kadar kortisol saliva sebagai penanda gangguan …
TRANSCRIPT
KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN
GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT JALAN USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
TESIS
OLEH :
YUFI PERMANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
PEMBIMBING:
Dr.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M. Ked(OG), SpOG.K
dr. Syamsul A Nasution, M.Ked(OG), SpOG.K
PENYANGGAH :
dr. Sanusi Piliang, SpOG
dr. Muldjadi Affendy,M, Ked(OG), SpOG. K
dr. Yostoto B Kaban, M.Ked(OG), SpOG. K
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
bidang Obstetri dan Ginekologi
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat
diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
MasterKedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia
biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan
masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya
kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT
JALAN USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN”
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti
Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas
Kedokteran USU Medan
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada yang terhormat :
2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr.dr M. Fidel Ganis
Siregar,SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi
Universitas Sumatera Utara
FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K), Ketua
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan; Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris Program Studi
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr.
M. Fauzie sahil, SpOG (K), Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Prof. Dr. M.
Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof.
Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. DR. Dr. M. Thamrin
Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof.
Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG
(K); dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang secara
bersama-sama telah berkenan menerima saya untuk
mengikuti pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri
dan Ginekologi.
3. Ketua Divisi Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi dr.Ichwanul
Adenin M Ked OG, SpOG (K) yang telah mengizinkan saya
untuk melakukan penelit ian tentang
KADAR KORTISOL
SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT JALAN USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN.
4.
Dr. dr. M. Fidel Ganis S iregar, M.Ked(OG), SpOG.K yang
telah memberikan pengarahan kepada saya dalam melakukan
penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya bersama
dengandr. Syamsul A. Nasution, M.Ked(OG), SpOG.Kyang telah
meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,
memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
5. dr. Sanusi Piliang, SpOG, dr. Muldjadi Affendy, M.Ked(OG),
SpOG.K, dr. Yostoto B. Kaban, SpOG.Kselaku penyanggah
dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan
Universitas Sumatera Utara
waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan
melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
6. dr. Sanusi Piliang, SpOG
se laku Bapak Angkat saya se lama
menja lan i masa pendidikan, yang telah banyak memberikan
nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.
7.
dr. Yostoto B. Kaban, SpOG.Kselaku pembimbing
minirefarat magister saya yang ber judul
“MINILAPAROTOMI HISTEREKTOMI” .
8.
Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-
USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan
mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Allah
SWT membalas budi baik guru-guru saya.
9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan
kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama
mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan
Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
10. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan beserta staf yang telah
memberi kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja
sama selama bertugas di Rumah sakit tersebut.
11.
Laboratorium Terpadu USU yang telah banyak membantu saya
dalam menyelesaikan penelitian ini.
12.
Paramedis RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah bersedia untuk
ikut dalam penelitian saya ini.
13. Kepada seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat
saya sebutkan namanya satu persatu, Dokter muda,
Universitas Sumatera Utara
bidan, paramedik, karyawan / karyawati di Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK-USU yang telah ikut membantu
dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani pendidikan
Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi FK-
USU/RSUP H. Adam malik.
Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur
kepada Allah SWTdan
Sembah sujud serta terima kasih yang
tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya
yang sangat saya cintai, Papadr. H. Marsal S Alimin, SpOG,MamaHj. Yulia Hatmayang telah membesarkan,
membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan tulus,
penuh kesabaran,serta kasih sayang dari sejak kecil hingga kini,
semoga Papa dan Mama selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.
Terimakasih saya ucapkan kepada Papa mertuaKompol. Oji Fahroji, SH, dan mama mertuaLinarni, yang telah memberikan dorongan,
doa dan semangat kepada sayaselamamenjalanipendidikanini.
Tiada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih
kepadaIstritercinta, dr. Lioni Novi Susanti dan teramat khusus
untuk Buah hati kami tercinta M. Raidan Alkhalifi,terima kasih
atas kasih sayang, semangat serta doa yang diberikan kepada Daddy,
semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan kepada kita.
Kepada saudara-saudarakandungsaya : Harsa Permata S.Fil, M.Fil, Yumi Meuthia ST, MT , Manesha Putra, MDdan
Reyna Purnama, yang telah memberikan dukungan, doa dan
pikiran kepada saya, semoga persaudaraan kita selalu dalam
keadaan solid dan kompak.
Kepada seluruh Keluargahandaitolan yang tidak dapat saya
Universitas Sumatera Utara
sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan
dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Al lah SWT senantiasa member ikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada ki ta semua. Amin Ya Rabbal ’Alamin
Medan, April 2015
Dr. Yufi Permana
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar .............................................................................................i Daftar Isi .......................................................................................................v Daftar Tabel ..................................................................................................ix Daftar Gambar ..............................................................................................x Daftar Singkatan ...........................................................................................xi BAB I. Pendahuluan....................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................5 1.3. Hipotesis Penelitian ...................................................................6 1.4. Tujuan .......................................................................................6
1.4.1. Tujuan umum ...................................................................6 1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................6
1.5. Manfaat .....................................................................................7 BAB II. Tinjauan Pustaka ............................................................................8
2.1. Menopause ...............................................................................8 2.1.1. Definisi ...................................................................................8 2.1.2. Gejala Menopause .................................................................10 2.2. Menopause Rating Scale (MRS) ...............................................13 2.3. Kelenjer Adrenal dan Hormon Kortisol ......................................16 2.4. Metabolisme Kortisol .................................................................20 2.5. Stres, Menopause dan Hormon Kortisol....................................23
BAB III. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep .......................................28
3.1. Kerangka Teori ..........................................................................28 3.2. Kerangka Konsep ......................................................................29
BAB IV. Metode Penelitian .........................................................................30
4.1. Rancangan Penelitian ...............................................................30 4.2. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................30 4.3. Populasi penelitian ....................................................................30 4.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................31 4.5. Sampel dan Besar Sampel ........................................................32 4.6. Bahan dan cara kerja penelitian ................................................34
4.6.1. Penilaian melalui kusioner ...............................................34 4.6.2. Pemeriksaan Fisik ............................................................35 4.6.3. Pemeriksaan Laboratorium ..............................................36
4.7. Etika Penelitian .........................................................................36 4.8. Alur Penelitian ...........................................................................37 4.9. Analisis Statistik ........................................................................37 4.10. Definisi Operasional ................................................................38
BAB V. Hasil dan Pembahasan ..................................................................41 5.1. Karakteristik wanita menopause berdasarkan ada tidaknya
keluhan menopause...................................................................41
5.2. Karakteristik wanita menopause berdasarkan derajat
Universitas Sumatera Utara
keluhan menopause...................................................................43
5.3. Karakteristik wanita menopause berdasarkan subskala
derajat
keluhan menopause...................................................................45
5.4. Tabel karakteristik wanita dengan gejala menopause
berdasarkan MRS ............................................................................47
5.5. Perbedaan kadar kortisol saliva berdasarkan ada tidaknya
keluhan menopause...................................................................48
5.6. Perbedaan kadar kortisol saliva rata-rata berdasarkan
derajat keparahan keluhan menopause .....................................49
5.7. Kurva ROC (Receiver Operating Characteristics) Kortisol
Saliva terhadap adanya gangguan menopause .........................50
5.8. Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi Positif, dan Nilai
Prediksi Negatif kadar kortisol saliva terhadap gejala
menopause ................................................................................51
BAB VI. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ...............................................................................51 6.2. Saran.........................................................................................52
Daftar Pustaka .............................................................................................xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Karakteristik wanita menopause berdasarkan ada tidaknya
keluhan menopause........................................................................... 42
Tabel 5.2. Karakteristik wanita menopause berdasarkan derajat
keluhan menopause........................................................................... 44
Tabel 5.3. Karakteristik wanita menopause berdasarkan subskala derajat
keluhan menopause........................................................................... 46
Tabel 5.4. Perbedaan kadar kortisol saliva berdasarkan ada tidaknya
keluhan menopause........................................................................... 48
Tabel 5.5. Perbedaan kadar kortisol saliva rata-rata berdasarkan
derajat keparahan keluhan menopause ............................................. 49
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1. Kategori menopause berdasarkan usia............................................. 10
Gambar2.2Fisiologi sekresi hormon estrogen dan progesteron ........................... 11
Gambar2.3. Menopause Rating Scale .................................................................. 15
Gambar2.4. Kelenjar Adrenal ............................................................................... 17
Gambar 2.5.BiosintesisAdrenokortikosteroiddanAndrogen adrenal ..................... 23
Gambar 5.1. Kurva ROC Kortisol Saliva terhadap adanya gangguan
Menopause ...................................................................................... 50
Gambar 5.2. Koordinat kurva ROC Kortisol Saliva terhadap adanya
gangguan
Menopause ...................................................................................... 50
.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
HPA :Hypothalamic–pituitary–adrenal
CRH : Corticotrophin-releasing hormone
ACTH : Adrenocorticotropin hormone
REM :Rapid eye movement
AUC : Area under curve
FSH : Follicle-stimulating hormone
LH :Luteinizing hormone
MRS : Menopause Rating Scale
StAR : Steroidogenic acute regulatory protein
cAMP : Cyclic adenosine monophosphate
GAS : General adaptation syndrome
GABA : Gamma Amino Butyric Acid
AVP : Arginine vasopressin
PVN : Paraventricular Nucleus
L-MMPI : Minnesota MultiphasicInventory Lie Scale
BMI : Body Mass Index
ROC : Range Of Curve
Universitas Sumatera Utara
KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI PENANDA GANGGUAN GEJALA MENOPAUSE PADA PARAMEDIS POLI RAWAT JALAN
USIA PERIMENOPAUSE DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
Yufi Permana, M. Fidel Ganis Siregar, Syamsul A. Nasution
Sanusi Piliang, Muldjadi Affendy, Yostoto B. Kaban
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran USU
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Pada masa pra menopause ditandai menurunnya kadar hormonal estrogen yang sering menimbulkan gejala yang sangat mengganggu. Faktor yang berpengaruh terhadap gejala pra menopause salah satunya adalah faktor psikis. Psikis erat kaitan nya dengan kadar kortisol. Dimana, keadaan stres berhubungan dengan sistem neuroendokrin. Hormon kortisol sebagai produk dari mekanisme ini, sering digunakan sebagaibiomarkeruntukmempelajaristres
.Diagnosis dari gejala menopause sampai saat ini masih terbatas pada keluhan yang cenderung subjektif, untuk itu diperlukan suatu biomarker dalam mendiagnosis gangguan gejala menopause.
METODE : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional dan uji diagnostik. Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada paramedis poli rawat jalan RSUP. H. Adam Malik, dimulai bulan Maret tahun 2015 sampai bulan April tahun 2015. Dilakukan dengan menilai gangguan gejala menopause melalui skoring Menopause Rating Scale (MRS) dan dihubungkan dengan kadar kortisol saliva. HASIL : Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar kortisol saliva dengan gangguan gejala menopause dengan Nilai P< 0,01 , kemudian juga didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar kortisol saliva dengan derajat masing-masing kelompok skor MRS dengan Nilai P = 0,008. Untuk Nilai titik potong kadar kortisol saliva sebagai penanda gangguan gejala menopause berada pada kadar 9,52 ng/ml dengan nilai sensitivitas sebesar 77 % dan spesifisitas sebesar 85 %. KESIMPULAN : Pemeriksaan kadar kortisol saliva sebagai penanda gangguan gejala menopause yaitu berada pada kadar 9,52 ng/ml dengan nilai sensitivitas sebesar 77 % dan spesifisitas sebesar 85 %. KATA KUNCI: kortisol saliva, gangguan menopause, Menopause Rating Scale
Universitas Sumatera Utara
SALIVARY CORTISOL LEVELS AS A MARKER FOR MENOPAUSAL DISTURBANCES IN PARAMEDICS AT PERIMENOPAUSAL
OUTPATIENT CLINIC OF HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL
Yufi Permana, M. Fidel Ganis Siregar, Syamsul A. Nasution
Sanusi Piliang, Muldjadi Affendy, Yostoto B. Kaban
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
ABSTRACT Introdcution : The premenopausal period is characterized as a decline in estrogen levels that consequently result in disturbing symptoms. One noted significant factor in this period is the psychological state, a condition that is closely related to cortisol levels. Stress is known to be a product of the neuroendocrine system. As a product of tbis mechanism, cortisol is frequently used as a biomarker to study stress. Currently, menopausal symptoms are diagnosed based on present complaints, which tends to be subjective, consequently, a biomarker is required to diagnose menopausal disturbances. METHOD : This analytic, diagnostic, cross sectional study was conducted in the General Hiospital of Haji Adam Malik Medan, and enrolled paramedics working at the out patient clinic from March until April 2015. All subjects were asked to fill a Menopause Rating Scale (MRS), the results of which were then associated with obtained salivary cortisol levels. RESULTS : Salivary cortisol levels was significantly associated with menopausal disturbances with P< 0,01. Salivary cortisol also significantly differed based on each MRS scores with P = 0,008. A cut-off value of 9.52 ng/mL was obtained, with specificity and sensitivity values of 85 and 77%, respectively. , CONCLUSION : Salivary cortisol testing as a marker for menopausal disturbances obtained a marker of 9.52 ng/mL with specificity and sensitivity values of 85 and 77%, respectively. KEY WORDS: Salivary cortisol, menopausal disturbances, Menopause Rating Scale
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai
perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa
diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi siklus yang dimulai dengan
menuanya ovarium hingga sampai ke fase berhenti. Dengan
berkembangnya teknologi medis dan meningkatnya fokus pada perawatan
kesehatan preventif, angka rata-rata harapan hidup menjadi meningkat.
Kebanyakan wanita sekarang setidaknya sepertiga dari kehidupan mereka
berada di masa menopause. Secara khusus, diperkirakan bahwa pada
tahun 2020, sekitar 52 juta perempuan akan berusia 55 tahun atau lebih
tua.
Definisi menopause merujuk pada suatu titik waktu yang dimana
dimaksudkan dengan 1 tahun setelah berhentinya menstruasi.
Postmenopause merupakan tahun-tahun berikutnya titik ini. Usia rata-rata
perempuan mengalami periode menstruasi terakhir mereka adalah 51,5
tahun, tetapipenghentian menstruasi karena kegagalan ovarium dapat
terjadi pada semua usia.
1
Gejala-gejala fisik yang dapat timbul pada menopause adalah
gejolak rasa panas dan keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia,
kekeringan kulit dan rambut, sakit dan nyeri pada persendian, sakit
kepala, palpitasi (denyut jantung cepat dan tidak teratur), dan berat badan
1
Universitas Sumatera Utara
bertambah. Gejala-gejala psikologis pada menopause adalah perasaan
murung, kecemasan, irritabilitas dan perusahaan yang berubah-ubah,
labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat,kosentrasi
berkurang, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak berharga.
Pada penelitian oleh Muharram (2007) didapatkan dari hasil
penelitian cross sectional terhadap 1.350 perempuan menopause
Indonesia berumur 40-60. Rata-rata umur perempuan menopause di
Indonesia adalah 48 ± 5,3 tahun. Ada 5 gejala utama dari perempuan
menopause Indonesia yaitu : nyeri otot atau sendi (77,7%), rasa letih atau
hilang energi (68,7%), kehilangan nafsu berhubungan badan (61,3%),
kerutan di kulit (60%) dan sulit konsentrasi, hot flushes (29,5%).
2
Sebelum terjadinya menopause biasanya didahului dengan pra
menopause sebagai permulaan transisi yang dimulai 2-5 tahun sebelum
menopause. Pada masa pra menopause terjadi ketidakteraturan siklus
haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40 tahun. Pada masa pra menopause
ditandai menurunnya kadar hormonal estrogen yang sering menimbulkan
gejala yang sangat mengganggu aktifitas kehidupan para perempuan
bahkan mengancam kehidupan rumah tangga. Gejala menjadi sangat
serius apabila tidak ditangani karena dapat menimbulkan perubahan yang
menyebabkan kecemasan pada perempuan. Gejala-gejala yang
ditimbulkan antara lain hot flushes (rasa panas dari dada hingga wajah),
night sweat (berkeringat di malam hari), penurunan daya ingat, depresi,
raca cemas (stres), mudah capek dan insomnia.
3
4
Universitas Sumatera Utara
Pada masa pra menopause menurut Proverawati dan Sulistyawati
(2010) faktor yang berpengaruh terhadap gejala pra menopause antara
lain : faktor psikis, sosial ekonomi, budaya dan lingkungan, faktor lain yaitu
perempuan yang belum menikah, perempuan karier yang sudah atau
belum berumah tangga dan mentruasi pertama. Selain itu latar belakang
perempuan sangat berpengaruh terhadap kondisi perempuan dalam
menjalani masa menopause, misalnya apakah perempuan tersebut sudah
menikah atau tidak, apakah perempuan tersebut mempunyai suami, anak,
cucu, atau keluarga yang membahagiakannya, serta pekerjaan yang
mengisi aktivitas sehari-hari.
Psikis erat kaitan nya dengan kadar kortisol. Dimana, keadaan
stres berhubungan dengan sistem neuroendokrin. Hormon kortisol
sebagai produk dari mekanisme ini, sering digunakan
4
sebagaibiomarkeruntukmempelajaristres. Secara fisiologis, aksis HPA
terkait dengan perubahan adaptasi tubuh terhadap pengaruh lingkungan
ekternal, sehingga sekresi releasing factor dari hipotalamus yaitu
corticotrophin-releasing hormone (CRH) dapat diaktifkan oleh peristiwa
psikologis dengan tingkat aktivasi yang bervariasi. Hubungan CRH
dengan adrenocorticotropin hormone (ACTH), aktivasi neurotransmiter
dan saraf otonom sangat kompleks.
Suatu penelitian pada hewan oleh Seattle Institute for Biomedical
and Clinical Research (2002) didapatkan bahwa pada awalnya estrogen
yang menurun pada wanita menopause menyebabkan suatu stres dalam
5,6
Universitas Sumatera Utara
tubuh wanita, sehingga kemudian menyebabkan peningkatan sekresi
kortisol oleh kelenjer adrenal7
Keadaan stres erat kaitannya dengan aksis HPA dan kelenjar
adrenal sebagai organ yang mensekresikan hormon kortisol. Sejauh mana
stres mempengaruhi kelenjar adrenal dalam mensekresikan kortisol dapat
dinilai dari derajat “adrenal stress” yang diukur dengan kuesioner Adrenal
Stress Questionnaire. Kuesioner ini disusun oleh Hompes D, seorang ahli
ginekologi Inggris. Dimana validitas dan reliabilitasnya telah dibuktikan
sebelumnya.
.
Peningkatan kortisol pada perimenopause banyak disebabkan oleh
tingkat stres yang tinggi, pada beberapa penelitian hal ini banyak dikaitkan
dengan munculnya gejala gangguan tidur. Kortisol diseksresikan oleh
kelenjar adrenal melalui respon feedback pada tubuh. Kortisol adalah
bahan kimia kuat yang , bersama dengan adrenalin sangat efektif dalam
melindungi tubuh selama masa stres . Ketika kadar kortisol tidak
seimbang , bagaimanapun, dapat mendatangkan gangguan pada sistem
syaraf.Tingginya kadar kortisol mengganggu restoratif tidur REM , dan
mengganggu ritme tidur , itulah sebabnya mengapa begitu banyak wanita
dalam laporan perimenopause bahwa mereka mampu untuk tertidur ,
tetapi mereka tidak bisa untuk tetap tidur. Kadar kortisol yang tinggi juga
dapat menyebabkan jantung berdebar-debar , dan bahkan serangan
panik. Bahkan jika wanita menderita kelelahan, dengan tingkat tinggi
kortisol dalam tubuh, maka wanita tetap tidak akan bisa tidur.
8
9
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian oleh Cagnacci et al (2011), wanita perimenopause
dinilai faktor psikologimelalui skor Greene yang dikaitkan dengan
peningkatan 24 jam kadar kortisol urin. Didapatkan terjadi peningkatan
kadar kortisol, peningkatan ini dikaitkan dengan faktor-faktor risiko untuk
penyakit jantung, seperti resistensi insulin dan penurunan kadar HDL-
kolesterol.
Diagnosis dari gejala menopause sampai saat ini masih terbatas
pada keluhan yang cenderung subjektif, untuk itu diperlukan suatu
penelitian mengenai adanya parameter yang objektif dalam menilai derajat
keparahan gejala menopause, sehingga bisa dijadikan penanda dan
bahkan mungkin follow up dalam pengobatan gejala menopause, dalam
hal ini kortisol diperkirakan dapat menjadi suatu alat diagnostik untuk
gangguan menopause.
10
1.2. Rumusan Masalah
Belum adanya penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan gejala menopause yang dinilai dari menopause rating scale
terhadap kadar kortisol saliva sebagai penanda derajat keparahan gejala
menopause, maka peneliti berusaha merumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh gejala menopause yang dinilai dari
menopause rating scale terhadap perubahan kadar kortisol saliva yang
dijadikan sebagai penanda gangguan gejala menopausepada wanita
perimenopause?”dan “Apakah pemeriksaan kadar kortisol saliva ini
Universitas Sumatera Utara
dapat menjadi pemeriksaan non invasif yang sensitif dan spesifik
sebagai penanda gangguan menopause?”
1.3. Hipotesis Penelitian
Gangguan menopause yang dinilai dari menopause rating scale
bermanifestasi pada perubahan kadar kortisol saliva dari wanita
perimenopause yang dapat dijadikan sebagai penanda gangguan gejala
menopause.
1.4. Tujuan
1.4.1.Tujuan Umum
Mengetahui kadar kortisol saliva pada paramedis poli rawat
jalanusia perimenopause di RSUP.H.Adam Malik
Medanberdasarkan gangguan gejala menopause.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik paramedis poli rawat
jalanusiaperimenopause di RSUP.H.Adam Malik
Medanberdasarkan ada tidaknya gejala menopause ( status
pernikahan, paritas, lama menopause, BMI dan skor total
Menopause Rating Scale (MRS)).
2. Mengetahui karakteristik paramedis poli rawat jalanusia
perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medanberdasarkan derajat
Universitas Sumatera Utara
gejala menopause (status pernikahan, paritas, lama menopause
dan BMI).
3. Mengetahui frekuensiparamedis poli rawat jalanusia
perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medan berdasarkan
subkelompokderajat gejala menopause
4. Mengetahui persentaseparamedis poli rawat jalanusia
perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medan berdasarkan
Menopause Rating Scale
5. Mengetahui hubungan kadar kortisol saliva dari paramedis poli
rawat jalanusia perimenopause di RSUP.H.Adam Malik
Medanberdasarkan ada tidaknya keluhan menopause.
6. Mengetahui hubungan kadar kortisol saliva dari paramedis poli
rawat jalanusia perimenopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan
RSUD Dr.Pirngadi Medan terhadap derajat keluhan menopause.
7. Penelitian ini juga akan mencari nilai titik potong (cut off value),
sensitivitas dan spesifisitas serta area under curve (AUC) dari
kadar kortisol saliva yang dapat dijadikan sebagai penanda
gangguan gejala menopause.
1.5. Manfaat
1. Pemeriksaan kadar kortisol saliva dapat menjadi standar
operasional prosedur sebagai penanda gangguan gejala
menopause.
Universitas Sumatera Utara
2. Diperolehnya cut off value dari kadar kortisol saliva, sehingga
membantu klinisi dalam mendiagnosis gejala menopause.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menopause
2.1.1. Definisi
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen
akibat tidak bekerjanya folikel ovarium. Sehingga untuk menentukan onset
dilakukan secara retrospektif, yaitu dimulai dari amenorea spontan sampai
12 bulan kemudian. Menopause merupakan kegagalan ovarium, ditandai
dengan tidak adanya estrogen, progesteron, dan androgen ovarium.
Istilah yang sering digunakan untuk membagi masa klimakterik:
1
A. Pramenopause
2
Pramenopause adalah masa sekitar usia 40 tahun dengan
dimulainya siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit, atau
banyak, yang kadang-kadang disertai dengan rasa nyeri. Pada wanita
tertentu telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindroma
prahaid. Dari hasil analisis hormonal dapat ditemukan kadar FSH dan
estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan sehingga
kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi. Keluhan yang
muncul pada fase premenopause ini ternyata dapat terjadi baik pada
keadaan sistem hormon yang normal maupun tinggi, sedangkan keluhan
yang muncul pasca menopause umumnya disebabkan oleh kadar hormon
yang masih normal maupun tinggi, hingga kini belum diketahui.
Universitas Sumatera Utara
B. Perimenopause
Perimenopause merupakan masa perubahan antara pramenopuse
dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur. Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari dan sisanya <
18 hari. Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid yang anovulatorik.
Pada sebagian wanita, telah muncul keluhan vasomotorik, atau keluhan
sindrom prahaid. Kadar FSH, LH dan estrogen sangat bervariasi. Disini
juga terlihat bahwa keluhan klimakterik dapat terjadi tidak hanya pada
kadar hormon yang rendah saja
C. Menopause
.
Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH
yang tinggi (>35 mIU/ml). Pada awal menopause kadang-kadang kadar
estrogen rendah. Pada wanita gemuk kadar estrogen biasanya tinggi. Bila
seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH >35
mIU/ml dan kadar estradiol < 30 pg/ml, maka wanita tersebut dapat
dikatakan telah mengalami menopause.
D. Pascamenopause
Pasca menopause adalah masa setelah menopause sampai
senium yang dimulai setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH
sangat tinggi (>35 mIU/ml) dan kadar estrodiol yang rendah
mengakibatkan endometrium menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin
terjadi lagi. Namun, pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan
kadar estradiol yang tinggi. Hampir semua wanita pascamenopause
Universitas Sumatera Utara
umumnya telah mengalamiberbagai macam keluhan yang diakibatkan
oleh rendahnya kadar estrogen.
E. Senium
Seorang wanita disebut senium bila telah memasuki usia pasca
menopause lanjut sampai usia > 65 tahun.
Gambar 2.1. Kategori menopause berdasarkan usia
2.1.2. Gejala
Keluhan-keluhan pada wanita perimenopause muncul akibat suatu
proses alami dari penuaan. Proses penuaan menyebabkan proses
degenerasi sel-sel tubuh termasuk di dalamnya adalah organ ovarium.
Fungsi ovarium yang menurun menyebabkan penurunan produksi hormon
seks yaitu estrogen dan progesteron. Proses degenerasi ini menyebabkan
penurunan sistem imunologi dan fungsi sel sehingga mempengaruhi
sistem aktivitas siklik ke hipotalamus dan hipofisis. Penurunan fungsi
Universitas Sumatera Utara
hipotalamus dan hipofisis mempengaruhi kerja saraf parasimpatis dan
sistem saraf sentral yang pada akhirnya menimbulkan gangguan pada
neurovegetatif, neurofisiologis, neuromotorik, dan sistem metabolik yang
secara klinis muncul sebagai gejala perimenopause.
11
Gambar 2.2. Fisiologi sekresi hormon estrogen dan progesteron
Berkurang atau hilangnya estrogen dapat menyebabkan gejala
vasomotor, gangguan tidur, gangguan mood, depresi, atrofi saluran kemih
dan vagina, serta meningkatnya risiko kelainan kronis seperti
osteoporosis, penyakit kardiovaskular dan penurunan fungsi kognitif.
Gejala vasomotor merupakan keluhan terbanyak yang dilaporkan pasien.
Dasar perubahan patofisiologi tersebut berkaitan dengan defisiensi
estrogen yang mekanismenya telah banyak diketahui.
Dua tipe gejala utama yaitu:
11
11
Universitas Sumatera Utara
a. Gangguan vasomotor
Gejala vasomotor yang terdiri dari gejolak panas (hot flush) dan keringat
malam terjadi pada 75% wanita pascamenopause dengan berbagai
derajat keparahan. Etiologi gejolak panas masih belum diketahui dengan
pasti, namun mungkin disebabkan oleh labilnya pusat termoregulator
tubuh di hipotalamus yang diinduksi oleh penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Instabilitas ini menimbulkan perubahan yang tiba-tiba berupa
vasodilatasi perifer mendadak dan bersifat sementara yang dikeluhkan
pasien sebagai gejolak panas yang ditandai adanya peningkatan suhu
tubuh pada saat itu. Bila terjadi pada malam hari, keadaan ini dilaporkan
pasien sebagai keringat malam.
b. Keluhan urogenital
Defisiensi estrogen menyebabkan atrofi pada uretra dan vagina. Dinding
vagina akan menipis, dan terjadi atrofi kelenjar vagina, sehingga lubrikasi
berkurang dan menyebabkan dispareuni. Menurunnya aktifitas seksual
juga makin menurunkan lubrikasi dan memperparah atrofi. Efek defisiensi
estrogen pada uretra dan kandung kemih berhubungan dengan sindrom
uretral berupa frequency, urgency dan disuria. Estrogen mempengaruhi
mukosa uretra, otot polos dan tonus alfa adrenergik sehingga terdapat
pernyataan estrogen mungkin dapat memperbaiki inkontinensia urin yang
terjadi pada wanita pascamenopause dengan difisiensi estrogen.
Universitas Sumatera Utara
2.2. MENOPAUSE RATING SCALE(MRS)
Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup
yang dikembangkan pada awal tahun 90an untuk menilai tingkat
keparahan keluhan menopause sebagai respon terhadap kurangnya
skala yang terstandarisasi untuk mengukur keparahan gejala penuaan
serta efeknya terhadap kalitas hidup.12,13,14,15 Sebenarnya, versi MRS
yang pertama seharusnya diisi oleh dokter yang menangani kasus yang
bersangkutan, namun beberapan kritik dari ahli metodologi akhirnya
memunculkan skala baru yang dapat dengan mudah diisi sendiri oleh
wanita yang bersangkutan, bukan oleh dokternya. Pembenaran
penggunaan MRS dimulai beberapa tahun yang lalu dengan tujuan untuk
membentuk suatu alat untuk mengukur gambaran kualitas hidup, yang
secara mudah dapat diisi. Tujuan pembuatan MRS adalah (1) untuk
memungkinkan perbandingan gejala penuaan antara diantara kelompok
wanita dengan kondisi yang berbeda, (2) untuk membandingkan
keparahan penyakit yang dialami dalam selang waktu tertentu, dan (3)
untuk mengukur perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan
pengobatan. Skala MRS telah dibakukan secara resmi berdasarkan
peraturan psikometrik dan diterbitkan pertama kali di Jerman. Sewaktu
alat ini sedang dibakukan, tiga dimensi yang terpisah ternyata
teridentifikasi, yang menjelaskan 59% variansi total yang dijumpai (analisis
faktor): psikologis, somato vegetatif, dan sub skala urogenital. Skala MRS
terdiri dari 11 item (gejala atau keluhan). Masing-masing gejala yang
terkandung didalam skala tersebut dapat diberikan nilai 0 (tidak ada
Universitas Sumatera Utara
keluhan) sampai 4 (gejala berat) tergantung pada tingkat keluhan yang
diperoleh setelah wanita yang bersangkutan mengisi skala tersebut
(dengan cara mencentang kotak yang telah disediakan). Cara penilaian
pada dasarnya sederhana, contohnya: skornya akan semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya tingkat keparahan subjektivitas gejala yang
diperoleh dari setiap item (skor 0 : tidak ada keluhan, skor 4: gejala yang
sangat berat]). Responden dengan sendirinya akan menunjukkan
persepsinya sendiri dengan mencentang 1 dari kemungkinan 5 kotak
“keparahan” yang tersedia untuk setiap item.
Hal ini terlihat pada kuesioner yang tersedia pada file tambahan
yang dilampirkan dalam penelitian ini. Skor komposit untuk setiap dimensi
(sub-skalanya) diperoleh setelah menambahkan skor pada setiap item
dari masing-masing dimensi. Skor kompositnya (skor total) diperoleh
setelah menjumlahkan semua skor dimensi. Ketiga dimensi tersebut,
pertanyaan yang tercantum didalamnya diuraikan secara terperinci dan
disimpulkan dalam satu file yang terlampir dalam penerbitan ini.
12,13,14,15
Saat ini, skala MRS diterima secara Internasional. Skala ini
pertamaka kali dialihbahasakan ke bahasa Inggris, yang diikuti dengan
terjemahan ke dalam bahasa yang lain. Rekomendasi metodologi
Internasional yang terbaru juga dimasukkan. Saat ini skala ini tersedia
dalam beberapa bahasa: bahasa Brasil, Inggris, Perancis, Jerman,
Indonesia, Italia, Mexico/Argentina, Spanyol, Swedia, dan Turki.
12
Universitas Sumatera Utara
Penilaian Menopause Rating Scale
Gambar 2.3. Menopause Rating Scale
Hubunganantarasub-skala dengan skor total dari skalaadalahhal
yangpenting dalammetodologipenilaian dari skala. Skor untuk tingkat /
derajat keparahan keluhan berdasarkan subskala adalah sebagai
berikut:14
Universitas Sumatera Utara
• Skor Keluhan Somatis-vegetatif
- Tidak ada / sedikit : 0-2
- Ringan : 3-4
- Sedang : 5-8
- Berat : 9+
• Skor Keluhan Psikologi
- Tidak ada / sedikit : 0-1
- Ringan : 2-3
- Sedang : 4-6
- Berat : 7+
• Skor Keluhan Urogenital
- Tidak ada / sedikit : 0
- Ringan : 1
- Sedang : 2-3
- Berat : 4
• Skor Total
- Tidak ada, sedikit : 0-4
- Ringan : 5-8
- Sedang : 9-16
- Berat : 17+
2.3. KELENJER ADRENAL DAN HORMON KORTISOL
Terdapat 2 (dua) organ endokrin dalam kelenjar adrenal yaitu
medulla pada bagian dalam dan korteks pada bagian luar. Korteks adrenal
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kemampuan untuk mensintesis lebih dari 25 hormon steroid.
Sel-sel korteks terdiri dari 3 lapisan (Lihat Gambar 2.3).
6,16
Gambar 2.4 Kelenjar Adrenal
a. Zona Glomerulosa (lapisan luar) menghasilkan mineralokortikoid
Menghasilkan hormon aldosteron dalam meregulasi keseimbangan
elektrolit cairan ekstraseluler terutama Na+ dan K+
b. Zona Fasikulata (lapisan tengah) menghasilkan glukokortikoid
. Kelainan
hiposekresi dari mineralokortikoid dan glukokortikoid disebut Addison’s
disease bermanifestasi pada hipoglikemia, dehidrasi berat, ketidak-
seimbangan elektrolit, hiperkalemia, hipotensi dan kulit mengkilap.
Universitas Sumatera Utara
Mempengaruhi metabolisme sel-sel tubuh terkait stres. Hormon
kortisol yang dihasilkan dari trigger ACTH dari hipofisis anterior
berperan dalam proses glukoneogenesis (menyimpan cadangan gula
pada otak, katabolisme protein, berperan dalam perbaikan jaringan dan
sistesis enzim). Hormon kortisol juga membantu kerja vasokonstriktor
adrenalin untuk meningkatkan tekanan darah terkait distribusi nutrisi.
Kadar kortisol yang berlebihan mengganggu metabolisme tubuh,
diantaranya menekan sistem imun, menurunkan formasi tulang,
menghambat inflamasi serta berpengaruh pada fungsi gastrointestinal
dan jantung. Gangguan hipersekresi dari glukokortikoid disebut
Cushing’s Syndrome bermanifestasi pada hiperglikemia, penurunan
densitas tulang, retensi cairan dan garam menimbulkan hipertensi dan
edema, penyembuhan luka yang buruk, dan mencetus terjadinya
infeksi.
c. Zona Retikularis (lapisan dalam) menghasilkan gonadokortikoid
Paling banyak menghasilkan dehydroepiandrosterone (DHEA) dan
androgen yang berperan dalam fisiologi reproduktif pria dan wanita.
DHEA dikonversi menjadi testosteron (terutama pada wanita) dan
dikonversi lagi menjadi estrogen (estradiol). Berperan menghasilkan
adrenal sex hormone, dimana adrenal androgen kadarnya meningkat
pada usia 7-13 tahun sehingga menstimulasi onset pubertas,
menstimulasi pertumbuhan bulu pubis dan aksila, juga menstimulasi
libido.
Universitas Sumatera Utara
Hormon steroid berasal dari kolesterol dan dibangun oleh kerja
enzim yang khas. Seluruh jaringan penghasil steroid dapat menghasilkan
androgen dan estrogen, tetapi hanya korteks adrenal yang memiliki enzim
yang diperlukan bagi pembentukan kortisol. Kortisol sebagai produk dari
glukokortioid korteks adrenal yang disintesis pada zona fasikulata dapat
mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid serta berbagai
fungsi fisiologis lainnya.
Pada tahap selanjutnya akan berpengaruh terhadap keseimbangan
metabolisme tubuh seluruhnya, sehingga pemahaman terhadap anatomi,
fisiologi dan metabolisme dari glukokortikoid khususnya kortisol sangat
diperlukan.
17
Banyak senyawa telah dihasilkan oleh korteks adrenal (lebih
kurang 40 macam). Namun, hanya sebagian yang dijumpai di dalam
darah vena adrenal. Kerja fisiologis utama dari hormon-hormon adrenal
khususnya glukokortikoid adalah sebagai berikut :
16
1. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yaitu
memacu glikogenolisis, ketogenesis, katabolisme protein dan
fungsi hormonal lain.
17
2. Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan
glukosa, asam-asam lemak dan asam-asam amino dalam sirkulasi.
Dalam jaringan perifer seperti otot, adiposa dan jaringan limfoid,
steroid adalah katabolik dan cenderung menghemat glukosa,
pengambilan glukosa dan glikolisis ditekan.
Universitas Sumatera Utara
3. Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap
katekolamin.
4. Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi (inotropik positif)
5. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan
absorbsi lemak,
6. menyebabkan erosi selaput lendir.
7. Terhadap tulang dan metabolisme menyebabkan terjadinya
osteoporosis, olehkarena menghambat aktifitas osteoblast dan
absorbsi kalsium di usus.
8. Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu eksresi air oleh
ginjal.
9. Pada dosis farmakologis menurunkan intensitas reaksi
peradangan, dimana pada
10. konsentrasi tinggi glukokortikoid menurunkan reaksi pertahanan
seluler dan khususnya memperlambat migrasi leukosit ke dalam
daerah trauma.
2.4. Metabolisme Kortisol
Sintesis steroid adrenal bermula dari kolesterol dan melalui
beragam langkah-langkah enzimatik dalam proses pembentukan
glukokortikoid. Jalannya reaksi diawali dari sintesis kolesterol dari bahan
dasar protein (30-d protein), yaitu: steroidogenic acute regulatory protein
(StAR), yang akan mengalami pembelahan dan proses oksidasi dari
Universitas Sumatera Utara
serangkaian rantai samping, yang selanjutnya diubah menjadi A5-
pregnenolon.
Korteks adrenal mengandung relatif banyak kolesterol, sebagian
besar merupakan gugus ester-kolesterol yang berasal dari sintesis de
nuvo enzim dan sumber-sumber ekstra adrenal. Perubahan ester-
kolesterol menjadi kolesterol merupakan langkah yang diperlukan dalam
sintesis steroid dan diatur oleh adenocorticotropic hormone (ACTH).
Dalam hal ini, ACTH melalui cAMP mengaktifkan protein kinase, suatu
enzim yang selanjutnya mengaktifkan protein-protein melalui proses
fosforilasi (penambahan fosfat) untuk mengkatalisis hidrolisis ester-
kolesterol. Protein kinase ini awalnya juga meningkatkan gugus 20-
hidroksilasi kolesterol. Hasil akhir dari reaksi ini adalah C-27 steroid 20α,
22β-dihidroksikolesterol dan 17α,20α-dihidroksikolesterol. Senyawa ini
diubah langsung menjadi pregnenolon atau 17α-pregnenolon dengan
kehilangan bagian isokaproat-aldehid yang terdapat pada rantai
samping.
6
Sekresi ACTH diatur secara umpan balik oleh steroid yang beredar
di dalam darah. Pada manusia, kortisol adalah regulator yang paling
penting. Kortisol bebas di dalam darah memiliki umpan balik negatif
terhadap pelepasan hormon pelepas kortikotropin (corticotropin releasing
hormone/CRH) dari hipothalamus. CRH turun melalui vena-vena sistem
portal hipotalamus ke hipofisis anterior dan memicu sekresi ACTH.
Respon CRH terhadap umpan balik negatif mengikuti irama diurnal,
sehingga pada pagi hari ACTH dan kortisol dapat ditemukan dalam jumlah
16
Universitas Sumatera Utara
yang lebih besar dan lebih kecil pada malam hari. Namun dalam keadan
stres baik fisik maupun psikologis seperti rasa nyeri, ketakutan, infeksi,
beban fisik yang berat, trauma, hipoglikemia atau tumor otak dan obat-
obatan kortikosteroid, irama sirkadian dari ACTH dan kortisol ini dapat
berubah.
Kortisol dimetabolisme di dalam hati, yang merupakan organ utama
tempat terjadinya katabolisme glukokortikoid, sebagian besar kortisol
direduksi menjadi dihidrokortisol yang selanjutnya menjadi
tetrahidrokortisol yang dikonyugasikan dengan asam glukoronat sehingga
mudah larut. Glukoronida ini tidak terikat oleh protein, sehingga senyawa
tersebut mudah dieksresikan oleh ginjal bersama urin.
6,15
Kira-kira 5-10 % kortisol dipecah menjadi 11-hidroksi-17ketosteroid
dan selanjutnya menjadi 11-β-hidroksiandrosteron. Eksresi kortisol bebas
hanya sebesar 1-3% jumlahnya di dalam darah dan hanya 10% jumlah
yang difiltrasi lalu dikeluarkan bersama urin, karena telah terlebih dahulu
direabsorbsi di tubulus ginjal. Pada orang dewasa normal dalam urin 24
jam ditemukan kortisol tidak lebih dari 80μg, kortison 50 μg,
tetrahidrokortisol 3 mg, tetrahidrokortison 5 mg, dan 11-hidroksi-17-
ketosteroid 1 mg. Kecepatan clearance metabolik kortisol adalah 65 ± 12
ml/menit/m
6,16
2, kecepatan pembersihan metabolik yang rendah
menyebabkan waktu paruh memanjang. Ini perlu diperhatikan pada
pengobatan dengan kortikosteroid, karena efek sampingnya menjadi lebih
besar.
18
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Biosintesis Adrenokortikosteroid dan Androgen adrenal
2.5. Stres, Menopause dan Hormon Kortisol
Masa menopause seringkali ditandai dengan berbagai macam
keluhan atau gejala yang meliputi aspek fisik maupun psikologis. Salah
satu gejala fisik yang timbul akibat perubahan hormonal adalah
menurunnya fungsi organ reproduksi yaitu ovarium. Pada usia sekitar 45
tahun didapati keluhan haid yang mulai tidak teratur. Biasanya ditandai
dengan memendeknya siklus haid dibandingkan dengan siklus haid pada
wanita yang lebih muda. Selain itu timbul pula gejolak rasa panas (hot
Universitas Sumatera Utara
flashes). Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai
berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti.
Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan “ kira-kira
60% wanita mengalami arus panas”. Ketika terjadi pada malam hari,
keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan
menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
4
Sedangkan munculnya gejala psikologi ketika menopause
sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, sosial,
budaya dan spiritual dalam kehidupan wanita. Beberapa gejala psikologis
yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, tertekan,
gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas, stres, dan depresi.
Stres adalah ketegangan fisik dan mental atau emosional karena tubuh
merespon terhadap tuntutan, tekanan dan gangguan yang ada di
sekeliling kita. Stres adalah suatu keadaan atau tantangan yang
kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stres sangat
individual sifatnya.
19
Konsekuensi yang paling menonjol bagi pengertian menopause dari
determinasi biological yaitu “sehat” dan “sakit” adalah melabel menopause
sebagai sebuah penyakit. Hubungan positif usia dengan kemunculan
penyakit mendukung sistem sosial untuk memberi label “menopause
sebagai penyakit” Label tersebut sudah sangat kuat dalam sistem sosial di
masyarakat juga terkait dengan anggapan produksi estrogen adalah
normal, dan ketika tubuh wanita tidak memproduksinya lagi, dianggap
tidak normal.Penjelasan di atas merupakan salah satu faktor yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan mengapa wanita mengalami stres pada masa menopause
menurut teori “Cognitive Stress System”.
Stres bermula dengan primary appraisal yaitu ketika kita merasakan
bahwa keadaan fisiologis atau psikologis akan mengancam kita, baik itu
nyata atau imajinatif. Secondary appraisal menjawab dengan apa yang
harus saya lakukan terhadap keadaan tersebut respon apa yang akan
saya tampilkan, stres akan berakhir jika kita behasil mempraktikkan
metode coping untuk menetralisasi keadaan tersebut. Maka, menurut teori
ini, stres lebih merupakan sebuah produk dari proses kognitif, tentang apa
yang kita pikirkan dan bagaimana kita menilai keadaan. Menopause yang
dianggap sebagai hal yang negatif menciptakan sebuah persepsi yang
negatif pula yang berpotensi menjadi primary appraisal, awal dari stres.
20
Stres pada masa menopause merupakan salah satu dari harm-loss
stressful appraisal yang terkait erat dengan penurunan self-esteem
wanita. Penurunan self-esteem ini merupakan kehilangan yang bersifat
psikologis. Hal ini terlihat dari persepsi bahwa menopause mengakibatkan
menurunnya daya tarik fisik dan seksual. Tubuh semakin renta, kulit
semakin peyot, dan wajah semakin suram. Tentu saja ini bagi istri akan
berlanjut dengan sikap cemas dan rasa takut. Terutama tentang perhatian
suami terhadap mereka. Mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan
anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi
reproduksi yang hilang.
20
Stres pada masa menopause dapat dipercepat oleh ketidakstabilan
hormon yang menyebabkan wanita masuk dalam siklus yang jahat.
Universitas Sumatera Utara
Menopause menyebabkan stres. Stres yang terjadi memicu semakin
banyak produksi hormon sehingga hormon tidak seimbang. Semakin
besar ketidakseimbangan hormon yang terjadi membawa wanita semakin
stres.
Keadaan stres fisik seperti: cedera, infeksi, trauma, temperatur
ekstrim, serta keadaan stres emosional seperti: cemas dan depresi
menimbulkan reaksi tubuh dalam suatu jalur stres respon berupa general
adaptation syndrome/GAS dan menimbulkan stimulus pada sistem limbik
yang melibatkan hipokampus dan amigdala. Adaptasi terhadap stres ini
dimediasi oleh saraf otonom dalam sistem neuroendokrin sampai ke
kelenjar adrenal, yang pada akhirnya terjadi sekresi kortisol. Melalui suatu
mediator yaitu neurotransmitter: Gamma Amino Butyric Acid (GABA),
serotonin (5-HT), katekolamin, dopamin, terjadi perubahan homeostasis
yang melibatkan intercellular signaling dan merangsang neuron-neuron
pada hipotalamus. Perangsangan diteruskan melalui median eminence
(ME) sampai mencapai sel neuroendokrin tertentu di dalam hipotalamus
yang mengakibatkan terjadinya sekresi CRH (corticotropin releasing
hormone) dan AVP (arginine vasopressin) oleh Paraventricular Nucleus
(PVN) di hipotalamus. Dengan cara ini, rangsangan diteruskan ke hipofisis
anterior yang menyebabkan sekresi ACTH (adrenocorticotrophin
hormone) ke sirkulasi sistemik. ACTH kemudian mencapai korteks adrenal
dan terjadi sekresi hormon kortikoid, khususnya glukokortikoid yaitu:
kortisol atau kortikosteron.
8
21
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan kortisol pada masa perimenopause banyak dikaitkan
dengan munculnya gejala gangguan vasomotor dan gangguan tidur.
Kortisol diseksresikan oleh kelenjar adrenal melalui respon feedback pada
tubuh. Tingginya kadar kortisol mengganggu restoratif tidur REM , dan
mengganggu ritme tidur , itulah sebabnya mengapa begitu banyak wanita
dalam laporan perimenopause bahwa mereka mampu untuk tertidur ,
tetapi mereka tidak bisa untuk tetap tidur. Kadar kortisol yang tinggi juga
dapat menyebabkan jantung berdebar-debar , dan bahkan serangan
panik. Bahkan jika wanita menderita kelelahan, dengan tingkat tinggi
kortisol dalam tubuh, maka wanita tetap tidak akan bisa tidur.
Pada penelitian oleh Cagnacci et al (2011) , wanita perimenopause
dinilai faktor psikologimelalui skor Greene yang dikaitkan dengan
peningkatan 24 jam kadar kortisol urin. Didapatkan terjadi peningkatan
kadar kortisol, peningkatan ini dikaitkan dengan faktor-faktor risiko untuk
penyakit jantung, seperti resistensi insulin dan penurunan kadar HDL-
kolesterol.
9
10
Universitas Sumatera Utara
Menopause “ Inbalance Hormone”
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Teori
Stress
• Keluhan Somatis • Keluhan Psikologis • Keluhan Urogenital
Universitas Sumatera Utara
3.2. Kerangka Konsep
Variabel tergantungKarakteristik
Variabel bebas Confounding
MENOPAUSE
Tidak ada keluhan pada menopause
Ada keluhan- keluhan menopause
MENOPAUSE RATING SCALE (MRS)
Ringan 5-8
Sedang 9-16
Berat > 17
Cortisol Saliva Pagi Pukul 08.00 – 12.00 WIB
Tidak ada 0-4
• Umur
• IMT
• Status
perkawinan
• Tingkat
Pendidikan
-Pengangkatan rahim dan kedua indung
telur -Terapi sulih hormon -Gangguan kejiwaan -Penyakit keganasan
-riwayat penyakit jantung, DM, tekanan
darah tinggi dan osteoporosis
-Gangguan kejiwaan -Penyakit keganasan
- Riwayat penyakit jantung, DM,
tekanan darah tinggi, Tiroid,
Gangguan hati - Usia
- Alkohol
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
rancangan cross-sectional dan uji diagnostik. Analisis variabel dilakukan
dalam bentuk univariat, dan multivariat, menggunakan analisis komparatif
dan korelatif.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Waktu
penelitian dimulai bulan Maret tahun 2015 sampai bulan April tahun 2015.
4.3. Populasi Penelitian
4.3.1. Populasi Target
Populasi target adalah paramedis wanita poli rawat jalan pada usia
perimenopause.
4.3.2. Populasi Terjangkau
Wanita perimenopause berumur 45-51 tahun yang bekerja sebagai
paramedis poli rawat jalan di RSUP.H.Adam Malik Medan
Universitas Sumatera Utara
4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1. Kriteria Inklusi
a. Paramedis poli rawat jalan dengan usia 45-51 tahun yang
bekerja di lingkungan RSUP H . Adam Malik
b. Telah melewati screening skala L-MMPI (Minnesota
MultiphasicInventory Lie Scale) dengan raw skor < 5.
c.Bersedia ikut dalam penelitian dan telah menandatanganiformulir
kesediaan.
d. Tidak pernah mengalami operasi pengangkatan rahim dan
kedua indung telur
e. Tidak mendapat pengobatan sulih hormon
f. Tidak memiliki riwayat gangguan psikiatrik (Kejiwaan).
g. Tidak menderita penyakit keganasan
h. Wanita yang tidak mempunyai riwayat penyakit jantung,
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi, osteoporosis.
i. Tidak memiliki kebiasaan minum alkohol dan merokok.
j. Pasien telah menikah dan mempunyai anak
4.4.2 Kriteria ekslusi
a. Mengundurkan diri dari penelitian
4.5. Sampel dan besar sampel
Objek penelitian pada penelitian ini adalahwanita perimenopause
berusia 45-51 tahun yang bekerja sebagai paramedis poli rawat jalan dan
Universitas Sumatera Utara
mempunyai gejala menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan sebagai
kelompok kasus dan Wanita perimenopause berusia 45-51 tahun yang
bekerja sebagai paramedis poli rawat jalan dan tidak mempunyai gejala
menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan sebagai kelompok kontrol.
Metode sampling digunakan consecutive sampling, untuk besar
sampel digunakanrumus besar sampel yang digunakan untuk uji
hipotesis pada penelitian ini berdasarkan sample size determination
in health studies dengan uji hipotesis dua arah satu proporsi populasi.
Dengan rumus sebagai berikut :
33
Zα √ Po (1-Pa) + Z1-β
√ Pa (1-Pa)
Dimana :
n = Besar sampel
Z1-α/2
dua arah = 1,96
= Derifat baku alfa, kesalahan tipe I sebesar 5 %, hipotesis
Z1-β
dua arah = 0,84
= Derifat baku beta, power penelitian sebesar 80 %,hipotesis
Po= Proporsi populasi penelitian wanita perimenopause dengan
keluhan-keluhan subjektif89% (0,89) dari kepustakaan
Pa = Proporsi populasi penelitian yang diharapkan dari penelitian
ini 70% (0,7)
Didapatkan nilai n = 22,469
Besar sampelminimal pada penelitian n = 23 orang
n = (Pa – Po)2
Universitas Sumatera Utara
Rumus besar sampel untuk penelitian diagnostik yang mempunyai
keluaran Area Under Curve (AUC) adalah sebagai berikut :
34
N = zα √ 2V1 + Zᵝ √ V1+V2
(θ1 – θ2)
2
Dimana :
n = Besar sampel
Zα = Derivat baku alpha (α = 5%, hipotesis dua arah 1,96)
Zβ = Derivat baku beta ((β = 20%, power penelitian sebesar 80%
,hipotesis dua arah)
(θ1 – θ2) = Selisih minimal AUC antara AUC1 dan AUC2 (20%)
θ1 = AUC1
θ2 = AUC
= AUC dari indeks yang diteliti (90%)
2 = AUC dari indeks yang sudah diketahui (70%)
V
35
1 = Q11 + Q21 - 2θ1
V
2
2 = Q12 + Q22 - 2θ2
Q
2
11 = Nilai Q1 dari indeks yang diteliti = θ1 : (2 - (θ1
Q
)
21 = Nilai Q2 dari indeks yang diteliti = 2θ12 : (1 + θ1
Q
)
12 = Nilai Q1 dari indeks yang telah ada = θ2 : (2 - (θ2
Q
)
22 = Nilai Q2 dari indeks yang telah ada = 2θ22
: (1 + θ2)
Perhitungan besar sampel dengan rumus tersebut telah disajikan
dalam suatu bentuk tabel untuk nilai AUC kesalahan Tipe I dan Tipe II
tertentu. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa selisih minimal AUC
sebesar 20 % (AUC1 = 90%, AUC2 = 70%) dengan kesalahan tipe I (α =
Universitas Sumatera Utara
5%) dan kesalahan tipe II (β = 20%), sehingga besar sampel n = 47, 6
orang.
Dari kedua cara perhitungan besar sampel dalam penelitian ini,
maka digunakan besar sampel yang terbesar yaitu sebanyak n = 48
orang.
4.6. Bahan dan Cara Kerja Penelitian
4.6.1 Penilaian melalui kusioner
Diberikan kuesioner kepada paramedis wanita yang berusia
perimenopause yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Semua peserta yang ikut dalam penelitian ini dilakukan wawancara
dan dicatat dalam status penelitian meliputi : usia, paritas, status menikah,
riwayat lama menopause, riwayat operasi, tingkat pendidikan, riwayat
pemakaian terapi hormonal, riwayat menderita penyakit jantung, riwayat
menderita osteoporosis, riwayat menderita penyakit diabetes melitus dan
hipertensi, riwayat tiroid, riwayat gangguan hati riwayat minum alkohol.
Kemudian subjek penelitian mengisi skala L-MMPI.Skala L-MMPI
adalah bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota Multiphasic
Personality Inventory). Penggunaan skala L- MMPI sangat penting
karena instrumen - instrumen pemeriksaan yang dipergunakan dalam
penelitian ini bersifat “ self rating” atau subjektif, sehingga validitas
penelitian ini sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam mengisi
instrumen-instrumen pemeriksaan yang diberikanSkala L-MMPI ini sudah
dipergunakan sejak tahun 1949 dibidang pendidikan dan kesehatan
khususnya psikiatri secara internasional. Skala ini terdiri dari 15 butir
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan yang harus dijaawab “Ya” atau “Tidak”.“Raw Score” diambil
dari jumlah jawaban”tidak” yang maksimal adalah 5 dari 15 pertanyaan.
Bila”Raw Score”lebih dari 5 berarti responden tersebut cenderung tidak
jujur dalam menjawab pertanyaan instumen berikan. Sehingga jawaban
dari responden tersebut tidak dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai
dalam penelitian. Selanjutnya dilakukan pengisian kuisioner kesehatan
dasar dari Departemen Kesehatan RI (2007) untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi nilai kortisol.
Dilakukan pengukuran keluhan menopause (somatik-vegetatif,
psikologis dan urogenital) yang sesuai dengan Menopause Rating Scale
yang diisi sendiri oleh Subjek penelitian dengan didampingi oleh peneliti
atau dibantu olehPPDS Obgyn.
22
Adapun pengukuran untuk gejala menopausedengan memakai
Menopause Rating Scale.MRS terdiri dari 11 item yang menilai gejala
menopause, dengan nilai skor untuk dibagi menjadi beberapa derajat.
Skor Total
- Tidak ada, sedikit : 0-4
- Ringan : 5-8
- Sedang : 9-16
- Berat : ≥ 17
4.6.2.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini meliputi pengukuran tekanan darah, berat badan
dan tinggi badan
Universitas Sumatera Utara
4.6.3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan mengukur kadar
kortsiol pada saliva. Cara pengambilan spesimen saliva dari subyek
penelitian adalahsebagai berikut :
1. Sebelumnya, hindari pengambilan spesimen ludah dibawah 60
menit setelah makan/ sarapan terakhir dan sebelum 12 jam
pemakaian alkohol. Cuci mulut (kumur-kumur) selama 10 menit.
2. Kemudian ambil minimal 1,5 cc saliva dari subyek dengan cara
subyek menundukkan kepala dan membiarkan saliva mengalir
sendiri masuk ke dalam tabung poli propilene.
3. SEGERA, aliquot saliva dimasukkan ke dalam 3 sampel cup,
masing-masing 0,5 cc saliva.
4. SEGERA, beri identitas dan jenis pemeriksaan, dan simpan di -
200C (selama pengukuran dan sebelum dibekukan, sampel
harus disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-80
C,
untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
4.7. Etika Penelitian
Untuk izin penelitian, persetujuannya diperoleh dari subyek
penelitian dan Komite Etik FK-USU yang akan melakukan penilaian
kelayakan proposal penelitian.
Universitas Sumatera Utara
4.8. Alur Penelitian
4.9. Analisis Statistik
Data di analisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi
dari karakteristik, nilai mean, dan standard deviasi serta data numerik.
Untuk analisis analitik dilakukan uji chi-square dan penilaian
sensitivitas dan spesifisita dengan kurva ROC.
4.10. Definisi Operasional
• Perimenopause
a. Definisi : masa perubahan antara pramenopuse dan
pascamenopause.
Pemeriksaan Kadar Kortisol Saliva
dan Penilaian Derajat keparahan Gejala Menopause dengan penggunaan Menopause
rating Scale (MRS)
Analisis Data
Subyek harus memenuhi kriteria Inklusi
Proses perekrutan
sampel dengan
Pedoman kuisioner
kesehatan dasar &
kuesioner Skala L MMPI
Paramedis wanita menopause
Universitas Sumatera Utara
b. Cara ukur : Anamnesa
c. Alat Ukur : usia diantara 45-51 tahun dengan siklus haid yang
tidak teratur.
• Body Mass Index (BMI) dihitung sebagai berat badan dalam
satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter
dikuadratkan (m2). Klasifikasi BMIberdasarkan kriteria WHO untuk
regio Asia-Pasifik tahun 2000 adalah sebagai berikut:
- Underweight < 18,5
- Normal Range 18,5 – 22,9
- Overweight at risk 23 – 24,9
- Obese I 25 – 29,9
- Obese II > 30
• Menopause Rating Scale (MRS)
a. Definisi :
b.
Skor untuk menilai tingkat / derajat keparahan
keluhan menopause
c.
Alat ukur : Kuesioner baku yang telah di buat dan divalidasi
dengan mengisi 11 pertanyaan yang dibuat.
d.
Cara ukur : dihitung berdasarkan skor masing-masing
pertanyaan
Skala ukur : klasifikasi skala derajat keluhan menopause,
dimana
- Tidak ada, sedikit : 0-4
Skor Total
- Ringan : 5-8
Universitas Sumatera Utara
- Sedang : 9-16
- Berat : ≥ 17sen
(skala ordinal/ variabel kategorik)
• Instrumen Penyaring Skala L-MMPI
a. Definisi: bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota
Multiphasic Personality Inventory) untuk menilai kejujuran. Karena
instrumen-instrumen penelitian bersifat“self rating”, validitas
penelitian sangat dipengaruhi kejujuran responden.
b.Alat ukur : Kuesioner Skala L-MMPI
c.Cara ukur : Skala ini terdiri dari 15 butir pertanyaan yang harus
dijawab “Ya” atau “Tidak”. “Raw Score” diambil dari jumlah jawaban
”tidak” yang paling banyak adalah <5. Bila ”Raw Score” >5 berarti
responden tersebut cenderung tidak jujur dalam menjawab
pertanyaan instumen yang diberikan (Gordon RM, 2011).
d.Skala ukur : Subyek jujur atau tidak jujur.
• Kortisol adalah hormon sebagai produk dari glukokortioid korteks
adrenal yang disintesis pada zona fasikulata yang dapat
mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid serta
berbagai fungsi fisiologis lainnya. Pada tahap selanjutnya akan
berpengaruh terhadap keseimbangan metabolisme tubuh
seluruhnya, satuan kadar kortisol adalah μg/dl (Barrett et al, 2010).
• Kadar Kortisol Saliva
a. Definisi : konsentrasi hormon kortisol di dalam saliva yang
diperiksa dengan kit (alat) Salimetrics dengan satuan ng/ml.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran kadar kortisol saliva pada penelitian ini hanya
dilakukan pada pagi hari 08.00–12.00 wib.
b.Alat ukur : Metode Enzyme Linked Immunoassay (ELISA)
c.Cara ukur :
Cara pengambilan spesimen saliva dari subyek penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Cuci mulut (kumur-kumur) selama 10 menit.
2. Kemudian ambil minimal 1,5 cc saliva dari subyek dengan cara
subyek menundukkan kepala dan membiarkan saliva mengalir
sendiri masuk ke dalam tabung poli propilene.
3. SEGERA, aliquot saliva dimasukkan ke dalam 3 sampel cup,
masing-masing 0,5 cc saliva.
4. SEGERA, beri identitas dan jenis pemeriksaan, dan simpan di -
200C (selama pengukuran dan sebelum dibekukan, sampel
harus disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-80C,
untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
d. Skala ukur : Skala ukur : Kadar kortisol saliva diukur dalam
satuan μg/dl (kadar normal kortisol saliva diurnal pada wanita
adalah 3 – 10ng/ml) (Skala Ratio/Variabel Numerik).
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini meneliti paramedis rawat jalan di RSUP. H. Adam
Malik Medan dan didapatkan 48 paramedis usia perimenopause dengan
gangguan gejala menopause dan 48 paramedis usia perimenopause
tanpa gangguan gejala menopause. Karakteristik subyek penelitian
ditunjukkan pada tabel dibawah ini
5.1. Tabel karakteristik wanita menopause berdasarkan ada
tidaknya keluhan menopause.
Karakteristik
Menopause
Tidak ada keluhan Ada keluhan
N % N %
Status menopause
- 0 tahun
- 1 tahun
- 2-5 tahun
33
11
4
68,7%
22,9%
8,4%
31
14
3
64,5%
29,2%
6,3%
Status pernikahan
- Memiliki suami
- Janda
- Belum menikah
46
0
2
95,8%
0%
4,2%
45
3
0
93,8%
6,3%
0%
Paritas
- Nulipara
- Primipara
- Multipara
- Grandemultipara
4
8
32
4
8,3%
16,7%
66,7%
8,3%
3
8
36
1
6,3%
16,7%
75,0%
2,1%
BMI
- Underweight
- Normoweight
7
19
14,5%
39,6%
3
14
6,3%
29,2%
Universitas Sumatera Utara
- Obesitas
- Overweight
8
14
16,7%
29,2%
9
22
18,7%
45,8%
Skor total MRS 2,40 + 0,79 13,19 + 4,8
Pada tabel diatas didapatkan berdasarkan lamanya menopause,
maka yang terbanyak adalah keadaan yang belum menopause yaitu
sebanyak 33 responden (68,7%) pada kelompok dengan tidak ada
gangguan gejala menopause dan 31 responden (64,5%) pada kelompok
dengan ada gangguan gejala menopause.
Berdasarkan status pernikahan maka subyek penelitian lebih
banyak yang masih memiliki suami yaitu sebanyak 46 responden (95,8%)
pada kelompok dengan tidak ada gangguan gejala menopausedan
45responden (93,8%)pada kelompok dengan ada gangguan gejala
menopause.
Berdasarkan paritas maka subyek penelitian terbanyak dalam
kelompok multiparitas yaitu sebanyak 32 responden (66,7%) pada
kelompok dengan tidak ada gangguan gejala menopausedan 36
responden (75,0%) pada kelompok dengan ada gangguan gejala
menopause.
Berdasarkan BMI maka subyek penelitian terbanyak pada
kelompok dengan tidak ada keluhan adalah responden dengan kategori
normoweight yaitu sebanyak 19 responden (39,6%) sementara pada
kelompok dengan ada keluhan adalah responden dengan kategori
overweight yaitu sebanyak 22 responden (45,8%).
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini didapatkan skor total MRS pada masing-masing
kelompok, dimana pada kelompok tanpa gangguan gejala menopause
didapatkan MRS total sebesar 2,40 + 0,79 dan pada kelompok dengan
gangguan gejala menopause didapatkan MRS total sebesar 13,19 + 4,8.
Pada penelitian multicenter oleh Krajewska dkk (2010) dilakukan
peneltian di Polandia, Belgia, Belarusia dan Yunani, maka di Polandia
rata-rata nilai MRS adalah 12,2 + 7,6, di Belgia rata-rata nilai MRS adalah
13,8 + 6,5, di Belarusia rata-rata nilai MRS adalah 10,8 + 8,0 , dan di
Yunani rata-rata nilai MRS adalah 12,9 + 6,5.
23
5.2. Tabel karakteristik wanita menopause berdasarkan derajat
keluhan menopause.
Karakteristik
Menopause Rating Scale
Ringan Sedang Berat
N % N % N %
Lama menopause
- 0 tahun
- 1 tahun
- 2-5 tahun
9
2
0
81,8 %
18,2 %
0 %
15
7
1
65,2 %
30,4 %
4,3 %
7
5
2
50 %
35,7 %
14,3 %
Status pernikahan
- Memiliki suami
- Janda
- Belum menikah
10
1
0
90,9 %
9,1 %
0 %
21
2
0
91,3 %
8,7 %
0 %
14
0
0
100 %
0 %
0 %
Paritas
- Nulipara
- Primipara
- Multipara
- Grandemultipara
1
1
9
0
9,1 %
9,1 %
91,8 %
0 %
1
4
17
1
4,3 %
17, 4 %
73,9 %
4,3 %
1
3
10
0
7,1 %
21,4 %
71,4%
0 %
Universitas Sumatera Utara
BMI
- Underweight
- Normoweight
- Overweight
- Obesitas
0
5
5
1
0 %
45,5 %
45,5 %
9,1 %
3
9
5
6
13,0 %
39,1 %
21,7 %
26,1 %
0
0
12
2
0 %
0 %
85, 7 %
14, 3 %
Pada tabel diatas didapatkan, berdasarkan lama menopause maka
pada kelompok dengan nilai MRS ringan yang terbanyak adalah
responden dengan status yang belum menopause yaitu sebanyak 9 orang
(81,8%), dan pada kelompok dengan nilai MRS sedang kelompok
terbanyak juga dengan status yang belum menopause yaitu sebanyak 15
orang (65,2%), sementara pada kelompok dengan nilai MRS berat
kelompok terbanyak juga dengan status yang belum menopause yaitu
sebanyak 7 orang (50 %).
Berdasarkan status pernikahan maka pada kelompok dengan nilai
MRS ringan yang terbanyak adalah responden dengan status memiliki
suami yaitu sebanyak 10 orang (90,9%), dan pada kelompok dengan nilai
MRS sedang kelompok terbanyak juga dengan status memiliki suami yaitu
sebanyak 21 orang (91,3%), sementara pada kelompok dengan nilai MRS
berat semua kelompok dengan status bersuami yaitu 14 orang (100%).
Berdasarkan paritas maka pada kelompok dengan nilai MRS ringan
yang terbanyak adalah responden dengan keadaan multiparitas yaitu
sebanyak 9 orang (91,8%), dan pada kelompok dengan nilai MRS sedang
juga dengan keadaan multiparitas yaitu sebanyak 17 orang (73,9 %),
sementara pada kelompok dengan nilai MRS berat yang terbanyak juga
dengan keadaan multiparitas yaitu sebanyak 10 orang (71,4 %).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan BMI maka pada kelompok dengan nilai MRS ringan
yang terbanyak adalah responden dengan BMI normoweight dan
overweight yaitu masing masing sebanyak 5 orang (45,5 %), dan pada
kelompok dengan nilai MRS sedang yang terbanyak adalah responden
dengan BMI normoweight yaitu sebanyak 9 orang (39,1%), sementara
pada kelompok dengan nilai MRS berat yang terbanyak adalah responden
dengan BMI overweight yaitu sebanyak 12 orang (85,7 %).
5.3. Tabel karakteristik wanita dengan gejala menopause berdasarkan
subskala derajat keluhan menopause.
Subskala Gejala Menopause N %
Skor Keluhan Somatis Vegatif
- Tidak ada
- Ringan
- Sedang
- Berat
2
14
22
12
4,2 %
25,0 %
45,8 %
25,0 %
Skor Keluhan Psikologi
- Tidak ada
- Ringan
- Sedang
- Berat
0
11
23
14
0 %
22,9 %
47,9 %
29,2 %
Skor Keluhan Urogenital
- Tidak ada
- Ringan
- Sedang
- Berat
4
26
14
4
8,3 %
62,3 %
29,2 %
8,3 %
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel diatas terlihat berdasarkan keluhan somatis vegatif
maka responden terbanyak dengan subkelompok sedang yaitu sebanyak
22 orang (45,8 %), dan berdasarkan keluhan psikologi maka responden
terbanyak adalah dengan subkelompok sedang yaitu sebanyak 23 orang
(47,9 %), sementara berdasarkan keluhan urogenital maka responden
terbanyak adalah dengan subkelompok ringan yaitu sebanyak 26 orang
(62,3%).
Pada penelitian oleh Dinger dan Heineman (2006) di Berlin
didapatkan pada skor MRS berdasarkan keluhan psikologi maka yang
terbanyak adalah kelompok dengan gejala ringan yaitu sebanyak 23 orang
(44,2%), berdasarkan keluhan somatik maka yang terbanyak adalah
kelompok dengan gejala ringan yaitu sebanyak 24 orang (51,0%), dan
berdasarkan keluhan urogenital maka yang terbanyak adalah kelompok
dengan tanpa gejala yaitu sebanyak 34 orang (72,3 %).
Penelitian dengan pandangan yang berbeda juga dilakukan oleh
Kakkar dkk (2007) di India, pada penelitian nya dilakukan pembagian usia
sebelum menopause,premenopause dan post menopause dan dilihat
proporsi masing-masing nya terhadap keluhan menopause derajat berat,
maka didapatkan hasil sebagai berikut; pada keluhan psikologi berat di
usia 46-51 tahun didapatkan sebanyak 30,7 %, pada keluhan somatik
berat di usia 46-51 tahun didapatkan sebanyak 31,8 %, pada keluhan
urogenital berat di usia 46-51 tahun didapatkan sebanyak 23,4 %.
24
25
Universitas Sumatera Utara
5.4. Tabel karakteristik wanita dengan gejala menopause
berdasarkan MRS
Pertanyaan Tidak
ada
Ringan Menengah Berat Sangat
berat
Badan terasa panas 16,7 % 37,5 % 27,1 % 16,7 % 2,1 %
Rasa tidak nyaman pada jantung 6,3 % 29,2 % 54,2 % 10,4 % 0 %
Masalah tidur 27,1 % 27,1 % 31,3 % 14,6 % 0 %
Perasaan tertekan 18,4 % 35,4% 37,5% 8,3% 0%
Mudah marah 33,3 % 37,5% 25% 4,2% 0%
Rasa resah 29,3 % 41,5% 14,6% 10,4 % 4,2 %
Kelelahan fisik dan mental 6,3 % 14,6 % 60,4% 16,4% 4,2%
Masalah seksual 45,0 % 37,5% 13,3% 4,2% 0%
Masalah saluran kemih 38,2% 37,5% 20,1% 4,2% 0%
Kekeringan pada vagina 46,7% 27,1% 15,8% 8,3% 2,1%
Gangguan pada sendi dan otot 6,3 % 14, 6 % 60, 4 % 14, 6 % 4,2 %
Pada tabel diatas keluhan dengan skala sangat berat terbanyak
dikeluhkan pada pertanyaan mengenai rasa resah, kelelahan fisik dan
gangguan pada sendi otot sebanyak 4,2 %, sedangkan keluhan dengan
skala berat terbanyak dikeluhkan pada pertanyaan mengenai badan
terasa panas sebanyak 16,7 %, sementara pada keluhan dengan skala
menengah terbanyak dikeluhkan pada pertanyaan mengenai kelelahan
fisik dan mental dan gangguan pada sendi otot sebanyak 60,4 %, dan
pada keluhan dengan skala ringan terbanyak dikeluhkan pada pertanyaan
mengenai rasa resah sebanyak 41,5 %, kemudian untuk penilaian tidak
Universitas Sumatera Utara
ada keluhan terbanyak pada pertanyaan mengenai kekeringan vagina
sebanyak 46,7 %.
Sementara pada penelitian oleh Rahman dkk (2010) di Kuching,
mereka membagi berdasarkan pertanyaan dari kuisioner MRS maka
didapatkan yang terbanyak adalah pertanyaan nomor 11 yang merupakan
pertanyaan dengan keluhan somatik mengenai rasa tidak nyaman pada
sendi dan otot yaitu sebanyak 285 dari 356 orang (80,1%).
26
5.5. Perbedaan kadar kortisol saliva berdasarkan ada tidaknya
keluhan menopause
Kelompok Perimenopause
Kadar kortisol saliva (ng/ml) P-Value
< 10 ng/ml > 10ng/ml
< 0,01
n % n %
Tidak ada
gangguan
42 87,5 6 12,5
Ada gangguan 14 29,2 34 70,8
* Chi-Square test
Berdasarkan tabel diatas didapatkan P-Value sebesar < 0,01
sehingga disimpulkan terdapat perbedaan kadar kortisol saliva yang
bermakna antara kelompok perimenopause dengan tidak ada gangguan
gejala menopause dan kelompok perimenopause yang mempunyai
gangguan gejala menopause.
Pada penelitian oleh Nancy dkk (2006) di North American
didapatkan hubungan yang bermakna (P < 0,0001) pada peningkatan
Universitas Sumatera Utara
kadar kortisol saliva (> 10 ng/ml) dengan terjadinya gejala vasomotor pada
usia perimenopause. Pada penelitian ini disimpulkan nilai kortisol saliva
berhubungan dengan nilai estrone glucuronide (E1G), FSH dan
Testosteron.
5.6. Perbedaan kadar kortisol saliva rata-rata berdasarkan derajat
keparahan keluhan menopause
27
Skor MRS Kadar kortisol saliva (ng/ml) P-Value
< 10 ng/ml > 10ng/ml
0,008
N % n %
Ringan 2 14.3% 3 8.8%
Sedang 10 71.4% 18 52.9%
Berat 2 14.3% 13 38.2%
* Chi- Square test
Pada tabel diatas didapatkan P-Value sebesar 0,008 sehingga
disimpulkan terdapat perbedaan kadar kortisol saliva yang bermakna
antara masing-masing kelompok skor MRS.
Pada penelitian oleh Jarcho dkk (2013) didapatkan adanya
hubungan yang bermakna (nilai P = 0,03) antara nilai kortisol dengan
derajat keparahan depresi pada wanita usia perimenopause.
Sementara pada penelitian oleh Rovensky (2003) di Slovakia
didapatkan tidak adanya hubungan bermakna ( nilai p = 0,69) antara nilai
kortisol saliva dengan gejala nyeri sendi pada wanita perimenopause.
28
29
Universitas Sumatera Utara
5.7. Kurva ROC (Receiver Operating Characteristics)Kortisol Saliva terhadap adanya gangguan menopause
Gambar 5.1. Kurva ROC Kortisol Saliva terhadap adanya gangguan
menopause
Gambar 5.2. Koordinat kurva ROC pada hubungan Kortisol Saliva
terhadap adanya gangguan menopause
.000
.200
.400
.600
.800
1.000
1.200
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89
Sensitivitas
Spesifisitas
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 5.2 tersebut didapatkan nilai titik potong (cut off value)
berada pada koordinat 45, dengan nilai kadar kortisol saliva pada
koordinat tersebut sebesar 9,525 ng/ml. (lihat lampiran Nilai Cut Off Value
kadar kortisol saliva untuk gejala menopause).
5.8. Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi Positif, dan Nilai Prediksi
Negatif kadar kortisol saliva terhadap gejala menopause
Gejala Menopause Ada
Gangguan Tidak Ada Gangguan
Kortisol
Saliva
> 9,52 ng/ml 37 8
<9,52 ng/ml 11 40
Sensitivitas = a : (a+c) = 37 : (48) = 0,7708
Spesifisitas = d : (b+d) = 41 : (48) = 0,8541
NP+ = a : (a+b) = 37: (44) = 0,8222
NP- = d : (c+d) = 40 : (51) = 0,7843
Pada tabel diatas disimpulkan bahwa dengan kadar kortisol saliva
9,52 ng/ml maka sebagai penanda gejala menopause didapatkan
sensitivitas sebesar 77 % dan spesifisitas sebesar 85 % sehingga
disimpulkan kortisol saliva masih belum dapat sebagai baku standar untuk
mendiagnosis gangguan gejala menopause.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pada penelitian ini didapatkan skor total MRS pada masing-masing
kelompok, dimana pada kelompok tanpa gangguan gejala
menopause didapatkan MRS total sebesar 2,40 + 0,79 dan pada
kelompok dengan gangguan gejala menopause didapatkan MRS
total sebesar 13,19 + 4,8.,
2. Karakteristik populasi berdasarkan keluhan somatis vegatif maka
responden terbanyak dengan subkelompok sedang yaitu sebanyak
22 orang (45,8 %), dan berdasarkan keluhan psikologi maka
responden terbanyak adalah dengan subkelompok sedang yaitu
sebanyak 23 orang (47,9 %), sementara berdasarkan keluhan
urogenital maka responden terbanyak adalah dengan subkelompok
ringan yaitu sebanyak 30 orang (62,3%).
3. Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna
antara kadar kortisol saliva dengan gangguan gejala menopause
dengan P-Value = < 0,01
4. Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna
antara kadar kortisol saliva dengan derajat masing-masing
kelompok skor MRS dengan P-Value= 0,008.
5. Nilai titik potong (cut off value) kadar kortisol saliva sebagai
penanda gangguan gejala menopause berada pada kadar
Universitas Sumatera Utara
9,52ng/ml. Berdasarkan nilai titik potong (cut off value) tersebut,
untuk penanda gejala menopause didapatkan nilai sensitivitas
sebesar 77 %dan spesifisitas sebesar 85 %.
6. Berdasarkan hipotesis penelitian maka disimpulkan terdapat
hubungan kortisol saliva dengan adanya gangguan gejala
menopause dan derajat keparahan menopause yang dinilai dari
MRS, namun pemeriksaan kortisol saliva tidak dapat dijadikan
sebagai penanda gangguan gejala menopause pada wanita usia
perimenopause.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
langsung antara kadar kortisol saliva dengan masing-masing
subkelompok MRS yaitu; keluhan somatik dan vegetatif,psikologi
dan urogenital pada usia perimenopause.
2. Perlu dilakukan penelitian di pusat pendidikan lain dengan
perbedaan karakteristik dan etnik wanita perimenopause.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
1. Schorge et al. 2008. Menopause dalam Williams Gynecology edisi 23.
New York: The McGraw-Hill Companies.
2. Baziad A. Menopause. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta 2002.
3. Muharam 2007, Simposium Nasional Perkumpulan Menopause
Indonesia (PERMI), Jakarta 21 -22 April 2007, Jakarta.
4. Proverawati, A. & Sulistyawati, E. 2010. Menopause dan sindrom
premenopause. Yogyakarta: Muha Medika.
5. C
6. Stewart PM, 2008. Chapter 14 The Adrenal Cortex. In : Williams
Textbook of Endocrinology, 11th ed. WB Saunders, An Imprint of
Elsevier.
ollins A, Eneroth P, 2005. Psychoneuroendocrine Stress Responses
and Mood as Related to the Menstrual Cycle. The American
Psychosomatic Society, Inc. Published by Elsevier Science Publishing
Co Inc 47:6
7. Seattle Institute for Biomedical and Clinical Research ( 2007). Effect of
Estrogen & Stress for Postmenopausal Women, Seattle.
8. Hompes D, 2009. Adrenal Stress Questionnaire. Available at:
www.davidhompes.co.uk.
9. Hudson ND, Bush B, 2010. The Role of Cortisol in Sleep. Natural
Medicine Journal 2(6).
Universitas Sumatera Utara
10. Cagnacci et al, 2011. Increased cortisol level: a possible link between
climacteric symptoms and cardiovascular risk factors. Menopause
Journal. 2011 Mar;18(3):273-8.
11. Speroff L, Glass RH, Kase NG, 2010. Sindroma premenstruasiIn :
Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility, 8th
12. Heinemann LAJ, Dominh T, Strelow F, Gerbsh S, Schnitker J,
Schneider HPG. The Menopause Rating Scale (MRS) as outcome
measure for hormone treatment? A validation study. Health Qual Life
Outcomes 2004;2:67.
ed,Williams and
Wilkkins, Baltimore USA 1057–1069.
13. Rahman A, Zainudin S, Kar mun V. Assesment of Menopausal
Symptoms Using Modified Menopause Rating Scale Among Middle
Age Women in Kuching, Sarawak, Malaysia. Asia Pasific Family
Medicine 2010,9:5.
14. Heinemann K, et al. The Menopause Rating Scale: A Methodological
review. Health and Quality of Life Outcome 2004,2:45
15. Kakkar V, Chopra K, Kaur A, kaur I. Assesment of The Variation in
Menopausal Symptoms With Age, Education and Working/non
Working Status in North-Indian Subpopulation Using Menopause
Rating Scale. Maturitas 57 (2007) 306-314.
16. Barrett KE, Barman SM, Boltano S, Brooks HL, 2010. Endocrine
Sytem. In : Ganong’s Review of Medical physiology, 23rd Ed. McGraw
Hill Companies Inc.
Universitas Sumatera Utara
17. Raison CL, Miller AH, 2003. When not enough is too much: the role of
insufficient glucocorticoid signaling in the pathophysiology of stres-
related disorders. Am J endocrinol160(9):1554-1565.
18. Roy-Byrne PP, Rubinow DR, Gwirtsman H, Hoban MC, Grover GN,
1996. Cortisol response to dexamethasone in women with
premenstrual syndrome. Biological Psychiatry-Neuropsychobiology
16:61-63.
19. Reitz R.1979. Menopause : A Positive Approach. New York : Penguin
Books
20. Lazarus RS. 1993. FROM PSYCHOLOGICAL STRESS TO THE
EMOTIONS: A History of Changing Outlooks. Annu. Rev. Psycho!.
1993. 44: 1-21.
21. Taylor SE, Lerner JS, Sherman DK, Sage RM, McDowell NK, 2008.
Neural Bases of Moderation of Cortisol Stres Responses by
Psychosocial. Journal of Personality and Social Psychology
95(1);197–211.
22. Depkes RI, 2007b. Pedoman Pengisian Kuesioner. Riset Kesehatan
Dasar. Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
23. Krajewska et al. Analysis of quality of life of women in menopause
periodin Poland, Greece, Belarus and Belgium using MRS Scale: A
multicenter study. Advances in Medical Sciences · Vol. 55(2) · 2010 ·
pp 191-195.
Universitas Sumatera Utara
24. Heineman L, Dinger J. Menopause Rating Scale as Outcome Measure
for Hormone Treatment. Centre for Epidemiology and Health
Research Berlin, Germany. 2006.
25. Kakkar et al. Assessment of the variation in menopausal symptoms
with age, education and working/non-working status in north-Indian
sub population using menopause rating scale (MRS). Maturitas. 2007
Jul 20;57(3):306-14. Epub 2007 Apr 3.
26. Rahman et al. Assessment of menopausal symptoms using modified
Menopause Rating Scale (MRS) among middle age women in
Kuching, Sarawak, Malaysia.Asia Pac Fam Med. 2010 Feb 22;9(1):5.
27. Wood FN et al. Cortisol Levels during the Menopausal Transition and
EarlyPostmenopause: Observations from the Seattle Midlife
Women’sHealth Study. Menopause. 2009 ; 16(4): 708–718.
28. Jarcho MR et al. Dysregulated diurnal cortisol pattern is associated
with glucocorticoidresistance in women with major depressive
disorder.
29. Rovensky et al. Cortisol elimination from plasma in
premenopausalwomen with rheumatoid arthritis. Ann Rheum Dis
2003;62:674–676.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Nama saya dr. YufiPermana, saat ini saya sedang menjalani
Program Pendidikan Dokter Spesialisdi bidang kebidanan dan penyakit
kandungan (OBGIN) FK-USU.Saya akan meneliti tentang Kadar Kortisol
Saliva Sebagai Penanda Derajat Keparahan Menopause Pada Paramedis
Poli Rawat Jalan Usia Perimenopause di RSUP H. Adam Malik.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh gejala menopause yang dinilai dari menopause rating scale
terhadap perubahan kadar kortisol saliva yang dijadikan sebagai penanda
derajat keparahan gangguan menopause pada wanita perimenopause.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang dengan
metode pendekatan cross-sectional dan uji diagnostik. Analisis variabel
dilakukan dalam bentuk univariat, dan multivariat, menggunakan analisis
komparatif dan korelatif. Adapun manfaat penelitian ini dapat menjadi
standar operasional prosedur sebagai penanda derajat keluhan gejala
menopause.
Pengambilan cairan ludah ini tidak sakit dan cenderung mudah.
Prosedur pengerjaan dalam penelitian ini dengan cara mengambil
minimal 1,5 cc air liur anda yang dilakukan dengan menundukkan kepala
dan membiarkan saliva mengalir sendiri masuk ke dalam tabung
penampung. Waktu pengambilan cairan ludah yaitu pada pagi hari pukul
08.00-12.00 wib. Tidak ada risiko yang dapat mengganggu jiwa anda pada
saat pengambilan air liur ini.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela
tanpaadabiaya yang dibebankankepadaandadan tanpa paksaan maupun
tekanan dari pihak manapun,
sertasayaakanmenjaminkerahasiaanpribadidalammengikutipenelitianini.
Anda berhak untuk menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini,
diharapkan anda yang terpilih sebagai subyek sukarela dalam penelitian
ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang
disiapkan.
Terimakasih saya ucapkan kepada atas kesediaannya untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian saya. Jika terdapat hal-hal yang kurang
jelas maka dapat menghubungi saya dr.Yufi Permana di Dept.Obstetri
dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan atau No. Telp.
082167258306.
Medan, April 2015
Hormat Saya
dr. Yufi Permana
LAMPIRAN
Petunjuk : Berilahtanda (x) padakolomjawaban (ya)
bilaandasetujudenganpernyataanini,
ataubilaandamerasabahwapernyataaniniberlakubagiataumengenaianda.
Skala L MMPI
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknyaberilahtanda (x) padakolomjawaban (tidak)
bilaandatidaksetujudenganpernyataaniniataubilaandamerasapernyataani
nitidakberlakuatautidakmengenaianda.
Pernyataan : Ya
Tidak
1. Saya tidak selalu mengatakan yang benar ( ) ( )
2. Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat
kabar harian ( ) ( )
3. Saya kadang-kadang marah ( ) ( )
4. Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang-
kadang saya tunda sampai besok ( ) ( )
5. Bila saya sedang tidak enak badan kadang-
kadang saya mudah tersinggung ( ) ( )
6. Sopan santun saya di rumah tidak sebaik seperti
jika bersama orang lain ( ) ( )
7. Bila saya yakin tidak seorang pun melihatnya,
mungkin sekali-sekali saya akan menyelundup
nonton tanpa karcis ( ) ( )
8. Saya lebih senang menang daripada kalah dalam
suatu pertandingan ( ) ( )
9. Saya ingin mengenal orang-orang penting karena
dengan demikian saya merasa menjadi lebih
Universitas Sumatera Utara
penting juga ( ) ( )
10. Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang
saya kenal ( ) ( )
11. Kadang-kadang saya mempergunjingkan orang
lain (gosip) ( ) ( )
12. Saya kadang kadang memilih orang-orang yang
tidak saya kenal dalam suatu pemilihan ( ) ( )
13. Sekali-sekali saya tertawa juga mendengar lelucon
porno ( ) ( )
14. Sekali-sekali saya berfikir tentang hal-hal
yang buruk untuk diutarakan. ( )` ( )
15. Kadang-kadang saya merasa ingin mengumpat
atau mencaci maki ( ) ( )
LAMPIRAN
MENOPAUSE RATING SCALE
Universitas Sumatera Utara
.
Skoruntuktingkat /
derajatkeparahankeluhanberdasarkansubskalaadalahsebagaiberikut:
• SkorKeluhanSomatis-vegetatif
- Tidakada / sedikit : 0-2
- Ringan : 3-4
- Sedang : 5-8
- Berat : 9+
• SkorKeluhanPsikologi
- Tidakada / sedikit : 0-1
- Ringan : 2-3
Universitas Sumatera Utara
- Sedang : 4-6
- Berat : 7+
• SkorKeluhan Urogenital
- Tidakada / sedikit : 0
- Ringan : 1
- Sedang : 2-3
- Berat : 4
• Skor Total
- Tidakada, sedikit : 0-4
- Ringan : 5-8
- Sedang : 9-16
- Berat : 17+
PEDOMAN WAWANCARA
1. Dalam 12 bulanterakhir, apakahandapernahdidiagnosismenderita tumor padaotak ? (dokter/ perawat/ bidan)
Penyakit Tumor Otak
(Ya / Tidak) 2. Apakahandadalam 12 bulanterakhirseringmengeluhnyerikepalahebat ?
(Ya / Tidak) 3. Apakahandadalam 12 bulanterakhirpernahmengalamipingsantiba-tiba?
(Ya / Tidak) 4. Apakahandabelakanganiniseringmengalamigangguankeseimbangan,
penglihatanhilangtiba-tiba?
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
(Ya / Tidak)
1. Apakahandaselamainiseringmerasakanpusing yang semakin lama bertambahberatdisertaipeningkatantekanandarah?
Cushing Syndrome
(Ya / Tidak) 2. Apakahandamerasatubuhandasemakinmembesarataubertambahgemukdisert
aiwajah yang membengkak?
(Ya / Tidak) 3. Apakahandabelakanganinimengalamigangguansiklushaidatauandapernahtid
akmengalamihaidbeberapabulanbelakanganini?
(Ya / Tidak) 4. Apakahandabelakanganinimerasalemah ?
(Ya / Tidak) 5. Apakahandamerasabanyaktumbuhbulu di dada danperutdisertaiwarnakulit
yang bertambahgelapdanditumbuhijerawat?
(Ya / Tidak)
1. ApakahandamerasaseringAddison Disease
(Ya / Tidak)
kelelahandanmerasakehilangantenagadisertaikelemahanotot yang berat?
2. (Ya / Tidak) Apakahtekanandarahandamengalamipenurunanhebatbelakanganini?
3. Apakahandaseringmengalami
(Ya / Tidak)
penurunannafsumakan, mual, muntah, diarehebat ?
4. Apakahandaseringmengalamikehausan, pusingdanseringpingsan ? (Ya / Tidak)
5. Apakahandamerasakulitandasemakinbertambah
(Ya / Tidak)
gelaptermasukkulitlapisanmulutdankulitpadadaerahpersendian?
1. Dalam beberapa bulan terakhir, apakah anda pernah didiagnosis menderita sakit kuning oleh tenaga kesehatan? (dokter/ perawat/ bidan)
Penyakit Gangguan Fungsi Hati
(Ya / Tidak) 2. Apakahkulitdanbagianputihmataandadalambeberapabulanterakhirberubahw
arnamenjadilebihkekuningan? (Ya / Tidak)
3. Apakahwarna air seniandadalambeberapabulanterakhirseperti air tehpekat ? (Ya / Tidak)
Universitas Sumatera Utara
4. Apakahwarnatinjaandadalambeberapabulanterakhirsepertiwarnadempul ? (Ya / Tidak)
5. Apakahandadalambeberapabulanterakhirseringmengeluhmual-muntahataunyeripadauluhati ? (Ya / Tidak)
1. Apakahandaselamainipernahdidiagnosismenderitakencingmanisolehtenagakesehatan ? (dokter/perawat/ bidan)
Penyakit Diabetes Mellitus
(Ya / Tidak) 2. Apakahandaselamainipernahmenggunakanobatuntukkencingmanis ?
(Ya / Tidak) 3. Apakahandaselamainipernahmengalamigejalabanyakmakan ?
(Ya / Tidak) 4. Apakahandaselamainipernahmengalamibanyakberkemihdanbanyakminum
?
(Ya / Tidak) 5. Apakahandaselamainipernahmengalamiseringmerasalemasdanberatbadantu
run ?
(Ya / Tidak)
1. Apakahandapernahmengalamiterababenjolanpadaleherbagiantengahdepan yang semakin lama semakinmembesar?
PenyakitTiroid
(Ya / Tidak) 2. Apakahandamerasa bola mataandasemakinmenonjolkeluar ?
(Ya / Tidak) 3. Apakah anda selama ini merasa jantung anda terasa berdebar-debar?
(Ya / Tidak) 4. Apakahandaseringmengeluhkankeluarkeringat yang berlebihan?
(Ya / Tidak) 5. Apakah anda merasa berat badan anda sulit bertambah walaupun anda
memakan makanan yang cukup banyak?
(Ya / Tidak) 6. Apakahandaseringmerasagemetar, tidaktenangataugelisah?
(Ya / Tidak)
Universitas Sumatera Utara
1. Apakahandabelakanganiniseringmengalamigangguansiklushaidatautidakmendapathaidbeberapabulanbelakanganini?
Hiperprolaktinemia
(Ya / Tidak) 2. Apakahbelakanganiniandapernahmengalamikeluar air susudaripayudara?
(Ya / Tidak) 3. Apakah belakangan ini anda sering merasa sakit kepala atau sering pusing?
(Ya / Tidak) • Apakahandasedangdalamterapiobat-obatantertentu (hormonal, Pil KB) ?
(Ya / Tidak) • Apakahandasedangmenggunakanobat-obatankortikosteroid ?
(Ya / Tidak) • Apakahandamempunyai kebiasaan minum minumanberalkohol ?
(Ya / Tidak)
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Area Under the Curve
Test Result Variable(s):Kadar Kortisol Saliva
Area Std. Errora Asymptotic Sig.b
Asymptotic 95% Confidence
Interval
Lower Bound Upper Bound
.874 .036 .000 .804 .945
The test result variable(s): Kadar Kortisol Saliva has at least one tie between the
positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be
biased.
a. Under the nonparametric assumption
b. Null hypothesis: true area = 0.5
Universitas Sumatera Utara
Statistics
Skor MRS
N Valid 48
Missing 0
Mean 13.19
Median 13.50
Std. Deviation 4.867
kel_lamen * kel_skor_mrs Crosstabulation
kel_skor_mrs
Total 0-4 5-8 9-16 >=17
kel_lamen 0 tahun Count 33 9 15 7 64
% within kel_skor_mrs 70.2% 81.8% 65.2% 50.0% 67.4%
1 tahun Count 11 2 7 5 25
% within kel_skor_mrs 23.4% 18.2% 30.4% 35.7% 26.3%
2 tahun Count 3 0 1 2 6
% within kel_skor_mrs 6.4% .0% 4.3% 14.3% 6.3%
Total Count 47 11 23 14 95
% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Status Pernikahan * kel_skor_mrs Crosstabulation
kel_skor_mrs
Total 0-4 5-8 9-16 >=17
Status Pernikahan Bersuami Count 46 10 21 14 91
% within kel_skor_mrs 95.8% 90.9% 91.3% 100.0% 94.8%
Janda Count 0 1 2 0 3
% within kel_skor_mrs .0% 9.1% 8.7% .0% 3.1%
Belum Menikah Count 2 0 0 0 2
% within kel_skor_mrs 4.2% .0% .0% .0% 2.1%
Total Count 48 11 23 14 96
Statistics
Skor MRS
N Valid 48
Missing 0
Mean 2.40
Median 2.50
Std. Deviation .792
Universitas Sumatera Utara
% within kel_skor_mr 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Body Mass Index * kel_skor_mrs Crosstabulation
kel_skor_mrs
Total 0-4 5-8 9-16 >=17
Body Mass Index Normoweight Count 19 5 9 0 33
% within kel_skor_mrs 39.6% 45.5% 39.1% .0% 34.4%
Obese Count 8 1 6 2 17
% within kel_skor_mrs 16.7% 9.1% 26.1% 14.3% 17.7%
Overweight Count 14 5 5 12 36
% within kel_skor_mrs 29.2% 45.5% 21.7% 85.7% 37.5%
Underweight Count 7 0 3 0 10
% within kel_skor_mrs 14.6% .0% 13.0% .0% 10.4%
Total Count 48 11 23 14 96
% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Jumlah Anak * kel_skor_mrs Crosstabulation
kel_skor_mrs
Total 0-4 5-8 9-16 >=17
Jumlah Anak Nullipara Count 4 1 1 1 7
% within kel_skor_mrs 8.3% 9.1% 4.3% 7.1% 7.3%
Primipara Count 8 1 4 3 16
% within kel_skor_mrs 16.7% 9.1% 17.4% 21.4% 16.7%
Multipara Count 32 9 17 10 68
% within kel_skor_mrs 66.7% 81.8% 73.9% 71.4% 70.8%
Grandemultipara Count 4 0 1 0 5
% within kel_skor_mrs 8.3% .0% 4.3% .0% 5.2%
Total Count 48 11 23 14 96
% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
kel_skorsom * kel_skor_mrs Crosstabulation
Universitas Sumatera Utara
kel_skorpsi * kel_skor_mrs Crosstabulation
kel_skor_mrs
Total 0-4 5-8 9-16 >=17
kel_skorpsi tidak ada Count 44 0 0 0 44
% within kel_skor_mrs 91.7% .0% .0% .0% 45.8%
ringan Count 4 6 5 0 15
% within kel_skor_mrs 8.3% 54.5% 21.7% .0% 15.6%
sedang Count 0 4 14 5 23
% within kel_skor_mrs .0% 36.4% 60.9% 35.7% 24.0%
berat Count 0 1 4 9 14
% within kel_skor_mrs .0% 9.1% 17.4% 64.3% 14.6%
Total Count 48 11 23 14 96
% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
kel_skoruro * kel_skor_mrs Crosstabulation
kel_skor_mrs
Total 0-4 5-8 9-16 >=17
kel_skor_mrs
Total 0-4 5-8 9-16 >=17
kel_skorsom tidak ada Count 48 2 0 0 50
% within kel_skor_mrs 100.0% 18.2% .0% .0% 52.1%
Ringan Count 0 7 5 0 12
% within kel_skor_mrs .0% 63.6% 21.7% .0% 12.5%
Sedang Count 0 2 16 4 22
% within kel_skor_mrs .0% 18.2% 69.6% 28.6% 22.9%
Berat Count 0 0 2 10 12
% within kel_skor_mrs .0% .0% 8.7% 71.4% 12.5%
Total Count 48 11 23 14 96
% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Universitas Sumatera Utara
kel_skoruro tidak ada Count 38 3 1 0 42
% within kel_skor_mrs 79.2% 27.3% 4.3% .0% 43.8%
ringan Count 10 6 15 5 36
% within kel_skor_mrs 20.8% 54.5% 65.2% 35.7% 37.5%
sedang Count 0 2 6 6 14
% within kel_skor_mrs .0% 18.2% 26.1% 42.9% 14.6%
berat Count 0 0 1 3 4
% within kel_skor_mrs .0% .0% 4.3% 21.4% 4.2%
Total Count 48 11 23 14 96
% within kel_skor_mrs 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
kel_skorsom
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 2 4.2 4.2 4.2
ringan 12 25.0 25.0 29.2
sedang 22 45.8 45.8 75.0
berat 12 25.0 25.0 100.0
Total 48 100.0 100.0
kel_skorpsi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ringan 11 22.9 22.9 22.9
sedang 23 47.9 47.9 70.8
berat 14 29.2 29.2 100.0
Total 48 100.0 100.0
kel_skoruro
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Universitas Sumatera Utara
Valid tidak ada 4 8.3 8.3 8.3
ringan 26 54.2 54.2 62.5
sedang 14 29.2 29.2 91.7
berat 4 8.3 8.3 100.0
Total 48 100.0 100.0
Gejala Menopause * Kelompok Kadar Kortisol Saliva Crosstabulation
Kelompok Kadar Kortisol Saliva
Total <10 ng/mL >10 ng/mL
Gejala Menopause (-) Count 42 6 48
% within Kelompok Kadar
Kortisol Saliva
75.0% 15.0% 50.0%
(+) Count 14 34 48
% within Kelompok Kadar
Kortisol Saliva
25.0% 85.0% 50.0%
Total Count 56 40 96
% within Kelompok Kadar
Kortisol Saliva
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 33.600a 1 .000
Continuity Correctionb 31.243 1 .000
Likelihood Ratio 36.286 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 33.250 1 .000
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,00.
b. Computed only for a 2x2 table
kel_skor_mrs * Kelompok Kadar Kortisol Saliva Crosstabulation
Kelompok Kadar Kortisol Saliva
Total <10 ng/mL >10 ng/mL
Universitas Sumatera Utara
kel_skor_mrs 5-8 Count 7 4 11
% within Kelompok Kadar
Kortisol Saliva
50.0% 11.8% 22.9%
9-16 Count 6 17 23
% within Kelompok Kadar
Kortisol Saliva
42.9% 50.0% 47.9%
>=17 Count 1 13 14
% within Kelompok Kadar
Kortisol Saliva
7.1% 38.2% 29.2%
Total Count 14 34 48
% within Kelompok Kadar
Kortisol Saliva
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.719a 2 .008
Likelihood Ratio 9.921 2 .007
Linear-by-Linear Association 9.028 1 .003
N of Valid Cases 48
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,21.
Universitas Sumatera Utara
Somatik Psikis Urogenital1 AD 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.5 8 9 1 182 AK 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 7.89 7 9 1 173 AS 49 1 Bersuami Multiparitas Overweight 15.01 9 7 2 184 AT 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 4.76 2 3 2 75 AY 49 0 Bersuami Multiparitas Obese 11.54 3 4 3 106 BN 47 0 Bersuami Primiparitas Underweight 10.58 9 3 1 137 BT 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 12.86 3 3 4 108 DM 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.01 9 8 1 189 DM 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.76 6 7 1 1410 DW 47 0 Bersuami Multiparitas Overweight 13.4 9 4 1 1411 EK 48 0 Bersuami Multiparitas Overweight 14.41 10 8 1 1912 EN 50 1 Bersuami Multiparitas Obese 12.15 8 6 4 1813 ER 45 0 Bersuami Grandemultiparitas Obese 11.08 6 5 0 1114 EY 45 0 Bersuami Primiparitas Overweight 17.1 12 7 3 2215 IR 51 2 Bersuami Multiparitas Overweight 14.37 11 6 4 2116 JG 48 0 Bersuami Multiparitas Obese 11.57 5 5 2 1217 KL 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.80 4 3 1 818 LG 51 2 Janda Primiparitas Normoweight 9.89 6 5 1 1219 MU 50 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 12.81 5 3 1 920 MY 49 0 Bersuami Nuliparitas Obese 11.29 4 10 1 1521 N 51 1 Bersuami Multiparitas Obese 11.52 6 8 2 1622 NH 50 1 Bersuami Multiparitas Obese 11.79 3 6 2 1123 NN 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 7.95 3 3 0 624 OY 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.5 3 1 1 525 PJ 51 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.81 7 6 1 1426 PL 51 1 Janda Multiparitas Normoweight 5.71 5 3 1 927 PL 48 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 12.90 5 2 1 828 PM 48 0 Bersuami Multiparitas Underweight 10.63 8 6 1 1529 PT 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 11.15 4 2 1 730 RB 48 1 Bersuami Primiparitas Underweight 10.12 6 3 1 1031 RM 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.75 7 8 1 1632 SA 50 2 Bersuami Primiparitas Overweight 18.3 14 6 2 2233 SC 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 15.44 8 8 4 2034 SF 48 1 Bersuami Multiparitas Overweight 6.741 2 2 2 635 SH 48 0 Bersuami Multiparitas Overweight 12.9 8 5 2 1536 SH 48 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.59 8 4 1 1337 SN 49 0 Janda Nuliparitas Obese 11.09 3 5 0 838 SR 49 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 10.06 5 3 0 839 SS 51 1 Bersuami Nuliparitas Obese 11.36 9 9 2 2040 SW 48 1 Bersuami Primiparitas Overweight 16.3 10 6 2 1841 SW 46 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 10.06 5 4 1 1042 SY 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 13.62 9 8 3 2043 TM 51 1 Bersuami Multiparitas Overweight 13.9 12 4 1 1744 WM 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 7.93 3 2 1 645 WT 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 13.43 8 6 2 1646 YL 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.16 3 6 1 1047 YN 48 1 Bersuami Multiparitas Overweight 12.17 7 6 1 1448 YT 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 8.28 4 2 1 7
BMI Kadar Kortisol
Skor MRS Skor MRS TotalNo Nama Usia Lama Menopause
Status Pernikahan
Paritas
Universitas Sumatera Utara
Somatik Psikis Urogenital1 AN 48 0 Bersuami Grandemultiparitas Obese 5.12 1 0 0 12 ANS 47 0 Bersuami Multiparitas Overweight 10.36 1 1 1 33 AS 48 0 Bersuami Multiparitas Overweight 9.66 2 1 0 34 BM 46 0 Bersuami Multiparitas Obese 5.82 1 2 0 35 EI 46 0 Bersuami Multiparitas Underweight 6.67 1 1 0 26 FA 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 8.88 1 1 0 27 FT 47 0 Bersuami Multiparitas Underweight 7.01 2 2 0 48 HM 46 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 9.87 2 1 0 39 JL 48 0 Bersuami Multiparitas Obese 5.82 1 0 0 110 JM 46 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.93 2 1 0 311 KK 47 1 Bersuami Grandemultiparitas Normoweight 3.238 1 0 0 112 KM 48 0 Bersuami Primiparitas Overweight 6.17 1 1 0 213 KN 48 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.73 1 1 0 214 KN 45 0 Bersuami Nuliparitas Obese 5 2 1 0 315 KP 48 0 Belum Bersuami Nuliparitas Normoweight 8.56 1 1 0 216 KT 47 0 Bersuami Multiparitas Overweight 9.39 1 1 1 317 LG 51 2 Bersuami Multiparitas Overweight 10.04 1 1 1 318 LL 49 1 Bersuami Multiparitas Obese 6.25 1 1 0 219 LW 46 0 Bersuami Multiparitas Obese 3.924 2 1 0 320 MG 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 8.71 1 1 0 221 MJ 50 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.34 1 1 0 222 MMT 47 0 Bersuami Primiparitas Overweight 5.13 0 1 0 123 MN 48 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.52 2 1 0 324 MN 47 0 Bersuami Multiparitas Underweight 3.34 1 1 0 225 MS 46 0 Bersuami Multiparitas Underweight 4.41 1 2 0 326 MTS 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 10.41 2 1 0 327 MW 45 0 Bersuami Grandemultiparitas Underweight 4.12 0 1 0 128 MY 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 9.27 1 1 1 329 NK 45 0 Bersuami Multiparitas Overweight 5.01 2 1 0 330 NR 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 10.52 1 1 1 331 NW 46 0 Bersuami Multiparitas Overweight 3.87 1 2 0 332 PM 49 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.65 1 1 0 233 PN 48 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 8.21 1 1 0 234 PN 49 1 Belum Bersuami Nuliparitas Underweight 7.33 1 1 1 335 RH 49 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.44 1 1 0 236 RM 51 2 Bersuami Multiparitas Normoweight 13.5 2 1 1 437 RY 50 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.56 2 1 0 338 SL 51 2 Bersuami Multiparitas Overweight 10.29 2 1 0 339 SM 48 0 Bersuami Grandemultiparitas Obese 7.16 2 0 1 340 SM 47 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 5.22 0 1 0 141 SN 51 3 Bersuami Nuliparitas Normoweight 8.24 1 1 0 242 SS 48 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 3.231 1 0 0 143 ST 47 1 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.78 1 1 0 244 ST 48 1 Bersuami Multiparitas Normoweight 8.41 1 1 0 245 SW 47 0 Bersuami Multiparitas Obese 6.29 1 1 0 246 TK 45 0 Bersuami Primiparitas Normoweight 7.97 2 0 0 247 WN 46 0 Bersuami Multiparitas Underweight 6.67 1 1 1 348 YM 45 0 Bersuami Multiparitas Normoweight 6.20 1 1 1 3
BMI Kadar Kortisol
Skor MRS Skor MRS TotalNo Nama Usia Lama Menopause
Status Pernikahan
Paritas
Universitas Sumatera Utara