perbandingan efektivitas disinfeksi glutaraldehid 2% …

75
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% DAN KLOROSILENOL 4,8% PADA INSTRUMEN PENCABUTAN GIGI DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL FKG USU PERIODE APRIL JUNI 2018 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi BERNARD NIM : 140600143 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSIGLUTARALDEHID 2% DAN KLOROSILENOL 4,8%

PADA INSTRUMEN PENCABUTAN GIGI DIDEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN

MAKSILOFASIAL FKG USU PERIODEAPRIL – JUNI 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

BERNARD

NIM : 140600143

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2018

Bernard

Perbandingan Efektivitas Disinfeksi Glutaraldehid 2% dan Klorosilenol 4,8%

Pada Instrumen Pencabutan Gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG

USU Periode April – Juni 2018

xxii + 51 halaman

Kontrol infeksi merupakan salah satu prosedur manajemen risiko yang efektif

dalam meningkatkan kualitas dan keamanan perawatan pada pasien serta kesehatan

dan keselamatan kerja operator. Disinfeksi merupakan salah satu tindakan kontrol

infeksi yang dilakukan dengan tujuan membunuh mikroorganisme yang terdapat pada

instrumen yang digunakan kembali, sehingga mencegah terjadinya infeksi silang

dalam klinik. Zat-zat yang dapat mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu dapat

mematikan bentuk spora mikroorganisme disebut disinfektan. Disinfektan yang

sering digunakan dalam kedokteran gigi yaitu Glutaraldehid dan Klorosilenol.

Penelitian ini merupakan eksperimental dengan post-test only control group

design. Sampel yang digunakan berupa tang molar rahang bawah yang telah

digunakan dalam prosedur pencabutan gigi. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok

sampel, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 18 instrumen. Pada kelompok

kontrol menggunakan larutan Klorosilenol 4,8% dan kelompok perlakuan

menggunakan larutan Glutaraldehid 2%. Instrumen direndam selama 1 jam untuk

kedua kelompok sampel, baik kelompok perlakukan maupun kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney setelah diuji

normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji analisis menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan antara efektivitas disinfeksi instrumen pencabutan gigi

menggunakan larutan Glutaraldehid 2% dan Klorosilenol 4,8%.

Daftar rujukan: 38 (2007 – 2017)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

Faculty of Dentistry

Department of Oral Surgery and Maxillofacial

Year 2018

Bernard

Comparison of Effectiveness Disinfection of Glutaraldehyde 2% and

Chloroxylenol 4,8% on Tooth Extraction Instruments in Department of Oral Surgery

and Maxillofacial in April – June 2018.

xxii + 51 pages

Infection control is one of the risk management procedure which is effective

in improving the quality and safety of patient as well as the operator. Disinfection is

one of infection control procedure that aims to kill microorganisms found on the

reused instrument to prevent cross infection in the clinic. Chemical substances that

can kill vegetative cells but not necessarily kill the spores of a microorganisms called

a disinfectant. Disinfectant that often used in dentistry are Glutaraldehyde and

Chloroxylenol.

This is an experimental study with post-test only control group design. Lower

molar extraction forceps used as samples. In this study, sample were divided into 2

groups consisting of 18 instruments. Chloroxylenol 4,8% was used as control group

while Glutaraldehyde 2% was used as treatment group. Instrument soaked for 1 hour

both groups, treatment group and control group.

The results were statistically analyzed using Mann-Whitney test after the

normality of data tested with Shapiro-Wilk. The result of the analysis test showed a

significant difference between the effectiveness of disinfection of tooth extraction

instruments using Glutaraldehyde 2% and Chloroxylenol 4,8%.

References: 38 (2007 – 2017)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 8 Agustus 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Isnandar, drg., Sp.BM

2. Ahyar Riza, drg., Sp.BM

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Perbandingan Efektivitas Disinfeksi Glutaraldehid 2% dan

Klorosilenol 4,8% pada Instrumen Pencabutan Gigi di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial FKG USU Periode April – Juni 2018” yang merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan,

bantuan, motivasi, saran-saran serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah

Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara.

3. Ahyar Riza, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial Fakults Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas

bantuan dan motivasinya

5. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K)., dan Widi Prasetia, drg selaku dosen

pembimbing akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

selama menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

6. Kepada keluarga yang senantiasa menyayangi, mendoakan, dan

mendukung penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

v

7. Mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah banyak membantu dalam

melakukan penelitian di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG

USU.

8. Rekan satu dosen pembimbing penulis, Arisya, Evelin, Jasmine, Jeanie,

dan Khairunisah yang saling membantu dan memberikan masukan

terhadap tugas akhir.

9. Sahabat tercinta penulis, rekan mahasiswa FKG USU stambuk 2014 dan

rekan-rekan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG

USU yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu yang telah membantu dan

memberikan semangat dan dukungan untuk penulis agar menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki

menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran, dan kritik membangun.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan hasil ini dapat memberikan manfaat

dan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas

Kedokteran Gigi khususnya Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.

Medan, 30 Juli 2018

Penulis

(Bernard)

NIM. 140600143

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI.......................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

DAFTAR TABEL....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 11.2 Rumusan Masalah......................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 31.4 Hipotesis ....................................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi Gigi................................................................................ 52.2 Infeksi Silang dalam Kedokteran Gigi.......................................... 62.2.1 Jalur Penyebaran Infeksi ............................................................. 62.2.2 Klasifikasi Instrumen Kedokteran Gigi ...................................... 72.2.3 Kontrol Infeksi ............................................................................ 102.3 Disinfeksi dalam Kedokteran Gigi................................................ 112.3.1 Definisi Disinfeksi ...................................................................... 112.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kerja Disinfektan .......................... 122.3.3 Jenis-Jenis Disinfeksi.................................................................. 132.3.4 Metode Disinfeksi ....................................................................... 142.3.4.1 Metode Panas ........................................................................... 142.3.4.2 Metode Kimia .......................................................................... 152.3.5 Disinfektan dalam Kedokteran Gigi ........................................... 152.3.5.1 Alkohol .................................................................................... 152.3.5.2 Aldehid..................................................................................... 152.3.5.3 Bisguanid ................................................................................. 172.3.5.4 Senyawa Halogen..................................................................... 17

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

vii

2.3.5.5 Fenol dan Derivatnya ............................................................... 172.3.5.5.1 Klorosilenol........................................................................... 182.4 Mikroorganisme dalam Kedokteran Gigi ..................................... 182.4.1 Streptococcus sp.......................................................................... 192.4.2 Staphylococcus sp. ...................................................................... 192.4.3 Lactobacillus sp. ......................................................................... 202.5 Infeksi Nosokomial ....................................................................... 202.5.1 Hepatitis ...................................................................................... 212.5.2 Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) ........................ 222.6 Kerangka Teori. ............................................................................ 232.7 Kerangka Konsep.......................................................................... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 253.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 253.2.1 Lokasi Penelitian......................................................................... 253.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 253.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 253.3.1 Populasi....................................................................................... 253.3.2 Sampel......................................................................................... 263.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................... 263.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................ 263.4.2 Kriteria Eksklusi ......................................................................... 263.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operational ................................ 263.6 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 283.6.1 Alat.............................................................................................. 283.6.2 Bahan .......................................................................................... 293.7 Prosedur Penelitian ........................................................................ 293.7.1 Prosedur Pengambilan Sampel ................................................... 293.7.2 Prosedur Pembuatan Media PCA................................................ 323.7.3 Prosedur Pembuatan Garam Fisiologis ....................................... 333.7.4 Sterilisasi Petri ............................................................................ 343.7.5 Pengenceran dan Persiapan Media.............................................. 353.7.6 Perhitungan Jumlah Mikroorganisme ......................................... 363.7.7 Pembuatan Biakan Murni ........................................................... 363.7.8 Pewarnaan dan Pengamatan Bakteri ........................................... 373.8 Alur Penelitian............................................................................... 383.9 Analisis Data.................................................................................. 393.10 Etika Penelitian ............................................................................ 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................... 40

BAB 5 PEMBAHASAN............................................................................. 44

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

viii

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan.................................................................................... 486.2 Saran .............................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 49

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jalur penyebaran infeksi di klinik gigi .................................................. 7

2. Peralatan kritis....................................................................................... 8

3. Peralatan semikritis ............................................................................... 9

4. Peralatan nonkritis................................................................................. 9

5. Instrumen yang digunakan sebagai sampel........................................... 31

6. Tang direndam dalam larutan glutaraldehid 2% ................................... 31

7. Tang direndam dalam larutan klorosilenol 4,8% .................................. 32

8. Paruh tang direndam dalam larutan saline ............................................ 32

9. Wadah sampel ditutup rapat dan diberi label ........................................ 32

10. Pemanasan media Place Count Agar .................................................... 33

11. Penimbangan NaCl................................................................................ 34

12. Cawan petri dibungkus kertas ............................................................... 34

13. Sterilisasi cawan petri dengan autoklaf................................................. 34

14. Pengenceran sampel .............................................................................. 35

15. Tabung diforteks agar larutan homogen ............................................... 35

16. Sampel sebanyak 1ml di plating ke media PCA................................... 36

17. Cawan petri dibungkus plastic wrap dan diberi label........................... 36

18. Dari biakan murni sampel diambil dengan ose steril ............................ 37

19. Diberi zat warna kristal violet ............................................................... 37

20. Dibilas dengan aseton alkohol .............................................................. 37

21. Diberi zat warna safranin ...................................................................... 37

22. Koloni bakteri pada tang molar rahang bawah setelah didisinfeksi

dengan larutan glutaraldehid (A) dan larutan klorosilenol (B) ............. 40

23. Bakteri gram negatif setelah dilakukan pewarnaan bakteri .................. 47

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

x

DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

1. Jumlah koloni bakteri setelah didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid

2% ......................................................................................................... 41

2. Jumlah koloni bakteri setelah didisinfeksi dengan larutan klorosilenol

4,8% ...................................................................................................... 42

3. Rata-rata jumlah bakteri dari kedua kelompok perlakuan .................... 42

4. Hasil perhitungan uji normalitas dan signifikan data antara dua

kelompok perlakuan .............................................................................. 43

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Riwayat Hidup ..................................................................... xii

2. Biaya Penelitian .............................................................................. xiii

3. Jadwal Kegiatan .............................................................................. xiv

4. Surat Izin Penelitian ........................................................................ xv

5. Ethical Clearance............................................................................ xvi

6. Gambar Jumlah Koloni Bakteri pada PCA ..................................... xvii

7. Hasil Uji Total Plate Count dan Pewarnaan Gram ......................... xxi

8. Tabel Hasil Perhitungan Statistik.................................................... xxii

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencabutan atau ekstraksi gigi merupakan salah satu upaya kuratif yang

banyak dilakukan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi penyakit gigi dan mulut

secara nasional sebesar 25,9%, indeks DMF-T masyarakat Indonesia secara nasional

sebesar 4,6 dengan komponen terbesar adalah gigi yang dicabut (missing) yaitu

sebesar 2,9. Di Sumatera Utara indeks DMF-T mencapai 3,6 dengan komponen

terbesar pada missing yaitu sebesar 2,3. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata

penduduk Indonesia mempunyai 3 gigi yang sudah dicabut atau menjadi indikasi

pencabutan gigi.1,2

Dalam menjalankan profesinya, dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan

untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme

dalam darah dan saliva penderita.3 Menurut American Dental Association (ADA),

diperkirakan dokter gigi dan pasien mungkin terpapar oleh sekitar 40 jenis penyakit

menular saat melakukan prosedur perawatan rutin.4 Tindakan ekstraksi gigi juga

merupakan salah satu jenis tindakan yang memiliki risiko tinggi dalam penularan

infeksi. Banyak pasien dan tenaga medis di kedokteran gigi yang beresiko untuk

tertular mikroorganisme patogen termasuk cytomegalovirus (CMV), HBV, HCV,

herpes simplex virus tipe 1 dan 2, HIV, Mycobacterium tuberculosis,

staphylococcus, streptococcus, serta berbagai macam virus, bakteri yang

berkolonisasi serta menginfeksi rongga mulut dan saluran pernafasan.1,3

Infeksi silang adalah masalah utama dalam kedokteran gigi. Kedokteran gigi

merupakan salah satu bidang yang rawan untuk terjadinya infeksi silang antara

pasien-dokter gigi, pasien-pasien dan pasien-perawat.5 Bidang kerja kedokteran gigi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

2

yang tidak lepas dari kemungkinan untuk berkontak langsung atau tidak langsung

dengan mikroorganisme dalam rongga mulut pasien, menyebabkan pengendalian

infeksi dibutuhkan dalam berbagai tindakan perawatan di bidang kedokteran gigi

termasuk tindakan ekstraksi gigi.1

Adanya penyakit infeksi yang disebabkan mikroorganisme menimbulkan

keinginan manusia untuk meneliti dan berusaha mencegah atau mengurangi angka

kejadiannya, salah satu cara yang dikembangkan adalah melalui prosedur sterilisasi

dan disinfeksi. Melalui prosedur ini diharapkan mikroorganisme yang terdapat pada

alat-alat kedokteran gigi yang digunakan dapat dihilangkan atau diminimalkan

jumlahnya, sehingga hal ini dapat menjadi salah satu usaha pencegahan infeksi silang

di bidang medis.6

Semua pasien yang terinfeksi tidak dapat dengan mudah diidentifikasi,

maka pencegahan secara rutin harus tetap dilakukan. Tindakan kontrol infeksi rutin

dapat dilakukan untuk membatasi atau mengurangi kontaminasi silang seperti

mencuci tangan rutin / bedah, menggunakan penutup kepala, masker, sarung tangan,

kacamata pelindung, melakukan vaksinasi, menggunakan alat sekali pakai dan

mensterilisasi atau mendisinfeksi instrumen yang digunakan kembali. Disinfeksi

dibagi menjadi tiga golongan yaitu disinfeksi tingkat tinggi, tingkat menengah dan

tingkat rendah. Disinfeksi tingkat tinggi dapat membunuh seluruh mikroorganisme,

kecuali spora. Glutaraldehid termasuk kedalam disinfeksi tingkat tinggi, sedangkan

klorosilenol termasuk disinfektan tingkat menengah. Pembersihan instrumen harus

selalu dilakukan dengan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi.7

Penelitian yang dilakukan oleh Ganavadiya et al tahun 2014 mengenai

efektivitas tiga jenis disinfektan yaitu glutaraldehid, hidrogen peroksida dan etil

alkohol menunjukkan hidrogen peroksida memiliki efektivitas paling baik setelah

autoklaf, kemudian diikuti oleh glutaraldehid.8 Penelitian lain yang dilakukan oleh

Almeida et al tahun 2012 mengenai evaluasi metode disinfeksi terhadap orthodontic

pliers menunjukkan bahwa hanya perendaman dalam larutan glutaraldehid 2% yang

mampu mendekontaminasi semua pliers dan secara statistik lebih unggul dari metode

lainnya, menggunakan sikat, sabun,air dan pengolesan dengan kapas yang direndam

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

3

dalam etil alkohol 70%.4 Penelitian yang dilakukan Ochie K dan Ohagwu CC tahun

2009 menunjukkan bahwa natrium hipoklorit 3,5% paling efektif dalam

mendisinfeksi peralatan dan aksesoris x-ray diikuti oleh methylated spirit dan

klorosilenol 4,8% serta diklorosilenol 2%.9

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU memiliki tenaga

kesehatan dokter gigi spesialis, dokter gigi umum dan mahasiswa kepaniteraan

klinik. Instrumen yang digunakan merupakan alat yang dipakai berulang kali.

Sebagai suatu tindakan kontrol infeksi, alat-alat tersebut harus didisinfeksi sebagai

prosedur standard precaution setiap selesai digunakan. Berdasarkan uraian di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan efektivitas

disinfeksi dengan larutan glutaraldehid dan klorosilenol pada instrumen pencabutan

gigi di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode April – Juni 2018.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penilitian ini adalah: Apakah

ada perbandingan efektivitas disinfeksi dengan menggunakan larutan gluataraldehid

dan klorosilenol pada instrumen pencabutan gigi yang digunakan di Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU periode April – Juni 2018.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

perbedaan efektivitas disinfeksi menggunakan larutan glutaraldehid dan klorosilenol

melalui perbedaan jumlah kolonisasi bakteri pada instrumen pencabutan gigi setelah

dilakukan disinfeksi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU

periode April – Juni 2018.

1.4. Hipotesis

Ho: Tidak ada perbedaan efektivitas disinfeksi instrumen pencabutan gigi

menggunakan larutan glutaraldehid 2% dan klorosilenol 4,8% terhadap jumlah

kolonisasi bakteri pada instrumen.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

4

Ha: Ada perbedaan efektivitas disinfeksi instrumen pencabutan gigi

menggunakan larutan glutaraldehid 2% dan klorosilenol 4,8% terhadap jumlah

kolonisasi bakteri pada instrumen.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui perbedaan efektivitas disinfeksi instrumen pencabutan

gigi menggunakan larutan glutaraldehid 2% dan klorosilenol 4.8% pada instrumen

pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU, maka

diharapkan :

1. Hasil penelitian dapat memberi informasi dan sumbangan ilmu

pengetahuan khususnya kepada Departemen Bedah Mulut FKG USU mengenai

efektivitas disinfeksi menggunakan larutan glutaraldehid 2% dan klorosilenol 4.8%

pada instrumen pencabutan gigi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti,

dokter gigi dan instansi lainnya berkaitan dengan berbagai macam teknik disinfeksi

pada alat pencabutan gigi sebagai usaha pencegahan infeksi silang.

3. Dapat memberikan manfaat perlindungan bagi pasien dan tenaga kerja

medis untuk mencegah terjadinya infeksi silang.

4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi Gigi

Eksodonsia merupakan cabang dari ilmu kedokteran gigi yang berhubungan

dengan proses pencabutan gigi. Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan bedah yang

bertujuan untuk melepaskan gigi dari soketnya karena gigi tidak dapat dipertahankan

lagi dalam rongga mulut. Ekstraksi gigi adalah suatu prosedur yang

mengkombinasikan prinsip-prinsip bedah, prinsip dasar fisika dan mekanis. Apabila

ketiga prinsip ini diterapkan dengan benar saat melakukan ekstraksi gigi, maka gigi

dapat dikeluarkan dari tulang alveolar dengan baik tanpa perlu kekuatan yang besar

atau kekuatan yang tidak diinginkan dari operator. Menurut Jeffrey dan Howe,

ekstraksi gigi yang ideal dapat diartikan sebagai proses pencabutan gigi atau akar

gigi secara utuh tanpa rasa sakit dengan trauma seminimal mungkin pada jaringan

sekitarnya, sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan

meminimalisasi masalah prostetik paska-bedah.10,11

Prosedur ekstraksi gigi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:12

1. Tahap pertama adalah memisahkan gigi dari jaringan lunak sekitarnya dengan

menggunakan desmotom atau bein. Gigi anterior dipisahkan dari jaringan

sekitarnya menggunakan desmotom lurus, sedangkan untuk gigi posterior

menggunakan desmotom yang melengkung.

2. Tahap kedua adalah mengambil atau mengangkat gigi dari soket menggunakan

tang atau bein. Setiap ekstraksi gigi harus menggunakan tang yang sesuai untuk

proses ekstraksi gigi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

6

2.2 Infeksi Silang dalam Kedokteran Gigi

Infeksi terjadi ketika mikroorganisme patogen mendapatkan jalan masuk ke

dalam jaringan tubuh. Mikroorganisme utama yang terlibat dalam transmisi suatu

penyakit antara lain berupa bakteri, virus, jamur dan protozoa yang tidak dapat

dilihat secara kasat mata. Infeksi silang adalah suatu infeksi yang ditularkan antar

individu yang terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Pada

lingkungan kedokteran gigi bedah, kejadian ini dapat terjadi melalui kontak langsung

maupun kontak tidak langsung. Infeksi silang dapat terjadi melalui jalur sebagai

berikut yaitu antar pasien, dokter gigi beserta staf, instrumen dan udara.

Mikroorganisme banyak sekali terdapat di rumah sakit atau klinik, karena disanalah

pusat orang sakit yang mungkin membawa mikroorganisme yang membahayakan.

Rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentu tak lepas dari pengobatan dan

perawatan bagi pasien penderita infeksi, dengan kemungkinan mikroorganisme

sebagai penyebabnya.13,14

2.2.1 Jalur Penyebaran Infeksi

Mikroorganisme dapat dilepaskan dari mulut secara alami selama proses

perawatan seperti pada waktu batuk, bersin dan berbicara. Penyebaran

mikroorganisme dapat juga terjadi secara tidak langsung, misalnya disebarkan

melalui media yang terkontaminasi seperti tangan operator, alat kedokteran gigi,

jarum, tang dan lain sebagainya.15 Apabila tindakan kontrol infeksi tidak dilakukan,

maka akan terjadi penularan infeksi melalui jalur penyebaran mikroorganisme

sebagai berikut (Gambar 1): 13,15

1. Kontak langsung: Menyentuh langsung jaringan lunak atau lesi infeksi, darah,

saliva atau muntahan dari pasien yang terinfeksi dimana mikroorganisme

langsung masuk atau penetrasi ke dalam tubuh operator melalui luka kecil pada

kulit, membran mukosa atau sekitar jari-jari tangan operator.

2. Kontak tidak langsung: Mikroorganisme masuk kedalam tubuh melalui media

atau objek perantara yang terkontaminasi membawa mikroorganisme patogen

yang berasal dari darah atau saliva pasien, contohnya cedera inokulasi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

7

disebabkan oleh instrumen yang terkontaminasi / tidak disterilisasi dengan baik

setelah digunakan.

3. Percikan: Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaringeal dalam bentuk

spatter dan aerosol yang dihasilkan dari prosedur perawatan yang

menggunakan handpiece, skeler ultrasonik dan semprotan air.

2.2.2 Klasifikasi Instrumen Kedokteran Gigi

Untuk menentukan tingkat sterilisasi/disinfeksi yang layak, maka alat-alat

digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya sebagai berikut:

1. Peralatan Kritis

Alat-alat yang berkontak langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu

semua struktur atau jaringan yang tertutup kulit atau mukosa, karena semua ini

mudah terserang infeksi. Peralatan kritis harus steril sebelum digunakan atau

merupakan peralatan sekali pakai. Termasuk kategori ini yaitu tang pencabutan gigi,

elevator, flep retraktor, handpiece dan bur, jarum suntik, skalpel, jarum jahit dan

peralatan implantasi (Gambar 2). 5,16

Gambar 1. Jalur penyebaran infeksi di klinik gigi.15

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

8

Apabila memungkinkan sebaiknya peralatan disterilisasi dengan autoklaf.

Peralatan kritikal harus segera digunakan setelah disterilisasi atau dikemas setelah

disterilisasi dan tetap berada dalam kemasan hingga digunakan. Apabila penggunaan

autoklaf tidak memungkinkan, disinfeksi yang sangat baik dapat dicapai dengan

menggunakan bahan kimia yang terdaftar pada US Environmental Protection Agency

(EPA). 5,16

Gambar 2. Peralatan Kritis.36

2. Peralatan Semikritis

Alat-alat yang bisa bersentuhan tetapi sebenarnya tidak dipergunakan untuk

penetrasi ke membran mukosa mulut. Peralatan semikritis yang terkontaminasi

tersebut tidak membawa kontaminan ke daerah steril di dalam tubuh. Kaca mulut dan

instrumen diagnostik, instrumen restorasi, probe dan sendok cetak termasuk ke

dalam kategori ini (Gambar 3). 5,16

Instrumen harus tetap disterilisasi bila memungkinkan atau dilapisi

pelindung apabila instrumen tidak dapat disterilisasi. Setelah disterilisasi /

didisinfeksi peralatan semikritis harus disimpan dalam kemasan dan disimpan dalam

lemari tetutup atau lemari khusus instrumen untuk mencegah instrumen

terkontaminasi kembali. Instrumen harus disterilkan setiap selesai digunakan atau

merupakan peralatan sekali pakai. 5,16

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

9

Gambar 3. Peralatan Semikritis.36

3. Peralatan Nonkritis

Peralatan yang biasanya tidak berkontak dengan membran mukosa. Ini

meliputi alat pengukur tekanan darah, stetoskop, busur wajah, dappen dish, kacamata

pelindung, pengontrol posisi kursi, kran yang dioperasikan dengan tangan, dan

pengontrol kotak untuk melihat gambar sinar-X (Gambar 3). 5,16

Secara umum, pembersihan menggunakan air dan sabun sudah cukup.

Apabila terkontaminasi dengan darah dan/ atau saliva, maka alat harus dilap dengan

handuk pengisap kemudian didisinfeksi dengan larutan anti-kuman yang cocok,

misalnya clorox atau natrium hipoklorit, penggunaan natrium hipoklorit harus hati-

hati karena bersifat korosif terhadap logam. 5,16

Gambar 4. Peralatan Nonkritis.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

10

Dekontaminasi diperlukan untuk meminimalisasi risiko terhadap infeksi

silang antara pasien dengan pasien atau operator. Terdapat beberapa cara untuk

dekontaminasi alat-alat bekas pakai yaitu:17

1. Sterilisasi adalah proses membunuh dan menghilangkan semua

mikroorganisme dan spora dalam suatu material atau objek dengan metode

steam, fisis, khemis maupun mekanis.

2. Disinfeksi yaitu proses membunuh atau menghilangkan sel-sel vegetatif yang

menyebabkan infeksi namun tidak mematikan sporanya baik secara fisis

maupun khemis.

3. Antiseptis yaitu merupakan cara pengaplikasian bahan kimia secara eksternal

pada permukaan benda hidup (kulit atau mukosa) untuk menghancurkan

mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya, oleh karena itu semua

agen antiseptik dapat digunakan untuk disinfeksi, tetapi tidak semua disinfektan

dapat digunakan sebagai antiseptik karena toksisitasnya.

Alat-alat yang umum digunakan pada suatu proses ekstraksi gigi adalah tiga

serangkai (sonde, pinset dan kaca mulut), bein, tang, karpul dan jarum suntik. Bein

merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam prosedur ekstraksi gigi. Alat

ini digunakan untuk melonggarkan gigi dari soket pada tulang sekitarnya, sehingga

memudahkan pengangkatan gigi dengan tang dan juga mencegah terjadinya retaknya

mahkota, akar dan tulang.11 Sebagian besar alat yang digunakan pada proses

ekstraksi gigi digolongkan dalam peralatan kritis, dimana disarankan untuk

mensterilisasi alat dengan autoklaf setelah digunakan. Apabila tidak memungkinkan,

maka disinfeksi tingkat tinggi dapat dilakukan sebagai upaya kontrol infeksi.

2.2.3 Kontrol Infeksi

Kontrol infeksi merupakan salah satu bagian terpenting dalam prosedur

manajemen risiko yang efektif dalam meningkatkan kualitas dan keamanan

perawatan pada pasien serta kesehatan dan keselamatan kerja operator.13 Kontrol

infeksi dalam kedokteran gigi bertujuan untuk mencegah transmisi dari penyakit

infeksius dan berdasarkan asumsi bahwa semua pasien berpotensi infeksius.18

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

11

Tenaga kesehatan dalam bidang kedokteran gigi diharapkan selalu mengasumsikan

bahwa setiap pasien yang datang berpotensi membawa suatu infeksi.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kontrol infeksi

yang efektif antara lain:5,18

1. Evaluasi pasien melalui riwayat kesehatan dan kesehatan gigi dengan teliti

sebelum melakukan perawatan adalah kewajiban dan diperbaharui pada setiap

kunjungan.

2. Kebersihan pribadi dengan mencuci tangan dengan sabun cair antimikrobial,

menutup luka yang terbuka, berambut pendek atau diikat, kuku harus bersih

dan tidak boleh panjang serta melepaskan perhiasan yang ada pada tangan atau

pergelangan.

3. Proteksi diri mengenakan sarung tangan baru untuk setiap pasien, sarung

tangan steril untuk pembedahan, menggunakan jubah pelindung yang diganti

setiap harinya dan tidak melebihi siku agar tangan dapat dicuci sampai ke siku,

menggunakan pelindung mata dan muka serta penggunaan rubber dam untuk

meminimalisasi aerosol.

4. Sterilisasi dan disinfeksi instrumen, material dan permukaan sesuai dengan

pedoman yang berlaku dan membuang sampah klinis sesuai dengan pedoman

yang berlaku.

5. Imunisasi sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam bidang kedokteran

gigi seperti vaksin hepatitis B, campak, herpes dan vaksin-vaksin lainnya.

Oleh karena kebanyakan pasien kedokteran gigi tidak menimbulkan gejala

infeksi dan tidak menyadari bahwa dirinya infeksius, maka disarankan untuk

merawat semua pasien dengan tindakan pencegahan yang sama yang kita kenal

sebagain standard or universal precautions.19

2.3 Disinfeksi dalam Kedokteran Gigi

2.3.1 Definisi Disinfeksi

Pada prinsipnya sterilisasi di kedokteran gigi disesuaikan dengan alat atau

bahan yang disterilkan. Sterilisasi merupakan metode yang paling aman dan efektif

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

12

dalam pemrosesan alat, tetapi peralatan sterilisasi sering tidak tersedia. Dalam

keadaan ini, disinfeksi tingkat tinggi merupakan alternatif yang dapat diterima.15,20

Disinfeksi adalah proses menghancurkan sel-sel vegetatif yang

menyebabkan infeksi namun tidak mematikan sporanya. Zat kimia yang dapat

mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu dapat mematikan bentuk-bentuk spora

mikroorganisme penyebab penyakit dikenal dengan nama disinfektan. Disinfektan

digunakan terhadap benda mati, tidak bisa digunakan pada benda hidup karena dapat

menyebabkan korosi atau iritasi kulit. Disinfektan yang paling baik adalah yang

bersifat tuberkolosidal dan virusidal.15

Sifat disinfektan yang ideal, antara lain:15

a) Spektrum luas

b) Bekerjanya cepat

c) Tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik

d) Tidak toksik

e) Kecocokan permukaan

f) Tidak mempunyai efek sisa pada permukaan yang didisinfeksi

g) Mudah penggunaanya

h) Tidak berbau

i) Ekonomis

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kerja Disinfektan

Efisiensi dari cairan disinfektan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,

meliputi:21

1. Konsentrasi Zat Kimia

Konsentrasi zat kimia mempunyai efek terhadap kecepatan saat membunuh

/ menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Semakin tinggi konsentrasi zat kimia

maka semakin cepat mikroorganisme akan terbunuh. Konsentrasi dari suatu zat kimia

tidak boleh ditentukan semaunya, tetapi harus mempertimbangkan efek toksik

terhadap jaringan lunak dan efek yang merusak benda mati yang akan didisinfeksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

13

2. Waktu Paparan

Semua mikroorganisme tidak dapat dibunuh dalam waktu yang sama.

Mikroorganisme yang sensitif akan lebih cepat terbunuh dibanding mikroorganisme

yang resisten. Semakin lama waktu paparan zat terhadap objek yang akan

didisinfeksi, maka efek antimikrobialnya akan lebih besar, akan tetapi operator harus

mempertimbangkan toksiksistas dan pengaruhnya terhadap lingkungan kerja sekitar.

3. Spesies Mikroorganisme

Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda

terhadap bahan kimia. Spora bakteri merupakan jenis mikrooganisme yang paling

sukar dibunuh atau resisten. Ada atau tidak adanya kapsul, sifat keasaman pada

mikroorganisme, dan proses metabolisme mikroorganisme juga mempengaruhi

efektivitas dari suatu disinfektan.

4. Keadaan Lingkungan

Keadaan lingkungan yang mempengaruhi efektivitas suatu disinfektan,

yaitu suhu, derajat keasaman (pH) dan efek dari bahan / unsur organik.

2.3.3 Jenis-Jenis Disinfeksi

Disinfeksi dibagai menjadi 3 kelompok berdasarkan aktivitas

antimikrobialnya, antara lain:8,22

a) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

Disinfeksi tingkat tinggi mampu membunuh seluruh mikroorganisme

terkecuali spora dalam jumlah yang banyak. Disinfeksi tingkat tinggi disarankan

untuk instrumen yang tidak tahan panas dan disarankan untuk peralatan semikritis

dengan metode panas (pasteurisasi) atau perendaman. Disinfektan yang digunakan

adalah glutaraldehid, ortho-phthaladehyde, kombinasi glutaraldehid dengan fenol /

isopropanol, hidrogen peroksida dan golongan klorin.

b) Disinfeksi Tingkat Menengah

Disinfeksi tingkat menengah mampu membunuh bakteri vegetatif,

mycobacteria, sebagian besar virus dan jamur, tetapi tidak membunuh spora.

Disinfeksi tingkat menengah disarankan untuk peralatan nonkritis dan permukaan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

14

yang terkontaminasi darah. Disinfektan yang digunakan adalah produk berbahan

dasar klorin, golongan fenol dan hidrogen peroksida.

c) Disinfeksi Tingkat Rendah

Disinfeksi tingkat rendah hanya mampu membunuh bakteri vegetatif,

sebagian jamur dan virus, tetapi tidak membunuh mycobacteria dan spora. Disinfeksi

tingkat rendah disarankan untuk peralatan nonkritis dan permukaan yang tidak

terkontaminasi darah. Disinfektan yang digunakan adalah produk berbahan dasar

klorin, golongan fenol, hidrogen peroksida, ammonium kuarterner dan alkohol (70%-

90%).

2.3.4 Metode Disinfeksi

Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah proses untuk membunuh semua

mikroorganisme, sebagian dari spora bakteri terbunuh. Metode disinfeksi terdiri dari

metode panas dan metode kimia.20

2.3.4.1 Metode Panas

Metode panas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:17,20

1. Pasteurisasi

Suatu cara disinfeksi dengan pemanasan untuk pertama kalinya dilakukan

oleh Pasteur. Dalam proses pasteurisasi hanyalah membunuh bakteri patogen dan

bakteri penyebab busuk. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit. Proses ini

umumnya digunakan untuk mencegah susu dari kontaminasi M. tuberculosis,

Campylobacter dan bakteri patogen lainnya.

2. Merebus dalam Air Mendidih

Proses ini tidak dapat membunuh endospora bakteri sehingga tidak dapat

mencapai keadaan steril. Lama waktu perebusan yang baik adalah 20 menit atau

dengan penjenuhan dengan jumlah besar disinfektan selama 30 menit misalnya

dengan menggunakan glutaraldehid atau H2O2. Cara ini tidak adekuat untuk

mensterilisasi alat kedokteran gigi.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

15

2.3.4.2 Metode Kimia

Salah satu tindakan pencegahan yang digunakan adalah dengan

menggunakan bahan-bahan kimia berupa cairan disinfektan. Bahan-bahan kimia

yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme adalah golongan aldehid

seperti glutaraldehid dan formaldehid, golongan halogen seperti yodium, klor sampai

dengan molekul organik kompleks seperti senyawa ammonium kuartener.15

Prosedur kerja disinfeksi secara kimia adalah sebagai berikut:15

1. Alat-alat yang telah didekontaminasi dan dicuci lalu dikeringkan.

2. Rendam alat dalam larutan kimia, lamanya perendaman tergantung pada

instruksi dari pabrik.

3. Bilas alat yang sudah dikeluarkan dari rendaman disinfektan dengan aquades

steril sampai larutan kimianya hilang.

4. Keringkan dengan handuk steril.

2.3.5 Disinfektan dalam Kedokteran Gigi

2.3.5.1 Alkohol

Etil alkohol atau propil alkohol 70% dalam air berguna untuk tindakan

asepsis kulit sebelum prosedur penyuntikan dan cuci tangan bedah dengan brush.

Kombinasi alkohol dengan aldehid dapat digunakan sebagai disinfeksi permukaan

dalam bidang kedokteran gigi. Penguapan yang berlangsung cepat dari permukaan

yang didisinfeksi akan membatasi aktivitas alkohol terhadap bakteri yang

diselubungi protein dan virus. Kendala lain dari penggunaan alkohol meliputi sifat

mengorosi permukaan logam, kurangnya aktivitas sporisidal, mudah terbakar dan

dapat merusak bahan-bahan tertentu seperti plastik dan penutup vinil.15

2.3.5.2 Aldehid

Glutaraldehid merupakan disinfektan yang paling popular digunakan dalam

bidang kedokteran gigi di beberapa wilayah, dan dilarang di sebagian wilayah.

Mekanisme kerja aldehid adalah memecah ikatan hidrogen dan medenaturasi protein.

Senyawa aldehid yang dikenal ada 2, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

16

a) Glutaraldehid

Glutaraldehid merupakan zat disinfektan tingkat tinggi yang paling banyak

digunakan dalam mendisinfeksi endoskopi. Aktivitas biosida glutaraldehid

merupakan konsekuensi dari alkilasi sulfhidril, hidroksil, karboksil dan gugus amino,

yang mengubah RNA, DNA dan sintesis protein dalam mikroorganisme.

Berdasarkan data penelitian, disinfeksi tingkat tinggi dapat dicapai dengan

pemaparan minimal 20 menit pada suhu ruang (20oC) untuk konsentrasi

glutaraldehid 2% yang merupakan konsentrasi minimal untuk disinfeksi tingkat

tinggi.31

Glutaraldehid telah digunakan selama 30 tahun di dunia kesehatan, salah

satu kelebihan glutaraldehid yaitu aktivitas antimikrobial yang sangat baik, efektif

terhadap sel vegetatif bakteri, jamur, spora, virus serta M. tuberculosis. Keunggulan

lainnya yaitu murah, tidak korosif terhadap metal, karet, dan plastik, tidak bersifat

karsinogen, beberapa produk yang tergolong disinfektan tingkat tinggi memerlukan

waktu yang lebih singkat, tetapi suhu yang lebih tinggi. Larutan ini digunakan untuk

mensterilkan peralatan medis, tetapi membutuh waktu yang lama untuk mencapai

keadaan steril. Bahan ini merupakan bahan alternatif sebagai sterilisator perendam,

untuk benda-benda yang tidak tahan panas. Metode ini juga dikenal dengan sterilisasi

dingin.15,31

Glutaraldehid juga memiliki beberapa kekurangan seperti paparan

glutaraldehid mungkin menyebabkan iritasi kulit atau dermatitis, iritasi membran

mukosa (hidung, mata, mulut), atau gejala paru (epistaksis, rinitis, asma) terhadap

tenaga kesehatan yang terpapar larutan glutaraldehid. Glutaraldehid juga dapat

menyebabkan mual, muntah dan kolitis, memiliki bau yang menyengat, aktifitas

mikobakterial yang lambat, dan dapat membentuk biofilm. Kekurangan dari

glutaraldehid dapat diatasi dengan menggunakan pelindung yang sesuai (sarung

tangan berbahan nitril atau butyl) untuk tenaga kesehatan dan apabila kulit terpapar

oleh glutaraldehid maka harus dicuci selama 15-20 menit serta membuat ventilasi

ruangan yang adekuat sesuai dengan AAMI(2010) dan OSHA(2006).31

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

17

b) Formaldehid

Persenyawaan ini berbentuk gas, keadaan stabil hanya pada konsentrasi

tinggi dan suhu yang tinggi. Formaldehid diperdagangkan dalam bentuk larutan

bernama formalin, yang memiliki aktivitas antimikrobial yang sangat tinggi.

Kekurangan dari formaldehid adalah menyebabkan iritasi pada kulit dan uapnya

berbahaya.15

2.3.5.3 Bisguanid

Klorheksidin merupakan salah satu contoh disinfektan golongan bisguanid

yang secara luas digunakan di kedokteran gigi sebagai disinfektan. Klorheksidin

digunakan sebagai cairan pencuci tangan (0,4%), obat kumur (0,2%) dan sebagai

disinfektan (2%). Mekanisme kerja klorheksidin adalah dengan merusak

permeabilitas dari dinding sel bakteri sehingga terjadi kebocoran dan isi sel keluar

dari sel sehingga mati.15

2.3.5.4 Senyawa Halogen

Golongan halogen beranggotakan unsur-unsur fluor, klor, brom dan

yodium. Klor dan yodium paling luas penggunaannya sebagai antimikrobial.

Keduanya membunuh sel karena mengoksidasi protein yang akan merusak membran

dan mengaktifkan enzim-enzim. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah agen

pengoksidasi yang mekanisme kerjanya melepaskan ion halide. Bahan ini murah dan

efektif penggunaannya akan tetapi bersifat mudah mengorosi bahan logam dan

mudah dinonaktifkan oleh bahan organik.15,17

2.3.5.5 Fenol dan Derivatnya

Disinfektan bahan fenol yang digunakan dalam kedokteran gigi bersifat

bening dan mudah larut. Fenol tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan pada

keadaan terkontaminasi berat karena tidak mudah dinonaktifkan oleh bahan organik.

Golongan fenol memiliki aktivitas virusidal dan sporisidal yang kurang baik.

Penambahan halogen seperti klorin akan meningkatkan aktivitas dari senyawa fenol.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

18

Klorosilenol merupakan bahan yang tidak iritan dan digunakan secara luas sebagai

antiseptik. 17

2.3.5.5.1 Klorosilenol

Klorosilenol merupakan golongan fenol dengan penambahan klorin dan

juga merupakan salah satu zat kimia yang luas penggunaanya dalam keseharian dan

dalam bidang medis digunakan sebagai antiseptik kulit, disinfeksi peralatan-peralatan

medis serta permukaan dan lingkungan. Pre-cleaning dilakukan sebelum melakukan

disinfeksi dengan klorosilenol dapat mengurangi banyak jumlah koloni bakteri pada

kulit maupun permukaan alat. Sifat antimikroba dari klorosilenol telah banyak

diteliti, dan hasil penelitian Mahmood dan Doughari tahun 2008, klorosilenol

menunjukkan sifat antimikroba yang sangat baik dibuktikan dari efektivitasnya

dalam membunuh mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial apabila prosedur

disinfeksi dilakukan sesuai petujuk pabrik. Pada penelitian ini juga menyatakan

bahwa tidak ada subpopulasi yang resisten terhadap larutan klorosilenol dalam kultur

yang diuji.17,29

2.4 Mikroorganisme dalam Kedokteran Gigi

Flora normal adalah suatu populasi mikroorganisme yang menghuni pada

permukaan kulit dan membran mukosa seorang manusia yang sehat dan normal.

Flora normal ini tumbuh di banyak tempat dalam tubuh manusia terutama rongga

mulut, tetapi tidak menimbulkan infeksi bila ekologi rongga mulut stabil. Kulit dan

membran mukosa sering menjadi tempat bagi bermacam-macam mikroorganisme

dan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu flora residen (flora yang menetap)

dan flora transien (flora sementara).20

Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus sp,

Staphylococcus sp. dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora normal dalam

keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena

adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut.7

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

19

2.4.1 Streptococcus sp.

Streptococcus adalah bakteri gram positif yang bersifat aerob dan anaerob

fakultatif, katalase negatif dengan ciri khas kelompok berpasangan atau berbentuk

rantai selama pertumbuhannya. Streptococcus merupakan flora normal yang ada

pada manusia dan binatang memiliki sifat tidak bergerak, tidak membentuk spora,

berbentuk bulat atau oval dan memiliki kapsul asam hialuronat. Mereka juga bersifat

sangat kritis sehingga memerlukan media yang diperkaya, seperti blood agar untuk

pertumbuhannya.23,24

Streptococcus viridans adalah anggota flora normal yang paling umum

ditemukan pada saluran napas atas dan keberadaannya penting untuk kesehatan

membran mukosa. Mereka dapat mencapai aliran darah akibat trauma dan

merupakan penyebab utama endokarditis pada katup jantung abnormal. Beberapa

streptococcus viridans (misalnya S.mutans) mensintesis polisakarida besar, seperti

dekstran atau levan, dari sukrosa dan berperan penting pada terbentuknya karies

dentin.23,24

2.4.2 Staphylococcus sp.

Staphylococcus adalah bakteri gram positif dengan ciri khas tersusun dalam

kelompok ireguler seperti anggur dan bersifat aerob dan anaerob fakultatif, katalase

positif dan oksidase negatif. Organisme ini mudah tumbuh pada banyak jenis

medium dan aktif secara metabolis, memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan

pigmen yang bervariasi dari putih samapi kuning tua. Beberapa anggotanya adalah

flora normal kulita dan membran mukosa manusia lainnya membentuk supurasi,

pembentukan abses, berbagai infeksi piogenik dan bahkan septikemia fatal.24

Genus Staphylococcus mempunyai 32 spesies, kebanyakan merupakan

patogen atau komensal pada binatang. Tiga spesies yang paling sering dijumpai yang

mempunyai kepentingan klinis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermis dan Staphylococcus saprophyticus. S.aureus bersifat koagulase positif,

yang membedakannya dari spesies lain. S.aureus merupakan patogen utama pada

manusia, hampir semua orang pernah mengalami beberapa jenis infeksi dari S.aureus

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

20

dengan keparahan yang berbeda dari keracunan makan atau infeksi kulit minor

hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. Staphylococcus koagulase negatif

merupakan flora normal manusia dan kadang-kadang menyebabkan infeksi.23,24

2.4.3 Lactobacillus sp.

Lactobacillus merupakan bakteri gram positif dengan ciri-ciri batang

pendek, tidak berpsora dan tidak berflagel dan sifatnya fakultatif anaerob. Bakteri ini

umumnya ditemukan di mulut, perut, usus dan vagina. Organisme ini jarang

menyebabkan penyakit. Lactobacillus dapat menginvasi peredaran darah apabila

terjadi endokarditis, septikemia oportunistik dan bacteremia sementera.23,24

2.5 Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial rumah sakit disebut juga sebagai infeksi yang terkait

dengan pemberian pelayanan layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan

(Healthcare-associated infection). Sebagian besar infeksi nosokomial secara klinis

terjadi antara 48 jam sampai empat hari sejak penderita mulai dirawat di rumah sakit.

Infeksi nosokomial rumah sakit merupakan masalah kesehatan yang semakin

memerlukan perhatian di bidang kedokteran.25

Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh berbagai jenis patogen, yang

berbeda jenisnya, tergantung pada perbedaan populasi penderita, pengaturan sarana

perawatan kesehatan, dan perbedaan negara. Mikroorganisme patogen penyebab

infeksi nosokomial dapat berupa bakteri, virus, parasit dan jamur.25 Peningkatan

insiden infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan virus hepatitis B (HBV)

dilaporkan semakin meningkat selama 10 tahun terakhir. Tenaga medis di bidang

pelayanan kesehatan umum dan gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya yang

berkontak langsung dengan penyakit pada penderita.26

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

21

2.5.1 Hepatitis

Hepatitis adalah radang hati yang bisa disebabkan oleh infeksi atau bukan

infeksi. Virus hepatitis menyebabkan peradangan akut di hati, menyebabkan kelainan

klinis yang ditandai oleh demam, gejala gastrointestinal, seperti mual dan muntah,

serta ikterus.24,25 Hepatitis viral nosokomial dapat disebabkan oleh virus hepatitis A,

virus hepatitis B, virus hepatitis C, virus hepatitis D, virus hepatitis E atau virus

hepatitis G. Virus hepatitis dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan cara

penularan virus, antara lain:17

1. Jalur oro-fekal: Hepatitis A dan hepatitis E, jarang terjadi dalam praktik

kedokteran gigi.

2. Jalur parenteral: Hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D dan kemungkinan hepatitis

G, dapat terjadi dalam praktik kedokteran gigi.

Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar

menyebabkan kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Indonesia termasuk dalam

wilayah dengan tingkat endemisitas sedang hingga tinggi. Prevalensi hepatitis tahun

2013 (1,2%) dua kali lebih tinggi dibanding tahun 2007 (0,6%) dan prevalensi

hepatitis pada provinsi Sumatera Utara mencapai 1,4% pada tahun 2013.2,27

Salah satu jenis hepatitis yang dikenal adalah hepatitis tipe B yang

disebabkan oleh virus hepatitis B. Proporsi penderita hepatitis paling banyak di

Indonesia adalah penderita hepatitis B (21,8%), diikuti penderita hepatitis A (19,3%),

kemudia hepatitis C (2,5%) dan hepatitis lain (1,8%).2 Virus hepatitis B (HBV)

merupakan suatu virus DNA hepadnavirus yang kompleks secara struktural dan

imunologisnya. Hepatitis B merupakan penyakit nosokomial yang terjadi pada waktu

transfusi darah, pada unit dialisis dan pada bangsal onkologi. HBV dapat ditularkan

melalui darah, saliva dan cairan badan lainnya. Penularan HBV dari penderita ke

orang lain dapat terjadi melalui hubungan seksual, kontak luka terbuka, penggunaan

obat suntik bersama, paparan terhadap darah penderita, transfuse darah dan infeksi

dari ibu kepada bayi saat persalinan.25

Pekerjaan yang berisiko tinggi tertular oleh infeksi hepatitis B salah satunya

adalah petugas kesehatan (dokter, perawat, petugas laboratorium dan mahasiswa

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

22

kedokteran). Penularan ini semakin tinggi risikonya pada mahasiswa kedokteran

yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di rumah sakit akibat kurangnya

keamanan kerja, pengalaman, kesadaran mengenai bahaya penularan infeksi

hepatitis.27 Dalam kedokteran gigi, risiko penularan infeksi lebih besar pada ahli

bedah dan periodontis dibanding dokter gigi umum. Pada rongga mulut, konsentrasi

tertinggi HBV terdapat pada sulkus gingiva karena eksudat serum secara terus-

menerus.17

2.5.2 Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala

dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia

akibat infeksi virus HIV.28 HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel

darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. HIV merupakan

retrovirus yang menyerang sel-sel sistem imun tubuh manusia. Sel-sel yang sering

diserang antara lain adalah sel T CD4, makrofag dan sel dendrit.25

Epidemi AIDS telah terjadi di 79 daerah prioritas di delapan provinsi di

Indonesia, yaitu Papua, Pabar, Sumut, Jatim, Jakarta, Kep. Riau, Jabar dan Jateng.

Sekitar 170.000-210.000 penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Penularan AIDS

tertinggi terjadi melalui hubungan heteroseksual (42%) dan penggunaan obat

terlarang (53%).25

Penularan virus HIV dan virus sejenis lainnya dapat ditularkan melalui

kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,

dengan cairan tubuh yang mengandung HIV (seperti darah, air mani, cairan

preseminal, dan air susu ibu). Selain itu penularan dapat terjadi melalui hubungan

seksual, transfusi darah dan jarum suntik yang sudah terinfeksi HIV/AIDS.25,28 HIV

tidak dapat ditularkan melalui ciuman, bersalaman, melalui penggunaan benda

pribadi bersama, atau melalui makanan dan minuman.25

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

23

2.6 Kerangka Teori

Ekstraksi Gigi

Infeksi Silang

Kontrol Infeksi

Disinfeksi

Faktor yangMempengaruhi

Definisi

MetodePanas

MetodeKimia

Pasteurisasi Perebusan

Alkohol Aldehid Bisguanid Halogen Fenol

Glutaraldehid Klorosilenol

Jenis

Disinfeksi TingkatRendah

Disinfeksi TingkatTInggi

Disinfeksi TingkatMenengah

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

24

2.7 Kerangka Konsep

Instrumen PencabutanGigi

Kontaminasi bakteri,virus, fungi, spora

Disinfeksi

Glutaraldehid

Klorosilenol

Penurunan jumlahKoloni Bakteri

Penurunan jumlahKoloni Bakteri

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

25

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian eksperimental

laboratorium dengan rancangan penelitian post-test only control group design dengan

melakukan pengamatan secara in vitro sesudah diberi perlakuan pada kelompok

sampel dan kelompok kontrol.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel penelitian di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU, disinfeksi dengan larutan

glutaraldehid dan klorosilenol dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial FKG USU dan pemeriksaan jumlah koloni bakteri dilakukan di

Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 20 April 2018 – 31 Mei 2018

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah instrumen pencabutan gigi di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU periode April 2018 - Mei

2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

26

3.3.2 Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Jumlah sampel yang digunakan ditentukan besarnya dengan rumus Federer

yaitu:

(t-1) (n-1) > 15, dimana t= jumlah perlakuan dan n= jumlah sampel

(t-1) (n-1) > 15

(2-1) (n-1) > 15

(1) (n-1) > 15

n-1 > 15

n > 16

Dalam penelitian ini jumlah perlakuan adalah 2 yaitu perlakuan terhadap

instrumen pencabutan gigi yang didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid dan

perlakuan terhadap instrumen pencabutan gigi yang didisinfeksi dengan larutan

klorosilenol. Sehingga didapatkan sampel yang diperlukan untuk eksperimen ini

sebanyak 16 buah instrumen. Untuk menghindari terjadinya error maka sampel

ditambahkan menjadi 18. Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

tang molar rahang bawah yang telah digunakan di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial FKG USU.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

Tang molar rahang bawah yang telah digunakan

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Tang molar rahang bawah yang dicuci tidak sesuai dengan prosedur

penelitian.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian eksperimental ini, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

27

a. Variabel Bebas : Glutaraldehid 2% dan Klorosilenol 4,8%

b. Variabel Terikat : Jumlah kolonisasi bakteri di permukaan tang molar

rahang bawah yang telah digunakan

c. Variabel Terkendali :

1. Konsentrasi glutaraldehid 2%

2. Konsentrasi klorosilenol 4,8%

3. Lama perendaman dalam larutan glutaraldehid 2% 1 jam

4. Lama perendaman dalam larutan klorosilenol 4,8% 1 jam

5. Kondisi instrumen sebelum penelitian

6. Perlakuan sebelum penelitian

7. Teknik pengeringan instrumen setelah didisinfeksi

No

Variabel DefinisiOperasional

CaraUkur

HasilUkur

SkalaUkur

1

.

Glutaraldehid

2%

Larutan disinfektan

tingkat tinggi golongan

aldehid (rumus kimia

C5H8O2) dengan 2ml

gluataraldehid dalam

100 ml pelarut.

Sebanyak

250ml

dengan

waktu

perendeman

1 jam

- Nominal

2.

Klorosilenol

4,8%

Larutan disinfektan

tingkat menegah

kombinasi golongan

fenol dengan golongan

halogen (rumus kimia

C8H9ClO) dengan

13,5ml klorosilenol

4,8% dalam 250 ml

pelarut.

Sebanyak250mldenganwaktuperendeman1 jam

- Nominal

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

28

3

.

Jumlah koloni

bakteri

Banyaknya bakteri

gram positif dan gram

negatif yang terdapat

pada instrumen

pencabutan gigi yang

diukur menggunakan

Bacteria Colony

Counter.

Observasi Rata-rata

jumlah

bakteri/C

FU

Rasio

3.6. Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat

- Instrumen pencabutan gigi

- Wadah untuk disinfeksi

- Handuk steril

- Label

- Wadah kaca

- Lampu spiritus

- Spuit 10 ml

- Erlenmeyer

- Neraca Analitik

- Hotplate

- Plastik Wrap

- Aluminium Foil

- Kapas

- Mikropipet

- Pit

- Oven

- Petri

- Tabung reaksi

- Inkubator

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

29

- Spidol

- Fortex

- Object glass

- Bacteria Colony Counter

- Mikroskop digital

3.6.2 Bahan

- Glutaraldehid 2% (Descoton Forte)

- Klorosilenol 4.8% (Dettol)

- Larutan saline

- Plate Count Agar

- Alkohol 97%

- Aquadest

- Spiritus

- Nutrient Agar

- Kristal violet

- Iodine

- Aseton Alkohol

- Safranin

3.7. Prosedur Penelitian

3.7.1 Prosedur Pengambilan Sampel

Prosedur ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG

USU. Prosedur yang dilakukan untuk kelompok pertama yaitu perendaman dalam

glutaraldehid 2% yaitu: 8

1. Semua alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Operator menggunakan sarung tangan dan masker.

3. Tang molar rahang bawah dipergunakan dalam prosedur pencabutan

gigi.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

30

4. Setelah tang selesai digunakan, tang tersebut dibilas terlebih dahulu di

bawah air mengalir, lalu sisi aktif tang dibersihkan menggunakan

sikat.

5. Setelah tang bebas dari darah atau saliva, tang dibersihkan

menggunakan sabun antiseptik dan dibilas kembali di bawah air

mengalir.

6. Setelah itu tang dimasukan ke dalam wadah disinfeksi yang telah diisi

dengan larutan glutaraldehid 2% sebanyak 250 ml dan direndam

selama 1 jam.

7. Kemudian tang dikeluarkan dari wadah disinfeksi menggunakan

penjepit alat dan dikeringkan dengan kassa steril dan sisi aktif tang

dicelupkan ke dalam wadah sampel yang berisi larutan saline

sebanyak 50 ml, lalu ditutup kembali dengan aluminium foil dan

dibiarkan selama 5 menit.

8. Setelah itu tang dikeluarkan dari wadah sampel dan wadah ditutup

kembali dengan plastic wrap. Sampel ini dibawa ke Laboratorium

Fakultas MIPA USU dalam keadaan tertutup untuk menghindari

kontaminasi dari luar.

9. Untuk sampel diberi tanda dengan label G.

Prosedur yang dilakukan untuk kelompok kedua yaitu perendaman dalam

klorosilenol 4,8% adalah: 8

1. Semua alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Operator menggunakan sarung tangan dan masker.

3. Tang molar rahang bawah dipergunakan dalam prosedur pencabutan

gigi.

4. Setelah tang selesai digunakan, tang tersebut dibilas terlebih dahulu di

bawah air mengalir, lalu sisi aktif tang dibersihkan menggunakan

sikat.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

31

5. Setelah tang bebas dari darah atau saliva, tang dibersihkan

menggunakan sabun antiseptik dan dibilas kembali di bawah air

mengalir.

6. Setelah itu tang dimasukan ke dalam wadah disinfeksi yang telah diisi

dengan larutan klorosilenol 4,8% sebanyak 250 ml dan direndam

selama 1 jam.

7. Kemudian tang dikeluarkan dari wadah disinfeksi menggunakan

penjepit alat dan dikeringkan dengan kassa steril dan sisi aktif tang

dicelupkan ke dalam wadah sampel yang berisi larutan saline

sebanyak 50 ml, lalu ditutup kembali dengan aluminium foil dan

dibiarkan selama 5 menit.

8. Setelah itu tang dikeluarkan dari wadah sampel dan wadah ditutup

kembali dengan plastic wrap. Sampel ini dibawa ke Laboratorium

Fakultas MIPA USU dalam keadaan tertutup untuk menghindari

kontaminasi dari luar.

9. Untuk sampel diberi tanda dengan label C.

Gambar 5. Instrumen yang digunakansebagai sampel.

Gambar 6. Tang direndam dalam larutanglutaraldehid 2%.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

32

3.7.2 Prosedur Pembuatan Media PCA

Prosedur ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA USU. Prosedur

yang dilakukan adalah :

1. Semua alat dan bahan disiapkan

2. Operator menggunakan masker dan sarung tangan.

3. PCA (Plate Count Agar) ditimbang pada neraca analitik sehingga

didapat berat 4,4 gr.

4. PCA dilarutkan kedalam 250 ml aquadest pada tabung erlenmeyer.

Campuran dihomogenkan sambil dipanaskan diatas hotplate sambil

Gambar 7. Tang direndam dalam larutanklorosilenol 4,8%.

Gambar 8. Paruh tangdirendam dalam larutan saline.

Gambar 9. Wadah sampel ditutuprapat dan diberi label.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

33

diaduk sehingga tidak ada gumpalan. Media ditutup rapat dengan

plastik wrap.

5. Kemudan dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilkan pada suhu

121oC selama 1 jam.

3.7.3 Prosedur Pembuatan Garam Fisiologis

Prosedur ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA USU. Prosedur

yang dilakukan adalah :

1. NaCl ditimbang pada neraca analitik sehingga didapat berat 2,2 gr.

2. NaCl dilarutkan dalam 250ml aquadest pada beaker glass. Aduk

dengan menggunakan spatel.

3. Masukkan 10 ml kedalam masing-masing tabung reaksi dengan

menggunakan gelas ukur.

4. Mulut tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas dan plastic

wrap kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilkan pada

suh 121oC selama 1 jam.

Gambar 10. Pemanasan mediaPlate Count Agar.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

34

3.7.4 Sterilisasi Petri

Prosedur ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA USU. Prosedur

yang dilakukan adalah :

1. Petri dipastikan telah bersih dan kering.

2. Petri kemudian dibungkus rapat dengan menggunakan kertas.

3. Petri dimasukkan ke dalam oven selama lebih kurang 3 jam untuk

disterilkan.

Gambar 11. Penimbangan NaCl.

Gambar 12. Cawan petri dibungkuskertas.

Gambar 13. Sterilisasi cawan petri denganautoklaf.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

35

3.7.5 Pengenceran dan Persiapan Media

Prosedur ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA USU. Prosedur

yang dilakukan adalah: 32,33

1. Pengenceran dilakukan dengan mengambil 1 ml larutan saline dari

sampel untuk dimasukkan kedalam tabung pertama dengan

menggunakan mikropipet.

2. Kemudian tabung reaksi diforteks. Dari tabung pertama diambil

sebanyak 1 ml untuk dimasukkan kedalam tabung kedua. Kemudian

tabung reaksi di forteks. Dari tabung kedua diambil sebanyak 1 ml

untuk dimasukkan dalam tabung ketiga.

3. Kemudian tabung reaksi di forteks. Sampel dalam pengenceran 10-3

diambil sebanyak 1 ml untuk dimasukkan kedalam petri yang berisi

medium PCA dengan metode cawan sebar. Tutup petri tidak boleh

dibuka terlalu lebar karena akan menimbulkan masuknya bakteri dari

luar ke dalam media.

4. Cawan petri kemudian digoyangkan perlahan agar media membeku

(10-15 menit). Kemudian petri dilapisi dengan plastic wrap agar

tertutup rapat.

5. Petri selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 1 hari pada suhu

37oC.

Gambar 14. Pengenceransampel.

Gambar 15. Tabungdiforteks agar larutanhomogen.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

36

3.7.6 Perhitungan Jumlah Mikroorganisme

Prosedur ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA USU. Prosedur

yang dilakukan adalah: 8,32,33

1. Koloni yang ada ditandai dengan menggunakan spidol dan kemudian

dhihitung dengan menggunakan bacteria colony counter.

2. Jumlah bakteri yang ada dikalikan 1000 CFU/ml.

3.7.7 Pembuatan Biakan Murni

Prosedur ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA USU. Prosedur

yang dilakukan adalah: 34

1. Siapkan sebuah tabung reaksi steril, kemudian dituang media NA ke

dalam tabung lalu dibiarkan memadat.

2. Diambil 1 ose bakteri yang telah ditentukan dari biakan campuran.

3. Kemudian diinokulasikan ke dalam media NA yang telah memadat

dengan cara digores.

4. Lalu diinkubasi selama 1x24 jam dalam inkubator.

Gambar 16. Sampelsebanyak 1ml diplating ke media PCA.

Gambar 17. Cawan petri dibungkus plastic wrap dandiberi label.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

37

3.7.8 Pewarnaan dan Pengamatan Bakteri

Prosedur ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA USU. Prosedur

yang dilakukan adalah: 35

1. Preparat ulas dibuat dengan mengambil kultur biakan 1-2 ose steril ke

permukaan objek glass, dengan ose disebarkan merata membentuk

bujur sangkar. Slide tersebut difiksasi hingga terlihat kering.

2. Setelah kering diberi zat warna kristal violet dan dibiarkan selama 1

menit, bilas dengan aquades lalu dikeringkan. Setelah itu diberi iodine

1-2 tetes selama 30 detik, bila dengan menggunakan aseton alkohol

selama 15 detik, lalu bilas dengan aquades.

3. Diberi 1 tetes larutan safranin selama 1 menit, bilas dengan aquades

dan dikeringkan. Setelah itu preparat bisa diamati di bawah

mikroskop.

Gambar 18. Dari biakan murnisampel diambil dengan osesteril.

Gambar 19. Diberizat warna kristalviolet.

Gambar 20. Dibilas denganaseton alkohol.

Gambar 21. Diberi zat warnasafranin.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

38

Pengambilan Sampel

Pembuatan media PCA

Sterilisasi alat dan bahan

Persiapan media

3.8 Alur Penelitian

Disinfeksi dengan LarutanGlutaraldehid 2%

Pembuatan garam fisiologis

Pengenceran

Perhitungan jumlah bakteri

Disinfeksi dengan LarutanKlorosilenol 4,8%

Pembuatan biakan bakteri

Pewarnaan dan pengamatanbakteri

Analisis data

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

39

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian diperoleh dari perhitungan jumlah koloni bakteri yang

telah diberi perlakuan dengan media Plate Count Agar.

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui data hasil penelitian yang dilakukan terdistribusi

normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney untuk data

yang tidak terdistribusi normal dengan menggunakan program komputerisasi.

3.10 Etika Penelitian

Peneliti mengurus surat untuk mengajukan etika penelitian kemudian

setelah surat selesai, peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian

(ethical clearance) dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran USU.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

40

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 sampai dengan Mei 2018 yang

dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU dan

laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat

efektivitas disinfeksi larutan glutaraldehid 2% dengan klorosilenol 4,8% pada

instrumen pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG

USU. Subjek penelitian ini adalah tang molar rahang bawah yang telah digunakan

dalam prosedur pencabutan gigi molar rahang bawah di Departemen Bedah Mulut

dan Maksilofasial FKG USU.

Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok tang molar

rahang bawah yang didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid 2% (G) dan kelompok

tang molar rahang bawah yang didisinfeksi dengan larutan klorosilenol 4,8% (C),

masing-masing kelompok terdiri dari 18 tang molar rahang bawah. Pemeriksaan

dilakukan dengan melihat jumlah koloni yang terdapat pada media plate count agar.

Jumlah koloni bakteri yang terbentuk diukur dengan menggunakan metode hitungan

cawan dalam satuan colony forming unit per mililiter (CFU/ml) dengan

menggunakan alat bacteria colony counter.

A B

Gambar 22. Koloni bakteri pada tang molar rahang bawahsetelah didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid (A) danlarutan klorosilenol (B).

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

41

Tabel 1. Jumlah koloni bakteri setelah didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid 2%

Kode Jumlah koloni bakteri (CFU/ml)G1 0

G2 0G3 0G4 0G5 0G6 0G7 0G8 0G9 0G10 0G11 0G12 0G13 8 . 103

G14 0G15 0G16 0G17 0G18 0

Tabel 1 memperlihatkan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada tang molar

rahang bawah yang telah didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid 2%. Tabel 1

menunjukkan tidak terbentuknya koloni bakteri pada tang setelah didisinfeksi pada

semua sampel, kecuali sampel dengan kode G13 yang menunjukkan adanya koloni

bakteri sebanyak 8.103 CFU/ml.

Tabel 2 memperlihatkan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada tang molar

rahang bawah yang telah didisinfeksi dengan larutan klorosilenol 4,8%. Tabel 2

menunjukkan tujuh dari 18 sampel yang didisinfeksi dengan larutan klorosilenol ada

koloni yang terbentuk. Jumlah koloni bakteri minimal pada tang yang didisinfeksi

dengan larutan klorosilenol yaitu 0 CFU/ml, sedangkan jumlah koloni bakteri

maksimal yaitu 812 . 103 CFU/ml.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

42

Tabel 2. Jumlah koloni bakteri setelah didisinfeksi dengan larutan klorosilenol 4,8%

Tabel 3. Rata-rata jumlah bakteri dari kedua kelompok perlakuan.

Kelompok Jumlah Sampel Rata – rata (CFU/ml) Standar deviasi(CFU/ml)

Glutaraldehid 2% 18 444,44 1.885,62Klorosilenol 4,8% 18 82.500 196.043

Berdasarakan hasil data deskriptif sampel, didapatkan hasil perhitungan yaitu

rata-rata jumlah bakteri pada kelompok glutaraldehid 2% adalah 444,44 CFU/ml

dengan standar deviasi 1.885,62 CFU/ml. Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok

klorosilenol 4,8% adalah 82.500 CFU/ml dengan standar deviasi 196.043 CFU/ml.

Selanjutnya dilakukan pengujian statistik normalitas data terhadap 36 sampel

data yang bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel memiliki distribusi

normal atau tidak, untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan tergantung

dari normal atau tidaknya distribusi data. Data perbandingan jumlah koloni bakteri

pada dua kelompok perlakuan di uji normalitasnya menggunakan Uji Shapiro-Wilk.

Kode Jumlah koloni bakteri (CFU/ml)C1 0

C2 0C3 0C4 168 . 103

C5 0C6 812 . 103

C7 158 . 103

C8 22 . 103

C9 0C10 234 . 103

C11 0C12 1 . 103

C13 0C14 0C15 0C16 0C17 90 . 103

C18 0

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

43

Tabel 4. Hasil uji normalitas dan signifikan data antara kedua kelompok perlakuan.

Kelompok Rata-Rata ±Standar Deviasi

(CFU/ml)

P-value (Shapiro-Wilk)

P-value (MannWhitney)

Glutaraldehid 2% 444,44 ± 1.885,62 0,0000,014

Klorosilenol 4,8% 82.500 ± 196.043 0,000

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk,

diperoleh distribusi data jumlah bakteri pada kelompok perlakuan tidak normal (p =

0,000 < 0,05), sehingga pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan uji

Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney, diperoleh nilai p = 0,014 < 0,05, maka

terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara kelompok glutaraldehid dan

klorosilenol. Hal ini berarti larutan glutaraldehid lebih efektif dalam mendisinfeksi

tang molar rahang bawah dibandingkan dengan larutan klorosilenol.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

44

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian untuk mengetahui efektivitas

disinfeksi dengan larutan glutaraldehid dan klorosilenol pada instrumen pencabutan

gigi dengan cara membandingkan jumlah koloni bakteri setelah instrumen

didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid dan klorosilenol. Glutaraldehid telah luas

dipergunakan sebagai disinfektan tingkat tinggi selama 30 tahun karena

kompabilitasnya dan harga yang lebih murah, tetapi membutuhkan waktu

perendaman yang lebih lama. Klorosilenol juga telah luas penggunaannya di dalam

rumah tangga dan bidang kesehatan seperti antiseptik kulit, disinfeksi benda,

peralatan dan lingkungan / permukaan.29

Data deskriptif yang dapat dilihat dari penelitian ini pada tang molar rahang

bawah setelah didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid 2% dijumpai jumlah bakteri

minimal sebesar 0 CFU/ml, sedangkan jumlah bakteri maksimal sebesar 8. 103

CFU/ml. Jumlah bakteri pada tang molar rahang bawah setelah didisinfeksi dengan

larutan klorosilenol 4,8% dijumpai jumlah bakteri minimal sebesar 0 CFU/ml,

sedangkan jumlah bakteri maksimal sebesar 812. 103 CFU/ml. Perhitungan ini

dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah bakteri pada tang molar rahang

bawah setelah didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid dan klorosilenol.

Berdasarkan data jumlah koloni bakteri pada sampel kelompok glutaraldehid

menunjukkan bahwa larutan glutaraldehid efektif dalam mendisinfeksi tang molar

rahang bawah dilihat dari 17 dari 18 tang molar rahang bawah berhasil

didekontaminasi dan hanya terdapat satu sampel yang menunjukkan adanya

pertumbuhan bakteri yaitu G13 sebanyak 8. 103 CFU/ml. Hal ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kondisi kebersihan rongga mulut pasien,

misalnya terdapat karies yang parah, penyakit periodontal, nekrosis pulpa atau abses

pada rongga mulut pasien saat dilakukan ekstraksi gigi. Berdasarkan penelitian-

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

45

penelitian sebelumnya Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling sering

ditemukan pada lesi karies, bakteri non-mutans Streptococcus, Actinomyces,

Lactobacillus dan Bifidobacterium juga ditemukan pada biofilm yang menutupi lesi

white-spot yang berhubungan dengan awal terjadinya karies.37 Abses gigi akut sering

terjadi sebagai akibat dari karies, trauma dan perawatan saluran akar yang gagal.

Pada abses gigi biasanya dijumpai polimikrobial termasuk bakteri golongan anaerob

fakultatif seperti S. viridans dan golongan anaerob seperti Prevotella dan

Fusobacterium sp. Penelitian lain tentang bakteri yang sering terisolasi dalam kultur

adalah streptococcus anaerob, Fusobacterium sp, Prevotella, Bacteroides dan

Porphyromonas sp. Treponema sp merupakan bakteri golongan anaerob obligat,

berbentuk heliks dan biasanya berhubungan dengan penyakit pada jaringan

periodonsium. Penelitian yang menggunakan deteksi PCR menunjukkan prevalensi

tinggi dari Treponema sp dalam abses gigi akut.38

Sterilitas lingkungan selama prosedur pengambilan sampel, kondisi

lingkungan di laboratorium saat memproses sampel dan kelalaian operator juga dapat

menyebabkan meningkatnya jumlah koloni bakteri pada sampel. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Almeida et al tentang efektivitas metode

disinfeksi terhadap orthodontic pliers yang menunjukkan glutaraldehid mampu

mendekontaminasi semua pliers dibanding metode lainnya (pengolesan etil alkohol

70% dan pembersihan menggunakan sikat, air dan sabun).4 Penelitian lain juga

dilakukan oleh Venkatesh et al tentang efektivitas disinfektan terhadap endoskopi

fleksibel yang menunjukkan bahwa 95,96% endoskopi berhasil didekontaminasi

dengan larutan glutaraldehid.30

Berdasarkan data jumlah koloni bakteri pada sampel kelompok klorosilenol

menunjukkan bahwa efektivitas larutan klorosilenol lebih rendah dibandingkan

dengan larutan glutaraldehid dalam mendisinfeksi tang molar rahang bawah, karena

7 dari 18 tang molar rahang bawah masih menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri

yaitu pada sampel C4, C6, C7, C8, C10, C12 dan C17 dengan jumlah bakteri

maksimal 812. 103 yaitu pada sampel C6. Hal ini disebabkan karena efektivitas

antimikrobial klorosilenol yang lebih rendah dibanding dengan glutaraldehid karena

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

46

klorosilenol tergolong disinfektan tingkat menengah sedangkan glutaraldehid

tergolong disinfektan tingkat tinggi. 22

Kondisi kebersihan rongga mulut pasien juga berpengaruh dalam peningkatan

jumlah koloni bakteri pada sampel seperti halnya dengan sampel yang didisinfeksi

dengan larutan glutaraldehid yaitu mungkin terdapat karies yang parah, nekrosis

pulpa, penyakit periodontal atau abses pada rongga mulut pasien saat dilakukan

ekstraksi gigi. Sterilitas lingkungan selama prosedur pengambilan sampel, kondisi

lingkungan di laboratorium saat memproses sampel dan kelalaian operator juga dapat

menyebabkan jumlah koloni bakteri pada sampel meningkat. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ochie dan Ohagwu yang menunjukkan

hanya natrium hipoklorit 3,5% yang dapat mendekontaminasi seluruh peralatan x-

ray, sedangkan pada sampel yang didisinfeksi dengan klorosilenol / diklorosilenol

masih terdapat 7 sampel yang menunjukkan adanya koloni bakteri setelah

didisnfeksi.9

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada jumlah bakteri pada

tang molar rahang bawah setelah didisinfeksi dengan larutan glutaraldehid dan

klorosilenol.

Dapat disimpulkan bahwa mendisinfeksi tang molar rahang bawah dengan

larutan glutaraldehid 2% lebih baik dibandingkan mendisinfeksi tang molar rahang

bawah dengan larutan klorosilenol 4,8% yang dibuktikan dengan jumlah tang molar

rahang bawah yang berhasil didekontaminasi dan jumlah koloni bakteri yang tumbuh

setelah tang didisinfeksi.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pemeriksaan untuk melihat jenis bakteri

yang terdapat pada tang molar rahang bawah apakah bakteri tersebut merupakan

bakteri gram negatif atau gram positif. Setelah dilihat dibawah mikroskop dari

delapan sampel yang terdapat koloni bakteri semuanya berwarna merah. Warna

merah terjadi karena bakteri mengikat cairan sel safranin yang artinya jenis bakteri

tersebut adalah bakteri gram negatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

47

Gambar 23. Bakteri gram negatif setelah

dilakukan pewarnaan bakteri.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

48

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Tindakan disinfeksi tang molar rahang bawah dengan larutan

glutaraldehid lebih efektif dalam mendekontaminasi tang molar

rahang bawah dibanding larutan klorosilenol.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri pada tang

yang didisinfeksi dengan glutaraldehid dan klorosilenol.

3. Bakteri yang terdapat pada tang molar rahang bawah setelah

didisinfeksi merupakan bakteri gram negatif.

6.2 Saran

Masih banyak terdapat kekurangan pada penelitian ini:

1. Diharapkan adanya penelitian selanjutnya tentang efektivitas beberapa

larutan disinfeksi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi.

2. Diharapkan adanya penelitian selanjutnya tentang durasi waktu

perendaman yang efektif dan efisien.

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

untuk tenaga medis agar mengaplikasikan proses sterilisasi pada

aktivitas sehari-hari di bidang medis, khususnya kedokteran gigi.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

49

DAFTAR PUSTAKA

1. Suleh MM, Vowor VNS, Mintjelungan CN. Pencegahan dan pengendalianinfeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di rumah sakit gigi dan mulutpspdg fk unsrat. Jurnal e-Gigi(eG) 2015; 3(2): 587-8.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemetrian Kesehatan RI.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Jakarta, 2013.

3. Wibowo T, Parishini K, Haryanto D. Proteksi dokter gigi sebagai pemutusrantai infeksi silang. Jurnal PDGI 2009; 58(2): 6-7.

4. Almeida CMF, Carvalho AS, Duarte DA. Evaluation of disinfection methodsof orthodontic pliers. Dental Press J Orthod 2012; 17(4): 106-9.

5. Siampa FA, Samad R. Penerapan proteksi dokter gigi sebagai upayapencegahan terhadap infeksi silang: penelitian di kota Makassar.http://pdgimakassar.org/journal/file_jurnal/1607010201266proteksi-febby-7.pdf. (4 Desember 2017)

6. Asbi AA. Efektivitas sterilisasi autoklaf pada penggunaan instrument medisdi departemen bedah mulut fkg usu periode januari – maret 2015. Skripsi.Medan: Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU, 2015.

7. Rutala WA, Weber DJ. Disinfection and sterilization: an overview. AmericanJ Infection Control 2013; 41: S2-S5.

8. Ganavadiya R, Shekar BRC, Saxena V, Tomar P, Gupta R, Khandelwal G.Disinfecting efficacy of three chemical disinfectants on contaminateddiagnostic instruments: a randomized trial. J Basic Clin Pharm 2014; 5(4):98-107.

9. Ochie K, Ohagwu CC. Contamination of x-ray equipment and accessorieswith nosocomial bacteria and the effectiveness of common disinfecting agent.African J of Basic & Appl Sci 2009; 1(1-2): 31-35.

10. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. Uttar Pradesh:Elsevier, 2007: 211.

11. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery.Sixth editon. Missouri: Elsevier Mosby, 2014: 88-91.

12. Frangiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer-Verlag, 2007: 74-6.13. Hollins C. National vocational qualifications for dental nurses. Second

Edition. Sussex: John Wiley and Sons Ltd, 2009:76-8, 80-5.14. Tridianti A. Efektivitas berbagai metode sterilisasi molar band yang

terkontaminasi pasca proses fitting band (uji hitung bakteri). Tesis. Jakarta:Program Spesialis Ortodonti FKG UI, 2012: 13-4.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

50

15. Mulyanti S, Putri MH. Pengendalian infeksi silang di klinik gigi. Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC, 2011: 1-4,81-96.

16. Australian Dental Association. Guidelines for infection control. ThirdEdition. NSW, 2015.

17. Samaranayake L. Essential microbiology for dentistry. Fourth edition.Elsevier Limited, 2012: 239-43, 334-5, 340-4.

18. Lamont RJ, Jenkinson HF. Oral microbiology at a glance. Sussex: JohnWiley and Sons Ltd, 2010: 74-9.

19. Marsh PD, Martin MV, Lewis MAO, William DW. Oral microbiology. Fifthedition. Elsevier Limited, 2009: 30, 204-5.

20. Nasution M. Pengantar mikrobiologi.Medan: USU Press, 2014: 12-5,19-20,58,62.

21. Cappuccino JG, Sherman N. Microbiology a laboratory manual. Tenthedition. Illinois: Pearson Education Inc, 2014: 309-12.

22. Rutala WA, Weber DJ. Sterilization, high-level disinfection, andenvironmental cleaning. Infect Dis Clin N Am 2011; 25: 45-50.

23. Parija SC. Textbook of microbiology and immunology. Second edition. NewDelhi: Elsevier, 2012: 173, 183, 192, 248.

24. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawerz, Melnick& Adelberg mikrobiologi kedokteran. Alih bahasa. Nugroho AW, dkk.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010: 194, 204, 212-3, 287-8, 491.

25. Soedarto. Infeksi nosokomial di rumah sakit. Jakarta: Sagung Seto, 2016: 2-4,144-62.

26. Shara AC, Aditya G, Benyamin B. Hubungan antara pengetahuan terhadapmotivasi dokter gigi muda dalam kontrol infeksi. Medali Jurnal 2015; 2(1):42-7.

27. Novertha ED, Chandra F, Enalia Y. Gambaran pengetahuan dan praktikmahasiswa kepaniteraan klinik tentang pencegahan penularan infeksihepatitis B. https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/3032. (3 Jan 2018)

28. Hidayat O, Giyarsih SR. Tingkat pengetahuan mahasiswa universitas gadjahmada tentang bahaya penyakit aids. Jurnal Bumi Indonesia 2012; 1(2): 159-66.

29. El Mahmood AM, Doughari JH. Effect of Dettol on viability of somemicroorganisms associated with nosocomial infections. African JBiotechnology 2008; 7(10): 1554-62.

30. Venkatesh SP, Kuthandapani S, Marudavanan R, Ponraj S. A comparativestudy of efficacy of disinfectants used for flexible endoscope: glutaraldehydeversus ortho-phthalaldehyde. Sch J App Med Sci 2014; 2(4D): 1408-12.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

51

31. Juan MR, Herrin A, Concert C, Lindsay J, Loyola M, Mlinarich B et al.Guideline for use of high level disinfectants & sterilants for reprocessingflexible gastrointestinal endoscopes. Chicago: SGNA, 2013: 9-12.

32. Atma Y. Angka lempeng total (alt), angka paling mungkin (apm) dan totalkapang khamir sebagai metode analisis sederhana untuk menentukan standarmikrobiologi pangan olahan posdaya. Jurnal Teknologi 2016; 8(2): 77-82.

33. Yunita M, Hendrawan Y, Yulianingsih R. Analisis kuantitatif mikrobiologipada makanan penerbangan (aerofood acs) garuda Indonesia berdasarkan tpc(total plate count) dengan metode pour plate. Jurnal Keteknikan PertanianTropis dan Biosistem 2015; 3(3): 237-48.

34. Ed-har AA, Widyastuti R, Djajakirana G. Isolasi dan identifikasi mikrobatanah pendegradasi selulosa dan pektin dari rhizosfer aquilaria malaccensis.Buletin Tanah dan Lahan 2017; 1(1): 58-64.

35. Fitri L, Yasmin Y. Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakterikitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi 2011; 3(2): 20-5.

36. Boyd LRB. Dental instruments a pocket guide. Fourth edition. Missouri:Elsevier Saunders, 2012: 2-6, 38, 458, 502, 528.

37. Takahasi N, Nyvad B. The role of bacteria in the caries process: ecologicalperspectives. J Dent Res 2011; 90(3): 294-303.

38. Robertson D, Smith AJ. The microbiology of the acute dental abscess. J MedMicrobiology 2009; 58: 155-162.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xii

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Bernard

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 11 Agustus 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Bernard

Alamat : Jalan Gandhi No.133 Medan

Orangtua

Ayah : Koswara Tahir

Ibu : Lianni Widjaja

Riwayat Pendidikan

1. 2000 – 2002 : TK Sutomo 1

2. 2002 – 2008 : SD Sutomo 1

3. 2008 – 2011 : SMP Sutomo 1

4. 2011 – 2014 : SMA Sutomo 1

5. 2014 – 2018 : S1 Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xiii

LAMPIRAN 2

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 3.950.000,-

dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya pembuatan skripsi : Rp 300.000

2. Biaya print dan fotokopi : Rp 500.000

3. Biaya bahan habis pakai : Rp 800.000

4. Biaya laboratorium : Rp 1.100.000

5. Biaya peralatan : Rp 600.000

6. Biaya penjilidan dan penggandaan : Rp 250.000

7. Biaya ethical clearance : Rp 100.000

8. Biaya statistik : Rp 300.000

+

Rp 3.950.000

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xiv

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xv

LAMPIRAN 4

Surat Izin Penelitian dari RSGM-P USU

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xvi

LAMPIRAN 5

Surat Ethical Clearance penelitian dari KEPK FK USU

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xvii

LAMPIRAN 6

Gambar Jumlah Koloni Bakteri pada media PCA dari 36 sampel

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xviii

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xix

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xx

G15

G13

G17

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xxi

LAMPIRAN 7

Laporan Hasil Uji Total Plate Count dan Pewarnaan Gram dari Lab MikrobiologiFMIPA USU.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DISINFEKSI GLUTARALDEHID 2% …

xxii

LAMPIRAN 8

Tabel Hasil Perhitungan Statistik Menggunakan Program Komputerisasi

(a) Hasil perhitungan rata-rata dan standar deviasi tiap kelompok perlakuan.

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Jumlah Bakteri Glutaraldehid 2% 18 444.4444 1885.61808 444.44444Klorosilenol 4,8% 18 82500.0000 196043 46207.84601

(b) Hasil uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah Bakteri Glutaraldehid 2% .538 18 .000 .253 18 .000

Klorosilenol 4,8% .343 18 .000 .488 18 .000a. Lilliefors Significance Correction

(c) Hasil uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney

Test Statisticsb

Jumlah Bakteri

Mann-Whitney U 105.500Wilcoxon W 276.500Z -2.456Asymp. Sig. (2-tailed) .014Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .074a

a. Not corrected for ties.b. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Sumatera Utara