, Metodologi Ilmu Tafsir, metode

tahlili adalah metode penafsiran ayat-ayat al-Qur’an melalui penguraian

makna yang terkandung dalam ayat al-Qur’an dengan mengikuti tata tertib

urutan surat.22

Dari uraian di atas, maka tafsir al-Qur’an al-Adzȋm karya Ibnu Katsir

ini menggunakan metode tahlȋli, yaitu metode yang menjelaskan

kandungan ayat-ayat al-Qur’an dengan segala aspeknya, berdasarkan urutan

ayat dalam al-Qur’an (Dimulai dari al-Fâtihah sampai an-Nâs) sesuai

dengan mushaf Usmani, arti kosa kata, munasabat (Melihat hubungan ayat-

ayat al-Qur’an antara satu sama lain),, dan juga tidak mengabaikan asbȃb

al-Nuzȗl (Sebab atau peristiwa turunnya ayat).23

Dalam kitab tafsir al-Qur’an al-Adzȋm karya Ibn Katsir ini, penjelasan

mengenai kosa kata tidak terlalu detail. Melainkan menjelasakan kosa kata

pilihan yang dianggap penting. Selain itu, mengungkapkan penjelasan satu

kalimat yang utuh. Misalnya: Ketika menjelasakan al-Qur’an surah al-

18 Metode Ijmali adalah metode yang bersifat global dan ringkas. Misalnya: Hanya

menungkap malma sinonim saja, seperti: Tafsir Jalalayn karya Jalal al-Din al-Suyuthi.

Lihat, Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2011), 105. 19 Metode Tahlili adalah metode yang bersifat menjelaskan segala aspek yang

terkandung dalam ayat al-Qur’an. 20 Metode Muqarran merupakan metode yang mencoba untuk membandingkay

ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadis, atau pendapat para ‘ulama Tafsir dengan cara

menampakkan segi perbedaan dari objek yang dibandingkan. 21 Metode Maudhui adalah metode tafsir yang membahas tema-tema tertentu atau

yang sama kesatuan makna. 22 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2011), 103. 23 Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta:

Rajawali Press, 2016), 208.

Page 45: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

29

Baqarah ayat 11 (sebelas), tertuliskan رض في ٱل

فسدوا

ت

هم ل

ا قيل ل

pada ayat ini وإذ

penjelasan ayatnya langsung dijelaskan menggunakan riwayat.24

4. Sistematika

Ibn Katsir dalam penafsirannya menggunakan sistem tartib mushafi,

yaitu menggunakan penyusunan ayat demi ayat, surat demi surat, dan

dimulai dari surah al-Fâtihah sampai surah al-Nâs.

Melalui penafsirannya, Ibn Katsir menuliskan ayat kemudian me-

nampilkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan penurunan ayat tersebut.

Misalnya riwayat yang ditampilkan berupa munâsabat terhadap ayat al-

Qur’an yang lain ataupun menuliskan riwayat hadis.

24 Ini akan dijelalaskan secara detail pada bab ke-4.

Page 46: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

30

BAB III

KONSEP PERBUATAN MANUSIA

Manusia diberikan oleh Allah Subhanahuwata’ala sebuah potensi

untuk melakukan sebuah perbuatan. Potensi tersebut dapat berupa potensi

berbuat baik dan potensi berbuat buruk. Dengan kata lain, istilah dalam al-

Qur‟an potensi itu dapat berupa kefasikan dan ketaqwaan. Hal ini terdapat

di dalam al-Qur‟an pada surah al-Syams ayat 8:

قىىها جىزها وج

همها ف

لأ ٨ف

“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaan.”

Saryono1 menjelaskan bahwa manusia pasti mempunyai sifat-sifat

baik dan sifat-sifat buruk. Hal ini karena di dalam diri seseorang terdapat:

a). Sudah ada kekuatan (memilih) untuk berbuat kejahatan dan keburukan

(Qs. al-Syams: 8), b). Sudah ada pendorong tersebut, yaitu malaikat dan

setan.2

Perbuatan baik dan perbuatan buruk merupakan sifat yang

bertentangan dan inilah ujian bagi manusia. Namun perlu diingat bahwa

Allah menciptakan sifat yang bertentangan tersebut agar manusia

menonjolkan sifat kebaikan. Sebagaimana fitrah manusia melakukan

kebaikan.

Manusia yang mendapatkan ujian dari Allah hendaknya selalu

belajar untuk selalu mengontrol diri dari perbuatan buruk. Karena apa saja

1 Saryono merupakan Mahasiswa Program Pascasarjana di Universitas Islam

Negeri Raden Fatah Palembang. 2 Saryono, “Konsep Fitrah dalam Persfektif Islam”. Studi Islam vol. 4, no. 2

(2016): 167.

Page 47: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

31

kebaikan yang ada pada manusia adalah dari Allah dan apa saja keburukan

yang ada pada diri manusia adalah berasal dari manusia itu sendiri. Hal ini

telah diinformasikan di dalam al-Qur‟an surah al-Nisa ayat 79, berikut:

اس زشى ك للىىزشل

وأ

فصك م ه

ت ف

ئ صابك م شي

أ

ه وما

ٱلل م

حصىت ف صابك م

أ

ا ه م

فى بٱلل

وك

اا ل هيدا

ش

٩٧

“Kabajikan apa pun yang kamu peroleh , adalah dari sisi Allah. Dan

keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.

Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh)

manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.”

A. Pengertian Baik dan Buruk Pada Perbuatan Manusia

Baik dan buruk merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

menentukan hasil perbuatan manusia. Hasil perbuatan manusia akan

melalui proses perenungan dan berbagai pilihan (berupa tindakan) untuk

melakukan sebuah perbuatan. Sehingga hasil dari proses tersebut dapat

mengatakan orang itu berbuat baik dan orang itu berbuat buruk.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) baik merupakan tidak

jahat, kelakuan, dan budi pekerti.3 Sedangkan buruk merupakan jahat dan

berkelakuan yang tidak menyenangkan.4 Sedangkan menurut M. Quraish

Shihab dalam bukunya, Wawasan al-Qur’an, menyatakan bahwa manusia

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 118. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ,

227.

Page 48: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

32

memiliki potensi baik dan buruk.5 Hal ini terdapat dalam al-Qur‟ȃn surah

al-Balad ayat 10

ج ه ٱلى وهديى ٠١دي

“Maka kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua jalan

mendaki (baik dan buruk).

Menurut Abuddin Nata yang disebut baik adalah segala sesuatu yang

menyenangkan dan disukai manusia.6 Sedangkan menurut Burhabuddin

Salam untuk mengetahui bahwa kita melakukan perbuatan manusia, ada

dua hal yang harus dilakukan, yaitu: “kemauan” dan “pengertian.” Jika

salah satunya tidak ada, maka tidak akan jadi pengetian. Perbuatan yang

dikerjakan oleh manusia dimana terdapat kemauan untuk berbuat dan

pengertian berbuat itulah disebut perbuatan manusia sebagai manusia.

Maksudnya adalah perbuatan yang menjadi ketetapan Allah. “Pengertian”

adalah kerja dari potensi manusia untuk mengerti (intellect). “Kemauan”

adalah kerja potensi manusia yang disebut kehendak.7 Kehendak manusia

berasal dari dirinya sendiri. Ia bebas menentukan dan memilih. Kehendak

yang disertai dengan pertimbangan yang berasal dari hak-hak Allah. Maka

akan menjadikan ia selamat. Begitu juga sebaliknya, kehendak yang

timbul dari hawa nafsu diri sendiri akan membuat dampak yang buruk atas

perbuatannya. Jadi setiap perbuatan lahir dari kehendak lahir dari niat

yang tertanam,8 untuk melakukan (pilihan) kebaikan dan keburukan.

5 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013),

337. 6 Abuddin Nata, Akhlaq Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers,

2015), 88. 7 Burhanuddin Salam, Etika Individual (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 109.

8 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994),

34.

Page 49: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

33

Dari berbagai pengertian di atas baik merupakan sesuatu yang

sesuai dengan fitrah yang diharapkan dan memberikan kenikmatan pada

manusia. Sedangkan buruk merupakan sesuatu yang bertentangan dengan

fitrah manusia, tidak diharapkan dan membawa kesengsaraan.

B. Term-Term Baik dan Buruk di dalam al-Qur’an

al-Qur‟an memberikan banyak pengertian mengenai term-term yang

berkaitan dengan kebaikan dan keburukan. Seperti yang ditulis oleh

Enoh dalam artikelnya Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (Keburukan)

dalam al-Qur’an, term-term tersebut di antaranya adalah al-Hasanah dan

al-Sayyi’ah, al-Khayr dan al-Syarr, al-Maʻruf dan al-Munkar, al-Shâlah

dan al-Fȃsid, al-Birr dan al-fāhisyah, al-Khabȋts dan al-Thayyib.9

Berikut ini penjelasannya:

1. al-Hasanah dan al-Sayyi’ah

A.W. Munawwir dalam Kamus al-Munawwir Arab-Indonsesia

Terlengkap, mengartikan al-Hasanah berarti memperindah dan membuat

lebih bagus.10

Juga, al-Hasanah merupakan istilah yang digunakan untuk

menggunakan kata baik. Sedangkan, al-Sayyiah merupakan istilah yang

dugunakan sesuatu yang dipandang tidak baik.

Menurut Abuddin Nata al-Hasanah misalnya: keuntungan,

kelapangan rezeki, dan kemenangan. Sedangkan istilah al-Sayyi’ah

9 Enoh, “Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (Keburukan) dalam al-Qur‟an”. v.

XXIII no. 1 (2007): 36. 10

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 788.

Page 50: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

34

misalnya: kesempitan, kelaparan, dan keterbelakangan.11

Allah berfirman

di dalam al-Qur‟an surah ali-„Imran ayat 120 berikut:

يضس

لقىا خ

وج

صبروا

وإن ج

بها

يفسحىا

ت

ئ م شي

صبك

صؤهم وإن ج

ح

م حصىت

مصصك

ي إن ج

يدهم ش

م ك

إن ك

إا

ىن محيط

ه بما يعمل

٠٢١ٱلل

“Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi

jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu

bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu

sedikitpun. Sungguh, Allah maha meliputi segala apa yang kamu

kerjakan.”

Maksud dari kebaikan di sini adalah kebahagiaan, ke-menangan,

dan kuatnya pendukung orang beriman, maka ketika melihat yang

demikian itu orang munafik bersedih hati.12

Imam Sudarmoko mengartikan al-Sayyiah digunakan untuk

sebuah kesempitan berupa siksaan. Siksaan itu dapat berupa peristiwa

yang tidak menyenangkan dan dilakukan atas perbuatan buruk manusia

yang bermaksiat kepada Allah.13

Allah berfirman:

ه

ىا

يقىل

صبهم حصىت

وإن ج

إدة ي

ش ىخم في بسوج م

ى ك

ىث ول

م ٱل

يدزكك

ىا

ىه

ك

يىما ج

ه وإن أ

عىد ٱلل رهۦ م

مال ه

ه ف

عىد ٱلل

مل

ل ك

ق

عىدك رهۦ م

ه

ىا

يقىل

ت

ئ صبهم شي

ا ج

اادون يفقهىن حديث

يك

قىم ل

ء ٱل

٩٨ؤل

“Di mana pun kamu berada kematian akan mendapatimu, kendatipun

kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. Jika mereka

memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika

mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, “Ini dari engkau

(Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka

11

Abduddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers,

2015), 101. 12

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, jilid, 7 (Jakarta: Pustaka Imam al-Syafi‟i, 2009), 126. 13

Imam Sudarmoko, “Keburukan dalam Persfektif al-Qur‟an”. Dialogia, v. 12,

no. 1 (2014): 24.

Page 51: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

35

mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik-hampir tidak memehami

pembicaraan (sedikit pun)?”14

Dengan demikian dari berbagai pengertian dan ayat di atas

penggunaan kata al-Hasanah dan al-Sayyi’ah mengarah pada akal dan

tabiat manusia. Seperti halnya tabiat untuk mendapat nikmat berupa rezeki

(makanan, nafkah), keuntungan, dan kelapangan. Dan sebaliknya, tidak

ada tabiat manusia untuk mendapatkan kesusahan dan kesempitan rezeki.

2. al-Khayr dan al-Syarr

al-Khayr dalam bahasa Arab merupakan padanan kata yang paling

dekat dengan istilah “good,”15

atau istilah bahasa Indonesia biasa disebut

dengan “kebaikan”. Menurut Toshihiko Izutsu mengartikan istilah kata

Khayr mengandung sesuatu yang bermanfaat, berguna, dan dapat

diperlukan.16

Antonim (lawan kata) dari kata al-Khayr adalah al-Syarr.

Dalam al-Qur‟an al-Khayr dijelaskan seperti dalam sȗrah Fussilat ayat 49-

50

يص

ي لس ف ه ٱلش ص رر وإن م

ي

ء ٱخ

م دعا وص

م ٱإ

ىى

خه ٩٧ىس ق ء مص

ا بعد ضس ا م ى م

اه زحمت

ىق

ذ

ئن أ

ول

ا لي ر

ه

يقىلر ل

ن ٱل

ئ ب

ىي

لحصنى ف

لي إن لي عىدهۥ ل ى زب

حعت إل ئن ز

ول

ائمت

ا ق

اعت ٱلص

ظ أ

بما وما

فسوا

ك ي

ليظ اب غ

عر

هم م ىريقن ول

ىا

٠١عمل

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika tertimpa malapetaka,

mereka berputus asa dan hilang harapannya (49). Dan jika kami berikan

kepadanya suatu rahmat dari kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia

berkata, “ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa dari kiamat itu akan

terjadi. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesuangguhnya aku

14

al-Qur’ân al-Karȋm, h. 90. 15

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2010) 275. 16

Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1993), 335.

Page 52: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

36

akan mem-peroleh kebaikan disisi-Nya.” Maka sungguh, akan kami

beritahukan kepada orang-orang kafir tentang apa yang telah mereka

kerjakan, dan sungguh, akan kami timpakan kepada mereka azab yang

berat (50).”

al-Khayr di sini merupakan kebaikan harta dan keselamat-an.

Sedangkan al-Syarr di sini merupakan keburukan yang berujung pada

perbuatan manusia ketika diuji dengan kesempitan berupa kemiskinan

akan kufur kepada Allah. Padahal Allah berfirman di dalam al-Qur‟an

surah al-„Alaq ayat 6-7:

ىغ

يط

ل وص

إن ٱإ

ل

٦ك

نى

ءاه ٱشخغ ن ز

٩أ

“Katahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

karena dia melihat dirinya serba cukup.”

Setelah ayat di atas, berlanjut pada حعت ئن ز حصنى ول

لي إن لي عىدهۥ ل ى زب

إل

yang dimaksud ayat ini merupakan jika di sana ada tempat kembali, maka

Tuhan ku akan berbuat baik kepadaku sebagaimana Dia berbuat baik

kepada ku di dunia. Dia berangan-angan kepada Allah, padahal amalnya

buruk dan berada pada ketidakyakinan.17

Hal itulah yang membuat Allah

mengancam dengan siksaan dan hukuman.

Dari pengertian berbagai pengertian dan pemahaman di atas, maka

al-Khayr dan al-Syarr mengarah pada kebaikan personal dan sosial

berdasarkan komparasi.18

Komparasi antara kebaikan dan keburukan

manusia dalam keyakinan terhadap sang pencipta. Ketika seluruh manusia

meyakini akan kebesaran Allah yang memiliki segala apa yang ada di

dunia, maka Allah akan memberikan kebaikan untuk Ummat.

17

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, Jilid. 8 (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2009), 264-265. 18

Enoh, “Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (Keburukan) dalam al-Qur‟an,” v.

XXIII no. (2007): 37.

Page 53: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

37

3. al-Maʻruf dan al-Munkar

al-Maʻruf berasal dari kata al-uruf yaitu sesuatu yang diketahui

baik. Dan al-Munkar berasal dari kata al-nukr yaitu mencakup pengertian

ingkar.19

Secara sederhana istilah al-Maʻruf dan al-Munkar diartikan

dengan kebaikan dan keburukan. Juga, kata al-Maʻruf biasa digunakan

untuk sebuah seruan yang baik. Sedangkan al-Munkar biasa digunakan

untuk sebuah seruan pencegahan dari kemungkaran. Dari kedua

pengertian tersebut yang menjadi ukuran al-Maʻruf dan al-Mungkar ada

dua, yaitu: Agama dan akal sehat.20

Hal ini juga dapat dikatakan bahwa

semua seruan yang diperintahkan agama adalah al-Maʻruf dan semua

seruan yang dilarang agama adalah al-Munkar. Dengan demikian,

penggunaan kata al-Maʻruf dan al-Munkar mengarah pada kebaikan dan

keburukan berdimensi hubungan vertikal kepada Tuhan,21

dan realisasinya

adalah hubungan horizontal. Seperti terdapat di dalam al-Qur‟an surat Ali-

Imran 104:

ئك ول

س وأ

ىك

ٱل عسوف وينهىن ع

مسون بٱل

رر ويأ

ي

ى ٱخ

يدعىن إل

ت م

م أ

ىك م

خك

فلحىن ول

٠١٩ هم ٱل

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma‟ruf, dan mencegah dari

yang munkar.22

Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Selain pengertian di atas, Allah memerintahkan al-Maʻruf dan al-

Munkar hendaknya menggunakan cara-cara yang bijaksana, logis, dan

pendekatan yang baik.23

19

Abdurrahman R.A. Haqqi dan Mohammad Nabil al-Munawwar, Tafsir

Zanjabil (Jakarata: Qisthi Press, 2015), 114. 20

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Jogjakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam (LPPI), 2001), 241. 21

Enoh, “Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (Keburukan) dalam al-Qur‟an,” v.

XXIII no. 1 (2007): 37. 22

Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah,

sedangkan mungkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah.

Page 54: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

38

4. al-Khabȋts dan al-Thayyib

al-Khabȋts merupakan sebuah istilah yang menunjukkan keburukan.

Sedangkan al-Thayyib adalah sebuah istilah yang menunjukkan kebaikan.

Keburukan dan kebaikan yang dimaksud merupakan kata sifat yang

melahirkan suatu pengertian rasa untuk berbagai peristiwa yang umum.

Hal umum itu yang seringkali digunakan adalah menunjukkan sifat

golongan, air, angin, wewangian, dan sebagainya. Misalnya penggunaan

kata rȋh thayyibah yaitu “Angin sepoi-sepoi” yang mendorong lajunya

kapal dilautan dan penggunaan rȋh asifah yaitu “Angin badai” (Yunus,

23).24

Selain itu, pengertian al-Khabȋts dan al-Thayyib yang menunjukkan

pemisahan golongan terdapat di dalam al-Qur‟an surah al-Anfal ayat 37.

ه يجعل

ا ف مهۥ حميعا

ررك

ى بعض ف

بعضهۥ عل

بيث

ي

ب ويجعل ٱخ ي

ٱلط م

بيث

ي

ه ٱخ

ئك هم ليمرز ٱلل

ول

م أ ۥ في حهى

صسون ي

٧٩ ٱخ

“Agar Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan

menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas yang lain, lalu

kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka

Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang rugi.”

5. al-Birr dan al-fāhisyah

Istilah al-Birr biasa digunakan upaya memperluas dan

memperbanyak berbuat kebaikan.25

Izutsu mengemukakan bahwa al-Birr

tidak mengarah dan memelihara hal-hal yang terlarang. Pembagian bentuk

kata al-Birr yang demikian itu, seperti: a). al-Birr yang berarti bentuk

23

Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim? (Jakarta:

Gema Insani Press, 1994), 107. 24

Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1993), h. 386. 25

Abduddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers,

2015), h. 103.

Page 55: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

39

taqwa kepada Allah (al-Baqarah, 185/ 189) dan (Ali-„Imran, 86/92), b). al-

Birr yang berarti taat kepada kedua orangtua (Maryam, 14), dan c). al-Birr

yang berarti jujur dan adil dalam berperilaku (al-Mumtahanah, 8). Berikut

contoh pengertian al-Birr dapat dilihat dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah

ayat 177 berikut:

ه وٱل

بٱلل ءام بر م

ٱل ك

سب ول

غ سق وٱل

ش

م قبل ٱل

وحىهك

ىا

ىل

ن ج

بر أ

يض ٱل

۞ل

ب يىم ٱ

كخ

ت وٱل

ئك

ل خس وٱل

بي ئلرن و وٱلىا بيل وٱلص ٱلص كرن وٱب ص

ى وٱل

يخقسبى وٱل

و ٱل

هۦ ذ ى حب

ال عل

ى ٱل

ام وءاح

ق

اب وأ

في ٱلسق

ىن بعهده ىف

وٱل

ىة

ك ى ٱلز

وءاح

ىة

ل ٱلص ري

ئك ٱل

ول

سإ أ

بأ

ء وحرن ٱل

ا س ء وٱلض

شا

بأ

في ٱل بري

وٱلصهدوا

ا ع

م إذ

قىن خ ئك هم ٱل

ول

وأ

ىا

٠٩٩صدق

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke

barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada

Allah, hari akhir, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, dan Nabi-nabi dan

memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang-orang

miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan

untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan

menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan

orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa

peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah

orang-orang yang bertaqwa.”

al-fāhisyah dapat diartikan segala bentuk kecurangan dan

keburukan yang melampaui batas.26

Atau bisa juga diartikan dengan

perbuatan keji yang melampaui batas.27

Seperti perbuatan keji yang

dilakukan pada masa Nabi Lut „alaihissalam. Dengan demikian kata al-

Birr dan al-fāhisyah mengarah pada kebaikan yang bersifat hakiki dan

26

Riana Cahaya Purnama, “Perbuatan Baik dan Buruk Menurut Ibn Taimiyah,”

(Skripsi SI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), h. 22. 27

Imam Sudarmoko, “Keburukan dalam Persfektif al-Qur‟an,” v. 12, no. 1

(2014): h, 26.

Page 56: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

40

keburukan yang bersifat hakiki pula.28

Hal ini dapat dilihat dalam al-

Qur‟an pada surah al-„Araf ayat 80 berikut:

ال لقىمهۦ ق

ا إذ

ىط

مرن ول

ل ع

ٱل

حد م أ م بها م

ما شبقك

ت

حش

ف

ىن ٱل

جأج ٨١أ

“Dan (Kami juga telah mengutus) Lut, ketika dia berkata kepada

kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah

dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini).”

Menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy penjelasan

ayat di atas mengenai pengertian ayat “Sebelum kamu”, menuliskan

bahwa Ibn Katsir berpendapat maksudnya adalah tidak seorang pun dari

Bani Adam yang mengerjakan perbuatan keji sebelum dilakukan oleh

penduduk-penduduk Sodom.29

Kekejian atas perbuatan yang dilakukan oleh manusia pada zaman

nabi Lut ‘Alaihissalam merupakan kekejian yang bersifat melampaui batas

(di luar fitrah manusia). Sebagaimana kita ketahui bahwa sejarah kaum

Sodom telah melakukan perbuatan buruk. Keburukan yang dilakukan

berupa keinginan manusia melakukan perbuatan biologis, seperti: Laki-

laki menyukai sesama laki-laki. Padahal itu merupakan perbuatan yang di

larang Allah.

28

Enoh, “Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (Keburukan) dalam al-Qur‟an,” v.

XXIII no. 1 (2007): 37. 29

Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, al-Bayan Tafsir Penjelas al-

Qur’anul Karim (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), 364.

Page 57: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

41

6. al-Shâlih dan al-Fȃsid

Ahmad Warson Munawwir menuliskan dalam, Kamus al-Munawwir

Arab-Indonesia, bahwa al-Shâlih berasal dari kata shalaha yang berarti

baik dan bagus.30

Sedangkan al-Fȃsid merupakan keburukan.

Pada dasarnya al-Qur‟an menggunakan term al-Shâlih dan al-Fȃsid

lebih cenderung berhubungan dengan kebaikan dan keburukan secara

umum dan menunjukkan kebaikan bersifat fitrah, bersifat alamiah, dan

atau bersifat sebagaimana seharusnya menurut ketentuan Allah. Misalnya:

Ketika Allah melarang untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi,

maka bentuk fitrah manusia sebagai hamba adalah menjalankan perintah-

Nya untuk tidak merusak bumi. Allah berfirman di dalam al-Qur‟an surah

al-„Araf ayat 56:

مع ا وط

اىف

حها وٱدعىه خ

زض بعد إصل

في ٱ

فصدوا

ج

حصىرن ول

ٱل

سيب مه ق

إن زحمت ٱلل

٠٦ا

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan)

dengan baik. Berdo‟alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.

Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat

kebaikan.”

Ayat di atas memberikan pengertian “Janganlah kamu merusak

bumi” merupakan pencegahan berbuat syirik dan maksiat setelah adanya

istilah perbaikan melalui tauhid dan kataatan.31

Perbaikan yang dimaksud

tentunya akan banyak menempuh berbagai cara, diantaranya: Menyeru

dan memerintahkan manusia bertauhid, melarang menyekutukan Allah,

dan menjelaskan akibat positif dan negatif dari konsekuensi tauhid.32

30

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997), 788. 31

Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jakarta: Darus

Sunnah, 2015), 78. 32

Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Penafsiran al-Qur’an (Bandung:

Penerbit Mizan, 1998), 210.

Page 58: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

42

Seperti halnya ketika Allah melarang melakukan kerusakan di muka bumi

akan ada hal positif yang mengikutinya, begitupun sebaliknya.

Konsekuensi tauhid seseorang akan membawa pada manusia

menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah. Dia

melarang kerusakan agar tidak mem-bahayakan manusia,33

inilah bukti

kekuasaan-Nya. Allah ber-firman pada ayat selanjutnya, al-Qur‟an surah

al-„Araf ayat 57:

ه شقى

اا ثقال ت سحابا

لق

أ

ا إذ

ى ا برن يد زحمخهۦ حت س

ح بش ي ر يسشل ٱلس

وهى ٱل

هزل

أت ف ي

د مء لبل

ا ىا به ٱل

سون ك

ر

م ج

ك

عل

ى ل

ىح

سج ٱل

خ

لك ه

ر

ث ك مس

ل ٱلث

سحىا بهۦ م ك

خ

أ ٠٩ف

“Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira,

medahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila angin itu

membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu

kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian kami tumbuhkan dengan

hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami

membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil

pelajaran.”

C. Solusi Menghindari Perbuatan Buruk

Potensi keburukan yang ada pada diri manusia bukanlah potensi yang

tidak ada solusi untuk menghindarinya. Sebagai manusia yang fitrahnya

berbuat baik, maka sebenarnya yang paling kuat dalam diri manusia

adalah kecondongan berbuat baik.

a. Kesadaran untuk Berbuat Baik

Kesadaran untuk berbuat baik berawal dari kesadaran manusia atas

keiman dan ketaqwaannya kepada Allah. Sebagaimana Allah berfirman:

33

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, jilid, 3 (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2009), 390.

Page 59: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

43

س فا ويك

ااه

سق

م ف

ك

ه يجعل ل

ٱلل

قىا خ

إن ج

ءامىىا ري

ها ٱل ي

أم شي ي

عييم عىك

فضل ٱل

و ٱل

ه ذ

وٱلل

إم

ك

فس ل

م وغغ

اجك

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa kepada Allah,

niscaya Dia akan memberikan furqân (kemampuan untuk membedakan

yang hak dan yang batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu

dan mengampunimu (dosa-dosa) Allah memiliki karunia yang sangat

besar.”34

b. Beramal Shalih

Ketika manusia sibuk dalam kebaikan (beramal shalih), maka Allah

akan menjaga manusia tersebut. Melakukan amal shalih dapat berupa

perintah yang Allah berikan kepada manusia, seperti: Menunaikan shalat,

puasa, berzakat, dan bahkan kepedulian sosial terhadap orang-orang

berada disekitar kita. Allah berfirman:

لى وأقم نٱلنهارطزفيةٱلص ٱليل وسلفام تإن ييذهبنٱلحسن ٱلس كزيناللذ لكذكزي ١١١ذ

“Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan

pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus

kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu

mengingat (Allah).”35

c. Meminta Ampunan dan Meminta Perlindungan kepada Allah

Agar manusia tetap terjaga dari melakukan perbuatan buruk, maka

manusia hendaknya meminta ampunan dan perlindungan kepada Allah.

Allah berfirman:

م ف

ك بسب

ن ءامىىا

أ

يم

ا يىاد لل ىا شمعىا مىاديا إهىا ب ا شي ز س عى ف

ىبىا وك

هىا ذ

فس ل

ٱغ

ىا ف زب

ا ىا م امى

ىف

اجىا وج

بساز ٠٧٧ ٱ

34

al-Qur’ân al-Karȋm, h. 180 35

al-Qur’ân al-Karȋm, h. 234.

Page 60: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

44

“Yaa Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru

kepada iman, yaitu: “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,” maka kami pun

beriman. Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, dan matikanlah

kami beserta orang-orang yang berbakti.”36

d. Mempelajari Kisah-Kisah Orang Terdahulu

Kisah merupakan sebuah peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.

Di dalam al-Qur‟an banyak kisah yang diabadikan, seperti: Kisah nabi

Adam ‘alaihissalam, kisah nabi Nuh ‘alaihissalam, kisah nabi Yusuf

‘alaihissam, kisah nabi Isa ‘alaihissalam, dan kisah nabi Muhammad

Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Kisah yang telah diabadikan di dalam al-Qur‟an di atas merupakan

kisah yang patut dijadikan pelajaran bagi orang-orang setelahnya.

Semakin banyak manusia membaca kisah, maka semakin sedikit kejadian

atau peristiwa keburukan terulang di masa yang akan datang.

Perbuatan buruk bukanlah perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh

orang-orang terdahulu. Jika manusia mau mengingat, membaca,

mempelajari, dan mengambil hikmah masa lalu, maka kehati-hatian,

keberuntungan, dan penjagaan terhadap perbuatan buruk akan dapat

diatasi.

36

al-Qur’ân al-Karȋm, h. 75.

Page 61: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

45

BAB IV

ANALISIS AYAT-AYAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI

Sebelum menjelaskan ayat-ayat mengenai kerusakan di muka bumi,

terlebih dahulu penulis menyampaikan pengertian mengenai fasād

(kerusakan).

al-Ashfahani dalam kitabnya al-Mufradȃt fȋ Gharȋb al-Qur’ȃn

menjelaskan arti kata fasād sebagai berikut:

ح ويستعمل ال يرا, ويضاده الص ث

و ك

روج عنه ا

خ

ان ال

ك

يال ل

دال ق عت

ئ عن ال

روج الش

خ بدن

فس وال ي الن ك ف ل

ذ

قامة ست

رجة عن الخ

لياء ا

ش

1وال

“Keluarnya sesuatu dari kondisi normal baik keluarnya sedikit ataupun

keluarnya banyak, lawannya adalah shâlah. Kata fasād digunakan untuk

jiwa, badan, dan segala sesuatu yang keluar dalam kondisi baik

(istiqomah).”

Sesuatu yang keluar dari keseimbangan merupakan perbuatan yang

sangat merusak tatanan kehidupan. Misalnya saja keseimbangan yang

objeknya jiwa dan badan manusia. Jiwa manusia membutuhkan asupan

berupa spiritual (rohani) dan asupan jasmani. Ketika manusia memberikan

kebutuhan hanya kepada salah satu anggota saja, maka akan terjadi stres

atau pun sakit. Pengembangan daya jasmani tanpa dibarengi daya rohani

akan membuat seseorang pincang, berat sebelah, dan kehilangan

keseimbangan.2 Begitu juga terhadap hak-hak (perintah atau larangan) yang

telah Allah tetapkan di dalam al-Qur’an. Sebagaimana al-Qur’an sebagai

pembeda dan berisi ayat-ayat tanzȋliyah yang berfungsi sebagai petunjuk

1 Abu Qosim al-Husain bin Muhammad, al-Mufradât fȋ Gharȋb al-Qur’ân,

(Beirut: Dar al-Ma’rifah), 491. 2 Moh. Ardani, Ahklaq-Tasawuf (Penerbit: CV. Karya Mulia, 2005), 1.

Page 62: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

46

bagi manusia baik hubungan dengan Allah, hubungan dengan manusia, dan

hubungan dengan alam semesta. Siapa yang mengamalkannya akan diberi

pahala, siapa yang memutuskan hukum berdasarkan al-Qur’an akan adil,

dan siapa yang menyerukan al-Qur’an akan dibimbing ke jalan yang lurus.3

Tanpa manusia menjalankan hak-hak Allah dengan baik, maka akan terjadi

kekacauan, kerusakan dan ketidakseimbangan.

Pada dasarnya segala sesuatu di dunia ini diciptakan oleh Allah dengan

baik. Maksud baik di sini adalah segala yang diciptakan oleh Allah

berpasangan, proporsional, dan berbeda. Perbedaan apa yang ada di bumi

menjadikan alam ini seimbang. Keseimbangan inilah yang hendak dijaga,

dilestarikan, dan dibudayakan. Namun pada kenyataannya, manusia yang

hidup di muka bumi tidak selamanya memahami bagaimana menjadikan

alam ini tetap dalam kondisi baik dan keseimbangan. Di sinilah perbutan

manusia akan menentukan bagaimana keseimbangan itu akan terjaga.

Perbuatan manusia adalah segala sesuatu yang timbul dari dalam diri

atas dasar kesadaran, pertimbangan, dan pilihan. Manusia berhak

menentukan perbuatannya (Perbuatan baik dan perbuatan buruk). Jika

manusia tidak dapat menjaga akidahnya, maka akan rusaklah akidahnya.

Jika manusia melakukan perbuatan kemaksiatan, maka menyimpanglah

perbuatannya. Dan, jika manusia memilih jalan untuk merusak bumi maka

akan rusaklah bumi dan seisinya. Dari pernyaaan itulah dapat diiasumsikan

bahwa kerusakan timbul dari akibat perbuatan manusia yang dilakukan

dengan sengaja. Sehingga membawa pada dampak negatif. Setidaknya ada

dua dampak negatif, yaitu: a). Kerusakan dalam bentuk materi, b).

Kerusakan dalam bentuk non-materi.

3 Sa’id Abdil Adzim, Berimanlah Sejenak Pasti Anda Selamat (Jakarta: Kalam

Mulia, 2006), 9.

Page 63: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

47

Untuk mendapatkan pemahaman mengenai analisis ayat-ayat kerusakan

di muka bumi, berikut penjelasannya:

A. Kerusakan Akibat Penyimpangan Akidah

Akidah adalah tonggak atau dasar dari sebuah keyakinan seorang hamba

kepada Allah. Juga, akidah adalah denyut nadi keberagamaan dan

kehidupan seorang Muslim.4 Menurut Ali Abdul Halim Mahmud dalam

bukunya, Akhlaq Mulia, mengatakan bahwa akidah seorang akan benar dan

lurus jika kepercayaan dan keyakinannya lurus dan benar.5 Dasar perbuatan

baik bagi seorang Muslim adalah Akidah. Akidah diibaratkan sebagai akar

yang kuat dari sebuah pohon. Seorang yang memiliki akidah yang kuat

maka akan membawa manusia pada ibadah yang baik yang baik diwujudkan

dengan perbuatan baik. Tanpa akidah manusia akan kehilangan tujuan

dalam hidupnya. Akidah juga akan menjadi baik bila manusia tidak

menyekutukan, menduakan, atau mempercayai adanya kekuat-an dari

benda-benda yang ada di alam semesta.

Manusia yang fitrahnya adalah berakidah hendaknya mengindahkan apa

yang telah menjadi keyakinan kepada Allah. Apabila manusia tidak

mengindahkan keyakinannya maka akan terjadi ketidakseimbangan yang

menyebabkan kerusakan. Kerusakan dalam bentuk akidah, misalnya me-

nyekutukan Allah dengan mendatangi tukang tenung dan tukang sihir.

Manusia mengira bahwa hal ini hanya merupakan jalan menuju Allah,

padahal inilah yang dinamakan dengan perbuatan menyekutukan Allah.

Berikut ayat yang menjelask-an tentang penyimpangan akidah.

4 Syahrin Harahap dan Hasan Bakti Nasution, Ensiklopedia Akidah Islam (Jakarta:

Kencana, 2009), dalam kata pengantar. 5Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlaq Mulia (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 84.

Page 64: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

48

a. Analisis Surah Yunus [10] : 81

Di dalam kitab al-Qur’ân al Adzȋm, Ibn Hatim berkata: “Bercerita

kepadaku Muhammad bin ‘Ammar al-Harits, bercerita kepadaku

‘Abdurrahman, yakni al-Dasytaki, Abu Ja’far ar-Razi memberi kabar

kepadaku, bahwa sesungguhnya ayat-ayat itu adalah obat sihir dengan izin

Allah, kamu membacanya dalam bejana berisi air kemudian disiramkan di

atas kepala orang yang terkena sihir,6 ayat yang ada pada surat Yunus

berikut ini:

ح عمل يصل

ه لن ٱلل هۥ إ

ل ه سيبط

ن ٱلل إ

حر

ه ٱلس ئتم ب ى ما ج ال موس ق

قوا

ل أ

ا م

ل ف فس

ين ٱل ١٨د

“Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu,

itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu.

Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan

orang yang berbuat kerusakan.”

Kisah tukang-tukang sihir yang dilakukan pada masa nabi Musa telah

berlalu. Perbuatan orang-orang terdahulu mengenai sihir dilemahkan

dengan datangnya peringatan nabi Musa terhadap kaumnya. Sebenarnya

yang menjadi tujuan dari ayat ini adalah untuk menunjukkan

pembangkangan Fir’aun terhadap ajakan Rasul Allah.7

Penjelasan mengenai perbuatan dalam hal penyimpangan akidah tidak

hanya terbatas pada surat Yunus di atas, mengingat bahwa tafsir Ibn Katsir

ini menggunakan metode bȋ al-Ma’tsȗr, maka ayat ini berhubungan dengan

surah al-‘araf : 118-122 dan surah Tha’ha : 69 berikut:

ون يعمل

وا

ان

ل ما ك

حق وبط

ع ٱل

وق

رين ٨٨١ف غ

صبوا

ك وٱنقل هنال

بوا ل

غ

ين ٨٨١ف د ج

سحرة ي ٱلس ق

ل ٨٢١وأ

ا ءامنوا

ال

ين ق م

ل ع

ٱل

رب رون ٨٢٨بى وه موس

٨٢٢رب

6 Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir, Tafsir al-Qur’ân al-

Adzȋm, jilid 3 (Riyadh: Dar al-Salam, 1994), 562. 7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 135.

Page 65: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

49

“Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan sia-sia

(118), maka mereka dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang-

orang yang hina (119), dan para pesihir itu serta merta menjatuhkan diri

dengan bersujud,8 (120), mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan

selain alam, (121), (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.”

Pada ayat ini Ibn Abbas berkata: Tongkat Musa tidaklah melewati

tali-tali dan tongkat-tongkat mereka itu melainkan ditelannya. Kemudian

pada akhirnya para ahli sihir itu mengetahui bahwa hal itu merupakan

sesuatu yang datang dari langit dan bukan sihir. Maka mereka bersujud dan

mengatakan, “Kami beriman kepada Rabb, yaitu Rabb Musa dan Harun.”9

Kemudian ayat di atas berkaitan atau berlanjut pada al-Qur’an surah Thaha

: 69:

ى ت أ

ر حيث اح ح ٱلس يفل

ر ول ح

يد س ك

ما صنعوا ن ٩١إ

“Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir (belaka). Dan tidak

akan menang pesihir itu, dari mana pun ia datang.”

Dari paparan ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa,

penyimpangan akidah sebenarnya telah dilakukan oleh kaum terdahulu,

yaitu kaumnya Nabi Musa ‘Alaissalam. Perbuatan sihir menyebabkan

akidah manusia menyimpang. Sehingga dengan hadirnya ayat ini

mengingatkan kepada kita semua untuk berhati-hati dalam menjaga akidah.

b. Analisis Surah al-Anbiya [21] : 22

Allah berfirman di dalam surah al-Anbiya berikut:

8 Mereka langsung bersujud kepada Allah karena meyakini kebenaran seruan nabi

Musa dan bukan sihir sebagian yang mereka duga semula. 9 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, jilid 3 (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2009), 431.

Page 66: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

50

فون ا يص عرش عم ٱل

ه رب ن ٱلل

سبح

ف

افسدت

ه ل

ٱلل

ل إ

هة ءال

ما يه ان ف

و ك

٢٢ل

“Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada Tuhan-tuhan selain

Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha suci Allah yang memiliki ‘Arsy,

dari apa yang mereka sifatkan.”

Ayat ini menjelaskan bahwa kerusakan langit dan bumi di-akibatkan

karena manusia menyekutukan Allah. Allah mengabarkan jika terdapat

Tuhan-tuhan yang lain selain-Nya, niscaya rusaklah langit dan bumi.10

Selain itu di dalam tafsir al-Thabâri juga dijelaskan maksud al-Qur’an surat

al-Anbiya di atas adalah sekiranya di langit dan bumi ada Tuhan yang patut

disembah selain Allah, maka akan rusak dan binasa.11 Hal ini terdapat dalam

al-Qur’an surah al-Mu’Minȗn ayat 91 berikut:

بعض

عالق ول

لما خ ب

هل إ

لهب ك

ذ

ا ل

ذ إ

ه ل ن إ ان معهۥ م

د وما ك

ن ول ه م

ٱلل

ذ

خ ه ما ٱت

ن ٱلل

سبح

بع هم ع

فون ا يص ١٨عم

“Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tidak ada Tuhan (yang lain)

bersama-Nya, (sekiranya Tuhan banyak), maka masing-masing Tuhan itu

akan membawa apa (makhluk) yang diciptakan, dan sebagian dari Tuhan-

Tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa

yang mereka sifatkan itu.”

Selain pada ayat di atas Allah menjelaskan di dalam al-Qur’an

bahwa Allah itu satu dan tidak ada Tuhan selain-Nya. Hal ini terdapat di

dalam al-Qur’an surah al-Ikhlas berikut:

حد ه أ

ل هو ٱلل

مد ٨ق ه ٱلص

د ٢ٱلل

م يول

د ول م يل

م ٣ل

ول

حد

فوا أ

هۥ ك

ن ل

٤يك

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat

meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

10 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, jilid 6 (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2009), 75. 11 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabâri, terj. Ahsan

Askan (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 43.

Page 67: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

51

Penjelasan mengenai akidah sangat banyak di dalam al-Qur’an. Sejarah

mencatat Rasulullah menyebarkan akidah selama 13 tahun. Hal ini

dikarenakan sangat pentingnya akidah menjadi pedoman utama dalam

kehidupan. Tanpa akidah kehidupan akan goyah, dan sebaliknya dengan

akidah kehidupan akan kuat dan tertata.

Dengan demikian, kerusakan dalam bentuk akidah dapat berupa

menyekutukan Allah dengan mendatangi tukang tenung dan tukang sihir.

Dalam hal ini dapat dikategorikan bahwa kerusakan ini berupa kerusakan

non-materi. Kerusakan non-materi adalah kerusakan yang berdampak pada

seseorang yang melakukan penyimpangan terhadap akidah atau keyakinan

kepada Allah.

B. Kerusakan Akibat Kemaksiatan

Kemaksiatan merupakan perbuatan yang dilakukan manusia yang

melanggar perintah Allah. Kemaksiatan juga dapat diartikan sebagai

perbuatan manusia yang buruk. Manusia yang mempunyai potensi untuk

melakukan sesuatu (perbuatan baik atau buruk) dapat mengarahkan

“keinginan” sesuai dengan “kehendak” pada diri sendiri. Misalnya: Ketika

Allah melarang “Janganlah merusak bumi” maka perintah itu terdapat dua

potensi manusia yang dapat dilakukan, yaitu “Melanggar” atau “Menaati”.

Merusak bumi merupakan bagian dari perbuatan yang sangat merusak

tatatanan ekosistem bumi. Pada dasarnya bumi memang diciptakan untuk

manusia. Di dalam bumi terdapat tumbuhan dan hewan untuk kebutuhan

manusia. Namun apabila kebutuhan manusia tersebut tidak diimbangi

dengan proporsional, maka akan terjadi kerusakan. Kerusakan dalam arti

kemaksiatan terdapat pada: surah al-Baqarah (2) : 11, h surah-Baqarah (2) :

12, dan surah al-Baqarah (2) : 205.

Page 68: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

52

a. Analisis Surah al-Baqarah [2] : 11

حون حن مصلما ن ن إ

وا

ال

رض ق

ي ٱل ف

دوا فس

ت

هم ل

يل ل ا ق

ذ ٨٨وإ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah membuat kerusakan di

bumi!”12 Mereka menjawab, Sesungguhnya kami justru orang-orang yang

melakukan perbaikan.”

Di dalam tafsir al-Qur’ân al-Adzȋm, , Ibn Mas’ud dan sahabat nabi

menjelaskan bahwa yang di maksud pada ayat ini adalah:

ي دوا ف فست

ا ل م

قون أ ناف

ة هم ال ي عص

ال عمل ب

روال ف

ك

فساد هم ال

ال ال

رض ق

13ال

“Mereka adalah orang munafik. Sedangkan “kerusakan” di muka bumi yang

dimaksud adalah kekufuran dan perbuatan kemaksiatan.”

Kata fasâd (kerusakan) di atas menginformasikan kepada kita bahwa

kerusakan di sini bukan hanya kerusakan pada umumnya, seperti kerusakan

pada benda atau pun alam semesta. Melainkan, kerusakan di sini akibat dari

perbuatan manusia yang menyimpang, seperti: menghasut orang-orang

kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.14

Kemaksiatan seseorang akan menyebabkan manusia keluar dari

keimanan.15 Abu Ja’far menceritakan, dari al-Rabi’ bin Anas, dari Abul

‘Aliyah, ia mengatakan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi.

“Kerusakan ini berupa ke-maksiatan kepada Allah, karena barang siapa

yang berbuat maksiat kepada Allah atau memerintahkan orang lain untuk

12 Melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama akan mengakibatkan alam ini

rusak bahkan hancur. 13 Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir, Tafsir al-Qur’ân al-

Adzȋm, jilid 1 (Riyadh: Dar al-Salam, 1994), 79. 14 Kementerian Agama RI, Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Direktorat

Urusan Agama Islam, 2012), 211. 15 Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin al-Suyuthi, Tafsir Jalalain,

terj. Bahrun Abubakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 7.

Page 69: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

53

bermaksiat kepada-Nya, maka ia telah berbuat kerusakan di bumi, karena

kemaslahatan langit dan bumi ini terletak pada ketaatan.”16

Selain itu, Qurays Shihab menjelaskan bahwa seseorang dituntut untuk

menjadi shaleh, yaitu memelihara segala sesuatu yang ada di bumi sehingga

kondisinya tetap baik dan tetap bermanfaat.17 Namun, orang-rang munafik

menduga bahwa mereka mencapai peringkat ini. Inilah yang menjadi

permasalahan bahwa kemunafikan dilakukan oleh orang-orang yang merasa

bahwa dirinya telah beriman.

b. Analisis Surah al-Baqarah [2] : 12

عرون

يش

ن ل كدون ول فس

هم هم ٱل ن إ

ل

٨٢أ

“Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka

tidak menyadari.”

Dalam tafsir Ibn Katsir, melalui ayat tersebut Allah

memberitahukan: “Ketahuilah bahwa yang mereka katakan sebagai

perbaikan adalah kerusakan itu sendiri, namun karena kebodohan mereka,

mereka tidak menyadari bahwa hal itu sebagai kerusakan.”18 Kerusakan

pada ayat ini dilakukan atas dasar perbuatan yang dilakukan berulang-

ulang. Kerusakan di sini bermakna pengrusakan kepada keluarga,

16 Imaduddin Abu al-Fida Ismail bin Katsir al-Qurays al-Dimasqy, Tafsir al-

Qur’ân al-Adzȋm, jilid 1 (Riyadh: Dar al-Salam, 1994), 79. 17 M. Qurays Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 1 (Tangerang: Lentera Hati, 2000),

101. 18 Imaduddin Abu al-Fida Ismail bin Katsir al-Qurays al-Dimasqy, jilid 1 (Riyadh:

Dar al-Salam, 1994), 79.

Page 70: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

54

masyarakat, dan bahkan bumi.19 Sehingga membawa pada perbuatan yang

menanamkan kebencian dan perpecahan.

Abu Ja’far berkata, ayat ini merupakan bentuk pendustaan Allah atas

apa yang dilakukan oleh orang-orang munafik, ketika Allah memerintahkan

seharusnya mereka menaati dan ketika Allah melarang sesuatu seharusnya

mereka menjauhi. 20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata munafik berarti

berpura-pura atau mengatakan sesuatu yang tidak sesuai perbuatannya,

inilah sebuah pendustaan. Pada masalah ini sebuah pendustaan termasuk

pada kategori kerusakan non-materi. Kerusakan non-materi ini berdampak

pada perbuatan manusia yang menjatuhkan pada kemaksiatan kepada Allah.

c. Analisis Surah al-Baqarah [2] : 205

فساد ب ٱل يح

ه ل

سل وٱلل

وٱلن

حرث

ك ٱل يها ويهل د ف يفس رض ل

ي ٱل ف

سعول

ا ت

ذ ٢١٢وإ

“Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat

kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah

tidak menyukai kerusakan.”

Kata, tawalla di sini merupakan berasal dari kata wilȃyat yang berarti

pemerintahan. Ketika orang munafik mengontrol pe-merintahan maka

mereka mulai membuat kerusakan, kejahatan, penindasan, dan juga

kedzaliman.21 Kedzaliman itu dapat berupa perbuatan yang menyebabkan

19 M. Qurays Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 1 (Tangerang: Lentera Hati, 2000),

102. 20 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabari, terj. Abdul

Somad, Yusuf Hamdani, dkk (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 358. 21 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, terj. Rd Hikmat Danaatmaja

(Jakarta: al-Huda, 2003), 156.

Page 71: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

55

masyarakat dan kota-kota akan hancur dan bahkan nyawa akan terancam

bahaya.

Selain itu, ayat di atas maksudnya adalah orang yang amat menyimpang

perkataannya dan jahat perbuatannya. Seperti itulah perkataan dan

perbuatannya. Ucapannya dusta, keyakinannya menyimpang dan

perbuatnnya buruk.22 Orang yang mempunyai “keinginan” membuat

kerusakan di bumi dan memusnahkan tanaman-tanaman dan hewan-hewan.

Maka, Mujahid mengatakan, “Maka Allah akan menahan hujan sehingga

tanaman dan ternak binasa.”23

C. Kerusakan Akibat Penyimpangan Memperlakukan Orang Yang

Lemah (Anak Yatim)

Yatim merupakan orang yang telah ditinggal oleh ayahnya. Dalam

konteks agama dan kemanusiaan, seseorang yang telah ditinggal oleh

ayahnya berhak untuk mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik.

Perhatian itu dapat berupa sandang, pangan, dan bahkan papan. Namun

yang menjadi permasalahan adalah ketika orang yang lemah diabaikan,

memberikan (sandang dan pangan) yang tidak sepantasnya, dan bahkan ikut

serta memakan harta anak yatim secara dzalim. Padahal di dalam al-Qur’an

terdapat surat yang memerintahkan untuk memperdulikan, memberikan

makanan yang layak, dan tidak memakan harta anak yatim.

Perbuatan manusia yang tidak seimbang dalam mem-perlakukan orang

yang lemah akan menyebabkan kerusakan. Sebagaimana kerusakan dalam

22 Imaduddin Abu al-Fida Ismail bin Katsir al-Qurays al-Dimasqy, Tafsir al-

Qur’ân al-Adzȋm, jilid 1 (Riyadh: Dar al-Salam, 1994), 333. 23 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, jilid 1 (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2009), 403.

Page 72: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

56

arti penyimpangan memperlakukan orang yang lemah (anak yatim) terdapat

dalam al-Qur’an surah al-Baqarah [2] : 220

ويسرة خ

يا وٱل

ن ي ٱلد ف فس

م ٱل

ه يعل

وٱلل

م

ك

ن و

خ خ

وهم ف

ط ال

خ

ن ت وإ

يرلهم خ

حل ل

صال ل إ

ق

ىى

يت

ك عن ٱل

ون

ن ل د م

يمل يز حك ه عزن ٱلل إ

م

عنتك

ه ل

ء ٱلل

ا

و ش

ول

ح صل ٢٢١ٱل

“Tentang dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)

tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Mem-perbaiki keadaan mereka

adalah baik!” Dan jika kamu mem-pergauli mereka, maka mereka adalah

saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan

yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia

datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha-

bijaksana.”

Di dalam tafsir Ibn Katsir, bahwa Ibn Jarir meriwayatkan dari Ibn

‘Abbas, ia menceritakan, ketika turun dalam al-Qur’an surah al-An’am (6)

حسن : 152 :ي أ ي ه ت

ٱل ب

ل يم إ يت

مال ٱل

قربوا

ت

Dan janganlah kamu mendekati harta“ ول

anak yatim kecuali melalui cara yang lebih baik.” Dan dalam al-Qur’an

surah al-Nisa’ (4) : 10

ير ون سع وسيصل

ارا

م ن ه ون

ي بط ون ف

لكما يأ ن ما إ

لىى ظ

يت

ل ٱل مو

ون أ

لكين يأ ذ

ن ٱل ٨١ا إ

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara

dzalim, sebenarnya mereka telah menelan api dalam perutnya dan mereka

akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”

Dengan turunnya ayat ini, orang yang mengasuh anak yatim

langsung memisahkan makanan dan minuman anak yang yang diasuhnya.

Lalu memisahkan sebagian dari makanannya dan ia simpan untuk anak

yatim, sampai anak yatim memakannya atau menjadi basi. Karena itu

menyulitkan pengasuh anak yatim, lalu mereka melaporkan kepada

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Allah menurunkan ayat:

ويسهم خ

حل ل

صال ل إ

ق

ىى

يت

ك عن ٱل

ون

مل

ك

ن و

خ خ

وهم ف

ط ال

خ

ن ت وإ

يرل kemudian setelah ini mereka

Page 73: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

57

menggabungkan makanan dan minuman mereka dengan makanan dan

minuman anak yatim.

Kemudian Allah memerintahkan untuk, يرل

هم خ

حل ل

صال ل إ

Mengurus urusan“ق

mereka dengan baik,” yakni dengan secara terpisah. م

ك

ن و

خ خ

وهم ف

ط ال

خ

ن ت Dan“ وإ

jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu,”

maksudnya adalah boleh menggabungkan makanan dan minuman kalian

dengan makanan dan minuman mereka, karena mereka seagama. Kemudian

Allah berfirman: ح صل ن ٱل د م فس

م ٱل

ه يعل

dan Allah mengetahui orang yang“ وٱلل

berbuat kerusakan dan yang mengadakan perbaikan,” yang berarti, Dia

mengetahui orang yang berniat memberbuat kerusakan dari orang yang

berniat melakukan perbaikan.24

Dari uraian di atas memberikan pengertian bahwa perbuatan buruk yang

sangat merusak seperti: Memperlakukan ayak yatim dengan cara tidak

memperdulikan, tidak berbuat baik, dan bahkan menghardiknya adalah

perbuatan merusak. Juga, seperti disebutkan dalam buku, Pelestarian

Lingkungan Hidup, demikian kata mufsid pada ayat ini merupakan

kebalikan dari muslih yaitu orang yang tidak peduli terhadap nasib anak

yatim.25 Di sinilah letak sifat perbuatan orang-orang yang mendustakan

agama. Padahal Allah telah berfirman di dalam surat al-Ma’un 1-7 berikut:

ين ٱلد ب ب

ذ

ي يك ذ

رءيت ٱل

يم ٨أ يت

ي يدع ٱل ذ

ك ٱل ل

ذ

س ٢ف

عام ٱل

ط

يح ع

ين ول ين ٣ك مصل

ل ويلل ل

٤ف

م ساهون ه ت

ين هم عن صال ذءون ٢ٱل

ين هم يرا ذ

اعون ٩ٱل

٧ويمنعون ٱل

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), maka itulah orang

yang menghardik anak yatim (2), dan tidak mendorong memberi makan

24 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, jilid 1 (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2009), 425-426. 25 Departemen Agama RI, Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Lajnah

Pentashihan al-Qur’an, 2009), 214.

Page 74: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

58

anak miskin (3), maka celakalah orang yang shalat, (4), (yaitu) orang yang

lalai terhadap shalatnya,26 (5), yang berbuat ria,27 (6), dan enggan

(memberikan) bantuan28 (7).”

Dalam surat al-Ma’un di atas menimbulkan sebuah pertanyaan apakah

orang yang melakukan shalat mengaku sebagai orang yang beragama? Dari

pertanyaan tersebut dapat dikatakan bahwa ternyata shalat saja belum

cukup, apabila manusia yang beragama masih mengahambakan diri pada

hawa nafsu mencibtai harta secara berlebihan dan tidak perduli terhadap

anak yatim.29

D. Kerusakan Akibat Memperturutkan Hawa Nafsu

Allah memberikan manusia potensi berupa hawa nafsu. Hawa nafsu

merupakan sebuah potensi untuk menentukan pilihan, sebagaimana fungsi

dari hawa nafsu adalah untuk manusia menjalankan kehidupan sebagaimana

fitrahnya. Misalnya: Ketika manusia ingin memenuhuhi kebutuhan fisiknya

dengan makan, maka manusia diberikan untuk memilih makan seperlunya

atau makan berlebihan. Bila manusia memilih untuk makan berlebihan,

maka akan timbul berbagai macam penyakit yang dapat membuat manusia

sakit. Begitu juga dengan prilaku manusia dalam mengerjakan perintah dan

larangan Allah. Bila manusia melakukan larangan makan akan terjadi

kerusakan. Kerusakan dalam arti “Memperturutkan hawa nafsu” terdapat

dalam surah al-Mu’minun [23] : 71 dan Surah al-Naml [27] : 34.

26 Orang-orang yang tidak menghargai serta melalaikan pelaksanaan dan waktu-

waktu shalat. 27 Ria adalah melakukan perbuatan bukan semata untuk mendapatkan keridhaan

Allah, melainkan untuk mencari pujian, atau kemasyhuran di masyarakat. 28 Sebagian Mufassir mengartikan bahwa “Enggan membayar zakat”. 29 KRH. Hadjid, Pelajaran KHA Dahlan (Jogjakarta: Majelis Pustaka dan

Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2013), 64.

Page 75: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

59

a. Analisis Surah al-Mu’minun [23] : 71

ق ٱتبع ولو واءهمح لفسدت ٱلح هحت أ مو رض و ٱلس

ر ه م ٱلحر ه مح فهمح عن ذ كح

كح تيحنهم ب ذ ومن ف يه ن بلح أ

ر ضون عح ٧١م

“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah

langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan kami telah

memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari

peringatan itu.”

Dalam Tafsir Ibn Katsir, Mujahid dan Abu Shalih serta as-Suddi

mengatakan: Hak itu adalah Allah yang Mahamulia lagi Mahaperkasa.

Maksudnya, seandainya Allah menuruti apa yang menjadi keinginan hawa

nafsu mereka, lalu dia menetapkan suatu hal sesuai hal tersebut, niscaya

langit dan bumi serta segala yang ada diantara keduanya akan hancur

binasa. Yakni, karena rusak dan beragamnya keinginan mereka.30 Dalam

kitab tafsir al-Qurtubhi juga dijelaskan maksud dari hawa nafsu pada ayat

di atas adalah sebuah majaz. Maksud dari hawa nafsu di sini adalah mereka

mengingkari para rasul dan maksiat kepada Allah.31

Dalam tafsiran itu mendapatkan analisis bahwa sebuah kebenaran yang

tetap dan mutlak adalah hak Allah. Manusia diingatkan agar tidak asal-

asalan dalam menetapkan sebuah ketetapan. Allah telah menurunkan al-

Qur’an untuk menjadi petunjuk. Tetapi kebanyakan manusia berbangga dan

menuruti sesuai hawa nafsunya. Sehingga atas perbuatan tersebut

menjadikan langit dan bumi rusak.

30 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, jilid 6 (Jakarta: Pustaka Imam al-Syafi’i, 2009), 228-229. 31 Syaikh Imam al-Qurtubhi, Tafsir al-Qurtubhi, terj. Ahmad Khotib (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008), 360-361.

Page 76: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

60

b. Analisis Surah al-Naml [27] : 34

ك يفع لذ

وك

ة

ل ذ

أ

ها هل

أ

ة ز ع

أ

وا

سدوها وجعل

ف

أ

رية

ق

وا

لا دخ

ذ وك إ

ل ن ٱل ت إ

ال

ون ق

٣٤ل

“Dia (Balqis) berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila me-nakhlukkan

suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan

penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka

perbuat.”

Ibn Abbas berkata: “Yaitu apabila mereka memasuki suatu negeri untuk

mengadakan peperangan, niscaya mereka menghancurkannya, yaitu

membinasakannya.” Mereka mengincar para pembesar dan tentara untuk

dihinakan serendah-rendahnya, baik dengan membunuhnya ataupun

menawan-nya.32

Ayat ini berkenaan dengan perilaku buruk yang dilakukan para

pembesar yang dalam suatu negeri. Kata ifsad di sini merupakan sebuah

kedzaliman. Mereka merusak apa saja yang ada (benda ataupun manusia)

baik merusak dengan cara membakar, merobohkan, dan menghilangkan

kemuliaan manusia.33

E. Kerusakan Akibat Prilaku Merusak Lingkungan

Lingkungan merupakan tempat manusia hidup, tempat manusia bekerja,

dan tempat manusia beristirahat. Juga, lingkungan merupakan segala

sesuatu di sekitar manusia, baik hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang

tak bernyawa.34 Sebab lingkungan merupakan lingkup yang tidak

32 Imaduddin Abu al-Fida Ismail bin Katsir al-Qurays al-Dimasqy, Tafsir al-

Qur’ân al-Adzȋm, jilid 3 (Riyadh: Dar al-Salam, 1994), 482. 33 Departemen Agama RI, Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Lajnah

Pentashihan al-Qur’an, 2009), 213. 34 Abuddin Nata, Akhlaq Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),

152.

Page 77: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

61

terpisahkan oleh manusia, maka manusia diberikan pilihan untuk

“Melestarikan lingkungan” atau “Merusak lingkungan”.

Namun, pada saat ini lingkungan telah mengalami perubahan.

Perubahan itu dapat berupa pencemaran yang terjadi di berbagai tempat.

Kecenderungan perubahan itu berupa pencemaran pada dua hal, yaitu: a).

Pencemaran yang diakibatkan karena pembuangan senyawa-senyawa kimia

b). Pencemaran yang diakibatkan penggunaan bahan berbahaya dan

beracun oleh berbagai industri.35

Pencemaran merupakan kerusakan yang dilakukan oleh perbuatan

manusia. Seperti yang terdapat di dalam surat al-Rȗm [30] : 41-42 berikut:

هم عل

ل

وا

ل ي عم ذ

يقهم بع ٱل يذ اس ل ي ٱلن يد

سبت أ

ما ك بحر ب

وٱل

بر ي ٱل فساد ف

هر ٱل

عون ظ ٤٨يرج

يروا ل س

ق

رض ف

ي ٱل ين ف رك

ش رهم م

ثك

ان أ

ك

بل

ن ق ين م ذ

ٱل

بة ق

ان ع

ك

يف

ك

روا

٤٢ٱنظ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Katanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikan bagaimana

kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu orang-

orang yang mem-persekutukan (Allah).”

Di dalam Tafsir Ibn Katsir, Ibn ‘Abbas, ‘Ikrimah, al-Dhahhak, as-

Suddi berkata: “Yang dimakasud dengan al-Barr di sini adalah hamparan

padang yang luas. Dan, yang dimaksud dengan al-Bahr di sini adalah kota-

kota dan kampung-kampung. Dan disebutkan pula dalam tafsir ini, ‘ulama

lain mengartikan keduanya dengan daratan dan lautan. Zaid bin Rafi’

berkata: yang dimaksud dengan, “Telah nampak kerusakan,” adalah

terhentinya hujan di daratan diiringi dengan masa peceklik serta dari lautan,

yaitu mengenai binatang-binatangnya.36 (HR. Ibnu Abi Hatim)

35 Rukaesih Achmad, Kimia Lingkungan (Jogjakarta: Andi Offset, 2004), 1. 36 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibn

Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, jilid 7 (Jakarta: Pustaka Imam al-Syafi’i, 2009), 183-184.

Page 78: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

62

Dari penjelasan di atas dapat dianalisis bahwa telah terlihat jelas

perbuatan maksiat di daratan dan di lautan akibat perbuatan manusia yang

melarang perintah Allah.37 Kerusakan yang menyebabkan terhentinya hujan

di daratan dan diiringi peceklik bukanlah kerusakan yang tiba-tiba,

melainkan sebab kemaksiatan perbuatan manusia kepada Allah. Melalaikan

apa yang menjadi perintah Allah dan apa yang menjadi larangan Allah.

Sehingga menjadi perhatian dan pengingat bahwa, perbuatan yang me-

ngandung kemaksiatan akan menyebabkan kerusakan dan me-nyebabkan

manusia kekurangan akan pangan untuk bertahan hidup. Seperti makna dari

“Kerusakan” pada ayat di atas adalah kekurangan tanam-tanaman dan buah-

buahan akibat dari kemaksiatan.

37 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabâri, terj. Ahsan

Sakan (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 681.

Page 79: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka kesimpulan atau jawaban dari rumusan masalah

berikut ini:

Kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi adalah sesuatu

yang keluar dari keseimbangan. Keluarnya keseimbangan itu, berawal

dari perbuatan manusia yang melakukan penyimpangan. Kerusakan

hasil perbuatan manusia tidak hanya berfokus pada satu macam

kerusakan, seperti kerusakan terhadap pencemaran lingkungan saja,

melainkan mencakup berbagai macam kerusakan yang dilakukan oleh

perbuatan manusia yang menyimpang. Dari sini dapat dipetakan bahwa,

Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi, yang

keluar dari keseimbangan dapat dibagi menjadi 5 (lima) bagian, yaitu:

a). Kerusakan dalam bentuk penyimpangan akidah, b). Kerusakan

dalam bentuk kemaksiatan, c). Kerusakan dalam bentuk tidak perduli

terhadap orang yang lemah, d). Kerusakan dalam bentuk

memperturutkan hawa nafsu, dan, e). Kerusakan dalam bentuk merusak

lingkungan.

Page 80: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

64

B. Saran

Penelitian ini bertujuan untuk menggali khazanah ilmu pengetahuan

guna untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan. Dalam melakukan

penelitian ini penulis mencoba menghadirkan berbagai macam literatur

dan sudut pandang seorang ‘ulama dalam menggali makna-makna

penafsiran di dalam al-Qur’an, terutama mengenai term kerusakan yang

ada di dalam al-Qur’an.

Bagi yang membaca penelitian ini, tentunya penulis jauh dari kata

sempurna dalam melakukan penelitian. Penulis berharap akan ada yang

dapat mengambil pelajaran, manfaat, hikmah, dan pengetahuan dalam

penelitian ini. Selain itu, penulis berharap agar kedepannya ada yang

mengkritik, menyetujui, atau bahkan melanjutkan dan mengembangkan

penelitian ini lebih tajam dan lebih mendalam.

Page 81: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

65

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Jogjakarta: Andi Offset, 2004.

Adzim, Sa’id Abdil. Berimanlah Sejenak Pasti Anda Selamat. Jakarta:

Kalam Mulia, 2006.

Ali, Abdullah Yusuf. Tafsir Yusuf Ali. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,

2009.

Aman, Saifuddin. Tren Spiritual Millenium Ketiga. Jakarta: Ruhama, 2013.

Amalia, Efa Ida. “Kehancuran Alam Semesta dalam al-Qur’an.” Kajian al

Qur’an dan Kebudayaan, vol. 2, no. 1, (2009): 74.

Anshori. Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan.

Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Ardani, Moh. Ahklaq-Tasawuf. Penerbit: CV. Karya Mulia, 2005.

Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. al-Bayan Tafsir Penjelas al Qur’anul

Karim. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002.

Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1994.

al-Asfahani, Abu Qosim al-Husain bin Muhammad. al-Mufradât fȋ Gharȋb

al-Qur’ân. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2002.

Buchori, Didin Saefuddin. Metodologi Studi Islam. Tangerang: Serat Alam

Media, 2012.

Cahaya Purnama, Riana. “Perbuatan Baik dan Buruk Menurut Ibn

Taimiyah.” Dalam Skripsi SI Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Haidayatullah Jakarta, 2017.

Dahlan, Abd Rahman. Kaidah-kaidah Penafsiran al-Qur’an. Bandung:

Penerbit Mizan, 1998.

Dj, Muhammad Mukhtar. “Kerusakan Lingkungan Persfektif al Qur’an

Page 82: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

66

(Studi Tentang Pemanasan Global).” Dalam Skripsi SI Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Departemen Agama RI. Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Lajnah

Pentashihan al-Qur’an, 2009.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris- Indonesia. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Enoh. “Konsep Baik (Kebaikan) dan Buruk (Keburukan) dalam al-

Qur’an.” Mimbar. v. 23 no. 1 (Januari – Maret 2007), h. 37.

Furchan, Arief. Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Usaha

Nasional, 1992.

Hadjid. KRH. Pelajaran KHA Dahlan. Jogjakarta: Majelis Pustaka dan

Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2013.

Harahap, Syahrin. dan Hasan Bakti Nasution. Ensiklopedia Akidah Islam.

Jakarta: Kencana, 2009.

Hasyimi, Muhammad Ali. Apakah Anda Berkepribadian Muslim?.

Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

Ibn Katsir. al-Bidâyah wa al Nihayâh, terj. Abdullah bin Abdul Muhsin al

Turki. Jakarta: Pustaka Azzam, 2013.

Imani, Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur’an. Jakarta: al Huda, 2003.

Ismail, Imaduddin Abu al-Fida. Tafsir al-Qur’ân al-Adzȋm. Riyadh: Dar al

Salam, 1994.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur, 2011.

Iswanto, Agus. “Relasi Manusia dengan Lingkungan dalam al- Qur’an.”

Suhuf, vol. 6, no. 1, 2013.

Izutsu, Toshihiko. Etika Beragama dalam al-Qur’an,Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1993.

Page 83: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

67

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Jogjakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam (LPPI), 2001.

Ismail, Imaduddin Abu al-Fida. Tafsir Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Azzam,

2007.

Jazuli, Ahzami Samiun. Kehidupan dalam Pandangan al- Qur’an. Jakarta:

Gema Insani, 2006.

al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Tafsir al-Qur’an al-Aisar. Jakarta: Darus

Sunnah, 2015.

Katsir, Ibn. al-Bidâyah wa al-Nihâyah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2013.

Keraf, Sonny A. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2010.

al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin al-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2009.

Maulana, M Luthfi. “Manusia dan Kerusakan Lingkungan dalam al-Qur’an:

Studi Kritis Pemikiran Mufassir Indonesia (1967-2014).” Dalam

Skripsi SI Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016.

Maisaroh, Tatik. “Akhlaq Terhadap Lingkungan Hidup Dalam al

Qur’an (Studi Tafsir al-Misbah).” Dalam Skripsi SI UIN Raden

Intan Lampung, 2017.

Machmud, Syahrul. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jogjakarta:

Graha Ilmu, 2012.

Mahmud, Ali Abdul Halim. Akhlaq Mulia. Jakarta: Gema Insani Press,

2004.

Maliki. “Tafsir Ibn Katsir: Metode dan Bentuk Pemikirannya.” el-Umdah,

vol. 1, no. 1 (2018).

Mardan, Abd Muin Salim dan Achmad Abu Bakar. Metodologi Penelitian

Tafsir Maudu’i. Jogjakarta: Pustaka al-Zikra, 2017.

Page 84: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

68

Muhammad, Abu Ja’far. Tafsir al-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Nata, Abuddin. Akhlaq Tasawuf dan Karakter Mulia Jakarta: Rajawali Pers,

2015.

al Qaththan, Manna. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Jakarta: Pustaka al

Kautsar, 2005.

al-Qur’ân al-Karȋm

al Qurtubhi. Tafsir al-Qurtubhi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

R.A. Haqqi, Abdurrahman dan Mohammad Nabil Munawwar. Tafsir

Zanjabil. Jakarata: Qisthi Press, 2015.

Sani, Ridw’an Abdullah. Sains Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2015.

Salam, Burhanuddin. Etika Individual. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Saryono. “Konsep Fitrah dalam Persfektif Islam.” Studi Islam vol. 4, no. 2

(Desember 2016).

Sirajuddin Iqbal, Mashruri dan Fudlali. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung:

Percetakan Angkasa, 2009.

Sofyan, Muhammad. Tafsir wa al-Mufassirun. Medan: Perdana Publishing,

2015.

Sukidi. Teologi Inklusif Cak Nun. Jakarta: Kompas, 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatai, kualitatif dan R dan D. Bandung:

Alfabeta, 2007.

Sudarmoko, Imam. “Keburukan dalam Persfektif al-Qur’an.” Dialogia, v.

12, no. 1 (Juni 2014): h. 24.

Shihab, Muhammad Quraish. Wawasanal-Qur’an. Bandung: Mizan

Page 85: RAGAM KERUSAKAN HASIL PERBUATAN MANUSIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49062...Ragam kerusakan hasil perbuatan manusia di muka bumi kiranya patut ditelaah. Hal

69

Pustaka, 2013.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Tangerang: Lentera Hati, 2000.

Tohir ‘Aruf, Moch. “Persfektif Ibn Katsir Tentang Eksistensi Adam.”

Disertasi Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2010.

Wardhana, Wisnu Arya. Dampak Pencemaran Lingkungan Yogyakarta:

Andi Offset, 2004.

Zuriah, Nuzul. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.