fungsi perbankan syariah

36
FUNGSI PERBANKAN SYARIAH DALAM PEREKONOMIAN A. Pengertian Perbankan Syariah Perbankan Syariah adalah bank yang sesuai dengan ajaran hukum agama Islam yang mengharamkan memungut bunga dari suatu transaksi ekonomi Perbankan Syariah memperoleh penerima, melalui cara-cara yang dibenarkan oleh Syariah Islam pada hakekatnya, cara-cara tersebut mirip dengan mekanisme jual beli pada umumnya. Namun aktivitas ekonomi yang dibenarkan oleh Syariah Islam. 1 B. Prinsip Syariah Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. 2 Perbankan Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan). 1 Amir Mahmud dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 26. 2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013), 354. 1

Upload: dahlia-tambajong

Post on 13-Sep-2015

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

awsd

TRANSCRIPT

BAB I

FUNGSI PERBANKAN SYARIAH DALAM PEREKONOMIANA. Pengertian Perbankan SyariahPerbankan Syariah adalah bank yang sesuai dengan ajaran hukum agama Islam yang mengharamkan memungut bunga dari suatu transaksi ekonomi Perbankan Syariah memperoleh penerima, melalui cara-cara yang dibenarkan oleh Syariah Islam pada hakekatnya, cara-cara tersebut mirip dengan mekanisme jual beli pada umumnya. Namun aktivitas ekonomi yang dibenarkan oleh Syariah Islam.

B. Prinsip Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Perbankan Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan). Kegiatan usaha yang dilakasanakan oleh Perbankan Syariah adalah sebagai berikut:

1. Mudharabah

Adalah kerjasama antara dua pihak dimana shahibul maal (pihak pertama) menyediakan modal sedangkan mudharib (pihak kedua) menjadi pengelola dana dimana keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka.

2. Musyarakah

Adalah perjanjian pembiayaan antara Perbankan Syariah dengan nasabah yang membutuhkan pembiayaan, dimana Bank dan nasabah secara bersama membiayai suatu usaha atau proyek yang juga dikelola secara bersama atas prinsip bagi hasil sesuai dengan penyertaan dimana keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan dimuka.

3. Murabahah

Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Perbankan Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.4. Ijarah

Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewa berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa dapat juga memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

5. Ar-Rahnu

Adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta (nilai ekonomis) sebagai jaminan hutang, hingga pemilik barang yang bersangkutan boleh mengambil hutang. Ar-Rahn berarti juga pledge atau pawn (gadai), yaitu kontrak atau akad penjaminan dan mengikat saat hak penguasaan atas barang jaminan berpindah tangan. 6. HawalahAdalah akad pemindahan piutang nasabah kepada bank untuk membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa pemindahan piutang tersebut.7. Istishna

Adalah pembiayaan jual beli yang dilakukan antara bank dan nasabah dimana penjual (pihak bank) membuat barang yang dipesan oleh nasabah. Bank untuk memenuhi pesanan nasabah dapat mensubkan pekerjaannya kepada pihak lain.

8. Mudharabah al-MutlaqahAdalah kerjasama antara dua pihak dimana shahibul maal (pihak pertama) menyediakan modal dan memberikan kewenangan penuh kepada mudharib (pihak kedua) dalam menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka.

9. Mudharabah MuqqayadahAdalah kerjasama antara dua pihak dimana shahibul maal menyediakan modal dan memberikan kewenangan terbatas kepada mudharib dalam menentukan jenis dan tempat investasi, dimana keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka.10. Wakalah

Adalah akad perwakilan antara kedua belah pihak (bank dan nasabah) dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa tertentu.

C. Transaksi Jasa Syariah Transaksi jasa-jasa syariah merupakan akad pelengkap diLembaga Keuangan Syariah.Akad-akad berbasis jasa yang biasanya digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan nasabah akan jasa keuangan yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh nasabah tersebut.Dalam operasional akuntansi transaksi jasa-jasa lembaga keuangan Islam harus menghindar dari riba, gharar dan maisir.Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk menunaikan perintah Allah dalam bidang ekonomi dan muamalat serta membebaskan masyarakat Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama Islam.

Didalam akuntansi transaksi jasa-jasa lembaga keuangan dapat melakukan pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya dengn mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut natara lain berupa:

1. Sharf (Jual beli valuta asing), islam membolehkan jual beli valuta asing baik pada matauang yag sejenis mauoun yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual beli tersebut dilakukan dalam waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valta asing ini.

2. Ijarah (sewa), sebagaimana telah dielaskan seperi diatas bahwa Secara prinsip ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa sewanya dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya salam mas sewa akan dijual belikan antara bank dan nasabahyang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan)

3. Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring Jasa transfer dan kliring sudah biasa diindustri perbankan. Jasa ini mempermudah transaksi yang dilakukan oleh pengguna (nasabah maupun bukan dengan bank lain. Atas jasa ini, bank mengenakan biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri

4. Penggunaan ATM bersama dengan bank lain Penggunaan ATM bersama dengan bank lain akan memudahkan baik nasabah bank tersebut maupun nasabah bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan. Imbalan yang diterima bank biasanya berupa biaya pertransaksi.

5. Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank. Ketersedian layanan yang memudahkan nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan salah satu daya tarik bank. Saat ini, banyak bank yang telah bekerja sama dengan pihak lain dalam memberikan kemudahan pembayaran dan pembelian produk-produk tertentu, seperti pembayaran telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelian voucher telepon pra bayar, premi asuransi dan angsuran pinjaman / hutang. Dari transaksi ini, bank memperoleh keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai kesepakatan bank dengan pihak lain tersebut

D. Jasa-jasa Syariah Berbasis Imbalan.1. WadiahMeletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Wadiah dibedakan menjadi 2 bagian:yakni; akad wadiah yah amanah memungkinkan nasabah menitipkan barang atau uang ke lembga keuangan syariah dimana LKS tidak diperkenankan memanfaatkan barang tersebut. Sedangkan wadiah yah dhamanah memungkinkan LKS memanfaatkan barang atau uang yang dititipkanMenurut bahasa wadiah artinya yaitu meninggalkan atau meletakkan. Yaitu meletakan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan menurut istilah wadiah artinya yaitu memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu.Ada dua definisi yang dikemukakan oleh ulama fiqh, yaitu :

a. Ulama madzhabHanafimendefinisikan : mengikut sertakan orang lain dalam memelihara harta baik dengan ungkapan yang jelas maupun isyarat Umpamanya ada seseorang menitipkan sesuatu pada seseorang dan si penerima titipan menjawab ia atau mengangguk atau dengan diam yang berarti setuju, maka akad tersebut sah hukumnya.

b. MadzhabHambali, SyafiI dan Maliki( jumhur ulama ) mendefinisikan wadiah sebagai berikut : mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu

1) Dasar Hukum Wadiah

a) Q.S. An Nisaa(4) ayat 58:( (((( (((( (((((((((((( ((( ((((((((( (((((((((((( (((((( ((((((((( ((((((( ((((((((( (((((( (((((((( ((( ((((((((((( (((((((((((( ( (((( (((( ((((((( ((((((((( (((((( ( (((( (((( ((((( (((((((( (((((((( (((( Artinya :Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.b) Q.S. Al Baqarah (2) ayat 283:((((((( (((((((((( (((((( ((((((( (((((((( ((( (((((((( ((((((((((((((((( ( (((( ((((((( (((((( ((((((((((((((((( ((((((((((( ((((((((((( (( ((((((((( (((((( (((((( (((( ((((((((( ( (((((((((( ((((((((( ((((((((((( ( ((((((((((( ((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((( Artinya: Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanahnya (titipannya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Tuhannyac) Hadist Riwayat Abu Daud dan TirmidziRasulullah Saw bersabda, Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu

2) Rukun Dan Syarat Wadiah

a) Orang yang berakadOrang yang berakad adalah muwaddi sebagai orang yang menitipkan barangnya (penitip) dan mustauda sebagai orang yang dititipi barang (penerima titipan).Orang yang berakad hendaklah orang yang sehat (tidak gila) diantaranya yaitu:

a. Baligh

b. Berakal

c. Kemauan sendiri, tidak dipaksaDalam mazhab Hanafi baliqh dan berakal tidak dijadikan syarat dari orang yang sedang berakad, jadi anak kecil yang dizinkan oleh walinya boleh untuk melakukan akad wadiah ini.

b) Barang titipan : Barang yang dititipkan harus jelas dan dapat dipegang atau dikuasai, maksudnya ialah barang itu haruslah jelas identitasnya dan dapat dikuasai untuk dipelihara.c) Sighah (akad), Syarat sighah yaitu kedua belah pihak melafazkan akad yaitu orang yang menitipkan (muwaddi) dan orang yang diberi titipan (mustauda).

3) pembagian dan penerapan wadiah

a. Wadiah Yad AmanahAdalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima (Mustauda) tidak diperkenankan penggunaan barang/uang dari si penitip (Muwaddi) tersebut dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kelalaian yang bukan disebabkan oleh kelalaian si penerima titipan (Mustauda). Dan sebagai gantinya si penitip (Muwaddi) wajib untuk membayar kepada orang yang dititipi (Mustauda), namun boleh juga untuk tidak membayar asalkan orang yang dititipi tidak merasa keberatan dan menganggapnya sedekah.Contoh penerapannya dalam perbankan syariah adalah safe deposit box. Layanan Safe Deposit Box (SDB) adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta atau surat-surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam ruang khasanah yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan barang yang disimpan dan memberikan rasa aman bagi penggunanya.

b. Wadiah Yad adh Dhamanah.Wadiah Yad Dhamanah adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang dapat memanfaatkan barang atau uang yang dititipkan dan harus bertanggungjawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut.Contoh penerapannya dalam perbankan syariah adalah giro dan tabungan wadiah. Giro Wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana penyimpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip al-Wadiah Yad Dhomanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek atau bilyet giro. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang langsung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas ATM.

2. QardhPemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan.

a. Pengertian QardhSecara etimologi,Qordh berati (potongan). Harta yang dibayarkan kepada muqtarid (yang diajak akad qarhd,sebab merupakan potongan dari harta muqrid (orang yang membayar). Al-qord adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.Dalam literature fiqih klasik,qordh dikategorikan dalam aqd tathowwui atau akad yang saling membantu dan bukan transaksi komersialSayyid Sabiq dalam buku fiqh Sunnah jilid 4 menyebutkan bahwa al-qardh adalah harta yang dipinjamkan seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan setelah ia memiliki kemampuan. Utang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang, dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu. Misalnya mengutang uang Rp. 2000,00 akan dibayar Rp. 2000,00 pula.b. Dasar Hukum QordhPada dasarnya hukum asal dari qardh al-hasan adalah tolong menolong antara orang yang mampu dengan orang yang tidak mampu, ataupun sesama orang yang mampu pun ada kemungkinan saling pinjam meminjam atau hutang menghutang. Akan tetapi tidak semua pinjam meminjam dibenarkan oleh syara. Hukum al-qardh hasan itu bisa saja berubah- rubah sesuai dengan kondisi dan situasinya masing-masing, bisa jadi berubah menjadi wajib disebabkan orang yang meminjam sangat membutuhkannya. 1) Al-QuranDasar-dasar hokum yang digunakan dalam pelaksanaan system ini adalah berdasarkan beberapa ayat-ayat dari al-quran. Diantaranya dalam firman Allah yang telah digambarkan secara umum mengenai pinjam meminjam,yang terdapat dalam surat al-maidah ayat 2 :

.( (((((((((((((( ((((( ((((((((( ((((((((((((( ( (((( (((((((((((( ((((( (((((((( ((((((((((((((( ( ((((((((((( (((( ( (((( (((( ((((((( ((((((((((( ((( Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan(Qs.Al-Maidah:2)

2) Al-HadisLandasan Al-Qardh Al-Hasan dalam hadis Nabi di antaranya adalah yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nabi bersabda, yang artinya Dari Ibnu Masud ra, bahwa Nabi SAW bersabda: Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman kepada orang muslim lainnya sebanyak duakali pinjaman, melainkan layaknya ia telah menyedekahkan satu kali.memberikan pertolongan jika seseorang membutuhkannya, yaitu tolong menolong dalam kebaikan.c. Rukun Dan Syarat Sahnya Qordh

1) Rukun Qordh:

a) Harta(modal),baik berupa uang atau yang lainnya.Keadaan modal hendaklah diketahui banyaknya.

b) Pekerjaan yaitu berdagang dan lain-lainnya yang berhubungan dengan urusan oerdagangan tersebut.Barang yang hendak diperdagangkan begitu juga tempat hendaknya tidak ditentukan,hanya diserahkan saja kepada pekerja:barang apa dan ditempat manapun bisa,asal menurutpandangannya ada harapan untuk mendapatkan keuntungan.

c) Keuntungan.Banyaknya keuntungan untuk bekerja hendaklah ditentukan suatu akad,misalnya seperdua atau sepertiga dari jumlah keuntungan.

d) Yang punya modal dan yang (bekerja).Keduanya hendaklah orang berakal dan sudah baligh(berumur 15 tahun) dan bukan orang yang dipaksa.

2) Syarat Sahnya Qordh:

a) Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat, tidak sah jika tidak ada.

b) kemungkinan pemanfaatan karena qardh adalah akad terhadap harta. Akad qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan qobul seperti halnya dalam jual bel3) Karakteristik

a) Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau tagihan dana yang dapat di persamakan dengan berdasarkan persetujuan antara peminjam dan yang meminjamkan dan wajib untuk melunasinya

b) Bank syariah dapat juga menyalurkan dana qardh dalam bentuk qardhul haanc) Sumber dana qardhul hasan berasal dari external dan internal

3. SharfArti harfiah dari sharf adalah penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual-beli. Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual-beli mata uang asing (valuta asing) dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis, misalnya rupiah dengan rupiah maupun yang tidak sejenis, misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya.

a. Landasan hokum

Al-hadis: Jual-beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandung, kurma dengan kurma, anggur dengan anggur, (apabila) satu jenis (harus) sama (kualitas dan kuantitasnya dan dilakukan) secara tunai. Apabila jenis berbeda, maka juallah sesuai dengan kehendakmu dengan syarat secara tunai (HR.Jamaah).

b. Ketentuan umum

1) Nilai tukar yang dijual-belikan harus telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun oleh penjual, sebelum keduanya berpisah. Penguasaan itu dapat berbentuk penguasaan secara material maupun hukum. Penguasaan secara material, misalnya pembeli langsung menerima dolar AS yang dibeli dan penjual langsung menerima uang rupiah. Adapun penguasaan hukum, misalnya pembayaran dengan menggunakan cek.

2) Apabila mata uang atau valuta yang diperjual-belikan itu dari jenis yang sama, maka jual-beli mata uang itu harus dilakukan dalam mata uang sejenis yang kualitas dan kuantitasnya sama sekalipun model dari uang itu berbeda.

3) Dalam sharf tidak boleh dipersyaratkan dalam akadnya adanya hak khiar syarat (khiar) bagi pembeli. Khiar syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan jual-beli mata uang tersebut setelah selesai berlangsungnya jual-beli yang terdahulu atau tidak melanjutkan jual-beli itu, yang syarat itu diperjanjikan ketika berlangsungnya transaksi terdahulu tersebut.

4) Tidak ada tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang dipertukarkan, karena bagi sahnya sharf penegasan obyek akad harus dilakukan secara tunai dan perbuatan saling menyerahkan itu harus dilakukan secara tunai dan perbuatan saling menyerahkan itu harus berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual-beli valuta berpisah. 5) Perjanjian jual beli suatu valuta dengan valua lainnya.

c. Karakteristik : Akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya dilakukan untuk tujuan lindung nnilai dan tidak dibenarkan untuk tujuan spekulatif

4. Hiwalaha. Pengertian HiwalahPengertian hiwalah diambil dari kata tahwil yang berarti Intiqal (perpindahan). Yang dimaksud perpindahan disini adalah memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang (Muhil) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang ( muhal alaih ) dan orang yang menghutangkan (Muhal). Hiwalah dilaksanakan sebagai tindakan yang tidak membutuhkan ijab dan qabul dan menjadi sah dengan sikap yang menunjukkan hal tersebut. Dalam konsep hukum perdata, hiwalah adalah serupa dengan lembaga pengambil alihan hutang, atau lembaga pelepasan hutang atau penjualan hutang, atau lembaga penggantian kreditur atau penggantian debitur.

b. Landasan Hukum Hiwalah

Islam membenarkan hiwalah dan membolehkannya, karena ia diperlukan. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda, yang Artinya: menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman. Dan jika salah seorang tamu di ikutkan (di hiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu terimalah hiwalah itu.

c. Syarat-syarat sahnya Hiwalah:

1) Relanya pihak Muhil dan Muhal tanpa muhal alaih, berdasarkan dalil kepada hadits dimuka.

2) Samanya kedua hak, baik jenis maupun kadarnya, penyelesaian, tempo waktu, mutu baik dan buruk.

3) Stabilnya hutang.

4) Bahwa kedua hak tersebut diketahui dengan jelas.

d. Implementasi dalam Perbankan

1) Dalam praktek perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan usahanya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan hutang.

2) Untuk mengantisipasi kerugian yang akan timbul bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan hutang dengan yang berhutang.

3) Karena kebutuhan supplier akan di likuiditas, maka ia meminta bank untuk mengalih piutang. Bank akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.

e. Aplikasi dalam Perbankan

Kontrak hiwalah biasanya diterapkan dalam hal-hal berikut:

1) Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki hutang pada pihak ke 3 memindahkan piutang itu kepada bank.

2) Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

3) Bill discounting. Secara prinsip, bill discounting serupa dengan hiwalah. Hanya saja, dalam bill discounting nasabah hanya membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak di dapati dalam kontrak hiwalah.

f. Manfaat Hiwalah

Seperti gambar diatas akad hiwalah banyak sekali manfaat dan keuntungan diantaranya:

1) Memungkinkan penyelesaian hutang dan piutang dengan cepat dan simultan.

2) Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan.

3) Dapat menjadi salah satu fee-based income sumber pendapatan non-pembiayaan bagi bank syariah.Adapun risiko yang harus diwaspadai dari kontrak hiwalah adalah adanya kecurangan nasabah dengan member invoice palsu (ingkar janji) atau wanprestasi, untuk memenuhi kewajiban hiwalah ke bank.

5. Rahn Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.Dengan ketentan barang ayng ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.Dengan demikian,pihak yang menahan memper oleh jaminanuntuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangmya.Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Menurut bahsanya rahn adalah tetap dan lestari,seperti seprti juga dinamai al-habsu,artinya penahan,seperti dikatakan nimatun rahinah,artinya karunia yang tetap dan lestari.

a. Landasan hokum

Al-Quran : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). b. Aplikasi perbankan

1) Kontrak rahn dipakai dalam perbankaban dalam du a hal berikut.Sebagai produk pelengkap

Rahn dipaki sebagai produk pelengkap artinya sebagai akad tambahan (jaminan / collateral) teerhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai al-murabahah.

2) Sebagai produk tersendiriDibeberapa negara Islam termasuk diantaranya Malaysia,akad rahn telah dipakai sebagai alternative dari pegadaian konvesional.bedanya dengan pegadaian biasa,dalam rahn,nasabah tidak dikenakan bunga:yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan,pemeliharaan,penjagaan serta penaksiran.

c. Manfaat ar rahnManfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah sebagai berikut.

1) Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan Bank.2) Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tiadak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu asset ataau barang (marhun) yang dipegang oleh Bank.3) Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian,sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana,terutama di daerah-daerah.Adapun manfaat yang langsung didapat bank adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut.

d. Risiko ar rahn

Adapun risiko yang mungkin terdapat pada rahn apabila diterapkan sebagai produk adalah:

a) Risiko tak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi)

b) Risiko menurunnya nilai asset yang ditahan atau rusak.

6. WakalahWakalah ataus wikalah berarti menyerahkan, pendelegasian atau pemberian mandat dalam bahasa arab, hal ini dipahami sebagai At-tafwidh. Tetapi yang dimaksud dalam hal ini wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama kepada orang lain kepada pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan.a. Landasan Hukum1) Al-Quran : Artinya:Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?). mereka menjawab: Kita berada (disini) sehari atau setengah hari. berkata (yang lain lagi): Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. Artinya: Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.2) Al-Hadits : Bahwa Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi dan seorang anshar untuk mewakilinya mengawini Maemunah binti Harist.

Dalam kehidupan sehari-hari,Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan. Di antaranya adalah membayar hutang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lainnya.

7. IjmaPara ulama pun bersepakat dengan ijma atas dibolehkannya wakalah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan alas an bahwa hal tersebut termasuk jenis taawun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan taqwa.

Allah berfirman, yang Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan permusuhan. (Q.S. Al-Maidah:2)

a. Rukun-rukunnyaAl-wakalah adalah termasuk akad. Rukunnya adalah ijab dan qabul, dan apabila tidak memenuhi perukunannya maka akad tersebut tidak sah. Di dalam wakalah tidak disyaratkan adanya lafaz tertentu, akan tetapi ia sudah sah dengan apa saja yang dapat menunjukkan hal itu, baik berupa ucapan maupun perbuatan.

b. Syarat-syaratnya

Wakalah tidak akan sah kecuali jika semua syarat-syaratnya sempurna. Syarat-syaratnya itu diantaranya:

1) Syarat-syarat yang MewakilkanYang dimaksud syarat yang mewakilkan adalah pemilik yang dapat bertindak dari sesuatu yang ia wakilkan. Jika ia bukan sebagai pemilik yang dapat bertindak, perwakilannya tidak sah. Seperti orang gila dan anak kecil yang belum dapat membedakan. Salah satu dari keduanya dapat mewakilkan yang lainnya, karena keduanya telah kehilangan pemilikan, ia tidak memiliki hak bertindak.2) Syarat-syarat yang mewakili

Syarat ini disyaratkan pada orang yang mewakili; orang berakal, kalau dia orang gila atau idiot, atau anak kecil yang tidak dapat membedakan, maka tidak sah.

3) Syarat-syarat untuk hal yang diwakilkan

Disyaratkan pada hal yang diwakilkan (muwakkal fih) adalah bahwa ia diketahui oleh orang yang mewakili, atau tidak diketahui ia itu buruk perlakuannya. Kecuali jika diserahkan penuh oleh orang yang engkau kehendaki. Dan disyaratkan pula bahwa hal itu dapat diwakilkan.Hal ini berlaku untuk semua akad, yang boleh bagi manusia untuk ia akadkan sendiri, seperti jual beli, sewa menyewa, berhutang, damai, hibah dan lain sebagainya.

c. Berakhirnya Akad Wakalah, Akad wakalah berakhir sebagai berikut:

1) Matinya salah seorang dari yang berakad, atau menjadi gila,. Karena salah satu syarat wakalah adalah hidup dan berakal. Apabila terjadi kematian, atau gila, berarti syarat sahnya menjadi tidak ada.

2) Di hentikannya pekerjaan dimaksud. Karena jika telah terhenti, dalam keadaan ini wakalah tidak mempunyai makna lagi.

3) Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil sekalipun ia belum tahu.

4) Wakil memutuskan sendiri. Tidak diperlukan orang yang mewakilkan mengetahui pemutusan dirinya atau tidak diperlukan kehadirannya.

5) Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan.d. Aplikasinya Dalam PerbankanWakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan letter of credit dan transfer uang.8. KafalahJaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak bank ketiga dalam rangka memenuhi kewajiban yang ditanggung apabila pihak yang ditanggung cidera janji.Dalam pengertian bahasa kafalah berarti adh-dhammu (menggabungkan). Firman Allah SWT , yang Artinya: dan Dia (Allah) menjadikan zakariya sebagai penjaminnya (Maryam). (Q.S: Al-Imran ayat 37) da allah berfirman yang Artinya:Penyeru-penyeru itu berkata: Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.

a. Pengertian KafalahAl-kafalah yang merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ke 3 untuk memenuhi kewajiban pihak ke 2 atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai jaminan.

b. Landasan HukumAl- hadits : Telah dihadapkan pada Rasulullah mayat seorang laki-laki untuk di shalatkan. Rasulullah SAW bertanya, apakah dia punya warisan? Para sahabat menjawab TIDAK, Rasulullah bertanya lagi, apakah dia mempunyai hutang? Para sahabat menjawab YA, sebesar 3 dinar. Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadhah lalu berkata, saya menjamin hutangnya ya Rasulullah. Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (H.R Bukhari no. 2127, kitab al-Hawalah).

c. Implementasi Perbankan

1) Bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajibn pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn.

2) Bank dapat spukla menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

3) Transaksi yang masuk dalam akad-akad kafalah adalah; bank garansi dengan segala variasinya, dan letter of credit dengan segala jenis dan variasinya.

d. Karakteristik :1) Wakalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan olah kaafil kepada makful

2) Penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban yang menjadi hak penerima jaminan

3) Kafalah dapat digunakan untuk pemberian jasa bank, antara lain garansi bank, stan byL/C akseptasi dll

DAFTAR PUSTAKASyafii Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta Amir Mahmud dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 26.Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013), 354.

MAKALAH

HUKUM PERBANKAN SYARIAH

Fungsi Perbankan Syariah Dalam Perekonomian

Di susun oleh :

Ahmad Zawirdan

Nova Delastari

Dosen

Okto Jumaidi, M.HiPRODI PERBANKAN SYARIAHFAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU (IAIN)2015

Amir Mahmud dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 26.

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013), 354.

Amir Mahmud dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 26.

Amir Mahmud dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 26.

Amir Mahmud dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 26.

Amir Mahmud dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 26.

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013), 354.

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013), 354.

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013), 352.

1