perbandingan metode pembukuan dengan pp no. 46 tahun 2013 dalam rangka menetapkan besarnya pajak...

73
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT. X) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh WIJI AMARTI 2011420029 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015

Upload: uofaunsada

Post on 16-Apr-2017

921 views

Category:

Data & Analytics


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN

PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN

BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

(STUDI KASUS PADA PT. X)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan

Melengkapi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Oleh

WIJI AMARTI

2011420029

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2015

Page 2: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

LEMBAI*PERI{YATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Wiji Amarti

No.IndukMhs :2411420A29

Jurusan/Peminatan : Akuntansi/Perpajakan

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul PERBAITIDINGA|I

METODE PEMBT]KUAI\I DENGAN PP NO. 46 TAHI]N 2013 DALAM

uilCxa MENETAPKAIT BESARNYA PAJAK PENGHASILAIT

TERUTADTG (STt DI KASUS PADA PT. X) yang dibimbing oleh Bapak

Muharnmad Masdar, SE., Ak., M.Ak. adalah benar merupakan hasil karya sendiri

dan bukan maupakan jiplakan maupun mengcopy sebagian dari hasil karya orang

lain"

Apabila dikemudian hari te,myata diketemukan ketidaksesuaian dengan

pemyataan ini, maka saya bersedia mempertanggungianabkan.

Demikian pemyataan ini saya buat dengaii sesungguhnya di Jakarta pada tanggal

07 Agustus 2015.

Page 3: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

No. Induk Mhs

Jurusan

Peminatan

Judul Skripsi

Wiji Amarti

2411420029

Akuntansi

Perpajakan

PERBAIYDINGAI\I METODE PEMBT'KUAhI

DENGAI\I PP NO. 46 TAIIT]N 2013 DALAM

RANGKA MEI\TETAPKATT BESARNYA PAJAK

PENGEASILAN TERUTAI\TG (STT'DI KASUS PADA

PT. X)

Telah diperiksa, dan disetujui untuk diajukan dan diujikan dalam sidang Ujian

Skripsi Sarjana tanggal 29 Agustus 2015

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Jakart4 ll Agustus 2015

Pembimbing I

mts,N{si Muhammad Masdar, SE., Ak., M.Ak

lll

Page 4: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

LEMBAR PENGESAIIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

No.Pokok

: Wiji Arnarti

: 2011424429

Jurusan/Perminatan : Akuntansi/Perpajakan

Judul Skripsi : PERBAITIDINGAN METODE PEMBTIKUAI{

DENGAIT PP NO. 46 TAIITTN 2013 DALAM

RANGKA MEI\TETAPKAI\I BESARI\IYA PAJAK

PENGHASILAI\T TERUTAI{G (STT}DI KASUS

PADAPT. x)

Telah diperiksq dikqii dan diqiikan dalam sidangUjian Skripsi Sa{ana tanggal29

Agustus 2015 dengan hasi1........

Jaka@ 29 Agustus 2015

Ketua Jurusan Akuntansi

(Ahmad Basid Hasibuaru SE, M.Si)

PAI\ilrIA PENGUJI SKRIPSI

No. NanraPenguji Jabatan Penguji Tanda Tangan

//1. M. Masdar, SE" Alc M.Ak Ketua Pengii- 4--.4'

2. Ahmad Basiat H&sibuan, SE" h,I.Si tuiggotFrknguji /&ff13. Jombrik, SE., MM Anggota Penguji w,q5

Dekan Fakultas Ekonomi I(Sukardi, SE, MM)

lv

Page 5: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

v

ABSTRAK

NIM : 2011420029, Judul Skripsi : PERBANDINGAN METODE

PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA

MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG (STUDI

KASUS PADA PT. X)

Jumlah Hal : xii + 59 hal

Kata Kunci : Perbandingan Metode Pembukuan Dengan PP No. 46 Tahun 2013

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan besarnya Pajak Penghasilan

terutang menggunakan metode pembukuan dengan menggunakan tarif final 1%

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

Metode analisis data deskriptif kualitatif. Jenis data menggunakan data primer

dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan PPh

terutang menggunakan tarif final 1% lebih menghemat pembayaran Pajak

Penghasilan serta menyederhanakan dan memudahkan dalam penghitungan,

penyetoran dan pelaporan dibandingkan dengan metode pembukuan.

Daftar Acuan: (2007 – 2014)

Jakarta, Agustus 2015

Wiji Amarti

Page 6: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala ridho dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN

2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK

PENGHASILAN TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT. X).” dengan baik.

skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi di Universitas Darma Persada Tahun ajaran 2015/2016.

Maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat kelulusan

program Strata satu (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Darma

Persada. Dan dimaksudkan agar mahasiswa dapat mempertanggung jawabkan

penelitian yang dibahasnya dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa

adanya dorongan moril dan spiritual dari pihak-pihak yang selalu ada disamping

penulis. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga, Mama dan Bapak, Semoga doa-doa kalian selama ini diijabah oleh-

Nya. Aamiin.

2. Bapak Ahmad Basid selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Darma Persada. Terima kasih atas bimbingannya dalam proses

penyusunan skripsi selama ini.

3. Bapak Masdar selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing

penulis dari awal pengajuan skripsi sampai selesai.

Page 7: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

vii

4. Para dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada

yang selama empat tahun ini membimbing penulis dalam perkuliahan.

5. Semua angkatan 2011 jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Darma Persada, terimakasih atas doa dan dukungannya selama empat tahun

ini.

6. Adik-adik di SKMI dan di Jurusan Akuntansi. Terima kasih doa dan

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah disusun ini masih jauh dari kata

sempurna, dikarenakan masih terbatasnya wawasan dan pengetahuan yang

dimiliki penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

positif dalam mengembangkan penulisan selanjutnya agar lebih baik, dari pihak –

pihak yang ikut serta dalam penilaian proposal ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat di masa sekarang maupun masa depan nanti untuk berbagai

pihak. Aamiin.

Jakarta, 07 Agustus 2015

Wiji Amarti

Page 8: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………. ii

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………….. iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………... iv

ABSTRAK…………………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 4

1.3. Batasan Masalah………………………………………….. 4

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………….……............... 5

1.4.1. Tujuan Penelitian ………………………………… 5

1.4.2. Manfaat Penelitian ……………………………….. 5

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Perpajakan ……………………………………… 6

2.1.1. Pengertian Perpajakan …………………………… 6

2.1.2. Ciri-Ciri Pajak …………………………………… 7

Page 9: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

ix

2.1.3. Fungsi Pajak ……………………………………... 7

2.1.4. Sistem Pemungutan pajak ………………............. 9

2.1.5. Asas-Asas Pemungutan Pajak ………………....... 10

2.1.6. Jenis-Jenis Pajak ……………………………...… 13

2.2. Tinjauan Pajak Penghasilan ……………………………… 14

2.2.1. Pengertian Pajak Penghasilan ……………… 14

2.2.2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan ………….. 14

2.2.3. Subjek Pajak Penghasilan …………………. 15

2.2.4. Bukan Subjek Pajak Penghasilan ………….. 19

2.2.5. Objek Pajak Penghasilan ………………….. 21

2.2.6. Bukan Objek Pajak Penghasilan …………... 23

2.2.7. Tarif Pajak …………………………………. 25

2.3. Tinjauan UMKM ………………………………………… 27

2.3.1. Pengertian UMKM ………………………… 27

2.3.2. Karakteristik UMKM ……………………….. 28

2.4. Tinjauan Pajak Penghasilan Final 1% …………………….. 28

2.4.1. Subjek Pajak Penghasilan Final 1% ………… 29

2.4.2. Bukan Subjek Pajak Penghasilan Final 1% …. 30

2.4.3. Objek Pajak Penghasilan Final 1% ………….. 31

2.4.4. Bukan Objek Pajak Penghasilan Final 1% …… 31

2.4.5. Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan 1% ……. 32

2.5. Tinjauan Pembukuan………………………………………. 33

2.6. Kerangka Berpikir ………………………………………….. 34

Page 10: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

x

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian ………………………………………….. 36

3.2. Jenis Data …………………………………………………. 36

3.3. Pengumpulan Data ………………………………………… 37

3.4. Analisis Data ………………………………………………. 38

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian…………………………………. 40

4.1.1. Sejarah Singkat PT. X………………………………... 40

4.1.2. Visi dan Misi PT. X………………………………….. 41

4.1.3. Struktur Organisasi PT. X…………………………… 42

4.2. Penyajian Data……………………………………………... 43

4.3. Analisis Data……………………………………………….. 53

4.2.1. Menghitung Besarnya Pajak Penghasilan Terutang

Menggunakan Metode Pembukuan …………………. 53

4.2.2. Menghitung Besarnya Pajak Penghasilan Terutang

Menggunakan Tarif Final 1%....................................... 55

4.4. Interprestasi Hasil…………………………………………. 56

4.5. Hasil Penelitian……………………………………………. 57

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……………………………………………….. 59

5.2. Saran………………………………………………………. 59

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Tarif PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Pasal 17……………… 26

TABEL 2.2 Karakteristik UMKM Berdasarkan Aset Dan Omzet……….. 28

TABEL 4.1 Peredaran Bruto PT.X Per Bulan Selama Tahun 2014……... 40

TABEL 4.2 Laporan Laba Rugi PT..…………………………………...... 41

TABEL 4.3 Neraca PT. X..………………………………………………. 42

TABEL 4.4 Daftar Penyusutan Aset PT. X……………………………… 43

TABEL 4.5 Daftar Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Jan-Mei 2014…… 44

TABEL 4.6 Daftar Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Juni-Juli 2014….. 45

TABEL 4.7 Daftar Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Agst-Sept 2014… 46

TABEL 4.8 Daftar Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Okt-Nov 2014…. 47

TABEL 4.9 Daftar Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Nov-Des 2014…. 48

TABEL 4.10 Daftar Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Desember 2014… 49

TABEL 4.11 Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi………………….... 50

TABEL 4.12 Penghitungan PPh Final 1%................................................ 52

Page 12: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Mekanisme Penghitungan PPh Berdasarkan PP 46 Tahun

2013……...…………………………………………... 32

GAMBAR 2 Kerangka Berpikir…………………………………… 34

GAMBAR 3 Struktur Organisasi PT. X…………………………… 42

Page 13: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada suatu negara terdapat suatu sistem dimana setiap warga negara

berhak dikenakan pajak atas setiap penghasilan yang mereka terima. Dimana

pajak tersebut merupakan sumber utama penerimaan suatu negara, yang

secara keseluruhan belanja negara dalam APBN berasal dari pajak. Dan

tidak ada bedanya dengan Indonesia, pajak merupakan tiang yang kokoh

untuk selalu menegakkan keberlangsungan ekonomi negara ini. Penerimaan

pajak di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 77,9% dari total penerimaan

negara pada APBN 2013.

Pemerintah selalu berupaya meningkatkan penerimaan pajak dengan

berbagai kebijakan. Termasuk dengan cara melakukan perubahan peraturan-

peraturan perpajakan agar meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dalam perpajakan yang bersifat

dinamis mengikuti perkembangan ekonomi dan sosial sebuah negara, perlu

dilakukan perbaikan dalam sistemik dan operasional. Dengan perbaikan

dalam dua aspek tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan potensi-potensi

yang ada secara optimal dan tidak melupakan asas keadilan sosial.

Salah satu upaya pemerintah yang menimbulkan pro kontra dalam hal

keadilan adalah pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

Kebijakan mewajibkan para pelaku UMKM membayar pajak dengan tarif

Page 14: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

2

1% dari omzet usaha yang dijalankannya. Gambaran dari reaksi masyarakat

adalah kepatuhan pajak. Menurut Jackson dan Millirion dalam Andarini,

2010, salah satu variabel non ekonomi kunci dari perilaku kepatuhan pajak

adalah dimensi keadilan pajak. Kepatuhan pajak sangat penting karena saat

mereka menganggap sistem pajak tidak adil, maka mereka cenderung

melakukan penghindaran pajak (tax evasion). Kebijakan pemerintah dalam

hal ini untuk pengusaha yang memiliki peredaran bruto dibawah Rp

4.800.000.000,- memang terlihat sangat memudahkan, akan tetapi ada

beberapa pihak yang merasa tidak adil atas penerapan kebijakan ini

dikarenakan oleh profit margin yang berbeda-beda dari setiap UMKM. Bagi

pengusaha yang omzetnya besar dan profit margin-nya pun besar tentu akan

senang dengan dikenakan tarif 1% saja, akan tetapi berbeda dengan

pengusaha yang profit margin-nya kecil walaupun omzetnya besar, mereka

akan merasa terbebani dengan tarif yang hanya sebesar 1% saja

(Syahdan:2013).

Peraturan Pemerintah ini diberlakukan karena bertujuan memberikan

kemudahan kepada wajib pajak yang menerima ataupun memperoleh

penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran bruto tertentu dalam

melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan yang

terutang. Sehingga tidak ada lagi alasan pengusaha UMKM untuk tidak

membayar kewajiban pajaknya. Pengenaan Pajak yang bersifat final ini,

didasarkan pada kesederhanaan dalam pemungutan pajak, pengurangan

beban administrasi bagi wajib pajak.

Page 15: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

3

Sektor UMKM merupakan sebuah potensi yang harus dikembangkan

karena sektor ini terbukti memberikan kontribusi 58,92% terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB). Staff ahli mentri koperasi dan UKM bidang

penerapan nilai dasar koperasi menyatakan jumlah UMKM di Indonesia kini

mencapai 57,9 juta pelaku. (Merdeka.com:2014)

Sebelum PP no. 46 diberlakukan, banyak dari pengusaha menggunakan

metode norma perhitungan penghasilan neto, ataupun metode pembukuan.

Dimana metode tersebut memiliki mekanisme perhitungan yang berbeda-

beda, dan juga besar pajak penghasilan terutang yang berbeda dikarenakan

dasar pengenaan pajak yang berbeda-beda. Seperti PT.X yang bergerak

dalam bidang jasa perbaikan elektro motor yang melakukan pembukuan

dalam hal manajemen keuangannya, walaupun masih belum menggunakan

sistem yang memadai dalam menyusun pembukuannya, PT. X tetap

melakukan pembukuan dengan teratur per bulannya. Begitupun dengan

melakukan kewajiban perpajakannya, walaupun PT. X masih tergolong

perusahaan kecil. Selama melaksanakan kewajiban perpajakannya, PT. X

menggunakan tarif pasal 31 E yang diatur dalam UU No. 36 tahun 2008 bagi

wajib pajak badan yang melakukan pembukuan. Akan tetapi dalam hal ini

perusahaan masih melibatkan konsultan pajak dikarenakan harus

mengkoreksi laporan keuangan yang telah disusunnya dan menentukan

besarnya pajak penghasilan terutang.

Oleh karena itu, dari masalah yang telah penulis sajikan, penulis akan

memperhitungkan besarnya pajak yang dibayarkan menggunakan

Page 16: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

4

perbandingan dua kebijakan pemerintah tersebut, yaitu metode pembukuan

dengan tarif 1% PP No. 46 tahun 2013 pada pengusaha UMKM.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Metode Pembukuan

Dengan PP No. 46 Tahun 2013 Dalam Rangka Menetapkan Besarnya

Pajak Penghasilan Terutang (Studi Kasus Pada PT. X). ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di deskripsikan sebelumnya,

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pajak penghasilan terutang yang dibayarkan PT. X

dengan menggunakan metode pembukuan ?

2. Seberapa besar pajak penghasilan terutang yang dibayarkan PT. X

dengan menggunakan PP No. 46 tahun 2013?

3. Apakah dengan menggunakan PP No. 46 tahun 2013, pajak penghasilan

terutang yang dibayarkan PT. X lebih kecil dibandingkan dengan

menggunakan metode pembukuan?

1.3 Batasan Masalah

Dikarenakan adanya hal yang tidak dapat dipublish pada umum, maka

penulis berjanji pada pihak perusahaan untuk tidak mencantumkan nama

perusahaan pada penulisan ini.

Page 17: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis besarnya pajak penghasilan terutang yang

dibayarkan PT. X dengan menggunakan metode pembukuan.

2. Untuk menganalisis besarnya pajak penghasilan terutang yang

dibayarkan PT. X dengan menggunakan PP No. 46 tahun 2013.

3. Untuk menganalisis dengan menggunakan PP No. 46 tahun 2013, pajak

penghasilan terutang yang dibayarkan PT. X lebih kecil dibandingkan

dengan menggunakan metode pembukuan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat Akademik

a. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang

berkorelasi dengan penelitian ini.

b. Sebagai materi pembelajaran bagi studi kasus perpajakan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan referensi bagi pihak yang berkepentingan, untuk

menindak lanjuti masalah penerapan PP No. 46 tahun 2013

tentang pajak penghasilan bagi pengusaha yang memiliki

peredaran bruto tertentu.

b. Sebagai bahan motivasi untuk berbagai pihak agar lebih

memperbaiki sistem dalam perpajakan.

Page 18: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Perpajakan

2.1.1 Pengertian Perpajakan

Definisi perpajakan banyak dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan,

menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan (2013:4), Pajak didefinisikan sebagai:

Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Adriani yang dikutip oleh Harjo (2012:4), pajak didefinisikan

sebagai:

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung

dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Sedangkan pajak menurut Smeets yang dikutip oleh Waluyo (2010:3):

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang

dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai

pengeluaran pemerintahan.

Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang dikutip oleh Harjo

(2012:4) mengemukakan bahwa:

Pajak adalah iuran wajib, berapa uang atau barang, yang dipungut oleh

penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi

barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Page 19: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

7

Dari beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli

perpajakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib yang

terutang oleh wajib pajak orang pribadi ataupun badan yang tidak dapat

dirasakan langsung manfaatnya oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dan

pajak dalam sebuah negara digunakan dalam pengeluaran-pengeluaran

pemerintah untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya.

2.1.2 Ciri-Ciri Pajak

Berdasarkan Resmi (2014:2), ciri-ciri yang melekat pada pajak adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai

public investment.

2.1.3 Fungsi Pajak

Fungsi pajak adalah kegunaan pokok dan manfaat pokok dari pajak itu

sendiri. Seperti yang dikutip oleh Harjo (2012:7), pada umumnya terdapat

dua macam fungsi pajak, yaitu:

Page 20: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

8

1. Fungsi Budgetair (Fungsi Anggaran)

Fungsi anggaran disebut sebagai fungsi untuk memasukkan uang

sebanyak-banyaknya dalam kas negara, berdasarkan fungsi ini pemerintah

sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai kepentingannya

memungut pajak dari pendududuknya melalui berbagai jenis pajak yang

diterapkan atas berbagai sendi kehidupan masyarakat sesuai dengan

undang-undang perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi Regulerend (Fungsi Mengatur)

Fungsi ini adalah fungsi tambahan, yaitu fungsi dimana pajak

dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.

Disebut fungsi tambahan karena fungsi ini bertindak sebagai pelengkap

dari fungsi utama pajak yakni fungsi budgetair. Dengan adanya fungsi ini

diharapkan pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan

pemerintahan suatu negara.

Sedangkan menurut Aristanti Widyaningsih yang dikutip oleh Harjo

(2012:9), terdapat lima fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN, pajak

merupakan sumber penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Regulator)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Misalnya PPnBM untuk barang-

Page 21: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

9

barang mewah, hal ini dterapkan pemerintah dalam upaya mengatur agar

tingkat konsumsi barang-barang mewah dapat dikendalikan.

3. Fungsi stabilitas

Fungsi ini berhubungan dengan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga

(melalui dana yang diperoleh dari pajak) sehingga laju inflasi dapat

dikendalikan.

4. Fungsi Redistribusi

Dalam fungsi redistribusi, lebih ditekankan unsur pemerataan dan

keadilan dalam mayarakat. Fungsi ini terlihat dari adanya lapisan tarif

dalam pengenaan pajak.

5. Fungsi Demokrasi

Pajak dalam fungsi demokrasi merupakan wujud sistem gotong royong.

Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada

masyarakat pembayar pajak.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

1. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Page 22: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

10

3. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib

pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

2.1.5 Asas-Asas Pemungutan Pajak

Dalam pelaksanaannya, perpajakan tidaklah sesederhana menghimpun

dana masyarakat untuk dialokasikan ke kas negara. Pengenaan pajak yang

dipungut berdasarkan harta, kekayaan, dan juga penghasilan seseorang atau

badan yang didasari oleh undang-undang perpajakan. Agar dalam

pelaksanaannya tidak menimbulkan pro dan kontra maka dilakukan berbagai

pertimbangan atas penyusunan undang-undang perpajakan dengan

memperhatikan beberapa asas pemungutan pajak.

Asas pemungutan pajak yang dikemukakan beberapa ahli perpajakan

yang dikutip oleh Harjo (2012:21) menyatakan, teori asas pemungutan pajak

yang sangat terkenal dan dianut hingga saat ini salah satunya adalah teori

“Four common in taxation” atau “The four maxims” yang dikemukakan oleh

Adam Smith dalam bukunya “An inquiry in to the nature and cause of the

wealth of Nations”, yaitu:

Page 23: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

11

1. Asas Equality (Asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas

keadilan)

Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan

kemampuan dan penghasilan wajib pajak (ability to payment), negara

tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.

2. Asas Certainty (Asas kepastian hukum)

Pajak dipungut secara pasti tanpa kesewenang-wenangan dalam arti

dalam melakukan pemungutan pajak harus dilakukan berdasarkan

undang-undang. Pajak bukanlah suatu asumsi namun pajak adalah suatu

kepastian.

3. Asas Convinience of Payment (Asas pemungutan pajak tepat waktu)

Asas ini disebut asas kesenangan, dimana pemungutan pajak harus

dilakukan pada saat yang tepat dan pada saat yang tidak menyulitkan

bagi wajib pajak.

4. Asas Economy (Asas ekonomis)

Asas ini mengamanatkan bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,

demikian pula beban yang ditanggung wajib pajak. Jangan sampai terjadi

biaya pemungutan pajak yang timbul nilainya lebih besar daripada hasil

pemungutan pajaknya.

Menurut Adam Smith yang dikutip oleh Harjo (2012:22), asas keadilan

dalam pemungutan beban pajak pertama-tama hendaknya dibebankan kepada

masyarakat berdasarkan manfaat yang dinikmati oleh anggota masyarakat

Page 24: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

12

yang bersangkutan. Apabila manfaat yang dinikmati tersebut tidak dapat

dipakai untuk membagi beban pajak yang diperlukan, maka anggota

masyarakat harus dikenakan pajak sebanding dengan kemampuan membayar

masing-masing, yaitu sebanding dengan penghasilan yang diperolehnya

berkat perlindungan pemerintah.

Sedangkan menurut Adolf Wagner, pakar perpajakan,yang dikutip oleh

Harjo (2012:22) menyatakan bahwa asas pemungutan pajak terdiri dari:

1. Asas Politik Finansial

Pajak yang dipungut oleh negara jumlahnya harus memadai sehingga

dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara, sehingga

penyelenggaraan perpajakan harus teliti dan akurat menentukannya.

2. Asas Ekonomi

Penentuan objek pajak harus tepat, misalnya objek pajak atas barang-

barang mewah.

3. Asas Keadilan

Pungutan pajak harus berlaku secara umum tanpa adanya diskriminasi

diantara satu wajib pajak yang lain, dalam kondisi yang sama

diperlakukan pungutan pajak yang sama pula.

4. Asas Administrasi

Asas ini menyangkut tentang masalah kepastian perpajakan (kapan,

dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara

membayarnya) dan berapa biaya pajak yang harus dikeluarkan.

Page 25: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

13

5. Asas Yuridis

Asas ini mengharuskan setiap pemungutan pajak oleh pemerintah harus

berdasarkan undang-undang.

2.1.6 Jenis-Jenis Pajak

Menurut Resmi (2014:7) tedapat berbagai jenis pajak yang dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu pengelompokan menurut golongan,

menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua:

a. Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak

lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada

orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat

suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak

atau pengenaan pajak yang memerhatikan subjeknya.

Page 26: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

14

b. Pajak Objektif

Pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda,

keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi

subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I

(pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

2.2 Tinjauan Pajak Penghasilan

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dipotong terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterima dengan nama dan dalam bentuk apapun dalam satu

tahun pajak berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Dasar hukum pelaksanaan kegiatan pemotongan pajak penghasilan diatur

oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 beserta peraturan turunannya tentang Pajak Penghasilan yakni

Page 27: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

15

Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri Keuangan,

Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Keputusan

Direktur Jenderal Pajak serta Surat Edaran Direktur Jendral Pajak.

Dilakukannya penyempurnaan dan perubahan undang-undang Pajak

Penghasilan mempunyai tujuan antara lain:

1. Untuk lebih meningkatkan keadilan dalam pengenaan pajak

2. Untuk lebih memberikan kemudahan kepada wajib pajak

3. Untuk lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan

4. Untuk lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi dan transparasi

5. Untuk lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan

daya saing dalam menarik investasi langsung di Indonesia baik penanaman

modal asing maupun penanaman modal dalam negeri dalam berbagai

bidang usaha serta dalam daerah tertentu yang mendapat prioritas.

2.2.3 Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Harjo (2012:74), subjek pajak adalah segala sesuatu yang dituju

oleh undang-undang perpajakan untuk dikenakan pajak, sehingga subjek pajak

penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai penghasilan untuk

dijadikan sasaran pengenaan pajak. Penghasilan yang akan dikenakan pajak

adalah penghasilan dalam bentuk dan nama apapun yang memenuhi syarat

objektif maupun syarat subjektif untuk dipotong pajak.

Pengertian wajib pajak menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2007 adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

Page 28: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

16

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Berdasarkan pasal 2 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008, subjek pajak

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Subjek Pajak Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di

Indonesia ataupun di luar Indonesia.

2. Subjek Pajak Warisan yang Belum Terbagi

Dalam hal ini ahli waris sebagai subjek pajak pengganti yang berhak.

Dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari

warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

3. Subjek Pajak Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama

dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya

termasuk kontrak investasi politi, atau organisasi lainnya, lembaga, dan

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha

tetap.

Page 29: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

17

4. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia,

yang dapat berupa:

Tempat kedudukan manajemen;

a. Cabang perusahaan;

b. Kantor perwakilan;

c. Gedung kantor;

d. Pabrik;

e. Bengkel;

f. Gudang;

g. Ruang untuk promosi dan penjualan;

h. Pertambangan dan penggalian sumber alam;

i. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

j. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

k. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

l. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu dua belas

bulam;

Page 30: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

18

m. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya

tidak bebas;

n. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi

asuransi atau menanggung risiko di Indonesia;

o. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimilki,

disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk

menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Subjek pajak penghasilan juga dikelompokkan dalam subjek pajak dalam

negeri dan subjek pajak luar negeri. Pengelompokkan tersebut diatur dalam

pasal 2 ayat (2) UU Nomor 36 Tahun 2008.

Subjek pajak dalam negeri, adalah:

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas

bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di

Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit

tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

Page 31: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

19

c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah; dan pembukuannya diperiksa oleh aparat

pengawasan fungsional negara;

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

Subjek pajak luar negeri, adalah:

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu

dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonessia, yang menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu

dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedududkan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2.2.4 Bukan Subjek Pajak Penghasilan

Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan, yang tidak termasuk Subjek pajak penghasilan adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing;

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

Page 32: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

20

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan

syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima

atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut

serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada

pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana pada

huruf c, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak

menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia. Organisasi internasional yang tidak termasuk

Subjek pajak sebagaimana dimaksud huruf c ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Keuangan.

5. Organisasi-organisasi internasional yang berbentuk kerja sama teknik dan/

atau kebudayaan dengan syarat kerja sama teknik tersebut memberi

manfaat pada negara/pemerintah Indonesia dan tidak menjalankan

uaha/kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

6. Dalam hal terdapat ketentuan perpajakan yang diatur dalam perjanjian

internasional yang berbeda dengan ketentuan perpajakan yang diatur

dalam UU PPh, perlakuan perpajakannya didasarkan pada ketentuan dalam

perjanjian tersebut sampai dengan berakhirnya perjanjian dimaksud,

Page 33: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

21

dengan syarat perjanjian tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang

Perjanjian Internasional.

2.2.5 Objek Pajak Penghasilan

Penentuan objek pajak penghasilan diatur dalam Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2008, yakni yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib

pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan, dengan dan dalam bentuk apa pun.

Jenis penghasilan yang termasuk objek pajak adalah:

1. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (capital gain).

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

8. Royalti

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

Page 34: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

22

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala, misalnya tunjangan

seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam jangka waktu

tertentu.

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

Penentuan objek pajak penghasilan Bentuk Usaha Tetap (BUT) diatur

dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 5, yakni yang menjadi

Objek pajak penghasilan Bentuk Usaha Tetap adalah:

1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan Bentuk Usaha Tetap tersebut dan dari

harta yang dimiliki atau dikuasai.

2. Penghassilan kantor pusatnya dari usaha atau kegiatan, penjualan barang,

atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau

yang dilakukan oleh Bentuk Usaha Tetap di Indonesia karena pada

hakekatnya ussaha atau kegiatan tersebut termasuk dalam ruang lingkup

usaha atau kegiatan dapat dilakukan oleh Bentuk Usaha Tetap

(penghitungan berdasarkan force of attraction).

3. Penghasilan berupa dividen, bunga termasuk premium, diskonto dan

imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royalti, sewa

(imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta), imbalan

sehubungan dengan jasa, pekerjaan (kegiatan), hadiah/penghargaan,

pensiunan/pembayaran berkala lainnya yang diterima oleh Kantor Pusat

(wajib pajak luar negeri) dari Indonesia, sepanjang hubungan efektif antara

Page 35: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

23

Bentuk Usaha Tetapnya dengan harta atau kegiatan yang memberikan

penghasilan tersebut.

2.2.6 Bukan Objek Pajak Penghasilan

Terdapat beberapa penghasilan tertentu yang diterima oleh wajib pajak

yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan (bukan termasuk objek pajak)

seperti yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4

ayat (3) yaitu:

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh Badan Amil

Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah dan yang diterima oleh yang berhak serta harta hibahan yang

diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,

dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

pengusaha kecil termasuk Koperasi yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan; sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan

atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Warisan.

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam

bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak atau Pemerintah, kecuali

yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak

secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan

Page 36: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

24

khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Undang-

Undang Pajak Penghasilan.

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna dan asuransi beasiswa.

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh Perseroan Terbatas

sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara

atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan beberapa

syarat tertentu.

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai.

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun salam bidang-

bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,

perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif.

10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

Page 37: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

25

a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia.

11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan,

yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan

kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau

penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)

tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2.2.7 Tarif Pajak

Berdasarkan penelitian oleh Robert Galon Maschene dan Joel Rumanyika

yang berjudul “Business Constraints and Potential Growth of Small and

Medium Enterprises in Tanzania” menyebutkan bahwa UKM di Tanzania

terhambat pertumbuhannya dikarenakan tingginya tarif pajak disana, dan

mempengaruhi sebesar 26,7% . Untuk itulah tarif pajak perlu ditentukan untuk

Page 38: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

26

pengenaan pajak, tentu saja dengan melalui pertimbangan asas-asas

pemungutan pajak.

Tarif pajak merupakan persentase tertentu yang digunakan untuk

menghitung besarnya PPh. Tarif PPh yang berlaku di Indonesia menurut

Waluyo (2010: 113) dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tarif umum, tarif

khusus, dan tarif sesuai undang-undang.

1. Tarif umum

Tarif pajak ini mengikuti tarif pajak yang ditunjukkan dalam pasal 17

(Lapisan tarif) Undang-Undang Pajak Penghasilan dalam UU No. 7 tahun

1983 sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir adalah dalam UU

No. 36 Tahun 2008. Tarif PPh untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri

(pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh), yaitu:

Tabel 2.1

Tarif PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Pasal 17

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%

Diatas Rp 50.000.000,- sampai dengan

Rp 250.000.000,-

15%

Diatas Rp 250.000.000,- sampai dengan

Rp 500.000.000,-

25%

Diatas Rp 500.000.000,- 30%

Page 39: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

27

2. Tarif khusus

Tarif pajak ini mengikuti tarif pajak yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah biasanya ditujukan pada penghasilan tertentu sebagai contoh

bunga deposito yang diikuti pula dengan pengenaannya yang bersifat final.

Dasar pengenaannya juga disebutkan sebagai contoh penghasilan bruto.

Tentu dalam hal ini tidak perlu mempertimbangkan unsur PTKP.

3. Tarif Sesuai Undang-Undang

Tarif ini sebelumnya untuk menjelaskan bahwa selain tarif sesuai pasal 17

UU PPh terdapat pula yang disebutkan dalam pasal 23 UU PPh ditetapkan

dengan tarif 15% demikian halnya juga tarif pasal 26 UU PPh ditetapkan

dengan tarif 20%.

2.3 Tinjauan UMKM

2.3.1 Pengertian UMKM

Definisi UMKM menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1. Usaha Mikro

Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-

undang ini.

2. Usaha Kecil

Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

Page 40: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

28

baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria. Usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang ini.

3. Usaha Menengah

Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini.

2.3.2 Karakteristik UMKM

Tabel 2.2

Karakteristik UMKM Berdasarkan Aset dan Omzet

No. Uraian Aset Omzet

1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 juta

2. Usaha Kecil >50 juta – 500 juta >300 juta – 2,5

miliar

3. Usaha Menengah >500 juta – 10

miliar

>2,5 miliar – 50

miliar

2.4 Tinjauan Pajak Penghasilan Final 1%

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 yang mulai diberlakukan

bulan Juli 2013 mengatur tentang Pajak Penghasilan bagi penghasilan pengusaha

yang memiliki peredaran bruto tertentu. Maksud dari Peraturan Pemerintah (PP)

Page 41: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

29

Nomor 46 Tahun 2013 terkandung tiga tujuan yaitu kemudahan dan

penyederhanaan aturan perpajakan, mengedukasi masyarakat untuk tertib

administrasi dan transparasi, serta memberikan kesempatan masyarakat untuk

berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. Yang didasarkan oleh Pasal 17

ayat (7) UU PPh dan Pasal 4 ayat (2) huruf e Undang-Undang (UU) No 36

Tahun 2008 tentang pajak penghasilan (PPh) Pasal 17 ayat (7). Dengan

Peraturan Pemerintah tersebut dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas

penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak

melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penjelasan

Pasal 17 ayat (7) UU PPh.

Inti dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yaitu pengenaan PPh

dengan tarif 1% dari penghasilan bruto (omzet) setiap bulan dari penghasilan

atas usaha yang dimiliki oleh wajib pajak yang peredaran brutonya tidak

melebihi Rp 4.800.000.000,- dalam satu Tahun Pajak.

2.4.1 Subjek Pajak Penghasilan Final 1%

Subjek pajak dari PP No. 46 Tahun 2013 yang dikenakan tarif pajak

sebesar 1% adalah sebagai berikut:

1. Wajib pajak orang pribadi dan badan kecuali Bentuk Usaha Tetap (BUT)..

2. Wajib pajak pada huruf (a) menerima penghasilan dari usaha tidak

termasuk penghasilan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan

peredaran bruto atau penghasilan bruto (omzet) tidak melebihi Rp

4.800.000.000,- untuk semua cabang dalam satu Tahun Pajak.

Page 42: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

30

Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, meliputi hal-hal berikut:

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas seperti pengacara, akuntan,

arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.

c. Olahragawan.

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f. Agen iklan.

g. Pengawas atau pengelola proyek.

h. Perantara.

i. Petugas penjaja barang dagangan.

j. Agen asuransi.

k. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multi level marketing) atau

penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

2.4.2 Bukan Subjek Pajak Penghasilan Final 1%

Bukan Subjek pajak dari PP No. 46 Tahun 2013 yang dikenakan tarif

pajak sebesar 1% adalah sebagai berikut:

1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan

dan/atau jasa yang dalam usahanya:

a. Menggunakan sarana aau prasarana yang dapat dibongkar pasang,

baik yang menetap maupun tidak menetap;

Page 43: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

31

b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum

yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.

2. Wajib pajak badan yang:

a. Belum beroperasi secara komersial;

b. Dalam jangka waktu satu tahun setelah beroperasi secara komersial

memperoleh peredaran bruto melebihi Rp 4.800.000.000,-

2.4.3 Objek Pajak Penghasilan Final 1%

Subjek pajak dari PP No. 46 Tahun 2013 adalah penghasilan dari usaha

yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang

tidak melebihi Rp 4.800.000.000,- dalam satu Tahun Pajak. Peredaran bruto

(omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet

atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Pajak yang terutang dan harus

dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto (omzet).

2.4.4 Bukan Objek Pajak Penghasilan Final 1%

Bukan Objek pajak dari PP No. 46 Tahun 2013 yang dikenakan tarif pajak

sebesar 1% adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti yang

ada dalam penjelasan pasal 2 ayat (2) PP No. 46 Tahun 2013.

2. Penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh Final pasal 4

ayat (2), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi

(perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain

sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Page 44: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

32

2.4.5 Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan 1%

Berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 bahwa tarif pajak penghasilan ini

bersifat final dan dikenakan tarif sebesar 1% yang dikalikan dengan

penghasilan bruto (omzet) sebulan atas usaha wajib pajak yang omzetnya

kurang dari Rp 4.800.000.000,- setahun dalam satu Tahun Pajak. Berikut

mekanisme penghitungan pajak penghasilan berdasarkan PP 46 Tahun 2013

yaitu:

Gambar 1. Mekanisme Penghitungan PPh Berdasarkan PP 46 Tahun 2013

Seperti yang dikutip oleh Resmi (2014:145), dasar pengenaan pajak yang

digunakan untuk menghitung PPh bersifat final 1% adalah:

1. Dasar pengenaan pajak adalah peredaran bruto dari usaha dalam satu tahun

pajak terakhir sebelum tahun pajak yang bersangkutan.

2. Dalam hal peredaran bruto kumulatif wajib pajak pada suatu bulan telah

melebihi jumlah Rp 4.800.000.000,- dalam suatu tahun pajak, wajib pajak

tetap dikenai PPh bersifat final 1% sampai dengan akhir tahun pajak yang

bersangkutan.

3. Dalam hal peredaran bruto wajib pajak telah melebihi jumlah Rp

4.800.000.000,- pada suatu tahun pajak, atas penghasilan yang diterima

atau diperoleh wajib pajak pada tahun pajak berikutnya dikenai tarif PPh

berdasar ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

PPh terutang sebulan = tarif x dasar pengenaan pajak sebulan

= 1% x peredaran bruto (omzet) per bulan

Page 45: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

33

2.5 Tinjauan Pembukuan

Pembukuan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh lembaga, perusahaan,

atau pengusaha skala kecil dan menengah dalam mengatur keuangannya, seperti

yang dikutip oleh Waluyo (2008:4) bahwa pasal 13 Undang-Undang Pajak

Perseroan Tahun 1995 menyatakan bahwa pihak pengurus perseroan,

perhimpunan, maskapai, lembaga, dan badan yang menjalankan perusahaan

yang labanya dikenakan pajak harus menyelenggarakan pembukuan di Indonesia

dengan cara sedemikian rupa, sehingga dari pembukuan tersebut dapat diketahui

laba yang dikenakan pajak. Demikian halnya dalam UU No. 28 tahun 2007

tentang Ketentuan Unum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagai

penyempurnaan perundang-undangan perpajakan sebelumnya, kewajiban

memang melekat pada setiap wajib pajak, tetapi undang-undang pajak juga

memberikan pembatasan bagi wajib pajak orang pribadi sebagai bentuk

toleransi.

Pengertian pembukuan sendiri sesuai dengan pasal 1 angka 29 Undang-

Undang KUP menyatakan bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatan

yang dilakukan secara teratur umtuk mengumpulkan data dan informasi

keuangan yang meliputi asset, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta

jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan

menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode

tahun pajak tersebut.

Berdasarkan Direktorat Jenderal Pajak (2013:68), yang wajib

menyelenggarakan pembukuan adalah:

Page 46: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

34

1. Wajib pajak badan

2. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas, kecuali wajib pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam

satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,- (Empat Miliar Delapan Ratus

Juta Rupiah).

Sedangkan Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan adalah untuk

mempermudah dalam pengisian SPT:

1. Menentukan Penghasilan Kena Pajak.

2. Perhitungan PPn dan PPnBM.

3. Mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha /pekerjaan bebas.

2.6 Kerangka Berpikir

Gambar 2.

Wajib pajak orang pribadi maupun badan yang melakukan usaha dagang

atau jasa diwajibkan melakukan pencatatan ataupun pembukuan. Dimana wajib

pajak yang melakukan usaha sedangkan omzetnya masih kurang dari Rp

4.800.000.000,- dapat menggunakan beberapa metode yang diatur oleh undang-

undang perpajakan. Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan pembukuan,

menggunakan tarif pasal 17 ayat 1a UU PPh. Sedangkan wajib pajak Badan

yang melakukan pembukuan, tarif yang digunakan adalah pasal 31E UU PPh,

Penghitungan Metode

Pembukuan

Penghitungan PP No. 46

Tahun 2013

Besarnya Pajak

Penghasilan

Terutang

Page 47: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

35

mekasinme penghitungan menggunakan metode tersebut masih terbilang rumit,

dimana wajib pajak wajib menyusun Laporan Keuangan yang sebagian besar

harus dilakukan oleh para ahli akuntansi, dibandingkan dengan tarif final 1% PP

No. 46 tahun 2013 yang hanya mengkalikan peredaran bruto sebulan dengan

tarif 1%.

Dengan itu, penulis akan membandingkan besarnya pajak penghasilan

terutang yang dihitung menggunakan metode pembukuan dengan menggunakan

tarif PPh final 1% PP No. 46 Tahun 2013 pada PT. X.

Page 48: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang terdapat diatas mengenai perbandingan

besarnya pajak penghasilan yang terutang menggunakan metode pembukuan

dengan menggunakan perhitungan tarif 1% PP No. 46 Tahun 2013, maka

penulis menentukan akan melakukan penelitian di PT. X yang berlokasi di

Jakarta .

3.2 Jenis Data

Dalam proses pembuatan proposal penelitian, penulis menggunakan jenis

data sebagai berikut :

1. Data Primer

Widjono (2007:248) mendefinisikan bahwa:

Data Primer adalah bukti penulisan yang diperoleh di lapangan yang

dilakukan secara langsung oleh penulisnya. Untuk pembuktian suatu kasus

penulisan ilmiah (laporan), penulis harus mengumpulkan data atau informasi

secara cermat dan tuntas. Jika data tidak lengkap, kesimpulan yang dihasilkan

tidak valid (tidak sah).

Menurut Juliandi (2014:65):

Data Primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan

oleh orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya, dan data

tersebut sebelumnya tidak ada. Contoh data primer, adalah data yang

dikumpulkan melalui instrumen: wawancara/interview, angket/kuisioner,

pengamatan/observasi.

Sanusi (2012:104) mendefinisikan, “Data Primer adalah data yang pertama

kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti”.

Page 49: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

37

Data primer yang didapatkan penulis dari sumber objek penelitian yaitu

pada PT. X. Data yang diperoleh dalam melakukan penelitian didapat dari

wawancara pada pemilik atau karyawan pada perusahaan, yang setelah itu

diolah kembali oleh penulis.

2. Data Sekunder

Menurut Widjono (2007:248):

Data Sekunder ialah bukti teoretik yang diperoleh melalui studi pustaka.

Data ini mendasari kajian teoretik yang digunakan sebagai landasan kerangka

berpikir. Berdasarkan kajian teoretik ini dapat disusun hipotesis (kerangka

konsep) yang mendasari keseluruhan karangan. Oleh karena itu, data ini

tergolong penting dalam penulisan ilmiah.

Sedangkan menurut Juliandi (2014:66):

Data Sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti

guna kepentingan penelitiannya. Data aslinya tidak diambil peneliti tetapi oleh

pihak lain. Contoh data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi

dokumentasi.

Sanusi (2012: 104) mendefinisikan, “Data Sekunder adalah data yang

sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain”.

Data sekunder yaitu data yang tidak perlu diolah lagi yang didapatkan

penulis dari berbagai sumber yang ada, seperti Laporan Keuangan PT. X yang

merupakan sebuah dokumentasi perusahaan, buku, jurnal penelitian maupun

undang-undang perpajakan, yang dipergunakan dalam penelitian.

3.3 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan:

Page 50: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

38

1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pemilik maupun karyawan pada PT. X

sebagai bukti pendukung data penelitian yang akan menggambarkan

perpajakan yang diteliti oleh penulis.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen atau

bukti yang ada pada PT. X yang mendukung penelitian penulis.

3.4 Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif

kualitatif adalah teknik analisis data dengan cara menggambarkan dan

menganalisis berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan. Teknik ini digunakan untuk menganalisis perbandingan

antara metode pembukuan dengan menggunakan PP No. 46 tahun 2013 dengan

pedoman undang-undang perpajakan yang berlaku. Analisis data dalam

penelitian ini melalui beberapa langkah, yaitu sebagai berikut:

1. Menyajikan peredaran bruto perusahaan per bulan selama tahun 2014.

2. Menyajikan Laporan Keuangan tahun 2014 yang telah direkonsiliasi.

Dimana terdapat koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif, seperti

yang dikutip Resmi (2014:405) :

a. Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:

1) Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi

atau suatu penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui

menurut akuntansi.

Page 51: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

39

2) Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut

akuntansi atau suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut fiskal

tetapi diakui menurut akuntansi

b. Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi negatif apabila:

1) Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi

atau suatu penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek

pajak) tetapi diakui menurut akuntansi.

2) Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut

akuntansi atau suatu biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal tetapi

tidak diakui menurut akuntansi.

3) Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.

3. Menghitung pajak penghasilan terutang menggunakan metode pembukuan.

4. Menghitung pajak penghasilan terutang menggunakan PP No. 46 Tahun

2013.

5. Melakukan perbandingan antara hasil penghitungan pajak penghasilan yang

terutang menggunakan metode pembukuan dengan pajak penghasilan yang

terutang menggunakan PP No. 46 Tahun 2013.

Page 52: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

40

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat PT. X

PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Didirikan

oleh pemiliknya pada tahun 1998, dan resmi berbentuk badan pada tahun 2000.

Hingga saat ini PT. X memiliki 20 teknisi di workshop dan lima pegawai di

office. Kantor dan workshop berlokasi di Jakarta, PT. X melayani repairing,

service, rewinding, dan supplier. Terintegrasi dengan mesin-mesin pendukung

yang sangat menunjang dengan misi menjadi perusahaan yang solid dengan

mengutamakan kualitas produk, kuantitas, dan delivery yang tinggi dengan

komitmen maju bersama. Strategi yang diterapkan adalah mengoperasikan

workshop yang terintegrasi dengan efisien dan siap dengan pelayanan service

2×24 jam serta menjamin mutu garansi enam bulan demi kepuasan

pelanggannya.

Layanan repair yang ditawarkan PT. X terdiri dari: Electrical service (AC

Induction Motor High Voltage & Low Voltage, DC Motor & Generator, DC

Generator, VS Motor, Slip – ring Motor, Transformator, dll); Mechanical

service (Compressor, Vibrator, Chiller, Dynamic Balancing, Machining);

Spare part supply (Accessories, Bearing, DC Armathure Commutators, Slip –

ring, Terminal Box, Cooling Fan, Carbon Brush, Brush Holder, dll). PT. X

Page 53: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

41

melayani servis dari beberapa bidang perusahaan, antara lain: industri

manufaktur, semen, pertambangan, gedung perhotelan, rumah sakit, dll.

4.1.2. Visi dan Misi PT. X

Visi:

Menjadi perusahaan swasta yang terkemuka di industri jasa, berkembang

secara berkesinambungan, memberikan kesejahteraan kepada karyawan

dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

Misi:

1. Pelatihan dan rekruitmen sumber daya manusia yang tepat, untuk

menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, berdedikasi dan

bersemangat tinggi sesuai budaya perusahaan.

2. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengambilan keputusan dan tata

kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

3. Peningkatan kompetisi di era globalisasi lewat kerjasama dengan

perusahaan kontraktor nasional maupun internasional.

4. Pemberdayaan maksimal dari lima pilar usaha konstruksi: Pemasaran,

Operasional, Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Informasi.

Page 54: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

42

4.1.3. Struktur Organisasi PT. X

Gambar 3.

Struktur Organisasi PT. X

Sumber: PT. X

Director

General Manager

Manager

Accounting Manager Teknik

Administrasi

Kabag.

Mekanik

Kabag.

Elektrik

Teknisi

Mekanik

Teknisi

Elektrik

Page 55: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

43

4.2 Penyajian Data

Tabel 4.1

Peredaran Bruto PT. X Per Bulan Selama Tahun 2014

Bulan Peredaran Bruto

Januari Rp 107.005.056,-

Februari Rp 69.660.817,-

Maret Rp 68.940.700,-

April Rp 95.757.332,-

Mei Rp 114.056.982,-

Juni Rp 170.696.216,-

Juli Rp 152.328.056,-

Agustus Rp 105.793.200,-

September Rp 115.267.084,-

Oktober Rp 217.261.399,-

November Rp 114.140.072,-

Desember Rp 158.082.086,-

Jumlah Rp 1.488.989.000,-

Sumber: PT. X

Page 56: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

44

Tabel 4.2

PT. X

Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2014

(Dalam Rupiah)

Pendapatan Usaha 1.488.989.000

Harga Pokok Penjualan:

Persediaan Awal 16.225.550

Pembelian 747.664.450

Persediaan Akhir (20.340.000)

Jumlah Harga Pokok Penjualan 743.550.000

Laba Bruto

745. 439.000

Biaya Umum Dan Administrasi:

Biaya Upah Kerja

266.400.000

Biaya Listrik

22.100.000

Biaya Telepon Dan Pulsa HP

18.320.000

Biaya Operasional Mobil: Bensin,

Service, Toll Dan Parkir 125.100.000

Biaya Operasional Motor: Bensin,

Service Dan Parkir 41.100.000

Biaya ATK

24.300.000

Biaya Pemeliharaan Bengkel Dan

Gedung 11.000.000

Biaya Peralatan Bengkel

35.000.000

Biaya Administrasi Dan Birokrasi

Internet 22.380.000

Biaya Kebersihan Dan Keamanan

Lingkungan 14.200.000

Biaya Dokumentasi

5.000.000

Biaya Penyusutan

24.210.000

Jumlah Biaya

609.110.000

Laba Neto

136.329.000

PPh Badan

17.041.125

Laba Setelah Pajak

119.287.875

Sumber: PT. X

Page 57: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

45

Tabel 4.3

PT. X

Neraca

Per 31 Desember 2014

(Dalam Rupiah)

ASET:

Aset Lancar

Kas dan Setara kas 64.999.360

Piutang Usaha 237.398.000

Persediaan 20.340.000

Jumlah Aset lancar 322.737.360

Aset tetap 383.265.450

Tanah dan Bangunan 250.000.000

Aset Tetap Lainnya 133.265.450

Akumulasi Penyusutan (53.046.363)

Jumlah Aset Tetap 330.219.087

Jumlah Aset 652.956.447

KEWAJIBAN:

Kewajiban Lancar

Hutang Usaha 50.000.000

Hutang Pajak 317.406

Jumlah Kewajiban Lancar 50.317.406

EKUITAS

Modal Disetor 50.000.000

Tambahan Modal Disetor -

Laba Ditahan 433.351.166

Laba Tahun Berjalan 119.287.875

Jumlah Ekuitas 602.639.041

Jumlah Kewajiban 652.956.447

Sumber: PT. X

Page 58: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

46

z;)

tiFria

zd1EitilF

FiA.

Lq.a

Va

Page 59: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

47

Tabel 4.5

PT. X

Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Januari-Mei 2014

No

. Nama Pemotong/Pemungut Pajak

Objek

Pemotongan/Pemungutan Pajak

Penghasilan

yang

Dipotong

(Rp)

Tanggal

Pemotongan Jenis

Transaksi

Jumlah

(Rp)

1 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 2,097,000 41,940 20/1/2014

2 PT. ASTRA HONDA MOTOR Jasa Teknik 1,150,000 23,000 28/1/2014

3 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 1,200,000 24,000 14/2/2014

4 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 695,500 13,910 20/2/2014

5

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 13/3/2014

6

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 13/3/2014

7

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,367,600 107,352 19/3/2014

8 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 350,000 7,000 24/3/2014

9

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 7,900,200 158,004 3/4/2014

10 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 600,000 12,000 16/4/2014

11 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 36,063,500 721,270 20/4/2014

12

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 8/5/2014

13

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 8/5/2014

14

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,683,800 53,676 8/5/2014

15

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,501,900 70,038 8/5/2014

16

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 8/5/2014

17

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 8/5/2014

18

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 8/5/2014

19 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 11,062,000 221,240 20/5/2014

20 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 400,000 8,000 21/5/2014

Sumber: PT. X

Page 60: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

48

Tabel 4.6

PT. X

Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Juni-Juli 2014

No. Nama Pemotong/Pemungut

Pajak

Objek

Pemotongan/Pemungutan Pajak

Penghasilan

yang

Dipotong

(Rp)

Tanggal

Pemotongan Jenis

Transaksi

Jumlah

(Rp)

21 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 3,015,000 60,300 31/5/2014

22

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,481,416 69,628 2/6/2014

23

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,475,000 49,500 2/6/2014

24

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,481,416 69,628 2/6/2014

25

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,367,600 107,352 2/6/2014

26

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 8,051,400 161,028 2/6/2014

27 PT. PRIMA GRAHA CITRA Jasa Teknik 3,675,500 73,510 3/6/2014

28 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 680,000 13,600 11/6/2014

29 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 21,295,000 425,900 20/6/2014

30 PT. ABADI AKSARA Jasa Teknik 5,000,000 100,000 25/6/2014

31 PT. ASTRA HONDA MOTOR Jasa Teknik 1,320,000 26,400 30/6/2014

32

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,501,900 70,038 1/7/2014

33

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,481,416 69,628 1/7/2014

34

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,683,800 53,676 1/7/2014

35 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 630,000 12,600 3/7/2014

36 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 760,500 15,210 18/7/2014

37 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 20,942,600 418,852 20/7/2014

38 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 750,000 15,000 24/7/2014

39 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 1,236,600 24,732 24/7/2014

40 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 9,840,000 196,800 24/7/2014

Sumber: PT. X

Page 61: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

49

Tabel 4.7

PT. X

Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Agustus-September 2014

No. Nama Pemotong/Pemungut

Pajak

Objek

Pemotongan/Pemungutan Pajak

Penghasilan

yang

Dipotong

(Rp)

Tanggal

Pemotongan Jenis

Transaksi

Jumlah

(Rp)

41

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 32,607,756 652,155 4/8/2014

42

PT. SANGGAR SARANA

BAJA Jasa Teknik 7,745,000 154,900 31/7/2013

43

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 29,907,200 598,144 1/9/2014

44

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 6,962,832 139,257 4/9/2014

45

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 6,962,832 139,257 4/9/2014

46

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,683,800 53,676 4/9/2014

47

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 6,962,832 139,256 4/9/2014

48 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 746,100 14,922 18/9/2014

49

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,683,800 53,676 19/9/2014

50

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,683,800 53,676 19/9/2014

51

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 7,425,000 148,500 19/9/2014

52

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,501,900 70,038 19/9/2014

53

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 19/9/2014

54

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 19/9/2014

55

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 8,703,540 174,071 19/9/2014

Sumber: PT. X

Page 62: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

50

Tabel 4.8

PT. X

Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Oktober-November 2014

No. Nama Pemotong/Pemungut

Pajak

Objek

Pemotongan/Pemungutan Pajak

Penghasilan

Yang

Dipotong

(Rp)

Tanggal

Pemotonga

n Jenis

Transaksi

Jumlah

(Rp)

56 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 4,000,000 80,000 20/9/2014

57

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,367,600 107,352 3/10/2014

58

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 8,051,400 161,028 3/10/2014

59

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,222,124 104,442 3/10/2014

60

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 6,962,832 139,257 3/10/2014

61

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,475,000 49,500 3/10/2014

62

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 7,003,800 140,076 3/10/2014

63

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 7,003,800 140,076 3/10/2014

64 PT. ASTRA HONDA MOTOR Jasa Teknik 420,000 8,400 8/10/2014

65 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 17,276,200 345,524 20/10/2014

66 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 7,700,000 154,000 31/10/2014

67 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 9,840,000 196,800 31/10/2014

68 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 9,840,000 196,800 31/10/2014

69 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 520,000 10,400 31/10/2014

70

71

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 27,301,608 546,032 3/11/2014

72 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 500,000 10,000 11/11/2014

73

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,501,900 70,038 14/11/2014

74

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 2,683,800 53,676 14/11/2014

75

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 8,703,540 174,071 14/11/2014

Sumber: PT. X

Page 63: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

51

Tabel 4.9

PT. X

Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan November-Desember 2014

No. Nama Pemotong/Pemungut

Pajak

Objek

Pemotongan/Pemungutan Pajak

Penghasilan

Yang

Dipotong

(Rp)

Tanggal

Pemotongan Jenis

Transaksi

Jumlah

(Rp)

76 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 6,962,832 139,257 14/11/2014

77 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 7,425,000 148,500 14/11/2014

78 PT. ULTRA SAKTI Jasa Teknik 330,000 6,600 17/11/2014

79 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 22,616,000 452,320 20/11/2014

80 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 600,000 12,000 30/11/2014

81 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 10,444,248 208,885 1/12/2014

82 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 10,735,200 214,704 1/12/2014

83 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,950,100 79,002 4/12/2014

84 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 5,367,600 107,352 12/12/2014

85 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,000,000 60,000 12/12/2014

86 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,501,900 70,038 12/12/2014

87 PT. ASTRA HONDA MOTOR Jasa Teknik 660,000 13,200 17/12/2014

88 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 24,215,500 484,310 20/12/2014

89 PT. SKF INDONESIA Jasa Teknik 18,520,000 370,400 20/12/2014

90 PT. GEMINI SINAR PERKASA Jasa Teknik 9,900,000 198,000 22/12/2014

91 PT. GEMINI SINAR PERKASA Jasa Teknik 9,600,000 192,000 22/12/2014

92 PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 6,962,832 139,256 29/12/2014

Sumber: PT. X

Page 64: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

52

Tabel 4.10

PT. X

Kredit Pajak Dalam Negeri Bulan Desember 2014

No. Nama Pemotong/Pemungut

Pajak

Objek

Pemotongan/Pemungutan Pajak

Penghasilan

Yang

Dipotong

(Rp)

Tanggal

Pemotongan Jenis

Transaksi Jumlah (Rp)

93

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 3,501,900 70,038 29/12/2014

94

PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Jasa Teknik 15,666,372 313,327 29/12/2014

95 PT. TANSRI GANI Jasa Teknik 270,000 5,400 31/12/2014

96 PT. PRIMA GRAHA CITRA Jasa Teknik 2,000,000 40,000 31/12/2014

TOTAL

641,919,244

12,838,379

Sumber: PT. X

Page 65: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

53

4.1 Analisis Data

4.2.1 Menghitung Besarnya Pajak Penghasilan Terutang Menggunakan

Metode Pembukuan

Tabel 4.11

PT. X

Rekonsiliasi Fiskal Penghitungan Laba Rugi

Tahun Pajak 2014

Keterangan

Menurut

Perusahaan

(Rp)

Koreksi

Fiskal

Positif

Koreksi

Fiskal

Negatif

Menurut

Fiskal

(Rp)

Pendapatan Usaha 1.488.989.000 - - 1.488.989.000

Harga Pokok Penjualan:

- -

Persediaan Awal 16.225.550 - - 16.225.550

Pembelian 747.664.450 - - 747.664.450

Persediaan Akhir (20.340.000) - - (20.340.000)

Jumlah Harga Pokok Penjualan 743.550.000 - - 743.550.000

Laba Bruto 745. 439.000 - - 745. 439.000

- -

Biaya Umum Dan

Administrasi:

- -

Biaya Upah Kerja 266.400.000 - - 266.400.000

Biaya Listrik 22.100.000 - - 22.100.000

Biaya Telepon Dan Pulsa HP 18.320.000 - - 18.320.000

Biaya Operasional Mobil: Bensin,

Service, Toll Dan Parkir 125.100.000

- -

125.100.000

Biaya Operasional Motor: Bensin,

Service Dan Parkir 41.100.000

- -

41.100.000

Biaya ATK 24.300.000 - - 24.300.000

Biaya Pemeliharaan Bengkel Dan

Gedung 11.000.000

- -

11.000.000

Biaya Peralatan Bengkel 35.000.000 - - 35.000.000

Biaya Administrasi Dan Birokrasi

Internet 22.380.000

- -

22.380.000

Biaya Kebersihan Dan Keamanan

Lingkungan 14.200.000

- -

14.200.000

Biaya Dokumentasi 5.000.000 - - 5.000.000

Biaya Penyusutan 24.210.000 - - 24.210.000

Jumlah Biaya 609.110.000 - - 609.110.000

Laba Neto 136.329.000 - - 136.329.000

Sumber: PT. X

Page 66: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

54

Keterangan:

Penyusutan aset bukan bangunan kelompok I menggunakan tarif 25%.

Dan kelompok II menggunakan tarif 12,5%. Sedangkan untuk aset berwujud

bangunan menggunakan tarif 5%.

Dalam hal wajib pajak badan yang memiliki peredaran bruto tidak

melebihi Rp 4.800.000.000,- , maka dikenakan tarif 12,5%. Maka besarnya

pajak penghasilan terutang sebagai berikut:

PPh terutang = Tarif × (Peredaran bruto ­ Biaya yang boleh

dikurangkan)

Tarif × {Peredaran bruto ­ (HPP ­ Biaya operasional)}

= 12,5% × {Rp 1.488.989.000 ­ (Rp 743.550.000 +

Rp 609.110.000)}

= 12,5% × (Rp 1.488.989.000 ­ Rp 1.352.660.000)

= 12,5% × Rp 136.329.000

= Rp 17.041.125,-

Dari penghitungan tersebut didapatkan besarnya pajak penghasilan

terutang untuk tahun 2014 adalah sebesar Rp 17.041.125,-. Dari PPh terutang

yang didapatkan, maka Penghasilan Neto setelah pajak yaitu:

Rp 136.329.000 ­ Rp 17.041.125 = Rp 119.287.875. Pada tahun 2014

terdapat kredit pajak dari jasa teknik yang dilakukan PT.X, untuk mengetahui

berapa besar pajak kurang bayar pada tahun 2014, maka:

Page 67: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

55

PPh terutang kurang bayar = PPh terutang ­ Kredit Pajak

= Rp 17.041.125 ­ Rp 12.838.379

= Rp 4.202.746,-

Dari hasil penghitungan tersebut didapatkan PPh terutang kurang bayar tahun

2014 sebesar Rp 4.202.746,-.

4.2.2 Menghitung Besarnya Pajak Penghasilan Terutang Menggunakan

Tarif final 1%

Tabel 4.12

Penghitungan PPh Final 1%

Bulan Peredaran Bruto

Per bulan

(Rp)

Peredaran Bruto

Kumulatif

(Rp)

PPh terutang

Sebulan

(Rp) (1% × Peredaran Bruto)

Januari 107.005.056 107.005.056 1.070.051

Februari 69.660.817 176.665.873 696.608

Maret 68.940.700 245.606.573 689.407

April 95.757.332 341.363.905 957.573

Mei 114.056.982 455.420.887 1.140.570

Juni 170.696.216 626.117.103 1.706.962

Juli 152.328.056 778.445.159 1.523.281

Agustus 105.793.200 884.238.359 1.057.932

September 115.267.084 999.505.443 1.152.671

Oktober 217.261.399 1.216.766.842 2.172.614

November 114.140.072 1.330.906.914 1.141.401

Desember 158.082.086 1.488.989.000 1.580.821

Jumlah Rp 1.488.989.000,- Rp 14.889.891,-

Hasil dari penghasilan bruto sebesar Rp 1.488.989.000,-, didapatkan dari

penghasilan bruto per bulan yang dikalikan dengan tarif 1%, sehingga

Page 68: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

56

menghasilkan jumlah pajak penghasilan terutang dengan menggunakan

penghitungan Tarif Final 1% PP No. 46 Tahun 2013 sebesar Rp 14.889.891,-

4.2 Interprestasi Hasil

1. Besarnya pajak penghasilan terutang menggunakan metode pembukuan

adalah sebesar Rp 17.041.125,-. Hasil tersebut didapatkan dari menyusun

laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Laba Rugi dan Neraca Tahun

2014. Kemudian menghitung penghasilan neto dengan cara, peredaran

bruto sebesar Rp 1. 488.989.000,- dikurangi dengan harga pokok penjualan

sebesar Rp 743.550.000,- dan juga biaya-biaya operasional perusahaan

sebesar Rp 609.110.000,-. Biaya-biaya operasional perusahaan dalam

penghitungan ini harus mengikuti peraturan perpajakan yaitu UU No. 36

tahun 2008. Dimana biaya yang diakui dalam akuntansi belum tentu diakui

dalam fiskal dan membuat perbedaan laba menurut akuntansi dengan fiskal.

Dalam penghitungan laporan keuangan PT. X ini tidak terdapat perbedaan

dalam koreksi fiskal positif maupun koreksi fiskal negatif. Setelah didapat

hasil penghasilan neto sebesar Rp 136.329.000,-, penghasilan neto tersebut

dikalikan dengan tarif 12,5% pasal 31E ayat 1, yang merupakan tarif untuk

wajib pajak badan yang melakukan pembukuan dan peredaran brutonya

tidak melebihi Rp 4.800.000.000,-. Dan didapatkan hasil PPh terutang

sebesar Rp 17.041.125,-.

2. Peredaran bruto dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014 sebesar

Rp 1.488.989.000,-, belum mencapai Rp 4.800.000.000,- ini berarti PT. X

dapat menerapkan PP No. 46 tahun 2013. Besarnya pajak penghasilan

Page 69: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

57

terutang menggunakan perhitungan tarif final 1% yang diatur dalam PP No.

46 Tahun 2013 adalah sebesar Rp.14.889.891,-, hasil ini didapatkan dari

peredaran bruto setiap bulan yang dikalikan dengan tarif final 1%.

Peredaran bruto yang digunakan dalam penghitungan ini tidak perlu

dikurangi lagi dengan biaya-biaya operasional PT. X dan di rekonsiliasi

seperti pada metode pembukuan. PPh final 1% yang diatur PP No. 46 tahun

2013 ini tidak dapat dikurangkan dengan kredit pajak jasa teknik PPh pasal

23 seperti yang disajikan penulis diatas.

3. Pajak penghasilan terutang yang dihitung menggunakan metode pembukuan

menunjukkan hasil sebesar Rp 17.041.125,- sedangkan pajak penghasilan

terutang yang dihitung menggunakan tarif final 1% PP No. 46 tahun 2013

adalah sebesar Rp 14.889.891,-. Dari hasil tersebut terdapat selisih sebesar

Rp 2.151.234,- dalam penggunaan penghitungan PPh terutang diantara

kedua metode penghitungan tersebut. Dimana jumlah pajak penghasilan

terutang yang didapat dari penghitungan tarif final 1% PP No. 46 Tahun

2013 adalah sebesar Rp 14.889.891,- lebih kecil daripada menggunakan

metode pembukuan sebesar Rp 17.041.125,-.

4.3 Hasil Penelitian

Penghitungan pajak penghasilan terutang dengan menggunakan dua

penghitungan yang berbeda yaitu metode pembukuan dan tarif final 1% PP No.

46 Tahun 2013 ternyata menghasilkan selisih antara jumlah penghitungannya.

Selisih diantara keduanya yaitu sebesar Rp 2.151.234,-. Perbedaan tersebut

dikarenakan perbedaan pendapatan yang digunakan sebagai dasar pengenaan

Page 70: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

58

pajak dan juga biaya-biaya yang berbeda menurut akuntansi dan fiskal.

Perbedaan yang sangat terlihat yaitu dari dasar pengenaan pajak, dimana metode

pembukuaan menggunakan penghasilan neto dimana penghasilan bruto

dikurangi dengan biaya-biaya operasional perusahaan, yang juga membutuhkan

penyusunan seputar keuangan dengan lebih detail. Sedangkan penghitungan PP

No. 46 Tahun 2013 hanya menggunakan penghasilan bruto per bulan yang

dikalikan dengan tarif tertentu sesuai dengan peraturan perpajakan, tanpa harus

menguranginya dengan biaya-biaya operasional perusahaan. Biaya-biaya

operasional perusahaan yang terkait juga dengan rekonsilisasi fiskal dapat

menyebabkan perbedaan laba. Laba dapat menurun maupun naik tergantung

dengan biaya-biaya yang digunakan oleh perusahaan. Dengan menggunakan PP

No. 46 tahun 2013, pajak penghasilan terutang yang dibayarkan lebih kecil yaitu

sebesar Rp 14.889.891,- dibandingkan menggunakan metode pembukuan yang

menghasilkan pajak penghasilan terutang sebesar Rp 17.041.125,-.

Page 71: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis, maka penulis

mendapat kesimpulan bahwa:

1. Besarnya pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh PT. X

menggunakan metode Pembukuan adalah sebesar Rp 17.041.125,-.

2. Besarnya pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh PT. X

menggunakan PP No. 46 Tahun 2013 adalah sebesar Rp 14.889.891,-.

3. Dengan menggunakan PP No. 46 Tahun 2013, pajak penghasilan terutang

yang dibayarkan oleh PT. X lebih kecil dibandingkan menggunakan metode

pembukuan dengan penghematan sebesar Rp 2.151.234,- .

5.2 Saran

1. PT. X mengubah metode penghitungan menggunakan tarif final 1% atau

menggunakan PP No. 46 Tahun 2013. Dengan menggunakan tarif final 1%

PP No. 46 Tahun 2013, PPh yang terutang lebih kecil dan akan mengurangi

pengeluaran yang ada pada perusahaan.

2. Dengan menerapkan PP No. 46 Tahun 2013, PT. X dapat lebih mudah dan

sederhana dalam melakukan penghitungan, penyetoran, dan pelaporan

pajak penghasilan yang terutang. Sehingga PT. X tidak perlu lagi

mempekerjakan atau menggunakan jasa ahli dalam mengelola pajak

terutangnya.

Page 72: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta,

2013.

Harjo, Dwikora. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

Http://www.merdeka.com/uang/jumlah-umkm-indonesia-579-juta-terbanyak

dibanding-dengan-negara-lain.html(23 April 2015)

Juliandi, Azuar, Irfan, Saprinal Manurung. Metodologi Penelitian Bisnis: Konsep

Dan Aplikasi. Medan: UMSU Press, 2014.

Peraturan Perpajakan Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan

Pengusaha Dengan Peredaran Bruto Tertentu.

Resmi, Siti. Perpajakan:Teori dan Kasus. Edisi Delapan. Jakarta: Salemba

Empat,2014.

Sanusi, Anwar. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, 2012.

Syahdan, Saifhul Anuar, Asfida Parama Rani. Dimensi Keadilan Atas

Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib

Pajak. Jurnal Perpajakan, STIEI Kayutangi Banjarmasin, 2013.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Dan

Menengah.

Waluyo. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Waluyo. Perpajakan Indonesia. Edisi Sembilan. Jakarta. Salemba Empat, 2010.

Widjono. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.

Page 73: PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETAPKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

NamaMahasiswa

No. Induk Mhs.

Dosen Pembimbing

Mulai Bimbingan

Terakhir Bimbingan

LEMBAR KONST}LTASI

BIMBINGAN SKRIPSI MAI{ASISWA

Wiji Amarti

201t420029

MuhammadMasdar, SE., Ak., M.Ak

10 April2015

08 Agustus 2015

rakart4 8....*...8... *r,

Pembimbing,

I

I

Bab. lVlateri Bimbingan

l0 April2015

08 Mei 2015 Acc. Bab I-m

05 Mei 2015 Revisi Bab IV

01 Agustus 2015 Acc. Bab I-in

05 Agustus 2015 Acc. Bab Man Revisi Bab V

08 Agustus 2015

Mengetahui Kajur,

Ahmad Basid t{asibua4 SE., M.Si