peraturan menteri lingkungan hidup dan...
TRANSCRIPT
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (6),
Pasal 6 ayat (5), Pasal 7, Pasal 8 ayat (2), Pasal 9 ayat (3),
Pasal 10 ayat (1), ayat (2), dan ayat (5), Pasal 11 ayat (5),
Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 14 ayat (2) dan ayat (4),
Pasal 15 ayat (4), Pasal 16 ayat (2), Pasal 18 ayat (5),
Pasal 19 ayat (3), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (1), Pasal 28
ayat (4), Pasal 29 ayat (4) dan ayat (5), Pasal 30 ayat (2),
Pasal 31 ayat (1), Pasal 32, Pasal 33 ayat (2), Pasal 34 ayat (1),
Pasal 35 ayat (7), Pasal 37 ayat (3), Pasal 40 ayat (3), Pasal 41
ayat (3), Pasal 42 ayat (2), Pasal 43 ayat (2), Pasal 45 ayat (2),
Pasal 46 ayat (2), dan Pasal 47 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman
Hutan;
- 2 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3482);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
- 3 -
6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3616);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4146);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004 tentang
Syarat dan Tata Cara Pengalihan Perlindungan Varietas
Tanaman dan Penggunaan Varietas yang Dilindungi oleh
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4376);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang
Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4498);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5217) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 330,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5798);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6215);
- 4 -
12. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 713);
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang
Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Pelayanan
Perizinan Terintegrasi secara Elektronik Lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 927);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PENYELENGGARAAN PERBENIHAN
TANAMAN HUTAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Benih Tanaman Hutan yang selanjutnya disebut Benih
adalah bahan tanaman yang berupa bahan generatif (biji,
serbuk sari) atau bahan vegetatif yang digunakan untuk
memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman
hutan.
2. Bibit Tanaman Hutan yang selanjutnya disebut Bibit
adalah tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara
generatif atau secara vegetatif.
3. Sumber Benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan
hutan atau di luar kawasan hutan yang dikelola guna
memproduksi Benih berkualitas.
- 5 -
4. Tegakan Benih Teridentifikasi yang selanjutnya disingkat
TBT adalah Sumber Benih dengan kualitas tegakan rata-
rata atau memenuhi standar produktivitas, yang
ditunjuk dari hutan alam atau hutan tanaman dan
lokasinya teridentifikasi dengan tepat.
5. Tegakan Benih Terseleksi yang selanjutnya disingkat
TBS adalah Sumber Benih yang berasal dari TBT dengan
kualitas tegakan di atas rata-rata atau memenuhi
standar produktivitas.
6. Areal Produksi Benih yang selanjutnya disingkat APB
adalah Sumber Benih yang dibangun khusus atau
berasal dari TBT atau TBS yang ditingkatkan kualitasnya
melalui penebangan pohon-pohon yang fenotipanya tidak
bagus atau memenuhi standar produktivitas.
7. Tegakan Benih Provenan yang selanjutnya disingkat TBP
adalah Sumber Benih yang dibangun dari Benih yang
provenannya telah teruji atau memenuhi standar
produktivitas.
8. Kebun Benih Semai yang selanjutnya disingkat KBS
adalah Sumber Benih yang dibangun dari bahan
generatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan
yang diberi perlakukan penjarangan berdasarkan hasil
uji keturunan untuk memproduksi materi generatif (biji)
atau memenuhi standar produktivitas.
9. Kebun Benih Klon yang selanjutnya disingkat KBK
adalah Sumber Benih yang dibangun dari bahan
vegetatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan yang
diberi perlakukan penjarangan berdasarkan hasil uji
keturunan untuk memproduksi materi generatif (biji)
atau memenuhi standar produktivitas.
10. Kebun Pangkas yang selanjutnya disingkat KP adalah
Sumber Benih yang dibangun dari bahan vegetatif yang
berasal dari klon unggul berdasarkan hasil uji klon
untuk memproduksi materi vegetatif atau memenuhi
standar produktivitas.
11. Sumber Daya Genetik adalah materi genetik yang
terdapat dalam kelompok tanaman hutan dan
- 6 -
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan atau direkayasa untuk
menciptakan jenis unggul dan varietas baru.
12. Areal Konservasi Sumber Daya Genetik adalah areal yang
dikelola untuk mempertahankan keberadaan dan
kemanfaatan Sumber Daya Genetik dari suatu jenis
tanaman hutan, dalam bentuk tegakan konservasi
genetik, arboretum, bank gen, atau bank klon.
13. Jenis Prioritas adalah jenis tanaman hutan yang
mendapatkan skala prioritas lebih tinggi untuk
dilakukan konservasi Sumber Daya Genetik dan
pengembangannya.
14. Varietas Tanaman yang selanjutnya disebut Varietas
adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
species yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan
ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe
yang dapat membedakan dari jenis atau species yang
sama paling sedikit memiliki satu sifat yang menentukan
dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
15. Spesies Target adalah jenis tanaman hutan yang akan
dilakukan konservasi, dipilih dari Jenis Prioritas yang
telah ditetapkan.
16. Uji Adaptasi adalah uji lapang untuk mengkaji
keunggulan Varietas yang akan dilepas dan dilakukan di
beberapa tempat.
17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan.
18. Badan adalah unit kerja Eselon I yang diserahi tugas dan
tanggung jawab di bidang penelitian, pengembangan dan
inovasi Kehutanan.
19. Kepala Badan adalah pejabat pimpinan tinggi madya
yang membidangi penelitian, pengembangan dan inovasi
Kehutanan.
20. Direktorat Jenderal adalah unit kerja Eselon I yang
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang perbenihan
tanaman hutan.
- 7 -
21. Direktur Jenderal adalah pejabat pimpinan tinggi madya
yang membidangi perbenihan tanaman hutan.
22. Direktorat adalah unit kerja Eselon II yang diserahi tugas
dan tanggung jawab di bidang perbenihan tanaman
hutan.
23. Dinas Provinsi adalah organisasi perangkat daerah
provinsi yang diserahi tugas dan tanggungjawab di
bidang kehutanan.
24. Kepala Dinas Provinsi adalah kepala organisasi
perangkat daerah provinsi yang diserahi tugas dan
tanggung jawab di bidang kehutanan.
25. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat
UPTD adalah unsur pelaksana operasional Dinas
Provinsi di bidang Perbenihan Tanaman Hutan.
26. Balai adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang
perbenihan tanaman hutan.
27. Kepala Balai adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis yang
diserahi tugas dan tanggung jawab di sub bidang
perbenihan tanaman hutan.
28. Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis
dan ekonomis yang bertujuan mencari laba dan
keuntungan, meliputi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Badan
Layanan Umum (BLU).
29. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau
Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS
adalah Perizinan Berusaha yang diberikan
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali
kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik
yang terintegrasi.
- 8 -
Pasal 2
Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan bertujuan
untuk:
a. menjamin kelestarian Sumber Daya Genetik tanaman
hutan dan pemanfaatannya; dan
b. menjamin tersedianya Benih dan/atau Bibit tanaman
hutan dengan mutu yang baik.
Pasal 3
Ruang lingkup penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan
meliputi:
a. pembangunan Sumber Daya Genetik;
b. pemuliaan tanaman hutan;
c. pengadaan Benih, peredaran Benih dan/atau Bibit;
d. sertifikasi;
e. perizinan bidang Perbenihan Tanaman Hutan;
f. pungutan jasa dan iuran Perbenihan Tanaman Hutan;
g. pelaporan; dan
h. pembinaan.
BAB II
PEMBANGUNAN SUMBER DAYA GENETIK
Pasal 4
(1) Pembangunan Sumber Daya Genetik dilakukan untuk:
a. melindungi Sumber Daya Genetik;
b. mempertahankan keragaman genetik; dan
c. menjamin ketersediaan materi genetik.
(2) Pembangunan Sumber Daya Genetik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. penetapan Jenis Prioritas;
b. pengamatan variasi genetik; dan
c. konservasi Sumber Daya Genetik.
Pasal 5
(1) Penetapan Jenis Prioritas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) huruf a dilakukan untuk menetapkan
- 9 -
jenis tanaman yang perlu dikembangkan ketersediaan
dan pemanfaatannya.
(2) Penetapan Jenis Prioritas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun berdasarkan:
a. nilai produksi;
b. lingkup kegunaan;
c. potensi pasar;
d. pilihan pengguna; dan/atau
e. status kelangkaan.
(3) Penetapan Jenis Prioritas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan oleh Menteri.
(4) Dalam penetapan Jenis Prioritas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) dapat mempertimbangkan
usulan dari:
a. kementerian terkait;
b. Pemerintah Daerah Provinsi;
c. Badan Usaha; dan/atau
d. perorangan.
Pasal 6
(1) Berdasarkan hasil penetapan Jenis Prioritas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan
pengamatan variasi genetik untuk menentukan luas
variasi genetik dari suatu populasi.
(2) Pengamatan variasi genetik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui analisis:
a. zona gen-ekologis atau zona ekologis;
b. uji lapangan; atau
c. marka genetik.
(3) Pengamatan variasi genetik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan oleh Badan dan/atau institusi lain
yang berkompeten dengan izin Kepala Badan.
(4) Hasil pengamatan variasi genetik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) digunakan untuk konservasi Sumber Daya
Genetik.
- 10 -
Pasal 7
(1) Konservasi Sumber Daya Genetik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c dilakukan
secara:
a. in-situ; dan/atau
b. ex-situ,
di dalam kawasan hutan atau di luar kawasan hutan.
(2) Konservasi Sumber Daya Genetik secara in-situ
dilaksanakan terhadap Spesies Target di dalam sebaran
alaminya melalui pemeliharaan Areal Konservasi Sumber
Daya Genetik.
(3) Konservasi Sumber Daya Genetik secara ex-situ
dilaksanakan terhadap Spesies Target di luar sebaran
alaminya melalui:
a. pembangunan Areal Konservasi Sumber Daya
Genetik; dan/atau
b. pembangunan bank klon, bank Benih, dan bank
tepung sari.
Pasal 8
Konservasi Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 dapat dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah Provinsi;
c. Badan Usaha; atau
d. perorangan.
Pasal 9
(1) Pemerintah atau Pemerintah Daerah Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dan
huruf b melaksanakan konservasi Sumber Daya Genetik
pada hutan produksi, hutan lindung dan hutan
konservasi.
(2) Penetapan Areal Konservasi Sumber Daya Genetik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Menteri.
- 11 -
(3) Dalam menetapkan Areal konservasi Sumber Daya
Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Menteri
dapat mendelegasikan kewenangan kepada Direktur
Jenderal.
Pasal 10
(1) Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf c wajib melaksanakan konservasi Sumber Daya
Genetik di areal izinnya berdasarkan penetapan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan permohonan kepada Menteri
melalui Direktur Jenderal dengan dilampiri:
a. jenis Sumber Daya Genetik yang dikonservasi; dan
b. deskripsi Areal Konservasi Sumber Daya Genetik.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) Direktur Jenderal membentuk tim penelaah yang
anggotanya terdiri atas Badan, Direktorat, Balai,
dan/atau Dinas Provinsi.
(4) Tim penelaah melaporkan hasil penelaahannya kepada
Direktur Jenderal.
(5) Berdasarkan hasil telaahan tim, Direktur Jenderal dapat
menyetujui atau menolak permohonan.
(6) Dalam hal Direktur Jenderal menyetujui, Direktur
Jenderal mengajukan penetapan kepada Menteri.
(7) Dalam hal Direktur Jenderal menolak permohonan,
Direktur Jenderal atas nama Menteri menyampaikan
surat penolakan kepada Pemohon.
Pasal 11
(1) Areal Konservasi Sumber Daya Genetik di luar kawasan
hutan yang diselenggarakan perorangan atau Badan
Usaha wajib didaftarkan kepada Pemerintah Daerah
Provinsi melalui instansi yang ditunjuk oleh gubernur
dengan tembusan kepada Balai.
- 12 -
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk
dengan dilampiri:
a. jenis Sumber Daya Genetik yang dikonservasi; dan
b. deskripsi Areal Konservasi Sumber Daya Genetik.
(3) Berdasarkan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) gubernur atau pejabat yang ditunjuk
menerbitkan bukti pendaftaran Areal Konservasi Sumber
Daya Genetik.
Pasal 12
(1) Hasil konservasi Sumber Daya Genetik dapat dilakukan
Pemanfaatan.
(2) Pemanfaatan Sumber Daya Genetik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan
perorangan.
BAB III
PEMULIAAN TANAMAN HUTAN
Pasal 13
Pemuliaan tanaman hutan dilaksanakan untuk
mempertahankan kemurnian jenis yang sudah ada dan/atau
memperoleh sifat unggul tanaman hutan guna peningkatan
produksi dan kualitas hasil.
Pasal 14
Pemuliaan tanaman hutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dapat dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah;
c. Badan Usaha;
d. Perguruan Tinggi; dan/atau
e. perorangan.
- 13 -
Pasal 15
(1) Benih atau Varietas baru hasil pemuliaan tanaman yang
dinyatakan sebagai Benih unggul atau Varietas unggul
harus melalui Uji Adaptasi secara observasi.
(2) Observasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengetahui keunggulan dan daya
adaptasi tanaman dan tidak mutlak diperlukan Varietas
pembanding serta tidak harus dilakukan di beberapa
lokasi.
(3) Observasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh pelaksana pemuliaan tanaman hutan
atau pihak lain yang ditunjuk.
(4) Jangka waktu observasi untuk tanaman hutan berdaur
pendek paling singkat 3 (tiga) tahun, sedangkan untuk
tanaman hutan berdaur panjang paling singkat 1/3 (satu
per tiga) daur.
(5) Jangka waktu observasi untuk beberapa tanaman hasil
hutan bukan kayu ditetapkan ketentuan khusus,
meliputi:
a. tanaman hasil hutan bukan kayu penghasil buah,
jangka waktu observasi sampai dengan tanaman
menghasilkan buah paling sedikit 2 (dua) kali
berbuah;
b. tanaman hasil hutan bukan kayu penghasil getah,
jangka waktu observasi sampai dengan tanaman
menghasilkan getah; dan/atau
c. tanaman hasil hutan bukan kayu penghasil minyak
atsiri, jangka waktu observasi sampai dengan
tanaman menghasilkan minyak atsiri.
(6) Proses dan hasil observasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaporkan oleh pelaksana pemuliaan tanaman
hutan kepada Kepala Badan.
Pasal 16
(1) Benih unggul atau Varietas unggul sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) sebelum diedarkan
harus dilakukan pelepasan oleh Menteri.
- 14 -
(2) Pelepasan Benih unggul atau Varietas unggul
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan jumlah benihnya cukup tersedia untuk
produksi lebih lanjut.
(3) Pelepasan Benih unggul atau Varietas unggul tanaman
hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
atas permohonan pelaksana pemuliaan dengan tata cara:
a. pelaksana pemuliaan mengajukan permohonan
kepada Menteri dengan tembusan kepada Kepala
Badan;
b. berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, Menteri membentuk tim penilai
dengan ketua dari unsur Badan, dan anggota terdiri
atas unsur Direktorat Jenderal, Direktorat, dan
pakar perbenihan tanaman hutan;
c. tim penilai menyampaikan hasil penilaiannya
kepada Menteri;
d. berdasarkan hasil penilaian, Menteri dapat
menyetujui atau menolak Benih unggul atau
Varietas unggul;
e. dalam hal Menteri menyetujui, Menteri menerbitkan
surat keputusan pelepasan Benih unggul atau
Varietas unggul; dan
f. dalam hal Menteri menolak, Kepala Badan atas
nama Menteri memberitahukan penolakan
pelepasan Benih unggul atau Varietas unggul
kepada pemohon.
Pasal 17
Hasil pemuliaan tanaman hutan yang dibiayai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah dapat diakses informasi maupun
pemanfaatannya melalui pelaksanaan Perjanjian Pengalihan
Material atau Material Transfer Agreement.
- 15 -
BAB IV
PENGADAAN BENIH, PEREDARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT
Bagian Kesatu
Pengadaan Benih
Pasal 18
(1) Pengadaan Benih dimaksudkan untuk menyediakan
Benih bermutu melalui:
a. produksi dalam negeri; dan/atau
b. pemasukan dari luar negeri.
(2) Pengadaan Benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh pengada Benih dapat berasal dari
Sumber Benih milik sendiri atau melalui kerja sama
pengelolaan dengan pemilik Sumber Benih.
(3) Pengada Benih dapat berupa:
a. perorangan;
b. Badan Usaha; atau
c. Koperasi.
Pasal 19
(1) Pengadaan Benih dari produksi dalam negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a
berasal dari Sumber Benih.
(2) Sumber Benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibangun oleh:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah;
c. Badan Usaha; atau
d. perorangan.
(3) Sumber Benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibedakan menurut kualitas genetik dengan klasifikasi
dari yang terendah sampai yang tertinggi meliputi:
a. TBT;
b. TBS;
c. APB;
d. TBP;
- 16 -
e. KBS;
f. KBK; dan
g. KP.
(4) Klasifikasi Sumber Benih sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus dinyatakan dengan sertifikat Sumber
Benih.
Pasal 20
Dalam hal Sumber Benih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) belum tersedia atau belum mencukupi
kebutuhan, pengadaan Benih dapat berasal dari pohon
dan/atau tegakan di luar Sumber Benih.
Pasal 21
(1) Sumber Benih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
dapat berada di dalam kawasan hutan maupun di luar
kawasan hutan.
(2) Sumber Benih dalam kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam hanya untuk TBT.
(3) Pemanfaatan Sumber Benih di dalam kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam dilakukan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 22
(1) Pengadaan Benih dan/atau Bibit melalui pemasukan
dari luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (1) huruf b dilakukan dengan tujuan untuk:
a. memenuhi kebutuhan Benih dan/atau Bibit di
dalam negeri yang belum terpenuhi dari produksi
dalam negeri atau belum dapat diproduksi di dalam
negeri;
b. pembuatan hutan tanaman dan rehabilitasi hutan
dan lahan;
c. kepentingan penelitian dan pengembangan
kehutanan; atau
d. penerimaan suvenir kenegaraan.
- 17 -
(2) Pengadaan Benih dan/atau Bibit melalui pemasukan
dari luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan oleh:
a. Badan Usaha;
b. instansi pemerintah; atau
c. perorangan.
(3) Pemasukan Benih dan/atau Bibit oleh Badan Usaha dan
perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf c wajib memenuhi persyaratan telah
ditetapkan sebagai pengada Benih dan pengedar Benih
dan/atau Bibit tanaman hutan terdaftar pada Dinas
Provinsi yang membidangi kehutanan.
(4) Untuk Pemasukan Benih dan/atau Bibit oleh
Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum
Perhutani), penetapan sebagai pengada Benih dan
pengedar Benih dan/atau Bibit tanaman hutan terdaftar
oleh Direktur Jenderal.
Pasal 23
(1) Pengadaan Benih dan/atau Bibit melalui pemasukan
dari luar negeri dilakukan berdasarkan izin dari Direktur
Jenderal atau Kepala Badan melalui lembaga OSS.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
bedasarkan permohonan dengan mencantumkan tujuan
pemasukan, jenis, kuantitas dan kualitas Benih, dan
asal negara.
(3) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada:
a. Direktur Jenderal dalam hal izin pemasukan untuk
tujuan pembangunan hutan tanaman serta
rehabilitasi hutan dan lahan; atau
b. Kepala Badan dalam hal izin pemasukan untuk
tujuan penelitian dan pengembangan, introduksi,
dan penerimaan suvenir kenegaraan.
(4) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan teknis:
- 18 -
a. surat izin usaha Pengada Benih dan Pengedar Benih
dan/atau Bibit Terdaftar;
b. dokumen kesehatan (phytosanitary certificate) dari
negara asal; dan
c. surat keterangan dari negara asal tentang asal-usul
(certificate of origin) dan dokumen kualitas (certificate
of quality).
Pasal 24
(1) Permohonan izin pemasukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (3) diajukan pada setiap kali
pemasukan.
(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan secara tertulis dengan mencantumkan:
a. nama jenis tanaman;
b. jumlah Benih/Bibit;
c. nama produsen Benih/Bibit;
d. nama pengirim;
e. negara pengirim;
f. alamat pengirim; dan
g. tempat pemasukan.
Pasal 25
Izin pemasukan Benih/Bibit dari luar negeri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24 diberikan untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Bagian Kedua
Peredaran Benih dan/atau Bibit
Pasal 26
Peredaran Benih dan/atau Bibit terdiri atas:
a. peredaran di dalam negeri; dan
b. pengeluaran ke luar negeri.
- 19 -
Pasal 27
(1) Peredaran Benih dan/atau Bibit di dalam negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a
dilaksanakan oleh pengedar Benih dan/atau Bibit
terdaftar.
(2) Pengedar Benih dan/atau Bibit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa:
a. Badan Usaha; atau
b. perorangan.
Pasal 28
(1) Pengedar Benih dan/atau Bibit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 wajib menjaga mutu Benih dan/atau
Bibit yang diedarkan sesuai dengan standar mutu Benih
dan/atau Bibit.
(2) Untuk menjamin mutu benih, Menteri menetapkan jenis
tanaman tertentu yang Benihnya harus diambil dari
Sumber Benih bersertifikat.
Pasal 29
(1) Pengeluaran Benih dan/atau Bibit ke luar negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b
dilakukan berdasarkan izin dari Direktur Jenderal
melalui lembaga OSS untuk kegiatan rehabilitasi hutan
atau Kepala Badan untuk kegiatan penelitian.
(2) Kegiatan pengeluaran Benih dan/atau Bibit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh:
a. Instansi Pemerintah;
b. Badan Usaha; atau
c. perorangan.
(3) Pengeluaran Benih dan/atau Bibit oleh Badan Usaha
dan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dan huruf c wajib memenuhi persyaratan telah
ditetapkan sebagai pengada Benih dan pengedar Benih
dan/atau Bibit tanaman hutan terdaftar pada Dinas
Provinsi yang membidangi kehutanan.
- 20 -
(4) Untuk Pengeluaran Benih dan/atau Bibit oleh Perum
Perhutani, penetapan sebagai pengada Benih dan
pengedar Benih dan/atau Bibit tanaman hutan terdaftar
oleh Direktur Jenderal.
(5) Benih dan/atau Bibit yang dapat dikeluarkan dari
wilayah Negara Republik Indonesia wajib memenuhi
persyaratan:
a. Benih dan/atau Bibit bermutu yang berasal dari
Sumber Benih yang telah bersertifikat dan telah
berkembang di Indonesia, yang berasal dari Sumber
Benih dengan Klasifikasi TBT, TBS, APB, dan TBP;
dan
b. Benih dan/atau Bibit yang tidak dilindungi oleh
peraturan perundang-undangan.
(6) Pengeluaran Benih dan/atau Bibit dilakukan apabila
kebutuhan di dalam negeri telah dipenuhi.
Pasal 30
(1) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
ayat (1) dengan mencantumkan tujuan, jenis, kuantitas,
kualitas, dan negara tujuan.
(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilengkapi persyaratan teknis berupa:
a. surat penetapan sebagai Pengada dan Pengedar
benih dan/atau Bibit Terdaftar;
b. Sertifikat mutu Benih dan/atau Bibit (certificate of
quality) dan/atau keterangan hasil pengujian mutu
Benih/Bibit dari UPTD atau BPTH sesuai wilayah
kerja dan/atau surat keterangan asal-usul Benih
dan/atau Bibit (certficate of origin);
c. Sertifikat kesehatan (certificate of phytosanitary) dari
instansi Karantina Tumbuhan; dan
d. berita acara pemeriksaan Benih/Bibit oleh
UPTD/BPTH/BPDASHL.
(3) Kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan sesuai dengan persyaratan yang di
- 21 -
minta oleh pihak pemohon dari luar wilayah Negara
Republik Indonesia.
(4) Izin pengeluaran Benih/Bibit ke luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 31
Surat keterangan asal-usul Benih dan/atau Bibit (certficate
of origin) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
huruf b diperoleh melalui permohonan kepada Direktur
Jenderal dengan tahapan:
a. permohonan diajukan oleh perorangan, koperasi, BUMN,
BUMD, Badan Layanan Umum, BUMS, Dinas/Instansi
Pemerintah secara tertulis;
b. berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, Direktur Jenderal memerintahkan Kepala Balai
untuk memeriksa dokumen kebenaran Sumber Benih
dan/atau Bibit dan jumlah Benihnya;
c. hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf b dilaporkan kepada Direktur Jenderal melalui
rekomendasi yang dilampiri dengan berita acara
pemeriksaan;
d. berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam
huruf c, Direktur Jenderal menerbitkan surat keterangan
asal-usul (certificate of origin) Benih dan/atau Bibit;
e. surat permohonan surat keterangan asal usul Benih
dan/atau Bibit sebagaimana dimaksud dalam huruf a
disusun dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I huruf A yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
f. rekomendasi dan berita acara pemeriksaan asal usul
Benih dan/atau Bibit sebagaimana dimaksud dalam
huruf c disusun dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B dan
huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
- 22 -
g. surat keterangan asal usul Benih dan/atau Bibit
disusun dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I huruf D yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Penetapan Pengada dan Pengedar Benih dan/atau
Bibit Terdaftar
Pasal 32
(1) Pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar
terdiri atas:
a. Badan Usaha; atau
b. perorangan.
(2) Badan Usaha atau perorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bergerak di bidang usaha Benih atau Bibit
tanaman hutan yang memenuhi persyaratan dan
ditetapkan oleh Dinas Provinsi.
(3) Pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pengada dan pengedar Benih terdaftar;
b. pengada dan pengedar Bibit terdaftar; atau
c. pengada dan pengedar Benih dan Bibit terdaftar.
Pasal 33
(1) Pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar
oleh Badan Usaha atau perorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) harus melalui proses
penetapan pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit
terdaftar oleh Dinas Provinsi di tempat terdapat pusat
kegiatan utama pengada dan pengedar.
(2) Penetapan Perum Perhutani sebagai pengada dan
pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar dilakukan oleh
Direktur Jenderal.
(3) Penetapan pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit
terdaftar dilaksanakan berdasarkan rekomendasi teknis
dari Kepala Balai atau Kepala UPTD.
- 23 -
(4) Setiap pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit yang
telah ditetapkan sebagai pengada dan pengedar Benih
dan/atau Bibit terdaftar diberikan hak dan kewajiban.
(5) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) berlaku secara nasional.
Pasal 34
Persyaratan penetapan menjadi pengada dan pengedar Benih
dan/atau Bibit terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (1) dan (2) meliputi:
a. pemenuhan komitmen; dan
b. teknis.
Pasal 35
Persyaratan pemenuhan komitmen sebagimana dimaksud
dalam Pasal 34 huruf a berupa kesanggupan untuk
menyelesaikan pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) atau retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 36
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
huruf b untuk pengada dan pengedar Benih terdaftar terdiri
atas:
a. kepemilikan atau pengelolaan atau pemanfaatan sumber
benih bersertifikat, yang dibuktikan dengan sertifikat
sumber benih atas nama yang bersangkutan atau surat
kuasa/penunjukan/kerjasama pengelolaan/pemanfaatan
sumber benih;
b. kepemilikan sarana dan prasarana pengelolaan benih
paling sedikit berupa alat pengunduh benih, pengemasan
benih, dan penyimpanan benih; dan
c. kepemilikan tenaga teknis di bidang pengelolaan benih.
- 24 -
Pasal 37
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
huruf b untuk pengada dan pengedar Bibit terdaftar terdiri
atas:
a. kepemilikan sarana dan prasarana pembibitan/
persemaian (penyimpanan benih, penaburan benih,
penyapihan, pembesaran bibit, dan fasilitas
pengangkutan bibit); dan
b. kepemilikan tenaga teknis di bidang pembibitan.
Pasal 38
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
huruf b untuk pengada dan pengedar Benih dan Bibit
terdaftar terdiri atas:
a. kepemilikan, pengelolaan, dan pemanfaatan Sumber
Benih bersertifikat melalui kerja sama dengan pemilik
Sumber Benih yang dibuktikan dengan sertifikat Sumber
Benih atas nama yang bersangkutan atau surat
kuasa/penunjukan/kerja sama pengelolaan Sumber
Benih;
b. kepemilikan sarana dan prasarana pengelolaan benih
sekurang-kurangnya berupa alat pengunduh benih,
pengemasan benih, dan penyimpan benih dan
pembibitan/persemaian (penyimpan benih, penaburan
benih, penyapihan, pembesaran bibit, dan fasilitas
pengangkutan); dan
c. kepemilikan tenaga teknis di bidang pengelolaan benih
dan pembibitan;
Pasal 39
(1) Setiap pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit yang
telah ditetapkan sebagai pengada dan pengedar Benih
dan/atau Bibit terdaftar diberikan hak dan kewajiban.
(2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. berhak mendapatkan informasi tentang
pembangunan perbenihan tanaman hutan; dan
- 25 -
b. wajib melaksanakan tata usaha Benih dan/atau
Bibit sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(3) Penetapan pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit
tanaman hutan terdaftar dapat dicabut dengan
ketentuan:
a. pengada dan pengedar Benih dan/atau Bibit yang
bersangkutan tidak memenuhi kewajibannya dan
melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan; atau
b. Balai atau UPTD menyampaikan usulan pencabutan
penetapan pengada dan pengedar Benih dan/atau
Bibit tanaman hutan terdaftar berdasarkan hasil
evaluasi.
Bagian Keempat
Tata Usaha Benih dan Bibit
Pasal 40
(1) Tata usaha Benih terdiri atas:
a. tata usaha pengadaan Benih yang Benihnya berasal
dari Sumber Benih bersertifikat; dan
b. tata usaha peredaran Benih yang Benihnya berasal
dari Sumber Benih bersertifikat.
(2) Tata usaha Pengadaan Benih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengada Benih selaku pengelola Sumber Benih
melakukan pengunduhan Benih dari Sumber Benih
bersertifikat;
b. Benih hasil pengunduhan disimpan dan dicatat
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf A yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
c. Benih hasil pengunduhan yang disimpan dan
dicatat sebagaimana dimaksud dalam huruf b wajib
- 26 -
diajukan permohonan sertifikasi kepada Balai atau
UPTD dan dilaporkan kepada Dinas Provinsi; dan
d. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf c Dinas Provinsi memerintahkan petugas
pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan untuk
melakukan pemeriksaan Benih.
(3) Tata Usaha Peredaran Benih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Benih yang diedarkan berupa Benih hasil
pengunduhan dan pembelian yang disimpan dalam
bentuk stok Benih;
b. Benih sebagaimana dimaksud pada huruf a dicatat
oleh pengedar Benih dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II huruf A
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
c. Benih yang dicatat dalam blanko sebagaimana
dimaksud dalam huruf b wajib diajukan
permohonan sertifikasi kepada Balai atau UPTD dan
dilaporkan kepada Dinas Provinsi;
d. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf c Dinas Provinsi memerintahkan petugas
pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan untuk
melakukan pemeriksaan Benih;
e. Benih hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam huruf d selanjutnya dapat dijual kepada
konsumen Benih;
f. Benih yang diedarkan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a wajib dilengkapi surat pengiriman
Benih yang dilampiri dengan surat keterangan asal
usul Benih yang dikeluarkan oleh pemilik
Sumber Benih; dan
g. Surat pengiriman Benih sebagaimana dimaksud
dalam huruf f terdiri atas 5 (lima) lembar disusun
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf B yang
- 27 -
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini, dengan ketentuan:
1. lembar I untuk pembeli Benih;
2. lembar II untuk Kepala Dinas Provinsi di
wilayah pengada;
3. lembar III untuk Kepala Dinas Provinsi di
wilayah pembeli;
4. lembar IV untuk Kepala Balai; dan
5. lembar V untuk pengedar.
Pasal 41
(1) Tata usaha Bibit terdiri atas:
a. tata usaha pembuatan Bibit yang Benihnya berasal
dari Sumber Benih bersertifikat; dan
b. tata usaha peredaran Bibit yang Benihnya berasal
dari Sumber Benih bersertifikat.
(2) Tata usaha Bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk diperdagangkan.
(3) Tata usaha pembuatan Bibit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengedar Bibit selaku pengelola persemaian
melakukan pendokumentasian dan pencatatan
Benih dan anakan yang akan dibuat Bibit serta
pencatatan terhadap Bibit yang dibuat;
b. dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a
berupa surat pengiriman Benih, keterangan asal
usul Benih, dan sertifikat mutu Benih;
c. hasil dokumentasi dan pencatatan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a pengada Bibit wajib
mengajukan permohonan sertifikasi kepada Balai
atau UPTD dan dilaporkan kepada Dinas Provinsi;
d. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf d Dinas Provinsi memerintahkan petugas
pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan untuk
melakukan pemeriksaan Bibit; dan
e. pencatatan Benih, anakan, dan Bibit sebagaimana
dimaksud dalam huruf a disusun dengan
- 28 -
menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II huruf A yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Tata Usaha Peredaran Bibit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Bibit yang diedarkan berupa Bibit hasil dari
pembuatan dan pembelian yang disimpan di
persemaian berupa stok Bibit;
b. Bibit sebagaimana dimaksud dalam huruf a oleh
Pengedar Bibit terdaftar dilakukan pencatatan;
c. Bibit yang dicatat dalam blanko sebagaimana
dimaksud dalam huruf b pengedar Bibit terdaftar
wajib mengajukan permohonan sertifikasi kepada
Balai atau UPTD dan dilaporkan kepada Dinas
Provinsi;
d. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf c Dinas Provinsi memerintahkan petugas
pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan untuk
melakukan pemeriksaan Bibit;
e. Bibit yang diedarkan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a wajib dilengkapi dengan surat pengiriman
Bibit yang ditujukan kepada pembeli Bibit dengan
tembusan kepada Balai dan Dinas Provinsi tempat
domisili pengada dan pembeli Bibit, dilampiri
dengan surat keterangan asal usul Benih;
f. pencatatan Bibit sebagaimana dimaksud dalam
huruf b disusun dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II huruf C
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
g. surat pengiriman Bibit sebagaimana dimaksud
dalam huruf e disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
huruf D yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
- 29 -
Bagian Kelima
Pengawasan Benih dan Bibit Tanaman Hutan
Paragraf 1
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan
Pasal 42
(1) Untuk terjaminnya pelaksanaan pengadaan dan
peredaran Benih dan Bibit tanaman hutan di wilayah
provinsi, gubernur wajib melaksanakan pengawasan
Benih dan Bibit tanaman hutan.
(2) Pengawasan Benih dan Bibit tanaman hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan mengangkat Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan.
Pasal 43
Pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) diangkat dan diberhentikan
oleh gubernur atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 44
(1) Pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 diangkat dari Aparatur Sipil
Negara pada Pemerintah Provinsi dengan persyaratan
dinyatakan lulus pelatihan dan/atau uji kompetensi
pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan
atau lembaga penyelenggara uji kompetensi.
(2) Tata cara pengangkatan pengawas Benih dan Bibit
tanaman hutan meliputi:
a. Kepala Dinas menyampaikan usulan calon
pengawas benih dan bibit tanaman hutan kepada
gubernur atau pejabat yang ditunjuk;
b. gubernur atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan
keputusan pengangkatan pengawas Benih dan Bibit
- 30 -
tanaman hutan dan Kartu pengawas Benih dan
Bibit tanaman hutan;
c. keputusan sebagaimana dimaksud dalam huruf b
berlaku selama yang bersangkutan masih aktif
sebagai Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan;
d. dalam pengendalian pengawasan Benih dan Bibit,
Direktur Jenderal dapat melaksanakan evaluasi
kompetensi melalui proses surveillance
(pengawasan) dan hasil evaluasi disampaikan
kepada gubernur; dan
e. keputusan pengangkatan pengawas Benih dan Bibit
tanaman hutan dan kartu pengawas Benih dan
Bibit tanaman hutan sebagaimana dimaksud dalam
huruf b disusun dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III huruf A
dan huruf B yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
(3) Dalam hal belum tersedia pengawas Benih dan Bibit
tanaman hutan di wilayah Provinsi, tugas pengawas
Benih dan Bibit dapat dilaksanakan oleh petugas teknis
yang ditunjuk oleh gubernur.
Pasal 45
(1) Pemberhentian sebagai pengawas Benih dan Bibit
tanaman hutan dilakukan dengan ketentuan:
a. mengundurkan diri dari penugasan sebagai
pengawas Benih dan Bibit tanaman hutan;
b. diberhentikan dari pegawai negeri sipil;
c. pindah tugas ke Organisasi Perangkat Daerah di
luar bidang kehutanan atau instansi lainnya;
d. pensiun;
e. melakukan pelanggaran disiplin Aparatur Sipil
Negara kategori berat atau dikenakan sanksi hukum
pidana;
f. meninggal dunia; atau
g. berkinerja buruk/mendapatkan nilai evaluasi
kompetensi tidak layak.
- 31 -
(2) Surat keputusan pemberhentian pengawas Benih dan
Bibit tanaman hutan disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III huruf
C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Paragraf 2
Obyek dan Wilayah Kelola Pengawasan Benih dan Bibit
Tanaman Hutan
Pasal 46
(1) Obyek pengawasan Benih dan Bibit tanaman hutan
meliputi pengadaan Benih dan Bibit serta peredaran
Benih dan Bibit untuk tujuan komersial yang dikelola
oleh pengada Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit
terdaftar.
(2) Wilayah kelola pengawasan Benih dan Bibit tanaman
hutan berupa:
a. Sumber Benih yang berada di wilayah provinsi;
b. kegiatan sertifikasi Sumber Benih yang berada di
wilayah provinsi;
c. produksi Benih dari Sumber Benih yang berada di
wilayah Provinsi;
d. sarana dan prasarana penanganan Benih dan/atau
Bibit pada pengada Benih dan pengedar Benih
dan/atau Bibit terdaftar yang berada di wilayah
provinsi;
e. pengambilan contoh Benih pada pengada benih dan
pengedar benih terdaftar yang berada di wilayah
provinsi guna sertifikasi mutu Benih;
f. kegiatan sertifikasi mutu Benih dan/atau Bibit yang
diproduksi di wilayah Provinsi;
g. produksi Bibit oleh pengedar bibit terdaftar atau
penyedia bibit melalui proses tender atau
pengadaan langsung yang diproduksi di wilayah
Provinsi; dan
- 32 -
h. dokumen Benih dan/atau Bibit pada pengada Benih
dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar yang
berada di wilayah Provinsi, yang meliputi:
1. dokumen penetapan sebagai pengada Benih
dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar;
2. dokumen pengadaan/pembelian Benih
dan/atau Bibit tanaman hutan;
3. dokumen sertifikat Sumber Benih, sertifikat
atau surat keterangan mutu Benih, dan
sertifikat atau surat keterangan mutu Bibit;
dan
4. dokumen tata usaha Benih dan/atau Bibit
tanaman hutan.
Paragraf 3
Tugas dan Wewenang Pengawas Benih
dan Bibit Tanaman Hutan
Pasal 47
Tugas pengawas Benih dan Bibit meliputi:
a. melakukan pemeriksaan proses produksi benih;
b. melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana
penanganan Benih pada pengada Benih terdaftar;
c. melakukan pengambilan contoh Benih guna sertifikasi
mutu Benih;
d. melakukan pemeriksaan proses produksi Bibit;
e. melakukan pemeriksaan kecocokan data/informasi
tentang lokasi dan kepemilikan Sumber Benih dalam
kegiatan sertifikasi Sumber Benih;
f. melakukan pemeriksaan pemasangan label dalam hal
kesesuaiannya dengan sertifikat mutu Benih, surat
keterangan hasil pengujian Benih, sertifikat mutu Bibit,
atau surat keterangan pemeriksaan Bibit;
g. melakukan pemantauan pelaksanaan persyaratan
sebagai pengada Benih dan pengedar Benih dan/atau
Bibit terdaftar;
- 33 -
h. melakukan pemeriksaan dokumen pada pengada Benih
dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar dan
terhadap Benih dan Bibit yang dipergunakan di wilayah
setempat; dan
i. melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana
penanganan benih atau bibit pada pengedar Benih
dan/atau Bibit terdaftar.
Pasal 48
Dalam melaksanakan tugasnya, Pengawas Benih dan Bibit
mempunyai wewenang:
a. memasuki lokasi usaha pengada Benih dan pengedar
Benih dan/atau Bibit terdaftar;
b. melaksanakan pemeriksaan, pemantauan, atau
pengambilan contoh sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 huruf c;
c. mengusulkan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk
memberikan teguran dan sanksi kepada pengada Benih
dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar; dan
d. melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan membuat
rekomendasi kepada pejabat yang berwenang.
Paragraf 4
Tata Cara Pengawasan
Pasal 49
(1) Pemeriksaan proses produksi benih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf a diatur dengan
ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima laporan tata
usaha perencanaan pengunduhan Benih generatif,
tata usaha pengadaan Benih vegetatif, dan tata
usaha penanganan benih dari pengada Benih baik
secara langsung maupun melalui Kepala Dinas
Provinsi atau Pejabat yang ditunjuk membawahi
pengawas Benih dan Bibit;
- 34 -
b. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, pengawas Benih dan Bibit melakukan
pemeriksaan proses produksi benih dengan
mengacu pada ketentuan tentang tata usaha Benih
dan Bibit; dan
c. pemeriksaan proses produksi Benih dilakukan
dengan menggunakan pedoman sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih
pada pengada Benih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 huruf b diatur dengan ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima laporan tata
usaha penanganan Benih dari pengada Benih dan
laporan lain yang berkenaan dengan kinerja
pengada Benih baik secara langsung maupun
melalui Kepala Dinas Provinsi atau Pejabat yang
ditunjuk membawahi pengawas Benih dan Bibit;
b. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a pengawas Benih dan Bibit melakukan
pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan
benih dengan mengacu pada ketentuan tentang tata
usaha Benih dan Bibit dan teknik penanganan
Benih; dan
c. pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan
Benih pada pengada Benih dilakukan dengan
menggunakan pedoman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 50
(1) Pengambilan contoh Benih guna sertifikasi mutu Benih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf c diatur
dengan ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima pemberitahuan
dari Kepala UPTD atau Kepala Balai tentang
keperluan untuk mengambil contoh benih;
- 35 -
b. berdasarkan surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a pengawas Benih dan Bibit
melaksanakan pengambilan contoh benih sesuai
dengan ketentuan tentang sertifikasi mutu Benih;
c. pengawas Benih dan Bibit menyerahkan contoh
Benih kepada Kepala UPTD atau Kepala Balai yang
disertai berita acara pengambilan contoh Benih
sebagai bahan dan acuan dalam menerbitkan
sertifikat mutu Benih; dan
d. pengambilan contoh Benih dilakukan dengan
menggunakan pedoman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Pemeriksaan proses produksi Bibit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf d diatur dengan
ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima laporan tata
usaha pembuatan Bibit dan pengedaran Bibit serta
laporan lain yang berkenaan dengan kinerja
pengedar Bibit baik secara langsung maupun
melalui Kepala Dinas Provinsi atau Pejabat yang
ditunjuk membawahi pengawas Benih dan Bibit;
b. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a pengawas Benih dan Bibit melakukan
pemeriksaan atas rencana produksi Bibit,
pelaksanaan produksi, dan hasil produksi dengan
mengacu pada ketentuan tentang tata usaha Benih
dan Bibit; dan
c. pemeriksaan proses produksi Bibit dilakukan
dengan menggunakan pedoman sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Pemeriksaan kecocokan data/informasi tentang lokasi
dan kepemilikan Sumber Benih dalam kegiatan
sertifikasi Sumber Benih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 huruf e diatur dengan ketentuan:
- 36 -
a. pengawas Benih dan Bibit menerima pemberitahuan
dari Kepala UPTD atau Kepala Balai tentang
keperluan untuk melakukan sertifikasi Sumber
Benih;
b. dalam proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a pengawas Benih dan Bibit
melakukan pencocokan data/informasi tentang
lokasi dan kepemilikan Sumber Benih; dan
c. pemeriksaan kecocokan data/informasi tentang
lokasi dan kepemilikan Sumber Benih dalam
kegiatan sertifikasi Sumber Benih dilakukan dengan
menggunakan pedoman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya
dengan sertifikat mutu Benih, surat keterangan hasil
pengujian Benih, sertifikat mutu Bibit, atau surat
keterangan pemeriksaan Bibit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf f diatur dengan ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima pemberitahuan
dari Kepala Dinas Provinsi atau Pejabat yang
membawahi pengawas Benih dan Bibit atau Kepala
Balai tentang penerbitan sertifikat mutu Benih,
surat keterangan hasil pengujian Benih, sertifikat
mutu Bibit, atau surat keterangan pemeriksaan
Bibit;
b. pengawas Benih dan Bibit memeriksa pemasangan
label oleh pengada benih dalam hal kesesuaiannya
dengan sertifikat mutu Benih, surat keterangan
hasil pengujian benih, sertifikat mutu Bibit, atau
surat keterangan pemeriksaan Bibit sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dengan mengacu pada
ketentuan mengenai sertifikasi mutu Benih dan
mutu Bibit; dan
c. pemeriksaan pemasangan label dalam hal
kesesuaiannya dengan sertifikat mutu Benih, surat
keterangan hasil pengujian Benih, sertifikat mutu
- 37 -
Bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit
dilakukan dengan menggunakan pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(5) Pemantauan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada
Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf g diatur
dengan ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima pemberitahuan
dari Kepala Dinas Provinsi atau Pejabat yang
ditunjuk membawahi pengawas Benih dan Bibit
tentang penetapan pengada Benih dan pengedar
Benih dan/atau Bibit terdaftar;
b. berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a Pengawas Benih dan Bibit
melakukan pemeriksaan sekali dalam 1 (satu) tahun
terhadap pemenuhan persyaratan sebagai pengada
atau pengedar Benih/Bibit terdaftar; dan
c. pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai
pengada Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit
terdaftar dilakukan dengan menggunakan pedoman
sebagaimana tercantum pada Lampiran X yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(6) Pemeriksaan dokumen pada pengada Benih dan
pengedar Benih dan/atau Bibit dan terhadap Benih dan
Bibit yang dipergunakan di wilayah setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf h diatur
dengan ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima laporan tata
usaha peredaran Benih atau Bibit dari pengada
Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit, dan
laporan lain yang berkenaan dengan kinerja
pengada Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit,
baik secara langsung maupun melalui Kepala Dinas
- 38 -
Provinsi atau Pejabat yang ditunjuk membawahi
pengawas Benih dan Bibit;
b. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a pengawas Benih dan Bibit melakukan
pemeriksaan atas dokumen tata usaha peredaran
Benih atau Bibit pada pengada Benih dan pengedar
Benih dan/atau Bibit atau penerima/pengguna
Benih/Bibit; dan
c. pemeriksaan dokumen pada pengada Benih dan
pengedar Benih dan/atau Bibit dan terhadap Benih
dan Bibit yang dipergunakan di wilayah setempat
dilakukan dengan menggunakan pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(7) Pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan Benih
atau Bibit pada pengedar Benih dan/atau Bibit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf i diatur
dengan ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit menerima laporan tata
usaha penanganan Benih dari pengada Benih dan
dan laporan lain yang berkenaan dengan kinerja
pengada Benih baik secara langsung maupun
melalui Kepala Dinas Provinsi atau Pejabat yang
ditunjuk membawahi pengawas benih dan Bibit;
b. berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a pengawas Benih dan Bibit melakukan
pemeriksaan kelayakan teknis penanganan Benih
atau Bibit dengan mengacu pada ketentuan tentang
tata usaha Benih dan Bibit tanaman hutan dan
teknik penanganan Benih atau Bibit; dan
c. pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan
Benih atau Bibit pada pengedar Benih dan/atau
Bibit dilakukan dengan menggunakan pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
- 39 -
Pasal 51
(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1)
dan Pasal 50 ayat (2) termasuk laporan pengaduan dari
masyarakat.
(2) Dalam hal laporan pengaduan dari masyarakat
disampaikan secara langsung, pengawas Benih dan Bibit
tanaman hutan membuat laporan kepada Kepala Dinas
Provinsi atau Pejabat yang ditunjuk membawahi
pengawas Benih dan Bibit.
Paragraf 5
Tindak Lanjut Pengawasan
Pasal 52
(1) Tindak lanjut pengawasan Benih dan Bibit berupa:
a. pemberian bimbingan teknis kepada pengada Benih
dan pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar;
dan/atau
b. pengenaan sanksi kepada pengada Benih dan
pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar.
(2) Pemberian bimbingan teknis kepada pengada Benih dan
pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa:
a. pemberian akses kepada pengada atau pengedar
Benih dan/atau Bibit terdaftar terhadap informasi
kebijakan, ilmu pengetahuan, dan teknologi; atau
b. pemberian fasilitasi untuk perbaikan kinerja
pengada atau pengedar Benih dan/atau Bibit
terdaftar.
(3) Dalam proses fasilitasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b pengawas Benih dan Bibit tanaman
hutan bertugas sebagai pemantau dan fasilitator.
(4) Pengenaan sanksi kepada pengada Benih dan pengedar
Benih dan/atau Bibit terdaftar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b diberikan sebagai akibat:
a. adanya ketidaksesuaian keterangan Benih atau
Bibit yang tercantum pada sertifikat dan label;
- 40 -
b. adanya ketidaksesuaian keterangan Benih atau
Bibit dalam sertifikat dan label dengan kondisi fisik
Benih atau Bibit; dan/atau
c. mendapatkan surat teguran sebanyak 3 (tiga) kali
dari Kepala Dinas Provinsi untuk kesalahan yang
sama.
Pasal 53
(1) Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
ayat (4) terdiri atas:
a. penghentian sementara sebagai pengada Benih dan
pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar; dan
b. pencabutan sebagai pengada Benih dan pengedar
Benih dan/atau Bibit terdaftar.
(2) Usulan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
a. pengawas Benih dan Bibit membuat berita acara
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan fisik
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XIII huruf A yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
b. pengawas Benih dan Bibit membuat usulan teguran
atau sanksi pengada Benih dan pengedar Benih
dan/atau Bibit kepada Kepala Dinas Provinsi
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XIII huruf B atau
Lampiran XIII huruf C yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Dalam hal terjadi pelanggaran peredaran Benih dan Bibit
yang bersifat lintas Provinsi, Kepala Dinas Provinsi
tempat terjadinya pelanggaran memberitahukan kepada
Kepala Dinas Provinsi tempat asal Benih atau Bibit, dan
melaporkan kepada gubernur terkait.
- 41 -
BAB V
SERTIFIKASI
Pasal 54
Sertifikasi Benih dan Bibit meliputi:
a. Sertifikasi Sumber Benih; dan
b. Sertifikasi mutu Benih dan Bibit.
Bagian Kesatu
Sertifikasi Sumber Benih
Pasal 55
(1) Sertifikasi Sumber Benih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 huruf a dilakukan untuk menjamin kebenaran
klasifikasi Sumber Benih.
(2) Proses sertifikasi Sumber Benih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh UPTD atau Balai dengan
tahapan:
a. pemilik atau pengelola Sumber Benih mengajukan
permohonan sertifikasi Sumber Benih kepada UPTD
atau Balai di wilayahnya dengan dilampiri dokumen
pendukung;
b. berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a Kepala UPTD atau Kepala Balai
membentuk:
1. tim penilai yang terdiri dari tenaga sertifikator
Sumber Benih dan tenaga terampil perbenihan
untuk Sumber Benih dengan klasifikasi TBT,
TBS, dan APB; dan
2. tim penilai yang terdiri dari tenaga sertifikator
Sumber Benih, tenaga terampil perbenihan
dengan melibatkan tenaga ahli pemuliaan dari
UPT Badan atau Perguruan Tinggi untuk
Sumber Benih dengan klasifikasi TBP, KBS,
KBK dan KP;
- 42 -
c. tim melakukan pengumpulan informasi dengan
orientasi lapangan (quick tour) untuk menentukan
kelayakan sebagai Sumber Benih;
d. informasi sebagaimana dimaksud dalam huruf c
digunakan sebagai bahan untuk memastikan
terpenuhinya standar Sumber Benih; dan
e. dalam hal hasil identifikasi memenuhi standar
umum Sumber Benih, proses sertifikasi dilanjutkan
dengan deskripsi keadaan tegakan;
f. tim memberikan laporan hasil pemeriksaan kepada
Kepala UPTD atau Kepala Balai;
g. berdasarkan laporan Tim, Kepala UPTD atau Kepala
Balai menerbitkan sertifikat Sumber Benih kepada
pemilik atau pengelola Sumber Benih dengan
ketentuan:
1. satu nomor sertifikat Sumber Benih hanya
berlaku untuk satu lokasi Sumber Benih dan
untuk satu jenis tanaman (species);
2. sertifikat Sumber Benih berlaku selama
Sumber Benih tersebut masih produktif, tidak
mengalami kerusakan, tidak mengalami
perubahan fungsi/status Sumber Benih yang
dibuktikan dengan pelaporan atau
monitoring/pengawasan;
3. sertifikat Sumber Benih berlaku selama
Sumber Benih tersebut masih produktif atau
tidak mengalami kerusakan yang
mengakibatkan tidak berfungsi sebagai Sumber
Benih yang dibuktikan dengan pelaporan atau
monitoring/pengawasan;
4. dalam hal Sumber Benih terbukti tidak
produktif dan/atau mengalami kerusakan,
sertifikat Sumber Benih dinyatakan tidak
berlaku,
h. deskripsi keadaan tegakan sebagaimana dimaksud
dalam huruf e disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV
- 43 -
huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini; dan
i. Sertifikat Sumber Benih disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XIV huruf B yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 56
Standar Sumber Benih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 ayat (2) huruf d dan huruf e terdiri atas:
a. standar umum Sumber Benih; dan
b. standar khusus Sumber Benih.
Pasal 57
(1) Standar umum Sumber Benih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 56 huruf a memiliki kriteria:
a. aksesibilitas;
b. pembungaan/pembuahan;
c. keamanan;
d. kesehatan tegakan;
e. batas areal; dan
f. terkelola dengan baik.
(2) Aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan ketentuan lokasi Sumber Benih mudah
dijangkau dan memudahkan untuk pemeliharaan,
pengunduhan buah, mempercepat waktu pengangkutan,
serta untuk menjamin mutu fisik-fisiologis Benih.
(3) Pembungaan/pembuahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan ketentuan tegakan pernah
berbunga dan berbuah, kecuali untuk KP.
(4) Keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dengan ketentuan tegakan harus aman dari ancaman
kebakaran, penebangan liar, perladangan berpindah,
penggembalaan, dan penjarahan kawasan.
(5) Kesehatan tegakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dengan ketentuan tegakan harus tidak terserang
hama dan penyakit.
- 44 -
(6) Batas areal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
dengan ketentuan batas areal harus jelas, sehingga
pengumpul Benih mengetahui tegakan yang termasuk
sebagai Sumber Benih.
(7) Terkelola dengan baik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f dengan ketentuan Sumber Benih jelas
status kepemilikannya serta memiliki indikator
manajemen yang baik, meliputi pemeliharaan,
pengorganisasian dan pemanfaatan Benih.
Pasal 58
(1) Standar khusus Sumber Benih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 56 huruf b terdiri atas standar khusus:
a. TBT;
b. TBS;
c. APB;
d. TBP;
e. KBS;
f. KBK; dan
g. KP.
(2) Standar khusus TBT sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a memiliki kriteria:
a. asal tegakan dari hutan alam atau hutan tanaman;
b. dalam hal tegakan berasal dari hutan tanaman,
tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal
untuk dijadikan sebagai Sumber Benih;
c. asal-usul Benihnya tidak diketahui;
d. jumlah pohon paling sedikit 25 (dua puluh lima)
pohon induk;
e. kualitas tegakan rata-rata atau memenuhi standar
produktifitas yang ditetapkan oleh Kepala Badan;
f. jalur isolasi tidak diperlukan; dan
g. penjarangan tidak dilakukan.
(3) Ilustrasi standar khusus TBT sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran XV huruf A
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
- 45 -
Pasal 59
(1) Standar khusus TBS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (1) huruf b memiliki kriteria:
a. asal tegakan dari hutan alam atau hutan tanaman;
b. dalam hal tegakan berasal dari hutan tanaman,
tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal
untuk dijadikan sebagai Sumber Benih;
c. asal-usul Benihnya tidak diketahui;
d. jumlah pohon paling sedikit 25 (dua puluh lima)
pohon induk;
e. kualitas tegakan di atas rata-rata atau memenuhi
standar produktivitas yang ditetapkan oleh Kepala
Badan;
f. jalur isolasi tidak diperlukan; dan
g. penjarangan terbatas pada pohon-pohon yang jelek.
(2) Ilustrasi standar khusus TBS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XV huruf B
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 60
(1) Standar khusus APB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1) huruf c memiliki kriteria:
a. asal tegakan dari hutan alam atau hutan tanaman;
b. dalam hal tegakan berasal dari hutan tanaman,
dapat berasal dari konversi tegakan yang ada atau
dibangun khusus untuk APB;
c. asal-usul Benih untuk tegakan yang dikonversi
sebagai APB sebaiknya diketahui, asal-usul Benih
harus diketahui apabila dibangun khusus untuk
APB;
d. lot Benih untuk membangun APB paling sedikit
berasal dari 25 (dua puluh lima) pohon induk untuk
menjaga keragaman genetik;
e. jumlah pohon paling sedikit 25 (dua puluh lima)
batang dalam satu hamparan setelah penjarangan;
- 46 -
f. kualitas tegakan di atas kualitas TBS atau
memenuhi standar produktifitas yang ditetapkan
oleh Kepala Badan;
g. jalur isolasi diperlukan; dan
h. penjarangan dilakukan untuk mempertahankan
pohon-pohon yang terbaik dan meningkatkan
produksi Benih.
(2) Ilustrasi standar khusus APB sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XV huruf C
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 61
(1) Standar khusus TBP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1) huruf d ditetapkan dengan kriteria:
a. asal tegakan berasal dari hutan tanaman;
b. asal-usul Benih dari satu provenan terbaik dari
hasil uji provenan, lot Benih untuk membangun
TBP paling sedikit berasal dari 25 (dua puluh lima)
pohon induk untuk menjaga keragaman genetik;
c. jumlah pohon paling sedikit 25 (dua puluh lima)
batang setelah penjarangan;
d. kualitas tegakan di atas kualitas APB atau
memenuhi standar produktifitas yang ditetapkan
oleh Kepala Badan;
e. jalur isolasi diperlukan; dan
f. penjarangan dilakukan untuk mempertahankan
pohon-pohon yang terbaik dan meningkatkan
produksi Benih.
(2) Ilustrasi standar khusus TBP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XV huruf D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 62
(1) Standar Khusus KBS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1) huruf e memiliki kriteria:
- 47 -
a. Benih berasal dari hutan tanaman atau hutan alam;
b. asal-usul famili dari pohon induk/pohon plus,
identitas famili dicantumkan di peta (rancangan
kebun) atau tanda famili di lapangan;
c. jumlah pohon paling sedikit 25 (dua puluh lima)
famili setelah penjarangan, apabila kurang dari 25
(dua puluh lima) famili harus berdasarkan
rekomendasi ahli pemuliaan tanaman hutan;
d. kualitas genotip baik atau memenuhi standar
produktifitas yang ditetapkan oleh Kepala Badan;
e. jalur isolasi diperlukan; dan
f. penjarangan dilakukan untuk mempertahankan
famili-famili yang terbaik dan meningkatkan
produksi Benih berdasarkan metode seleksi sesuai
dengan hasil uji keturunan.
(2) Ilustrasi standar khusus KBS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XV huruf E
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 63
(1) Standar khusus KBK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1) huruf f memiliki kriteria:
a. klon berasal dari pohon plus hasil uji keturunan;
b. asal-usul klon dari pohon plus.
c. Benih dipisah menurut kloni (pohon induk),
identitas klon di kebun Benih dicantumkan pada
peta (rancangan kebun) dan/atau tanda di pohon;
d. jumlah pohon paling sedikit 25 (dua puluh lima)
klon setelah penjarangan, apabila kurang dari 25
(dua puluh lima) klon harus berdasarkan
rekomendasi ahli pemuliaan tanaman hutan;
e. kualitas genotip baik atau memenuhi standar
produktifitas yang ditetapkan oleh Kepala Badan;
f. jalur isolasi diperlukan;
g. penjarangan dilakukan untuk mempertahankan
klon yang terbaik dan meningkatkan produksi
- 48 -
Benih berdasarkan hasil uji keturunan dan
penampakan klon di kebun Benih; dan
h. penjarangan terdiri atas penjarangan klon
(menebang klon terjelek) dan penjarangan dalam
klon (menebang fenotip jelek dalam klon dan
meninggalkan satu pohon).
(2) Ilustrasi standar khusus KBK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XV huruf F
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 64
(1) Standar khusus KP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1) huruf g memiliki kriteria:
a. asal-usul bahan vegetatif berasal dari klon unggul
hasil uji klon;
b. penanaman dilakukan terpisah (keturunan dari
satu pohon induk di setiap bedeng) atau campuran
(keturunan beberapa pohon induk dalam satu
bedeng);
c. kualitas genotip baik atau memenuhi standar
produktifitas yang ditetapkan oleh Kepala Badan;
d. tidak perlu jalur isolasi;
e. KP dikelola dengan pemangkasan, pemupukan dan
perlakuan lain untuk meningkatkan produksi bahan
stek; dan
f. bahan tanaman untuk periode tertentu perlu diganti
dengan yang baru jika dianggap steknya sulit
berakar atau produktifitas tunasnya rendah.
(2) Ilustrasi standar khusus KP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XV huruf G
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
- 49 -
Bagian Kedua
Sertifikasi Mutu Benih dan Bibit
Pasal 65
(1) Setiap Benih atau Bibit yang beredar harus jelas
kualitasnya yang dibuktikan dengan:
a. sertifikat mutu untuk Benih atau Bibit yang berasal
dari Sumber Benih bersertifikat; atau
b. surat keterangan pengujian untuk Benih dan/atau
surat keterangan penilaian Bibit yang tidak berasal
dari Sumber Benih bersertifikat.
(2) Standar kualitas atau mutu Benih atau Bibit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. standar mutu fisik-fisiologis Benih atau Bibit; dan
b. standar mutu genetik Benih atau Bibit.
(3) Sertifikat mutu Benih dan Bibit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala UPTD atau
Kepala Balai.
Pasal 66
(1) Penerbitan sertifikat mutu Benih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (3) diajukan dengan tahapan:
a. pemohon mengajukan surat permohonan sertifikasi
mutu Benih kepada UPTD atau Balai di wilayahnya;
b. berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a Kepala UPTD atau Kepala Balai
menunjuk petugas atau pengawas untuk
melaksanakan pengambilan contoh Benih dan
memeriksa keterangan asal-usul Benih;
c. pengambilan contoh Benih sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dilengkapi dengan blanko;
d. UPTD atau Balai wajib melakukan pengujian mutu
fisik-fisiologis Benih, meliputi:
1. kemurnian;
2. berat 1.000 (seribu) butir;
3. kadar air; dan
4. daya kecambah.
- 50 -
e. pengujian mutu fisik-fisiologis Benih sebagaimana
dimaksud dalam huruf d dilaksanakan berdasarkan
petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal;
f. berdasarkan hasil pengujian mutu Benih
sebagaimana dimaksud dalam huruf e, UPTD atau
Balai menerbitkan sertifikat mutu Benih atau surat
keterangan hasil pengujian mutu Benih;
g. sertifikat mutu Benih sebagaimana dimaksud dalam
huruf f diterbitkan dalam hal Benihnya berasal dari
Sumber Benih bersertifikat;
h. surat keterangan hasil pengujian mutu Benih
sebagaimana dimaksud dalam huruf f diterbitkan
dalam hal Benihnya tidak jelas asal usulnya;
i. sertifikat mutu Benih dan surat keterangan hasil
pengujian mutu Benih sebagaimana dimaksud pada
huruf f diberlakukan hanya untuk lot Benih yang
diujikan;
j. berdasarkan sertifikat mutu Benih dan surat
keterangan hasil pengujian mutu Benih
sebagaimana dimaksud dalam huruf i, pemohon
dapat membuat dan memasang label Benih; dan
k. surat permohonan sertifikasi mutu Benih
sebagaimana dimaksud dalam huruf a disusun
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVI huruf A yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
l. keterangan asal-usul Benih sebagaimana dimaksud
dalam huruf b disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI
huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
m. blanko keterangan contoh benih dan berita acara
pengambilan contoh Benih sebagaimana dimaksud
dalam huruf c disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI
- 51 -
huruf C dan Lampiran XVI huruf D yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
n. sertifikat mutu Benih sebagaimana dimaksud dalam
huruf f disusun dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI huruf
E yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
o. surat keterangan hasil pengujian mutu Benih
sebagaimana dimaksud dalam huruf f disusun
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVI huruf F yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini; dan
p. label Benih bersertifikat sebagaimana dimaksud
dalam huruf j disusun dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI huruf
G yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) UPTD atau Balai dapat membatalkan sertifikat mutu
Benih dalam hal terbukti bahwa label Benih yang
dipasang tidak sesuai dengan sertifikat mutu Benih.
Pasal 67
(1) Penerbitan sertifikat mutu Bibit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (3) diajukan dengan tahapan:
a. pemohon mengajukan surat permohonan sertifikasi
mutu Bibit kepada Balai atau UPTD;
b. berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a Kepala Balai atau Kepala UPTD
membentuk tim penilai/sertifikasi mutu Bibit;
c. tim melakukan penilaian mutu Bibit dengan
memeriksa dokumen asal usul Benih dan sertifikat
mutu Benih yang dilanjutkan dengan penilaian
mutu Bibit;
d. Bibit yang dinilai oleh tim adalah Bibit yang
umurnya paling banyak 2 (dua) tahun dan telah
dilakukan sortasi Bibit;
- 52 -
e. penilaian mutu Bibit sebagaimana dimaksud dalam
huruf d dilaksanakan berdasarkan petunjuk teknis
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;
f. hasil penilaian Bibit sebagaimana dimaksud dalam
huruf d dituangkan dalam berita acara penilaian
mutu Bibit;
g. berdasarkan hasil penilaian tim, Balai atau UPTD
menerbitkan sertifikat mutu Bibit atau surat
keterangan hasil pemeriksaan mutu Bibit dalam hal
Bibitnya memenuhi syarat mutu Bibit yang
dikategorikan pada kualitas Pertama (P) atau
Kedua (D) dengan masa berlaku paling lama 1 (satu)
tahun sejak diterbitkan;
h. sertifikat mutu Bibit sebagaimana dimaksud dalam
huruf g diterbitkan dalam hal Benihnya berasal dari
sumber Benih bersertifikat dan Surat keterangan
hasil pemeriksaan mutu Bibit diterbitkan dalam hal
Benihnya tidak jelas asal usulnya;
i. penerima sertifikat dapat menerbitkan label Bibit
atau surat keterangan mutu Bibit sesuai dengan
mutu yang tertera dalam sertifikat dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. label Bibit diterbitkan dalam hal Bibit dijual
dalam jumlah satuan kecil atau paling banyak
1000 (seribu) batang pada satu kali penjualan;
2. surat keterangan mutu Bibit diterbitkan dalam
hal Bibit dijual dalam jumlah yang banyak atau
lebih dari 1000 (seribu) batang pada 1 (satu)
kali penjualan; dan
j. surat permohonan sertifikasi mutu Bibit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a disusun
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVI huruf H yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
k. berita acara penilaian mutu Bibit sebagaimana
dimaksud dalam huruf f disusun dengan
- 53 -
menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XVI huruf I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
l. sertifikat mutu Bibit dan Surat keterangan
pemeriksaan mutu Bibit sebagaimana dimaksud
dalam huruf h disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI
huruf J dan Lampiran XVI huruf K yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
m. Label Bibit dan Surat Keterangan Mutu Bibit
sebagaimana dimaksud dalam huruf i dibuat
dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVI huruf L dan
Lampiran XVI huruf M yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) UPTD atau Balai dapat membatalkan sertifikat mutu
Bibit dalam hal terbukti tidak sesuai dengan sertifikat
mutu Bibit.
Pasal 68
(1) Standar mutu fisik-fisiologis Benih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) huruf a ditentukan
berdasarkan:
a. mutu fisik Benih meliputi kadar air, berat 1000
(seribu) butir dan kemurnian; dan
b. mutu fisiologis berupa daya kecambah Benih.
(2) Standar mutu genetik Benih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (2) huruf b ditentukan berdasarkan
klasifikasi Sumber Benih yang telah disertifikasi.
Pasal 69
(1) Standar mutu fisik-fisiologis Bibit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) huruf a merupakan
nilai kuantitatif dan kualitatif dari nilai sehat, diameter,
tinggi dan kekompakan media.
- 54 -
(2) Standar mutu genetik Bibit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (2) huruf b ditentukan berdasarkan
klasifikasi Sumber Benih yang telah disertifikasi.
Bagian Ketiga
Pelaksana Sertifikasi
Pasal 70
(1) UPTD dan Balai yang melaksanakan sertifikasi harus
memenuhi kriteria dan standar pelaksana sertifikasi.
(2) Kriteria pelaksana sertifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki kemampuan untuk:
a. menyelenggarakan sertifikasi Sumber Benih;
b. menyelenggarakan sertifikasi mutu Benih; dan
c. menyelenggarakan sertifikasi mutu Bibit.
(3) Standar pelaksana sertifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas :
a. standar organisasi;
b. standar sumber daya manusia; dan
c. standar sarana dan prasarana.
Pasal 71
(1) Standar organisasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (3) huruf a meliputi:
a. mempunyai struktur organisasi, uraian tugas dan
tanggung jawab yang berkaitan dengan kegiatan
Perbenihan dan pembibitan;
b. memiliki prosedur untuk mengelola dokumen dan
rekaman data;
c. memiliki sistem mutu yang memberikan
kepercayaan dan kemampuan dalam
mengoperasikan sistem sertifikasi;
d. memiliki sistem pengendalian mutu dalam
sertifikasi; dan
e. memiliki tanggung jawab dalam pemberian
sertifikat.
- 55 -
(2) Standar sumber daya manusia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70 ayat (3) huruf b harus memiliki tenaga
yang memadai dan kompeten (ahli, terampil dan
pengalaman) yang dibuktikan dengan:
a. ijazah pendidikan formal yang berhubungan dengan
kegiatan penilaian Sumber Benih, mutu Bibit
dan/atau pengujian mutu Benih yang didukung
dengan bukti laporan kegiatan penilaian Sumber
Benih, mutu Bibit dan/atau pengujian mutu Benih;
b. sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga
sertifikasi profesi yang telah terakreditasi; atau
c. telah mengikuti pelatihan dan dinyatakan kompeten
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. sertifikator Sumber Benih, telah mengikuti
pelatihan penilaian Sumber Benih paling sdikit
sebanyak 40 JPL;
2. sertifikator mutu Benih, telah mengikuti
pelatihan pengujian mutu Benih paling sedikit
sebanyak 40 JPL; atau
3. sertifikator mutu Bibit, telah mengikuti
pelatihan penilaian mutu Bibit paling sedikit
sebanyak 30 JPL.
(3) Standar sarana dan prasarana minimal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) huruf c yang harus
dimiliki oleh UPTD dan Balai untuk:
a. melakukan penilaian Sumber Benih; dan
b. pengujian mutu Benih.
(4) Standar sarana dan prasarana untuk penilaian mutu
Bibit berupa meteran dan kaliper yang jumlahnya
disesuaikan dengan keperluan.
(5) UPTD melakukan sertifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terhadap:
a. Sumber Benih yang berada di wilayahnya; dan
b. mutu Benih dan/atau Bibit yang diproduksi di
wilayahnya.
(6) Dalam hal UPTD belum memenuhi kriteria dan standar
untuk melakukan sertifikasi sebagaimana dimaksud
- 56 -
pada ayat (5), sertifikasi dilaksanakan oleh Balai atau
UPTD lain.
(7) Standar sarana dan prasarana Sumber Benih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a disusun
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XVI huruf N yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(8) Standar sarana dan prasarana pengujian mutu Benih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b disusun
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XVI huruf O yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB VI
PERIZINAN BIDANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
Pasal 72
(1) Kegiatan perizinan di bidang Perbenihan Tanaman Hutan
diselenggarakan melalui perizinan berusaha terintegrasi
secara elektronik.
(2) Kegiatan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. izin usaha; dan
b. izin komersial atau operasional.
(3) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
berupa penetapan pengada benih dan pengedar benih
dan/atau bibit terdaftar.
(4) Izin komersial atau operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b berupa izin:
a. pemasukan benih dan/atau bibit tanaman hutan
dari luar negeri; dan
b. pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan ke
luar negeri.
Pasal 73
Ruang lingkup perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik bidang perbenihan tanaman hutan meliputi:
- 57 -
a. tata cara permohonan izin usaha dan izin komersial atau
izin operasional bidang perbenihan tanaman hutan;
b. penyelesaian permohonan izin;
c. tata cara Pemenuhan Komitmen;
d. pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha; dan
e. pelaporan kegiatan usaha.
Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai norma, standar, prosedur
dan kriteria perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik
bidang perbenihan tanaman hutan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
BAB VII
PUNGUTAN JASA DAN IURAN
PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
Pasal 75
(1) Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam berupa Benih
dan Bibit serta pelayanan perbenihan tanaman hutan
dikenakan pungutan jasa atau iuran dalam bentuk
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atau retribusi
daerah
(2) Pungutan jasa perbenihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenakan pada kegiatan perizinan di bidang
Perbenihan.
(3) Pungutan iuran perbenihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenakan pada kegiatan pengumpulan/
pengunduhan Benih dan anakan.
Pasal 76
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan,
penyetoran, dan besarnya pungutan jasa dan iuran
perbenihan tanaman hutan sebagaimana diamaksud dalam
Pasal 75 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
- 58 -
BAB VIII
PELAPORAN
Bagian Kesatu
Pelaporan Pengada dan Pengedar Benih dan/atau Bibit
Tanaman Hutan Terdaftar
Pasal 77
(1) Pelaporan oleh pengada Benih dan pengedar Benih
dan/atau Bibit tanaman hutan terdaftar, dilakukan
setiap 6 (enam) bulan sekali, untuk periode Januari
sampai dengan Juni disampaikan pada bulan Juli,
sedangkan periode Juli sampai dengan Desember
disampaikan pada bulan Januari tahun berikutnya.
(2) Laporan disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi
dengan tembusan kepada Kepala Balai.
(3) Pengada Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit
tanaman hutan terdaftar yang tidak menyampaikan
laporan selama 2 (dua) tahun berturut-turut, dilakukan
monitoring dan evaluasi oleh Dinas Provinsi dan/atau
Balai.
(4) Pengada Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit
tanaman hutan terdaftar yang terbukti tidak
menjalankan kegiatan usahanya, penetapan sebagai
pengada Benih dan pengedar Benih dan/atau Bibit
tanaman hutan terdaftar dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 78
Dalam hal pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit
tanaman hutan terdaftar memiliki pembibitan/perbenihan di
lokasi baru, wajib melaporkan kepada Dinas Provinsi dimana
lokasi pembibitan/perbenihan baru tersebut berada.
- 59 -
Bagian Kedua
Palaporan Pengawasan
Pasal 79
(1) Pengawas Benih dan Bibit membuat laporan kegiatan
setiap bulan kepada Kepala Dinas Provinsi.
(2) Kepala Dinas Provinsi membuat laporan pengawasan
peredaran Benih dan Bibit setiap 6 (enam) bulan kepada
gubernur dengan tembusan kepada Kepala Balai.
(3) Gubernur membuat laporan penyelenggaraan
pengawasan peredaran Benih dan Bibit secara berkala 1
(satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun kepada
Menteri.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) paling sedikit memuat:
a. asal-usul, jumlah, jenis, dan mutu Benih atau Bibit
yang beredar;
b. kasus khusus yang sudah dan sedang diselesaikan;
dan
c. masalah dan kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan pengawasan.
BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 80
(1) Pembinaan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah Provinsi;
(2) Pembinaan oleh Pemerintah dilakukan oleh Menteri
kepada:
a. Kepala Balai;
b. Pemerintah Daerah Provinsi; dan
c. Badan Usaha dan perorangan yang melakukan
kegiatan perbenihan tanaman hutan yang menjadi
kewenangannya.
(3) Pembinaan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dilakukan
oleh Kepala Dinas Provinsi kepada:
- 60 -
a. Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang
melaksanakan kegiatan pengelolaan Sumber Daya
Genetik dan Sumber Benih; dan
b. Badan Usaha dan perorangan yang melakukan
kegiatan perbenihan tanaman hutan yang menjadi
kewenangannya.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan melalui:
a. pemberian bimbingan;
b. supervisi;
c. konsultasi;
d. pemantauan dan evaluasi; dan
e. pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lainnya.
(5) Dalam melakukan Pembinaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Menteri dapat melimpahkan kepada
Direktur Jenderal.
Pasal 81
(1) Pemberian bimbingan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80 ayat (4) huruf a dilakukan untuk tercapainya
kemampuan dalam memahami, menerima dan
menjalankan norma, standar, prosedur, dan kriteria
pelaksanaan urusan pemerintahan bidang kehutanan
pada kegiatan perbenihan tanaman hutan.
(2) Dalam menyelenggarakan pemberian bimbingan,
Direktur Jenderal menyelenggarakan bimbingan teknis,
dan penyebaran pedoman pelaksanaan norma, standar,
prosedur, dan kriteria kepada Dinas Provinsi.
Pasal 82
(1) Supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
ayat (4) huruf b dilakukan untuk terwujudnya ketertiban
dalam melaksanakan norma, standar, prosedur, dan
kriteria pelaksanaan urusan pemerintahan bidang
kehutanan pada kegiatan Perbenihan tanaman hutan.
- 61 -
(2) Dalam menyelenggarakan supervisi, Direktur Jenderal
memberikan rekomendasi kepada Dinas Provinsi atas
kinerja pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria.
Pasal 83
(1) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
ayat (4) huruf c dilakukan untuk membangun
kesepakatan tentang kebijakan teknis yang diperlukan
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria
pelaksanaan urusan pemerintahan bidang kehutanan
pada kegiatan perbenihan tanaman hutan.
(2) Dalam menyelenggarakan konsultasi, Direktur Jenderal
berkoordinasi dengan Dinas Provinsi untuk
mengendalikan pelaksanaan norma, standar, prosedur,
dan kriteria.
Pasal 84
(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80 ayat (4) huruf d dilakukan untuk mengetahui
keterlaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria
pelaksanaan urusan pemerintahan bidang kehutanan
pada kegiatan perbenihan tanaman hutan.
(2) Dalam menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi,
Direktur Jenderal melaksanakan pengumpulan data dan
informasi tentang:
a. kemampuan kelembagaan dalam melaksanakan
norma, standar, prosedur, dan kriteria;
b. ketertiban aparat dan lembaga dalam melaksanakan
norma, standar, prosedur, dan kriteria; dan
c. efektifitas norma, standar, prosedur, dan kriteria
dalam rangka mencapai tujuan urusan perbenihan
tanaman hutan.
- 62 -
Pasal 85
Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80 ayat (4) huruf d terhadap pengelolaan Areal
Konservasi Sumber Daya Genetik dilakukan oleh:
a. Direktur Jenderal yang membidangi konservasi sumber
daya alam hayati pada kawasan hutan konservasi;
b. Direktur Jenderal atas areal yang dibangun berdasarkan
kewenangannya;
c. Kepala Badan atas areal yang dibangun berdasarkan
kewenangannya; dan
d. Gubernur atas areal di luar kawasan hutan yang
diselenggarakan perorangan atau Badan Usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan
taman hutan raya.
Pasal 86
(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
terhadap Benih unggul atau Varietas unggul yang telah
dilepas dilakukan oleh Direktur Jenderal.
(2) Direktur Jenderal melarang pengadaan, peredaran dan
penanaman Benih unggul atau Varietas unggul yang
berdasarkan pemantauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ternyata menimbulkan kerugian bagi masyarakat
dan lingkungan.
Pasal 87
Pemantauan hasil pemasukan Benih dan/atau Bibit sesuai
dengan tujuannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal atau
Badan.
Pasal 88
Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 84 sampai dengan Pasal 87 digunakan sebagai
bahan untuk melaksanakan pemberian bimbingan, supervisi,
dan konsultasi.
- 63 -
Pasal 89
(1) Pendidikan, pelatihan, dan kegiatan pemberdayaan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (4)
huruf e dilakukan untuk menyediakan sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan dalam
menyelenggarakan urusan perbenihan tanaman hutan.
(2) Dalam menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan
kegiatan pemberdayaan lainnya, Direktur Jenderal
menyusun rencana pendidikan dan pelatihan,
berkoordinasi dengan instansi yang terkait dengan
pendidikan dan pelatihan serta pemberdayaan, dan
menyediakan pedoman teknis yang dibutuhkan.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 90
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan dan pengawasan
peredaran Benih tanaman hutan yang sudah dilaksanakan
sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan, dinyatakan
tetap berlaku dan untuk pelaksanaan selanjutnya
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 91
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.1/MENHUT-
II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman
Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.72/MENHUT-II/2009
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.1/MENHUT-II/2009 tentang Penyelenggaraan
- 64 -
Perbenihan Tanaman Hutan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 490); dan
b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.28/MENHUT-
II/2010 tentang Pengawasan Peredaran Benih Tanaman
Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 312),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 92
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 65 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2020
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Januari 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 66
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt.KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 66 –
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
SURAT KETERANGAN ASAL USUL BENIH DAN/ATAU BIBIT
(CERTIFICATE OF ORINGIN)
A. Format Surat Permohonan Keterangan Asal Usul Benih dan/atau Bibit
(Certificate of Origin)
Hal : Permohonan Sertifikasi Asal Usul Benih/Bibit *)
Kepada Yth Direktur Jenderal ...............
di – JAKARTA
Dengan hormat, Dengan ini kami Nama : …………………………… Alamat : ……………………………
(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa) Nomor Telepon/Faximile : ………………………......
Bermaksud untuk memohon penerbitan surat keterangan asal usul benih/bibit *) tanaman :
Nama Spesies : ………………… (Nama perdagangan/Nama latin)
Jumlah Benih : ……………….. Kg Lokasi : ………………… (Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa)
Demikian atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.
…………………………
( Ttd ) Pemohon
Tembusan:
Kepala Balai ……………
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 67 –
B. Format Surat Rekomendasi Asal-Usul Benih/Bibit
KOP SURAT
Kepada Yth.
Direktur Jenderal ... di-
JAKARTA
Menindak lanjuti surat perintah Direktur Jenderal ...... Nomor ………………………… tanggal ……………………, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam rangka pemberian rekomendasi, Balai ………………………
telah melaksanakan pemeriksaan terhadap dokumen asal usul dan jumlah benih sebagaimana terlampir dalam Berita Acara Pemeriksaan.
2. Sehubungan dengan hasil pemeriksaan pada butir 1 di atas, maka
kami merekomendasikan …………………… (pemohon)……… bahwa
benih tersebut benar-benar/tidak benar berasal dari sumber benih …………… sebanyak.................… kg.
Demikian rekomendasi yang dapat kami sampaikan.
Kepala Balai …………………..
………………………………
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 68 –
C. Format Berita Acara Pemeriksaan Asal-Usul Benih/Bibit
BERITA ACARA PEMERIKSAAN ASAL USUL BENIH/BIBIT
Pada hari ini .................. tanggal ................ bulan ............. tahun
......... yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Jabatan : Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Nama : Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pemeriksaan asal-usul
dan jumlah benih/bibit *):
a. Asal benih/bibit dari sumber benih :
Nomor sumber benih : Jenis tanaman : Lokasi :
Provinsi : Kabupaten :
Kecamatan : Desa : Blok :
Koordinat : Ketinggian : Zona benih :
Luas sumber benih :
b. Jumlah Benih/Bibit : ……………… kg/batang *)
milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah memberikan informasi kebenaran asal-usul jumlah benih/bibit kepada PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Pemeriksaan Asal-Usul Benih/Bibit ini dibuat sebagai bukti telah melaksanakan kegiatan pemeriksaan asal-usul
benih/bibit *).
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
...........................................
......................................... Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 69 –
D. Format Surat Keterangan Asal Usul Benih dan/atau Bibit (Certificate
of Origin)
MINISTRY OF
ENVIROMENT AND
FORESTRY
DIRECTORATE
GENERAL OF ....
CERTIFICATE
OF ORIGIN
Reference No: .....
DESCRIPTION OF THE CONSIGNMENT Exporter (name and
address)
Consignee (name and address,
including country)
Name of produce and quantity declared
Botanical name: Number and
description of package:
Distinguishing marks:
SEED SOURCE DESCRIPTION Species Latitude
Producer Longitude
Seed Zone
No.
Altitude (asl)
District Total Area
Division
Producti
ve area
Name of site
Seed
source no.
Seed Source Class Jakarta, ………………………..
DIRECTOR GENERAL OF ...
Identified stand
Selected Stand
Seed Production
Area Provenance Seed
Stand Seedling Seed
Orchard Clonal Seed
Orchard
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 70 –
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
TATA USAHA BENIH DAN BIBIT
A. Format Catatan Mutasi Per Lot Benih
CATATAN MUTASI PER LOT BENIH
Bulan
1. Nama Pengada/Pengedar Benih :
2. Alamat :
3. Nama Species (lokal & latin) :
4. Penerimaan Benih (Pengunduhan/Pembelian)
a. Sertifikat Sumber Benih :
b. Berat Benih (gr/Kg)*) :
c. Tanggal Pengunduhan :
Tanggal
Pengeluaran Benih
Sisa Benih (gr/Kg)
Sertifikat Mutu Benih
Pembeli Jumlah Benih
(gr/Kg) Nomor Masa
Berlaku Nama Alamat
…………………,………………
Diperiksa :
Petugas Pengawas, Pengada/Pengedar Benih,
(.................................) (………………………...........)
- 71 –
B. Format Surat Pengiriman Benih
Kop Surat Pengada/Pengedar Benih
SURAT PENGIRIMAN BENIH
Pada hari ini ............... tanggal ………………… saya mengirimkan benih:
1. Nama Species : .......................................... (lokal/latin)
2. Jumlah Benih : ......... kg/Eksplam/Entres/Stek Pucuk*)
3. Sertifikat mutu Benih No : ............................................ (terlampir)
Untuk disampaikan kepada:
1. Nama Pemesan/Pembeli :.......................................................
2. Alamat Pemesan/Pembeli :.......................................................
3. Telepon/Faksimili :.......................................................
Penerima Benih Pengirim Benih
(………………………) (………………………)
Tembusan:
1. Kepala Dinas Provinsi …… (Pengada benih berdomisili)
2. Kepala Dinas Provinsi …… (Pembeli benih berdomisili)
3. Balai ……………………………
4. Pengada/Pengedar Benih
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
Lembar ke- I / II / III / IV / V
- 72 –
C. Format Catatan Mutasi Per Lot Bibit
CATATAN MUTASI PER LOT BIBIT
Bulan: .
1. Nama Pengedar Bibit :
2. Alamat :
3. Nama Species (lokal & latin) :
4. Penerimaan Benih/Stek/Anakan/Stump *) :
a. Sertifikat Mutu Benih/Sumber Benih *) :
b. Berat/Jumlah Benih/Stek/Anakan/Stump (gr/Kg/batang)*) :
c. Tanggal Penyemaian :
Tanggal
Stok
Bibit
(Batang)
Pengeluaran Bibit
Sisa Bibit
(Batang)
Sertifikat Mutu Bibit Pembeli Jumlah
Bibit
(Batang) Nomor
Masa
Berlaku Nama Alamat
……,………………………..
Diperiksa : Pengedar Bibit,
Pengawas,
(...............................) (……………………….)
- 73 –
D. Format Surat Pengiriman Bibit
Kop Surat Pengada/Pengedar Benih
SURAT PENGIRIMAN BIBIT
Pada hari ini tanggal ………………… saya mengirimkan bibit:
1. Nama Species :.......................................................
(lokal/latin)
2. Jumlah Bibit :.......................................................batang
3. Sertifikat mutu Bibit No :.............................................. (terlampir)
Untuk disampaikan kepada: 1. Nama Pemesan/Pembeli :.......................................................
2. Alamat Pemesan/Pembeli :.......................................................
3. Telepon/Faksimili :.......................................................
Penerima Bibit Pengirim Bibit
(………………………) (………………………)
Tembusan:
1. Kepala Dinas Provinsi …… (Pengada bibit berdomisili) 2. Kepala Dinas Provinsi …… (Pembeli bibit berdomisili)
3. Balai …………………………… 4. Pengedar Bibit
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
Lembar ke- I / II / III / IV / V
- 74 –
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PENGAWASAN BENIH DAN BIBIT TANAMAN HUTAN
A. Format Keputusan Gubernur tentang Pengangkatan Pengawas Benih
dan Bibit Tanaman Hutan
KEPUTUSAN GUBERNUR...............
Nomor: ...............................
TENTANG
PENGANGKATAN PENGAWAS BENIH DAN BIBIT TANAMAN HUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR ....................,
Menimbang : a. bahwa untuk pengendalian peredaran benih dan bibit tanaman hutan di Provinsi................... perlu dilakukan pengangkatan Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan terhadap mereka yang memenuhi persyaratan yang diperlukan;
b. bahwa Saudara .......... yang dicantumkan dalam keputusan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan;
c. bahwa atas dasar hal sebagaimana dimaksud pada huruf b perlu ditetapkan pengangkatan sebagai Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dengan Keputusan Gubernur.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;
2. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 tahun 2004;
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor .........................
6. Keputusan Direktur Jenderal Nomor...........................
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR TENTANG PENGANGKATAN PENGAWAS BENIH DAN BIBIT TANAMAN HUTAN.
KESATU : Mengangkat Saudara: Nama : ...................... Nomor register : ...................... (sesuai dengan nomor register sertifikat pengawas) Sebagai Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan di wilayah Provinsi ..................
- 75 –
KEDUA : Pengangkatan ini berlaku untuk masa 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya Keputusan ini dan dapat diperpanjang setelah habis masa berlakunya apabila telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
KETIGA : Pengangkatan sebagai Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan akan dicabut bilamana yang bersangkutan beralih tugas, mengundurkan diri, berkinerja buruk, meninggal dunia, pensiun, atau dikenakan sanksi hukum pidana.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : .....................
Pada tanggal : .....................
Gubernur, .......................................
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth: 1. Direktur Jenderal; 2. Kepala Dinas Provinsi …; 3. Kepala Balai …; 4. Yang bersangkutan.
- 76 –
B. Format Kartu Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan
Ukuran Kartu: panjang 8,5 cm; lebar 5,5 cm; tebal 1,0 mm
PROVINSI .............
Nama
:
......., ..........
Gubernur
................
Cap dan ttd
....Nama.......
No. Reg. :
Tempat/Tgl lahir :
Alamat :
Provinsi :
No. SK :
Berlaku s/d tgl :
Foto 2X3
Tampak Depan
KETENTUAN PENCABUTAN KARTU
Keputusan Gubernur No. .........................................
Kartu Pengawas Benih Tanaman Hutan akan dicabut jika Saudara:
1. Beralih tugas;
2. Mengundurkan diri; 3. Berkinerja buruk;
4. Pensiun;
5. Meninggal dunia; atau
6. Dikenakan sanksi hukum pidana
Tanda Tangan pemilik
Tampak Belakang
- 77 –
C. Format Surat Keputusan Gubernur tentang Pemberhentian Pengawas
Benih dan Bibit Tanaman Hutan
KEPUTUSAN GUBERNUR ...............
Nomor : ...............................
TENTANG
PEMBERHENTIAN PENGAWAS BENIH DAN BIBIT TANAMAN HUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR ....................,
Menimbang : a. bahwa untuk pengendalian peredaran benih dan bibit tanaman hutan di Provinsi .................. telah dilakukan pengangkatan Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dengan Keputusan Gubernur Nomor ................... a.n. .........................;
b. bahwa Saudara .......... sebagaimana dimaksud pada huruf a dinyatakan mendapatkan nilai Tidak Layak dalam evaluasi kompetensi;
c. bahwa atas dasar hal sebagaimana dimaksud pada huruf b perlu ditetapkan pemberhentian Saudara ....... dari penugasannya sebagai Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dengan Keputusan Gubernur.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2004.
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor ..........................
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR TENTANG PEMBERHENTIAN
PENGAWAS BENIH DAN BIBIT TANAMAN HUTAN.
KESATU : Memberhentikan Saudara: Nama : ...................... Nomor register : ...................... (sesuai dengan nomor register sertifikat pengawas) dari penugasannya sebagai Pengawas Benih dan Bibit dan Bibit Tanaman Hutan di wilayah Provinsi ............
KEDUA : Dengan pemberhentian ini maka keputusan Gubernur Nomor ...................... dinyatakan tidak berlaku lagi.
- 78 –
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila
di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : ........................
Pada tanggal : ........................
GUBERNUR, ........................................
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth: 1. Direktur Jenderal; 2. Kepala Dinas Provinsi …; 3. Kepala Balai …; 4. Yang bersangkutan.
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 79 –
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN PROSES PRODUKSI BENIH
A. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima laporan tata
usaha perencanaan pengunduhan benih generatif, tata usaha
pengadaan benih vegetatif, dan tata usaha penanganan benih dari
pengada benih baik secara langsung maupun melalui Kepala Dinas
Provinsi.
2. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan melakukan pemeriksaan
atas kesesuaian dokumen-dokumen sebagai berikut:
a. Rencana pengunduhan/pengumpulan benih.
b. Laporan inventarisasi potensi produksi benih.
c. Label pengadaan benih.
d. Catatan pengadaan benih.
e. Laporan hasil pengunduhan/pengumpulan benih.
f. Catatan mutasi benih.
g. Dokumen lain yang berkenaan dengan produksi benih.
3. Hasil pemeriksaan dokumen dicatat dalam Blanko 1.
B. Tindak Lanjut Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Berita Acara
Pemeriksaan Proses Produksi Benih yang ditandatangani bersama
dengan pengelola sumber benih (Blanko 2).
2. Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan
acuan bagi Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dalam
melakukan pembinaan teknis berikutnya, dan merupakan acuan
bagi pengelola sumber benih dalam memperbaiki kinerja produksi
benih.
3. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat
teguran bilamana:
- 80 –
a. Pengelola sumber benih terbukti tidak melakukan tindakan
perbaikan kinerja produksi benih sesuai dengan yang
direkomendasikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Proses
Produksi Benih.
b. Pengelola sumber benih mengulang kekeliruan yang sama pada
proses produksi berikutnya.
Contoh format surat teguran adalah sebagaimana tercantum pada
Blanko 3.
4. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat
usulan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk pengenaan sanksi atau
hukuman bilamana pengada benih telah mendapatkan tiga teguran
untuk kelalaian dalam melaksanakan tindak lanjut atau untuk
dilakukannya kekeliruan yang sama. Format surat usulan adalah
sebagaimana tercantum pada Blanko 4.
5. Berdasarkan surat usulan tersebut, Kepala Dinas Provinsi dapat:
a. Mencabut status Terdaftar dari pengada benih;
b. Mengusulkan untuk mencabut izin usaha dari pengada benih;
c. Mencabut sertifikat sumber benih dari pengada benih, atau
mengusulkan kepada instansi yang menerbitkan sertifikat
tersebut untuk mencabut sertifikat sumber benih; atau
d. Menghentikan sementara benih dari peredaran untuk diperjual-
belikan.
6. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Laporan
Pemeriksaan Proses Produksi Benih kepada Kepala Dinas Provinsi
dengan tembusan kepada Kepala Balai.
7. Contoh format Laporan Pemeriksaan Proses Produksi Benih adalah
sebagaimana tercantum pada Blanko 5.
- 81 –
Blanko 1
Contoh format hasil pemeriksaan proses produksi benih
Hasil Pemeriksaan Proses Produksi Benih
Nama Usaha : ........................................... Nama Pemilik Usaha : ...........................................
Alamat : ........................................... Nomor dan Tanggal
Status Terdaftar : ...........................................
Jenis Sumber Benih : TBT/TBS/APB/TBP/KBS/KBK/KP *)
DOKUMEN Jumlah benih
Surat laporan rencana pengunduhan/ Nomor .....................
...................................
.................
pengumpulan benih tanggal ..........................
Surat laporan inventarisasi produksi Nomor .....................
...................................
.................
tanggal
..........................
Surat laporan hasil pengunduhan/ Nomor .....................
...................................
.................
pengumpulan benih
tanggal
..........................
Pelabelan benih :.......................................................................... (dicatat apakah pelabelan dilaksanakan dengan baik dan benar)
Catatan pengadaan benih :......................................................................... (dicatat apakah catatan pengadaan benih dibuat dengan baik dan benar) Catatan mutasi benih :.........................................................................
(dicatat apakah catatan mutasi benih dibuat dengan baik dan benar) Temuan dan kesimpulan :1.......................................................................
2.......................................................................
3....................................................................... (dicatat apakah laporan hasil
pengunduhan/pengumpulan sesuai dengan catatan pengadaan benih dan catatan mutasi benih; apakah ada kejanggalan dalam proses
pelabelan benih sampai dengan pencatatan pengadaan dan mutasi benih)
Rekomendasi : 1.............................................................................
1
................................................................................
2............................................................................. ................................................................................
3.............................................................................. Keterangan:
*) Pilih yang diperlukan
- 82 –
Blanko 2
Contoh berita acara pemeriksaan proses produksi benih
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PROSES PRODUKSI BENIH Nomor: BA..................
Pada hari ini..................... tanggal .... bulan............... tahun ......... yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Jabatan : Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan Provinsi
No. register : Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Nama : Jabatan : Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA telah melaksanakan pemeriksaan proses produksi benih
milik PIHAK KEDUA untuk benih dengan dokumen sebagai berikut: 1. Surat laporan rencana pengunduhan/pengumpulan benih Nomor
..................... tanggal .......................... 2. Surat laporan inventarisasi produksi Nomor ..................... tanggal
..........................
3. Surat laporan hasil pengunduhan/ pengumpulan benih Nomor ........ tanggal ..........................
dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut: Pelabelan benih : ............................................................................(dicatat
apakah pelabelan dilaksanakan dengan baik dan benar)
Catatan pengadaan benih : ...............................................................................(dicatat apakah catatan pengadaan benih dibuat dengan baik dan benar)
Catatan mutasi benih : ..............................................................................(dicatat apakah catatan mutasi benih dibuat dengan baik dan benar)
Temuan dan
kesimpulan : 1. ..................................................................... 2.........................................................................
3.........................................................................
(dicatat apakah laporan hasil pengunduhan/pengumpulan sesuai dengan catatan
pengadaan benih dan catatan mutasi benih; apakah ada kejanggalan dalam
proses pelabelan benih sampai dengan pencatatan
pengadaan dan mutasi benih) Rekomendasi 1. .........................................................................
2. ......................................................................... 3.............................................................................
- 83 –
dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil pemeriksaan proses produksi benih dari PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Penilaian Mutu Bibit ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA,
PIHAK PERTAMA,
.........................
.................................
- 84 –
Blanko 3
Contoh surat teguran tindak lanjut pemeriksaan proses produksi benih
Nomor : Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan Proses Produksi
Benih Kepada
Yth. Sdr. .......... (pengada benih) di
................................ Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan
bahwa Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan proses
produksi benih yang dituangkan dalam Berita Acara No. ........ (atau: Saudara mengulang kekeliruan yang sama seperti pada proses produksi yang lalu
yaitu: a. ...........................................; b. ...........................................;
Berkenaan dengan itu, kami sampaikan surat ini sebagai Teguran ke ...... untuk perusahaan Saudara.
Demikian maksud kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala BPTH ……………………………………
- 85 –
Blanko 4
Contoh surat usulan pengenaan sanksi atau hukuman
Nomor : Hal : Usul Pengenganaan Sanksi atau Hukuman; Pengada Benih
...............
Kepada Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa pengada benih tersebut di bawah ini:
Nama Usaha : ..........................................................
Nama Pemilik Usaha : ..........................................................
Alamat : .......................................................... Nomor dan Tanggal
Status Terdaftar
:
Jenis Sumber Benih
: TBT/TBS/APB/TBP/KBS/KBK/KP *)
telah mendapatkan tiga teguran untuk kekeliruan yang sama dalam proses produksi benih, yaitu .................. Fotokopi surat teguran kami sampaikan
terlampir.
Berkenaan dengan itu, kami mengusulkan agar pengada benih tersebut di atas dikenakan sanksi atau hukuman sebagaimana mestinya.
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………) Tembusan:
1. Pengada Benih 2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 86 –
Blanko 5
Contoh surat laporan pemeriksaan proses produksi benih
Nomor :
Hal : Laporan Pemeriksaan Proses Produksi Benih; Pengada Benih ...............
Kepada Yth.
Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan proses produksi benih pada pengada benih tersebut di bawah ini: Nama Usaha : ..........................................................
Nama Pemilik Usaha : .......................................................... Alamat : .......................................................... Nomor dan Tanggal
Status Terdaftar
: ..........................................................
Jenis Sumber Benih : TBT/TBS/APB/TBP/KBS/KBK/KP *)
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengada Benih
2. Kepala BPTH
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 87 –
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PRASARANA PENANGANAN BENIH
PADA PENGADA BENIH
A. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima laporan tata usaha
penanganan benih dari pengada benih dan dan laporan-laporan lain yang
berkenaan dengan kinerja pengada benih, baik secara langsung maupun
melalui Kepala Dinas Provinsi.
2. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan melakukan pemeriksaan atas
sarana dan prasarana penanganan benih sebagai berikut:
a. Perlengkapan pengunduhan atau pengumpulan benih seperti tangga
atau alat panjat lainnya, karung goni, tempat penyimpanan
sementara (temporary storage area/room).
b. Perlengkapan sortasi, ekstraksi, pembersihan, dan grading, dan
pengeringan benih.
c. Perlengkapan penyimpanan benih (storage room) dan pengemasan
benih (karung goni, kaleng, toples, dll).
d. Teknik dan administrasi pengemasan benih.
e. Perlengkapan pengujian benih seperti mechanical/soil/electrical
divider, seed sample divider, seed trier test, oven dan
perlengkapannya, alat pengukur kadar air, timbangan, alat-alat
analisis kemurnian, alat-alat penyimpan benih, alat-alat pengolahan
benih, alat-alat dokumentasi benih, dan alat-alat pengecambahan.
f. Perlengkapan lainnya seperti dokumen tata usaha benih, dokumen
kualitas benih, dan buku petunjuk kerja.
3. Hasil pemeriksaan dokumen dicatat dalam Blanko 1.
B. Tindak Lanjut Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Berita Acara
Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Benih pada Pengada
Benih yang ditandatangani bersama dengan pengada benih (Blanko 2).
- 88 –
2. Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan acuan
bagi Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dalam melakukan
pembinaan teknis berikutnya, dan merupakan acuan bagi pengada benih
dalam memperbaiki kinerjanya.
3. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat teguran
bilamana:
a. Pengada benih terbukti tidak melakukan tindakan perbaikan kinerja
penanganan benih sesuai dengan yang direkomendasikan dalam
Berita Acara Pemeriksaan Proses Produksi Benih.
b. Pengada benih mengulang kekeliruan yang sama pada periode
berikutnya. Contoh format surat teguran adalah sebagaimana
tercantum pada Blanko 3.
4. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat usulan
kepada Kepala Dinas Provinsi untuk pengenaan sanksi atau hukuman
bilamana pengada benih telah mendapatkan tiga teguran untuk kelalaian
dalam melaksanakan tindak lanjut atau untuk dilakukannya kekeliruan
yang sama. Format surat usulan adalah sebagaimana tercantum pada
Blanko 4.
5. Berdasarkan surat usulan tersebut, Kepala Dinas Provinsi dapat:
a. Mencabut status Terdaftar dari pengada benih;
b. Mengusulkan untuk mencabut izin usaha dari pengada benih;
c. Mencabut sertifikat sumber benih dari pengada benih, atau
mengusulkan kepada instansi yang menerbitkan sertifikat tersebut
untuk mencabut sertifikat sumber benih; atau
d. Menghentikan sementara benih dari peredaran untuk diperjual-belikan.
6. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Laporan Pemeriksaan
Sarana dan Prasarana Penanganan Benih pada Pengada Benih kepada
Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Balai.
7. Contoh format Laporan Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan
Benih pada Pengada Benih adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 5.
- 89 –
Blanko 1
Contoh format hasil pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih pada
pengada benih
Hasil Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Benih pada Pengada
Benih
Nama Usaha
Nama Pemilik Usaha
Alamat
Nomor dan Tanggal Status
Terdaftar
Tanggal pemeriksaan
Obyek Pemeriksaan Ketersediaan dan/atau Kondisi *)
1. Perlengkapan pengunduhan .............................................................................
atau pengumpulan benih
2. Perlengkapan sortasi, .............................................................................
ekstraksi, pembersihan dan
grading, dan pengeringan
benih
3. Perlengkapan penyimpanan .............................................................................
benih dan pengemasan benih
4. Teknik dan administrasi .............................................................................
pengemasan benih
5. Perlengkapan pengujian .............................................................................
benih
6. Perlengkapan lainnya .............................................................................
*) Khusus untuk teknik dan administrasi pengemasan benih dicantumkan
kelayakan teknis pengemasan dan penyimpanan serta kelengkapan
administrasinya dan kesesuaiannya dengan dokumen catatan mutasi
benih.
- 90 –
Blanko 2
Contoh berita acara pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih pada pengada benih
BERITA ACARA PEMERIKSAAN SARANA DAN PRASARANA PENANGANAN BENIH PADA PENGADA BENIH
Nomor: BA.............. Pada hari ini......... tanggal .... bulan............... tahun yang bertanda tangan di
bawah ini : Nama : ......... Jabatan : Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan Provinsi
No. register : ............... Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Nama : Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Benih pada Pengada Benih milik PIHAK KEDUA untuk benih dengan hasil sebagai berikut:
Obyek Pemeriksaan Ketersediaan dan/atau
Kondisi *)
1.
Perlengkapan pengunduhan atau
pengumpulan benih .........................................................
2.
Perlengkapan sortasi, ekstraksi,
pembersihan dan ......................................................... grading, dan pengeringan benih
3. Perlengkapan penyimpanan benih dan pengemasan .........................................................
benih
4.
Teknik dan administrasi pengemasan
benih .........................................................
5. Perlengkapan pengujian benih .........................................................
6. Perlengkapan lainnya .........................................................
*) Khusus untuk teknik dan administrasi pengemasan benih dicantumkan
kelayakan teknis pengemasan dan penyimpanan serta kelengkapan administrasinya dan kesesuaiannya dengan dokumen catatan mutasi benih.
dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil pemeriksaan sarana dan prasarana benih dari PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Penilaian Mutu Bibit ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA,
PIHAK PERTAMA,
.........................
...
- 91 –
Blanko 3
Contoh surat teguran tindak lanjut pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih pada pengada benih
Nomor :
Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Benih pada Pengada Benih
Kepada
Yth. Sdr. .......... (pengada benih) di
................................
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan bahwa
Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan sarana dan
prasarana penanganan benih pada pengada benih yang dituangkan dalam Berita Acara No. ........ (atau: Saudara mengulang kekeliruan yang sama seperti pada pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih yang lalu,
yaitu............ Berkenaan dengan itu, kami sampaikan surat ini sebagai Teguran Ke.......
untuk perusahaan Saudara.
Demikian maksud kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala BPTH ……………………………………
- 92 –
Blanko 4
Contoh surat usulan pengenaan sanksi atau hukuman Nomor :
Hal : Usul Pengenaan Sanksi atau Hukuman; Pengada Benih ...............
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................ Kami laporkan bahwa pengada benih tersebut di bawah ini:
Nama Usaha : ....................................................... Nama Pemilik Usaha : ........................................................
Alamat : ........................................................ Nomor dan Tanggal : ........................................................
Status Terdaftar : ........................................................ telah mendapatkan tiga teguran untuk kekeliruan yang sama dalam
pengelolaan sarana dan prasarana pengadaan benih, yaitu .................. Fotokopi surat teguran kami sampaikan terlampir.
Berkenaan dengan itu, kami mengusulkan agar kepada pengada benih tersebut di atas dikenakan sanksi atau hukuman sebagaimana mestinya.
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
............, .................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengada Benih 2. Kepala BPTH ……………………………………
- 93 –
Blanko 5
Contoh surat laporan pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih pada pengada benih
Nomor :
Hal : Laporan Pemeriksaan Sarpras Penanganan Benih; Pengada Benih ...............
Kepada Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan sarana dan
prasarana penanganan benih pada pengada benih tersebut di bawah ini:
Nama Usaha : ....................................................... Nama Pemilik Usaha : ........................................................ Alamat : ........................................................
Nomor dan Tanggal : ........................................................
Status Terdaftar : ........................................................
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
............, ..................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
Tembusan:
1. Pengada Benih
2. Kepala BPTH ……………………………………
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 94 –
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PENGAMBILAN CONTOH BENIH
Pelaksanaan Pengambilan Contoh Benih
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima perintah tugas dari
Kepala Dinas Provinsi atau pemberitahuan dari Kepala Dinas Provinsi atau
Kepala Balai untuk mengambil contoh benih.
2. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan melaksanakan pengambilan
contoh benih dan memeriksa keterangan asal-usul benih dengan prosedur
sebagaimana ketentuan yang berlaku.
3. Pengambilan contoh benih sebagaimana dimaksud pada angka 3
dilengkapi dengan keterangan contoh benih dan Berita Acara pengambilan
contoh benih sebagaimana tercantum pada Blanko 1 dan Blanko 2.
4. Pengawas Benih Tanaman Hutan menyerahkan contoh benih, keterangan
contoh benih, dan berita acara pengambilan contoh benih kepada Kepala
Dinas Provinsi, Kepala Dinas Provinsi, atau Kepala Balai.
- 95 –
Blanko 1
Contoh format keterangan contoh benih
Nomor Uji
(dilengkapi oleh lab)
KETERANGAN CONTOH BENIH
A. Keterangan Pemilik Benih
1. Nama
2. Alamat
3.
Nomor
Telepon/Fax/E-Mail
B. Keterangan Lot Benih
1. Nama spesies (lokal & latin)
2. Nomor Sumber Benih
3. Kelas Sumber Benih
Berat Lot
Benih Jumlah
Wadah Jenis Wadah
Tanggal Panen (gr/kg)*)
C. Keterangan
Contoh Benih
1.
Nama
pengambil contoh
2. Institusi
3. Tanggal ambil contoh
4. Berat contoh
5. Metode pengambilan contoh
D. Pengujian yang diperlukan
- 96 –
Kemurnian
Berat 1.000
Butir
Kadar Air
Daya Kecambah
Uji Tetrazolium
Uji Belah
Tanggal penerimaan
contoh
Nama dan tanda tangan
Yang menyerahkan
Yang menerima
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 97 –
Blanko 2
Contoh format berita acara pengambilan contoh benih
BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH BENIH
Nomor: BA .............
Pada hari ini... tanggal.................. bulan....... tahun
......... yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih:
a. Nama Species : .............................
(lokal dan latin)
b. Jumlah Lot Benih : ……………… gr/kg*)
c. Jumlah contoh
: ………………
gr/kg*) milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menyerahkan contoh benih kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan pengujian mutu benih.
Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh Benih ini dibuat sebagai bukti
telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih.
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
*..........................)coretyangtidak diperlukan
..........................
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 98 –
LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN PROSES PRODUKSI BIBIT
A. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima laporan tata usaha
pembuatan bibit dan pengedaran bibit serta laporan-laporan lain yang
berkenaan dengan kinerja pengedar bibit, baik secara langsung maupun
melalui Kepala Dinas Kabupaten/ Kota.
2. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian dokumen-dokumen sebagai berikut:
a. Rencana pembuatan bibit.
b. Laporan pemeriksaan kapasitas pesemaian.
c. Dokumen pengadaan benih.
d. Catatan pengadaan benih.
e. Catatan mutasi bibit.
f. Dokumen lain yang berkenaan dengan produksi bibit.
3. Hasil pemeriksaan dokumen dicatat dalam Blanko 1.
B. Tindak Lanjut Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Berita Acara
Pemeriksaan Proses Produksi Bibit yang ditandatangani bersama dengan
pengedar bibit (Blanko 2).
2. Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan acuan bagi
Pengawas Benih Tanaman Hutan dalam melakukan pembinaan
teknis berikutnya, dan merupakan acuan bagi pengedar bibit dalam
memperbaiki kinerja produksi bibitnya.
3. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat teguran
bilamana:
a. Pengedar bibit terbukti tidak melakukan tindakan perbaikan kinerja
produksi bibit sesuai dengan yang direkomendasikan dalam Berita
Acara Pemeriksaan Proses Produksi Bibit.
- 99 –
b. Pengedar bibit mengulang kekeliruan yang sama pada proses produksi
berikutnya.
Contoh format surat teguran adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 3.
4. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat usulan
kepada Kepala Dinas Provinsi untuk pengenaan sanksi atau hukuman
bilamana pengedar bibit telah mendapatkan tiga teguran untuk
kelalaian dalam melaksanakan tindak lanjut atau untuk dilakukannya
kekeliruan yang sama. Format surat usulan adalah sebagaimana
tercantum pada Blanko 4.
5. Berdasarkan surat usulan tersebut, Kepala Dinas Provinsi dapat
mencabut status terdaftar dari pengedar bibit yang bersangkutan.
a. Mencabut status Terdaftar dari pengedar bibit;
b. Mengusulkan untuk mencabut izin usaha dari pengedar bibit; atau
c. Menghentikan sementara bibit dari peredaran untuk diperjual-belikan.
6. Pengawas Benih Tanaman Hutan membuat Laporan Pemeriksaan Proses
Produksi Bibit kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada
Kepala Balai.
7. Contoh format Laporan Pemeriksaan Proses Produksi Bibit adalah
sebagaimana tercantum pada Blanko 5.
- 100 –
Blanko 1
Contoh format hasil pemeriksaan proses produksi bibit
Hasil Pemeriksaan Proses Produksi Bibit Nama Usaha : ........................................... Nama Pemilik Usaha : ...........................................
Alamat : ........................................... Nomor dan Tanggal Status
Terdaftar : ...........................................
Dokumen Jumlah bibit
Surat laporan rencana produksi bibit Nomor .................... ......................................
tanggal ..................
Surat laporan
pemeriksaan kapasitas Nomor .................... ...................................... pesemaian dan dokumen benih tanggal ...................
Surat laporan hasil
pembuatan bibit Nomor ................. ...................................... tanggal ...................
Pelabelan bibit : ...........
(dicatat apakah pelabelan dilaksanakan dengan baik dan benar)
Catatan pembuatan bibit : ...........
(dicatat apakah catatan pengadaan bibit dibuat
dengan baik dan benar) Catatan mutasi
bibit : ..........
........
(dicatat apakah catatan mutasi bibit dibuat dengan baik dan benar)
Temuan dan kesimpulan : 1. ................................................................................
2. ................................................................................
3. ................................................................................
(dicatat apakah laporan hasil pembuatan bibit sesuai
dengan catatan pengadaan
benih dan catatan mutasi bibit; apakah ada kejanggalan dalam proses pelabelan
bibit sampai dengan pencatatan mutasi bibit) Rekomendasi 1. ................................................................................
2. ................................................................................ 3. ................................................................................
- 101 –
Blanko 2
Contoh berita acara pemeriksaan proses produksi bibit
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PROSES PRODUKSI BIBIT
Nomor: BA ..................
Pada hari ini ..................... tanggal .... bulan ............... tahun ......... yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan
: Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan
Provinsi ...............
No. register :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama :
Jabatan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan pemeriksaan proses produksi bibit milik PIHAK KEDUA untuk bibit dengan dokumen sebagai berikut:
1. Surat laporan rencana produksi bibit Nomor .......... tanggal ..........
2. Surat laporan pemeriksaan kapasitas pesemaian dan dokumen benih Nomor .......... tanggal ..........
3. Surat laporan hasil pembuatan bibit benih Nomor .......... tanggal ..........
dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut:
Pelabelan bibit : ..............................................................................................
........ (dicatat apakah pelabelan dilaksanakan dengan baik dan benar)
Catatan pembuatan bibit : ..............................................................................................
........ (dicatat apakah catatan pengadaan bibit dibuat dengan baik dan benar)
Catatan mutasi bibit : ..............................................................................................
........ (dicatat apakah catatan mutasi bibit dibuat dengan baik dan benar)
Temuan dan kesimpulan : 1. ..............................................................................................
2. ..............................................................................................
3. ..............................................................................................
(dicatat apakah laporan hasil pembuatan bibit sesuai dengan catatan pengadaan
benih dan catatan mutasi bibit; apakah ada kejanggalan dalam proses pelabelan
bibit sampai dengan pencatatan mutasi bibit)
Rekomendasi 1. ..............................................................................................
2. ..............................................................................................
3. ..............................................................................................
dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil pemeriksaan proses produksi bibit dari PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Proses Produksi Bibit ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA,
PIHAK PERTAMA,
.........................
.....................
- 102 –
Blanko 3
Contoh surat teguran tindak lanjut pemeriksaan proses produksi bibit Nomor :
Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan Proses Produksi Bibit
Kepada
Yth. Sdr. .......... (pengedar bibit) di
................................
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan bahwa
Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan proses produksi
bibit yang dituangkan dalam Berita Acara No. ........ (atau: Saudara mengulang kekeliruan yang sama seperti pada proses produksi yang lalu, yaitu ............. Berkenaan dengan itu, kami sampaikan surat ini sebagai Teguran Ke....... untuk
perusahaan Saudara.
Demikian maksud kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala BPTH ……………………………………
- 103 –
Blanko 4
Contoh surat usulan pengenaan sanksi atau hukuman
Nomor :
Hal : Usul Pengenaan Saknsi atau Hukuman; Pengedar Bibit ...............
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa pengedar bibit tersebut di bawah ini:
Nama Usaha
:
Nama Pemilik Usaha
: Alamat
:
Nomor dan Tanggal Status Terdaftar
:
telah mendapatkan tiga teguran untuk kekeliruan yang sama dalam proses produksi bibit, yaitu ............. Fotokopi surat teguran kami sampaikan terlampir.
Berkenaan dengan itu, kami mengusulkan agar pengedar bibit tersebut di atas dikenai sanksi atau hukuman sebagaimana mestinya.
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan:
1. Pengedar Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………
- 104 –
Blanko 5
Contoh surat laporan pemeriksaan proses produksi bibit
Nomor :
Hal : Laporan Pemeriksaan Proses Produksi Bibit; Pengedar Bibit ...............
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan proses produksi bibit pada pengedar bibit tersebut di bawah ini:
Nama Usaha :
..........................................................
Nama Pemilik Usaha :
..........................................................
Alamat
:
.......................................................... Nomor dan Tanggal Status Terdaftar
: ..........................................................
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengedar Bibit
2. Kepala BPTH ……………………………………
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 105 –
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN KECOCOKAN DATA/INFORMASI TENTANG
LOKASI DAN KEPEMILIKAN SUMBER BENIH DALAM KEGIATAN
SERTIFIKASI SUMBER BENIH
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima surat
pemberitahuan dari Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Provinsi atau
Kepala Balai tentang keperluan untuk melakukan sertifikasi sumber benih.
2. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut, Pengawas Benih dan Bibit
Tanaman Hutan melakukan pencocokan data/informasi tentang lokasi
kepada pemilik sumber benih, yang meliputi:
a. Nama pemilik: Nama Institusi, Alamat, Telepon, Fax, E-mail
b. Batas administratif pemerintahan: Provinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Desa. c. Batas administratif kehutanan: Unit-Dinas, KPH–CDK, BKPH,
Blok/Petak. d. Informasi rinci lokasi: Situasi dan kondisi jalan menuju
lokasi.
c. Letak geografis: Lintang dan bujur.
3. Data/informasi lokasi tersebut selanjutnya dicocokkan dengan
data/informasi lokasi yang disusun oleh Tim Penilai. Dalam hal terdapat
ketidakcocokan maka dilakukan perbaikan seperlunya secara bersama.
4. Tim Penilai memberikan penjelasan tentang Data Pokok Sumber Benih,
dan memberikan copy dari data pokok tersebut kepada Pengawas Sumber
Benih.
5. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Laporan Pemeriksaan
Pelaksanaan Sertifikasi Sumber Benih kepada Kepala Dinas Provinsi
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Kepala Balai.
Contoh format Laporan Pemeriksaan Pelaksanaan Sertifikasi Sumber Benih
adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 1.
6. Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Balai
membuat surat pemberitahuan tentang penerbitan sertifikat sumber
- 106 –
benih kepada Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan. Contoh format
surat pemberitahuan adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 2.
- 107 –
Blanko 1
Contoh surat laporan pemeriksaan kecocokan data/informasi tentang lokasi dan kepemilikan sumber benih dalam kegiatan sertifikasi sumber benih
Nomor :
Hal : Laporan Pemeriksaan Kecocokan Data/Informasi Kepemilikan Sumber Benih dalam Kegiatan Sertifikasi Sumber Benih; ...........
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Menindaklanjuti surat pemberitahuan dari Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Balai Nomor ............. tanggal ............. perihal ............., kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan pelaksanaan pemeriksaan
kecocokan data/informasi kepemilikan sumber benih dalam kegiatan sertifikasi sumber benih yang dimiliki oleh:
Nama Usaha :
:
..........................................................
Nama Pemilik Usaha :
.
.........................................................
Alamat Pemilik :
.
.
........................................................
Lokasi Sumber Benih :
.
.
........................................................
Jenis Sumber Benih :
TB
T/TBS/APB/TBP/KBS/KBK/KP *)
Catatan sementara tentang data pokok sumber benih kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit
Tanaman Hutan,
Tembusan:
(…………………………)
1. Kepala ...... (yang membuat pemberitahuan) 2. Kepala Balai
3. Pemilik Sumber Benih Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 108 –
Blanko 2
Contoh surat pemberitahuan tentang penerbitan sertifikat sumber benih
Nomor :
Hal : Pemberitahuan tentang Penerbitan Sertifikat Sumber Benih; a.n ............. (pemilik sumber benih)
Kepada
Yth. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan di
................................
Menindaklanjuti hasil deskripsi dan identifikasi calon sumber benih yang
dilaksanakan pada tanggal .............. , dengan ini diberitahukan bahwa sertifikat sumber benih telah diterbitkan untuk:
Nomor Sumber Benih : …………………………………
Luas areal : …………… hektar
Nama Species : ……………………
Asal Benih : …………………………………………………
Pemilik/Pengelola : …………………………………………………
Alamat : ………………………………………………… …………………… Telepon: ………………
Jenis Sumber Benih : TBT/TBS/APB/TBP/KBS/KBK/KP *)
Lokasi :
a. Desa/RPH : …………………………… / …………………
b. Kecamatan/BKPH : …………………………… / …………………
c. Kabupaten/KPH : …………………………… / ………………… d. Propinsi/Unit : …………………………… / …………………
e. Letak Geografis : - Garis Lintang ..o ..’ ….” - ...o ...’ ...”
L
…
- Garis Bujur ..o ..’ ...” - ....o ...’ ...”
B
T
f. Ketinggian Tempat : ………… meter dari permukaan laut.
Catatan sementara tentang data pokok sumber benih kami sampaikan terlampir.
- 109 –
Demikian laporan kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Kepala Dinas Provinsi, atau Kepala Dinas Provinsi, atau Kepala Balai,
(…………………………)
Tembusan: 1. Kepala Dinas Provinsi
2. Kepala Balai 3. Pemilik Sumber Benih
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 110 –
LAMPIRAN IX
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN PEMASANGAN LABEL DALAM HAL
KESESUAIANNYA DENGAN SERTIFIKAT MUTU BENIH, SURAT
KETERANGAN HASIL PENGUJIAN BENIH, SERTIFIKAT MUTU BIBIT,
ATAU SURAT KETERANGAN PEMERIKSAAN BIBIT
A. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Balai
membuat surat pemberitahuan tentang penerbitan sertifikat mutu
benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit,
atau surat keterangan pemeriksaan bibit kepada Pengawas Benih dan
Bibit Tanaman Hutan. Contoh format surat pemberitahuan adalah
sebagaimana tercantum pada Blanko 1.
2. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut pada butir 2, Pengawas
Benih dan Bibit Tanaman Hutan memeriksa pemasangan label
oleh pengada benih atau pengedar benih atau pengedar bibit dalam
hal kesesuaiannya dengan sertifikat benih, surat keterangan hasil
pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan
pemeriksaan bibit. Hasil pemeriksaan dicatat pada Blanko 2.
3. Pengawas Benih Tanaman Hutan membuat Berita Acara Pemeriksaan
Pelaksanaan Kegiatan Sertifikasi Benih atau Bibit yang
ditandatangani bersama dengan pengelola sumber benih (Blanko 3).
4. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman hutan membuat laporan hasil
pemeriksaan kepada Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas
Provinsi atau Kepala Balai yang menerbitkan sertifikat dengan
tembusan kepada Bupati/Walikota. Contoh format surat laporan
adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 4.
5. Berdasarkan laporan tersebut, Kepala Dinas Provinsi atau Kepala
Dinas Provinsi atau Kepala Balai dapat membatalkan sertifikat mutu
benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit,
atau surat keterangan pemeriksaan bibit apabila terbukti bahwa
- 111 –
pelabelan tidak sesuai dengan sertifikat mutu benih, surat
keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat
keterangan pemeriksaan bibit.
B. Tindak Lanjut Pemeriksaan
1. Berita Acara Pemeriksaan Pelaksanaan Kegiatan Sertifikasi Benih atau
Bibit merupakan acuan bagi Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan dalam melakukan pembinaan teknis berikutnya, dan
merupakan acuan bagi pengada benih, pengedar benih, atau pengedar
bibit dalam memperbaiki kinerja pelabelan benih atau bibit.
2. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat
teguran bilamana:
a. Pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit terbukti
tidak melakukan tindakan perbaikan kinerja pelabelan benih atau
bibit sesuai dengan yang direkomendasikan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Proses Produksi Benih.
b. Pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit mengulang
kekeliruan yang sama pada kegiatan pelabelan berikutnya
berikutnya.
Contoh format surat teguran adalah sebagaimana tercantum pada Blanko
5.
3. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat
usulan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk mengenakan sanksi atau
hukuman bilamana pengada benih, pengedar benih, atau pengedar
bibit telah mendapatkan tiga teguran untuk kelalaian dalam
melaksanakan tindak lanjut atau untuk dilakukannya kekeliruan yang
sama. Format surat usulan adalah sebagaimana tercantum pada
Blanko 6.
4. Berdasarkan surat usulan tersebut, Kepala Dinas Provinsi dapat:
a. Mencabut status Terdaftar dari pengada benih, pengedar
benih, atau pengedar bibit;
b. Mengusulkan untuk mencabut izin usaha dari pengada benih,
pengedar benih, atau pengedar bibit; atau
c. Menghentikan sementara benih atau bibit dari peredaran untuk
diperjual- belikan.
- 112 –
5. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Laporan
Pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan
sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih,
sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit kepada
Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Balai.
6. Contoh format Laporan Pemeriksaan pemasangan label dalam hal
kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil
pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan
pemeriksaan bibit adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 7.
- 113 –
Blanko 1
Contoh surat pemberitahuan tentang penerbitan sertifikat benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*)
Nomor :
Hal : Pemberitahuan tentang Penerbitan sertifikat benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan
bibit;a.n ............. (pengada-pengedar) *)
Kepada
Yth. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan di
................................ Diberitahukan bahwa kami telah menerbitkan sertifikat benih, surat keterangan
hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*) nomor
........... tanggal ........... kepada pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit*)
sebagai berikut:
Nama Usaha
:
.......................................................... Nama Pemilik Usaha
:
..........................................................
Alamat Pemilik
:
..........................................................
Lokasi Sumber Benih
:
..........................................................
Demikian surat pemberitahuan ini untuk dipergunakan untuk pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Saudara. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan
terima kasih.
.............., .............................................
Kepala Dinas Provinsi, atau Kepala Dinas Provinsi, atau Kepala Balai,
(…………………………)
Tembusan: 1. Kepala Balai
2. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 114 –
Blanko 2
Contoh format hasil pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih,
sertifikatmutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit
Hasil Pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit
Nama Usaha : ..........................................................
Nama Pemilik Usaha : ..........................................................
Alamat : ..........................................................
Nomor dan Tanggal Status : ..........................................................
Terdaftar
Tanggal pemeriksaan : ..........................................................
Obyek Pemeriksaan Catatan Pemeriksaan
1. Kesesuaian label dengan ............................................................................
sertifikat benih, surat
keterangan hasil pengujian
benih, sertifikat mutu bibit,
atau surat keterangan
pemeriksaan bibit*)
2.
Teknikpemasangan
label
............................................................................
.
3. Lain-lain
............................................................................
.
Kesimpulan dan rekomendasi: .............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 115 –
Blanko 3 Contoh berita acara pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya
dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat
mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PEMASANGAN LABEL DALAM HAL
KESESUAIANNYA DENGAN SERTIFIKAT MUTU BENIH, SURAT KETERANGAN HASIL PENGUJIAN BENIH, SERTIFIKAT MUTU BIBIT,
ATAU SURAT KETERANGAN PEMERIKSAAN BIBIT
Nomor: BA ..................
Pada hari ini ..................... tanggal .... bulan ............... tahun ......... yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan : Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan Provinsi ............... No. register : Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama :
Jabatan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan pemeriksaan pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih/bibit berdasarkan sertifikat benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan
bibit*) No. ...... tanggal ...... milik PIHAK KEDUA dengan hasil sebagai berikut:
Obyek Pemeriksaan Catatan Pemeriksaan
1. Kesesuaian label dengan sertifikat .............................................................................
benih, surat keterangan hasil
pengujian benih, sertifikat mutu bibit,
atau surat keterangan pemeriksaan
bibit*)
2. Teknik pemasangan label .............................................................................
3. Lain-lain .............................................................................
dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil pemeriksaan pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih/bibit dari PIHAK
PERTAMA. Demikian Berita Acara Penilaian Mutu Bibit ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
......................... .....................
Keterangan:
*) Pilih yang diperlukan
- 116 –
Blanko 4
Contoh format laporan pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat
mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit
Nomor :
Hal : Laporan pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya
dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih,
sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit
Kepada Yth. Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Balai*) di
................................ Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan pemasangan label dalam
hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*)
berdasarkan sertifikat benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat
keterangan pemeriksaan bibit*) Nomor ...... tanggal ...... pada pengada benih tersebut di bawah ini:
Nama Usaha
:
..........................................................
Nama Pemilik Usaha
:
.......................................................... Alamat
:
..........................................................
Nomor dan Tanggal Status
:
..........................................................
Terdaftar
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir. Dari pemeriksaan tersebut diketahui bahwa pembuatan label telah sesuai/tidak
sesuai*) dengan sertifikat benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*).
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 117 –
Blanko 5
Contoh surat teguran tindak lanjut pemeriksaan pemasangan label dalam hal
kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit
Nomor :
Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil
pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*)
Kepada Yth. Sdr. .......... (pengada benih, pengedar benih/bibit)
di ................................
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan bahwa
Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan
hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*) yang dituangkan dalam Berita Acara No. ........ (atau: Saudara mengulang
kekeliruan yang sama seperti pada pemeriksaan yang lalu, yaitu ............. Berkenaan dengan itu, kami sampaikan surat ini sebagai Teguran Ke....... untuk perusahaan Saudara.
Demikian maksud kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan:
1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala BPTH …………………………………… *) Pilih yang diperlukan
- 118 –
Blanko 6
Contoh surat usulan pengenaan sanksi atau hukuman Nomor :
Hal : Usul Pengenaan Sanksi atau Hukuman; Pengada Benih/Pengedar
Benih/Bibit............... Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi
di ................................
Kami laporkan bahwa pengada benih/pengedar benih/bibit tersebut di bawah ini:
Nama Usaha
: Nama Pemilik Usaha :
Alamat : Nomor dan Tanggal Status Terdaftar :
telah mendapatkan tiga teguran untuk kekeliruan yang sama dalam pelaksanaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau
surat keterangan
pemeriksaan bibit*), yaitu .................. Fotokopi surat teguran kami sampaikan terlampir.
Berkenaan dengan itu, kami mengusulkan agar pengada benih/pengedar benih/bibit tersebut di atas tidak dikenai sanksi atau hukuman sebagaimana
mestinya. Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………) Tembusan:
1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 119 –
Blanko 7 Contoh surat laporan pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya
dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*)
Nomor :
Hal : Laporan pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil pengujian benih,
sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*); Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit ...............
Kepada Yth. Kepala Dinas Provinsi
di ................................
Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan pemasangan label dalam hal kesesuaiannya dengan sertifikat mutu benih, surat keterangan hasil
pengujian benih, sertifikat mutu bibit, atau surat keterangan pemeriksaan bibit*) pada pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit*) tersebut di bawah ini: Nama Usaha :......................................................... .........................................................
Nama Pemilik Usaha :.......................................................... Alamat :.........................................................
:
..........................................................
Nomor dan Tanggal Status Terdaftar :......................................................... .......................................................... Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan:
1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………………
*) Pilih yang diperlukan
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 120 –
LAMPIRAN X
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN PELAKSANAAN PERSYARATAN SEBAGAI PENGADA
BENIH DAN PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT TERDAFTAR
A. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima surat
pemberitahuan dari Kepala Dinas Provinsi tentang penetapan pengada
benih dan pengedar benih dan/atau bibit terdaftar.
2. Berdasarkan pemberitahuan tersebut, Pengawas Benih Tanaman Hutan
melakukan pemeriksaan sekali pertahun terhadap pemenuhan
persyaratan sebagai pengada atau pengedar benih/bibit terdaftar.
3. Pemeriksaan dilakukan terhadap persyaratan administrasi dan teknis
menurut ketentuan tentang Prosedur Penetapan Pengada Benih dan
Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar. Hasil pemeriksaan dicatat
pada Blanko 1.
4. Pengawas Benih Tanaman Hutan membuat Berita Acara Pemeriksaan
Pemenuhan Persyaratan sebagai Pengada Benih atau Pengedar Benih
dan/atau Bibit Terdaftar yang ditandatangani bersama dengan pengada
benih atau pengedar benih dan/atau bibit (Blanko 2).
5. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman hutan membuat laporan hasil
pemeriksaan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada
Kepala Balai. Contoh format surat laporan adalah sebagaimana
tercantum pada Blanko 3.
B. Tindak Lanjut Pemeriksaan
1. Berita Acara Pemeriksaan Pemenuhan Persyaratan sebagai Pengada
Benih atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar merupakan acuan
bagi Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dalam melakukan
pembinaan teknis berikutnya, dan merupakan acuan bagi pengada
- 121 –
benih atau pengedar benih dan/atau bibit dalam memperbaiki kinerja
pengelolaan usahanya.
2. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat
teguran bilamana:
a. Pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit terbukti tidak
melakukan tindakan perbaikan kinerja pelabelan benih atau bibit
sesuai dengan yang direkomendasikan dalam Berita Acara.
b. Pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit mengulang
kekeliruan yang sama pada kegiatan pelabelan berikutnya
berikutnya.
Contoh format surat teguran adalah sebagaimana tercantum pada
Blanko 4.
3. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat
usulan kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi untuk mengenakan
sanksi atau hukuman bilamana pengada benih, pengedar benih, atau
pengedar bibit telah mendapatkan tiga teguran untuk kelalaian dalam
melaksanakan tindak lanjut atau untuk dilakukannya kekeliruan yang
sama. Format surat usulan dicantumkan pada Blanko 5.
4. Berdasarkan surat usulan tersebut, Kepala Dinas Provinsi dapat:
a. Mencabut status Terdaftar dari pengada benih, pengedar benih,
atau pengedar bibit;
b. Mengusulkan untuk mencabut izin usaha dari pengada benih,
pengedar benih, atau pengedar bibit; atau
c. Menghentikan sementara benih atau bibit dari peredaran untuk
diperjual- belikan.
5. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat laporan
pemeriksaan pemenuhan persyaratan sebagai pengada atau pengedar
benih/bibit terdaftar kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan
kepada Kepala Balai.
6. Contoh format Laporan Pemeriksaan pemenuhan persyaratan sebagai
pengada atau pengedar benih/bibit terdaftar adalah sebagaimana
tercantum pada Blanko 6.
- 122 –
Blanko 1
Contoh daftar isian pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar
No. Persyaratan Bukti Penilaian Keterangan
I Administrasi
1. Akte Pendirian Perusahaan Copy Akte Pendirian Perusahaan
2. Keterangan Domisili Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Berubah/tidak berubah Khusus untuk
perorangan
3. Surat Ijin Usaha Perdagangan Copy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
4.
Keterangan lokasi
fasilitas Copy Surat Keterangan dari Lurah/Kepala Desa
Berubah/tidak
berubah
kegiatan perbenihan
5. NPWP Copy NPWP Berubah/tidak berubah
II Teknis
1.a. Memiliki Sumber Benih 1. Copy sertifikat Sumber benih yang memuat Berubah/tidak berubah
keterangan tentang:
Kelas SB :……………………
Jenis :……………………
Luas :…………………… ha
Jumlah pohon :…………………… batang
Produksi :…………………… kg/th Kondisi
SB : Terpelihara/tidak terpelihara
2. Copy sertifikat kepemilikan lahan
Berubah/tidak
berubah
1.b. Mengelola atau memanfaatkan 1. Copy sertifikat Sumber benih yang memuat
Berubah/tidak berubah
sumber benih keterangan tentang:
Kelas SB :……………………
Jenis :……………………
Luas :…………………… ha
Jumlah pohon :…………………… batang
Produksi :…………………… kg/th
Kondisi
SB : Terpelihara/tidak terpelihara
2. Copy sertifikat kepemilikan lahan Berubah/tidak berubah
3. Memiliki surat keterangan dari pengelola
Berubah/tidak
berubah
sumber benih bersertifikat
A. Pengada dan/atau Pengedar
Benih:
1. Memiliki sarana dan prasarana 1. Alat pengunduhan benih: Ada/tidak ada
penanganan benih Jenis alat………………..………..
Fasilitas pemrosesan benih:
2. Ada/tidak ada
Alat ekstraksi………………………
Lantai jemur: ………m2
3. Fasilitas penyimpanan benih: Ada/tidak ada
Jenis ruang simpan………………………
2. Memiliki keahlian/keterampilan Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/tidak ada
di bidang perbenihan dilihat dari hasil pengamatan.
3. Memiliki stok benih yang Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/tidak ada
bersertifikat
4.
Memiliki surat
keterangan dari Surat keterangan dari pengelola sumber benih Ada/tidak ada
- 123 –
No. Persyaratan Bukti Penilaian Keterangan
pengelola sumber benih ber
sertifikat
B. Pengedar Bibit
1. Memiliki sarana dan prasarana Ada/tidak ada
pembuatan bibit
1. Sumber air: ……………………………...
2. Fasilitas penyimpanan benih :…………
3. Fasilitas penaburan benih: …………
4. Fasilitas pembiakan vegetatif:…………
5. Fasilitas penyapihan: …………………….
6. Fasilitas pembesaran bibit (ruang terbuka dan
tertutup): ….m2
7. Bukti hubungan hukum atas tanah lokasi
pembuatan bibit
8. Kapasitas produksi: ……………..btg/th
2. Memiliki fasilitas pengangkutan Ada/tidak ada
bibit
1. Jenis alat angkut:………………………..
2. Kapasitas:……………….……………….
3. Memiliki keahlian/keterampilan
Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/tidak ada
di bidang pembibitan dilihat dari hasil pengamatan
4. Memiliki stok bibit bersertifikat Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/tidak ada
5. Terdapat aktifitas pembuatan Dilihat dari hasil pengamatan. Ada/tidak ada
bibit
C. Pengada dan/atau Pengedar Benih dan Bibit
1. Memiliki sarana dan
prasarana 1. Alat pengunduhan benih: Ada/Tidak Ada
penanganan benih Jenis alat………………..………..
2. Fasilitas pemrosesan benih: Ada/Tidak Ada
Alat ekstraksi………………………
Lantai jemur: ………m2
3. Fasilitas penyimpanan benih: Ada/Tidak Ada
Jenis ruang simpan……………………… 2. Memiliki keahlian/keterampilan
Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/Tidak Ada
di bidang perbenihan dilihat dari hasil pengamatan.
3. Memiliki stok benih yang Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/Tidak Ada
bersertifikat 4. Memiliki surat keterangan dari
Surat keterangan dari pengelola sumber benih Ada/Tidak Ada
pengelola sumber benih 5. Memiliki sarana dan
prasarana Ada/Tidak Ada
pembuatan bibit
1.
Sumber air:
……………………………………
2. Fasilitas penyimpanan benih :………………
3. Fasilitas penaburan benih: ………………
4. Fasilitas pembiakan vegetatif:……………
5. Fasilitas penyapihan: …………………….
6. Fasilitas pembesaran bibit (ruang terbuka dan
tertutup): …………….m2
7.
Bukti hubungan hukum atas tanah
lokasi pem
buatan bibit
8. Kapasitas produksi: …………………..btg/th
- 124 –
No. Persyaratan Bukti Penilaian Keterangan
6. Memiliki fasilitas pengangkutan Ada/Tidak Ada
Bibit
1. Jenis alat angkut:………………………..
2. Kapasitas:……………….……………….
7. Memiliki keahlian/keterampilan
Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/Tidak Ada
di bidang pembibitan dilihat dari hasil pengamatan.
8. Memiliki stok bibit bersertifikat Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/Tidak Ada
9. Terdapat aktifitas pembuatan
Dilihat dari hasil pengamatan. Ada/Tidak Ada
bibit
Keterangan :
Bukti minimal dalam bentuk fotocopi pada saat pemeriksaan di lapangan harus memperlihatkan bukti aslinya.
Rekomendasi pemeriksaan:
a. Persyaratan sebagai pengada benih, pengedar benih dan/atau bibit terdaftar masih dipenuhi, atau
b. Persyaratan sebagai pengada benih, pengedar benih dan/atau bibit terdaftar sudah tidak dipenuhi.
(tempat), ....(tanggal)
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
..............................
- 125 –
Blanko 2
Contoh berita acara pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PEMENUHAN PERSYARATAN PENETAPAN PENGADA BENIH
ATAU PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT TERDAFTAR
Nomor:
BA ..............
Pada hari ini ........... tanggal ... bulan ............ tahun.... yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan
: Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan Provinsi ...............
No. register : Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan pemeriksaan pemenuhan persyaratan penetapan pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar atas nama PIHAK KEDUA dengan hasil bahwa PIHAK KEDUA masih memenuhi syarat / sudah tidak memenuhi syarat*)
sebagai pengada benih/pengedar benih dan/atau bibit terdaftar*) sebagaimana ditetapkan
dengan Keputusan …… No. …… tanggal ……, dan PIHAK KEDUA telah
menerima hasil pemeriksaan proses oleh PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Pemeriksaan Pemenuhan Persyaratan Penetapan Pengada Benih atau
Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
PIHAK KEDUA,
PIHAK
PERTAMA,
......................... .....................
Keterangan:
*) Pilih yangdiperlukan
- 126 –
Blanko 3
Contoh format laporan pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar
Nomor :
Hal : Laporan pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar*) tersebut di
bawah ini:
Nama Usaha
: Nama Pemilik Usaha
:
Alamat
:
Nomor dan Tanggal Status Terdaftar
:
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir. Dari pemeriksaan tersebut diketahui bahwa yang bersangkutan masih memenuhi syarat / sudah tidak memenuhi syarat*) sebagai pengada benih/pengedar benih dan/atau bibit terdaftar*) sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan …… No.
…… tanggal …… .
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 127 –
Blanko 4
Contoh surat teguran tindak lanjut pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar
Nomor :
Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan Pelaksanaan Persyaratan Sebagai Pengada Benih atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar*)
Kepada
Yth. Sdr. .......... (pengada benih, pengedar benih/bibit) di
................................ Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan
bahwa
Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar yang dituangkan dalam Berita Acara No. ........ (atau: Saudara mengulang
kekeliruan yang sama seperti pada pemeriksaan yang lalu, yaitu............. Berkenaan dengan itu, kami sampaikan surat ini sebagai Teguran Ke....... untuk
perusahaan Saudara.
Demikian maksud kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala BPTH ……………………………………
- 128 –
Blanko 5
Contoh surat usulan pengenaan sanksi atau hukuman Nomor :
Hal : Usul Penghentian Kegiatan Pengada Benih/Pengedar Benih/Bibit ...............
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................ Kami laporkan bahwa pengada benih/pengedar benih/bibit tersebut di bawah
ini: Nama Usaha
:
Nama Pemilik Usaha
:
Alamat
:
Nomor dan Tanggal Status Terdaftar
: telah mendapatkan lima teguran untuk kekeliruan yang sama dalam pemeriksaan
pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar*), yaitu .................. Fotokopi surat teguran kami sampaikan
terlampir. Berkenaan dengan itu, kami mengusulkan agar pengada benih/pengedar
benih/bibit tersebut di atas dikenai sanksi atau hukuman sebagaimana mestinya.
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit
2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan
- 129 –
Blanko 6
Contoh surat laporan pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar
Nomor :
Hal : Laporan Pemeriksaan pelaksanaan persyaratan sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar; Pengada Benih, Pengedar Benih/ Bibit ...............
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................ Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan pelaksanaan persyaratan
sebagai pengada benih atau pengedar benih dan/atau bibit terdaftar pada pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit*) tersebut di bawah ini:
Nama Usaha
:
..........................................................
Nama Pemilik Usaha
:
.......................................................... Alamat
:
..........................................................
Nomor dan Tanggal Status
:
..........................................................
Terdaftar
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………………
*) Pilih yang diperlukan
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 130 –
LAMPIRAN XI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN DOKUMEN PADA PENGADA BENIH DAN
PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT DAN TERHADAP BENIH DAN BIBIT
YANG DIPERGUNAKAN DI WILAYAH SETEMPAT
A. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima laporan tata usaha
peredaran benih atau bibit dari pengada benih dan pengedar benih
dan/atau bibit, dan laporan- laporan lain yang berkenaan dengan kinerja
pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit, baik secara langsung
maupun melalui Kepala Dinas Provinsi.
2. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Pengawas
Benih dan Bibit Tanaman Hutan melakukan pemeriksaan atas dokumen-
dokumen tata usaha peredaran benih atau bibit pada pengada benih dan
pengedar benih dan/atau bibit atau penerima/pengguna benih/bibit
(Blanko 1).
3. Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya penyimpangan sebagai berikut:
a. Ketidaksesuaian keterangan benih atau bibit yang tercantum pada
sertifikat dan label; atau.
b. Ketidaksesuaian keterangan benih atau bibit dalam sertifikat dan label
dengan kondisi fisik benih atau bibit.
4. Apabila ditemukan adanya penyimpangan, Pengawas Benih Tanaman
Hutan dapat melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Menghentikan sementara peredaran benih atau bibit dimaksud selama
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja dan melaporkan
kepada Kepala Dinas Provinsi;
b. Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan
dengan menerbitkan Surat Penghentian Sementara Peredaran Benih
atau Bibit (Blanko 2).
- 131 –
c. Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pengawas Benih dan Bibit
Tanaman Hutan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
5. Apabila dalam pemeriksaan lebih lanjut sebagaimana dimaksud di atas
ditemukan adanya penyimpangan, maka dilakukan tindakan sebagai
berikut:
a. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat usulan kepada
Kepala Dinas Provinsi untuk menghentikan pengedaran benih atau
bibit, dengan tembusan kepada Kepala Balai (Blanko 3); dan
b. Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, Kepala Dinas Provinsi menerbitkan surat
penghentian pengedaran benih atau bibit (Blanko 4).
6. Apabila dalam pemeriksaan lebih lanjut sebagaimana dimaksud di atas
tidak ditemukan adanya penyimpangan, Pengawas Benih dan Bibit
Tanaman Hutan mencabut penghentian sementara peredaran benih atau
bibit (Blanko 5) dan melapor Kepala Dinas Provinsi.
B. Tindak Lanjut Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Berita Acara
Pemeriksaan Dokumen yang ditandatangani bersama dengan pengada
benih atau pengedar benih dan/ atau bibit atau konsumen benih/bibit
(Blanko 6).
2. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman hutan membuat laporan hasil
pemeriksaan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada.
Contoh format laporan adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 7.
3. Berita Acara Pemeriksaan Pemenuhan Persyaratan Penetapan Pengada
Benih atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar merupakan acuan
bagi Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dalam melakukan
pembinaan teknis berikutnya, dan merupakan acuan bagi pengada benih
atau pengedar benih dan/atau bibit atau konsumen benih/bibit tindakan
ke depan.
4. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat teguran
bilamana:
a. Pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit terbukti tidak
melakukan tindakan perbaikan kinerja tata usaha benih atau bibit
sesuai dengan yang direkomendasikan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Proses Produksi Benih.
- 132 –
b. Pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit mengulang
kekeliruan periode berikutnya.
Contoh format surat teguran adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 8.
5. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat usulan
kepada Kepala Dinas Provinsi untuk mengenakan sanksi atau hukuman
bilamana pengada benih, pengedar benih, atau pengedar bibit telah
mendapatkan tiga teguran untuk kelalaian dalam melaksanakan tindak
lanjut atau untuk kekeliruan yang sama. Format surat usulan adalah
sebagaimana tercantum pada Blanko 9.
6. Berdasarkan surat usulan tersebut, Kepala Dinas Provinsi dapat:
a. Mencabut status Terdaftar dari pengada benih dan pengedar benih
dan/atau bibit, atau mengusulkan kepada instansi yang menerbitkan
status Terdaftar tersebut untuk mencabut status Terdaftar;
b. Mengusulkan kepada instansi terkait untuk mencabut izin usaha
dari pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit;
c. Mencabut sertifikat sumber benih dari pengada benih, atau
mengusulkan kepada instansi yang menerbitkan sertifikat tersebut
untuk mencabut sertifikat sumber benih; atau
d. Menghentikan sementara benih atau bibit dari peredaran untuk
diperjual- belikan.
- 133 –
Contoh format hasil pemeriksaan dokumen pada pengada benih dan pengedar
benih dan atau bibit
CATATAN PEMERIKSAAN DOKUMEN PADA PENGADA BENIH ATAU
PENGEDAR BENIH ATAU PENGEDAR BIBIT ATAU TERHADAP BENIH/BIBIT
YANG DIPERGUNAKAN DI WILAYAH SETEMPAT*)
Nama Usaha
:
..................................................................
........... Nama Pemilik Usaha/Pengguna
:
...................................................................
.......... Alamat Pemilik/Pengguna
:
...................................................................
..........
1. Nama benih/bibit : ..........................................................................
2. Jumlah : ..................... g/kg/batang/eksplan/entres/stek
pucuk*)
3. Sertifikat/Surat Keterangan*)
a. Asal-usul benih : Ada/tidak ada*)
b. Mutu Benih/Bibit : Ada/tidak ada*)
Periksa keberlakuan dan keaslian sertifikat/surat keterangan.
4. Label benih/bibit*) : Ada/tidak ada*)
Periksa kesesuaian terhadap catatan mutasi, surat pengiriman
5. Faktur pembelian benih/bibit*): Ada/tidak ada*)
6. Surat pengiriman benih/bibit*): Ada/tidak ada*)
Keterangan:
*) Pilih yang diperlukan
- 134 –
Contoh format surat penghentian sementara pengedaran benih/bibit
Nomor :
Hal : Penghentian Sementara Pengedaran Benih/Bibit
Kepada
Yth. …………………… (Pengada benih atau pengedar benih/bibit
atau penerima/pengguna benih/bibit)
di
................................
Diberitahukan bahwa telah dilakukan pemeriksaan terhadap pengedaran
benih/bibit............. (sebutkan nama jenis benihnya) dengan keterangan sebagai
berikut:
1. Nama Pengada/Pengedar : …………
2. Alamat Pengada/Pengedar : …………
3. Nomor Surat Pengiriman : …………
4. Nama Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
5. Alamat Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
6. Volume Benih/Bibit : …....(gr/kg)/(eksplan/entres/stek
pucuk*)
Hasil pemeriksaan tersebut menunjukan adanya hal-hal yang harus ditelaah
lebih lanjut**), dan berkenaan dengan itu perlu dilakukan penghentian
sementara dalam pengedaran benih dimaksud. Penghentian sementara dilakukan
paling lama 30 hari, sejak diterbitkannya surat ini sampai dengan tanggal
............... .
Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan,
(………………………..)
Tembusan:
Kepala Balai
Keterangan: *) Coret yang tidak diperlukan;
**) Jelaskan pokok-pokok temuannya.
- 135 –
Contoh format surat usul penghentian pengedaran benih/bibit
Nomor :
Hal : Usul Penghentian Pengedaran Benih/Bibit
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Menindaklanjuti penghentian sementara dan pemeriksaan lebih lanjut
pengedaran benih/bibit ............. (sebutkan nama jenis benihnya), sebagaimana
kami laporkan dengan surat No. ...... tanggal .........., dengan ini kami
mengusulkan untuk menghentikan pengedaran dan penggunaan benih/bibit
sebagai berikut:
1. Nama Pengada/Pengedar : …………
2. Alamat Pengada/Pengedar : …………
3. Nomor Surat Pengiriman : …………
4. Nama Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
5. Alamat Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
6. Volume Benih/Bibit : ….. (gr/kg)/(eksplan/entres/stek
pucuk*)
Usulan tersebut didasarkan pada temuan kami sebagai berikut:
1. ....................
2. ....................
3. dst
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan,
Tembusan: (…………………………)
1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit
2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan.
- 136 –
Contoh format surat penghentian pengedaran benih/bibit
Nomor :
Hal : Penghentian Pengedaran Benih/Bibit
Kepada
Yth. …………………… (Pengada benih atau pengedar benih/bibit
atau penerima/pengguna benih/bibit)
di
................................
Memperhatikan hasil pemeriksaan oleh Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan yang kami terima dengan surat No. ............ tanggal .............., dengan ini
kami minta agar Saudara menghentikan pengedaran benih/bibit atau
penggunaan benih/bibit ............. (sebutkan nama jenis benihnya) dengan identitas
sebagai berikut:
1. Nama Pengada/Pengedar : …………
2. Alamat Pengada/Pengedar : …………
3. Nomor Surat Pengiriman : …………
4. Nama Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
5. Alamat Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
6. Volume Benih/Bibit : ...... (gr/kg)/(eksplan/entres/stek
pucuk*)
Benih tersebut di atas diserahkan kepada Pengawas Benih dan Bibit
Tanaman Hutan untuk dimusnahkan.
Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Atas perhatian Saudara, kami
ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan,
(………………………...)
Tembusan:
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan
2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan.
- 137 –
Contoh format surat pencabutan penghentian sementara pengedaran
benih/bibit
Nomor :
Hal : Pencabutan Penghentian Sementara Pengedaran Benih/Bibit
Kepada
Yth. …………………… (Pengada Benih atau Pengedar Benih/Bibit atau
Penerima/Pengguna Benih/Bibit)
di
................................
Diberitahukan bahwa telah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap
pengedaran benih/bibit ............. (sebutkan nama jenis benihnya) dengan
keterangan sebagai berikut:
1. Nama Pengada/Pengedar : …………
2. Alamat Pengada/Pengedar : …………
3. Nomor Surat Pengiriman : …………
4. Nama Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
5. Alamat Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
6. Volume Benih/Bibit : …....(gr/kg)/(eksplan/entres/stek
pucuk*)
Hasil pemeriksaan tersebut tidak menunjukkan adanya penyimpangan terhadap
kaidah- kaidah tata usaha dan pengelolaan benih. Berkenaan dengan itu dengan
ini kami mencabut Surat Penghentian Sementara No. ........... tanggal ..........., dan
pengedaran/penggunaan benih/bibit dimaksud dapat dilanjutkan.
Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan,
(…………………………..)
Tembusan:
Kepala Balai ……………………………………
Keterangan: *) Pilih yang diperlukan.
- 138 –
Contoh berita acara pemeriksaan dokumen pada pengada benih dan pengedar
benih dan atau bibit
BERITA ACARA PEMERIKSAAN DOKUMEN PADA PENGADA BENIH DAN PENGEDAR
BENIH DAN ATAU BIBIT
Nomor: BA ..................
Pada hari ini ..................... tanggal .... bulan ............... tahun ......... yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama :
Jabatan : Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan Provinsi...............
No. register :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan pemeriksaan dokumen pada pengada benih dan pengedar benih
dan atau bibit*) atas nama PIHAK KEDUA dengan hasil sebagai berikut:
a. ..........................................................
b. ..........................................................
c. ..........................................................
dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil pemeriksaan proses oleh PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Pemeriksaan Dokumen ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
PIHAK KEDUA, PIHAK
PERTAMA,
......................... .....................
Keterangan:
*) Pilih yang diperlukan
- 139 –
Contoh format laporan pemeriksaan dokumen pada pengada benih dan pengedar
benih dan atau bibit
Nomor :
Hal : Laporan pemeriksaan dokumen pada pengada benih dan pengedar benih
dan atau bibit
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan dokumen pada pengada
benih dan pengedar benih dan atau bibit*) tersebut di bawah ini:
1. Nama Pengedar : …………
2. Alamat Pengedar : …………
3. Nomor Surat Pengiriman : …………
4. Nama Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
5. Alamat Penerima/Pengguna Benih/Bibit: …………
6. Volume Benih/Bibit : ……(gr/kg)/(eksplan/entres/stek
pucuk*)
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman
Hutan,
Tembusan:
(…………………………)
1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit
2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan:
*) Pilih yang diperlukan
- 140 –
Contoh surat teguran dari Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan
Nomor :
Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan pemeriksaan dokumen
pada pengada benih dan pengedar benih dan atau bibit*)
Kepada
Yth. Sdr. .......... (pengada benih, pengedar benih/bibit)
di
................................
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan bahwa
Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan dokumen pada
pengada benih dan pengedar benih dan atau bibit*) yang dituangkan dalam
Berita Acara No.
........ (atau: Saudara mengulang kekeliruan yang sama seperti pada pemeriksaan
yang lalu, yaitu .............). Berkenaan dengan itu, kami sampaikan surat ini
sebagai Teguran Ke....... untuk perusahaan Saudara.
Demikian maksud kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(……………………………)
Tembusan:
1. Kepala Dinas Provinsi
2. Kepala BPTH ……………………………………
- 141 –
Contoh surat usulan pengenaan sanksi atau hukuman
Nomor : Hal : Usul Pengenaan Sanksi atau Hukuman; Pengada Benih/Pengedar
Benih/Bibit
...............
Kepada Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa pengada benih/pengedar benih/bibit tersebut di
bawah ini: Nama Usaha : ......................................................... Nama Pemilik Usaha : .......................................................
Alamat : .........................................................
Nomor dan Tanggal : .........................................................
Status Terdaftar : ..........................................................
telah mendapatkan tiga teguran untuk kekelirua yang sama dalam ketertiban
dokumen benih dan/bibit*), yaitu .................. Fotokopi surat teguran kami sampaikan terlampir.
Berkenaan dengan itu, kami mengusulkan agar pengada benih/pengedar benih/bibit tersebut di atas diberi sanksi atau hukuman sebagaimana mestinya.
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
Tembusan:
1. Pengada Benih/Pengedar Benih/Pengedar Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………………
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 142 –
LAMPIRAN XII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PRASARANA PENANGANAN BENIH
ATAU BIBIT PADA PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT
A. Pelaksanaan Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Benih
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima laporan tata usaha
penanganan benih dari pengada benih dan dan laporan-laporan lain yang
berkenaan dengan kinerja pengada benih, baik secara langsung maupun
melalui Kepala Dinas Provinsi.
2. Pengawas Benih Tanaman Hutan melakukan pemeriksaan atas sarana
dan prasarana penanganan benih sebagai berikut:
a. Perlengkapan pengunduhan atau pengumpulan benih seperti tangga
atau alat panjat lainnya, karung goni, tempat penyimpanan sementara
(temporary storage area/room).
b. Perlengkapan sortasi, ekstraksi, pembersihan, dan grading, dan
pengeringan benih.
c. Perlengkapan penyimpanan benih (storage room) dan pengemasan
benih (karung goni, kaleng, toples, dll).
d. Teknik dan administrasi pengemasan benih.
e. Perlengkapan pengujian benih seperti mechanical/soil/electrical
divider, seed sample divider, seed trier test, oven dan perlengkapannya,
alat pengukur kadar air, timbangan, alat-alat analisis kemurnian, alat-
alat penyimpan benih, alat-alat pengolahan benih, alat-alat
dokumentasi benih, dan alat-alat pengecambahan.
f. Perlengkapan lainnya seperti dokumen tata usaha benih, dokumen
kualitas benih, dan buku petunjuk kerja.
3. Hasil pemeriksaan dokumen dicatat dalam Blanko 1.
- 143 –
B. Pelaksanaan Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Bibit
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan menerima laporan tata
usaha penanganan bibit dari pengedar bibit dan dan laporan-laporan lain
yang berkenaan dengan kinerja pengedar bibit baik secara langsung
maupun melalui Kepala Dinas Provinsi.
2. Pengawas Benih Tanaman Hutan melakukan pemeriksaan atas sarana
dan prasarana penanganan bibit sebagai berikut:
a. Perlengkapan penyemaian dan penyapihan seperti bedeng tabur/bak
kecambah dan bedeng sapih.
b. Perlengkapan pengolahan media.
c. Peralatan pesemaian seperti ayakan, sungkup, cangkul, solo (alat
semprot), selang, gembor, ember, parang, gerobak, sekop, gayung,
keranjang, dan sapu lidi.
d. Teknik dan administrasi pengemasan bibit.
e. Perlengkapan lainnya seperti dokumen tata usaha bibit, dokumen
kualitas bibit, dan buku petunjuk kerja (perlakuan benih,
penyemaian, penyapihan, pengendalian hama/penyakit, dll).
3. Hasil pemeriksaan dokumen dicatat dalam Blanko 2.
C. Tindak Lanjut Pemeriksaan
1. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Berita Acara
Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Benih/Bibit pada
Pengedar Benih/Bibit yang ditandatangani bersama dengan pengedar
benih atau pengedar bibit (Blanko 3).
2. Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 1, merupakan
acuan bagi Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dalam melakukan
pembinaan teknis berikutnya, dan merupakan acuan bagi pengedar benih
atau pengedar bibit dalam memperbaiki kinerjanya.
3. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat teguran
bilamana:
a. Pengedar benih atau pengedar bibit terbukti tidak melakukan
tindakan perbaikan kinerja penyempurnaan sarana/prasarana
penanganan benih/ bibit sesuai dengan yang direkomendasikan dalam
Berita Acara.
b. Pengedar benih atau pengedar bibit mengulang periode berikutnya.
Contoh format surat teguran adalah sebagaimana tercantum pada Blanko 4.
- 144 –
4. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan dapat membuat surat usulan
kepada Kepala Dinas Provinsi untuk mengenakan sanksi atau hukuman
bilamana pengedar benih atau pengedar bibit telah mendapatkan tiga
teguran untuk kelalaian dalam melaksanakan tindak lanjut atau untuk
dilakukannya kekeliruan yang sama. Format surat usulan adalah
sebagaimana tercantum pada Blanko 5.
5. Berdasarkan surat usulan tersebut, Kepala Dinas Provinsi dapat:
a. Mencabut status Terdaftar dari pengedar benih atau pengedar bibit
atau mengusulkan kepada instansi terkait untuk mencabut status
Terdaftar dari pengedar benih atau pengedar bibit;
b. Mengusulkan kepada instansi terkait untuk mencabut izin usaha dari
pengedar benih atau pengedar bibit; atau
c. Menghentikan sementara benih atau bibit dari peredaran untuk
diperjual-belikan.
6. Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat Laporan
Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Benih pada Pengada
Benih kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Kepala
Balai. Contoh format laporan adalah sebagaimana tercantum pada Blanko
6.
- 145 –
Blanko 1
Contoh format hasil pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih
pada pengedar benih
Hasil Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Benih pada Pengedar
Benih
Nama Usaha : ............................................
Nama Pemilik Usaha : ............................................
Alamat : ............................................ Nomor dan Tanggal Status Terdaftar : ............................................
Tanggal pemeriksaan : ............................................
Obyek Pemeriksaan
Ketersediaan dan/atau Kondisi *)
1. Perlengkapan pengunduhan atau
pengumpulan benih .............................................................................
2. Perlengkapan sortasi, ekstraksi, pembersihan dan grading, dan pengeringan benih
.............................................................................
3. Perlengkapan penyimpanan benih
dan pengemasan benih
.............................................................................
4. Teknik dan administrasi pengemasan benih
.............................................................................
5. Perlengkapan pengujian benih
.............................................................................
6. Perlengkapan lainnya .............................................................................
*) Khusus untuk teknik dan administrasi pengemasan benih dicantumkan
kelayakan teknis pengemasan dan penyimpanan serta kelengkapan
administrasinya dan kesesuaiannya dengan dokumen catatan mutasi
benih.
- 146 –
Blanko 2
Contoh format hasil pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan bibit
pada pengedar bibit
Hasil Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Penanganan Bibit pada
Pengedar Bibit
Nama Usaha : ..........................................................
Nama Pemilik Usaha : ..........................................................
Alamat : ..........................................................
Nomor dan Tanggal Status : ..........................................................
Terdaftar
Tanggal pemeriksaan : ..........................................................
Obyek Pemeriksaan Ketersediaan dan/atau Kondisi
*)
1. Perlengkapan penyemaian dan penyapihan
.............................................................................
2. Perlengkapan pengolahan media
.............................................................................
3. Peralatan pesemaian .............................................................................
4. Teknik dan administrasi pengemasan bibit
.............................................................................
5. Perlengkapan lainnya .............................................................................
*) Khusus untuk teknik dan administrasi pengemasan bibit dicantumkan
kelayakan teknis pengemasan dan penyimpanan serta kelengkapan
administrasinya dan kesesuaiannya dengan dokumen catatan mutasi
bibit.
- 147 –
Blanko 3
Contoh berita acara pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan
benih/bibit pada pengedar benih/bibit*)
BERITA ACARA PEMERIKSAAN SARANA DAN PRASARANA PENANGANAN
BENIH/BIBIT PADA PENGEDAR BENIH/ BIBIT*)
Nomor: BA ..................
Pada hari ini ..................... tanggal .... bulan ............... tahun .........
yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Jabatan : Pengawas Benih dan Bibit
Tanaman Hutan Provinsi ............... No. register :
Alamat
:
Selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA
Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan Pemeriksaan Sarana dan Prasarana
Penanganan Benih/Bibit pada Pengedar
Benih/Bibit*) milik PIHAK KEDUA untuk benih
dengan hasil sebagai berikut:
Obyek
Pemeriksaan
Ketersediaan dan/atau
Kondisi *) 1.
..............................................................
................
........................................................
..................... 2.
..............................................................
................
........................................................
..................... 3.
..............................................................
................
........................................................
..................... 4.
..............................................................
................
........................................................
..................... 5.
..............................................................
................
........................................................
..................... 6.
..............................................................
................
........................................................
.....................
- 148 –
*) Khusus untuk teknik dan administrasi pengemasan benih/bibit
dicantumkan kelayakan teknis pengemasan dan penyimpanan serta
kelengkapan administrasinya dan kesesuaiannya dengan dokumen
catatan mutasi benih/bibit.
dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil pemeriksaan proses produksi benih
dari PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Pemeriksaan Sarana dan Prasarana ini dibuat
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA, PIHAK
PERTAMA,
......................... .....................
*) Pilih yang diperlukan
- 149 –
Blanko 4
Contoh surat teguran tindak lanjut pemeriksaan sarana dan prasarana
penanganan benih/bibit pada pengedar benih/bibit
Nomor :
Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan Sarana dan Prasarana
Penanganan Benih/Bibit pada Pengedar Benih/Bibit*)
Kepada
Yth. Sdr. .......... (pengedar benih/bibit*))
di
................................
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan
bahwa
Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan sarana dan
prasarana penanganan benih pada pengada benih yang dituangkan dalam Berita
Acara No. ........ (atau: Saudara mengulang kekeliruan yang sama seperti pada
pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih yang lalu, yaitu.............
Berkenaan dengan itu, kami sampaikan surat ini sebagai Teguran Ke....... untuk
perusahaan Saudara.
Demikian maksud kami. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan:
1. Kepala Dinas Provinsi
2. Kepala BPTH ……………………………………
- 150 –
Blanko 5
Contoh surat usulan pengenaan sanksi atau hukuman
Nomor : Hal : Usul Pengenaan Sanksi atau Hukuman; Pengedar Benih/Bibit ...............
Kepada Yth. Kepala Dinas Provinsi di
................................
Kami laporkan bahwa pengada benih tersebut di bawah ini
Nama Usaha
:
Nama Pemilik Usaha
: Alamat
:
Nomor dan Tanggal Status
:
Terdaftar
telah mendapatkan tiga teguran untuk kekeliruan yang sama dalam pengelolaan sarana dan prasarana pengadaan benih/bibit, yaitu .................. Fotokopi surat teguran kami sampaikan terlampir.
Berkenaan dengan itu, kami mengusulkan agar pengedar benih/bibit tersebut di atas dikenai sanksi atau hukuman sebagaimana mestinya.
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima
kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………) Tembusan:
1. Pengedar Benih/Bibit 2. Kepala BPTH ……………………………………
- 151 –
Blanko 6
Contoh surat laporan pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan
benih pada pengedar benih/bibit
Nomor :
Hal : Laporan Pemeriksaan Sarpras Penanganan Benih/Bibit; Pengedar
Benih/Bibit*)...............
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi di ................................
Kami laporkan bahwa telah dilaksanakan pemeriksaan sarana dan prasarana penanganan benih/bibit*) pada pengedar benih/bibit*) tersebut di bawah ini:
1. Nama Usaha : …………
2. Nama Pemilik Usaha : …………
3. Alamat : …………
4. Nomor dan Tanggal Status Terdaftar : …………
Berita acara pemeriksaan kami sampaikan terlampir.
Demikian laporan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(…………………………)
Tembusan: 1. Pengedar Benih/Bibit
2. Kepala BPTH ……………………………………
Keterangan:
*) Pilih yang diperlukan
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 152 –
LAMPIRAN XIII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
TINDAK LANJUT PENGAWASAN
A. Format Berita Acara Pemeriksaan Proses Pengadaan dan Peredaran Benih
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PROSES PENGADAAN DAN PEREDARAN
.......................................................................................
Nomor: BA ..................
Pada hari ini ................... tanggal .... bulan ............... tahun ......... yang
bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan : Pengawas Benih Tanaman Hutan Provinsi ...............
No. Register : Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Nama Badan Usaha/ Perorangan :…………………………..
Pemilik : ………………………….
Status : Pengada Benih dan Pengedar Benih dan/atau Bibit terdaftar
Alamat : ………………………….
Nomor SK : ………………………….
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan pemeriksaan proses pembuatan dan pengedaran
bibit oleh PIHAK KEDUA :
No Kegiatan Sudah/Belum
dilaksanakan
Bukti
1 Catatan pengadaan benih hasil pengunduhan/ pengumpulan sendiri
2 Catatan pengadaan benih hasil
pembelian dari pihak lain
3 Penanganan benih
4 Tata usaha benih
5 Sertifikasi mutu benih
dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil pemeriksaan proses pembuatan dan
pengedaran bibit dari PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Pemeriksaan pengada dan pengedar benih ini dibuat untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
......................... .....................
- 153 –
B. Format Surat Teguran Tindak Lanjut Pemeriksaan Terhadap Pengada dan
Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar
KOP SURAT
Nomor :
Hal : Teguran Ke...... atas Tindak Lanjut Pemeriksaan…………………….
Kepada
Yth. Sdr. ..........
di
................................
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal ............... kami menemukan
bahwa Saudara belum melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan
proses pengadaan dan peredaran benih dan/atau bibit*) yang dituangkan
dalam Berita Acara No. ........ (atau: Saudara mengulang kekeliruan yang
sama seperti pada kegiatan ................... yang lalu, yaitu .............).
Berkenaan dengan hal tersebut, kami sampaikan surat ini sebagai Teguran
Ke....... untuk perusahaan Saudara.
Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Saudara, diucapkan terima kasih.
.............., .......................................
Kepala Dinas ,
(..............................)
Tembusan :
Kepala Balai
- 154 –
C. Format Surat Usulan Pengenaan Sanksi Atau Hukuman
KOP SURAT
Nomor :
Hal : Usul Pengenaan Sanksi atau Hukuman Pengada dan Pengedar
Benih dan/atau Bibit*)
Kepada
Yth. Kepala Dinas Provinsi..........
di
................................
Kami laporkan bahwa pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit
terdaftar*) tersebut di bawah ini:
Nama Badan Usaha : .............................................
Nama Pemilik Usaha : .............................................
Alamat : .............................................
Nomor dan Tanggal Status Terdaftar : .............................................
telah mendapatkan tiga teguran untuk kekeliruan yang sama dalam kegiatan ........................................., yaitu .................. Fotokopi surat teguran kami sampaikan terlampir.
Berkenaan dengan hal tersebut, kami mengusulkan agar kepada pengada dan pengedar benih dan/atau bibit *) tersebut di atas dikenakan sanksi atau
hukuman sebagaimana mestinya.
Demikian usulan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
............, .................................
Pengawas Benih dan Bibit Tanaman Hutan,
(..............................)
Tembusan:
Kepala Balai ..........................................
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 155 –
LAMPIRAN XIV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
SETIFIKASI SUMBER BENIH
A. Format Identifikasi dan Deskripsi Sumber Benih
DATA POKOK SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN
A. UMUM
1. Nomor Sumber Benih
Nomor Sumber
Benih
Nomor Sumber
Benih Lokal
2. Nama Sumber Benih
3. Nama botani
4. Nama daerah (lokal)
5. Pemilik Nama Institusi, Alamat, Telepon,Fax, E-mail
6. Petugas yang dihubungi
Nama petugas, Institusi, Alamat, Telepon,Fax, E-mail
7. Luas sumber benih (ha)
8. Tanggal penilaian
9. Pelapor
KOP SURAT DINAS KEHUTANAN PROVINSI ATAU BALAI ……………….alamat………………
- 156 –
B. LOKASI
1. Batas wewenang administratif pemerintahan
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
D e s a
2. Batas wewenang administratif kehutanan
Unit - Dinas
KPH – CDK
BKPH
Blok / Petak
3. Informasi rinci lokasi
Bagaimana menuju lokasi
4. Letak geografis
Lintang …..…o ..…..
‘ .……” s/d
…..…o ….... ‘
.……”
LS /
LU
Bujur …..…o ..….. ‘ ….…” s/d
…..…o ……. ‘ .……”
BT
5. Tinggi tempat
…………….. m dpl
C. DESKRIPSI, EVALUASI, PERSETUJUAN 1. Surat Keputusan
Nomor Tanggal
2. Keterangan hasil evaluasi dan persetujuan
3. Kelas Sumber Benih
Tegakan benih
teridentifikasi
Tegakan benih terseleksi
Areal produksi benih
Tegakan benih provenan
Tegakan benih klon
Kebun benih semai
Kebun benih pangkas
- 157 –
4. Hasil uji lokasi (apabila sudah dilakukan)
D. ASAL 1. Sumber benih
Hutan alam
Hutan tanaman
2. Jika hutan tanaman, sebutkan asal benih
Hutan
alam
Hutan
tanaman
Tidak ada
informasi
3. Sebutkan asal benih secara lengkap
Misalnya, nama sumber benih, zona benih, jumlah pohon induk, kriteria seleksi, jarak
antar pohon induk (hutan alam), dsb.
4. Pemanfaatan
Sumber benih diseleksi untuk apa ? (konstruksi, getah, bubur kayu, kayu bakar,
dsb.)
E. PRODUKSI BENIH
1. Musim berbung
a
Bulan : …… - ……
Puncak berbun
ga
Bulan : …… - ……
2. Musim buah
masak
Bulan : …… - ……
Puncak buah
masak
Bulan : …… - ……
3. Jumlah pohon per ha
Batang
4. Luas sumber benih
ha
5.
Jumlah pohon dalam sumber benih
Batang
6 Perkiraan produksi benih
Kg / Pohon /
Tahun
7.
Total produksi benih Kg / Tahun
- 158 –
8.
Informasi lain produksi buah atau benih
Produksi sebelumnya (tidak merata, tidak teratur, sedikit, banyak, dsb).
F. TEGAKAN
1.
Kondisi hutan
Tinggi rata-rata dan diameter rata-rata, kesehatan pohon, jarak tanam, jumlah pohon per ha (hutan tanaman), jarak antar pohon
(hutan alam), pembukaan tajuk, dsb.
2. Tahun tanam
Tahun tebang habis
3. Status pengamanan
Aman, rawan, terancam, keterangan lain.
4. Jalur isolasi
Jarak dan arah terhadap tegakan yang sama
jenisnya.
5. Keterangan lain
Kegiatan khusus untuk meningkatkan
produksi atau perlindungan
G. EKOLOGI 1. Kondisi lahan Topogra
fi [ ] Terjal, [ ] Landai, [ ] Datar, [ ] Bervariasi
Arah lereng
Tanah Jenis
Tekstur
Kedalaman
Drainase
Bonita
PH
I k l i m Type
- 159 –
2. Stasiun metereologi terdekat
Lokasi stasiu
n
Nama Nomor :
Letak
geografis
Lintang : ……..o ……. ’
……. “ LS / LU
Bujur : ……..o ……. ’ ……. “ BT
Data iklim :
Faktor Jan
F
eb
Mar
Apr Mei
Juni
J
uli
Ags Sep
Okt Nov
Des Total
Curah
Hujan
(mm)
S u h u
(o C)
Penguap
an (mm)
Kelembaban (%)
H. REKOMENDASI
………………., ……………………
MENGETAHUI, PELAKSANA PEMILIK SUMBER BENIH KETUA TIM
…………………………… .……………………….
- 160 –
B. Format Sertifikat Sumber Benih
KOP SURAT DINAS/BALAI
SERTIFIKAT
SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN
Nomor : …………………
Dengan ini kami menerangkan bahwa sumber benih:
Nomor Sumber Benih : …………………………………... Luas areal : …………….................... hektar
Nama Species : ………………………........... Asal Benih : ………………………........... Pemilik/Pengelola : ………………………...........
Alamat Pengelola : ………………………........... Telepon : ………………………........... Lokasi Sumber Benih :
a. Desa/RPH : …………………………… / ………………… b. Kecamatan/BKPH : …………………………… / …………………
c. Kabupaten/KPH : …………………………… / ………………… d. Propinsi/Unit : …………………………… / ………………… e. Letak Geografis :- Garis Lintang : ..o ..’ ….” - ...o ...’ ...” L…
- Garis Bujur : ..o ..’ ...” - ....o ...’ ...” BT f. Ketinggian Tempat : ………… meter dari permukaan laut.
Telah memenuhi persyaratan sebagai sumber benih dengan klasifikasi : ......................
Demikian sertifikat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
……………, …… ………… Kepala Dinas Propinsi atau Balai
Sertifikat ini berlaku s/d : …………………………........ NIP …………………
dengan catatan : ……………………………….
1. Tidak ada perubahan fungsi/status; 2. Sumber benih tersebut masih produktif
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 161 –
LAMPIRAN XV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
STANDAR KHUSUS SUMBER BENIH
A. Tegakan Benih Terindentifikasi
- 162 –
B. Tegakan Benih Terseleksi
- 163 –
C. Areal Produksi Benih
- 164 –
D. Tegakan Benih Provenan
- 165 –
E. Kebun Benih Semai
- 166 –
F. Kebun Benih Klon
- 167 –
G. Kebun Pangkas
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
- 168 –
LAMPIRAN XVI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
SERTIFIKASI MUTU BENIH DAN BIBIT
A. Format Surat Permohonan Sertifikasi Mutu Benih
KOP SURAT PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH *)
Nomor :
Blanko : Hal : Permohonan Sertifikasi Mutu Benih.
Kepada Yth Kepala UPTD/Balai *) Di
.........................................
Dengan hormat, Dengan ini kami:
Nama : ………………………………………… Alamat : ………………………………Provinsi/
Kabupaten/Kecamatan/Desa Nomor Telepon/Faximile/E-mail : ……………………….....…… Bermaksud untuk mensertifikatkan mutu Genetik/Fisik Benih Tanaman
Hutan : Nama Spesies : …………………………………………… (lokal dan latin) Jumlah Lot Benih : ……………….. gr/kg *)
Lokasi : ....(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa)
Bersama ini kami lampirkan surat keterangan asal-usul benih. Demikian permohonan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
………………………………….
( Ttd )
Pemohon
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 169 –
B. Format Asal Usul Benih
ASAL USUL BENIH
Yang bertandatangan di bawah ini, kami ............................................... menerangkan bahwa :
1. Nama Species (lokal & latin) :
2. Nomor Sumber Benih :
3. Nomor Sertifikat Sumber Benih :
4. Kelas Sumber Benih :
5. Lokasi : 6. Tinggi Tempat :
7. Koordinat :
8. Volume Benih : Kg/Eksplan/Entres/Stek Pucuk*)
9. No Sertifikat Mutu Benih :
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
………......., …………………
Pemilik Sumber Benih,
…………………………
Keterangan: *) Coret yang tidak Perlu
- 170 –
C. Format Keterangan Contoh Benih
Nomor Uji
(dilengkapi oleh lab)
KETERANGAN CONTOH BENIH
(Contoh diambil oleh petugas dari UPTD/Balai atau pengawas)*)
A. Keterangan Pemilik Benih
1. Nama
2. Alamat
3. Nomor
Telepon/Fax/E-Mail
B. Keterangan Lot Benih
1. Nama spesies (lokal & latin)
2. Nomor Sumber Benih
3. Kelas Sumber Benih
Berat Lot Benih (gr/kg)*)
Jumlah Wadah Jenis Wadah Tanggal Panen
C. Keterangan Contoh Benih
1. Nama pengambil contoh
2. Institusi
3. Tanggal ambil contoh
4. Berat contoh
5. Metode pengambilan contoh
D. Pengujian yang diperlukan
Kemurnian Berat 1.000 Butir
Kadar Air Daya Kecambah
Uji Tetrazolium Uji Belah
Tanggal penerimaan contoh Nama dan tanda tangan
Yang menyerahkan Yang menerima
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 171 –
D. Berita Acara Pengambilan Contoh Benih
BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH BENIH Nomor. : BA .............
Pada hari ini ................... tanggal.................. bulan ..................... tahun ......... yang
bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : .................................
Jabatan : Petugas UPTD/Balai atau Pengawas Benih
Alamat : .................................
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama : .................................
Jabatan : (Pemilik Benih)
Alamat : .................................
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih:
a. Nama Species : ............................. (lokal dan latin)
b. Jumlah Lot Benih : ………………..gr/kg*)
c. Jumlah contoh : …………………gr/kg*)
milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menyerahkan sampel benih kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan pengujian mutu benih.
Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh Benih ini dibuat sebagai bukti telah
melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih.
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
.......................... ..........................
- 172 –
E. Format Sertifikat Mutu Benih
KOP SURAT UPTD ATAU BALAI *)
SERTIFIKAT
MUTU BENIH TANAMAN HUTAN Nomor :.............................................
Dengan ini kami menerangkan bahwa :
Nama Species : ....................................... (lokal dan latin)
Nomor Sumber Benih : .................................................................. Kelas Sumber Benih : ..................................................................
Sertifikat Sumber
Benih
: ..................................................................
Pemilik : ..................................................................
Alamat : ..................................................................
Telah memenuhi persyaratan benih bersertifikat.
Demikian sertifikat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
........................,................................ Sertifikat ini berlaku s/d UPTD/Balai *)
.............................................
NIP
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
BAGIAN DEPAN
AGIAN DEPAN
- 173 –
Nomor Sertifikat
...........................................................
KETERANGAN HASIL PENGUJIAN
A. Keterangan Lot Benih
1. Nama Species : (lokal dan latin)
2. Asal Benih :
Berat Lot Benih Jumlah
Wadah
Jenis Wadah Tanggal Panen
B. Keterangan Contoh Benih
1. Nama pengambil contoh
2. Nomor Berita Acara contoh benih
3. Tanggal ambil contoh
4. Tanggal terima contoh
5. Tanggal selesai pengujian
C. Analisa Kemurnian
Benih murni (%) Uraian tentang jenis lain :
Kotoran (%)
Benih tanaman lain (%)
D. Berat 1.000 butir
Berat 1.000 butir ......... (gram) 1 Kg = ...... butir
E. Daya Kecambah
Lama Pengujian (hari)
Media Perlakuan
pendahuluan Metode uji
Kecamba
h Normal (%)
Abnorma
l (%)
Benih
Keras (%)
Benih
Segar (%)
Benih
Mati (%)
Benih
Hampa (%)
Benih
Terkena Hama
(%)
F. Kadar Air
Kadar Air
G. Rekomendasi
Penguji Benih
..............................
BAGIAN BELAKANG
- 174 –
F. Format Keterangan Hasil Pengujian Mutu Benih
KOP SURAT UPTD ATAU BALAI *)
KETERANGAN HASIL PENGUJIAN MUTU BENIH Nomor : .
A. Keterangan Pemilik Benih
1. Nama
2. Alamat
3. Nomor Telp./Fax
B. Keterangan Lot Benih
1. Nama Species (lokal dan latin)
2. Asal Benih
a. Desa
b. Kecamatan
c. Kabupaten
d. Provinsi
Berat Lot Benih
Jumlah Wadah Jenis Wadah Tanggal Panen
C. Keterangan Contoh Benih
1. Nama pengambil contoh
2. Nomor berita acara contoh
benih
3. Beratcontoh benih
3. Tanggal ambil contoh
4. Tanggal terima contoh
5. Tanggal selesai pengujian
D. Analisis Kemurnian
Benih murni (%) Uraian tentang jenis lain :
Kotoran (%)
Benih tanaman lain (%)
E. Berat 1.000 butir
Berat 1.000 butir (gram) 1 Kg = butir
F. Daya Kecambah
Lama
Pengujian
(hari)
Media Perlakuan pendahuluan Metode uji
Kec
am
ba
h
Nor
mal
(%)
Abnorma
l (%)
Benih
Keras (%)
Benih
Segar (%)
Benih
Mati (%)
Benih
Hampa (%)
Benih
Terkena
Hama (%)
G. Kadar Air: ...........
H. Pengujian lain/Komentar
Masa berlaku s/d
........................................
........
Penguji Benih Kepala UPTD/Balai
............................
.
........................
NIP.
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 175 –
G. Format Label Benih Bersertifikat
*) Sesuai Sertifikat atau Surat Keterangan Mutu Benih
LABEL BENIH BERSERTIFIKAT/KETERANGAN UJI MUTU BENIH*)
Nama Pemilik :
A l a m a t :
Nama Species :
Nomor Sumber Benih :
Kelas Sumber Benih :
Bagian Depan
Berat Benih : gr/kg *)
Kadar Air : %
Kemurnian : %
Daya Kecambah : %
Berat 1.000 butir : gr
Masa berlaku Pengujian s/d :
Lembaga Penerbit Sertifikat/
Surat Keterangan Mutu Benih :
Nomor Sertifikat MutuBenih :
Bagian Belakang
- 176 –
H. Format Surat Permohonan Sertifikasi Mutu Bibit
KOP SURAT PEMOHON Nomor :
Lampiran : Hal : Permohonan Sertifikasi Mutu Bibit.
Kepada Yth
Kepala Balai atau Kepala UPTD/Balai *) di -
TEMPAT
Dengan hormat, Dengan ini kami
Nama : ……………………… Alamat : ………………(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa) Nomor
Telepon/Faximile
: ………………………
bermaksud untuk mensertifikatkan mutu : Genetik/Fisik Bibit Tanaman Nama Spesies : …………………… (nama perdagangan/nama latin ) Jumlah Bibit dalam Lot : ……………… batang
Lokasi : ………………(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/ Desa)
Bersama ini kami lampirkan Surat Keterangan asal-usul benih. Demikian atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.
………………………
Pemohon
( Ttd ) Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 177 –
I. Berita Acara Penilaian Mutu Bibit
BERITA ACARA PENILAIAN MUTU BIBIT Nomor. : BA ..................
Pada hari ini ....................... tanggal.................. bulan ..................... tahun ......... yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Jabatan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA Nama : Jabatan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan penilaian mutu bibit :
d. Nama Species : ....................... e. Jumlah Bibit dalam Lot : ……………….. batang f. Jumlah contoh : ……………….. batang
milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil penilaian mutu bibit dari PIHAK PERTAMA. Demikian Berita Acara Penilaian Mutu Bibit ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, ......................... .....................
- 178 –
J. Format Sertifikat Mutu Bibit Tanaman Hutan
KOP SURAT BALAI/UPTD*)
SERTIFIKAT MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN
Nomor. ……………………………….
Dengan ini kami menerangkan bahwa :
1. Jenis Tanaman : A Nama Lokal :
b. Nama latin : 2. Lokasi Pembibitan :
3. Jumlah Bibit dalam Lot
:
4. Teknik Pembiakan :
5. Asal Benih : a. Nomor Sumber
Benih
:
b. Kelas Sumber Benih
:
c. Sertifikat Sumber Benih
:
6. Pemohon :
7. Alamat :
Telah memenuhi persyaratan bibit bersertifikat. Demikian sertifikat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
………………., ……………………
Sertifikat ini berlaku s/d Kepala Balai/ UPTD.
…………………………………. NIP.
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
BAGIAN DEPAN
- 179 –
Nomor Sertifikat
……………………………….
HASIL PEMERIKSAAN
A. Keterangan Lot Bibit
Jumlah bibit dalam lot yang disertifikat
Umur bibit
Tanggal pemeriksaan
B. Pemenuhan persyaratan umum % bibit normal = ..... %
C. Pemenuhan persyaratan khusus % (1) + % (2) + % (3) + % (4) = ..... %
4
D. Keterangan Bibit termasuk standar mutu P / D ( ............ )
Pemeriksa Mutu Bibit
………………
Keterangan : (1) bibit yang tingginya memenuhi standar.
(2) bibit yang diameternya memenuhi standar. (3) bibit yang medianya kompak (utuh).
(4) bibit yang jumlah daunnya atau nilai LCR memenuhi standar. P Kualitas Pertama D Kualitas Kedua
BAGIAN BELAKANG
- 180 –
K. Format Surat Keterangan Pemeriksaan Mutu Bibit
KOP SURAT BALAI/UPTD *)
KETERANGAN HASIL PEMERIKSAAN MUTU BIBIT
Nomor: …………………………………
A. Keterangan Pemilik Bibit
1. Nama
2. Alamat
3. Nomor telepon/Fax/e-mail
B. Keterangan Lot Bibit
1. Jenis Tanaman
2. Lokasi Pembibitan
3. Jumlah Lot Bibit
4. Teknik Pembiakan
5. Jumlah Contoh Bibit
6. Tanggal Pemeriksaan
C. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Bibit
Daun : Jumlah Daun/LCR : ……pasang/…… %
Warna daun : Hijau / Kuning
Keterangan Lain :
Batang :
Tunggal / ganda Berkayu / belum berkayu
Lurus / bengkok
Keterangan Lain :
D. Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Bibit
Tinggi rata-rata = ……… cm Diameter rata-rata = ……… mm
Keterangan Lain :
E. Kekompakan Media
Utuh / Retak atau Patah Keterangan Lain :
F. Rekomendasi
G. Tanggal Penerbitan dan Tanda Tangan
Tanggal penerbitan Keterangan Tanda Tangan
Pemeriksaan Mutu Kepala Balai
………………………… NIP.
………………………… NIP.
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
- 181 –
L. Format Label Bibit
Nama Perusahaan :
Alamat :
BIBIT BERSERTIFIKAT Nomor Sertifikat : ...................................
Jenis Tanaman :
Nama lokal :
Nama latin :
Kualitas :
Keterangan: P = kualitas pertama; D = kualitas kedua
Bagian Depan
Nama Perusahaan : Alamat :
Diameter rata-rata bibit :
Tinggi rata-rata bibit :
Kesehatan bibit :
Teknik pembiakan : vegetatif / generatif
Nama sumber benih :
No. sertifikat sumber benih :
No. sertifikat mutu benih :
Masa berlaku pemeriksaan :
Disertifikasi oleh :
Bagian Belakang
- 182 –
M. Format Surat Keterangan Mutu Bibit
KOP SURAT PENGADA/PENGEDAR BIBIT *)
SURAT KETERANGAN MUTU BIBIT No. .
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Jabatan :
Alamat : menerangkan bahwa bibit : a. Jenis : ...................................
b. Jumlah : .................... batang c. Alamat persemaian : ................................... telah dilakukan sertifikasi mutu bibit oleh Kepala Balai atau Kepala UPTD*)
dengan Sertifikat Mutu Bibit Nomor: ......... tanggal ......... dengan mutu bibit P/D *)
Demikian surat keterangan mutu bibit ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
.................., ......................
Pengada/Pengedar Bibit *)
Ttd
........................................... Keterangan:
*) Coret yang tidak perlu P Kualitas Pertama D Kualitas Kedua
- 183 –
N. Format Standar sarana dan prasarana penilaian sumber benih
No. Nama Alat
1. Geographic Positioning System
2. Kompas
3. Pengukur pH tanah
4. Meteran ukuran minimal 25 m
5. Meteran ukuran 1 m atau Phi Band
6. Peralatan untuk pembuatan peta
7. Alat pengukur tinggi pohon
8. Altimeter
Keterangan: Jumlah alat disesuaikan dengan kebutuhan
- 184 –
O. Standar Sarana dan Prasarana Pengujian Mutu Benih
No. Sarana Prasarana
A Bangunan
1 Laboratorium
2 Rumah Kaca
B Alat Laboratorium
1 Mechanical/Soil/Electrical Devider *)
2 Oven dan perlengkapannya
a. Oven (suhu 105 °C, suhu 200°C)
b. Grinder dan saringan
c. Desicator
d. Cawan
e. Jepitan asbes
f. Sarung tangan (kulit/karet)
3 Alat pengukur kadar air (Electrical Moisture
Meter)
4 Timbangan
a. Timbangan kapasitas 1 Kg, 2 Kg
b. Timbangan analitik
5 Alat analisis kemurnian
a. Meja kemurnian
b. Diaphanoscope *)
c. Pinset
d. Scalpel
f. Loupe
g. Maghnifier with lamp
h. Mikroskope stereo *)
i. Mikroskope compound *)
6 Germinator
a. Germinator listrik
b. Germinator non-listrik
c. Ruang perkecambahan dengan suhu terkendali.
7 Kamera *)
8 Alat pendingin (AC)
9 Refrigerator
10 Kalkulator (mini compet)
- 185 –
Keterangan: *) tidak diwajibkan.
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
No. Sarana Prasarana
11 Hand counter
12 Blower
13 Mesin ketik
14 Bak kecambah
15 Luxmeter
16 Glass ware
17 Rak arsip benih
18 Kursi laboratorium
19 Fillling cabinet
20 Rak untuk blanko
21 Komputer