perbaikan proposal new

Upload: donets-nusev

Post on 09-Jul-2015

336 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

22

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIPERKAYA PROBIOTIK (BIS-PROBIO) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER

USULAN PENELITIAN

OLEH DEWI MARIYANTI E1B007016

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2010

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIPERKAYA PROBIOTIK (BIS-PROBIO) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER

USULAN PENELITIAN

OLEH DEWI MARIYANTI E1B007016

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dr. Yatno, S.Pt, MSi NIP.19680901 199403 1 003 Mengetahui Ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Menyetujui, Pembimbing Pendamping

Dr.Ir.Hj.Nurhayati,MSc.Agr NIP.19690127 199303 2 003

Ir.Ella Hendalia, MS NIP. 19570327 198303 2 001

22

JUDUL : PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIPERKAYA PROBIOTIK (BIS-PROBIO) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER

PENDAHULUAN Latar Belakang Bungkil inti sawit (palm kernel meal) merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan proses fisik (expeller). Menurut Dirjen Perkebunan (2008) perkiraan total luas areal kelapa sawit tahun 2008 sebesar 7.007.876 ha dan luas areal produktif sebesar 4 953.382 ha dengan produksi minyak sawit mencapai 18.089.503 ton. Sedangkan menurut perkiraan Annonymous (2008) luas lahan sawit di provinsi Jambi 574.164 Ha, dengan total produksi 1.297.620 ton/tahun. Penggunaan BIS dalam pakan unggas terbatas 10-25% (Anonim1, 2002) karena mengingat kandungan polisakarida bukan pati (PBP) yang didominasi oleh ikatan -mannan. Berdasarkan laporan Daud dkk (1993) BIS mengandung serat kasar yang tinggi dan komponen dominannya adalah berupa mannosa yang mencapai 56,4% dari total dinding sel BIS dan ada dalam bentuk ikatan -mannan. Tafsin (2007) melaporkan bahwa ada kesamaan antara mannan dari BIS dengan mannanoligosakarida (MOS) yang menunjukan adanya aktifitas sebagai immunostimulan yang dapat memperbaiki kesehatan ternak unggas.

Guna optimalisasi pemanfaatan bungkil inti sawit tersebut

maka, perlu

dikombinasikan dengan probiotik. Hasil campuran bungkil inti sawit dengan probiotik tersebut disebut dengan BIS-Probio. Probiotik adalah feed additive berupa mikroorganisme hidup yang diberikan kepada ternak unggas yang memiliki efek positif bagi ternak inang (host animal) yang mengkonsumsinya. Bakteri Asam Laktat merupakan bakteri yang berperan sebagai probiotik. Probiotik tidak dapat bertahan hidup lama jika tidak ada substrat lain yang mendukung pertumbuhannya. Substrat yang digunakan sebagai media pertumbuhan sekaligus makanan bagi probiotik disebut sebagai prebiotik. Bungkil inti sawit merupakan salah satu sumber prebiotik yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan probiotik, hal ini karena didukung dengan adanya MOS yang terdapat dalam bungkil inti sawit (BIS). Keberadaan MOS dalam BIS telah dibuktikan oleh Yatno (2009) yang melaporkan bahwa melalui teknologi ekstraksi telah dihasilkan bermacam-macam produk turunannya antara lain konsentrat protein BIS (BISPRO) dan MOS sebagai prebiotik Berdasarkan pemikiran inilah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit yang mengandung probiotik (BIS-Probio) dalam ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler.

Permasalahan Penggunaan bungkil inti sawit dalam campuran ransum untuk mengharapkan

22

probiotik ternyata diikuti dengan serat kasar yang tinggi dari bungkil itu sendiri. Serat kasar yang tinggi dalam ransum menyebabkan gangguan pencernaan yaitu kontraksi usus meningkat sehingga pakan tidak dapat diserap oleh tubuh dengan baik. Adanya penambahan probiotik yaitu Bakteri Asam Laktat dalam bungkil inti sawit diharapkan Bakteri Asam Laktat dapat bertahan hidup sampai ke usus dengan adanya bungkil inti sawit sebagai sumber makanan probiotik, sehingga proses pencernaan dan penyerapan makanan akan lebih baik dan pada akhirnya meningkatkan kesehatan ternak yang tercermin dari konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler.

Hipotesis Penggunaan bungkil inti sawit yang mengandung probiotik (BIS-Probio) dalam ransum pada level tertentu akan memberikan pengaruh terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum ayam broiler selama periode pemeliharaan.

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit yang mengandung probiotik (BIS-Probio) dalam ransum terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan periode pemeliharaan. konversi ransum ayam broiler selama

Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang penggunaan bungkil inti sawit yang mengandung probiotik (BIS-Probio) dalam ransum pada unggas dalam kaitannya dengan pertumbuhan ayam broiler.

22

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik dan Prebiotik sebagai Feed Aditif dalam Ransum Unggas Probiotik merupakan mikroorganisme hidup berupa bakteri yang dapat ditambahkan dalam ransum agar mikroorganisme probiotik tersebut dapat berkembang dalam saluran pencernaan dan mengubah populasi mikroba patogen yang tidak dikehendaki menjadi turun jumlahnya (Barrow, 1992). Karakteristik probiotik yang baik adalah mengandung bakteri atau sel kapang (yeast) hidup dalam jumlah yang besar, strain yang spesifik dari inang, satu atau lebih strain yang berspekstrum luas, bakteri atau kapang harus dapat mencapai dan berkolonisasi di dalam saluran pencernaan, tahan terhadap cairan gastric dan asam empedu dan ketika di dalam saluran pencernaan bakteri atau kapang cepat menjadi aktif dan mampu memberikan manfaat peningkatan performan inang serta stabil dan disimpan dalam waktu panjang pada kondisi lapang ( Fuller, 1992; Lopez, 2000). Manfaat langsung dari probiotik tersebut bagi ternak antara lain meningkatkan nafsu makan (Nahashon dkk, 1992) dan membantu proses pencernaan makanan serta menghambat perkembangan bakteri patogen (Owing, 1990). Tujuan dari penggunaan probiotik adalah untuk meningkatkan konversi ransum dan bobot badan, meningkatkan kesehatan usus pada ternak, menekan bakteri pathogen seperti Salmonella dan Campylobacter (Vila dkk, 2010).

Sumber probiotik dapat berupa bakteri atau kapang yang berasal dari mikroorganisme saluran pencernaan unggas (Fuller, 1997). Midilli dan Tuncer (2001) menyimpulkan bahwa penggunaan probiotik sebagai feed suplemen pada ayam broiler dapat memberikan tambahan keuntungan melalui perbaikan performans ayam. Prebiotik merupakan serat pangan (dietary fibre) yang dapat menjadi substrat bagi mikroba menghasilkan SCFA (Short Chain Fatty Acid). Menurut pendapat Anonim (2004) senyawa ini digunakan sebagai substrat untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli, pemberian 0,1-0,5% dalam ransum dapat meningkatkan bakteri yang menguntungkan dan menurunkan populasi bakteri yang merugikan.

Bakteri Asam Laktat Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat. Efek bakterisidal dari asam laktat berkaitan dengan penurunan pH lingkungan menjadi 3,0-4,5 sehingga pertumbuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat (Amin dan Leksono, 2001). Pada umumnya mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6-8 (Buckle dkk, 1987). Pertumbuhan bakteri ini dapat menyebabkan gangguan terhadap bakteri pembusuk dan patogen (Bromerg dkk, 2001). Bakteri yang termasuk dalam BAL adalah Aerococcus, Allococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Sterptococcus, Tetragenococcus,

22

Vagococcus (Ali dan Radu, 1998). Yeo dan Kim (1997) melaporkan bahwa Lactobacillus casei dan Lactobacillus acidophilus dapat berperan sebagai probiotik dan dapat meningkatkan bobot badan pada ternak ayam. Lactobacillus acidophilus termasuk golongan bakteri gram positif, berbentuk batang, berkoloni seperti rantai, tidak membentuk spora, temperatur optimal adalah 35 38 C, tidak dapat hidup pada pH > 6 namun masih dapat hidup pada pH mencapai 3. Lactobacillus acidophilus termasuk bakteri homofermentatif yaitu

bakteri yang mampu memfermentasi laktosa/glukosa dan menghasilkan asam laktat sekitar 85%. Selain itu bakteri ini juga menghasilkan bakteriosin yang dapat merangsang pembentukan antibodi tubuh (Adriani, 2005). Lactobacillus fermentum termasuk golongan bakteri gram positif, berbentuk batang, berkoloni seperti rantai, tidak membentuk spora, temperatur optimal adalah 41 42 C, termasuk bakteri heterofermentatif yaitu bakteri yang mampu memfermentasi laktosa/glukosa menjadi asam laktat sekitar 40% juga menghasilkan asam asetat sekitar 60% (Adriani, 2005). Lactobacillus plantarum mampu merombak senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam laktat. Menurut Buckle dkk (1978) asam laktat dapat menghasilkan pH yang rendah pada substrat sehingga menimbulkan suasana asam. Dengan pH yang rendah dapat menghambat kontaminasi mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme pathogen serta

mikroorganisme penghasil racun akan mati (Suriawiria, 1983).

Bungkil Inti Sawit Dairo dan Fasuyi (2008) melaporkan bahwa penggantian bungkil kedelai dengan BIS sebanyak 25, 50, dan 75 tidak menyebabkan perbedaan konsumsi pakan yang signifikan masing-masing sebesar 121.74, 126.56 dan 126.06 gram dengan konversi sebesar 2.06, 2.19, dan 2.21 pada ayam petelur, sejalan dengan hasil penelitian Siregar (2004) bungkil inti sawit dan produk fermentasinya dapat menggantikan bungkil kelapa sebesar 100% dalam pakan puyuh petelur. BIS dalam ransum dapat digunakan hingga 10% tanpa mengganggu bobot badan, konsumsi dan konversi ransum (Jaelani, 2007) sedangkan Orunmuyi dkk (2006) melaporkan bahwa penggunaan BIS sebanyak 30% tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan, konversi ransum dan persentase karkas yang dihasilkan.

Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum AAk (1993) menyatakan bahwa ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih dari bahan makanan yang diberikan kepada ayam untuk kebutuhan sehari semalam. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, kesehatan, besar badan, kecepatan tumbuh atau produksi dan tingkat energi dalam ransum (Wahju, 1988). Pertumbuhan pada umumya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang ditentukan dengan cara penimbangan berulang-ulang dan dinyatakn

22

dengan penambahan bobot badan setiap hari, minggu dan waktu lainny (Tillman dkk, 1984). Scott et al (1982) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah kandungan energi ransum, temperatur lingkungan, tipe lantai, zat makanan yang tersedia dalam ransum, kerusakan atau kehilangan zat makanan dalam saluran pencernaan, efek penyakit dan cekaman atau stress lainnya. Ichwan (2003) menyatakan bahwa rasio konversi pakan adalah perbandingan atau pembagian antara konsumsi yang dihabiskan pada waktu tertentu terhadap berat badan yang dicapainya. Konversi ransum akan berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan ternak, karena angka konversi mencerminkan efisiensi penggunaan ransum (North dan Bell, 1990). Menurut Rasyaf (2000) konversi ransum yang dianggap baik untuk ayam broiler umur 1-4 minggu berkisar antara 1,69-1,84. Konversi ransum pada seekor ayam pedaging sampai minggu kelima yaitu 1,63 (Wahju, 1992). Faktor lain yang turut mempengaruhi konversi ransum adalah mortalitas (Amrullah, 2003).

Ayam Broiler dan Kebutuhan Nutrisinya Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut galur ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging siap potong pada umur relative muda, ayam broiler memiliki ciri-ciri antara lain bentuk dada besar, kuat dan penuh daging, temperamennya lamban dan tenang (Suharno dan Nazarudin, 1991).

Ayam broiler umur 0-2 minggu membutuhkan ransum dengan kandungan protein 24%, energi metabolisme 2900 kkal/kg, sedangkan yang berumur 2-6 minggu membutuhkan ransum yang mengandung protein 19,5% dan energi metabolisme 2000 kkal/kg (Scott et al, 1982).

22

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2010 sampai 2 Oktober 2010, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Peternakan dan Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Rancangan Penelitian 1. Pembuatan Sinbiotik Alat dan Bahan yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah incubator, oven, nampan, baskom besar, timbangan listrik, plastik tahan panas dan kukusan. Bahan yang digunakan dalam penelitian tahap pertama ini adalah kultur Bakteri Asam Laktat sebagai probiotik (Produk Manin 2010) yaitu Lactobacillus acidophilus, L. fermentum, L. plantarum, L. bulgaricus dan Streptococcus termophillus dan media pertumbuhan Bakteri Asam Laktat yaitu bungkil inti sawit, poles dan air. Pembuatan Sinbiotik Komposisi pembuatan sinbiotik 1 kg adalah 900 gr bungkil inti sawit, 100 gr poles, 200 ml air dan 20 ml probiotik BAL. Campur bungkil inti sawit dan poles terlebih dahulu hingga homogen, tambahkan air dan aduk kembali kemudian kukus selama 30 menit, dinginkan hingga suhunya 39C selanjutnya campurkan dengan

probiotik hingga homogen, masukan dalam kantong plastik dan simpan dalam incubator selam 48 jam dengan suhu 37,5C setelah itu dikeringkan dalam oven dengan suhu 40C hingga kering dan siap digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

22

Aduk sampai homogen

Dinginkan suhu 39C

Siap digunakan, dicampur dalam ransum sesuai perlakuan

Gambar 1. Alur Proses Pembuatan Starter Probiotik dan BIS-Probio (Manin, 2010)

2. Uji Lapang (Feeding Trial) Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempat pakan, tempat minum otomatis, lampu, kabel, terpal litter, timbangan dan kandang . Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400 ekor ayam jantan umur 1 hari (DOC) sedangkan ransum yang digunakan adalah ransum komersil produksi PT. Japfa Comfeed, sinbiotik, air minum dan vaksin ND Hichner.

Kandungan zat makanan ransum komersil, BIS, sinbiotik dan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 2, 3, 4 dan 5. Tabel.1 Rataan Zat-Zat Makanan Ayam Pedaging Zat Makanan Protein Kasara Lemak Kasara Serat Kasara Kalsiumb Posfora Methioninb Methionin+Sistinb Lisinb Energi Metabolisa(kkal/kg)Sumber : a Anggorodi (1985) b NRC (1994)

Kebutuhan 21,00 24,00 3,00 7,00 46 1,00 0,60 0,70 0,50 0,90 1,10 2800 - 3200

22

Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Ransum Komersil, BIS dan BISProbio Zat Makanan (%) Ransum Komersiala BR I Bahan Kering Abu Protein Kasar Serat Kasar Lemak Kasar Kalsium Phospor 87 6 21 5,5 4 0,9-1,2 0,7-0,9 BR II 87 6 19 5 4 0,9-1,2 0,7-0,9 89,26 3,28 18,41 14,33 6,16 0,58c 0,45c 90,75 3,88 19,31 14,78 6,78 0,58c 0,45c BISb BIS-Probiob Bahan Pakan

Keterangan : a Tertera dalam label pakan b Hasil analisis laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi (2010) c Yatno (2009)

Tabel 3. Susunan Ransum Perlakuan Bahan Pakan Ransum Komersil BIS-Probio Jumlah P0 100 0 100 P1 95 5 100 P2 90 10 100 P3 85 15 100 P4 80 20 100

Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan untuk Broiler umur 1-21 hari Zat Makanan (%) P0 Bahan Kering Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Abu Kalsium Phosphor GE(kkal/kg) 87 21 4 5,5 6 1,1 0,8 4100 P1 87,19 20,92 4,14 5,96 5,89 1,07 0,78 4072,15 P2 87,37 20,83 4,28 6,43 5,79 1,05 0,77 4044,30 P3 87,56 20,75 4,42 6,89 5,68 1,02 0,75 4016,45 P4 87,75 20,66 4,56 7,36 5,58 0,99 0,73 3988,60 Ransum Perlakuan*

Keterangan : * Hasil perhitungan ransum komersil BR I dan BIS-Probio.

Tabel 5. Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan untuk Broiler umur 22 -35 hari Zat Makanan (%) P0 Bahan Kering Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Abu Kalsium Phosphor GE(kkal/kg) 87 19 4 5 6 1,1 0,8 4100 P1 87,19 19,02 4,14 5,49 5,89 1,07 0,78 4072,15 Ransum Perlakuan* P2 87,37 19,03 4,28 5,98 5,79 1,05 0,77 4044,30 P3 87,56 19,05 4,42 6,47 5,68 1,02 0,75 4016,45 P4 87,75 19,06 4,56 6,95 5,58 0,99 0,73 3988,60

Keterangan : * Hasil perhitungan ransum komersil BR II dan BIS-Probio

Cara Kerja Persiapan Ransum

22

Ransum komersil yang dibeli dari PT. Japfa Comfeed dicampur dengan sinbiotik sesuai dengan perlakuan yang dicobakan. Ransum komersil dan BIS-Probio yang telah dicampur diaduk hingga homogen dan siap digunakan untuk diberikan pada ayam broiler selama periode pemeliharaan. Persiapan Kandang Kandang beserta peralatan yang akan digunakan dibersihkan dan didesinfeksi terlebih dahulu dengan cara penyemprotan menggunakan desinfektan, diikuti dengan pemasangan lampu dan litter kandang. Begitu juga dengan tempat pakan dan air minum dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Penimbangan dan Pengacakan Ayam Ayam yang baru datang diberi larutan gula untuk menghilangkan stress dan mengembalikan energi yang hilang selama dalam perjalanan, lalu ayam ditimbang untuk mengetahui bobot awal. Setiap kandang koloni diberi nomor dan kode perlakuan secara acak, kemudian sebanyak 400 ekor DOC ditempatkan secara acak ke dalam 20 unit kandang percobaan masing-masing 20 ekor ayam. Pemeliharaan Ayam Ayam dipelihara selama 5 minggu (35 hari). Ransum yang digunakan ditimbang sebelum diberikan, kemudian diberikan secara ad Libitum sesuai perlakuan. Sisa ransum dikumpulkan setiap akhir minggu dan kemudian ditimbang. Air minum juga diberikan secara ad libitum setiap hari bersama dengan pemberian ransum. Dalam upaya pencegahan penyakit maka dilakukan vaksinasi ND Hichner

melalui tetes mata pada ayam saat berumur 4 hari.

Rancangan percobaan dan Analisis Data Dalam penelitian ini rancangan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan, setiap ulangan diisi 20 ekor ayam broiler. Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut : P0 : 100% ransum komersial P1 : 95% ransum komersial + 5% BIS-Probio P2 : 90% ransum komersial + 10% BIS-Probio P3 : 85% ransum komersial + 15% BIS-Probio P4 : 80% ransum komersial + 20% BIS-Probio Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan, jika berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel and Torie, 1991)

Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah konsumsi ransum,

pertambahan bobot badan (PBB) dan konversi ransum.

22

Konsumsi ransum dihitung berdasarkan selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum setiap minggu dan dinyatakan dalam gram/ekor/minggu. Pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara mengurangi antara bobot badan awal minggu pada saat penimbangan dengan minggu sebelumnya dan dinyatakan dalam gram/ekor/minggu. Konversi ransum dihitung bardasarkan perbandingan konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan setiap minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. 2005. Bakteri probiotik sebagai starter dan implikasi efeknya terhadap kualitas yoghurt, ekosistem saluran pencernaan dan biokimia darah mencit. Program Pascasarjana. Universitas Padjajaran. Bandung. Aksi Agraris Kanius. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Ali dan Radu. 1998. Probiotics for Chickens. In Probiotics The Scientific Basic. Editor R. Fuller. Chapman and Hall, London. Amin dan Leksono. 2001. Antara Antibiotik, Probiotik www.surabayapost.info. Diakses pada 10 Mei 2010. dan Prebiotik.

Amrullah, K.I. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi Kompleks IPB. Bogor. Annonymous. 2008. Kompas. Ekonomi Petani Sawit Rentan. Jakarta :

Anonim1. 2002. Bungkil Kelapa Sawit untuk Pakan Broiler. Poultryindonesia.com. Anonim2. 2004. Feed Quality for Food Safety, Kapankah di Indonesia. Antibiotik dan Pengaruhnya. http://io.ppi-jepang. /2009/10/30/ Barrow, P.A. 1992. Probiotics for Chickcen. In Probiotics the scientific Basic ed roy Fuller 1st ed ohapman and Hall. London. Bromerg. 2001. Antara Antibiotik, Probiotik dan Prebiotik. www.surabayapost.info. Diakses pada 10 Mei 2010. Buckle dkk. 1987. Probiotik 2. Aplication and Pratical Aspects. 1 st.ed. Chapman and Hall, London. Dairo FAS, Fasuyi AO. 2008. Evaluation of fermented palm kernel meal ans

22

fermentation copra meal proteinas substitute for soybean meal protein as substitute for soybean meal protein in laying hens diets. J Cent Euro Agric. 9:35-44 Daud MJ, Jarvis MC, Rasidah A. 1993. Fibre of PKC and its potential as poultry feed. Proceeding. 16th MSAP Annual. Conference, Kuala Lumpur, Malaysia [Dirjen Perkebunan] Direktorat Jendral. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia (Kelapa Sawit) 2007-2009. Jakarta: sekretaris Direktorat Jendral Perkebunan. Fuller, R. 1992. History and Development of Probiotics. In Probiotics the Cientific basis. Edited by Fuller. Chapman and Hall. London. New York, Tokyo, Melbourne, Madras. Pp 1-7. Fuller, R. 1997. Probiotics 2: Applications and Practical Aspects. Published by Chapman and Hall, London., UK, pp: 1-209. Ichwan, M. W. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta. Jaelani, A. 2007. Hidrolisis bungkil inti sawit oleh kapang pendegradasi polisakarida mannan dan pengaruhnya terhadap penampilan ayam pedaging [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lopez, J. 2000. Probiotics in animal nutrition. Asian-aust. J. Anim. Sci. 13, special issue : 12-26. Midilli, M. and S.D. Tuncer, 2001. The effects of enzyme and probiotic supplementation to diets on broiler performance. Turk. J. Vet. Anim. Sci., 25:895-903. Nahashon, S.N., H.S. Nakaue and L.W. Mirosh. 1992. Effect of direct fed microbials on nutrient retention and productive parameters of laying pullets. Poult. Sci., 71 (Suppl. 1): 111 (Abstr.). North, M.O and Bell, D.D. 1990. Comercial Chicken Production Manual 4th Edt. The Aui Publ. Co. Inc Wesport, Connecticut. Orunmuyi M, Bawa GS, Adeyinka FD, Daudu OM, Adeyinka IA. 2006. Effects of graded levels of palm-kernel cake on performance of grower rabbits. Pakistan J Nutr. 5:71-74.

Owings, W.J., D.L. Reynolds, R.J. Hasiak and P.R. Ferket. 1990. Influence of dietary supplementation with streptococcus faecium M-74 on broiler body weight, feed conversion, carcass characteristics, and intestinal microbial colonization. Poult. Sci., 69:1257-1264. Scott M.L. Nesheim, M.C. Young R.J. 1982. Nutrion of the chicken M.L. Scott & Associates, New York. Siregar, B. 2004. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Dan Produk Fermentasinya Dalam Pakan Puyuh Petelur. Jambi : Laporan Penelitian Fakultas Peternakan UNJA Steel R. G. D. And Torrie J. H. 1991. Principle and Procedures of Statistics. Second Edition. (McGraw-hill book Company Aukkland, New Zealand). Suriawira. 1983. Reddy BS, 1998 : Prevention of colon cancer by pre- and probiotics : evidence from laboratory studies. Br J Nutr 80 (4):S219-23. Suharno dan Nazarudin. 1991. Beternak Ayam Potong. Kanisius. Yogyakarta. Tafsin M. 2007. Kajian polisakarida mannan dari bungkil inti sawit sebagai pengendali salmonella thypimurium dan immunostimulan pada unggas [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Tillman, A. D., A.F. Siregar, S. Rekso hadiprojo, S.Prawiro dan S.Lebdosoekodjo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Vila, B, E. Esteve-Garcia dan J. Brufau. 2010. Probiotic micro-organisms : 100 years of Innovation and efficacy ; modes of action. Worlds Poultry Science. 65 : 369-380. Yatno. 2009. Isolasi protein bungkil inti sawit dan kajian nilai biologinya sebagai alternatif bungkil kedelai pada puyuh [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Yeo, J., dan K. Kim. 1997. Effect of feeding diets containing an antibiotic, a probiotic, or yucca axtract on growth and intestinal urease activity in broiler chicks. Poultry Science 76 (2) : 381-38. Wahju, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press. Yogyakarta.

22