perancangan logo batik solo beserta desain motif batik...

25
i Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik Kontemporer Sebagai Media Pengenalan Informasi Kota Solo Artikel Ilmiah Peneliti : Nathania Yunita Sari (692011001) Birmanti Setia Utami M.Sn Martin Setyawan S.T., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga November 2015

Upload: dodung

Post on 29-Apr-2018

235 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

i

Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik

Kontemporer Sebagai Media Pengenalan Informasi Kota Solo

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Nathania Yunita Sari (692011001)

Birmanti Setia Utami M.Sn

Martin Setyawan S.T., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

November 2015

Page 2: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

ii

Page 3: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

iii

Page 4: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

iv

Page 5: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

v

Page 6: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

vi

Page 7: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

vii

Page 8: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

PERANCANGAN LOGO BATIK SOLO BESERTA DESAIN MOTIF

BATIK KONTEMPORER SEBAGAI MEDIA PENGENALAN

IDENTITAS KOTA SOLO

1)Nathania Yunita Sari,

2) Birmanti Setia Utami, M.Sn. ,

3)Martin Setyawan, S.T. ., M.Cs.

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Email: 1)

[email protected], 2)

[email protected], 3)

[email protected]

Abstract

The study discuss about the creation of Solo’s batik logo and contemporary batik design which are based

on the problem of the absence of the markers that differentiate between original Solo batik with other regions,

and also the lack of batik, which introduced Solo into batik, whereas batik is an exclusive craft and comes from

Solo and has been recognized by UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)

as a cultural heritage of Indonesia. Batik has been fully supported by the government as one of the creative

industries which is very developed. Linear strategy and kualitatif methods are used for the design, contain of

product plan until the form the final product design or finish. The results showed that the logo can be accepted

and considered as a new idea, which later will be tried to be socialized applied. The contemporary motif which

made was designed to provide direct information to the public about the cultural peculiarities of the natural or

local wisdom Solo raised through an icon that has been combined with classical motifs Solo

Keywords: Logo, Motif, Icons, Batik, Solo

Abstraksi

Penelitian ini membahas tentang pembuatan logo batik Solo dan desain motif batik kontemporer yang

didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik asli kota Solo dengan batik

daerah lain, serta belum adanya batik yang memperkenalkan kota Solo kedalam kain batik, padahal batik

merupakan kerajinan tangan yang berasal dari Solo yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya

Indonesia. Batik sudah didukung penuh oleh pemerintah karena termasuk salah satu industri kreatif yang sudah

mulai dikembangkan. Perancangan ini menggunakan metode kualitatif dan linear strategy, berisi perancangan

produk hingga bentuk akhir. Hasil penelitian menunjukkan logo dapat diterima dan merupakan ide baru, yang

selanjutnya akan dicoba untuk disosialisasi dan diterapkan. Motif batik kontempoter yang dirancang dapat

memberikan informasi langsung kepada masyarakat umum mengenai budaya kekhasan alam atau kearifan lokal

Solo yang diangkat melalui ikon yang sudah dikombinasikan dengan motif klasik Solo.

Kata kunci : Logo, Motif, Ikon, Batik, Solo

1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Page 9: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

1

1. Pendahuluan

Kota Solo atau yang lebih dikenal dengan slogan “ Solo, The Spirit of Java”

merupakan sebuah kota yang dikenal sangat kental dengan budayanya dan saat ini

telah ditetapkan sebagai kota pusat kebudayaan Jawa. Hal ini menyebabkan

banyak turis domestik dan mancanegara datang untuk melihat apa saja kearifan

lokal yang identik dengan budaya Solo ini yang meliputi nilai-nilai budaya seperti

kebiasaan, pandangan hidup, bangunan arsitektural, kuliner, nasehat, kepercayaan,

cagar budaya, cerita rakyat, dan juga berbagai karya seninya. Salah satu yang khas

dari kota Solo yang dapat menggambarkan keadaan budaya dan pola pikir

masyarakatnya adalah batik. Batik yang juga merupakan warisan Indonesia yang

telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization (UNESCO) yang memiliki nilai dan perpaduan seni yang tinggi

serta sarat akan makna filosofis dan dapat memperlihatkan cara berpikir

masyarakat pembuatnya. Batik sudah seharusnya menjadi ciri khas sekaligus

menjadi kebanggaan tersendiri bagi kota asal yaitu kota Solo.

Paska pemberlakuan China Asean Free Trade Area (CAFTA) 2010 hingga

sekarang, pasar domestik batik hampir dipenuhi produk batik asal Tiongkok,

contohnya di Pasar Klewer, Beteng Trade Center, dan Pusat Grosir Solo banyak

puluhan gerai yang menjual beragam jenis batik asal Tiongkok. Bagi orang awam

sulit untuk membedakan antara tekstil bermotif batik buatan Tiongkok dengan

batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi milik dalam negeri. Alhasil banyak

konsumen membeli tekstil bermotif batik dan jumlah konsumen membeli tekstil

bermotif batik sangat besar ditambah karena warna dan motifnya yang menarik

[1].

Sejak diadakannya pameran The 17th

Jakarta International Handicraft

Trade Fair (INAFAIR) 2015, Kementrian Perdagangan (Kemendag) mendorong

para pelaku industri kreatif dan kerajinan untuk meningkatkan daya saing produk

mereka melalui pengembangan kualitas produk dan pemasaran dalam menghadapi

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Industri kerajinan yang termasuk

didalamnya adalah batik merupakan salah satu industri kreatif yang berkontribusi

besar terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan juga dapat menjadi

kunci dalam menghadapi MEA. Sejak Ir. Joko Widodo menjabat sebagai walikota

kota Solo hingga sekarang menjadi presiden Indonesia, beliau sangat mendukung

para pelaku industri kreatif (produsen dan pengrajin batik) untuk kedepannya

menjadi jenis industri yang maju dan berkembang, dengan dimulai dari kota asal

yakni kota Solo diharapkan dapat memenuhi selera pasar dan tetap memegang

filosofi-filosofi yang ada [2].

Dalam hal untuk memajukan para pengrajin, pengusaha, eksportir, serta

para Usaha Kecil Menengah (UKM) kelompok pengrajin Indonesia untuk

memasarkan hasil karya, turut berpartisipasi memajukan kreativitas anak bangsa

dan mengangkat nama dan warisan budaya Indonesia kepada dunia internasional.

Kemendag berharap kinerja ekspor akan terus menunjukkan peningkatan dan

produk-produk ekspor akan semakin kreatif, inovatif, dan beragam sehingga

semakin mengangkat keunikan produk kerajinan Indonesia di pasar dunia [3].

Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif (Menparekraf) menegaskan bahwa

Page 10: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

2

ekonomi kreatif haruslah tetap melindungi warisan budaya dan tetap menjaga aset

negara, dan saat itulah aset negara harus menjadi inspirasi dan basis bagi orang

kreatif untuk terus menciptakan karya kreatif baru dengan semangat berbasis

tradisional tetapi semangat kontemporer [4].

Untuk mengantisipasi permasalahan yang ada, maka dibutuhkan sebuah

logo atau simbol yang digunakan sebagai tanda yang dapat menunjukkan identitas

dan ciri khas batik Solo yang dapat menjadi simbol dan wadah bagi para pengrajin

batik kota Solo untuk membedakan produknya dari produk buatan kota maupun

buatan negara lain. Selain itu harus ada pula suatu ide baru dan modern dalam

desain batik itu sendiri yakni batik jenis kontemporer dengan mencoba

menampilkan ornamen motif dan ragam hias yang lebih dinamis, bervariatif dan

pemilihan paduan warna yang lebih banyak, dan juga penggunaan dan

pengaplikasian batik tidak hanya sebatas pada media kain, melainkan ke media

lain yang berhubungan dengan kerajinan khas kota Solo yang terdapat pula nilai

filosofis yang tetap dijunjung tinggi, tidak meninggalkan sejarah kotanya, dan

terdapat identitas kota Solonya.

2. Tinjauan Pustaka

Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel-Art oleh Arsan Sukma Praja

yang membuat unsur motif batik Solo dengan menggunakan Pixel Art, merupakan

salah satu dari karya seni yang sering dijumpai, namun keberadaannya tidak

diperhatikan oleh khalayak umum. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pola

motif Batik Solo, dalam bentuk pixel-art. Penelitian ini bertujuan untuk

mengenalkan batik dengan format baru, yaitu menggabungkan seni dan

kebudayaan yang berbeda dalam satu karya tanpa mengurangi dan menghilangkan

filosofi yang ada [5].

Penelitian yang kedua berjudul “ Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik

Tulis Surabaya (Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya)” oleh Puspita Sari

Sukardani, S.T yang membahas mengenai analisis deskriptif tentang batik khas

Surabaya yang berisi ikon-ikon khas Surabaya. Perancangan ini membahas

mengenai apa saja unsur yang dimasukkan ke dalam sebuah motif batik Surabaya

dengan meggunakan budaya visual dalam tradisi analisis teks visual. Penelitian

dilakukan dengan memilah berdasarkan komposisi visual dalam motif utama,

pengisi isian dan warna. Hasil penelitian ini dalam batik Surabaya yang

mengambil ikon-ikon kotanya, kuliner dan legenda sebagai motif dapat menarik

perhatian konsumen umum dan tidak harus terpaut pada pakem yang ada, selain

itu dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat luas bagaimana budaya lokal

masyarakat Surabaya dengan melihat motif utama, motif pengisi, isen, dan warna

[6].

Dari penelitian yang sudah dilakukan inilah maka dipilih judul

“Perancangan Logo Batik Solo beserta Desain Motif Batik Kontemporer sebagai

Media Pengenalan Identitas Kota Solo”, karena belum adanya perancangan logo

batik Solo yang dapat membedakan batik antara buatan Solo dari batik lainnya.

Motif batik yang dirancang juga mengangkat identitas serta budaya kota asal

muasal batik serta belum ada yang mengenalkan kota Solo melalui batik.

Page 11: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

3

Dalam pembuatan logo untuk membedakan batik asli Kota Solo dan batik

daerah lain, tentunya ada beberapa prinsip yang digunakan, antara lain logo yang

dibuat haruslah sederhana, mudah diingat, bertahan lama meskipun jaman dan

pola pikir masyarakat sudah berubah, pembuatan logo harus sesuai dengan

maksud dan makna yang ingin ditampilkan dan logo dapat diaplikasikan ke

berbagai media [7].

Pembuatan motif batik kontemporer kota Solo menyertakan beberapa motif

lama yang dapat membantu untuk mengenali daerah dan memperkenalkan asal

dari Solo, dan karena tidak ingin melunturkan beberapa filosofi yang sudah

terkandung dalam motif lama beserta kepopuleran motif lama yang masih

diminati para pencari batik Solo. Motif klasik Solo yang dipilih ada enam. Motif

parang yang bermakna hidup harus dilandasi oleh perjuangan dan selalu hati-hati

tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan agar terhindar dari bencana

lahir dan batin. Motif kawung yang bermakna kesuburan, kesucian, umur panjang,

keadilan dan keperkasaan. Selain itu motif ini juga mengandung makna bahwa

keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya

berlipat ganda. Motif truntum yang berarti mempersatukan atau menjadi satu. Ada

juga yang menggabungkan kata “truntum” dengan kata “tentrem”, yaitu suatu

keadaan kejiwaan yang menjadi idaman semua manusia. Motif truntum ini dapat

pula diartikan sebagai cinta yang bersemi kembali. Motif sidomukti ketika

digunakan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan, rezeki atau kemakmuran

seperti hidup berkecukupan dan hal baik lainnya. Motif rujak rante atau semen

rante bermakna rezeki dapat datang darimana saja, diharapkan yang memakainya

tetap berusaha dan berdoa, semoga Tuhan memberikan rahmatnya. Selain itu

makna lain yang terkandung, yaitu setiap wanita memiliki kewajiban untuk

menjaga harkat dan martabat keluarga. Motif mega mendung memiliki arti bahwa

kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang

keluar untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani kehidupan sosial agama)

yang pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali

kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada

akhirnya kembali ke asalnya [8]. Selain arti dan filosofi yang terkandung didalam

motif bermakna baik, beberapa motif dipilih sesuai dengan hasil wawancara

dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Solo.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode kualitatif

dengan melakukan wawancara, studi pustaka, dan observasi. Sedangkan strategi

yang digunakan adalah linear strategy. Linear strategy merupakan urutan yang

logis pada tahapan yang sederhana dan sudah dipahami komponennya. Strategi

yang digunakan untuk tipe perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan.

Suatu tahap yang dimulai setelah tahap yang sebelumnya diselesaikan, dan

demikian seterusnya [9]. Tahapan yang telah dilaksanakan dalam penelitian dapat

dilihat pada Gambar 1.

Page 12: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

4

Gambar 1 Bagan Penelitian

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara

kepada Kepala Bidang Seni Budaya, Sejarah dan Purbakala serta Kepala Bidang

Promosi Kerjasama dan Pariwisata yang tergabung dalam Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Solo, wawancara dengan Gunawan Setiawan sebagai

pemrakarsa Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo yang diperlukan

untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses membatik dari batik tulis,

batik cap, batik printing, hingga tekstil motif batik buatan Tiongkok. Tahap

wawancara ini juga diperlukan untuk melihat seberapa banyak potensi dari kota

Solo dan mendapatkan data mengenai kebudayaan dan sejarah yang terkait pada

penelitian.

Pengumpulan data terakhir dilakukan dengan cara observasi langsung ke

beberapa pasar tradisional hingga ke industri batik rumahan di kota Solo,

contohnya di pasar Klewer, Beteng Trade Center, dan Pusat Grosir Solo.

Pengumpulan data ini untuk mendapatkan data yang valid apakah ikon dalam

motif batik yang akan dirancang sudah ada di kota Solo, mencari data mengenai

motif apakah yang sedang digemari dan diminati masyarakat baik domestik

maupun mancanegara dan untuk melihat apakah ada penanda khusus yang dapat

membedakan antara batik buatan Solo asli dan dari luar Solo, beserta dapatkah

batik mengkomunikasikan Solo itu sendiri sebagai daerah asal pengrajin batik

yang memiliki banyak kebudayaan dan ilmu yang ingin dikenalkan ke masyarakat

luar.

Hasil analisis dari penelitian awal yang dilakukan antara lain, didapat

konsep dan ide untuk merancang sebuah logo dan sebuah motif batik kontemporer

khas kota Solo yang masih baru, belum ada, dan dirasa perlu untuk kedepannya

bagi kota Solo. Batik yang sedang digemari konsumen yaitu batik yang tidak

terlalu monoton dengan motif dan warna yang bervariatif. Masih banyak

konsumen yang susah membedakan antara batik asli Solo dengan batik buatan

Solo apalagi tekstil motif batik keluaran Tiongkok. Bagaimanapun modernnya

suatu batik yang dirancang untuk memenuhi selera pasar, batik Solo tidak boleh

meninggalkan akarnya yaitu kebudayaan Jawa beserta filosofi yang terkandung

didalamnya. Solo dengan sebutan “The Capital of Batik” sudah seharusnya

menciptakan suatu batik yang dapat lebih digemari konsumen yang juga tidak

dipakai, tetapi batik juga harus dapat menyebarkan informasi mengenai semua

kebudayaan dan pengetahuan tentang negara Indonesia ke negara lain. Selembar

kain berharga harus lahir, kain yang membungkus kearifan lokal budaya Solo

menjadi kiblat industri kreatif nasional. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian

awal, kesimpulan terakhir yang didapat adalah batik merupakan peluang pertama

yang paling didukung oleh para petinggi negara karena termasuk salah satu

industri kreatif yang ada manfaatnya selain dari nilai ekonomi yang mulai

Tahap 1

Pengumpulan Data

Tahap 2

Analisa Data

Tahap 3

Perancangan

Tahap 4

Pengujian

Page 13: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

5

dihargai tinggi, tetapi juga memperkenalkan batik sebagai warisan dunia yang

berasal dari Indonesia khususnya kota Solo.

Proses perancangan dibagi menjadi dua, yaitu proses perancangan

logo dan perancangan motif batik kontemporer. Proses pembuatan logo dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Tahap Perancangan Logo Batik Solo

Tahap proses perancangan logo batik Solo, pertama adalah tahap pencarian

konsep dan ide. Pada tahap ini dilakukan dengan cara brainstorming. Beberapa

ide yang didapat untuk merancang suatu logo yang dapat digunakan sebagai

penanda sebuah batik buatan asli Solo dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Ide Pokok Brainstorming Konsep Pembuatan Logo Batik Solo

Tahapan berikutnya membuat sketsa kasar dan memilih satu diantara

beberapa sketsa yang paling sesuai degan konsep yang telah dibuat. Hasil sketsa

yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 4.

Ide Kreatif

Brainstorming Konsep Media

Final Artwork

Sketsa Kasar

Logo Digital / Digitalisasi Logo

Evaluasi Desain

Page 14: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

6

Gambar 4 Pemilihan Thumbnail Logo Batik Solo

Dasar pembuatan logo yang dipilih diambil dari beberapa objek

pendukung, yaitu objek gunungan yang berarti simbol kehidupan, tempat atau

rumah yang dapat mengayomi. Selain itu didalam gunungan berarti juga

melambangkan seluruh alam semesta beserta isinya yang hidup dengan aman dan

tentram. Bentuk gunungan yang meruncing ke atas dimaksudkan agar manusia

hidup menuju yang diatas. Hubungan meruncing dengan konsep adalah

diharapkan kedepannya batik kontemporer asli Solo dapat terus berkembang dan

terus melambung tinggi dibanding batik dari daerah lain. Selain itu gunungan

dapat mensimbolkan wayang, karena kota Solo sangat terkenal dengan

wayangnya. Objek kumpulan orang seperti huruf “i” disusun tiga berjajar dan

dibuat paling menonjol dibagian tengah dengan maksud kota Solo sebagai kota

penghasil batik pertama dan terdapat pengusaha dan pengrajin batik, dan juga

simbol tiga tingkatan seperti rakyat paling depan dan dibelakangnya ada

pemerintah dan perusahaan seturut fungsi logo digunakan. Canting yang

merupakan alat untuk memindahkan atau mengambil lilin yang digunakan untuk

membuat batik tulis. Simbol canting dalam perancangan logo batik Solo

digunakan sebagai simbol batik. Objek yang terakhir adalah relung atau ukelan

diartikan sebagai relief motif juga digunakan sebagai frame pada logo batik Solo

yang juga dapat menyimbolkan sebagai batik dan motifnya.

Pada tahap selanjutnya adalah tahap digitalisasi logo beserta perevisiannya.

Revisi sebagai evaluasi desain dilakukan oleh orang yang sudah ahli pada bidang

percetakan. Hal mendasar yang dievaluasi adalah garis halus tipis yang dapat

menghambat bentuk logo ketika diaplikasikan ke berbagai ukuran, serta warna

logo yang dirasa terlalu gelap untuk masuk kedalam mesin cetak, karena otomatis

mesin pencetak akan mencetak warna lebih tua dibanding warna asli, maka chart

warna lebih dibuat muda. Logo sebelum dan sesudah direvisi dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5 Sebelum dan Sesudah Tahap Evaluasi Desain

Hasil final artwork dari logo yang dibuat dan telah direvisi dengan

menyesuaikan beberapa bentuk agar didapat logo yang benar. Gambar logo final

dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 15: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

7

Ide Kreatif

Sketsa Kasar Ikon

Penerapan ke Media

Tahap Produksi

Final Artwork

Gambar 6 Final Artwork Logo Batik

Hasil akhir batik Solo menggunakan satu warna komponen utama yaitu

warna coklat sogan yang merupakan warna khas dari batik Solo sendiri. Selain itu

penggunaan warna sogan membuat fungsi dari perancangan logo batik Solo lebih

mudah dikenali dan lebih mudah dikenal sebagai identitas kota Solo.

Perancangan yang kedua adalah pembuatan ikon kota Solo. Konsep kreatif

dari seluruh perancangan ikon kota Solo adalah menghadirkan dan

memperkenalkan budaya khas Solo yang diterapkan dalam bentuk kain batik.

Perancangan desain ikon kota Solo diawali dengan melakukan beberapa analisis

terhadap beberapa data yang didapat, langkah yang dilakukan dalam pembuatan

ikon, dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Tahap Perancangan Desain Motif Batik Kontemporer Kota Solo

Desain dari beberapa ikon yang telah digabung lalu diilustrasikan menjadi

sebuah motif batik kontemporer kedalam beberapa lembar kain berukuran 2x1

meter, sehingga didapat motif baru batik kontemporer dengan menghadirkan

segala ciri khas kota Solo melalui ikon-ikon yang dirancang. Pemilihan kain batik

sebagai media utama karena merupakan khas dari kota Solo sendiri, dan Solo

merupakan The Capital of Batik itu sendiri.

Proses pembuatan diawali dengan mengambil data bahwa kota Solo dibagi

menjadi beberapa kabupaten yang terdiri dari kabupaten Wonogiri, Sragen,

Sukoharjo, Solo Kota, Klaten, Kartasura, dan Boyolali. Hasil wawancara dengan

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta menyatakan bahwa Kabupaten

Sragen, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Solo Kota berpotensi untuk dijadikan

Page 16: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

8

ide motif dalam perancangan ini. Hal tersebut dilihat dari beberapa kawasan cagar

alam dan tempat pariwisata yang paling diminati dan sering dikunjungi. Hal kedua

adalah dilihat dari banyaknya ide yang bisa diambil dengan ciri khas dari

beberapa kabupaten tersebut, meliputi sejarah, legenda, ikon tempat wisata, dan

keunggulan di bidang ekonomi.

Ide konsep juga didasarkan pada pernyataan bahwa para desainer yang

tergabung dalam APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) Solo,

memberi informasi bahwa desain motif yang dirancang haruslah menunjukkan

keragaman budaya, mulai dari kesenian tradisional, cagar budaya, sisi herritage,

sejarah, sisi romantisme hingga Bengawan Solo [10].

Proses selanjutnya adalah proses brainstorming yaitu pencarian ide yang

akhirnya diperoleh beberapa ikon yang dapat dijadikan desain motif baru.

Pengumpulan data untuk brainstorming ini diperoleh dari hasil wawancara dan

studi pustaka baik melalui buku maupun online.

Pada proses selanjutnya pembuatan sketsa dibagi menjadi empat macam

batik, pertama adalah Batik Boyolali. Kabupaten Boyolali terkenal dengan usaha

pengembangan sapi perah dan penggemukan sapi, karena memiliki iklim yang

dingin dan cocok untuk pemeliharaan sapi perah dan menjadi lokasi agrowisata

sapi perah. Kawasan desa Tegalrejo, kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali ini

terdapat kampung lele yang merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia

untuk memenuhi target 2015 sebagai penghasil perikanan terbesar di Asia

Tenggara. Pembudidayaan ikan lele di kampung ini dianggap berhasil

memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Selain

itu, terdapat pula beberapa air terjun, waduk dan beberapa wahana air yang ada di

Boyolali.

Ikon gunungan diikutsertakan karena merupakan salah satu kerajinan yang

diolah dan dibuat warga sekitar Boyolali selain kerajinan tembaga dan kuningan.

Cengkeh juga merupakan salah satu penghasilan utama yang dipanen masyarakat

Boyolali selain tembakau, kopi dan teh. Tugu Adipura Boyolali dan Tugu Sapi

merupakan tugu yang khas dan penanda kota yang diberikan pemerintah terhadap

kabupaten Boyolali sebagai kawasan bersih. Tugu ini juga merupakan titik nol

kilometer Boyolali dengan daerah sekitarnya. Tugu ini erat kaitannya dengan

sejarah Kabupaten Boyolali sama dengan ikon dakon, yaitu mengenai Legenda

Pandan Arang. Ki Ageng Pandan Arang (Bupati semarang abad XVI) adalah

orang yang memberi nama dan mencetuskan nama Boyolali dari kalimat "baya

wis lali wong iki" yang dalam bahasa Indonesia artinya "sudah lupakah orang ini",

Dari kata “baya wis lali” itu jadilah nama Boyolali.

Pada tema kedua adalah batik Bengawan Solo. Tema ini merupakan

penggabungan antara beberapa kabupaten, karena letaknya yang berdampingan.

Menurut hasil wawancara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, beberapa tempat

wisata dan beberapa struktur daerah yang dimiliki sama, sehingga beberapa

kabupaten dijadikan menjadi satu jenis batik. Tema difokuskan pada tema

Bengawan Solo, karena Bengawan Solo sudah banyak dikenal oleh masyarakat

dan sungai ini mengalir melintasi beberapa kabupaten tersebut dan menjadi

komoditas utama dalam bidang transportasi air. Dalam tema Bengawan Solo ini

juga mengambil beberapa data yang terdapat di Kabupaten Sragen dan Sukoharjo

Page 17: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

9

yang saling berdekatan. Selain itu, terdapat ikon Kebun Binatang Jurug salah satu

wisata yang tidak pernah sepi pengunjung, Museum Sangiran yaitu salah satu

situs arkeologi di Jawa yang menurut UNESCO diakui para ilmuwan dunia untuk

mempelajari fosil manusia. Ikon tambahan lainnya adalah Candi Sukuh yaitu

sebuah kompleks candi agama Hindu yang telah di tetapkan UNESCO sebagai

salah satu situs warisan dunia tahun 1995. Candi Sukuh terletak di kecamatan

Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung

mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca

di Peru. Struktur juga mengingatkan para pengunjung candi akan bentuk piramida

di Mesir.

Dalam desain ini juga terdapat pola utama, yaitu ikon Bengawan Solo yang

digambarkan seperti aliran gelombang air yang membentuk huruf "B". Beberapa

pola lain yang menggambarkan bidang ekonomi masyarakat sekitar Kabupaten

Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo adalah dengan hasil kebun dan sawah. Selain

padi dan tebu, teh dan cengkeh merupakan hasil ekspor terbanyak dari daerah ini.

Tema ketiga dari perancangan motif batik diambil dari kabupaten Klaten.

Dalam perancangan kali ini difokuskan kepada tiga ikon utama, yaitu Candi

Prambanan, Arca Durga Mahisasuramardini atau Roro Jongrang dan Rama Sinta.

Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindhu terbesar di Indonesia. Candi ini

juga termasuk situs warisan dunia dan merupakan salah satu candi termegah di

Asia Tenggara. Ikon lain adalah Sendratari Ramayana yang merupakan sebuah

pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat dari

cerita Ramayana. Dalam pertunjukan ini dapat dilihat sisi romantisme kota Solo

yang tergambarkan melalui cerita, lagu atau gambang yang dimainkan, gerak

penguat ekspresi, dan kostum yang dipakai pemain.

Pertunjukan Ramayana ini juga telah meraih PATA (Pasific Asean Traffic

Assosiation) Gold Award sebagai salah satu pertunjukan yang dapat membawa

Indonesia menjadi sumber inspirasi seni ke taraf dunia dan tidak hanya menjadi

keuntungan finansial daerah Klaten tetapi juga upaya melestarikan budaya Jawa.

Selain itu sendratari Ramayana juga masuk kedalam buku Guiness World Record

sebagai pertunjukan kolosal yang melibatkan banyak pelaku yaitu 230 pelaku.

Selain dari pola-pola yang telah disampaikan ada beberapa ikon atau pola

pendukung yaitu salah satunya bunga melati. Klaten berasal dari kata Melati yang

berubah menjadi Mlati, lalu berubah lagi menjadi kata Klati, untuk mempermudah

pelafalan kata, ucapan kata Klati dirubah menjadi Klaten.

Dalam tema keempat, ide utama yang diambil adalah Jalan Slamet Riyadi

beserta apa yang ada di sepanjang jalan tersebut dan sekitarnya. Khusus tema ini

dirancang seperti sitemap Solo Kota. Jalan Slamet Riyadi adalah salah satu jalan

utama di kota Solo. Jalan ini pernah dinobatkan sebagai jalan terpanjang di Asia

Tenggara. Jalan Slamet Riyadi menjadi jalan yang sangat aktif di kota Solo,

karena banyak event penting diselenggarakan di jalan ini. Pusat bisnis kota Solo

juga terletak disepanjang jalan Slamet Riyadi. Nama jalan diambil untuk

menghormati seseorang bernama Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Riyadi,

seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Solo dan berhasil mengambil

alih Jawa Tengah termasuk Ambarawa dan Semarang dalam Agresi Militer

Page 18: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

10

pertama melawan Belanda. Objek atau pola kedua yaitu gerbang, buto atau patung

penjaga dan bangunan keraton Kasunanan Surakarta.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah keraton peninggalan

Mataram Islam yang menjadi salah satu sejarah kota Surakarta. Tempat ini

merupakan salah satu destinasi wisata para pengunjung yang hendak berwisata ke

kota Solo. Bangunan cagar budaya kedua adalah Benteng Vasternburg.

Dahulunya benteng ini digunakan sebagai markas TNI untuk mempertahankan

kemerdekaan. Bangunan semasa era kolonial ini disebut sebagai landmark kota

Solo. Kawasan sekitar benteng lebih dikondisikan untuk penyelenggaraaan event-

event penting, seperti Solo City Jazz, Festival Wayang Bocah, Solo International

Performing Art, Kreasso. Bagian ketiga adalah Pasar Gede Harjonagoro atau yang

lebih dikenal dengan sebutan Pasar Gede adalah salah satu pasar tertua di kota

Solo. Banyak sejumlah kuliner khas kota Solo dapat dijumpai disana. Tepat di

depan Pasar Gede terdapat tugu jam yang terkenal bagi masyarakat kota Solo.

Tugu ini diberikan oleh Paku Buwono X, tugu ini dahulu digunakan sebagai

pengaturan lalu lintas persimpangan jalan dan digunakan untuk menunjukan ide

pembangunan kota yang cerdas di era pemerintahan Paku Buwono X.

Ikon keempat yang diambil adalah Gapura Mahkota Solo. Gapura ini juga

merupakan landmark baru yang merupakan batas kota berbentuk mahkota dipadu

dengan teknologi modern dan menjadi landmark yang mudah dikenali. Mahkota

dipilih karena dalam sebuah kerajaan, mahkota adalah lambang kebesaran seorang

raja.

Dalam perancangan motif tema ini juga mengambil ikon Raja Mala yang

dikenal sebagai tokoh dalam jagad pewayangan. Raja Mala yang dimaksudkan

merupakan salah satu benda pusaka milik Keraton Kasunanan kota Solo yang

menyimpan sejuta sejarah. Hubungan erat antara patung kepala Raja Mala dan

kota Solo adalah sejarah ketika patung tersebut digunakan menjadi kepala perahu

yang difungsikan sebagai armada perang menuju Madura melalui sungai

Bengawan Solo. Ikon kepala Raja Mala sering digunakan menjadi maskot kota

Solo.

Pola ikon berikutnya adalah sebuah cagar budaya kota Solo bernama Lodji

Gandrung yang merupakan sebuah bangunan megah bersejarah jaman Kolonial di

kota Solo. Melihat sejarahnya, bangunan yang menjadi ikon kota Solo ini

merupakan tempat yang digunakan oleh Sunan Paku Buwono X untuk mewakili

dua budaya dan diperkenalkan ke masyarakat luas. Lodji artinya sebuah rumah

yang megah dan mewah, sedangkan kata Gandrung berarti pesta atau dansa.

Dahulu sering diadakan pesta ala Eropa pada akhir pekan. Bagi masyarakat Solo,

bangunan Lodji Gandrung dikenal sebagai tempat kediaman atau rumah dinas

walikota Solo dan tempat ini merupakan saksi bisu berbagai peristiwa dimasa lalu.

Ikon lain yang dipakai adalah Tugu Kebangkitan Nasional atau Tugu Lilin

yang berada didaerah Laweyan merupakan tugu peringatan hari kebangkitan

nasional yang memiliki sejarah sebagai bentuk atau simbol persatuan negara yang

waktu itu masih dibawah pemerintahan penjajah. Bentuk tugu seperti lilin

memiliki arti, yaitu perjuangan akan terus menyala sampai tercapainya

kemerdekaan. Dalam peresmian tugu kebangkitan nasional ini, Dr Soetomo

Page 19: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

11

mengatakan, „Van Solo begin de vyctory” yang artinya dari Solo, kemenangan

dimulai.

Pola tambahan yang diikutsertakan dalam perancangan desain motif tema

Solo Kota ini adalah buah sawo kecik. Sawo kecik merupakan salah satu

tumbuhan yang sarat atas sejarah kota Solo sendiri yang sudah terkenal dari jaman

dahulu. Masyarakat Jawa khususnya bagi masyarakat Keraton Solo percaya

bahwa pohon sawo kecik dapat membawa kebaikan dan perlindungan. Tidak

heran beberapa pohon ini dapat ditemui di sekitar jalan Slamet Riyadi atau di

seputar Keraton Solo.

Dahulu, putri keraton menggunakan buah sawo kecik sebagai pengharum

badan. Selain sebagai peneduh dan pengharum, sawo kecik juga digunakan

sebagai simbol pesan sebuah tata nilai pada generasi penerus. Kata sawo kecik

juga dapat diartikan menjadi 'sarwa becik' atau serba baik yaitu ketulusan hati

nurani yang mendasari setiap langkah perbuatan manusia. Contoh perubahan dari

dokumen visual ke bentuk ikon dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Perubahan Dokumen Visual ke Bentuk Ikon

Setelah tahap pemilihan dan sketsa ikon, tahap selanjutnya pada

perancangan desain motif ini adalah mengolah dari ikon tunggal menjadi sketsa

penuh kedalam kain dengan mencampurkan antara ikon pilihan yang telah dibuat

dengan motif batik klasik asal kota Solo yang sudah banyak dikenali oleh

masyarakat luas. Penggabungan layout antara ikon baru dengan motif batik klasik

dibantu dan didampingi oleh juru gambar batik supaya peletakan antara motif

batik lama dan ikon baru tidak berantakan dan tetap sesuai dengan selera

kebanyakan konsumen. Kolaborasi motif dan ikon dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 20: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

12

Gambar 7 Sketsa Kolaborasi Ikon dan Motif Klasik menjadi satu Motif Baru di Media Kain

Pada tahap produksi dalam perancangan desain motif batik kontemporer

dilakukan dengan bekerjasama dengan pengrajin batik setempat. Berdasarkan

tahap sebelumnya, setelah didapat final desain sketsa yang sudah final dan cocok,

maka dari sketsa yang sudah terdapat pada kain selanjutnya masuk dalam proses

produksi. Proses pertama dilakukan dengan mencanting. Tahap mencanting tema

Boyolali dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Hasil Setelah Proses Pencantingan

Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil dari sketsa yang telah dicanting dengan

menggunakan malam atau lilin. Proses selanjutnya setelah pencantingan dengan

malam adalah proses pewarnaan hingga menjadi kain batik siap pakai.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil perancangan logo Batik Solo berupa logogram dengan konsep yang

telah dirancang sesuai tahapan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.

Contoh penerapan logo ke berbagai media dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 21: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

13

Gambar 9 Pengaplikasian Logo ke Berbagai Media

Dari hasil logo yang telah dirancang, logo dapat diletakkan pada pojok

kanan atas pada media cetak seperti langsung ke kain dengan menggunakan

emblem, baliho, MMT, dan billboard. Dengan menggunakan clear area dan

contoh logo treatment yang telah diberikan diharapkan penggunaan logo dapat

lebih jelas dan lebih terlihat dalam pengaplikasiannya ke berbagai media dengan

ukuran terkecil adalah dua sentimeter. Hail perancangan ikon yang diterapkan

menjadi motif batik berupa selembar kain batik berukuran dua kali satu meter

dengan motif yang baru dengan paduan ikon-ikon khas daerah serta beberapa

motif ikon batik klasik. Hasil akhir kain batik dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 22: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

14

Gambar 10 Hasil Akhir Motif Batik Kontemporer

Dari hasil perancangan motif batik kontemporer Kota Solo, secara motif

menggunakan semua unsur alam yang ada di daerah Solo. Warna tema Boyolali

adalah merah muda karena menunjukkan makna damai, manis dan indah. Tema

Klaten menggunakan warna ungu untuk menunjukkan kemistisan, kekuatan

spiritual serta keajaiban yang diangkat dari cerita Roro Jonggrang dan

melambangkan aspirasi dari Sendratari Ramayana. Warna tema Bengawan Solo

adalah biru untuk menunjukkan sungai , air, dan keharmonisan alam di daerah

Bengawan Solo dan sekitarnya. Warna tema Solo Kota adalah hijau untuk

menunjukkan kesuksesan kota Solo yang asri, dan sesuai dengan logo kota Solo

yang dominan dengan warna hijau. Beberapa kekurangan mendasar dan pewarna

alam yang digunakan dalam proses pewarnaan menjadikan warna sedikit

mengalami perubahan, selain itu beberapa sketsa tertutup oleh warna lain yang

kurang sesuai.

Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan wawancara langsung ke

beberapa target audience untuk menilai logo yang dirancang dan pesan yang ingin

disampaikan dari visualisasi desain motif batik yang telah dirancang dapat

diterima dan bernilai positif. Penggunaan metode kualitatif dimaksudkan agar

pengujian mendapatkan data valid secara mendalam dan terperinci dari setiap

koresponden. Pengujian kualitatif dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama

adalah pengujian logo batik Solo dan yang kedua adalah pengujian motif batik

kontemporer.

Pengujian dilakukan kepada beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM)

batik yang ada di Solo, pemerintah kota Solo khususnya Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan, dan masyarakat. Pengujian dilakukan juga dengan cara melakukan

pameran individu yang diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober 2015 di Kantor

Fakultas FTI UKSW Salatiga dan dalam The Second Satya Wacana Christian

University Research Expo bertemakan Health, Agriculture, Nature, Energy,

Industry, and Environtment tanggal 26 hingga 28 Oktober 2015 di Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

Page 23: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

15

Hasil pengujian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa hasil,

pertama dalam pembuatan logo yang dirancang sudah baik, karena

menggabungkan semua unsur yang berkenaan dengan batik terutama untuk

identitas batik Solo. Pewarnaan sogan yang dipilih juga disetujui oleh

koresponden karena menambah nilai kecintaan terhadap kota Solo terhadap logo

dan orang awam yang melihat semakin yakin kalau produk yang dibeli asli dari

kota Solo. Bagi masyarakat, pemerintah dan para komunitas batik Solo, logo

dapat diterapkan kedepannya agar dapat memastikan perspektif dunia bahwa batik

merupakan kekayaan tradisional Indonesia khususnya yang berasal dari kota Solo

dengan memberikan jaminan mutu, kepercayaan konsumen, perlindungan hukum,

dan identitas batik Solo. Para pengrajin batik berharap bila dapat

meminimalisasikan pemalsuan produk yang dilakukan oleh negara-negara lain,

karena negara-negara lain biasana yang menerima hasil ekspor tanpa identitas

apapun kemudian diberi merk, label dan diakui sebagai milik negara lain. Oleh

karena itu, perancangan logo yang telah dirancang sangat diterima dan sangat

mungkin untuk diaplikasikan.

Hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap motif batik kontemporer Solo

adalah motif yang dirancang sangat menggambarkan kota Solo dari segi visualnya

sehingga dengan sekali melihat ikon yang terdapat pada motif batik, koresponden

dapat melihat identitas kota Solo. Namun dalam segi warna, batik yang dirancang

kurang menggambarkan kota Solo. Kota Solo sudah dikenal sekian tahun dengan

batik berwarna sogan, sedangkan batik yang dirancang lebih berwarna cerah

seperti batik Pekalongan dan Batik Madura.

Pengembangan selanjutnya untuk membuat variasi-variasi lain yang dapat

dipakai untuk pakaian, karena untuk perancangan ini, batik yang sudah jadi tidak

bisa digunakan selain untuk pajangan, karena bila dipaksakan motif dari kota Solo

akan terpotong dan nilai dari ikon Solo yang ingin ditampilkan menjadi hilang.

Kain batik yang sudah dirancangdapat menjadi koleksi bagi para kolektor, karena

dilihat dari nilai eksklusifitasnya (hanya satu desain dan susah ditiru oleh

kompetitor lain). Motif batik yang dirancang juga banyak digemari koresponden

yang datang pada saat pameran. Selain mengetahui ikon yang tergambar dalam

setiap lembar kain, kearifan lokal dan pesan yang ingin ditampilkan juga sudah

terwakili dengan beberapa ikon yang diambil dari masing-masing daerah.

Menurut pemerintah, banyak peluang inovasi dalam menciptakan sebuah

batik Solo yang berbasis kekayaan budaya, sejarah, daerah kota. Selain dapat

mengenalkan kota Solo ke daerah lain, pembuatan batik sekaligus membanggakan

karena banyak generasi muda yang tidak ambil alih dalam pelestarian batik, serta

dapat pula menjadi kegiatan eksplorasi terhadap keunikan ikon untuk kemudian

dikembangkan menjadi suatu produk baru dan nilai baru.

Melalui hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap responden maka

didapatkan hasil analisis bahwa logo dan motif batik yang dirancang memiliki

fungsi yang bagus dalam perkembangan dunia batik khususnya dalam

perekonomian kreatif sekarang. Logo dapat digunakan sebagai penanda oleh para

pengrajin dan pembatik Solo dalam karya yang telah dibuat, sedangkan ikon dan

motif baru dapat menambah perspektif orang bahwa batik bukanlah hanya kain,

namun mengandung banyak makna di balik proses pembuatannya. Hal ini sesuai

Page 24: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

16

dengan tujuan perancangan yang mau memperkenalkan identitas Solo. Dua

kegiatan pameran didokumentasikan pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12 Situasi Kedua Pameran

5. Kesimpulan dan Saran

Hasil dari pengujian untuk logo dan motif batik dapat dikatakan membentuk

pandangan bahwa kota Solo (city branding) sebagai kota batik. Batik yang

menjadi produk khas kota Solo dan merupakan merchandise yang paling dicari

orang ketika pergi ke Solo dapat digunakan juga sebagai ruang pamer atau etalase

yang menawarkan Solo dalam ajang pamer budaya dan promosi pariwisata di

skala nasional. Kekayaan kearifan lokal yang dimiliki Solo khususnya dapat

menjadikan modal ide pengembangan ekonomi kreatif, tidak hanya pada media

batik tapi ke banyak produk seni atau kerajinan lainnya. Dengan adanya ikon

sebagai simbol di dalam motif batik dapat mempermudah masyarakat dalam

menentukan asal batik dibuat dan terutama dapat mengenal budaya, arsitektur, dan

sejarah lebih spesifik dengan melihat ikon motif batik yang dirancang.

Saran untuk penelitian berikutnya adalah selalu berkembang open minded

untuk memunculkan ide baru dan tidak terpaku pada satu ide, tetapi harus dapat

mengembangkan ke berbagai ide (contohnya untuk memunculkan pola dan

mengembangkannya ke berbagai media seni tidak hanya kain dan tidak hanya

Page 25: Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10444/2/T1...didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik

17

untuk kota Solo tetapi kota-kota lain di Indonesia). Pembuatan batik adalah

dengan teknik batik tulis dan batik cap, karena setelah masuk ke proses digital,

dan output dari batik menggunakan mesin, dapat dikatakan kain batik yang dibuat

bukan merupakan kain batik, melainkan tekstil bermotif batik. Masalah yang akan

dihadapi untuk perancangan logo apabila ingin diterapkan mendapatkan tantangan

yang jauh lebih berat, karena logo yang dirancang harus diupayakan melalui

berbagai strategi agar semua masyarakat tau bahwa logo tersebut adalah logo

batik khas Solo. Menurut pemerintah, dalam penggunaan logo batik untuk batik

yang benar - benar dibuat di Solo oleh seniman Solo dan hanya batik dengan

proses 100% malam yang diberi logo, karena batik yang menggunakan printer

merupakan tekstik bermotif bukan batik. Melihat hasil pengujian yang berkaitan

dengan motif, diharapkan dapat terus dikembangkan produksi batik yang

mengandung banyak pesan dari pengrajin khususnya budaya-budaya khas Solo,

dan sebisa mungkin menggunakan warna sogan dalam pewarnaan motif batik

Solo.

6. Daftar Pustaka

[1] Berita Industri-Membangun Reputasi Batik Lewat Batik

Mark.2013.http://www.kemenperin.go.id (Diakses tanggal 28 Maret 2015)

[2] Apa yang harus anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi

Asean.2014.http://www.bbc.com (Diakses tanggal 2 April 2015)

[3] Hadapi MEA, Kemendag Kembali Dorong Industri Kreatif Kerajinan lewat

INACRAFT 2015.2015.http://www.djpen.kemendag.go.id (Diakses tanggal 5 Juni

2015)

[4] Kota Kreatif Ujung Tombak Pengembangan Ekonomi

Kreatif.2013.Puskompublik.http://www.kemenpar.go.id (Diakses tanggal 5 Juni

2015)

[5] Praja, Aksan Sukma.2012.Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel

Art.UKSW:DKV FTI.

[6] Sukardhani,Puspita Sari.2011.Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik Tulis

Surabaya (Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya).UNAIR:Media dan

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

[7] Surianto, Rustan.2009.Mendesain Logo.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[8] Wulandari,Ari.2011.Batik Nasional.Yogyakarta:Penerbit Andi.

[9] Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary.2007.Metodologi Desain.Yogyakarta:Penerbit

Andi

[10] Afifah, Mahardin Nur Alfifah,2013, ”Solo Dilirik Sebagai Inspirasi Mode Dunia”.

Solopos, 31 Agustus 2013.