pak fix word.doc

52
Tugas Mata Kuliah Penyakit Akibat Kerja PEYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Akibat Kerja Dosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto. MS Disusun Oleh : Nama : Inggitha Ajeng Irina Sutopo NIM : 6411411252 Rombel : 06 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

Upload: inggitha-ajeng-irina-sutopo

Post on 28-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mengulas tentang penyakit-penyakit akibat kerja

TRANSCRIPT

Page 1: PAK fix word.doc

Tugas Mata Kuliah Penyakit Akibat Kerja

PEYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Akibat Kerja

Dosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto. MS

Disusun Oleh :

Nama : Inggitha Ajeng Irina Sutopo

NIM : 6411411252

Rombel : 06

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: PAK fix word.doc

PENYAKIT AKIBAT TEKANAN UDARA

A. Definisi

Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh tekana udara ekstrim. Tekanan

udara ekstrim adalah tekanan udara yang lebih besar (tinggi) atau tekanan udara

yang lebih rendah dari tekanan udara normal (1 atm). Bekerja di dalam

lingkungan kerja yang tekanan udaranya lebih besar dari udara normal telah

dikenal sejak adanya pekerjaan di bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1

atm.

B. Ruang Lingkup

Tekanan udara yang tinggi dijumpai pada pekerja yang harus menyelam di

laut, misalnya pekerja di tambang-tambang yang dalam. Sedangakan pekerjan

yang berada dalam tekanan darah rendah adalah pekerjaan penerbangan, pekerja

di tempat-tempat tang tinggi dipermukaan laut atau gunung-gunung.

C. Penyakit Akibat Kerja

1. Akibat tekanan tinggi

1.1. Barotrauma

Barotrauma dapat mengenai bagian-bagian tubuh, seperti :

a. Barotrauma telinga luar

b. Barotrauma telinga tengah

c. Barotrauma telingan dalam

d. Barotrauma telinga sinus

e. Barotrauma gigi

f. Barotrauma paru-paru

g. Barotrauma usus

h. Barotrauma masker

Page 3: PAK fix word.doc

1.2. Keracunan gas-gas pernafasan

a. Keracunan Nitrogen (Nitrogen Narcosis), dapat terjadi pada

kedalaman 30 meter atau lebih (tekanan N2 = 3,2 ATA).

b. Keracunan Oksigen, dapat terjadi pada kedalaman 90 meter atau

tekanan parsial O2 = 2 ATA.

c. Keracunan CO2, dapat terjadi akibat pencemaran yang masuk ke

kompressor gas CO atau tidak berfungsinya karbon absorbe yang

dipakai.

d. Keracunan CO, terjadi akibat tercemarnya udara dalam “SCUBA”

dengan gas CO karena tidak sempurnanya pembakaran udara dalam

kompressor atau pencemaran udara dari mesin/pabrik dengan gas CO.

2. Akibat tekanan rendah

Tenaga kerja atau orang yang bekerja di lingkungan yang udaranya

bertekanan rendah, juga dapat menjadi subyek terhadap kekurangan

oksigen, dan berpengaruh buruk terhadap pernafasan dan penglihatan.

Penyakit-penyakit atau pengaruh buruk oleh karena kekurangan

oksigen ini sangat penting bagi mereka yang bekerja di suatu ketinggian,

seperti bagi para penerbang maupun mereka yang bekerja di tempat-

tempat yang tinggi di atas permukaan laut spserti mereka yang bekerja di

gunung-gunung serta para pendaki gunung (Soeripto, 2008)

D. Patogenesis

Tekanan udara ekstrim pekerja kekurangan oksigen gas nitrogen

masuk penutupan pembuluh darah gajala-gejala mulai timbul gangguan

kesehatan (PAK)

E. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mengurangi paparan (menaikan

pekerja ke permukaan) saat pekerja merasakan tanda-tanda gangguan, hal ini

Page 4: PAK fix word.doc

digunakan untuk menjaga keseimbangan gas nitrogen dengan larutan dalam

tubuh pekerja itu sendiri.

F. Pengukuran Tekanan udara

Alat yang di gunakan untuk mengukur tekanan udara adalah Barometer, ada

dua jenis Utama barometer. Pertama, jenis klasik yang menggunakan air raksa,

dan kedua, barometer aneroid atau barometer digital. Berikut adalah cara kerja

kedua barometer tersebut.

1. Barometer Air Raksa

Barometer air raksa terbuat dari tabung kaca lurus yang disegel pada

salah satu ujungnya. Ujung tabung yang terbuka diletakkan tegak dalam

semacam piring (dikenal pula sebagai reservoir) yang diisi dengan air raksa.

Barometer air raksa mengukur tekanan atmosfer dengan menyeimbangkan

berat merkuri dengan berat udara di sekitarnya. Bagian kosong di tabung

bagian atas menciptakan efek vakum. Level air raksa dalam tabung akan naik

saat berat merkuri lebih kecil dibandingkan dengan tekanan atmosfer di

sekitarnya. Sebaliknya, ketika air raksa memiliki berat lebih besar dari tekanan

atmosfer, level air raksa dalam tabung akan turun.

2. Barometer Aneroid

Barometer aneroid merupakan instrumen digital yang mengukur tekanan

atmosfer dengan muatan listrik. Barometer aneroid terdiri atas cakram atau

kapsul yang terbuat dari lembaran tipis logam. Logam tersebut memiliki dua

strip logam kecil pada kedua sisi interiornya. Strip logam ini dihubungkan

dengan arus listrik.Saat tekanan udara naik atau turun, logam akan ikut

memuai atau menciut. Ketika logam memuai atau menciut, jarak antara dua

strip logam dan waktu kontak dengan arus listrik juga akan bervariasi.

Barometer lantas mengukur panjang muatan listrik dan mengkonversinya

menjadi pembacaan tekanan udara.

Page 5: PAK fix word.doc

PENYAKIT AKIBAT RADIASI ELEKTRONIK

A. Definisi

penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pajanan gelombang

Elektromagnetik (EMF) dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan

sejalan dengan berkembangnya teknologi serta penemuan peralatan EMF.

Diantaranya telephon seluler, generator listrik, microwave oven, radio, TV,

dsb.

Medan elektromagnetik listrik merupakan gelombang yang dihasilkan

oleh adanya sumber arus dan tegangan. Gelombang elektromagnetik yang

dihasilkan oleh sumber listrik dibedakan atas medan listrik dan medan magnet.

Medan listrik diberi besaran volt per meter atau kilovolt per meter, yang

bersumber dari adanya tegangan listrik; sedangkan medan magnet diberi

besaran Tesla yang berasal dari sumber arus yang mengalir.

B. Ruang Lingkup

Banyak lingkungan kerja yang menggunakan peralatan dengan teknologi

elektronik yang berbasis elektromagnetik baik di sektor industri, perkantoran

maupun sektor informal.

C. Penyakit Akibat Kerja

Gangguan aktivitas neural, metabolisme neurotransmitter, mempengaruhi

irama jantung, kepala pening, gangguan penglihatan, hingga kenaikan

temperatur tubuh.

D. Patogenesis

Peralatan elektronik Paparan gelombang elektromagnetik

gangguan kesehatan Gangguan aktivitas neural, metabolisme

neurotransmitter, mempengaruhi irama jantung, kepala pening, gangguan

penglihatan, hingga kenaikan temperatur tubuh.

Page 6: PAK fix word.doc

E. Pencegahan

Prinsip dalam pencegahan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh

radiasi, ada 2 yaitu :

1. Menjaga jarak dengan sumber pajanan sedemikian rupa, sehingga intensitas

pajanan yang diterima oleh pekerja menjadi sedikit

2. Meminimalkan waktu pajanan, dengan seminimal mungkin waktu yang

digunakan untuk kontak dengan alat kerja yang menghasilkan radiasi

elektromagnetik.

F. NAB

Page 7: PAK fix word.doc

ASMA AKIBAT KERJA

A. Definisi

Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obtruksi

saluran nafas yang reversibel/saluran nafas yang hiperreposif terhadap berbagai

sebab/kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu dan tidak

terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja.

B. Ruang Lingkup

Page 8: PAK fix word.doc

C. Penyakit Akibat Kerja

Tipe-tipe Asma Akibat Kerja

Page 9: PAK fix word.doc

D. Bahan penyebab asma akibat kerja

1. Bahan penyebab asma akibat kerja melalui mekanisme imunologis

a. Penyebab asma akibat kerja yang IgE dependent

- Bahan yang berasal dari hewan

- Bahan yang berasal dari tanaman

- Enzim

- Ikan dan makanan laut

b. Penyebab asma akibat kerja yang IgE non dependent

Penyebabnya adalah bahan dengan berat molekul rendah yaitu :

- Diisocyanate

- Asam plikatik dari western red cedar

- Colophony

- Antibiotik seperti sepalosporin, penisilin dll

- Persulphate salts.

2. Bahan penyebab asma akibat kerja melalui mekanisme non imunologis

Bahan yang dapat menimbulkan asma seperti ini antara formaldehid,

sulfur dioksida, asam hidroflourida, hidrokarbon, asam fumigasi, amonia,

asam asetat, cadmium, dan merkuri.

E. Patofisiologi

1. Patofisiologi Asma Akibat Kerja yang disebabkan bahan dengan berat

molekul tinggi.

Page 10: PAK fix word.doc

Bahan dengan berat molekul tinggi dikenali oleh Antigen Presenting

Cell (APC) dan menghasilkan respon imunologi CD4 Tipe 2 yang

menghasilkan antibodi IgE spesifik oleh sel B yang dirangsang oleh

Interleukin IL-4/IL-13. Terikatnya IgE kereseptornya, dan sitokin Th2

(IL5) menginduksi dan mengaktivkan sel-sel inflamasi yaitu sel mast,

sonofil dan makrofag menandai inflamasi saluran nafas yang

menyebabkan perubahan fungsional Asma Akibat Kerja yaitu

hiperesponsif saluran nafas, akut dan kronis obstruksi aliran udara.

Page 11: PAK fix word.doc

2. Patofisiologi Asma Akibat Kerja yang disebabkan bahan dengan berat

molekul rendah.

Bahan dengan berat molekul rendah tertentu juga menginduksi antibodi

IgE spesifik, bekerja sebagai Hapten dan berikatan dengan protein tubuh

membentuk antigen fungsional. Banyak bahan dengan berat molekul rendah

tidak secara konsisten merangsang antibodi IgE spesifik. Signal berbahaya

karena kerusakan sel epitel bronkus mengaktivasi sel imunokompeten. Pada

Asma Akibat Kerja tipe ini juga berperanan suatu respon imunologi campuran

CD4/CD8 Tipe 2/Tipe 1 atau rangsangan dari γ/δ CD8 spesifik . Sitokin Th2

(IL-5) dan Th1 (IFN- γ) dan kemokin proinflamasi lainnya MCP-1, TNFα akan

mengaktivkan sel-sel inflamasi.

Page 12: PAK fix word.doc

3. Patofisiologi Asma Akibat Kerja yang disebabkan bahan iritan dengan

konsentrasi tinggi

Inhalasi dengan iritan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan epitel

jalan napas. Pada pekerja yang menderita irritant induced asthma, kerusakan sel

epitel mengaktifkan sel imunokompeten. Kerusakan epitel bronkus akan

menghilangkan faktor relaksasi dari bronkus, paparan ujung syaraf

menyebabkan inflamasi neurogenik, dan penglepasan mediator inflamasi dan

sitokin diikuti dengan aktivasi nonspesifik sel mast. Sekresi dari faktor

pertumbuhan sel-sel epitel, otot polos dan fibroblast, dapat menginduksi

regenerasi jaringan dan remodeling.

F. Pencegahan

Asma akibat kerja dapat dicegah dan disembuhkan bila didiagnosis lebih

dini. Karena itu pencegahan merupakan tindakan yang paling penting.

Pencegahan akibat asma akibat kerja meliputi pencegahan primer, sekunder,

dan tersier.

1. Pencegahan primer

Kegiatan yang dilakukan adalah health promotion yaitu :

a. Penyuluhan tentang perilaku kesehatan di lingkungan kerja

Page 13: PAK fix word.doc

b. menurunkan pajanan, dapat berupa substitusi bahan, memperbaiki

ventilasi, automatis proses, modifikasi proses untuk menurunkan sensitasi,

mengurangi debu rumah dan tempat keja

c. pemeriksaan kesehatan sebelum mulai bekerja untuk mengetahui riwayat

kesehatan dan menentukan individu dengan risiko tinggi.

d. Kontrol administrasi untuk mengurangi oekerja yang terpajan ditempat

kerja dengan rotasi pekerjaan dan cuti

e. Menggunakan alat proteksi pernapasan

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah mencegah terjadinya asma akibat kerja

pada pekerja yang sudah terpajan dengan bahan di lingkungan kerja. Usaha

ang dilakukan berupa pengendalian jalur kesehatan seperti pemeriksaan

berkala.

3. pencegahan tersier

Dilakukan pada pekerja yang sudah terpapar bahan/zat ditempat kerja

dan didiagnosis kearah asma akibat kerja sudah ditegakan. Tindakan penting

yang dilakukan adalah menghindarkan penderita dari pajanan lebih lanjut,

untuk mencegah penyakit menjadi buruk

Page 14: PAK fix word.doc

G. Pemeriksaan Klinis Asma Akibat Kerja

Page 15: PAK fix word.doc

GANGGUAN PENDENGARANAKIBAT BISING

A. Definisi

Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss / NIHL)

adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu

yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli

akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering

dijumpai setelah presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak

diinginkan.

B. Ruang Lingkup

Pekerjan yang berisiko kehilangan pendengaran adalah penambangan,

pembuat mesin trowongan, penggalian (peledakan, pengeboran), mesin-mesin

berat (pencetakan besi, proses penempaan), pekerjaan mengemudikan mesin

dengan mesin pembakaran yang kuat (truk, kendaraan kontruksi), pekerjaan

mesin tekstil, dan uji coba mesin-mesin jet.

C. Penyakit Akibat Kerja

Cacat pendengaran akibat kerja (occupational deafness/noise induced

hearing loss) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang

yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan

oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja.

D. Patogenesis

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel

rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang

menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan

lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku

sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya

intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti

hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal.

Page 16: PAK fix word.doc

Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan

parut. Semakin tinggi intensitas paparanbunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel

penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,

dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus

pendengaran pada batang otak.

E. Pencegahan

1. Mengurangi tingkat bunyi dengan cara teknis, baik korektif (peredam-

bunyi, panel anti pantulan, lapisan pelindung, pelindung kepala) atau

lebih baik merangcang mesin yang dapat mengurangi intensitas bunyi.

2. Perlindungan individual memerlukan pendidikan dan persuasi para

pekerja untuk menggunakan alat pelindung. Memilih alat pelindung diri

yang nyaman, mudah diterima pemakai, sehingga pekerja mau

menggunakan.

F. NAB

Batas waktu dan pajanan kebisingan

Di Indonesia, intensitas bising di tempat kerja yang diperkenankan

adalah 85dB untuk waktu kerja 8 jam perhati, seperti yang diatur dalam Surat

Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1978 tentang nilai ambang batas

(NAB) untuk kebisingan di tempat kerja.

Page 17: PAK fix word.doc

PENYAKIT DEBU LOGAM KERAS

A. Definisi

Penyakit debu logam keras adalah jenis penyakit akibat kerja yang

disebabkan oleh agen logam keras (karbida logam yg dipadatkan dari tungsten

yang sangat keras) yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

B. Ruang Lingkup

Pekerjan yang berisiko terkena penyakit debu logam antara lain :

1. Pekerja yg terlibat dlm proses produksi karbida

2. Pekerja yang berada dalam proses produksi perkakas dan bagian-bagian

mesin

C. Penyakit Akibat Kerja

Sebagian besar bentuk gejala iritatif termasuk batuk, rhinitis, dispnea

mirip asma, dan dispenia pada pengerahan tenaga. Penyakit mubcuk setelah

lebih dari 3 tahun bekerja. Beberapa jenis logam seperti tungsten dengan kobalt

menimbulkan gangguan kesehatan yang disebut fibrosis interstisial difus.

D. Patogenesis

Paparan debu logam berat lebih dari 3 tahun gejala dini ( battuk

kering, penurunan berat badan, dan dispnea progresif pada pengerahan tenaga)

bunyi krepitasi fibrosis aveolar dan intestisial perbesaran septa,

alveoli menipis fibrosis interstisial difus

E. Pencegahan

1. Pengendalian secara teknis yang tepat

2. Penggunaan APD selama bekerja dalam paparan

Page 18: PAK fix word.doc

F. NAB

Untuk senyawa tungsten yang larut : 1mg/m³ udara, untuk senyawa tak

larut 5mg/m³ udara, untuk asap dan debu kontak 0,1-0,5 mg/m³

Page 19: PAK fix word.doc

PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT

A. Definisi

Penyakit infeksi dan parasit adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan

oleh agen MO dan parsit infektif hidup serta produk toksik yang terjadi pada

berbagai pekerjaan dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

B. Ruang Lingkup

Pekerjan yang berisiko terkena penyakit infeksi dan parasit antara lain:

1. sektor pertanian

2. Tempat kerja di negara beriklim panas dan belum maju

3. RS, Laboratorium, Klinik, Ruang Otopsi

4. Pekerjaan yg berhubungan hewan

5. Pekerjaan lapangan

C. Penyakit Akibat Kerja

1. Antraks

2. Penyakit virus yang ditularkan arthropoda

3. Kokidimosis

4. Infeksi jamur

5. Histoplasmosis

6. Leptospirosis

7. Demam Q

8. Rabies

9. Rikesiosis yang ditularkan sengkenit

10. Tuberculosis

11. Tularemiacacing tambang

12. Tetanus dll.

Page 20: PAK fix word.doc

D. Patogenesis

Paparan agen infektif imunitas (-) atau tidak resistan agen infektif

masuk ke tubuh (menembus kulit utuh, menembus kulit yang rusak,

maserasi/infeksi jamur, gigitan serangga, inhalasi percikan/droplet, spora/debu

tercemar) terpapar penyakit

E. Tindakan Pengendalian

Secara lingkungan tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan

menggunakan penyemprotan insektisida residual, mengurangi hewan resevoir

atau serangga vektornya, menggunakan ikan pemangsa, pengendalian rodentia,

imunisasi hewan. Selain itu, di tempat kerja tertentu, harus ada penekanan debu

dengan ventilasi.

F. Perlindungan Pekerja

1. Pendidikan kesehatan diberikan informasi tentang sifat-sifat penyakit

infeksi dan parasit di tempat kerja

2. Profilaksis spesifik pemberian vaksinasi pada pekerja

3. Pakaian pelindung menggunakan APD untuk mengurangi paparan

yang dapat masuk ke dalam tubuh.

4. Aturan pelaksanaan

Page 21: PAK fix word.doc

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA

A. Definisi

Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) sebagai salah satu bentuk penyakit

akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak kedua setelah

penyakit muskuloskeletal. Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) dikenal secara

populer karena berdampak langsung terhadap pekerja yang secara ekonomis

masih produktif. Istilah PAK dapat diartikan sebagai kelainan kulit yang

terbukti diperberat oleh jenis pekerjaannya, atau penyakit kulit yang lebih

mudah terjadi karena pekerjaan yang dilakukan.

B. Ruang Lingkup

Pekerjaan yang berisiko terkena penyakit kulit akibat kerja diantaranya,

pekerja disektor pertainian, para nelayan, dan pada pekerja pada sektor indstri.

C. Penyakit Akibat Kerja

1. Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan merupakan kelainan sebagai akibat pajanan

dengan bahan toksik non-spesifik yang merusak epidermis dan atau

dermis. Umumnya setiap orang dapat terkena, bergantung pada kapasitas

toleransi kulitnya. Penyakit tersebut mempunyai pola monofasik, yaitu

kerusakan diikuti dengan penyembuhan.

2. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergi dapat terjadi bila bahan LMW seperti lateks

dan nickel, sebagai hapten berikatan dengan protein pembawa di kulit dan

menimbulkan dermatitis kontak alergi Tipe IV.

3. Reaksi Fotosensitisasi

a) Reaksi fototoksik

Reaksi fototoksik terjadi karena adanya bahan iritan, tetapi baru

dapat timbul dengan bantuan sinar matahari (sinar ultra violet); bentuk

klinisnya sama seperti dermatitis kontak iritan. Reaksi fotoiritan dapat

Page 22: PAK fix word.doc

timbul karena bahan pengawet kayu atau residu beberapa zat lem kayu

dan keramik.

b) Reaksifotoalergi

Reaksi fotoalergi terjadi oleh karena bahan photosensitizer,

dibantu dengan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 320-425

nm. Bentuk klinis reaksi fotoalergis umumnya menyerupai dermatitis

kontak alergis. Daerah tubuh yang terkena terutama bagian tubuh yang

terpajan matahari seperti dahi, pipi, dan lengan bagian luar. Reaksi

fotoalergi dapat timbul karena bahan seperti ter kayu, obat antihistamin

topikal, zat warna, dan lain-lain.

4. Kelainan karena Faktor Fisik

a) Luka bakar (karena panas) dalam bentuk luka bakar tingkat I, II, dan

III.

b) Cold urticaria timbul oleh karena dingin.

c) Immersion foot timbul bila kaki terlampau lama terendam dalam air

dingin, tanpa menjadi beku tetapi timbul gangren.

d) Frostbite/congelatio, radang kedinginan, kulit terasa sakit, menjadi

bengkak, pucat, mengeluarkan cairan serous.

e) Radiodermatitis, dapat berupa eritem, ulserasi, dan hiperpigmentasi,

actinic keratosis atau permulaan keganasan.

f) Heat rash, miliaria rubra; kulit menjadi merah disertai papulovesikel

yang milier.

5. Kelainan karena faktor biologis

Dapat berupa infeksi kulit. Yang disebabkan oleh bakteri dapat

menimbulkan folikulitis, akne, pioderma atau ulkus piogenik. Yang

disebabkan oleh jamur ialah dermatofitosis dan yang disebabkan kandida

menyebabkan kandidiasis.

D. Patogenesis

Agen-agen sumber (fisik, kimia, biologi) Kontak langsung dg kulit

Merusak kulit (mengubah pH, bereaksi dg protein, mengekstraksi lemak dr

Page 23: PAK fix word.doc

lapisan luarnya, merendahkan daya tahan kulit Alergi kulit/hipersensitivitas

tipe lambat penyakit kulit

E. Pencegahan

1. Pendidikan

Diberi penerangan atau pendidikan pengetahuan tentang kerja dan

pengetahuan tentang bahan yang mungkin dapat menyebabkan penyakit

akibat kerja. Selain itu, cara mempergunakan alat dan akibat buruk alat

tersebut harus dijelaskan kepada karyawan.

2. Memakai alat pelindung

Sebaiknya para karyawan diperlengkapi dengan alat penyelamat

atau pelindung yang bertujuan menghindari kontak. dengan bahan yang

sifatnya merangsang atau karsinogen. Alat pelindung yang dapat

dipergunakan misalnya baju pelindung, sarung tangan, topi, kaca mata

pelindung, sepatu, krim pelindung, dan lain-lain.

3. Melaksanakan uji tempel/uji tempel foto

Maksudnya adalah mengadakan uji tempel pada calon pekerja

sebelum diterima pada suatu perusahaan. Berdasarkan hasil uji tempel ini

karyawan baru dapat ditempatkan di bagian yang tidak mengandung

bahan yang rentan terhadap dirinya.

4. Pemeriksaan kesehatan berkala

Bertujuan untuk mengetahui dengan cepat dan tepat apakah

karyawan sudah menderita penyakit kulit akibat kerja. Apabila dapat

diketahui dengan cepat, dapat diberi pengobatan yang adekuat atau

dipindahkan ke tempat lain yang tidak membahayakan kesehatan dirinya.

5. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela

Karyawan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter secara

sukarela apakah ada menderita suatu penyakit kulit akibat kerja.

6. Pengembangan teknologi

Kerjasama antara dokter, ahli teknik, ahli kimia dan ahli dalam

bidang tenaga kerja untuk mengatur alat-alat kerja, cara kerja atau

Page 24: PAK fix word.doc

memperhatikan bahan yang dipergunakan dalam melakukan pekerjaan

untuk mencegah kontaminasi kulit.

F. Penilaian Paparan

Penilaian paparan dapat digunakan untuk menentukan apakah penyakit

yang diderita pekerja merupakan penyakit akibat kerja. Penilaian paparan dapat

berupa adanya riwayat kerja dan buktiyang jelas adanya agen yang

dipertanyakan dalam bahan yang digunakan oleh bekerja.

Page 25: PAK fix word.doc

PENYAKIT AKIBAT UDARA MAMPAT

A. Definisi

Penyakit akibat udara mampat adalah gangguan kesehatan yang dialami

pekerja yang disebabkan adanya udara pada tekanan yang lebih tinggi daripada

tekanan permukaan laut (tekanan atmosfer normal)

B. Ruang Lingkup

Penyakit akibat udara mampat dapat dialami oleh beberapa jenis

pekerjaan, antara lain para pekerja dalam terowongan udara mampat dan

operasi caisson, serta para penyelam. Jenis-jenis pekerjaan tersebut hanya

sebagian contoh pekerjaan yang berisiko terjadinya penyakit akibat udara

mampat.

C. Penyakit Akibat Kerja

Macam-macam penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh dara mampat:

1. Barotrauma telinga tengah dan sinus

2. Paru-paru dengan embolisme udara otak

3. Sakit dekompresi

4. Osteonekrosis disbarik (nekrosis antiseptik)

D. Patogenesis

Udara mampat efek mekanis atau fisiologis disebabkan tekanan

antara kedua sisi membran timpani efek utama (Dekompresi) diakibatkan

oleh pembentukan gelembung-gelembung nitrogen di darah gangguan

sirkulasi dan kerusakan jaringan setempat

E. Pencegahan

Satu-satunya cara untuk mencegah sakit dekompresi adalah dengan

melakukan kepatuhan pratek kerja dekompresi dengan benar sesuai dengan

standar perasiona prosedur (SOP)

Page 26: PAK fix word.doc

F.Penilaian Paparan

Penilaian paparan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

Paparan (Udara

Mampat)

Tekanan Udara

Mampat

Kedalaman

Pemakaian Caisson

dibawah air

Lamanya

paparan

Page 27: PAK fix word.doc

PENYAKIT AKIBAT GETARAN

A. Definisi

Penyakit akibat getaran adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari

kedudukan keseimbangan.

B. Ruang Lingkup

Getaran Seluruh Tubuh (wholebody vibration) adalah terjadi getaran pada

tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk, berdiri dimana landasannya yang

menimbulkan getaran dengan frekuensi getaran 5-29 Hz. Biasanya dialami oleh

pengemudi kendaraan traktor, bus, helikopter, kapal.

Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration) adalah Getaran yang

merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan bergetar yang memiliki

frekuensi getaran 20-500 Hz dengan frekuensi berbahaya 128 Hz. Getaran in

berbahaya pada pekerjaansupir bajaj, operator gergaji rantai, tukang potong

rumput, gerinda, penempa palu.

C. Penyakit Akibat Kerja

1. Getaran Seluruh Tubuh (wholebody vibration)

a) Gasto intestinal

b) dispepsia

2. Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)

a) Angioneurosis jari-jati tangan

b) Gangguan tulang, sendi, dan otot

c) Neuropati

D. Patogenesis

1. Getaran Seluruh Tubuh (wholebody vibration)

Gastrointestinal Dan Dispepsia

Page 28: PAK fix word.doc

• Resonansi getaran memperbesar respon, pemborosan energi dalam

tubuh dampak fisik, kelelahan peningkatan denyut jantung dan

tekanan darah, ketegangan otot, kadar hormon, metaboisme,

memperlambat pencernaan dan eliminasi dispepsia

• Dispepsia >gejala kompleks dari sakit epigastrik (perut bagian atas)

• Symptom : kembung dan mual, rasapenuh diperut, sendawa berlebihan,

epigastrik.

2. Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)

a. Angioneurosis jari-jati tangan

Akroparestesia pada tangan dan perasaan kebal di jari-jari tangan

gangguan kepekaan kepucatan paroksimal sporadic ujung-

ujung jari tangan dicetuskan oleh paparan terhadap suhu dingin local

atau umum.

b. Gangguan tulang, sendi, dan otot

- Perubahan radiogram yang paling khas atrosis sendi karpal,

radioulnarid dan siku, pseudokista.

- Otot dan tendon disekitar sendi, gejala subyektif (nyeri) yang

disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan radiogram

yang jelas

c. Neuropati

- Kerusakan saraf otonom perifer

- Serat-serat sensoris menyebabkan paratesia atau berkurangnya

kepekaan serat-serat motorik, gangguan ketangkasan atrofi

E. Pengendalian

1. Pengendalian teknis

a) Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getaran

(dilengkapi damping atau peredam)

b) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat,

misalnya membalut peganganalat dengan karet

Page 29: PAK fix word.doc

c) Memelihara atau merawat peralatan dengan baik dan secara berkala.

Dengan mengganti bagian yang aus atau pemebrian pelumasan

d) Meletakan peralatan dengan teratur.

e) Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan

getaran, karena dikendalikan dari jauh.

2. Pengendalian secara administrasi

a) Merotasi pekerjaan.

b) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku

3. Pengendalian secara medis

Soekidjo Botoatmodjo empat langkah pemulihan gejala akibat getaran :

a) Pemanasan tangan dalam air panas

b) Pemijitan

c) Meniupkan udara panas ketangan

d) Menggerakan tangan secara berputar

4. Pemakaian APD dengan menggunakan sarung tangan yg dilengkapi

peredam getar (busa)

F.NAB

Getaran Seluruh Tubuh (whole body vibration)

Page 30: PAK fix word.doc

Nilai Ambang Batas Getaran Untuk pajanan lengan dan tangan (hand

arm vibration)

PENYAKIT AKIBAT DEBU MINERAL

Page 31: PAK fix word.doc

A. Definisi

Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu mineral dengan

berbagai jenis-jenis agen penyebab, antara lain kuarsa, tridmit dan kristobalit.

Dan pada akhirnya ,ineral-mineral berbahaya tersebut dapat menyebabkan

gangguan kesehatan bagi pekerja dalam kurun waktu tertentu.

B. Ruang Lingkup

Jenis-jenis pekerja yang memiliki risiko terkena penyakit akibat debu

mineral antara lain :

1. Penambang

2. Ekstrasi debu-debu keras

3. Pekerja teknik sipil dengan batu keras

4. Penghalusan dan pemolesan batu,

5. Pencetakan, pembentukan dan penyemprotan pasir pada pekerja

bangunan

6. Pekerja sektor batubara

C. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit yang dapat ditimbulkan dari paparan debu mineral salah satunya

adalah silikosis. Silikosis adalah suatu penyakit pneumoconisis yang

disebabkan inhalasi partikel-partikel kristal silica bebas. Sedangkan untuk

silica tuberculosis merujuk pada penyakit yang disebabkan akibat adanya

interaksi silikosis dengan TBC paru pada pekerja.

Selain penyakit Silikosis yang disabkan debu mineral, terdapat pula

penyakit Antrasilokosis. Antrasilokosis adalah penyakit yang disebabkan

paparan terhadap debu campuran, silica bebas bukan komponen utama yang

dominan.

Page 32: PAK fix word.doc

D. Patogenesis

Silikosis

Paparan (partikel debu diameter 5-15µm) inhalasi oleh pekerja

mengendapa di saluran napas

Partikel debu yang bertahan di paru-paru di ambil oleh mikrofag

diangkut di saluran napas dibersihkan/ke parenkim paru-paru

Debu silica bebas ditambah dengan debu-debu lain+bhan kimia

mematikan sel

Antrasilokosis

Partikel dengan diameter 5-15 µm inhalasi dan mengendap pada

saluran napas iritasi ireversibel

Paparan berat retensi partikel dalam jaringan paru, saluran dan kelenjar

limfe berat gangguan paru-paru

E. Penilaian Paparan

1. Penilaian Lingkungan

Melakukan pengambilan sampel debu ukuran selektif dalam zona

pernapasan, biasanya pada sampel pekerja.

Analisis kandungan silica kristal dalam debu yang ikut pada penapisan

dengan radiasi sinar X

2. Penilaian Biologis

Secara biokimia tidak terdapat pemeriksaan khusus untuk paparan ini.

Radiografi dapat digunakan sebagai cara penilaian paparan terhadap

debu silica.

Bayangan radiografi paru disebabkan oleh reaksi jaringan dan bukan

oleh debu itu sendiri.

Terdapat pula uji funsi paru untuk menilai paparan.

F. Hubungan paparan-efek

Paparan 1-2 mg kuarsa/m³ penyakit terdeteksi selama 5-15 masa kerja

Page 33: PAK fix word.doc

Mula-mula timbul perubahan pada sinar foto sinar-X, diikuti kelainan

fungsi paru dan timbul gejala

Hubungan paparan-efek tergantung pada

o Kadar debu dalam udara

o Dosis paparan kumulatif

o Waktu “tinggal” (lamanya debu berada dalam paru)

G. Tindakan Pengendalian

1. Menggunakan pengendalian teknis dirasa tepat untuk pengendalian

penyakit akibat debu mineral

2. Pemantauan debu yang masuk dalam tubuh pekerja secara teratur

3. Debu hendaknya disaring, atau pekerja menggunakan masker, tutup

kepala bertekanan dalam kata lain alat pelindung diri harus diperketat

pada pekerja.

H. NAB

1. Batas paparan debu total umum antara 0,5mg/m³ (debu dengan

mengandung silica tinggi diatas 70%)

2. 5 mg/m³ (debu dengan kandungan silica kurang dari 10%)

3. Debu dalam pernapasan, batas kisaran antara 0,1-0,2 mg/m³

4. Batas kristobalit dan tridmid separuh dari batas untuk kuarsa

Page 34: PAK fix word.doc

PENYAKIT AKIBAT RADIASI ISONANSI

A. Definisi

Penyakit akibat radiasi isonansi adalah gangguan kesehatan yang

ditimbulkan akibat adanya bentuk-bentuk radiasi yang pada saat interaksi

dengan materi, membangkitkan partikelpartikel bermuatan listrik (ion) yang

berlawanan sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi tubuh

pekerja.

B. Ruang Lingkup

Berikut adalah jenis-jenis pekerjaan yang berisiko terkena penyakit

akibat kerja dari radiasi isonansi antara lain :

1. Penambang uranium dan pekerja pabrik pengolahannya

2. Pekerja reaktor nukli dan proyek energi atom

3. Para operator radiografi industri

4. Petugas kesehatan khusus (radiologis)

5. Pekerja pada industri radionuklir

6. Ilmuwan yang menggunakan bahan radioaktif untuk riset

7. Pengecat lempeng-lempeng berkilau.

C. Penyakit Akibat Kerja

1. Sindrome radiasi akut

2. Radiasi lokal

3. Radiasi kronik

4. Radiodermatitis

5. Katarak

6. Karsinogenik

D. Patogenesis

Penggunaan alat Sinar X untuk diagnosa dan pengobatan memerlukan

kehati‐hatian karena tingginya resiko bahaya yang dapat ditimbulkan dari

Page 35: PAK fix word.doc

penggunaannya atau hal lain yang diakibatkan radiasi ionisasi. Semua jaringan

pada hewan dan manusia peka terhadap radiasi. Penggunaan dosis minimum

dengan nilai yang melebihi batas tertentu dapat menyebabkan kerusakan atau

perubahan pada jaringan yang terpapar. Jaringan yang sangat rentan terhadap

bahaya radiasi antara lain adalah : kulit, limfatik, hemopoetik, leukopoetik,

glandula mamary, thyroid, tulang (pada pusat pertumbuhan epifise), epitel

germinal atau gonad. Oleh sebab itu, kehati‐hatian dalam penggunaan radiasi

sangat diperlukan, karena kemungkinan terjadinya kesalahan dalam

penggunaan radiasi sangat besar. Radiasi ionisasi mempunyai sifat tidak

berwujud/tampak, tidak berbau dan tidak memberikan rangsangan fisik

langsung pada objek yang terpapar. Efek radiasi pada objek yang terpapar

sangat berbahaya dan bersifat kumulatif dari penyinaran yang terus menerus.

Efek yang sering muncul antara lain erithema, alergi hingga mutasi genetik. 

E. Pencegahan

1. Mengurangi lamanya paparan

2. Mempertahankan jarak yang aman antara pekerja dengan sumber radiasi

3. Membentengi sumber radiasi dengan bahan-bahan yang menyerap radiasi

ionasi

4. Menetapkan aturan mengenai batas paparan untuk radiasi ionisasi

5. Wanita hamil hendaknya tidak mengalami paparan melebihi 30% batas

ekuivalen dosis.

Page 36: PAK fix word.doc

F. NAB

United States Nuclear Regulatory Commision (NRC) adalah salah

satu sumber informasi resmi yang dijadikan standar di beberapa Negara untuk

penetapan garis pedoman pada proteksi radiasi. NRC telah menyatakan

bahwa dosis individu terpapar radiasi maksimal adalah 0.05 Sv atau 5

rem/tahun. Walaupun NRC adalah badan resmi yang berkenaan dengan batas

pencahayaan ionisasi radiasi, namun ada kelompok lain yang juga

merekomendasikan hal serupa. Salah satu kelompok tersebut adalah National

Council on Radiation Protection (NCRP), yang merupakan kelompok

ilmuwan pemerintah yang rutin mengadakan pertemuan untuk membahas

riset radiasi terbaru dan mengupdate rekomendasi mengenai keamanan

radiasi.  

Berikut adalah nilai ambang batas untuk paparan radiasi ionisasi

Page 37: PAK fix word.doc

DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY. 1997. Asma Kerja. Penyakit Paru Akibat Kerja. Pendidikan

Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter Indonesia

Atmaja, I Gede Dharma Prateka. 2011-2012. Nilai Ambang Batas Barang

Elektronika Danstandarisasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana

http://www.oocities.org/radiologi_vet/bab_11 diakses pada tanggal 28 Mei 2014

Bahan Ajar Mandiri Computer‐Assisted Instruction (BAM‐CIA). Mata Kuliah

Radiologi Veteriner (KLV 441/KRP 322). Departemen Klinik, Reproduksi dan

Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Baratawidjaja K, Harjono T. 2001. Asma Akibat Kerja. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

Christopher. 2009. Noise induced hearing loss (NIHL). Pekanbaru, Riau : Faculty

of Medicine – University of Riau

Diana Samara. 2012. Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma pada pekerja

yang terpajan asbes.

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Dr._Diana diakses

pada tanggal 28 Mei 2014

http://www.scribd.com/doc/99281479/Nilai-Ambang-Batas-Barang-Elektronika-

Dan-Standarisasi#download diakses pada tanggal 28 Mei 2014

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_PenyakitKulitdiKalanganTenagaKe

rja.pdf/14_PenyakitKulitdiKalanganTenagaKerja.html diakses pada tanggal 28

Mei 2014

Page 38: PAK fix word.doc