peranan oditur militer dalam penyelesaian perkara … · psikotropika ini, seperti salah satu...

19
PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI-AD JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: F. AGUNG WIJAYA NPM : 0810012111274 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2013

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN

PERKARA PIDANA PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA

YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI-AD

JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

F. AGUNG WIJAYA NPM : 0810012111274

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2013

Page 2: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

2

Page 3: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

1

PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA

TNI-AD

(Studi Kasus Korem 032/Wirabraja Sumatra Barat)

F.AgungWijaya1, Uning Pratrimaratri

1, Syafridatati

2

Jurusan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

E-mail :[email protected]

Abstract

The Republic of Indonesia is a State Law. It is written in Article 1 paragraph (3) of the

Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945. Law as a system, play well in the

community if the instrument is equipped executive powers in the field of law enforcement.

Problem of this study were (1) How is the role of the military prosecutor in solving criminal

cases abuse of psychotropic? (2) How does the inspection process conducted military

prosecutors in solving criminal cases abuse of psychotropic drugs? (3) Are the constraints

faced by military prosecutors in solving criminal cases abuse of psychotropic drugs? This

study uses a socio-juridical approach, the data used are primary data obtained through

interviews, and secondary data obtained by the study of documents. The collected data was

analyzed qualitatively. The results can be concluded: (1) The role of trial counsel in

criminal abuse of psychotropic substances are obliged to formulate opinions to Papera

news event. (2) The process of examination conducted by the Military Judge Advocate in

solving criminal cases abuse of psychotropic substances carried by members of the army

through the following steps: a. Docket acceptance stage, b. Stage of case processing; c.

Additional examination stage; litigation stage d, e. Preparation stage of the indictment; f.

Submission of the case to the stage. (3) The main obstacle encountered in the proof: the test

group test psychotropic costly and no forensic laboratory in the city of Padang.

Keywords: Roles, Military Judge Advocate, Psychotropic, Member army.

Pendahuluan

Negara Republik Indonesia

merupakan Negara Hukum. Hal ini

sebagaimana tertulis dalam Pasal 1 ayat (3)

Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Hukum mempunyai

peran yang sangat strategis dan posisi

dominan dalam kehidupan masyarakat,

berbangsa dan bernegara. Hukum sebagai

sistem, dapat berperan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat apabila instrumen

pelaksananya dilengkapi dengan

kewenangan-kewenangan dalam bidang

penegakan hukum.

Sebagai warga negara republik

Indonesia, militer bukan merupakan kelas

tersendiri karena setiap anggota militer

adalah juga sebagai masyarakat biasa,

Page 4: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

2

sebagaimana tercantum dalam pedoman

hidup Tentara Nasional Indonesia yaitu Sapta

Marga dalam Marga Kesatuan menyatakan “

Kami Warga Negara Kesatuan Republik

Indonesia Yang Bersendikan Pancasila”.

Tetapi dengan adanya beban kewajiban

sebagai inti dari pembelaan dan pertahanan

negara, diperlukan suatu pemeliharaan

ketertiban yang lebih berdisiplin dalam

menjaga keutuhan organisasi. Untuk itu

diperlukan suatu hukum yang khusus militer.

Kekhususan itu ialah bahwa masyarakat

tentara itu adalah pengkhususan dari

masyarakat umum.(Moch.Faisal Salam,

1996: hlm11).

Dalam kehidupan yang tenteram

menghendaki ketertiban serta pentaatan

disiplin bagi seluruh anggotanya. Begitu juga

dalam kesatuan TNI-AD, adanya asas

kesatuan komando (unity of command)

membawa konsekuensi yaitu

pertanggungjawaban tunggal dari komando

kesatuan mengenai pelaksanaan tugas dan

segala sesuatunya yang terjadi dalam

kesatuannya.

Dalam bidang hukum, komando

memiliki hak yang disebut dengan hak

menghukum. Komando kesatuan merupakan

atasan yang berhak menghukum, yang

berwenang melaksanakan proses

pemeriksaan pendahuluan terhadap

anggotanya yang tersangkut perkara pidana.

Hal ini merupakan penyimpangan terhadap

ketentuan hukum pidana umum, dimana yang

berwenang melakukan pemeriksaan

pendahuluan adalah penyidik.

Mengenai pengertian Atasan yang

berhak menghukum ini dapat dilihat dalam

ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-undang

Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan

Militer yang menyatakan:

“Atasan yang berhak menghukum

adalah atasan langsung yang

mempunyai wewenang untuk

menjatuhkan hukuman disiplin

menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

akan berwenang melakukan

penyidikan berdasarkan undang-

undang ini”.

Apabila seseorang anggota TNI-AD

dari suatu kesatuan diduga melakukan tindak

pidana, maka atasan langsung tersangka

segera mengadakan pemeriksaan

pendahuluan atau membentuk tim yang

terdiri dari perwira dan bintara yang bertugas

untuk mengadakan pemeriksaan, karena

Ankun adalah komandan kesatuan maka

tidak mungkin ia turut melakukan penyidikan

terhadap suatu peristiwa pidana walaupun itu

adalah perkara anak bawahannya, oleh

karena itu demi efektifnya pelaksanaan

kewenangan penyidikan dari Ankum dan

supaya Ankum dapat lebih memusatkan

perhatian, tenaga dan waktu dalam

melaksanakan tugas pokoknya dalam

memimpin kesatuannya, maka pelaksanaan

1

Page 5: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

3

penyidikan dilakukan oleh penyidik Polisi

Militer atau Oditur Militer.

Walaupun komandan meminta

pendapat Oditur Militer dalam perkara

pidana anak buahnya, tetapi oditur militer

tidak berwenang menentukan diadakannya

pemeriksaan pendahuluan yang lebih lanjut.

Artinya oditur tidak dapat memeriksa secara

langsung seorang tersangka anggota TNI-AD

tanpa adanya instruksi dari komandan

kesatuan si tersangka.

Karena pendapat oditur bersifat tidak

mengikat, maka penentuan akhir mengenai

perkara pidana anak buahnya akan

diserahkan di pengadilan militer atau tidak,

berada di tangan komandan kesatuan sebagai

penanggung jawab ketertiban dan

terlaksananya tujuan-tujuan operasional dari

kesatuannya. Komandan adalah satu-satunya

pejabat yang dibebani kewajiban

mempertanggungjawabkan ke atas, maka

tidak ada tempat lagi bagi Oditur Militer

untuk campur tangan dalam melakukan

pemeriksaan pendahuluan terutama mengenai

penyerahan perkara ke pengadilan1.

Keputusan untuk menyerahkan suatu

perkara pidana oleh Papera kepala oditur

militer agar perkara tersebut diselesaikan

melalui sidang Pengadilan Militer merupakan

suatu hal yang penting dalam Hukum Acara

Pidana Militer, karena dalam peristiwa itu

terjadi beralihnya kewenangan untuk

melakukan penuntutan guna menentukan

1 Ibid, hlm.169.

nasib tersangka, artinya memberikan

hukuman atau penjatuhan pidana kepada

Terdakwa apabila terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana sebagaimana dakwaan Oditur Militer

ataupun menyatakan Terdakwa tidak

bersalah karena tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan tindak pidana

sebagaimana dakwaan Oditur Militer.

Dalam hukum acara pidana militer

kewenangan untuk menyerahkan perkara ke

pengadilan militer tidak pada oditur militer,

akan tetapi kewenangan tersebut berada di

tangan Panglima angkatan yang dikenal

dengan sebutan Perwira Penyerah Perkara

(PAPERA). Yang dimaksud dengan

penyerahan perkara adalah keputusan tertulis

seorang Papera untuk, menyerahkan suatu

perkara pidana setelah selesai diperiksa dan

setelah mendengar pendapat oditur militer

pada tingkat komando yang bersangkutan,

kepada Pengadilan Militer yang dianggap

berwenang untuk memeriksa dan mengadili

olehnya.

Dalam hal terjadi perbedaan pendapat

antara oditur militer dengan Ankum selaku

Papera untuk menentukan apakah perkara

tersebut diselesaikan melalui sidang

pengadilan atau diselesaikan di luar sidang

pengadilan, maka berdasarkan Pasal 43 dan

127 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997,

oditur militer dapat mengajukan surat

permohonan Kepada Pengadilan Militer

Utama (Kadilmiltama) dengan

Page 6: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

4

mengemukakan alasan-alasan pertimbangan

seperlunya kepada Kadilmiltama, agar

perbedaan pendapat itu diputuskan oleh

Pengadilan Militer Utama di dalam

sidangnya. Bila ditinjau dari asas komando

tunggal atau Unity of command, maka pasal

tersebut adalah pasal yang mengantisipasi

agar Ankum selaku Papera tidak otoriter

dalam mengambil keputusan yang

menyangkut anggotanya.

Pasal itu memberikan kesempatan

adanya pertentangan atau konflik antara

putusan komando dengan pendapat oditur

militer yang akhirnya setelah melalui

prosedur yang berlaku, ketetapan untuk

menyerahkan perkara pidana seorang

anggota TNI-AD, ialah Pengadilan Militer

Utama yaitu instansi yang tidak termasuk

ramai komando (shain of command) yang

berada di luar pertanggungjawaban

Komandan (Command Responsibility) dari

organisasi militer. Prakteknya, kesempatan

untuk mengajukan permohonan itu jarang

atau tidak pernah dipergunakan oleh Oditur

Militer yang bersangkutan2.

Dengan adanya kelembagaan Papera

ini sering mengakibatkan kesulitan di dalam

penyelesaian atau mengajukan suatu perkara

ke sidang Pengadilan sehingga banyak

perkara terlambat karena menunggu Surat

Keputusan Penyerahan Perkara (Skeppera)

dari Papera. Banyaknya perkara ini selain

disebabkan asas unity of command juga

2 Op cit, hlm. 167

disebabkan oleh banyaknya pekerjaan

PAPERA yang perlu segera diselesaikan.

Meskipun sudah ada peradilan

tersendiri, namun pada dasarnya semua asas

hukum acara pidana umum juga berlaku bagi

militer dalam hal proses beracaranya.

Apabila anggota TNI melakukan pelanggaran

hukum atau melakukan perbuatan

bertentangan dengan norma-norma yang ada,

dia dapat dijatuhi hukuman sesuai dengan

prosedur yang berlaku baginya, karena

dipandang dari segi hukum, militer

mempunyai kedudukan yang sama dengan

anggota masyarakat biasa. Sebagai warga

negara, baginya pun diberlakukan semua

ketentuan yang berlaku baik hukum pidana,

hukum perdata, hukum acara pidana, hukum

acara perdata.

Bila ditelesuri sejarah penggunaan

psikotropika ini, seperti salah satu contohnya

Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari

Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali

dipergunakan untuk obat asma dan

dipergunakan secara massal pada masa

Perang Dunia II untuk menghilangkan rasa

kantuk dan lelah. Dan berbagai alasan dan

penyebab penyalahgunaan Psikotropika ini

tidaklah dibenarkan baik secara medis

maupun secara hukum dan sebagai latar

belakang penegakan hukum terhadap

penyalahgunaan psikotropika ini, didasarkan

atas suatu asumsi bahwa terdapat korelasi

antara pengkonsumsi psikotropika ini,

dengan sikap negatif yang ditimbulkan,

Page 7: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

5

antara lain mempunyai sikap dan tingkah

laku yang cenderung memiliki potensi untuk

melakukan perbuatan kriminal.(Sisantoro

Sunarsono, 2004: hlm.5).

Dalam rangka memberi efek

psikologis kepada masyarakat khususnya

anggota TNI-AD agar tidak melakukan

tindak pidana penyalahgunaan psikotropika,

perlu ditetapkan ancaman pidana yang lebih

berat atau maksimum, mengingat tingkat

bahaya yang ditimbulkan akibat

penyalahgunaan psikotropika sangat

mengancam ketahanan dan keamanan

nasional serta dapat merusak kondisi mental

bangsa, misalnya kepribadian adiksi, yakni

menyembunyikan tindakan, menipu, ingkar

janji, menurutnya kapasitas berpikir dan

kemampuan mengambil keputusan.

Tindak pidana psikotropika

berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika, memberikan

sanksi pidana cukup berat, di samping dapat

dikenakan hukuman dan juga dikenakan

pidana denda bahkan pidana tambahan

berupa pemecatan dari kesatuan bagi

terdakwa anggota TNI, tetapi dalam

kenyataannya para pelaku justru semakin

meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor

penjatuhan pidana tidak memberikan dampak

atau deterren effect terhadap para pelakunya.

Masalah Psikotropika ini sebenarnya

masalah yang cukup lama tapi tak ditangani

secara serius, contohnya ganja, heroin, sabu-

sabu, dan putau. Di masa orde baru, terdapat

kekuasaan yang melindungi sindikat

peredaran Psikotropika yang menyebabkan

polisi sering putus asa menghadapi kejahatan

tersebut dan juga karena lemahnya aparat

penegak hukum. Memberantas Psikotropika

sepertinya Militer dan Polisi tidak mau

bersungguh-sungguh karena banyak dari

mereka yang terlibat. Contohnya, Anggota

militer yang bernama Agus Isrok berpangkat

letnan Inf, jabatannya wakil komandan unit

khusus debasement 411 grup 4, dari kesatuan

Kopassus dan merupakan Putra mantan

KSAD Subagyo HS. Agus Isrok diadili oleh

pengadilan militer pada tingkat pertama

dengan tuduhan menyimpan barang bukti

berupa satu kantung berisi kristal warna biru

(psikotropika), dua kantung plastik kecil

berisi kristal warna putih (psikotropika), dan

satu kantung berisi serbuk daun ganja kering

(narkotika), di vonis 4 tahun penjara dan

dijatuhi hukuman berupa pemecatan sebagai

anggota TNI. Dalam memutuskan perkaranya

Pengadilan militer menjalankannya melalui

proses yang panjang3.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar

belakang masalah di atas, maka penelitian

membatasi pokok permasalahan yang akan di

teliti sebagai berikut:

3 Law Skripsi, Pertimbangan Hukum

Pengadilan Militer terhadap Anggota Militer yang

Menyalahgunakan Narkotika dan Psikotropika,

http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_co

ntent&view=article&id=29&Itemid=29, Diakses

Pukul 11.16 WIB, 17 Desember 2012

Page 8: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

6

1. Bagaimanakah peranan oditur militer

dalam penyelesaian perkara tindak

pidana penyalahgunaan psikotropika

yang dilakukan oleh anggota TNI-AD

di lingkungan Korem 032/Wirabraja

di Sumatera Barat?

2. Bagaimanakah proses pemeriksaan

yang dilakukan oleh oditur militer

dalam menyelesaikan perkara tindak

pidana penyalahgunaan psikotropika

terhadap anggota TNI-AD di

lingkungan Korem 032/Wirabraaja di

Sumatera Barat?

3. Apakah kendala yang dihadapi oleh

oditur militer dalam menyelesaikan

perkara tindak pidana penyalahgunaan

psikotropika di lingkungan Korem

032/Wirabraja di Sumatera Barat?

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data dan segala

hal yang dibutuhkan dalam penyusunan

skripsi ini penulis menggunakan metode

penelitian dengan pendekatan yuridis

sosiologis yaitu dengan melakukan penelitian

tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku

dan pelaksanaannya di lapangan, kemudian

melakukan analisis terhadap persoalan-

persoalan yang muncul. Pembahasan tidak

dititikberatkan pada ketentuan-ketentuan

hukum yang berlaku saja, tetapi melihat

praktek atau kenyataan yang ada di lapangan.

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat

deskriptif, yaitu penelitian pada umumnya

bertujuan untuk mendeskripsikan atau

memberikan gambaran tentang suatu keadaan

secara sistematis, faktual dan akurat terhadap

suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai

sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau

faktor-faktor tertentu.(Bambang Sunggono.

2003: hlm.36)

Hasil dan Pembahasan

A. Peranan Oditur Militer dalam

Menyelesaikan Perkara Tindak Pidana

Penyalahgunaan Psikotropika yang

Dilakukan oleh Anggota TNI-AD di

Lingkungan Korem 032/Wirabraja.

Adapun hasil wawancara penulis

tentang peran oditur militer dalam proses

penyelesaian tindak pidana yang dilakukan

oleh prajurit TNI-AD di lingkungan Korem

032/Wirabraja, khususnya tindak pidana

penyalahgunaan psikotropika dalam hal ini

dilakukan oleh salah seorang anggotanya

dengan pangkat Sertu Nrp. 21010008890280

berdasarkan petunjuk pelaksana tatalaksana

administrasi di lingkungan peradilan militer

(SKEP KA BABINKUM ABRI

SKEP/186/X/1980) dimulai pada tahap

sebagai berikut :4

1. Tahap Penerimaan Berkas Perkara

4 Wawancara dengan Bapak Letkol Laut

(KH) I Komang Suciawan, Selaku Oditur Militer,

pada hari Selasa tanggal 14 bulan 5 Tahun 2013,

Pukul 10.00 WIB

Page 9: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

7

Dimana berkas perkara yang diterima

dari polisi militer terhadap tersangka tersebut

disertai dengan surat pengantar dan berkas-

berkas perkara yang dicatat oleh kepala tata

usaha dan urusan dalam (Kataud) dalam

agenda surat masuk. Sedapat mungkin Oditur

Militer pengolah yang ditunjuk adalah Oditur

Militer yang kelak akan bertindak sebagai

penuntut umum. Kemudian Kaurlahkara

segera meneliti kelengkapan berkas perkara

mengenai syarat formil dan materil:

1) Syarat formil :

a) Kelengkapan berkas perkara

b) Status tersangka (mutasi,

schorsing, dipecat, MPP, pensiun,

dikaryakan dan lain-lain)

c) Apakah ada surat pengaduan

dari yang berhak mengadu, jika

perkara yang bersangkutan

merupakan delik aduan

(klachdelict).

2) Syarat materil:

- Apakah rangkaian perbuatan

tersangka sudah memenuhi

unsur-unsur tindak pidana.

2. Tahap Pengolahan Perkara

Berkas perkara yang diterima dari

Polisi Militer segera dicatat dalam daftar

register (Formulir Model: 81), barang-barang

bukti dicatat dalam register barang bukti

(Formulir Model: 83) dan pada barang bukti

yang bersangkutan diberi atau diletakkan

label barang bukti (Formulir Model: 84).

Oditur yang bersangkutan kemudian

mengolah perkara atas nama tersangka

tersebut dan menuangkan dalam Berita Acara

Pendapat (Formulir Model : 29). Berita acara

pendapat Oditur tersebut dapat berupa suatu

pendapat yang menyatakan bahwa perkara

tersebut harus diserahkan kepada Pengadilan

Militer untuk diperiksa di persidangan.

3. Tahap Pemeriksaan Tambahan

Apabila dari hasil penelitian ternyata

terdapat kekurangan kelengkapan dalam hal

syarat formil atau materil, maka Kaotmil

dapat mengambil langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Dalam hal kurang lengkap syarat

formil.

Kaotmil mengembalikan berkas

perkara tersebut kepada Polisi Militer

(Instansi Penyidik Semula) disertai dengan

petunjuk atau pengarahan untuk melengkapi

kekurangan-kekurangan atau melengkapi

sendiri.

b) Dalam hal kurang lengkap syarat

materil

Kaotmil dapat mengembalikan berkas

perkara tersebut kepada Polisi Militer

dengan petunjuk atau pengarahan secara

terperinci tentang hal-hal yang harus

dilakukan untuk menyempurnakan berkas

perkara tersebut dengan melakukan

pemeriksaan tambahan terhadap tersangka

dan saksi (Formulir Model: 38, 39) atau

dapat memerintahkan kepada Oditur militer

untuk melakukan pemeriksaan tambahan

Page 10: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

8

sendiri terhadap tersangka atau saksi,

Penyidik (Pom/Ormil) dimungkinkan juga

memeriksa tersangka dan saksi baru yang

belum pernah diperiksa, melakukan

penyitaan dan penyegelan terhadap surat-

surat dan barang-barang yang belum di sita.

c) Di samping untuk kepentingan

hal-hal yang tersebut di atas

pemeriksaan tambahan dilakukan

juga dalam beberapa hal antara

lain sebagai berikut :

1) Perubahan status dari status

seorang saksi menjadi

tersangka atau sebaliknya dari

tersangka menjadi saksi.

2) Menambah saksi atau

tersangka yang semula belum

ditemukan dalam berkas.

Usaha untuk melengkapi dan

menyempurnakan berkas perkara,

baik yang dilakukan oleh Pom

maupun Ormil, harus selesai

secepatnya dan dilaporkan kepada

Kaotmil, namun tahap pemeriksaan

tambahan ini tidak dilakukan oleh

Oditur Militer terhadap tersangka,

karena berkas perkara atas nama

tersangka tersebut telah lengkap baik

secara formil maupun materil.5

4. Tahap Pengajuan Perkara Kepada

Papera

5 Wawancara dengan Bapak Mayor CHK

Yusdiharto, Selaku Oditur Militer, pada hari Jumat

tanggal 17 bulan 5 Tahun 2013, Pukul 10.00 WIB

Suatu berkas perkara yang telah

selesai diolah oleh Oditur yang ditunjuk,

harus diajukan kepada Papera untuk

mendapatkan keputusan penyelesaian

selanjutnya. Pengajuan permohonan

dimaksud dilakukan dengan cara mengajukan

surat pendapat hukum dan saran penyelesaian

perkara yang ditandatangani oleh Kaotmil

(Formulir Model : 30).

Surat pendapat hukum tersebut harus

sesuai dan senada dengan berita acara

pendapat oditur, tidak boleh bertentangan

antara satu dengan yang lainnya. Selanjutnya

Kaurlahkara menghimpun surat-surat

pendapat hukum, berita acara pendapat dan

konsep surat keputusan penyelesaian perkara,

selanjutnya menyerahkan kepada Kataud

untuk dikirimkan kepada Danrem

032/Wirabraja selaku Papera.

Surat pendapat hukum yang

diajukan kepada Danrem

032/Wirabraja selaku Papera harus

dilampirkan :

1) Berita Acara Pendapat Oditur

(Formilir Model: 29)

2) Konsep surat keputusan

penyelesaian perkara sesuai

dengan saran pendapat hukum

Kaotmil, dapat berupa Skeppera

(Formulir Model: 31), apabila

perkara itu akan diserahkan

kepada Pengadilan Militer I-03

Padang.

5. Tahap Penyiapan Surat Dakwaan

Page 11: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

9

Suatu perkara pidana yang telah

ditentukan akan diajukan kepada pengadilan,

Oditur pengolah perkara harus membuat

surat dakwaan. Setelah Skeppera diterima,

maka konsep surat dakwaan disempurnakan

dengan mencantumkan nomor skeppera.

Surat dakwaan ditandatangani oleh Oditur

yang membuat surat dakwaan.

6. Tahap Penyerahan Perkara Kepada

Pengadilan Militer

Kataud meneliti kelengkapan berkas

atas nama tersangka tersebut apabila sudah

dianggap cukup, berkas perkara asli berikut

kelengkapannya dilimpahkan atau dikirimkan

ke Pengadilan Militer I-03 Padang dengan

surat pelimpahan perkara (Formulir Model:

36). Bersamaan dengan pelimpahan atau

pengiriman berkas perkara kepada

Pengadilan Militer, kepada terdakwa

diserrahkan Surat Dakwaan, Skeppera dan

tebusan surat pelimpahan perkara disertai

dengan relas penerimaan (Formulir Model :

49).

Apabila terjadi penggantian Oditur

Penuntut Umum sebelum surat dakwaan

dibacakan dipersidangan. Oditur Penuntut

Umum yang baru tetap menggunakan surat

dakwaan yang sudah ada. Kemudian apabila

terdapat pelimpahan perkara dari Otmil atau

Dilmil lain, Oditur Penuntut Umum yang

baru dapat menggunakan surat dakwaan yang

sudah ada atau menggantinya dengan surat

dakwaan baru. Perubahan atau penggantian

surat dakwaan harus diberitahukan kepada

terdakwa.

B. Proses pemeriksaan yang dilakukan

oleh Oditur Militer dalam

Menyelesaikan Perkara Tindak Pidana

Penyalahgunaan Psikotropika

terhadap Anggota TNI-AD di

Lingkungan Korem 032/Wirabraja

Pada dasarnya setiap perkara pidana

yang terjadi di lingkungan TNI-AD harus

diselesaikan melalui pengadilan yang

berwenang. Untuk penyelesaian perkara di

luar pengadilan hanya dapat ditempuh

melalui saluran hukum disiplin militer atau

penutupan perkara demi kepentingan hokum,

kepentingan militer dan kepentingan umum.

Setiap komandan wajib membantu

kecepatan dan kelancaran proses

penyelesaian perkara pidana di

lingkungannya. Dalam pelaksanaan kegiatan

penyelesaian perkara pidana di lingkungan

TNI-AD, Ankum selaku penyidik dan

komandan kesatuan memiliki beberapa

kewenangan berdasarkan Undang-undang

yang dalam penerapannya didelegasikan

kepada pihak-pihak tertentu. Hal ini agar

mobilitas kesatuan tidak terganggu dengan

kesibukan Ankum dalam penyelesaian

perkara anggota komandonya dan agar

Ankum dapat lebih berkonsentrasi dalam

memimpin pelaksanaan tugas kesatuannya.

Sebagaimana halnya Hukum Pidana

Umum, proses penyelesaian perkara pidana

Page 12: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

10

militer terbagi atas beberapa tahapan yang

meliputi tahap penyidikan, penuntutan,

pemeriksaan di pengadilan militer dan

berakhir dengan proses eksekusi. Adanya

tahapan-tahapan tersebut terkait pula dengan

pembagian tugas dan fungsi dari berbagai

institusi dan satuan penegak hukum di

lingkungan TNI yang pengaturan

kewenangannya adalah sebagai berikut :

a. Komandan Satuan selaku Ankum

dan Papera

b. Polisi militer selaku penyidik

c. Oditur Militer selaku penyidik,

penuntut umum dan eksekutor

d. Hakim militer di pengadilan militer

yang mengadili, memeriksa dan

memutuskan perkara pidana yang

dilakukan oleh prajurit TNI atau yang

dipersamakan sebagai prajurit TNI

menurut Undang-undang, berikut

tahapannya:6

1. Tahap Penelitian Berkas Perkara

Berkas perkara atas nama tersangka

tersebut di atas tadi yang diterima dari oditur

militer dicatat oleh Kataud dalam agenda

surat masuk, selanjutnya berkas perkara

digabungkan dengan surat-surat lain yang

terkait dengan perkara tersebut. Kemudian

Kadilmil menyerahkan berkas perkara.

Selanjutnya Kadilmil segera meneliti dan

mempelajari berkas perkara berikut lampiran

6 Wawancara dengan Bapak Mayor SUS

Mairuzi Sihombing, Selaku Oditur Militer, pada hari

rabu tanggal 22 bulan 5 Tahun 2013, Pukul 10.00

WIB

yang diterima dari Otmil untuk mengetahui

apakah berkas perkara tersebut telah

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Dalam hal Kadilmil berpendapat

bahwa perkara tersebut termasuk dalam

kewenangan pengadilan yang dipimpinnya,

maka ia segera menunjuk hakim militer yang

nantinya akan menyidangkan perkara

tersebut. Jika hakim militer yang ditunjuk

berpendapat bahwa terdapat kekeliruan dan

kekurangan dalam surat dakwaan, ia dapat

memberitahukan kepada Oditur yang

bersangkutan untuk memperbaiki surat

dakwaan dengan memberikan petunjuk dan

saran. Kemudian Kadilmil mengeluarkan

surat penetapan penunjukan hakim (Tapkim,

Formulir Model : 41) dengan menunjuk

hakim militer yang sejak semula menangani

perkara tersebut sebagai hakim ketua.

2. Persiapan Hakim dan Oditur

Penuntut

Hakim Ketua dan kedua hakim

anggota yang telah ditunjuk untuk memeriksa

dan mengadili perkara atas nama tersangka

tersebut segera mempelajari berkas perkara,

selanjutnya hakim ketua menetapkan hari

sidang (Formulir Model : 45). Perkara yang

terdakwanya berada dalam tahanan

didahulukan penyidangannya. Kemudian

surat penetapan hari sidang harus memuat

perintah kepada Oditur penuntut umum

supaya memanggil terdakwa dan para saksi

untuk dating, serta menghadapkan barang

bukti ke sidang.

Page 13: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

11

Penunjukan majelis hakim pada

pengadilan militer atau pengadilan militer

tinggi kecuali Dilmillub, ditetapkan oleh

Kaldilmil yang bersangkutan dengan

mengutamakan tenaga hakim militer atau

hakim perwira yang tersedia di daerah

hukummnya. Majelis hakim terdiri dari tiga

orang, yaitu seorang hakim militer yang

bertindak sebagai hakim ketua dan dua orang

hakim lainnya yang dapat terdiri dari hakim

militer atau hakim perwira yang bertindak

sebagai hakim anggota.

Permintaan Oditur Penuntut Umum

untuk mengubah surat dakwaan dengan

maksud untuk disempurnakan, dapat

dikabulkan apabila diajukan sebelum

ditetapkan hari sidang atau selambat-

lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai.

Perubahan hari sidang, Kaurlahkara

menyerahkan Tapsid dan berkas perkara

beserta lampirannya kepada Oditur yang

akan bertindak sebagai Penuntut Umum.

Setelah itu Kaotmil mengeluarkan

surat panggilan kepada terdakwa dan saksi

yang mencantumkan waktu dan tempat

sidang serta dalam hal apa mereka dipanggil.

Surat panggilan itu sudah harus diterima oleh

terdakwa dan saksi selambat-lambatnya tiga

hari sebelum sidang. Dalam surat panggilan

dicantumkan kewajiban terdakwa dan saksi

untuk datang dalam sidang pada waktu dan

tempat yang telah ditentukan. Khusus kepada

terdakwa dicantumkan pula kewajiban untuk

menghadap Oditur segera setelah menerima

surat panggilan atau selambat-lambatnya

sebelum sidang dimulai guna diberikan

penjelasan mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan persidangan dan hal-hal

yang belum dipahami mengenai surat

dakwaan.

Oditur menjelaskan kepada terdakwa

tentang hak-haknya, antara lain hak terdakwa

untuk didampingi penasehat hukum dalam

sidang nanti. Dalam hal ini terdakwa

didakwa melakukan tindak pidana yang

diancam dengan pidana penjara lima tahun

atau lebih tidak mampu membiayai penasehat

hukum sendiri atau pengadilan akan

menyediakan penasehat hukum atas

tanggungan Negara.

3. Tahap Sidang dengan Acara

Pemeriksaan

a) Pembukaan Sidang dan Pembacaan

Surat Dakwaan

Semua pemeriksaan di sidang

pengadilan militer dinyatakan terbuka untuk

umum kecuali dalam perkara kesusilaan.

Sidang pertama dibuka oleh hakim ketua

dengan mengucapkan : “Sidang pengadilan

militer I-03 yang bersidang di padang dalam

memeriksa dan mengadili pada tingkat

perkara pidana atas nama tersangka tersebut

saya buka dan saya nyatakan terbuka untuk

umum, diikuti ketukan tiga kali.

Selanjutnya hakim ketua

mempersilahkan Oditur untuk membacakan

surat dakwaan, dan memerintahkan kepada

terdakwa untuk berdiri dalam sikap sempurna

Page 14: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

12

dan menghadap majelis hakim guna

mendengarkan dakwaan Oditur.

b) Pemeriksaan Saksi

Para saksi dihadapkan ke depan

sidang sendiri-sendiri menurut urutan yang

dipandang terbaik oleh hakim ketua setelah

mendengar pendapat Oditur, Terdakwa dan

Penasehat Hukum. Yang pertama-tama

didengar keterangannya adalah saksi yang

melihat, mendengar dan mengalami sendiri

kejadian sebenarnya.

c) Pemeriksaan terdakwa

Pemeriksaan terdakwa dimulai

setelah semua saksi selesai didengar

keterangannya. Hakim Ketua menanyakan

kepada terdakwa segala hal yang dipandang

perlu untuk memperoleh kebenaran materil.

Setelah hakim ketua selesai mengajukan

pertanyaan, kemudian memberikan

kesempatan kepada hakim anggota, Oditur

militer dan penasehat hukum secara berturut-

turut mengajukan pertanyaan kepada

terdakwa.

d) Pemeriksaan Barang Bukti

Setelah pemeriksaan semua saksi dan

terdakwa selesai, hakim ketua

memperlihatkan kepada terdakwa semua

barang bukti dan menanyakan kepadanya

apakah ia mengenal benda itu serta

menanyakan sangkut paut benda tersebut

dengan perkara, untuk memperoleh kejelasan

tentang peristiwanya. Jika ada sangkut

pautnya dengan saksi tertentu, barang bukti

itu diperlihatkan juga kepada saksi yang

bersangkutan.

e) Tuntutan

Setelah hakim ketua berpendapat

bahwa pemeriksaan terhadap terdakwa,

saksi-saksi, barang bukti dan alat-alat bukti

lainnya telah selesai, maka hakim ketua

menyatakan pemeriksaan selesai, kemudian

memberikan kesempatan kepada Oditur

Militer untuk membacakan tuntutannya.

Setelah Oditur membacakan tuntutannya,

setelah itu menyerahkannya kepada hakim

ketua dan terdakwa atau penasehat

hukumnya masing-masing satu eksamplar.

f) Musyawarah Majelis Hakim

Setelah semua acara pemeriksaan

selesai, maka hakim ketua menyatakan

pemeriksaan ditutup, kemudian menunda

sidang untuk memberikan kesempatan

kepada majelis hakim bermusyawarah guna

mengambil keputusan. Pada dasarnya

putusan dalam musyawarah majelis hakim

merupakan hasil pemufakatan secara bulat.

Dalam pelaksanaan musyawarah

majelis hakim, hakim anggota yang termuda

(dalam kepangkatan) memberikan

pandangan, pendapat dan saran urutan

pertama, disusul oleh hakim anggota yang

lainnya, dan hakim ketua memberikan

pandangan, pendapat dan saran urutan

terakhir. Pelaksanaan pengambilan keputusan

dalam musyawarah majelis hakim dicatat

dalam buku himpunan putusan yang bersifat

rahasia.

Page 15: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

13

g) Penucapan Putusan Pengadilan

Sebelum majelis hakim

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa

tersebut dalam perkara tersebut

memperhatikan hal-hal yang dapat

meringankan dan memberatkan pidananya

yaitu :

1) Hal-hal yang meringankan :

a) Bahwa terdakwa

berterus terang dalam

persidangan.

b) Bahwa terdakwa

mengakui perbuatannya

dan berterus terang di

persidangan.

c) Bahwa terdakwa baru

sekali ini melakukan

tindak pidana.

d) Bahwa terdakwa

pernah melakukan

operasi militer.

2) Hal-hal yang memberatkan

:

a. Perbuatan terdakwa

bertentangan dengan

Sapta Marga, Sumpah

Prajurit dan 8 wajib

TNI

b. Perbuatan terdakwa

dapat merusak nama

baik TNI khususnya

TNI-AD di mata

masyarakat.

Majelis hakim pengadilan militer I-

03 Padang yang memeriksa dan mengadili

perkara atas nama terdakwa tersebut telah

diputus menyatakan :

1. Terdakwa tersebut di atas secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana sebagaimana Dakwaan

Alternatif Kesatu: “Tanpa Hak

Membawa Psikotropika”.

2. Menjatuhkan pidana penjara selam 5

(lima) bulan dipotong masa tahanan

dengan perintah terdakwa tetap

ditahan.

3. Menjatuhkan pidana denda sebesar

Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh

ribu rupiah). Subside kurungan

pengganti selama 1 (satu) bulan

4. Menetapkan barang-barang bukti

berupa surat-surat tetap diletakkan

dalam berkas perkara dan barang bukti

berupa pil ekstasi dirampas untuk

dimusnahkan

5. Membebankan biaya perkara kepada

terdakwa dalam perkara ini Rp.

7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah)

C. Kendala-kendala yang dihadapi

Oditur Militer dalam menyelesaikan

perkara tindak pidana

penyalahgunaan psikotropika yang

dilakukan oleh anggota TNI-AD di

lingkungan Korem 032/Wirabraja.

Dalam hukum acara pidana dipakai

sistem “pembuktian negatif” , dimana sistem

Page 16: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

14

pembuktian tersebut termuat dalam Pasal 185

KUHAP (Undang-undang Nomor 8 Tahun

1981) yang menegaskan :”Tiada seorang pun

dapat dihukum, kecuali jika hakim

berdasarkan alat-alat bukti yang sah,

memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana

telah terjadi dan bahwa terdakwa telah

melakukannya”.

Berdasarkan hal tersebut maka pada

akhirnya penentuan sanksi terhadap terdakwa

adalah keyakinan hakim. Walaupun bukti-

bukti yang diperoleh jaksa penuntut umum

dalam hal ini oditur militer bertumpuk, akan

tetapi hakim tidak yakin dengan kesalahan

terdakwa tersebut, maka terdakwa harus

dibebaskan.

Bilamana terjadi suatu tindak pidana

yang dilakukan oleh seorang anggota TNI

dari suatu kesatuan, maka di samping akan

mengganggu kepentingan TNI itu sendiri

juga akan mengganggu dengan sendirinya

kepentingan masyarakat umum. Sebab

kepentingan TNI itu pada hakekatnya juga

adalah kepentingan masyarakat umum.

Dengan demikian maka akan ada dua

kepentingan yaitu kepentingan Negara yang

umumnya bersifat operasi militer dan

kepentingan masyarakat.

Sedangkan seorang Oditur Militer

sebagai penegak hukum harus bertindak

sesubjektif mungkin, akan menilai tiap

tindakan pidana yang dilakukan oleh anggota

tentara dari segi kepentingan hukum saja,

walaupun mungkin dari aspek militer

akibatnya akan mengganggu kepentingan

militer.

Dalam Pasal 182 ayat (1) huruf a

KUHAP ditentukan bahwa setelah

pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut

umum mengajukan tuntutan pidana. Maka

dapat dikatakan bahwa tuntutan pidana

merupakan bagian dalam proses penuntutan.

Menjadi bagian terpenting dalam proses

penuntutan yaitu resume dari tahap

pemeriksaan di sidang pengadilan oleh jaksa

penuntut umum dalam hal ini oditur militer

untuk membentuk keyakinan hakim atas

dakwaan oleh oditur militer.

Tuntutan pidana oleh oditur militer

bertujuan untuk menetapkan pidana yang

diharapkan akan diputus oleh hakim

pengadilan dimana dibuat berdasarkan

dakwaan yang telah disampaikan sebelumnya

pada sidang pengadilan dan telah memulai

tahap pemeriksaan di sidang pengadilan.

Kendala yang dihadapi oleh oditur

militer adalah masalah pengujian terhadap

alat bukti berdasarkan KUHAP, untuk

melakukan tes uji terhadap jenis dan

golongan psikotropika, harus ditunjang

keberadaan laboratorium forensic, dimana

kegunaan laboratorium ini adalah untuk

melakukan tes urine dan darah terhadap

pelaku yang diduga melakukan tindak pidana

psikotropika, sebagai saran untuk

pembuktian dan untuk meneliti jenis barang

bukti yang dimiliki pelaku agar dapat

ditentukan psikotropika golongan berapa

Page 17: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

15

yang dimilikinya. Namun pada

kenyataannya, labor tersebut tidak ada di

kota Padang, sehingga harus menggunakan

labor yang ada di kota lain. Selama ini

oditurat militer mengadakan kerjasama

dengan laboratorium yang ada di kota

medan7. Hal ini tentu membuat proses

penyelesaian mengalami kendala, karena

akan memakan waktu yang lama akibat

jauhnya lokasi laboratorium tersebut.

Sistem ancaman pidana maksimum

khusus dan minimal umum yang dianut

KUHP Negara Republik Indonesia,

memberikan kebebasan kepada jaksa

penuntut umum untuk menetapkan berapa

tuntutan pidana yang akan diberikannya,

asalkan ia bergerak dalam batas-batas

maksimal dan minimal yang telah ditetapkan

Undang-undang. Hal ini memungkinkan

Penuntut Umum untuk menetapkan tuntutan

pidana mulai dari satu hari penjara sampai

batas maksimal. Lain halnya dengan

ancaman pidana yang terdapat dalam

Undang-undang tentang psikotropika dimana

tidak ada ancaman hukuman minimal umum

yang ada hanya ancaman hukum maksimal.

Selama ini sanksi pidana yang

dijatuhkan oleh para hakim terhadap pelaku

kejahatan di sidang pengadilan banyak

menjatuhkan vonis sangat berat, tapi masih

banyak bukti adanya ketidakadilan di dalam

7 Wawancara dengan Bapak Mayor CHK

Muhammad Rizal, Selaku Oditur Militer, pada hari

kamis tanggal 23 bulan 5 Tahun 2013, Pukul 10.00

WIB

penjatuhan hukum pidananya. Aturan hukum

telah menetapkan hukuman maksimal, tapi

sebagian hakim lainnya tidak pernah

menetapkan penerapan hukuman maksimal

tersebut. Dengan demikian sanksi pidana

yang dijatuhkan oleh para hakim dinilai

masih belum memberikan rasa takut dan

dipengaruhi oleh norma-norma di luar norma

hukum sehingga dapat menjadi kendala

terhadap penegakan hukum secara

konsekuen8.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan bab

demi bab penulis mengambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran Oditur militer dalam proses

penyelesaian perkara yang dilakukan

oleh prajurit TNI-AD di lingkungan

Korem 032/Wirabraja khususnya tindak

pidana penyalahgunaan psikotropika

adalah selain berkewajiban menyusun

berita acara pendapat kepada Papera

untuk terangnya suatu perkara pidana,

juga bertindak selaku pejabat yang diberi

wewenang untuk bertindak sebagai

penuntut umum dan sebagai pelaksana

putusan atau penetapan pengadilan

Militer. Oditur Militer juga dapat

bertindak sebagai penyidik untuk

melakukan pemeriksaan tambahan guna

8 Wawancara dengan Bapak Mayor SUS

Mairuzi Sihombing, Selaku Oditur Militer, pada hari

jumat tanggal 24 bulan 5 Tahun 2013, Pukul10.00

WIB

Page 18: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

16

melengkapi hasil pemeriksaan penyidik

Polisi Militer apabila dinilai belum

lengkap.

2. Proses pemeriksaan yang dilakukan

oleh Oditur Militer dalam

menyelesaikan perkara tindak pidana

penyalahgunaan psikotropika terhadap

anggota TNI-AD di lingkungan

Korem 032/Wirabraja sudah sesuai

dengan tahapan-tahapan dan aturan

yang berlaku.

3. Oditur Militer dalam menyelesaikan

perkara tindak pidana penyalahgunaan

psikotropika yang dilakukan oleh

anggota TNI-AD di lingkungan

Korem 032/Wirabraja menghadapi

beberapa kendala antara lain dalam

hal pembuktian, karena perkara

psikotropika memiliki kesulitan dalam

pembuktiannya karena untuk

melakukan tes uji terhadap jenis dan

golongan psikotropika membutuhkan

biaya cukup besar. Untuk

mengungkap secara medis kasus

psikotropika, harus ditunjang dengan

keberadaan laboratorium forensic

yang hanya ada di Sumut. Kendala

lain yaitu dalam kebebasan

menetapkan tuntutan pidana kepada

terdakwa karena dalam prakteknya,

tuntutan pidana oditur militer dengan

mengajukan rencana tuntutan.

Saran

Demi perbaikan penegakan hukum

ke depan, khususnya dalam penyelesaian

perkara oleh oditur militer terhadap tindak

pidana penyalahgunaan psikotropika yang

dilakukan oleh anggota TNI, maka penulis

mengajukan beberapa saran, yakni:

1. Oditur Militer dalam menetapkan

tuntutan pidana agar bersikap

professional sehingga akan tercapai

rasa keadilan terhadap penegakan

hukum dan diharapkan tuntutan

pidana yang ditetapkan oleh Oditur

Militer benar-benar pantas dan sesuai

dengan perbuatan terdakwa.

2. Faktor peningkatan kesadaran dan

penegakan hukum bagi Prajurit TNI

perlu dijadikan sebagai prioritas

kebijakan dalam pembinaan personil

TNI, karena kurangnya pemahaman

hukum di kalangan Prajurit TNI

merupakan salah satu penyebab

terjadinya pelanggaran hukum di

samping pengaruh-pengaruh lainnya

baik yang bersifat internal maupun

eksternal.

3. Ketentuan-ketentuan yang mengatur

peranan penegak hukum, maka perlu

diatur tata cara pemberian informasi,

pemberian jaminan keamanan dan

perlindungan hukum, yang harus

secara tegas diatur dalam materi

undang-undang psikotropika tersebut.

52

Page 19: PERANAN ODITUR MILITER DALAM PENYELESAIAN PERKARA … · psikotropika ini, seperti salah satu contohnya Amfetamin ditemukan oleh OGATO dari Jepang pada Tahun 1919. Pertama kali dipergunakan

17

Daftar Pustaka

Bambang Sunggono, 2003, Metodologi

Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo,

Jakarta.

H. Masrullah, Fadillah Sabri dan Yusdira,

2002. Diktat Pengantar Hukum

Indonesia, Fakultas Hukum Padang:

Universitas Andalas.

Moch. Faisal Salam, 1996, Hukum Acara

Pidana Indonesia, Bandung: Mandar

Maju.

S.R Sianturi, Hukum Pidana Militer di

Indonesia, Alumni AHAEM-

PETEHAEM, Jakarta.

Sisantoro Sunarsono, 2004, Penegakan

Hukum Psikotropika Dalam Tinjauan

Sosiologis, Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

W.J.S Poerdaminta, 1976. Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta PN. Balai

Pustaka.

Regulasi (Undang-undang)

Undang-undang No. 31 Tahun 1997 tentang

Peradilan Militer.

Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika.

Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

Undang-undang No. 26 Tahun 1997 tentang

Hukum Disiplin Militer.

Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang

Tentara Nasional Indonesia.

Kolonel Arm. Bambang Subagio, Danrem

032/Wirabraja dalam amanat serah

terima jabatan Dan Yonif 131/Braja

Sakti, Harian Umum Haluan, 12

September 2007.

Law Skripsi, Pertimbangan Hukum

Pengadilan Militer terhadap Anggota

Militer yang menyalahgunakan

Narkotika dan Psikotropika,

http://www.lawskripsi.com/index.ph

p?option=com_content&view=article

&id=29&Itemid=29, Diakses Pukul

11.16 WIB, 17 Desember 2012.