kalimat imperatif dalam komentar masyarakat …eprints.ums.ac.id/33144/13/naskah publikasi.pdfbaik,...

14
KALIMAT IMPERATIF DALAM KOMENTAR MASYARAKAT PADA KRIIING SOLOPOS TAHUN 2014 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: HARIYANTO A 310 110 183 Kepada: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FEBRUARI, 2015

Upload: truonghanh

Post on 29-Jun-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KALIMAT IMPERATIF DALAM KOMENTAR MASYARAKAT

PADA KRIIING SOLOPOS TAHUN 2014

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Diajukan Oleh:

HARIYANTO

A 310 110 183

Kepada:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FEBRUARI, 2015

KALIMAT IMPERATIF DALAM KOMENTAR MASYARAKAT

PADA KRIIING SOLOPOS TAHUN 2014

Diajukan Oleh:

HARIYANTO

A 310 110 183

Artikel Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi.

Surakarta, 25 Februari 2015

Drs. Andi Haris Prabawa, M.Hum

NIK. 412

1

KALIMAT IMPERATIF DALAM KOMENTAR MASYARAKAT PADA

KRIIING SOLOPOS TAHUN 2014

Hariyanto dan Andi Haris Prabawa

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sasta Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Srakarta

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi penanda kesantunan kalimat

imperatif dalam komentar masyarakat pada Kriiing Solopos edisi September 2014

dan (2) mengidentifikasi jenis kalimat imperatif dalam komentar masyarakat pada

Kriiing Solopos edisi September 2014. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, penanda kesantunan kalimat imperatif yang terdapat dalam komentar

masyarakat pada Kriiing Solopos edisi September 2014 berupa tolong, mohon,

marilah, mari, minta tolong, dimohon, silakan, alangkah baiknya, sebaiknya, dan

lebih baik. Kedua, penanda jenis kalimat imperatif yang terdapat dalam komentar

masyarakat pada Kriiing Solopos edisi September 2014, diantaranya adalah: (1)

kalimat imperatif biasa dengan penanda kata kerja+lah, kata kerja+kan, kata kerja

dasar, kata kerja ingkar, dan kata kerja bantu, (2) kalimat imperatif suruhan

dengan penanda kata tolong dan mohon, (3) kalimat imperatif ajakan dengan

penanda kata marilah, mari, dan alangkah baiknya, (4) kalimat imperatif

permintaan dengan penanda kata minta tolong, dimohon, sebaiknya, dan lebih

baik, dan (5) kalimat imperatif pemberian izin dengan penanda kata silakan.

Penanda kesantunan tolong menduduki peringkat teratas dalam komentar

masyarakat pada Kriiing Solopos edisi September 2014. Selain itu, kalimat

imperatif berpenanda kesantunan juga mendominasi dalam komentar masyarakat

tersebut.

Kata Kunci: Kalimat Imperatif, Penanda Kesantunan, Surat Kabar

Pendahuluan

Bahasa memiliki peran fundamental dalam kehidupan. Manusia tumbuh

dan berkembang bersama bahasa. Dengan bahasa pula, manusia dapat belajar,

berekspresi, berkomunikasi, dan melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Sejalan dengan pemikiran di atas, Widjono (2012: 20) berpendapat bahwa bahasa

adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

masyarakat pemakainya. Bahasa dipakai oleh orang tertentu yang berkomunikasi

2

dengan menggunakan dialek tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu pada

waktu tertentu.

Manusia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi melalui dua cara,

yakni penggunaan bahasa secara lisan maupun penggunaan bahasa secara tertulis

atau bentuk tulisan. Surat kabar atau koran merupakan salah satu media

komunikasi massa yang menggunakan bahasa tulis atau berbentuk tulisan.

Solopos merupakan salah satu surat kabar atau koran yang selain di dalamnya

berisi berbagai informasi yang beragam dan aktual juga memberikan tempat

kepada masyarakat untuk berkomentar atau menyampaikan pesan, kritik, maupun

saran kepada pihak lain, misalnya institusi pemerintahan, anggota DPR, Walikota,

Bupati, partai politik, kelompok masyarakat tertentu, maupun pengelolan fasilitas

umum. Melalui Kriiing Solopos, masyarakat diharapkan memberikan komentar-

komentar yang membangun kepada pihak-pihak yang dituju.

Solopos merupakan surat kabar atau koran yang terbit di kota Surakarta

atau yang lebih dikenal kota Solo. Berpijak pada kota terbit inilah, kita dapat

menyimpulkan bahwa komentar masyarakat yang masuk dalam Kriiing Solopos

kemungkinan besar juga berasal dari masyarakat yang tinggal di kota Surakarta

dan sekitarnya atau dalam lingkup Karisidenan Surakarta. Dengan demikian, latar

belakang budaya maupun sosial masyarakat Surakarta dan sekitarnya secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap pemakaian bahasa, khususnya pada kalimat

imperatif dalam komentar atau pesan yang disampaikan melalui Kriiing Solopos.

Berangkat dari penggunaan kalimat imperatif dalam komentar masyarakat

pada Kriiing Solopos, penelitian ini secara fokus menganalisis penanda

kesantunan serta jenis kalimat imperatif. Sesuai dengan latar budaya maupun

sosial masyarakat Surakarta dan sekitarnya yang dikenal halus, ramah, dan santun,

komentar masyarakat yang mengandung kalimat imperatif akankah juga

memperlihatkan nilai-nilai tersebut dalam kalimat imperatifnya. Sebab, penanda

kesantunan kalimat imperatif secara tidak langsung akan memperlihatkan nilai-

nilai kesantunan dalam memberi perintah kepada pihak lain. Berpijak dari opini

yang menyatakan bahwa tingkat kesantunan berbahasa sekarang ini semakin

menurun, kita secara tidak langsung bisa melihat kebenaranya melalui pemakaian

3

penanda kesantunan kalimat imperatif yang digunakan masyarakat dalam

komentarnya pada Kriiing Solopos.

Berkaitan dengan kalimat imperatif tersebut, Rahardi (2010:79)

berpendapat bahwa kalimat imperatif ialah kalimat yang mengandung maksud

memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaimana

diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar

antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang

sangat halus atau santun. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penggunaan

surat kabar atau koran Solopos, yaitu pada bulan September tahun 2014.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengembangkan penelitian mengenai

analisis kalimat imperatif dalam komentar masyarakat pada Kriiing Solopos edisi

September 2014. Selanjutnya, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi bentuk

penanda kesantunan kalimat imperatif dan juga mengklasifikasikan jenis kalimat

imperatif yang terdapat dalam komentar masyarakat pada Kriiing Solopos edisi

September 2014.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif karena dalam

mengkaji kalimat imperatif, peneliti menganalisis bentuk deskripsi dengan

penyampaian analisis penuh nuansa untuk menggambarkan mengenai penggunaan

kalimat imperatif. Berpijak pada kota terbit dan cakupan wilayah peredaran surat

kabar atau koran Solopos, panelitian ini menjadikan masyarakat se-Karisidenan

Surakarta sebagai subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik studi

dokumenter karena peneliti mengumpulkan data dengan cara menghimpun surat

kabar atau koran Solopos.

Teknik analisis data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini

berdasarkan masing-masing tujuan penelitian. Tujuan penelitian pertama

menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL.

Tujuan penelitian yang kedua menggunakan metode padan dengan teknik pilah

unsur penentu atau PUP. Teknik validitas data atau teknik pemeriksaan keabsahan

data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi peneliti dan

4

pemeriksaan sejawat melalui diskusikarena peneliti memanfaatkan bantuan pihak

lain dalam melakukan pengecekan keabsahan data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Komentar masyarakat pada Kriing Solopos edisi September 2014 secara

keseluruhan terdapat 165 komentar. Dari 165 komentar tersebut, komentar yang

teridentifikasi terdapat kalimat imperatif sejumlah 66 komentar dengan 71 kalimat

yang teridentifikasi sebagai kalimat imperatif. Penelitian ini lebih fokus

memaparkan dan mengklasifikasikan penanda kesantunan kalimat imperatif dan

penanda jenis kalimat imperatif dalam komentar masyarakat pada Kriiing Solopos

edisi September 2014 sebagai berikut.

1. Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kaitannya dengan penanda kesantunan kalimat imperatif dalam komentar

masyarakat pada Kriiing Solopos edisi September 2014, dapat diidentifikasi

penanda kesantunannya sebagai berikut.

1.1 Kata Tolong sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata tolong sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014

sebanyak 18 data, diantaranya sebagai berikut.

(1) Buat samsat Sukoharjo, tolong pelayanan dalam pembuatan pelat nomor

ditingkatkan, sudah tujuh bulan belum jadi juga. (May, HP 081804446XXX :

Sabtu Pahing, 20 September 2014)

Data (1) dapat diidentifikasi bahwa kata tolong dalam kalimat imperatif

tersebut merupakan penanda kesantunan kalimat imperatif. Selain itu, dapat

diidentifikasi pula bahwa kalimat imperatif dengan penanda kesantunan kata

tolong dapat disertai adanya unsur yang menunjukkan keterangan tujuan atau

pihak yang diperintah maupun tidak disertai. Keterangan tujuan atau pihak yang

diperintah dalam kalimat imperatif tersebut ditandai dengan adanya kata kepada,

buat, dan untuk.

5

1.2 Kata Mohon sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata mohon sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014

sebanyak 13 data, diantaranya sebagai berikut.

(2) Kepada Bapak Kapolres Sukoharjo, mohon diberantas industri dan

perdagangan ciu dengan sungguh-sungguh! (Andika, HP 085702669XXX :

Selasa Legi, 9 September 2014)

Data (2) dapat diidentifikasi bahwa kalimat imperatif tersebut

menggunakan penanda kesantunan imperatif berupa kata mohon, baik disertai

unsur keterangan tujuan atau pihak yang diperintah maupun tidak. Dari 13 data,

keterangan tujuan atau pihak yang diperintah dalam kalimat imperatif tersebut

teridentifikasi dengan adanya kata kepada, buat, dan untuk.

1.3 Kata Marilah sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata marilah sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September

2014sebanyak 3 data, diantaranya sebagai berikut.

(3) Marilah jalankan puasa yaumu arafah tersebut. (Wahyu, HP 087835153XXX

: Selasa Pahing, 29 September 2014)

(4) Maka dari itu, marilah kita saling menghormati dan menghargai tanpa kita

memandang apa profesi kita. (Arry W., HP 085642234XXX : Jumat Pon, 26

September 2014)

Dari data (3) dan (4), dapat diidentifikasi adanya penggunaan penanda

kesantunan marilah pada kalimat imperatif tersebut. Penanda kesantunan kalimat

imperatif marilah dapat terletak di awal kalimat dan di depan predikat (kata kerja)

langsung seperti pada data (3). Selain itu, Dalam kalimat yang menggunakan

penanda kesantunan marilah, fungsi subjek dapat menduduki unsur yang

menunjukkan keterangan tujuan atau pihak yang diperintah seperti pada data (4).

1.4 Kata Mari sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata mari sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014

sebanyak 2 data, diantaranya sebagai berikut.

(5) Sebagai warga Solo yang baik, mari kita tingkatkan rasa kepedulian kita

terhadap lingkungan untuk menjaga taman-taman tersebut agar terlihat asri

6

dan nyaman. (Laras A., HP 089665010XXX : Kamis Legi, 4 September

2014)

Data (5) menunjukkan adanya penggunaan penanda kesantunan kalimat

imperatif mari. Dalam kalimat imperatif yang menggunakan penanda kesantunan

kata mari, subjek berperan sebagai unsur yang menunjukkan keterangan tujuan

atau pihak yang diperintah.

1.5 Kata Minta Tolong sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata minta tolong sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif

digunakan masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September

2014 sebanyak 2 data, diantaranya sebagai berikut.

(6) Minta tolong berita yang khusus Karanganyar dicantumkan lebih banyak.

(Didik, HP 085700045XXX : Senin Pon, 1 September 2014)

Data (6) menunjukkan adanya penggunaan kata minta tolongsebagai

penanda kesantunan kalimat imperatifnya. Dalam kontruksi kalimat imperatifnya,

penanda kesantunan data (6) dipengaruhi kontruksi bahasa Jawa. Kata minta

tolong merupakan konstruksi dari bahasa Jawa yaitu njaluk tulong. Kontruksi

bahasa Jawa tersebut dapat disebabkan karena latar belakang penulis atau

pengirim pesan dalam Kriiing Solopos.

1.6 Kata Dimohon sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata dimohon sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014

sebanyak 1 data, adalah sebagai berikut.

(7) Soal polemik UU Pilkada dimohon presiden/wakil presiden terpilih tak perlu

merengek-rengek minta belas kasihan kepada koalisi darurat (Merah Putih).

(Sophie, HP 08156703XXX : Sabtu Kliwon, 13 September 2014)

Data (7) teridentifikasi menggunakan penanda kesantunan kalimat

imperatif dimohon. Kata dimohon sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif

terletak di depan subjek. Dalam kontruksi kalimat imperatif dengan kata dimohon

sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif, subjek bertindak sebagai unsur

yang menunjukkan keterangan tujuan atau pihak yang diperintah. Sebagai

penanda kesantunan, kata dimohon dapat dihilangkan tanpa merubah bentuk

sebagai kalimat imperatif.

7

1.7 Kata Silakan sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata silakan sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014

sebanyak 1 data, adalah sebagai berikut.

(8) Silakan bila harga BBM, TDL, sembako dll. mau naik, asal diikuti naiknya

UMR dan UMK. (Gus Wahyu, HP 081234700XXX : Senin Kliwon, 8

September 2014)

Penanda kesantunan kalimat imperatif yang teridentifikasi pada data (8)

adalah penggunaan kata silakan. Kata silakan sebagai penanda kesantunan

terletak di awal kalimat. Berdasarkan kontruksi kalimatnya, data (8) tidak

memiliki unsur yang menunjukkan keterangan tujuan atau pihak yang diperintah.

1.8 Kata Alangkah Baiknya sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata alangkah baiknya sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif

digunakan masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September

2014 sebanyak 1 data, adalah sebagai berikut.

(9) Alangkah baiknya mobil itu pakai pertamax bukan premium. (Fajar Surya,

HP 085647060XXX : Jumat Pahing, 5 September 2014)

Berdasarkan pembagian unsurnya, kata alangkah baiknya teridentifikasi

sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif pada data (9). Selain itu, data (9)

sebagai kalimat imperatif memiliki unsur yang menunjukkan keterangan tujuan

atau pihak yang diperintah. Unsur yang menunjukkan pihak yang diperintah pada

data (9) adalah unsur yang menduduki fungsi subjek.

1.9 Kata Sebaiknya sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata sebaiknya sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014

sebanyak 1 data, adalah sebagai berikut.

(10) Sebaiknya perparkiran dikelola oleh Pemkot Solo dengan pengawasan Satpol

PP. (Hario Sasangka, HP 08121542XXX : Selasa Legi, 9 September 2014)

Kata sebaiknya, teridentifikasi merupakan penanda kesantunan kalimat

imperatif. Kata sebaiknya menjadi penanda kesantunan karena dalam

implementasinya kata sebaiknya dapat diganti menggunakan bentuk penanda

kesantunan lainnya, seperti alangkah baiknya, mohon, tolong, atau dimohon.

8

Sebagai kalimat imperatif, data (10) memiliki unsur yang menunjukkan

keterangan tujuan atau pihak yang diperintah.

1.10 Kata Lebih Baik sebagai Penanda Kesantunan Kalimat Imperatif

Kata lebih baik sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif digunakan

masyarakat dalam komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014

sebanyak 1 data, adalah sebagai berikut.

(11) Kalau tidak mampu lebih baik angkat tangan saja. (Yanto, HP

081567838XXX : Rabu Wage, 17 September 2014)

Berdasarkan pembagian unsurnya, dapat diidentifikasi adanya penggunaan

penanda kesantunan kalimat imperatif berupa kata lebih baik pada data (11). Kata

lebih baik disebut sebagai penanda kesantunan kalimat imperatif karena dalam

implementasinya kata tersebut dapat diganti dengan penanda kesantunan kalimat

imperatif yang lain, seperti alangkah baiknya, sebaiknya, mohon, tolong, atau

dimohon.

2. Penanda Jenis Kalimat Imperatif

Penelitian ini mengidentifikasi penanda jenis kalimat imperatif yang

terdapat dalam komentar masyarakat pada Kriiing Solopos edisi September 2014.

Berdasarkan penanda jenisnya, ditemukan dan diklasifikasikan sebagai berikut.

2.1 Penanda Kalimat Imperatif Biasa

Jenis kalimat imperatif biasa digunakan masyarakat dalam komentarnya

pada Kriiing Solopos edisi September 2014 sebanyak 28 data, diantaranya sebagai

berikut.

(1) Bubarkan DPR. (Sophie, HP 08156703XXX : Sabtu Wage, 27 September

2014)

(2) Jangan khianati Pancasila. (Peter, HP 0815642419XXX : Senin Pahing, 15

September 2014)

(3) Berantas korupsi tanpa tebang pilih dan tanpa pandang bulu. (Awin, HP

08125825XXX : Selasa Pahing, 30 September 2014)

(4) Lihatlah reaksi dari rakyat. (Gus Wahyu, HP 085640046XXX : Senin Pahing,

15 September 2014)

Data (1) sampai (4) merupakan jenis kalimat imperatif biasa. Penanda

jenis kalimat imperatif biasa tersebut diantaranya: 1) menggunakan intonasi yang

keras terlihat dengan penggunaan imbuhan –kan pada kata kerjanya seperti data

9

(1), 2) menggunakan kata kerja dengan bentuk ingkaran seperti kata jangan dan

tidak usah seperti data (2), 3) menggunakan kata kerja dasar seperti data (3),

menggunakan partikel –lah sebagai penegas atau pengeras perintah pada kata

kerja yang digunakan seperti data (4). Secara umum, dapat disimpulkan bahwa

kalimat imperatif biasa merupakan kalimat imperatif yang didalam kontruksi

kalimatnya tidak menggunakan penanda kesantunan kalimat imperatif.

2.2 Penanda Kalimat Imperatif Suruhan

Jenis kalimat imperatif suruhan digunakan masyarakat dalam komentarnya

pada Kriiing Solopos edisi September 2014 sebanyak 31 data, diantaranya sebagai

berikut.

(5) Kepada Bread Talk Solo, tolong ditegur kasir Anda. (Iwan, HP

08121538XXX : Jumat Pon, 26 September 2014)

(6) Kepada yang terhormat Pimpinan Astra Honda Motor, mohon untuk

mendatangkan kembali Cherrybelle ke Solo tahun depan. (Wawan, HP

02719153XXX : Senin Kliwon, 8 September 2014)

Data (5) dan (6) merupakan kalimat imperatif suruhan. Secara kontruksi,

data (5) dan (6) berpenanda tolong dan mohon, baik dengan adanya unsur yang

menunjukkan keterangan tujuan atau pihak yang diperintah maupun tidak.

Kalimat imperatif suruhan dalam komentar masyarakat pada Kriiing Solopos edisi

September 2014 terdiri dari 18 data berpenanda tolong dan 13 data berpenanda

mohon.

2.3 Penanda Kalimat Imperatif Ajakan

Jenis kalimat imperatif ajakan digunakan masyarakat dalam komentarnya

pada Kriiing Solopos edisi September 2014 sebanyak 6 data, diantara sebagai

berikut.

(7) Marilah menjadi orang yang kuat, jangan menjadi orang lemah. (Gus Wahyu,

HP 085640046XXX : Kamis Kliwon, 18 September 2014)

(8) Sebagai warga Solo yang baik, mari kita tingkatkan rasa kepedulian kita

terhadap lingkungan untuk menjaga taman-taman tersebut agar terlihat asri

dan nyaman. (Laras A., HP 089665010XXX : Kamis Legi, 4 September

2014)

(9) Alangkah baiknya mobil itu pakai pertamax bukan premium. (Fajar Surya,

HP 085647060XXX : Jumat Pahing, 5 September 2014)

10

Data (7), (8), dan (9) merupakan kalimat impertaif ajakan. Dalam kalimat

tersebut, dapat diidentifikasi penanda yang digunakan yaitu marilah, mari, dan

alangkah baiknya. Berdasarkan keseluruhan makna kalimatnya, data-data tersebut

menunjukkan ajakan atau bermakna ajakan, baik secara eksplisit maupun implisit.

Kalimat imperatif ajakan dalam komentar masyarakat pada Kriiing Solopos edisi

September 2014 terdiri dari 3 data berpenanda marilah, 2 data berpenanda mari,

dan 1 data berpenanda alangkah baiknya.

2.4 Penanda Kalimat Imperatif Permintaan

Jenis kalimat imperatif permintaan digunakan masyarakat dalam

komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014 sebanyak 5 data,

diantaranya sebagai berikut.

(10) Minta tolong berita yang khusus Karanganyar dicantumkan lebih banyak.

(Didik, HP 085700045XXX : Senin Pon, 1 September 2014)

(11) Soal polemik UU Pilkada dimohon presiden/wakil presiden terpilih tak perlu

merengek-rengek minta belas kasihan kepada koalisi darurat (Merah Putih).

(Sophie, HP 08156703XXX : Sabtu Kliwon, 13 September 2014)

(12) Sebaiknya perparkiran dikelola oleh Pemkot Solo dengan pengawasan Satpol

PP. (Hario Sasangka, HP 08121542XXX : Selasa Legi, 9 September 2014)

(13) Kalau tidak mampu lebih baik angkat tangan saja. (Yanto, HP

081567838XXX : Rabu Wage, 17 September 2014)

Data (10), (11), (12) dan (13) merupakan kalimat imperatif yang masuk

dalam jenis kalimat imperatif permintaan. Dalam kalimat tersebut, dapat

diidentifikasi penanda yang digunakan yaitu minta tolong, dimohon, sebaiknya,

dan lebih baik. Penanda-penanda kalimat imperatif tersebut mengidentifikasikan

bahwa kalimat tersebut memiliki makna lebih ke arah mengharap atau meminta.

Kalimat imperatif permintaan terdiri dari 2 data yang berpenanda minta tolong, 1

data yang berpenanda dimohon, 1 data yang berpenanda sebaiknya, dan 1 data

yang berpenanda lebih baik.

2.5 Penanda Kalimat Imperatif Pemberian Izin

Jenis kalimat imperatif pemberian izin digunakan masyarakat dalam

komentarnya pada Kriiing Solopos edisi September 2014 sebanyak 1 data, adalah

sebagai berikut.

11

(14) Silakan bila harga BBM, TDL, sembako dll. mau naik, asal diikuti naiknya

UMR dan UMK. (Gus Wahyu, HP 081234700XXX : Senin Kliwon, 8

September 2014)

Berdasarkan penandanya, data (14) merupakan kalimat imperatif

pemberian izin. Data (14) teridentifikasi menggunakan kata silakan sebagai

penandanya. Secara umum, kata silakan sama halnya dengan kata mempersilakan

atau dipersilakan. Secara keseluruhan kalimat, penanda silakan dalam data (14)

memiliki makna memberikan izin.

Simpulan

Berdasarkan analisis data, 43 data teridentifikasi berupa kalimat imperatif

berpenanda kesantunan dan 28 data tanpa berpenanda kesantunan. Penanda

kesantunan kalimat imperatif tersebut, diantaranya adalah kata tolong, mohon,

marilah, mari, minta tolong, dimohon, silakan, alangkah baiknya, sebaiknya, dan

lebih baik. Penanda kesantunan tolong menduduki peringkat teratas, yaitu

sebanyak 18 data. Penanda kesantunan tolong banyak digunakan masyarakat

dikarenakan kata tolong dimungkinkan lebih familiar di telinga masyarakat ketika

meminta bantuan maupun menyuruh pihak lain dibandingkan penanda kesantunan

lainnya.

Berdasarkan penanda jenis kalimat imperatifnya, ditemukan: (1) kalimat

imperatif biasa dengan penanda kata kerja+lah, kata kerja+kan, kata kerja dasar,

kata kerja ingkar, dan kata kerja bantu, (2) kalimat imperatif suruhan dengan

penanda kata tolong dan mohon, (3) kalimat imperatif ajakan dengan penanda kata

marilah, mari, dan alangkah baiknya, (4) kalimat imperatif permintaan dengan

penanda kata minta tolong, dimohon, sebaiknya, dan lebih baik, dan (5) kalimat

imperatif pemberian izin dengan penanda kata silakan. Dilihat dari jenis kalimat

imperatifnya, kalimat imperatif biasa menduduki peringkat teratas. Data yang

menunjukkan jenis kalimat imperatif biasa sebanyak 28 data.

Daftar Pustaka

Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.Grasindo.

Rahardi, R. Kujana. 2010. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.