peran transfusi darah terkini pada kegawatdaruratan anak

5
Transfusi darah pada kegawatdararuratan bayi dan anak Nadirah Rasyid Ridha, Dasril Daud Tujuan: 1. Mengetahui kondisi kegawatdaruratan anak yang memerlukan transfusi darah 2. Mengetahui indikasi dan dosis transfusi darah 3. Mengetahui prosedur transfusi darah yang baik dan benar Pendahuluan: Menurut Sibinga, tahun 1995 menyatakan bahwa transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat dan transfusi hanya diberikan berupa komponen darah, pengganti yang hilang atau kurang. Sedangkan menurut Karl Landsteiner (1868- 1943) yang pertama kali menemukan golongan darah ABO yang merupakan perintis transfusi mengemukakan bahwa transfusi darah tidak boleh diberikan kecuali manfaatnya melebihi risikonya. Transfusi darah merupakan prosedur medis yang bersifat life saving pada banyak kondisi sehingga perhatian terhadap keamanan prosedur transfusi darah sangat ketat. Oleh karena itu terapi alternatif dapat digunakan dalam rangka menurunkan tindakan transfusi darah. Kelainan hematologi pada kondisi kegawatdaruratan yang paling sering berupa: anemia dan trombositopenia. 1. Anemia Anemia adalah merupakan masalah utama pasien yang dirawat di intensive care unit karena dapat menyebabkan perburukan kondisi pasien sehingga meningkatkan risiko kematian. Etiologi anemia pada penyakit antara lain: a. Anemia akut - Kehilangan darah yang bersifat akut` - Hemolisis akut b. Perdarahan akut - Penyakit perdarahan - Bukan penyakit perdarahan Indikasi Transfusi Darah (TD): 1. Kadar Hb 2. Kondisi pasien: hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penyakit yang diderita oleh pasien dan risiko transfusi. Berdasarkan delivery oksigen (DO), kadar Hb di bagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Hb sekitar 5 gr/dl : kritis 2. Hb sekitar 8 gr/dl : tolerable 3. Hb sekitar 10 gr/dl : optimal Transfusi mulai diberikan pada saat Hb kritis dan dihentikan setelah mencapai batas tolerable atau optimal . Pada anemia transfusi darah boleh diberikan bila ditemukan tanda-tanda anoksia jaringan berupa sesak, gelisah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar-debar, apati.

Upload: widuri-wulandari

Post on 12-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

transfusi

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Transfusi Darah Terkini Pada Kegawatdaruratan Anak

Transfusi darah pada kegawatdararuratan bayi dan anak

Nadirah Rasyid Ridha, Dasril Daud

Tujuan:

1. Mengetahui kondisi kegawatdaruratan anak yang memerlukan transfusi darah 2. Mengetahui indikasi dan dosis transfusi darah 3. Mengetahui prosedur transfusi darah yang baik dan benar

Pendahuluan: Menurut Sibinga, tahun 1995 menyatakan bahwa transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat dan transfusi hanya diberikan berupa komponen darah, pengganti yang hilang atau kurang. Sedangkan menurut Karl Landsteiner (1868-1943) yang pertama kali menemukan golongan darah ABO yang merupakan perintis transfusi mengemukakan bahwa transfusi darah tidak boleh diberikan kecuali manfaatnya melebihi risikonya. Transfusi darah merupakan prosedur medis yang bersifat life saving pada banyak kondisi sehingga perhatian terhadap keamanan prosedur transfusi darah sangat ketat. Oleh karena itu terapi alternatif dapat digunakan dalam rangka menurunkan tindakan transfusi darah.

Kelainan hematologi pada kondisi kegawatdaruratan yang paling sering berupa: anemia dan trombositopenia.

1. Anemia Anemia adalah merupakan masalah utama pasien yang dirawat di intensive care unit karena dapat menyebabkan perburukan kondisi pasien sehingga meningkatkan risiko kematian. Etiologi anemia pada penyakit antara lain: a. Anemia akut

- Kehilangan darah yang bersifat akut` - Hemolisis akut

b. Perdarahan akut - Penyakit perdarahan - Bukan penyakit perdarahan

Indikasi Transfusi Darah (TD):

1. Kadar Hb

2. Kondisi pasien: hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penyakit

yang diderita oleh pasien dan risiko transfusi.

Berdasarkan delivery oksigen (DO), kadar Hb di bagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Hb sekitar 5 gr/dl : kritis 2. Hb sekitar 8 gr/dl : tolerable 3. Hb sekitar 10 gr/dl : optimal

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb kritis dan dihentikan setelah mencapai batas tolerable atau optimal . Pada anemia transfusi darah boleh diberikan bila ditemukan tanda-tanda anoksia jaringan berupa sesak, gelisah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar-debar, apati.

Page 2: Peran Transfusi Darah Terkini Pada Kegawatdaruratan Anak

Pada kondisi tersebut jenis darah yang ditransfusikan adalah PRC (Packed Red Cells) PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama penyimpanan, atau dengan sentrifugasi. 2/3 dari plasma dibuang. 1 unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml. Daya pembawa oksigen 2 -3 kali lebih besar dari satu unit darah lengkap.

Ada beberapa keuntungan menggunakan PRC antara lain:

1. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal

2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.

3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.

4. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.

5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat menjadi komponen-

komponen yang lain.

Dasar perhitungan sampel darah yang akan diberikan:

Volume eritrosit 30 cc/kg bb Hb 15 g/dl

2 cc eritrosit/kg bb setara Hb 1 g/dl

- Darah (whole blood) dari Dinas Transfusi Darah 30% eritrosit.

3 kali lebih banyak 3 X 2 = 6 cc/kg bb

untuk menaikkan Hb 1 g/dl

- PRC mengandung 60- 70% eritrosit (yang paling sering digunakan)

untuk menaikkan Hb 1 g/dl 3 cc/kg bb

Transfusi pada bayi

Neonatal RBC Transfusion Guidelines

(College of American Pathologist)

Hb 7 g/dl or Ht ≤ 20%

Hb 8 g/dl or Ht ≤ 25% and any the following conditions:

- apnea/bradycardia ≥ 10 episodes/24 hours or

≥ 2 episodes requiring bag-mask ventilation

- tachycardya > 180 beats/min or tachypnea > 80 breaths/min.

- cessation of adequate weight gain x 4 days (≤ 10 g/d)

Page 3: Peran Transfusi Darah Terkini Pada Kegawatdaruratan Anak

- mild RDS with FiO2 0.25 to 0.35

Hb 10 g/dl or Ht ≤ 30% with moderate RDS + FiO2 > 0.35

Hb 12 g/dl or Ht ≤ 35% with:

- severe RDS requiring mechanical ventilation

- severe CHD (cyanosis or heart failure)

Acute blood loss with shock 40%

2. Trombositopenia Trombositopenia bila kadar trombosit kurang dari 150.000/ul. Adapun tujuan transfusi trombosit adalah mengontrol atau menghentikan perdarahan. Respon transfusi trombosit berupa keadaan klinis dalam hal ini perdarahan sudah berhenti adalah lebih penting daripada peningkatan kadar trombosit. Pedoman transfusi trombosit pada anak: a. Menjaga kadar trombosit lebih atau sama dengan 100.000/ul pada

perdarahan SSP atau direncanakan tindakan operasi SSP b. Manjaga kadar trombosit lebih atau sama dengan 50.000/ul jika terdapat

perdarahan aktif atau akan menjalani operasi mayor c. Sebagai transfusi profilaksis pada pasien dengan kadar trombosit 5-

10.000/ul. Dosis dan cara pemberian trombosit konsentrat

Dosis trombosit untuk anak adalah 5-10 ml/kgBB yang diharapkan dapat menaikkan kadar trombosit sebanyak 50.000/ul. Cara lain dengan perhitungan 0,2 unit/kgBB menaikkan kadar trombosit 50.000/ul. Cara pemberian: konsentrat trombosit dapat dikumpulkan sebelum ditransfusikan kepada pasien dan harus segera ditransfusikan tak lebih dari 4 jam. Sebaiknya selesai diberikan dalam waktu 20 menit. Sebelum mentransfusikan trombosit sebaiknya dilakukan priming menggunakan cairan fisiologis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan transfusi darah:

1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi

2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan

3. Label darah yang akan dimasukkan

4. Golongan darah klien

5. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)

6. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak)

7. Jangan menggunakan darah yg tersisa dlm kantong untuk transfusi

berikutnya

8. Setelah 4 jam transfusi, PRC yg msh tersisa tidak boleh digunakan lagi

Page 4: Peran Transfusi Darah Terkini Pada Kegawatdaruratan Anak

9. Bila pasien masih memerlukan transfusi lagi harus menggunakan darah

dalam kantong yang baru

10. Sebaiknya menggunakan blood set standar dengan filter (170-260 um) untuk

menyaring bekuan dan agregat

11. Blood set diganti setelah pemakaian 3-4 unit atau setelah 12 jam

12. Obat-obatan & cairan infus tak boleh dicampur dalam satu kantong kecuali

NaCl 0.9%

13. Hindari kemungkinan pencemaran terhadap infeksi dengan menjaga kantung

darah tetap utuh

14. Bila terjadi reaksi transfusi segera hentikan dan lakukan penelusuran lanjut

Persiapan Pasien

1. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi yang akan dilakukan (informed

consent)

2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang kemungkinan terjadi dan

pentingnya melaporkan reaksi dengan cepat kepada perawat atau dokter

3. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan

untuk pemberian tranfusi

4. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan dan berikan

normal saline terlebih dahulu

5. Pastikan produk darah pasien sudah teridentifikasi lengkap

Daftar Pustaka

1. Athar MK, Puri N, Gerber DR, Anemia and Blood Transfusions in critically

Ill patients, Journal of Blood Transfusion, 2012

2. Clelland DBL. Handbook of transfusion medicine, edisi ke-4. United

Kindom blood services.2007Klein HG. History of blood transfusion in:

Winslow RM. Blood substitues. Department of Bioengineering, University

of California, 2006; 17-31

3. Contreras M. ABC of transfusio, edisi ke 4, Royal Free & University

College Hospitals Medical School London, UK and Blood Transfusion

International, 2009; 54-60

4. Murphy MF, Pamphilon DH. Practical transfusion Medicine, edisi ke-3.

2009;308-326

5. Galley HF. Critical care focus 8 blood and blood transfusion, Senior

Lecturer in Anaesthesia and Intensive Care, University of Aberdeen, 2002;

1-13

6. Kasat K, Hendricks KD, Mally PV. Neonatal red blood cell transfusions:

seraching for better guidlines. Blood transfuse. Jan 2011; 9(1): 86-94

7. Retter A, Wyncoll D, Pearse R, Carson D, Kechnie S, Stanworth S, et al.

Guidelines on the management of anaemia and red cell transfusion in

adult critically ill patients, British Journal of Haematology, 2013, 160,445–

464

Page 5: Peran Transfusi Darah Terkini Pada Kegawatdaruratan Anak

8. Seebar P, Shandr A. Basics of blood management, edisi ke-1, Department

of Anesthesiology, Germany, 2007; 243-63

9. Vincent JL, Baron JF, Reinhart K, Gattinoni L, Thijs L, Webb A, et al.

Anemia and blood transfusin in criticall ill patient, JAMA, 2002, vol 288 No

12, 1499-1507.