perancangan suspen si ta arya 2014

131
SIMULASI DAN PERANCANGAN SISTEM KONTROL SUSPENSI SEMI AKTIF MODEL SEPEREMPAT KENDARAAN TUGAS AKHIR Oleh: Aloysius Dodi Setyobudi 133 94 080 JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 1

Upload: arya-jayeng-rana

Post on 02-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

asmcdkc

TRANSCRIPT

  • SIMULASI DAN PERANCANGANSISTEM KONTROL SUSPENSI SEMI AKTIF

    MODEL SEPEREMPAT KENDARAAN

    TUGAS AKHIR

    Oleh:

    Aloysius Dodi Setyobudi

    133 94 080

    JURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2 0 0 1

  • SIMULASI DAN PERANCANGANSISTEM KONTROL SUSPENSI SEMI AKTIF

    MODEL SEPEREMPAT KENDARAAN

    Oleh:

    Aloysius Dodi Setyobudi

    133 94 080

    Tugas Akhir untuk melengkapi syaratsebagai Sarjana Teknik Fisika

    Institut Teknologi Bandung

    Dibimbing oleh:

    Dipl.-Ing.Ir. Nyoman Bangsing

    Dr. Ir. IGN. Wiratmaja Puja

    JURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2 0 0 1

  • SIMULASI DAN PERANCANGANSISTEM KONTROL SUSPENSI SEMI AKTIF

    MODEL SEPEREMPAT KENDARAAN

    Oleh:

    Aloysius Dodi Setyobudi

    133 94 080

    Disetujui oleh :

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dipl.-Ing.Ir. Nyoman Bangsing Dr. Ir. IGN. Wiratmaja PujaNIP: 131 41 7437 NIP: 131 83 5240

    JURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2 0 0 1

  • Kupersembahkan kepadaMama-Papa dan Adik-adik tercinta,

    SertaRobertha Eka Woro A., AMK.

  • iii

    ABSTRAK

    Tugas akhir ini menawarkan satu alternatif untuk sistem suspensi aktif, dimana

    sistem suspensi yang akan diteliti menggunakan peredam kejut dengan fluida yang

    kekentalannya dapat dikontrol, yang dikenal dengan fluida elektrorheologi (FER).

    FER bersifat reversible, yaitu dapat berubah dari mengalir bebas sampai menjadi

    semi-padat bila padanya diberikan pengaruh medan listrik. Teknologi FER ini

    memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknologi konvensional, diantaranya

    daya beban listrik maksimal yang diperlukan hanya kurang dari 4 Watt. Di samping

    itu konstruksi perangkatnya relatif sederhana sehingga dapat menekan biaya

    produksi.

    Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan terhadap peredam kejut FER (jenis

    TXER-6) menggunakan pendekatan geometri pelat paralel dan cylindrical-

    axisymmetric 1-dimensi Newton. Dari jenis FER yang dipilih, dengan jarak antar

    elektroda 0,5 mm dan panjang celah 63,5 mm, bila dikenakan medan listrik sebesar 4

    kV/mm akan dihasilkan gaya redam maksimal sebesar 546,37 N. Pada saat tidak ada

    medan listrik, perangkat ini akan menjadi seperti peredam kejut konvensional biasa.

    Pada simulasi yang dilakukan, sebagai masukan sistem dipilih gangguan jalan

    bump. Metoda yang dipilih dalam perancangan pengontrolnya adalah metoda kontrol

    optimal. Pengujian sistem suspensi pasif menggunakan masukan jalan bump dengan

    tinggi 0.04 m dan lebar bump 1.2 m ketika kecepatan kendaraan konstan 20 km/jam

    selama 1.5 detik menghasilkan percepatan vertikal (rms) badan kendaraan sebesar

    3,2527 m/s2, defleksi suspensi (rms) 0,01334 m, dan defleksi ban sebesar 0,00698 m

    (rms). Pada kontrol optimal dengan umpan balik keadaan, sistem aktif dan FER,

    masing-masing, akan menghasilkan perbaikan pada percepatan (rms) badan

    kendaraan sebesar 74,34% (menjadi 0,8348 m/s2) dan 51,89% (1,5648 m/s2), defleksi

    (rms) ruang suspensi sebesar 5,17% dan 2,19%, dan pada defleksi (rms) ban sebesar

    66,39% dan 45,70%. Pada kontrol optimal yang menggunakan indeks performansi

    yang melibatkan pengoptimalan perintah gaya kontrol, sistem aktif dan FER

    memberikan hasil perbaikan pada percepatan vertikal (rms) badan kendaraan sebesar

    27,69% (2,3520 m/s2), defleksi ruang suspensi sebesar 6,35% dan defleksi ban

    sebesar 26,59%.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Murah karena

    atas Kuasa-Nya dan Kemurahan HatiNya-lah penulis akhirnya sanggup menuntaskan

    laporan tugas akhir yang berjudul Simulasi dan Perancangan Sistem kontrol

    Suspensi Semi Aktif Model Seperempat Kendaraan untuk melengkapi syarat

    sebagai Sarjana Teknik Fisika ITB.

    Penulisan laporan tugas akhir ini dapat tuntas karena peran serta besar dari

    mereka yang berada di lingkungan penulis mulai dari tahun awal pengerjaan hingga

    saat ini. Atas dorongan, dukungan, dan peranan mereka yang demikian besar bagi

    penulis, pada pengantar laporan ini penulis hendak menyampaikan penghargaan dan

    terima kasih sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Dipl.-Ing.Ir. Nyoman Bangsing, selaku dosen wali dan dosen pembimbing

    utama, atas kesabaran dan kebesaran hatinya tetap mendukung penulis untuk

    menuntaskan tugas akhir ini.

    2. Bapak Dr. Ir. IGN Wiratmaja Puja, selaku dosen pembimbing kedua, yang telah

    banyak memberikan inspirasi awal pada tugas akhir ini, juga atas kesabaran dan

    kebesaran hatinya untuk tetap mendukung penulis hingga menuntaskan studinya.

    3. Bapak Dr.-Ing. Parsaulian Siregar dan Bapak Dr.Ir. Nugraha, atas kesediaannya

    untuk menjadi anggota tim penguji tugas akhir ini.

    4. Bapak Dr.-Ing.Ir. Yul Y. Nazaruddin, MSc., DIC., yang telah bersedia menerima

    kehadiran Bapak dan Ibu saya kala itu.

    5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Teknik Fisika yang pernah menuangkan ilmu

    yang dimiliki kepada penulis selama menempuh pendidikan.

    6. Segenap staf TU dan Perpustakaan Teknik Fisika yang bersedia dengan rela

    membantu kelancaran administrasi selama penulis membutuhkannya.

    7. Teman-teman Teknik Fisika Angkatan 1994 yang telah berpencar menempuh

    perjuangan atas dukungan moralnya.

    8. Mbak Anjar dan seluruh penghuni GEMA, atas dukungan doanya.

    9. Teman-teman penghuni Burung Gereja 2, maupun alumninya, karena tetap rajin

    mengingatkan penulis untuk berjuang menuntaskan laporan ini dan bersedia

    menemani siang dan malam.

    10. Teman-teman penghuni mailing-list [email protected]

  • v11. Bapak Ir. Degus Rustianto, Ir. Bambang Sunarjo, Pak Purwadiyono dan Mbak

    Useu Sopiah atas kesediaannya menerima penulis untuk bergabung di lingkungan

    kerja di PT Solar Services Indonesia dan mengembangkan kemampuan dan

    wawasan penulis.

    12. Special thanks for Mr. Charles Lozinger, for your appreciation.

    13. Mr. Ryuji Aizawa, Chief Researcher of Nippon Shokubai Co. Ltd., for your

    kindness to sent us your TX-ER6 material sample. Thank you very much for the

    future of the controllable fluids.

    14. Dan terlebih kepada Mama dan Papa, yang dengan penuh kasih, bersedia tanpa

    pernah lelah mengingatkan penulis untuk tetap berjuang dan berjuang tanpa

    pernah putus asa, karena Tuhan Maha Murah bagi mereka yang selalu berjuang.

    15. Sekali lagi dan selalu kepada Papa-Mama, Dik Rini dan Dik Niken, serta

    tambatan hatiku Eka Woro, yang dengan penuh kasih dan cinta menemani,

    mendampingi, membantu penuh pengorbanan demi terselesaikannya studi

    penulis di jenjang S1 ini.

    Sepatah dua patah kata dalam kata pengantar ini tidak akan cukup untuk

    menggambarkan rasa syukur dan terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah

    berperan dan ada di dalam kehidupan penulis. Juga kemampuan saya mengingat satu

    persatu pihak-pihak yang terlibat tidak akan dapat menghilangkan penghargaan saya

    kepada mereka yang tidak sempat tersebutkan pada pengantar yang singkat ini.

    Akhirnya semoga semua yang telah penulis alami selama proses pengerjaan

    hingga selesainya pengerjaan laporan tugas akhir ini sedikitnya akan bermanfaat bagi

    para pembaca dan civitas akademika ITB, khususnya bagi Jurusan Teknik Fisika.

    Bandung, 22 September 2001

    Aloysius Dodi Setyobudi

  • vi

    DAFTAR ISI

    Judul ...............................................................................................................................i

    Lembar Pengesahan .........................................................................................................ii

    Abstrak ............................................................................................................................iii

    Kata Pengantar ................................................................................................................iv

    Daftar Isi ..........................................................................................................................vi

    Daftar Gambar .................................................................................................................ix

    Daftar Tabel .....................................................................................................................xi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1

    1.2 Tujuan ...................................................................................................................3

    1.3 Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir ....................................................................4

    1.4 Batasan Masalah ....................................................................................................4

    1.5 Sistematika Pembahasan .......................................................................................5

    BAB II DASAR TEORI

    2.1 Konsep Mekanika Fluida .......................................................................................6

    2.1.1 Definisi Fluida .......................................................................................................6

    2.1.2 Fluida Newton .......................................................................................................7

    2.1.3 Fluida Non-Newton ...............................................................................................8

    2.1.4 Aliran Internal Laminar pada Pelat Parallel Tak Terbatas .....................................10

    2.2 Fluida Elektrorheologi (FER) ...............................................................................13

    2.2.1 Sejarah Perkembangan FER ..................................................................................13

    2.2.2 Mekanisme Kerja FER ..........................................................................................13

    2.2.3 Karakteristik FER ..................................................................................................15

    2.3 Getaran Mekanis ....................................................................................................16

    2.4 Sistem Suspensi Seperempat Kendaraan................................................................18

    2.4.1 Model Ruang Keadaan Sistem Suspensi Aktif Seperempat Kendaraan ...............19

    2.5 Optimasi Sistem ....................................................................................................20

    2.6 Sistem Kontrol Optimal Quadratic .......................................................................21

    2.6.1 Integral Performansi Secara Umum ......................................................................24

  • vii

    BAB III PEMODELAN SISTEM

    3.1 Karakteristik bahan Fluida Elektrorheologi ..........................................................26

    3.2 Sketsa Model Peredam Kejut Elektrorheologi ......................................................27

    3.3 Pemodelan Peredam Kejut Menggunakan Pendekatan

    Geometri 1D Pelat Paralel .....................................................................................29

    3.3.1 FER sebagai Fluida Newton ..................................................................................30

    3.3.2 FER sebagai Plastik Bingham ...............................................................................31

    3.3.3 Parameter-Parameter Model Pelat Paralel .............................................................37

    3.4 Pemodelan Peredam Kejut Menggunakan Pendekatan

    Geometri 1D Cylindrical Axisymmetric ...............................................................40

    3.4.1 Aliran Geser Newton .............................................................................................41

    3.4.2 Aliran Fluida Bingham ..........................................................................................43

    3.4.3 Parameter-Parameter Peredam Kejut FER ............................................................48

    3.5 Model Suspensi Semi-Aktif Seperempat Kendaraan ............................................51

    BAB IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL OPTIMAL

    4.1 Indeks Performansi yang Digunakan .....................................................................55

    4.2 Sistem Kontrol Optimal pada Suspensi Semi Aktif

    Seperempat Kendaraan dengan Peredam Kejut Variabel ......................................56

    4.2.1 Perancangan Pengontrol Optimal ..........................................................................57

    4.2.2 Sistem Pengontrol Optimal ...................................................................................59

    BAB V SIMULASI MODEL FER DAN SISTEM SUSPENSI SEMI AKTIF

    MODEL SEPEREMPAT KENDARAAN

    5.1 Simulasi Model Peredam Kejut FER ....................................................................61

    5.2 Pemilihan Parameter Model Seperempat Kendaraan ............................................66

    5.3 Pemilihan Parameter Pembobot ............................................................................73

    5.4 Respon Frekuensi Sistem Pasif dan Aktif Penuh ...................................................75

    5.5 Respon Sistem terhadap Masukan Jalan Bump .....................................................77

    BAB VI USAHA PERBAIKAN SISTEM KONTROL

    6.1 Indeks Performansi Baru .......................................................................................82

    6.2 Respon Sistem terhadap Masukan Jalan Bump .....................................................83

  • viii

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan ...........................................................................................................92

    7.2 Saran untuk Pengembangan Lebih Lanjut ............................................................93

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN A LISTING PROGRAMS

    A.1 M-file: txer6.m ......................................................................................................A1

    A.2 M-file: erdamp.m ..................................................................................................A4

    A.3 M-file: ermodel.m .................................................................................................A5

    A.4 M-file: ermodel1.m ...............................................................................................A7

    A.5 M-file: ermodel2.m ...............................................................................................A7

    A.6 M-file: ermodel3.m ...............................................................................................A8

    A.7 M-file: cardata.m ...................................................................................................A9

    A.8 M-file: oplores.m ...................................................................................................A9

    A.9 M-file: ferlaw.m ................................................................................................. A11

    A.10 M-file: carmodel.m ............................................................................................ A12

    A.11 M-file: carplot.m ................................................................................................ A15

    LAMPIRAN B VARIASI PARAMETER PEREDAMAN

    B.1 Perubahan Koefisien Redaman dengan Jarak Celah Konstan (= 2 mm)................B1

    B.2 Perubahan Koefisien Redaman dengan Panjang Saluran Celah

    Konstan (= 63.5 mm) ............................................................................................B2

    B.3 Listing Program Variasi Parameter Redaman .......................................................B3

    LAMPIRAN C SIMULINK MODEL

  • DAFTAR GAMBAR

    ix

    DAFTAR GAMBAR

    No.Gambar

    Deskripsi Gambar Halaman

    2.1 Perilaku (a) padatan dan (b) fluida, bila dikenakan gaya geser secarakonstan

    6

    2.2 Deformasi elemen fluida 7

    2.3 (a) Shear stress, t, dan (b) viskositas nyata (apparent), h, sebagaifungsi dari laju deformasi untuk aliran satudimensi dari berbagai jenis fluida non-Newton

    9

    2.4 Volume kontrol untuk analisis aliran laminar antara pelat paraleltak terbatas stasioner

    10

    2.5 Properti Stress Fluida ER 14

    2.6 Mekanisme Efek ER 15

    2.7 Model Suspensi Pasif Seperempat Kendaraan 18

    2.8 Model Suspensi Aktif 19

    2.9 Sistem kontrol optimal 22

    3.1 Shear Stress terinduksi terhadap medan listrik pada laju geser200/sec untuk TX-ER6

    26

    3.2 Gambar Konsep Peredam kejut yang berisi FER 28

    3.3 Volume kontrol untuk analisis aliran antara pelat paraleltak terbatas stasioner

    29

    3.4 Profil kecepatan yang dapat terjadi pada pelat paralel 32

    3.5 Volume kontrol untuk analisis aliran laminar penuh pada pipa 40

    3.6 Profil kecepatan pada celah melingkar untuk bahan plastikBingham dengan adanya gradien tekanan linier pada arah aksial(sumbu x)

    43

    3.7 Model Bingham peredam kejut dengan FER 50

    3.8 Model suspensi semi-aktif seperempat kendaraan denganperedam kejut variabel

    51

    3.9 Diagram blok model matematis sistem suspensi seperempatkendaran

    53

    3.10 Model suspensi semi aktif seperempat kendaraan denganperedam kejut model Bingham

    54

    5.1 Profil ketebalan plug berkurang ketika gaya bertambah untukmedan listrik yang konstan: 1kV/mm; . 2 kV/mm; -- 3kV/mm; 4 kV/mm.

    61

    5.2 Profil ketebalan plug terhadap perubahan medan listrik ketikadiberikan gaya konstan: 100 N; . 500 N; -- 1000 N; 1500 N; ..2000 N.

    62

    5.3 Profil kecepatan pada celah elektroda dengan adanya gaya 500 N. 63

  • DAFTAR GAMBAR

    x

    5.4 Profil kecepatan pada celah elektroda dengan adanya gaya 600N. 63

    5.5 Profil kecepatan pada celah elektroda dengan adanya gaya 1000 N. 64

    5.6 Gaya peredam terhadap eksitasi sinusoida 5 Hz denganAmplituda sebesar 2 cm

    65, 66

    5.7 Respon frekuensi model Raymon M. 67

    5.8 Respon frekuensi defleksi suspensi sistem dengan konfigurasiseperti pada tabel 3.2

    70, 71

    5.9 Respon step percepatan badan kendaraan dengan r1 yangberbeda (1, 10, 100, 1.000,10.000, 1.000.000)

    75

    5.10 Respon frekuensi sistem pasif (garis kontinu) dan sistem aktif(garis putus-putus)

    76, 77

    5.11 Masukan jalan bump dengan amplituda 0.1 m 78

    5.12 Perbandingan tanggapan waktu sistem pasif (garis kontinu) dansistem aktif penuh (garis putus-putus):

    79, 80

    5.13 Gaya dari Peredam FER (garis putus-putus) vs. Gaya Aktif(garis kontinu)

    81

    6.1 Gaya dari peredam FER (garis kontinu) dan Gaya aktif (garisputus-putus)

    83

    6.2 Perbandingan tanggapan waktu terhadap masukan jalan bump 84, 85

    6.3 Gaya dari peredam FER (garis kontinu) dan gaya aktif umpanbalik keadaan penuh

    86

    6.4 Perbandingan tanggapan waktu sistem kontrol umpan balikkeadan penuh terhadap masukan jalan bump

    87, 88

    6.5 Perbandingan tanggapan waktu sistem kontrol umpan balikkeluaran terhadap masukan jalan bump

    89,90

    6.6 Gaya dari peredam kejut FER dan gaya aktif umpan balikkeluaran

    90

  • DAFTAR TABEL

    xi

    DAFTAR TABEL

    No.Tabel

    Deskripsi Tabel Halaman

    2.1 Parameter-parameter model sistem suspensi 19

    3.1Koefisien polinom Yield Stress sebagai fungsi dari MedanListrik

    27

    5.1 Konfigurasi parameter model seperempat kendaraan 68, 69

    5.2 Parameter sistem suspensi seperempat kendaraan awal 72

    5.3 Step Response Datauntuk perubahan konstanta pembobot 74

    5.4 Harga RMS dari tanggapan sistem terhadap masukan jalan bump 81

    6.1 Harga RMS dari tanggapan sistem terhadap masukan jalan bump 85

    6.2Harga RMS dari tanggapan sistem dengan kecepatan kendaraan20 km/jam terhadap masukan jalan bump dengan tinggi 4 cmdan lebar 1,2 m

    91

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Profil permukaan jalan yang tidak rata akan menyebabkan kenyamanan

    berkendaraan terganggu, dimana pengemudi/penumpang kendaraan akan

    terguncang apabila kendaraan melewati jalan yang rusak dan berlubang di sana-

    sini. Untuk mengurangi ataupun meredam pengaruh getaran/guncangan yang

    dirasakan pengguna kendaraan maka diperlukan suatu sistem suspensi kendaraan.

    Pada sistem suspensi konvensional atau suspensi pasif, komponen suspensi

    hanya terdiri dari pegas dan peredam kejut. Suspensi jenis ini belum dilengkapi

    kemampuan untuk selalu beradaptasi dengan perubahan profil permukaan jalan.

    Di lain pihak masyarakat pengguna kendaraan menuntut perbaikan dalam hal

    kenyamanan maupun keamanan dalam berkendaraan. Untuk memenuhi tuntutan

    tersebut, maka banyak pihak mencoba untuk mengembangkan sistem suspensi

    aktif. Sistem suspensi aktif tidak lain adalah sistem suspensi pasif, dimana

    padanya telah ditambahkan elemen aktif, yang dapat berdefleksi/bergerak

    sedemikian rupa, sehingga roda akan selalu mengikuti perubahan profil

    permukaan jalan dan meminimalkan getaran/guncangan yang dirasakan pengguna

    kendaraan dengan mempertahankan badan kendaraan pada ketinggian/level yang

    tetap.

    Sistem suspensi aktif biasanya terdiri dari aktuator linier (elemen aktif),

    sensor getaran dan pengontrol elemen aktif. Mengingat daya yang diperlukan

    dalam pengontrolan riil sistem suspensi aktif cukup besar maka elemen aktif yang

    banyak dipilih adalah aktuator hidrolik. Namun perlu diingat bahwa elemen ini

    harganya relatif mahal.

    Oleh karena itu, pada tugas akhir ini dicoba dibahas salah satu komponen

    alternatif pada sistem suspensi aktif, yaitu menggunakan peredam kejut dengan

    fluida yang kekentalannya dapat dikontrol, seperti fluida elektro-rheologi (FER).

    FER adalah fluida yang memiliki kemampuan dapat balik (reversible) untuk

  • 2berubah dari mengalir bebas menjadi fluida viskos linier sampai menjadi semi-

    padat bila diberikan pengaruh medan listrik. Karakteristik bahan FER adalah

    kompleks dan nonlinier karena adalah fungsi dari medan listrik, beban terpasang,

    amplituda strain dan frekuensi eksitasi medan listrik.

    Pada awalnya, peredam kejut yang akan digunakan dalam simulasi adalah

    modifikasi dari peredam kejut konvensional jenis twin-tube atau floating-piston,

    dengan memberikan tegangan listrik yang berbeda pada kedua pelat tabung yang

    saling berhadapan agar resistansi aliran fluida dapat diatur. FER, yang diperoleh

    dari pihak manufaktur, diisikan ke dalam peredam kejut hasil modifikasi tadi.

    Peredam kejut ini akan terlebih dahulu diidentifikasi melalui model matematis dan

    disimulasikan bersama dengan sistem kontrolnya menggunakan perangkat lunak,

    kemudian barulah akan divalidasikan dengan mengambil data karakteristik

    melalui eksperimen.

    Peredam kejut berteknologi FER ini diharapkan memiliki keunggulan-

    keunggulan yang berarti bila dibandingkan dengan penggunaan teknologi

    konvensional dalam merancang peredam kejut aktif, diantaranya:

    1. Efek elektrorheologi efisien karena hanya membutuhkan daya listrik yang

    rendah. Arus listrik yang diambil adalah kurang dari 1 mA dari aplikasi

    tegangan 4 kV sehingga daya beban listrik kurang dari 4 W.

    2. Konstruksi perangkat peredam kejutnya sederhana karena pengaruh sifat non-

    mekanik fluida elektro-rheologi. Hal ini potensial untuk mengurangi biaya

    produksi dan meningkatkan kemampuan perangkat peredam kejut tersebut.

    3. Efek elektrorheologi mampu merespons sinyal kontrol dengan cepat.

  • 3Penelitian lebih lanjut setelah tugas akhir ini dinilai sangat strategis,

    mengingat belum banyak instansi/perusahaan di dunia yang melakukan penelitian

    di bidang ini, dan diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembangan

    sistem suspensi aktif, terutama dalam industri otomotif di Indonesia. Untuk itu

    dibutuhkan usaha yang berkesinambungan setahap demi setahap untuk

    membangun pemahaman yang utuh dan menyeluruh tentang teknologi ini.

    Tugas akhir ini hanyalah salah satu langkah awal kecil yang diharapkan

    membawa khususnya Jurusan Teknik Fisika dan Institut Teknologi Bandung, pada

    umumnya, sebagai perintis dalam bidang pengontrolan sistem suspensi aktif FER

    di Indonesia.

    1.2 TUJUAN

    Adapun hasil yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah:

    1. Menurunkan model matematis suspensi semi aktif model seperempat

    kendaraan yang menggunakan peredam kejut dengan FER.

    2. Merancang pengontrol optimal pada simulasi terhadap model yang dibuat,

    yaitu dengan memperhatikan hal-hal berikut:

    Meningkatkan faktor kenyamanan, hal ini dilakukan dengan

    meminimumkan percepatan vertikal kendaraan terhadap acuan pada saat

    kendaraan tidak bergerak.

    Meningkatkan faktor keamanan, yaitu dengan menjaga agar ban tetap

    mengikuti permukaan jalan. Hal ini dilakukan dengan meminimumkan

    defleksi ban, sehingga diharapkan ban akan tetap melekat pada

    permukaan jalan.

  • 41.3 METODOLOGI PENGERJAAN TUGAS AKHIR

    Pada pengerjaan tugas akhir ini, seperti telah diungkapkan dalam sub bab

    latar belakang di atas, dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

    1. Melakukan studi literatur tentang FER, untuk mendapatkan model matematika

    yang dapat merepresentasikan dinamika FER. Bertujuan untuk dapat memilih

    bahan FER yang sesuai sehingga mendapatkan parameter penting karakter

    bahan yang dapat diimplementasikan pada sistem kontrol.

    2. Menurunkan model matematis peredam kejut yang menggunakan fluida

    elektrorheologi.

    3. Merancang sistem pengontrol suspensi semi aktif model seperempat

    kendaraan berdasarkan teori sistem kontrol optimal.

    4. Melakukan simulasi sistem hasil point 2 dan 3 di atas.

    5. Mengevaluasi performansi sistem dan memperbaiki model peredam kejut

    beserta performansi sistem pengontrolnya.

    1.4 BATASAN MASALAH

    Masalah yang dibahas dalam studi perancangan ini dibatasi pada hal-hal

    berikut :

    1. Dalam tugas akhir ini akan digunakan model fluida Bingham untuk membantu

    memodelkan FER, seperti yang dianjurkan oleh Kamath, G.M., dkk.[2].

    Pemodelan ini diperlukan agar dapat dirancang sistem kontrol dengan

    performansi yang diinginkan.

    2. Karakter bahan elektrorheologi dianggap hanya merupakan fungsi dari salah

    satu peubah pada property bahan tersebut.

    3. Sistem suspensi yang digunakan adalah model seperempat kendaraan.

    4. Kursi penumpang diangap sebagai satu kesatuan dengan massa badan

    kendaraan (massa sprung).

    5. Gangguan yang ditinjau hanya berasal dari gangguan akibat ketidakrataan

    permukaan jalan bump.

  • 51.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Pembahasan pada tugas akhir ini disusun dalam bab-bab sebagai berikut:

    I. Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, metodologi

    pengerjaan tugas akhir, batasan masalah, dan sistematika pembahasan.

    II. Dasar Teori, berisikan teori-teori yang mendasari tugas akhir ini, yaitu

    Elektro-rheologi, Teori Getaran Mekanis, dan Teori Kontrol.

    III. Pemodelan Fluida Elektrorheologi dan Gerak Kendaraan, berisikan dasar

    serta proses penurunan model suspensi yang menggunakan fluida

    elektrorheologi serta spesifikasi data teknis seperempat kendaraan yang akan

    disimulasikan dalam tugas akhir ini.

    IV. Perancangan Sistem, yang berisikan metoda perancangan sistem kontrol

    peredam kejut yang akan diterapkan pada sistem suspensi tersebut.

    V. Simulasi Hasil Perancangan dan Interpretasinya, menguraikan hasil simulasi

    sistem suspensi aktif maupun pasif terhadap model peredam kejut.

    VI. Usaha Perbaikan Sistem Kontrol, yang membahas dan memperbaiki hasil

    simulasi kontrol sistem suspensi.

    VII. Kesimpulan dan Saran, yang berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-

    saran penulis untuk pengembangan lebih lanjut dari tugas akhir ini.

  • 6BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 KONSEP MEKANIKA FLUIDA[2]

    Tugas Akhir ini tidak terlepas dari disiplin ilmu mekanika fluida. Beberapa

    pengertian dasar mekanika fluida digunakan sebagai landasan pengembangan dan

    pembahasan-pembahasan selanjutnya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

    2.1.1 DEFINISI FLUIDA

    Fluida adalah substansi yang berubah bentuk (deform) secara kontinu bila

    padanya dikenakan tekanan geser (shear/tangential stress) sekecil apapun. Fluida

    meliputi fasa cair (liquid) dan gas. Perbedaan antara fluida dan padatan (solid) dapat

    jelas terlihat dari perilakunya (behavior). Padatan berdeformasi jika dikenakan gaya

    tekan permukaan tapi deformasinya tidak kontinu terhadap waktu.

    Pada Gambar 2.1 diperlihatkan perbedaan perilaku padatan (Gbr. 2.1.a) dan

    fluida (Gbr. 2.1.b) bila dikenakan gaya geser F secara konstan pada pelat bagian atas.

    Pada Gbr. 2.1.a diperlihatkan bahwa selama batas elastis bahan padatan tidak

    terlampaui, deformasi adalah sebanding dengan tekanan geser (shear stress) yang

    dialaminya, AF=t , dengan A adalah luas permukaan kontak dengan pelat.

    Sedangkan pada Gbr. 2.1.b, ketika gaya F dikenakan pada pelat sebelah atas, elemen

    fluida terus berdeformasi selama dikenakan gaya. Fluida yang kontak langsung

    dengan pelat mempunyai kecepatan yang sama dengan pelat tersebut, dengan

    anggapan tidak ada slip pada perbatasan pelat dan fluida. Bentuk elemen fluida,

    untuk waktu berturutan t0 t2

    Gambar 2.1 Perilaku (a) padatan dan (b) fluida, bila dikenakan gaya geser secara konstan

  • 72.1.2 FLUIDA NEWTON

    Tanpa ada tekanan geser (atau mulai dari saat ini penulis sebut langsung dengan

    shear stress), tidak akan terjadi deformasi fluida. Fluida dapat diklasifikasikan secara

    umum berdasarkan hubungan antara shear stress yang dikenakan dan laju

    deformasinya.

    Pada Gambar 2.2 ditunjukkan deformasi elemen fluida di antara dua pelat tak

    terbatas. Pelat atas bergerak pada kecepatan konstan, du, karena pengaruh

    dikenakannya gaya F konstan seperti pada gambar. Shear stress yang dikenakan pada

    elemen fluida diberikan oleh persamaan berikut:

    y

    x

    y

    x

    Ayx dA

    dF

    A

    Fy

    == d

    dt

    d 0lim (2.1)

    dimana dAy adalah luas daerah kontak elemen fluida dengan pelat, dan dFx adalah

    gaya yang diteruskan pelat kepada elemen fluida. tyx menyatakan shear stress pada

    bidang y dengan arah x. Pada selang waktu dt, elemen fluida terdeformasi dari

    kedudukan MNOP ke MNOP. Laju deformasinya adalah:

    Laju deformasi dtd

    tta

    dda

    d==

    0lim (2.2)

    Untuk menghitung shear stress, tyx, pernyataan da/dt harus diganti dengan

    besaran yang terukur. Jarak dl antara titik M dan M adalah dl = du dt, atau untuk

    sudut kecil dl = dy da. Sehingga diperoleh persamaan: yu

    t dd

    dda

    = , dan dengan

    mengambil limit dari kedua sisi persamaan diperoleh:

    dydu

    dtd

    =a

    (2.3)

    Force, FxVelocity, du

    dl

    da

    dy

    dx

    M M' P P'

    N O

    x

    yFluid element

    at time, tFluid element at

    time, t + dt

    Gambar 2.2 Deformasi elemen fluida

  • 8Jadi, elemen fluida pada Gambar 2.2 jika dikenakan shear stress tyx akan

    mengalami laju deformasi (shear rate) sebesar du/dy. Fluida yang laju deformasinya

    sebanding proporsional dengan shear stress atau menurut persamaan berikut:

    dydu

    yx t (2.4)

    digolongkan sebagai fluida Newton. Fluida Newton yang umum kita jumpai adalah

    air dan udara. Bila pada beberapa macam fluida Newton dikenakan shear stress yang

    sama besarnya, dan diperoleh laju deformasi yang berbeda maka fluida yang

    memiliki resistansi yang lebih besar untuk berdeformasi (lebih sulit berdeformasi)

    disebut lebih kental (viskositas lebih besar).

    Konstanta proporsionalitas pada persamaan (2.4) adalah viskositas absolut

    (dinamik), m. Sehingga hukum viskositas Newton untuk aliran satu dimensi diberikan

    seperti persamaan berikut: dydu

    yx mt = (2.5)

    Dimensi dan besaran untuk persamaan (2.5) seperti pada tabel berikut:

    Dimensi simbol SI

    t (shear stress) F/L2 Pa (= N/m2)du/dy (shear strain rate) 1/t 1/sm (absolute viscosity) Ft/L2 sPa (= N.s/m2)

    Perbandingan antara viskositas absolut, m, terhadap densitas, r [M/L3], disebut

    viskositas kinematik, n [L2/t]. Keterangan dimensi: F = gaya; L = panjang; M =

    massa; t = waktu.

    2.1.3 FLUIDA NON NEWTON

    Fluida non-Newton adalah fluida yang shear-stress dan laju deformasinya tidak

    berbanding langsung secara proporsional. Cukup banyak fluida yang sering kita

    temui adalah fluida non-Newton, salah satunya adalah pasta gigi. Pasta gigi berlaku

    seperti fluida ketika ditekan keluar dari tabungnya. Tetapi pasta gigi tidak mengalir

    keluar sendiri ketika tutup tabung dibuka. Karena terdapat ambang tekanan (yield

    stress) dimana pasta gigi masih berlaku sebagai padatan. Dengan kata lain, definisi

    fluida diatas hanya berlaku untuk material yang mempunyai yield stress sama dengan

    nol. Fluida non-Newton umumnya mempunyai perilaku tergantung pada waktu

    (time-dependent) ataupun tidak tergantung waktu (time-independent). Salah satu

  • 9contoh sifat tidak tergantung pada waktu dapat dilihat pada diagram rheologi

    (Gambar 2.3) berikut.

    Sedangkan hubungan antara tyx dan du/dy untuk fluida time-independent untuk

    aliran satu dimensi dinyatakan dalam persamaan:

    n

    yx dydu

    k

    =t (2.6)

    dimana n disebut index perilaku aliran (flow behavior index), dan k adalah index

    konsistensi. Untuk n = 1 dan k = m, persamaan ini menjadi persamaan viskositas

    Newton. Untuk memastikan tyx bertanda sama dengan du/dy, persamaan (2.6)

    dituliskan dalam bentuk:

    dydu

    dydu

    dydu

    kn

    yx ht ==-1

    (2.7)

    Pernyataan 1-

    =n

    dydukh ini disebut sebagai viskositas nyata (apparent). Sebagian

    besar fluida non-Newton memiliki viskositas nyata yang relatif lebih besar

    dibandingkan dengan viskositas air.

    Fluida yang viskositas nyatanya mengecil seiring meningkatnya laju deformasi

    (n1), fluida

    tersebut disebut dilatant. Suspensi tepung pati dan pasir termasuk fluida dilatant.

    Shea

    r st

    ress

    , t

    Deformation rate, du/dy(a)

    Deformation rate, du/dy(b)

    App

    aren

    t vis

    cosi

    ty, h

    Newtonian

    Dilatant

    Pseudoplastic

    Binghamplastic

    Pseudoplastic

    Dilatant

    Newtonian

    Gambar 2.3 (a) Shear stress, t, dan (b) viskositas nyata (apparent), h, sebagaifungsi dari laju deformasi untuk aliran satu dimensi dari berbagai jenisfluida non-Newton

  • 10

    Fluida yang memiliki sifat padatan hingga batas minimum tekanan ambang

    (yield stress), ty, dilewati dan kemudian mempunyai hubungan linier antara stress

    dan laju deformasi, disebut sebagai Bingham plastic ideal. Persamaan shear stress

    untuk Bingham plastic ideal diberikan oleh persamaan (2.8) berikut:

    dydu

    dydu

    pyyx mtt +

    = sgn , yyx tt > (2.8a)

    0=dy

    du, yyx tt < (2.8b)

    Suspensi tanah liat, lumpur sumur bor, dan pasta gigi adalah contoh fluida Bingham

    plastic.

    2.1.4 ALIRAN INTERNAL LAMINAR PADA PELAT PARALEL TAK

    TERBATAS STASIONER

    Aliran yang seluruhnya dibatasi permukaan solid disebut aliran internal. Aliran

    internal yang bergerak dengan karakter struktur alir yang berlapis-lapis (laminae)

    kemudian disebut aliran internal laminar. Pada aliran laminar ini tidak terjadi

    pencampuran secara makroskopik antara lapisan-lapisan alir yang saling berdekatan.

    Bila pada aliran laminar disuntikkan zat pewarna, lapisan tipis yang dibentuk zat

    pewarna tersebut akan tetap terlihat sebagai garis-garis tunggal; tidak terjadi dispersi

    zat pewarna selain difusi secara perlahan-lahan karena pergerakan molekul.

    Untuk aliran incompressible melalui pipa, keadaan aliran (laminar atau

    turbulent) ditentukan menggunakan nilai dari sebuah parameter tak berdimensi, yaitu

    bilangan Reynolds, mr DV=Re , dengan r adalah densitas fluida, V kecepatan

    aliran rata-rata, D diameter pipa dan m adalah viskositas fluida. Pada aliran yang

    dibahas ini, aliran akan turbulent untuk bilangan Reynolds lebih besar dari 1400.

    tyxpControl volume

    dy

    dx

    2a

    ay

    x

    Gambar 2.4 Volume kontrol untuk analisis aliran laminar antara pelat paralel tak

    terbatas stasioner

  • 11

    Bilangan Reynolds digunakan untuk mendapatkan memeriksa apakah solusi yang

    didapat adalah valid.

    Pada Gambar 2.4, dua pelat paralel terpisah sejauh a. Pelat dianggap tak terbatas

    pada arah z, dan tidak memiliki perubahan properti pada arah ini. Aliran juga

    dianggap tunak dan incompressible. Kecepatan untuk komponen x pada pelat bagian

    atas dan bawah adalah nol karena keadaan tanpa slip pada dinding (Keadaan batas:

    pada y=0, u=0 dan pada y=a, u=0). Kecepatan tidak berubah terhadap x sehingga

    tergantung hanya pada y, u = u(y). Persamaan momentum pada volume kontrol

    adalah: 0=xF ; Kita lihat bahwa gaya normal (gaya tekanan/pressure) bekerja pada

    sisi kiri dan kanan dan gaya tangensial (gaya geser/shear) bekerja pada sisi atas dan

    bawah volume kontrol. Jika tekanan pada pusat elemen adalah p, maka gaya tekanan

    pada sisi kiri dan kanan adalah:

    dydzdx

    xp

    p

    -2

    ; dan dydzdx

    xp

    p

    +-2

    Jika shear stress pada pusat elemen adalah tyx maka gaya geser pada bagian sisi

    bawah dan atas adalah:

    dzdxdy

    dy

    d yxyx

    --

    2

    tt ; dan dzdx

    dydy

    d yxyx

    +

    2

    tt

    Dengan menjumlahkan gaya-gaya tersebut, diperoleh:

    0=+

    -dy

    d

    xp yxt atau

    xp

    dy

    d yx

    =t

    (2.9)

    Persamaan (2.9) harus berlaku untuk semua x dan y, untuk ini dibutuhkan

    konstan=

    =xp

    dy

    d yxt

    dan bila diintegrasikan menghasilkan: 1cyxp

    yx +

    =t (2.10)

    yang menunjukkan bahwa shear stress berubah secara linier terhadap y. Untuk fluida

    Newton, shear stress diberikan oleh persamaan (2.5), lalu:

    1cyxp

    dydu

    +

    =m

    Diperoleh profil kecepatan: 212

    2

    1cy

    cy

    xp

    u ++

    =mm

    (2.11)

  • 12

    Konstanta c1 dan c2 diperoleh dari syarat-syarat batas. Apabila pada y=0 dan y=a ,

    u=0, maka c2=0 dan axp

    c

    -=21

    1

    sehingga profil kecepatan:

    ( )

    -

    =-

    =ay

    ay

    xpa

    ayyxp

    u22

    2

    221

    mm(2.12)

    Distribusi shear stress, tyx, menjadi sebagai berikut:

    -

    =

    -

    =+

    =21

    21

    1 ay

    xp

    aaxp

    yxp

    cyxp

    yxt (2.13)

    Sedangkan laju aliran volume diberikan oleh: = A AdVQrr

    untuk kedalaman l pada arah z: =a

    dyulQ0

    ; atau dengan menggunakan Persamaan

    (2.12) diperoleh laju aliran volume untuk kedalaman l sebagai berikut:

    3

    12

    1a

    xp

    lQ

    -=m

    (2.14a)

    Bila xp konstan, tekanan p berubah secara linier sepanjang x dan

    Lp

    L

    pp

    xp D-

    =-

    = 12

    disubstitusikan ke dalam (2.14) menjadikan laju aliran volume:

    Lpa

    lQ

    m12

    3 D= (2.14b)

    Kecepatan rata-rata, V , diberikan oleh persamaan berikut:

    Lpa

    AQ

    Vm12

    2D-== (2.14c)

  • 13

    2.2 FLUIDA ELEKTRO-RHEOLOGI (FER)

    2.2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN ELEKTRORHEOLOGI*

    Sejak abad 19, ilmuwan Duff (1896) dan Quinke (1897) sudah mulai

    mempelajari respons elektro-rheologi walaupun belum mendapatkan perhatian

    sebesar saat Winslow (1947) melakukan penelitian tentang fenomena elektro-viskos.

    Winslow memperkenalkan konsep untuk mengontrol kekentalan dari fluida elektro-

    viskos dengan menggunakan medan listrik. Daya tahan (resistansi) alir fluida itu

    meningkat sebanding dengan medan listrik ketika dikenakan padanya medan listrik

    AC sebesar 4 kV/mm. Beliau mengamati adanya struktur berserat yang terdiri dari

    rantai-rantai partikel yang timbul teratur searah medan listrik yang dikenakan.

    Winslow menyatakan hipotesanya bahwa rantai-rantai partikel yang terinduksi

    medan listrik inilah yang meningkatkan kekentalan fluida. Peristiwa ini bahkan lebih

    dikenal dengan nama efek Winslow.

    Ketidakmampuan untuk mengontrol keadaan fluida dengan cepat dan tepat pada

    awal pengenalan teknologi ini menyebabkan fluida elektro-rheologi sulit

    memperoleh perhatian. Walaupun efek elektro-rheologi telah dikenal lebih dari 50

    tahun, baru sekitar satu dekade terakhir para ilmuwan dan ahli rekayasa menoleh

    kembali kepada teknologi material ini karena kebutuhan akan peredam kejut dan

    suspensi aktif, serta semakin berkembangnya teknologi rekayasa smart material,

    menunjukkan potensi penggunaan material fluida elektro-rheologi yang besar.

    Bidang-bidang yang menjanjikan bagi pengembangan aplikasi teknologi ini antara

    lain adalah peredaman getaran mekanik, menggantikan katup-katup dan aktuator

    hidrolik pada pesawat terbang (aplikasi pada ruang angkasa), suspensi otomotif dan

    peredam getaran pada bangunan tahan gempa.

    2.2.2 MEKANISME KERJA FER[5]

    Ketika medan listrik eksternal dikenakan pada fluida elektro-rheologi (FER),

    kekentalan (viskositas) fluida meningkat dengan karakter Bingham plastic. Pada

    keadaan ini titik yield (batas minimum yield stress) dapat diamati sebagai fungsi dari

    besarnya medan listrik yang dikenakan. Dan ketika medan listrik dihilangkan,

    * Dari berbagai sumber

  • 14

    viskositas fluida kembali normal pada keadaan awal dengan karakter seperti

    layaknya fluida Newton.

    Fluida elektro-rheologi (FER) dapat digolongkan secara umum ke dalam type

    dispersi dan type uniform. Type dispersi FER terdiri dari butiran-butiran padatan

    yang terdispersi pada cairan insulator (insulating oil). Butiran-butiran padat itu

    adalah bahan dielektrik yang mampu menghantar listrik ataupun dapat dipolarisasi.

    Medium pendispersi haruslah insulator (non-conducting), ataupun dapat berupa

    cairan organik. Sedangkan salah satu contoh type uniform FER adalah kristal cair

    (liquid crystal) yang bila ada medan listrik di sekitarnya koefisien viskositasnya akan

    meningkat.

    Konduktivitas FER ini biasanya sangat rendah sehingga daya listrik yang

    dibutuhkan untuk dapat mengubah dari Newton ke Binghamplastic juga rendah

    walaupun membutuhkan tegangan listrik yang tinggi. FER adalah material yang

    sangat unik dan mempunyai fungsi yang fantastis. Jika sinyal listrik diberikan

    sebagai sinyal input pada FER, akan diperoleh keluaran berupa sinyal mekanik

    (viskositas fluida) dengan respons yang cepat dan reversible.

    Mekanisme kerja FER digambarkan seperti pada Gambar 2.6. Untuk selanjutnya

    butiran-butiran dielektrik disebut fasa terdispersi dan cairan insulator disebut

    medium pendispersi. Pada saat tidak ada medan listrik, dispersi ER berlaku seperti

    dispersi pada umumnya (Gambar 2.6a). Ketika medan listrik dikenakan pada dispersi

    ER, partikel-partikel fasa terdispersi terpolarisasi . Partikel-partikel yang terpolarisasi

    ini tarik-menarik karena adanya inter aksi elektrostatik. Tarik-menarik ini

    membentuk deretan rantai-rantai yang terjadi diantara elektroda positif dan negatif

    (Gambar 2.6b). Deretan rantai-rantai inilah yang menyebabkan daya melawan

    Gambar 2.5 Properti stress Fluida ER

  • 15

    terhadap aliran shear dan aliran tekanan, mengakibatkan terjadinya yield pada shear

    stress (efek ER).

    2.2.3 KARAKTERISTIK FER

    Karakteristik FER yang biasa dijumpai adalah sebagai berikut:

    1. Shear stress terinduksi besar.

    2. Kerapatan arus yang terjadi kecil, sehingga konsumsi daya juga kecil.

    3. Viskositas pada medan nol adalah rendah, dan fluiditasnya baik.

    4. Respons sangat cepat (dalam milidetik).

    5. Durabilitas cukup baik.

    6. Partikel fasa terdispersi tidak mengendap untuk waktu yang lama.

    7. Dapat bereaksi terhadap medan listrik AC ataupun DC.

    8. Shear stress terinduksi hampir tidak dipengaruhi shear rate.

    9. Shear stress terinduksi yang besar dapat diperoleh walaupun mendapat shear

    rate yang tinggi.

    10. Jangkauan daerah temperatur operasi lebar.

    Gambar 2.6 Mekanisme efek ER

  • 16

    2.3 GETARAN MEKANIS

    Getaran mekanis berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang

    berhubungan dengan gerak itu. Suatu gerakan benda disebut getaran jika gerakan

    benda itu tampak berulang kembali dalam interval waktu tertentu. Pada umumnya,

    getaran merupakan bentuk energi sisa, dan pada berbagai kasus getaran tersebut tidak

    diinginkan. Sebagai contoh getaran semacam ini adalah getaran yang dialami

    penumpang ataupun muatan yang berada di dalam kendaraan akibat ketidakrataan

    permukaan jalan.

    Secara umum, terdapat dua buah getaran yaitu getaran bebas dan getaran paksa.

    Getaran bebas terjadi bila suatu sistem berosilasi akibat gaya yang ada dalam sistem

    itu sendiri. Hal ini berarti tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem. Sistem yang

    mengalami getaran ini, akan bergetar pada frekuensi alaminya. Getaran paksa terjadi

    jika sistem mengalami eksitasi dari gaya luar. Jika gaya luar ini merupakan suatu

    osilasi, maka sistem akan dipaksa untuk bergetar pada frekuensi eksitasi tersebut.

    Jika frekuensi eksitasi sama dengan frekuensi alami dari sistem, maka akan terjadi

    resonansi. Resonansi akan mengakibatkan terjadinya osilasi yang besar. Osilasi yang

    besar biasanya tidak diinginkan, sehingga frekuensi alami menjadi hal yang sangat

    penting dalam masalah getaran. Dalam kondisi nyata, hampir seluruh sistem yang

    bergetar akan mengalami redaman. Redaman terjadi akibat energi yang terbuang

    menjadi bentuk energi panas yang ditimbulkan oleh gesekan. Jika redaman sistem

    kecil, maka pengaruh redaman sangat kecil terhadap frekuensi alami. Redaman

    merupakan hal yang penting dalam membatasi osilasi pada saat terjadi resonansi.

    Untuk menggambarkan gerak suatu sistem diperlukan sistem koordinat tertentu.

    Jumlah koordinat bebas yang diperlukan untuk menggambarkan gerak suatu sistem

    dikenal sebagai derajat kebebasan sistem. Suatu partikel bebas yang mengalami

    gerak umum dalam ruang akan memiliki tiga derajat kebebasan. Benda kaku akan

    memiliki enam derajat kebebasan, yaitu tiga komponen posisi dan tiga komponen

    sudut yang menyatakan orientasinya. Benda elastik kontinu akan memerlukan derajat

    kebebasan yang tak berhingga, mengingat benda demikian akan bergerak dalam

    jumlah koordinat yang tak berhingga. Dalam kebanyakan kasus, bagian dari benda

    dapat dianggap tegar (rigid) dan sistem secara dinamis dapat dianggap ekivalen

    dengan sistem yang mempunyai derajat kebebasan berhingga.

  • 17

    Untuk menurunkan persamaan gerak sistem terdapat berbagai cara seperti

    metoda energi, hukum gerakan Newton, persamaan Lagrange, dan lain sebagainya.

    Dalam perancangan ini akan digunakan hukum Newton II, yang dapat dituliskan

    sebagai berikut:

    = xmGaya &&)( (2.15a)

    = a&&ITorsi)( (2.15b)dimana : m = massa

    I = momen inersia

    x = perpindahan pada arah gerak massa

    a = sudut rotasi dari momen inersia

    Apabila suatu sistem gerakan memiliki n buah derajat kebebasan, maka akan

    diperlukan n buah persamaan diferensial orde dua untuk menggambarkan sistem

    tersebut. Persamaan gerak sistem selanjutnya dapat dinyatakan dalam bentuk matriks

    sebagai berikut:

    FKxxCxM =++ &&& (2.16)

    dimana : M = matriks massa = [mij]

    C = matriks redaman = [cij]

    K = matriks kekakuan = [kij]

    x = vektor perpindahan = [xi]

    F = vektor Gaya Luar = [Fi]

    i, j = 1, 2, 3,

    Sistem yang memiliki n derajat kebebasan akan memiliki n buah frekuensi

    alami. Frekuensi alami merupakan sifat yang tidak akan berubah walaupun

    digunakan sistem koordinat yang berbeda untuk menggambarkan gerak sistem.

    Penggunaan sistem koordinat yang berbeda akan menghasilkan matriks M, K, dan C

    yang berbeda pula. Modus getar (mode of vibration) sistem akan berhubungan

    dengan frekuensi alami tersebut. Modus getar sistem itu sendiri akan ditentukan oleh

    kondisi awal sistem. Kondisi awal tertentu akan dapat menghasilkan sistem yang

    bergetar pada salah satu frekuensi alaminya saja. Modus getar ini disebut sebagai

    modus alami.

  • 18

    2.4 SISTEM SUSPENSI SEPEREMPAT KENDARAAN

    Sistem suspensi kendaraan terdiri atas susunan pegas, peredam kejut, ban dan

    konstruksi penopangnya. Secara kasar pembagian gaya adalah massa beban mobil

    ditopang oleh pegas dan peredam kejut yang disusun paralel. Pegas dan peredam

    kejut menumpu pada suatu sistem sumbu, dan total sistem sumbu ini bertumpu pada

    ban. Hubungan ini pada implementasinya dapat disusun dengan berbagai macam

    posisi dan ukuran.

    Sebuah model harus diturunkan dari sistem suspensi tersebut untuk keperluan

    analisis dan perhitungan. Model yang diinginkan adalah model yang dapat dengan

    mudah diperoleh persamaan matematisnya guna kepentingan analisis. Bila gerak

    yang ditinjau hanya pada arah vertikal maka model tersederhana adalah seperti

    terlihat pada Gambar 2.7.

    Model terdiri atas :

    1. Massa sprung, m1, berupa massa benda tegar.

    2. Massa unsprung, m2, juga berupa massa benda tegar.

    3. Pegas suspensi, k1, adalah pegas murni yang memenuhi hukum Hooke: xkF D= .

    4. Pegas model, k2, representasi dari ban, adalah juga pegas murni.

    5. Dan terakhir adalah peredam kejut murni yang memiliki model matematis:

    xcF &.= (hukum Stokes)

    Mengingat semua komponen tersebut dapat dikarakterisasi oleh sebuah

    parameter, maka ada lima parameter penting yang harus ada. Lima parameter

    tersebut diperinci pada tabel 2.1.

    Gambar 2.7 Model suspensi pasif seperempat kendaraan

    m1

    m2

    x1

    x2

    x0

    k1

    k2

    c

  • 19

    Tabel 2.1 Parameter-parameter model sistem suspensi

    Parameter Simbol Satuan

    Massa sprung m1 KgMassa unsprung m2 KgKonstanta pegas suspensi k1 N/mKonstanta pegas model ban k2 N/mKonstanta redaman peredam kejut C Ns/m

    Model sistem suspensi aktif dibangun dengan menambahkan sebuah aktuator

    yang dipasang paralel dengan pegas dan peredam kejut. Model konfigurasi ini adalah

    seperti tampak pada Gambar 2.8. Bagi sistem suspensi kehadiran aktuator

    memberikan tambahan gaya secara dinamis. Dengan demikian variabel penting yang

    menghubungkan sistem suspensi dengan aktuator adalah gaya (F).

    2.4.1 DINAMIKA SISTEM SUSPENSI AKTIF MODEL SEPEREMPAT

    KENDARAAN

    Penurunan model dinamik sistem dilakukan dengan menggunakan hukum

    Newton. Skema model diperlihatkan pada Gambar 2.8.

    Untuk massa sprung, m1, berlaku :

    uxxcxxkxm +----= )()( 2121111 &&&&

    dan untuk massa unsprung, m2, berlaku :

    ).()()( 2021212122 xxkuxxcxxkxm -+-----= &&&&

    Persamaan di atas diatur sehingga berbentuk seperti :

    m1

    m2

    x1

    x2

    x0

    k1

    k2

    cu

    Gambar 2.8 Model suspensi aktif seperempat kendaraan

  • 20

    12

    11

    12

    1

    11

    1

    11 m

    ux

    mc

    xmc

    xmk

    xmk

    x ++-+-= &&&& (2.17)

    02

    2

    22

    21

    22

    2

    211

    2

    12 xm

    kmu

    xmc

    xmc

    xm

    kkx

    mk

    x +--++

    -= &&&& (2.18)

    Persamaan dinamika di atas dapat ditulis dalam bentuk vektor keadaan seperti

    berikut:

    wum

    m

    mk

    mk

    mc

    mc

    mk

    mc

    mc

    -

    +

    -+

    -

    --

    --

    =

    1

    0

    0

    0

    0

    0

    1

    1

    0010

    0011

    0

    2

    1

    2

    2

    2

    1

    22

    1

    1

    11

    vv& ; (2.19 a)

    di mana:

    --

    =

    =

    02

    21

    2

    1

    4

    3

    2

    1

    xx

    xx

    x

    x

    v

    v

    v

    v

    v&

    &

    , dan 0xw &=

    Bila percepatan massa sprung, defleksi ruang suspensi, dan defleksi ban adalah

    besaran-besaran yang dapat diukur dari sistem tersebut, maka didapatkan vektor

    keluaran sistem:

    umm

    km

    cm

    c

    +

    --

    =0

    0

    1

    1000

    0100

    011

    1

    11

    vy ; (2.19 b)

    di mana:

    --=

    02

    21

    1

    xx

    xx

    x

    y

    &&

    .

    2.5 OPTIMASI SISTEM

    Dalam perancangan sistem kontrol, dikehendaki agar sistem memenuhi

    spesifikasi performansi tertentu. Spesifikasi performansi ini biasanya dinyatakan

    dengan index performansi (IP) atau kriteria optimisasi. IP adalah fungsi yang

    nilainya menandakan seberapa baik performansi aktual sistem bila dibandingkan

    dengan performansi yang diinginkan. Pemilihan IP sangat penting, karena bentuk IP

  • 21

    menentukan hasil sistem kontrol menjadi linier, nonlinier, stasioner ataupun berubah

    terhadap waktu. Perekayasa kontrol merumuskan index ini berdasarkan kebutuhan.

    Suatu sistem kontrol dapat dinyatakan optimal bila nilai-nilai parameter yang

    dipilih dapat menghasilkan IP terpilih bernilai minimum atau maksimum, tergantung

    pada keadaan. Nilai-nilai parameter-parameter yang optimal tergantung langsung

    pada IP yang dipilih. IP harus mampu memberikan kejelasan antara pengaturan

    parameter yang optimal dan yang tidak optimal. IP juga harus menghasilkan sebuah

    bilangan positif atau nol. Dan agar dapat digunakan pada sistem, IP harus merupakan

    fungsi dari parameter-parameter sistem yang akan menghasilkan minimum atau

    maksimum.

    2.6 SISTEM KONTROL OPTIMAL LINEAR QUADRATIC

    Pemilihan vektor kontrol u(t) dalam perancangan sistem pada persamaan (2.17)

    haruslah dapat menghasilkan nilai index performansi (IP) yang optimal. Aturan-

    aturan linier kontrol, u(t) = K x(t), dengan K adalah matriks r x n, dapat diperoleh

    dari IP, dengan batas-batas integrasi 0 dan , seperti berikut:

    =0

    ),( dtLJ ux

    dengan L(x,u) adalah fungsi quadratic atau fungsi Hermitian.

    Vektor kontrol linier u(t) = K x(t) dapat dituliskan sebagai berikut:

    -=

    nrnrr

    n

    n

    r x

    x

    x

    kkk

    kkk

    kkk

    u

    u

    u

    .

    .

    .

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    ...

    .

    .

    .2

    1

    21

    22221

    11211

    2

    1

    Perancangan sistem kontrol optimal dan sistem regulator optimal yang berdasar pada

    IP quadratic tersederhanakan dengan mencari elemen-elemen matriks K.

    Indeks performansi quadratic:

    ( )

    +=0

    ** dtJ RuuQxx (2.20a)

    dengan Q matriks Hermitian definit non-negatif atau matriks simetris riil, R matriks

    Hermitian definit positif atau matriks simetris riil. Perlu dicatat bahwa IP quadratic

  • 22

    riil adalah IP quadratic kompleks (IP Hermitian) untuk kasus khusus. IP untuk sistem

    yang memiliki vektor dan matriks riil dapat dituliskan dengan persamaan berikut:

    ( )

    +=0

    dtI TT RuuQxx (2.20b)

    Tinjau kembali persamaan sistem ruang keadaan baku seperti berikut:

    )()()( ttt BuAxx +=& (2.21a)

    )()()( ttt DuCxy += (2.21b)

    Matriks K dari vektor kontrol optimal:

    )()( tt Kxu -= (2.22)

    harus dapat meminimisasi IP quadratic diatas, persamaan (2.20a). Matriks Q dan R

    menyatakan hubungan kepentingan antara galat (error) dan pengeluaran energi

    sinyal kontrol.

    Jika elemen-elemen yang tidak diketahui dari matriks K dapat ditentukan dan

    juga berhasil meminimisasi nilai IP, maka )()( tt Kxu -= adalah optimal untuk setiap

    keadaan awal x(0). Diagram blok pada Gambar 2.9 menunjukkan konfigurasi

    optimal tersebut.

    Jika persamaan (2.22) disubstistusikan ke persamaan (2.21a) akan diperoleh

    hubungan berikut:

    ( )xBKABKxAxx -=-=&Dalam hal ini matriks (A BK) diasumsikan stabil, atau memiliki nilai-nilai eigen

    yang riil negatif.

    Jika persamaan (2.22) disubstitusikan ke persamaan (2.20a), akan diperoleh

    Indeks Performansi yang dapat dituliskan sebagai berikut:

    J = ( ) ( )

    +=+00

    **** dt*dt xRKKQxRKxKxQxx (2.23)

    Guna menyelesaikan masalah optimisasi parameter, digunakan persamaan (2.24)

    untuk menghasilkan persamaan (2.25).

    uBuAxx +=&

    -K

    x

    Gambar 2.9 Sistem kontrol optimal

  • 23

    )*(*(* PxxxRKKQxdtd

    ) -=+ (2.24)

    ( ) ( )[ ]xBKAPPBKAxxPxPxxxRKKQx -+--=--=+ *****(* &&) (2.25)Persamaan yang terakhir ini harus berlaku untuk setiap x dan untuk itu

    dibutuhkan persamaan (2.26).

    ( ) ( ) ( )RKKQBKAPPBKA ** +-=-+- (2.26)Dengan menggunakan metoda Liapunov kedua, jika (A BK) adalah matriks

    yang stabil maka ada sebuah matriks definit positif P yang memenuhi (2.26).

    Selanjutnya persamaan (2.24) diintegralkan menurut persamaan (2.23) dengan

    memperhatikan bahwa x() = 0, maka IP dapat dituliskan sebagai berikut:

    )0()0(* xPx=J (2.27)

    Persamaan-persamaan berikut ini akan memberikan solusi permasalahan kontrol

    optimal linear quadratic.

    Matriks optimal K diberikan oleh persamaan berikut:

    PBRK *1-= (2.28)

    Sehingga vektor kontrol optimal diberikan oleh persamaan:

    )(*)()( 1 ttt xPBRxKu --=-= (2.29)

    Matriks P pada persamaan (2.28) harus dapat memenuhi persamaan (2.26) atau

    persamaan tereduksi ini:

    0QPBPBRPAPA =+-+ - ** 1 (2.30)

    Persamaan (2.30) ini dikenal sebagai persamaan matrikstereduksi Riccati.

    Langkah-langkah perancangan sistem kontrol optimal linear quadratic adalah

    sebagai berikut:

    1. Pecahkan persamaan (2.30), persamaan Riccati, untuk mendapatkan matriks P.

    2. Substitusikan matriks P tersebut ke dalam persamaan (2.28). Matriks K yang

    didapat adalah yang optimal.

    Persyaratan stabil dari (A BK) ekivalen dengan memeriksa matriks berikut ini:

  • 24

    Rank

    -121

    21

    21

    .

    .

    .

    nAQ

    AQ

    Q

    = n (2.31)

    Keadaan rank dari matriks pada persamaan (2.31) yang sama dengan orde

    system (n) adalah cukup untuk memeriksa kestabilan matriks (A BK).

    Pendekatan lain untuk mendapatkan matriks penguatan umpan-balik optimal K:

    1. Matriks P pada persamaan (2.26) dijadikan sebagai fungsi dari K.

    2. Substitusi matriks P tersebut pada persamaan (2.27) sehingga IP menjadi fungsi

    dari K.

    3. Hitung elemen-elemen K sehingga IP terminimisasi. Minimisasi J terhadap

    elemen-elemen kij dari K dapat diperoleh dengan mengeset ijkJ sama dengan

    nol dan menyelesaikannya untuk mendapatkan nilai optimal kij.

    2.6.1 INTEGRAL PERFORMANSI SECARA UMUM

    Banyak kasus dapat diformulasikan dengan indeks performansi seperti pada

    persamaan (2.20), tetapi dalam beberapa kasus dijumpai term persilangan

    NxuuNxuNx *****2 += dalam integral performansi. Penguatan optimum

    dalam kasus seperti ini dapat dicari dengan metode yang sama seperti pada sub bab

    sebelum ini.

    Penguatan optimum akan didapatkan seperti pada persamaan (2.32).

    N)P*(BRK 1 += - (2.32)

    dimana matriks P memenuhi persamaan matriks Riccati (2.33) berikut ini:

    0** 1 =+-+ - QPBPBRAPPA (2.33)

    dengan NRBAA 1--= (2.34)

    NRNQQ 1--= * (2.35)

    Dari sini dapat dicoba cara lain untuk membuktikan penguatan tersebut. Sinyal

    kontrol u dapat diambil seperti pada persamaan (2.36)

    xNRvu 1--= (2.36)

  • 25

    Lalu disubstitusikan ke dalam persamaan umum ruang keadaan sistem seperti di

    bawah ini:

    vBx A vBN)xBRAx +=+-= 1( -& (2.37)

    Indeks/integral performansi yang akan diminimalkan adalah:

    ( )dt*****J

    +++=0

    uRuxNuuNxxQx (2.38)

    IP pada persamaan (2.38) bila menggunakan persamaan (2.36) akan menjadi seperti

    persamaan berikut ini:

    ( ) ( ) ( ) ( )xNRvRRNxvxNRNxvxNRvNxxQx 1111 ****** ---- --+-+-+ ***( ) RvvxNRNQx *** +-= (2.39)

    Usaha meminimalkan nilai dari persamaan (2.38) untuk proses sebenarnya

    adalah ekivalen dengan minimisasi dari persamaan (2.40):

    ( )

    +=0

    ** dtJ RvvxQx (2.40)

    untuk persamaan matriks proses vBx A x +=& . Nilai minimum dari J dapat

    diperoleh dari vektor kontrol yang menggunakan matriks K dari sub bab terdahulu.

    Persamaan (2.41) berikut ini adalah vektor kontrol untuk mengoptimalkan persamaan

    (2.40).

    xKv -= (2.41)

    dimana matriks penguatan untuk v diberikan oleh: PBRK *1-= . Matriks P harus

    memenuhi persamaan (2.33) agar menghasilkan persamaan berikut ini:

    ( ) xKxNRPBRu * 11 -=--= -- (2.42)dengan K diberikan pada persamaan (2.32).

  • 26

    BAB III

    PEMODELAN SISTEM

    3.1 KARAKTERISTIK BAHAN FLUIDA ELEKTRORHEOLOGI

    Fluida elektrorheologi yang akan digunakan pada tugas akhir ini adalah

    fluida TX-ER6 (Nippon Shokubai Co., Ltd., 1999). Typical data yang diberikan

    pihak manufaktur antara lain adalah diagram shear stress terinduksi terhadap

    medan listrik, seperti pada gambar 3.1 berikut.

    Yield stress dinamik untuk fluida tersebut dapat didekati sebagai persamaan

    polinom (derajat banyak). Setelah membandingkan beberapa orde pendekatan

    kurva dengan memperhatikan besar residual norm, penulis mengambil pendekatan

    polinom orde lima sehingga diperoleh fungsi medan listrik seperti berikut:

    012

    23

    34

    45

    5)( aEaEaEaEaEaEy +++++=t (3.1)

    Gambar 3.1 Shear stress terinduksi terhadap medan listrik pada laju geser

    200/sec untuk TX-ER6[5]

  • 27

    Koefisien polinom dapat diperoleh menggunakan dengan metode least-squares fit,

    yang cara mendapatkannya dapat dilihat pada lampiran A.1. Untuk medan listrik

    AC 50 Hz: a0 = 2,7645 Pa, a1 = 40,2403 Pa mm kV-1, a2 = 27,5004 Pa mm

    2kV-2,

    dan a3 = 51,9837 Pa mm3 kV-3, a4 = 13,3152 Pa mm

    4 kV-4, a5 = 1,2737 Pa mm5

    kV-5 dengan residual norm = 5.2968 x 10-012. Bagi medan listrik DC: a0 = 11.0263

    Pa, a1 = 82,0472 Pa mm kV-1, a2 = 237,9117 Pa mm

    2 kV-2, dan a3 = 126,6655

    Pa mm3 kV-3, a4 = 38,7015 Pa mm4 kV-4, a5 = 3,6857 Pa mm

    5 kV-5 dengan

    residual norm = 1,5664 x 10-011. Dari pihak manufaktur disebutkan bahwa TX-

    ER6 dapat dianggap mempunyai viskositas absolut nominal, m0, konstan sebesar

    0,035 Poise. Tabel 3.1 berikut ini memudahkan penulis untuk meninjau koefisien-

    koefisien polinom tersebut.

    Tabel 3.1 Koefisien polinom Yield Stress sebagai fungsi dari Medan Listrik

    a0 a1 a2 a3 a4 a5AC 50 Hz 2,7645 40,2403 27,5004 51,9837 13,3152 1,2737

    DC 11,0263 82,0472 237,9117 126,6655 38,7015 3,6857

    3.2 SKETSA MODEL PEREDAM KEJUT ELEKTRORHEOLOGI

    Petugas akhir mencoba mengembangkan model matematis peredam kejut

    FER sebagai dasar untuk perancangan lebih jauh. Penurunan model matematis

    peredam ini menggunakan mekanisme aliran fluida Newton dan plastik-Bingham

    untuk memperoleh harga peredaman viskos ekivalennya.

    Asumsi-asumsi dan batasan-batasan yang digunakan pada pemodelan ini

    diantaranya adalah:

    1. Analisis dilakukan dengan pendekatan aliran pelat paralel stasioner 1 dimensi

    dan dengan batasan bahwa celah elektroda relatif cukup kecil terhadap

    diameter piston.

    2. Pada analisis aliran geser Newton, aliran adalah quasi-steady dan berkembang

    penuh.

    3. Tidak ada aliran yang melewati kepala piston.

  • 28

    4. Rugi-rugi tahanan gesek fluida yang keluar dan masuk celah saluran

    diabaikan.

    5. Yield stress dinamik dan viskositas plastik adalah hanya merupakan fungsi

    dari tegangan listrik yang diaplikasikan. Dan hanya keduanya-lah properti dari

    material yang diperhatikan.

    6. Inersia fluida diabaikan.

    7. Komponen-komponen peredam dianggap tidak bermassa.

    8. Tekanan yang didapat dari gerakan piston berubah linier sepanjang celah

    elektroda.

    Sketsa gambar konsep peredam kejut FER[1] yang digunakan adalah seperti

    berikut:

    Pada penurunan model matematis, reservoir gas seperti pada gambar konsep

    tidaklah diperhitungkan. Reservoir gas, yang secara nalar diberi tekanan yang

    V

    d1

    FR

    L

    d2

    d3 a

    batang piston

    fluida ER

    saluran ER

    GASpiston

    mengambang

    silinder dalam

    piston

    silinder luar

    sumbertegangan

    sekat

    P1

    P2

    Gambar 3.2 Gambar konsep peredam kejut yang berisi FER

  • 29

    lebih besar dari drop tekanan maksimum yang diperkirakan terjadi pada piston,

    akan menaikkan tekanan total di dalam peredam kejut. Hal ini akan menghindari

    terjadinya tekanan di sebelah atas piston lebih kecil dari tekanan atmosfer

    sehingga mencegah terjadinya kavitasi selama kompresi dan mencegah udara

    terambil masuk lewat sekat batang piston ke dalam.

    Pada rancangan ini dikembangkan gaya redaman yang bergantung pada

    kecepatan karena adanya drop tekanan sepanjang celah elektroda begitu piston

    peredam dikenakan gaya.

    3.3 PEMODELAN PEREDAM KEJUT MENGGUNAKAN

    PENDEKATAN GEOMETRI 1D PELAT PARALLEL

    Kita lihat kembali Gambar 2.4 yang ditampilkan pada Gambar 3.3 berikut ini.

    Persamaan (2.9) yang merupakan persamaan kesetimbangan gaya, juga akan

    ditampilkan kembali pada persamaan berikut ini:

    konstan=

    =x

    p

    dy

    yxdt

    Tekanan, p, diasumsikan berubah linier sepanjang celah dan jarak Lx =D , maka

    persamaan diatas dapat dituliskan seperti pada persamaan (3.2).

    konstankonstan =D

    ==DD

    =Lp

    dyd

    xp

    dyd tt

    (3.2)

    Persamaan (3.2) bila diintegralkan akan diperoleh persamaan berikut:

    1cyLp

    +D

    =t (3.3)

    tyxpControl volume

    dy

    dx

    2a

    ay

    x

    Gambar 3.3 Volume kontrol untuk analisis aliran antara pelat

    paralel tak terbatas stasioner

  • 30

    Persamaan (3.2) dan (3.3) ini adalah acuan awal analisis yang akan dilakukan

    pada sub bab selanjutnya.

    3.3.1 FER SEBAGAI FLUIDA NEWTON

    Konstanta peredaman viskos, C, akan dicari menggunakan mekanisme aliran

    Newton, yang adalah pendekatan model FER tanpa medan listrik. Pada kasus

    fluida Newton, shear stress t proporsional terhadap gradien kecepatan pada

    celah, seperti berikut:

    dydu

    0mt = (3.4)

    dimana m0 adalah viskositas absolut (pada laju geser nol), yang dapat digunakan

    sebagai pendekatan sifat FER saat tanpa ada medan listrik. Substitusikan (3.4) ke

    (3.4) lalu diintegrasi untuk memperoleh profil kecepatan:

    10 cyLp

    dydu

    +D

    =m

    ( ) 20

    12

    02u cy

    cy

    Lp

    y ++D

    =mm

    (3.5)

    c1 dan c2 dapat dihitung dari syarat-syarat batas: u(y = 0) = 0 dan u(y = a) = 0.

    0;2 21

    =D

    -= cLpa

    c

    Profil kecepatan pada celah elektroda akan menjadi tampak seperti pada

    persamaan (3.6).

    ( )ayyL

    pyN -

    D= 2

    02)(u

    m (3.6)

    Dari prinsip kontinuitas, fluks volume yang melalui celah elektroda QN, harus

    sama dengan fluks volume yang dipindahkan kepala piston, QP = A v0, dimana A

    adalah luas penampang kepala piston dan v0 kecepatan piston.

    ( ) -D

    ==aa

    NN ayyLpl

    dylyuQ0

    2

    00 2)(

    m

    pL

    laQN D-=

    0

    3

    12m (3.7)

  • 31

    dimana: a : jarak antar dinding elektroda

    l : kedalaman saluran

    L : panjang saluran

    pD : beda tekanan pada piston

    m0 : viskositas absolut fluida

    Karena QN = QP, dan mengingat bahwa hubungan beda tekanan dan gaya F adalah

    AFp -=D , maka diperoleh

    03012 AvlaL

    pm

    -=D (3.8)

    0vCF N= (3.9)

    dimana konstanta peredaman (damping) viskos CN adalah sebagai berikut:

    0mNNC G= (3.10)

    dengan GN merupakan faktor geometri peredam kejut:

    laLA

    N 3

    212=G (3.11)

    3.3.2 FER SEBAGAI PLASTIK BINGHAM

    Material plastik Bingham berlaku seperti benda padat di bawah batas shear

    stress tertentu yang disebut yield stress. Keadaan pada tingkat stress ini biasanya

    disebut keadaan pre-yield. Pada keadaan pre-yield ini, material kaku (rigid) dan

    tidak mengalir. Ketika shear stress melampaui yield stress, material disebut berada

    pada keadaan post-yield dan berlaku seperti fluida viskos. Atau dapat dikatakan

    bahwa shear stress pada material harus melebihi yield stress dinamik sebelum

    material dapat mengalir. Perilaku material ini dapat dilihat seperti pada Persamaan

    (2.8).

    Yield stress dinamik, ty, diasumsikan semata-mata adalah fungsi polinom

    dari medan listrik. Dan mp adalah viskositas plastik dan diasumsikan tidak

    bergantung pada besar medan listrik untuk menyederhanakan analisis. Aliran

    Newton dapat dilihat sebagai kasus khusus dari aliran plastik Bingham dengan

    yield stress dinamik sama dengan nol.

  • 32

    Profil kecepatan pada pelat elektroda parallel untuk plastik Bingham dengan

    adanya gradien tekanan linier sepanjang sumbu x dapat dilihat pada gambar (3.4).

    Profil aliran dibagi menjadi 3 daerah. Pada daerah pertama dan ketiga, shear

    stress lebih besar dari yield stress, sehingga kedua daerah ini berada pada keadaan

    post-yield. Daerah kedua adalah bersifat padat dan kaku karena shear stress

    padanya lebih kecil dari pada yield stress. Daerah 2 disebut pada pre-yield dan

    mengalami aliran padatan (plug). Masing-masing daerah akan dilihat tersendiri

    profil kecepatannya.

    Daerah 1 (post-yield): 0 < y < a1, ytt > , 0>dydu , sehingga shear stress:

    dydu

    y mtt += (3.12)

    Persamaan ini dimasukkan ke dalam persamaan (3.3):

    1cyLp

    dydu

    y +D

    =+ mt

    persamaan diatas dapat dituliskan sebagai:

    1*cy

    Lp

    dydu

    +D

    =m , dengan ycc t-= 11* (3.13)

    Persamaan (3.13) bila diintegralkan untuk memperoleh profil kecepatan akan

    menjadi seperti berikut ini:

    2

    1*

    2

    2cy

    cy

    Lp

    u ++D

    =mm

    (3.14)

    dimana c*1 dan c2 dapat dihitung dari syarat-syarat batas di bawah ini:

    0

    0)0(

    1

    =

    ==

    =aydydu

    yu

    Gambar 3.4 Profil kecepatan yang dapat terjadi pada pelat parallel

    a1

    pday

    x

    a2

    Daerah 1

    Daerah 2

    Daerah 3

  • 33

    Aliran padatan berkecepatan konstan sehingga percepatan pada titik pertemuan

    antara fluida alir dan padatan haruslah nol, dan kecepatan pada dinding stasioner

    adalah nol. Syarat batas tersebut akan memperoleh persamaan berikut ini:

    02

    11

    11

    *

    =

    D-=D-=

    c

    pLa

    cpLa

    c yt

    Profil kecepatan pada daerah 1 akan menjadi seperti yang tertera pada persamaan

    (3.15).

    ( )yayLp

    y

    yp

    La

    yLp

    y

    B

    B

    12

    1

    1

    21

    22

    )(u

    atau,2

    )(u

    -D

    =

    D-+

    D=

    m

    mm (3.15)

    Fluks volume pada daerah 1 dapat diketahui seperti berikut:

    ( )

    -

    D==

    1 1

    0 0

    21

    311 22)(

    a aBB dyyay

    Lp

    dyyyuQm

    pp

    ( ) 410

    313

    2441

    1 1251

    aLp

    yayLp

    Qa

    B

    mp

    mp D

    -=-D

    = (3.16)

    Daerah 2 (pre-yield): a1 < y < a2, ytt < , 0=dydu

    Ini adalah daerah aliran padat (plug), dan dari 0=dydu diketahui bahwa

    pB2 ukonstanu == (3.17)

    dimana up adalah kecepatan plug, dan shear stress tampak pada persamaan (3.18).

    1cyLp

    +D

    =t , (3.18)

    Pada batas-batas plug, shear stressnya adalah sama dengan yield stress FER.

    yay tt -== )( 1 dan yay tt == )( 2

    Shear stress tersebut di atas ini bila masing-masing dimasukkan ke dalam

    persamaan (3.18) akan menghasilkan persamaan berikut:

    11 caLp

    y +D

    =-t 12 caLp

    y +D

    =t

  • 34

    Persamaan pertama dikurangi oleh persamaan kedua untuk menghilangkan c1

    akan menghasilkan persamaan (3.19).

    )(2 12

    aaLp

    y -D

    =t (3.19)

    Memecahkan persamaan di atas untuk mencari tebal plug, dp = (a2 a1), dan

    dengan mengingat bahwa AFp -=D pada kasus ini adalah negatif, maka akan

    diperoleh persamaan (3.20).

    pyy

    F

    LA

    p

    Laa d

    tt==

    D=-

    2212 (3.20)

    Fluks volume pada daerah 2 diperoleh sebagai berikut:

    ( )2122222

    1

    )(2 aaudyyuyQ p

    a

    a

    BB -== pp (3.21)

    Daerah 3 (post-yield): a2 < y < a, ytt > , 0

  • 35

    ( )aaaLp

    aL

    paa

    Lp

    c 2222

    3 222+-

    D=

    D+

    D-=

    mmm

    Profil kecepatan pada daerah 3 adalah:

    ( )

    ( )22222

    22

    23

    222

    222

    )(u

    aaayayLp

    aaaLp

    yaLp

    yLp

    yB

    -+-D

    =

    +-D

    +D

    -D

    =

    m

    mmm (3.25)

    Fluks volume yang melalui daerah 3:

    ( )( )dyyaaayayLp

    dyyuyQa

    a

    a

    a

    BB -+-D

    ==2 2

    22

    22

    333 22)(2 m

    pp

    ( )[ ]aa

    B yaaayayLp

    Q2

    2221

    23

    2324

    41

    3 -+-D

    =m

    p

    ( ) ( )[ ]22221323223242414213232324413 aaaaaaaaaaaaaLp

    Q B -+---+-D

    =m

    p

    ( )42125322222132314413 aaaaaaaaLp

    Q B +-++-D

    =m

    p(3.26)

    Pada persamaan-persamaan di atas dijumpai dua bilangan tak diketahui, yaitu

    a1 dan a2, dan kita hanya menjumpainya dalam satu persamaan (3.20):

    F

    LAaa y

    t212 =- F

    LAaa y

    t221 -= (3.27)

    Persamaan lain dapat dibangun dari kecepatan plug, up, yang konstan:

    konstan)(u)(uu 2311 === aaBB

    p (3.28)

    atau lebih jelasnya dapat dilihat pada persamaan berikut:

    0)(u)(u 1123 =- aaBB (3.29)

    Dapat dilihat lagi bahwa kecepatan pada a1 adalah seperti pada persamaan (3.30):

    ( ) 21212111 222)(u aLp

    aaLp

    aBmm

    D-=-

    D= (3.30)

    Dan kecepatan pada a2 tampak seperti berikut:

  • 36

    ( )

    ( )2222

    222

    22223

    22

    22

    222

    )(u

    aaaaLp

    aaaLp

    aLp

    aLp

    aB

    +-D

    -=

    +-D

    +D

    -D

    =

    m

    mmm (3.31)

    Menggunakan persamaan (3.30) dan (3.31), berarti (3.29) dapat dituliskan seperti

    berikut:

    ( ) 02

    22

    21

    22

    22 =

    D++-

    D- a

    Lp

    aaaaLp

    mm

    ( ) 022

    22

    22

    21 =-+-

    Daaaaa

    Lp

    m (3.32)

    Persamaan (3.27) bila disubstitusikan ke persamaan (3.32) akan diperoleh

    persamaan berikut ini:

    0244

    2222

    222

    =+-+- aaaaF

    LA

    F

    AL yy tt

    Persamaan di atas harus diselesaikan untuk memperoleh a2 berikut ini:

    aFLAF

    FaALa

    y

    y2

    22222

    224

    4

    -

    -=

    t

    t (3.33)

    sehingga dapat diperoleh a1 seperti dituliskan di bawah ini:

    F

    LA

    aFLAF

    FaALa y

    y

    y t

    t

    t 2

    24

    42

    22222

    1 --

    -= (3.34)

    Begitu a1 dan a2 dapat dihitung maka profil kecepatan dapat diketahui dari

    persamaan (3.15), (3.25) dan (3.28) sehingga didapatkan distribusi kecepatan pada

    tiap daerah.

  • 37

    Kecepatan piston dapat dihitung dari fluks volume yang dipindahkan piston,

    Qp, yang harus sama dengan fluks volume yang melalui celah elektroda, QB.

    Qp = QB (3.35)

    Total fluks volume yang melalui celah elektroda ialah:

    BBBB QQQQ 321 ++= (3.36)

    dimana fluks volume masing-masing daerah dapat diketahui dari (3.16), (3.21)

    dan (3.26). Kecepatan piston dapat dituliskan pada persamaan (3.37):

    A

    QQQv

    BBB321

    0

    ++= (3.37)

    Jadi redaman viskos ekivalen, CB, sama dengan: 0v

    FCB = (3.38)

    3.3.3 PARAMETER-PARAMETER MODEL PELAT PARALEL

    Metodologi pemecahan persamaan-persamaan hasil sub bab sebelum ini

    dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Bila diberikan dimensi peredam kejut, properti fluida dan gaya, persamaan

    (3.27) dan (3.28) digunakan untuk mencari batas-batas plug (a1 dan a2). Begitu a1

    dan a2 diketahui maka persamaan-persamaan (3.16), (3.21) dan (3.26) dapat

    dihitung sehingga fluks total volume yang melalui celah elektroda dapat diperoleh

    dari persamaan (3.36). Fluks total volume yang telah diketahui itu kemudian

    digunakan untuk mencari kecepatan piston dengan persamaan (3.37) dan barulah

    redaman viskos ekivalennya diketahui melalui persamaan (3.38).

    Bila kita lihat kembali model peredam kejut elektrorheologi pada awal bab

    ini, drop tekanan pada perangkat ini dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu

    komponen viskos yang independent terhadap medan listrik NpD dan komponen

    yield stress terinduksi yang dependent pada medan listrik tpD . Dari persamaan

    (3.8) dan (3.20) drop tekanan yang diberikan oleh fluida adalah:

    ( ) ( )EaaL

    vla

    ALppP yN t

    mt

    1203

    0 212

    ---=D+D=D (3.39)

    dimana: a : jarak antar dinding elektroda

  • 38

    a2, a1 : jarak-jarak batas daerah alir plug

    l : kedalaman celah

    L : panjang saluran

    Dp: beda tekanan pada piston

    m0 : viskositas absolut fluida

    A : luas penampang kepala piston

    n0 : kecepatan gerak piston

    ty : yield stress, yang merupakan fungsi polinom medan listrik

    dan diasumsikan bahwa pada saat FER sebagai fluida Bingham, fluks volume

    yang melalui daerah 1 dan 3 (perbatasan fluida terhadap dinding) jauh lebih kecil

    dari fluks volume alir plug. Hal ini dapat terjadi bila a1 sangat tipis ( 01 a ) dan

    a2 mendekati a ( aa 2 ) sehingga fluks volume alir plug-lah yang paling

    berpengaruh terhadap terjadinya drop tekanan pada perangkat ini. Dengan

    demikian persamaan (3.39) dapat dituliskan sebagai berikut:

    ( )EaL

    vla

    ALppP yN t

    mt

    21203

    0 --=D+D=D (3.40)

    Adapun dimensi peredam kejut yang dipergunakan dalam pemodelan ini

    seperti yang terlihat pada gambar 3.2 mengikuti dimensi prototype peredam kejut

    Petek, K. Nicholas[2], yaitu (dalam mm):

    d1 = 12,7 d2 = 42,5 d3 = 46,6 L = 63,5 a = 0,5

    Dengan kedalaman saluran l menggunakan keliling dari diameter (d3 + a = 47,1

    mm), yaitu l = 147,1836 mm.

    Selanjutnya akan digunakan medan listrik DC, untuk menyederhanakan

    analisis, dan persamaan 3.40 yang menghasilkan persamaan berikut:

    ( )EaL

    vla

    ALppP yN t

    mt

    21203

    0 --=D+D=D

    dengan parameter-parameter persamaan sebagai berikut:

    0 = 0,035 Pa.s; L = 63,5 mm;

    A = . p . (42,5)2 mm2 = 1418,625 mm2; a3 = 0,125 mm3;

    l = 147,1836 mm;

  • 39

    akan menjadikan persamaan tersebut seperti persamaan (3.41) berikut:

    ( )EvppP yN tt 254465,2056 0 --=D+D=D (3.41)

    Atau, untuk menyatakannya dalam persamaan gaya, kita lihat kembali

    persamaan (3.9):

    0vCF NN = ; dimana ( ) ( )laALCN 30212 m=dan persamaan (3.20), dimana gaya F terhadap drop tekanan DP dinyatakan

    sebagai dituliskan di bawah ini:

    APF D-= sehingga ( ){ } )sgn(2 0vaLAF ytt = .

    Kemudian persamaan gaya sistem ini dapat dituliskan sebagai berikut:

    )sgn(2

    00 va

    ALvCF yN

    += t (3.42a)

    dimana: C N = 2917353,24 N.s.(mm)-1 = 2917,35324 N.s.m-1;

    ( )aAL2 = 360330,85988 mm-2 = 0,36033 m-2; dan

    =0,1

    0,0

    0,1

    )sgn(

    0

    0

    0

    0

    v

    v

    v

    v

    Persamaan (3.42a) dapat dituliskan sebagai berikut:

    )sgn(36033,035324,2917 00 vvF yt+= (3.42b)

    F adalah gaya yang diberikan oleh sistem dengan masukan kecepatan piston v0

    dan yield stress ty, yang merupakan fungsi polinom dari medan listrik DC.

    Lengkapnya persamaan gaya dapat dituliskan kembali seperti berikut ini:

    23450 9117,2376655,1267015,386857,3(3603,03532,2917 EEEEvF +-+-+=

    )sgn()0263,110472,82 0vE +- (3.42c)

    dengan batasan pada E: kV/mm40 E .

    E = 0: F = 2917,35 v0 + 3,97 sgn(v0) (3.43a)

    E maksimal = 4 kV/mm: F = 2917,35 v0 + 546,37 sgn(v0) (3.43b)

  • 40

    Koefisien redaman ekivalennya, CE, dapat dicari dari hubungan F = CE v0,

    sehingga diperoleh persamaan berikut ini:

    2345

    0

    9117,2376655,1267015,386857,3(3603,0

    3532,2917 EEEEv

    CE +-+-+=

    )sgn()0263,110472,82 0vE +- (3.42d)

    untuk v0 tidak sama dengan nol.

    Bila E = 0 kV/mm: CE=0 = 2917,3532 + 0

    9728,3v

    sgn(v0) (3.43c)

    E maksimal = 4 kV/mm: CEmaks = 2917,3532 + 0

    3539,546v

    sgn(v0) (3.43d)

    3.4 PEMODELAN PEREDAM KEJUT MENGGUNAKAN

    PENDEKATAN GEOMETRI 1D CYLINDRICAL AXISYMMETRIC

    Peredam kejut yang hendak dikembangkan memiliki bentuk pipa, maka

    selanjutnya dirasa lebih mengena bila disertakan juga pemodelan axisymmetric

    1D dalam tugas akhir ini. Model itu dapat kita lihat pada gambar (3.5).

    Persamaan kesetimbangan gaya pada kontrol volume tersebut adalah

    xp

    rrtu rx

    =+

    +

    tt

    r (3.44)

    Dengan u adalah kecepatan, t shear stress, r koordinat radial, x koordinat

    longitudinal, dan p adalah tekanan yang didapat dari gerakan kepala piston. r

    adalah densitas fluida. Asumsi kita adalah bahwa aliran tunak dan p berubah

    trxp, Annularcontrolvolume

    dr

    dx

    Rrx

    rdr

    Annularcontrolvolume

    Gambar 3.5 Volume kontrol untuk analisis aliran laminar penuh pada pipa

  • 41

    secara linier sepanjang celah elektroda sehingga persamaan (3.44) dapat ditulis

    sebagai berikut:

    Lp

    rdrd D

    =+tt

    (3.45)

    Persamaan ini adalah acuan awal untuk mengembangkan persamaan-

    persamaan berikutnya.

    3.4.1 ALIRAN GESER NEWTON

    Mekanisme aliran geser Newton digunakan sebagai pendekatan terhadap

    model peredam kejut FER tanpa adanya medan listrik. Shear stress, tN, pada

    fluida Newton adalah proporsional terhadap gradien kecepatan pada celah.

    gmmt &00 == drdu

    N (3.46)

    dimana g& adalah laju shear strain. Bila persamaan (3.46) disubstitusikan pada

    persamaan (3.45):

    Lp

    drdu

    rdr

    ud D=+ 0

    2

    2

    0

    mm (3.47)

    Profil kecepatan pada celah sebagai fungsi jari-jari silinder dapat diperoleh

    dengan mengintegrasi persamaan diatas:

    012

    0

    ln4

    )( DrDrL

    PRu ++

    D=

    m (3.48)

    D1 dan D0 adalah konstanta integrasi yang diperoleh dari syarat batas peredam

    kejut.

    Kemudian dari Gambar 3.1 sebagai bentuk sketsa dan menggunakan syarat

    batas:

    u(R1) = 0 u(R2) = 0

    profil kecepatan pada celah adalah

    -+

    D=

    )ln(

    )ln(

    )ln(

    )ln(

    4)(

    12

    221

    2

    122

    2

    0 RR

    rRR

    rR

    rRRr

    LP

    ruNR m (3.49)

    Fluks volume yang melalui celah elektroda diketahui dengan

    mengintegrasikan profil kecepatan yang ada pada celah itu

  • 42

    =2

    d)(2R

    R

    rrurQ p (3.50)

    lalu menggunakan persamaan (3.49) pada persamaan (3.50), kemudian

    mengintegrasikan persamaan (3.50) dan menyederhanakannya, diperolehlah fluks

    volume yang melalui celah elektroda, sebagaimana tertera pada persamaan (3.51).

    ( )[ ]( )

    --

    +

    D= 1

    ln

    1

    8 12

    2221

    4

    2

    1

    0

    22

    RR

    RR

    R

    R

    L

    APQNR mp

    (3.51)

    dimana 222 RA p= .

    Fluks volume yang melalui celah elektroda harus sama dengan fluks volume

    yang dipindahkan oleh kepala piston, QP = A v0, dimana A luas kepala piston.

    Lalu pemecahan gaya F peredam kejut adalah seperti berikut:

    F = CNR v0, (3.52)

    dimana konstanta peredaman CNR dinyatakan oleh persamaan (3.53).

    NRNRC G= 0m (3.53)

    NRG hanya tergantung pada geometri aliran peredam kejut, dituliskan pada

    persamaan (3.54).

    ( )[ ]( )

    1

    12

    2221

    4

    2

    1

    2

    2 ln

    118

    -

    -

    -

    -

    =G

    RR

    RR

    R

    R

    AA

    LNR p (3.54)

    Terlihat pada model ini bahwa gaya fluida Newton adalah hasil perkalian dari

    viskositas absolut, m0, geometri peredam kejut, NRG , dan kecepatan piston, v0.

    Konstanta peredaman viskos dapat dimaksimalkan dengan menerapkan strategi

    seperti berikut ini (1) memaksimalkan panjang elektroda, L; (2) mengurangi jarak

    celah, atau memaksimalkan perbandingan luas A/A2; dan (3) memperbesar

    viskositas, m0, fluida.

  • 43

    3.4.2 ALIRAN FLUIDA BINGHAM

    Aplikasi-aplikasi yang membutuhkan gaya besar akan menyebabkan FER

    cenderung berada pada keadaan post-yield sehingga diharapkan pemodelan fluida

    dalam Bingham-plastic dapat merepresentasikan karakter peredam kejut yang

    akurat.

    Profil kecepatan pada celah untuk fluida Bingham dapat digambarkan seperti

    pada gambar (3.6).

    Sedangkan sifat fluida Bingham dapat dinyatakan dalam persamaan:

    ru

    ru

    y d

    d

    d

    dsgn mtt +

    = , ytt > (3.55a)

    0d

    d=

    ru

    , ytt < (3.55b)

    disini ty adalah yield stress dinamik dan diasumsikan sebagai fungsi polinom dari

    medan listrik. m adalah viskositas plastis dan diasumsikan independent terhadap

    kuat medan listrik agar analisis kita menjadi lebih sederhana. Rpi dan Rpo pada

    gambar menyatakan jari-jari dalam dan luar plug.

    Selanjutnya akan diturunkan persamaan-persamaan pada ketiga daerah pada

    gambar diatas satu-persatu.

    Daerah 1 (post-yield): R1 < r < Rpi, ytt > , 0dd >ru , sehingga shear stress:

    pda

    r

    x

    Daerah 1

    Daerah 2

    Daerah 3R2

    R1

    Rpi

    Rpo

    Gambar 3.6 Profil kecepatan pada celah melingkar untuk bahan plastik Binghamdengan adanya gradien tekanan linier pada arah aksial (sumbu x)

  • 44

    ru

    y dd

    mtt += (3.56)

    yang jika diturunkan terhadap r menjadi seperti berikut:

    2

    2

    d

    d

    d

    d

    r

    ur

    mt

    = (3.57)

    sehingga persamaan (3.45) menjadi seperti persamaan (3.58).

    LP

    ru

    rrr

    u y D=++dd

    d

    d2

    2 mtm (3.58)

    Persamaan (3.58) diintegralkan dan dipecahkan untuk mencari uBR1(r), yang

    dituliskan pada persamaan (3.59).

    112

    1 )ln(4)( DrCrr

    LP

    ru yBR ++-D

    =m

    t

    m (3.59)

    dimana C1 d