optimalisasi perbankan syariah

21

Click here to load reader

Upload: luthfi-yansyah-el-sanusy

Post on 10-Jun-2015

1.070 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Adanya kekeliruan dalam pemahaman bahwa wakaf hanya berbentuk benda tak bergerak adalah sebuah kendala dalam memperdayagunakan dana wakaf secara optimal. Akan tetapi, fatwa MUI tahun 2002 tentang wakaf tunai seakan memberi angin segar dan motivasi dalam upaya mengoptimalisasikan dana wakaf guna memberdayakan ummat. Lembaga-lembaga perbankan syariahlah yang merupakan salah satu alternatif Nadzir (pengelola) dana investasi wakaf tunai, dikarenakan keunggulannya dalam mengelola dana, jaringan kantor yang luas, dan lain-lainnya. Dengan demikian, pengelolaan dana akan lebih profesional.

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

UPAYA OPTIMALISASI FUNGSI PERBANKAN SYARIAH DALAM

PEMANFAATAN DANA INVESTASI WAKAF DAN IMPLIKASINYA PADA

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT1

Oleh: Luthfi Yansyah

Abstrak

Adanya kekeliruan dalam pemahaman bahwa wakaf hanya berbentuk benda tak

bergerak adalah sebuah kendala dalam memperdayagunakan dana wakaf secara optimal.

Akan tetapi, fatwa MUI tahun 2002 tentang wakaf tunai seakan memberi angin segar dan

motivasi dalam upaya mengoptimalisasikan dana wakaf guna memberdayakan ummat.

Lembaga-lembaga perbankan syariahlah yang merupakan salah satu alternatif Nadzir

(pengelola) dana investasi wakaf tunai, dikarenakan keunggulannya dalam mengelola

dana, jaringan kantor yang luas, dan lain-lainnya. Dengan demikian, pengelolaan dana

akan lebih profesional.

I. PENDAHULUAN

Wakaf adalah ibadah “maliyah ijtima’iyyah’ yang memiliki posisi penting,

strategis, dan menentukan dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat. Meskipun Al-

Qur`an tidak menyebutkan secara tegas, akan tetapi ada beberapa ayat yang dapat

dijadikan sandaran hukum wakaf seperti dalam surat Ali Imran ayat 92 dan an-Nahl ayat

97.

Akan tetapi, ada kekeliruan pemahaman mendasar yang berkaitan dengan masalah

wakaf sehingga hikmah dan manfaat wakaf itu kurang dapat dirasakan dan didayagunakan

secara optimal di Indonesia untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

1Tulisan (makalah) ini pernah di ajukan penulis dalam lomba karya tulis ilmiah Ekonomi Islam Pada Jurusan Perbankan Syari'ah Universitas Islam Negeri Jakarta 2005.

1

Page 2: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

Pertama, wakaf dipahami hanyalah berbentuk barang yang tidak bergerak, seperti

tanah, dan bangunan.

Kedua, kendala utama pelaksanaan wakaf tunai, khususnya dalam hal sosialisasi

kepada masyarakat. Ini dikarenakan belum adanya undang-undang wakaf yang spesifik

sebagaimana undang-undang zakat.

Ketiga, belum optimalnya lembaga-lembaga pengelola wakaf (nadzir) dalam

mengelola wakaf yang semestinya keberadaannya menjadi faktor penentu dalam

pemanfaatan harta wakaf dan digunakan dalam bentuk produktif, misalnya upaya

peningkatan kegiatan usaha kecil, dan lain sebagainya. Kendala utamanya adalah belum

adanya regulasi yang jelas di mana wakaf menjadi sumber pendanaan yang tiada habis-

habisnya bagi pengembangan ekonomi ummat seperti yang telah dikembangkan di Negara-

negara besar lainnya, seperti Mesir, dan Bangladesh. Saat ini, Indonesia berada dalam

kondisi ekonomi yang terpuruk. Maka alangkah baiknya bila kita mempertimbangkan

pengembangan instrumen wakaf tersebut.

Agar lebih fokus, maka tulisan ini dibatasi pada “Upaya Optimalisasi Fungsi

Perbankan Syariah Dalam Pemanfaatan Dana Investasi Wakaf dan Implikasinya pada

Pemberdayaan Ekonomi Ummat”, karena setidaknya perbankan syariah memiliki

beberapa keunggulan yang diharapkan dapat mengotimalkan operasional investasi wakaf

dibandingkan dengan lembaga keuangan yang lain.

Karya tulis ini, ditujukan antara lain untuk: 1) menjelaskan pengertian wakaf secara

definitif; 2) Menguraikan konsepsi operasional pendayagunaan wakaf produktif melalui

perbankan syariah; 3) Memberikan implikasi pendayagunaan wakaf produktif bagi

perkembangan ekonomi ummat.

2

Page 3: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kajian kepustakaan

(library reaserch), dengan cara mengumpulkan data-data dari berbagai sumber

kepustakaan, kemudian ditelaah dan dianalisa secara kritis dan memformulasikannya

dalam bentuk uraian yang argumentatif. Buku-buku yang dikaji adalah buku-buku yang

membahas persoalan wakaf, khusus ditinjau dari aspek pendayagunaannya. Dari sinilah

penulis ingin memberikan kontribusi pemikiran yang insya Allah bermanfaat dalam upaya

memanfaatkan dana Investasi wakaf sebagai solusi alternatif dalam memberdayakan

ekonomi ummat.

II. WAKAF DALAM PERSPEKTIF SYARIAT ISLAM

A. Pengertian, Dasar Hukum, Falsafah, dan Hikmah Pensyariatan Wakaf

1.Pengertian Wakaf

Secara bahasa, wakaf berasal dari kata waqafa yang berarti habasa. Jadi, al-

waqf sama dengan al-habs yang artinya menahan.2 Sedang menurut istilah, wakaf

adalah “Menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan

atau merusakkan bendanya dan digunakan untuk kebaikan.”3 Ada juga yang

memberi pengertian bahwa wakaf adalah menahan atau menghentikan harta yang

dapat diambil manfaatnya guna kepentingan kebaikan untuk mendekatkan diri

kepada Allah.4

Dalam rumusan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 28 tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik pasal 1 ayat (1) yang juga ditegaskan dalam kompilasi

hukum Islam (KHI) pasal 215 dinyatakan, “Wakaf adalah perbuatan hukum

seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian

2Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983, cet ke-6, jilid 3., h. 5153al- Kamal bin al-Hammam, Fath al-Qadir ad-dar al-Mukhtar, Jilid 3, h. 351 4Taqiyudin Abi Bakar, Kifayah al-Akhyar, Juz 1, Mesir: Dar al-Kitab al-Araby, tth., h. 319

3

Page 4: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna

kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.”5

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cakupan

pengertian wakaf meliputi:

Harta benda milik seseorang atau kelompok orang.

Harta benda tersebut bersifat kekal zatnya, tidak habis apabila dipakai.

Harta tersebut dilepas kepemilikannya oleh pemiliknya.

Harta yang dilepas kepemilikannya tersebut tidak boleh dihibahkan,

diwariskan, atau diperjualbelikan.

Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan

ajaran Islam.

2. Dasar Hukum Wakaf

Secara pasti, tidak ditemukan ayat yang jelas menerangkan tentang wakaf.

Akan tetapi, ada beberapa ayat yang dapat dijadikan dasar hukum wakaf yang

selalu digunakan oleh para ulama, salah satunya adalah firman Allah dalam surat

Ali Imran ayat 92, "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan

apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Kemudian dalam surat an-Nahl ayat 97, “Barang siapa yang berbuat kebaikan

laki-laki atau perempuan dan ia beriman niscaya akan aku beri pahala yang lebih

bagus dari apa yang mereka amalkan”.

Begitu pula dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi,

Rasulullah Saw bersabda, "Apabila seorang manusia meninggal, terputuslah amal

5Abd. Rahman SH, Masalah Perwakafan, Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni Bandung, Cet-ke 2, 1984, h. 6

4

Page 5: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

perbuatannya, kecuali dari 3 hal: yaitu shadaqah jariyah (sedekah yang pahalanya

tetap mengalir), ilmu pengetahuan yang bermanfaat, dan do'a anak yang saleh.”

Dari hadits di atas, para ahli fiqih berpendapat bahwa wakaf adalah

termasuk shadaqah jariyah.

3.Falsafah Wakaf

Filosofi yang terkandung dalam amalan wakaf adalah adalah ketika wakaf

ditunaikan, maka terjadi perpindahan kepemilkan. Dari kepemilikan pribadi menuju

kepemilikan masyarakat umum yang diharapkan abadi dan memberikan manfaat

secara berkelanjutan.6 Oleh karena itu, diharapkan terjadi proses distribusi manfaat

bagi masyarakat secara lebih luas, dari manfaat pribadi (private benefit) menuju

manfaat masyarakat (social benefit).

4.Hikmah Pensyariatan Wakaf

Wakaf mempunyai tugas sosial dan memiliki peran penting dalam sebagian

masyarakat dalam beberapa kondisi. Merupakan kebijaksanaan Allah yang telah

menciptakan manusia dengan sifat dan kemampuan yang berbeda-beda (rafa’a

ba’dhakum fawqa ba’dhin). Hal ini menimbulkan adanya kaya dan miskin serta

kuat dan lemah dalam masyarakat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar si

kaya memperhatikan si miskin dan yang kuat membantu yang lemah.7 Dengan

demikian, akan tercipta kehidupan masyarakat Muslim yang saling mengasihi

(rahmah) dan saling menolong (ta’awun), bagaikan sebuah bangunan yang setiap

bagian saling menguatkan.(QS: Muhammad 36-37)

B. Rukun dan Syarat Wakaf

6 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Bairut: Dar al-Fikr, 1984, Juz 8, h. 1097M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996, h. 457

5

Page 6: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

Rukun wakaf menurut jumhur ulama ada 4 yaitu:8

1.Waqif (orang yang mewakafkan),9

2.Mauquf (Orang yang menerima wakaf),

3.Mauquf ‘alaih (tujuan wakaf),

4.Sighat (Ikrar atau pernyataan wakaf),

5.Nadzir (pengelola) wakaf.10

III.PENDAYAGUNAAN WAKAF DALAM USAHA PRODUKTIF

A. Sekilas Tentang Sejarah Pendayagunaan Wakaf Produktif

Praktik wakaf sebenarnya telah dimulai sejak zaman sahabat Nabi

Muhammad Saw dengan sangat sederhana, yaitu hanya sebatas mewakafkan tanah

pertanian untuk dikelola dan diambil hasilnya. Kemudian, hasilnya dimanfaatkan

untuk kemaslahatan ummat.

Pada fase perkembangan selanjutnya, wakaf tunai telah menjadi

perbincangan di antara ulama. Seperti, al-Zuhri (w. 124 H), sebagaimana

disebutkan oleh Imam al-Bukhari (w. 252 H). Ia berpendapat bahwa mewakafkan

dinar dan dirham hukumnya diperbolehkan. Caranya ialah menjadikan dinar dan

dirham tersebut sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan

keuntungannya sebagai wakaf.11

8Ibn Qudamah al-Maqdisi, al-Mughni, Bairut: Dar al- kutub al-‘Ilmiyyah, t.th, jilid 5, h. 547 9Adapun syarat waqif dan mauquf adalah: baligh, sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam

keadaan terpaksa atau dipaksa. Dan untuk menghindari penyalahgunaan wakaf, maka wakif perlu menegaskan tujuan wakafnya (Mauquf ‘alaih).

10Nadzir meskipun dibahas di dalam kitab-kitab fiqih, namun tidak ada yang menempatkannya sebagai rukun wakaf. Boleh jadi karena wakaf adalah tindakan tabarru’, sehingga prinsip “tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu mengetahui” sering diposisikan sebagai dasar untuk merahasiakan tindakan wakaf . Akan tetapi Posisi nadzir sangatlah penting dan strategis karena ia adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan bagi keberhasilan wakaf dan realisasi pengelolaan harta wakaf. lihat. Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. h. 325

11 Abu Su’ud, Muhammad, Risalah fi al-jawaz Waqf an-Nuqud, Beirut: Dar Ibnu Hazm, t.th., h. 221

6

Page 7: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

Diperkuat pula oleh hasil tesis M.A. Mannan, bahwa penggunaan wakaf

tunai telah ada semenjak zaman pemerintahan Utsmaniyah.12 Penggunaan wakaf ini

pun telah dikenal pada masa kekhalifahan Ottoman.13

B. Mekanisme dan Tujuan Pendayagunaan Wakaf Secara Produktif

Di era modern ini, wakaf tunai telah dipopulerkan oleh M.A.Mannan

dengan mendirikan suatu badan yang bernama SIBL (Social Investment Bank

Limited) di Bangladesh. SIBL memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf Tunai

(Cash Waqf Certificate) yang pertama kali dalam sejarah perbankan. SIBL

menggalang dana dari orang kaya untuk dikelola dan keuntungan pengelolaan

disalurkan kepada rakyat miskin.14

Sedang tujuan dari produk Sertifikat Wakaf Tunai, M.A Mannan

menyebutkan sebagai berikut: (1) Penggalangan tabungan sosial dan

mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial serta membantu

mengembangkan pasar modal sosial. (2) Meningkatkan investasi sosial. (3)

Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya/berkecukupan

kepada fakir miskin dan anak-anak sebagai generasi penerus. (4) Menciptakan

kesadaran di antara orang kaya/berkecukupan mengenai tanggung jawab sosial

mereka terhadap masyarakat sekitarnya. (5) Menciptakan integrasi antara

keamanan sosial dan kedamaian sosial serta meningkatkan kesejahteraan ummat.

Bangladesh merupakan negara berpenduduk mayoritas miskin, yang kurang

lebih mirip dengan Indonesia. Kini, penduduk miskinnya mencapai 60 persen. Bila

12M.A.Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, Terjemah Tjasmianto, et.,al., Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2000, h. 50

13M.A.Mannan., Lesson of Experience of Social Investment, Bank in family Empaverment Micro- of Credit of poverty Alleviation; A Paradigma Shift in Micro-Finance, Cambrige: Harvard University, 1999, 112

14M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai., op.,cit., h.50

7

Page 8: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

produk Sertifikat Wakaf Tunai ini cocok untuk Bangladesh, maka menurut hemat

penulis, produk ini pun kiranya cocok untuk diterapkan di Indonesia dan memiliki

peluang yang cukup besar. Terlebih lagi, utang luar negeri kita sudah sangat besar,

jumlahnya sebesar US$ 130 miliar yang merupakan utang luar negeri pemerintah

dan swasta, dan Rp 650 triliun utang dalam negeri pemerintah. Pemerintah tidak

mampu untuk melunasinya. Oleh karena itu, kita butuh sumber pendanaan baru

sebagai alternatif dari sumber dana yang lainnya. Dengan dukungan hampir 85

persen masyarakat Muslim, rasanya instrumen keuangan Islam ini sangat cocok

diterapkan di negara kita.

Di Indonesia, meski praktek wakaf produktif atau wakaf tunai masih

tergolong baru, akan tetapi sudah ada beberapa lembaga yang mendayagunakan

dana ini, seperti Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa

Republika yang memberikan fasilitas permanen untuk kaum dhuafa dengan

operasional medis 24 jam dan mobile-service. LKC adalah obyek wakaf tunai yang

efektif dalam memberi secercah harapan dan semangat hidup bagi kaum dhuafa.

C. Peran Perbankan Syariah Sebagai Nadzir (Pengelola Dana Wakaf)

Melihat potensi dana wakaf yang sangat besar, maka perlu ada

profesionalisasi dalam pengelolaannya (dalam hal ini dewan nadzir). Oleh

karenanya dalam kaitan ini, keberadaan bank-bank syariah dipandang sebagai

lembaga alternatif yang cukup representatif dalam mengelola dana amanah

tersebut.

Untuk lebih memahami beberapa jauh kemungkinan-kemungkinan yang

dapat dimainkan perbankan syariah dalam mengelola wakaf tunai, ada baiknya kita

mengetahui ketentuan-ketentuan perbankan dalam kegiatan usaha bank yang terkait

8

Page 9: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

dengan masalah wakaf, antara lain: SK Dir.BI No.32/34/KEP/DIR tanggal 19 Mei

1999, tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah, pasal 29 ayat 2 yang

berbunyi, “Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul maal yaitu menerima

dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah, atau dana sosial

lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan/atau

pinjaman kebajikan (qardhul hasan).”15

Dari ketentuan di atas, dapat dilihat bahwa secara umum bank syariah dapat

mengambil peran sebagai penerima dan penyalur dana wakaf, sedangkan peran

bank syariah sebagai pengelola dana wakaf tidak disebutkan secara eksplisit.

Wewenang pengelolaan ini dipandang penting karena berbeda dengan dana sosial

lainnya, seperti zakat, infaq, dan shadaqah. Dana wakaf tidak dibagikan langsung

kepada yang berhak melainkan harus dikelola terlebih dahulu untuk kemudian

hasilnya dibagikan kepada yang berhak.

Adapun peranan perbankan syariah dalam Investasi wakaf setidaknya

memiliki beberapa keunggulan yang diharapkan dapat mengoptimalkan operasional

Investasi wakaf sebagai berikut:

1.Jaringan Kantor

Jaringan kantor perbankan syariah relatif lebih luas dibandingkan dengan

lembaga keuangan syariah lainnya. Luas jaringan tersebut mencapai 174 kantor di

hampir seluruh wilayah Indonesia serta tingkat pertumbuhan jumlah kantor bank

syariah yang mencapai 2,1% per bulan.16 Oleh karena itu, fenomena ini merupakan

15Bank Indonesia, SK. Dir. BI No 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Jakarta: Bank Indonesia, 1999

16Statistik Perbankan Syariah Bulan Agustus 2001, (data sampai dengan bulan Desember 2001), Biro Perbankan Syariah, Bank Indonesia.

9

Page 10: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

faktor penting dalam mengoptimalkan sosialisasi penggalangan dana wakaf serta

penyalurannya.

2.Kemampuan Sebagai Fund Manager

Lembaga perbankan adalah lembaga pengelola dana masyarakat. Dengan

sendirinya, lembaga tersebut haruslah merupakan lembaga yang memiliki

kemampuan untuk mengelola dana dan dihaharapkan dapat berperan sebagai

lembaga alternatif yang mampu mengelola dana wakaf tunai yang nantinya dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik, khususnya kepada wakif. 17

3.Pengalaman, Jaringan Informasi dan Peta Distribusi

Perbangkan syariah adalah lembaga perbankan yang memiliki pengalaman,

informasi, serta peta distribusi yang cukup luas sehingga pengelolaan wakaf tunai

diharapkan tidak saja akan mengoptimalkan pengelolaan dana saja, akan tetapi juga

dapat mengefektifkan penyalurannya sesuai dengan yang diinginkan.

4.Citra Positif

Dengan adanya ketiga hal di atas, diharapkan akan menimbulkan citra

positif pada gerakan wakaf tunai itu sendiri maupun pada perbankan syariah pada

khususnya.

Adapun alternatif peran bank syariah dalam wakaf tunai antara lain:

a) Alternatif bank syariah sebagai nadzir penerima, penyalur, dan pengelola dana

wakaf.

b)Alternatif bank syariah sebagai nadzir penerima dan penyalur dana wakaf

c)Alternatif bank syariah sebagai pengelola dana wakaf

d)Alternatif bank syariah sebagai Kustodi

17Karnaen A Purwaatmaja, “Alternatif Investasi Dana Wakaf”, Makalah disampaikan pada Workshop Internasional “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Wakaf Produktif”, Batam 8 Januari 2002, h.1

10

Page 11: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

D. Analisa Dampak Optimalisasi Pemanfaatan Dana Investasi Wakaf Tunai oleh

Perbankan Syariah Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Ummat

Secara internal, wakaf berdayaguna untuk mendongkrak perekonomian

ummat dan meningkatkan kesejahteraan ummat. Terlebih jika ada lembaga wakaf

yang mengelola dana wakaf ini secara profesional (dalam hal ini terutama

perbankan syariah), maka akan menjadi lahan baru bagi masyarakat Muslim

menengah untuk beramal.

Mustafa E. Kamal mengatakan,18 "Bahwa bila kemampuan masyarakat kelas

menengah di Indonesia berjumlah 10 juta jiwa dan mampu menyerahkan uang

sebesar 100.000.-, -tentunya nilai yang kecil bila dibanding mereka menyerahkan

tanah atau bangunan untuk wakaf- dalam kalkulasi sederhana akan diperoleh Rp. 1

triliun dana wakaf."

Masih menurut beliau, jika kelas menengah atas di Indonesia hingga 10 juta

jiwa rata-rata penghasilannya per bulan Rp. 500.000,- hingga Rp. 10.000.000,-,

maka dapat dibuat perhitungan sebagai berikut:

Tingkat Penghasilan

Per Bulan

Jumlah

Muslim

Tarif Wakaf

Per bulan

Potensi Wakaf

Tunai Per Bulan

Potensi Wakaf

Tunai Per Tahun

Rp.500.000 4 juta Rp.5000 Rp. 20 Milyar Rp.240 Milyar

Rp.1 juta-Rp 2. Juta 3 juta Rp.10.000 Rp. 30 Milyar Rp.360 Milyar

Rp.2 juta-Rp. 5 juta 2 juta Rp.50.000 Rp.100 Milyar Rp.1.2 Trilyun

Rp.5 juta-Rp 10 juta 1 juta Rp.100.000 Rp.100 Milyar Rp.1.2 Trilyun

T o t a l Rp.3 Trilyun

18Mustafa E. Nasution, “Wakaf Tunai dan Utang Luar Negri”, Republika (Jakarta), 23 November 2001

11

Page 12: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

Berdasarkan perhitungan dalam tabel di atas, paling tidak kita akan

mendapatkan sekitar Rp.3 Triliun per tahun wakaf tunai. Tentu dana ini sangat

potensial untuk mengatasi segala problematika ummat di bidang ekonomi,

pendidikan, dan lain-lainnya. Sehingga dengan adanya pemanfaatan investasi dana

wakaf pada perbankan syariah, merupakan salah satu upaya untuk meredam sistem

ekonomi ribawi (pinjaman dengan sistem bunga, ijon, rente) dan merupakan upaya

penting untuk mengembangkan ekonomi rakyat serta mewujudkan kesejahteraan

ummat .

Asumsi jika kondisi awal menurunnya [i] (suku bunga) dapat menaikkan [I]

(investasi), dan [Y] pendapatan. Maka dalam hal ini kita dapatkan penggerak baru

investasi sebagai solusi alternatif dalam upaya untuk menghapuskan sistem bunga

dan pemberdayaan ekonomi ummat.

Asumsi baru menurut penulis dengan semakin banyaknya dana investasi

wakaf yang ada [K], maka akan menambah potensi investasi [I] /dibukanya

lapangan kerja baru yang tentu akan banyak menambah serta menyerap tenaga

kerja baru dari dana Investasi wakaf ini. Hingga implikasi akhirnya adalah akan

menaikkan [Y] pendapatan masyarakat, mengurangi kemiskinan, mengurangi

pengangguran yang ada, serta memperkuat perekonomian bangsa. (waallahu a'lam

bi al-shawab).

K E S I M P U L A N

12

Page 13: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

1. Wakaf tunai merupakan salah satu alternatif dalam mendayagunakan dana

wakaf agar lebih produktif agar manfaatnya dapat lebih dirasakan oleh

masyarakat banyak tanpa mengurangi dana pokok wakaf tersebut.

2. Dalam upaya optimalisasi dana wakaf dari masyarakat, dibutuhkan

pengkoordinasian dalam penerimaan, penyaluran, dan pengelolaannya,

terutama dalam hal profesionalisme pengelolanya (nadzir). Maka

lembaga perbankan syariah merupakan salah satu alternatif penerima,

penyalur, dan Pengelola investasi dana wakaf disebabkan pengalaman

dalam pengelolaan dana yang sudah teruji, jaringan kantor yang luas, juga

karena mudahnya akses ke masyarakat.

3. Dengan jumlah penduduk Muslim + 85 % jiwa, Indonesia memiliki

potensi wakaf tunai cukup besar guna memulihkan dan mengatasi segala

macam persoalan yang ada, baik ekonomi, pendidikan, dan lain-lainnya.

Sehingga kesejahteraan ummat akan dapat diwujudkan.

SARAN-SARAN

1. Kepada pemerintah, diharapkan dapat segera menyusun Rancangan Undang-

Undang Wakaf Tunai agar pendayagunaan wakaf dapat lebih dioptimalkan.

2. Kepada seluruh partisipasi praktisi keuangan syariah, diharapkan dapat ikut serta

dalam mensosialisasikan pendayagunaan wakaf tunai kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-karim

13

Page 14: OPTIMALISASI PERBANKAN SYARIAH

Abu Su’ud, Muhammad, Risalah fi al-jawaz Waqf al-Nuqud, Beirut: Dar Ibn

Hazm, tth

Abu Zahroh, Muhammad, Muhadharah fi al-Waqf, al-Qahirah: Dar al-Fikr

ali-‘Arabi, 1971

Ali, Muhammad daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta:

Universitas Indonesia- Press, 1998

Kahf, Monzer, Toward the Revival of Awqaf: A Few Fiqhi Issues to Reconsider,

Cambridge: Harvard University, 1999

Mannan, M.A., Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam,

Penerjemah Tjasmianto, et.,al., Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2000

-----------------, Lesson of Experience of Social Investment, Bank in family

Empaverment Micro- of Credit of poverty Alleviation; A Paradigma Shift in Micro-

Finance, Cambrige: Harvard University, 1999

------------------, Cash-Waqf Certificate Global Apportunities for Developing The

Social Capital Market in 21st-Century Voluntary Sector Banking, Cambridge:

Harvard University, 1999

Bank Indonesia, SK. Dir. BI No 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Berdasarkan

Prinsip Syari’ah, Jakarta: Bank Indonesia, 1999

Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Sabiq, Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983, cet ke-6, jilid 3

Zuhaily, Wahbah, al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Damsyiq: Dar al-Fikr, 1986,

Juz.8 .

14