“peranan pengajian ikatan remaja masjid as-salam...
TRANSCRIPT
“PERANAN PENGAJIAN IKATAN REMAJA MASJID
AS-SALAM (IRMAS) DALAM PEMBINAAN IBADAH
REMAJA DI KELURAHAN CIPONDOH MAKMUR KOTA
TANGERANG”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Hakim Saputra
NIM: 206051003905
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
“PERANAN PENGAJIAN IKATAN REMAJA MASJID
AS-SALAM (IRMAS) DALAM PEMBINAAN IBADAH
REMAJA DI KELURAHAN CIPONDOH MAKMUR KOTA
TANGERANG”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Hakim Saputra
NIM: 206051003905
Pembimbing
Drs. Mahmud Jalal, M.A.
NIP. 195204221981031002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam
dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan Cipondoh Makmur Kota
Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Januari 2011. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Jakarta, Januari 2011
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Wahidin Saputra, MA Dra. Hj. Musfirah Nullaily, MA
NIP. 1970090319960310 NIP. 1971041220000320
Anggota,
Penguji I Penguji II
M. Hudri, MA Dra. Hj. Musfirah Nullaily, MA
NIP. 1972060619980310 NIP. 1971041220000320
Pembimbing
Drs. Mahmud Jalal, M.A.
NIP. 195204221981031002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukakn untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Januari 2011
Hakim Saputra
v
ABSTRAK
HAKIM SAPUTRA
NIM : 206051003905
Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan Ibadah
Remaja di Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang
Pengajian merupakan sarana dakwah yang sering disebut juga majlis
ta’lim, adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan dan
pengajaran di bidang agama islam secara nonformal, dan merupakan salah satu
lembaga yang ada dan dikenal masyarakat luas adalah majlis ta’lim atau lembaga
dakwah yang berfokus pada pembinaan dan pembelajaran agama secara
berkesinambungan.
Oleh karena itu di era informasi dan globalisasi tak dapat dielakan lagi
bahwa kehadiran informasi global berteknologi tinggi telah membawa berbagai
dampak yang positif dan negatif, kemajuan teknologi amat dekat hubungannya
dengan kemajuan hidup manusia untuk lebih mudah dan lebih efisien. Tetapi
seringkali kita sebagai manusia sering terbuai dengan nikmat yang kita dapatkan,
hingga kita melupakan atau menyampingkan fitrah kita sebagai umat untuk
beribadah kepada-Nya.
Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan
deskriptif analisis, dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi
yang dilanjutkan dengan wawancara kepada nara sumber dan kemudian
menggunakan dokumentasi sebagai dokumen aktual dalam penyususnan
penelitian ini.
Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.
pengajian IRMAS bertujuan untuk membina ibadah remaja dan jiwa sosial
masyarakat, serta mengakrabkan hubungan satu sama lain dan juga untuk
mempertinggi ilmu dan keimanan ketaqwaan serta pandangan hidup muslim
dengan pengajaran agama yang luas yang pada akhirnya akan mengacu kepada
peningkatan pembinaan ibadah remaja.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dengan izin-
Nya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya.
Dalam segala sesuatu yang kita perjuangkan tentunya tidak akan lepas dari
segala kesulitan, hambatan dan rintangan, baik dari segi waktu, materi dan
perasaan. Namun itu semua harus dilalui penulis, dengan penuh keyakinan dan
semangat yang tinggi, penulis mencoba terus berjuang untuk dapat menyelesaikan
penelitian ini. Dan alhamdulillah, berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan orang
yang terlibat dan orang-orang yang berada di sekitar penulis akhirnya karya ini
dapat diselesaikan.
Dengan penuh rasa syukur, pada kesempatan ini ucapan terima kasih
penulis yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA., Pembantu Dekan Bidang
Akademik, Drs. Mahmud Jalal, MA., Pembantu Dekan Bidang Administrasi
umum, dan Drs. Study Rizal LK, MA., Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum., Koodinator Teknis Pogram Non reguler
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,
MA., Sekretaris Program Non Reguler sekaligus pembimbing.
vii
3. Drs. Jumroni, M.Si., Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI),
dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA., Sekretaris Jurusan KPI.
4. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
5. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta stafnya.
6. Drs. Mahmud Jalal, MA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.
7. Staff dan seluruh anggota organisasi Ikatan Remjaa Masjid Assalam
(IRMAS).
8. Orang Tua tercinta Ibunda Rogaya dan Ayahanda Sadunih yang telah
memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan segala do’a dan ridho yang
mengiringi setiap langkah penulis, yang telah bekerja keras dalam
memperjuangkan sekolah anak-anaknya, juga nasihat dan motivasi yang selalu
diberikan.
9. Keluarga tercinta, kakak-kakak; Tati, Yanto, Nita, Ibrohim, Romdani,
Hanimah, Tuti alawiyah dan serta saudara kembarku Lukman saputra dan istri.
Yang tercinta Lili Auni Nadiyati Rahmah, saudara sepupu yang selalu
membantu perjuangan penulis saudara Chairul Anwar, dan teman-teman yang
selalu memberikan dukungannya.
10. H. Rojak sekeluarga yang telah memberi kesempatan untuk bekerja sama
dalam berwirausaha dan banyak membantu penulis.
11. Kawan-kawan seperjuangan di organisasi pemuda As-salam, Saipul Anwar,
Olip kurniawan , Aulia Akbar, Yanto, Rendi, Usman, Mumu muamar, dan
saudara Dedi.
viii
12. Teman-teman angkatan 2006 KPI non reguler : Ibu Atty Sulastri Yusuf, Ade
Wahyudi, Muhammad Sidiq, Kusniti, Muhariyadi, Istiana, Usni Mubarok,
Amalia Zulfaridah, Johan Alkaustar, Ahyar Zulfikar, Hidayat Riyadi, Mumu
Muamar, Yosep Lesmana, Muhammad Azfar, Nur Amalia, Herni
Ramadaningrum, Agus Isnaini, Muhammad Audi, Iin Sukriawati, dan Bima
adik kelas.
13. Kelompok KKS/N 2009, dan keluarga besar Sukabumi.
14. Karang Taruna Cipondoh Makmur, Lembaga pengurus pedagang Pasar
Tradisonal Cipondoh Makmur Tangerang.
“Tak ada gading yang tak retak”, mungkin itu kata-kata yang pantas untuk
skripsi ini, tulisan ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, bahasa, penulisan
dan sebagainya. Oleh sebab itu dengan keterbukaan hati penulis untuk menerima
kritik dan saran yang membangun demi menenuju kesempurnaan.
Dan terakhir hanya kepada Allah penulis pasrahkan, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat adanya. Amin.
Jakarta, 07 Januari 2011
Hakim Saputra
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.. ........................................ 5
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
E. Kajian Pustaka .................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 11
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Peranan .................................................................................. 12
B. Pengajian ............................................................................... 13
C. Pembinaan Ibadah Remaja .................................................... 24
D. Remaja Masjid ...................................................................... 27
1. Pengertian Remaja .......................................................... 27
2. Pengertian Masjid............................................................ 31
3. Remaja Masjid ................................................................ 36
x
BAB III GAMBARAN UMUM MASJID ASSALAM DAN IRMAS
A. Masjid Assalam ..................................................................... 38
1. Sejarah dan Perkembangannya ....................................... 38
2. Visi, Misi dan Tujuan ..................................................... 39
3. Program .......................................................................... 39
4. Sarana dan Organisai ...................................................... 39
B. IRMAS .................................................................................. 40
1. Sejarah dan Perkembangannya ....................................... 40
2. Visi, Misi dan Tujuan ..................................................... 43
3. Program .......................................................................... 45
4. Sarana dan Organisai ...................................................... 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Indentitas Informan ............................................................... 49
B. Aktivitas Pengajian IRMAS dalam Pembinaan Ibadah
Remaja................................................................................... 56
C. Peranan Pengajian IRMAS dalam Pembinaan Ibadah
Remaja................................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 63
B. Saran-saran ............................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 66
LAMPIRAN .................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajian merupakan sarana dakwah yang sering disebut juga Majlis
Ta’lim, adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan
dan pengajaran di bidang agama islam secara nonformal, dan merupakan salah
satu lembaga yang ada dan dikenal masyarakat luas, atau lembaga dakwah
yang berfokus pada pembinaan dan pembelajaran agama secara
berkesinambungan.
Oleh karena itu di era informasi dan globalisasi tak dapat dielakan lagi
bahwa kehadiran informasi global berteknologi tinggi telah membawa
berbagai dampak yang positif dan negatif, kemajuan teknologi amat dekat
hubungannya dengan kemajuan hidup manusia untuk lebih mudah dan lebih
efisien. Tetapi seringkali kita sebagai manusia sering terbuai dengan nikmat
yang kita dapatkan, hingga kita melupakan atau menyampingkan fitrah kita
sebagai umat untuk beribadah kepada-Nya.
Seringkali hal yang sangat penting dalam pembinaan akidah dan
agama yakni pengajian kita menganggapnya adalah hal yang biasa
disampingkan dibawah kepentingan tuntutan hidup dalam budaya yang
semakin modern yang mengikis nilai-nilai keagamaan yang kita miliki secara
tidak langsung tidak kita sadari.
Pengajian atau majlis ta’lim yang kita kenal sebagai wadah dalam
menuntut ilmu dahulu sangat ramai dihuni anak-anak dan remaja yang sangat
1
2
giat menuntut ilmu untuk bekal dimasa depan baik keinginan sendiri maupun
dorongan dari orang tua yang tak ingin anaknya kelak nanti seperti mereka
yang memiliki kekurangan ilmu, tapi kini dengan hadirnya teknologi di
tengah-tengah kita telah menyita waktu senggang anak-anak kita yang
seharusnya berada di lingkungan majlis ta’lim, kini kita jumpai di depan layar
kaca dengan jutaan informasi yang disajikan mulai dari berita, hiburan, musik,
permainan dan lain sebagainya yang cukup banyak menyita waktu mereka
untuk mengukir akidah dimasa dini.
Majlis ta’lim atau pengajian juga bukan merupakan salah satu tempat
kita memperoleh ilmu agama, ilmu agama juga ditawarkan dalam
pembelajaran sekolah, perguruan tinggi, kantor, perusahaan demi untuk
memajukan pribadi anggotanya untuk maksud dan tujuan lembaga tersebut.
Tapi hal yang sangat mudah dan tidak memerlukan biaya yang banyak dan
waktu yang fleksibel adalah masjlis ta’lim yang dapat kita jumpai di
lingkungan kita seperti halnya pengajian remaja dalam konteks ini.
Evaluasi dan bersyukur adalah merupakan salah satu cara kita untuk
kembali memupuk akidah dan bekal lainnya dalam majlis ta’lim, dalam hal
ini berperan sebagai wadah pemersatu yang memperkokoh persatuan dan
kesatuan masyarakat, oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu atau
kualitas kegiatan majlis ta’lim, khususnya kegiatan pembinaan umat melalui
kegiatan dakwah, salah satunya kegiatan pengajian, yang disusun dengan
kurikulum dan pokok-pokok bahasan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
problematika yang sedang dihadapi. Disamping itu juga kegiatan keagamaan
yang dikemas dengan baik akan memberikan input positif bagi jamaah,
3
sehingga diharapkan pelaksanaan dakwah yang dilakukan majlis ta’lim dapat
tepat sasaran dan efektif.1
Berkomunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat kita
butuhkan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain sebagai makhluk sosial
dalam melangsungkan hidupnya. Komunikasi adalah proses kegiatan
pengoperan dan penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain, dalam
usaha mendapatkan pengertian.
Seperti dalam sebuah kegiatan pengajian seorang kumunikator atau dai
menyampaikan pesan pembelajaran agama kepada jamaah atau komunikan
berkaitan dengan konteks ibadah atau lainnya kemudian jamaah menjadi tahu
dan mengerti tentang suatu hal yang di sampaikan.
Pada kesempatan ini peneliti membahas kegiatan pengajian remaja di
masjid dan melihat perkembangan peranannya terhadap pengamalan ibadah di
lingkungan sekitar, seperti halnya pengajian pada biasanya, dalam pengajian
ini menyajikan materi sholat, puasa dan zakat sebagai salah satu dari banyak
materi lainnya.
Pengajian IRMAS merupakan sebuah wadah atau tempat untuk belajar
agama islam, menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah atau
pembacaan Al-Qur’an, sebagai usaha pembianaan pemahaman agama
dilingkungan masyarakat yang ditujukan kepada kalangan remaja.
Sebagai forum komunikasi umat islam, pengajian IRMAS mempunyai
fungsi, peranan dan potensi yang besar dalam mensyiarkan agama islam
dikalangan remaja tentang agama. Di samping itu jika diperhatikan secara
1 Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (jakarta; Almawardi Prima 2002) h. 58
4
seksama, terlihat sekali bahwa kegiatan pengajian serta kegiatan keagamaan
lainnya yang dilakukan oleh remaja IRMAS lebih banyak diminati tidak
dikalangan remaja itu sendiri pun juga warga sekitar, dan jika dibandingkan
dengan pengajian bapak-bapak atau ibu-ibu pengajian IRMAS lebih semarak,
namun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti sampai sejauh mana
peranan pengajian IRMAS terhadap pembinaan ibadah remaja di RT.004/10
Kelurahan Cipondoh Makmur Tangerang, sehingga penulis merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut yang dituangkan dalam
skripsi yang berjudul “Peranan Pengajian Ikatan Remaja Masjid As-salam
dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan Cipondoh Makmur Kota
Tangerang”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar dalam penelitian skripsi ini tidak melebar terlalu luas yang
nantinya akan sulit menemukan permasalahan yang dituju, maka penulis
membatasi penulisan ini pada peranan kegiatan pengajian Ikatan Remaja
Masjid Assalam dalam Pembinaan ibadah remaja RT.04 RW.10 Poris
Assalam Kelurahan Cipondoh Makmur Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang, disini penulis membatasi dalam hal ibadah yang meliputi sholat,
membaca Al-Qur’an.
Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dan menjadi
sistematis maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana aktivitas pengajian IRMAS ?
5
b. Bagaimana peranan pengajian IRMAS terhadap pembinaan ibadah
remaja?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas pengajian IRMAS.
b. Untuk mengetahui bagaimana peranan pengajian IRMAS terahadap
pembinaan ibadah remaja.
2. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu
pengetahuan, dan sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, terutama
dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan remaja khususnya
dalam kegiatan agama di bawah bimbingan DKM masjid dalam upaya
pembinaan kehidupan beragama dikalangan remaja.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
khususnya penulis dan pada umumnya pembaca, masyarakat, praktisi
dakwah dan tokoh masyarakat. Selain itu juga, diharapkan dapat
memberikan sedikit gambaran bagi peneliti-peneliti yang lain dan
pihak-pihak yang berkepentingan dalam penulisan masalah ini.
6
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan
deskriptif analisis. Penilitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dengan orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.2 Sedangkan metode
deskriptif analisis yaitu seuatu cara melaporkan data dengan menerangkan,
memberi gambaran dan mengkualifikasikan serta menginterpretasikan data
yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru disimpulkan. Untuk
memudahkan pengumpulan data serta fakta yang akan mengungkapkan
dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini tentang bagaimana
peranan pengajian dalam pembinaan ibadah remaja dilingkungan RT.04
RW.10 Cipondoh Makmur Tangerang, guna mempermudah dalam
penyelesaian skripsi ini maka disusun langkah-langkah metodologi
sebagai berikut :
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian
Yang menjadi subjek adalah orang atau kelompok orang yang
memberi informasi, dalam hal ini adalah para pengurus IRMAS dan
DKM masjid As-Salam berjumlah tiga orang, dan yang berjumlah dua
orang yang terdiri dari ketua IRMAS Nurhadi, S.Hi, Sekretaris Silvia
Oktaviani, Amd, satu ketua DKM Masjid As-Salam Paimin, dan tiga
Guru pengajar. Drs. Imam Syahroni, Paimin, Mursyin dan delapan
2 Lexy J. Moleong, MA. Metodologi Penelitian Kualitatif, ed revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2007), cet. Ke-23, h.4
7
anggota remaja IRMAS Lukman Saputra, Syafei Hajami, Saiful
Anwar, Hadi Nur, Auria Akbar, Eko Nur Setiyadi, Roni, Abdul Halim.
b. Objek Penelitian
Selain mempelajari subjek penelitian ini juga akan mempelajari
dengan seksama tentang objek penelitian, meliputi Peranan Pengajian
Ikatan Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan Ibadah Remaja di
Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pengajian Ikatan Remaja Masjid
Assalam RT.04 RW.10 Cipondoh Makmur Kota Tangerang. Adapun
alasan peneliti memilih materi dan tempat ini untuk penelitian skripsi ini
adalah karena Pengajian Ikatan Remaja Masjid Assalam merupakan salah
satu pengajian yang diikuti oleh para remaja di lingkungan tersebut. Maka
secara tidak langsung memiliki pengaruh yang cukup besar bagi
kehidupan peribadatan remaja di lingkungan ini. Sesuai yang telah
dijabarkan oleh Prof. DR. Dadang Kahmad, M.Si. yakni bahwa
keterbatasan waktu, biaya dan tenaga perlu dijadikan pertimbangan dalam
penentuan lokasi penelitian.3
Pengajian ini berada di lingkungan peneliti tinggal jadi sangat
ekonomis dan efisien, waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian
skripsi ini adalam selama 3 bulan terhitung dari bulan Oktober sampai
dengan November 2010. Penelitian ini dilakukan setelah semua kredit
3 Dadang Kahdam, Metode Penelitian Agama, (Jakarta:Pustaka Setia,2000), cet. Ke-1, h.
87.
8
semester perkuliahan telah diselesaikan oleh peneliti sesuai dengan
persyaratan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam skripsi ini peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
1) Obsevasi
Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan secara
langsung selama 2,5 bulan terhitung mulai bulan Oktober sampai
dengan bulan Nopember 2010 terhadap objek penelitian mengenai
keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan
dengan pembinaan ibadah remaja yaitu aktivitas pengajian disetiap
senin malam.
2) Interview (Wawancara)
Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview.
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau
fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan
bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun,
bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon,
internet atau surat (wawancara tertulis).4
Pada wawancara ini penulis mengadakan komunikasi langsung
dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa pihak yakni
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Keterangan-keterangan yang terdiri dari ketua IRMAS, Sekretris,
ketua DKM, tiga guru pemateri dan delapan anggota IRMAS.
4 http://mcdougelas.blogspot.com/2009/11/pengertian-wawancara.html
9
3) Dokumentasi
Yakni penulis memperoleh data-data yang dipelukan dalam
penelitian ini yang didapatkan dari pengurus IRMAS, buku-buku serta
makalah yang berkaitan dengan pokoko bahasan.
4) Teknik Pengolahan Data
a) Metode Tabulasi Silang (Crosstabs)
Metode Tabulasi Silang digunakan untuk melihat hubungan
antara dua variabel dalam satu tabel. Variabel yang dianalisa
dengan metode ini adalah variabel yang bersifat kualitatif, yaitu
yang memiliki skala nominal.
Untuk menginterpretasikan hasil pengolahan data pada
tabulasi silang, ada dua hal yang perlu untuk diperhatikan, yaitu :
a. Apakah tingkat asosiasi antar variabel yang diukur tersebut
signifikan atau tidak .
b. Seberapa kuat tingkat asosiasi antar variabel yang diukur
tersebut.
b) Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu.
Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan
dalam buku catatan (record book), daftar pertanyaan ataupun pada
interview guide (pedoman wawancara) perlu dibaca sekali lagi dan
diperbaiki, jika di sana sini masih terdapat hal-hal yang salah atau yang
masih meragukan. Kerja memperbaiki kualitas data serta
menghilangkan keragu-raguan data dinamakan mengedit data.
10
5. Analisis dan Iterpretasi Data
Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka
langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.
Sedangakan teknik penulisan skripsi ini penulis menggunakan
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh
CEQDA (Centre For Quality Development And Assurance), di UIN
Jakarta 2007.
E. KAJIAN PUSTAKA
Pada kajian pustaka ini, penulis mencoba menjelaskan tentang
perbedaan skripsi yang hendak penulis teliti, dengan skripsi yang terdahulu
yang memiliki judul :
1. Narullah, dengan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Kelompok
Dalam Pembinaan Akhlak Anak Panti Asuhan Yatim Piatu Yakin Jati
Padang Jakarta Selatan” Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang
diterapkan oleh guru dalam pembinaan akhlak pada anak,
2. Firmasyah, dengan skripsi yang berjudul “Peranan majlis Ta’lim Mahadul
Fityah dalam Pembinaan Keagamaan Remaja” 2002.
3. Siti Robiatul Badriyah. “Peranan Pengajian Majlis Ta’lim Al-Barkah
dalam Membina Pengamanal Ibdaha Pemulung Bantar Gebang
Bekas”i. 2010.
Sementara judul skripsi penulis adalah Peranan Pengajian Ikatan
Remaja Masjid Assalam dalam Pembinaan Ibadah Remaja di Kelurahan
11
Cipondoh Makmur Kota Tangerang dengan batasan masalah bagaimana
aktivitas pengajian IRMAS dan Bagaimana peranannya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka penulis menyusunnya
sebagai berikut :
BAB I (PENDAHULUAN), meliputi : Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Kajian Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II (TINJAUAN TEORITIS), meliputi : Peranan, Pembinaan,
Pengajian, Remaja Masjid, Pembinaan.
BAB III (GAMBARAN UMUM MASJID ASSALAM DAN IRMAS),
meliputi: Sejarah dan Perkembangannya, Visi, Misi dan Tujuan, Program dan
Susunan Organisasi, Sarana.
BAB IV (TEMUAN DAN ANALISIS DATA), meliputi : Data informan,
Aktivitas Remaja Masjid Assalam, dan Peranan Pengajian Ikatan Remaja
Masjid Assalam Dalam Pembinaan Ibadah Remaja
BAB V (PENUTUP), Merupakan penutup yang mencakup kesimpulan,
saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
38
BAB III
GAMBARAN UMUM MASJID AS-SALAM DAN IKATAN REMAJA MASJID
AS-SALAM (IRMAS)
A. Masjid
1. Sejarah dan Perkembangannya
Di tahun 1970 bulan Maret tanggal 20 terbentuklah pondasi-pondasi
batu kali yang berbentuk Musholah As-Salam hasil dari kesepakatan warga
Kampung Poris Cipondoh yang diprakarsai oleh H. Abdul Mutholib beserta
sesepuh kampung lainnya, terbentuklah sebuah musholah kecil dengan
kapasitas jamaah 50 orang, seiring berjalannya waktu dan perkembangan
penduduk yang semakin pesat maka musholah ini direnovasi menjadi Masjid
As-Salam pada tahun 1990 dengan alasan tidak mencukupi kapasitas jamaah
yang semakin banyak.1
Diprakarsai oleh Ust. Mursyin dan tokoh agama beserta sesepuh
kampung dalam sebuah musyawarah maka terbentuklah DKM masjid yang
diketuai oleh Ust. Paimin di tahun renovasi dari musholah menjadi masjid.
1Arsip DKM Masjid As-Salam, Sejarah Masjid As-Salam
39
Pada tahun 2008 masjid ini direnovasi secara menyeluruh menjadi 2
lantai karena alasan kurang daya tampung jamaah di waktu sholat jum’at,
tarawih dan sholat hari raya, maka masjid ini kembali mengalami pemugaran
untuk perluasan kapasitas yang masih dalam pimpinan DKM Masjid As-
Salam yakni Ust. Paimin.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Masjid As-Salam memiliki visi yaitu sebagai saran dan prasarana ibadah
masyarakat, sedangkan misinya adalah menjadikan sarana ibadah maryarakat
yang layak. Tujuan masjid As-Salam yakni memberikan sarana dan prasarana
yang layak bagi peribadatan maryarakat sekaligus sebagai pembimbing dan
Pembina ibadah warga muslim.
3. Program
Program yang dimiliki oleh Masjid As-Salam yakni pengajian rutin
malam minggu oleh bapak-bapak warga RT.004/10 yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan agama warga masjid.2
Pelaksanaan sholat jum’at berjamaah, sholat tarawih berjamaah, panitia
penyalur zakat fitrah, zakat mal dan shodaqoh, sholat Idul Fitri dan Idul Adha,
dan peringatan hari-hari besar islam.
4. Sarana dan Organisasi
2 Arsip Program Masjid As-Salam Tahun 2010-2011
40
Masjid As-Salam memiliki bangunan fisik seluas 500 m2 lantai dasar
dan lantai 1, area parkir dan halaman seluas 200 m2, 50 buah Al-Qur’an, 100
buah surat Yasin dan tahlil, seperangkat alat pemandian jenazah.
Masjid As-Salam juga menjadi sarana musyawarah warga RT.004/10
dan sebagai sarana pengajian bapak-bapak dan IRMAS, serta menjadi salah
satu tempat untuk akad nikah warga.
Organisasi yang dimiliki oleh Masjid As-Salam yakniberbentuk garis-
garis koordinasi semua bidang yang dikomandoi oleh ketua dengan dasar
pertimbangan dengan pengurus harian dan atas persetujuan dari dewan
Pembina dan pengawas. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam struktur
organisasi dalam lembar lampiran.3
B. IRMAS
1. Sejarah dan Perkembangannya.
Pada tahun 1997 terbentuk suatu persatuan pengajian yang bernama
IRMAS (Ikatan Remaja Masjid As-salam). Pengajian ini terbentuk atas
prakarsa yaitu Muhammad Roji, Mursin, Romdani dan Paimin ketua DKM.
Berdirinya organisasi ini merupakan wujud dari harapan dan keinginan
mereka untuk mempersatukan remaja yang berada di lingkungan RW. 010
Poris As-salam, khususnya yang berada di sekitar lingkungan masjid. Dengan
3 Arsip DKM Masjid As-Salam, Struktur Organisasi DKM Masjid As-Salam
41
maksud dan tujuan memberikan pembinaan kepada para remaja dalam rangka
amar ma’ruf dan nahi munkar, di mana pada saat itu umumnya para remaja
masih sangat kurang memiliki pengetahuan dibidang agama.
Bila dilihat dari aktivitas keseharian sebagian remaja, mereka
cenderung menyimpang dari norma agama. Sehingga atas dasar itu para
perintis berdirinya organisasi ini mencoba untuk mengumpulkan remaja
sekaligus masyarakat beserta para tokoh masyarakat yang ada untuk
membentuk wadah organisasi remaja sebagai perkumpulan remaja didalam
melakukan segala aktivitas keagamaannya yang tentunya sangat memberi
manfaat.kegiatan yang dilakukan sama halnya seperti sekarang. Jama’ah
pengajian adalah remaja lingkuang RT.004.
Seiring berjalannya waktu, IRMAS menghadapi suatu keadaan yang
menyebabkan anggota pengajian berkurang dan selalu mengalami fluktuasi
masalah keanggotaannya. Namun pada bulan Ramadhan terpikirlah untuk
membuat pengkaderan terhadap anggota yang ada dan diberi nama baru yang
semula RISMA menjadi IRMAS (Ikatan Remaja Masjid As-salam).
Organisasi Ikatan Remaja Masjid As-salam atau IRMAS ini tepatnya
berdiri pada tanggal 01 Februari 1999 dan pertama kali dideklarasikan pada
suatu acara Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang dilaksanakan di
Karang Bolong, Anyer kota Serang pada tanggal 14 Februari 1999.
42
Hingga saat ini IRMAS telah mengalami perkembangan yang cukup
pesat baik dari segi keanggotaan maupun kegiatan yang dilaksanakannya.
Perlahan tapi pasti IRMAS telah berhasil menumbuhkan kepercayaan dan
membuka mata masyarakat bahwa IRMAS adalah organisasi Remaja yang
patut diperhitungkan dan diberikan dukungan karena besarnya kontribusi
IRMAS terhadap perkembangan kehidupan beragama Remaja dan masyarakat
sekitar melalui berbagai kegiatan pengajiannya. Kesabaran dan keuletan serta
keseriusan para pengurus yang ada telah mampu menarik perhatian para
remaja dan warga yang berada disekitar lingkungan Rw 010 untuk ikut serta
berperan aktif dalam segala kegiatan yang diselenggarakan oleh IRMAS dan
senantiasa mendapat dukungan serta bantuan secara moriil maupun materiil
hingga saat ini.
Mengenai jumlah anggota IRMAS hingga saat ini secara keseluruhan
adalah berjumlah 80 orang, dengan dibagi menurut kategori yang aktif dan
Non aktif, dari hasil perolehan data dapat diketahui berjumlah 65 orang
anggota aktif dan berjumlah 15 orang yang Non aktif. Dengan jumlah laki-
laki sebanyak 50 orang dan jumlah perempuan sebanyak 30 orang. Didalam
keanggotaan sudah termasuk didalamnya para pengurus IRMAS yang
berjumlah 15 orang. Untuk mayoritas pendidikan dari anggota yang ada
adalah SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau setara dengan SMU,
SMK,SMKK,MA dan lain sebagainya dan sebagian lagi adalah SMP.
Dominasi kegiatan senantiasa mendapat bimbingan dari dewan controlling,
43
dewan Pembina dan dewan penasehat yang memiliki latar belakang
pendidikan perguruan tinggi dan cukup berkompeten dalam bidangnya.
Mengingat IRMAS adalah organisasi milik remaja dan tercipta untuk
masyarakat, dalam fase perkembangannya terlihat melalui kepercayaan
masyarakat terhadap IRMAS, sebagai contoh misalnya dipercayakannya
IRMAS untuk mengurus kegiatan jadwal khutbah jum’at dan membina anak-
anak mereka melalui kegiatan pengajian TPA/TPQ.
Kemudian contoh lain dari kepercayaan masyarakat dan pemerintah
setempat terhadap IRMAS yaitu dipercayakannya IRMAS untuk
penyelenggaraan peringatan hari – hari besar islam seperti Maulid Nabi
Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, pelaksanaan HUT
RI di lingkungan RT.004 RW.010.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Visi IRMAS adalah Remaja yang berakhlakul karimah.
Misi IRMAS yakni menciptakan kehidupan remaja yang dibekali Al-
qur’an dan Hadits.
Terbentuknya IRMAS adalah sebagai wadah remaja pada khususnya
dan masyarakat secara umum untuk memberikan pembinaan ilmu
pengetahuan dan berorganisasi, baik ilmu agama maupun ilmu umum yang
berlandaskan Islam dan berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
44
Diharapkan melalui IRMAS ini aktivitas dan bakat remaja pun dapat
tersalurkan ke arah yang positif, sehingga tidak ada lagi perilaku-perilaku
yang menyimpang dari ajaran agama. Seperti yang diungkapkan oleh
Nurhadi,S.Hi selaku ketua IRMAS mengenai visi dan misi IRMAS yaitu: “
kita mencoba mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan kebathilan yang
ada, kita berusaha sebaik mungkin khususnya yang ada dilingkungan RW 010
untuk mengarah kepada amar ma’ruf dan nahi munkar. Selain itu kita
mencoba untuk membuat suatu keadaan atau memberi basic setiap remaja
khususnya juga warga sekitar lingkungan RT.004 RW.010 secara umum
dengan agama yang kuat, dan memberikan peringatan-peringatan untuk
sesama muslim bahwasanya kita selaku manusia wajib beribadah setiap
harinya.
Oleh karena itu untuk mewujudkan misi dan visinya itu maka IRMAS
mengadakan berbagai kegiatan yang bervariasi yang disesuaikan dengan jiwa
dan kebutuhan remaja dan warga masyarakat. Usaha lain yang dilakukan oleh
IRMAS untuk menarik para remaja mengikuti kegiatan pengajian IRMAS
dengan berbagai kegiatan keagamaannya yaitu dengan memberikan perhatian
kepada para remaja perihal permasalahan yang ada pada diri mereka sendiri,
menghargai keberadaan mereka, dan memberikan kesempatan kepada mereka
untuk berperan dan bertanggung jawab sebagai orang dewasa melalui wahana
organisasi IRMAS.
45
3. Program dan Susunan Organisasi
Untuk mewujudkan visi misi IRMAS kami telah memiliki program
yang ditujukan untuk remaja masjid yakni membina dan mengajarkan akhlak
dan perilaku serta tata cara beribadah dan bersosialisasi secara agama dan
moral pancasila. Disini kami mengkaji dan berupaya menerapkannya dalam
kehidupan bermasyarakat.4
Dengan strategi yang kami buat terbentuklah program kegiatan
IRMAS sebagai berikut :
1. Pengajian rutin
a. Pengajian mingguan rutin dilaksanakan setiap senin malam pikul
19.30 WIB sampai dengan 21.00 WIB.
b. Pengajian mingguan keliling kamis malam atau pengajian Yasin.
c. Pengjian bulanan Ikatan Pemuda Remaja Masjid (IPRM) seKecamatan
Cipondoh pukul 08.00 sampai dengan 12.00 WIB.
2. Perayaan Hari Besar Islam
a. Tahun Baru Islam 1 Muharram .
b. Maulid Nabi Muhammad SAW.
c. Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW.
4 Arsip Program IRMAS 2009-2011
46
3. Kegiatan lain
a. Peringatan HUT RI.
b. Pesantren kilat dan tadarus Ramadhan.
c. Pengajian tahlil warga yang meninggal dunia atau ngaji kubur.
4. Pelatihan Dasar kepemimpinan (LDK)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan regenrasi
kepemimpinan dalam organisasi IRMAS agar terus menerus dapat
berjalan. Dalam kegiatan ini dibekali materi-materi kepemimpinan dan
keorganisasian.
5. Bakti sosial
Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan warga untuk bergotong
royong dalam pengerjaan umum.
Susunan kepengurusan IRMAS berbentuk garis-garis koordinasi
semua bidang yang dikomandoi oleh ketua dengan dasar pertimbangan
dengan pengurus harian dan atas persetujuan dari dewan Pembina dan
pengawas. Seperti yang tertera didalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga IRMAS terdiri dari : Dewan Penasehat dan Dewan Pembina serta
Badan pengawas. Begitu juga halnya “Dewan Pengurus harian adalah
pimpinan yang mengurus organisasi sehari-hari, dan sekurang-kurangnya
terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris dan Bendahara”. Dewan Pengurus
Harian diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Musyawarah organisasi
untuk masa bakti 2 (dua) tahun lamanya, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali. Dewan Pengurus Harian juga dapat mengusulkan kepada Dewan
Kehormatan untuk mengangkat, memberhentikan dan mengisi lowongan
anggota pengurus harian. Dewan Pengurus Harian dapat menetapkan
program kerja berdasarkan garis-garis kebijaksanaan umum yang
47
ditetapkan oleh Majelis Musyawarah Organisasi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam lembar lampiran.5
4. Sarana
IRMAS berdiri dan beroperasi menggunakan fasilitas yang diberikan
oleh Masjid Assalam, yakni IRMAS berada di bawah naungan DKM Masjid
Assalam. Sekretariat IRMAS berlokasi di Masjid Assalam bersebelahan
dengan kantor DKM Masjid Assalam yang beralamat di Kampung Poris
Assalam RT.004 RW.010 Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang.
IRMAS memiliki beberapa asset yakni :
1. 25 Al-qur’an
2. 30 Kitab Fiqih
3. 20 Panduan Tadjwid
4. 100 Surat Yasin
5. 1 buah Pengeras Suara
6. 1 Buah Mading
Sarana dan prasarana yang dimiliki IRMAS tersebut sudah cukup
mendukung operasional IRMAS tapi belum dapat di katakana baik kerena
5 Arsip IRMAS, Struktur Organisasi IRMAS
48
masih banyak kekurangan sarana dan pra sarana yang digunakan untuk
menunjang operasional pengajian sampai saat ini.
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Pada kamus Bahasa Indonesia, arti kata “peranan” berasal dari kata
“peran” yang berarti mengambil bagian atau turut aktif dalam suatu
kegiatan. Sedangkan “peranan” adalah tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau pun sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal
atau peristiwa.1
Sedangkan menurut Grass, Masson dan A.W. Mc. Eachern,
sebagaimana dikutip David Berry, mendefinisikan peranan sebagai
perangkat harapan-harapn yang dikenakan pada individu yang menepati
kedudukan sosial tertentu.2 Harapan tersebut masih menurut Berry,
merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat
dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma didalam
masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk menentukan hal-hal yang
diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan dalam pekerjaan-
pekerjaan lainnya.
Melalui penjelasan di atas dapat terlihat suatu gambaran bahwa
yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban dan keharusan yang
1 Departement Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakatra:
Balai Pustaka. 1988), h. 751. 2 N. Grass, W.S. Masson, and A.W. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David
Berry, Pokok-pokok pikiran dalam sosiologi , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3
h.29
13
harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya dalam masyarakat
atau lingkungan di mana ia berada sesuai dengan fungsi sosialnya.
Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat, maka dia
akan semakin dituntut untuk memberikan peran dan kontribusinya kepada
masyarakat sekitar ia tinggal, terlebih lagi keberadaan satu lembaga,
organisasi, yang tentunya harus bisa berperan di tengah-tengah masyarakat
dan peranannya harus berdampak kebaikan dan manfaatnya baik untuk
pribadi, lembaga dan pada umumnya yaitu masyarakat dan remaja sekitar.
B. Pengajian
1. Pengertian Pengajian
Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti
pengajaran (agama dsb), penyelidikan (tentang sesuatu).3 Kata kaji diberi
awalan pe- dan akhiran an- menjadi pengkajian yang berarti mengkaji Al-
qur’an yang berarti juga mengkaji agama Islam. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata Pengajian berarti pengajaran (agama Islam);
menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah; pembacaan Al-
Qur’an.4
Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan
dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang
banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau
hanya sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan
3 Purwadarminta, WS, Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta:Balai Pustaka,1999),
h.291 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indoensia,(Jakarta: Balai
Pustaka,2002), ed-3, cet ke-2 h.491
14
untuk menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits, atau menerangkan
suatu masalah agama, seperti Fiqih.
Adapun pengertian pengajian menurut Drs. Abdul Karim Zaidan
adalah suatu forum yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sengaja
datang untuk mendengarkan materi pengajian, diantara keterangan ayat-
ayat Al-Qur’an, hadist atau menerangkan suatu masalah agama Islam
seperti masalah akhlak, aqidah, fiqh dan sebagainya.5
Pengertian yang ditulis Ibnu Hibban pada penelitian “minat warga
komplek IAIN dan sekitarnya terhadap pengjian ahad pagi di Masjid
Fathullah”. Dikatan bahwa pengajian atau disebut dengan Majlis Ta’lim
adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan dan
pengajaran di bidang agama Islam secara non formal.6
Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam dikatakan bahwa pengjian
atau Majlis Ta’lim adalah “suatu tempat yang di dalamnya terkumpul
sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.7
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa
pengajian adalah suatu kegiatan atau aktivitas, bimbingan dan pembinaan
umat baik secara perorangan maupun kelompok dalam rangka
mewujudkan manusia yang sadar, menghayati, dan mengamalkan ajaran
agama dengan sebiak-baiknya.
5 Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Media Dakwah,1984), h.270
6 Hasanudin Ibnu Hiban, h.7
7 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:PT.Ichtar Baru Van Hoeve, 1994), cet.ke-3,
h.720
15
2. Ciri-ciri Pengajian
Adapun ciri-ciri khusus pengajian yang dimiliki pengajian yaitu
adanya kyai atau ustadz, adanya jama’ah atau peserta, adanya sarana serta
materi pelajaran.8 Pada prinsipnya dalam pengajian setiap murid atau
santri diajarkan secara perorangan (sendiri-sendiri) atau kelompok,
menurut kemampuan masing-masing.
Dalam pelaksanaannya, seperti yang dapat disaksikan di langgar
atau musholla pada setiap maghrib, dalam pengajaran guru dan murid
duduk-duduk bersila di lantai mengitari sebuah meja pendek, tempat
meletakkan buku secara bergantian murid menghampiri gurunya.
3. Peran Pengajian
Apabila melihat keatas dari beberapa pengertian tentang arti, ciri
dan fungsi pengajian, maka dipastikan akan adanya peran. Peran pengajian
tersebut yaitu:
1) Dilihat dari segi pelaksanaanya, pengajian termasuk pembelajaran
pendidikan luar sekolah (non formal) yang berlandaskan Islam.
2) Dilihat dari tinjauan fungsi, pengajian termasuk pelaksanaan dakwah
sebagai siyar Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits.
3) Dilihat dari strategi, pengajian merupakan upaya pembinaan umat.
Pengajian juga merupakan upaya dakwah Islamiyah yang murni
ajarannya yang memiliki peran sentral pada pembinaan dan
peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama
8 H.M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogya, Al-Amin Perss,1997)
16
dan lainnya guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati,
memahami dan mengamalkan ajaran agamanya.
Jadi, peran pengajian secara fungsional adalah mengokohkan
landasan hidup manusia khususnya dibidang mental spiritual keagamaan
Islam dalam rangka meningkatkan integritas lahiriyah dan bathiniyah,
duniawiyah dan ukhrowiyah bersamaan sesuai tujuan ajaran agama Islam
yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala
bidang.9
4. Unsur-unsur Dakwah
1) Subyek pengajian
Subyek pengajian memiliki arti yang sangat penting dalam
keberlangsungan suatu dakwah. Adapun arti dari subyek pengajian
adalah seseorang yang melaksanakan dakwah dan lebih sering disebut
dengan mubaligh atau da’i. adapun tugas dari seorang da’I adalah
untuk menyuruh terhadap yang ma’ruf dan melarang mengerjakan
yang mungkar, maka secara umum dapat diketahui bahwa yang
menjadi subyek pengajian adalah kaum muslim yang pada hakekatnya
mempunyai kewajiban dalam menyampaikan dakwah Islamiyah.
Dalam menyampaikan dakwah atau pengajian, hendaknya
seorang da’i memperhatikan hal-hal berikut ini:
a) Mengetahui tentang isi Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah serta hal-
hal yang berhubungan dengan Islam.
9 M. Arifin, M. ed, Kapitaselekta Pendidikan:Islam dan Umum, (Jakarta:Bumi Aksara),
cet.ke-4, h.119-120
17
b) Mengetahui bahkan sebaiknya menguasai ilmu pengetahuan yang
ada hubungannya dengan tugas-tugas berdakwah, seperti ilmu
sejarah, perbandingan agama, dsb.
c) Memahami terlebih dahulu hal-hal yang akan disampaikan kepada
mad’u (sasaran dakwah).
d) Menggunakan contoh-contoh yang biasa dilihat oleh mad’u atau
gambar-gambar yang mereka dapat pahami.
e) Bertekad dan berusaha mengamalkan apa yang disampaikan
kepada mad’u dan masyarakat.10
Dengan pengertian hal diatas, diharapkan apa yang akan
disampaikan da’i dapat diterima oleh mad’unya. Sebab bagi da’i yang
tidak melengkapi dirinya dengan pengetahuan dan pengalaman
terutama yang berkaitan dengan masalah ajaran agama Islam dan
kemasyarakatan sering mendapat perhatian yang kurang baik.
Bila seperti ini keadaannya, maka proses dakwah Islamiyah
dianggap kurang berhasil, untuk menghindari hal seperti itu, seorang
da’i harus bias membaca situasi dan kondisi, serta mampu menarik
perhatian mad’unya jangan sampai membingungkan tetapi bimbinglah
mereka dengan senang terhadap apa yang mereka ilhami dan
dirasakannya sehingga mereka tidak lari dari majlis. 11
10
Iskandar Zulkarnaian, Skripsi Peranan Pengajian Agama dalam Meningkatkan
Kesadaran Agama, Jurusan Ilmu Dakwah Fakultas Usuludin Universitas Islam Assyafiiah Jakarta
1992. 11
Barmawi, Azas-azas dan Ilmu Dakwah, (Solo:Ramadhani, 1984), cet. Ke-1, h.61
18
2) Objek pengajian
Sasaran pengajian adalah mereka kumpulan dari individu
dimana benih dari materi dakwah akan ditabur.12
Yang menjadi objek
pengajian atau dakwah adalah masyarakat mulai dari keluarga sampai
dengan masyarakat lingkungan sekitar. Masyarakat sebagai objek
dakwah adalah salah satu unsur yang penting dalam dakwah. Dalam
lingkungan masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan yang perlu
mendapatkan perhatian dari da’i sebagai subyek dakwah, karena ini
memudahkan tersebarnya dakwah dan sasaran dakwah menjadi lebih
mengena.
3) Materi Pengajian
Pada dasarnya materi pengajian tergantung pada tujuan dakwah
yang hendak dicapai, namun secara gelobal dapat dikatakan bahwa
materi pengajian dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
a) Masalah Keimanan (Akidah)
Akidah dalam Islam mencangkup masalah-masalah yang
erat hubungannya dengan rukun iman. Dibidang akidah ini bukan
saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib
diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah
yang dilarang sebagi lawannya, seperti syirik, ingkar dengan Tuhan
dan sebagainya.
b) Masalah Syar’iyah
12
Hamzah Yakub, Publisistik Islam, Teknik dakwah dan Leadership,
(Bandung:CV.Diponogoro,1981), cet. ke-11, h.2
19
Syar’iyah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah
guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan
mengatur pergaulan antar sesame manusia.
c) Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)
Masalah akhlak dalam aktivitas pengajian (sebagai materi)
merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan
keIslaman seseorang. Meskipun akhlak itu sebagai pelengkap.,
bukan berarti masalah akhlak itu kurang penting, dibandingkan
masalah keimanan dan keIslaman, akan tetapi akhlak adalah
masalah sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman.
Masalah pengajian pada dasarnya mencngkup ajaran islam
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena agama
Islam yang menganut kedua kitab tersebut merupakan sumber
utama ajaran-ajaran Islam. 13
5. Tujuan Pengajian
Untuk mengetahui tujuan pengajian, dapat dilihat pada firman
Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 104:
Artinya: dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, mereka
itulah orang-orang yang beruntung (Qs: Ali-Imran 104)
13
Drs. Selamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya:Al-
Ikhlas, 1994), cet.ke-1 h.6
20
Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian (dakwah) yaitu
mengikuti jalan atau tuntunan Allah SWT dan mewujudkan kebaikan
dengan cara menyuru orang berbuat baik dan mencegah orang lain dari
perbuatan jelek, dengan harapan mereka dapat hidup bahagia sejahtera
didunia dan akhirat.
Menurut A.Rosyad Shaleh, tujuan pengajian (dakwah Islam)
adalah:
1. Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat Islam
tentang ajaran Islam
2. Menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan
3. Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat, khususnya
yang berhubungan dengan kehidupan manusia
4. Membendung tindakan-tindakan dari golongan agama atau aliran lain
yang berusaha untuk berubah Islam dalam keyakinan agamanya.
5. Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan ajaran
Islam.14
Dari uaraian diatas, nampak bahwa kegiatan pengajian mempunyai
tujuan tertentu, yaitu mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
6. Metode Pengajian
Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai
tujuan.15
Metode dalam kaitannya dalam pelaksanaan pengajian adalah
jalan atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkan hasil atau
14
A. Rosid Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1997), h.80 15
B. Suryubroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam
Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta:Amarta,1986)h.3
21
sampai pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang
diharapkan.
Dalam ajaran Islam, penggunaan metode pengajian agama
(dakwah) diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-nahl ayat
125.
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik. Sesungguhnya tuhan-mu dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dia-lah yang lebih mengetahui orang-
orang yang dapat petunjuk. (Qs. An-Nahl -125).
Ayat tersebut menjelaskan tentang metode atau cara dalam
mengajak manusia kepada jalan Allah SWT, yaitu dengan cara yang
bijaksana, nasehat yang baik, dan berdebat dengan yang baik pula. Pada
dasarnya ketiga unsur inilah yang merupakan induk pengajian agama
(dakwah).
Dilihat dari segi jama’ah pengajian agama, metode yang disebut
diatas berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, diantaranya
adalah:
22
1. Metode Personal Approach
Metode Personal Approach yaitu metode yang dilaksanakan
dengan cara langsung melakukan pendekatan pada setiap pribadi.16
Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari
pribadi ke pribadi secara tatap muka meskipun jamaah yang hadir
berjumlah banyak tetapi secara menghadapinya satu persatu.
Kelebihan dari metode ini antara lain : dapat mengetahui secara
langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya
memerlukan tenaga dan waktu yang banyak.
2. Metode Ceramah
Metode Ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai
oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu
aktivitas dakwah.17
Metode caramah ini sangat tepat apabila jama’ah
yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu
dihadapi secara sekaligus.
Kelebihan dari metode caramah ini adalah dalam waktu cepat
penceramah dapat menyampaikan materi yang sebanyak-banyaknya
kepada jama’ah. Sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah
tidak memperhatikan segi psikologis jama’ahnya, maka ceramah dapat
bersifat melantur-lantur dan membosankan.
3. Metode Tanya Jawab
16
Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah /Khutbah Agama Islam Pusat. Risalah
Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta,1978), h.36 17
Asumuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas), cet ke-1
h.104
23
Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dakwah
dengan cara mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah
yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.18
Kelebihan metode Tanya jawab adalah kegiatan pengajian
agama berlangsung lebih hidup yaitu mubaligh dan jama’ah sama-
sama aktif dan memberi kesempatan kepada jama’ah untuk
mengemukakan hal-hal yang dirasa kurang jelas. Sedangkan
kekurangan metode Tanya jawab adalah apabila terjadi perbedaan
pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau
penyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.
Kelebihan dari metode diskusi antara lain kesimpulan yang
dihasilkan dari diskusi mudah dipahami. Adapun kekurangan dari
metode diskusi antara lain sulit untuk meramalkan arah penyelesaian
diskusi dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.
5. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah suatu metode dengan cara
memperlihatkan contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan
sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang mubaligh yang
bersangkutan menggunakan demonstrasi. Kelebihan yang dimiliki
metode ini diantara lain memungkinkan jama’ah lebih menghayati
18
Ibid, h.127-128
24
sepenuh hati, karena dapat memberikan nilai lebih dibandingkan
dengan metode yang lain sedangkan kekurangannya adalah metode
demonstrasi memerlukan waktu persiapan yang banyak dan
memerlukan banyak pemikiran, karena tidak wajar bila alat peraga
yang ditampilkan tidak dapat diamati dengan seksama, karena tidak
semua materi dakwah dapat didemonstrasikan dan memerlukan
keahlian khusus bagi para subjek, dalam hal ini adalah mubaligh.
6. Metode Khalaqah
Dalam metode khalaqah, peserta jama’ah terlibat langsung
dalam arti turut aktif dalam pembicaraan. Kelebihan metode khalaqah
ditinjau dari segi pendidikan, dapat meningakatkan kualitas
kepribadian seperti kerjasama, toleran, kritis, dan disiplin. Sedangkan
kalau ditinjau dari segi ilmu jiwa akan menimbulkan persaingan yang
positif.19
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah memerlukan
persaingan yang negatif, maka hasil pekerjaan akan lebih memburuk,
serta bagi jama’ah yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam
kelompok dan kemungkinan akan mempengaruhi kelompok.
C. Pembinaan Ibadah Remaja
1. Pengertian Pembinaan Ibadah Remaja
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun atau
bentuk. Apabila di beri awalan me-, maka jadi membina, yang artinya
19
Direktorat Jendral Masyarakat Islam 1974 h.58
25
membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik sehingga
pembinaan mengandung arti proses tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.20
Ibadah Definisikan secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan
diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah
mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi
itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang
paling lengkap.
Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anak-
anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani
boleh jadi sudah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap
dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa.
20 Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota, Evaluasi Terhadap Exsistansi Bapinroh, (Jakarta:
Badan Pembinaan Pegawai, Banpiroh, 1995), h, 10.
26
Islam memeiliki enam aspek yaitu, keimanan kepada Allah, pada
para malaikatnya, pada kitab-kitabnya, iman kepada Rasul-Nya, pada hari
akhir, dan iman kepada ketentuan yang telah dikehendaki. Dan seluruh
aspek ini merupakan hal yang ghaib, kita tidak mampu menangkapnya
dengan panca indera, hal ini yang tampak membingungkan kita bagaimana
cara menjelaskannya pada anak, dengan cara apa kita menanamkan enam
aspek keimanan tersebut padanya, dan bagaimana kita bisa
mengekspresikan keimanan mereka. Namun apabila kita mencoba
mempelajari proses kehidupan Rasulullah dengan segala yan telah beliau
ajarkan, kita akan memperoleh sebuah jawaban dari berbagai pertanyaan
tadi. Kita akan menemukan lima pola dasar pembinaan akhlak seperti,
membacakan kalimat tauhid pada anak, menanamkan kecintaan kepada
Allah, pada Rasul, mengajarkan Al-Qur’an, dan menanamkan nilai
perjuangan serta pengorbanan.21
Kehidupan beragama salah satu diantara sekian banyak sektor
harus mendapatkan perhatian besar bagi bangsa dibandingkan dengan
sektor kehidupan yang lain. Sebab pencapaian pembangunan bangsa yang
bermoral dan beradab sangat ditentukan dari aspek kehidupan agama,
terutama dalam hal pembinaan bagi generasi muda.
Secara harfiah pembinaan berarti pemeliharaan secara dinamis dan
berkesinambungan. Di dalam konteksnya dengan suatu kehidupan
beragama, maka pengertian pembinaan adalah segala usaha yang
21
Muhammad Nur Absul Khafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-
Bayan, 1997), h. 109.
27
dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran memelihara secara terus
menerus terhadap tatanan nilai agama agar segala perilaku kehidupannya
senantiasa di atas norma-norma yang ada dalam tatanan itu. namun perlu
dipahami bahwa pembinaan tidak hanya berkisar pada usaha untuk
mengurangi serendah-rendahnya tindakan-tindakan negatif yang dilahirkan
dari suatu lingkungan yang bermasalah, melainkan pembinaan harus
merupakan terapi bagi masyarakat untuk mengurangi perilaku buruk dan
tidak baik dan juga sekaligus bisa mengambil manfaat dari potensi
masyarakat, khususnya generasi muda.
Membangun kesadaran bagi generasi bukanlah hal yang gampang
untuk tercapai secara maksimal, tetapi dalam pembinaan kesadaran yang
menjadi hal pokok untuk dibangun. Kesadaran hendaknya disertai niat
untuk mengintensifkan pemilikan nilai-nilai dari pada yang sudah dimiliki,
sebab dengan cara tersebut akan mampu mewujudkan pemeliharaan yang
dinamis dan berkesinambungan.
D. Remaja Masjid
1. Pengertian Remaja
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama. Sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Integrasi dalam masyarakat mempunyai aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual
28
yang khas dan acara berfikir remaja ini menginginkan untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataanya
merupakan ciri khas yang umum dari priode perkembangan ini.
Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anak-
anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani
boleh jadi sudah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap
dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa.
Dalam perkembangan keperibadian seseorang, masa remaja
mempunyai arti yang khusus ada yang mengatakan masa remaja adalah
masa yang paling indah, sehingga tidaklah boleh dilewatkan begitu saja.
Ada pula pendapat bahwa masa remaja adalah masa yang paling
menentukan kelanjutan hidup seseorang dimasa tuanya. Remaja juga
dikatakan generasi penerus perjuangan bangsa, baik buruk masa depan
bangsa tergantung pada baik buruk moral dan akhlak remajanya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan definisi tentang
remaja sebagai “suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat
mencapai kematangan seksual”. Remaja juga dikatakan sebagai suatu
masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Selain itu WHO juga
berpendapat bahwa remaja adalah suatu masa dimana terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif
lebih mandiri.22
22
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta:Rajawali Perss, 2000) cet. Ke-5,
h.9
29
Dalam “Kamus Besar Ilmu Pengetahuan” yang disusun oleh save
M. Dagun, mengemukakan bahwa secara etimologi “remaja (adolescence)
merupakan tahap pertumbuhan anak menuju dewasa, terjadi mulai masa
puber (pubertas) sampai usia 17 – 18 tahun sekunder yang pertama,
berakhir setelah tercapainya puncak kematangan, puncak pertumbuhan
badan dan kemampuan memperbanyak jenis.23
Pendapat lain juga diutarakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono,
dimana ia mendefinisikan remaja sebagai “masa peralihan dari anak-anak
ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan
perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala
primer dalam perubahan remaja, sedangkan perubahan-perubahan
psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan
fisik itu.24
Dari uraian beberapa pendapat para ahli psikologi yang saling
berlainan pendapatnya mengenai definisi remaja, penulis dapat
menyimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi yaitu masa
peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan
sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa yang penuh dengan
perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi kebutuhan
(physicly) dan (mentality) kejiwaan maupun yang besifat pergaulan
(social). Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan
gejolak-gejolak kejiwaan yang terreflesikan dalam tingkah laku sehari-hari
23
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN, 1997) cet.ke-1,
h.956 24
Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit, h.51
30
yang sering kali terlihat aneh dan sulit dipahami orang dewasa pada
umumnya.
Zakiah Darajat berpendapat:” pada umumnya masa remaja itu
dapat diketahui dengan mudah dan hampir sama pada tiap anak, yaitu kira-
kira pada umur 13 tahun (misalnya mimpi bagi anak laki-laki dan haid
bagi anak perempuan), akan tetapi kapan berakhinya masa remaja itu agak
sukar untuk menentukan, karena berbagai faktor ikut mempengaruhi,
namun pada umumnya ahli jiwa cenderung untuk mengatakan bahwa pada
masyarakat maju berakhir pada umur 21 tahun. Dimana segala macam
pertumbuhan dan perubahan cepat dapat dikatakan berakhir.25
Aristoteles berpendapat “bahwa yang membagi jiwa manusia
dikaitkan dengan perkembangan fisiknya kedalam 3 tahap. Tahap
perkembangan jiwa menurut Aristoteles adalah sebagai berikut:
1. 0 – 7 tahun : Masa kanak-kanak (infancy)
2. 7 – 14 tahun : Masa anak-anak (boyhood)
3. 14 – 21 tahun : Masa dewasa muda (young manhood)
Apa yang diutarakan Aristoteles, hingga saat ini masih mengena
dan berpengaruh pada kehidupan modern kita, yakni dengan tetap
dipakianya batasan usia 21 tahun dalam kitab-kitab hukum di berbagai
negara sebagai batas usia dewasa.26
Dari beberapa pengertian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju usia dewasa, yaitu antara umur 12 tahun sampai umur 21
tahun.
25
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta:Bulan Bintang, 1996). Cet. Ke-15, h.122 26
Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit, h.21
31
2. Pengertian Masjid
Secara etimologis, masjid berarti tempat sujud. Sedangkan secara
terminologis, masjid adalah tempat melakukan aktivitas ibadah dalam
makna luas.27
Semenjak zaman Rasulullah SAW masih hidup, masjid
sebagai tempat pendidikan islam sudah digunakan dilingkungan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan penjelasan Dr. Asma Hasan Fahmi,
bahwa masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang
tertua dalam islam. Karena di masjidlah dimulai pengajaran al-Qur’an, dan
dasar-dasar agama Islam pada masa Rasulullah SAW, selain fungsi
umumnya sebagai tempat untuk menunaikan sembahyang dan beribadah
lainnya.28
Pada masa permulaan islam, masjid mempunyai peranan yang amat
mulia dan luas bagi kehidupan umat manusia khususnya masyarakat
muslim. Masyarakat muslim membicarakan masalah-masalah agama,
pendidikan, sosial ekonomi, politik, dan berbagai problema kehidupan di
masjid. Di masjid mereka mengajak manusia kepada keutamaan,
kecintaan, pengetahuan, kesadaran sosial, serta pengetahuan tentang hak
dan kewajiban kepada Tuhan dan negara. Bermula dari masjid ini pula
mereka menyebarkan akhlak islam dan memberantas kebodohan.29
Dalam hal ini, M. HR. Songge mengatakan, bahwa masjid secara
etimologis, bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud
melakukan ibadah berupa shalat wajib dan sunnah lainnya kepada Allah
27
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren : Pendidikan Alternatif Masa Depan,
(Jakarta:Gema Insani Perss,1997) cet.ke-1 h.46 28
Abdurrachman Mas’ud, M.A., et.al, Paradigma Pendidikan Islam,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2001) cet.ke-1 h.51
32
SWT. sedangkan masjid secara terminologis adalah tempat dimana para
hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun
horizontal dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.30
Selain pengertian masjid secara umum seperti diuraikan diatas,
Sidi Gazalba berpendapat: ”masjid adalah pusat beribadah dan kebudayaan
islam.31
” Di sisi lain Al-abdi dalam kitabnya “Al-Madkhal” juga
mengatakan bahwa masjid merupakan tempat yang paling baik bagi
kegiatan pendidikan dan pembentukan moral keagamaan. Dengan
memusatkan segala aktivitas umat islam di masjid, akan tampak hidupnya
sunnah-sunnah islam dan berkembangnya kehidupan yang sesuai dengan
hukum Allah SWT.32
Dari uraian singkat tersebut di atas, maka dapat dipahami masjid
sebagai pusat pembianaan masyarakat, tentu tidak hanya dilakukan melalui
ibadah ritual seperti shalat saja, tetapi juga melalui beraneka ragam
aktvitas lainnya yang membuat masyarakat terbina sebagai indikasi dari
kekokohan iman. Di samping itu, masjid juga mempunyai fungsi lain
yakni mencerdaskan umat dan memberikan orientasi dakwah yang bisa
dilakukan melalui shalat berjamaah, pengajian-pengajian yang dilakukan
secara rutin, maupun melalui khutbah jum’at yang merupakan nasehat
migguan yang bersifat mendidik tentang kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan oleh kaum muslimin.33
30
M.HR. Songge, pesan risalah Masyarakat Madani:Masjid dan Masyarakat Madani,
(Jakarta:PT.Mediacita, 2001), h.12-13 31
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta:Pustaka Al-
Husna.1998), cet.ke-5 h.47 32
Wahjoetomo, Op cit, h.47 33
Yusuf Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta:gema Insani Perss, 200), h.8
33
Dengan demikian, fungsi masjid harus sesuai dengan ajaran Allah,
yaitu mencakup lingkungan habluminallah (kontak kepada Allah atau
ibadah khusus) dan habluminannas (kontak sosial, budaya sesama
manusia atau mu’amalah). Masjid juga dapat memberikan semangat
ketabahan, ketahanan, kelemah lembutan, kasih sayang dan kegotong-
royongan kedalam kesadaran dan hati nurani jama’ahnya. Dari masjid
inilah Rasulullah SAW mulai membina kader pemimpin umat, memelihara
dan mewariskan nilai-nilai budaya dan peradaban islam.
Pendapat lain juga diutarakan oleh Masor. P dan Nurzaman perihal
fungsi masjid sebagai berikut:
1. Sebagai pusat kegiatan keagamaan dan kegiatan khusus
Fungsi masjid yang terutama adalah untuk sujud kepada Allah
SWT, untuk shalat dan beribadah kepada Allah SWT. 5 (lima) kali
sehari dianjurkan bagi seluruh umat islam untuk mengunjungi masjid
guna melaksanakan shalat fardhu. Sehubungan dengan hal ini
Rasulullah SAW bersabda, shalat yang paling baik adalah shalat yang
dilakukan dirumah kecuali shalat fardhu. Shalat fardhu yang baik
dilakukan di masjid.
2. Sebagai pusat dakwah dan pendidikan
Masjid berfungsi sebagai pusat dakwah dan pendidikan. Secara
informal, sesama muslim dapat saling bertukar informasi, saling
menasehati, dan saling bertukar fikiran pada saat-saat sebelum dan
sesudah shalat. Secara formal, misalnya pada shalat jum’at, shalat
tarawih, pengajian-pengajian dan sebagainya.
34
3. Sebagai tempat kegaiatan masyarakat
Masjid sebagai pusat kebudayaan disamping sebagai pusat
ibadah juga menampung semua jenis kegiatan masyarakat yang berada
dalam batas-batas takwa, atau yang menunjang tercapainya kondisi
rohani takwa.
4. Sebagai tempat menggalang Ukhuwwahh Islamiah
Lima kali dalam sehari masjid dijadikan sebagai tempat untuk
membina persamaan dan persaudaraan, karena diwaktu-waktu tersebut
seseorang dapat bertatap muka dan saling mengucapkan salam sesama
muslim sebagai hamba Allah yang ruku dan sujud bersama-sama
menghadap Allah SWT.
Rasa persaudaraan dan persamaan inilah yang dapat
mendekatkan hubungan sesama muslim ditengah kehidupan mereka
masing-masing.
1. Sebagai tempat mencari ketenangan
Apabila shalat yang dilakukan di masjid dilakukan dengan
penuh kekhusuan dan melepaskan diri baik hati dan fikiran dari
ikatan keduniawian, maka akan terbentuk suasana tentram, damai
dan penuh zikrullah (mengingat Allah).
2. Sebagai tempat istirahat musafir
Salah satu fungsi sosial masjid adalah sebagai tempat
sementara para musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan.
Orang yang mencari masjid sebagai tempat bermalam adalah mereka
yang berada dalam keadaan darurat.
35
3. Fungsi masjid secara umum
Masjid adalah tempat mengerjakan, membicarakan, dan
memutuskan segala perinsip dan semua pokok kehidupan Islam.
Namun harus tetap diingat bahwa masjid adalah tempat suci. Segala
ucapan, tingkah laku, dan perbuatan yang dilakukan di dalamnya
wajiblah suci juga sifatnya, yakni yang dilandaskan kepada
ketaqwaan. Oleh karena itu tidaklah boleh sembarangan pekerjaan
itu dikerjakan di dalam masjid. Segala kegiatan yang berhubunagan
dengan ibadah khusus dan kebudayaan hendaknya merupakan
manifestasi taqwa.34
Selain memiliki fungsi sosial, masjid juga dapat digunakan
sebagai tempat dilaksanakanya berbagai kegiatan, seperti
mengahafal al-Qur’an, lembaga amil zakat, lembaga solidaritas serta
bantuan kemanusiaan, dan lembaga kebinaan dan pengarahan bagi
para generasi penerus bangsa dan agama untuk mengajak kepada
ajaran Islam, dan melindungi mereka dari prilaku yang
menyimpang.35
Pusat yayasan tinggi dakwah islam menyebutkan bahwa dari
catatan-catatan sejarah Islam tradisi Rasulullah SAW. didapatkan
berbagai kegiatan yang dilaksanakan dimasjid yang menunjukkan
akan fungsi masjid, yakni antara lain:
34
Masor. P dan D. Nurjaman, Peranan Masjid Dalam Membina Umat,(Jakarta:CV.Karya
Putra, 1986), cet.ke-1 h.13-19 35
Yusuf Qardhawi, op.cit.,h.7
36
1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan
diri, menempa bathin untuk membina kasadaran dan mendapatkan
pengalaman bathin/keagamaan sehingga selalu terpelihara
keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.
3. Masjid merupakan tempat untuk membina keutuhan ikatan jamaah
kaum muslimin dan kegotong-royongan.
4. Masjid merupakan tempat pengaturan dan supervisi sosial.36
5. Masjid merupakan tempat pembinaan dan penataran kader
pimpinan ummat.
Masjid merupakan tempat untuk meningkatkan kecerdasan
dan ilmu pengetahuan kaum muslimin.
3. Pengertian Remaja Masjid
Remaja masjid merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh dan
berkembang, namun kehadirannya tidaklah muncul begitu saja. Berawal
dari usaha-usaha menyelenggarakan kegiatan kemasjidan, lalu timbul
kesadarn perlunya organisasi yang permanen, dan akhirnya dibentuk
remaja masjid.
Saat ini remaja masjid telah menjadi salah satu wadah paforit
kegiatan remaja muslim. Umunya di kota-kota besar dapat dijumpai.
Meskipun masih ada hambatan atas keberadaannya, namun secara umum
masyarakat sudah semakin lebih bisa menerima kehadirannya.
36
Pusat Yayasan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam, Peroyek Pembanunan Masyarakat
Melalui Kegiatan Kemakmuran Masjid.(jakarta : Lembaga Immaratil Masjid, 1980),h.7
37
Remaja masjid telah menjadi fenomena bagi kegairahan remaja
muslim dalam mengkaji dan mendakwahkan islam di Indonesia.
Sebenarnya, dakwah islam yang dilakukan generasi muda bukanlah hal
yang baru.
Remaja masjid membina para anggotanya agar beriman berilmu dan
beramal sholeh dalam rangka mengbdi kepada Allah SWt untuk mencapai
kehadirannya. Pembinaan dilaklukan dengan menyusun dengan aneka
program yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan berbagai aktifitas remaja
masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan
terencana.37
37
Siswanto, Ir. Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, Jakarta, 2005, cet. Pertama, hal.49.
49
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Informan
Deskripsi informan adalah gambaran orang-orang yang memberikan
informasi atau data di pangajian “Ikatan Remaja Masjid As-salam (IRMAS)”
yang berlokasi di Poris As-salam RT 004 RW 010 Kelurahan Cipondoh
makmur Kecamatan Cipondoh Makmur Kota Tangerang, yaitu :
1. Ketua DKM Masjid As-Salam
Ketua DKM Masjid As-Salam adalah Paimin, beliau lahir di Bantul,
19 September 1963 beralamat di Kampung Poris As-Salam RT.004 RW.010
beliau sudah berkeluarga dan memiliki dua anak, pendidikan terakhir adalah
pesantren, berprofesi sebagai Guru pengajar, Ketua RT, dan Ketua DKM
Masjid As-Salam.
2. Pengrurus IRMAS
Ketua IRMAS yakni Nurhadi, S.Hi lahir di Tangerang, 24 April 1981,
beralamat di Kampung Poris As-Salam RT.004 RW.010 beliau sudah
berkeluarga dan memiliki satu orang anak, pendidikan terakhir adalah strata
satu, berprofesi sebagai Guru pengajar Madrasah Ibtidaiyah.
Sekretaris Silvia Oktaviani, Amd lahir di Tangerang, 24 April 1981,
beralamat di Kampung Poris As-Salam RT.004 RW.010, belum
berkeluarga, pendidikan terakhir adalah diploma tiga, berprofesi sebagai
Guru pengajar Madrasah Ibtidaiyah.
50
3. Guru Pengajar
Guru pengajar yani bapak Mursyin lahir di Tangerang, 12 Maret 1971,
beralamat di Kampung Poris As-Salam RT.004 RW.010 beliau sudah
berkeluarga dan memiliki enam orang anak terdiri dari empat orang laki-laki
dan dua orang perempuan, pendidikan terakhir Madrasah Aliyah, beliau
mengajar sebagai pemateri fiqih, menjabat sebagai ketua Masjid As-Salam.
Drs. Imam Syahroni Tangerang, 01 Maret 1976, beralamat di
Kampung Masjid Al-Fatah RT.003 RW.003 berpendidikan terahir Pasca
Sarjana, kiprah beliau di masyarakat sebagai DAI.
4. Anggota IRMAS
Lukman Saputra, lahir di Tangerang, 01 Maret 1987 beralamat di Kp.
Poris As-Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir SMA dan
berprofesi sebagai wiraswasta.
Safei Hajami, lahir di Tangerang, 10 Juni 1988 beralamat di Kp. Poris
As-Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir SMA dan berprofesi
sebagai pegawai swasta
Saiful Anwar, lahir di Tangerang, 16 September 1988 beralamat di
Kp. Poris As-Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir SMA dan
berprofesi sebagai pegawai swasta.
Hadi Nur, lahir di Tangerang, 22 Desember 1988 beralamat di Kp.
Poris As-Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir SMK dan
berprofesi sebagai pegawai swasta.
51
Aulia Akbar, lahir di Tangerang, 13 Januari 1989 beralamat di Kp.
Poris As-Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir SMA dan
berprofesi sebagai pegawai swasta.
Eko Nur Setiadi, lahir di Tangerang, 15 Juli 1987 beralamat di Kp.
Poris As-Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir Strata satu dan
berprofesi sebagai pegawai swasta.
Roni, lahir di Tangerang, 28 Oktober 1990 beralamat di Kp. Poris As-
Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir SMA dan berprofesi sebagai
mahasiswa.
Abdul Halim, lahir di Tangerang, 25 Maret 1988beralamat di Kp.
Poris As-Salam RT.004 RW.010 berpendidikan terakhir SMA dan
berprofesi sebagai pegawai swasta.
Peserta pengajian diambil delapan orang karena merekalah yang
sangat aktif dan telah mengikuti pengajian selama tiga tahun lebih, bahkan
kedelapan orang ini adalah yang banyak melakukan aktivitas ibadahnya di
Masjid As-Salam seperti muazin, dan menjadi guru TPA Majlis Ta’lim As-
Salam.
Dari hasil lapangan yang ditemukan penulis mendapatkan data bahwa
Peran IRMAS di pengajian ini yaitu memberikan bimbingan seluruh
anggota pengajian IRMAS dalam hal ilmu dan agama, memberikan
pencerahan ataupun memberikan pengetahuan.
52
B. Aktivitas Pengajian IRMAS dalam pembinaan ibadah reamaja.
Kehidupan dewasa ini dengan kemajuan dibidang teknologi sudah
canggih, perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat, sehingga menuntut
kita untuk lebih giat lagi dalam mencari ilmu dan informasi. Meskipun
perkembangan ilmu pengetahuan sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat
diberbagai bidang disiplin ilmu, kita tidak boleh mengesampingkan ilmu
pengetahuan agama, karena sesuatu yang dapat membentuk keperibadian, yang
baik bagi manusia adalah agama, agama adalah faktor yang paling kuat untuk
membentuk moral manusia sebagai makhluk sosial yang suka bermasyarakat.
Zakiah Drajat mengatakan bahwa agama merupakan petunjuk kepada
jalan yang lurus, yaitu “Shiratal Mustaqim”. Dengan petunjuk itulah dapat
menghilangkan keraguan dihati nurani manusia, sehinggga manusian hidup
secara wajar, sejalan dan sesuai dengan alam sekitar.1 Untuk itu kegiatan yang
dilakukan oleh IRMAS untuk membina ibadah sesuai dengan ajaran agama
islam.
Menurut hasil pengamatan peneliti, rangkaian demi rangkaian kegiatan
agama yang berlangsung selama ini merupakan perpaduan antara pengajian
lisan dan teori, artinya terselenggaranya aktifitas pengajian tidak luput dari
metode pengajian dan perwujudannya serta aplikasinya.
Namun untuk mengetahui lebih lanjut mengenai program kegiatan dari
pengajian IRMAS ini, penulis mencoba menjabarkannya melalui data-data yang
1 Zakiah Drajat, Peranan Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), h. 160
53
diperoleh dari hasil wawancara dan arsip dengan ketua IRMAS, DKM Masjid
As-Salam, Pengurus IRMAS, dan juga anggota IRMAS. Adapun kegiatan-
kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh IRMAS antara lain :
1. Ta’lim Pengajian
Kesadaran akan pentingnya pendidikan agama terhadap remaja dan
masyarakat, diaplikasikan oleh IRMAS dengan mengadakan pengajian yang
terdiri dari :
1. Pengajian Mingguan Remaja
Pengajian mingguan bagi remaja ini berlangsung setiap
minggunya.
a. Waktu Pengajian
Waktu pelakasanaan pengajian IRMAS dilakukan di Masjid
Jami As-salam, dalam waktu pelaksanaan pengajian yang
dijadwalkan setiap senin malam setelah sholat isya hingga pukul
09.00 WIB.
b. Tempat Pengajian
Pengajian ini diselenggarakan di Masjid As-Salam yang berada
di wilayah RT.004 RW.010 Cipondoh Makmur.
c. Materi Pengajian
Adapun materi-materi pengajian IRMAS adalah menekankan
kepada remaja untuk bisa membaca Al-Qur’an dan tadjwidnya
kemudian mengerti apa yang disampaikan Al-Qur’an itu kepada
umat dengan kajian arti Al-Qur’an, kemudian selanjutnya
54
memberikan pemahaman tentang masalah Fiqih dan Hadist,
kemudian selanjutnya mengadakan diskusi tentang fenomena-
fenomena sosial yang sedang terjadi dan melakukan tanya jawab.
Pengajian IRMAS juga melakukan pembahasan-pembahasan
masalah keagamaan secara umum.2
d. Pengajar
Kegiatan pengajian disampaikan oleh para ustad yang berasal dari
dalam atau luar lingkungan RT.004 RW.10, diantara para pemateri
pengajian IRMAS adalah sebagai berikut :
1. Ustad Drs. Imam Syahroni
2. Ustad Mursyin
3. Ustad Paimin
4. Ustad Mustaya
5. Ustad Jafarudin, S.Hi
2. Kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
IRMAS mengadakan peringatan hari-hari besar Islam (PHBI), seperti
tahun baru islam, Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW, halal bihalal.
Kegiatan PHBI ini dihadiri oleh masyarakat jamaah Masjid As-Salam dan
juga para undangan seperti para tokoh masyarakat serta aparatur negara, RT,
RW serta para warga tetangga sekitar lingkungan RT.004 RW.010.
3. Kegiatan Ramadhan
2 Nurhadi, S.Hi, Ketua IRMAS, Wawancara Pribadi, Tangerang, 28 Nopember 2010
55
Adapaun kegiatan yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan antara
lain adalah : Shalat Tarawih berjamaah, Pesantern Kilat, Peringatan Nuzulul
Qur’a serta Tadarrus Al-Qur’an bersama-sama.
4. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Pada dasarnya pengajian merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan kemasyarakatan, yang
dilakukan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap
dan bertindak manusia pada tataran kenyataan individual dan sosio-kultural,
dalam rangkan mengusahakan terwujudnya ajaran islam dalam semua segi
kehidupan dan menggunakan cara tertentu. Untuk memelihara dan
mengembangkan kualitas moral yang tinggi bagi umatnya. Islam telah
memelihara dan mengambangkan kualitas moral yang tinggi bagi umatnya.
Kegiatan IRMAS dalam bidang sosial kemasyarakatan ditunjukan
dalam kegiatan sebagai berikut :
1. Bakti Soisal
Untuk terknis pelaksanaan kegiatan ini biasanya IRMAS
berkoordinasi dengan DKM Masjid As-Salam untuk melaksanakan bakti
sosial di lingkungan RT.004 RW.010 seperti pembersihan saluran air
warga pengerjaan renovasi masjid setiap minggu yang secara
keseluruhan adalah merupakan perpaduan antara IRMAS dan warga.
2. Panitia Penyaluran Zakat Fitrah dan Zakat Mal
56
Dalam hal ini IRMAS juga bekerja sama kepada DKM Masjid As-
Salam untuk menerima dan menyalurkan zakat kepada masyarakat yang
berhak menerimanya.
C. Peranan pengajian IRMAS Dalam Pembinaan Ibadah Remaja
IRMAS sebagai organisasi remaja memiliki andil dan turut berpartisipasi
dalam membina kualitas spritual dan moral remaja agar menjadi manusia religi
dan berilmu pengetahuan. Ikatan Remaja Masjid As-Salam (IRMAS) khususnya
dengan kegiatan pengajian rutin yang senantiasa membahas masalaha keislaman
seperti ilmu fiqih, ilmu hadist, Qiratul qur’an beserta tajwid dan lain
sebagainya, serta kegiatan peringatan hari besar islam dimana setiap kegiatan
IRMAS diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk mengatur acara mulai
dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi. Hampir disetiap lini
kegiatan keislaman yang menyangkut hajat oranbg banyak, tidak terlepas dari
partisipasi IRMAS di dalamnya yang pada intinya IRMAS berusaha untuk
menambah wawasan ajaran-ajaran agama kepada masyarakat agar diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan pengajian tersebut.
Pembinaan ibadah remaja yang dialami masyarakat RT.004 RW.010
cukup dirasakan oleh ketua IRMAS setelah remaja mengikuti kegiatan
pengajian seperti yang dikatakan oleh Nurhadi, S.Hi sampai saat ini saya
perhatikan remaja IRMAS sangat antusias mengikuti pengajian dan dalam
pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari seperti sholat magrib dan isya
57
berjamaah mengalami peningkatan yang baik dari waktu ke waktu setelah
adanya pengajian ini.
Dari keseluruhan wacana dalam kegiatan IRMAS yang mengacu pada
tujuan, visi dan misi yakni organisasi ini memiliki sebuah harapan kedepan
untuk dapat mengajarkan dan membina pembelajaran agama dan sosial untuk
kehidupan pribadi dan bermasyarakat yang lebih baik.3
Dalam setiap pembelajaran yang dibimbing melalui kegiatan pengajian
IRMAS muncul sebuah harapan agar dapat lebih memperkaya pengetahuan
agama bagi remaja yang secara tidak langsung dapat merubah prilaku dan
akhlak remaja kepada jalan yang diridhoi Allah SWT untuk menuju kehidupan
yang baik di dunia dan akhirat kelak.4
Keikutsertaan para jamaah pengajian IRMAS menunjukan bahwa amat
pentingnya pengetahuan agama bagi kehidupan mereka sekarang dan untuk
masa depan, dengan dasar tersebut maka timbulah harapan mereka kepada
IRMAS agar untuk tetap pada konsistensinya menyelenggarakan pembelajaran
dan pembinaan ibadah kepada remaja secara terus menerus agar generasi yang
akan datang tetap dalam ajaran islam.
Dari ungkapan yang diutarakan oleh para penasehat dan pengurus IRMAS
di atas, memberikan gambaran bahwa segala sesuatu yang membawa kepada
perubahan yang mengarah kepada kebaikan memang membutuhkan proses yang
cukup lama, selangkah demi selangkah dengan kata lain bahwa penyampaian
3 Nurhadi, S.Hi, Wawancara Pribadi Ketua IRMAS, 28 Nopember 2010. Tangerang.
4 Imam Syahroni, Drs. Wawancara Pribadi Pemateri Pengajian IRMAS, 29 Nopember 2010.
Tangerang.
58
pengajian tidak semudah membalikan tangan, untuk membuat remaja mengikuti
apa yang disamapaikan oleh guru pengajar. Namun seperti itulah sebuah proses
sedikit-demi sedikit, laksana sebuah batu besar yang ditetesi air, tetes demi tetes
maka batu itu pun akan berlubanga juga pada akhirnya. Seperti dakhwah yang
dilakukan oleh Rasulullha SAW selama tiga tahun beliau melakukan dakwah
secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah yang lain
(dakhwatul afraad),5 dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta penuh
harapan pertolongan dari Allah SWT, ini menjadi bukti betapa lamanya proses
pengajian dakwah yang dijalankan oleh seorang yang sangat kita teladani.
Namun pasti perjuangan IRMAS dalam kegiatan pengajian cukup
membuahkan hasil yang baik, karena dapat membina ibadah remaja itu sendiri
seperti halnya Sholat dan membaca Al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara dan observasi di lapangan.
Dalam hal ini organisasi berperan sebagai orang tua bagi remaja secara
tidak langsung, seperti layaknya orang tua yakni IRMAS memiliki tugas untuk
mengayomi dan membimbing para remajanya kejalan yag positif. Jika para
remaja bertindak melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan norma dan
ajaran agama, atau bahkan melanggar aturan tersebut maka peran IRMAS
adalah menasehati dan memberikan solusi agar para remaja bertindak sesuai
dengan visi dan misi IRMAS.6
5 Departemen Agama. AlQur’an dan terjemahannya, Jakarta; 1971. Hal.57
6 Paimin, Ustad. Wawancara Pribadi DKM Masjid As-Salam, 27 Nopember 2010. Tangerang.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari dan menganalisa berbagai
permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Peranan Pengajian Ikatan
Remaja Masjid As-Salam dalam pembinaan ibadah di Kelurahan
Cipondoh Makmur Tangerang”. Akhirnya penulisan sampai pada tahap
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan keagamaan (pengajian) yang dilakukan Ikatan Remaja
Masjid As-Salam (IRMAS) antara lain, pengajian rutin mingguan,
untuk remaja dan masyarakat umum dan pengajian anak-anak. Adapun
materi yang dibahas dalam pengajian tersebut adalah fiqh Islam, Al-
Qur‟an dan tajwid, tauhid, tafsir hadits, Qira‟at, Kaifiyat Shalat, selain
pengajian mingguan IRMAS pun menyelenggarakan peringatan hari-
hari besar Islam (PHBI) Dalam setahun. Ada pula kegiatan yang
diadakan pada bulan Ramadhan seperti : Pesantren kilat, I‟tikaf, dan
peringatan Nuzulul Qur‟an IRMAS pun melaksanakan kegiatan
dibidang sosial kemasyarakatan, diantaranya adalah bakti sosial,
santunan anak-anak yatim piatu, dan semua kegiatan ini dilakukan
dimasjid As-Salam yang bertempat di Rt 04 Rw 010 kelurahan
Cipondoh Makmur, partisipasi IRMAS dengan semua kegiatan
pengajian tersebut bertujuan untuk membina ibadah remaja dan jiwa
sosial masyarakat, serta mengakrabkan hubungan satu sama lain dan
60
60
juga untuk mempertinggi ilmu dan keimanan ketaqwaan serta
pandangan hidup muslim dengan pengajaran agama yang luas yang
pada akhirnya akan mengacu kepada peningkatan pembinaan ibadah
remaja.
2. Pada umumnya masyarakat Rt 04 Rw 010 mengakui bahwa upaya
yang dilakukan oleh IRMAS untuk membina ibadah maupun remaja
disekitar telah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat,
peningakatan pengetahuan dan wawasan agama, maupun peningkatan
pembinaan ibadah remaja dan lain sebagainya. Sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa IRMAS telah berperan dalam
pembinaan ibadah remaja kelurahan Cipondoh Makmur Kota
Tangerang, khususnya ibadah shalat membaca Al-Qur‟an.
B. Saran
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulisan merasa
berkepentingan untuk menghimbau berbagai pihak dengan saran sebagai
berikut :
1. Koordinasi pengurus IRMAS dalam segala kegiatan pengajian agar
lebih baik lagi baik kepada sesama pengurus, maupun kepada orang
tua, sesepuh atau tokoh masyarakat yang ada, sehingga aktifitas dapat
berjalan dan terkoordinir dengan baik.
2. Pemerintah setempat agar lebih memperhatikan segala aktifitas
pengajian remaja dengan pengadaan sarana dan prasarana yang lebih
baik agar aktifitas pengajian remaja dapat berjalan dengan lancar.
61
61
3. Diharapkan bagi pemerintah untuk menyediakan program pembinaan
khusus bagi remaja, agar tercipta generasi-generasi muda yang profesianal,
berpandangan positif, berfikir maju dan tentunya muslim yang kuat. Atau
tersebar keberadaannya ke berbagai pelosok tempat dengan harapan guna
turut serta membantu pemerintah membantu masyarakat menjadi maju dan
berpengetahuan.
4. IRMAS agar lebih maju lagi dan profesional dalam segala bidang
keilmuan khususnya ilmu agama. Dan bagi organisasi-organisasi remaja
pada umumnya hendaklah lebih meningkatkan dan mengoptimalkan
perannya, tidak hanya dalam upaya menyemarakkan kegiatan yang sudah
ada, akan tetapi lebih dari itu hendaknya juga ada upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang berkualitas aman dan taqwanya serta
keilmuannya.
Demukian skripsi ini dapat penulis selesaikan, semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi diri penulis. Dan akhirnya
semoga Allah SWT meridhai segala gerak dan langkah kita serta usaha
yang kita lakukan bersama. Amin Ya Rabbal „Alamin.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arsip DKM Masjid As-Salam, Sejarah Masjid As-Salam
Arsip Program IRMAS 2009-2011
Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Media Dakwah,1984)
Barmawi, Azas-azas dan Ilmu Dakwah, (Solo:Ramadhani, 1984), cet. Ke-1.
Dadang Kahdam, Metode Penelitian Agama, (Jakarta:Pustaka Setia,2000), cet.
Ke-1.
Departement pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakatra: Balai Pustaka. 1988).
Drs. Selamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah,
(Surabaya:Al-Ikhlas, 1994), cet.ke-1.
Departemen Agama. AlQur’an dan terjemahannya, Jakarta; 1971. Hal.57
H.M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogya, Al-Amin
Perss,1997)
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-observasi.html
http://mcdougelas.blogspot.com/2009/11/pengertian-wawancara.html
http://kumpulanbacaan.blogspot.com/2009/05/pengertian-populasi-dan-
sampel.html
Hamzah Yakub, Publisistik Islam, Teknik dakwah dan Leadership,
(Bandung:CV.Diponogoro,1981), cet. ke-11.
Iskandar Zulkarnaian, Skripsi Peranan Pengajian Agama dalam Meningkatkan
Kesadaran Agama, Jurusan Ilmu Dakwah Fakultas Usuludin Universitas
Islam Assyafiiah Jakarta 1992.
63
Imam Syahroni, Drs. Wawancara Pribadi Pemateri Pengajian IRMAS, 29 Nopember 2010.
Tangerang.
Muhammad Nur Absul Khafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung:
Al-Bayan, 1997.
M. Arifin, M. ed, Kapitaselekta Pendidikan:Islam dan Umum, (Jakarta:Bumi
Aksara), cet.ke-4.
M.HR. Songge, pesan risalah Masyarakat Madani:Masjid dan Masyarakat
Madani, (Jakarta:PT.Mediacita, 2001).
N. Grass, W.S. Masson, and A.W. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam
David Berry, Pokok-pokok pikiran dalam sosiologi , (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3.
Nurhadi, S.Hi, Ketua IRMAS, Wawancara Pribadi, Tangerang, 28 Nopember
2010
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (jakarta; Almawardi Prima 2002)
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota, Evaluasi Terhadap Exsistansi Bapinroh,
(Jakarta: Badan Pembinaan Pegawai, Banpiroh, 1995)
Purwadarminta, WS, Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta:Balai
Pustaka,1999).
Paimin, Ustad. Wawancara Pribadi DKM Masjid As-Salam, 27 Nopember 2010.
Tangerang.
Rosid Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1997).
Suryubroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru
dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta:Amarta,1986)
64
Asumuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas), cet
ke-1
Sutrisno Had, Metodologi Research II (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM, 1984).
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta:Pustaka Al-
Husna.1998), cet.ke-5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indoensia,(Jakarta:
Balai Pustaka,2002), ed-3, cet ke-2.
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:PT.Ichtar Baru Van Hoeve, 1994),
cet.ke-3.
Zakiah Drajat, Peranan Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
1985)