perbankan syariah kelompok 4 word.doc

15
PERBANKAN SYARIAH “Identifikasi Transaksi yang Dilarang” Disusun guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Perbankan Syariah Dosen Pengampu : Iwan Budiyono, SE, Msi, Akt Disusun Oleh: Bobby Putra S (KP2C/3.42.13.2.06) Dara Arinsandi (KP2C/3.42.13.2.07) Dewi Kurniawati (KP2C/3.42.13.2.08) Dwi Erika (KP2C/3.42.13.2.09) Dyah Putri A (KP2C/3.42.13.2.10) JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI KEUANGAN & PERBANKAN

Upload: dewi

Post on 24-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERBANKAN SYARIAH

Identifikasi Transaksi yang Dilarang

Disusun guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Perbankan Syariah

Dosen Pengampu : Iwan Budiyono, SE, Msi, Akt

Disusun Oleh:

Bobby Putra S

(KP2C/3.42.13.2.06)

Dara Arinsandi

(KP2C/3.42.13.2.07)

Dewi Kurniawati

(KP2C/3.42.13.2.08)

Dwi Erika

(KP2C/3.42.13.2.09)

Dyah Putri A

(KP2C/3.42.13.2.10)

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI KEUANGAN & PERBANKAN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2015

Keharaman Transaksi yang Diharamkan dalam Syariat IslamTransaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak unknown to one party.Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi/ditipu karena ada sesuatu yang unknown to one party (keadaan di mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini merupakan asymmetric information).

Penyebab terlarangnya sebuah transaksi disebabkan oleh faktor sebagai berikut:

I. Haram zatnya

Haram Zatnya adalah transaksi yang dilarang karena objek/ barang yang ditransaksikan adalah barang yang haram, contoh, bangkai, minuman keras, daging babi dan sebagainya. walaaupun transaksi atau akadnya sah menurut Islam namun haram hukumnya jika transaksi jual beli minuman keras, karena minuman keras adalah benda yang diharamkan/dilarang. maka jika ada nasabah yang mengajukan pembiayaan terhadap barang-barang yang dilarang meskipun menggunakan akad mudharabah dan musyarakah, maka transaksi tersebut dilarang dan hukumnya haram.Haram zatnya terdiri dari:

a. Tadlis (penipuan)Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak ( unknown to one party). Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak, mereka harus mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa ditipu/dicurangi karena ada sesuatu yang unknown to one party.

Ada 4 (empat) hal dalam transaksi Tadlis, yaitu :1. Kuantitas, mengurangi takaranTadlis (penipuan) dalam kuantitas termasuk juga kegiatan menjual barang kuantitas sedikit dengan barang kuantitas banyak. Misalkan menjual baju sebanyak satu container. Karena jumlah banyak dan tidak mungkin untuk menghitung satu demi satu, penjual berusaha melakukan penipuan dengan mengurangi jumlah barang yang dikirim kepada pembeli.2. Kualitas, menyembunyikan kecacatan barangTadlis (penipuan) dalam kualitas termasuk juga menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang buruk yang tidak sesuai dengan apa yang disepakati antara si penjual dan pembeli. Contoh tadlis dalam kualitas pada penjualan computer bekas. Pedagang menjual computer bekas dengan kualifikasi Pentium III dalam kondisi 80% baik, dengan harga Rp. 3.000.000,-. Pada kenyataannya, tidak semua penjual menjual computer bekas dengan kualifikasi yang sama. Sebagian penjual computer bekas dengan kualifikasi yang lebih rendah, tetapi menjualnya dengan harga yang sama. Pembeli tidak dapat membedakan mana computer yang rendah dan mana computer yang dengan kualifikasi computer yang lebih tinggi, hanya penjual saja yang mengetahui dengan pasti kualifikasi computer yang dijualnya.

Keseimbangan harganya akan terjadi bila harga yang tercipta merupakan konsekuensi dari kualitas atau kuantitas barang yang ditransaksikan. Apabila tadlis kualitas terjadi, maka syarat untuk pencapaian keseimbangan tidak akan tercapai.

3. Harga, memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasarTadlis (penipuan) dalam harga ini termasuk menjual barang dengan harga yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar karena tidak ketahuan pembeli atau penjual, dalam fiqih disebut Ghoban.

Yang termasuk dalam penipuan jenis ini adalah si penjual tahu persis ia tidak akan menyerahkan barang tersebut pada esok hari, namun menjanjikan akan menyerahkan barang tersebut pada esok hari. Waau konsekuensi tadlis dalam waktu penyerahan tidak berkaitan secara langsung dengan harga ataupun jumlah barang yang ditransaksikan, namun masalah waktu adalah yang sangat penting. Lebih lanjut, pelarangan ini dapat menghubungkan dengan larangan transaksi lain, yaitu transaksi kali bali. Dengan adanya pelarangan tadlis waktu penyerahan, maka segala transaksi harus jelas kapan pemindahan hak milik dan hak guna terjadi. Berbeda dengan transaksi kali bali (transaksi jual beli, dimana obyek barang atau jasa yang dipejualbelikan belum bepindah kepemilikan namun sudah dipejualbelikan kepda pihak lain) dimana transaksi juga dilarang leh Rasulullah, karena transaksi jual beli tidak diikutioleh perolehan hak milik.

Diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

siapapun yang membeli gandum tidak berhak menjual sebelum memperoleh hak kepemilikan.

4. Waktu, menyanggupi delivery time yang disadari tidak akan sanggup memenuhinyaSebagaimana dilarangnya Tadlis dalm kuantitas, kualitas dan dalam harga, Tadlis dalam waktu penyerahan pun dilarang. Contoh tadlis dalam hal ini ialah bila sipenjual tahu persis bahwa ia tidak akan dapat menyerahkan barang tepat apada waktu yang dijanjikan, namun ia sudah berjanji akan menyerahkan barang pada waktu yang telah dijanjikan. Walaupun konsekuensi tadlis dalam waktu tidak berkaitan secara langsung dengan harga ataupun jumla barang yang ditransaksikan, namun masalah watu adalah sesuatu yang sangat penting.b. Ikhtikar (Monopoli)Ikhtikar ( ) artinya zalim (aniaya) dan merusak pergaulan ( ), upaya penimbunan barang dagangan untuk menunggu melonjaknya harga barang penimbunan barang adalah salah satu perkara dalam perdagangan yang diharamkan oleh agama.Para ulama mengemukakan arti atau definisi ihtikar (menimbun) berbeda-beda sepertinya halnya yang diterangkan dibawah ini Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukani mendefinisikan : Penimbunan atau penahan barang dagangan dari peredarannya.Imam Al-Ghazali mendefinisikan :Penyimpanan barang dagangan oleh penjual makanan untuk menunggu melonjaknya harga dan penjualannya ketika harga melonjak.

Ulama madzhab maliki mendefinisikan :Penyimpanan barang oleh produsen baik makanan, pakaian dan segala barang yang merusak pasar.1. Hukum Ikhtikar:

Para ulama berbeda pendapat tentang hokum monopoli (ihtikar), dengan perincian sebagai berikut:

a. Haram secara mutlak (3) (tidak dikhususkan bahan makanan saja)Menimbun yang diharamkan menurut kebanyakan ulama fikih bila memenuhi tiga kriteria:

Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga untuk masa satu tahun penuh. Kita hanya boleh menyimpan barang untuk keperluan kurang dari satu tahun sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah SAW. Menimbun untuk dijual, kemudian pada waktu harganya membumbung tinggi dan kebutuhan rakyat sudah mendesak baru dijual sehingga terpaksa rakyat membelinya dengan harga mahal. Yang ditimbun (dimonopoli) ialah kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, sandang dan lain-lain. Apabila bahan-bahan lainnya ada di tangan banyak pedagang, tetatpi tidak termasuk bahan pokok kebutuhan rakyat dan tidak merugikan rakyat. maka itu tidak termasuk menimbun.

b. Makruh secara mutlak, Dengan alasan bahwa larangan Nabi SAW berkaitan dengan ihtikar adalah terbatas kepada hukum makruh saja, lantaran hanya sebagai peringatan bagi umatnya.c. Haram apabila berupa bahan makanan saja, adapun selain bahan makanan, maka dibolehkan, dengan alasan hadits riwayat Muslim di atas, dengan melanjutkan riwayat tersebut yang dhohirnya membolehkan ihtikar selain bahan makanan.

d. Haram ihtikar disebagian tempat saja, seperti di kota Makkah dan Madinah, sedangkan tempat-tempat lainnya, maka dibolehkan ihtikar di dalamnya, hal ini lantaran Makkah dan Madinah adalah dua kota yang terbatas lingkupnya, sehingga apabila ada yang melakukan ihtikar salah satu barang kebutuhan manusia, maka perekonomian mereka akan terganggu dan mereka akan kesulitan mendapatkan barang yang dibutuhkan, sedangkan tempat-tempat lain yang luas, apabila ada yang menimbun barang dagangannya, maka biasanya tidak mempengaruhi perekonomian manusia, sehingga tidak dilarang ihtikar di dalamnya.

e. Boleh ihtikar secara mutlak, Mereka menjadikan hadits-hadits Nabi SAW yang memerintahkan orang yang membeli bahan makanan untuk membawanya ke tempat tinggalnya terlebih dahulu sebelum menjualnya kembali sebagai dalil dibolehkahnya ihtikar.c. Hikmah di Balik Larangan monopolik (Ihtikar)Imam Nawawi menjelaskan hikmah dari larangan monopoli (ihtikar) adalah mencegah hal-hal yang menyulitkan manusia secara umum, oleh karenanya para ulama sepakat apabila ada orang memiliki makanan lebih, sedangkan mausia sedang kelaparan dan tidak ada makanan kecuali yang ada pada orang tadi, maka wajib bagi orang tersebut menjual atau memberikan dengan cuma-cuma makanannya kepada manusia supaya manusia tidak kesulitan. Demikian juga apabila ada yang menimbun selain bahan makanan (seperti pakaian musim dingin dan sebagainya) sehingga manusia kesulitan mendapatkannya, dan membahayakan mereka, maka hal ini dilarang dalam Islam(6).

Islam mengharamkan orang menimbun dan mencegah harta dari peredaran. Islam mengancam mereka yang menimbunnya dengan siksa yang pedih di hari kiamat.

II. Haram Selain Zatnyaa. Bai NajasyTransaksi BaI najasy diharamkan karena si penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik pula untuk membeli. Si penawar sendiri tidak bermaksud untuk benar-benar membeli barang tersebuut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang benr-benar ingun membeli. Sebelumnya orang ini telah mengadakan kesepakatan dengan penjual untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli yang sesungguhnya dengan harga yang tinggi pula dengan maksus untuk ditipu. Akibatnya terjadi permintaan palsu (false demand). Contoh BaI najasy banyak sekali. Pada waktu Indonesia dilanda krisis moneter 1997 misalnya, terjadi isu kelangkaan pangan karena takut kehabisan persediaan beras, maka masyarakat ramai-ramai menyerbo took-toko memborong beras akibatnya terjadi peningkatan permintaan terhadap beras sehingga harga beras naik.b. Taghrir (Gharar)Taghrir berasal dari bahasa Arab gharar, yang berarti akibat, bencana, bahaya, resiko, ketidakpastian. Sebagai istilah dalam fiqih Muamalat taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buat tanpa pengetahuan yang mencukupi atau mengambil resiko sendiri dari suau perbuatan yang mengandung resiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuonsinya. Dalam ilmu ekonomi Taghrir ini disebut uncertainty (ketudakpastian) atau resiko. Dalam situasi ketdakpastian ada lebih dari satu hasil atau kejadian yang akanmuncul dengan probabilitas yang berbeda-beda.Hukum GhararJual beli gharar dilarang dalam IslamFirman Allah: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (Qs. al- Baqarah : 188)Bentuk-bentuk Jual Beli Gharar yang Tidak Diperbolehkan1. Gharar karena barangnya belum ada (al-ma'dum). 2. Gharar karena barangnya tidak bisa diserah terimakan ( al-majuz an taslimihi ) 3. Gharar karena ketidakjelasan (al-jahalah) pada barang, harga dan akad jual belinya. Gharar Yang Diperbolehkan1. jika barang tersebut sebagai pelengkap2. jika ghararnya sedikit3. masyarakat memaklumi hal tersebut karena dianggap sesuatu yang remeh4. mereka memang membutuhkan transaksi tersebut.Imam Nawawi menjelaskan hal tersebut di dalam Syarh Shahih Muslim (5/144):Kadang sebagian gharar diperbolehkan dalam transaksi jual beli, karena hal itu memang dibutuhkan (masyarakat), seperti seseorang tidak mengetahui tentang kwalitas pondasi rumah (yang dibelinya), begitu juga tidak mengetahui kadar air susu pada kambing yang hamil. Hal hal seperti ini dibolehkan di dalam jual beli, karena pondasi (yang tidak tampak) diikutkan (hitungannya) pada kondisi bangunan rumah yang tampak, dan memang harus begitu, karena pondasi tersebut memang tidak bisa dilihat. Begitu juga yang terdapat dalam kandungan kambing dan susunya. (lihat juga Ibnu Hajar di dalam Fathu al-Bari, Kitab: al-Buyu, Bab: Bai al-Gharar)

III. Tidak Sah/Lengkap AkadnyaSuatu transaksi yg tidak termasuk dalam kategori haram li dzatihi maupun haram li ghairihi, belum tentu serta merta menjadi halal. Sesuatu tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap.Tidak Sah/Lengkap Akadnya dibagi menjadi:a. RibaMenurut bahasa atau lugat,pengertian riba artinya ziyadah (tambahan) atau nama (berkembang). menurut istilah pengertian dari riba adalah penambahan pada harta dalam akad tukar-menukar tanpa adanya imbalan atau pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Hukum RibaPara Ulama sepakat bahwa riba hukumnya haram berdasarkan dalil dari Al-Qur'an, As-Sunnah serta Ijma kaum muslimin.

Dalil dari Al-Qur`an di antaranya adalah firman Allah yang atinya:Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Al-Baqarah: 275)

Juga dalam firman-Nya yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. (Al-Baqarah: 278-279)

Jenis-jenis Riba:Dalam ilmu fiqih, dikenal 3 (tiga) jenis riba, yaitu sebagai berikut,

1. Riba Fadl

Riba Fadl disebut juga riba buyu, yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang yang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran yang senilai ini mengandung gharar, yaitu ketidak jelasan bagi kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidak jelasan ini dapat menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-pihak lain.2. Riba Nasiah

Riba Nasiah disebut juga riba duyun yaitu riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko (al ghummu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalannya waktu.

Nasiah adalah penangguhan penyeraha atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba Nasiah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. Jadi, al ghunmu (untung) muncul tanpa adanya al-ghurmi (risiko), hasil usaha (al kharaj) muncul tanpa adanya biaya (dhaman); al-ghunmu dan al-kharaj muncul hanya dengan berjalannya waktu. Padahal dalam bisnis selalu ada kemungkinan untung dan rugi. Memastikan sesuatu diluar wewenang manusia adalah bentuk kezaliman. Padahal itulah yang terjadi dalam riba nasiah, yakni memperlakukan sesuatu yang seharusnya bersifat uncertain (tidak pasti) menjadi certain (pasti).

3. Riba Jahiliyah

Riba jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. Riba jahiliyah karena terjadi pelanggaran kaidah kullu qurdin jarra manfaatan fahuwa riba (setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba). Memberi pinjaman adalah transaksi kebaikan, sedangkan meminta kompensasi adalah transaksi bisnis. Jadi, transaksi yang dari semuladiniatkan sebagai transaksi kebaikan tidak boleh diubah menjadi transaksi yang bermotif bisnis.

Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyah tergolong riba nasiah; dari segi keamanan objek yang dipertukarkan, tergolong riba fadl.b. Rukun dan syarat tidak terpenuhiRukun jual beli meliputi:

a. Pelaku,

b. Obyek,

c. Ijab kabul.Syarat jual beli, tidak:

1. Menghalalkan yangharam

2. Mengharamkan yang halal

3. Menggugurkan rukun

4. Bertentangan dengan rukun

5. Mencegah berlakunya rukunc. Terjadi TaalluqTerjadi bila dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan. Dengan maksud, berlakunya akad 1 tergantung pada akad ke 2. Dalam terminologi fiqh disebut baial-inah.d. Two in oneTwo in one terjadi karena:

1. Obyek sama2. Pelaku sama3. Jangka waktu sama.DAFTAR PUSTAKA http://www.academia.edu/6809740/Ekonomi-islam-yulianti-desaining-kontrak-lks-07-transaksi-dilarang-islam

https://lazuardiirawan.wordpress.com/2012/04/04/taaluq-dan-multi-akad-tidak-haram-1/

https://sharianomics.wordpress.com/2010/11/23/taalluq-pada-akad/

Adiwarman A, karim. 2010. bank islam analisis fiqih dan keuangan. Jakarta: PT raja grafindo

Ali, Muhammad, e-book Hukum Menimbun Barang Dagangan, Al-Furqon, Gresik, Tahun. Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, , PT Raja Grafindo, Jakarta hlm. 173

http:// dugaliezers.blogspot.com/2011/03/ihtikar-fikih-muamalah-b.html

H. A. Aziz Salim Basyarahil, 22 Masalah Agama, hlm.56, Gema Insani Press, Jakarta. Tanpa Tahun.

Karim, Adiwarman, A., Ir., Ekonomi mikro islami, PT Raja Grafindo, Jakarta

Muhammad Ali, e-book Hukum Menimbun Barang Dagangan, hlm.4,Al-Furqon, Gresik, Edisi 7 Th. ke-7, 1429 H

M.Nur riantoAl Arif. Teori Mikro Ekonomi, Jakarta, Rencana, Pernada , 2000

Nurhayati, Sri, Akuntansi Syari'ah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Ridwan, Ihtikar, http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/ihtikar/

Sudarsosno Heri, Konsep Ekonomi Islam, Yogyakarta CV Adipura, 2004