peranan misykat dpu daarut tauhid bandung dalam pemberdayaan mustahiq studi kasus...

143
PERANAN MISYKAT DPU DAARUT TAUHID BANDUNG DALAM PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ Studi Kasus Majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) Oleh Dede Ilyas NIM: 103054128823 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H./2008 M.

Upload: voxuyen

Post on 09-May-2018

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PERANAN MISYKAT DPU DAARUT TAUHID BANDUNG DALAM

PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ

Studi Kasus Majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

Dede Ilyas

NIM: 103054128823

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H./2008 M.

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syyarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karyya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 16 Desember 2008

Dede Ilyas

PERANAN MISYKAT DPU DAARUT TAUHID BANDUNG DALAM

PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

Dede Ilyas

NIM: 1030541288123

Dibawah bimbingan

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H./2008 M.

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERANAN MISYKAT DPU DAARUT TAUHID

BANDUNG DALAM PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ: STUDI KASUS

MAJELIS AL-AMANAH DESA MARGAHURIP KECAMATAN

BANJARAN KABUPATEN BANDUNG telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 16 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada jurusan Kesejahteraan

Sosial.

Jakarta, !6 Desember 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. H. Mahmud Djalal, M.Ag. Dra. Sukmayeti

NIP : 150202342 NIP : 150234867

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Asep Usman Ismail Ismeth Firdaus, M.Si

NIP : 150246393 NIP :

Pembimbing,

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag

NIP : 150235946

ABSTRAK

Dede Ilyas

Peranan MisYkat DPU Daarut Tauhid Bandung dalam Pemberdayaan

Mustahiq

Pemberdayaan merupakan salah satu upaya transformasi terhadap individu

dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pemahaman, perilaku, dan harkat

hidup sebagai individu dan kelompok menuju keberdayaan dan kemandirian.

Pemberdayaan juga berarti upaya memberikan kuasa terhadap individu.

Berdasarkan hal tersebut, maka sasaran pemberdayaan adalah mereka yang tidak berkuasa, mengalami keterbatasan akses terhadap sumber-sumber yang berpotensi

mengangkat dan meningkatkan kualitas individu dan kelompok. Individu yang termasuk dalam kategori tersebut adalah mereka yang dilemahkan (mustadh’afin)

oleh faktor internal maupun eksternal. Dalam terminologi zakat mereka diistilahkan dengan mustahiq.

Penelitian ini ingin memetakan secara jelas mengenai peranan kegiatan pemberdyaan yang dilaksanakan oleh salah satu lembaga filantropi Islam yang

bernama MiSykat di bawah naungan Dompet Peduli Umat (DPU) Daarut Tauhid.

Fokus penelitiannya adalah kegiatan pendampingan pekanan yang

menitikberatkan pada penyampaian materi-materi yang berbasiskan

pengembangan pengetahuan, penanaman nilai dan pengembangan keterampilan

anggota binaan yang terdiri dari para mustahiq dan mustadh’afin.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penulisan

laporan analitis deskriptif. Subjek yang diteliti adalah anggota binaan MiSykat

pada majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung. Studi dokumentasi dan wawancara adalah teknik yang digunakan untuk

pengumpulan data yang kemudian di interpretasikan sesuai dengan fenomena

masalah-masalah yang ditemukan di lapangan. Dokumentasi baik dari literatur

tertulis dan bentuk lainnya digunakan untuk memperkuat analisis hasil penelitian. Melalui analisis data hasil penelitian diketahui bahwa pemberdayaan

dengan strategi pendampingan yang dilaksanakan MiSykat cukup berperan dalam upaya mengembangkan pengetahuan, menanamkan nilai, dan mengembangkan

keterampilan anggotanya. Walaupun begitu, tanpa menafikan keberhasilan tersebut, besarnya bantuan dana usaha belum cukup mampu mengangkat kegiatan

usaha anggota secara signifikan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada

Baginda Nabi Muhammad SAW, pemimpin di atas seluruh pemimpin, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peranan MiSykat

DPU Daarut Tauhid Bandung dalam Pemberdayaan Mustahiq: Studi Kasus

Majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Meskipun saya sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil akhir dari

skripsi ini, adalah mustahil karya ini bisa tuntas tanpa dukungan dan kontribusi

dari banyak pihak. Olehnya, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan

Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus sebagai dosen pembimbing yang terus bersabar dengan memberi

saran-saran dan kritik kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ismeth Firdaus, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi Kesejahteraan Sosial

atas segala ilmu pengetahuan, bimbingan dan dorongan, wacana,

wawasan, dan intelektualitas yang telah “ditularkan” kepada penulis

selama menempuh studi.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Setinggi-tingginya penghargaan bagi keluarga besar Alm. K.H. Ahmad

Syuja’I, khususnya Ayahanda, K.H. Muniruddin Syuja’I dan Ibunda, Hj,

Solihah tercinta, Kakanda Dudin Muhyiddin dan Teh Cucu Umi Kulsum,

Zaki Habibullah dan istri, dan Adinda Abdul Aziz. Do’a, dorongan, dan

kehadiran mereka yang senantiasa mengusir kepenatan dan kejenuhan

serta meneguhkan semangat untuk melangkah dijalur pengetahuan.

Mereka telah menanggung banyak demi tuntasnya skripsi ini. Semoga

Allah SWT membalas pengorbanan mereka dengan ganjaran yang

berlipat.

8. Siti Ida Mursyida, sang penakluk jiwa dan bintang yang terus memberikan

sinar semangat untukku walaupun dengan banyak merasakan kegelisahan.

9. Sahabat-sahabat (dengan caranya sendiri-sendiri memberikan kontribusi

penting dalam penyelesaian skripsi ini) di Forum Studi Manba’ul Afkar

(MaKar), kosan Bapak Iwang, El-Fata sebagai wadah penyaluran hobi dan

bakat. Abdurahman Sutara, Jarwo, Abi Setyo Nugroho, Muhammad Kahfi,

Adi Prayitno S.Sos,I, Su’udi, Habib Anas, Markos Nasution, Erik Zaenal

Muttaqien, dan lain-lain. Gugatan-gugatan mereka seringkali “memaksa”

penulis untuk memikirkan kembali berbagai analisa yang telah penulis

kembangkan. Penulis berharap sahabat-sahabat kental ini menyadari

sepenuhnya bahwa jaringan intelektual yang telah dibangun bersama kelak

diperhitungkan oleh banyak pihak di masa mendatang.

10. Seluruh jajaran pimpinan, staf, dan kolega di DPU Daarut Tauhid

Bandung dan Jakarta, Microfinance Syari’ah Berbasis Masyarakat

(MiSykat), mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah Margahurip

Banjaran Kabupaten Bandung, yang telah memberikan dukungan, fasilitas

dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

11. Rekan-rekan di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI), Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Ikatan

mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat dan pergerakan atau

forum lainnya di Ciputat dan semua pihak yang telah memberikan bantuan

kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Skripsi ini tentu saja bukan suatu karya yang sempurna dan bebas dari

kesalahan. Karena itu, masukan-masukan dari para pembaca untuk perbaikan di

masa mendatang sangat penulis nantikan. Penulis memohon ampunan-Nya atas

segala kesalahan.

Akhirnya, skripsi ini penulis dedikasikan kepada siapapun yang

mempunyai keberpihakan yang besar terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat.

Ciputat, 16 Desember 2008

Dede Ilyas

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Metodologi Penelitian

E. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis tentang Peranan

1. Pengertian Peranan

2. Tinjauan Sosiologi tentang Peranan

B. Tinjauan Teoritis tentang Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

2. Strategi Pemberdayaan

3. Pendekatan

4. Prinsip Pemberdayaan

5. Pendampingan Sosial

6. Tugas Pekerja Sosial

C. Tinjauan Teoritis tentang Zakat

1. Pengertian Zakat

2. Hukum Zakat

3. Tujuan Zakat

4. Hikmah Zakat

5. Macam-Macam Zakat

6. Muzakki (Orang yang Wajib Berzakat)

D. Penjelasan tentang Mustahiq

1. Delapan Asnaf

2. Beberapa Ketentuan Khusus

BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM MISYKAT DPU DARUT

TAUHID JAKARTA

A. Kelahiran Program Misykat

B. Strategi Misykat dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Prinsip Dasar Program Misykat

2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan Misykat

C. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota Misykat

1. Sosialisasi Program

2. Rekrutmen Calon Anggota

D. Pendampingan Pekanan Program Misykat

E. Pendidikan Anggota Program Misykat

F. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Misykat

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUAN

A. Temuan lapangan

1. Metode Pendampingan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung

a. Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan

b. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilai

c. Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Keterampilan

2. Peluang dan Hambatan

a. Peluang

b. Hambatan

3. Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota

B. Analisa Hasil Temuan

1. Analisa Metode Pendampingan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung

a. Analisa Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan

b. Analisa Pendampingan Berbasis Penanaman Nilai

c. Analisa Pendampingan Berbasis Pengembangan Keterampilan

2. Analisa Peluang dan Hambatan

3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data base anggota MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Majelis

al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung tahun 2007-2008

Tabel 2 Kurikulum Pendampingan MiSykat

Tabel 3 Model Perencanaan Anggaran Keuangan Rumah Tangga Anggota

MiSykat DPU DT

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Pedoman Wawancara Kepada Pengurus Misykat DPU Daarut

Tauhid Bandung

Lampiran II : Pedoman Wawancara Untuk Mitra Pendamping Misykat

Lampiran III : Surat Perjanjian Qordhul Hasan

Lampiran IV : Formulir Pendaftaran Calon Peserta Anggota MiSykat DPU

Daarut Tauhid Bandung

Lampiran V : Data Profil Anggota Program Pemberdayaan MiSykat

Lampiran VI : Program Survey MiSykat

Lampiran VII : Format Wawancara Dana Bergulir MiSykat DPU Daarut Tauhid

Bandung

Lampiran VIII : Draf Monitoring Usaha

Lampiran IX : Formulir Pengajuan Pinjaman MiSykat DPU Daarut Tauhid

Bandung

Lampiran X : Draf Kunjungan Penunggak

Lampiran XI : Berita Acara Survey MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung

Lampiran XII : Form Persetujuan Suami/Istri/Orang Tua

Lampiran XIII : Struktur Organisasi MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung

Lampiran XIV : Dokumentasi Wawancara dan Survey

BAB IBAB IBAB IBAB I

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahA. Latar Belakang MasalahA. Latar Belakang MasalahA. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan makin tingginya kesadaran masyarakat akan arti penting

lingkungan hidup, nilai-nilai budaya, humanisme dan hak-hak asasi manusia,

lembaga swadaya masyarakat (LSM) semakin memiliki arti tersendiri di

masyarakat.

Sesuai dengan namanya (walaupun istilah LSM tidak tepat, karena kurang

substansif dan merupakan "istilah akomodatif' terhadap keinginan penguasa

dibanding Non-Government Organizations-NGOs), LSM umumnya bertujuan

mensejahterakan masyarakat, dalam arti memberdayakan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan bersama.1

Kebutuhan tersebut bisa berarti pendidikan, tempat tinggal yang layak,

keadilan, lingkungan yang alami, dan dalam skala tertentu termasuk pula

persoalan gender.2

Jenis LSM sendiri setidaknya dapat dibagi menjadi dua golongan.

Pertama, LSM dikalangan aktivis sering dikatakan LSM pelat merah, yakni

LSM

yang dibentuk atas inisiatif pemerintah untuk mendukung pelaksanaan

pembangunan pada level tertentu. Kedua, LSM yang dibentuk oleh

1 Tim Peneliti PSIK, Negara Kesejahteraan dan Globalisasi : Pengembangan Kebijakan

dan Perbandingan Pengalaman,Universitas Paramadina, Jakarta 2008, hal. 7 2 Firdaus Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire, Y.B. Mangunwijaya,

Logung Pustaka, Jogjakarta 2005, hal. 13

kalangan yang umumnya berada pada kelas menengah seperti intelektual,

mahasiswa ataupun

sejumlah orang yang concern pada kesejahteraan masyarakat yang tak terjangkau

tangan-tangan negara (pembangunan) dan pada level paling rendah adalah

kalangan kelas bawah. Selain kedua jenis itu, ada yang menambahkan jenis

ketiga, yakni LSM yang dibentuk atas dasar ikatan tradisional.

Jenis LSM yang pertama perannya lebih banyak pada dukungan atas

program yang dicanangkan pemerintah. Artinya, LSM ini memiliki keterikatan

yang cukup dekat dengan pemerintah. Setidaknya dalam soal pendanaan atau

dalam skala tertentu otoritas dalam pelaksanaan di lapangan. Dalam kelompok ini

yang terlihat perannya antara lain PKK dan Dharma Wanita.

Pada jenis kedua, umumnya mengambil jarak dengan pemerintah (namun

bukan berarti oposisi) dan memiliki independesi tinggi, sementara sektor

pendanaan banyak disokong oleh organisasi atau yayasan tertentu di luar

negeri. Umumnya LSM dalam kelompok ini melontarkan kritik pada penguasa

(baca: pembangunan ) dengan dasar fakta dan analisis kritis yang

seringkali disertai solusi rasional dan banyak bertumpu pada kepentingan

rakyat kebanyakan.

Sedangkan untuk kelompok ketiga, lebih banyak bersifat kekeluargaan dan

mengambil jalan musyawarah bersama dalam menyelesaikan persoalan, seperti

halnya rembuk desa di pedesaan Jawa.

Perkembangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), secara umum

merebak di negara-negara berkembang seperti Indonesia dengan tujuan utama

untuk menjadi agen sosial pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan

demokratisasi. Namun begitu, banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang

eksistensinya tidak bertahan lama, untuk kemudian mengalami kavakuman dalam

proses pelayanan kemasyarakatannya. Hal ini memang muncul tidak secara

kebetulan, menurut Edwards dan Hulme yang dikutip oleh DR. Suharko, banyak

NGO dibentuk hanya untuk merespon meningkatnya bantuan asing yang

disalurkan melalui komunitas NGO dan juga sebagai akibat dari besarnya bantuan

resmi asing untuk NGO.3

Namun di sisi lain dapat kita lihat banyak terbentuknya LSM

konvensional yang concern dalam upaya keswadayaan dan

pemberdayaan di Indonesia, telah mampu memfasilitasi kebutuhan sosial

mendasar masyarakat dalam proses menuju kemandirian ekonomi.

Walaupun ada beberapa LSM yang tingkat keberlanjutannya terhambat

dikarenakan ketergantungannya terhadap sumber-sumber dana bantuan

asing, di Indonesia terdapat juga beberapa LSM yang mampu

mempertahankan konsistensinya memberikan konstribusi dalam

membantu upaya pembangunan ekonomi dan sosial, misalnya LSM Islam

yang mengelola dana-dana zakat, infaq, shadaqoh dan wakaf seperti DPU

Daarut Tauhid dan Dompet Dhu’afa (DD).

LSM semacam ini – yang menggunakan pola syariah dan

berasaskan Islam- banyak lahir di Indonesia pada sekitar satu dasawarsa

3 Lihat DR. Suharko, Merajut DEMOKRASI – Hubungan NGO, Pemerintah dan

Pengembangan Tata Pemerintahan Demokratis (Yogya: Tiara Wacana, 2005), h. 3.

terakhir ini. Ketika sederetan LSM dibentuk hanya untuk menjadikannya

sebagai penerima bantuan dari lembaga donor dan agen-agen sosial luar

negeri, maka DPU Daarut Tauhid dan beberapa lembaga swadaya lain

yang serupa berdiri pada barisan yang berbeda. Lembaga-lembaga

tersebut –dalam hal ini khususnya DPU Daarut Tauhid- mengelola dana

zakat untuk kemudian disalurkan kepada para mustahiq dalam bentuk

pinjaman dana produktif yang disertai dengan peningkatan keterampilan

dan pengetahuan berusaha melalui berbagai jenis pelatihan.

Pengelolaan dana zakat oleh lembaga swasta memang bukan tanpa

polemik, karena pemerintah melalui Departemen Agama berusaha

mengelola dana zakat oleh negara sebagai dana potensial bagi

pengembangan sumber daya umat terutama dalam memerangi

kemiskinan. Dualitas ini muncul karena pemerintah di satu sisi merasa

bahwa berdasarkan pengalaman, ketika pengelolaan zakat dipercayakan

kepada pribadi umat islam atau badan amil zakat swasta, uang yang

terkumpul sangat sedikit dan tidak signifikan untuk pemberdayaan

ekonomi umat dan memerangi kemiskinan karena institusi swasta hanya

melakukan himbauan atau menunggu kesadaran para umat Islam yang

kaya4. Sedangkan di sisi lain, realitas yang muncul adalah pemerintah

tidak mampu mengelola dana zakat secara efektif dan tepat guna. Selain

itu, peraturan perundang-undangan juga tidak memberikan sangsi kepada

para muzakki yang tidak membayar zakat. Hal ini dapat kita lihat pada

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003

Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang

4 Lihat Drs. H. M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk Memerangi

Kemiskinan (Ciputat Jaksel, 2004), h 5.

Pengelolaan Zakat yang tidak menempatkan satu pasal pun tentang

sangsi bagi para muzakki yang tidak mengeluarkan zakatnya. Sehingga

sebatas yang penulis ketahui, metode yang berjalan selama ini adalah

muzakki membayar zakatnya untuk kemudian tidak mengetahui secara

jelas dana itu disalurkan kepada siapa dan dalam bentuk apa, dengan kata

lain tidak ada transparansi pengelolaan dana zakat. Hal ini berbeda

dengan LSM swasta yang mengelola dana zakat untuk kemudian

menyalurkannya dalam bentuk pemberian dana usaha bergulir yang

mekanismenya bisa diketahui oleh donor baik perseorangan maupun

kolektif.

Ketidakberhasilan konsep pembangunan ekonomi yang dikelola

pemerintah atau yang bisa kita sebut dengan pendekatan institusional di

Indonesia tercermin salah satunya dari ketidakefektifan pengelolaan dana

zakat seperti yang telah dijelaskan di alinea sebelumnya. Masalah ini bisa

terjadi dikarenakan ketidakpercayaan pemerintah terhadap peranan

lembaga zakat sehingga tidak mendapatkan perhatian secara serius.

Lebih jauh lagi, kita bisa melihat bahwa telah terjadi kesalahan

penempatan skala prioritas pertumbuhan ekonomi dengan jalan

industrialisasi dan liberalisasi ekonomi yang secara nyata tidak mampu

memberikan hasil yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi

rakyat. Pemerintah memandang bahwa pertumbuhan ekonomi yang

berlangsung pada sekelompok kecil orang, akan dengan sendirinya

menetes pada sebagaian besar rakyat sehingga meningkatkan

kesejahteraan mereka (trickle down effect).

Terlepas dari keberhasilan yang dimiliki oleh lembaga pengelola

dana zakat swasta, masyarakat merasakan manfaat dari keberadaan

lembaga zakat swasta dan menaruh kepercayaan yang besar

terhadapnya yang telah memberikan konstribusi positif bagi

pengembangan ekonomi umat. Hal ini wajar karena mereka datang

dengan perspektif pembangunan ekonomi yang berbeda. Dengan tanpa

tergantung pada donor asing dan dana-dana dari pemerintah, Sirojuddin

Abbas mengatakan bahwa mereka telah berhasil melakukan revisi

produktif pendekatan pembangunan sosial dengan memasukkan nilai-nilai

dan usaha kesejahteraan sosial Islam serta mengadaptasikannya ke

dalam konteks lokal Indonesia.

Adapun fokus pelayanan lembaga tersebut lebih bertendensi pada

program pemberdayaan masyarakat yang direalisasikan dalam berbagai

bentuk kegiatan peningkatan usaha menuju kesejahteraan dan

kemandirian ekonomi. Pemberdayaan menjadi program utama melalui

pendayagunaan dana-dana keagamaan untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat miskin dengan orientasi produktivis, pengembangan usaha

kecil, investasi di bidang pendidikan melalui pendirian sekolah-sekolah

gratis, serta pengembangan usaha kecil menengah yang melibatkan

kelompok-kelompok miskin. Hal ini berarti, bahwa dana-dana keagamaan

dikelola dan digunakan tidak secara konsumtif, sebagai charity,

melainkan untuk misi pembangunan sosial yang berjangka panjang.

Maksimalisasi peran-peran lembaga pengelola dana-dana

keagamaan menjadi hal yang urgen untuk meminimalisir kesenjangan

ekonomi masyarakat. Di masa pertumbuhan ekonomi yang cukup

memprihatinkan ini, sesungguhnya peranan dana-dana keagamaan dapat

dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

khususnya di bidang ekkonomi, apabila dana-dana tersebut dikelola

sebagaimana mestinya.

Pemahaman umat Islam tentang peruntukan dana-dana keagamaan

mulai berkembang tidak hanya pada kepentingan kegiatan-kegiatan

ibadah, melainkan bertendensi pada pemberdayaan ekonomi umat. Hal

tersebut direalisasikan oleh lembaga-lembaga filantrofi Islam dalam hal ini

DPU Daarut Tauhid Bandung sebagai lembaga yang memaksimalkan

potensi dana-dana keagamaan sebagai sarana berbuat kebajikan bagi

kepentingan masyarakat. Potensi-potensi tersebut dikelola dengan baik

berdasarkan asas-asas profesionalisme, sehingga mampu memberi

dampak besar dalam kehidupan masyarakat.

Tulisan ini akan membahas program pemberdayaan masyarakat

yang dilakukan oleh sebuah lembaga filantrofi Islam yang bernama Dana

Peduli Umat (DPU) Daarut Tauhid Bandung melalui salah satu lembaga

ciptaannya yang dinamakan MiSykat (Microfinance Syariah Berbasis

Masyarakat).

MiSykat adalah sebuah lembaga yang khusus diperuntukkan

mengelola dana zakat yang masuk dari donor perseorangan atau kolektif

ke DPU Daarut Tauhid. Misykat lahir dari keprihatinan terhadap

masyarakat mustadh’afin (yang dilemahkan) oleh struktural sebagai faktor

eksternal maupun faktor yang berasal dari dalam diri para mustadh’afin

atau faktor internal. Salah satu contoh faktor internal adalah adanya

kesadaran dan pemahaman yang keliru dalam memaknai hidup yang

semestinya harus terus diperjuangkan. Kesalahan pemahaman ini

misalnya didapat dari interpretasi yang salah terhadap ajaran agama

tentang qada dan qadar Allah SWT.

Sebagian dari mereka berpendapat bahwa segala yang terjadi

pada diri mereka adalah takdir Allah yang harus dihadapi dengan sabar,

sehingga mereka menerima begitu saja terhadap semua hal yang

menimpa pada diri mereka termasuk kondisi sosial ekonomi yang lemah.

Padahal sabar merupakan hal yang tidak identik dengan sikap lemah,

menerima apa adanya atau menyerah, tetapi merupakan usaha tanpa

lelah atau gigih yang menggambarkan kekuatan jiwa sehingga mampu

mengalahkan atau mengendalikan nafsu liarnya. Sabar bukan berarti

mengendapkan seluruh keinginan sampai terlupakan di bawah sadar

sehingga dapat menimbulkan kompleks-kompleks kejiwaan, tetapi

pengendalian keinginan yang dapat menjadi hambatan bagi pencapaian

sesuatu yang luhur dan mendorong jiwa sehingga mampu mencapai cita-

cita yang didambakan.5

MiSykat mencoba untuk memberikan pertolongan bagi mereka

yang berada pada golongan miskin baik itu di perkotaan maupun di

pedesaan. Bentuk pemberian pertolongan itu adalah program

pemberdayaan masyarakat miskin melalui pemberian dana usaha bergulir

sehingga mereka mampu untuk mandiri secara ekonomi.

Mekanisme pembiayaan yang dilakukan senantiasa terkait dengan

kelompok. Metode seperti ini dapat kita maknai bahwa sebuah

permasalahan ataupun musibah bukanlah permasalahan individual

melainkan kelompok, sekalipun misalnya musibah itu hanya menimpa

pada satu individu tertentu. Selain menerapkan konsep berbagi resiko

(risk sharing dalam bahasa asuransi), MiSykat juga bertujuan membantu

5 Waryono Abdul Ghafur, M.Ag. Tafsir Sosial : Mendialogkan Teks dengan Konteks

(Yogya: eLSAQ Press, 2005), h. 37.

dan menyantuni anggota kelompok yang mendapatkan musibah seperti

sakit melalui dana iuran kelompok yang dikumpulkan. Singkatnya, MiSykat

bertujuan untuk saling memberikan rasa aman, tenteram, melindungi,

bekerjasama, berbagi resiko dan sekaligus berbagi santunan dan

keuntungan. Nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, gotong royong dan

solidaritas sosial merupakan orientasi MiSykat, bukan semata-mata

orientasi ekonomi bisnis.

Tujuan MiSykat tersebut sesuai dengan perintah ayat Al-Quran

surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya :

“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan

taqwa, janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran “ (QS Al-Maidah [5] : 2).

Semangat kebersamaan, persaudaraan dan solidaritas sosial

tersebut juga sesuai dengan hadist Nabi SAW yang artinya sebagai

berikut:

“Rasulullah SAW bersabda : siapa yang memberi kelonggaran

kepada seorang muslim dari suatu kesulitan dunia, maka Allah pasti akan

memberikan kelonggaran atas perbuatannya itu dari kesulitan-kesulitan

hari kiamat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu mau

memberi pertolongan kepada sesamanya.” (HR. Abu Dawud).

Berdasar ayat dan hadis di atas, tujuan MiSykat tidak hanya

bersifat duniawi, melainkan juga beroientasi ukhrawi. Menyantuni dan

meringankan kesulitan seorang muslim, tidak hanya merupakan tindakan

kemanusiaan yang terpuji, melainkan juga merupakan ibadah sosial yang

pasti akan diganjar oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.

Dengan kata lain, MiSykat juga bertujuan untuk menginvestasikan amal

sosial untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi.

Dari latar belakang permasalahan di atas, disertai dengan berbagai

pandangan khususnya Islam terkait dengan program pemberdayaan

masyarakat, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat model

pemberdayaan tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul “ Peranan “ Peranan “ Peranan “ Peranan

MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan MustahiqMiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan MustahiqMiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan MustahiqMiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan Mustahiq: : : :

Studi Kasus Majleis AlStudi Kasus Majleis AlStudi Kasus Majleis AlStudi Kasus Majleis Al----Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran

Kabupaten BandungKabupaten BandungKabupaten BandungKabupaten Bandung”.”.”.”.

Adapun alasan yang menguatkan penulis untuk mengambil tema

tentang program pemberdayaan ekonomi berbasis syariah tersebut

adalah guna memantapkan analisis tentang keberhasilan metode

pemberdayaan lembaga filantrofi Islam dalam mengantarkan masyarakat

binaannya dari mustahiq menjadi muzakki. Selain itu, ini adalah upaya

untuk menunjukan betapa pentingnya agen-agen otonom di luar birokrasi

dalam proses pembangunan kesejahteraan rakyat.

B. Pembatasan dan Perumusan MasalahB. Pembatasan dan Perumusan MasalahB. Pembatasan dan Perumusan MasalahB. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang

jelas, maka penulis membatasi pada peranan Misykat DPU Daarut Tauhid

Bandung dalam pemberdayaan mustahiq disalah satu majelis binaan yaitu

majelis al-Amanah yang terletak di Desa Margahurip Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung. Peranan tersebut dapat dilihat dari domain atau

objek studi pemberdayaan yang meliputi pengembangan pengetahuan

dan penanaman nilai serta pengembangan keterampilan melalui berbagai

materi dan pelatihan yang dilakukan oleh MiSykat dalam pelaksanaan

program pendampingan menuju kesejahteraan dan kemandirian ekonomi

golongan mustahiq di majelis tersebut.

b. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalah

pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam

pemberdayaan mustahiq MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung yang ingin

dijawab melalui penelitian dan dituangkan dalam skripsi ini adalah :

1. Apa metode yang digunakan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung

dalam upaya pengembangan pengetahuan, penanaman nilai dan

pengembangan keterampilan anggota binaan di majelis al-Amanah

Bandung?

2. Apa yang menjadi peluang dan hambatan dalam proses

pelaksanaan program pendampingan di majelis al-Amanah

Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana relevansi metode tersebut dengan kesejahteraan

anggota binaan di majelis al-Amanah Kabupaten Bandung?

C. Tujuan dan Manfaat PenelitianC. Tujuan dan Manfaat PenelitianC. Tujuan dan Manfaat PenelitianC. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kegiatan

pendampingan terhadap pengembangan pengetahuan, penanaman nilai

dan pengembangan keterampilan anggota binaan MiSykat di majelis al-

Amanah. Selanjutnya, dapat dilihat relevansi kegiatan pendampingan

terhadap kesejahteraan anggota. Selain dari itu, penulis ingin mengetahui

ada tidaknya peluang dan hambatan dalam pelaksanaan program

pemberdayaan yang terimplementasi dalam kegiatan pendampingan.

b. Manfaat Penelitian

1. Segi akademis

Untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas program

pemberdayaan berbasis syariah terhadap kesejahteraan dan

pengembangan kemandirian usaha kelompok miskin. Sehingga mampu

menambah pengetahuan dalam upaya memahami nilai-nilai sosial dan

keagamaan.

2. Segi praktis

Penelitian ini diharapkan mampu mengkorelasikan teori-teori

pekerjaan sosial dengan praktik pekerjaan sosial di lapangan. Kemudian

dapat menambah wawasan tentang praktik pekerjaan sosial yang tepat

sesuai dengan konteks masyarakat.

D. Metodologi PenelitianD. Metodologi PenelitianD. Metodologi PenelitianD. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field

research), dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan

guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.

Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilakukan merupakan

proses pengkajian terhadap suatu fenomena pemberdayaan yang terjadi

di salah satu majelis binaan Misykat DPU Daarut Tauhid Bandung yaitu

majelis al-Amanah. Agar dapat memahami fenomena tersebut secara

holistik, peneliti diharuskan untuk beinteraksi langsung dengan subjek

penelitian, karena fenomena merupakan kondisi sosial yang cenderung

berubah setiap saat. Kondisi tersebut harus diinterpretasikan kasus per

kasus sehingga proses generalisasi bergantung pada konteks yang

berlaku pada saat itu.

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti yang

dikutip oleh Lexy Moleong dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif

adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.”6 Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistik. Jadi dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu/organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Sedangkan menurut Anselm Strauss adalah penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan

prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari pengukuran.7

Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa model metode

penulisan, dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis.

Withney mengemukakan definisi metode deskriptif, yang diikuti oleh Moh.

Nazir (1985), yaitu :

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang

tepat, penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang

hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan

serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-

pengaruh dari suatu fenomena.8

6 Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT.

Remaja ROSDA Karya, 2007), h. 4. 7 H. M. Djunaidy Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif : Prosedur, Teknik dan Teori

Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997) cet ke 1, h. 11. 8 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 83.

Definisi tersebut menunjukan bahwa metode penulisan deskriptif

adalah mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki. Berdasarkan tujuan

metode penulisan ini dapat digambarkan peranan program pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh Misykat DPU Daarut Tauhid Bandung

terhadap kemandirian ekonomi anggota binaannya, untuk kemudian

digambarkan pula peluang dan hambatan pelaksanaan kegiatan.

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian lapangan (field research) dilaksanakan di majelis al-

Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung yang

merupakan majelis binaan Misykat DPU Daarut Tauhid Bandung.

3. Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini melalui

beberapa tahapan, yaitu:

a.Tahap pra lapangan

Pada tahapan ini, peneliti mempersiapkan rancangan penelitian,

menentukan lokasi penelitian dengan mempertimbangkan berbagai

masukan dari lembaga, mengurus perizinan baik dari kampus ataupun

lembaga dan menjajaki serta menilai lapangan penelitian.

b.Tahap lapangan

Dalam tahap lapangan, peneliti harus memahami latar penelitian

agar ketika memasuki lapangan ada penyesuaian dengan kondisi

lapangan sehingga proses pengumpulan data akan berjalan secara

efektif dan efisien. Tahapan ini di awali dengan pertemuan dengan pihak-

pihak yang terkait, diantaranya koordinator wilayah IV MiSykat

Kabupaten Bandung, mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah

dan kemudian anggota binaan melalui pertemuan di pendampingan dan

home visit.

c. Tahap analisis data

Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data dilaksanakan dan

dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian,

karena analisis data merupakan pekerjaan yang membutuhkan

pemusatan perhatian, pergerakan tenaga, fisik dan pikiran. Sehingga jika

analisis ini tidak dilakukan semenjak proses pencarian data akan terjadi

penumpukan data yang akan menyulitkan penulisan analisisnya. Pada

tahap ini, pengumpulan dan analisis data dilakukan secara bertahap

sesuai dengan tahapan-tahapan pertemuan dengan sumber data yang

dilakukan selama satu bulan.

4. Macam dan Sumber Data

Menurut Lofland an Lofland (1984:47) yang dikutip oleh Lexy

Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke

dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan statistik.

a. Kata-kata dan tindakan, merupakan proses mengamati kata-kata

serta tindakan orang yang diwawancarai. Proses mengamati ini

merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,

mendengar dan bertanya. Kemudian dijadikan sumber data utama

yang dicatat melalui catatan tertulis dan pengambilan foto.

Responden adalah kepala bagian MiSykat DPU Daarut Tauhid

Bandung, sebagaian dari anggota binaan MiSykat majelis al-

Amanah, mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah. Dalam

proses wawancara ini, diamati bagaimana responden menanggapi

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kemudian menjadikannya

sebagai sumber data.

b. Sumber tertulis, adalah sumber data yang didapat dari dokumentasi

tertulis lembaga Misykat serta literatur-literatur ilmiah yang terkait

dengan masalah penelitian. Beberapa yang terkait dengan

penelitian adalah dokumen-dokumen yang didapatkan dari

lembaga berupa buku profil, tata tertib MiSykat, data anggota dan

penjelasan kurikulum pendidikan MiSykat pemula berupa materi-

materi pendampingan tiap pekan. Sedangkan untuk literatur ilmiah,

terdiri dari referensi-referensi yang mendukung penulisan skripsi

ini, berupa literatur tentang pemberdayaan, kesejahteraan sosial

dan zakat.

c. Foto atau dokumentasi gambar tentang proses pelaksanaan

program Misykat yang digunakan untuk menghasilakan data-data

deskriptif. Foto ini didapat dari dokumentasi lembaga dan yang

dihasilkan oleh penulis sendiri. Selain dari dokumentasi lembaga,

penulis juga mengambil dokumentasi langsung dari proses

wawancara dan home visit.

d. Data statistik, yang menjadi data tambahan sesuai dengan

keperluan penelitian. Statistik digunakan untuk membantu memberi

gambaran tentang kecenderungan subjek terhadap latar

penelitian.9

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mempelajari bahan-bahan tertulis, baik itu literatur, dokumen-

dokumen tertulis, laporan-laporan dan bemtuk-bentuk lainnya yang

berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada

responden dengan lisan yang berpedoman pada instrumen

penelitian yang berbentuk pedoman wawancara yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara ini dilakukan peneliti

secara langsung terhadap oarang-orang yang dianggap perlu dan

mewakili dalam penelitian. Wawancara ini juga dimaksudkan untuk

menggali keterangan-keterangan yang mendalam sehingga

terkumpul informasi-informasi yang tidak didapatkan dari telaah

dokumentasi atau kepustakaan.

6. Analisis Data

Adapun metode analisis data yang akan digunakan adalah metode

perbandingan tetap, yaitu upaya analisis data secara tetap yang

membandingkan data umum dengan data yang lain, dan kemudian

9 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi ( Bandung: PT. Remaja

ROSDA Karya, 2007), h. 157.

membandingkan kategori dengan kategori yang lainnya.10 Proses yang

dilakukan dalam metode ini adalah11:

a. Reduksi data, yaitu identifikasi satuan yang didapat dari data yang

mempunyai makna jika dikaitkan dengan masalah penelitian.

Selanjutnya membuat koding agar satuan tersebut dapat ditelusuri

sumbernya.

b. Kategorisasi, yaitu menyusun satuan ke dalam bagian-bagian yang

memiliki kesamaan.

c. Sintesisasi, yaitu mencari korelasi antara kategori-kategori.

d. Menyusun hipotesis kerja dengan merumuskan suatu pernyataan

proporsional yang terkait sekaligus menjawab pertanyaan

penelitian.

E. Sistematika PenulisanE. Sistematika PenulisanE. Sistematika PenulisanE. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

secara sistematis penulis membagi ke dalam lima bab. Adapun

sistematika selengkapnya adalah sebagai berikut :

BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis. Terdiri dari pengertian tentang peranan,

pemberdayaan serta pengetahuan literalis tentang zakat.

BAB III : Gambaran umum lembaga Misykat DPU Daarut Tauhid

Bandung. Gambaran umum ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan

oleh MiSykat terkait dengan anggota binaannya dari proses awal

10 ibid, h. 288. 11

ibid, h. 288-300.

rekrutmen sampai pada permasalahan anggota dan tujuan akhir program

pembinaan.

BAB IV : Gambaran riil aktifitas program pemberdayaan yang

didapat berdasarkan temuan dilapangan. Gambaran tersebut meliputi

metode pengembangan pengetahuan, nilai dan keterampilan anggota

binaan disertai dengan gambaran peluang dan hambatan dalam

pelaksanaan program untuk kemudian menjelaskan relevansinya

terhadap kesejahteraan anggota. Setelah penjelasan tentang temuan di

lapangan, selanjutnya dilakukan analisis kritis terhadap temuan lapangan

tersebut.

BAB V : Penutup. Dalam penutup ini penulis akan berusaha

memberikan kesimpulan dari keseluruhan bahasan skripsi ini serta saran

terhadap tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat diambil dari tulisan

ini.

BAB IIBAB IIBAB IIBAB II

TINJAUAN TEORITISTINJAUAN TEORITISTINJAUAN TEORITISTINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis Tentang PerananA. Tinjauan Teoritis Tentang PerananA. Tinjauan Teoritis Tentang PerananA. Tinjauan Teoritis Tentang Peranan

1. Pengertian Peranan1. Pengertian Peranan1. Pengertian Peranan1. Pengertian Peranan

Berbicara mengenai peranan tentu tidak bisa dilepaskan dengan

status (kedudukan). Walaupun keduanya berbeda, akan tetapi

berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Kedudukan dan

peranan diibaratkan dua sisi mata uang yang kelekatannya sangat terasa

sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena

orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat. Walaupun

kedudukannya itu berbeda anatar satu orang dengan orang lain, akan

tetapi masing-masing darinya berperan sesuai dengan statusnya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, paranan adalah bagian dari

tugas utama yang harus dilaksanakan.12

Sedang Grass Masson dan A. W. Mc Eachen sebagaimana dikutip

oleh David Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-

harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial

tertentu.13 Harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan

imbangan dari norma-norma sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan

peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat.

Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan

oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan

yang lainnya.

12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1991), h. 667 13

N. Grass W. S. Masson and A. W. Mc Eachen, Eksploration Role Analysis, dalam

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet

ke-3, h. 99

2. Tinjauan Sosiologi Tentang P2. Tinjauan Sosiologi Tentang P2. Tinjauan Sosiologi Tentang P2. Tinjauan Sosiologi Tentang Perananerananerananeranan

Di atas telah disinggung bahwa terdapat hubungan yang sangat

erat antara peranan dan kedudukan, seseorang mempunyai peranan

dalam lingkungan sosial dikarenakan ia mempunyai status atau

kedudukan dalam lingkungan sosialnya (masyarakat).

Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya manusia adalah makhluk

sosial yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (dependent)

pada makhluk atau manusia yang lainnya. Maka pada posisi semacam

inilah, peranan sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut,

dalam artian diharapkan masing-masing individu dari masyarakat yang

berkaitan agar menjalankan peranannya yaitu menjalankan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat atau

lingkungan dimana ia bertempat tinggal.

Di dalam peranannya, sebagaiman dikatakan oleh David Berry

terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari masyarakat

terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh si

pemegang peranan terhadap masyarakat.14

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada satu harapan dari

masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan

sebagaimana mestinya sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan,

individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat

kepadanya. Dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagai bagian dari

struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan,

keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh

14 Ibid, h. 99

masyarakat. Demikian pula halnya dengan MiSykat DPU Daarut Tauhid

Bandung, di situ terdapat suatu harapan yang sangat besar baik dari para

pengurus maupun masyarakat agar kiranya mampu menjadi wadah bagi

sebuah pengembangan kesejahteraan masyarakat terlebih mampu

menjadi wadah bagi transformasi mustahiq menjadi muzakki.

B. Tinjauan Teoritis Tentang B. Tinjauan Teoritis Tentang B. Tinjauan Teoritis Tentang B. Tinjauan Teoritis Tentang PemberdayaanPemberdayaanPemberdayaanPemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan1. Pengertian Pemberdayaan1. Pengertian Pemberdayaan1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).

Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep

mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan

kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita

inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional

menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.

Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang

tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak

terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan tidak tervakum dan

terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar

manusia. kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan

dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan

seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian

memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan

terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal :

pertama, bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat

berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

Kedua, bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada

pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.15

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya

kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau

kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka

memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari

kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang

mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli di

bawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,

proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 1997:210-224) :

a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang

yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).

b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi

cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan

mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang

mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup

untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan ornag lain yang

menjadi perhatiannya (Parson, et.al., 1994).

15 Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial (Bandung: refika ADITAMA, 2005), h.

57.

c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali

kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).

d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan

komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)

kehidupannya (Rappaport, 1984).16

Menurut Ife (1995:61-64), pemberdayaan memuat dua pengertian

kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan

bukan hanya menyangkut kekuasaan dalam arti sempit, melainkan

kekuasaan atau penguasaan klien atas: kesatu, pilihan-pilihan personal

dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat

keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.

Kedua, Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan

selaras dengan aspirasi dan keinginannya. Ketiga, Ide atau gagasan:

kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-

pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan,

kesehatan. Keempat, Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-

sumber formal, informal dan kemasyarakatan. Kelima, Aktivitas ekonomi:

kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi,

distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. Keenam, Reproduksi:

kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak,

pendidikan dan sosialisasi.17

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan

tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan

untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

16 Ibid, h. 58. 17

Ibid, h. 59.

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada

keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik

yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan

diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan

seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan

sebagai sebuah proses.18

Dalam orientasi yang lain, pemberdayaan masyarakat dimaknai

bukan sekedar penyediaan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian,

perumahan, pendidikan, serta perawatan kesehatan. Tetapi prinsip ini

lebih diarahkan kepada upaya peningkatan kemampuan masyarakat yang

tidak berdaya untuk dapat bersama dengan yang lain mengakses sumber-

sumber ekonomi dan politik yang tersedia.19

Sedangkan dalam wacana pembangunan masyarakat, konsep

pemberdayaan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,

jaringan kerja dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan

pada kekuatan tingkat individu dan sosial.20

Mahmud Thoha mengatakan bahwa prioritas pembangunan dalam

kegiatan pemberdayaan meliputi pembangunan modal intelektual

18 Ibid, h. 60.

19 Tim Penulis Center for the Study of Religian and Culture. Wakaf, Tuhan dan Agenda

Kemanusiaan : Studi tentang Wakaf dalam Persfektif keadilan Sosial di Indonesia (CSRC UIN

Jakarta, 2006), h. 10. 20 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, ( Humaniora Utama Bandung,

2004), h. 3.

(intelectual capital building), pembangunan modal sosial (social capital

building) dan pembangunan modal kewirausahaan (entrepreneurial

capital building). Yang pertama merupakan kegiatan olah pikir, yang

keduan adalah olah rasa serta yang ketiga merupakan kegiatan olah

karsa.21

Dalam konteks MiSykat, pemberdayaan tidak hanya dilakukan

dengan memberikan modal usaha, tetapi juga meliputi pemberian

pengetahuan dan pembentukan karakter wirausahawan sukses

2. Strategi Pemberdayaan2. Strategi Pemberdayaan2. Strategi Pemberdayaan2. Strategi Pemberdayaan

Parson et. Al. (1994:112-113) menyatakan bahwa proses

pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada

literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam

relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting

pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat

meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini

bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua

intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam

beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara

individual; meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan

dengan kolektivitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sistem atau

sumber lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial,

pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga ras atau matra pemberdayaan

(empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.

21 Mahmud Thoha, APU. Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora,

Teraju, Jakarta, 2004, h. 170

a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara

individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis

intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih

klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini

sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas

(task centered approach).

b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,

biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan

kesadaran pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar

memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang

dihadapinya.

c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem

Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan

diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan

kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,

pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah

beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar

memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk

memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk menentukan

strategi yang tepat untuk bertindak.22

3. Pendekatan 3. Pendekatan 3. Pendekatan 3. Pendekatan

22 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis

Pembangunan Ksejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 66.

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas

dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat

disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan,

Penyokongan dan Pemeliharaan (Jim Ife oleh Suharto, 1997:218-219):

a. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.

Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari

sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

b. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu

menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan

diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-

kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat,

menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi

tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah, dan mencegah

terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

Pemberdayaan ahrus diarahkan pada penghapusan segala jenis

diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar

masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas

kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong

masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadan dan posisi yang

semakin lemah dan terpinggirkan.

e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok

dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin

keselarasan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang

memperoleh kesempatan berusaha.23

Dubois dan Miley (1992:211) memberi beberapa cara atau teknik

yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan

masyarakat:

a. Membangun relasi pertolongan yang: (a) merefleksikan respon

empati; (b) menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya

sendiri (self determination); (c) menghargai perbedaan dan

keunikan individu; (d) menekankan kerjasama klien (client

partnership).

b. Membangun komunikasi yang: (a) menghormati martabat dan harga

diri klien; (b) mempertimbangkan keragaman individu; (c) berfokus

pada klien; (d) menjaga kerahasiaan klien.

c. Terlibat dalam pemecahan masalah yang: (a) memperkuat

partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah;

(b) menghargai hak-hak klien; (c) merangkai tantangan-tantangan

sebagai kesempatan belajar; (d) melibatkan klien dalam pembuatan

keputusan dan evaluasi.

d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (a)

ketaatan terhadap kode etik profesi; (b) keterlibatan dalam

pengembangan profesional, riset dan perumusan kebijakan; (c)

penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik;

23 Ibid, h. 68.

(d) penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan

kesempatan.24

4. Prinsip Pemberdayaan4. Prinsip Pemberdayaan4. Prinsip Pemberdayaan4. Prinsip Pemberdayaan

Pelaksanaan pendekatan di atas berpijak pada pedoman dan

prinsip pekerjaan sosial. Menurut beberapa penulis, seperti Solomon

(1976), Rappaport (1981, 1984), Pinderhughes (1983), Swift (1984), Swift

dan Levin (1987), Weick, Rapp, Sulivan dan Kisthardt (1989), terdapat

beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial

(Suharto, 1997:216-217).

a. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja

sosial dan masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.

b. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor

atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-

sumber dan kesempatan-kesempatan.

c. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting

yang dapat mempengaruhi perubahan.

d. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup,

khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada

masyarakat.

e. Solusi-solusi, yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan

menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang

berada pada situasi masalah tersebut.

f. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan

yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan

kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang.

24 Ibid, h. 68.

g. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka

sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka

sendiri.

h. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena

pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.

i. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan

kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara

efektif.

j. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus,

evolutif; permasalahan selalu memiliki beragam solusi.

k. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan

pembangunan ekonomi secara paralel.25

5. Pendampingan Sosial5. Pendampingan Sosial5. Pendampingan Sosial5. Pendampingan Sosial

Pendampingan sosial merupakan satu strategi yang sangat

menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat.

Pendampingan sosial berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi yang

dapat disingkat dalam akronim 4P, yakni: pemungkinan (enabling) atau

fasilitasi, penguatan (empowering), perlindungan (protecting), dan

pendukung (supporting).26

Pemungkinan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian

motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial

yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi contoh (model),

melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta

melakukan manajemen sumber.

25 Ibid, h. 69. 26

Ibid, h. 95

Penguatan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pendidikan

dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat (capacity

building).pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi

masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan

pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran

masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi,

menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas

yang berkaitan dengan fungsi penguatan.

Perlindungan merupakan fungsi yang berkaitan dengan interaksi

antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan

demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat

bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan

media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan

kerja. Fungsi perlindungan juga menyangkut tugas pekerja sosial sebagai

konsultan, orang yang bisa diajak berkonsultasi dalam proses pemecahan

masalah.

Fungsi pendukungan mengacu pada aplikasi keterampilan yang

bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada

masyarakat. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer

perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu

melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan

dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok,

menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mencari serta mengatur

sumber dana.

6666. Tugas. Tugas. Tugas. Tugas Pekerja Sosial Pekerja Sosial Pekerja Sosial Pekerja Sosial

Schwartz (1961:157-158), mengemukakan 5 (lima) tugas yang

dapat dilaksanakan oleh pekerja sosial:

a. Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat

mengenai kebutuhan mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan

sosial yang dihadapi mereka.

b. Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat

banyak orang dan membuat frustasi usaha-usaha orang untuk

mengidentifikasi kepentingan mereka dan kepentingan orang-

orang yang berpengaruh (significant others) terhadap mereka.

c. Memberi kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang

tidak dimiliki masyarakat, tetapi bermanfaat bagi mereka dalam

menghadapi realitas sosial dan masalah yang dihadapi mereka.

d. Membagi visi kepada masyarakat; harapan dan aspirasi pekerja

sosial merupakan investasi bagi interaksi antara orang dan

masyarakat dan bagi kesejahteraan individu dan sosial.

e. Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan-batasan situasi dengan

mana sistem relasi antara pekerja sosial dan masyarakat dibentuk.

Aturan-aturan tersebut membentuk konteks bagi ‘kontrak kerja’

yang mengikat masyarakat dan lembaga. Batasan-batasan tersebut

juga mampu menciptakan kondisi yang dapat membuat masyarakat

dan pekerja sosial menjalankan fungsinya masing-masing.27

B. Tinjauan Teoritis Tentang ZakatB. Tinjauan Teoritis Tentang ZakatB. Tinjauan Teoritis Tentang ZakatB. Tinjauan Teoritis Tentang Zakat

1. Pengertian Zakat1. Pengertian Zakat1. Pengertian Zakat1. Pengertian Zakat

Secara bahasa, zakat mempunyai arti pertumbuhan, pertambahan

dan penyucian. Menurut syari’at, zakat merujuk kepada pengambilan

27 Ibid, h. 70.

sejumlah uang atau barang dari beberapa jenis kekayaan tertentu yang

mencapai jumlah yang ditentukan pada suatu rentang masa, untuk

kemudian dibagikan kepada beberapa golongan umat yang masuk ke

dalam kriteria penerima zakat. Ibadah ini dinamakan zakat dikarenakan

harta yang dimiliki orang yang membayar zakat disucikan dan derajatnya

ditinggikan oleh Allah SWT sehingga kedudukannya di mata Allah pun

terangkat.28

Zakat juga bisa didefinisikan sebagai sebagian dari harta

benda/kekayaan (yang bernilai ekonomi baik tetap atau bergerak)

seseorang atau badan usaha yang beragama islam yang wajib

dikeluarkan apabila telah mencapai nisab dan haulnya untuk

kemashlahatan masyarakat.29

Definisi lain tentang zakat yaitu menyisihkan sebagian harta (sesuai

ketentuan syara’) untuk dibagikan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya.30

Zakat adalah rukun islam yang ketiga. Dasar hukum wajibnya

cukup banyak dan jelas diterangkan di dalam al-Quran dan al-Hadis. Salah

satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang kewajiban zakat diantaranya

adalah surah at-Taubah ayat 103 yang artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan menyucikan mereka”.

28 Abdal Haqq Bewley, Amal Abdalhakim-Douglas. Restorasi Zakat: Menegakan

Kembali Pilar Yang Runtuh (Depok: Pustaka Adina, 2005), h. 23. 29

Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat

(Jakarta: PT. Ade Cahya, 1994/1995), h. 171. 30 Syamsul Rizal Hamid, Buku Pintar Tentang Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.

143.

Adapun al-Hadis yang menjelaskan tentang kewajiban zakat

diantaranya adalah sabda Rasul SAW kepada Mu’adz ibn Jabal ketika

Mu’adz diutus ke Yaman untuk menjadi wali negara dan hakim di negara

tersebut, yang artinya:

“Rasulallah SAW sewaktu mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal ke

negeri Yaman (yang telah ditaklukkan oleh umat islam) bersabda:

Engkau datang kepada kaum ahli kitab, ajaklah mereka kepada

syahadat, bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain

Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad SAW adalah utusan

Allah. Jika mereka telah taat untuk itu, beritakanlah kepada mereka

bahwa Allah mewajibkan mereka melakukan shalat lima waktu

dalam sehari semalam.

Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada mereka

bahwa Allah mewajibkan mereka menzakati kekayaan mereka.

Yang zakat itu diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan kepada

yang fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, maka hati-hatilah

(janganlah) mengambil yang baik-baik saja (bila kekayaan itu

bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka zakatnya harus meliputi

nilai-nilai itu) hindari do’anya orang madhlum (teraniaya) karena

diantara do’a itu dengan Allah tidak berdinding (pasti

dikabulkan).”31

2. Hukum Zakat2. Hukum Zakat2. Hukum Zakat2. Hukum Zakat

31 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.

108.

Dalam menentukan hukum sebuah permasalahan, Islam melalui

fiqih mengajarkan kepada kita untuk melakukan ijtihad. Ijtihad itu berkisar

pada tiga bidang, yaitu: Istimbath, Tarjih dan Tahqiqul manath.

Istimbath bertujuan untuk menggali hukum syar’i tentang sesuatu

masalah sebagaimana halnya para imam mujtahidin. Ijtihad dibidang tarjih

bertujuan untuk membanding dalil-dalil serta wajah istidlal yang dilakukan

oleh masing-masing mujtahidin dalam rangka memilih pendapat yang

terkuat. Ijtihad dibidang tahqiqul manath adalah semata-mata untuk

menerapkan ‘ilat hukum asal baik ia manshushah atau mustambathath

bagi sesuatu masalah (furu’) yang belum ada nash hukumnya. Ijtihad

dibidang tahqiqul manath inilah yang kita lakukan untuk mencari sumber-

sumber untuk zakat.

Menurut penelitian, harta-harta yang dizakati menurut ketentuan

nash yaitu dari binatang ternak yang meliputi sapi, kambing dan unta. Dari

barang-barang berharga meliputi emas dan perak. Dari tumbuh-tumbuhan

meliputi sya’ir (jelai), gandum, anggur kering (kismis) dan kurma.32

Hukum wajib zakat pada harta-harta tersebut yang menjadi ‘illat-

nya adalah sifat perkembangan pada harta atau sifat penerimaan untuk

diperkembangkan pada harta tersebut. ‘Illat seperti itu terkenal dengan

istilah ‘illat mustambathath (hasil ijtihad para mujtahidin). Hukum berputar

pada ‘illat-nya, ada ‘illat ada hukum, hilang ‘illat hilang hukumnya.

Tegasnya dimana ada ‘illat di sana ada hukum.33

Pelaksanaan kewajiban zakat ini ditentukan pula dan dibatasi oleh

pembatasan-pembatasan (restriksi) sebagai berikut :

32 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.

180. 33

Ibid, h. 180.

a. Zakat itu diwajibkan setahun sekali atas barang-barang yang tetap

dimiliki selama setahun penuh (haul). Haul tidak berlaku pada zakat

tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Haul dan nisab pada ma’din

(hasil tambang) diperselisihkan oleh para ulama.

b. Nilai barang yang dizakati telah mencapai batas ukuran yang

disebut nisab. Nisab itu berlain-lainan tergantung kepada

macamnya barang yang harus dizakati.

c. Hukum wajib zakat pada harta-harta yang menjadi ‘illat-nya adalah

sifat perkembangan pada harta atau sifat penerimaan untuk

diperkembangkan pada harta tersebut. ‘Illat seperti ini terkenal

dengan istilah ‘illat mustambathah. Hukum berputar pada ‘illat-nya.

d. Zakat dibayarkan pada mustahiq. Tidak dibenarkan mambayarkan

zakat kepada sembarangan orang yang disukai.

e. Untuk memudahkan pengumpulan dan penyaluran zakat perlu

mendapat perhatian sahnya mengeluarkan zakat dengan qimah

(nilai pengganti) jika dikehendaki oleh hajat dan kemaslahatan.

f. ‘Amil atau penyelenggara sangat diperlukan dalam masalah zakat

bahkan seorang amil berhak mendapat bagian dari hasil zakat dan

termasuk satu dari delapan asnaf yang menjadi mustahiq.

g. Wilayah zakat yaitu radius penyebaran hasil zakat. Agar tujuan dan

sasaran zakat dapat dicapai secara maksimal maka perlu

ditentukan wilayahnya, apakah kabupaten, provinsi atau seluruh

Indonesia bagi pelaksanaan di negeri ini.

h. Perdagangan suatu barang yang ada padanya zakat, seperti buah-

buahan dan tumbuh-tumbuhan maka terdapat dua kewajiban zakat

yaitu: zakat perniagaan dan zakat dari barang yang kita

perdagangkan, untuk ini hanya dibayar salah satunya saja.34

3. Tujuan Zakat3. Tujuan Zakat3. Tujuan Zakat3. Tujuan Zakat

Zakat adalah salah satu tiang pokok ajaran islam. Di dalam al-

Quran sangat banyak disebutkan perintah zakat bersamaan dalam satu

susunan kalimat dengan salat. Dengan demikian setidak-tidaknya

kewajiban zakat sama kuatnya dengan hukum salat. Allah SWT berfirman

yang artinya:

“Maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah

dan Rasul-Nya.”

Sebagai pokok ajaran agama atau ibadah, zakat mengandung

hikmah dan tujuan tertentu. Hikmah zakat adalah sifat-sifat rohaniah dan

filosofis yang terkandung dalam lembaga zakat . dimaksud dengan tujuan

zakat di sini ialah sasaran praktisnya. Dari tujuan tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Membantu, mengurangi dan mengangkat kaum fakir miskin dari

kesulitan hidup dan penderitaan mereka.

b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh

gharimin, ibnu sabil dan para mustahiq lainnya.

c. Membina dan merentangkan tali solidaritas sesama umat manusia.

d. Mengimbangi ideologi kapitalisme dan komunisme.

e. Menghilangkan sifat bakhil dari pemilik kekuasaan dan penguasa

modal.

34 Ibid, h. 181.

f. Menghindarkan penumpukan kekayaan perseorangan yang

dikumpulkan diatas penderitaan orang lain.

g. Mencegah jurang pemisah kaya miskin yang dapat menimbulkan

malapetaka dan kejahatan sosial. Mengembangkan tanggung

jawab perseorangan terhadap kepentingan masyarakat dan

kepentingan umum.

h. Mendidik untuk melaksanakan disiplin dan loyalitas seorang untuk

menjalankan kewajibannya dan menyerahkan hak orang lain.35

4. Hikmah Zakat4. Hikmah Zakat4. Hikmah Zakat4. Hikmah Zakat

Zakat sebagai bagian dari tradisi filantrofi Islam yang sudah

dilembagakan, mengandung hikmah dan keutamaan-keutamaan. Hikmah

dan keutamaan tersebut digambarkan di dalam ayat-ayat al-Quran dan

hadis serta kenyataan yang hidup di masyarakat akan pentingnya zakat

dalam mengatasi kemiskinan dan kemelaratan.

Allah berfirman yang artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan menyucikan mereka.”

“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan

untuk mencapai keridhoan Allah, maka (yang berbuat demikian)

itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).”

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) oarang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir

benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus

biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia

35 Ibid, h. 183.

kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya).” (QS Al-

Baqarah:261)

Begitulah Allah menjelaskan tentang kewajiban zakat kepada

setiap muslim yang telah memenuhi syarat dalam mengeluarkan zakat,

sebagai bagian dari pamanuhan kewajiban dan juga praktek kesalehan

sosial. Adapun hikmah yang dapat diambil dari zakat antara lain adalah:

a. Mensyukuri nikmat Allah, meningkat suburkan harta dan pahal

serta membersihkan diri dari kekotoran, kikir dan dosa.

b. Melindungi masarakat dari bahaya kemiskinan dan kemelaratan

dengan segala akibatnya.

c. Memerangi dan mengatasi kefakiran yang menjadi sumber bencana

dan kejahilan.

d. Membina dan mengembangkan stabilitas kehidupan sosial

ekonomi, pendidikan dan sebagainya.

e. Mewujudkan rasa solidaritas dan belas kasih.

f. Merupakan manifestasi kegotong-royongan dan tolong menolong.

Selain hikmah tersebut yang dapat diambil dari melaksanakan

praktek zakat. Zakat juga mempunyai keutamaan-keutamaan, antara lain:

a. Menumbuh suburkan pahala.

b. Memberi berkat kepada harta yang tinggal (setelah di zakati).

c. Menjadi sebab bertambahnya rezeki, pertolongan dan ‘inayah Allah

SWT.

d. Menjauhkan diri dari bencana yang tidak dikehendaki.

e. Menjauhkan diri dari api neraka dan melepaskannya dari kepicikan

dunia dan akhirat.

f. Mendatangkan keberkatan dan kemaslahatan kepada masyarakat.

g. Menumbuhkan kerukunan dan membuahkan kasih sayang.

h. Mengembangkan rasa tanggung jawab dan menghasilkan uswatun

hasanah.36

Zakat dalam Islam, bukanlah sekedar kebaikan hati yang diulurkan

orang kaya terhadap orang miskin, atau suatu kebajikan dari orang yang

berdada kepada orang yang papa. Tetapi, zakat memiliki jangkauan yang

jauh lebih dalam dan manfaat yang jauh lebih luas. Zakat merupakan salah

satu aspek penting dalam sistem ekonomi Islam. Suatu sistem ang unik,

tiada duanya, dalam menanggulangi problema kemiskinan khususnya,

maupun problema harta kekayaan pada umumnya. Sebelumnya dunia

tidak mengenal satu pun sistem yang memperhatikan tentang

penanggulangan aspek yang amat rawan bagi kehidupan manusia.37

5. Macam5. Macam5. Macam5. Macam----macam Zakatmacam Zakatmacam Zakatmacam Zakat

Zakat dibedakan dari berbagai jenis kekayaan yang wajib di zakati.

Adapun jenis kekayaan yang wajib di zakati adalah emas, perak,

simpanan, hasil bumi, binatang ternak, dagangan, hasil usaha, hasil jasa

(honorarium) yang berjumlah besar, harta rikaz, harta ma’din dan hasil

laut.

A. Emas. Perak dan Simpanan

Dasar hukum wajib zakat emas, perak dan simpanan adalah al-

Quran surat at-Taubah ayat 34-35 yang artinya:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menfkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada

36 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.

186. 37

Dr. Yusuf Al Qardlawi, Ibadah Dalam Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998), h. 435.

mereka, (bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih) pada

hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu

dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan pinggang mereka

(lalu dikatakan kepada mereka), inilah harta bendamu yang kamu

simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat

dari) apa yang kamu simpan itu.”

Sabda Rasulullah Saw :

“Apabila engkau mempunyai perak 200 dirham dan telah cukup

satu tahun, maka zakatnya5 dirham. Apabila engkau memiliki emas

20 dinar dan telah cukup satu tahun, maka wajib zakatnya ½ dinar”.

B. Harta Perniagaan (perdagangan).

Berdagang artinya memutar uang dengan tukar menukar atau jual

beli dengan maksud mencari keuntungan. (Mahalli jilid II halaman 27).

Mengingat kaidah tersebut di atas, maka setiap pemutaran uang

atau modal dengan tujuan mencari keuntungan seperti mendirikan pabrik,

mendirikan rumah untuk dijual belikan atau dikontrakkan dan lain-lain

adalah termasuk tijarah atau dagang yang dikenakan zakat.

Dasar hukum wajib zakat perniagaan diantaranya adalah firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 267 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa

yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”.

Sabda Rasulallah Saw :

“Kain-kain yang disediakan untuk dijual dikeluarkan zakatnya”.

(HR. Al-Hakim)

Dari Samurah : “Rasulallah Saw memerintahkan kepada kami

mengeluarkan zakat barang yang disediakan untuk dijual.” (HR.

Daruquthni dan Abu Daud).

Syarat wajib zakat tijarah adalah jumlah nisabnya ada senisab

emas (20 dinar) dan harus sudah berjalan setahun. Jadi zakat tijarah

harus dilakukan setiap tahun sekali. Cara pelaksanaannya ialah setelah

tijarah berjalan satu tahun, uang kontan yang ada dan segala macam,

barang dagangan ditaksir, kemudian jumlah yang didapat dikeluarkan

zakatnya 2 ½ % (dua setengah persen).

C. Hasil bumi.

Dasar hukum zakat hasil bumi ialah al-Quran surat al-Baqarah ayat

267 yang artinya:

“Dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk

kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau

mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.

Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Zakat hasil bumi tanpa syarat haul, sebab setiap kali panen harus

dikeluarkan zakatnya. Sedangkan panen hasil bumi ada yang sekali

setahun, ada yang dua kali, ada yang tiga kali bahkan ada yang empat kali.

Setiap kali penen jika hasilnya ada senisab dikeluarkan zakatnya dan jika

tidak cukup senisab tidak usah hasil panen itu dikumpulkan dengan hasil

panen yang lain untuk mengejar nisab.

Nisab dari hasil bumi di bagi dua macam:

1. Apabila tanaman itu hidup dariair hujan atau sungai (tanpa biaya

pengairan) zakatnya 10% dari hasil panen.

2. Jika hidupnya dari air yang dibeli, maka zakatnya 5% dari hasil

panen.

D. Binatang ternak

Binatang ternak di Indonesia yang dikenakan zakat adalah sapi,

kerbau dan kambing. Zakat ini harus dengan syarat haul.

Perlu diketahui bahwa binatang ternak yang dipakai membajak

sawah atau menarik gerobak tidak wajib zakat. Sabda Rasulallah Saw:

“Tidaklah ada zakat pada sapi yang dipakai untuk bekerja.’

Itulah diantara penejalasan tentang barang yang wajib dizakatkan.

Dilihat dari jenis kekayaan di luar dari pada itu, beberapa harta yang

harus dikeluarkan zakatnya adalah hasil tambang dan harta terpendam.

1. Hasil tambang

Harta makdin berupa besi, baja, tembaga, kuningan, timah, minyak,

batu bara dan lain-lain. Untuk konteks Indonesia semua barang-barang itu

dikuasai oleh negara, oleh karen itu tidak usah kita bicarakan di sini.

Adapun yang berupa batu-batuan, emas dan perak masyarakat

masih diperbolehkan menambangnya. Makdin seperti inilah yang

dikenakan zakat yaitu 2 ½%. Adapun nisabnya seharga nisab emas yaitu

20 dinar atau 94 gram. Hasil tambang emas dan perak apabila sampai

nisabnya wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu penambangan dilakukan

tanpa harus dimiliki selama setahun.

Sabda Rasulallah Saw. “Bahwa Rasulallah Saw telah mengambil sedekah

(zakatnya) dari hasil tambang di negeri Qabaliyah”. (HR. Daud dan Hakim)

2. Zakat rikaz

Rikaz ialah benda kuno yang ditemukan. Apabila kita menemukan

harta terpendam seperti emas dan perak, maka wajib mengeluarkan

zakatnya 1/5 (20%). Rikaz tidak disyaratkan dimiliki selama setahun.

Disamping itu menurut Imam Maliki, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad

serta pengikutnya bahwa nisab tidak menjadi syarat. Hanya Imam Syafi’I

yang berpendapat harus sampai nisabnya.

Dari Abu Hurairah, telah berkata rasulallah Saw : “Zakat rikaz

seperlima”. (HR. Bukhari dan Muslim).38

6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)

Muzakki adalah orang Islam yang memiliki kekayaan yang cukup

nisab. Semua kekayaan yang dikenakan zakat harus cukup nisab, yaitu

jumlah minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.

Selain itu ada beberapa ketetuan tambahan tentang siapa yang

wajib mengeluarkan zakat, yaitu:

a. Kekayaan anak di bawah umur/orang gila

Anak dibawah umur, yang belum akil baligh semestinya belum

mukallaf. Bagaimana hukumnya seandainya anak itu memiliki kekayaan

yang telah mencukupi syarat-syarat wajib zakat. Menurut pendapat para

ulama kekayaan itu harus dizakati dan walinya-lah yang melaksanakan

pembayaran zakat itu. Orang yang sakit gila, dalam hal kekayaan dan

zakatnya, sama dengan anak di bawah umur.

38 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Tentang islam (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.

143-147.

Rasulallah Saw bersabda:

“ barang siapa mewlikan anak yatim yang mempunyai kekayaan,

hendaklah kekayaan itu dipergunakan untuk berdagang dan janganlah

kekayaan itu ditinggalkansehingga kekayaan itu terkena zakat.”

b. Kekayaan dizakati setelah dikurangi biaya pengolahan.

Kekayaan apapun yang dimiliki oarang diwajibkan zakatnya setelah

kekayaan itu dipergunakan untuk kebutuhan yang betul-betul primer,

seperti makan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain. Jika untuk keperluan

yang primer itu tidak cukup maka ia tidak berkewajiban zakat.

c. Mempunyai kekayaan tetapi berhutang.

Orang yang mempunyai kekayaan cukup nisab, akan tetapi ia

mempunyai hutang, baik hutang itu kepada sesama manusia ataupun

kepada Allah SWT maka hutang itu harus dilunasi dahulu, kemudian jika

sisanya masih ada senisab maka harus dikeluarkan zakatnya.

d. Meninggal sebelum membayar zakat

Orang yang berkewajiban membayar zakat, tetapi ia meninggal

dunia sebelum kewajiban itu dilaksanakan, maka kekayaan yang

ditinggalkan tidak boleh dibagi sebagai warisan kepada ahli warisnya

sebelum zakat itu dikeluarkan, karena zakat itu adalah hutang kepada

Allah.

e. Kompensasi hutang dengan zakat

Seorang fakir atau miskin mempunyai pinjaman uang kepada

seorang kaya kemudian pada suatu waktu orang kaya itu mengeluarkan

zakat uangnya dan uang pinjaman yang ada pada orang fakir atau miskin

itu dijadikan sebagai zakat yang diberikan kepadanya. Maka yang

demikian itu hukumnya khilaf, ada yang melarang an ada yang

membolehkan.39

C. Penjelasan Tentang MustahiqC. Penjelasan Tentang MustahiqC. Penjelasan Tentang MustahiqC. Penjelasan Tentang Mustahiq

Dalam kamus besar bahasa arab, mustahiq adalah fa’il dari akar

kata haq yang mempunyai makna patut; wajar40. Mustahiq merupakan

intilah yang dikenal dalam terminologi zakat, yang berarti orang yang

patut menerima zakat. Orang-orang atau golongan yang berhak menerima

zakat telah diatur dalam ajaran agama Islam, yakni ada delapan golongan

(asnaf). Ketentuan ini diatur dalam al-Quran surat at-Taubah : 60.

Syariat Islam adalah bersifat universal, artinya ketentuan-

ketentuannya bersifat umum, dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi

yang berbeda-beda. Di sini tergantung kemampuan kita untuk

menafsirkan ajaran itu sesuai dengan situasi yang ada.

1. Delapan Asnaf1. Delapan Asnaf1. Delapan Asnaf1. Delapan Asnaf

Delapan golongan yang berhak menerima zakat seperti diatur

dalam surat at-Taubah :60 adalah sebagai berikut: kesatu, Fakir, yaitu

orang yang tidak berharta dan tidak mempunyai pekerjaan atau usaha

tetap guna mencukupi kebutuhan hidupnya (nafkah), sedang orang yang

menjaminnya tidak ada. Kedua, Miskin, yaitu orang-orang yang tidak

dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, meskipun ia mempunyai pekerjaan

atau uasaha tetap, tetapi usaha itu belum dapat mencukupi kebutuhannya

dan orang yang menanggung (menjaminnya) tidak ada. Ketiga, Amil, yaitu

orang atau panitia/organisasi yang mengurusi zakat baik mengumpulkan,

membagi atau mengelolanya. Keempat, Muallaf, yaitu orang yang masih

39 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.

117-120. 40

Achmad Sunarto, Kamus Lengkap Al-Fikr, Halim Jaya, Surabaya, 2002. h. 149

lemah imannya, karena baru memeluk agama Islam atau orang yang

mempunyai kemauan untuk masuk agama islam tetapi masih lemah (ragu-

ragu) kemauannya itu. Kelima, Riqab (hamba sahaya) yang mempunyai

perjanjian akan di merdekakan oleh majikannya dengan jalan menebus

dengan uang. Keenam, Gharim, yaitu orang yang punya hutang karena

suatu kepentingan yang bukan maksiat dan ia tidak mampu utnuk

melunasinya. Ketujuh, Sabilillah, yaitu usaha-usaha yang tujuannya untuk

meninggikan syi’ar Islam seperti membela/mempertahankan agama,

mendirikan tempat ibadah, pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan

lainnya. Kedelapan, Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam

bepergian dengan maksud baik.41

2. Beberapa ketentu2. Beberapa ketentu2. Beberapa ketentu2. Beberapa ketentuan khususan khususan khususan khusus

a. Pengaturan bagi fakir miskin

Bila hasil pengumpulan zakat cukup banyak, seharusnya

pembagian untuk para fakir miskin diatur demikian :

“fakir miskin yang biasa berdagang (ada pengalaman dan

pengetahuan berdagang) diberi modal berdagang yang besarnya

diperkirakan keuntungannya cukup guna biaya hidup, agar sekali diberi

untuk selamanya. Atau mereka dapat bekerja sebagai tukang kayu, batu

dan lain-lainnya, mereka diberi alat-alatnya agar dengan alat-alat itu

mereka bekerja sehingga sekali diberi juga untuk selamanya. Jika

41 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.

325.

berdagang tidak dapat, bertukang pun tidak dapat, maka diberi bekal

seumur ghalib (umur rata-rata 63 tahun). Imam Kurdi berpendapat bahwa

bukanlah kepada orang yang tidak dapat berdagang maupun bertukang

itu langsung diberi uang yang mencukupi hidupnya seumur ghalib, tetapi

yang dimaksud orang itu diberi modal yang sekiranya hasil yang diperoleh

dari modal itu dapat mencukupi hidupnya. Oleh karena itu maka modal itu

harus dibelikan tanah pekarangan atau binatang ternak apabila ia

mempunyai kemahiran mengolah/memeliharanya.”

b. Zakat kepada sanak kerabat

Memberikan zakat kepada sanak kerabat itu demikian baiknya,

karena selain memberi akan berarti juga merapatkan persaudaraan

(silaturahmi). Adapun yang dimaksud sanak kerabat itu misalnya saudara

lelaki atau perempuan, paman, bibi, uwak dan lain-lain asal mereka

termasuk mustahiq.

Sabda Rasulallah Saw yang diriwayatkan oleh Ahmad, Nasai dan

Tirmidzi

: “shadaqah kepada orang miskin (yang bukan kerabat) itu

mendapat pahala shadaqah, sedangkan shadaqah kepada si miskin yang

kerabat itu mendapat dua pahal, pahala silaturahim dan pahala

shadaqah.”

c. Zakat kepada pencari ilmu

Pemberian zakat kepada para pelajar dan mahasiswa itu boleh,

terutama jika yang dipelajari itu ilmu-ilmu yang diperlukan oleh agama dan

mereka, karena belajar itu tidak berkesempatan mencari nafkah.

“jika orang dapat berusaha mencari nafkah dengan cara yang sesuai

dengan keadaannya akan tetapi ia masih sibuk menghasilkan ilmu syariat,

dan sekiranya ia berusaha mencari nafkah maka akan terputus usaha

mencari ilmu itu, maka kepadanya boleh diberikan zakat karena

menghasilkan ilmu yang serupa itu hukumnya fardu kifayah.”

(fikhussunnah jilid I hal 407)

d. Zakat kepada suami yang fakir

Seorang isteri yang memiliki kekayaan berupa barang yang wajib

dizakati dan barang itu telah cukup senisab, maka ia boleh memberikan

zakatnya kepada suaminya asal suami itu termasuk golongan mustahiq

dan zakat yang diterimanya tidak akan dijadikan nafkah kepada isterinya.

“ Abu Said Al Hudri mengatakan bahwa Zainab isteri Abu Mas’ud berkata:

Wahai Rasulallah, Engkau hari ini memerintahkan bershadaqah/berzakat.

Saya mempunyai perhiasan dan akan saya shadaqahkan/saya zakati.

Sedangkan Ibnu Mas’ud (suamiku) berpendapat, bahwa ia dan ank-

anaknya adalah orang yang lebih berhak menerima shadaqah/zakatku.

Maka Rasulallah bersabda, pendapat Ibnu Mas’ud itu betul, bahwa suami

dan anakmu lebih berhak dari pada orang lain untuk menerima

shadaqahmu.” (HR. Bukhari)

e. Zakat kepada orang shaleh

Diseyogyakan zakat diberikan kepada ahli-ahli ilmu dan orang-

orang yang baik adab kesopanannya. Orang yang bila diberi zakat akan

dipergunakan untuk maksiat, maka orang semacam itu jangan diberi

zakat.

Dalam hal ini, Abu Said Al Hudri meriwayatkan bahwa Rasulallah

Saw pernah bersabda :

“gambaran orang mukmin dengan imannya seperti kuda dengan tali

ikatnya, sekali-sekali kuda itu lepas tapi kembali lagi kepada tali ikat itu.

Demikian orang mukmin kadang-kadang lupa tetapi kembali lagi kepada

imannya. Berikanlah makanan kepada orang-orang yang taqwa dan

orang-orang mukmin yang baik-baik.”

BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB III

GAMBARAN UMUM MISYKAT GAMBARAN UMUM MISYKAT GAMBARAN UMUM MISYKAT GAMBARAN UMUM MISYKAT

DPU DAARUT TAUHID BANDUNGDPU DAARUT TAUHID BANDUNGDPU DAARUT TAUHID BANDUNGDPU DAARUT TAUHID BANDUNG

A. Kelahiran MiSykat A. Kelahiran MiSykat A. Kelahiran MiSykat A. Kelahiran MiSykat

MiSykat merupakan akronim dari Microfinance Syariah Berbasis

Masyarakat, adalah sebuah lembaga yang lahir dari Dana Peduli Umat

Daarut Tauhid (DPU DT). MiSykat merupakan lembaga yang concern

terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah,

karena secara konsisten lembaga ini memberikan bantuan dana bergulir

kepada mereka yang mau berusaha untuk memperbaiki nasibnya.

Lembaga ini lahir atas keprihatinan terhadap masyarakat mustadh’afin

(yang dilemahkan) oleh struktural maupun yang disebabkan oleh

beberapa faktor baik itu eksternal maupun internal.

Salah satu faktor eksternal yang menyebabkan timbulnya golongan

mustadh’afin adalah struktur yang hanya memihak kepada golongan

tertentu saja, sehingga sadar atau tidak mereka menjadi korban dari

kepentingan golongan yang ada di dalam struktur tersebut. Sedangkan

faktor internal diantaranya adalah pola pikir yang masih rigid terhadap

kenyataan hidup yang menimpa mereka baik itu dilihat dari sisi agama

maupun sikap fatalisme dan skeptis terhadap dirinya sendiri.

MiSykat Dana Peduli Umat Daarut Tauhid (DPU DT) Bandung didirikan

pada tanggal 22 April 2003 bertempat di gedung Darul 'Ilmi Pondok Pesantren

Daarut Tauhid Bandung. Namun secara mekanisme kerja, lembaga ini mulai

efektif melaksanakan program pada akhir Agustus tahun 2003 dengan membentuk

dua majelis yang terdiri dari 10 orang anggota binaan. Majelis adalah sebutan atau

istilah untuk tempat berkumpulnya para anggota binaan Misykat yang menerima

binaan dari pendamping yang berasal dari kepengurusan Misykat. Pendampingan

sendiri dilakukan selama seminggu sekali atau tergantung dari kesediaan para

anggota binaan untuk memberikan waktu luang.

B. Gambaran Umum Lokasi PenelitianB. Gambaran Umum Lokasi PenelitianB. Gambaran Umum Lokasi PenelitianB. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Majelis al-Amanah terletak di Desa Margahurip RT/RW 05/09

Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Dikarenakan lokasinya yang

jauh dari kantor MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung yang berada di jalan

Gegerkalong Girang Sukasari Kotamadya Bandung, maka dilibatkanlah

peran dari mitra yang terkoordinasi secara langsung dengan MiSykat.

Mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah adalah Bapak

Ahmad Juhri yang berprofesi sebagai karyawan swasta. Pemilihan Bapak

Ahmad Juhri sebagai mitra dilatar belakangi oleh peranannya sebagai

koordinator donatur dana zakat ditempatnya bekerja untuk disalurkan ke

DPU Daarut Tauhid Bandung. Atas dasar itulah, DPU berinisiatif

melibatkannya dalam lembaga pemberdayaan dana zakat (MiSykat)

sebagai mitra yang bertugas mencari mustahiq dilingkungan tempat

tinggalnya yaitu desa Margahurip.

Melalui Bapak Ahmad Juhri kemudian tercatatlah 20 orang

mustahiq yang tersebar di wilayah RW 05 Desa Margahurip Kecamatan

Banjaran Kabupaten Bandung.

Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang anggota majelis

al-Amanah, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Data base anggota MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Majelis al-

Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

tahun 2007-2008

no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis

usaha

pekerjaan

1 Dede S Margahurip Rt

01/05

L 16/8/1975 nikah SMP Dagang karyawan

2 Apep D Margahurip Rt

02/05

L 17/5/1974 Nikah MA Dagang

susu

guru

3 Tedjiana M Margahurip Rt

01/05

L 10/8/1983 nikah MA Dagang Buruh tani

4 Dase Margahurip Rt

01/05

L 21/2/1971 nikah SMP Dagang Buruh tani

5 Suparman Margahurip Rt

01/05

L 4/6/1977 nikah SMP Kue balok Buruh tani

6 Entin Margahurip Rt

01/05

P 30/6/1973 nikah SD Warung Buruh tani

7 Juaningsih Margahurip Rt

01/05

P 1/1/1963 nikah SD Dagang Buruh tani

8 Rubiah Margahurip Rt

01/05

P 30/3/1950 nikah SD Dagang Buruh tani

9 Engkom Margahurip Rt

01/05

P 19/7/1967 nikah SD Krupuk

mie

Buruh tani

10 Ii Khotijah Margahurip Rt

01/05

P 1965 nikah SD Dagang Buruh tani

11 Ulimah Margahurip Rt

01/05

P 1/1/1948 janda SD Dagang Buruh tani

12 Onih Margahurip Rt

01/05

P 1/7/1940 nikah SD Dagang Buruh tani

13 Sumiati Margahurip Rt

01/05

P 15/6/1967 nikah SD Baso tahu Buruh tani

14 E.Imas U Margahurip Rt

01/05

P 25/11/1972 nikah SD Es krim Buruh tani

15 Diah Margahurip Rt P 1/7/1943 janda SD Krupuk Buruh tani

01/05 mie

16 Kartini Margahurip Rt

01/05

P 4/3/1984 nikah SD Dagang Buruh tani

17 Mi'ah Margahurip Rt

01/05

P 1975 nikah SD - Buruh tani

18 Sari Margahurip Rt

01/05

P 1/1/1943 nikah SD Krupuk

mie

Buruh tani

19 Euis R Margahurip Rt

01/05

P 12/5/1967 nikah SD Dagang

gula

Buruh tani

20 Ine Z Margahurip Rt

01/05

P 21/10/1979 nikah SD Dagang Buruh tani

Sumber : Data MiSykat

Jika di klasifikasikan ke dalam kelompok, maka majelis al-Amanah

dapat dibagi menjadi empat kelompok dengan rincian anggota per

kelompok sebagai berikut.

Kelompok 1

no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerjaan

1 Dede S Margahurip Rt

01/05

L 16/8/1975 nikah SMP Dagang

buah

karyawan

2 Apep D Margahurip Rt

02/05

L 17/5/1974 Nikah MA Dagang

susu

guru

3 Tedjiana M Margahurip Rt

01/05

L 10/8/1983 nikah MA Dagang

buah

Buruh

tani

4 Dase Margahurip Rt

01/05

L 21/2/1971 nikah SMP Dagang

buah

Buruh

tani

5 Suparman Margahurip Rt

01/05

L 4/6/1977 nikah SMP Kue balok Buruh

tani

Kelompok 2

no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerjaan

1 Entin Margahurip Rt

01/05

P 30/6/1973 nikah SD Warung Buruh

tani

2 Juaningsih Margahurip Rt

01/05

P 1/1/1963 nikah SD Dagang Buruh

tani

3 Rubiah Margahurip Rt

01/05

P 30/3/1950 nikah SD Dagang Buruh

tani

4 Engkom Margahurip Rt

01/05

P 19/7/1967 nikah SD Krupuk mie Buruh

tani

5 Ii Khotijah Margahurip Rt

01/05

P 1965 nikah SD Dagang Buruh

tani

Kelompok 3

n

o

nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerja

an

1 Ulimah Margahurip Rt

01/05

P 1/1/1948 janda SD Dagang Buruh

tani

2 Onih Margahurip Rt

01/05

P 1/7/1940 nikah SD Dagang Buruh

tani

3 Sumiati Margahurip Rt

01/05

P 15/6/196

7

nikah SD Baso tahu Buruh

tani

4 E.Imas U Margahurip Rt

01/05

P 25/11/19

72

nikah SD Es krim Buruh

tani

5 Diah Margahurip Rt

01/05

P 1/7/1943 janda SD Krupuk mie Buruh

tani

Kelompok 4

no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerjaan

1 Kartini Margahurip Rt

01/05

P 4/3/1984 nikah SD Dagang Buruh

tani

2 Mi'ah Margahurip Rt

01/05

P 1975 nikah SD - Buruh

tani

3 Sari Margahurip Rt

01/05

P 1/1/1943 nikah SD Krupuk mie Buruh

tani

4 Euis R Margahurip Rt

01/05

P 12/5/1967 nikah SD Dagang gula Buruh

tani

5 Ine Z Margahurip Rt

01/05

P 21/10/1979 nikah SD Dagang Buruh

tani

Data base pada tabel 1 menunjukan bahwa sebagaian besar

anggota binaan MiSykat di majleis al-Amanah berprofesi sebagai buruh

tani. Dikarenakan profesi tersebut sangat tergantung dengan musim

bercocok tanam dan musim panen, maka mayoritas dari mereka

mempunyai usaha sampingan yaitu berdagang.

Seluruh anggota masih berada pada usia produktif, sehingga di

satu sisi majelis ini mempunyai sumberdaya manusia yang cukup besar

dan potensial untuk pengembangan dan pemberdayaan dana-dana zakat,

tetapi di sisi lain, produktifitas usia dibatasi oleh kemampuan

pengetahuan dan keterampilan yang terbatas, sehingga diperlukan

pembinaan untuk pengembangan kemampuan. Harapannya, dengan

peningkatan pengetahuan serta keterampilan, mereka akan selalu

berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih

baik.

Anggota yang berhasil memperoleh kesempatan untuk menempuh

pendidikan yang cukup masih sangat kecil, tetapi hal tersebut tidak

menjadi halangan untuk pelaksanaan pemberdayaan bahkan merupakan

potensi yang dapat membantu pelaksanaan pemberdayaan yang

diberikan kepada mereka sehingga taraf kehidupan mereka dan

keluarganya dapat meningkat. Lebih dari itu, diharapkan terjadi

transformasi status mustahiq menjadi muzakki yang juga sebagai

indikator keberhasilan program pendampingan dan pemberdayaan

MiSykat.

C. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan MasyarakatC. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan MasyarakatC. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan MasyarakatC. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Prinsip Dasar MiSykat1. Prinsip Dasar MiSykat1. Prinsip Dasar MiSykat1. Prinsip Dasar MiSykat

Prinsip dasar MiSykat terdiri dari beberapa prinsip awal dan prinsip

lanjutan. Prinsip-prinsip dasar itu terdiri dari beberapa poin, yaitu:

a. Penguatan pendidikan dan pelatihan sebelum pinjaman 4-12 kali

pertemuan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa anggota

binaan yang akan memdapatkan bantuan dana bergulir memang

layak untuk menerimanya dan serius untuk mengelola usaha dan

keuangannya.

b. Program harus berkelompok bukan individu. Metode seperti ini

ditujukan untuk memberikan rasa kebersamaan dan solidaritas

(silaturahmi) antara sesama anggota.

c. Satu kelompok minimal lima orang. Ketentuan ini dilakukan agar

pemberian dana bantuan dapat mudah dikontrol dengan model 2-2-

1

d. Jarak antar kelompok berdekatan. Hal ini dilakukan karena untuk

mempermudah komunikasi sesama anggota dan pendamping serta

untuk menghindari praktek penyimpangan yang dilakukan oleh

anggota binaan.

e. Usia anggota dan pendidikan homogen.

f. Model pemberian dana bergulir 2-2-1. Model ini diadopsi dari pola

pemberian dana bergulir yang dilakukan di beberapa negara dan

sudah mengalami pembuktian empiris tentang keefektifannya.

Model pemberian dana bergulir 2-2-1 berarti dalam satu kelompok

binaan terdiri dari lima orang yang masing-masing saling bekerjasama,

melindungi dan saling bertanggung jawab (cooperation, protection,

mutual responsibility). Praktiknya, satu orang dalam satu kelompok

binaan menjadi ketua dan harus rela untuk memberikan kesempatan

pertama mendapatkan bantuan kepada dua orang pertama.

Dalam perjalanan usaha kedua orang tersebut, tiga orang

dibelakangnya termasuk satu orang ketua harus terus memberikan

dorongan semangat dan bantuan agar dua orang pertama mampu

memenuhi syarat-syarat lancarnya usaha yang ditentukan oleh MiSykat.

Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah pemasukan keuangan

berupa iuran-iuran tabungan cicilan yang diwajibkan untuk kemudian

mengembalikan dana pinjaman.

Setelah semua syarat itu dapat dipenuhi oleh dua orang pertama,

maka kedua orang berikutnya akan mendapatkan bantuan selanjutnya.

Begitu seterusnya hingga seorang ketua mendapat bantuan sehingga

semua anggota binaan mampu menjalankan usahanya dengan lancar

karena bantuan dan kerjasama kelompok.

Setelah prinsip dasar diatas mampu dilaksanakan, ada prinsip

dasar lanjutan yang meliputi:

a. Setiap anggota wajib memiliki tabungan berencana.

b. Wajib membayar iuran kelompok sepekan sekali (besar iuran

tergantung wilayah program).

c. Adanya tanggung renteng diantara kelompok.

d. Pendampingan rutin pekanan yang dilaksanakan oleh pendamping

dari MiSykat.

� Pemberian dana bergulir untuk kepentingan produktif bukan

konsumtif.

2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat

Beberapa ciri khas MiSykat DPU Daarut Tauhid adalah sebagai

berikut :

a. Memiliki strategi menghadapi kredit macet.

b. Pembinaan yang seimbang antara ma’rifatullah dan kebutuhan

duniawi yang bermuara pada filosofi dzikir, fikir dan ikhtiar.

c. Sumber dana pemberdayaan berbasis syariah.

d. Memiliki jenjang pendidikan terstruktur, modul, materi pelatihan

dan kurukilum pemberdayaan.

e. Perubahan karakter baik dan kuat.

f. Program mudah dan murah direflikasi.

g. Program berkesinambungan dan bukan charity

h. Memiliki asset produktifitas (tabungan berencana) dan asset

pemodalan (pemberian dana bergulir)

i. MiSykat merupakan organisasi mustahiq. MiSykat bukan organisasi

yang memelihara orang miskin, melinkan organisasi mustahiq yang

mengantarkan mustahiq menjadi muzakki.

j. Model akad bermuara pada syariah.

k. Memiliki tahapan aqad. Tahap I Qordul Hasan, tahap II dan

seterusnya Bagi hasil. Jika yang bersangkutan pada tahap II

manajemen usahanya belum bagus maka ia dianjurkan untuk infaq

saja. Setelah itu, baru kemudian Bagi hasil.

D. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykatD. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykatD. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykatD. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykat

1. Sosialisasi program1. Sosialisasi program1. Sosialisasi program1. Sosialisasi program

Sebelum melaksanakan sosialisasi, MiSykat bersama dengan

pengurusnya melakukan beberapa persiapan sosialisasi. Adapun

persiapan tersebut meliputi:

a. Memastikan data primer dan data skunder yang mendukung untuk

perekrutan anggota dengan menghubungi pejabat setempat yakni

pihak kelurahan, RT, RW dan tokoh kunci masyarakat setempat.

b. Mengelompokan data yang telah didapat dengan

mengklasifikasikan/memisahkan anggota yang sejahtera dan pra

sejahtera serta usia calon anggota yang masih produktif menurut

perspektif MiSykat (yakni pendapatan di bawah UMR, sedangkan

untuk usia produktif yakni dengan usia sampai 45 tahun).

c. Mempelajari dan memahami kelompok masyarakat setempat

(sebagai dasar untuk memilih pola dan metode untuk proses

sosialisasi)

d. Mempersiapkan bahan-bahan untuk sosialisasi.

e. Melakukan proses undangan kepada pihak pejabat setempat untuk

menghadiri acara sosialisasi.

f. Mengundang ulang kembali secara tertulis ke calon anggota untuk

kumpul di suatu tempat yang telah disepakati.

g. Sebelum terjun ke lapangan pastikan data yang dibutuhkan sudah

terkumpul dengan rapi.

Setelah melaui tahapan persiapan sosialisasi, kemudian acara

sosialisasi yang dihadiri oleh para pejabat setempat dan calon anggota

dilaksanakan. Pelaksanaan sosialiosasi dilaksanakan secara formal yang

berisi dialog serta diakhiri dengan pendaftaran. Beberapa poin yang

harus dicapai dalam sosialisasi adalah sebagai berikut:

a. Melahirkan kepercayaan terhadap MiSykat sebagai sebuah

kegiatan non politik, dilaksanakan bukan untuk kepentingan pribadi

melainkan kepentingan kelompok dan masyarakat serta bukan

untuk mengeksploitasi masyarakat.

b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kegiatan

MiSykat, dimana keberhasilan program sangat tergantung kepada

partisipasi masyarakat sebagai peserta program. Selain itu juga

memberikan pengertian bahwa MiSykat bukan program chariy dan

juga bukan program pemerintah.

c. Memberikan motivasi tentang urgensi program yang meliputi

pemberian pengarahan dan pemahaman nilai manfaat dari adanya

MiSykat.

d. Terakhir adalah informasi tentang persyaratan awal untuk ikut

program dengan memahami poin-poin berikut ini: Prinsip

keikutsertaan adalah sukarela; harus adanya kesediaan untuk

berperan aktif; bersedia ikut kegiatan rutin pekanan (minimal 1

jam); bersedia menabung dan membayar pembiayaan sesuai

ketentuan; tergabung dalam kelompok yang jumlah anggotanya

lima orang; antara anggota adalah yang saling percaya oleh

karenanya saling menanggung; sesama anggota tidak boleh ada

ikatan adarah satu tingkat; satu kelompok dipimpin oleh satu orang

ketua; rumahnya saling berdekatan (kira-kira maksimal satu RW);

homogen (status sosial, pendidikan dan lain-lain); mengisi formulir.

Adapun maksud dan tujuan dari diadakannya proses sosialisasi

adalah sebagai berikut: pertama, menginventarisir data mustadh’afin

yang ada di suatu wilayah. Kedua, menguji nilai validitas data yang sudah

didapatkan dari kelurahan, RT, RW setempat. Ketiga, memberikan

penilaian objektif dalam proses perekrutan anggota baru. Keempat,

memberikan dana membangun citra positif lembaga dengan adanya

aspek transparansi dalam pola perekrutan secara langsung. Kelima,

mensosialisasikan secara langsung dari pengurus ke masyarakat tantang

MiSykat sehingga dapat mengantisipasi terjadinya distorsi informasi.

2. Rekrutmen calon anggota2. Rekrutmen calon anggota2. Rekrutmen calon anggota2. Rekrutmen calon anggota

Sosialisasi kembali dilakukan pada tahapan rekrutmen calon

anggota MiSykat. Pada proses rekrutmen, ada tahapan-tahapan serta

teknik yang harus dilalui. Tahapan-tahapan serta teknik tersebut meliputi:

pertama, mengutarakan maksud dari MiSykat. Kedua, menyebarkan

formulir pendaftaran ke RT setempat. Ketiga, menindaklanjuti data yang

telah terkumpul dengan survey langsung ke rumah-rumah masyarakat.

Melakukan / mengajukan beberapa pertanyaan mendalam untuk

penelaahan anggota, yakni pribadi calon anggota meliputi: curriculum

vitae secara lengkap, pendapatan keluarga perbulan serta biaya

hidup/pengeluaran keluarga perbulan.

Setelah tahapan-tahapan dalam proses awal rekrutmen

dilaksanakan, maka tugas selanjutnya adalah menyeleksi para calon

anggota dengan mengikuti alur proses seleksi rekrutmen yaitu:

a. Menginventarisir data hasil survey dengan mengklasifikasi data

sesuai dengan alamat anggota.

b. Menginventarisir data hasil survei sesuai dengan usia produktif.

c. Petugas lapangan (surveyor) membuat laporan survey dengan

tahapan sebagai berikut : nama surveyor, tempat/wilayah survey,

seperti nama calon anggota, umur, penghasilan, biaya survey,

usaha yang dijalani dan hal-hal yang berkaitan dengan usaha calon

anggota, tanda tangan petugas lapangan, tanda tangan

koordinator pendamping, dan diketahui oleh ketua program,

pembina program serta dilengkapi tambahan dari pihak pengurus

diakhir tulisan laporan.

d. Merapatkan hasil survey dalam rapat komite pengurus MiSykat

yang dihadiri oleh ketua program, koordinator pendamping dan

surveyor.

e. Melakukan proses seleksi dengan tolok ukur sebagai berikut : calon

anggota termasuk pra sejahtera dengan penghasilan

<Rp.1.500.000, tergolong pada usia produktif yakni <45 tahun,

adanya indikasi antara pendapatan dan pengeluaran tidak

seimbang, terjerat utang rentenir atau utang lainnya, memiliki jiwa

berwirausaha, memiliki komitmen untuk mengikuti proses

pembinaan atau tata tertib Misykat, masyarakat asli suatu tempat.

E. Pendampingan Pekanan MiSykatE. Pendampingan Pekanan MiSykatE. Pendampingan Pekanan MiSykatE. Pendampingan Pekanan MiSykat

1. Po1. Po1. Po1. Pola dan bentuk pendampingan programla dan bentuk pendampingan programla dan bentuk pendampingan programla dan bentuk pendampingan program

Pendampingan merupakan strategi yang sangat menentukan

keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip

pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya

sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya

partisipasi publik yang kuat.42

Merujuk pada Payne yang dikutip oleh Edi Suharto, prinsip utama

pendampingan sosial adalah “making the best of the client’s resources”.

Sejalan dengan persfektif kekuatan (strength persfective),43 pendamping

42 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 93 43 Strength Perspective seperti ditulis oleh Edi Suharto adalah cara pandang yang

menekankan pada kekuatan yang dimiliki klien. Fokus model ini lebih ditekankan pada bagaimana

atau dalam hal ini pekerja sosial tidak memandang klien dan

lingkungannya sebagai sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-

apa.44

MiSykat sebagai program pemberdayaan masyarakat juga

melakukan program pendampingan dengan pola dan bentuk yang khusus.

Pola pendampingan program MiSykat yaitu :

a. Pembinaan secara rutin pada kelompok sepekan sekali.

b. Pembinaan dilakukan sekitar satu jam/pertemuan.

c. Tempat pembinaan di rumah anggota berdasarkan musyawarah

anggota. Bisa tetap dan bisa giliran.

d. Aspek pembinaan mencakup perubahan karakter dalam satu

kelompok dengan entry point simpan pinjam.

Sedangkan bentuk pembinaan program yang dilakukan tiap pekan

yaitu:

a. Pembinaan wajib dilakukan sepekan sekali.

b. Setiap anggota wajib dilaksankan sepekan sekali.

c. Setiap anggota wajib memiliki rekening “Tabungan Berencana”

sebelum pembiayaan dan bergulir diberikan kepada yang

bersangkutan.

d. Pelayanan pembiayaan dana bergulir untuk anggota.

e. Adanya pengembangan jaringan pemasaran.

f. Pelatihan berbentuk usaha atau keterampilan.

g. Belajar keorganisasian seperti rapat anggota, adkeu dan lain-lain.

menggali dan memobilisasi sumber-sumber yang terkait dengan klien, baik sumber internal

maupun eksternal. 44

Ibid, h. 94.

Adapun standarisasi susunan acara pembinaan/pendampingan

pekanan adalah sebagai berikut:

AcaraAcaraAcaraAcara DurasiDurasiDurasiDurasi PJPJPJPJ

Tilawah 10 menit Anggota

Saritilawah 05 menit Anggota

Materi 30 memit Pendamping

Administrasi 15 menit Anggota

Bentuk pembinaan yang lain adalah memberikan pelayanan

keuangan yang bentuknya bermacam-macam, dari iuran kelompok,

tabungan berencana, tabungan cadangan yang besarnya 25% dari jumlah

pinjaman, cicilan pokok pinjaman sampai bagi hasil (mudharabah)

pembiayaan.

Iuran kelompok artinya setiap anggota wajib membayar iuran

kelompok setiap pekan. Meskipun yang bersangkutan tidak bisa hadir

pada pertemuan pekanan, tetapi ia wajib membayar iuran tersebut. Iuran

kelompok adalah merupakan asset anggota yang dikelola oleh MiSykat

dan tidak bisa dikembalikan apabila mereka secara musyawarah

membubarkan diri. Iuran kelompok ini pun sekaligus sebagai asset

tanggung renteng kelompok.

Tabungan berencana dalam program pemberdayaan MiSykat

merupakan esensi. Karenanya setiap anggota MiSykat wajib memiliki

tabungan berencana. Tabungan berencana dibebankan kepada anggota

yang sudah memiliki penghasilan. Bagi anggota yang belum memiliki

penghasilan tabungan, berencana bukan merupakan kewajiban sampai

yang bersangkutan memiliki penghasilan.

Tabungan cadangan diwajibkan kepada anggota MiSykat setiap

mengajukan pembiayaan dana bergulir yang besar bebannya 25% dari

jumlah pinjaman. Tabungan cadangan tidak dipotong langsung oleh

lembaga MiSykat pada saat anggota menerima pembiayaan, tetapi dicicil

oleh anggota secara rutin pada pertemuan pekanan sesuai dengan lama

pinjaman. Adapun jika yang bersangkutan mengalami kemacetan maka

tabungan cadangan bisa dipergunakan sebagai dana talangan.

Cicilan pokok pinjaman adalah tindak lanjut dari setiap anggota

yang melakukan ajuan pinjaman. Besarnya cicilan pokok disesuaikan

dengan lamanya pinjaman dan kesanggupan anggota yang bersangkutan.

Bagi hasil pembiayaan dana bergulir merupakan proses yang harus

dilakukan oleh anggota MiSykat setelah melalui tahap akad Qordul Hasan

yang dananya menjadi asset program pemberdayaan MiSykat. Dana

tersebut bisa digunakan untuk kepentingan dan keberlangsungan

operasional program/kemandirian.

F. Pendidikan Anggota MiSykat.F. Pendidikan Anggota MiSykat.F. Pendidikan Anggota MiSykat.F. Pendidikan Anggota MiSykat.

1. Tujuan Pendidikan Program Pemberdayaan MiSykat

a. Memberikan pendidikan secara integral tentang pemberdayaan

kepada masyarakat.

b. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap fenomena

yang muncul.

c. Tidak memiliki ketergantungan terhadap program dan bisa

meningkatkan kemandirian.

2. Model Pendidikan Program Pemberdayaan MiSykat

a. Model pendidikan program pemberdayaan MiSykat tidak semata

pendidikan yang dilakukan ‘di dalam kelas”. Tetapi dilaksanakan

terus menerus dan berlangsung “dimana dan kapan saja”.

b. Pola pendekatan pendidikan pada program pemberdayaan MiSykat

yaitu menggunakan teknik dengan proses pendampingan secara

intensif dan integral.

3. Kurikulum Pendidikan MiSykat

Pendidikan program pemberdayaan MiSykat secara berjenjang,

yaitu: pemula, mandiri dan kader dengan definisi masing-masing jenjang

sebagai berikut.

a. Definisi pendidikan anggota MiSykat pemula

Anggota MiSykat pemula adalah anggota yang terdaftar

(dinyatakan lulus) sejak yang bersangkutan diterima hingga satu tahun

lamanya.

Selama satu tahun pendidikan di bagi dalam dua semester. Masing-

masing pada akhir semester dilakukan evaluasi dan monitoring sebagai

tolak ukur atau parameter untuk mengetahui tingkat keberhasilan

program yang dilaksankan.

Evaluasi dan monitoring mencakup asset anggota, peningkatan

pendapatan, item dan perkembangan usaha, sertaperubahan paradigma

dan peningkatan penngetahuan.

b. Definisi pendidikan anggota MiSykat mandiri

Anggota Misykat mandiri adalah anggota yang sudah terdaftar

sekitar dua tahun lamanya.

Pada jenjang pendidikan tahun kedua ini, mereka lebih difokuskan

pada peningkatan pengetahuan dan menejemen usaha menuju

kemandirian.

c. Definisi anggota MiSykat kader

Anggota MiSykat kader adalah anggota yang sudah terdaftar

sekitar tiga tahun lamanya.

Pada jenjang pendidikan tahun ketiga ini, mereka lebih difokuskan

pada peningkatan pengetahuan dan pemahaman menjalankan organisasi

kelompok dan mejelisnya sekaligus sebagai kandidat pengelola program

MiSykat, sehingga diharapkan apabila mereka sudah bisa menjalankan

organisasi kelompok dan majelis selanjutnya dapat mengelola lembaga

MiSykat.

Dalam program pemberdayaan MiSykat dikenal istilah pengurus

dan pengelola program. Pengelola program adalah anggota yang

menjalankan roda organisasi program MiSykat pusat dan cabang.

Sedangkan pengurus MiSykat adalah mereka yang diangkat oleh

pengelola MiSykat sebagai manajer dalam menggerakan

keberlangsungan program MiSykat.

G. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykatG. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykatG. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykatG. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykat

Dalam program pemberdayaan MiSykat dikenal empat istilah

operasional pembiayaan dana bergulir, yaitu: pertama, pembiayaan dana

bergulir lancar. Kedua, pembiayaan dana bergulir kurang lancar. Ketiga,

pembiayaan dana bergulir tidak lancar. Keempat, pembiayaan dana

bergulir macet.

Yang dimaksud dengan pembiayaan dana bergulir lancar dalam

program MiSykat adalah pengembalian dana bergulir yang diterima

anggota sesuai dengan MoU (akad) yang disepakati atau pengembalian

dana bergulir tepat waktu pada saat pertemuan pekanan secara rutin.

Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan dana bergulir

kurang lancar dalam program pemberdayaan MiSykat adalah

pengembalian dana bergulir dari anggota pada setiap pekannya, kadang

membayar dan kadang tidak. Kondisi itu ditentukan selama empat kali

pertemuan.

Pembiayaan dana bergulir tidak lancar dalam program

pemberdayaan MiSykat adalah pengembalian dana bergulir dari anggota

pada setiap pekannya, kadang membayar kadang tidak. Kondisi itu

ditentukan selama 4-12 kali pertemuan.

Pembiayaan dana bergulir macet dalam program pemberdayaan

MiSykat adalah tidak ada pengembalian dana bergulir dari anggota pada

setiap pekannya, terhitung setelah 12 kali pertemuan. Dengan catatan,

yang bersangkutan sudah dibantu dengan pola tanggung renteng dana

bergulir dari anggota majelisnya, tetapi yang bersangkutan tetap tidak

mau mengembalikan pembiayaan dana bergulir yang diterimanya.

Dalam menghadapi pembiayaan dana bergulir macet, program

pemberdayaan MiSykat memiliki dua pendekatan preventif, yaitu: pertama

secara khusus dan kedua secara umum.

Strategi menghadapi pembiayaan dana bergulir macet pada

anggota MiSykat secara khusus dilakukan ketika anggota MiSykat

mengalami stagnasi dalam pembayaran dana bergulir, maka langkah yang

harus dilakukan secara bertahap yaitu: pertama, melakukan home visit

dan musyawarah anggota. Kedua, gerakan akumulasi iuran kelompok

seluruhnya (iuran tanggung renteng). Ketiga, gunakan tabungan

cadangan. Keempat, membuat MoU baru. Kelima, gunakan tabungan

berencana milik anggota.

Strategi menghadapi pembiayaan dana bergulir macet pada

anggota MiSykat secara umum adalah dengan melakukan pelatihan dan

pendidikan sebelum pinjaman 4-12 kali pertemuan, pemberian dana

bergulir menggunakan pola 2-2-1, adanya tanggung renteng (tanggung

jawab) iuran anggota kelompok, adanya pertemuan pekanan dan

pendampingan secara rutin dan home visit kepada anggota secara rutin.

BAB IVBAB IVBAB IVBAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUANTEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUANTEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUANTEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUAN

A. Temuan LapanganA. Temuan LapanganA. Temuan LapanganA. Temuan Lapangan

1. 1. 1. 1. Metode PemberdayaanMetode PemberdayaanMetode PemberdayaanMetode Pemberdayaan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung

MiSykat melakukan redefinisi tentang kemiskinan untuk

memberikan stimulus semangat independensi kreatif masyarakat dalam

mengelola sebuah bantuan dana sehingga tidak dianggap sebagai ”rezeki

yang tidak terduga”. Allah berfirman dalam Al-Quran surat at-Thalaq ayat

2-3 yang artinya ”barang siapa yang bertaqwa kepada Allah pasti Kami

akan berikan jalan keluar dari setiap masalahnya. Dan Kami memberi

rezeki dari hal yang tidak terduga.” Upaya pembekuan pemahaman

tentang ”rezeki yang tidak terduga” dilakukan oleh DPU Daarut Tauhid

Bandung melalui MiSykat sebagai sebuah program pemberian dana usaha

bergulir bagi kalangan miskin dan mustadh’afin yang dibarengi dengan

pemberian pendidikan secara sistematis dan berkesinambungan. Pola

pemberdayaan seperti ini dirumuskan dalam kurikulum pendidikan

MiSykat yang memberikan gambaran upaya pengembangan pengetahuan

dan penanaman nilai serta pengembangan keterampilan.

Program pemberdayaan direalisasikan dalam bentuk

pendampingan pekanan. Oha Khoer selaku Kasubag MiSykat

mengatakan:

”pola pendampingan yang dilakukan adalah pembinaan secara

rutin kepada kelompok sepekan sekali. Pembinaan berdurasi selama 1jam

dan bertempat di rumah anggota berdasar musyawarah anggota, bisa

tetap bisa bergiliran. Adapun aspek pembinaan mencakup perubahan

karakter dalam satu kelompok dengan entry point simpan pinjam45”.

Pendampingan di isi dengan kegiatan yang bertujuan untuk

pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Usaha tersebut

dirumuskan dalam bentuk kurukulum penididkan yang jadi pedoman

pendamping dalam setiap proses pendampingan setiap pekannya.

Untuk mengetahui kurukulum pendidikan MiSykat dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2

Kurikulum Pendampingan MiSykat

SEMESTER 1SEMESTER 1SEMESTER 1SEMESTER 1

Tabungan dalam pandangan islam

Pentingnya menabung

Hambatan dan kiat menabung

Aplikasi membuka tabungan berencana

Tabungan

Evaluasi I

Jenis-jenis pembiayaan dalam islam

Qordhul hasan

Mudhorobah

Musyarokah

Murobahah

Wakalah

Utang piutang dalam pandangan islam

Bersegera membayar utang

Trik untuk menghindari jeratan utang

Pinjaman dan Pembiayaan

Evaluasi II

Pengantar ekonomi rumah tangga robbaniyyah Ekonomi Rumah Tangga Robbaniyyah I

Ikhlas dalam berekonomi rumah tangga

45 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus

2008.

Ekonomi sebagai penguat iman

Zuhud

Istikhlaf

Evaluasi III

SEMESTER IISEMESTER IISEMESTER IISEMESTER II

Bekerja dalam pandangan islam

Ihsan dalam bekerja

Tawakkal

Tidak kikir dan tidak boros

pendapatan dan pengeluaran yang halal

Ekonomi rumah tangga robbaniyyah II

Evaluasi IV

Pentingnya perencanaan keuangan rumah

tangga

Pengedalian keuangan rumah tangga

Mengatur keuangan rumah tangga

Hak dan kewajiban suami istri dalam mengelola

anggaran

Menyusun anggaran keuangan

pengelolaan keuangan rumah tanga

Evaluasi V

Landasan moral wirausahawan muslim

Jalan menuju wirausaha sukses

Membangun mental wirausahawan muslim

Karakteristik wirausahawan muslim

Bisnis yang menguntungkan dalam perpektif

islam

Menegakkan citra perusahaan islami

Kiat sukses membangun jaringan wirausaha

kewirausahaan muslim

Evaluasi VI

Materi-materi yang disampaikan dibagi dalam dua semester, yang

jika kita gambarkan sesuai dengan domain pemberdayaan dapat kita

klasifikasikan sebagai berikut:

Pengembangan pengetahuan meliputi :

a. Tabungan dalam pandangan Islam

b. Pengetahuan tentang pembiayaan syari’ah dan utang piutang

Penanaman nilai meliputi :

a. Ekonomi rumah tangga rabbaniyyah

b. Pemahaman tentang zuhud dan istikhlaf

c. Bekerja dalam pandangan Islam

d. Tawakkal

e. Tidak kikir dan tidak boros

Pengembangan keterampilan meliputi :

a. Pengelolaan keuangan rumah tangga

b. Menyusun anggaran rumah tangga

c. Keterampilan berwirausaha

Metode pendampingan seperti ini sesuai dengan strategi

pemberdayaan yang dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu termasuk

dalam kategori strategi aras mezzo. Dalam kategori ini pemberdayaan

dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan

menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan

pelatihan, dinamika kelompok, adalah metode yangdigunakan sebagai

strategi dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, keterampilan dan

sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan

yang dihadapinya.

Berdasarkan penelitian, survei dan wawancara terhadap sebagian

anggota, dapat diketahui tentang gambaran umum pelaksanaan

pendampingan di majelis al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan

Banjaran Kabupaten Bandung. Pendampingan dilakukan sepekan sekali

setiap hari minggu pukul 15.30 WIB. Hari minggu dipilih berdasarkan

kesepakatan bersama para anggota dan mitra sekaligus pendamping.

Latar belakang dipilihnya hari minggu adalah karena sebagian besar

anggota adalah pedagang keliling ataupun berjualan di luar wilayah

Kabupaten Bandung46.

Pelaksanaan program pemberdayaan melalui kegiatan

pendampingan di majelis al-Amanah secara efektif dimulai sejak Agustus

200647. Sehingga ketika penulis melakukan penelitian dan wawancara,

anggota dengan mudah menjelaskan dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan serta memberikan gambaran yang cukup memuaskan untuk

menggali informasi peranan pendampingan terhadap anggota dilihat dari

tiga objek studi pemberdayaan, serta relevansinya terhadap

kesejahteraan anggota.

Latar belakang program pemberdayaan MiSykat di Desa

Margahurip adalah berawal dari lahirnya mitra di desa tersebut yang

bernama Bapak Ahmad Juhri. Dijadikannya beliau sebagai mitra adalah

karena peran awalnya yang menjadi koordinator donatur zakat PT.

Panasia tempat beliau bekerja untuk kemudian disalurkan ke DPU Daarut

Tauhid. Dikarenakan intensitasnya yang sering berhadapan dengan

pengurus DPU, maka dipilihlah beliau untuk menjadi mitra lembaga

pengelola dana zakat DPU DaarutTauhid yaitu MiSykat48.

Tugas awal mitra adalah mencari anggota untuk mendapatkan

dana zakat dengan metode pemberdayaan berbasis syari’ah dari MiSykat.

Bapak Ahmad Juhri melihat bahwa sekeliling tempatnya tinggal banyak

46 Wawancara pribadi dengan istri Bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus

2008. 47

Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Juhri selaku mitra MiSykat, Bandung,

Sabtu, 16 Agustus 2008. 48

Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008

terdapat mustadh’afin yang memenuhi kriteria MiSykat untuk mendapat

bantuan dana usaha bergulir dengan metode pemberdayaan49.

Beberapa hal yang dapat dilihat dari kondisi lingkungan dan

masyarakat Desa Margahurip yang mendukung keputusan mitra adalah

sebagai berikut:

a. Sebagian besar penduduk termasuk kategori miskin yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian,

pendidikan yang cukup dan kesehatan.

b. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai buruh tani yang tidak

memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak-anaknya secara

wajar, mayoritas sampai tingkat SLTP.

c. Adanya arus remaja Desa Margahurip ke kota-kota besar seperti

Jakarta, Cirebon, dan Kotamadya Bandung.

d. Kondisi perumahan, sarana rumah tangga dan sanitasi lingkungan

yang kurang layak.

e. Usulan dari mitra Bapak Ahmad Juhri agar di Desa Margahurip

dilahirkan majelis binaan MiSykat karena tingkat kesejahteraan

masyarakat yang masih tertinggal dibandingkan desa-desa lainnya

di Kecamatan Banjaran.

Berdasarkan kondisi tersebut, tujuan umum pemberdayaan intinya

adalah peningkatan produktifitas dan taraf kesejahteraan anggota melalui

bantuan dana usaha bergulir serta pendampingan pekanan dengan

materi-materi yang bertujuan mengembangkan pegetahuan, keterampilan

serta penanaman nilai-nilai moral spiritual anggota.

49 Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008

Persepsi mitra dan anggota di Desa Margahurip tentang program

pemberdayaan berbasis syari’ah adalah bahwa program merupakan

kegiatan bantuan sosial kemanusiaan dari MiSykat dalam bentuk bantuan

dana usaha bergulir disertai pendampingan pekanan yang berguna untuk

peningkatan pengetahuan dan keterampilan50.

Sementara itu, rincian sasaran program pemberdayaan berbasis

syari’ah diuraikan sebagai berikut:

a. Warga negara Republik Indonesia

b. Mustadh’afin (orang yang terlemahkan)

c. Sudah menikah

d. Usia produktif

e. Memiliki keinginan kuat untuk usaha

f. Fokus usaha yang dibiayai oleh MiSykat mengutamakan usaha

mikro

g. Bersedia untuk dikelompokkan dalam satu majelis

h. Bersedia mengikuti kegiatan pendampingan

i. Menyetujui segala peraturan yang berlaku di lembaga MiSykat DPU

Daarut Tauhid baik secara tertulis maupun tidak tertulis

j. Bersedia untuk di survey dan di wawancara untuk mengikuti

keabsahan menjadi anggota MiSykat.

Pengelola program di Desa Margahurip yaitu mitra, berada di

bawah tanggung jawab seorang pengurus MiSykat sebagai koordinator

program di wilayah IV Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaan kegiatan,

koordinator bekerjasama dengan mitra dengan diawali pemberitahuan

50 Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Juhri dan sebagian anggota majelis pada

pendampingan, Senin, 18 Agustus 2008.

kepada pihak berwenang di kelurahan setempat. Bentuk kerjasama

antara koordinator dengan mitra adalah kegiatan koordinasi dalam

perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan pelaporan51.

Sistem administrasi keuangan program dikelola terpusat di DPU

Daarut Tauhid Bandung sebagai lembaga pusat penerima dana-dana

zakat, infaq dan shadaqoh dari para donor dan muzakki khususnya dan

kaum muslimin pada umumnya. Bantuan dana awal dianggarkan secara

langsung oleh MiSykat, bantuan selanjutnya berdasakan permintaan

anggota sesuai dengan plafon anggaran lembaga dengan pertimbangan

evaluasi pendampingan pada pemberian dana awal52.

aaaa.... Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan

Materi-materi yang terkait dengan pengembangan pengetahuan

diberikan pada awal-awal pelaksanaan pendampingan. Hal ini dilakukan

agar anggota mampu memahami langkah-langkah yang akan

dipraktekkan oleh mereka dikemudian hari selama kegiatan

pendampingan53.

Penilaian situasi awal anggota menunjukan kualitas pengetahuan

yang rendah, antara lain berdasarkan data-data berikut;

a. Banyak anggota yang mendapatkan pendidikan formal Cuma

sampai tingkat Sekolah Dasar. Data menunjukan, anggota yang

pendidikan formalnya di atas SD adalah 5 orang dari 20 orang

anggota majelis al-Amanah

51 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus

2008. 52

Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus

2008. 53 Wawancara pribadi dengan koordinator MiSykat wilayah IV Iwan Firmansyah S.Sos.i,

Bandung, Kamis, 14 Agustus 2008.

b. Banyak anggota yang terjerat hutang kepada rentenir. Mereka

umumnya berpikiran pendek untuk segera mendapatkan uang

tanpa memikirkan tindak lanjut uang tersebut digunakan untuk hal-

hal yang bersifat ekonomis produktifis. Yang terjadi uang tersebut

habis lalu kemudian terjerat hutang.

c. Banyak anggota dengan pengetahuannya yang rendah, tidak

mampu memahami arti pentingnya menabung, terlebih menabung

di lembaga-lembaga keuangan yaitu bank.

Materi awal pendampingan berisi pengetahuan tentang ekonomi

syari'ah dan kewirausahaan. Dimulai dengan memperkenalkan

pengetahuan tentang tabungan dalam pandangan islam. Materi tentang

tabungan ini dilaksanakan pada awal pendampingan antara pekan ke 1

sampai dengan pekan ke 5.

Dari materi ini, diharapkan anggota mempunyai cara pandang yang

berbeda tentang tabungan, yang mungkin selama ini mereka anggap tidak

penting. Materi ini juga disampaikan karena pada kesempatan selanjutnya

anggota akan mempraktekkan secara langsung proses menabung selama

pendampingan terutama tabungan berencana.

Tujuan lain dari pemberian materi ini adalah :

a. Anggota mempunyai pengetahuan tentang tabungan berencana

dan tinjuannya dalam perspektif islam

b. Anggota merasakan manfaat dari menabung

c. Anggota mampu mempelajari hambatan-hambatan dalam

menabung

d. Mempunyai pengetahuan tentang kiat-kiat menabung yang efektif

e. Mempunyai pengetahuan tentang cara-cara membuka tabungan

berencana.

Ibu Tini, salah satu ketua kelompok di majelis al-Amanah

mengatakan bahwa

"dulu gimana ya, saya sulit pisan menabung, maklum pendapatan

juga pas-pasan. Tetapi setelah ikut MiSykat, saya mengerti tentang

menabung, mengerti tentang tabungan berencana dan saya pun

merasakan manfaat setelah mempraktekannya”54.

Senada dengan Ibu Tini, Ibu Entin yang membuka warung kecil-

kecilan di rumahnya mengatakan

"setelah ikut MiSykat, saya mengerti tentang tabungan berencana

dan bagaimana menabung di Bank. Dan saya akan selalu membiasakan

menabung”55.

Pada kesempatan selanjutnya, materi dilanjutkan pada tema

pembiayaan syariah. Pembiayaan syari'ah banyak dipraktekkan oleh BMT

atau lembaga keuangan mikro denga memberikan pelayanan keuangan

pada masyarakat lapisan bawah.

Pengetahuan tentang pembiayaan kemudian dilanjutkan pada jenis-

jenis pembiayaan dalam islam. Terutama dan yang paling utama

disampaikan pada pendampingan adalah pola-pola pembiayaan yang

kemudian akan dipraktekkan oleh anggota dari mulai pembiayaan dengan

akad qordhul hasan, mudhorobah, musyarokah, murobahah dan wakalah.

54 Wawancara pribadi dengan Ibu Tini, ketua kelompok 2 majelis al-Amanah, Bandung,

Sabtu, 23 Agustus 2008. 55 Wawancara pribadi dengan Ibu Entin, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu, 23

Agustus 2008.

Materi ini sangat berguna untuk anggota sebelum mereka

mendapat bantuan usaha, sehingga mereka mengerti dan memahami

pola-pola pembiayaan yang nantinya akan mereka praktekkan secara

langsung.

Proses pembiayaan berjenjang ini – yang dimulai dari qordhul

hasan- memberikan manfaat bagi kedua belah pihak antara MiSykat dan

anggota. Kang Iwan Firmansyah S.Sos sebagai koordinator wilayah

MiSykat Kabupaten Bandung mengatakan bahwa

”di satu sisi, MiSykat sebagai pemberi dana mampu melakukan

monitoring dan menilai kelayakan anggota mendapatkan bantuan yang

bersifat ekonomis dari pembiayaan qordhul hasan dan pendampingan

pekanan selama akad tersebut berlangsung. Dan di sisi lain, anggota

sebagai penerima dana mampu memahami pola-pola pembiyaan yang

diajarkan oleh islam”56.

Setelah materi pembiayaan, maka selanjutnya disampaikan materi

tentang utang piutang dalam islam. Materi ini selain berisi definisi serta

penjelasan menyeluruh tentang utang piutang, juga mengajarkan tentang

bagaimana kita harus bersegera untuk membayar utang dan berbagai

cara untuk menghindari jeratan utang.

Ibu Ulimah, ketua kelompok 3 majelis al-Amanah mengatakan

"sebelum ikut MiSykat, saya punya hutang pada koperasi -bank

keliling, pen-. Setelah ikut pendampingan saya jadi mengerti tentang

56 Wawancara pribadi dengan Iwan Firmansyah, Bandung, Kamis, 14 Agustus 2008

utang dan segera melunasinya, supaya bebas, pan jadi di MiSykat

wungkul –saja, pen-57.

Pada fase ini biasanya dilakukan pencairan dana bantuan usaha

bergulir, khususnya ketika materi tentang pembiayaan dalam islam telah

selesai disampaikan. Besarnya dana bantuan adalah sama besarnya yaitu

Rp. 500.000,- untuk setiap anggota dengan pola 2-2-1 serta dengan akad

qordhul hasan.

b. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilaib. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilaib. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilaib. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilai

Pengembangan pengetahuan dan penanaman nilai pada dasarnya

dapat dikategorikan pada sebuah kesatuan yang terintegrasi satu sama

lain. Namun dalam konteks materi pendampingan MiSykat, kita dapat

memisahkannya dengan melihat penanaman nilai adalah sesuatu usaha

yang terdapat muatan religius dan spiritual di dalamnya.

Secara umum nilai adalah keyakinan relatif kepada yang baik dan

yang jahat, yang benar dan yang salah, kepada apa yang seharusnya ada

dan seharusnya tidak ada. Nilai memainkan peranan yang sangat penting

dalam kehidupan sosial. Kebanyakan hubungan-hubungan sosial

didasarkan bukan saja pada fakta-fakta positif, akan tetapi juga pada

pertimbangan-pertimbangan nilai.58

Materi yang terkait dengan penanaman nilai lebih bertendensi pada

materi yang bermuatan agama. Anggota pada umumnya menanggapi

materi ini dengan antusias, seperti juga pada materi-materi yang lain.

Kecenderungan sikap mereka mungkin dikarenakan keterbatasan

57 Wawancara pribadi dengan Ibu Ulimah, ketua kelompok 3 majelis al-Amanah,

Bandung, Sabtu, 23 Agustus 2008. 58 Maurice Duverger, Sosiologi Politik. Diterjemahkan dari buku The Study of Politics

oleh Daniel Dhakidae, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Hal 12

pengetahuannya tentang ajaran-ajaran agama yang bersifat praktis yang

pada awalnya tidak mereka pahami. Selain materi yang bermuatan

agama, terdapat juga materi penanaman nilai yang terkait dengan unsur

realita sosial, seperti pengetahuan tentang ekonomi rumah tangga

robbaniyyah.

Materi pendampingan MiSykat yang dikategorikan pada

penanaman nilai diawali dengan pengenalan ekonomi rumah tangga

robbaniyyah. Dijelaskan bahwa rumah tangga muslim adalah keluarga

yang hidup bersama dalam suasana islami dan diikat oleh norma-norma

keluarga muslim yang selalu mendasarkan berbagai perkara hidupnya

pada syari'at. Rumah tangga muslim didirikan berdasarkan nilai-nilai

keimanan, keutamaan yang mulia, akhlak yang baik, perilaku yang luhur

dan kebaikan unsur-unsur sosial yang lain.

Setelah memahami perekonomian rumah tangga muslim, diajarkan

pula bagaimana ikhlas dalam berekonomi rumah tangga. Ikhlasnya kita

ketika menghadapi kesulitan adalah dengan tetap bersyukur terhadap apa

yang telah diberinya dengan terus berusaha memperbaiki dan menjemput

rezeki kita. Untuk hal ini, saya mendapatkan informasi dari mitra sekaligus

pendamping MiSykat majelis al-Amanah yaitu Bapak Ahmad Juhri, bahwa

terdapat anggota binaan yang mengalami masalah ekonomi dan sempat

ingin keluar dari anggota MiSykat. Bapak Ahmad Juhri bercerita Ibu

tersebut konsultasi kepadanya bahwa beberapa bulan belakangan ini

kehidupan ekonominya selalu dihadapkan pada keadaan serba

kekurangan. Untuk ongkos anak-anaknya yang SMP saja harus pinjam

sana-sini, padahal biasanya untuk pergi sekolah anaknya tinggal pergi,

tapi kali ini mesti nunggu dulu ibunya pinjem pada tetangga59. Pada satu

kesempatan pendampingan, ibu tersebut mengatakan "bapak, lebih baik

saya keluar saja dari anggota MiSykat soalnya kehidupan sehari-hari saya

tidak seperti dulu lagi. Saya sudah cape menjalaninya dan malas untuk

ikut-ikutan kegiatan apapun......."

Adapun tanggapan dari anggota MiSykat majelis al-Amanah

terhadap materi terkait dengan penanaman nilai-nilai Islam, dapat kita

lihat pada sikap antusiasme salah seorang anggota ketika ditanya tentang

bagaimana pendapatnya mengenai materi-materi tersebut. Antusiasme

terlihat pada ungkapan rasa senang Ibu Engkom dengan mengatakan

bahwa

"sebelumnya boro-boro mengerti tentang nilai-nilai Islam,

membaca al-Quran saja saya tidak bisa. Tapi setelah ikut MiSykat, jadi

tahu apa itu tawakkal, sabar terus bagaimana ekonomi rumah tangga bisa

secara islami gitu”60.

Apresiasi tersebut menjadi salah satu tanda yang mewujudkan

harapan MiSykat agar mampu menciptakan pondasi yang kuat bagi setiap

anggota untuk menjalani kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat

dengan berbagai kegiatan-kegiatan produktif yang dilandasi oleh nilai-

nilai keislaman.

cccc. . . . Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanMetode Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanMetode Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanMetode Pendampingan Berbasis Pengembangan Keterampilan

Materi pengembangan keterampilan lebih menekankan pada

keterampilan pengorganisasian rumah tangga. Mungkin dari beberapa

59 Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008

60 Wawancara pribadi dengan Ibu Engkom, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu,

23 Agustus 2008.

materi yang disampaikan, materi pengorganisasian rumah tangga telah

mampu memfasilitasi anggota dalam upaya menambah keterampilan

dalam mengatur keuangan rumah tangga61.

Dari materi pengembangan keterampilan diharapkan anggota

mampu mempunyai keterampilan mengatur dan memenej anggaran

keuangan rumah tangga. Seorang kepala keluarga harus dapat membuat

jadwal prioritas pembelanjaan kebutuhan pokok secara tertib sesuai

dengan kemampuan usahanya62.

Di bawah ini digambarkan model perencanaan anggaran keuangan

rumah tangga anggota MiSykat DPU DT

Perencanaan Anggaran Keuangan Rumah Tangga

Anggota MiSykat DPU DT

NamNamNamNama a a a ::::

Majelis Majelis Majelis Majelis ::::

Alamat Alamat Alamat Alamat ::::

PemasukanPemasukanPemasukanPemasukan

No Uraian Tetap Tambahan Keseluruhan

1 Gaji suami Rp. Rp.

2 Gaji istri Rp. Rp.

3 Pendapatan tambahan

a. Warung/toko

b. Jasa

c. .........

Rp. Rp.

Rp. Rp. Rp

61 Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008

62 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus

2008.

Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran

NoNoNoNo PenjelasanPenjelasanPenjelasanPenjelasan KalkulasiKalkulasiKalkulasiKalkulasi JumlahJumlahJumlahJumlah PrioritasPrioritasPrioritasPrioritas TambahanTambahanTambahanTambahan

1111 KewajibanKewajibanKewajibanKewajiban

a Cicilan rumah 1 Bln Rp. Rp Rp

b Telepon, listrik,

PAM

1 Bln Rp Rp Rp

c Zakat/infaq 1 Bln Rp Rp Rp

d Iuran warga 1 Bln

2222 Tabungan dan AsuransiTabungan dan AsuransiTabungan dan AsuransiTabungan dan Asuransi

a Tabungan 1 Bln Rp Rp Rp

b Asuransi 1 Bln Rp Rp Rp

3333 Pos untuk AnakPos untuk AnakPos untuk AnakPos untuk Anak----anakanakanakanak Org Rp Rp Rp

4444 Pos untuk AyahPos untuk AyahPos untuk AyahPos untuk Ayah

a Transportasi dan

konsumsi

1 Bln Rp Rp Rp

b Voucher HP 1 Bln Rp Rp Rp

5555 Pos untuk IbuPos untuk IbuPos untuk IbuPos untuk Ibu

a Transportasi dan

konsumsi

1 Bln Rp Rp Rp

b Voucher Hp 1 Bln Rp Rp Rp

Konsumsi dan MCKKonsumsi dan MCKKonsumsi dan MCKKonsumsi dan MCK

a Makan menu 1 31 Hr Rp Rp Rp

b Makan menu 2 Hr Rp Rp Rp

6666

c MCK 1 Pkt Rp Rp Rp

7777 Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan 1 Pkt Rp Rp Rp

8888 Pos LainPos LainPos LainPos Lain----lainlainlainlain 1 Bln Rp Rp Rp

TotalTotalTotalTotal RpRpRpRp RpRpRpRp RpRpRpRp

SaldoSaldoSaldoSaldo RpRpRpRp RpRpRpRp

Khusus untuk pengembangan keterampilan, lembaga memberikan

keterampilan tambahan yang dipraktekkan secara langsung oleh anggota.

Jenis keterampilan yang diberikan adalah berupa membuat payet pada

kerudung, jepit pita rambut serta membuat sabun colek63.

Menurut mitra, ketiga jenis keterampilan yang diberikan pada

gilirannya juga mengalami stagnasi. Hal ini dikarenakan banyak dari

anggota yang bedagang diluar daerah, sehingga tidak mampu

melanjutkan kegiatan tersebut. Sampai saat ini, hanya keterampilan

membuat payet kerudung yang tetap bertahan, itupun karena difasilitasi

oleh mitra melalui istrinya yang memang terampil membuat payet

kerudung. Anggota yang tetap terlibat dalam jenis keterampilan ini adalah

anggota yang bedomisili dekat dengan mitra64.

2. Peluang dan Hambatan2. Peluang dan Hambatan2. Peluang dan Hambatan2. Peluang dan Hambatan

a. Peluanga. Peluanga. Peluanga. Peluang

Pemberdayaan yang merupakan usaha transformatif menuju

keberdayaan diri (self empowerment), seyogianya bukan hanya

bertendensi kepada keberdayaan potensi pribadi. Karena dalam

prakteknya, proses pemberdayaan merupakan upaya mensinergikan

antara potensialitas dengan dukungan sumber-sumber internal maupun

eksternal menuju aktualisasi diri dalam lingkungannya.

Strategi pemberdayaan pada aras mezzo seperti yang tergambar

dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan, harus mampu memberikan

63 Wawancara pribadi dengan istri Bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus

2008. 64

Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008

konstribusi kepada lingkungan secara keseluruhan. Kemungkinan ini

dapat terwujud ketika anggota mempunyai awarness (kepedulian,

kesadaran) terhadap sumber-sumber internal maupun ekternal

(manajemen sumber) yang potensial dalam proses pemberdayaan menuju

kesejahteraan masyarakat. Beberapa sumber yang mampu dimanfaatkan

dan belum tersentuh dalam pelaksanaan pemberdayaan oleh MiSykat

terhadap anggota binaan di Desa Margahurip adalah: pertama,

mengembangkan potensi lain yang ada dalam diri anggota maupun di luar

diri anggota itu sendiri65. Dalam bahasa penulis, mungkin bisa diistilahkan

dengan human resources. Artinya, menggali dan mengembangkan

potensi diri yang tidak hanya seputar persoalan ekonomi, tetapi juga

persoalan sosial dan politik. Hal ini akan terkait dengan pengembangan

materi pemberdayaan MiSykat yang bermuatan nilai-nilai sosial dan

budaya, serta pergeseran paradigma pembangunan yang tidak tidak

hanya bertumpu pada kekuatan ekonomi tetapi juga kekuatan politik dan

legitimasi kekuatan rakyat66.

Kedua, pembangunan jaringan (building networking) baik dari

pihak pemerintah maupun swasta sehingga terjadi sinergi dalam upaya

pemberdayaan masyarakat. Pada gilirannya, proyek dan gerakan lokal

mampu dihubungkan secara lebih strategis di tingkat lokal maupun

nasional.

Ketiga, untuk dapat memilih pendekatan pemberdayaan yang lebih

tepat, lembaga harus menganalisa kekuatan yang ada dan berkembang

65 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus

2008. Beliau juga mengatakan tentang harapannya kepada penulis untuk menganalisa peluang-peluang lain yang mungkin bisa dikembangkan oleh MiSykat pada mejelis binaan di Desa

Margahurip sehubungan belum adanya penelitian karya ilmiah yang dilaksanakan di wilayah

tersebut. 66

Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Jakarta 2004, h. 14

pada anggota dan masyarakat. Dengan ketajaman analisis dan kritisisme

terhadap jenis-jenis kekuatan yang ada, hal tersebut akan membantu

efektivitas kerja di masyarakat. Salah satu contoh yang bisa kita angkat

diantaranya adalah ketika anggota merasa tidak puas dengan situasi dan

kondisi ekonomi yang telah dirasakan dan diikuti oleh perasaan adanya

sesuatu yang belum terpenuhi. Dalam kasus ini, fenomena tersebut bisa

dijadikan faktor pendorong agar anggota selalu diarahkan pada

perubahan-perubahan situasi yang lebih baik daripada yang telah ada.

b. Hambatanb. Hambatanb. Hambatanb. Hambatan

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di majelis al-Amanah Desa

Margahurip tidak selalu berjalan mulus. Banyak hambatan yang ditemui

baik itu yang berasal dari internal anggota maupun dari faktor di luar

anggota. Menurut Oha Khoer

“kendala internal yang lahir biasanya adalah kredit macet dana

bergulir. Seandainya hal ini terjadi maka MiSykat melakukan langkah-

langkah secara bertahap meliputi home visit dan musyawarah anggota;

menggunakan akumulasi iuran anggota seluruhnya; menggunakan

tabungan cadangan; membuat MoU baru ataupun menggunakan tabungan

berencana milik anggota masing-masing”67.

Hambatan lain yang dialami MiSykat adalah keberadaan rentenir

yang sudah masuk pada sebagian besar keluarga, misalnya Ibu Entin yang

sebelum ikut program pemberdayaan MiSykat, sudah terlebih dahulu

terlilit utang pinjaman modal usaha dengan bunga tinggi. Ibu Entin

67 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus

2008.

mengatakan bahwa pinjaman sebesar Rp.100.000,- harus mampu

dikembalikan dalam jangka waktu satu bulan dengan bunga 20%68. Hal ini

tentu memberatkan pihak peminjam yang notabene masyarakat usaha

kecil. Di satu sisi, untuk anggota, mendapatkan bantuan dana usaha dari

MiSykat dengan 0% bunga telah sangat membantu kegiatan usaha tanpa

terbebani dengan hutang karena pembayarannya dilakukan secara

berkala dengan rentang waktu yang agak lama yaitu seminggu. Tapi di sisi

lain, bagi lembaga, keluarga yang sebelumnya pernah mendapatkan

bantuan usaha dari rentenir, biasanya tidak memberdayakan bantuan

yang telah diberikan selain untuk membayar hutang pada pihak peminjam

sebelumnya69. Selain itu ada juga program bantuan swasta lain walaupun

dengan menggunaan metode yang berbeda. Untuk jenis yang di sebut

terakhir, ada program bantuan usaha dengan mewajibkan anggotanya

melakukan perjanjian yang diucapkan secara lisan pada setiap acara

kumpulan rutin setiap hari kamis sore70. Memang, hambatan itu dirasakan

oleh mitra dan anggota pada tahap-tahap awal, karena menghambat

komunikasi antar warga akibat egoisme dan sentimen kepercayaan

terhadap program yang diikuti. Untuk kondisi masyarakat yang demikian,

model pendekatan social action yang dimodifikasi dan disesuaikan

dengan nilai budaya masyarakat dapat menjadi alternatif. Dengan cara

proporsional dan menafikan konfrontasi, misalnya dilibatkannya unsur-

unsur kekuatan masyarakat seperti tokoh agama, pendidik, tokoh formal-

informal yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat yang

68 Wawancara pribadi dengan Ibu Entin, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu, 23

Agustus 2008. 69

Wawancara pribadi dengan istri Bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008 70 Wawancara pribadi dengan anggota majelis al-Amanah pada pendampingan, Bandung,

Sabtu, 23 Agustus 2008

konfrontatif. Pada gilirannya kemudian, masyarakat dengan berbagai

program pemberdayaan yang ada mampu bersinergi mewujudkan

perubahan.

3. 3. 3. 3. Relevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan AnggotaRelevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan AnggotaRelevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan AnggotaRelevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan Anggota

Kegiatan pemberdayan yang dilaksanakan MiSykat adalah

meningkatkan kesejahteraan anggota dilihat dari peningkatan

penghasilan ekonomi rumah tangga. Secara umum, indikator keberhasilan

program meliputi : adanya peningkatan penghasilan ekonomi rumah

tangga; adanya peningkatan asset majelis; adanya kesinambungan asset

program; adanya produktifitas ekonomi anggota; adanya peningkatan

akumulasi tabungan anggota; perubahan karakter dan paradigma71

berfikir anggota; terbentuknya kelompok usaha mikro di majelisnya dan

lahirnya muzakki72.

Strategi pemberdayaan yang dilakukan MiSykat berada pada

tataran aras Mezzo. Hal ini berarti pemberdayaan dalam bentuk

pendampingan dilakukan terhadap suatu kelompok orang yang terhimpun

dalam suatu lembaga. Pemberdayan dilakukan dengan menggunakan

kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika

kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan

kesadaran pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Anggota binaan majelis al-Amanah mendapatkan pendidikan dan

pelatihan selama proses pendampingan. Hal ini berdampak pada

71 Paradigma menurut George Rizer yang dikutip oleh Zainuddin Maliki dalam Narasi

Agung adalah gambaran fundamental mengenai subjek ilmu pengetahuan. Paradigma juga merupakan unit consensus yang amat luas dalam ilmu pengetahuan dan dipakai untuk melakukan

pemilahan masyarakat ilmu pengetahuan yang satu dengan masyarakat pengetahuan yang lain. 72 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus

2008.

peningkatan kualitas individu pada beberapa segi. Misalnya dalam hal

pengetahuan agama, Ibu Entin mengatakan bahwa dulu dia hanya tahu

mengucapkan kalimat bismillahirrahmanirrahim tanpa tahu bagaimana

menuliskan kalimat tersebut, tetapi setelah mengikuti materi

pendampingan, dia tahu dan mampu menuliskan kalimat

bismillahirrahmanirrahim dengan menggunakan hurup arab.73

Dalam hal pengembangan kegiatan usaha, walaupun belum banyak

membantu meningkatkan pendapatan, tetapi paling tidak anggota mampu

mengelola dana yang diberikan untuk terus digulirkan tanpa mengalami

hambatan dalam pengembalian cicilan. Seperti yang dikatakan mitra,

bahwa majelis al-Amanah adalah salah satu majelis yang tidak mengalami

hambatan dalam tabungan cicilan. Kenyataan ini paling tidak

membuktikan bahwa anggota secara sadar menggunakan dana bantuan

pada yang semestinya digunakan yaitu untuk usaha.

B. Analisa Hasil TemuanB. Analisa Hasil TemuanB. Analisa Hasil TemuanB. Analisa Hasil Temuan

Skripsi ini ditulis untuk menjawab tiga pertanyaan terkait dengan

objek studi pemberdayaan yang meliputi pengembangan pengetahuan,

penanaman nilai dan pengembangan keterampilan. Selain itu, penulis

ingin mengetahui bagaimana relevansi pemberdayaan yang

diimplementasikan dalam kegiatan pendampingan setiap pekan terhadap

kesejahteraan anggota dan mengetahui peluang dan hambatan

pelaksanaan pendampingan. Fokus analisisnya terletak pada kegiatan

pendampingan pekanan yang berisi materi-materi berdasarkan kurikulum

yang telah MiSykat buat sebagai acuan.

73 Wawancara pribadi dengan Ibu Entin, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu, 23

Agustus 2008

Selanjutnya, akan dijelaskan secara deskriptif analitis terkait

dengan hasil temuan dilapangan. Analisa tersebut menggunakan

kecenderungan subjektif yang tidak melepaskan diri secara terbuka dari

nilai-nilai objektifitas. Perangkat analisa yang digunakan selain

pengamatan dan penelitian, juga menggunakan referensi untuk

memperkuat dan melegitimasi secara akademis-ilmiah hasil tinjauan.

1. 1. 1. 1. Analisa Metode PemberdayaanAnalisa Metode PemberdayaanAnalisa Metode PemberdayaanAnalisa Metode Pemberdayaan MiSykat DPU Daarut Tauhid MiSykat DPU Daarut Tauhid MiSykat DPU Daarut Tauhid MiSykat DPU Daarut Tauhid BandungBandungBandungBandung

Dalam pemberdayaan, terdapat salah satu teknik yang

mengedepankan masyarakat dalam hal ini anggota secara partisipatif

dalam proses pelaksanaannya. Artinya lembaga harus memandang

bahwasanya masyarakat dalam hal ini anggota binaan memiliki banyak

potensi, baik dilihat dari sumber-sumber daya alam yang ada maupun dari

sumber-sumber sosial budaya. Kekuatan ini tidak sepenuhnya digali dan

disalurkan sehingga secara signifikan belum menjadi energi untuk

mengatasi masalah yang mereka alami. Di dalam pemberdayaan, faktor

yang paling penting adalah bagaimana mendudukkan anggota pada posisi

pelaku (subjek) pembangunan yang aktif, bukan hanya penerima yang

pasif. Konsep gerakan pemberdayaan dalam pembangunan

mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat (anggota) dengan strategi

pokok adalah memberi kekuatan (power) kepada mereka.

Masyarakat yang lebih memahami kebutuhan dan permasalahan

yang dihadapi harus diberdayakan agar mereka lebih mampu mengenali

kebutuhan-kebutuhannya. Mereka juga dilatih untuk dapat merumuskan

rencana-rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri

dan swadaya.

Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan gerakan

pembangunan tersebut harus selalu didorong dan ditumbuhkembangkan

secara bertahap dan berkelanjutan. Jiwa partisipasi masyarakat adalah

semangat solidaritas sosial, yaitu hubungan sosial yang selalu didasarkan

pada perasaan moral, kepercayaan dan cita-cita bersama.74

Dalam hal pendampingan, seperti yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya bahwa pendampingan merupakan strategi yang sangat

menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai

dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu

membantu dirinya sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat

memperhatikan pentingnya partisipasi publik yang kuat.75Merujuk pada

Payne yang dikutip oleh Edi Suharto, prinsip utama pendampingan sosial

adalah “making the best of the client’s resources”. Sejalan dengan

persfektif kekuatan (strength persfective),76 pendamping atau dalam hal

ini pekerja sosial tidak memandang klien dan lingkungannya sebagai

sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-apa.77

Dalam konteks pemberdayaan MiSykat, pendampingan

menitikberatkan pada pemberian materi-materi yang berorientasi

pengembangan pengetahuan, keterampilan dan penanaman nilai. Dengan

memperhatikan materi-materi pendampingan, ini berarti bahwa

keberhasilan program pemberdayaan MiSykat DPU Daarut Tauhid

Bandung dalam meningkatkan kesejahteraan mustahiq tidak dapat diukur

74 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Jakarta 2004, h. 218

75 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 93 76

Strength Perspective seperti ditulis oleh Edi Suharto adalah cara pandang yang menekankan pada kekuatan yang dimiliki klien. Fokus model ini lebih ditekankan pada bagaimana

menggali dan memobilisasi sumber-sumber yang terkait dengan klien, baik sumber internal

maupun eksternal. 77

Ibid, h. 94.

dari sudut kelancaran pengembalian modal yang diberikan saja, namun

juga pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

anggota binaan. Dalam hal pemberian modal, apa yang dilakukan MiSykat

DPU Daarut Tauhid Bandung saat ini hanya sebatas bantuan insidentil

saja, dalam arti hanya meringankan beban hidup mustadh’afin yang

bersifat sementara, dan dapat dikatakan belum sampai pada tingkat

pengentasan kemiskinan. Bahkan materi mempunyai porsi yang dominan

dalam setiap proses pendampingan, yakni selama 30 menit dari 1 jam

kegiatan pendampingan. Namun, pendampingan yang bertendensi

penyampaian materi, telah menafikan faktor-faktor sumber daya alam dan

sosial budaya di masyarakat sebagai sebuah kekuatan yang dapat digali

untuk mengatasi masalah yang mereka alami.

Pada bab sebelumnya, dijelaskan bahwa dalam pendampingan,

pekerja sosial dalam hal ini pendamping mempunyai empat bidang tugas

yang mesti dilaksanakan, yakni : pemungkinan (enabling) atau fasilitasi,

penguatan (empowering), perlindungan (protecting) dan pendukungan

(supporting).

Pendamping harus mampu menjadi fasilitator sebagai tanggung

jawab untuk membantu anggotanya menjadi mampu menangani tekanan

situasional ataupun transisional. Dalam konteks majelis al-Amanah, Bapak

Ahmad Juhri sebagai pendamping, selain mempunyai status sosial yang

lebih tinggi dengan aktifitasnya sebagai staf di salah satu perusahaan

swasta, beliau juga mempunyai latar belakang pendidikan yang baik.

Kondisi ini kemudian berimbas pada ruang tugas tugas potensial sebagai

fasilitator dan penguat kapasitas masyarakat (capacity building).

Dalam hal peranannya sebagai fasilitator, Bapak Ahmad Juhri

harus mampu menjembatani anggota dalam mengakses sumber-sumber

yang ada, baik sumber personal, sumber interpersonal maupun sumber

sosial. sumber personal dan sumber interpersonal yang tergambar dalam

kegiatan penyampaian materi yang diselingi dengan ajang ”curhat”

sesama anggota dengan pendamping, adalah sebagian dari upaya

mengakses sumber potensial dan strategis dalam proses pemecahan

masalah. Anggota dan pendamping secara partisipatif berbagi

pengetahuan, pengalaman hidup sebagai pribadi dan bagian dari

masyarakat desa Margahurip, menganalisa masalah yang ada untuk

kemudian mencari solusi yang tepat dalam menyikapinya.

Adapun untuk akses terhadap sumber sosial yang berupa interaksi

antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan

demi kepentingan masyarakat dampingannya, belum dilaksankan secara

maksimal. Akibatnya, banyak anggota yang kemudian tidak mengalami

peningkatan usaha. Bantuan yang diberikan pun hanya mampu

menghindarkan anggota dari jerat hutang dan ketergantungan mereka

kepada rentenir. Aspek yang termasuk dalam kategori penguatan ini,

terbatas pada fungsi pendamping sebagai konsultan. Konsultasi yang

sering muncul dalam ajang ”curhat” ini pun, belum sampai pada fungsi

pendamping dalam memberikan pilihan-pilihan solusi dan membantu

anggota mengidentifikasi prosedur-prosedur bagi tindakan-tindakan yang

diperlukan.

Fungsi terakhir pendamping sebagai pendukung, menitikberatkan

pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung

terjadinya perubahan bagi anggota. Fungsi ini memerlukan pendamping-

pendamping yang menguasai strategi pemberdayaan dari aspek teoritis

dan juga praktis. Pendamping dituntut untuk mampu melaksanakan tugas-

tugas teknis sesuai dengan keterampilan dasar, seperti melakukan

analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi,

bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur dana. Fungsi

inilah yang belum bisa dicapai secara penuh oleh pendamping di majelis

al-Amanah khususnya dan pendamping-pendamping dibeberapa majelis

binaan MiSykat yang lain pada umumnya.

Kemudian dalam hal perencanaan program pemberdayaan, tidak

ada upaya nyata agar perencanaan itu berawal dari bawah ke atas

(bottom up planning), terutama dalam perencanaan jangka panjang

(setelah anggota menjajaki jenjang keanggotaan di atas pemula).

Walaupun mekanisme perencanaan dan kurikulum pendampingan selalu

ditinjau ulang dengan mempertimbangkan kebutuhan riil masyarakat di

lapangan, namun keterlibatan mereka sangat terbatas. Pelaksanaan

kegiatannya tidak mementingkan bentuk swadaya masyarakat dalam hal

partisipasi sumbang pemikiran terhadap setiap tahap pelaksanaan

program sebagaimana terlihat pada pendampingan pekanan.

Padahal, kondisi masyarakat berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Oleh karena itu, pola pendampingan harus pula memperhatikan

heterogenitas anggota binaan terkait dengan peranan dalam ruang

lingkup sosial yang berbeda. Perhatian terhadap hal ini, jika

diejawantahkan dalam penyampaian materi, maka materi akan bersifat

flksibel. Fleksibilitas ini pada gilirannya mampu menjadi wadah untuk

seorang pendamping khususnya dan MiSykat pada intinya, memahami

masalah yang dialami anggota dalam konteks yang berbeda-beda, untuk

kemudian membuat formulasi solusi yang sesuai dengan realitas.

aaaa. Analisa . Analisa . Analisa . Analisa Pendampingan BerbasisPendampingan BerbasisPendampingan BerbasisPendampingan Berbasis Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan

Rendahnya tingkat pendidikan yang disandang oleh anggota

binaan berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki, sehingga program pemberdayaan yang dilaksanakan sangat

tepat sasaran. Dalam arti, program diberikan kepada masyarakat yang

tidak mempunyai kekuatan (powerless) untuk mampu memberdayakan

dirinya (self empowerment) sehingga dapat hidup mapan secara ekonomi

dengan disertai pengetahuan dan keterampilan dalam bingkai nilai-nilai

religiusitas.

Berjalannya arus pengetahuan secara lancar adalah sangat

penting, karena sebenarnya pengetahuan dapat memerangi kehidupan

orang miskin di manapun.78Namun sayangnya hal ini tidak disertai dengan

kemampuan menyalurkan pengetahuan itu kepada anggota dengan cara

yang efektif. Suatu sistem pengetahuan pemberdayaan dalam kegiatan

pendampingan hanya merupakan rangkaian upacara rutin. Walaupun

secara kasat mata terlihat berhasil jika di analisa dari sedikit wawancara,

namun dari penelitian yang terbatas, terlihat materi yang disampaikan

seolah untuk memenuhi formalitas pendampingan, sehingga hasilnya

tidak maksimal. Padahal jika dilihat dari kurikulum yang telah mengalami

beberapa kali revisi, materi harusnya mampu mengapresiasikan idealnya

sebuah pemberdayaan.

78 Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan : Pengenalan Teori dan

Penerapannya. Rajawali Pers, Edisi Revisi, Jakarta 2002. Hal 181

Dalam konteks kesejahteraan, terpenuhinya kebutuhan dasar

menjadi unsur yang paling pokok dalam menilai standarisasi

kesejahteraan. Namun dalam prosesnya, terdapat unsur lain seperti

peranan seseorang dalam lingkungan sosial. Dengan pengetahuan yang

memadai, walaupun tanpa legalitas formal pendidikan, seseorang mampu

untuk berperan dalam lingkungan sosialnya. Misalnya dalam konteks

anggota MiSykat di Desa Margahurip yang kebanyakan adalah ibu-ibu,

pengetahuan tentang mengelola keuangan rumah tangga dengan cara

menabung, secara langsung telah mampu memfasilitasi dirinya secara

maksimal dalam peranannya sebagai ibu rumah tangga.

bbbb. Analisa . Analisa . Analisa . Analisa Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis PenaPenaPenaPenanaman Nilainaman Nilainaman Nilainaman Nilai

Penanaman nilai seyogianya tidak terbatas pada pengetahuan yang

bermuatan agama, karena nilai juga terkait dengan pendekatan sosial dan

budaya. Sehingga, jika pendampingan menitikberatkan pada

penyampaian materi-materi yang sudah terkonsep, maka di dalamnya juga

harus terdapat materi-materi yang terkait dengan nilai sosial budaya

masyarakat. Nilai-nilai memainkan peranan yang sangat penting di dalam

kehidupan sosial, karena kebanyakan hubungan-hubungan sosial

didasarkan juga pada pertimbangan nilai.

Jika dianalisa dari materi-materi yang disampaikan,

keseluruhannya mempunyai muatan agama, dan tidak terdapat materi

yang mengangkat fenomena sosial berdasarkan pertimbangan nilai.

Peranan mempelajari pertimbangan nilai yang diperkembangkan dalam

suatu masyarakat akan mampu mendefinisikan realita sosial. Misalnya

terdapat fenomena tradisonal dalam memandang hubungan antar individu

dalam suatu masyarakat, maka diperlukan materi yang mengangkat isu-

isu terkait dengan pandangan sosial mereka terhadap realitas.

Penyampaian materi ini –dengan melihat respon anggota- pada gilirannya

memungkinkan kita mengukur pengaruh nilai-nilai terhadap tingkah laku

dan bertindak sesuai dengan itu. Artinya, nilai sosial yang diberikan pada

gilirannya mampu membentuk sikap mental yang positif dalam proses

sosialisasi anggota dengan lingkungannya.

Sikap mental menunjukkan kualitas moral sesorang dalam

kehidupan sehari-hari. Masyarakat menuntut bahwa para anggotanya

memiliki standar-standar moral tertentu. Mereka yang tidak bisa

memenuhi persyaratan ini dikategorikan menyimpang, dan orang-orang

yang bertingkah laku sesuai dengan standar-atandar moral dihormati.

Pada tataran budaya, materi penanaman nilai harus mampu

merefleksikan transformasi budaya (istilah Sri-Edi Swasono, 2005) dimana

materi mampu membentuk sikap mental bermartabat, maju dan positif.

Hal ini diwujudkan dengan mendesain strategi perubahan budaya melalui

enterpreneurial dengan menitikberatkan pada pengembangan budaya

hemat, tidak konsumtif, beretoskerja produktif, berorientasi teknologi,

berorientasi efisiensi, menghargai waktu, melepas dependendi, disiplin

dan mandiri.

cccc. Analisa . Analisa . Analisa . Analisa Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanPengembangan KeterampilanPengembangan KeterampilanPengembangan Keterampilan

Dalam term pemberdayaan, pengembangan keterampilan

equivalen dengan pengembangan aspek psikomotorik. Tujuan

pengasahan dan penumbuhkembangan aspek psikomotorik ini adalah

untuk menanamkan behin-benih entrepreneurship atau kewirausahaan

atau kemampuan bisnis setiap anggota79. Materi-materi berbasis

keterampilan -seperti yang telah dijelaskan di atas- disertai dengan materi

ekstra kurikuler seperti keterampilan membuat payet kerudung, membuat

sabun colek dan jepi pita rambut pada anggota majelis al-Amanah Desa

Margahurip diharapkan membantu merangsang pertumbuhan dan

perkembangan psikomotorik.

Realitas pengembangan aspek psikomotorik yang dilakukan

MiSykat pada gilirannya mengalami banyak hambatan sampai pada tahap

satgnan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena keterampilan yang

diberikan tidak mempertimbangkan kecenderungan minat, bakat, dan

kekuatan internal para anggota. Selain berorientasi produktifis,

keterampilan yang diberikan seharusnya berdasarkan minat dan

pemanfaatan potensi-potensi individu.

Kemampuan mengelola keuangan rumah tangga menjadi contoh

jenis keterampilan yang berhasil menciptakan kesadaran anggota untuk

membuat skala prioritas sendiri yang berdasarkan kepentingan-

kepentingan pribadi dalam memenej rumah tangga secara baik.

Terakhir, keterampilan anggota dalam jangka panjang diarahkan

bukan hanya supaya anggota mampu masuk ke sumber-sumber dimana

mereka mendapatkan penghasilan, melainkan juga bagaimana anggota

mempunyai skill untuk pengembangan wiraswasta.

2. Analisa Peluang dan Hambatan2. Analisa Peluang dan Hambatan2. Analisa Peluang dan Hambatan2. Analisa Peluang dan Hambatan

Pengembangan sumber-sumber yang ada dilingkungan dengan

disertai pembangunan jaringan yang baik, belum dilakukan secara

79 Mahmud Thoha, APU. Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora,

Teraju, Jakarta, 2004. Hal. 111

maksimal oleh MiSykat terhadap sebagian besar wilayah binaan termasuk

Desa Margahurip. Pemanfaatan peluang yang ada untuk mewujudkan

perubahan sosial di masyarakat, adalah hal penting supaya kegiatan

pemberdayaan MiSykat tidak hanya ideal pada tataran konsep, tetapi

disertai dengan kinerja maksimal menuju tercapainya tujuan ideal yaitu

mengantarkan dhu’afa, mustahiq menjadi mapan secara ekonomi dan

tergolong pada kelompok muzakki untuk kemudian mampu memberikan

kontribusi kemajuan ekonomi bagi golongan mustahiq lainnya.

Namun dapat kita sadari, bahwa mewujudkan idealisme tidak

semudah yang dibayangkan, dalam prosesnya selalu terdapat kendala.

Salah satu yang patut mendapat perhatian lebih ialah terjeratnya anggota

pada rentenir yang tergambar pada wawancara dengan salah satu

anggota yang mengatakan bahwa sebelum ikut MiSykat sudah ada

bantuan dari rentenir dengan mengatasnamakan koperasi.

Jika ada pertanyaan, benarkah selama ini sudah berhasil mencapai tujuan

mengantarkan mustahiq menjadi muzakki dan menjauhkan mereka dari jerat

rentenir, maka jawabannya adalah belum pada tahap seperti itu. Banyak dari

anggota yang belum dapat melepaskan diri dari jerat rentenir. Untuk

mengatasinya diperlukan komitmen yang kuat untuk bergerak dan melepaskannya

dari hisapan lintah darat tersebut. Untuk mencapainya membutuhkan sistem,

MiSykat harus memperbaiki diri dengan pengurus dan organisasi yang rapih, yang

punya kemauan untuk mengurus pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat

dhu’afa.

Masyarakat yang bentuk usahanya beragam, perlu dianalisa potensi yang

ada untuk mewujudkan model pemberdayaan yang tepat dengan kondisi internal

dan eksternal anggota. Hal ini tentu tidak gampang, untuk mewujudkannya harus

dilakukan secara periodik sehingga kita akan tahu akan diarahkan ke usaha apa

masyarakat miskin yang ingin diberdayakan ini

Satu hal yang patut disayangkan adalah bahwa tidak terdapat kelanjutan

dari proses pemberdayaan dalam hal yang lebih konkrit. Yang terjadi adalah

pemberian bantuan an sich tanpa memperimbangkan secara matang bagaimana

kemudian anggota mampu meningkatkan taraf hidupnya untuk mencapai level

muzakki. Kelemahan ini bisa jadi diakibatkan dari tidak adanya orang yang ahli

dan professional dalam hal pemberdayaan dan kesejateraan sosial pada umumnya.

Untuk program pemberdayaan ekonomi mikro seperti Misykat

harus ada orang profesional yang khusus dan ahli di bidangnya. Yang

terjadi, SDM atau orang di DT itu sering dipindah-pindah. Jadi, dari nol

lagi. Kalau hanya mengandalkan pendamping, Misykat tidak akan berjalan

dengan baik. Harus ada orang ahli yang memberikan masukan dan

pengembangkan para anggota Misykat. Orang-orang yang

berpengalaman dalam pemberdayaanlah yang mestinya berkiprah dalam

wilayah kerja lembaga bantuan usaha kecil seperti MiSykat.

3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota

Adapun kaitannya dengan kesejahteraan dalam hal pemenuhan

sosial basic need, sebelum masuknya MiSykat pun anggota tidak

mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, artinya

MiSykat belum mampu secara signifikan mengangkat kesejahteraan

anggota pada level yang lebih tinggi.

Kecenderungan tersebut salah satunya dari tidak terdapatnya

pelayanan tindak lanjut yang lebih riil terhadap anggota yang mampu

mengembalikan pinjaman dana tanpa ”cacat”. Apresiasi lembaga

terhadap mereka terbatas pada pemberian bantuan lanjutan dengan

nominal yang lebih besar, itu pun belum mampu mengangkat kegiatan

usaha anggota. Hal ini disebabkan karena MiSykat tidak memonitor untuk

apa bantuan tersebut dijalankan. Proses monitoring mungkin dilakukan

seandainya MiSykat memberikan akses pengembangan jaringan usaha,

sedangkan bentuk pembinaan program seperti ini tidak dilakukan.

Kemajuan dapat diukur, salah satunya, lewat kemajuan secara

material dan spiritual. Ukuran material didasarkan pada ukuran konsumsi

yang semakin tinggi, sedangkan ukuran spiritual mengacu pada ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggi. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi akan dapat mempermudah kehidupan

bersama. Pembangunan masyarakat merupakan perubahan sosial yang

direncanakan (planned social change) yang terwujud dalam berbagai

program dan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat.80

Indikator keberhasilan yang relevan dengan karakter

kesejahteraan, meliputi aspek perubahan karakter, produktifitas ekonomi

baik secara individual ataupun kelompok seperti yang dikonsepkan

MiSykat belum sepenuhnya teraelisasi. Anggota binaan di majelis al-

Amanah Desa Margahurip masih berkutat dengan usaha-usaha kecil

rumahan yang tidak mengalami perkembangan secara signifikan. Anggota

80 Harry Hikmat, hal. 61

yang mempunyai usaha diluar daerah pun, tetap dengan usahanya yang

lama tanpa peningkatan berarti. Usaha rumahan seperti membuat

kerupuk, berdagang kecil-kecilan, maupun juga usaha luar daerah seperti

berjualan buah mangga di kota Bandung, tetap betahan dengan jenis

usaha tersebut. Adapun tidak terdapatnya masalah pengembalian

pinjaman, hal tersebut lebih bertendensi pada keberhasilan MiSykat

mempertahankan karakter-karakter individu yang sederhana, tidak

konsumtif, dan bertanggung jawab, yang memang dimiliki oleh sebagian

besar anggota

Walapun begitu, keberhasilan program terhadap kesejahteraan

anggota bisa dilihat pada kemampuan anggota mempertahankan

usahanya untuk keberlangsungan hidup rumah tangga mereka. Hal ini

paling tidak menunjukan indikasi bahwa suatu saat nanti, dengan

manajemen pemberdayaan yang lebih baik, kegiatan usaha dan

pemberdayaan ekonomi anggota dapat ditingkatkan dengan didukung

oleh karakter-karakter positif anggota yang sudah terbina dan akses

terhadap sumber-sumber termasuk jaringan usaha yang diciptakan

secara berkala dan serius.

BAB VBAB VBAB VBAB V

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

A.KesimpulanA.KesimpulanA.KesimpulanA.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan,

sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan pada bab sebelumnya,

maka penulis mencoba untuk menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung adalah lembaga yang lahir

atas dasar keprihatinan terhadap masyarakat mustadh’afin melalui

pemberian dana usaha bergulir yang di dapat dari dana zakat, infaq

dan shadaqoh. Kelebihan yang dimiliki MiSykat adalah

diwajibkannya para anggota binaan untuk mengikuti

pemberdayaan dengan kegiatan pendampingan pekanan secara

rutin.

2. Pemberdayaan MiSykat dengan strategi pendampingan melalui

penyampaian materi-materi, telah berperan dalam

mengambangkan pengetahuan, nilai dan keterampilan anggota

binaannya. Pada aspek pengembangan pengetahuan,

pemberdayaan berperan dalam mengubah karakter anggota yang

sebelumnya boros menjadi hemat dan tidak tergantung pada

rentenir. Perubahan karakter, juga mewakili keberhasilan peran

pemberdayaan pada kategori penanaman nilai. Sedangkan peran

pemberdayaan MiSykat pada pengembangan keterampilan

anggota, hanya terbatas pada keterampilan dalam hal mengatur

anggaran keuangan rumah tangga yang selalu jadi acuan bagi

seluruh anggota dalam memenej keuangan mereka.

3. Proses pemberdayaan dengan kegiatan pendampingan di majelis

al-Amanah Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

secara lebih jauh sejalan dengan prioritas pembangunan bangsa

yang meliputi tiga hal yaitu intellectual capital building, social

capital building dan entrepreneurial capital building.

4. Proses pemberdayaan diwujudkan dalam bentuk pendampingan

pekanan yang berisi penyampaian materi-materi yang sudah

terkonsep dalam kurikulum pendidikan program MiSykat. Materi

tersebut berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan

penanaman nilai serta keterampilan anggota, dalam upaya

mendukung kemandirian usaha yang ditunjang dengan pendidikan

yang berkesinambungan.

5. Sebagaimana hal nya sebuah program pemberdayaan,

mekanismenya harus didukung dengan sumber-sumber yang ada

pada internal anggota maupun lingkungannya. Penggalian secara

mendalam terhadap potensi-potensi diri dan lingkungan dengan

analisa kekuatan yang didukung dengan pembangunan jaringan

oleh lembaga, pada gilirannya mampu mempercepat perubahan

struktural dalam pembangunan masyarakat.

6. Hambatan yang dihadapi adalah kurang terciptanya komunikasi

yang baik antar warga terkait dengan program pemberdayaan

MiSykat, sehingga pada satu waktu dapat menciptakan konfrontasi

yang bisa berujung pada tidak berjalannya program.

7. Sejauh ini, pemberdayaan MiSykat di Desa margahurip Kecamatan

Banjaran Kabupaten Bandung telah mampu memfasilitasi anggota

dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pemberian

modal usaha tanpa bunga dan cicilan rendah, anggota tidak

merasa terbebani dan secara sukarela mengikuti kegiatan rutin

pendampingan. Hal ini terwujud juga dengan dukungan materi-

materi pemberdayaan yang disampaikan sehingga mampu

melahirkan kesadaran dan kepedulian yang cukup tinggi dalam diri

anggota.

B. SaranB. SaranB. SaranB. Saran----SaranSaranSaranSaran

Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan

lembaga dan dengan disertai keterbatasan seorang penulis sebagai

manusia awam yang baru belajar tentang pengetahuan pengembangan

masyarakat, dibawah ini akan dicatat beberapa rekomendasi yang

barangkali mampu memberikan masukan bagi lembaga untuk kinerja dan

efektifitas kegiatan pemberdayaan dikemudian hari.

1. Membangun kembali mitra kerja di beberapa wilayah yang belum

tersentuh, sehingga penyebaran dana zakat lebih merata dalam

upaya menanggulangi masalah kesejahteraan sosial serta

menumbuhkembangkan masyarakat dengan berjiwa usaha yang

gigih dan profesional. Tentunya hal ini dengan mempertimbangkan

kondisi finansial lembaga serta pertimbangan mobilisasi efektifitas

program.

2. Melakukan koordinasi yang lebih intens dengan mitra dari sejak

awal pengangkatannya untuk mencegah dana zakat jatuh ke

tangan yang tidak tepat. Keterlibatan mitra sepenuhnya untuk

mencari anggota yang seharusnya dari kalangan mustadh’afin,

terkadang berubah menjadi pragmatisme mitra untuk cuma

memenuhi target yang ditetapkan oleh lembaga.

3. Perlunya staf-staf MiSykat yang paham pengetahuan

pemberdayaan khususnya dan kesejahteraan sosial pada

umumnya, sehingga lembaga mampu dikelola secara lebih

profesional.

4. Building networking (pengembangan jaringan) untuk memberi

fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk pengembangan lingkungan

sekitar tempat diadakannya program. Pengemabangan jaringan

juga mampu melahirkan pendekatan pemberdayaan yang lebih

strategis.

5. Perlunya pengembangan awarness (kepedulian, kesadaran) agar

anggota secara sepenuhnya sadar berperan serta aktif dalam

mendukung program.

6. Perlunya kemampuan berkomunikasi dari lembaga dan anggota

supaya awarness terjalin bukan hanya bersifat top down namun

juga bottom up sebagai salah satu bagian inti dari pemberdayaan,

sehingga masyarakat berperan aktif dalam proses pemberdayaan.

7. Untuk dapat memilih pendekatan pemberdayaan yang lebih tepat,

lembaga harus menganalisa kekuatan yang ada dan berkembang

pada anggota dan masyarakat. Dengan ketajaman analisis dan

kritisisme terhadap jenis-jenis kekuatan yang ada, hal tersebut

akan membantu efektivitas kerja di masyarakat (lihat hal 79).

8. Memobilisasi sumber daya setempat. Supaya kegiatan

pendampingan tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh anggota,

maka perlu melibatkan sumber lain diluar anggota untuk

mendukung kegiatan pemberdayaan. Partisipasi masyarakat

secara umum walaupun dalam skala keterlibatan yang kecil, di lain

pihak mampu menjadi ajang sosialisasi MiSykat.

9. Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan.

10. Melakukan pelatihan lanjutan bagi mitra dan pendamping yang

telah ada. Pelaihan tersebut berisi materi-materi tentang

pemberdayaan masyarakat, sehingga peran dan fungsi

pendamping lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Abdal Haqq Bewley, Amal Abdalhakim-Douglas. Restorasi Zakat:

Menegakan Kembali Pilar Yang Runtuh (Depok: Pustaka Adina, 2005). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1991).

Dr. Yusuf Al Qardlawi, Ibadah Dalam Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1998).

Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat :

Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial

(Bandung: refika ADITAMA, 2005).

Firdaus Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire, Y.B.

Mangunwijaya, Logung Pustaka, Jogjakarta 2005.

Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Jakarta

2004.

H. M. Djunaidy Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif : Prosedur,

Teknik dan Teori Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997).

Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja ROSDA Karya, 2007).

Lihat DR. Suharko, Merajut DEMOKRASI – Hubungan NGO, Pemerintah

dan Pengembangan Tata Pemerintahan Demokratis (Yogya: Tiara Wacana,

2005). Lihat Drs. H. M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk

Memerangi Kemiskinan (Ciputat Jaksel, 2004). Mahmud Thoha, APU. Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan

Humaniora, Teraju, Jakarta, 2004.

Maurice Duverger, Sosiologi Politik. Diterjemahkan dari buku The Study

of Politics oleh Daniel Dhakidae, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985). N. Grass W. S. Masson and A. W. Mc Eachen, Eksploration Role

Analysis, dalam David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995).

Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat (Jakarta: PT. Ade Cahya, 1994/1995).

Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat.

Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Tentang islam (Jakarta: Pustaka

Amani, 1995).

Tim Peneliti PSIK, Negara Kesejahteraan dan Globalisasi :

Pengembangan Kebijakan dan Perbandingan Pengalaman,Universitas

Paramadina, Jakarta 2008. Tim Penulis Center for the Study of Religian and Culture. Wakaf,

Tuhan dan Agenda Kemanusiaan : Studi tentang Wakaf dalam Persfektif

keadilan Sosial di Indonesia (CSRC UIN Jakarta, 2006).

Waryono Abdul Ghafur, M.Ag. Tafsir Sosial : Mendialogkan Teks dengan

Konteks (Yogya: eLSAQ Press, 2005).

Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan : Pengenalan Teori dan

Penerapannya. Rajawali Pers, Edisi Revisi, Jakarta 2002.

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT

TAUHID BANDUNGTAUHID BANDUNGTAUHID BANDUNGTAUHID BANDUNG

Nama : Oha Hoer, S.Pd

Jabatan : Kasubag MiSykat

Hari/Tanggal : Rabu/06 Agustus 2008

Tempat : Kantor MiSykat DPU DT Bandung

1) Apa yang di maksud dengan MiSykat?

MiSykat itu akronim dari Microfinance Syari'ah Berbasis Masyarakat

yang bisa di definisikan secara sederhana dengan institusi

pemberdayaan mustadh'afin melalui pendampingan yang intensif dan

integral dengan entry point simpan pinjam.

2) Apa latar belakang berdirinya MiSykat?

Berdirinya MiSykat dilatar belakangi oleh keprihatinan terhadap

masyarakat mustadh'afin atau yang dilemahkan oleh struktural

maupun faktor eksternal dan internal.

3) Bagaimana visi, misi dan tujuan MiSykat?

Visinya adalah untuk menghantarkan mustahiq menjadi muzakki.

Misinya meliputi peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga;

mengoptimalkan potensi anggota menuju kemandirian; meningkatkan

produktifitas, perubahan pola pikir dan kinerja anggota;

membudayakan pola hidup hemat dan menabung; serta meningkatkan

akses jaringan, keterampilan dan usaha nggota.

Tujuannya terwujudnya peningkatan produktifitas dan penghasilan

ekonomi rumah tangga anggota; lahirnya majelis-majelis di

masyarakat; adanya peningkatan tabungan berencana anggota:

adanya kesinambungan asset program berupa distribusi dana bergulir

untuk anggota; adanya peningkatan akumulasi asset majelis; adanya

perubahan karakter dan paradigma berfikir anggota; menjadi muzakki.

4) Program apa saja yang dilaksanakan dan dari mana dana

didapatkan untuk proses berjalannya program tersebut?

Program yang dijalankan yaitu pemberian modal usaha dalam bentuk

dana bergulir kepada mustahiq di beberapa daerah. Adapun dananya

berasal dari dana zakat DPU Darut Tauhid yang diberikan kepada

MiSykat untuk disalurkan kepada mustadh'afin dengan akad Qurdhul

Hasan. Artinya akad yang dilakukan untuk meringankan para

mustadh'afin dalam memulai usahanya karena para mustadh'afin

hanya mengembalikan dana pokoknya saja.

5) Siapa saja yang dapat menjadi anggota binaan MiSykat?

Para mustahiq/mustadh'afin dibeberapa daerah yang terpilih, dalam

arti memnuhi kriteria atau persyaratan yang telah ditentukan.

6) Bagaimana proses sosialisasi program MiSykat?

Proses sosialisasi dimulai dengan menginventarisir data mustadh'afin

di suatu wilayah untuk kemudian menguji validitas data tersebut

berdasar informasi dari kelurahan serta RT/RW setempat. Kemudian

dilanjutkan dengan sosialisasi secara langsung tentang MiSykat

kepada masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya distorsi informasi.

7) Bagaimana proses rekrutmen anggota MiSykat?

Proses rekrutmen sendiri dibagi dalam tiga tahap. Pertama,

mengutarakan maksud dari program MiSykat melalui kegiatan

sosialisasi program. Kedua, menyebarkan formulir pendaftaran

kepada calon anggota atau masyarakat yang hadir pada kegiatan

sosialisasi. Setelah pengambilan formulir, data diolah dan

mengklasifikasikan keluarga sejahtera dan pra sejahtera. Ketiga,

menindaklanjuti data yang telah terkumpul dengan survey dan

wawancara langsung ke rumah/tempat tinggalnya masing-masing oleh

petugas atau pengurus MiSykat. Setelah itu selesai, maka dilakukan

rapat komite penentuan calon anggota yang dihadiri oleh surveyor,

koordinator pendamping dan kasubag MiSykat.

8) Bagaimana prosedur yang harus ditempuh oleh calon anggota agar

mendapat bantuan dari MiSykat?

Prosedur yang harus ditempuh adalah dengan mengisi formulir

proposal pengajuan dana bergulir MiSykat, selanjutnya dilakukan

wawancara atas proposal ajuan dananya (analisis usaha). Setelah

ditentukan, kemudian bagi mereka yang diterima sebagai anggota

MiSykat, diundang untuk hadir ditampat yang telah ditentukan

(mesjid), untuk pengesahan menjadi anggota MiSykat, pembentukan

majelis dan peresmian majelis. Adapun bagi mereka yang ditolak maka

diberikan surat pemberitahuan bahwa mereka tidak diterima menjadi

anggota MiSykat. Bagi anggota yang baru, dana bergulir dapat

diajukan ke MiSykat setelah mengikuti pendampingan 8 kali pertemuan

dengan pola 2-2-1.

9) Bagaimana pola pendampingan MiSykat?

Pola pendampingan yang dilakukan adalah pembinaan secara rutin

kepada kelompok sepekan sekali. Pembinaan berdurasi selama 1jam

dan bertempat di rumah anggota berdasar musyawarah anggota, bisa

tetap bisa bergiliran. Adapun aspek pembinaan mencakup perubahan

karakter dalam satu kelompok dengan entry point simpan pinjam.

10) Apa saja indikator keberhasilan program MiSykat?

Indikator keberhasilan program meliputi : adanya peningkatan

penghasilan ekonomi rumah tangga; adanya peningkatan asset

majelis; adanya kesinambungan asset program; adanya produktifitas

ekonomi anggota; adanya peningkatan akumulasi tabungan anggota;

perubahan karakter dan paradigma berfikir anggota; terbentuknya

kelompok usaha mikro di majelisnya dan lahirnya muzakki.

11) Apa ekspektasi dari program pendampingan terkait dengan

kurikulum pendidikan yang sepertinya mempertimbangkan tiga

aspek pengembangan pengetahuan, keterampilan dan penanaman

nilai?

Benar sekali, ada tiga aspek yang kita sentuh dalam kurikulum seperti

yang anda katakan tadi. Dari aspek pengetahuan, paling tidak anggota

tahu tentang definisi, tata cara, dan keuntungan menabung. Dari

materi pengembangan keterampilan diharapkan anggota mampu

mempunyai keterampilan mengatur dan memenej anggaran keuangan

rumah tangga. Seorang kepala keluarga harus dapat membuat jadwal

prioritas pembelanjaan kebutuhan pokok secara tertib sesuai dengan

kemampuan usahanya. Kalua aspek nilai, mungkin lebih kepada

penanaman pengetahuan keislaman yang semoga berimbas dengan

karakter pribadi anggota.

12) Bagaimana pengelolaan majelis binaan yang lokasinya jauh?

Yang akan anda teliti misalnya, yaitu majelis al-Amanah di daerah

Kabupaten Bandung. Sistem pengelolaan di sana diawasi oleh mitra,

berada di bawah tanggung jawab seorang pengurus MiSykat sebagai

koordinator program di wilayah IV Kabupaten Bandung. Dalam

pelaksanaan kegiatan, koordinator bekerjasama dengan mitra dengan

diawali pemberitahuan kepada pihak berwenang di kelurahan

setempat. Bentuk kerjasama antara koordinator dengan mitra adalah

kegiatan koordinasi dalam perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan

pelaporan.

13) Kendala apa yang menghambat pelaksanaan program MiSykat.

Jika ada, upaya apa yang dilakukan?

Kendala yang lahir biasanya adalah kredit macet dana bergulir.

Seandainya hal ini terjadi maka MiSykat melakukan langkah-langkah

secara bertahap meliputi home visit dan musyawarah anggota;

menggunakan akumulasi iuran anggota seluruhnya; menggunakan

tabungan cadangan; membuat MoU baru ataupun menggunakan

tabungan berencana milik anggota masing-masing.

14) Kalau peluangnya seperti apa?

Mungkin banyak potensi lain yang bisa dikembangkan baik dari

individu anggota ataupun potensi di lingkungannya. Karena secara

akademis belum ada yang meneliti majelis al-Amanah, maka saya

harap anda mampu menganalisa potensi-potensi yang bisa jadi

peluang untuk pelaksanaan program yang lebih baik di masa yang

akan datang.

15) Bagaimana administrasi keuangan dan pola pemberian dana

bantuan?

Sistem administrasi keuangan program dikelola terpusat di DPU

Daarut Tauhid Bandung sebagai lembaga pusat penerima dana-dana

zakat, infaq dan shadaqoh dari para donor dan muzakki khususnya dan

kaum muslimin pada umumnya. Bantuan dana awal dianggarkan

secara langsung oleh MiSykat, bantuan selanjutnya berdasakan

permintaan anggota sesuai dengan plafon anggaran lembaga dengan

pertimbangan evaluasi pendampingan pada pemberian dana awal.

16) Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program?

Yang terlibat dalam pelaksanaan program adalah para pengurus

MiSykat, mitra, pendamping serta anggota binaan di beberapa majelis.

17) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan program?

Program ini idealnya 3 tahun, dalam artian anggota majelisnya mandiri.

Tahun pertama level pemula, tahun kedua level mandiri dan tahun

ketiga level kader.

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKAT

Nama : Ahmad Juhri

Umur : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SLTA

Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat Rumah : Desa Margahurip Rt/Rw 05/09 Banjaran

Hari/Tanggal : Sabtu/16 Agustus 2008

1. Bagaimana gambaran hubungan antara MiSykat dengan mitra?

Mitra itu adalah orang yang dipilih oleh MiSykat untuk mengelola

anggota di salah satu majelis binaan.

2. Bagaimana pola rekrutmen mitra dan apa syarat yang harus

dipenuhi untuk menjadi mitra?

Maksudnya kenapa saya terpilih gitu? Jadi dulu saya adalah orang

yang mengkoordinir dana zakat dari tempat saya bekerja yaitu PT.

Panasia. Mungkin karena seringnya saya bulak-balik DPU,

kemudian mereka berinisiatif untuk mengangkat saya menjadi

mitra kerja.

Adapun syaratnya....Mungkin kita diberi pelatihan dulu dari DPU.

3. Jenis pelatihan seperti apa yang anda dapatkan?

Waktu itu saya di beri training selama 1 minggu di DPU. Materi

training meliputi pengenalan tentang program-program DPU serta

cara pengumpulan dana dari muzakki.

4. Apa tugas pertama Bapak setelah terpilih menjadi mitra?

Ya mencari anggota untuk mendapatkan dana zakat. Saya lihat

banyak anggota masyarakat yang layak mendapatkan bantuan, tapi

berhubung DPU membutuhkan 20 orang anggota, maka saya pilih

anggota yang terdaftar sekarang ini yang mendapatkan bantuan.

5. Sejak kapan program bantuan dana MiSykat dilaksanakan di

daerah ini?

Pelaksanaan program pemberdayaan melalui kegiatan

pendampingan di majelis al-Amanah secara efektif dimulai sejak

Agustus 2006

6. Bagaimana persepsi Bapak dan masyarakat tentang MiSykat?

Kami memandang bahwa program pemberdayaan berbasis

syari’ah adalah program yang merupakan kegiatan bantuan sosial

kemanusiaan dari DPU Daarut Tauhid dalam bentuk bantuan dana

usaha bergulir disertai pendampingan pekanan yang berguna

untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

7. Berapa banyak jumlah penyandang masalah kesejahteraan yang

Bapak ketahui di Desa margahurip khususnya wilayah Rt 05?

Tepatnya mungkin saya tidak tahu, tapi sebagian besar warga Rt 05

di sini bisa dikategorikan sebagai mustahiq. Anda bisa lihat dari

kondisi rumah dan lingkungan di sini, sebagaian besar para bapak

bekerja berdagang di kota dan ibunya bekerja rumahan. Ada yang

usaha berdagang ataupun usaha rumahan lainnya seperti membuat

kerupuk.

Saya disuruh untuk mengkoordinir warga sebanyak 20 orang untuk

membuat majelis binaan untuk kemudian mendapatkan bantuan

dana usaha dari DPU.

8. Apakah mayoritas mustahiq di wilayah binaan saudara, telah

mendapatkan bantuan dari MiSykat?

Yang termasuk anggota sejauh ini cuma 20 orang saja.

9. Apakah sudah ada program yang dilaksanakan untuk mengatasi

permasalahan mustahiq di wilayah binaan saudara dari lembaga

swasta?

Sebatas yang saya ketahui tidak ada.

10. Apakah sudah ada program yang dilaksanakan untuk mengatasi

permasalahan mustahiq di wilayah binaan saudara dari lembaga

pemerintah?

Belum ada juga tuh (sambil melirik ke arah istrinya yang mungkin

mengetahui informasi terkait dengan pertanyaan saya).

11. Terkait dengan pola pendampingan, kan ada tiga hal yang menjadi

objek studi pendampingan yaitu pengembangan pengetahuan,

keterampilan dan nilai. Menurut Bapak bagaimana?

Betul. Hal itu tergambar dari materi-materi yang disampaikan.

Pengetahuan tentang tabungan misalnya, semenjak mereka

mengetahui itu, mereka lebih peka terhadap manfaat menabung.

Selain itu, pengetahuan-pengetahuan keagamaan telah mampu

memberikan dampak positif bagi anggota dalam menjalani kegiatan

sehari-hari. Yang menarik mungkin pada pengembangan

keterampilan anggota yang lebih menekankan pada keterampilan

pengorganisasian rumah tangga. Mungkin dari beberapa materi

yang disampaikan, materi pengorganisasian rumah tangga telah

mampu memfasilitasi anggota dalam upaya menambah

keterampilan dalam mengatur keuangan rumah tangga.

12. Keterampilan lain yang pernah diberikan misalnya?

-dengan dibantu oleh istrinya-, beliau mengatakan bahwa dulu

pernah diberikan pelatihan membuat sabun colek, jepit pita rambut

dan membuat payet kerudung. Walaupun pada perkembangannya,

ketiga jenis keterampilan yang diberikan juga tidak bertahan lama.

Hal ini dikarenakan banyak dari anggota yang bedagang diluar

daerah, sehingga tidak mampu melanjutkan kegiatan tersebut.

Sampai saat ini, hanya keterampilan membuat payet kerudung

yang tetap bertahan, itupun anggota yang terlibat yang rumahnya

dekat-dekat rumah saya.

13. Adakah pengalaman menarik dari anggota yang pernah Bapak

alami?

Emmmmm….mungkin dulu pada awal-awal pendampingan pernah

ada seorang Ibu yang datang ke rumah untuk ngadu tentang

masalah pribadinya. Dia berniat untuk keluar dari keanggotaan,

karena kehidupan ekonominya agak bermasalah beberapa bulan

terakhir katanya. Ibu itu bilang untuk ongkos anak-anaknya yang

SMP saja harus pinjam sana-sini, padahal biasanya untuk pergi

sekolah anaknya tinggal pergi, tapi kali ini mesti nunggu dulu

pinjem pada tetangga. Kemudian ibu itu bilang –sambil

membayangkan keadaan pada waktu itu- lebih baik saya keluar

saja dari anggota MiSykat soalnya kehidupan sehari-hari saya tidak

seperti dulu lagi. Saya sudah cape menjalaninya dan malas untuk

ikut-ikutan kegiatan apapun.......". tapi dengan pendekatan oleh

Pak Iwan dari MiSykat, ibu tersebut akhirnya mengurungkan

niatnya itu.

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKAT

Nama : Tini

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : SMP

Jumlah Tanggungan Keluarga : 3 Orang

Pekerjaan :

Pendapatan Perbulan :

Alamat Rumah : Ds. Margahurip RT 01/05

Nama Majelis : al-Amanah

Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2008

1. Darimana saudara/I mengetahui keberadaan program MiSykat?

Dari Pak Ahmad Juhri

2. Persyaratan apa saja yang saudara/I berikan untuk mengikuti program

MiSykat?

Maksudnya…..?Oh, paling ngisi formulir aja.

3. Kegiatan apa saja yang saudara/I ketahui dari MiSykat?

Yaa…ada pengajian. Ya pendampingan aja lah…

4. Apa saja yang saudara/I pelajari dan dapatkan dari program

pendampingan?Jelaskan!

Ya banyak….ada tentang menabung (sambil termenung sebentar),

kemudian juga tentang pengetahuan agama, banyak lah

pokoknya.hehe…..

5. Bagaimana pengaruh pendampingan MiSykat terhadap pengetahuan

saudara/I?Jelaskan!

Pengaruhnya….misalkan dulu gimana ya, saya sulit pisan menabung,

maklum pendapatan juga pas-pasan. Tetapi setelah ikut MiSykat, saya

mengerti tentang menabung, mengerti tentang tabungan berencana dan

saya pun merasakan manfaat setelah mempraktekannya.

6. Jenis pelatihan keterampilan seperti apa yang saudara/I dapatkan dari

pendampingan?Jelaskan!

Yang terakhir membuat payet kerudung. Dulu kan sempat ada

keterampilan membuat sabun colek, tapi tidak berjalan lama ya Pak

(sambil menoleh ke arah Pak Juhri)

7. Apakah pola pembiayaan efektif dan mampu diterima oleh

saudara/I?Apa alasannya? –dilihat dari pola pembiayaan yang harus

melewati beberapa pertemuan dan pola 2-2-1-

Ya nggak apa-apa sih saya mah, kan sudah peraturannya seperti itu.

8. Bagaimana pengaruh besarnya bantuan terhadap penghasilan ekonomi

rumah tangga saudara/I?

Lumayan lah untuk menambah modal.

9. Bagaimana proses pengembalian dana usaha apakah mengalami

hambatan atau tidak?Jelaskan!

Tidak ada. (argumennya kemudian diperkuat oleh keterangan Pak Ahmad

Juhri bahwa majelis al-Amanah adalah majelis yang paling tidak

bermasalah dalam hal pengembalian dana usaha.

10. Adakah saran atau masukan dari saudara/I untuk kelanjutan program?

Yaa….udah cukup lah.

Nama : Entin

Umur :

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : SD

Jumlah Tanggungan Keluarga : 2

Pekerjaan : Dagang

Pendapatan Perbulan : -

Alamat Rumah : Ds. Margahurip RT 01/05

Nama Majelis : al-Amanah

Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2008

1. Darimana saudara/I mengetahui keberadaan program MiSykat?

Dari Pak Ahmad Juhri

2. Persyaratan apa saja yang saudara/I berikan untuk mengikuti program

MiSykat?

Persyaratannya, dulu itu paling mengisi formulir. Lalu ada dari DPU

datang (Survey, pen.), terus langsung ikut pendampingan.

3. Kegiatan apa saja yang saudara/I ketahui dari MiSykat?

Kegiatannya pendampingan aja.

4. Apa saja yang saudara/I pelajari dan dapatkan dari program

pendampingan?Jelaskan!

Banyak Pak ya (sambil meminta konfirmasi dari Pak Ahmad Juhri), belajar-

belajar tentang agama, belajar menabung ke Bank, banyak lah.

5. Bagaimana pengaruh pendampingan MiSykat terhadap pengetahuan

saudara/I?Jelaskan!

Pengaruhnya, setelah ikut MiSykat, saya mengerti tentang tabungan

berencana dan bagaimana menabung di Bank. Dan mungkin saya akan

terus membiasakan menabung.

6. Bagaimana pengaruh kurikulum MiSykat terhadap pengetahuan

keagamaan saudara/I?Jelaskan!

Apa ya...(sambil tersenyum dia mengatakan) dulu saya hanya

mengucapkan kalimat bismillahirrahmanirrahim tanpa tahu bagaimana

menuliskannya. Tapi setelah mengikuti materi pendampingan, saya diajari

bagaimana cara menuliskan kalimat bismillahirrahmanirrahim dengan

menggunakan hurup arab.

7. Jenis pelatihan keterampilan seperti apa yang saudara/I dapatkan dari

pendampingan?Jelaskan!

Dulu sempat ada membuat sabun colek, tapi tidak lama. Saya nya pun

malas, karena warung sering di tinggal-tinggal.

8. Apakah pola pembiayaan efektif dan mampu diterima oleh

saudara/I?Apa alasannya? –dilihat dari pola pembiayaan yang harus

melewati beberapa pertemuan dan pola 2-2-1-

Ya nggak apa-apa, itu kan aturan dari sana nya.

9. Bagaimana pengaruh besarnya bantuan terhadap penghasilan ekonomi

rumah tangga saudara/I?

Untuk nambah-nambah modal Pak (dalam perbincangan itu, suami Ibu

Entin mengomentari tentang dulu yang pernah pinjam modal ke rentenir,

Ibu Entin pun menjelaskan), iya, karena dulu sebelum ada MiSykat, sudah

pinjam modal ke rentenir, bunganya 20% satu bulan, waktu itu saya pinjam

100.000, sebulan kemudian di bayar 120.000.

10. Bagaimana proses pengembalian dana usaha apakah mengalami

hambatan atau tidak?Jelaskan!

Nggak ada lah ya, lancar-lancar aja.

11. Adakah saran atau masukan dari saudara/I untuk kelanjutan program?

Nggak ada lah, udah cukup.

Nama : Engkom

Umur :

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : SMA

Jumlah Tanggungan Keluarga : 2

Pekerjaan : Dagang/Usaha rumahan

Pendapatan Perbulan : -

Alamat Rumah : Ds. Margahurip RT 03/05

Nama Majelis : al-Amanah

Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2008

1. Darimana saudara/I mengetahui keberadaan program MiSykat?

Dari Pak Ahmad Juhri

2. Persyaratan apa saja yang saudara/I berikan untuk mengikuti program

MiSykat?

Persyaratannya apa ya…lupa lagi.hehe…(saya perjelas dengan mengisi

formulir mungkin), ya itu lah.

3. Kegiatan apa saja yang saudara/I ketahui dari MiSykat?

Sekitar pendampingan aja paling juga.

4. Apa saja yang saudara/I pelajari dan dapatkan dari program

pendampingan?Jelaskan!

Ada belajar agama, menabung, ngatur uang rumah tangga, banyak.

5. Bagaimana pengaruh pendampingan MiSykat terhadap pengetahuan

saudara/I?Jelaskan!

Bagaimana ya...mungkin duli itu saya sebelumnya boro-boro mengerti

tentang Islam, membaca al-Quran saja saya tidak bisa. Tapi setelah ikut

MiSykat, jadi tahu apa itu tawakkal, sabar terus bagaimana ekonomi

rumah tangga bisa secara islami gitu. Pengetahuan saya bertambah Pak.

6. Jenis pelatihan keterampilan seperti apa yang saudara/I dapatkan dari

pendampingan?Jelaskan!

Dulu ada keterampilan membuat sabun colek, tapi saya tidak ikut, maklum

rumah saya agak jauh dari Pak Ahmad (Ahmad Juhri, pen.).

7. Apakah pola pembiayaan efektif dan mampu diterima oleh

saudara/I?Apa alasannya? –dilihat dari pola pembiayaan yang harus

melewati beberapa pertemuan dan pola 2-2-1-

Efektif-efektif saja lah..nggak apa-apa, kan supaya sesama anggota lebih

akrab, saling bertanggung jawab.

8. Bagaimana pengaruh besarnya bantuan terhadap penghasilan ekonomi

rumah tangga saudara/I?

Lumayan untuk nambah modal usaha.

9. Bagaimana proses pengembalian dana usaha apakah mengalami

hambatan atau tidak?Jelaskan!

Nggak ada, lancar aja.

10. Adakah saran atau masukan dari saudara/I untuk kelanjutan program?

Sarannya, ditambah lagi dana bantuannya.hehe…..

SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN

Dengan senantiasa mengharap Ridho Allah SWT, saya yang bertanda

tangan dibawah ini :

Nama : M.Oha Khoer M.Pd

Jabatan : Koordinator Program Ekonomi

Bertindak untuk dan atas nama Misykat Dompet Peduli Ummat Daarut Tahuiid

Bandung selanjutnya disebut sebagai pihak kesatu.

Nama :

Alamat :

Bertindak untuk dan atas nama diri sendiri selanjutnya disebut sebagai pihak

kedua

Pihak kesatu dan pihak kedua bersepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu

perjanjian Qordhul Hasan sebagai berikut :

1. Pihak kesatu meminjamkan uang sebesar Rp. ………………..... (………………..

…………………)

2. Pihak kedua dengan ini menyatakan mengaku berhutang kepada pihak

kesatu senilai sebagaimana tercantum pada butir satu perjanjian ini.

3. Jangka waktu pembayaran ialah ….. Pekan yakni mulai tanggal

…...................……..200... sampai dengan tanggal …...................……..200..

4. Cicilan dilakukan setiap pekan pada pertemuan kelompok atau majelis.

5. Besarnya pembayaran cicilan adalah sebesar Rp. ……….....

(……………………. ………........................…)

6. Sesuai dengan ketentuan Misykat maka pihak kedua selain membayar cicilan

pinjaman, wajib membayar tabungan cadangan yang untuk akad ini adalah

sebesar Rp. ………… (…………………………………..) .

7. Pihak kedua menyatakan bahwa pinjaman tersebut hanya akan digunakan

untuk kepentingan pengembangan usaha yang halal dan tidak bertentangan

dengan ketentuan undang-undang di Indonesia.

8. Bila ternyata pada butir 7 (tujuh) perjanjian ini terbukti tidak dilakukan, maka

perjanjian dinyatakan batal dan pihak kedua diwajibkan membayar lunas

sebesar nilai yang tercantum pada butir perjanjian ini.

9. Segala perselisihan berkenaan dengan perjanjian ini akan diselesaikan

dengan cara musyawarah .

10. Bila cara butir 9 (sembilan) perjanjian ini tidak menyelesaikan masalah, maka

akan diselesaikan di Badan Arbitrase Muamalah Indonesia.

Perjanjian ini dibuat pada Bandung,…………………. 200....

Pihak Kesatu Pihak Kedua

M.Oha KhoerM.Oha KhoerM.Oha KhoerM.Oha Khoer ……………….……………….……………….……………….

Saksi I Saksi II

……………….……………….……………….………………. ……………….……………….……………….……………….

FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA

MISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNGMISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNGMISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNGMISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNG