peran peer counselor dalam rehabilitasi korban...

122
PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN NAPZA DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA “GALIH PAKUAN” BOGOR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Disusun Oleh: Nurjanah NIM. 1110052000026 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/ 1435 H

Upload: ngothuy

Post on 13-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN NAPZA

DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA “GALIH PAKUAN” BOGOR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh:

Nurjanah

NIM. 1110052000026

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/ 1435 H

Page 2: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat
Page 3: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat
Page 4: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Agustus 2014

Nurjanah

NIM. 1110052000026

Page 5: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

ABSTRAK

Nama: Nurjanah

NIM.1110052000026

Peran Peer Counselor dalam Rehabilitasi Korban NAPZA di Panti Sosial

Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Proses rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA merupakan upaya

kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non-medis,

psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita

ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.

Dalam mencapai tujuan dari proses tersebut dibutuhkan suatu layanan bantuan

berupa peran peer counselor. Hal ini didasari bahwa tidak semua klien yang

mengikuti program rehabilitasi memiliki masalah yang sama (walaupun sama-

sama pengguna). Adanya peer counseling tersebut tentunya memiliki beberapa

tujuan yang hendak dicapai, dasar komunikasi dalam peran peer counselor, dan

keberhasilan yang dicapai dalam peer counselor. Panti Sosial Pamardi Putra

(PSPP) “Galih Pakuan” Bogor merupakan panti sosial yang mengadakan program

TC rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan NAPZA.

Dari uraian di atas, maka penulis dalam penelitian ini mengkaji mengenai

peran peer counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA di PSPP “Galih Pakuan”

Bogor. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan metode

pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan pengamatan.

Sedangkan analisis data menggunakan teknik triagulasi.

Hasil dari penelitian ini yaitu peran peer counselor dalam proses

rehabilitasi korban NAPZA merupakan bagian integral dalam program pemulihan

bagi residen di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Dalam proses rehabilitasi

kebanyakan residen tidak bisa diharapkan untuk menyelesaikan masalahnya

sendiri dan mereka tidak mengetahui kelemahan dan kekuatan/ kelebihan mereka

sendiri. Sehingga diperlukanlah suatu upaya bantuan guna membantu residen

dalam proses pemulihannya, yaitu salah satunya dengan mereka memiliki peran

peer counselor. Hal ini dapat terlihat dari harapan dan tujuan peran peer counselor

yang sejalan dengan upaya rehabilitasi terutama mengarah pada aspek psikologis

dan sosial. Peran peer counselor juga disediakan sesuai dengan kebutuhan residen

selama mengikuti rehabilitasi sehingga mempermudah residen dalam

menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat. Sedangkan

pada pendekatan peer counseling yang digunakan adalah peran peer counselor.

Kata Kunci: Peran Peer Counselor, Korban NAPZA, Rehabilitasi Korban NAPZA

Page 6: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

i

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji

syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah membimbing saya

dengan petunjuk-petunjuk-Nya, sebagaimana terkandung dalam Al-Qur‟an dan

sunnah. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW, dan kepada seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan

banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnya saya mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A selaku Rektor Universitas

Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Dr. Arief Subhan, M.A selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Untuk kedua orang tua ku, aku bersyukur telah dilahirkan kedunia ini.

Terima kasih telah memberikan semuanya, merawat, membesarkan,

menyayangi, mendidik, menyekolahkan, memotivasi, memberi

masukan, dan lain sebagainya yang tak terhingga sampai-sampai tidak

bisa terucapkan oleh kata-kata. Suatu saat pasti akan aku buktikan, aku

bisa berdiri tegak dengan kedua kakiku sendiri, dengan segala apa

Page 7: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

ii

yang telah engkau ajarkan kepadaku, semoga bapak umi selalu

diberkahi oleh Allah SWT dan bahagia dunia akhirat.

6. Ibu H. Dr. Elidar Husein, MA selaku pembimbing skripsi peneliti yang

tanpa beliau mungkin skripsi ini hanya menjadi setumpuk kertas yang

tidak berharga. Betapa beliau sungguh bersabar, rendah hati, terbuka,

mendidik peneliti dengan baik, membimbing dengan bijaksana,

memberikan segudang ilmunya, menyediakan waktunya, memberikan

peneliti kesempatan untuk mencoba hal-hal baru, dan segala halnya

yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa

memberikan Ibu yang terbaik, seperti ibu memberikannya kepada saya.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

umumnya dan khususnya dosen dan staff pengajar pada jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Juga kepada Civitas Akademik

FIDKOM yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman

selama saya menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak Iwan selaku Sekretaris PSPP. Terima kasih untuk kesan

pertama yang terbuka, untuk pintu PSPP yang selalu terbuka lebar

untuk saya, untuk semua pengalaman, ilmu, kesabaran, bapak dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang kadang membingungkan.

Terimakasih ya pak. Semoga Allah senantiasa memudahkan segala

urusan bapak dan selalu Allah jaga keluarga bapak menjadi keluarga

yang selalu harmonis.

9. Bapak Ahmadin S.Pd.i.M.Si, Ibu Sumi, Bapak Supri, Ustad Asep dan

seluruh pihak Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”-Bogor yang

Page 8: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

iii

telah memberikan izin dan banyak membantu penulis dalam penelitian

ini hingga dapat berjalan baik dan lancar.

10. Sahabat-sahabat saya, Juayriah, Siti Choirunnisa, Elva Ristiawan,

Dewi Haneh dan Meylia Cahyaningrum. Terimakasih untuk segalanya,

bahagia itu sederhana “aku dan sahabatku” saling berbagi cerita dan

kita berbuat kekonyolan. Teruntuk Syarif Hidayatullah saya

sebenarnya bingung memanggil dia teman atau sahabat, mungkin bisa

dikatakan lebih dari kedua-dua nya hehe, terimakasih banyak atas

support yang diberikan, selalu menyisihkan waktumu, telah menemani

selama penelitian berlangsung. Tiada kata yang bisa terucap selain

syukron katsiran ya habibi.

11. Temen-temen BPI seperjuangan Siti Nurlaila Awaliyah, Haula

Sofiana, Sabatini Ayu Sentani, Sri Mulyanti dkk, terimakasih kalian

sudah menjadi teman-teman seperjuangan yang solid, canda tawa telah

kita lakukan di dalam kelas yang ramai dengan suara-suara emas

meskipun jika sedang terhening disaat diskusi karna bingung mau

ngomong apa hehe.. sukses terus untuk kita semua.

12. Untuk keluarga besarku Mang Arip, Umi Uhah, Umi Titim, K.H. Adit,

Umi Euroh, Umi „Ae, yang memberikan motivasi, do‟a dan kasih

sayang kepada saya. dan Adeku Rifqi Anshori, Syahrul Hidayat yang

selalu membuat saya termotivasi untuk bisa mandiri dan terus

melangkah menggapai masa depan.

Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

Page 9: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

iv

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, saya

mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan

yang terbaik untuk kita semua. Akhirnya kepada-Nyalah saya serahkan

segala urusan ini. Saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum

sepenuhnya sempurna.

Jakarta, 22 Agustus 2014

Nurjanah

NIM. 1110052000026

Page 10: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATAPENGANTAR..................................................................................... ............ i

DAFTAR ISI................................................................................................... ............ v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 9

D. Metodologi Penelitian .......................................................................... 10

E. Teknik Penulisan .................................................................................. 15

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 15

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Peran.................................................. ..................................... 19

1. Pengertian Peran ............................................................................ 19

2. Bentuk dan Macam-macam Peran................................................. 20

3. Tujuan dan Manfaat Peran ............................................................ 23

B. Peran Peer Counselor dan Peer Counseling ... .................................... 23

1. Peer Counselor .............................................................................. 23

Page 11: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

vi

2. Peer counseling ............................................................................. 25

3. Komunikasi Dalam Peer Counseling ............................................ 27

C. Rehabilitasi Sosial ............................................................................... 30

1. Pengertian rehabilitasi ................................................................... 30

2. Tujuan dan sasaran rehabilitasi sosial ........................................... 31

3. Proses rehabilitasi sosial................................................................ 32

D. Korban NAPZA................................................................................... 36

1. Pengertian korban NAPZA ........................................................... 36

2. Pengertian NAPZA ....................................................................... 41

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya .............................................................................. 52

B. Visi, Misi, Moto ................................................................................. 52

1. Visi ............................................................................................... 52

2. Misi .............................................................................................. 53

3. Motto ............................................................................................ 53

C. Tugas Pokok Panti Sosial Pamardi Putra”Galih Pakuan” Bogor ....... 53

1. SDM (Sumber Daya Manusia) pelaksanaan dan peserta ............. 54

2. Tujuan, waktu pelaksanaan kegiatan, maklumat, pelayanan

dan indikator................................................................................. 55

D. Metode Pelayanan Rehabilitasi Sosial di PSPP “Galih Pakuan”

Bogor .................................................................................................. 57

1. Tahap penerimaan .................................................................. 57

2. Tahap klasifikasi .................................................................... 57

Page 12: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

vii

3. Tahap pembinaan dan pembimbing ....................................... 58

4. Pembinaan lanjut .................................................................... 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Identitas Informan dan Subjek Penelitian .......................................... 66

1. Informan penelitian ...................................................................... 66

2. Terbimbing/ subjek penelitian ..................................................... 68

B. Analisis Hasil Temuan ....................................................................... 74

1. Peran Peer Counseling terhadap korban NAPZA ........................ 74

2. Komunikasi dalam peer counseling ............................................. 84

3. Manfaat yang di dapatkan peer counselor setelah

melaksanakan perannya di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan” Bogor ............................................................................. 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 92

B. Saran ..................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 95

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Interaksi triadik antara konselor ahli dengan konseli ................................ 28

Tabel 2 Subjek pekerja PSPP “Galih Pakuan” Bogor ............................................ 66

Tabel 3 Subjek berdasarkan agama ........................................................................ 68

Tabel 4 Terbimbing berdasarkan usia .................................................................... 68

Page 13: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

viii

Tabel 5 Terbimbing berdasarkan jenis NAPZA ..................................................... 69

Tabel 6 Terbimbing berdasarkan pendidikan ......................................................... 69

Tabel 7 Subjek penelitian ....................................................................................... 70

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Pelayanan dan Rehabilitasi Korban NAPZA di dalam PSPP

“Galih Pakuan”-Bogor ................................................................................................. 60

Gambar 2 Proses pelayanan ..................................................................................... 61

Gambar 3 Lanjutan .................................................................................................. 62

Gambar 4 Lanjutan .................................................................................................. 63

Gambar 5 Lanjutan .................................................................................................. 64

Gambar 6 Struktur organisasi PSPP “Galih Pakuan” Bogor ................................... 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Transkip Wawancara

2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

4. Dokumentasi

Page 14: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

1

BAB I

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang, bangsa-bangsa di dunia sedang berada

dalam alam modernisasi. Tentu saja hal tersebut membawa dampak yang

sangat besar bagi perjalanan kehidupan hampir seluruh negara-negara

berkembang termasuk negara Indonesia. Sebagaimana dampaknya dapat

dilihat dari pola kehidupan masyarakat sehari-hari.1

Perubahan yang terjadi di masyarakat modern ditandai dengan

perkembangannya kapitalisasi di berbagai bidang kehidupan. Terjadi

pergeseran nilai, selera, dan gaya hidup kearah yang lebih beorientasi pada

sifat konsumeris, individualis, keduniawian yang mudah menimbulkan

frustasi, ketegangan jiwa, stress dan kecemasan diri.

Dalam suasana ketegangan, konflik dan tekanan pikiran batin yang

tidak terdamaikan seringkali penyelesaian yang ditempuh adalah dengan

jalan pintas, yakni dengan mengkonsumsi adiksi obat. Dan dimulai

dengan menggunakan pil tidur sebagai obat penenang sampai

mengkonsumsi NAPZA.

Di tengah-tengah kegalauan itu remaja, mereka menginginkan lari

dari masalah dan hidup nikmat maka dengan cara yang instant, mereka

terperangkap oleh NARKOBA. Narkoba adalah bagian dari khamr yang

telah banyak dinyatakan dalam al-Qur’an yakni:

1Agoes Dariyo, Psikologi Perkrmbangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet-

1, h. 14

Page 15: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

2

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang

khamar dan judi. Katakanlah, “pada keduanya terdapat dosa besar dan

beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada

manfaatnya. (QS. Al-Baqara: 219)2

Beberapa masalah yang menjadi masalah putra-putri generasi muda

kita sekarang ini. Masalah-masalah tersebut adalah :3

1. Ketidakpastian masa depan.

Sebagian besar putra-putri kita tidak memiliki kejelasan

masa depan. Akan menjadi apa besok tidak dapat

mengetahuinya. Tak ada sekolah yang menjamin kerja

alumninya kecuali sejumlah lembaga pendidikan tertentu yang

jumlahnya sangat sedikit.

2. Persaingan hidup yang semakin ketat

Kita lihat fenomena ketika dibuka lowonga kerja. Satu

peluang bisa diperebutkan oleh ratusan bahkan ribuan orang.

3. Beban seksual dan narkoba.

Maksud hati pengin menikah tetapi belum bekerja,

akibatnya tertunda. Padahal seiring dengan meningkatnya nilai

gizi dan berbagai rangsangan seksual, putra-putri kita semakin

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, ( Jakarta: CV. Bayan Qur’an,

2009), h. 34 3 Dr. Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), (Bandung: cv. Mandar

Maju, 2007), h.232-233

Page 16: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

3

cepat dewasa secara seksual, tetapi untuk melampiaskannya

harus menanti punya pekerjaan lebih dulu. Umur 9 tahun sudah

mimpi basah/haid pertama, untuk melampiaskannya menanti

sampai umur 30 tahun karena baru dapat pekerjaan. Bayangkan

21 tahun harus ngempet. Mana tahan, amat berat.

4. Iseng-iseng sebagai remaja

Banyak anak puber dan adolesens yang menggunakan

bahan narkotika oleh keisengan. Anak-anak muda tersebut

mencoba-coba memakainya, didorong oleh rasa ingin tahu; atau

karena diolok-olok kawan sebaya, sehingga ikut-ikutan meniru.

Dari langkah permulaan yang iseng, kemudian jadi kebiasaan

dan kecanduan yang kronis.4

5. Salah satu cara pemberontakkan (jiwa remaja)

Ketika pada usia puberitas dan adolesenis mereka

dihadapkan pada macam-macam kesulitan hidup dan konflik-

konflik jiwani, maka hati pengecutnya mendorong mereka untuk

melarikan diri dari setiap kesulitan hidup. Mereka lalu

menggunakan ganja, morphine, dan bahan narkotika lainnya

sebagai alat “penenang” bagi ketakutan dan kerisauan hatinya.

Lebih-lebih jika mental yang labil dan lemah pada saat kritis

semasa puberitas dan adolesensi itu mendapatkan stimuli ekstern

4 Dr. Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), (Bandung: cv. Mandar

Maju, 2007), h.232-233

Page 17: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

4

yang buruk. Atau mendapatkan tekanan dan paksaan-paksaan

dari luar yang bertujuan dengan sengaja merusak moral dan

jasmani generasi anak muda, dengan tujuan subversive dan

kriminal. Maka korban-korban dari narkotika ini bertambah

dengan cepat sekali; dan dibanyak negara diperkirakan

pertambahannya bergerak diantara 30%-100% setiap tahunnya.

Siswa yang memiliki masalah akan lebih mudah berdiskusi dan

bertanya kepada teman yang berkemampuan lebih (konselor). Model ini

juga dapat menghindari kefrustrasian siswa yang menyukai tantangan

(bagi siswa yang akan berperan sebagai konselor), karena siswa tersebut

mendapat tantangan yang lebih banyak untuk membantu teman lainnya

yang kurang mampu memecahkan masalahnya sendirian. Dia merasa

mendapatkan kepercayaan dan perhatian sehingga merasa lebih

diberdayakan. Perasaan semacam ini diharapkan dapat memacu dan

menumbuhkan semangat untuk berprestasi yang lebih baik, sehingga

muncul konselor-konselor sebaya yang berkompeten.5

Anak yang kebanyakan sudah menganggap dirinya sebagai pribadi

yang dewasa pun, tidak jarang menghadapi permasalahan-permasalahan

hidup. Hal ini disebabkan karena pada hakekatnya, manusia hidup selalu

dihadapkan pada masalah-masalah tertentu, baik itu termasuk ke dalam

kategori ringan, sedang, ataupun berat.

5 http://raneebk.blogspot.com/2011/06/konselor-sebaya-peer-counseling-untuk.html,

Dikutip pada hari kamis 01-09-2014

Page 18: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

5

Manusia mengaggap bahwa hubungan dengan teman sebaya (peer

counselor) menjadi bertambah penting dan selanjutnya lebih banyak

memberikan pengaruh dalam berbagai aspek perkembangannya. Pada

masa remaja, mereka membentuk kelompok-kelompok dengan efektifitas

yang lebih terarah dan bertujuan. Misalnya Kelompok Ilmiah Remaja

(KIR), olah raga, seni dan sebagainya. Pada saat remaja berinteraksi

dengan kelompok ini, mereka dapat melihat sejauh mana nilai-nilai yang

ada didalam kelompok dapat diikuti. Selain itu, remaja juga mendapatkan

kesempatan untuk memainkan berbagai macam peranan, yaitu sebagai

pemimpin, anggota, deviant, ataupun sebagai conformist. Adanya nilai dan

norma tingkah laku dalam kelompok dapat memberikan kesempatan

kepada remaja untuk dapat memperoleh berbagai perspektif mengenai

nilai dan sikapnya sendiri.

Pada prinsipnya hubungan teman sebaya, sangatlah berarti penting

bagi kehidupan. Selaras dengan uraian diatas, Piaget dan Sullivan (1976)

menyatakan bahwa melalui hubungan teman sebaya remaja belajar tentang

hubungan timbal balik yang simetris. Remaja mempelajari prinsip-prinsip

kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan teman

sebaya, mereka juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan

dan perspektif teman sebaya (peer counselor) dalam rangka memuluskan

integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan.

Dalam perkembangannya, tak selamanya masalah-masalah yang

datang tersebut selalu bisa diselesaikan sendirian oleh anak yang

bersangkutan. Adakalanya terdapat masalah-masalah tertentu yang tidak

Page 19: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

6

bisa dipecahkan sendirian, melainkan membutuhkan bantuan dari orang

lain untuk membantu memecahkannya. Kelompok sebaya, bagi anak

sebagai individu, penting sekali untuk membantu anak belajar menemukan

identitas diri termasuk di dalamnya pemecahan masalah. Kelompok

sebaya, akan membantu anak sebagai individu untuk menjadi intermediasi

agar tujuan anak yang bersangkutan dapat tercapai, sehingga terjadilah

suatu alur kehidupan yang positif.

Peran peer counselor adalah langkah awal residen mendapatkan

kesempatan untuk memainkan berbagai macam peranan, yaitu sebagai

pemimpin, anggota, deviant, ataupun sebagai conformist. Adanya nilai dan

norma tingkah laku dalam kelompok dapat memberikan kesempatan

kepada remaja untuk dapat memperoleh berbagai perspektif mengenai

nilai dan sikapnya sendiri. Itu semua dapat membantu perubahan tingkah

laku residen korban NAPZA, serta untuk menentukan keberhasilan dari

program rehabilitasi guna memberikan kesembuhan korban dari

ketergantungan obat, karena dengan residen punya peran untuk menjadi

konseling teman sebayanya (peer counseling) yang baik, dan seseorang

mampu memposisikan dirinya untuk menjalani segala tahap-tahap dalam

program rehabilitasi. Penyesuaian diri korban NAPZA dalam rehabilitasi

juga dapat menjadi tinjauan untuk melakukan proses bimbingan dan

penyuluhan dalam tahap-tahap rehabilitasi, dimana seorang penyuluh atau

pembimbing harus bisa melihat korban dapat merespon dengan baik atau

tidak ketika mereka menjalani pembinaan fisik, mental, sosial, agama, dan

keterampilan. Maka peer counselor (konseling teman sebaya) dalam

Page 20: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

7

rehabilitasi korban NAPZA sangat perlu diperhatikan demi keberhasilan

proses rehabilitasi.

Oleh karena itu, banyak masyarakat mendirikan panti-panti

rehabilitas, seperti Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan-Bogor”,

disamping dapat mendatangkan pendapatan dan disisi lain juga merupakan

upaya rehabilitasi terhadap pemakai NAPZA. Sebagaimana langkah-

langkah para ahli psikologi. Mencoba mencari solusi dalam

penanggulangan korban penyalahgunaan NAPZA yang akhirnya

memerlukan suatu pemikiran dalam menetapkan upaya-upaya mengatasi

berbagai permasalahan remaja korban penyalahgunaan NAPZA.

Untuk mengantisipasi lebih parahnya kasus penyalahgunaan

NAPZA, dibutuhkan kerja sama yang sinergis antara institusi pendidikan,

aparat penegak hukum, lingkungan, termasuk disini orang tua dan generasi

muda. Untuk itulah berdasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik

untuk menulis proposal penelitian dengan judul “Peran Peer Counselor

Dalam Rehabilitasi Korban NAPZA Di Panti Sosial Pamaradi Putra

“Galih Pakuan” Bogor.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka

peneliti membatasi masalah sebagai berikut: Batasan masalah

dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian

pada peer counselor kepada teman sebayanya agar saling

Page 21: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

8

mendukung untuk bertingkah laku lebih baik dan aktif berbicara

serta mendukung proses pemulihan korban NAPZA dengan bentuk

saling memahami masalah teman sebayanya pada korban NAPZA

akan tetapi tidak lepas dari bimbingan pekerja sosial (PEKSOS) di

Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan-Bogor, Putat Nutug”

agar tidak melebar jauh dan penelitian ini dapat difokuskan untuk

memperoleh data-data yang valid dan dapat dipertanggung

jawabkan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang ini sebagaimana yang diuraikan

diatas, dalam pembahasan selanjutnya agar lebih mengarah dan

mencapai hasil yang maksimal, maka penulis mengambil alternatif

dari rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah peran peer counselor dalam rehabilitasi

korban NAPZA di PSPP “Galih Pakuan-Bogor?

b. Apa sajakah dasar-dasar komunikasi yang di terapkan

oleh peer counselor dalam rehabilitasi korban Napza di

Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor?

c. Manfaat apa yang di dapatkan peer counselor setelah

melaksanakan perannya di Panti Sosial Pamardi Putra

“Galih Pakuan” Bogor?

Page 22: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui peran peer counselor dalam rehabilitasi

korban NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih

pakuan” Putat Nutug-Bogor.

b. Untuk mengetahui dasar komunikasi dalam peer counselor

dalam rehabilitasi korban NAPZA di Panti Sosial Pamardi

Putra “Galih Pakuan” Bogor.

c. Untuk mengetahui manfaat apa sajakah yang di dapatkan peer

counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA di Panti Sosial

Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

2. Manfaat

a. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan

pengalaman dan menambah pelajaran atau pengetahuan dan

menambah wawasan mengenai peran peer counselor dalam

rehabilitasi korban NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra

(PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

b. Secara peraktis hasil penlitian ini diharapkan bisa menjadi

acuan mendasar khususnya bagi pihak lembaga Panti Sosial

Pamardi Putra dan umumnya untuk seluruh panti sosial

terutama dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai bimbingan

kelompok terhadap pasien penyalahgunaan NAPZA sehingga

dapat membantu mereka sembuh dari ketergantungan.

Page 23: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

10

c. Terhadap jurusan, penelitian ini agar dapat bermanfaat menjadi

bahan referensi dan memberi masukan kepada Prodi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam mengenai peran peer

counseling (konseling teman sebaya) terhadap korban NAPZA

dalam rehabilitasi sosial.

D. Metodologi penelitian

1. Metode penelitian

Dalam menentukan metode penelitian ini, penulis

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan dekriptif analisis,

yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan menggambarkan apa adanya

suatu peristiwa. Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Meleong

bahwa penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, menggambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian,

isi laporan peneliti akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan tersebut.6

Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi

kepustakaan dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa

serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh, yang bertujuan

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek

penelitian. seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa setiap

penelitian memiliki langkah-langkah yang perlu dilalui secara

bertahap, maka langkah-langkah yang akan digunakan dalam

penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut:

6 J Moleong Lexsy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bndung: PT Remaja Rosda Karya

1922, h. 11

Page 24: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah di

Lembaga PSPP “Galih Pakuan” Putat Nutug-Bogor”. Alasan

peneliti mengambil penelitian di lembaga tersebut karena

lembaga ini merupakan tempat rehabilitasi korban NAPZA

dengan mengadakan kegiatan Peer Counselor. Disini juga

merupakan lembaga milik pemerintah yang bernaung di bawah

Kementrian Sosial.

b. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dari 27 Februari 2014

sampai dengan 05 Juni 2014.

3. Subjek dan Oubjek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Sujek penelitian adalah pelaku yang memberi informasi

atau data dalam suatu penelitian.7 Subjek penelitian ini adalah

3 residen, 2 peksos/Pembina dan 1 kepala seksi program dan

advokasi sosial di panti lembaga PSPP “Galih Pakuan”.

Kemudian objek penelitian adalah peer counselor

dalam rehabilitasi korban NAPZA pada residen.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti

menggunakan teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut:

7 Prof. Dr. Hamidi, M.Si. Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2010), h. 74.

Page 25: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

12

a. Observasi atau pengamatan

Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data

yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena

yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek

dalam fenomena tersebut.8

Model observasi yang sudah biasa dilakukan sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Pertama, Obsevasi secara

langsung dan ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang

dijadikan obyek observasi. Dan kedua, observasi non

partisipan, yakni pembimbing berada di luar obyek atau

peran yang sedang diidentifikasi, bisa dari jarak dekat atau

jarak jauh.Artinya, pihak observer hanya mengamati dan

mencatat fakta atau kejadian-kejadian yang tampak

sebagaimana layaknya orang yang sedang mengamati

sesuatu.9

Peneliti menggunakan observasi sebagai teknik

pengumpulan data. Adapun observasi itu adalah penelitian

melakukan proses penanggulangi korban NAPZA di PSPP

(Panti Sosial Pamardi Putra) Galih Pkuan Putat Nutug-

Bogor. Dalam hal ini penulis akan mengobservasi

8E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,( Jakarta: Lembaga

Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62.

9M. Lutfi. MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam,( Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah 2008), h. 124.

Page 26: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

13

pembimbing dan klien korban NAPZA di PSPP (Panti

Sosial Pamardi Putra) Galih Pkuan Putat Nutug-Bogor.

b. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, antara interviewer

mengajukan pertanyaaan dan interviewee memberiksn

jawaban atas pertanyaan itu.10

Wawancara juga merupakan

alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya.Dalam penelitian

kualitatif yang digunakan adalah teknik wawancara

mendalam, dimana seorang responden atau kelompok

responden mengkomunikasikan bahan-bahan dan

mendorong untuk didiskusikan secara bebas.11

Wawancara

dilakukan dengan residen dan peksos/Pembina untuk

menggali informasi mengenali peer counsor dalam

rehabilitasi korban NAPZA.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen.12

Data diperoleh dari

dokumen-dokumen berupa catatan formal, literature,

majalah, Koran dan arsip lain yang berhubungan dengan

10

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2000), h. 186 11

Elvinaro Ardianto, M.Si, Metodologi Penelitian untuk Public Relation, ( Bandung:

SIMBIOSA REKATAMA MEDIA, 2010), cet. Ke-1, h. 61. 12

Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73.

Page 27: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

14

administrasi dan data-data PSPP (Panti Sosial Pamardi

Putra) “Galih Pkuan” Bogor.sebagai pendukung dari hasil

wawancara.

5. Sumber data

Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian

adalah subyek dari penelitian dimaksud. 13

Sumber data yaitu subjek

utama dalam proses penelitian masalah di atas. Adapun sumber-

sumber data dari penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari

informan, dalam bentuk wawancara dengan 3 Residen, 1

Pekerja Sosial/ Pembina dan 1 kepala Seksi Program dan

Advokasi Sosial

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-

buku, literatur, brosur dan artikel yang memiliki relevansi

terhadap objek penelitian ini.

6. Analisi Data

Teknik analisis data yaitu proses penyederhanaan data

kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan di

interprestasikan.14

Data-data yang dikumpulkan dengan cara observasi

dan wawancara dan diolah dengan menggunakan penelitian kualitatif.

13 M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 115.

14

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,

1995), cet. Ke-1, h. 263

Page 28: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

15

E. Teknik penulisan

Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

pedoman penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertai) yang

disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh

CeQDA Center for Quality Development and Assurance) tahun 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka diperpustakaan umum

Universitas Islam Negri Jakarta dan di perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Menurut pengamatan penulis dari hasil

observasi yang dilakukan, sampai saat ini, penulistidak menemukan skripsi

yang membahas tentang “Peran Peer Counseling Terhadap Korban Napza

Di Panti Sosial Paramadi Putra Galih Pakuan-Bogor” Putat Nutug”,

hanya saja, sebelumnya ada beberapa skripsi yang membahas mengenai

korban napzayang telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk

mengetahui materi penelitiannya, dibawah ini diuraikan sebagai berikut;

1. Judul skripsi “Interaksi sosial para pengguna napza dalam

mengikuti metode therapeautic community di PSPP (Panti Sosial

Paramadi Putra” Galih Pakuan Putat Nutug-Bogor)” Penulis Nina

Riyanti Januarita, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

2. Judul skripsi: “evaluasi program penyuluhan sosial dalam

pencegahan penyalahgunaan narkoba pada Badan Narkotika

Nasional Provinsi (BNNP) Banten” Penulis Siti Soviatul

Page 29: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

16

Muquomah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Judul skripsi “Peranan KH.Muhammad Djunaidi dalam menangani

korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi’ienSawangan Depok”, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Yang membedakan skripsi ini dengan skripsi yang telah

disebutkan diatas adalah bahwa, penelitian yang dilakukan

sebelumnya adalah:

Pertama, ingin mencari tahu bagaimana interaksi sosial para

pengguna napza dalam metode therapeautic community di PSPP

“Galih Pakuan Putat Nutug-Bogor. Kedua, seperti apa evaluasi

program penyuluhan sosial dalam pencegahan penyalahgunaan

narkoba pada badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Banten.

Ketiga, ingin mengetahui bagaimana peranan KH,Muhammad

Djuandi dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba di

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ienSawangan Depok.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada

penelitian ini penulis ingin mencari tahu “Peran Peer Counseling

Terhadap Korban NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Putat

Nutug-Bogor”. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk

menelitinya dan apa yang penulis lakukan pada dasarnya tidak ada

Page 30: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

17

tulisan yang dijaadikan pembanding terhadap skripsi ini, sehingga

skripsi yang ada ini murni hasil karya penulis.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat

rancangan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Meliputi, penegasan judul, latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penelitian

BAB II: Landasan Teori. Meliputi pengertian peran, selain itu juga

membahas pengertian peer counseling, pengertian NAPZA

dan korban NAPZA.

BAB III: Gambaran Umum Panti Sosial Paramadi Putra Galih

Pakuan-Bogor” Putat Nutug”, gambaran umum ini

meliputi tentang profil lembaga, sejarah berdirinya, visi dan

misi, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Panti, landasan

hukum, Struktur Organisasi, mekanisme kerja, komposisi

pegawai, sasaran dan garapan lembaga, Persyaratan Calon

Keluarga Panti Sosial, Prosedur Pelayanan, Proses layanan,

Jenis Pembinaan, pembiayaan operasional, Mitra Kerja

Sama, sarana dan prasarana, jumlah Warga Binaan

tahun 2011.

BAB VI: Temuan dan Analisis Data, bab ini akan menguraikan

analisa hasil penelitian mengenai proses bimbingan

keterampilan dalam meningkatkan perubahan tingkah laku

Page 31: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

18

terhadap korban napza di Panti Sosial Paramadi Putra Galih

Pakuan-Bogor” Putat Nutug”

BAB VI: Penutup, dalam penutup ini penulis akan berusaha

memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan

skripsi ini serta Saran terhadap tujuan dan manfaat yang

diharapkan dapat diambil dari tulisan.

Page 32: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Peran

1. Pengertian Peran

Dalam kamus bahasa Indonesia kata peran yang berarti

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat.1 Dalam kamus ilmiah popular, peran diartikan

fungsi, kedudukan, bagian kedudukan.2 Kata “peran”, berarti

sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang

terutama”.3

Peran menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono

Soekamto, sebagai berikut:

Peran adalah “suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peran

meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-

peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan”.4

Menurut Grass Massam dan A. W. Mc. Eachen yang

dikutip oleh David Berry mendefinisikan “peran sebagai

1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2,

h. 854 2 Pius.A.Pratanto dan M.Dahlan AL Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola), h.

585 3 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985),

h. 73 4 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h. 238

Page 33: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

20

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu”.5 masih menurut David

Berry, harapan-harapan merupakan hubungan dari norma-norma

sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa “peran itu ditentukan

oleh norma-norma didalam masyarakat, artinya seseorang

diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh

masyarakat didalam pekerjaannya”.

Dalam ilmu Psikologi sosial peran diartikan sebagai suatu

prilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari

seseorang yang memiliki suatu status didalam kelompok tertentu.6

Dari penjelasan mengenai pengertian peran diatas penulis

dapat simpulkan bahwa peran adalah tingkah laku yang dimiliki

seseorang, yang memiliki harapan-harapan penting bagi residen

korban NAPZA dan mempunyai fungsi bagi struktur kehidupan

masyarakat.

2. Bentuk dan macam-macam peran

a. Bentuk peran

Melihat dari pengertian mengenai peran maka

bentuk peran bisa dilihat dalam bentuk individu, norma

atau aturan, intisusi atau lembaga dan lain sebagainya

tergantung fungsi dan kegunaan serta harapan-harapan yang

5 N. Gress W. S, Masson and A. W. Mc. Eachen, Exploration Role Analysis, dikutip oleh

Davit Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.

ke 3, h. 99

6 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT.Eresco, 1988), h. 135

Page 34: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

21

diinginkan oleh masyarakat itu sendiri, misalkan seorang

pemain sepak bola yang kawakan akan berbeda dengan

seorang pemain music yang bermain music untuk mengisi

waktu luang saja.

b. Macam-macam peran

Peran yang ada dalam masyarakat dapat

diklasifikasikan menurut bermacam-macam cara sesuai

dengan banyaknya sudut pandang. Berbagai macam peran

dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Berdasarkan pelaksanaannya peranan dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

a) Peranan yang diharapkan (exected roles),

yaitu cara ideal dalam pelaksanaan

peranan menurut penilaian masyarakat.

masyarakat menghendaki peran yang

diharapkan secermat-cermatnya dan

peran ini tidak dapat ditawar dan harus

dilaksanakan seperti yang ditentukan.

Peran jenis ini antara lain peran hakim,

peran protokoler diplomatic, dan

sebagainya.

b) Peranan yang disesuaikan (actual roles),

yaitu cara bagaimana sebenarnya

Page 35: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

22

peranan itu dijalankan. Peranan ini

pelaksanaannya lebih luas, dapat

disesuaikan dengan situasi dan kondisi

tertentu. peran yang disesuaikan

mungkin tidak cocok dengan situasi

setempat, tetapi kekurangan yang

muncul dapat dianggap wajar oleh

masyarakat.7

2) Berdasarkan cara memperolehnya

Sementar itu berdasarkan cara memperolehnya,

peranan dapat dibedakan menjadi:

a. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu

peranan yang diperoleh secara otomatis,

bukan karena usaha misalnya peranan

sebagai nenek, anak, bupati dan lain

sebagainya.

b. Peranan pilihan (achives role), yaitu peranan

yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri,

misalnya seseorang yang menentukan untuk

memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial,

Politik, Universitas Airlangga dan menjadi

mahasiswa progran studi sosiologi.8

7 J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:

Kencana, 2007), Cet. Ke-3, h. 160 8 Ibid. h. 160

Page 36: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

23

3. Tujuan dan Manfaat Peran

Setiap peran bertujuan agar antar individu yang

melaksanakan peranan dengan orang-orang sekitarnya yang

berhubungan dengan peranan tersebut terdapat hubungan yang

diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan di taati oleh kedua

belah pihak.9

Peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku,

karena manfaat peran sendiri adalah sebagai berikut:

a. Memberi arah pada proses sosialisasi.

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-

norma dan pengetahuan.

c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol,

melestarikan kehidupan masyarakat.10

B. Pengertian Peer Counselor dan peer counseling

1. Peer Counselor

Menurut Sudarsono, teman sebaya berarti teman-teman

yang sesuai dan sejenis, perkumpulan atau kelompok pra puberitas

yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis.

Sedangkan kelompok sebaya adalah kelompok persahabatan yang

mempunyai nilai-nilai dan pola hidup sendiri, dimana persahabatan

dalam periode sebaya penting sekali karena merupakan dasar

9 Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet.Ke-1, h. 64

10

J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Op.cit, h. 160

Page 37: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

24

pokok mewujudkan nilai-nilai dalam suatu kontak sosial. Jadi

teman sebaya merupakan media bagi remaja untuk mewujudkan

nilai-nilai sosial tersendiri dalam melakukan prinsip kerjasama,

tanggung jawab dan kompetisi.

Peer konselor adalah siswa yang berasal dari sekolah

(SMP/SMA/Sederajat), karang taruna, poskestren, pemuda

masjid/greja/keagamaan lainnya, pekerja industri, anak jalanan,

penyalahguna NAPZA dan lain-lain yang dilatih dengan materi

tertentu sehingga mampu memberikan informasi dan membantu

menyelesaikan masalah kesehatan pada teman sebayanya. Peer

counselor merupakan strategi yang efektif untuk menyelesaikan

masalah remaja dengan resiko penyalahgunaan NAPZA.

Kelompok sebaya dapat menurunkan remaja/siswa terhadap resiko

penyalahgunaan zat adiktif sehingga siswa yang berprilaku negatif

akan berkurang.11

Menurut irma ada tiga alasan peer counselor merupakan

strategi yang efektif untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA

pada remaja/dewasa yaitu pertama; mendiskusikan masalah dengan

teman sebaya dirasakan lebih enak dan aman, kedua; teman sebaya

memiliki cara pandang dan gaya hidup yang mirip sehingga

dianggap lebih memahami, ketiga; situasi diskusi bisa lebih bebas

atau curhat (express feeling). Keefektifan peer counselor telah

dibuktikan oleh Barker dan Geller melalui studi kasus di Zambia

11

Hitchcock, Schobert, dan Thomas, Community Health Nursing: Caring in Action,

USA: Delmar Publisher, SA 1999, h. 45

Page 38: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

25

tentang perilaku siswa terkait kekerasan dan penyalahgunaan obat

terlarang menyimpulkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan

terhadap perilaku kekerasan dan penyalahgunaan obat terlarang di

sekolah.12

Dari beberapa teori diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa peer counselor dapat membangun hubungan saling percaya

dan komunikasi terbuka sehingga mendorong siswa/remaja dan

dewasa untuk berprilaku positif dan mencegah remaja/dewasa

untuk menyalahgunakan NAPZA.

2. Peer counseling

Pada awalnya Peer Counseling muncul dengan konsep peer

support yang dimulai pada tahun 1939 untuk membantu para

penderita alkoholik.13

Dalam konsep tersebut diyakini bahwa

individu yang pernah kecanduan alkohol dan memiliki pengalaman

berhasil mengatasi kecanduan tersebut akan lebih efektif dalam

membantu individu lain yang sedang mencoba mengatasi

kecanduan alkohol. Dari tahun ke tahun konsep Peer Counseling

(konseling teman sebaya) terus merambah ke sejumlah setting dan

issue. Pada dasarnya Peer Counseling (konseling teman sebaya)

merupakan suatu cara bagi para siswa belajar bagaimana

12

Irma, Konseling pada Remaja, Jakarta: Pustaka Imam, 2009, h. 33

13 T. D,Carter, Peer Counseling: Roles, Functions, Boundaries. ILRU Program, 2005, h.

2

Page 39: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

26

memperhatikan dan membantu anak-anak lain, serta

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.14

Menurut Tindall & Gray, konseling teman sebaya

mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual

(one-to-one helping relationship), kepemimpinan kelompok,

kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial, dan

semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau

menolong.15

Menurut (Corey1986, Herman Nirwana 1997, Shertzer &

Stone, 1981), peer counseling (konseling teman sebaya), untuk ini

diperlukan adanya hubungan yang saling percaya diantara konselor

dan konseli, Terciptanya komunikasi yang saling terbuka dan

terjadinya pemberdayaan konseli agar mampu mengambil

keputusan. Penciptaan hubungan diantara keduanya (konselor dan

konseli) sangat penting, sebab hubungan konselor dengan konseli

merupakan “jantung” dari keseluruhan proses konseling.

Hubungan konselor dengan konseli menjadi dasar dalam

keseluruhan proses konseling. Bahkan, menurut pendekatan

eksistensialis, dalam keseluruhan proses konseling yang paling

utama adalah hubungan konselor dengan konseli, karena situasi

hubungan tersebut merupakan stimulus untuk tercapainya tujuan

14 R.A.Carr, Theory and Practice of Peer Counseling, (Ottawa : Canada Employment and

Immigration Commission, 1981) h. 3

15

J.D. Tindall, and H.D. Gray, Peer Counseling: In-Depth Look At Training Peer Helpers,

(Muncie : Accelerated Developmen t Inc,1985), h. 5

Page 40: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

27

konseling yang diharapkan, yaitu terjadinya perubahan ke arah

yang positif, dan terciptanya satu kondisi agar konseli merasa

bebas melakukan eksplorasi diri, penyesuaian diri daan kesehatan

mental, kebabasan secara psikologis tanpa mengabaikan

tanggungjawab sosial.

Dengan sederhana penulis dapat mendefinisikan bahwa

peer counseling adalah layanan bantuan konseling yang diberikan

oleh teman sebayanya (biasanya seusia/tingkatan pendidikannya

hampir sama) yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan-

pelatihan untuk menjadi konselor sebaya sehingga diharapkan

dapat memberikan bantuan baik secara individual maupun

kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah ataupun

mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan

kepribadiannya.

3. Dasar-dasar komunikasi dalam Peer Counselor

Dasar-dasar komunikasi tersebut meliputi:16

a. Acceptance, merupakan teknik yang digunakan konselor

untuk menunjukkan minat, pemahaman terhadap hal-hal

yang dikemukakan konseli dan sikap menerima pribadi

konseli sebagai suatu keseluruhan

b. Attending, yaitu perilaku yang secara langsung berhubungan

dengan respek, yang ditunjukan ketika konselor/helper

16

R.A.Carr, Theory and Practice of Peer Counseling, (Ottawa : Canada Employment and

Immigration Commission, 1981) h. 5-12

Page 41: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

28

memberikan perhatian penuh pada konseli/helpee, melalui

komunikasi verbal maupun non verbal, sebagai komitmen

untuk fokus pada konseli

c. Summarizing, ketrampilan konselor untuk mendapatkan

kesimpulan atau ringkasan mengenai apa yang telah

dikemukakan oleh konseli

d. Questioning, yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dan

memberikan kesempatan pada konseli uniuk mengelaborasi,

mengeksplorasi atau memberikan jawaban dari berbagai

kemungkinan sesuai dengan keinginan konseli dan bersifat

mendalam

e. Genuineness, adalah mengkomunikasikan secara jujur

perasaan sebagai cara meningkatkan hubungan dengan dua

atau lebih individu

f. Assertiveness, kemampuan mengekspresikan pemikiran dan

perasaan secara jujur, yang ditunjukkan dengan cara

berterus terang, dan respek pada orang lain

g. Confrontation, adalah ekspresi konselor tentang

ketidakcocokannya dengan perilaku konseli. Dengan kata

lain, konfrontasi adalah ketrampilan konselor untuk

menunjukkan adanya kesenjangan dan inkongruensi dalam

diri konseli

h. Problem Solving, adalah proses perubahan sesorang dari

fase mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab-sebab

Page 42: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

29

masalah, dan mengevaluasi tingkah laku yang

mempengaruhi penyelesaian masalah itu

Dengan paparan diatas penulis mendefinisikan, konseling teman

sebaya secara kuat menempatkan keterampilan-keterampilan komunikasi

untuk memfasilitasi eksplorasi diri dan pembuatan keputusan. “Konselor”

sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi. “Konselor” sebaya

adalah para siswa yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah

bimbingan konselor ahli. Dalam konseling sebaya, peran dan kehadiran

konselor ahli tetap diperlukan. Pada hakekatnya peer counseling adalah

counseling through peers. Dalam model konseling teman sebaya, terdapat

hubungan Triadik antara Konselor ahli, “konselor” sebaya dan konseli.

Hubungan Triadik tersebut dapat digambarkan melalui gambar:

Tabel 1

Interaksi Triadik antara Konselor Ahli, ”Konselor” Teman Sebaya, dengan

”Konseli” Teman Sebaya.17

Keterangan:

- Interaksi antara konselor ahli dengan konseli melalui

“konselor” teman sebaya.

17

Suwarjo, Suwarjo, Model Konseling Teman Sebaya Untuk Pengembangan Daya

(Yogyakarta: 2008), h. 83

Konselor Ahli

Konselor Teman Sebaya Konseli Teman Sebaya

Page 43: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

30

Interaksi langsung antara konselor ahli dengan

konseli atas rujukan “konselor” teman sebaya.

“Konselor” sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial

memungkinkan terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal.

Kontak-kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai

aspek dari remaja lainnya. Kontak-kontak tersebut juga dapat memperbaiki

atau meningkatkan iklim sosial dan dapat menjadi jembatan penghubung

antara konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat

atau tidak bersedia berjumpa dengan konselor.

C. Rehabilitasi Sosial

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Dalam Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor 5/

HUK/2009 tetang pelayanan dan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, pengertian

rehabilitasi sosial tertulis pada pasal 10 yaitu: Rehabilitasi Sosial

merupakan serangkaian kegiatan profesional yang meliputi aspek

fisik, mental, spritual, mental, dan vokasional untuk mengembangkan

kemampuan dan memulihkan Korban Penyalahgunaan Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya agar dapat melaksankan fungsi

sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.18

Rehabilitasi juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian

proses pelayanan yang ditujukan untuk pemulihan kepercayaan diri,

harga diri, kesadaran peranan serta tanggung jawab sosial korban

18

Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor 5/ HUK/2009. Tetang Pelayanan

dan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, bagian

ke dua pasal 10.

Page 44: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

31

penyalahgunaan narkotika terhadap masa depannya, baik bagi dirinya,

keluarganya, maupun masyarakat dan lingkungannya.19

2. Tujuan dan Sasaran Rehabilitasi Sosial

a. Tujuan Rehabilitasi Sosial:

Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial korban NAPZA bertujuan

untuk dapat dipulihkannya kondisi fisik, mental, psikologi dan

kondisi sosial serta fungsi dan kualitas sosial korban NAPZA

sehingga mereka dapat hidup secara wajar dimasyarak serta

menjadi SDM (sumber daya manusia) yang berguna dan

produktif.20

b. Sasaran Rehabilitasi Sosial

Sasaran program rehabilitasi sosial korban NAPZA adalah:

1. Korban Penyalahgunaan NAPZA, usia disesuiakan dengan

persyaratan yang berlaku dalam panti/ lembaga penyelenggara

dan telah bebas dari ketergantungan fisik terhadap NAPZA.

2. Orang tua/keluarga korban

3. Lingkungan social

Lingkungan sebaya

Lingkungan sekolah/pekerjaan

Lingkungan masyarakat sekitar korban.21

19

Direktorat Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Korban NAPZA Direktorat Jendral

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Panduan Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA. (Jakarta, 2003) h. 5 20

Ibid., h.7 21

Direktorat Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Korban NAPZA Direktorat Jendral

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Panduan Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA. (Jakarta, 2003). h. 7

Page 45: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

32

3. Proses Rehabilitasi Sosial

Keseluruhan rangkaian proses rehabilitasi sosial terdiri

atas beberapa tahap kegiatan yang dilaksanakan secara

beraturan, sejak perkenalan program sampai dengan klien

kembali ke lingkungan keluarganya/lingkungan masyarakat.

Proses rehabilitasi sosial tersebut terdiri atas 6 (enam

tahapan yang meliputi berbagai kegiatan yaitu:

a) Tahap pendekatan awal/tahap persiapan rehabilitasi yaitu

tahap kegiatan yang mengawali keseluruhan proses

rehabilitasi dan dilaksanakan di masyarakat, untuk

mempersiapkan pelaksanakan kegiatan rehabilitasi baik

yang diselenggarakan didalam panti maupun diluar panti.

b) Tahap penerimaan (intake)

Pada tahap ini terjadi proses pertukaran informasi

mengenai apa yang dibutuhkan oleh calon klien dan pelayan

apa yang ada pada panti/ lembaga dalam membantu

memenuhi kebutuhan klien atau memecahkan masalah yang

dialaminya.

c) Tahap assessment

Assessment merupakan penilaian atau penafsiran

terhadap situasi dan orang-orang yang terlibat didalamnya.

Sebagai suatu proses pengungkapan dan pemahaman

masalah, assessment akan membantu pekerja sosial

Page 46: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

33

mendefinisikan masalah, membuat keputusan tentang

aspek-aspek mana dari situasi itu yang akan dihadapi,

merumuskan tujuan perubahan, dan menetapkan cara untuk

mencapai tujuan tersebut.

d) Tahap pembinaan dan bimbingan

Salah satu prinsip dasar philosophi utama pelayanan

manusia adalah bahwa “yang mendasari perubahan harus

datang dari dalam, tetapi kekuatan-kekutan dari luar dapat

membantu untuk mewujudkan terjadinya perubahan

tersebut”. Tahap pembinaan dan bimbingan adalah inti dari

proses pelayanan dan rehabilitasi sosial korban NAPZA,

pelibatan klien secara aktif (working with clien) merupakan

hal yang sangan penting sesuai dengan prinsip di atas untuk

mengoptimalkan hasil-hasil yang ingin dicapai.

e) Tahap resosialisasi/reintegrasi

Hasil akhir dari proses pelayan dan rehabilitasi

sosial korban penyalahgunaan NAPZA adalah

mengembalikan dan meningkatkan keberfungsian sosial

klien.

f) Tahap pembinaan lanjut

Tahap pembinaan lanjut adalah usaha yang sangat

penting dalam rangka memelihara dan memantapkan

Page 47: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

34

kondisi kesembuhan dan kepulihan klien dari

ketrgantungan terhadap NAPZA.22

Secara umum ada beberapa tahapan yang harus

dilewati. Masing-masing tahapan tersebut memakan waktu

bervariasi: ada yang seminggu, sebulan dan bahkan

berbulan tergantung tingkat ketergantungan, tekat korban,

dan juga dukungan berbagai pihak terutama keluarga dalam

seluruh proses tersebut. Setiap tahapan tersebut disusun dan

dibuat untuk mengantar pasien secara bertahap melepaskan

dari ketergantungan narkoba.

Beberapa tahapan rehabilitasi ini disajikan berikut

sudah teruji dapat menyembuhkan/ memulihkan korban

narkoba secara maksimal.

a. Tahap Transisi

Penekanan dalam tahap ini lebih kepada

informasi awal tentang korban seperti: latar belakang

korban, lama ketergantungan, jenis obat yang dipakai,

akibat-akibat ketergantungan dan informasi lainnya.

b. Tahap Intensif

Setelah melewati masa transisi (pengumpulan

informasi tentang keadaan korban dan latar belakangnya)

baru masuk pada fase berikutnya yakni proses

22

Direktorat Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Korban NAPZA Direktorat Jendral

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Panduan Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA. (Jakarta, 2003), h. 7-30

Page 48: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

35

penyembuhan secara psikis. Motivasi dan potensi dirinya

dibangun dalam tahap ini.

c. Tahap Rekonsiliasi

Tahap berikut yang harus dilewati dan sangat vital

adalah tahap rekonsilitas. Para korban tidak langsung

berinteraksi secara bebas dengan masyarakat, akan tetapi

terlebih dahulu ditampung disebuah lingkungan khusus

selama beberapa waktu sampai pasien benar-benar siap

secara mental dan rohani kembali ke lingkungannya

semula.

d. Pemeliharaan Lanjut

Pada tahap ini walaupun secara fisik yang

bersangkutan sudah dinyatakan sehat dan secara psikis

pun sudah pulih, namun masih ada kemungkinan mereka

akan tergelincir kembali, lebih-lebih saat mereka

bernostalgia dengan kenikmatan narkoba. Saat ini juga

rawan. Karena itu setiap korban yang memasuki tahap ini

dipersiapkan sungguh-sungguh agar dapat melewati dan

mengatasi situasi rawan ini dengan melewati tiga titik ini

yakni:

1) Mengubah, menghilangkan, atau menjauhi hal-hal

yang bersifat nostalgia kesenangan narkoba.

2) Setia mengikuti program-program dan acara-acara

aftercere (pemelihara lanjut).

Page 49: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

36

3) Dapat juga melibatkan diri dalam gerakan atau

kelompok bersih narkoba dan peduli

penanggulangannya.23

D. Korban NAPZA

1) Pengertian korban NAPZA

Pembahasan tentang korban penting diberikan untuk

membantu menentukan secara jelas batas-batas yang dimaksud

oleh pengertian tersebut sehingga diperoleh kesamaan pandangan.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli maupun yang

bersumber dari peraturan-peraturan hukum nasional dan

internasional mengenai korban kejahatan.

a. Menurut Arief Gosita, korban adalah: “mereka yang

menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat

tindakan orang lain yang mencari pemenuhan

kepentingan diri sendiri atau orang lain yang

bertentangan dengan kepentingan diri sendiri atau

kepentingan hak asasi pihak yang dirugikan.24

b. Mulai di menyatakan bahwa korban (victims) adalah:

Orang-orang yang baik secara individual maupun

kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian

fisik atau mental, emosional, ekonomi atau ganguan

substansial terhadap hak-haknya yang fundamental,

23

EM. Giri Prastomo, Rehabilitasi bagi Korban Narkoba, (Tangerang: Visimedia, 2006),

h. 28-34 24

Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademik Pressisndo, 1993, h. 63

Page 50: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

37

melalui suatu perbuatan atau komisi yang melanggar

hukum pidana di masing-masing negara, termasuk

penyalahgunaan kekuasaan.25

c. Dalam perspektif viktimologi, pada fase new victimolog

Zvonimir Paul Separovic dalam bukunya yang berjudul

“victimology, Studies Of Victims” memberikan

pengertian tentang korban sebagai berikut:

…those person who are threatened, injured or

destroyed by an act or omission of another (man,

structure, organization, or institution) and

consequently, a victim would be any one who has

suffered from or been threatened by punishable act

(ot only criminal act but also other punisable acts

as misdemeanors, economic offenses, non-fulfilment

of work duties) or from an accident (accident at

work, at home, trafict accident, etc). Suffering may

be caused by another man (man made victim) or

another structure where people are also involved.26

d. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002

pasal 1 ayat (3) dan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, mendefinisikan

korban: “orang perseorangan atau kelompok orang yang

mengalami penderitaan, baik fisik, mental, maupun

emosional, kerugian ekonomi atau mengalami

pengabaian, pengurangan, atau perampasan hak-hak

dasarnya, sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia

yang berat, termasuk ahli warisnya”.

e. Definisi korban menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

adalah: “seseorang yang mengalami penderitaan fisik,

mental dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh

suatu tindak pidana”.

Dari pengertian diatas, jelas bahwa korban adalah orang

yang mengalami penderitaan karena sesuatu hal. Yang dimaksud

25

Muladi, “HAM dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana”, dalam Muladi (ed) Hak

Asasi Manusia, hakekat konsep dan implikasinya dalam perspektif hukum dan masyarakat, Refika

Aditama, Bandung: 2005, h. 108 26

J.E. Sahetapy, (ed), Bunga Rampai Viktimisasi, cet.1, Bandung: 1995, h.204

Page 51: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

38

dengan sesuatu hal disini adalah meliputi orang, institusi atau

lembaga, struktur.

Korban pada dasarnya tidak hanya orang-perorangan atau

kelompok yang secara langsung menderita akibat dari perbuatan-

perbuatan yang menimbulkan kerugian/penderitaan bagi

diri/kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di dalamnya

keluarga dekat atau tanggungan langsung dari korban dan orang-

orang yang mengalami kerugian ketika membantu korban

mengatasi penderitaannya atau untuk mencegah viktimisasi.27

a. Korban NAPZA dalam Perspektif Vitimologi

Dalam perspektif viktimologi terutama mengenai

tipologi korban, terdapat beberapa pendapat ahli hukum

mengenai korban penyalahgunaan narkotika dan

psikotropika.

Ditinjau dari perspektif tingkat keterlibatan korban

dalam terjadinya kejahatan, maka korban penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika menurut Ezzat Abdul Fateh,

adalah dalam tipologi; “false victims yaitu mereka yang

menjadi korban karena dirinya sendiri’. Dari perspektif

tanggungjawab korban, menurut Stephen Schafer

menyatakan:

27

Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademik Pressisndo, 1993, h. 48

Page 52: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

39

Self-victimizing victims adalah mereka yang menjadi korban

karena kejahatan yang dilakukannya sendiri. Beberapa literatur

menyatakan ini sebagai kejahatan tanpa korban, akan tetapi,

pandangan ini menjadi dasar pemikiran bahwa tidak ada

kejahatan tanpa korban. Semua atau setiap kejahatan melibatkan 2

hal, yaitu penjahat dan korban. Sebagai contoh dari self-

victimizing victims adalah: pecandu obat bius (koersif-penulis),

alkoholisme, homoseks, judi. Hal ini berarti pertanggungjawaban

terletak penuh pada si pelaku, yang juga sekaligus merupakan

korban.28

Menurut Sellin dan Wolfgang, korban penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika adalah merupakan: “mutual

victimization yaitu yang menjadi korban adalah si pelaku sendiri.

Misalnya: pelacuran, perzinahan, narkotika.29

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli

hukum mengenai tipologi korban dalam perspektif viktimologi

dapat dinyatakan, bahwa pecandu narkotika dan psikotropika

adalah merupakan self-victimizing victims, yaitu seseorang yang

menjadi korban karena perbuatannya sendiri. Namun, ada juga

yang mengelompokannya dalam victimless crime atau kejahatan

28

E. Sahetapy, (ed), Bunga Rampai Viktimisasi, cet.1, Bandung: 1995, h. 14-125 29

Ibid, 206-207

Page 53: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

40

tanpa korban karena kejahatan ini biasanya tidak ada sasaran

korban, semua pihak terlibat. 30

Hal ini senada dengan Rumusan teoritis Savitz bahwa suatu

perbuatan dinyatakan jahat haruslah menimbulkan korban dan

korban itu adalah orang lain. Di sini timbul pertanyaan,

bagaimana bila korban tersebut adalah diri sendiri? Dalam criteria

Savitz, apabila hanya diri sendiri yang menjadi korban bukan

sebagai kejahatan. Apabila seorang pengguna narkoba

menggkonsumsi barang haram itu, hanya untuk dirinya sendiri,

dalam konteks criteria Savitz, pengguna tersebut bukan pelaku

tindak pidana.

Dari hukum nasional yang mengatur mengenai tindak

pidana NAPZA, juga ada penegasan pecandu NAPZA selain

adalah pelaku kejahatan juga adalah sebagai korban:

Dalam konteks UU no. 5/1997 tentang psikotropika dan

UU no. 22/1997 tentang Narkotika dinyatakan sebagai berikut:

a) pasal 37 ayat 1 UU no. 5/1997 menyatakan: “pengguna

psikotropika yang menderita sindroma ketergantungan

berkewajiban ikut serta dalam pengobatan dan atau

perawatan”.

30

Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademik Pressisndo, 1993, h. 49-51

Page 54: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

41

b) pasal 44 ayat 1 UU no. 22/1997 tentang Narkotika,

intinya menegaskan bahwa untuk kepentingan

pengobatan dan atau perawatan pengguna narkotika

dapat memiliki, menyimpan dan membawa narkotika,

dengan syarat narkotika tersebut diperoleh secara sah.

Pada pasal 45 undang-undang tersebut dinyatakan

bahwa pecandu wajib menjalani perawatan dan

pengobatan.(kursif: penulis).

2) Pengertian NAPZA

a. Narkotika

Narkoba berasal dari bahasa inggris

narcotics yang berarti obat yang menidurkan atau

obat bius,31

sedangkan menurut istilah menurut

Undang-Undang No.35 Tahun 2009 pasal 1 adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintesis atau bukan sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

adalah zat yang apabila digunakan sesuai dengan

fungsinya yaitu untuk kepentingan medis dan

kepentingan ilmiah akan memberikan manfaat

kepada umat manusia. Ada beberapa jenis zat

31

S Warjowarsito dan Tito W, Kamus LengkapBahasa Inggris- Indonesia, Indonesia-

Inggris, (Bandung 1980), h.122

Page 55: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

42

sebagai sarana kebutuhan medis yang

penggunaannya secara terukur dibawah kendali ahli

medis. Baik untuk kepentingan penelitian maupun

pertolongan kesehatan. Namun demikian, dalam

perkembangannya menjadi barang yang berbahaya

karena telah diedarkan secara gelap dan

disalahgunakan untuk kepentingan di luar medis dan

berdampak terhadap gangguan kesehatan.

Sebelum tahun 1976 istilah narkotika belum dikenal

dalam perundang-undangan Indonesia. Peraturan yang

berlaku waktu itu, yaitu “Verdovende Middelen

Ordonnantie” (Staatsblad 1927 No. 278 jo. No. 536), yang

diubah terakhir tahun 1949 (L.N 1949 No. 337), bukan

menggunakan istilah “narkotika”, melainkan “obat yang

membiuskan” (Verdovende middelen), oleh karena itu

peraturan iersebut dikenal sebagai Ordonansi Obat Bius.

Namun dalam rangka pencegahan kejahatan dan

pembinaan para pelanggar hukum narkotika, istilah

“narkotika” sudah mulai dikenal sekitar akhir decade 60-an.

Boleh dikatakan baik “obat bius” maupun “narkotika”

tidaklah berbeda, merupakan obat yang diperlukan dalam

dunia penelitian. oleh karena itu tidak dilarang penggunaan

obat bius (narkotika) untuk kepentingan kedokteran dan

ilmu pengetahuan.

Page 56: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

43

Dampaknya sangat membahayakan kesehatan dan

bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia. Dan tidak

hanya itu, kini nyata-nyata telah semakin berdampak

dahsyat. Membuat hancur dan matinya karakter bangsa.

Yang diawali dengan rusaknya sel-sel syaraf otak sebagai

dampak menggunakan Narkoba illegal. Kerusakan syaraf

otak ini akan berpengaruh buruk pada kepribadian,

tempramen dan karakter manusia.

Jadi, pada hakekatnya Narkoba memiliki dua

dampak yakni positif dan negative. Positif adalah demi

kepentingan medis, sedangkan negative adalah untuk

kepentingan bisnis illegal oleh kalangan mafia yang tidak

bertanggung jawab. Menghancurkan kehidupan manusia

dan menjadi musuh bersama seluruh bangsa beradab

dimuka bumi ini. Terkait dengan ini maka perlunya

membangun karakter manusia sebagai embiro karakter

bangsa. Karakter bangsa yang kuat akan mampu memiliki

daya imunitas yang lebih baik untuk menghadapi peredaran

gelap Narkoba. Dengan daya tahan yang handal, maka

pengaruh negative Narkoba dapat di cegahnya.32

32

Drs. V. Sambudiyono, MM, Peran Serta Masyarakat Di Bidang P4GN, (Jakarta:

2012), h. 5-6

Page 57: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

44

Di dalam pasal 6 undang-undang No 35tahun 2009 Narkotika

dikelompokan kedalam tiga golongan yaitu :33

1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja

dan lain sebagainya.

2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /

atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh : Morfin, Petidin.

3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

b. Psikotropika

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

33 Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007), h.159

Page 58: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

45

menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan

perilaku.Psikotropika terdiri dari 4 golongan :34

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh : Ekstasi.

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Contoh : Amphetamine.

3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat

luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK,

DUM ).

c. Zat Adiktif

Zat Adiktif adalah : bahan /zat yang berpengaruh psikoaktif

diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

34 DR. Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunaannya, (T. Tp:

LKP Yayasan Karya Bahakti, 2004), h. 13-16

Page 59: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

46

1) Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang

berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi

bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan

tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau

Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam

tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol

a) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).

b) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman

anggur )

c) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca,

Manson House, Johny Walker).

2) Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah

menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai

barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas

mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner,

Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3) Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin

sangat luas di masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian

rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari

upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu

masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

Page 60: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

47

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari

NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

a) Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA

yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.

Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan

membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya:

Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ),

Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).

b) Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang

merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan

kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar

dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi),

Kokain.

c) Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat

menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah

perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya

pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat

terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).35

d. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor:

35

DR. Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunaannya, (T. Tp:

LKP Yayasan Karya Bahakti, 2004), h. 3-10

Page 61: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

48

1) Faktor individual :

Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja

sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial

yang pesat. Ciri–ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar

menggunakan NAPZA :

a) Cenderung memberontak

b) Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.

c) Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang

ada.

d) Kurang percaya diri.

e) Mudah kecewa, agresif dan destruktif.

f) Murung, pemalu, pendiam.

g) Merasa bosan dan jenuh.

h) Keinginan untuk bersenang–senang yang berlebihan.

i) Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode.

j) Identitas diri kabur.

k) Kemampuan komunikasi yang rendah.

l) Putus sekolah.

m) Kurang menghayati iman dan kepercayaan.

Page 62: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

49

2) Faktor Lingkungan :

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan

pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun

masyarakat.

- Lingkungan Keluarga :

a) Komunikasi orang tua dan anak kurang baik

b) Hubungan kurang harmonis

c) Orang tua yang bercerai, kawin lagi

d) Orang tua terlampau sibuk, acuh

e) Orang tua otoriter

f) Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam

hidupnya

g) Kurangnya kehidupan beragama.

- Lingkungan Sekolah :

a) Sekolah yang kurang disiplin

b) Sekolah terletak dekat tempat hiburan

c) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa

untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d) Adanya murid pengguna NAPZA.

- Lingkungan Teman Sebaya :

a) Berteman dengan penyalahguna

Page 63: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

50

b) Tekanan atau ancaman dari teman.

- Lingkungan Masyrakat / Sosial :

a) Lemahnya penegak hokum

b) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang

mendukung.

3) Faktor Ketersediaan

Antara lain: tersedia dimana-mana dan mudah diperoleh

karena maraknya peredaran narkoba, bahkan Indonesia sudah

sebagai produsen narkoba, karena bisnis narkoba yang

menjanjikan keuntungan besar , lalu penegakan hokum di

Indonesia yang belum tegas dan konsisten.36

Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu

membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan

tetapi makin banyak faktor–faktor diatas, semakin besar

kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.

36 BNN RI, Pedoman Pelaksanaan P4GN Melalu Peran Serta Kepala Desa/Lurah, (Jakarta:

2007), h. 30-31

Page 64: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

52

BAB III

GAMBARAN UMUN LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya

Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor berdiri sejak tahun

1982 dan mulai beroperasi pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan

Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Nomor : KEP.007/RPS-4/1983,

dengan nama Panti Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika “Putat Nutug”.

Tanggal 28 Februari 1989 panti ini ditetapkan sebagai panti tipe “A”

berdasarkan KEPMENSOS Nomor: 06/HUK/1989. Dan sejak tanggal 26

April 1994 dengan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina

Rehabilitasi Sosial Nomor: 06/KEP/BRS/IV/1994 panti ini dinamakan Panti

Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”.

PSPP “Galih Pakuan-Bogor sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis

(UPT) di lingkungan Departemen Sosial RI, melaksanakan kegiatan

pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA,

mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

B. Visi, Misi, dan Moto

1. Visi: Panti sebagai pusat Pelayanan, Perlindungan dan Rehabilitasi

sosial korban penyalahgunaan NAPZA berstandar Nasional,

Profesional, Berkualitas, Tahun 2014

Page 65: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

53

2. Misi:

a. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial

penyalahgunaan NAPZA dalam sistem panti menggunakan

pendekatan multi disipliner, teknik pelayanan yang unggul dan

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

b. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan dan rehabilitasi

sosial penyalahgunaan NAPZA.

c. Memfasilitasi tumbuh kembangnya motivasi dan usaha masyarakat

dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan SDM dalam rangka

meningkatkan pelayanan Rehabilitasi Sosial korban

Penyalahgunaan NAPZA yang berkualitas.

3. Motto“kami Peduli. Anda Pulih dan Dunia Indah Tanpa Narkoba”

C. Tugas Pokok PSPP “Galih Pakuan” Bogor

Memberikan bimbingan, pelayanan, dan rehabilitasi sosial yang

bersifat kuratif, rehabiltatif, promotif dalam membentuk bimbingan

pengetahuan dasar, pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan,

resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi eks korban Napza dan pengguna

Psikotropika Sindroma ketergantungan agar mampu mandiri dan berperan

aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta pengkajian dan penyiapan standar

pelayanan dan rujukan.

Page 66: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

54

1. SDM (Sumber Daya Manusia) Pelaksana dan Peserta

1) Pelaksana

a. Pejabat Struktural : 4 orang

b. Fungsional Pekerja Sosial : 15 orang

c. Fungsional Arsiparis : 2 orang

d. Instruktur : 3 orang

e. Pelaksanaan Sub.Bag.TU :11orang

f. Pelaksana Rensos : 4 orang

g. Pelaksana PAS : 4 orang

2) Peserta

PSPP “Galih Pkuan”-Bogor menyelenggarakan kegiatan

pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna

NAPZA dari semua golongan sosial maupun ekonomi. Adapun

persyaratan peserta adalah sebagai berikut:

a. Remaja laki-laki

b. Usia 14 tahun keatas dan diutamakan belum menikah

c. Menyerahkan pas photo berwarna ukuran 4x6 cm 2 lembar

d. Foto kopi ijazah/STTB terakhir

e. Mengisi formulir pendaftaran, surat permohonan dan surat

pernyataan

f. Surat keterangan dokter yang menyatakan informasi

tentang kesehatan klien

Page 67: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

55

g. Pernyataan orang tua/wali klien atas kesediaannya

menitipkan anaknya untuk dibina di PSPP “Galih Pakuan”-

Bogor

2. Tujuan, waktu pelaksanaan kegiatan, maklumat pelayanan dan

indikator

a. Tujuan

Tujuan program pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA yang dilaksanakan di PSPP “Galih

Pkuan”-Bogor yaitu pemulihan kondisi fisik, mental psikis, sosial,

sikap dan perilaku penyalahguna NAPZA, agar mereka mampu

melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam keluarga maupun

masyarakat.

b. Waktu pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial di PSPP

“Galih Pakuan”-Bogor disusun untuk waktu 12-24 bulan, tetapi

dalam proses pelaksanaan pelayanannya bergantug pada

perkembangan dan performa klien.

c. Maklumat pelayanan dan indikator

1) Maklumat pelayanan

Page 68: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

56

“DENGAN INI KAMI MENYATAKAN SANGGUP

MENYELENGGARAKAN REHABILITASI SOSIAL BAGI

KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA SESUAI

DENGAN STANDAR PELAYANAN YANG TELAH

DITETAPKAN DAN APABILA TIDAK MENEPATI JANJI

INI, KAMI SIAP MENERIMA SANKSI SESUAI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG

BERLAKU”

2) Indikator

a. Melakukan pelayanan dengan segera, benar dan

memuaskan.

b. Memberikan pelayanan secara terpadu dan tuntas.

c. Berorientasi pada pemenuhan harapan penerima pelayanan.

d. Peduli, perhatian dan memahami kebutuhan penerima

pelayanan.

e. Sopan, ramah dan pofesional dalam memberikan

pelayanan.

f. Memberikan rasa aman dan perlindungan terhadap

penerima manfaat.

g. .Mempersiapkan kemandirian penerima mafaat.

Page 69: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

57

D. Metode Pelayanan Rehabilitasi Sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor

1. Tahap Penerimaan

Tahap penerimaan yang meliputi suatu bentuk prosedur

penerimaan dan seleksi klien yang dianggap cocok untuk diberi

pelayanan sesuai standar yang diterapkan oleh organisasi. Pada tahap ini

dilakukan pemeriksaan awal untuk pemeriksaan fisik atau gejala-gejala

klinis. Pra rehabilitasi tahap ini merupakan persiapan bagi klien untuk

memasuki program rehabilitasi, persiapan meliputi:

Persiapan kesehatan

Persiapan kestabilan mental dan emosinal

Membangkitkan motivasi untuk mengikut program

Pengenalan program

Pengenalan program pencegahan kekambuhan (relapse

prevention program).

2. Tahap klasifikasi

Tahap ini dimaksudkan untuk menentukan sifat dari perubahan

klien yang menjadi tujuan panti dalam membantu proses perubahan diri

klien kearah yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan adalah:

wawancara, observasi. Review data personal, penggalihan dan

pemahaman masalah, penggalian potensi dan sumber-sumber internal

dan eksternal klien, tes psikologis dan konsultasi kasus, kegiatan ini

Page 70: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

58

diakhiri dengan perumusan rencana intervensi yang dilakukan oleh

pekerja sosial fungsional bersama-sama klien.

3. Tahap pembinaan dan bimbingan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proses pertolongan

sesuai rencana intervensi yang telah dirumuskan sebelumnya. Kegiatan

yang dilakukan adalah:

Bimbingan fisik (olahraga dan musik, probe, perawatan

kesehatan)

Bimbingan Mental (konseling individual, kelompok, budi

pekerti dan keagamaan)

Bimbingan Sosial ( sesi/terapi kelompok dll)

Bimbingan Keterampilan (monir mobil dan motor, elektrik,

serta komputer)

Dalam tahap ini dilakukan konseling keluarga, kunjungan rumah dan

dukungan keluarga (FSG), resosialisasi/ reintegrasi sosial dan bimbingan

lanjut. Untuk melakukan upaya perubahan yang telah, sedang dan akan

dicapai hasil akhirnya adalah kepulihan klien yang didukung oleh lingkungan

sosial yang kondusif sehingga klien dapat mempertahankan dan bahkan

meningkatkan perubahan perilaku yang telah dicapai.

Resosialisasi (Reintegrasi), tahap ini dilakukan untuk menyiapkan

klien, keluarga dan lingkungan sosial dimana klien tinggal, hal ini dilakukan

untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan untuk menerima klien dan

diharapkan klien dapat berintegrasi di tengah kehidupan keluarga dan

Page 71: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

59

lingkungan masyarkat setelah melaksanakan pemulihan dan rehabilitasi sosial

dan mencegah kekambuan (relapse).

Terminasi, tahap dilakukan setelah selesai proses pemulihan dengan

mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan yang telah

dicapai.

4. Pembinaan lanjut

Merupakan tahapan pembinaan lanjut setelah selesai mengikuti

rehabilitasi sosial, untuk memelihara dan memantapkan kondisi

kepulihan klien dari ketergantungan terhadap Napza.

1. Monitoring dan Evaluasi

Hal dini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan

kondisi klien setelah selesai melaksankan program rehabilitasi sosial,

serta untuk mengetahui sejauhmana klien tersebut dapat melaksanakan

fungsi sosialnya dalam masyarakat.1

1 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 72: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

60

Gambar 1

Proses pelayanan dan rehabilitasi korban NAPZA di dalam PSPP

“Galih Pakuan” Bogor2

2 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 73: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

61

Gambar 2

Proses pelayanan3

3 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 74: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

62

Gambar 3

Lanjutan4

4 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 75: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

63

Gambar 4

Lanjutan5

5 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 76: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

64

Gambar 5

Lanjutan6

6 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 77: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

65

Gambar 6

Struktur organisasi PSPP “Galih Pakuan” Bogor7

Kepala Panti

Beni Sujanto AKS., M.Si.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Iwan Nurcandra S., S.Sos M.Si.

Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial

Ahmadin, S.Pd.I., M.Si.

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Drs. Alam Fajar Ahmadi., M.Si.

Kordinator Pekerja Sosial

Sutrisno, S.Pd. I

7 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 78: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

66

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

Dalam Bab ini hasil penelitian akan dipaparkan secara sistematis. Bab ini

terbagi dalam beberapa bagian, yaitu: identitas informan penelitian, gambaran

umum terbimbing/residen, temuan dan analisis intra subjek, temuan dan analisis

inter subjek, temuan dan analisis informan, serta analisis integratif. Seluruh subjek

dalam penelitian ini terdiri dari lima orang, dua orang dari kepala seksi program

advokasi sosial dan pekerja sosial serta tiga orang dari klien yang sedang

menjalani rehabilitasi sosial di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan”

Putat Nutug-Bogor. Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil

pengamatan penulis selama dilapangan karena klien dengan klasifikasi lainnya

tidak dapat dijadikan objek penelitian karena keterbatasan waktu atau mental dari

klien itu sendiri. Adapun terbimbing yang ada di Panti Sosial Pamardi Putra

“Galih Pakuan”-Bogor yang telah penulis wawancarai diantaranya :

A. Identitas Informan dan Subjek Penelitian

1. Informan penelitian

Tabel 2

Subjek Pekerja PSPP “Galih Pakuan” Bogor.1

No Nama Usia Jabatan

1 Ahmadin S.Pd.I.,M.Si 50 tahun Kepala Seksi Program dan

Advokasi Sosial

1 Wawancara pribadi dengan bapak Ahmadin Spdi;Msi dan Bro Robby, Kepala Seksi

Program dan Advokasi Sosial/ Pekerja Sosial Bogor, 30 April 2014

Page 79: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

67

2 Robby Rudiansyah 58 tahun Pekerja Sosial

Adapun deskripsi mengenai informan adalah sebagai berikut:

a. Bapak Ahmadin S.Pd.I.,M.Si

Bapak Ahmadin adalah salah satu pekerja di PSPP Galih Pkuan-

Bogor. Pak Ahmadin lahir di sukabumi tanggal 28 November 1964 berusia

50 tahun. Sekarang menjabat di PSPP Galih Pakuan sebagai kepala seksi

program dan advokasi sosial.

Beliau bekerja di PSPP ini sudah hampir 23 tahun dan diangkat

menjadi Pekerja Nasional (PNS) sejak tahun 1991, pak ahmadin di percaya

untuk menjadi kepala seksi program dan advokasi sosial di PSPP ini sejak

awal masuk ke panti rehabilitas tersebut.

b. Bapak Robby Rudiansyah

Pak Robby adalah salah satu staf Pekerja Sosial dan di percaya

untuk membimbing langsung residen-residen yang berada di lapangan.

Beliau di panggil akrab baik oleh residen-residen maupun rekan-rekan

kerja di PSPP dengan sebutan “Bro Robby” . Bro Robby lahir di Jakarta,

22 Januari tahun 1961 dan sekarang sudah menginjak usia 53 tahun. Bro

Robby masuk ke PSPP Galih Pakuan pada tahun 2013 dan bekerja sebagai

staf Peksos di Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan “Putst Nutug-

Bogor”.

Page 80: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

68

2. Terbimbing/ subjek penelitian

Tabel 3

Terbimbing Berdasarkan Agama.2

Agama Jumlah

Islam 269

Kristen 3

Jumlah 272

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas agama yang di

anut oleh terbimbing di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor

adalah agama islam, yakni kisaran agama islam 269 orang dan agama

kristen sebanyak 3 orang.

Tabel 4

Terbimbing Berdasarkan Usia.3

Usia Tingkatan Jumlah

10-14 Anak-anak 3 orang

15-20 Remaja 150 orang

21-25 Dewasa

awal

102 orang

26-40 Dewasa 10 orang

41-50 Manula 7 orang

Jumlah 272 orang

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas terimbing

berada di kisaran usia 15-20 tahun yaitu pada fase remaja, yang mana pada

usia ini dapat dikatakan sebagai usia produktif.

2 Data Base Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor, Tahun 2014

3 Ibid

Page 81: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

69

Tabel 5

Terbimbing Berdasarkan Klasifikasi Jenis NAPZA.4

Klasifikasi Residen Jumlah

Narkotika 94 0rang

Psikotropika 10 orang

Zat Adiktif 168 orang

Jumlah 272 orang

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas

terbimbing/residen menggunakan zat adiktif, yang mana zat adiktif ini

adalah bahan /zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan

Psikotropika, meliputi: minuman alkohol, inhalasi (gas yang dihirup),

solven (zat pelarut) dan tembakau.

Tabel 6

Terbimbing Berdasarkan Pendidikan.5

Klasifikasi Residen Jumlah

SD 73 orang

SMP sederajat 82 orang

SMA sederajat 108 orang

Paket B,C 2 orang

D III 2 orang

PT 5 orang

Jumlah 272 orang

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pendidikan pada

terbimbing/residen yang di gapai adalah pendidikan SMA sederajat, yang

mana pada masa ini lah terbimbing mengkonsumsi NAPZA,

4 Data Base Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Putat Nutug-Bogor, Tahun 2014 5 Ibid

Page 82: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

70

Tabel 7

Subjek Penelitian.6

Nama Rio Winaldi Beni Sukma Supriadi

Tempat & Tgl Lahir Jakarta, 24 -10-

1996

Palembang, 16-01-

1985

Jakarta, 06-02-

1980

Jabatan Spacial Funtion Spacial Funtion Spacial Funtion

Pendidikan SMP SMA SMA

Agama Islam Islam Islam

Tgl saat masuk Oktober 2013 Februari 2014 Juni 2013

Usia mengenal

NAPZA

9 tahun 10 tahun 16 tahun

Asal mula mengenal

NAPZA

Teman sebaya Sepupu Teman sebaya

Jenis NAPZA Miras, ganja,

somadril, trihex

Miras, sabu-sabu,

putau

Ganja

Masa rehabilitasi 7 bulan 7 bulan 2 Bulan

Pembimbing/ informan yang menjadi sampel penelitian penulis

adalah 2 informan yakni dari Pekerja Sosial dan Kepala Seksi Program &

Advokasi Sosial. Terbimbing/subjek yang menjadi sample penelitian

adalah yang aktif mengikuti kegiatan peer counseling berjumlah 3 orang.

Dengan jenis klasifikasi (Penyalahguna Krban NAPZA), yaitu Miras,

sabu-sabu, putau, ganja, somadril dan trihex. Klasifikasi ini diambil

berdasarkan pertimbangan dan hasil pengamatan penulis selama

dilapangan karena residen dengan klasifikasi lainnya tidak dapat dijadikan

objek penelitian karena keterbatasan waktu atau mental dari residen itu

sendiri. Adapun terbimbing yang ada di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan” Bogor yang telah penulis wawancarai diantaranya :

6 Wawancara Langsung dengan Residen , Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”

Bogor. Di Bogor pada Jumat, 16 Mei 2014.

Page 83: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

71

a. Rio winaldi

Rio winaldi dilahirkan di Jakarta, 24 Oktober 1996. Alamat

tempat tinggal Jl. Tipar Cakung Kp. Baru Rt. 11/08 Ds. Cakung

Barat Kec. Cakung Jakarta Timur, Rio merupakan residen yang di

tempatkan primary 3. Rio mengenal NAPZA Dari tahun 2009

sampai 2013 kalo untuk ganja dari tahun 2012 sampai 2013 kalo

obat-obatan dari tahun 2009 sampai 2013. Jenis NAPZA yang

sering dipakai biasanya miras, obat-obatan, ganja dan sabu. Semua

itu di dapatkan dari teman sebaya, kalo untuk obat Rio membeli di

toko, obat tersebut biasanya ada di tukang kosmetik di sampingnya

obat. Rio mengaku penyebab lain dari penyalahgunaan NAPZA

yang ia alami adalah karena kurangnya pengawasan dari orang tua

serta kurangnya pemahaman akan nilai-nilai agama. Dampak yang

dirasakan rio ketika mengkonsumsi ganja itu happy, percaya diri

(PD), setelah memakai itu bawaannya lapar, jika mengkonsumsi

obat lebih sering mandi, biasanya jika ingin memakai ganja itu

minum obat terlebih dahulu, setelah sudah merasa naik baru rio

mandi lagi kalo sabu itu hanya sekali-sekali isep saja sudah tidak

ada rasa pusing. Respon keluarga merasa kecewa, sangat kecewa,

keluarganya merasa sedih mengetahui rio mengkonsumsi NAPZA,

keluarganya merasa menyesel karna sudah lengah mengawasi Rio

begitupun dengan Rio sendiri.

Rio masuk ke PSPP “Galih Pakuan” Bogor pada 11

September 2013. Keluarganya tidak menyangka rio akan

Page 84: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

72

terjerumus ke dalam hal tersebut karna rio mengaku rio jika sedang

berada di rumah itu rajin shalat juga mengaji tapi beriringan

dengan itu Rio juga mengkonsumsi narkoba jalan shalat pun juga

jalan, jadi tidak bisa ketinggalan, Rio berasal dari keluarga yang

utuh, Rio termasuk mengkonsumsi NAPZA tipe rumahan dan

pengaruh ekonomi sangat labil. Rio mengaku pernah merasakan

jeruji besi/masuk penjara dan keluarga Rio sangat kaget karna

keluarganya tak menyangka rio sampai bisa masuk jeruji besi, Rio

masuk ke PSPP Galih Pakuan-Bogor melalui LAPAZ, dan Rio pun

mengaku bahwa pengalaman dia di penjara itu sangat tidak nyaman

tapi ketika masuk ke PSPP Galih Pakuan-Bogor dia merasakan

kenyamanan, bimbingan, masukan dari teman-teman sebayanya

dan juga di berikan motivasi oleh semua pihak yang bekerja di

PSPP ini.

b. Beni

Beni dilahirkan di Palembang, 16 Januari 1985, Beni

merupakan residen di primary 1. Mulai rutin mengkonsumsi

NAPZA dari kelas 2 SMA, mulai umur 15 tahun dan mengenal

dari kelas 4 SD sampai bulan Februari 2014, dia berasal dari

keluarga yang Broken home dan berkecukupan. Beni termasuk

pemakai NAPZA tipe klub-klub dan hotel. Jenis NAPZA yang di

pakai sabu, sasi, kokain, ganja, alkohol dan mulai mengenal dan

mendapatkan NAPZA dari link nya, pada awalnya menjadi bandar

NAPZA di bukakan usahanya oleh temen tetapi setelah itu usaha

Page 85: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

73

ini semakin besar yang di bukakan pacarnya, pacarnya memakai

NAPZA di palembang dan di julukinnya ratu sabu oleh temen-

teman sebayanya. Alasan pertama mengkonsumsi NAPZA adalah

bapak nya menderita sakit parah sehingga meninggal, beni merasa

sangat terpuruk dan saudara-saudara kandungnya sangat acuh

terhadap beni sehingga dia tidak mendapatkan perhatian yang di

inginkannya sehingga dia mengkonsumsi NAPZA sebagai bentuk

pelarian, meskipun pada awalnya Cuma coba-coba dan iseng-iseng.

Beni masuk ke PSPP “Galih Pakuan” Bogor pada 12

Februari 2014. Respon keluarga, pertama kedua ketiga dia masih

dikasih kesempatan, untuk yang ke empat untuk bisnis keluarga dia

sudah di blok, nama dia dikeluarin dari kartu keluarga (KK)

dihadapan notaris dan nama dia di surat kabarkan di kota tempat

dia dilahirkan selama tiga hari termasuk di TV lokal, karna saking

sangat kecewa akan tetapi dia menyadari yang namanya perbuatan

yang sudah sangat melanggar menurut keluarganya, beni harus siap

menerima apapun resikonya.

c. Sukma Supriyadi

Sukma dilahirkan di Jakarta, 06 Februari 1980. Alamat

tempat tinggal Depsos XV Bawah Rt. 008/009 No. 10 Kelurahan

Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Sukma

merupakan residen di primary 1.

Sukma masuk ke PSPP “Galih Pakuan” Putat Nutug-Bogor

pada 09 Juli 2013. Sukma mengenal NAPZA sejak lulus STM dari

Page 86: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

74

mulai tahun 1998-2013 awalnya dia hanya mencoba-coba, jenis

NAPZA yang di pakai minum alkohol, ganja dan putau, dia

mengenal dan mendapatkan dari temen. Alasan mengenal NAPZA

karna ada beberapa faktor, pertama faktor lingkungan, keluarga

dan teman. Respon keluarga ketika mengetahui bahwa sukma

mengkonsumsi NAPZA sangat sedih dan kecewa. Langkah

keluarga setelah mengetahui mengkonsumsi NAPZA adalah

menyuruh sukma tinggal bersama saudara dan sebisa mungkin

jauh-jauh dari rumah tempat dia dilahirkan.

B. Analisis Hasil Temuan

Analisis hasil temuan dalam penelitian kualitatif subjektif yang

tidak terlepas dari-nilai objektifitas kecenderungan subjektif yang tidak

terlepas dari nilai-nilai objektifitas. Perangkat analisa yang digunakan

selain pengamatan dan penelitian menggunakan referensi untuk

memperkuat dan melegitimasi secara akademis-ilmiah hasil tinjauan.

Selanjutnya, hasil dari penelitian menjelaskan deskriptif analisis

terkait dengan hasil temuan dilapangan. Fokus analisanya terletak pada

peer counselor yang teman-teman sebayanya jalani peer counselor baik

secara verbal maupun non-verbal yang terjadi di PSPP “Galih Pakuan”

Bogor.

1. Peran peer counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA di Panti

Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor

Page 87: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

75

Pada penelitian kali ini penulis fokus untuk membahas

mengenai peran peer counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA,

peran peer counselor merupakan suatu cara bagi para residen

belajar bagaimana memperhatikan dan membantu anak-anak lain,

serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.7 Dalam

membantu teman sebaya korban NAPZA pada residen secara

individual (one-to-one helping relationship), kepemimpinan

kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan,

tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk

membantu atau menolong.8 Peranan (role) merupakan aspek

dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan-kedudukannya maka

dia menjalankan suatu peran.9

Sehingga pada penelitian ini bisa kita lihat sejauh mana

peer counselor berperan memberikan motivasi serta dorongan-

dorongan kepada teman sebayanya yaitu korban NAPZA melalui

bahasa-bahasa sehari-hari, sehingga peer counselor dalam

rehabilitasi korban NAPZA bisa termotivasi untuk segera pulih..

Peer konselor adalah siswa yang berasal dari sekolah

(SMP/SMA/Sederajat), karang taruna, poskestren, pemuda

masjid/greja/keagamaan lainnya, pekerja industri, anak jalanan,

7 R.A.Carr, Theory and Practice of Peer Counseling, (Ottawa : Canada Employment and

Immigration Commission, 1981) h. 3 8 J.D. Tindall, and H.D. Gray, Peer Counseling: In-Depth Look At Training Peer Helpers,

(Muncie : Accelerated Developmen t Inc,1985), h. 5 9 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, Cet.

36, 2003), h. 243

Page 88: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

76

penyalahguna NAPZA dan lain-lain yang dilatih dengan materi

tertentu sehingga mampu memberikan informasi dan membantu

menyelesaikan masalah kesehatan pada teman sebayanya. Peer

counselor merupakan strategi yang efektif untuk menyelesaikan

masalah remaja dengan resiko penyalahgunaan NAPZA.

Kelompok sebaya dapat menurunkan remaja/siswa terhadap resiko

penyalahgunaan zat adiktif sehingga siswa yang berprilaku negatif

akan berkurang.

Peer counselor itu sendiri merupakan aspek teknik dan

pendekatan dalam kehidupan. Sehingga diharapkan setelah residen

berperan sebagai peer counselor di panti, dari teknik dan

pendekatan dari sikap masing-masing residen mengenai peer

counselor dapat berjalan baik dan bisa membantu teman sebayanya

untuk pulih dengan motivasi dan masukan yang mereka berikan.

Setidaknya mereka terbuka pemikirannya dan selalu belajar dari

kesalahan yang telah menjerumuskan mereka kepada jalan yang

buruk, menjadi lebih semangat kembali untuk menyongsong masa

depan dan terpenting dapat di terima baik di masyarakat maupun

keluarganya.

Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan

penulis menemukan bahwa peer counselor di panti sangat di

butuhkan untuk membantu masalah yang dihadapi oleh teman-

teman sebayanya. Sebagaimana yang diungkapkan Bapak

Ahmadin:

Page 89: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

77

“Peer counselor dikita ini kan ada beberapa grup, grup itu

dalam TC sebenernya ada konseling individu ada konseling

kelompok itu yang dikatakan peer counseling artinya static

group nah static group itu adalah seorang konselor atau

pekerja sosial mempunyai anak binaan misalkan ada 10

orang nah disitu nanti akan terjadi konseling artinya peer

mereka misalkan si konselor sebagai komda menyampaikan

silahkan misalkan kita ada rool nya gitu kan ada sircle nya

disitu setelah sircle nanti baru si komdak memandu acara

ada rusnya/ada aturannya setelah itu nanti diserahkan siapa

yang punya isu dalam artian masalah biasanya kan mereka

kan mengangkat tangan itu nanti mereka menyampaikan

masalahnya ditanggapi oleh temannya, dikasih solusi

pendapat feed back istilahnya, ada tanggapan ada feedback

kalo udah selesai tanggapan dan feed back oleh temen-

temennya baru si komdak ini menyimpulkan, ini satu kasus

satu orang teruus sampai ada beberapa orang

menyampaikan itu sehingga nanti penyelesaian kelompok

konselingitu di bahas bersama dan hasilnya kita bersama,

kalo memang belum tuntas itu mungkin di lanjut minggu

depan lagi, jadi setiap minggu grup sketing itu namanya

peer counselor sebetulnya , ada peer static group ada juga

yang mungkin pake pic juga ada menggunakan sircle itu

disebutnya dinamika kelompok. Peer counselor disini

menjadi suatu treetmen.10

Dari ungkapan Bapak Ahmadin diatas terlihat bahwa peer

counselor dapat membantu residen yang lain menjadi lebih baik

melalui masalah yang disampaikan kemudian ditanggapi oleh

temannya, diberikan solusi, pendapat, feed back, menyimpulkan

yang di sampaikan oleh teman-teman sebayanya beserta Pekerja

Sosial PSPP.

Hal lain diungkapkan oleh Bapak Robby;

“Pengaruhnya sih tinggi, artinya dari mereka untuk mereka

gitu loh, Cuma memang saya bilang itu relatif ya, kadang-

kadang ada juga pada saat di luar circle itu pengaruh negatif

itu tinggi cepet juga, memang tergantung mutnya dia,

feelingnya mereka pada saat itu but apa bet nah kalo bet

pasti karakter negatif itu cepet, kalo dia lagi feeling good

10 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmadin, Spdi.Msi, Kepala Seksi Program dan

Advokasi Sosial, Bogor, 06 Mei 2014

Page 90: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

78

nah itulah disitu makanya kenapa kejelian seorang konselor

atau pekerja sosial itu, pada saat dia feeling dia lagi good

disitulah kita berperan seorang konselor edik maupun itu

psikolog disitu artinya kita mendampingi gitu loh, kita bisa

jadi apa pendamping, nah ini yang harus kita inikan gitu loh

jadi yang namanya body pada saat dia duduk yah ada kita,

pada saat dia jalan kemana ada kita gitu loh, jadi nanti dia

akan berfikir gitu loh pada hal yang positif gitu loh.11

Dari ungkapan di atas terlihat bahwa pekerja sosial selalu

dapat mendampingi residen melalui peran pekerja sosial yang

diharapakan seorang pekerja sosial bisa menyampaikan, memberi

contoh dan mendampingi residen korban NAPZA yang sesuai

dengan bahasa-bahasa yang bisa dimengerti teman-teman

sebayanya. Sehingga mereka tidak begitu saja putus asa untuk

dapat kembali pulih bahkan berharap untuk bisa benar-benar

sembuh dari ketergantungan NAPZA.

Awal mula munculnya Peer Counselor, penulis melakukan

analisa dan ikut serta kegiatan yang ada di Panti Sosial Pamardi

Putra “Galih Pakuan” ini , peer counselor ini muncul dengan

adanya kegiatan-kegiatan diantaranya:

a. Moring Meeting

Pertemuan yang merupakan komponen utama

yang dilaksanakan setiap pagi hari pukul 08.00 untuk

mengawali kegiatan residen dan diikuti oleh seluruh

residen yang dipimpin oleh chief yaitu residen yang

bertugas memimpin teman-temannya.

11

Wawancara Pribadi dengan Bro Robby, Pekerja Sosial, Bogor, 20 April 2014

Page 91: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

79

1) Tujuan

a) Mengawali hari agar menjadi lebih baik

b) Image breaking (membangkitkan

kepercayaan diri), melatih kejujuran dan

kepercayaan terhadap residen yang lain

c) Mengidentifikasi perasaan

d) Membahas isue keseluruhan

rumah/asrama yang harus diselesaikan

oleh komunitas.

Di dalam kegiatan morning meeting selalu

diawali doa menurut agama dan kepercayaan mereka

masing-masing dengan cara melingkar dan berpegangan

pundak, lalu membaca the creed kemudian setiap

individu maju kedepan untuk memberikan info-info atau

masukan untuk residen yang lainnya. Di dalamnya

terdapat beberapa sesi yaitu:

a. Awarness yaitu, peringatan ringan.

b. Motivation yaitu, memberikan motivasi

untuk sesama residen.

c. Anknowledge yaitu, ucapkan terimakasih

kepada residen di depan forum.

d. Announcement yaitu, mengungkapkan

pengumuman yang akan dilakukan bersama-

sama.

Page 92: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

80

e. Quotes yaitu, kamut (kata-kata mutiara)

yang diberikan salah satu residen untuk

residen lainnya.

f. Reading yaitu, membacakan/menginfokan

berita ke sesama residen.

2) Proses

a) Perkenalan anggota.

b) Pembacaan filosofi yang tertulis (written

philosophy).

c) Pengumuman yang berkaitan dengan

kepentingan bersama.

d) Pull up (peringatan dan nasehat).

e) Pernyataan pribadi atau penghargaan

f) Pembacaan berita aktual.

g) Konsep hari ini.

h) Permainan.

i) Pernyataan observer dan di tutup dengan

ucapan selamat pagi serta jabat tangan.

3) Aturan

a) Setiap residen wajib aktif.

b) Setiap residen mendengarkan dengan

baik.

c) Setiap residen menjadi bagian daripada

permasalahan.

Page 93: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

81

d) Mengidentifikasi keadaan seluruh rumah

(asrama).

Dalam kegiatan morning meeting ini hanya

sebagian residen yang berperan aktif untuk ikut

berpartisipasi mengisi bagian-bagian diatas pada

sebuah lembaran yang telah diberikan oleh ceef.

Hanya residen tertentu yang selalu aktif untuk

memberikan pendapatnya.12

b. Morning briefing

Pertemuan seluruh residen yang dilaksanakan

pada hari sabtu dan minggu pukul 08.00 kegiatan ini

dilakukan pada akhir pekan untuk membahas masalah-

masalah yang terjadi didalam rumah atau setiap asrama

dan membahas perasaan yang sedang mereka alami

pada hari itu dan memfollow up kegiatan yang mereka

lakukan selama seminggu.

Tidak jauh beda dengan kegiatan morning

meeting bahwasanya hanya sebagian residen yang aktif

untuk mengungkapkan segala permasalahn yang

mereka alami pada hari itu.13

12

Hasil temuan lapangan pada saat penelitian mulai dari bulan Oktober 2013 s/d Mei

2014 13

Ibid

Page 94: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

82

c. Sharing circle

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari , terutama

setelahkegiatan moring meeting dan morning briefing.

kegiatan ini diikuti oleh seluruh residen untuk

membahas masalah yang terjadi pada diri masing-

masing individu, kemudian membiasakan diri untuk

memberikan masukan dan menanyakan secara jelas

masalah yang dialami oleh familinya (family adalah

sebutan akrab residen PSPP “Galih Pakuan” Bogor)

Kegiatan ini dipimpin oleh Chief dan

dimonitoring oleh pembina. Namun, terkadang

memberikan tanggung jawab untuk memonitoring

kegiatan ini dan memberikan nasehat, motivasi dan

pengetahuan. 90% residen aktif menguraikan

permasalahan yang dihadapinya dan residen yang

lainnya juga aktif untuk memberikan nasehat dan

motivasi untuk sama-sama ingin pulih dari

ketergantungan NAPZA.14

Dari uraian diatas bisa penulis simpulkan, bahwa residen

berperan penting terhadap teman sebayanya untuk saling

mengingatkan, memotivasi, mendorong, menegur, menasehati serta

mengkritik teman-teman sebayanya, maka dinamakanlah dengan

Peer Counselor.

14

Hasil temuan lapangan pada saat penelitian mulai dari bulan Oktober 2013 s/d Mei

2014

Page 95: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

83

Selain itu dari hasil observasi dan wawancara langsung

selama dilapangan peran peer counselor memiliki manfaat yaitu

agar residen mendapatkan motivasi, feed back, pengalaman, dan

dorongan untuk pulih. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

saudara Beni;

“Pertama posisi saya sebagai pendengar disini kita

sebenernya jatoh dari segi mental dan pikiran, iya kan kita

jatoh tetapi kita sharing kita diberi motivasi gitu diberi

pemikiran yang bagus yang lurus dan positif, jadi yang kita

ubah disini mainset kita sudut pandang kita pola pikir. Kalo

sebagai posisi kita pendengar yaa sebenernya kita

mendengar banyak kisah lah itu juga sudah bisa terjadi di

diri kita atau belum pernah terjadi itu saya jadikan sebagai

pembelajaran gitu loh pengalaman tetapi kalo untuk

motivasi kita tetep kasih dia motivasi yang membangun.15

Dari ungkapan saudara Beni diatas meskipun kita sudah

jatuh di lubang yang salah akan tetapi kita masih bisa ubah mainset

dari sudut pandang dan pola pikir. Jadikanlah semua hal menjadi

pembelajaran dan pengalaman serta tetap kita selalu memberi

motivasi terhadap diri kita dan teman-teman sebaya yang lain.

Hal lain diungkapkan oleh saudara Rio dan Sukma;

“Kita bisa saling mengetahui satu sama lain masalah dia di

luar apa dan saya juga apa, bisa ngambil dampak yang

positifnya dari dia, memberi feed back kita kasih.

“Suatu tritment ya.16

Dari ungkapan Rio dan Sukma dapat terlihat bahwa peer

counselor dapat dikatakan sebagai suatu treament, dapat saling

mengetahui masalah teman-teman sebayanya yang lain dan bisa

15

Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014 16

Wawancara Pribadi dengan Saudara Sukma, Residen Panti Sosial Pamardi Putra

“Galih Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014

Page 96: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

84

memberikan feed back terhadap teman-teman sebayanya di panti

ini.

2. Dasar-dasar komunikasi dalam Peer Counselor

1) Acceptance yaitu merupakan teknik yang digunakan

konselor untuk menunjukkan minat, pemahaman terhadap

hal-hal yang dikemukakan konseli dan sikap menerima

pribadi konseli sebagai suatu keseluruhan. Sebagaimana

diungkapkan oleh saudara Beni;

“Saya pertama tegor, sindir, dan blash marah ya

kan, kalo semua itu gak bisa kita punya tritment-

tritmen khusus sendiri, tritment-tritment khususlah

pokonya tritment ini mengarahkan mereka ke

kebersamaan karna kita semua disini punya gimana

ya bisa dibilang motto ya kan all for one one for all

disini”.17

2) Attending, yaitu perilaku yang secara langsung

berhubungan dengan respek, yang ditunjukan ketika

konselor/helper memberikan perhatian penuh pada

konseli/helpee, melalui komunikasi verbal maupun non

verbal, sebagai komitmen untuk fokus pada konseli.

Sebagaimana diungkapkan oleh saudara Sukma;

“Mendorong dirinya biar lebih peduli lagi dengan

family nya disini”.

3) Summarizing yaitu ketrampilan konselor untuk

mendapatkan kesimpulan atau ringkasan mengenai apa

yang telah dikemukakan oleh konseli.

Diungkapkan oleh saudara Beni;

17

Wawancara Pribadi dengan Saudara Sukma, Residen Panti Sosial Pamardi Putra

“Galih Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014

Page 97: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

85

Sebenernya kalo saya bilang bukan kearah

keterampilan yah, tapi saya berkaca dengan

pengalaman hidup saya kemarin dan saya bagi ke

mereka, karna kita disini balik lagi kita merubah

mainset mereka, pola pikir mereka, karna pola pikir

kita bisa dapet dari pengalaman ya kan, pengalaman

kan guru yang paling baik.18

4) Questioning yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dan

memberikan kesempatan pada konseli uniuk

mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan jawaban

dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan

konseli dan bersifat mendalam genuineness adalah

mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai cara

meningkatkan hubungan dengan dua atau lebih individu.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Robby;

“Pada saat di di grup kan itu kan pada saat dia

memberikan motivasi, jadi temennya sharing kita

kembalikan lagi ke mereka artiannya motivation,

feed back, entar mereka angkat tangan itu lah disitu,

jadi keterampilan dia berbicara memberikan suatu

motivasi yang maslahat ama temennya itu seperti

apa, nah yapi pada saat dia memberikan suatu

motivasi ke temennya itu sama dengan dia

memberikan suatu motivasi ke dirinya sendiri gitu

loh, dan peranan seorang konselor edik pada saat di

grup terapi itu dari 10% itu Cuma 1% selebihnya

dari mereka semua, nah gitu loh, kita hanya

memberikan suatu support jadi tambahan gitu loh,

pada saat diberikan suatu motivasi temennya, nah

kita selaku konselor edik atau pekerja sosial ini

harus milih pada saat itu temen-temennya

memberikan suatu motivasi apa nih terhadap

mereka , yang tidak ada sama mereka itu, itulah kita

yang nambahin gitu loh, dari misalnya mereka

memberikan suatu motivasi cuma lima kata gitu loh,

18

Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014

Page 98: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

86

tapi kita bisa menambahkan satu atau dua kata nah

itu kita harus nambahin.19

5) Questioning, yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dan

memberikan kesempatan pada konseli untuk

mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan jawaban

dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan

konseli dan bersifat mendalam. Seperti diungkapkan oleh

pak Ahmadin Spdi;M.Si

“Saya hanya memberikan arahan saja setelah itu

residen lah yang mengeksplor serta memberi

jawaban terhadap masalah yang mereka alami”.20

6) Genuineness, adalah mengkomunikasikan secara jujur

perasaan sebagai cara meningkatkan hubungan dengan dua

atau lebih individu. Seperti di ungkapkan oleh saudara

Beni;

“Saya pertama tegor, sindir, dan blash marah ya

kan, kalo semua itu gak bisa kita punya tritment-

tritmen khusus sendiri, tritment-tritment khususlah

pokonya tritment ini mengarahkan mereka ke

kebersamaan karna kita semua disini punya gimana

ya bisa dibilang motto ya kan all for one one for all

disini”.21

7) Assertiveness, kemampuan mengekspresikan pemikiran

dan perasaan secara jujur, yang ditunjukkan dengan cara

berterus terang, dan respek pada orang lain. Saudara Beni

mengungkapkan;

19

Wawancara pribadi dengan Bro Robby, Pekerja Sosial, Bogor, 16 Mei 2014 20

Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmadin Spdi;M.Si, Kepala Seksi Program dan

Advokasi Sosial, Bogor, 30 April 2014 21

Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014

Page 99: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

87

“Kalo untuk saya, karna saya udah merasa

bagaimana paitnya karna kena narkoba ya kan, ya

saya gak mau mereka lama gitu loh mumpung

mereka belom parah seperti saya, ya saya kasih

sudut pandang pola pikir yang menurut saya yang

baik untuk mereka, jadi tetep balik lagi disini ke

mainset tapi ya tiap orang kan penyampaiannya

berbeda-beda ke bewah, kalo saya bisa di bilang

secara pedas sampe saya di julukin kiler disini karna

gimana ya disini jangki, jangki itu punya pemikiran

yang batu jadi susah berubah karna egonya tinggi,

karna pola pikirnya sempit ya, jadi kita harus

pecahin tuh batu gimana caranya ga bisa dengan

cara yang pelan, yah tetep semuanya butuh proses

karna kita untuk mencapai proses kenyamanan

harus ngelewatin yang ngga nyaman dulu.22

8) Confrontation, adalah ekspresi konselor tentang

ketidakcocokannya dengan perilaku konseli. Dengan kata

lain, konfrontasi adalah ketrampilan konselor untuk

menunjukkan adanya kesenjangan dan inkongruensi dalam

diri konseli, dan problem Solving adalah proses perubahan

sesorang dari fase mengeksplorasi satu masalah,

memahami sebab-sebab masalah, dan mengevaluasi

tingkah laku yang mempengaruhi penyelesaian masalah

itu. Saudara Rio mengungkapkan;

“Kalo untuk konseling sih kalo disitu ada back up

nya itu berjalan dengan baik tapi kalo misalnya kita

lagi gak emut yang satunya terlalu egois pengen dia

sendiri sedangkan curahan hati kita itu gak di

dengerin ama dia, biasa kalo disaat lagi sama

residen ya lagi sport sore suka bilang kalo make ini

begini rasanya-make ini begini rasanya, trus mereka

ngasih masukan intinya gini yang udah berlalu

biarlah berlalu kita belajar aja disini gak usah

mikirin pulang semua pasti pulang disini kalo belup

pulih ngapain kita pulang.Setelah saya sharing sama

22

Ibid

Page 100: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

88

teman-teman sebaya yang lain saya merasa plong

aja sedikit demi sedikit kita bisa lupa masalah.23

9) Problem Solving, adalah proses perubahan sesorang dari

fase mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab-sebab

masalah, dan mengevaluasi tingkah laku yang

mempengaruhi penyelesaian masalah itu. Seperti di

ungkapkan oleh Bro Robby;

“Saya sebagai pembimbing menentukan sejauh

mana para residen disini berubah dari fase-fase yang

ada, setelah itu barulah kami mengadakan evaluasi

yang sekiranya sudah memiliki perubahan dalam

kelompok kita akan naikan pangkat yang tadinya

menjadi pendengar saja karena dia aktif dalam

group maka kita naikan tingkat mereka menjadi

special fungtion misalnya”.24

3. Manfaat yang didapatkan peer counselor setelah melaksanakan

perannya di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan

penulis menemukan bahwa keberhasilan dari peer counselor dalam

rehabilitasi korban NAPZA di panti. Sebagaimana yang

diungkapkan saudara Rio;

“Manfaat yang saya dapet bisa memberikan contoh yang

baik, trus orang tua udah mulai percaya sama saya karna

kepercayaan itu susah ka untuk di dapat.25

Selama mengikuti Peer Counselor, tidak ada keinginan

untuk mengkonsumsi NAPZA, tapi kalau untuk lebih lanjutnya Rio

tidak tahu akan seperti apa nantinya, akan tetapi kalau dalam diri

residen berkata tidak untuk mengkonsumsi NAPZA kembali,

23

Wawancara pribadi dengan Rio, PSSP “Galih Pakuan”, Bogor 15 April 2014. 24

Wawancara Pribadi dengan Bro Robby, Pekerja Sosial, Bogor, 30 April 2014 25

Wawancara pribadi dengan saudara Rio, PSSP “Galih Pakuan”, Bogor 15 April 2014

Page 101: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

89

residen mengaku banyak godaan di luar sana yang tidak bisa

residen duga kedepannya.

Hal lain diungkapkan oleh saudara Beni;

”Yang bisa kita dapet disini sebenernya

kepercayaan, kepercayaan dari luar sana baik itu

dari keluarga atau di lingkungan masyarakat karna

dalam note gimana ya karna dalam pola pikir orang

kalo kita udah di rehab berarti kita udah bener, itu

kan salah satu cara kita buka jalan kita untuk

kembali ke mereka dengan baik kepercayaan

keluarga ataupun masyarakat karena dalam note

gimana ya dalam pola pikiran orang kalo kita udah

di rehab, berarti kita ga bener itu kan salah satu cara

kita buka jalan kita kembali ke mereka.26

Hal lain diungkapkan oleh saudara Sukma;

”Lebih ke apa ya, bisa merasa lebih baik aja”

Dari ungkapan informan dan subjek yang sudah dipaparkan di atas

dapat terlihat bahwa setelah mengikuti Rehabilitasi dengan memiliki peer

counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA, maka residen dapat

membantu dan menolong teman teman sebayanya baik dilakukan secara

dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship) maupun

kelompok, kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian

pertimbangan, tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk

membantu atau menolong,27

memperbaiki hidup dan tidak mau

mengulangi kesalahan yang sama. Peran yang sangat penting bagi residen

PSPP “Galih Pakuan” untuk dapat membantu proses rehabilitasi untuk

segera pulih dari ketergantungan NAPZA. Mereka berniat untuk pulih dan

26

Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014

27 J.D. Tindall, and H.D. Gray, Peer Counseling: In-Depth Look At Training Peer

Helpers, (Muncie : Accelerated Developmen t Inc,1985), h. 5

Page 102: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

90

ingin di terima oleh masyarakat serta keluarga yang mereka kecewakan

sebelumnya. Hasil dari wawancara tersebut tidak ada perbedaan antara

subjek 1 dan 2 dan 3. Dimana semua subjek merasa yakin akan merubah

kebiasaan dia mengkonsumsi NAPZA, dan ingin pulih meski masih

banyak kemungkinan akan terjerumus kedalam dunia gelap kembali

seperti mengkonsumsi NAPZA, akan tetapi semua informan mengaku

dengan mengikuti program yang ada di PSPP ini akan membuka mainset

yang pada awalnya mereka merasa sudah dianggap sampah oleh

masyarakat dan keluarganya tapi mereka meyakini dengan beradanya

mereka di panti ini bisa memperbaiki kesalahan hidup yang pernah

dialaminya setidaknya sadar bahwa NAPZA itu sangat membahayakan

dirinya.

Peer counselor sangat bermanfaat untuk para residen yang ada di

PSPP “Galih Pakuan” karena dengan adanya peran bagi residen itu sendiri

mereka dapat mewujudkan harapan-harapan mereka untuk pulih dari

ketergantungan NAPZA. Subjek yang peneliti wawancarai merasa dengan

adanya peran peer counseling, mereka merasa terbantu untuk dapat

mendorong, menegur, meperhatikan, mengkoreksi dirinya sendiri dari

pengalaman teman-teman sebayanya yang lain serta memotivasi antar

residen korban NAPZA, meskipun para residen pun tidak bisa menjamin

dengan adanya peran peer counseling mereka bisa tidak terjerumus

kembali kepada NAPZA, karena menurut residen sendiri kehidupan di luar

sana sangat kejan dan bermacam-macam pergaulan jika mereka terjerus

kedalam pergaulan bebas kembali tidak menutup kemungkinan mereka

Page 103: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

91

akan mengkonsumsi NAPZA kembali, tapi untu saat ini residen merasa

lebih baik berada di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor dan

besar harapan mereka untuk bisa benar-benar pulih dari ketergantungan

NAPZA.

Page 104: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”

Bogor tentang peran peer counseling terhadap korban NAPZA pada

residen di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor adalah

sebagai berikut:

1. Peran peer counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA menurut

Sudarsono, teman sebaya berarti teman-teman yang sesuai dan sejenis,

perkumpulan atau kelompok pra puberitas yang mempunyai sifat-sifat

tertentu dan terdiri dari satu jenis. Sedangkan kelompok sebaya adalah

kelompok persahabatan yang mempunyai nilai-nilai dan pola hidup

sendiri, dimana persahabatan dalam periode sebaya penting sekali

karena merupakan dasar pokok mewujudkan nilai-nilai dalam suatu

kontak sosial. Jadi teman sebaya merupakan media bagi

remaja/dewasa untuk mewujudkan nilai-nilai sosial tersendiri dalam

melakukan prinsip kerjasama, tanggung jawab dan kompetisi.

Sedangkan peer counseling yaitu hubungan membantu yang dilakukan

secara individual (one-to-one helping relationship), kepemimpinan

kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial,

dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau

menolong, untuk ini diperlukan adanya hubungan yang saling percaya

diantara konselor dan konseli, Terciptanya komunikasi yang saling

Page 105: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

93

terbuka dan terjadinya pemberdayaan konseli agar mampu mengambil

keputusan. Penciptaan hubungan diantara keduanya (konselor dan

konseli) sangat penting, sebab hubungan konselor dengan konseli

merupakan “jantung” dari keseluruhan proses konseling. Hubungan

konselor dengan konseli menjadi dasar dalam keseluruhan proses

konseling. Bahkan, menurut pendekatan eksistensialis, dalam

keseluruhan proses konseling yang paling utama adalah hubungan

konselor dengan konseli, karena situasi hubungan tersebut merupakan

stimulus untuk tercapainya tujuan konseling yang diharapkan, yaitu

terjadinya perubahan ke arah yang positif, dan terciptanya satu kondisi

agar konseli merasa bebas melakukan eksplorasi diri, penyesuaian diri

daan kesehatan mental, kebabasan secara psikologis tanpa

mengabaikan tanggungjawab sosial.

2. Komunikasi dalam peer counseling di Panti Sosial Pamardi Putra

“Galih Pakuan” Bogor ini diantaranya: Acceptance, attending,

summarizing, questioning, genuineness, assertiveness, confrontation,

dan problem solving.

3. Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan tentang manfaat yang

diperoleh dari peran peer counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA

di PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah residen dapat memberikan

contoh yang baik terhadap teman-teman sebayanya maupun terhadap

orang lain, dapat mendapatkan pengalaman dari teman-teman

sebayanya yang lain, dapat saling memotivasi teman sebaya yang lain,

kedua orang tua pun sudah mulai percaya kepada anak-anak yang

Page 106: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

94

mereka titipkan di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, karena residen merasa

kepercayaan itu sangat sulit untuk di dapatkan setelah mereka

menyadari bahwa menjadi penyalahguna NAPZA itu sangat

merugikan dirinya.

B. Saran

Dari hasil pengamatan penulis mengenai peran peer counseling

terhadap korban NAPZA pada residen di Panti Sosial Pamardi Putra

“Galih Pakuan” Bogor, penulis memberikan saran sebagai berikut:

a. Materi yang di sampaikan sebaiknya memperhatikan

residen berdasarkan kebutuhan yang mereka harapkan di

Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor dan

b. Pelaksanaan peer counselor lebih di perjelas kembali untuk

kedepannya dan menjadi pacuan untuk para residen, karena

peer counselorbaik untuk para residen di Panti Sosial

Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

c. Residen harus meyakini bahwa perannya bermanfaat untuk

dirinya dan orang lain.

d. Diharapkan kepada Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan” Bogor memberikan pelatihan lebih kepada

Residen PSPP untuk menambah pengetahuan guna

menunjang pemulihan pada residen PSPP “Galih Pakuan”

Bogor”.

Page 107: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

95

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

Adi, Kusno. Diversi Sebagai Upaya Alternative Penanggulangan

Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Umm Press, 2009.

Agoes, ADariyo. Psikologi Perkrmbangan Remaja, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2004) Cet1

Andi , Hamzah dan Surachman RM, Kejahatan Narkotika dan

Psiotropika, Jakarta: PT. karya Unipress, 1994

BNN RI. Pedoman Pelaksanaan P4GN Melalu Peran Serta Kepala

Desa/Lurah,, Jakarta: 2007

Carter, T. D. Peer Counseling: Roles, Functions, Boundaries. ILRU

2005, Program. [Online]. Tersedia:

http://www.peercounseling.com. Akses 12 September 2006.

Dadang , Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi NAZA

(Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif), (Yogyakarta: Dana

Bhakti Prima Yasa, 2002)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, ( Jakarta: CV.

Bayan Qur’an, 2009)

Elvinaro, Ardianto. Metodologi Penelitian untuk Public Relation, cet.

Ke-1 ( Bandung: SIMBIOSA REKATAMA MEDIA, 2010),

Gatot, Supramono. Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta: Djambatan,

2007

Glading, S.T. Group Work : A Counseling Specialty. Englewood Cliffs

: Prentice-Hall,1995

Page 108: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

96

Gosita, Arief. Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressisndo,

1993

Gunarsa Singgih D., Konseling dan Psikotropika, Jakarta: Gunung

Mulia, Cet 7, 2007

H, Cowie dan Wallace, P . Peer Support in Action, From Bystanding to

Standing By. London : Sage Publications, 2000

Hamidi, Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2010)

Husaini , Husman. Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: Bumi

Aksara, 2000)

J.E. Sahetapy, (ed). Bunga Rampai Viktimisasi, Cet.I, Eresco,

Bandung, 1995, (selanjutnya disingkat J.E. Sahetapy I), h.

204 dikutip dari Zvonimir Paul Separovic. Victimology,

Studies of Victims, Zagreb, 1985

Kartini, Kartono. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan),

Bandung: CV. Mandar Maju, 2007

Kristi, Poerwandari E. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian

Psikologi,( Jakarta: Lembaga

Kusno, Adi. 2009, Diversi Sebagai Upaya Alternative

Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Umm

Press, Malang

L.F. Winfield, NCREL Monograph : Developing Resilience in Urban

Youth, 1994

Lexy , J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2000)

Page 109: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

97

Lutfi. M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam,(

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008)

Masri, Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei,

Cet. Ke-1 (Jakarta: LP3ES, 1995),

Middle Schools : A Practical approach. Madison : Brown &

Benchmark.Partodiharjo Subagyo, Kenali Narkoba & Musuhi

Penyalahgunaannya, T. Tp: LKP Yayasan Karya Bahakti,

2004

Muladi, “HAM dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana”, dalam

Muladi (ed) Hak Asasi Manusia; Hakekat, Konsep dan

Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat,

Refika Aditama, Bandung, 2005

Munir, Amin Samsul. Bimbingan dan Konseling Isla, Jakarta: Amzah,

2010

Muro, J.J., and Kottman, T. (1995). Guidance and Counseling in the

Elementary and Pasal 103 ayat (2) Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pengembangan Sarana

Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983).

R.A, Carr. Theory and Practice of Peer Counseling. Ottawa : Canada

Employment and Immigration Commission, 1981.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential

Skills for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York

: Broadway Books.

Rena, Yulia. Viktimologi, Graha ilmu,Yogyakarta, 2010.

Page 110: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

98

Santrock, J.W. (2004). Life-Span Development. Ninth Edition. Boston :

McGrawHill Companies.

Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei, cet.

Ke-1 (Jakarta: LP3ES, 1995),

Siregar, Juke R. Mengembangkan Daya Lentur Pada Anak dan

Remaja, Buletin Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia

Volume 3, Maret 2003.

Subana.M, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, ( Bandung: Pustaka Setia,

2005).

Tindall, J.D. and Gray, H.D. (1985). Peer Counseling: In-Depth Look

At Training Peer Helpers, Muncie : Accelerated

Development Inc.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

V. Sambudiyono, MM, Peran Serta Masyarakat Di Bidang P4GN,

Jakarta: 2012

Warjowarsito dan Tito W, Kamus LengkapBahasa Inggris- Indonesia,

Indonesia-Inggris, Bandung 1980

Winfield, L.F. (1994). NCREL Monograph : Developing Resilience in

Zahrotun dan fadhilah Suralaga, Psikologi Perkembangan, Cet-1

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006).

B. Website:

http://raneebk.blogspot.com/2011/06/konselor-sebaya-peer

counseling-untuk.html.

Page 111: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

Wawancara Untuk Residen

Nama : Rio

Jabatan : Spacial funtion

Tanggal Wawancara : 16 Mei 2014

Pukul : 10.30-11.28 WIB

Tempat Wawancara : Saung primary 1

1. Bagaimana sejarah awal pengenalan anda terhadap NAPZA?

Itu awalnya sih kita main, nongkrong, awalnya itu kita minum pas minum jadi

efeknya lari ke obat dapet dari temen, pas tahun 2012 itu baru kita kenal ganja

2. Sejak kapan dan sudah berapa lama anda mengkonsumsi NAPZA?

Dari tahun 2009 sampai 2013 kalo untuk ganja dari tahun 2012 sampai 2013 kalo

obat-obatan dari tahun 2009 sampai 2013

3. Jenis NAPZA apa saja yang anda pakai?

Itu biasanya obat-obatan sama ganja sabu juga pernah make

4. Selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman sebaya), bagaimana

respon anda?

Setelah saya sharing sama dia merasa plong aja sedikit demi sedikit kita bisa lupa

masalah

5. Selama mengikuti kegiatan Peer counseling (konseling teman sebaya), apakah

pengaruh positif/negatif yang anda terima?

Untuk negativnya kadang-kadang ini juga si dongkol aja, ceritanya kadang-kadang

dia itu ceritanya narkoba lah kita make gini-gini jadi kita males gitu terlalu norak kalo

gitu mah ga usah di ceritain. Kalo positifnya banyak kaya semacem dia berbagi juga

Page 112: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

6. Bagaimana anda memperhatikan dan membantu teman-teman anda yang lain?

Saya sih awalnya ngasih motivasi, ya saya bilang lebih dewasa dikit ga usah malu

disini jangan takut salah kita semuapun disini salah gak ada yang bener, berusaha

untuk menjadi sampah yang bener sanpah yang berharga biar nanti di masyarakat gak

dianggap sampah terus.

7. Bagaimana usaha anda bertingkah laku dengan tujuan untuk membantu teman sebaya

anda?

Kalo untuk menghibur ya saya juga sering menghibur juga ka, misalnya ada yang lagi

bad dia ngelamun aja disitu saya hibur saya bercandain saya humoris biar dia tuh

hatinya ini juga terhibur, motivasi, feed back, memberikan yang saya dapet selama

disini

8. Apakah hubungan anda dengan teman-teman anda yang lain baik-baik saja dalam hal

berkomunikasi?

Kalo disini baik, harmonis seperti keluarga sendiri

9. Keterampilan apa saja yang anda miliki untuk memberi arahan/motivasi terhadap

teman sebaya anda yang lain?

Berusaha berbicara yang baik sama teman-teman sebaya yang lain, tapi kalo saya

ngasih motivasi ke dia pasti kalo masalah agama itu pasti ada ka

10. Apa motivasi anda selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman

sebaya) ini?

Pengen merubah hidup yang sebelumnya sudah hancur udah pengen kalo sekarang

kan kalo menurut saya bukan zamannya penyesalan karna manusia itu suatu saat akan

nyesel juga ka

11. Upaya apa saja yang dilakukan oleh anda untuk membantu teman sebaya anda agar

teman sebaya anda bertingkah laku lebih baik terhadap teman sebaya yang lainnya?

Page 113: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

Mendorong dirinya biar lebih peduli lagi dengan family nya disini

12. Selama mengikuti Peer Counselor, ada atau tidak keinginan untuk mengkonsumsi

NAPZA?

Engga, tapi kalo untuk lebih ininya saya gak tau ya tapi kalo dalam diri saya saya

berkata engga, banyak godaan di luar sana kan

13. Bagaimana keadaan anda sebelum dan sesudah menjalani proses Peer Counseling

(konseling teman sebaya) atau rehabilitasi?

Saya sebelum saya kesini itu saya merasa penegn disini aja dulu, gimana sih mikirin

orang tua tap setelah saya sharing ke temen saya itu udah plong sedikit demi sedikit,

saya bisa senyum, lebih baik, tenang gitu diri saya

14. Apa tujuan anda selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman

sebaya)?

Satu untuk pulih dua untuk meminimase berpikir negativ trus pengen ngebahagian

orang tua

15. Hambatan/kendala apa yang anda rasakan selama menjalani Peer Counselor ini?

Nah itu saya kadang-kadang suka malu sendiri ka ntah apa yang ada di pikran saya

tuh gak ada emang dari dulu saya emang gitu sih kalo saya lagi bed nood saya

bengong bengong aja udah diem gak banyak ngomong gitu

16. Manfaat apa yang telah dicapai dalam peer counselor oleh PSPP “Galih Pakuan-

Bogor”?

Manfaat yang saya dapet bisa memberikan contoh yang baik, trus orang tua udah

mulai percaya sama saya karna kepercayaan itu susah ka untuk di dapat

Nama : Beni

Page 114: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

Jabatan : Spacial funtion

Tanggal Wawancara : 16 Mei 2014 WIB

Pukul : 13.45-14.45

Tempat Wawancara : Saung primary 1

1. Bagaimana sejarah awal pengenalan anda terhadap NAPZA?

Jawab: Wah panjang, baru pertama kali gw make itu di kasih sama sepupu gue kelas 4

SD, iya dikasih sabu, itu kelas 4 SD abis itu udah sekali doang ya kan, abis itu pas gue

SMA, bokap gua sakit dan posisinya gak bisa tidur secara terlentang dari posisi duduk

sampe ada yang mijetin, sedangkan posisi gue empat bersaudara, tiga saudara gua

udah ngurus usaha keluarga, tinggal gua dong yang masih sekolah jadi gua curhat

sama temen sharing, sharing sama temen gimana ya gini gini gini? Dia bilang

yaudah nyabu aja, ga bisa tidur kan lw bisa jagain bokap, itu pertamanya. Niatnya

buat jagain bokap padahal salah jalan sebenernya. Pas SD tau dari sepupu pas SMA

tau dari temen, setelah itu kelang dua tahun bokap gue meninggal karna sakit

komplikasi, setelah meninggal jadinya gue mengenal yang namanya alkohol ekstasi,

setelah itu gue ke jakarta, di jakarta gue clins sekitar dua bulan abis itu gue gabung

lagi, gabung kerja sama keponakannya tomy winata, saya bagian entertime player

boladi, jadi tiap hari keseharian gue Cuma servis-servis player-player bola ajah, ya

kalo kita servis player pola itu identik dengan kehidupan malam, ketahuan tuh ama

nyokap, ketauan ama nyokap gue di lever lagi ke bandung, lever ke bandung gue

fakum sekitar dua tahun lah, abis pakum dua tahun gue maen ama propos-propos

kopasus disana gue make lagi dan gue ditarik ke belitung pindah lagi ke bangka baru

pulang lagi ke palembang, di palembang paling dua bulan lah gue ngurus sorum mobil

punya nyokap, dari sekian sorum mobil gue pegang dua bulan ngerasa duit udah enak

Page 115: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

gue ngelekit/meroket lagi, jadi posisi gue di palembang gue jembatan semua BD di

palembang gue yang masukin barang, gu jembatan jadi dari 01 mau ke 02,03 itu gak

mau tatap muka karna kan takut saling tusuk itu semua mediasinya lewat saya, ga ada

rasa takut untuk ketangkep karena kita link udah kuat dan itu udah kebukti kita ke

gape dua kali dan semua lolos gak ada yang ketangkep satupun, kalo mati kita semua

takut cuma karna kita udah yakin kita punya jaringannya gimana jadi yaudah lewat-

lewar aja, karna bos kitapun nyetor ko, polisi mana sih yang nggak make? Cuma dua

polisi yang benar polisi tidur ama patung polisi yang lain semua bulsit,

2. Sejak kapan dan sudah berapa lama anda mengkonsumsi NAPZA?

Jawab: Mulai rutin dari kelas 2 SMA, mulai umur 15 tahun dan mengenal dari kelas 4

SD sampai bulan Februari 2014

3. Jenis NAPZA apa saja yang anda pakai?

Jawab: Yang saya konsumsi sabu, sasi, kokain, ganja, alkohol itu aja si.

4. Selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman sebaya), bagaimana

respon anda?

Pertama posisi saya sebagai pendengar disini kita sebenernya jatoh dari segi mental

dan pikiran, iya kan kita jatoh tetapi kita sharing kita diberi motivasi gitu diberi

pemikiran yang bagus yang lurus dan positif, jadi yang kita ubah disini mainset kita

sudut pandang kita pola pikir. Kalo sebagai posisi kita pendengar yaa sebenernya kita

mendengar banyak kisah lah itu jyga sudah bisa terjadi di diri kita atau belum pernah

terjadi itu saya jadikan sebagai pembelajaran gitu loh pengalaman tetapi kalo untuk

motivasi kita tetep kasih dia motivasi yang membangun.

5. Selama mengikuti kegiatan Peer counseling (konseling teman sebaya), apakah

pengaruh positif/negatif yang anda terima?

Page 116: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

Kalo positifnya yah kalo positifnya kita selama konseling ya kaya tadi saya bilang

kita mendapat pengalaman baru lagi walaupun belum kita alamin, itu teruus kita bisa

tukar pikiran juga sama tuh orang, bagaimana cara dia menyikapi masalah dan

bagaimana cara saya menyikapi masalah kan berbeda jadi dari sana kita bisa

mengambil suatu garis kesimpulan langkah yang baik langkah yang tepat. Ya kalo

negativnya ya sebenernya kita disini kita sharing jujur aja siapa sih yang mau di

rehabilitasi ya ngga, kalo negativnya kebanyakan juga gimana sih caranya kabur

karna sebagian besar sebenernya basicling rehabilitasi mereka karna faktor

keterpaksaan.

6. Bagaimana anda memperhatikan dan membantu teman-teman anda yang lain?

Kalo untuk saya, karna saya udah merasa bagaimana paitnya karna kena narkoba ya

kan, ya saya gak mau mereka lama gitu loh mumpung mereka belom parah seperti

saya, ya saya kasih sudut pandang pola pikir yang menurut saya yang baik untuk

mereka, jadi tetep balik lagi disini ke mainset tapi ya tiap orang kan penyampaiannya

berbeda-beda ke bewah, kalo saya bisa di bilang secara pedas sampe saya di julukin

kiler disini karna gimana ya disini jangki, jangki itu punya pemikiran yang batu jadi

susah berubah karna egonya tinggi, karna pola pikirnya sempit ya, jadi kita harus

pecahin tuh batu gimana caranya ga bisa dengan cara yang pelan, yah tetep semuanya

butuh proses karna kita untuk mencapai proses kenyamanan harus ngelewatin yang

ngga nyaman dulu.

7. Bagaimana usaha anda bertingkah laku dengan tujuan untuk membantu teman sebaya

anda?

Tujuannya saya ingin mereka pulih, saya ingin mereka bisa kembali lagi ke shircle

mereka ke kehidupan nyata mereka dan mempertanggungjawabkan segala kesalahan

yang udah di bikin mereka kemarin-kemarin.

Page 117: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

8. Apakah hubungan anda dengan teman-teman anda yang lain baik-baik saja dalam hal

berkomunikasi?

Baik-baik aja sih,

9. Keterampilan apa saja yang anda miliki untuk memberi arahan/motivasi terhadap

teman sebaya anda yang lain?

Sebenernya kalo gue bilang bukan kearah keterampilan yah, tapi saya berkaca dengan

pengalaman hidup saya kemarin dan saya bagi ke mereka, karna kita disini balik lagi

kita merubah mainset mereka pola pikir mereka karna pola pikir kita bisa dapet dari

pengalaman ya kan, pengalaman kan guru yang paling baik.

10. Apa motivasi anda selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman

sebaya) ini?

Motivasi saya, ya saya bisa berbagi trik dan intrik bagaimana menyikapi suatu

masalah dengan cara yang baik positif dan benar, kita yang disini cari kan winwin

solution

11. Upaya apa saja yang dilakukan oleh anda untuk membantu teman sebaya anda agar

teman sebaya anda bertingkah laku lebih baik terhadap teman sebaya yang lainnya?

Saya pertama tegor, sindir, dan blash marah ya kan, kalo semua itu gak bisa kita

punya tritment-tritmen khusus sendiri, tritment-tritment khususlah pokonya tritment

ini mengarahkan mereka ke kebersamaan karna kita semua disini punya gimana ya

bisa dibilang motto ya kan all for one one for all disini

12. Selama mengikuti Peer Counselor (konseling teman sebaya), ada atau tidak keinginan

untuk mengkonsumsi NAPZA?

Eeee itu sebenernya balik lagi suggesti ya namanya suggesti ngga bisa ilang tetep ada.

Page 118: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

13. Bagaimana keadaan anda sebelum dan sesudah menjalani proses Peer Counseling

(konseling teman sebaya) atau rehabilitasi?

Kalo saya sih banyak yang udah saya dapet disini, bagaimana caranya kita

menghindari gitu loh, bagaimana caranya kabur istilahnya kan, kalo ada yang begitu-

gitu disini diajarin semua trik intriknya.

14. Apa tujuan anda selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman

sebaya)?

Jawab: tujuan saya untuk pulih

15. Hambatan/kendala apa yang anda rasakan selama menjalani Peer Counselor ini?

Jawab: engga ada

16. Manfaat apa yang telah dicapai dalam peer counselor oleh PSPP “Galih Pakuan-

Bogor”?

Yang bisa kita dapat disini sebenarnya kepercayaan, kepercayaan dari luar

sana baik itu dari keluarga atau di lingkungan masyarakat karna dalam note gimana ya

karna dalam pola pikir orang kalau kita udah di rehab berarti kita udah bener, itu kan

salah satu cara kita buka jalan kita untuk kembali ke mereka dengan baik.

Nama : sukma

Jabatan : Spacial funtion

Page 119: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

Tanggal Wawancara : 16 Mei 2014

Pukul : 13.00-13.44 WIB

Tempat Wawancara : Saung primary 1

1. Bagaimana sejarah awal pengenalan anda terhadap NAPZA?

Awalnya saya coba-coba aja gitu

2. Sejak kapan dan sudah berapa lama anda mengkonsumsi NAPZA?

Pas lulus STM dari mulai tahun 1998-2013

3. Jenis NAPZA apa saja yang anda pakai?

Minum alkohol, ganja, putau

4. Selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman sebaya), bagaimana

respon anda?

Yaaa memberi feed back, motivasi-motivasi aja gitu

5. Selama mengikuti kegiatan Peer counseling (konseling teman sebaya), apakah

pengaruh positif/negatif yang anda terima?

Positif-positif aja

6. Bagaimana anda memperhatikan dan membantu teman-teman anda yang lain?

Yaa lebih perhatian aja kalo engga ya di tegor aja gitu untuk menjadi lebih baik

7. Apakah hubungan anda dengan teman-teman anda yang lain baik-baik saja dalam hal

berkomunikasi?

Awal ada, sekarang sih baik-baik aja ya

8. Keterampilan apa saja yang anda miliki untuk memberi arahan/motivasi terhadap

teman sebaya anda yang lain?

Ga ada yang di dapat di sini yang kita kasih

Page 120: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat

9. Apa motivasi anda selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman

sebaya) ini?

Untuk pulih

10. Selama mengikuti Peer Counseling (konseling teman sebaya), ada atau tidak

keinginan untuk mengkonsumsi NAPZA?

Kadang masih ada

11. Upaya apa saja yang dilakukan oleh anda untuk membantu teman sebaya anda agar

teman sebaya anda bertingkah laku lebih baik terhadap teman sebaya yang lainnya?

Untuk membangun diri, membangun untuk maju

12. Selama mengikuti Peer Counselor, ada atau tidak keinginan untuk mengkonsumsi

NAPZA?

Kadang masih ada

13. Bagaimana keadaan anda sebelum dan sesudah menjalani proses Peer Counseling

(konseling teman sebaya) atau rehabilitasi?

Sebelum itu ngerasa gundah, susah tidur ya gitu aja, dan kalo sesudahnya jadi merasa

lebih baik aja sama membuka pikiran juga

14. Apa tujuan anda selama mengikuti kegiatan Peer Counseling (konseling teman

sebaya)?

Line up

15. Hambatan/kendala apa yang anda rasakan selama menjalani Peer Counselor ini?

Mau home life, dan membahagiakan orang tua

16. Manfaat apa yang telah dicapai dalam peer counselor oleh PSPP “Galih Pakuan-

Bogor”?

Lebih ke apa ya, bisa merasa lebih baik aja

Page 121: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat
Page 122: PERAN PEER COUNSELOR DALAM REHABILITASI KORBAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27311/1/... · menyampaikan masalah yang dialaminya kepada konselor setiap saat