perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive ditinjau dari jenis kelamin

17
1 PERBEDAAN CIRI KEPRIBADIAN OBSESSIVE COMPULSIVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Ayu Woro Septi, Diah Karmiyati dan Diana Savitri Hidayati Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang [email protected] Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) merupakan salah satu jenis gangguan kepribadian. Terdapat kontradiksi pendapat mengenai prevalensi OCPD berdasarkan jenis kelamin, diantaranya prevalensi OCPD pada pria lebih tinggi daripada wanita, dan prevalensi komunitas dari OCPD sama antara pria dan wanita. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain non eksperimen kuantitatif dan instrumen yang digunakan yaitu adaptasi dari obsessive compulsive personality disorder questionnaire (OCPDQ). Subjek dalam penelitian ini ialah 286 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Kata Kunci: Obsessive Compulsive Personality Disorder, Mahasiswa, Jenis Kelamin Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) is a type of personality disorder. There are contradictions about the OCPD prevalency based on gender, researchers found prevalency of OCPD higher in men than women, and the other researchers found community prevalency of OCPD same between men and women. This research aimed to find out obsessive compulsive personality traits on college students based on gender. Research design used was quantitative non- experiment design and obsessive compulsive personality disorder questionnaire (OCPDQ) was adapted as this research instrument. The total number of subjects was 286 college students. The research results revealed that there is no difference of obsessive compulsive personality on college students based on gender. Keywords: Obsessive Compulsive Personality Disorder, College Students, Gender Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Upload: ayu-w-shepty

Post on 07-May-2015

1.886 views

Category:

Health & Medicine


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

1

PERBEDAAN CIRI KEPRIBADIAN OBSESSIVE COMPULSIVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Ayu Woro Septi, Diah Karmiyati dan Diana Savitri Hidayati

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) merupakan salah satu jenis gangguan kepribadian. Terdapat kontradiksi pendapat mengenai prevalensi OCPD berdasarkan jenis kelamin, diantaranya prevalensi OCPD pada pria lebih tinggi daripada wanita, dan prevalensi komunitas dari OCPD sama antara pria dan wanita. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain non eksperimen kuantitatif dan instrumen yang digunakan yaitu adaptasi dari obsessive compulsive personality disorder questionnaire (OCPDQ). Subjek dalam penelitian ini ialah 286 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin.

Kata Kunci: Obsessive Compulsive Personality Disorder, Mahasiswa,

Jenis Kelamin

Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) is a type of personality disorder. There are contradictions about the OCPD prevalency based on gender, researchers found prevalency of OCPD higher in men than women, and the other researchers found community prevalency of OCPD same between men and women. This research aimed to find out obsessive compulsive personality traits on college students based on gender. Research design used was quantitative non-experiment design and obsessive compulsive personality disorder questionnaire (OCPDQ) was adapted as this research instrument. The total number of subjects was 286 college students. The research results revealed that there is no difference of obsessive compulsive personality on college students based on gender.

Keywords: Obsessive Compulsive Personality Disorder, College

Students, Gender

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 2: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

2

Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) merupakan salah satu jenis gangguan kepribadian. Karakteristik individu obsessive compulsive personality disorder berdasarkan kriteria yang terdapat dalam pedoman diagnostik DSM IV-TR, ICD-10 maupun PPDGJ III, yaitu perfeksionis, kaku dan keras kepala, berkeyakinan bahwa cara yang dilakukan merupakan cara yang benar dan tepat, sangat patuh pada peraturan, memiliki perhatian yang berlebih pada keteraturan dan detail, memiliki kebutuhan yang besar untuk mengontrol hidupnya, memiliki minat dan perhatian yang berlebih terhadap pekerjaan sehingga mengabaikan kesenangan pribadi dan persahabatan, menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk memeriksa ulang pekerjaan dengan sangat hati-hati dan diliputi perasaan cemas akan kegagalan, serta enggan untuk mendelegasikan tugas ataupun pekerjaan pada orang lain. Beberapa konseptualisasi teoritis mengenai etiologi obsessive compulsive personality disorder telah dideskripsikan. Freud menyebutnya “anal retentive” pada awal tahun 1900an, dinilai sebagai gambaran awal jenis kepribadian OCPD. Freud menggambarkan individu OCPD sebagai pribadi yang terlalu berhati-hati dan teliti, hemat, terobsesi akan keteraturan, dan bersifat menantang (Bartz et al., 2007 dalam Martukovich 2010). Freudian menyatakan bahwa “karakter anal” berkembang pada anak usia dini karena konflik antara orang tua dan anak mengenai toilet training, yaitu anak berusaha untuk menjadi mandiri dan tekanan orang tua untuk mematuhi norma-norma sosial (Bartz et al., 2007 dalam Martukovich, 2010). Etiologi dari faktor lingkungan sosial menjelaskan bahwa anak-anak belajar untuk menjadi obsesif, tidak fleksibel, dan pengontrolan yang berlebih dari pengasuh yang memiliki sifat-sifat tersebut (Carr, 1974 dalam Martukovich, 2010). Dalam Encyclopedia of Mental Disorder, disebutkan bahwa Freudian memandang pengasuhan orang tua yang salah sebagai faktor utama dalam perkembangan gangguan kepribadian. Studi terkini ditujukan untuk mendukung pentingnya pengalaman awal kehidupan, menemukan bahwa perkembangan emosional yang sehat bergantung pada dua variabel penting yaitu kehangatan pengasuhan orang tua dan kemampuan reaksi yang tepat terhadap kebutuhan anak. Ketika dua variabel ini terpenuhi, anak merasa aman dan dihargai. Sebaliknya, banyak orang yang memiliki gangguan kepribadian tidak mempunyai orang tua yang memberikan pengasuhan secara hangat. Sebagian besar individu OCPD memiliki orang tua yang terlalu protektif dan terlalu mengontrol. Seorang peneliti mencatat bahwa individu OCPD mengungkapkan bahwa ia dihukum oleh orang tua setiapkali melanggar sebuah peraturan, dan hampir tidak pernah mendapat hadiah. Sebagai hasilnya, anak tidak bisa merasa aman untuk mengutarakan kesenangan, spontanitas, dan mulai untuk mengembangkan simptom OCPD sebagai sebuah strategi untuk menghindari hukuman. Sebagaimana Quinn (2010) mengemukakan faktor lingkungan sosial, khususnya lingkungan rumah dan hubungan antara anak dengan pengasuh utama dipertimbangkan sebagai faktor utama OCPD. Gaya kelekatan aman (secure attachment styles) dan tidak aman (insecure attachment syles) berkembang pada awal kehidupan dan membantu untuk membentuk persepsi pada diri sendiri dan orang lain (Quinn, 2010). Studi terkini dinilai sebagai langkah awal dalam meninjau

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 3: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

3

dimensi dari attachment, yaitu attachment security, attachment avoidance, dan attachment anxiety (Brennan, Clark & Shaver, 1998 dalam Quinn, 2010; Mikulincer, Shaver, & Pereg, 2003 dalam Quinn, 2010). Ketika seorang bayi merasa sakit, lapar, atau kedinginan, ia mengalami kecemasan dan perasaan negatif lain. Jika kebutuhan bayi terpenuhi maka emosi negatifnya akan berkurang, dan ia akan mengembangkan attachment security. Jika kebutuhan bayi tidak terpenuhi dengan cukup, diperkirakan ia akan mengembangkan attachment avoidance atau attachment anxiety. Ini merupakan awal pengalaman emosi diinternalisasi dan digunakan untuk memahami diri sendiri dan orang lain sepanjang masa hidup. Orang dengan OCPD dipercaya mempunyai anxiously attached karena memiliki orang tua yang terlalu mengontrol dan menerapkan kedisiplinan yang keras. Pada anak usia dini hingga sepanjang masa hidup, orang dengan anxiously attached mencoba untuk melakukan hal-hal dengan sempurna, yang menciptakan lebih banyak kecemasan. Orang dengan OCPD mempunyai tujuan yang tidak realistis untuk dicapai, yang menghasilkan perilaku repetitive dan compulsive, dan terobsesi pada detail-detail kecil (Quinn, 2010). Sebagaimana berdasarkan penelitian Yovel, Revelle, dan Mineka (2005, dalam Quinn, 2010) diketahui bahwa obsessive-compulsive cognitive style ditandai dengan perhatian visual yang berlebihan detail-detail kecil dan tidak relevan sehingga menghalangi individu menerima informasi secara global. Dalam upaya untuk mengontrol proses mental serta mengurangi kecemasan, orang dengan anxious attachment styles tidak dapat melepaskan kebutuhan mereka untuk kesempurnaan. Pandangan irasional mereka terhadap hal benar dan salah menciptakan kesulitan-kesulitan dalam banyak bidang kehidupan, diantaranya pada hubungan akrab dengan orang lain, keluarga dan kehidupan profesional (Eskedal & Demetri, 2006 dalam Quinn, 2010; Serin, & Marshall, 2003 dalam Quinn, 2010). Peran faktor biologis dalam perkembangan OCPD juga telah dipertimbangkan. Cloninger (1987, dalam Martukovich, 2010) telah menemukan bahwa sifat penghindaran bahaya dan rendahnya minat pengambilan resiko melambangkan OCPD karena menghindari bahaya dimediasi oleh serotonin, sebuah disfungsi dalam neurotransmitter ini diprediksi berhubungan dengan symptom OCPD (Bartz et al., 2007 dalam Martukovich, 2010). Sebagaimana Stein (1996, dalam Martukovich, 2010) juga menemukan hubungan antara OCPD dengan rendahnya minat mencari sesuatu yang baru/cenderung menghindari resiko, menghipotesakan bahwa sebuah disfungsi dalam sistem serotonin dapat mempengaruhi manifestasi OCPD (Villemarette-Pittman et al., 2004 dalam Martukovich, 2010). Sebuah penelitian menemukan bahwa individu dalam kelompok OCPD mengalami pengurangan pelepasan prolaktin secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok non-compulsive personality disorder, impulsif dan kompulsif terkait dengan serotonergic dysfunction (Stein et al., 1996 dalam Martukovich, 2010). Esckedal & Demetri (2006, dalam Quinn, 2010) mengemukakan bahwa tidak terdapat bukti empiris yang mendukung eksistensi predisposisi biologis pada gangguan kepribadian. Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 4: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

4

eksplorasi lebih dalam kemungkinan komponen biologis pada OCPD (Martukovich, 2010). Berdasarkan etiologi obsessive compulsive personality disorder yang telah diuraikan diatas dapat diketahui bahwa terdapat dua etiologi OCPD yaitu faktor lingkungan sosial khususnya lingkungan keluarga, dan faktor biologis. Faktor lingkungan sosial sebagai faktor utama, yaitu adanya tekanan orang tua pada saat anak usia dini khususnya saat anak berada pada fase anal, yang ditandai dengan adanya tekanan orang tua pada anak untuk mematuhi norma-norma sosial, tidak diberikannya pengasuhan pada anak secara hangat, dan orang tua terlalu protektif dan terlalu mengontrol. Selain itu adanya kontribusi dari faktor biologis yaitu terkait sistem serotonin dalam tubuh. Berdasarkan kedua etiologi ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua individu memiliki kecenderungan OCPD, sebagaimana yang telah diuraikan diatas yakni faktor orang tua/pengasuh anak merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan terbentuknya kepribadian obsessive compulsive. Sejauh ini belum ada diskusi atau penelitian mendalam mengenai kasus OCPD (Daniel 2008). Hal ini sangat disayangkan karena para individu OCPD membutuhkan pengertian, simpati dan dukungan. Fineberg et al. (2007, dalam Daniel, 2008) berpendapat bahwa yang menjadi masalah ialah kasus OCPD sering tersembunyi dan bisa menjadi permasalahan yang serius apabila tidak terdiagnosa dan mendapat penanganan lebih lanjut. Ada beberapa konsekuensi negatif dari kurangnya penanganan OCPD secara serius, diantaranya munculnya stress yang dapat mengarah pada depresi yang dikarenakan reaksi berlebih pada kegagalan, terganggunya karir, tingginya tingkat kerusakan perkawinan dan rusaknya hubungan interpersonal (Daniel, 2008). Oleh sebab itu, dibutuhkan penanganan lebih lanjut pada individu OCPD guna membantu meminimalisir konsekuensi negatif yang mungkin akan muncul, baik bagi kondisi psikologis subyek maupun pada hubungan interpersonal. Masalah perbedaan gender dalam diagnosis personality disorders telah mendapat banyak perhatian dalam literatur psikologi dan psikiatri. Sayangnya hanya sedikit studi empiris yang meneliti hubungan antara personality disorders/gangguan kepribadian dengan peran gender (Klonsky et al., 2002). Serin dan Marshall (2003, dalam Quinn, 2010) berdiskusi mengenai kesulitan dalam menetapkan diagnosis dari gangguan kepribadian, yang meliputi kekhawatiran nyata mengenai kemungkinan bias budaya dan gender dalam praktek diagnostik. Terkait dengan budaya, terdapat beberapa penelitian yang meninjau OCPD berdasarkan budaya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa OCPD secara khas untuk budaya Barat dan terkait dengan semakin tingginya kelas sosial ekonomi (Millon & Grossman, 2005 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010). Namun, hasil studi menunjukkan isu-isu ini tidak meyakinkan (Rob, Reus, & Paul, 2010). Chavira et al. (2003 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010) menyelidiki pengaruh dari perbedaan budaya/etnis sehubungan dengan prevalensi empat gangguan kepribadian secara spesifik dan tidak menemukan indikasi untuk pengaruh budaya atau etnis mengenai OCPD. Dalam studi lain menemukan prevalensi OCPD orang Asia dan Hispanik

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 5: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

5

lebih sedikit dibandingkan dengan ras Kaukasia di Amerika Utara (Grant & Hasin et al., 2004 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010). Penelitian lain dalam jumlah besar namun hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat yaitu prevalensi obsessive compulsive personality disorder ditinjau berdasarkan jenis kelamin. Menurut Christmas (2008), sekitar 2% dari populasi umum memiliki gangguan kepribadian obsessive compulsive personality disorder, dan 2 kali lipat lebih besar dialami oleh pria dibandingkan dengan wanita. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Weissman (1993, dalam Halgin, 2010) yang menyebutkan bahwa obsessive compulsive personality disorder adalah salah satu gangguan kepribadian yang paling umum terjadi, dan lebih umum terjadi pada pria dibandingkan wanita (Golomb, Fava, Abraham, & Rosenbaum, 1995 dalam Halgin, 2010). Data tersebut berbeda dengan pendapat Samuels (2012) yang menyatakan bahwa secara umum prevalensi komunitas dari OCPD pada pria dan wanita adalah serupa, meskipun pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa prevalensi pria dua kali lipat lebih tinggi daripada wanita (Cold, Yang, Tyrer, Roberts, & Ullrich, 2006 dalam Samuels, 2012; Torgesen Kringlen, Cammer, 2001). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Grant et al. (2004, dalam Eisen, 2008) yang menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam satu sampel komunitas. Grant et al. (2012) menambahkan bahwa prevalensi OCPD seumur hidup sebesar 7.8%, dengan tingkat yang sama antara pria dan wanita. Berdasarkan perbedaan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya kontradiksi mengenai prevalensi obsessive compulsive personality disorder berdasarkan jenis kelamin diantaranya 1) prevalensi OCPD pada pria dua kali lipat lebih tinggi daripada wanita, dan 2) prevalensi komunitas dari OCPD sama antara pria dan wanita. Sebagaimana Eisen (2008) mengemukakan bahwa temuan mengenai distribusi gender dalam sampel klinis cenderung tidak konsisten, beberapa sampel klinis melaporkan frekuensi yang lebih tinggi pada pria (Albert, Maina, Forner, & Bogetto, 2004), sementara penelitian lain tidak (Chavira et al, 2003; Mancebo, Eisen, & Rasmussen, 2004 dalam Eisen, 2008). Untuk itu, peneliti mengajukan suatu rumusan masalah yaitu adakah perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Mengacu pertanyaan pertanyaan penelitian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Studi pada psikopatologi ini tidak menggunakan sampel klinis, namun menggunakan populasi normal yaitu mahasiswa sebagai subjek penelitian. Hal ini mengacu pada pernyataan Widiger dan Corbitt (1995, dalam Klonsky, 2002) bahwa dengan mencari perbedaan gender dalam populasi normal dapat menjelaskan perbedaan gender dari personality disorders. Hal ini mungkin tidak biasa dalam sebuah studi pada psikopatologi untuk mempertimbangkan penggunaan populasi nonklinis, namun Klonsky (2002) mengemukakan bahwa minoritas partisipan di suatu populasi normal dapat memenuhi kriteria secara keseluruhan (pada DSM-IV) dalam melakukan diagnosa personality disorders.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 6: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

6

Manfaat dari penelitian ini dalam segi teoritis yaitu mengetahui gambaran ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin, serta manfaat praktis yaitu sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai kepribadian obsessive compulsive dan obsessive compulsive personalty disorder. Obsessive Compulsive Personality Disorder Obsessive compulsive personality disorder (OCPD) berbeda dengan obsessive compulsive disorder (OCD). OCD merupakan anxiety disorder, sedangkan OCPD merupakan personal/philosophical disorder, yang menghasilkan kecemasan, kesedihan yang mendalam jika mengalami kegagalan (Phillipson, 1997). Individu OCD mengalami kegelisahan yang teramat sangat (tremendous anxiety) yang mendorong mereka melakukan hal-hal secara berulang untuk menghilangkan kegelisahan atas suatu hal yang dianggap sebagai ancaman, sedangkan individu OCPD merasa cara hidup mereka (yang penuh dengan standar dan sistem tertentu) adalah benar, serta seringkali terobsesi dengan kesempurnaan dalam kehidupan personal dan profesionalnya (Phillipson, 1997). Menurut pedoman diagnostik DSM-IV (dalam Davison, 2005), OCPD merupakan gangguan kepribadian dengan kriteria sebagai berikut: 1) terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas terabaikan 2) perfeksionisme ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan, 3) pengabdian diri yang berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan persahabatan, 4) tidak fleksibel tentang moral, 5) sulit membuang membuang benda-benda yang tidak berarti, 6) enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya, 7) kikir terhadap diri sendiri dan orang lain, 8) kaku dan keras kepala. International Classification of Mental and Behavioural Disorders (ICD-10), yang merupakan mitra Eropa DSM-IV menyebut OCPD sebagai "Anankastic Personality Disorder". Senada dengan ICD-10, Pedoman Penegakan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) juga menyebut OCPD sebagai Gangguan Kepribadian Anankastik yang secara umum memiliki kesamaan dalam mengungkapkan karakteristik individu.

Tabel 1 Kriteria Obsessive Compulsive Personality Disorder menurut Pedoman Diagnostik DSM-IV

DSM-IV Criteria for Obssesive Compulsive Personality Disorder (301.4) A pervasive pattern of preoccupation with orderliness, perfectionism, and mental and interpersonal control, at the expense of flexibility, openness, and efficiency, beginning by early adulthood and present in a variety of context, as indicated by four (or more) of the following:

1. Preoccupied with details, rules, lists, order, organization, or schedules to the extent that the major point of the activity is lost.

2. Shows perfectionism that interferes with task completion. 3. Excessively devoted to work and productivity to the exclusion of leisure activities and

friendships [workaholic]. 4. Overconscientious, scrupulousness, inflexible about matters of morality, ethics, or values

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 7: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

7

5. Unable to discard worn-out worthless objects, even when they have no sentimental value [hoarding].

6. Reluctance to delegate or to work with others, unless they submit to exactly his/her way of doing things [need for control].

7. Miserliness toward both self and others, with money viewed as something to be hoarded for future catastrophes.

8. Rigidity and stubborness. American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic criteria from DSM-IV. Phillipson (1997) mengemukakan bahwa manifestasi utama dari OCPD memiliki kecenderungan kearah standar kesempurnaan. Dengan adanya standar tersebut, individu OCPD mengalami kecemasan bila mengetahui suatu hal berjalan dengan tidak berjalan dengan baik, oleh sebab itu individu OCPD berusaha mengerjakan suatu hal dengan sebaik mungkin dan menghindari kesalahan. Sebagaimana Daniel (2008) menyebutkan bahwa individu OCPD mengerjakan suatu pekerjaan sampai pada detail terbaik, hal yang dilakukan dan dipikirkan harus sempurna. Dari sudut pandang teori kognitif perilaku, harapan yang dimiliki individu OCPD mengenai kesempurnaan tidak realistis dan cenderung menghindari kesalahan (Beck et al., 2004; Freeman et al., 1990 dalam Halgin, 2010). Perasaan keberhargaan diri (self-worth) mereka tergantung pada caranya berperilaku untuk memenuhi kesempurnaan; jika gagal mencapai titik ideal tersebut, maka mereka akan memandang diri sendiri sebagai orang yang tidak berharga. Sebagaimana Daniel (2008) menjelaskan bahwa apabila individu OCPD menemui kegagalan dalam usahanya, akan mengalami ketidakstabilan emosi dan melampiaskannya pada orang lain disekitarnya. Ketidakstabilan emosi yang muncul adalah perasaan marah. Namun jika tidak memungkinkan untuk mengekspresikan kemarahannya, seorang individu OCPD akan cenderung merasa frustasi, dan jika terus berkelanjutan dapat mengarah pada depresi (Daniel, 2008). Etiologi Obsessive Compulsive Personality Disorder Kecenderungan kepribadian obsessive compulsive pada seorang individu dapat dijelaskan melalui etiologi OCPD, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor biologis (Martukovich, 2010). Pada faktor lingkungan sosial, konflik antara orang tua dan anak saat anak berusia dini khususnya saat anak berada pada fase anal (Quinn, 2010). Anak membutuhkan pengasuhan yang hangat, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan secara tepat untuk mengembangkan secure attachment. Sebaliknya, pengasuhan orang tua yang salah yakni memberlakukan kedisiplinan yang keras pada anak, terlalu protektif dan terlalu mengontrol, tekanan pada anak untuk mematuhi norma-norma sosial, tidak memberikan pengasuhan secara hangat, sehingga anak tidak bisa merasa aman untuk mengutarakan kesenangan dan spontanitas. Disamping itu, jika kebutuhan anak saat bayi tidak terpenuhi dengan cukup, diperkirakan ia akan mengembangkan attachment avoidance atau attachment anxiety. Orang dengan OCPD dipercaya mempunyai anxiously attached karena memiliki orang tua yang terlalu mengontrol dan menetapkan disiplin yang keras, sehingga orang dengan OCPD mencoba untuk melakukan hal-hal dengan sempurna yang menciptakan lebih

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 8: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

8

banyak kecemasan. Selain itu, faktor biologis juga berkontribusi dalam perkembangan OCPD, yaitu disfungsi pada sistem serotonin mempengaruhi manifestasi OCPD (Villemarette-Pittman et al., 2004 dalam Martukovich, 2010; Bartz et al., 2007 dalam Martukovich, 2010). Lebih lanjut, dalam Encyclopedia of Mental Disorder (n.d.) disebutkan bahwa pemberlakuan kedisiplinan yang keras menyebabkan anak merasa tidak aman dan nyaman dalam mengungkapkan ekspresi, spontanitas, dan kesenangan sehingga anak mulai untuk mengembangkan simptom OCPD sebagai sebuah strategi untuk menghindari hukuman (Quinn, 2010). Obsessive Compulsive Personality Disorder ditinjau dari Jenis Kelamin Berdasarkan pedoman diagnostik DSM-IV-TR (APA, 2000 dalam Quinn, 2010) diketahui bahwa pada beberapa gangguan kepribadian lebih umum terjadi pada pria, salah satu diantaranya termasuk OCPD. American Psychiatric Association (2000, dalam Quinn, 2010) mencoba untuk mengungkapkan alasan mengapa prevalensi dari beberapa gangguan kepribadian lebih umum terjadi pada pria dan lainnya terjadi pada wanita, hal itu karena disebabkan oleh faktor nyata dan tidak disebabkan oleh bias saat menegakkan diagnosa. Selaras dengan pedoman diagnostik DSM-IV-TR (APA, 2000 dalam Quinn 2010) yang mencatat bahwa OCPD lebih umum terjadi pada pria, McCoy (n.d.) berpendapat bahwa jenis kelamin pria merupakan salah satu risk factor munculnya OCPD pada seorang individu. Sebagaimana pernyataan McCoy (n.d.) yang mengemukakan bahwa terdapat beberapa risk factor munculnya OCPD pada seorang individu, diantaranya mempunyai riwayat keluarga OCPD atau OCD, mempunyai latar belakang keluarga yang berdisiplin keras, menjadi anak tertua, berusia dewasa awal, dan berjenis kelamin pria. Ditetapkannya jenis kelamin pria sebagai salah satu risk factor OCPD didukung beberapa penelitian yang menyebutkan prevalensi OCPD pada pria lebih tinggi daripada wanita (Weissman, 1993 dalam Halgin, 2010; Golomb, Fava, Abraham, Rosembaum, 1995 dalam Halgin, 2010; Albert, Maina, Forner, & Bogetto, 2004). Disamping itu, pada beberapa penelitian ditemukan bahwa prevalensi OCPD lebih umum terjadi pada pria (Coid et al, 2006 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010; Anderluh et al., 2003 dalam Rob, Reus, & Paul, 2010). Hipotesa Ada perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive ditinjau dari jenis kelamin.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian ini adalah Mahasiswa-mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Berdasarkan data yang diterima peneliti pada bulan September 2012 dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa Psikologi aktif sebanyak 1.378 orang, maka berdasarkan standar baku minimal pengambilan sampel pada tabel Isaac dan Michael (1981, dalam Powell, 1998) diketahui bahwa jumlah

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 9: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

9

sampel minimal sebanyak 286 orang. Peneliti mengambil sampel sebanyak 286 orang, yaitu mahasiswa angkatan 2012-2013 hingga mahasiswa angkatan 2006-2007. Tipe desain sampling dari subjek penelitian ini ialah Probability Sampling, agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi. Teknik yang digunakan ialah Stratified Random Sampling, yang disebut juga proporsional random sampling, yaitu membagi populasi menjadi sub kelompok homogen dan kemudian mengambil sampel acak sederhana di setiap sub kelompok. Kelebihan dari stratified random sampling daripada menggunakan teknik sampling lain dalam random sampling adalah lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili oleh sampel, kelemahan dari teknik sampling ini adalah peneliti harus memiliki data akurat mengenai jumlah subjek disetiap sub kelompok.

Metode Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini yaitu adaptasi dari Obsessive Compulsive Personality Disorder Questionnaire (OCPDQ). OCPDQ merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan obsessive compulsive yang disusun dalam 143 item dan direvisi menjadi 80 item oleh Rachel Martukovich (2010). OCPDQ mempunyai tingkat reliabilitas tinggi dengan uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha, didapat reliabilitas sebesar 0,845. Skala OCPDQ telah direduksi dari 143 item menjadi 80 item dengan 10 item setiap sub skala. Hasil dari uji reliabilitas untuk revisi 80 item pada OCPDQ menggunakan Cronbach’s Alpha sebesar 0,820. Selain memiliki reliabilitas yang tinggi, OCPDQ juga diketahui mempunyai construct validity, pengukuran secara keseluruhan erat kaitannya dengan total skor Leyton Obsessional Inventory (LOI) dan total skor Padua Inventory-Washington State University Revision (PI-WSUR) yaitu secara signifikan berkorelasi positif dengan total skor LOI (p<0.01, r=0,567) dan total skor PI-WSUR (p<0.01, r=0,369). Skala dalam penelitian ini ialah adaptasi OCPDQ 80 item, yaitu 10 item untuk setiap kriteria. Kriteria OCPD dalam instrumen penelitian OCPDQ berdasarkan DSM-IV yaitu sebanyak 8 kriteria (APA, 1994). Sebelum digunakan sebegai instrumen

Populasi 1378 orang Mahasiswa/i Psikologi UMM

Sampel 286 orang Mahasiswa/i Psikologi UMM

dengan taraf signifikansi 95% (tabel Isaac dan Michael, 1981)

4071378 × 286 = 85

Sampel pada mahasiswa angk. ‘12

3171378 × 286 = 66

Sampel pada mahasiswa angk. ‘11

2471378 × 286 = 51

Sampel pada mahasiswa angk. ‘10

2161378 × 286 = 45

Sampel pada mahasiswa angk. ‘09

1081378

× 286 = 22

Sampel pada mahasiswa angk. ‘08

571378 × 286 = 12

Sampel pada mahasiswa angk. ‘07

261378 × 286 = 5

Sampel pada mahasiswa angk. ‘06

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 10: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

10

penelitian, terlebih dahulu dilakukan back translation pada 80 item OCPDQ. Try out yang digunakan dalam penelitian ini diistilahkan dengan try out terpakai yaitu subyek try out untuk uji reliabilitas dan validitas instrumen penelitian sekaligus merupakan subyek penelitian. Jika data telah terkumpul, akan diadakan uji reliabilitas dan validitas terlebih dahulu sebelum menganalisis data lebih lanjut. Tabel 2 Indeks Validitas OCPDQ

Kriteria OCPDQ Indeks Validitas Preoccupation with details Perfectionism Excessive detion to work Conscientiousness/Inflexible Moral Hoarding Reluctance to delegate Miserliness Rigidity and stubborness

0,224 – 0,326 0,122 – 0,346 0,136 – 0,317 0,156 – 0,205 0,133 – 0,288 0,119 – 0,279 0,119 – 0,245 0,191 – 0,281

Tabel 3 Indeks Reliabilitas OCPDQ

Original Scale (80 items)

Adapted Scale Try Out Scale

(80 item) Reduced Scale

(52 items)

Kriteria OCPD

N items

Alpha

N items

Alpha

N items

Alpha

80 .820 80 .740 52 .788 Preoccupation with details 10 .603 10 .530 6 .514 Perfectionism 10 .685 10 .427 8 .441 Excessive devotion to work 10 .601 10 .313 5 .449 Conscientiousness/ Inflexible Morals

10 .594 10 .469 8 .427

Hoarding 10 .829 10 .475 5 .485 Reluctance to delegate 10 .784 10 .563 6 .572 Miserliness 10 .690 10 .449 6 .255 Rigidity ans Stubbornness 10 .754 10 .440 9 .454 Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Mengumpulkan informasi terkait instrumen penelitian OCPDQ, yaitu OCPDQ yang tersusun atas 143 item dan OCPDQ 80 item yang telah direvisi oleh Martukovich (2010).

b. Melakukan back translation pada OCPDQ 80 item. c. Menyiapkan instrumen penelitian OCPDQ yang akan diberikan pada subjek.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan instrumen penelitian OCPDQ pada subyek yaitu Mahasiswa Psikologi UMM dan sampel sebanyak 286 orang. Subyek dalam penelitian ini

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 11: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

11

sekaligus merupakan subyek try out (try out yang digunakan dalam penelitian ini diistilahkan dengan try out terpakai). Bagi mahasiswa angkatan 2006-2007 hingga 2009-2010 pemberian quesioner dilakukan secara individual, dan bagi mahasiswa angkatan 2010-2011 hingga 2012-2013 pemberian quesioner dilakukan secara klasikal pada masing-masing kelas.

b. Peneliti memberikan instruksi pengerjaan quesioner bagi subjek dan menyediakan waktu pengerjaan selama 20 menit, lalu meminta subyek untuk mengumpulkannya kembali.

c. Melakukan uji validitas dan reliabilitas OCPDQ 80 item dan ditemukan item yang telah memenuhi validasi sebanyak 52 item.

d. Merekap dan mengolah data subjek sesuai item OCPDQ yang dinyatakan valid yaitu 52 item dan mereduksi jawaban pada item yang gugur.

e. Mereduksi OCPDQ 52 item menjadi 40 item, dengan memilih 5 item dengan validitas tertinggi untuk masing-masing kriteria OCPDQ.

f. Melakukan analisis data.

HASIL PENELITIAN Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Subjek Wanita Pria Mahasiswa Angkatan 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013

2 (0,70%) 6 (2,10%) 12 (4,20%) 24 (8,39%) 27 (9,44%) 33 (11,54%) 43 (15,03%)

3 (1,05%) 6 (2,10%) 10 (3,50%) 21 (7,34%) 24 (8,39%) 33 (11,54%) 42 (14,69%)

Total

147 (51,40%)

139 (48,60%) Tabel 5 Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive ditinjau dari Jenis Kelamin

Kriteria OCPD Wanita Pria N Subjek % N Subjek %

1. Preoocupation with details 2. Perfectionism 3. Excessive devotion to work 4. Conscientiousness/Inflexible moral 5. Hoarding 6. Reluctance to delegate 7. Miserliness 8. Rigidity and Stubborness

23 24 15 24 17 25 25 22 63

15,65% 16,35% 10,20% 16,35% 11,56% 17,01% 17,01% 14,97% 42,86%

26 17 18 26 17 14 26 8

62

18,71% 12,23% 12,95% 18,71% 12,23% 10,07% 18,71% 5,76% 44,60%

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada pria dan wanita, ciri kepribadian yang

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 12: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

12

menonjol pada subjek wanita yaitu perfectionism, conscientiousness/inflexible moral, reluctance to delegate, dan miserliness. Sedangkan ciri kepribadian yang menonjol pada subjek pria yaitu preoccupation with details, excessive devotion to work, conscientiousness/inflexible moral, dan miserliness. Berdasarkan temuan tersebut juga dapat disimpulkan bahwa persamaan ciri kepribadian yang menonjol pada pria dan wanita adalah conscientiousness/inflexible moral, dan miserlines. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa subjek yang tidak memiliki ciri kepribadian obssesive compulsive sebanyak 63 orang wanita dan 62 orang pria. Tabel 6 Hasil Analisis Uji t-test

Group Statistics

Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Wanita 147 31,78 7,174 0,592

Pria 139 30,82 6,298 0,534

Independent Samples Test

Levene’s Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Skor Equal variances assumed

2,618 0,107 1,203 284 0,230

Equal variances not assumed

1,207 282,464 0,228

Dari hasil analisis data t-test dapat diketahui bahwa F hitung levene test sebesar 2,618 dengan probabilitas > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian memiliki variance yang sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Berdasarkan hasil output data dapat diketahui bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah 1,203 dengan probabilitas signifikansi 0,230 (2-tailed). Dengan signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa pria dan wanita.

DISKUSI Penelitian ini menemukan bukti bahwa tidak ada perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Jika ditelaah lebih dalam, diketahui bahwa ciri kepribadian yang menonjol pada subjek wanita yaitu perfectionism, conscientiousness/inflexible moral, reluctance to delegate, dan miserliness. Sedangkan ciri kepribadian yang menonjol pada subjek pria yaitu preoccupation with details, excessive devotion to work, conscientiousness/inflexible moral, dan miserliness. Berdasarkan temuan tersebut juga dapat disimpulkan bahwa persamaan ciri kepribadian yang menonjol pada pria dan wanita adalah conscientiousness/inflexible moral, dan miserliness.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 13: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

13

Persamaan dan perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive yang menonjol pada pria dan wanita ini dapat berbeda pada satu populasi dengan populasi lain, sebagaimana Smith (1986) mengemukakan bahwa perbedaan kepribadian antara pria dan wanita tidak pernah berlaku untuk semua pria dan wanita, tidak pernah diuraikan dengan cukup jelas, dan tidak pernah konstan dari satu kelompok ke kelompok lain. Secara umum belum dapat diketahui secara pasti faktor utama beberapa peneliti menilai pria memiliki kecenderungan OCPD lebih tinggi daripada wanita, serta ditetapkannya jenis kelamin pria sebagai salah satu dari risk factor OCPD oleh peneliti. Lebih lanjut, American Psychiatric Association (2000, dalam Quinn, 2010) mencoba untuk mengungkapkan alasan mengapa prevalensi dari beberapa gangguan kepribadian lebih umum terjadi pada pria dan lainnya terjadi pada wanita, hal itu disebabkan karena adanya perbedaan gender yang nyata dan tidak disebabkan oleh bias saat menegakkan diagnosa. Kecenderungan kepribadian obsessive compulsive pada seorang individu dapat dijelaskan melalui etiologi OCPD. Sebagaimana menurut Martukovich (2010) terdapat dua faktor yang diperkirakan menjadi faktor terbentuknya individu OCPD, diantaranya yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor biologis. Pada faktor lingkungan sosial, konflik antara orang tua dan anak saat anak usia dini khususnya saat anak berada pada fase anal (Quinn, 2010). Faktor lingkungan dinilai sebagai faktor utama, yaitu adanya tekanan tertentu dari orang tua dan memberlakukan disiplin yang keras serta pengasuhan yang kurang tepat kepada anak. Pengasuhan orang tua yang salah saat anak usia dini sebagai faktor utama seorang individu mengalami OCPD berlaku untuk semua gender, karena yang memberikan kontribusi besar bukanlah gender anak namun pengasuhan orang tua. Dengan kata lain, baik anak laki-laki maupun perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk memiliki kecenderungan OCPD jika orang tua terlalu protektif dan terlalu mengontrol. Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive ditinjau dari jenis kelamin. Namun penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terkait instrumen penelitian obsessive compulsive personality questionnaire (OCPDQ). Dalam literatur instrumen penelitian OCPDQ yang telah diadaptasi oleh peneliti untuk menentukan jumlah dimensi obsessive compulsive personality yang muncul, tidak disebutkan norma untuk menentukan tinggi rendahnya kecenderungan OCPD/tidak menyebutkan standar kategorisasi disorder atau non-disorder pada subjek yang diteliti. Untuk itu, bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari instrumen penelitian yang memberikan informasi secara lengkap dan utuh, diantaranya validitas dan reliabilitas alat tes, blueprint, serta norma kategorisasi. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya dapat juga merekonstruksi sendiri instrumen penelitian untuk mengukur kecenderungan obsessive compulsive personality disorder berdasarkan kriteria OCPD dalam DSM-IV dan menentukan kategorisasi disorder dan non-disorder.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 14: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

14

SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan ciri kepribadian obsessive compulsive pada pria dan wanita, dengan nilai F sebesar 2,618 dengan nilai signifikansi 0,230 (2-tailed). Hasil penelitian ini menolak hipotesis awal peneliti yaitu ada perbedaan ciri kepribadian obsessive pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Implikasi dari penelitian ini meliputi: 1. Mahasiswa dengan kategori kecenderungan OCPD tinggi

Ada beberapa konsekuensi negatif dari kurangnya penanganan OCPD secara serius, diantaranya munculnya stress yang dapat mengarah pada depresi dikarenakan reaksi berlebih pada kegagalan, terganggunya karir, dan rusaknya hubungan interpersonal. Bagi mahasiswa yang memiliki kecenderungan OCPD yang tinggi, bila secara personal merasa terganggu/selalu merasa cemas dengan standar tinggi yang dimilikinya serta melemahnya hubungan interpersonal, disarankan untuk menghubungi psikiater/psikolog untuk mendapat diagnosa lebih lanjut, berkonsultasi guna mendapat solusi atas munculnya distress dan problem terkait hubungan sosial, serta mendapat treatment yang dibutuhkan.

2. Peneliti Selanjutnya Dalam melakukan penelitian mengenai OCPD, bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan kedua hal berikut, yaitu 1) Hal utama yang harus diperhatikan ketika melakukan asesmen pada individu OCPD ialah harus mengedepankan kenyataan bahwa banyak dari karakter OCPD yang umum didapati pada individu-individu di populasi normal, maka dari itu bukan hanya kemunculan dari karakter-karakter ini saja yang perlu diperhitungkan, tetapi juga tingkat keparahannya, 2) Dalam melakukan interpretasi pada skor subjek, ketika skor subjek menunjukkan kategori tinggi bukan berarti subjek tersebut mengalami OCPD namun harus memperhatikan tingkat keparahan dari kemunculan karakteristik tersebut, mengalami distress karena standar tinggi yang dimilikinya, serta melemahnya kemampuan dalam beberapa aspek, misalnya aspek interpersonal. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian terkait dengan kecenderungan obsessive compulsive personality disorder dengan metode kualitatif agar data yang didapat lebih mendalam. Disamping itu disarankan pula untuk menghubungkan OCPD dengan variabel lain yang relevan serta mengkaji OCPD dengan perspektif lain, misalnya pencapaian tujuan yang tidak realistis individu OCPD dan kesulitan menerima kegagalan pada individu OCPD dipandang dalam psikologi perspektif Islam.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 15: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

15

REFERENSI Aeterman, N., Decuyper, M., Fruyt, F. D. (n.d.). Understanding obsessive-

compulsive personality disorder in adolscence: A dimensional personality perspective. Ghent University.

Albert, U., Maina, G., Forner, F., Bogetto, F. (2004). DSM-IV Obsessive-compulsive

personality disorder: Prevalence in patients with anxiety disorders and in healthy comparison subjects. Comprehensive psychiatry, 45(5): 325-332.

American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic criteria from DSM-IV.

Washington, DC. Ansbacher, H. L. & Ansbacher, R. R. (1964). The individual psychology of Alfred

Adler: A systematic presentation in selections from his writings. New York: Harper & Row Publishers Inc.

Archer, J. & Lloyd, B. (2002). Sex and gender (2nd Ed.). United Kingdom:

Cambridge University Press. Chan, D. W. (2008). Perfectionism and the striving for excellence. Educational

Research Journal, Vol. 23(1). Christmas, D. M. B. (2008). Synopsis of causation: Personality disorder. Ministry of

Defence. Daniel, G. (2008). All you need to know about OCPD and perfectionism. Australia:

Willows Books Publishing. Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2010). Psikologi abnormal. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. Eisen, J. L., Mancebo, M. C., Chiappone, K. L., Pinto, A. Rasmussen, S. A. (2008).

Obsessive-compulsive personality disorder. In Abramomowitz, J. S., McKay, D., Taylor, S. Clinical handbook of obsessive-compulsive disorder and related problems (pp. 316-329). Maryland: The Jhons Hopkins University Press. Accessed on October 22, 2012, from http://books.google.co.id

Encyclopedia of Mental Disorders. (n.d.). Obsessive-compulsive personality

disorder. Retrieved January 26, 2013, from http://minddisorders.com/Ob-Ps/Obsessive-compulsive-personality-disorder.html

Fineberg, N. A., Sharma, P., Sivakumaran, T., Sahakian, B., Chamberlain, S. (2007).

Does obsessive-compulsive personality disorder belong within the obsessive compulsive spectrum? CNS Spectr, 12(6), 467-474, 477-482.

Fakultas Psikologi UMM. (2012). Pedoman penulisan skripsi. Malang: UMM Press.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 16: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

16

Flett, G. L. & Hewitt, P. L. (2004). The cognitive and treatment aspects of perfectionism: introduction to the special issue. Journal of rational-emotive & cognitive-behavior therapy, 22(4).

Fossati, A., Beauchaine, T. P., Grazioli, F., Borroni, S., Caretta, I., Vecchi, C. D.,

Cortinovis, D., Danelli, E., Maffei, C. (2006). Confirmatory factor analyses of DSM-IV Cluster C personality disorder criteria. Journal of Personality Disorders, 20(2), 186–203.

Friedman, H. S. & Schustack, M. W. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan riset

modern. Jakarta: Penerbit Erlangga. Grant, J. E., Mooney, M. E., Kushner, M. G. (2012). Prevalence, correlates, and

comorbidity of DSM-IV obsessive-compulsive personality disorder: Results from the National Epidemiologic Survey on alcohol and related conditions. Journal of Psychiatric Research, 46. Accessed on October 22, 2012 from http://www.sciencedirect.com

Halgin, R. P. & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi abnormal: Perspektif klinis

pada gangguan psikologis (Ed.6, jil.2). Jakarta: Salemba Humanika. Hewitt, P. L. & Flett, G. L. (1991). Dimensions of perfectionism in unipolar

depression. Journal of Abnormality Psychology, 100(1), 98-101. Klonsky, E. D. (2002). Gender role and personality disorders. Journal of Personality

Disorders, 16(5), 464-476. Martukovich, R. (2010). A reexamination of the obsessive compulsive personality

disorder questionnaire reliability and validity in a college student sample. Thesis, Master of Arts in Psychology, Cleveland State University.

Maslim, R. (2001). Buku saku diagnosis gangguan jiwa: Rujukan ringkas dari

PPDGJ. Jakarta: Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. McCoy, K. (n.d.). Obsessive-compulsive personality disorder. Retrieved Januari 26,

2013, from http://psych.med.nyu.edu/patient-care/conditions-we-treat/ocpd Phillipson, S. (1997). Obsessive compulsive personality disorder: A defect of

philosophy, not anxiety. Retrieved October 24, 2012, from http://www.ocdonline.com/articlephillipson6.php

Powell, E. T. (1998). Sampling. Retrieved October 10, 2012, from

http://learningstore.uwex.edu/pdf/G3658-3.pdf Quinn, M. K. (2010). Obsessive-compulsive personality disorder. Retrieved January,

26, 2013, from http://voices.yahoo.com/obsessive-compulsive-personality-disorder-6012138.html

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 17: Perbedaan Ciri Kepribadian Obsessive Compulsive Ditinjau dari Jenis Kelamin

17

Rob, J. M., Reus D., Paul, M. (2010). Obsessive-compulsive personality disorder: A review of current empirical findings. Personality and Mental Health. Retrieved January, 26, 2013, from http://psyq.nl/files/1849997/OCPDDOI2010.pdf

Samuels, J. & Costa, P. T. (2012). Obsessive-compulsive personality disorder. In

Widiger, T. A. The Oxford handbook of personality disorders (pp. 566-576). New York: Oxford University Press. Accessed on October 22, 2012, from http://books.google.co.id

Schaubroeck, J. & Ganster, D. C. (1991). Associations among stress-related

individual differences. In Cooper and Payne (Eds.), Personality and stress: Individual differences in the stress process (pp. 34-59). Great Britain: Biddles Ltd.

Smith, H. C. (1968). Personality development. USA: McGraw-Hill Inc. Stoeber, J., & Stoeber, F. S. (2009). Domains of perfectionism: Prevalence and

relationships with perfectionism, gender, age, and satisfaction with life. Personality and Individual Differences, 46, 530-535.

Torgersen, S., Kringlen, E., Cramer, V. (2001, June). The prevalence of personality

disorders in a community sample. Retrieved October 10, 2012, from http://archpsyc.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=481789

Tyrer, P. & Alexander, J. (1979). Classification of personality disorder. The British

Journal of Psychiatry, 135, 163-167. Wei, M., Mallinckrodt, B., Russell, D. W., Abraham W. T. (2004). Maladaptive

perfectionism as a mediator and moderator between adult attachment and depressive mood. Journal of Counseling Psychology, 51(2), 201-212.

World Health Organization. (1993). The ICD-10 International classification of

mental and behavioural disorders: Diagnostic criteria for research. Geneva. Yoder, J. D. (2002). Women and gender: Transforming psychology (2nd ed.). New

Jersey: Pearson Education.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)