proposal kp perbaikan
TRANSCRIPT
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
PENGAMATAN KEGIATAN PEMBONGKARAN TANAH PENUTUP (OVERBURDEN)
PT. WAHANA BARATAMA MININGKECAMATAN SATUI KABUPATEN TANAH BUMBU
KALIMANTAN SELATAN
Oleh:
EDWIN NOVIANSYAH (H1C108069)
FANTRY ABDI ANDREANO (H1C108066)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
PENGAMATAN KEGIATAN PEMBONGKARAN TANAH PENUTUP (OVERBURDEN)
PT. WAHANA BARATAMA MININGKECAMATAN SATUI KABUPATEN TANAH BUMBU
KALIMANTAN SELATAN
Pengusul :
Mahasiwa I Mahasiswa II
Edwin Noviansyah Fantry Abdi AndreanoH1C108069 H1C108066
Mengetahui :
Ketua Program Studi S1 Teknik Pertambangan
NURHAKIM, MTNIP. 19730615 200003 1 002
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
PENGAMATAN KEGIATAN PEMBONGKARAN TANAH PENUTUP (OVERBURDEN)
PT. WAHANA BARATAMA MININGKECAMATAN SATUI KABUPATEN TANAH BUMBU
KALIMANTAN SELATAN
I. LATAR BELAKANG
Pertambangan batubara merupakan hal yang sangat fundamental bagi
ketersediaan energi pada saat ini. Baik sebagai pembangkit tenaga listrik,
industri pembuatan semen, peleburan bijih besi dan baja, dan lain-lain.
Permintaan batubara dari pasar domestik maupun mancanegara meningkat.
Sektor pertambangan juga menyerap banyak tenaga kerja maupun tenaga
ahli. Sehingga, menarik untuk mempelajari secara mendalam kegiatan-
kegiatan pertambangan.
Kegiatan pertambangan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan
persiapan (prospeksi), eksplorasi, studi kelayakan, development, eksploitasi,
pengolahan dan pemurnian, dan tahapan penutupan tambang (mine closure).
Tiap-tiap tahapan memiliki fungsi tersendiri yang harus dijalankan oleh
perusahaan agar dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat
diminimalisir.
Pemilihan sistem penambangan didasarkan pada keuntungan
maksimal yang dapat diperoleh. Faktor yang mempengaruhi sistem
penambangan yaitu karakteristik spasial dari endapan, faktor geologi dan
hidrogeologi, sifat-sifat geoteknik, konsiderasi ekonomi, faktor ekonomi,
serta faktor lingkungan. Objektif dasar dari pemilihan metode penambangan
adalah merancang sistem ekploitasi yang cocok pada kondisi lingkungan
aktual.
Maka untuk lebih mengetahui kegiatan-kegiatan penambangan dari
hulu hingga pengangkutan dan pengapalan, mahasiswa diberi kesempatan
untuk melakukan Kerja Praktek (KP) dan Seminar sebagai implementasi
dari ilmu yang didapat dibangku kuliah. Sebagai mahasiswa teknik
pertambangan, sudah seharusnya mempelajari alur-alur produksi dan
operasi pada suatu perusahaan pertambangan. Selain itu, melakukan Kerja
Praktek dan Seminar juga dapat membentuk mental bekerja, pola pikir yang
profesional, serta menambah kemampuan di lapangan dan pengalaman.
Salah satu kegiatan yang dilakukan pada pertambangan adalah
kegiatan pembongkaran tanah penutup. Pembongkaran tanah penutup
dilakukan untuk membuat lubang-lubang bukaan ke arah endapan bahan
galian, dalam hal ini batubara. Dalam hal ini diperlukan adanya peralatan
mekanis untuk mempermudah kerja yang dilakukan oleh perusahaan.
Pada kesempatan ini, penyusun mengajukan judul “Pengamatan
Kegiatan Pembongkaran Tanah Penutup (Overburden) PT. Wahana
Baratama Mining Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan”.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kerja praktek (KP) ini adalah :
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang peralatan mekanis yang
digunakan pada PT. Wahana Baratama Mining.
2. Mempraktekkan langsung teori yang didapatkan di bangku kuliah
sehingga dapat mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi di
lapangan.
Tujuan dari kerja praktek (KP) yang dilakukan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui peralatan mekanis yang digunakan pada pembongkaran
tanah penutup di PT. Wahana Baratama Mining.
2. Mengetahui jumlah alat gali muat dan alat angkut yang digunakan pada
pembongkaran tanah penutup di PT. Wahana Baratama Mining.
3. Mengetahui efektivitas kerja alat gali muat dan alat angkut serta
produktivitas kerja alat di PT. Wahana Baratama Mining.
4. Mengetahui keserasian (match factor) antara alat gali muat dengan alat
angkut pada pembongkaran tanah penutup di PT. Wahana Baratama
Mining.
III. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan pada pengumpulan data ini ada tiga, antara
lain:
1. Pengumpulan data
a. Primer, data primer berasal dari pengamatan, pengambilan data
langsung di lapangan, dan dokumentasi berupa foto yang diambil
langsung di lapangan.
b. Sekunder, data sekunder berasal dari berbagai sumber literatur seperti
diktat mata kuliah, buku-buku manual handbook alat, internet, serta
interview terhadap karyawan yang bersangkutan.
2. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan berdasarkan rumus-rumus
yang didapat dari beberapa buku literatur yang menunjang.
3. Pelaporan
Pelaporan dari kegiatan kerja praktek ini berisi hasil pengamatan dan
perhitungan dari data primer yang dapat dipertanggungjawabkan.
IV. BATASAN MASALAH
Masalah yang diamati terbatas pada kegiatan pembongkaran tanah
penutup pada bulan September 2011, di PT. Wahana Baratama Mining
Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Penyusun
membahas tentang peralatan mekanis yang digunakan untuk membongkar
tanah penutup (overburden) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
V. DASAR TEORI
Pemindahan Tanah Mekanis adalah semua pekerjaan yang
berhubungan dengan kegiatan penggalian (digging, breaking, loosening),
pemuatan (loading), pengangkutan (hauling, transporting), penimbunan
(dumping, filling), perataan (spreading, leveling) dan pemadatan
(compacting) tanah atau batuan dengan menggunakan alat-alat mekanis
(alat-alat berat/besar). Yang dimaksud dengan tanah disini adalah bagian
teratas dari kulit bumi yang relatif lunak, tidak begitu kompak dan terdiri
dari butiran-butiran lepas. Sedangkan yang dimaksud dengan batuan
adalah bagian kulit bumi yang lebih keras, lebih kompak dan terdiri dari
kumpulan mineral pembentuk batuan tersebut.
Oleh karena perbedaan kekerasan dari material yang akan digali
sangat bervariasi, maka sering dilakukan penggolongan-penggolongan
berdasarkan mudah-sukarnya digali dengan peralatan mekanis. Adapun
salah satu cara penggolongan material tersebut adalah :
1. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya :
a. tanah atas atau tanah pucuk (top soil).
b. pasir (sand).
c. lempung pasiran (sandy clay).
d. pasir lempungan (clayey sand).
2. Agak keras (medium hard digging), misalnya :
a. tanah liat atau lempung (clay) yang basah dan lengket.
b. batuan yang sudah lapuk (weathered rocks).
3. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya :
a. batu sabak (slate).
b. material yang kompak (compacted material).
c. batuan sedimen (sedimentary rocks).
d. konglomerat (conglomerate).
e. breksi (breccia).
4. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan
segar (fresh rocks) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum
dapat digali, misalnya :
a. batuan beku segar (fresh igneous rocks).
b. batuan malihan segar (fresh metamorphic rocks).
Macam-macam material ini berpengaruh terhadap faktor pengisian
(fill factor) dan faktor pengembangan (swell factor) dari tanah/batuan yang
digali.
Alat berat yang umum dipakai dalam pekerjaan pemindahan tanah
mekanis ada tujuh macam yaitu, Buldoser, Power Scrapper, Alat
pengangkut (Hauling units), Alat pemuat (Loading units), Alat penggaru
(Rooters/ Rippers), Alat penggilas (Rollers), Graders.
Alat berat dapat dibagi menurut dua kategori: berdasarkan
penggerak utamanya, dan berdasarkan fungsinya.
1. Pembagian Berdasarkan Penggerak Utama
Pembagian alat berat berdasarkan penggerak utamanya, dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Traktor roda kelabang (Crawler Tractor)
Crawler Tractor dibutuhkan jika antara roda dan permukaan
tanah dikehendaki gesekan yang besar, serta mendapatkan tenaga
maksimum pada waktu kerja, sebab Crawler Tractor tidak bisa
selip, tetapi kecepatannya sangat rendah; kecepatan maksimum
Crawler Tractor hanya sekitar 4,5 km/ jam. Umumnya Crawler
Tractor digunakan untuk menggusur tanah.
Kegunaan Crawler Tractor terutama sebagai:
- Tenaga penggerak untuk mendorong, misalnya: Buldoser, Loader.
- Tenaga penggerak untuk penarik, misalnya: Scrapper, Sheep foot
roller.
- Tenaga penggerak alat angkut, misalnya: truck.
- Tempat duduknya alat-alat berat lain, misalnya: Crane
Gambar 1. Crawler Tractor(Wedhanto, 2009)
b. Traktor yang menggunakan roda ban (wheel tractor).
Wheel Tractor menggunakan ban karet yang dipompa dan
penggunaannya dimaksudkan untuk memperoleh kecepatan yang
lebih besar dari Crawler Tractor, tetapi Wheel Tractor memiliki
daya tarik yang lebih kecil dari Crawler Tractor. Tipe Wheel
Tractor ada dua yaitu, Wheel Tractor roda dua dan Wheel Tractor
roda empat.
Jika dibandingkan dengan yang menggunakan roda empat
Wheel Tractor roda dua mempunyak kemungkinan selip yang lebih
besar, tetapi sebaliknya Wheel Tractor roda dua memiliki
kemampuan menarik yang lebih besar, sebab seluruh beratnya
dilimpahkan pada dua roda saja. Selain itu pemeliharaan Wheel
Tractor dengan roda dua lebih murah karena jumlah rodanya lebih
sedikit; tetapi karena rodanya lebih sedikit itulah maka Wheel
Tractor mempunyai ketahanan gelinding yang lebih kecil.
Wheel Tractor roda empat lebih nyaman dikemudikan; pada
kondisi kerja jalan yang sangat jelek lebih stabil sehingga
kemungkinan berjalan pada kecepatan yang lebih tinggi lebih besar.
Traktor jenis ini jika dilepas dapat bekerja sendiri.
Gambar 2. Wheel Tractor(Wedhanto, 2009)
2. Pembagian Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya, traktor dapat dibedakan menjadi:
Peralatan pekerjaan tanah, peralatan pengangkut, peralatan fondasi,
peralatan stone crusher, peralatan pengaspalan, dan peralatan lain-lain.
Mengingat ini merupakan alat berat yang digunakan sebagai
pemindahan tanah mekanis, maka peralatan yang dibahas hanya yang
berkaitan dengan pemindahan tanah mekanis saja yaitu peralatan
pekerjan tanah dan peralatan pengangkut.
a. Peralatan Pekerjaan Tanah
Peralatan pekerjaan tanah dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu:
alat penggusur tanah, alat penggali tanah, alat pemuat tanah, alat
perata tanah, dan alat pemadat tanah.
1) Alat Penggusur Tanah
Secara umum alat penggusur tanah dapat dibedakan menjadi dua
yaitu Bulldozer (Buldoser) dan scrapper.
a) Bulldozer
Buldoser-buldoser dapat dibedakan menjadi dua
yakni menggunakan roda kelabang (Crawler Tractor
Dozer) dan Buldoser yang menggunakan roda karet (Wheel
Tractor Dozer). Pada dasarnya Buldoser menggunakan
traktor sebagai tempat dudukan penggerak utama, tetapi
lazimnya traktor tersebut dilengkapi dengan sudu sehingga
dapat berfungsi sebagai Buldoser yang bisa untuk
menggusur tanah.
Gambar 3. Crawler Tractor Dozer (Wedhanto, 2009)
Gambar 4. Wheel Tractor Dozer (Wedhanto, 2009)
Buldoser digunakan sebagai alat pendorong tanah
lurus ke depan maupun ke samping, tergantung pada sumbu
kendaraannya. Untuk pekerjaan di rawa digunakan jenis
Buldoser khusus yang disebut Swamp Bulldozer.
Gambar 5. Swamp Dozer (Wedhanto, 2009)
b) Scrapper
Alat ini digunakan untuk menggali muatannya
sendiri, lalu mengangkut ke tempat yang ditentukan,
kemudian muatan itu disebagkan dan diratakan. Scrapper
mampu menggali/ mengupas permukaan tanah sampai
setebal + 2,5 mm atau menimbun suatu tempat sampai
tebal minimum + 2,5 mm pula. Scrapper dapat digunakan
untuk memotong lereng tanggul atau lereng bendungan,
menggali tanah yang terdapat diantara bangunan beton,
meratakan jalan raya atau lapangan terbang.
Efisiensi penggunaan Scrapper tergantung pada
kedalaman tanah yang digali, kondisi mesin, dan operator
yang bekerja. Jika ditinjau dari penggeraknya, jenis
Scrapper ada dua macam yakni Scrapper yang ditarik
Buldoser (Down Scrapper Tractor), dan Scrapper yang
memiliki mesin penggerak sendiri (Self Propelled
Scrappers).
Gambar 6. Scrapper (Wedhanto, 2009)
2) Alat Penggali Tanah
Alat penggali sering juga disebut excavator; ada dua tipe
excavator yaitu: excavator yang berjalan menggunakan roda
kelabang (crawler excavator) dan excavator yang
menggunakan roda karet dipompa (wheel excavator). Bagian-
bagian utama dari Excavator antara lain:
- Bagian atas yang dapat berputar (Revolving unit)
- Bagian bawah untuk berpindah tempat (Travelling unit)
- Bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti
sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan.
Gambar 7. Excavator (Wedhanto, 2009)
Bagian-bagian tambahan yang penting diketahui adalah:
Crane, Shovel, Back Hoe, Dragline, dan Clam shell. Bagian
bawah Excavator ada yang menggunakan roda rantai (Crawler
truck) ada yang dipasang di atas truck (mounted truck).
Gambar 8. Bagian Bawah Excavator (Wedhanto, 2009)
a) Crane
Crane (alat pengangkat) jenisnya ada bermacam-
macam: Crane gelegar, crane kolom putar, crane putar,
crane portal, crane menara, crane kabel, dan mobil crane.
Jenis yang banyak digunakan dalam proyek-proyek
bangunan sipil yang berkaitan dengan pemindahan tanah
adalah mobile crane, sebab crane ini dapat dengan mudah
dipindah-pindahkan, karena pekerjaan pemindahan tanah
secara mekanis membutuhkan mobilitas alat yang relatif
tinggi.
Gambar 9. Mobile Crane (Wedhanto, 2009)
b) Shovel
Alat ini baik untuk menggali tanah tanpa bantuan alat
lain, dan memasukkannya ke dalam truck atau alat angkut
lainnya. Shovel dapat juga digunakan untuk membuat
timbunan bahan-bahan persediaan seperti kerikil, pasir,
semen PC, dan sebagainya.
Umumnya Shovel dipasang di Truck Crawler. Dalam
pengunaannya Shovel terutama digunakan untuk menggali
tebing yang letaknya lebih tinggi dari tempat kedudukan alat
itu sendiri.
Gambar 10. Shovel (Wedhanto, 2009)
c) Back Hoe
Back Hoe adalah alat dari golongan Shovel yang
khusus dibuat untuk menggali material yang letaknya di
bawah tempat kedudukan alat itu. Jenisnya ada dua yaitu
Wheel Back Hoe dan Crawler Back Hoe
Gambar 11. Jenis Back Hoe (Wedhanto, 2009)
d) Dragline
Dragline merupakan alat penggali tanah dan dapat
sekaligus memuatkan pada alat-alat angkut misalnya truck,
traktor penarik gerobak, atau meletakkan tanah ke tempat-
tempat penimbunan yang dekat dengan lokasi galian. Pada
proyek-proyek yang membutuhkan pekerjaan penggalian
tanah dengan volume besar, biasanya Dragline bekerja
bersama-sama dengan Shovel; fungsi Shovel untuk menggali
(terutama pada lokasi-lokasi yang letaknya berada di atas
alat) sedangkan Dragline bekerja di daerah permukaan tanah
yang bekas digali.
Jika hasil galiannya terus dimuat ke dalam truck,
maka truk tersebut tidak perlu masuk ke dalam galian sebab
ada kemungkinan truk terjebak di lumpur dan tak bisa
keluar. Dragline dapat digunakan pada lokasi yang
berlumpur dan penuh air.
Dragline sangat baik untuk penggalian parit-parit,
sungai yang memiliki tebing yang curam sehingga
kendaraan untuk mengangkut hasil galian tak perlu masuk
ke lokasi galian. Kerugian penggunaan Dragline untuk
penggalian adalah produktivitasnya sangat rendah, jika
dibandingkan dengan Shovel yang punya kapasitas yang
sama hasilnya hanya sekitar 70 sampai 80% kapasitas
Shovel.
Gambar 12. Dragline(Wedhanto, 2009)
e) Clam Shell
Perbedaan antara Dragline dan Clam Shell hanya
terletak pada “Drag Bucket” yang digunakan saja. Clam
Shell lebih cocok jika digunakan pada bahan-bahan yang
berbutiran lepas seperti pasir, pasir, batu pecah, batu bara
dan sebagainya.
Clam Shell bekerja dengan mengisi bucket,
mengangkat ke arah vertikal ke atas kemudian dengan
gerakan memutar, mengangkut ke tempat yang dikehendaki
di sekelilingnya, dan kemudian ditumpahkan ke dalam truck
atau alat angkut lainnya, atau hanya menumpuk material
yang digali ke tempat-tempat yang ada disekelilingnya.
Gambar 13. Clam Shell(Wedhanto, 2009)
3) Alat Pemuat (Loader)
Loader adalah alat pemuat hasil galian/ gusuran dari alat
berat lainnya seperti Buldoser, Grader dan sejenisnya. Pada
prinsipnya Loader merupakan alat pembantu untuk mengangkut
material dari tempat-tempat penimbunan ke alat pengangkut
lain. Selain itu Loader dapat digunakan sebagai alat pembersih
lokasi (Cleaning) yang ringan, untuk menggusur bongkaran,
menggusur tonggak-tonggak kayu kecil, menggali pondasi
basement dan lain-lain.
Loader merupakan alat pengangkut material dalam jarak
pendek, bila digunakan sebagai alat pengangkut maka Loader
dapat bekerja lebih baik dari Buldoser, sebab dengan
menggunakan Loader tak ada material yang tercecer. Jenis
Loader ada dua yaitu Loader dengan roda rantai (Crawler
Loader), dan Loader dengan roda karet (Wheel Loader).
Dalam pemilihan Loader sebagai alat pengangkut, hal
yang perlu diperhitungkan adalah beban harus diperhitungkan
jangan sampai berat muatan melebihi berat dari loader itu
sendiri, sebab ada kemungkinan Loader dapat terjungkal ke
depan, lebih-lebih jika digunakan Wheel Loader.
Gambar 14. Jenis Loader(Wedhanto, 2009)
4) Alat Perata Tanah
Alat perata tanah (Grader) berfungsi untuk meratakan
pembukaan tanah secaa mekanis; dusamping itu Grader dapat
dipakai pula untuk keperluan lain misalnya untuk penggusuran
tanah, pencampuran tanah, meratakan tanggul, pengurugan
kembali galian tanah dan sebagainya; akan tetapi khusus untuk
penggunaan pada pekerjaan pengurugan kembali galian tanah
hasilnya kurang memuaskan.
Beberapa pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh Grader
antara lain adalah:
- Perataan tanah (Spreading).
- Pekerjaan tahap akhir (finishing) pada “pekerjaan tanah”.
- Pencampuran tanah maupun pencampuran material (Side cast/
mixing).
- Pembuatan parit (Crowning Ditching)
- Pemberaian butiran tanah (scarifying)
Gambar 15. Grader(Wedhanto, 2009)
5) Alat Pemadat Tanah
Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan
raya, tanggul sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan
semaksimal mungkin. Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala
kecil pemadatan tanah dapat dilakukan dengan cara
menggenangi dan membiarkan tanah menyusust dengan
sendirinya, namun cara ini perlu waktu lama dan hasilnya
kurang sempurna; agar tanah benar-benar mampat secara
sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan tanah.
Pemadatan tanah secara mekanis umumnya dilakukan
dengan menggunakan mesin penggilas (Roller); klasifikasi
Roller yang dikenal antara lain adalah:
- Berdasarkan cara geraknya; ada yang bergerak sendiri, tapi ada
juga yang harus ditarik traktor.
- Berdasarkan bahan roda penggilasnya, ada yang terbuat dari
baja (Steel Wheel) dan ada yang terbuat dari karet
(pneumatic).
- Dilihat dari bentuk permukaan roda; ada yang punya
permukaan halus (plain), bersegmen, berbentuk grid,
berbentuk kaki domba, dan sebagainya.
- Dilihat dari susunan roda gilasnya; ada yang dengan roda tiga
(Three Wheel), roda dua (Tandem Roller), dan Three Axle
Tandem Roller.
- Alat pemadat yang menggunakan penggetar (vibrator).
Gambar 16. Roller(Wedhanto, 2009)
b. Peralatan Pengangkut
Alat yang khusus digunakan sebagai alat angkut adalah truck
sebab: mempunyai kemampuan yang besar, dapat bergerak dengan
cepat, punya kapasitas angkut yang besar, dan beaya operasional
yang murah.
Salah satu syarat yang perlu dipenuhi agar truck dapat
digunakan dengan baik, efektif, dan efisien adalah jalan angkut
yang cukup rata, kuat, dan keras. Pada jalan angkut dengan kondisi
jelek, perlu penggunaan truck-truck cross countrying yang harga
dan beaya operasionalnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan
truck-truck biasa. Truck jenis ini dalam pekerjaan konstruksi
bangunan sipil dikenal dengan nama Dump Truck.
Dump Truck dapat menumpahkan muatan secara hidrolis
yang menyebabkan satu sisi baknya terangkat, sedangkan satu sisi
lainnya berfungsi sebagai sumbu putar atau engsel. Jika dilihat dari
cara pengosongan muatan, jenis truck dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu: End-Dump atau Rear Dump, yaitu Dump Truck dengan cara
pengosongan muatan ke belakang, Side-Dump, Dump Truck dengan
cara pengosongan muatan ke samping, dan Bottom-Dump, Dump
Truck dengan cara pengosongan muatan ke samping.
Gambar 17. Perbandingan Truck dan Dump Truck(Wedhanto, 2009)
Gambar 18. Pembagian Dump Truck Menurut Cara Pengosongan Muatan
(Wedhanto, 2009)Berdasarkan ukuran muatannya, dump truck dapat
dibedakan menjadi tiga: Ukuran kecil, memiliki kapasitas angkut
maksimum 25 ton, ukuran sedang memiliki kapasitas 25 sampai 100
ton, dan ukuran besar jika kapasitasnya lebih dari 100 ton.
Gambar 19. Dump Truck Ukuran Besar (Wedhanto, 2009)
Untuk dapat membuat rencana kerja yang realistis, rapi, dan
teratur, sebelum menjatuhkan pilihan jenis alat yang akan digunakan, perlu
dipelajari dan penelitian kondisi lapangan dimana pekerjaan akan
dilakukan. Komponen-komponen lapangan yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Jalan dan sarana angkutan.
Data jalan dan sarana angkutan yang ada dibutuhkan untuk
pengangkutan alat-alat mekanis dan logistik menuju ke tempat kerja;
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi adalah:
a. Lokasi proyek dilalui, atau dekat dengan jalan umum yang sudah
ada.
b. Lokasi proyek dilalui, atau dekat dengan jalur kereta api.
c. Lokasi proyek dekat dengan sungai besar, sehinggga
memungkinkan transportasi lewat sungai.
d. Lokasi proyek dekat dengan lapangan terbang atau pelabuhan laut.
e. Belum ada jalur umum atau kereta api ke arah lokasi proyek,
sehingga perlu pembuatan jalan baru ke jalau umum terdekat yang
sudah ada.
2. Jenis vegetasi di lokasi proyek
Jenis vegetasi atau tumbuhan yang ada di t empat kerja perlu
diteliti, apakah lokasi tersebut terdiri dari hutan besar, semak, rawa,
pohon besar dengan akar yang kuat, dan sebagainya. Dengan demikian
dapat ditentukan jenis alat berat yang akan dipakai, berapa jumlahnya,
bagaimana cara pembersihannya, berapa lama alat itu akan dipakai,
dan berapa ongkosnya.
3. Macam dan perubahan volume dari material.
Macam dan perubahan volume dari material di suatu lokasi
perlu diketahui,sebab pada dasarnya tiap macam tanah atau batuan
memiliki sifat fisik dan mineralyang berbeda, sehingga macam
material yang terdapat disuatu lokasi proyek harusdiketahi dengan
tepat, apa jenis dari material tersebut.
Pekerjaan pemindahan tanah pada dasarnya merupakan
pekerjaan untuk meratakan suatu daerah; umumnya jika digali tanah
atau batuan akan bertambah volumenya sekitar 30%, dan akan
berkurang sekitar 10% kalau sudah dipadatkan kembali di tempat lain.
Sifat-sifat tanah seperti basah/ kering, lengket/ tidak, keras/ lunak, dan
sebagainya perlu diketahui, sebab akan mempengaruhi hasil kerja alat
yang dipakai dan lama pekerjaan itu harus dilakukan.
Tanah atau batuan yang keras lebih sukar untuk dikoyak,
digali, atau dikupas, hal ini tentu akan menurunkan produktivitas alat
mekanis yang dipakai. Tanah yang banyak mengandung humus dan
subur, harus dipisahkan sebab dapat dipakai lagi untuk menutup
tempat penimbunan bila daerah tersebut harus segera ditanami
(reklamasi).
4. Daya dukung material setempat.
Daya dukung material setempat sangat menentukan pemilihan
jenis alat, sebab ketika alat berat berada di atas tanah atau batuan, alat
tersebut akan memberikan gaya tekan pada lapisan tanah/ batuan
dimana alat itu berada. Tanah/ batuan yang tertekan itu akan
memberikan reaksi atau perlawanan yang disebut daya dukung. Bila
daya tekan lebih besar dari daya dukung material, maka alat tersebut
akan tenggelam/ terbenam. Nilai daya dukung tanah dapat diketahui
dengan cara pengukuran langsung di lapangan menggunakan cone
penetrometer.
5. Iklim.
Iklim dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, hujan yang
sangat lebat dapat menghambat kelancaran pekerjaan, sebab tanah
menjadi becek dan lengket yang mengakibatkan alat tak dapat bekerja
secara maksimal, tetapi sebaliknya, pada musim kemarau akan
menimbulkan banyak debu. Untuk mengetahui kondisi klim setempat,
diperlukan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi terdekat.
6. Ketinggian dari permukaan laut.
Ketinggian dari permukaan laut berpengaruh pada kerja mesin,
sebab cara kerja mesin dipengaruhi oleh kerapatan udara setempat.
Semakin tinggi lokasi proyek, kerapatan udara di tempat itu semakin
rendah. Berdasarkan pengalaman, tenaga diesel akan berkurang kira-
kira 3% setiap kenaikan 300 ft dari permukaan laut, hal ini akan
menyebabkan turunnya produksi alat, dan dapat menambah ongkos
untuk tiap satuan volume atau berat.
7. Kemiringan, jarak, dan kondisi jalan.
Kemiringan, jarak, dan kondisi jalan perlu diperhitungkan,
sebab kondisi jalan yang akan dilalui sangat berpengaruh pada daya
angkut dan kemampuan alat angkut yang dipakai. Jalur jalan yang
baik, membuat kapasitas angkut dari alat yang dipakai menjadi bedar,
sebab alat angkut dapat bergerak lebih cepat.
Kemiringan dan jarak angkut harus diukur dengan teliti, sebab
akan menentukan cycle time (waktu tempuh) dalam pengangkutan
material tersebut. Kecerobohan penentuan kemiringan, jarak angkut,
dan kondisi jalan (lebar, kekuatan, dan kelas jalan) dapat menurunkan
jumlah material yang diangkut oleh alat angkut yang digunakan, hal ini
akan menambah ongkos pengangkutan.
8. Efisiensi kerja.
Efisiensi kerja perlu dipertimbangkan karena orang atau mesin
tak mungkin selamanya mampu bekerja 60 menit selama satu jam,
sebab pasti ada hambatanhambatan walau sekecil apapun. Berdasarkan
pengalaman lapangan, efisiensi kerja jarang dapat mencapai 83%.
9. Syarat penyelesaian pekerjaan.
Syarat penyelesaian pekerjaan untuk mengetahui, kapan
pekerjaan itu telah dianggap selesai; biasanya ada syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhi, misalnya ditempat-tempat tertentu harus ditanami
pohon, bunga, rumput dari jenis tertentu, dan sebagainya. Pekerjaan-
pekerjaan tersebut harus dihitung, karena menambahwaktu kerja,
peralatan, dan ongkos kerja.
10. Syarat penimbunan tanah.
Syarat penimbunan tanah untuk mengetahui bagian pekerjaan
mana yang menghendaki timbunan perlu diratakan, dipadatkan, atau
persyaratan kelembaban tertentu supaya tidak terjadi amblesan dan
menjamin kemantapan lereng. Untuk itu ada kemungkinan dibutuhkan
alat-khusus. Kemungkinan lain timbunan disyaratkan harus rapi dan
dapat segera ditanami; halhal di atas akan menambah waktu kerja, alat,
dan ongkos; oleh sebab itu syarat penimbunan harus dicermati agar
semua jenis pekerjaan yang dipersyaratkan dapat diperhitungkan
dengan teliti.
11. Waktu.
Waktu berkaitan dengan alat berat yang digunakan, sebab
pekerjaan yang dilakukan menggunakan alat berat harus diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh sebab itu kapasitas
harian yang sudah ditentukan harus dipenuhi, sebab ongkos sewa alat
berat umumnya dihitung dalam satuan jam sehingga beaya sewa sangat
tinggi.
Untuk itu perlu pengetahuan dan data lengkap untuk
mengetahui perkiraan kemampuan alat yang dipakai, agar jumlahnya
cukup memenuhi kapasitas harian yang telah ditentukan. Bila
pekerjaan yang menggunakan alat berat itu di sub oleh kontarktor lain,
maka bila pekerjaan dapat diselesaikan sebelum batas waktu yang telah
disepakati, sub kontraktorr berhak mendapatkan premi dari
perhitungan sewa alat; tapi sebaliknya jika terlambat, maka nontraktor
harus membayar ganti rugi ongkos sewa alat.
12. Ongkos produksi.
Ongkos produksi yang harus diperhitungkan dengan cermat
meliputi:
a. Ongkos tetap, misalnya asuransi, depresiasi, pajak, dan bunga
pinjaman.
b. Ongkos operasional, misalnya upah, ongkos pemeliharaan alat,
service alat, pembelian suku cadang, BBM, dan sebagainya.
c. Ongkos pengawasan, misalnya gaji mandor, teknisi, direksi, dan
lain-lain.
d. Ongkos lain-lain, misalnya biaya upacara, peresmian, jamuan
untuk tamu, dan sejenisnya.
Berikut ini akan dibahas mengenai produktivitas beberapa
peralatan mekanis, antara lain produktivitas bulldozer, backhoe, power
shoevel, loader dan dump truck.
1. Bulldozer
Produktivitas bulldozer tergantung pada tiga hal, yaitu jenis
dan ukuran blade, mesin penggerak serta jarak tempuhnya.
Kapasitas blade (V) pada bulldozer dapat dirumuskan sebagai
berikut.
V=WHL2
Keterangan gambar
Gambar 20. Kapasitas blade pada bulldozer(Bahan Ajar Pemindahan Tanah Mekanis, 2010)
Produksi per jam bulldozer saat menggusur dirumuskan
sebagai berikut.
Q=q ×60CT
× e× E
dimana produksi per siklus adalah
q=V ×a
Keterangan:
Q = Produksi per jam (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
CT = Cycle time (menit)
e = Grade factor
E = Efisiensi kerja
V = Kapasitas blade (m3)
a = Blade factor
2. Backhoe
Backhoe adalah alat yang khusus dibuat untuk menggali
material di bawah permukaan tanah atau di bawah tempat
kedudukan alatnya dan juga sebagai alat muat. Untuk menghitung
produksi backhoe faktor yang mempengaruhinya antara lain
kapasitas bucket, dalam galian, jenis material yang digali, sudut
swing dan keadaan medan kerja. Perhitungan produksi backhoe
yang diamati secara langsung yaitu sebagai berikut.
Q=q ×3600CT
× E
dimana produksi per siklus adalah
q=q1× K
Keterangan:
Q = Produksi per jam (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
CT = Cycle time (detik)
E = Efisiensi kerja
q1 = Kapasitas bucket (m3)
K = Bucket fill factor
3. Power Shovel
Power shovel merupakan alat mekanis yang sejenis seperti
backhoe, hanya saja digunakan untuk menggali material yang
letaknya di atas permukaan tempat alat tersebut berada.
Perhitungan produksi power shovel hampir sama dengan dengan
perhitungan produksi backhoe, yaitu sebagai berikut.
Q=q ×3600CT
× E
dimana produksi per siklus adalah
q=q1× K
dengan waktu edar (cycle time)
CT=waktumenggali × waktuberputar (terisi )× waktumemuat ×waktu berputar ( kosong)
Keterangan:
Q = Produksi per jam (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
CT = Cycle time (detik)
E = Efisiensi kerja
q1 = Kapasitas bucket (m3)
K = Bucket fill factor
4. Loader
Sama halnya dengan backhoe dan power shovel, loader juga
berfungsi sebagai alat muat. Hanya saja, karena ukuran bucket-nya
yang cenderung lebar, alat ini juga berfungsi untuk membuat
timbunan material. Produksi loader untuk membuat timbunan suatu
material dirumuskan sebagai berikut.
Q=q ×3600CT
× E
dimana produksi per siklus adalah
q=q1× K
dengan waktu edar (cycle time)
CT = D1000 VF
60
+ D1000 VR
60
+Z
Keterangan:
Q = Produksi per jam (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
CT = Cycle time (detik)
E = Efisiensi kerja
q1 = Kapasitas bucket (m3)
K = Bucket fill factor
D = Jarak untuk memuat (m)
VF = Kecepatan berangkat berisi muatan (km/jam)
VR = Kecepatan kembali (km/jam)
Z = Waktu tunda (menit)
5. Dump Truck
Dump truck merupakan salah satu jenis alat angkut, sering
digunakan untuk mengangkut tanah, endapan bijih, batuan, dll.
Karena kecepatannya yang tinggi (pada jalur yang baik), maka truk
memiliki produksi yang tinggi. Produktivitas truk ditentukan oleh
waktu siklusnya, dimana dalam satu siklus waktu truk tersebut
terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu
penumpahan material, waktu perjalanan kembali dan waktu
manuver. Produktivitas dump truck dapat dirumuskan sebagai
berikut.
P=C ×60CT
× Et × M
dimana C adalah produksi dump truck per siklus
C=n × q1× K
Keterangan:
P = Produksi per jam (m3/jam)
Et = Efisiensi kerja dump truck
M = Jumlah truk untuk total produksi alat angkut
C = Produksi per siklus
n = Jumlah siklus untuk pengisian dump truck
q1 = Kapasitas bucket loader (m3)
K = Bucket fill factor
Untuk memperkirakan produksi alat berat secara teliti perlu
dipelajari faktor-faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi hasil
kerja alat tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Tahanan gali (Digging Resistance)
Tahanan gali (Digging Resistance, sering disingkat DR)
marupakan tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan
penggalian material, penyebab timbulnya atahanan ini adalah:
a. Gesekan antara alat gali dan tanah; umumnya semakin besar
kelembaban dn kekerasan butiran tanah, maka semakin besar pula
gesekan alat dan tanah yang terjadi.
b. Kekerasan dari material yang digali.
c. Kekasaran dan ukuran butiran tanah atau material yang digali.
d. Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali, dan kohesi antara
butiran tanah itu sendiri.
e. Berat Jenis tanah (terutama berpengaruh pada alat gali yang
berfungsi sebagai alat muat, misalnya Power Shovel, Clamshell,
Dragline dan sejenisnya).
Besarnya tahanan gali (DR) tak dapat dicari angka reratanya,
oleh karena itu biasanya langsung ditentukan di tempat.
2. Tahanan guling atau tahanan gelinding (Rolling Resistance)
Tahanan guling/ tahanan gelincir (Rolling Resistance, biasa
disingkat RR) merupakan segala gaya-gaya lyar yang berlawanan arah
dengan arah gerak kendaraan yang sedang berjalan di atas suatu jalur.
Bagian yang mengalami Rolling Resistance (RR) secara langsung
adalah ban bagian luar kendaraan, tahanan guling (RR) tergantung
pada banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah:
a. Keadaan jalan (kekerasan dan kemulusan permukaan jalan);
semakin keras dan mulus atau rata jalan tersebut, maka tahanan
gulingnya (RR) semakin kecil.
b. Keadaan ban yang bersangkutan dan permukaan jalur jalan. Jika
memakai ban karet, maka yang berpengaruh adalah ukuran,
tekanan, dan permukaan dari ban alat berat yang digunakan;
apakah ban luar masih baru, atau sudah gundul, dan bagaimana
model kembangan ban itu. Jika menggunakan Crawler yang
berpengaruh adalah kondisi jalan.
Besarnya RR dinyatakan dalam pounds (lbs) dan rimpull yang
diperlukan untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta
isinya pada jalur mendatar, dan dengan kondisi jalan tertentu.
Gambar 21. Arah Tahanan Gulir (RR) (Wedhanto, 2009)
3. Tahanan kemiringan (Grade Resistance)
Grade Resistance (GR) adalah besarnya gaya berat yang
melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur
jalan yang dilalui. Jika jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif,
Tahanan Kemiringan atau Grade Resistance (GR) akan melawan gerak
kendaraan; tetapi sebaliknya, jika jalan itu turun disebut kemiringan
negatif, tahanan kemiringan akan membantu gerak kendaraan.
Gambar 22. Tahanan Kemiringan (GR) (Wedhanto, 2009)
Tahanan kemiringan tergantung pada dua faktor yaitu:
a. Besarnya kemiringan (dinyatakan dalam %)
b. Berat kendaraan itu sendiri (dinyatakan dalam Gross-ton)
Biasanya tahanan kemiringan dihitung sebagai berikut: “Tiap
kemiringan 1% besarnya tahanan kemiringan rata-rata = 20 lbs dari
besarnya kekuatan tarik mesin yang digunakan untuk menggerakkan
ban yang menyentuh permukaan jalur jalan. Besarnya dihitung untuk
tiap gross-ton berat kendaraan beserta isinya”.
4. Koefisien Traksi
Koefisien Traksi (CT) adalah faktor yang menunjukkan berapa
bagian dari seluruh kendaraan itu pada ban atau truck yang dapat
dipakai untuk menarik atau mendorong. Jadi CT adalah suatu faktor
dimana jumlah berat kendaraan pada ban penggerak itu harus dikalikan
untuk menunjukkan Rimpull maksimum antara ban dengan jaur jalan,
tepat sebelum roda itu selip. Jika terdapat geseran yang cukup antara
permukaan roda dengan permukaan jalan, maka tenaga mesin tersebut
data dijadikan tenaga traksi yang maksimal.
Besarnya CT tergantung pada:
a. Kondisi ban yang meliputi: macam dan bentuk kembangannya;
untuk crawler truck tergantung pada keadaan dan bentuk trucknya.
b. Kondisi permukaan jalan (basah, kering, keras, lunak, rata,
bergelombang, dan sebagainya)
c. Berat kendaran yang diterima oleh roda.
5. Rimpull
Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan
oleh mesin atau bapenggerak yang menyentuh permukaan jalur jalan
dari suatu kendaraan. Rimpull biasanya dinyatakan dalam satuan kg
atau lbs. Jika Koefisien Traksi (CT) cukup tinggi sehingga roda tidak
selip, atau CT mampu menghindari selip, maka besarnya rimpull
maksimum yang dapat diberikan oleh mesin/ ban kendaraan adalah
fungsi dari tenaga mesin (dsalam Horse Power) daverseneling antara
mesin dan rodanya.
Jadi: RP = (HP x 375 x Efisiensi mesin)/ (Kecepatan mesin
dalam mph)
Keterangan rumus:
RP = Rimpull (Kekuatan tarik kendaraan) lbs
HP = Horse Power (Tenaga mesin) HP
375 = Angka konversi
Efisiensi mesin = 80 – 85%
Tetapi jika ban kendaraan telah selip, maka besarnya Rimpull
dihitung sama dengan tenaga pada roda penggeraknya dikalikan CT.
Jadi saat selip RP = Tenaga Roda Penggerak x CT.
6. Percepatan
Percepatan (Acceleration) adalah waktu yang di[perlukan
untuk mempercepat kendaraan dengan memakai kelebihan Rimpull
yang tidak digunakan untuk menggerakkan kendaran pada jalur
tertentu. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan
tergantung pada beberapa faktor yaitu:
a. Berat kendaraan; semakin berat kendaraan beserta isinya, semakin
lama waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan tersebut untuk
menambah kecepatannya.
b. Kelebihan rimpull yang ada.; semakin besar kelebihan Rimpull
pada suatu kendaraan, maka semakin cepat kendaraan itu dapat
dipercepat.
Percepatan tak mungkin dihitung secara tepat, tetapi dapat
diperkirakan memakai rumus Hukum Newton.
F=(W x a)
G
a = (F x g)
W
Keterangan Rumus:
F = Kelebihan Rimpul (lbs)
G = Percepatan karena gaya gravitasi = 32,2 ft/ det2
W = Berat kendaraan beserta isinya (lbs)
a = Percepatan (ft/ det2)
7. Elevasi Letak Proyek
Elevasi berpengaruh terhadap hasil kerja mesin, karena kerja
mesin dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur udara luar.
Berdasarkan pengalaman, kenaikan 1000 ft (300 m) pertama dari
permukaan laut, tidak akan berpengaruh pada mesin-mesin empat tak;
tetapi untuk selanjutnya setiap kenaikan 1000 ft ke dua (dihitung dari
permukaan laut) HP rata-rata berkurang sebesar ±3%; sedangkan pada
mesin-mesin 2 tak, kemerosotannya berkisar 1%.
8. Efisiensi Operator
Faktor manusia sebagai operator alat sangat sukar ditentukan
dengan tepat, sebab selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, bahkan
dari jam ke jam, tergantung pada keadaan cuaca, kondisi alat yang
dikemudikan, suasana kerja dan lain-lain. Biasanya memberikan
perangsang dalam bentuk bonus dapat mempertinggi efisiensi operator
alat.
Dalam bekerja seorang operator tak akan dapat bekerja selama
60 menit secara penuh, sebab selalu ada hambatan-hambatan yang tak
dapat dihindari seperti pengantian komponen yang rusak,
memindahkan alat ke tempat lain, dan sebagainya. Beberapa
pengertian untuk menentukan kondisi alat dan efisiensi pengunaannya,
antara lain:
a. Avability Index (AI)
Avability Index (AI) adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi
dari alat tersebut sesungguhnya.
AI = W
W +Rx 100 %
Keterangan Rumus:
AI = Ability Index (%)
W = Jumlah Jam Kerja (jam)
R = Jumlah jam untuk perbaikan alat (jam)
b. Physical Avaibility (PA)
Adalah suatu cara untuk mengetahui tentang kondisi fisik dari alat
yang digunakan.
PA = W +S
W +R+Sx 100 %
Keterangan Rumus:
PA = Physical Avaibility (%)
W = Jumlah Jam Kerja (jam)
R = Jumlah jam untuk perbaikan alat (jam)
S = Jumlah jam suatu alat yang tidak rusak tapi tidak digunakan
c. Use Of Ability (UA)
Menunjukkan berapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat
untuk beroperasi pada saat alat itu digunakan.
UA = W
W +Sx 100 %
UA menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan yang
digunakan itu.
d. Effective Utilization (EU)
Pengertian EU sebenarnya sama saja dengan pengertian efisiensi
kerja, yaitu menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja
yang tersedia itu dapat dimanfaatkan untuk bekerja secara
produktif.
EU = W
W +R+Sx 100 %
9. Faktor pengembangan atau pemuaian (Swell Factor)
Tanah maupun massa batuan yang ada di alam ini telah dalam
kondisi terkonsolidasi dengan baik, artinya bagian-bagian yang kosong
atau ruangan yang terisi udara diantara butirannya sangat sedikit;
namun demikian jika material tersebut digali dari tempat aslinya, maka
terjadilah pengembangan atau pemuaian volume.
Tanah asli yang di alam volumenya 1 m3, jika digali
volumenya bisa menjadi 1,25%, ini terjadi karena tanah yang digali
mengalami pengembangan dan pemuaian dari volume semula akibat
ruang antar butirannya yang membesar. Faktor pengembangan dan
pemuaian volume material perlu diketahui, sebab pada waktu
penggalian material volume yang diperhitungkan adalah volume dalam
kondisi Bank Yard, yaitu volume aslinya seperti di alam. Akan tetapi
pada waktu perhitungan penangkutan material, volume yang dipakai
adalah volume material setelah digali, jadi material telah mengembang
sehingga volumenya bertambah besar.
Kemampuan alat angkut maksimal biasanya dihitung dari
kemampuan alat itu mengangkut material pada kapasitas munjung, jadi
bila kapasitas munjung dikalikan dengan faktor pengembangan
material yang diangkut, akan diperoleh Bank Yard Capacity-nya.
Tetapi sebaliknya, bila Bank Yard itu dipindahkan lalu dipadatkan di
tempat lain dengan alat pemadat mekanis, maka volume material
tersebut menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena material
menjadi benar-benar padat, jika 1 m3 tanah dalam kondisi Bank Yard
dipadatkan, maka volumenya menjadi sekitar 0,9 m3 tanah mengalami
penyusutan sekitar 10%.
10. Berat material.
Berat material yang diangkut oleh alat-alat angkut dapat
berpengaruh pada:
a. Kecepatan kendaraan dengan HP yang dimilikinya
b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan
kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilalui
c. Membatasi volume material yang diangkut.
Oleh sebab itu, berat jenis material harus diperhitungkan
pengaruhnya terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.
Pada bahasan ini yaitu mengenai faktor kesesuaian (match factor),
erat kaitannya dengan alat gali muat dan alat angkut. Match factor adalah
cara yang digunakan untuk menentukan faktor kesuaian alat. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan alat gali muat dan alat angkut
dalam kegiatan pemindahan tanah mekanis.
Match Factor yang baik adalah bernilai 1, yang artinya antara alat
gali muat dan alat angkut matching / singkron atau kedua-duanya sama
sibuknya atau tidak ada yang menunggu. Apabila bernilai lebih dari 1
berarti alat angkut akan sering menganggur. Namun apabila bernilai
kurang dari 1, alat gali muat yang lebih sering menganggur. Adapun
perhitungan match factor dirumuskan sebagai berikut.
MF= Na× CtmNm×Cta
Dimana:
MF = Match Factor
Na = Jumlah alat angkut (unit)
Nm = Jumlah alat gali muat (unit)
Cta = Cycle time alat angkut (menit)
Ctm = Cycle time alat gali muat (menit)
VI. METODE KEGIATAN KERJA PRAKTEK
Metode kegiatan kerja praktek yang kami gunakan berdasarkan
beberapa hal di bawah ini:
1. Metode Pustaka
Kegiatan kerja praktek akan didahului dengan persiapan dan
mempelajari buku-buku literatur tentang peralatan mekanis serta buku
panduan yang berhubungan dengan pembongkaran tanah penutup.
2. Metode Pengamatan
Kegiatan kerja praktek ini merupakan pengamatan yang
dilakukan secara langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan pada
kegiatan pembongkaran tanah penutup. Adapun yang diamati adalah
peralatan mekanis yang digunakan di PT. Wahana Baratama Mining.
3. Metode Analisa Data
Kegiatan dilakukan dengan mengambil data-data secara langsung
di lapangan dan melakukan analisa data tersebut sesuai dengan teori.
Data-data yang diperlukan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diambil langsung di lapangan, seperti cara melakukan pengupasan
tanah penutup menggunakan peralatan mekanis di lapangan. Data
sekunder diperoleh dari perusahaan terkait berupa kondisi geologi, data
curah hujan dan lain-lain.
Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil kegitan ini serta data
yang diperoleh dari hasil pengamatan dan bahan-bahan yang
dikumpulkan, kemudian dikelompokan untuk selanjutnya disusun untuk
dibuat laporan. Pengolahan dibuat berdasarkan pada data yang didapat
dari kerja peralatan mekanis, sehingga analisa data hanya terbatas pada
kerja peralatan mekanis dan faktor yang berhubungan dengan itu.
Data-data primer, seperti data alat gali muat, alat angkut dan cycle
time, merupakan data yang digunakan dalam pembuatan laporan kerja
praktek. Berdasarkan data tersebut akan dilakukan perhitungan sesuai
dengan rumus yang digunakan oleh perusahaan dan disesuaikan dengan
teori-teori yang didapat di bangku kuliah. Analisa hasil pengolahan data
merujuk pada produktivitas dan efektifitas kerja alat, sehingga
didapatkan faktor keserasian antara alat gali muat dengan alat angkut.
VII. WAKTU PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Kegiatan kerja praktek ini di usulkan selama 1 bulan (30 hari) yaitu
pada tanggal 5 September 2011 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2011.
Dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Kegiatan Kerja Praktek
minggu ke -
1 2 3 4
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pembuatan Laporan
Presentasi
VIII. TEMPAT PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Kegiatan kerja praktek ini bertempat di PT. WAHANA BARATAMA
MINING, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan
Selatan
IX. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak
perusahaan dengan harapan dapat memudahkan pelaksanaan Kerja Praktek
(KP) nantinya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini banyak
terdapat kekurangan atau kekeliruan, untuk itu dimohon adanya saran
konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan kerja praktik
ini.