peran konseling pastoral terhadap lansia di panti wherda...

35
i Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga Oleh, SANDRA SISKA MATARA 712010030 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi Falkultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Teologi FALKUTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: dophuc

Post on 11-May-2018

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

i

Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda Mandiri Jaya

Salatiga

Oleh,

SANDRA SISKA MATARA

712010030

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Teologi Falkultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian

Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi

Program Studi Teologi

FALKUTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

ii

Page 3: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

iii

Page 4: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

iv

Page 5: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

v

Page 6: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

vi

MOTTO

Selalu percaya berdoa dan terus belajar dan beriman dalam

Tuhan

Pasti ada keberhasilan.

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab ia baik

Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya

Terpujilah Tuhan Yesus. Mazmur 136:1

Dengan bangga penulis persembahkan kepada:

Mamaku tercinta yang telah mengajariku percaya dalam iman dan selalu

percaya kuasa Tuhan yesus yang sangat luar dan juga menjalani hidup

dan karya.

Untuk kedua kakak ku tersayang yang setia memberiku motivasi dan doa

Untuk dosen-dosenku di Program Studi Theologi UKSW Salatiga yang

selalu memberiku ilmu dan pengetahuan yang berharga.

Untuk Keluarga, Saudara, Sahabat, dan teman-teman yang selalu

mendoakan dan mendukung penulis.

Page 7: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

vii

KATA PENGANTAR

Bersyukur selalu karna kebaikkan Tuhan yesus telah memberkati penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari akan setiap proses pendidikan

penulis juga di berikan motivasi, doa dan dukungan untuk keberhasilan penulis. Untuk itu

dengan penuh kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam penulis mengucapkan

trimakasih kepada :

1. Allah Tritunggal yang hidup dan yang menghidupi penulis

2. Bapak Pdt. J.D Engel, M.Si Dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo selaku dosen

pembimbing yang dengan penuh kebaikkan dan kebijaksanaa, kesabaran yang

telah membimbing penulis sehingga penulis telah menyelesaikan skripsi ini.

3. Untuk program studi Theologi Universitas Kristen Satya wacana Salatiga yang

dengan kelembutan dan ketulusan telah mengajarkan ilmu pengetahuan dan

membantu penulis.

4. Kepada ketua Panti Wherda jaya salatiga yang dengan kerendahan hati membantu

penulis untuk menyelesaikan dalam penelitian.

5. Terima kasih untuk orang tua (mama) yang telah mendoakan serta mendukung,

motivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis dengan

baik dan dapat mencapai keberhasilan penulis.

6. Untuk kakak tersayang Terima kasih (Deby, Ledy) yang mengharapkan

keberhasilan penulis dan selalu mendoakan serta mendukung penulis dan memberi

dukungan.

7. Teman-teman terkasih yang mendukung penulis terkhusus ( Yana, Shesy, Risna

K’ichy,Megi, K’Asrid, Brenda,K’Gin, Prily, Risna, Lorin K’Agnes) yang setia

mendukung, mendoakan penulis.

8. Salatiga, terimakasih atas kebersamaannya selama penulis menjalani studi di

salatiga terkhusus ( Kos Putri Merpati Kalimangkak, Tersayang ibu ending, Pak

Har adek sekar yang selalu mendoakan keberhasilan penulis.

Page 8: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

viii

Terimakasih Tuhan yesus untuk kebaikkanmu yang selalu menjanjikan kebahagian

masa depan untuk penulis rasakan di hari kebahagiaan penulis bisa sampai di tahap ini

karna kuasa Tuhan yesus yang menyertai penulis.( I Love You Jesus )

Akhir kata di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa terdapat

kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak diperlukan

guna melengkapi penulisan karya ilmiah ini.

Salatiga , 28 Juni 2016

Penulis

Page 9: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………….ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………………………..iii

LEMBAR PERNYSTAAN PERSETUJUAN AKSES……………………………………iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………..v

MOTTO……………………………………………………………………………………..vi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...ix

ABSTRAK………………………………………………………………………………….xi

BAGIAN I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………...... 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………..……………………………………... 3

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………... 3

1.4 Signifkansi Penelitian…………………………………………………………………..3

1.5 Lokasi dan Subyek Penelitian…………………………………………………………..3

1.6 Metode Penelitian…………………………………………………………………........4

1.7 Sistematika Penulisan…………………………………………………………………..4

BAB II Lansia Dan Konseling Pastoral

2.1 Lansia……………………………………………………………………….................4

2.1.1 Definisi Lansia…………………………………………………..…………………4

2.1.2 Gambaran Umum Menenai Perubahan Yang Dialami Oleh Lansia……………. 6

2.2.Konseling Pastoral………………………………………………………………….…12

2.2.1 Defini Konseling Pastoral…………………………………….…………..............12

Page 10: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

x

2.2.2.Peran Konseling Pastoral Terhadap Lansia…………………………………........13

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1.Gambaran Lapangan Data…………………………………………………………….17

3.2.Persoalan-Persoalan Yang Dihadapi Oleh Lansia Di Pantai Wherda………………..20

3.3. Analisa Pelaksanaan Konseling Pastoral Bagi Lansia Di Pantai Wherda Mandiri Jaya

Salatiga.........................................................................................................................21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

1.1.Kesimpulan………………………………………………………………................23

1.2. Saran………………………………………………………………….....................24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..........25

Page 11: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

xi

PERAN KONSELING PASTORAL TERHADAP LANSIA DI PANTI

WHERDA MANDIRI JAYA SALATIGA

SANDRA SISKA MATARA, 712010030

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peran konseling

pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Penelitian ini dimotivasi oleh

fakta masalah bahwa dalam konseling di katakana berhasil jika dapat menerapkan keenam

fungsi yaitu fungsi membimbing, fungsi memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi

menyembuhkan, fungsi mengasuh/ memelihara, dan fungsi mengutuhkan. Sedangkan di

panti Wherda hany amempunyai dua orang tim pastoral yang harus melayani 15 lansia

dengan waktu kerja 2 kali dalam seminggu, melihat fakta masalah ini apakah konseling

pastoral ini dapat menerapkan keenam fungsi tersebut. Penelitian ini menerapkan

pendekatan penelitian metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas, melalui penelitian ini

bermaksud mendeskripsikan pelaksanaan dan peran konseling pastoral bagi lansia di Panti

Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian

ini, dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para

responden. Hasil dari penelitian ini ialah konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda

Mandiri Salatiga tidak maksimal karena dalam proses kegiatan konseling pastoral Tujuan

konseling pastoral yang tidak terealisasikan sepenuhnya Hal ini di sebabkan oleh konseling

pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat procedural saja atau hanya

bersifat formal, sehingga keenam fungsi-fungsi konseling pastoral itu tidak berlangsung

dengan baik, disebabkan oleh waktu konseling yang terlalu singkat.

Kata Kunci : Lansia, Konseling Pastoral, Panti Wherda

Page 12: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

1

PERAN KONSELING PASTORAL TERHADAP LANSIA DI PANTI

WHERDA MANDIRI JAYA SALATIGA

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Lanjut usia merupakan bagian dari fase kehidupan manusia dimana seseorang menjadi

tua dan pada umumnya, akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Secara

alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya

dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan-perubahan

ini pun membawa dampak dalam kehidupan psikis dari seorang lansia, menyebabkan

merekasering merasakan kesepian, tertekan, depresi, dan memiliki ketergantungan

terhadap orang lain yang mau mendengar keluh dan kesah mereka, serta memulihkan

nilai spiritualitas dalam relasi yang benar dengan Tuhan. Dengan memberikan pelayanan

yang tepat untuk lansia menjadi salah satu cara untuk membantu lansia agar dapat

menerima keadaannya yang sesungguhnya ia jalani, sehingga ia akan berusaha untuk

dapat menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial-psikologisnya dengan tepat. Oleh

karena itu, dalam menjalani kehidupan di masa lanjut usia, para lansia sangat

membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus dari orang-orang terdekat seperti keluarga

atau relawan yang merawat lansia tersebut, gereja dan masyarakat dalam menangani

Manula (Manusia Usia Lanjut, dalam rangkah memenuhi kebutuhan para lansia maka di

butuhkan konseling pastoral.

Konseling merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab

perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan konseling disebut sebagai konselor.

Antara konselor dan konseli harus mempunyai suatu interaksi sejajar dan atau relasi

timbal-balik.Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan

kemampuan) adalah konselor.1Sedangkan, istilah pastoral.Pastoral berasal dari “pastor”

dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa Yunani disebut “poimen”, yang artinya

“gembala”.2 Dapat disimpulkan konseling pastoral,berarti sifat dari pendampingan

tersebut,. Dengan demikian, dalam mendampingi sesama yang menderita haruslah

bersifat pastoral. Atau dengan kata lain, pertolongan kepada sesama yang utuh mencakup

1Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral,(Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 9

2Aart Van Beek. Pendampingan pastoral, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal.10

Page 13: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

2

jasmani, mental, sosial dan rohani hendaklah bersifat pastoral.3 Berdasarkan pengertian di

ataspenulis memahami bahwa konseling pastoral merupakan sebuah pelayanan yang

sangat dibutuhkan oleh individu atau kelompok, dengan memberikan penguataan

,topanga, dukungan dan bimbingan yang dapat membantu seseorang merasakan

kehidupan yang lebih baik.

Adapun fungsi yang harus dicapai dalam melakukan konseling pastoral yaitu:4

1. Fungsi membimbing, orang yang didampingi ditolong untuk memilih atau mengambil

keputusan tentang apa yang ditempuh atau apa yang menjadi masa depannya.

Pengambilan keputusan tentang masa depan ataupun mengubah dan memperbaiki

tingkah laku tertentu, tetap di tangan orang yang di damping ( penderita )

2. Fungsi mendamaikan/ memperbaiki hubungan, pendampingan pastoral dapat

berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan terganggu.

3. Fungsi menopang/ menyokong, sokongan berupa kehadiran dan sapaan yang

meneduhkan dan sikap yang terbuka, akan mengurangi penderitaan yang begitu

memukul.

4. Fungsi menyembuhkan, melalui pendampingan pastoral yang berisi kasih sayang, rela

mendengarkan segala keluhan batin,dan kepedulian yang tinggi akan membuat

seseorang yang sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu

masuk ke arah penyembuhan yang sebenarnya. Fungsi ini penting terutama bagi

mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat kehilangan atau terbuang.

5. Fungsi mengasuh, melihat potensi yang dapat ditumbuh-kembangkan kehidupannya

sebagai kekuatan yang dapat diandalkan untuk tetap melanjutkan kehiupan.

6. Fungsi mengutuhkan, adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama

dari pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek

kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental, dan spiritual.

Terkait dengan enam fungsi di atas, maka menurut penulis, konseling pastoral

dikatakan terlaksana dengan maksimal ketika keenam fungsi tersebut dapat tercapai.

Dengan demikian, diharapkan agar setiap konselingpastoral harus mengetahui dan

memahami setiap fungsi konseling. Sehubungan dengan kebutuhan para lansia yang

cukup kompleks seperti menyangkut perubahan dan masalah dalam kesehatan,

kesejahteraan, religius, sosial, ekonomi, konflik dalam relasi antar para lansia atau

3Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal.12

4Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 13-15

Page 14: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

3

dengan anggota keluarga, dan lain sebagainya, maka konseling pastoral perlu dilakukan

guna menolong para lansia yang mengalami pergumulan hidup dan tetap mengupaya

pertumbuhan rohani.

Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga ,memberikan pelayanan sosial dan rohani bagi

para lansia yang menjadi pasien. Panti whreda memiliki seorang kepala panti, dan 14

orang lansia, dengan bantuan tenaga relawan berjumlah 4 orang, serta 2 orang tim

pastoral. Fakta di lapanganmenjawab kebutuhan para lansia yang kompleks, pelayanan

konseling pastoral sangatlah terbatas dalam hal tenaga dan waktu. Hal ini disebabkan

karena minimnya tenaga konseling pastoral yang secara aktif dilakukan oleh seorang dari

tim pastoral dengan waktu kerja yakni 2 x seminggu. Hal ini menyebabkan tidak semua

lansia dapat dilayani oleh seorang konselor. Sehingga terkadang kepala panti harus

mengambil alih peran konseling seperti menemani dan mendengarkan setiap keluhan dan

masalah para lansia itupun tidak menolong para lansia menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman kepala panti dalam

melakukan konseling pastoral dan ia pun merasa kelelahan karena seorang diri dalam

menangani 14 orang lansia.5

Menurut penulis, konseling secara konsisten sangat penting untuk dilakukan guna

meningkatkan kualitas pelayanan kepada para lansia. Kehadiran dan konseling yang

dilakukan olehtim pastoral di sebuah panti Whreda secara intensif sesungguhnya dapat

membantu para lansia yang sedang bergumul dengan berbagai persoalan di masa tua.

Sehingga realita konselingpastoral yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.

Berdasarkan latar belakang data diatas, maka penulis ingin mengambil judul:

“Peran Konseling Pastoral terhadap Lansia

Di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran konseling pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya

Salatiga?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan dan menganalisis peran konseling pastoral bagi lansia di Panti

Wherda Mandiri Jaya Salatiga.

5 Hasil Wawancara dengan Ibu Vt sebagai Kepala Asrama Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga, Jumat

06 Februari 2015 pukul 12.00 WIB

Page 15: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

4

1.4 Signifikansi Penelitian

1. Akademik, memberi sumbangsih berupa pemahaman dan pengetahuan baik

kepada mahasiswa Fakultas Teologi dan juga kepada Panti Wherda Mandiri Jaya

Salatiga dalam memberikan pelayanan konselingpastoral secara holistik bagi para

Lansia. Mengingat lansia adalah bagian dari umat Allah yang harus dilayani dan

menjadi tanggung jawab daro pelayanan para hamba Tuhan.

2. Praktisnya, kiranya penelitian ini menjadi salah satu bahan refleksi dan evaluasi

bagi pengurus atau tim pastoral di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga terkait

pelayanan konseling pastoral bagi lansia agar dapat menjawab persoalan dan

kebutuhan para lansia yang dirawat sesuai dengan enam fungsi konseling pastoral.

1.5 Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga - Jawa Tengah, dengan

responden terdiri dari tim pastoral, lansia dan kepala asrama Panti Wherda Mandiri Jaya.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analisis kerja dan

aktivitas. Metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas ini ditujukan untuk menyelidiki

secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat

memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.6Yang

deskriptif analisis, maka melalui penelitian ini bermaksud mendeskripsikan

pelaksanaandan peran konselingpastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya

Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian ini, dilakukan

melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.

Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer(s) dengan reponden, dan

kegiatannya di lakukan secara lisan.7

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian tersebut, penulis akan mengemukakan karya ini

dalam 4 bagian, sebagai berikut: Bagian pertama, Pendahuluan berisikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, lokasi dan subyek

6 M. Nazir. Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 89

7P. Joko Subagyo, S.H. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Rineka cipta, 2011),

hal. 39

Page 16: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

5

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, tentang lansia dan

konseling pastoral yang meliputi defenisi lansia dan konseling pastoral, gambaran lansia

yang meliputi fakta fisik,sikis,sosial dan spiritual,dan peran konseling pastoral terhadap

lansia.Bagian ketiga,tentang hasil penelitian pembahasan yang meliputi deskripsi dan

analisis peran konseling pastoral bagi lansia dipanti whreda mandiri jaya Salatiga. Bagian

keempat, Penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan hasil pembahasan

analisis serta saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

II. Lansia Dan Konseling Pastoral

2.1. Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua tidak pernah dapat dihindari oleh siapapun, betapapun

canggihnya teknologi kosmetik dan kedokteran modern. Setiap makhluk hidup akan menjadi

tua dan menghadapi krisis lanjut usia. Dari masa ke masa, manusia selalu berusaha untuk

mencari resep awet muda dan umur panjang. Setiap orang ingin panjang umur, tetapi tidak

mau menjadi tua. Upaya untuk tetap awet muda sudah dimulai ribuan tahun yang lalu. Tetapi

tidak ada obat mujarab yang berhasil ditemukan untuk mencegah proses penuaan dan

menghindari kematian.8Lansia merupakan orang yang sistem biologisnya mengalami

perubahan-perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usia yang sudah lanjut. Pada lansia

terjadi penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta

kekuatannya yang akan menjadi penghambat dalam melaksanakan aktivitas9.

Proses menua menghadapkan kita pada kenyataan yang tidak dapat dihindarkan, suatu

tahap perkembangan hidup yang sulit diterima. Oleh karena itu, mempersiapkan diri

menghadapi usia lanjut itu sangat penting dan jangan menjadikan orang kehilangan semangat

hidup karena merasa tidak berguna lagi, gelisah karena sudah tidak mempunyai tujuanhidup.

Lanjut usia bukan suatu hal yang negatif, bahkan merupakan kesempatan yang harus dijalani

untuk meraih kebahagian dalam Damai sejahtera karena kasih Allah yang tidak pernah

berubah. Gerontologi ialah ilmu yang mempelajari berbagai perubahan fisilogi yang terjadi

dalam proses menua. Salah satu penemuan menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai

8 Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.1-2

9 Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2

Page 17: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

6

tiga jenis umur, yaitu umur kronologis, biologis, dan psikologis. Umur kronologis dihitung

mulai dari tanggal lahir, jadi tentukan oleh jumlah tahun yang telah dilalui, umur biologis

ditentukan oleh derajat fungsional dan kondisi tubuh kita,sedangkan umur psikologis

ditentukan oleh tindahkan dan perilaku seseorang tingkat kedewasaan atau kematangan

pribadi orang tersebut.10

Lanjut usia juga sudah dikenal beribu tahun yang lalu oleh umat Kristen, di mana

dalam Alkitab juga dituliskan tentang masa lanjut usia tersebut. Pengarang Amsal bersaksi

”Takut akan Tuhan memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek ( Ams.

10:27). Akan tetapi, para pengarang Alkitab juga mempunyai sudut pandang yang lain.

Walaupun umur panjang disyukuri sebagai berkat, para pengarang Alkitab bersikap realistis,

mereka menyadari bahwa keadaan usia lanjut juga bisa menimbulkan keadaan yang kurang

menyenangkan itu adalah rambut menjadi putih (lih. 1 Sam.12:2; Mzm. 71:18), pengilihatan

menjadi kabur(lih. Kej. 48:10), semua indra lain juga menjadi lemah ( lih. 2 Sam. 19:35),

Kekuatan tubuh menurun (lih. Mzm. 71:9), sendi-sendi kaki pegal dan nyeri (lih. 1 Raj.

15:23), tubuh mudah kedinginan(1 Raj. 1:1). Oleh sebab itu, penulis kitab pengkhotbah

menggambarkan keadaan usia lanjut sebagai ”hari-hari yang malang” dan “tahun-tahun yang

tak ada kesenangan”(Pkh. 12:1). Kemudian pemazmur menulis” Masa hidup kami tujuh

puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaanya adalah kesukaran

dan penderitaan( Mzm. 90:10). Tampak bahwa para penulis Alkitab tidak berat sebelah.

Mereka bersikap realistis. Mereka mensyukuri usia panjang sebagai anugerah Tuhan, namun

mereka menerima kenyataan bahwa usia lanjut bisa disertai dengan berbagai keterbatasaan

gerak, kelemahan fisik serta mental, rupa-rupa penyakit. 11

2.1.2 Gambaran umum menenai perubahan yang dialami oleh Lansia

Pada masa lansia, kemampuan kerja dan kegiatan menurun, hal ini merupakan akibat

dari gabungan penurunan kemampuan fungsi berbagai organ dan sistem yang terdapat di

dalam tubuh kita. Semua organ di dalam tubuh kita mengalami penuaan, sehingga terjadi

perubahan atau kemunduran fungsi-fungsinya seperti penurunan fungsi fisik,psiksis,

sosial,spiritual12

. Perubahan-perubahan ini akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Fakta Fisik Lansia

10

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.7-8 11

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.8-12 12

Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.

Page 18: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

7

Perubahan-perubahan fisik yang akan dialami lansia seperti semakin menurutnya

fungsi-fungsi anggota tubuh yaitu penurunan sistem pencernaan. Dimana ketika lansia

mengalami penurunan sistem pencernaan maka makanan akan mulai sulit dikunyah karena

gigi sudah mulai ompong dan mudah terjadi gangguan pada gusi. Air liur menjadi lebih

kental karena berkurangnya produksi kelenjar-kelenjar liur sehingga fungsinya sebagai

pelican makanan juga berkurang. Akibatnya, orang lanjut usia akan selalu memilih makanan

yang lebih lunak sehingga tidak perlu banyak dikunyah. Kadang-kadang ,makanan sukar

ditelan karena otot-otot untuk menelan di daerah kerongkongan juga sudah mulai melemah.

Di samping itu, ujung-ujung (papil) indra pengecap di lidah mulai berkurang jumlahnya,

terutama untuk merasakan yang asin, sehingga biasanya ingin makanan yang lebih asin

padahal ini berbahaya, karena banyak lansia yang menderita penyakit darah tinggi atau

gangguan jantung, yang seharusnya mengurangi konsumsi garam. Indra pengecap menjadi

kurang peka,rangsangan rasa lapar berkurang akibat penurunan fungsi sel-sel kelenjar

percernaan dan berkurangnya pengeluaran asam lambung.13

Ukuran lambung mengecil sehingga daya tampung makanan juga berkurang. Produksi

enzim percernaan juga berkurang sehingga proses metabolism karbohidrat, protein, dan

lemak menjadi kurang baik. Proses penyerap sari makanaan yang terjadi di sepanjang usus

juga menurun sehingga banyak lansia yang seperti kekurangan gizi. Oleh karena itu, kadang-

kadang kita perlu mendapat tambahan vitamin. Keluhan sulit buang air besar karena

pegerakaan usus besar melemah,sisa makanaan lebih lama tertahan dan penyerapan air

berjalan terus sehingga tinja menjadi semakin keras. Disamping itu,otot dinding perut

melemah sehingga kekuatan mengedan juga berkurang. Oleh karena itu, keluhan pasien

wanita lansia tersebut memang sesuai dengan mundurnya fungsi-fungsi saluran cerna dan

pada pemeriksaan fisik memang tidak ditemukan penyakit ataupun kelainan pada saluran

pecernaan.14

Penurunan fisik yang kedua pada lansia yaitu kelemahan otot pada lansia yang

akan berdampak pada keseimbangan yang berimplikasi terhadap timbulnya gangguan

menjalankan mobilitas fungsional sehingga, meningkatkan risiko tejadinya jatuh yang

menyebabkan ketergantungan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sebesar 28-35%

lansia di atas 65 tahun setidaknya jatuh satu kali dalam satu tahun dan meningkat pada usia di

13

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.16-17 14

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.18

Page 19: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

8

atas 75 tahun sebesar 32-42%.Jadi, sangat penting bagi lansia untuk menjaga dan memelihara

kekuatan otot15

Penurunan fisik yang ketiga yaitu pernapasan pada proses penuaan, kekuataan otot-

otot pernapasaan melemah, dinding dada menjadi agak kaku, dan daya pegas jaringan paru-

paru berkurang sehingga napas menjadi lebih pendek. Kapasitas paru-paru juga menurun dan

volume udara yang dikeluarkan juga berkurang. Salah satu pintu masuk kuman ke dalam

tubuh kita ialah melalui pernapasan. Pada lansia, daya tahan tubuh sudah melemah dan

produksi antibody (zat untuk melawan racun bakteri) juga sudah menurun sehingga mereka

sangat rentan terhadap infeksi paru-paru, mudah terkena sakit flu, batuk,radang paru-paru,

dan lain-lain. Selain penurunan fungsi paru-paru akibat proses penuaan, ada beberapa faktor

yang dapat memperburuk sistem ini, antara lain kebiasaan merokok. Kelebihan berat badan

atau kegemukan, dankurangnya pergerakan. Oleh karena itu, olahraga penting sekali untuk

menyehatkan pernapasan dan tubuh kita secara keseluruhan.Proses penuaan juga

menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru-paru, pada

lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-

kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun,maka itu kapasitas

difusi paru– paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh, sehingga

menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan.16

Adapun penurunan fisik pada lansia yang keempat yaitu penurunan fungsi ginjal dan

kandungan kemih Lansia akan sering mengeluh buang air kecil dan sulit menahan keinginan

untuk tidak membuang air kecil karena otot-otot di daerah tersebut sudah melemah. Tindakan

pencegahan dengan mengurangi jumlah asupan minum merupakan kesalahan besar karena

hal ini makin mengganggu keseimbangan cairan, bahkan bisa fatal jika terjadi gagal ginjal.

Para lansia juga rentan terhadap infeksi saluran kemih karena adanya sisa air kencing di

kandung kemih dan juga sistem pertahanan tubuh yang mulai menurun.17

Penurunan fisik

terakhir yang dialami oleh lansia yaitu gangguan pengelihatan dan pendengaran merupakan

masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Dengan berkurangnya penglihatan, lansia

sering kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, dan malas

untuk bergerak. Mereka kehilangan kemampuan untuk membaca dan menonton acara

15

Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 16

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.19 17

Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 22

Page 20: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

9

televisi, dengan menurunnya pendengaran, ada dampaknya dalam hubungan sosial dengan

orang lain, yaitu mereka menjadi sulit berkomunikasi dengan lancar. Oleh karena itu, para

lansia dianjurkan untuk memakai alat bantu dengar. Kulit menjadi kering dan keriput

sehingga lansia sering mengeluh gatal di sekujur tubuhnya,biasanya ia tidak tahan dengan

udara dingin, kuku menjadi kaku dan tebal, rambut menipis karena banyak yang rontok,

sedangkan yang tumbuh sedikit, uban juga senantiasa bertambah. Keseimbangan terganggu,

sehingga mudah jatuh dan rawan kecelakaan.Dengan adanya kemunduran-kemunduran

fungsi organik ini, biasanya kegiatan lansia menjadi agak terbatas, timbul keluhan-keluhan

yang mengganggu. Akibatnya, produktivitas jadi menurun. Akan tetapi hal-hal di atas tidak

menghalangi lansia untuk tetap hidup sehat bergairah menyongsong hari tua dengan kualitas

hidup sehat dan mempunyai tujuan hidup yang berarti. 18

b. Fakta Psikis Lansia

Perubahan-perubahan psikis yang akan dialami lansia seperti semakin berkurangnya

produksi hormon, Krisis ini disebut sebagai monopause. Monopause adalah istilah

kedokteran yang menyatakan saat di mana seorang wanita mengalami berhentinya haid, yaitu

tidak mendapat haid lagi dalam 12 bulan berturut-turut. Monopause merupakan proses

alamiah yang dialami setiap wanita yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi masa

menopause ini. Bukan saja lansia wanita yang mengalami penurunan hormone ini, lansia pria

pun juga mengalami keadaan yang disebut andropause. Keadaan ini ekuivalen dengan

monopause pada wanita. Berkurangnya hormon terjadi sedikit demi sedikit, tidak mendadak

seperti yang terjadi pada wanita. Tidak ada perubahan-perubahan yang berarti dan tidak ada

gejala-gejala yang spesifik. Memang dari pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa kadar

testosterone (Hormon seksual pria) mulai menurun. Penurunan hormon seperti monopause,

andropause dan proses menua, merupakan perubahan alamiah yang dihadapi oleh semua

orang.Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh. Dimana hormon

merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh (tidak

semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh

yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran terbuka keluar,tetapi langsung

disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada

disekitar kelenjar tersebut.19

18

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.20-22 19

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.29-35

Page 21: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

10

Penurunan psikis yang kedua yaitu krisis kemunduran fungsi motorik, dimana proses

penuaan jelas terjadi pada fungsi pergerakan, menyangkut seluruh kerangka tulang dengan

otot-otot yang menggerakkanya, terjadi atrofi(menjadi lebih kecil) pada sistem otot, tulang

dan sandi. Atrofi otot menyebabkan otot lengan dan tungkai menjadi lebih kurus dan

mengecil, tenaga berkurang dan melemah, gerakan lebih lamban dan mungkin menjadi agak

kaku. Atrofi juga terjadi pada jaringan ikat sehingga elastisitas (kelenturan) dan kekuatannya

berkurang, dan sendi menjadi kaku.20

Biasanya, lansia mengeluh nyeri tulang dan sendi, nyeri

pinggang, pinggul dan punggung karena persendian yang tidak lentur lagi. Atrofi pada saraf

mengakitbatkan melambatnya kecepatan hanaran saraf, refleks juga menurun sehingga lansia

sering terlambat menggantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, dan

kejadian lainnya yang tiba-tiba atau mendadak. Karena adanya atrofi otot dan saraf, gerakan

menjadi lamban dan kaku, langkah jadi pendek-pendek, dan mudah terjadi gangguan

keseimbangan dan rawan kecelakaan. Daya cengkeram menurun, kekuatan dan ketahanannya

berkurang. Tidak dapat lagi memegang cangkir atau gelas yang berisi air terlalu lama, tidak

dapat memegang dan mengangkat barang berat lagi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat,

mudah goyang, dan berdiri pun sudah tidak stabil. 21

Sedangkan penurunan psikis yang ketiga yaitu penurunan fungsi mental, dimana otak

sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia sebab pikiran, perasaa, mental, dan jiwa

manusia berpusat di otak. Dengan bertambahnya usia, para lansia menyadari bahwa dirinya

tidak dapat mengingat dengan baik dibandingkan sebelumnya. Proses menua menyebabkan

terjadinya gangguan kognitif, yang jelas terlihat pada daya ingat dan kecerdasan. Fungsi

kognitif ialah proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasaan,

yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanan, dan pelaksanaan. Jadi dengan

bertambahnya umur, sebagian besar lansia mengalami kemuduran daya ingat dan merupakan

hal yang wajar jika lupa menaruh kaca mata, lupa nama tempat, lupa nama orang, lupa

menyimpan kunci, kemudian tanpa dibantu atau dengan bantuan penjabaran fungsi atau

bentuk dari hal yang dilupakan. 22

c. Fakta Sosial Lansia

20

Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara. 21

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.29-35 22

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.45-47

Page 22: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

11

Lansia akan mengalami proses perubahan dalam bidang sosial seperti lansia merasa

tidak nyaman jika berada di tempat baru, lansia juga tidak merasa nyaman jika adanya

perubahan jadwal dalam dirinya, contohnya lansia tidak lagi dapat mengatur jam mandinya

sendiri makan siang, menonton televisi dan kegiataan rutin lainnya yang ketiga yaitu,

perubahan dalam hal daya beli karna pengasilan sudah semakin berkurang lansia lebih

banyak memikirkan matang-matang apa yang harus dibelinya. Lansia ada kemungkinan

bahwa sebagai lansia kita hanya berorientasi pada diri sendiri. Akibatnya, selalu ingin

menjadi pusat perhatian dan berharap untuk dilayani. Kita jadi sering mengeluh tentang

kesehataan dan membesar-besarkan penyakit ringan yang kia derita.23

Lansia tetap minat terhadap penampilan. Tetapi sebaliknya, lansia yang tetap aktif

dalam kegiataan sosial akan tetap merawat diri agar penampilannya lebih menarik dan ingin

kelihatan tetap muda. Daya penyesuaian diri yang sudah lemah ini harus ditingkatkan dengan

dukungan semua pihak karena lansia sulit untuk menyesuaikan diri,peran keluarga dan teman

agar lansia dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan ini sangatlah penting.

Lansia harus dianjurkan tetap mengikuti kegiatan sosial, berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan tanpa menyesali masa lampau. Menikmati setiap kegiataan meskipun mungkin

terasa membosankan karena sifatnya yang berulang-ulang. Kita harus bersyukur karena

mempunyai teman untuk berbagi lansia dapat menerima perubahan-perubahan ini. 24

d. Fakta Spiritual Lansia

Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam

kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:

kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri.

Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan

kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahan hati

serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Perkembangan spiritual yang rendah dianggap sebagai

area ketidak mampuan perkembangan spiritual, ini di sebabkan oleh pengalaman hidup

negatif pada masa lampau, keyakinan inti negatif, asumsi negatif, bias harapan, evaluasi diri

negatif dan ketidak percayaan diri.25

23

Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara. 24

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.82-84 25

Jacob Daan Engel. Nilai Dasar Logo Konseling,(Kanisius,2014),hal.31

Page 23: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

12

Para lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiataan agama dan berusaha

untuk mengerti nilai-nilai agama yang lebih lagi dari pada masa mudanya. Hal ini

disebabkan karna lansia ingin mendapatkan jawaban atau mendapatkan kekuatan ketika

menghadapi stres, emosional, penyakit fisik, atau kematian. Contohnya seperti waktu masih

muda, kita jarang memikirkan kematian. Pada waktu usia lanjut, kita mulai sering berpikir

tentang kematian, hal itu adalah wajar. Kalau berpkir tentang kematian, biasanya kita

cenderung mendua(ambivalen). Di satu pihak merasa senang karena akan kembali ke rumah

bapa di surga. Tetapi di lain pihak merasa sedih karena akan berpisah dengan orang-orang

yang dicintai. Di satu pihak kita merasa siap jika dipanggil Tuhan tetapi di lain pihak merasa

takut yang sama pada semua lansia adalah bahwa di dalam hati kecilnya, atau di lubuk

hatinya yang paling dalam, ada sebuah permintaan, Tuhan kalau boleh, aku meninggal tanpa

menderita lebih dulu. Sehingga ada waktu untuk pamit, ingin sadar secara mental, bebas dari

rasa sakit, dan dipanggil Tuhan dalam damai dan tenang. Pada dasarnya, lansia takut mati

karena sakit dan takut mati tanpa ada yang tahu. Kematian sesungguhnya sudah pasti akan

terjadi hanya saja tidak pernah diketahui dengan tepat, kapan saat itu datang. Akhir dari

rangkaian kehidupan di dunia ini merupakan hak Tuhan. Sehingga untuk mengahadapi masa

persiapan kematiannya parah lansia spiritualnya tidak mengalami penurunan.26

2.2.Konseling Pastoral

2.2.1.Definisi Konseling Pastoral

Konseling pastoral pada hakekatnya dipandang sebagai suatu proses pertolongan yang

rohani bagi orang Kristianikarena upaya pertolongan melalui konseling pastoral didasarkan

atas dan berakar dalam tugas penggembalaan seorang Pendeta, karena tugas-tugas itu telah

berkembang selama beberapa abad dan terus berkembang sebagai reaksi terhadap tuntutan

Firman Allah dan kebutuhan-kebutuhan manusia. Untuk lebih mengerti arti ”Konseling

Pastoral”, kita perlu memperhatikan istilah” Konseling” dan istilah “pastoral”.

Istilah “Kounsellor” sudah dipakai dalam Perjanjian Lama seperti dalam Kitab 1

Tawarikh 27:32: dan juga Yesaya 9:5. Sedangkan dalam perjanjian Baru sering disamakan

dalam hubungan dengan Roh Kudus yang mempunyai pengertian lain sebagai penghibur.

Sampai sekarang ada banyak defenisi konseling yang diungkapkan para ahli sesuai sudut

pandang masin-masing. Walaupun demikian, di samping perbedaan-perbedaan yang ada

disana sini, ditemukan juga persamaan-persamaan pengertian yang dijumpai di dalam

26

Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.88-89

Page 24: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

13

defenisi-defenisi konseling tersebut. Misalnya, semua ahli setujuh bahwa konseling biasanya

merupakan proses pertolongan psikologis yang terbatas karena usaha pertolongan yang intens

dan mendalam sudah lama menjadi bidang psikiatri apabila sudah disertai dengan

pengobatan. Seandainya tidak ada pembagian yang jelas antara tangung- jawab psikiater

dengan konselor, maka sudah tentu usaha menolong dengan cara konseling tidak mungkin

dapat dilakukan dengan baik dan benar. Dengan kata lain, bila upaya dan pelayanan psikiater

dan konselor adalah jelas, masing-masing menghargai batas-batas pertolongannya. Kemudian

persamaan yang lain ialah dalam hal terbatas pertolongan konselor. Para ahli sependapat

bahwasannya konselor tidaklah selalu menasehati konseli, karena mereka menggap bahwa

keputusan mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan sendiri oleh konseli yang

bersangkutan. Dengan demikian konselor menghargai konseli sepenuhnya, dan menghargai

kemampuan yang ada dalam diri konseli.27

Jika kita hendak memberi jawab terhadap pengertian konselin dari apa yang sudah

terurai secara singkat di atas, demikian bahwa konseling adalah proses pertolongan yang ada

hakekatnya adalah psikologis antara seorang penolong dengan seorang beberapa orang yang

ditolong. Melalui proses itu, diharapkan konseling dapat memperoleh kekuatan baru,

wawasan yang baru untuk memahami dan jika mungkin mengatasi permasalahan yang di

hadapinya. Jika sudah jelas, secara gampang dapat dikatakan bahwa konseling pastoral

adalah konseling plus pastoral, jadi konseling pastoral itu sendiri dapat dikatakan memiliki

cakupan yang lebih lengkap dari konseling” pastoral “terhadap konseling itu sendiri, bukan

memperluas dan bukan juga mempersempit konseling karena memang yang disumbangkan

oleh “pastoral” terhadap konseling adalah dimensi-dimensi rohaniah dan suatu perspektif

menyeluruh seperti sudah dikatakan.28

Berbeda dengan psikoter pendampingan pastoral

diarahkan untuk menjadi sarana karunia Allah. Keselamatan individual dan kelompok adalah

sasarannya. Namun, sama seperti defenisi “ kesehatan “, defenisi “keselamatan” juga sangat

bervariasi. Pelayanan pastoral lebih dipengaruhi oleh konteksnya, namun konteks selalu ada

dalam semua bentuk hubungan pelayanan.29

2.3.Peran Konseling Pastoral Terhadap Lansia

27

Aart Martin Van Beek.Konseling Pastoral sebuah buku pengangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.3-5 28

Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.6 29

Jhon C. Hoffman.Permasalahan Etis Dalam Konseling,( Kanisius 1993), hal. 26

Page 25: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

14

Konseling pastoral sebagai disiplin praktis seharusnya mempunyai manfaat yang berbeda

didalam, setiap situasi yang berbeda. Kebudayaan, keadaan dan kepribadian setiap konseli

memang berlainan sehingga pedekataan kita perlu disesuaikan. Howard Clinebell, seorang

ahli konseling pastoral telah mengusulkan6 fungsi konseling pastoral yaitu:

1. Fungsi Membimbing

Para konseli di Indonesia cenderung untuk mengharapkan fungsi ini dari proses

pertolongan. Mereka ingin diberi jalan keluar. Sayang sekali para konselor terlalu sering

sanggup untuk memberikan nasehat yang setengah matang, dan tidak mampu memenuhi

harapan itu. Sepatutnya fungsi membimbing ini muncul dalam usaha menolong konseli untuk

mengambil keputusan- keputusan mengenai hidupnya sendiri keputusan mengenai profesi

yang dipilih, mengenai teman hidup yang cocok dan seterunya. Ternyata acapkali kehidupan

memaksa kita untuk mengambil keputusan dalam menghadapi dilemma yang kompleks

sekali. Untuk menghindari saran-saran dari konselor yang belum dipertimbangkan secara

mendalam, sebaiknya konselor bersama konseli meneliti semua alternative secara lengkap.30

2. Fungsi Memperbaiki hubungan

Hampir semua persoalan konseli sedikit banyak menyangkut hubungan dengan oran lain.

Jikalau hubungan itu tidak perhatikan oleh konselor pelayanannya dapat menjadi tidak

relevan. Oleh sebab itu( Khususnya di Indonesia) kita membutuhkan fungsi konseling

pastoral yang menjamin konselor itu bercimpung dalam menyelesaikan ketegangan yang

timbul dalam hubungan itu. Kesulitan komunikasi biasanya merupakan persoalan yang paling

mendasar. Konselor tidak memihak kepada konseling atau sebaliknya anggota-anggota

keluarganya atau temannya. Dalam menolong proses komunikasi, semua orang yang terlibat

menjadi konseli, Kita menjadi perantara yang netral, perantara yang berkewajiban untuk

secara terus menerus membuka jalur komunikasi timbal balik. Perbaiki komunikasi ini tentu

perlu disesuaikan dengan keadaan dan kebudayaan para konseli. Penting sekali semua konseli

menerima konselor sebagai perantara, apalagi sebagai perantara yang harus tegas, walaupun

tidak keras.31

3. Fungsi Menopang

30

Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11 31

Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11

Page 26: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

15

Konseli yang menghadapi krisis psikis atau penderita yang diserang oleh rasa sakit yang

tajam sekali sulit di ajak berbiacara melalui percakapaan yang mendalam. Pada umunya

konselor dan konseli hanya dapat memfokus pada masalah inti. Tanggapan-tanggapan dari

konselor adalah singkat, tepat dan menekankan perasaan konseli. Kehadiran yang baik dan

komunikasi non-lisan dari konselor banyak menolong sebab biasanya konseli sangat

gelisah.32

Fungsi menopang merupakan salah satu aspek dari perspektif penggembalaan yang

menekankan “standing by” (pendampingan). Penopangan berkaitan dengan segala situasi

yang tak dapat berubah, atau paling sedikit tidak bias diubah untuk saat ini. Dalam hal ini

sustaining berasal dari kata sustenance, yang artinya “menjaga agar tetap hidup”. Sustaining

merupakan pelayanan yang dilakukan dengan cara memberi dukungan (support) dan

dorongan (encouragement) melalui pendampingan ketika sesuatu telah hancur atau tidak

berfungsi sehingga tidak memadai terhadap seluruh restorasi situasional. Pelayanan

pendampingan dominan dalam dua macam situasi yaitu ketika orang mengalami shock dan

kehilangan (berpisah dengan orang yang sangat dikasihi), sedangkan situasi yang kedua yaitu

pada situasi kerusakan yang tak dapat diubah (irreversible) atau mengalami degenerasi :

penyakit kanker yang tak bisa dioperasi. Dalam hal ini pelayanan dilakukan untuk menghibur

(comfort) serta mendukungnya dalam situasi yang dihadapi. Selain itu pendampingan

direfleksikan dengan memberikan harapan yang sifatnya eskatologis sebagai konsekuensi

hidup orang Kristen agar memperoleh kesempatan dari Tuhan yang sanggup merestorasi

keadaannya.

4. Fungsi Menyembuhkan

Konseli sering mempunyai perasaan yang belum pernah diungkapkan secara lengkap.

Barangkali dia pernah mengalami suatu trauma psikis seperti kehilangan seseorang atau

pernah menyaksikan sesuatu yang mengerikan seperti perang atau pembunuhan-pembunuhan

atau mengalami kecelakaan bis. Atau ia merasa bersalah karena pernah melakukan sesuatu

yang etis terhadap teman hidupnya, padahal teman hidup itu sudah tidak ada lagi. Atau dia

menyimpan rasa dendam tanpa habisnya. Fungsi menyembuhkan dari konseling pastoral

dapat menolong konseli untuk menyembuhkan hatinya. Tidak jarang tekanan batin konseli

32

Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11

Page 27: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

16

menimbulkan penyakit psikosomatis sperti colitis atau penyakit jantung, penyakit maag dan

sebagainya, Doa yang singkat sesudah percakapan selesai biasanya ikut menolong.33

5. Fungsi Mengasuh/ memelihara

Diharapakan bahwa konseli akan berkembang dan terus menerus menjadi dewasa didalam

menghadapi masalah-masalah hidup. Seharusnya konselor tidak hanya punya tujuan

meringankan penderitaan konseli untuk sementara saja dengan resiko besok masalahnya

kembali lagi, tetapi konselor perlu memperkuat konseli. Fungsi ini sebenarnya hamper selalu

dapat keluar dalam konseling. Itu alasanya untuk tidak terlalu banyak menesehati konseli dan

untuk menegaskan tanggung jawab konseli dalam menolong diri sendiri. Apabila konseli

tidak membutuhkan kita lagi, kita sudah berhasil. Jangan konselor menciptakan

ketergantungan konseli pada diri konselor, sebab itu hanya membuat konseli lebih lemah.34

6. Fungsi Mengutuhkan

Fungsi mengutuhkan adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama dari

pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek

kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental dan spiritual. 35

penggembalaan dan konseling

pastoral adalah pemanfaatan hubungan antara seseorang dan orang lainnya di dalam

pelayanan. Hubungan itu dapat berupa hubungan satu orang tertentu dengan satu orang

lainnya atau dalam suatu kelompok kecil. Hubungan itu memungkinkan timbulnya kekuataan

dan pertumbuhan yang menyembuhkan baik dalam diri orang-orang yang dilayani tersebut

maupun di dalam relasi-relasi mereka. Konseling pastoral adalah suatu fungsi yang bersifat

memperbaiki, yang dibutuhkan ketika orang mengalami krisis yang merintangi

pertumbuhannya. Pengembalaan dan konseling baru bersifat holistik (menyeluruh), artinya

berusaha untuk memungkinkan penyembuhan dan pertumbuhan keutuhan manusia dalam

dimensinya. Model itu berorientasi pada sistem-sistem, artinya keutuhan orang dilihat dalam

33

Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.10

34 art Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di

Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11 35

Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.12

Page 28: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

17

keterlibatannya dalam segala hubungan-hubungannya yang penting dan saling

ketergantungannya dengan orang-orang, kelompok-kelompok dan institusi-insitusi.36

Dengan cara menolong orang belajar memperkembangkan kekuataan dan kehidupan iman

dan nilai-nilainya serta memperkembangkan hubungan mereka dengan Roh pengasih alam

semesta, kini dan di sini. Dalam kelompok-kelompok pertumbuhan seperti itu, orang akan

dapat menemukan dimensi-dimensi baru dari keutuhan hidup yang dapat diperkembangkan

dalam tahap mereka sekarang ini. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan-

hubungan perilaku sering mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam perasaan-

perasaan dan sikap-sikap yang penting. Karena itu konseling pastoral bertujuan untuk

membantu orang menghadapi masalah-masalah mereka yang mendesak secara konstruktif,

mengambil keputusan-keputusan, memikul pertanggungjawaban-pertanggungjawaban, dan

memperbaiki perilaku mereka yang menyakiti diri sendiri dan orang lain; tetapi juga sama

pentingnya, yakni membantu mereka mengungkapkan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan

pemahaman-pemahaman akan diri mereka sendiri, yang merintangi pertumbuhan mereka

sehingga akan memperoleh kekuatan, kemantapan, harga diri dan semangat untuk mengatasi

krisis-krisis di masa mendatang.37

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini penulis mendeskripsikan dan menganalisa tentang peran konseling

pastoral bagi lansia dipanti Whreda Mandiri Jaya Salatiga.

3.1 Gambaran Lapangan Data

Lansia adalah usia yang boleh dikatakan tidak produktif lagi. Kebutuhan dasar lansia

yaitu teman curhat karena lansia menyadari bahwa dia sudah tidak produktif lagi dalam hal

tidak dapat mencari uang, tidak dapat memberi keturunan atau lebih tepatnya dia tidak dapat

melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan manusia sehingga lansia sering merasa

kehadirannya tidak dibutuhkan lagi oleh orang-orang terdekatnya38

. Di panti Wherda yang

merupakan panti untuk para lansia yang berdiri mulai 1995 dengan tujuan awal untuk

36

Howard Clinebell.tipe-tipe pendampingan dan konseling pastoral,(Yogjakarta Kanisius 2002),hal32- 36

37 Howard Clinebell.tipe-tipe pendampingan dan konseling pastoral,(Yogjakarta Kanisius 2002), hal 37-

45 38

Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16September 2015 pukul 09.00 WIT

Page 29: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

18

membantu panti salib putih, mempunyai 15 orang lansia, yang terdiri dari 7 laki-laki dan 8

wanita. Para pasien ini berasal dari berbagai kota di Indonesia.

Di panti Whreda ada 4relawandengan pembagian shift, 3 tenaga kerja bekerja dari jam

06.00 sampai dengan jam 12.00, sedangkan 1 orang tenaga kerja bekerja dari jam 12.00

sampai dengan jam 15.00. Adapun kegiatan yang dilakukan tenaga kerja dari jam 06.00

sampai jam 09.00 yaitu memasak dan mempersiapakan makanan untuk para lansia,

sedangkan pada jam 10.00 relawan memberikan makan kepada lansia, sehabis lansia makan

barulah para relawan melanjutkan tugas mereka membersihkan kamar-kamar

lansia,memandikan para lansia dan tugas terakhir relawan yang bershift pada jam 06.00

sampai dengan jam 12.00 yaitu menyunci baju lansia. Sedangkanpada jam 12.00 sampai

dengan jam 15.00 kegiatan yang dilakukan oleh relawan yaiturelawan mempersiapkan

minum sore seperti teh dan juga roti, setelah itu relawan memasak untuk makan malam para

lansia.Kegiatan-kegiatan ini yang rutin dilakukan oleh para relawan setiap hari senin sampai

jumat di panti Wherda.39

Panti inipun mempunyai seorang ibu asrama yang selalu menjaga

pasien 24 jam, adapun kewajiban dari ibu asrama yaitu mengontrol, mengatasi, melindungi

dan menyelesaikan setiap permasalahan yang di alami oleh setiap lansia maupun relawan

yang melayani dipanti Wherda. Adapun kegiatan rutin yang dipimpin oleh ibu panti yaitu

melakukan ibadah bersama bagi lansia dan relawan yang diadakan setiap hari Sabtu pada jam

09.00. Ibadah gabungan ini dimulai dengan menyanyi, doa untuk renungan, renungan,

menyanyi dan doa penutup. Ibu asrama pun mempunyai kewajiban pada hari Jumat sampai

dengan hari Sabtu yaitu mengerjakan setiap tugas dari relawan karena relawan panti Wherda

hanya bertugas sampai hari jumat40

.

Lansia dipanti Wherda juga mendapatkan konseling pastoral dari konselor yang di

tugaskan dipanti Wherdadengan jadwal pertemuan yaitu setiap hari selasa, jam 10:00 sampai

jam12.00.Dalam konseling pastoral tersebut adapun kegiatan yang dilakukan seperti

menanyakan keadaan lansia, ketika lansia mempunyai permasalahan lansia secara otomatis

menceritakan permasalahan kepada konselor sehingga konselor hanya mendengarkan cerita

para lansia, setelah itu konselor memberikan arahan melalui alternatif yang kereatif, seperti

istilah yang sering disebut penyembuhan luka batin, cara ini dianggap berhasil oleh konselor

jika terapkan di panti Wherda sehingga sering diterapkan di panti Wherda. Penyebuhan luka

batin ini dilakukan dengan cara konselor menyiapkan sebuah bangku kosong dan meminta

39

Hasil wawancara dengan Ibu TN (inisial), 19September 2015 pukul 11.00 WIT 40

Hasil wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19September 2015 pukul 13.00 WIT

Page 30: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

19

lansia untuk menganggap bangku kosong itu sebagai orang yang membuat luka batin kepada

lansia, sehingga lansia boleh berkata apa saja kepada bangku kosong itu, setelah lansia sudah

merasa lega dengan isi hati yang sudah diungkapkan melalui bangku kosong maka konselor

memberikan arahan sehingga lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang

sedang dihadapi. Setelah lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi,

pastoral menutup konseling pastoral dengan doa41

. Menurut para lansia, waktu satu minggu

sekali adalah waktu yang tidak cukup untuk proses konseling, mengingat bahwa dengan

keterbatasanya waktu yaitukonseling pastoral hanya berlangsung dari jam 10.00 sampai

dengan jam 12.00, sedangkan ada 15 lansia yang juga harus di lanyani.42

Adapun kegiatan yang sering dilakukan oleh tim pastoral pada lansia yaitu tim pastoral

bertanya kabarmereka, apa yangmereka rasakan, apa yang menjadi keinginan mereka, apa

yang menjadi masalah mereka, setelah itu mereka bercerita (sering) dan selalu ditutup dengan

doa. Jadi menurut para lansia konseling pastoral yang di lakukan dengan ibadah lebih bersifat

pemberian nasehat dan bukan untuk berbagi masalah ataupun pengalaman para lansia. Para

lansia merasa kurang ada hubungan pribadi dengan konselor karena konselor hanya

memberikan ibadah, hal itu yang menyebabkan tidak adanya keterbukaan dari lansia kepada

konselor.43

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para lansia dipanti wherda yaitu, setiap

pagi mereka melakukan doa bersama dengan teman sekamar dan juga biasanya mereka

duduk bercerita dan saling berbagi pengalaman bersama, setelah itu mereka melakukan

aktifitas seperti biasanya yaitu, mandi, makan, dan beristirahat. Tidak ada kegiatan yang

diharuskan panti untuk dilakuakan bersama, sehingga mereka bebas melakukan apa saja

sesuai dengan keinginan mereka, kecuali hari hari sabtu barulah mereka bersama-sama

mengikuti ibadah bersama.44

Berdasarkan hasil penelitian, kunjungan dari keluarga dan anak-

anak para lansia dipanti Whreda sangat kurang,hal ini terlihat dariwaktukunjungan dari

keluarga dan anak-anak para lansia. Ada 2 orang lansia yang hanya dalam jangka waktu satu

tahun sekali di kunjungi,sedangkan 13 lansiatidak mendapat kunjungan sama sekali.Keluarga

maupun anak-anak lansia kebanyakan mereka hanya mengirimkan uang kepada orang tua

mereka melalui ibu asarama.hal yang ini yang menurut para lansia membuat mereka merasa

stres karena lansia merasa kurang diperhatikan dan kurang adakasih sayang dari keluarga.45

41

Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT 42

Hasil wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT 43

Hasil wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT 44

Hasil wawancara dengan Bapak YK(inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT 45

Hasil wawancara dengan Bapak YK(inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT

Page 31: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

20

3.2 Persoalan-Persoalan Yang Dihadapi Oleh Lansia Di Panti Wherda

Adapun beberapa persoalan yang terjadi pada lansia di panti wherda akibat krisis manula

seperti persoalan perubahan bentuk fisik, psikis,sosial dan spiritual lansia. Perubahan fisik

yang terjadi yaitu lansia dipanti Wherda mengalami kelemahan tubuh,hal ini menyebabkan

lansia sudah tidak kuat lagi melakukan aktifitas yang berlebihan. Lansia juga mengalami

perununan berat badan sehingga lansia hanya berharap pada relawan di panti untuk

mengurus mereka dengan memberi makan, memandikan dan mengurus semua keperluan

mereka. Kelemahan tubuh lansia juga terlihat dari penurunan sistem pencernaan makanan,

makanan akan mulai sulit di kunyah karena gigi sudah tidak dapat mengunya dengan

baik,maka itu relawan selalu menyediakan makanan yang lebih lunak sehingga tidak perlu di

kunyah.

Adapun perubahan Psikis lansia di panti Wherda yaitu yang berkurangnya produksi

hormon, krisis ini di sebut sebagai monopause, sedangkan untuk para pria penuruan hormone,

yang di sebut andropause.Ditahap ini lansia di panti Wherda mulai mengalami kelemahan

otot-otot tubuh sehingga gerak tubuh mereka semakin melambat dan kaku, lansia juga

mengalami kemunduran daya ingat, sehingga mereka sering melupakan kejadian-kejadian

yang telah berlalu dan juga sering melupakan apa yang harus lansia lalukan. Lansia juga

sering melupakan barang-barang yang mereka simpan.

Persoalan sosial yang terjadi pada lansia di panti wherda yaitudimana lansia mengalami

proses perubahan sosial dengan lingkungan baru, yang biasanya mereka tinggal di rumah

sendiri dan leluasa melakukan segala hal sekarang mereka harus hidup di tempat yang baru

dengan suasana baru, lingkungan baru, dan dengan orang-orang baru dengan begitu banayak

peraturan yang harus mereka lakukan, terkadang membuat mereka merasa tidak nyaman dan

ingin kembali ke rumah mereka sendiri. Perubahan lain yang dialami oleh para lansia yaitu

kekurangan penghasilan sehingga mereka tidak dapat membeli apapun yang mereka

inginkan, mereka harus benar-benar memilih kebutuhan apa yang memang benar-benar

mereka butuhkan, hal ini juga yang mengakibatkan banyak lansia yang tidak memperhatikan

penampilan mereka, sehingga apa adanya saja, terkecuali beberapa lansia yang masih

memperhatikan penampilan mereka agar tetap terlihat menarik. Namum sampai pada saat ini

mereka dapat menerima keadaan panti dan tetap menetap dipanti walaupun mungkin mereka

kurang merasa nyaman.

Page 32: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

21

Sedangkan persoalan spritualitas para lansia dipanti whreda yaitu dalam masa senja lansia

sangat membutuhkan penguatan dalam diri lewat hubungan mereka dengan Tuhan lewat

ibadah-ibadah yang sering dilakukan dipanti, namun yang sering terjadi walaupun panti ini

adalah panti Kristen namun kegiatan rohani seperti ibadah-ibadah sangat kurangkarena

ibadah bersama hanya dilakukan setiap sabtu pagi, sedangkan hari-hari biasa mereka tidak

diwajibkan untuk berdoa bersama sehingga mereka berdoa secara pribadi sendiri-sendiri di

kamar mareka, tetapi adapun lansia yang tidak sempat berdoa sama sekali. Hal ini yang

mengakibatkan hubungan spiritual para lansia sangat kurang.46

3.3 Analisa pelaksaanaan konseling pastoral bagi lansia dipanti Wherda Mandiri Jaya

Salatiga

Konseling pastoral artinya seseorang yang siap kapan saja untuk melakukan pelayanan yang

bisa memberikan suatu kelegaan dan memberikan sesuatu keringanan kepada konseli itu

sendiri.Konseling itu berarti siap untuk menemani dalam hal mendengarkan keluhan konseli

atau pada saat konseli membutuhkan penopangan dalam doa. Tetapi sesuai hasil penelitian di

lapangan penulis menemukan fakta bahwa jadwal konseling pastoral dipanti Wherda hanya

berlansung dengan jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap

hari selasa, waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkankecemburuan sosial

antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling pastoral.

Berdasarkan teori Aart Van Beek, konselor tidaklah selalu menasehati konseli, karena

mereka menganggap bahwa keputusan mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan

sendiri oleh konseli yang bersangkutan, sehingga konselor menghargai konseli sepenuhnya

dan menghargai kemampuan yang ada di dalam diri konseli. Teori ini sesuai dengan hasil di

lapangan di mana penulis menemukan, konselor dipanti Wherda menganggap tugas utama

dari seorang konseling pastoral adalah menjadi pendengar yang baik. Sehinggapelayanan

yang diberikan adalah kehadiran konselor bukan mau memberikan pelajaran tetapi sebagai

ibaratnya menjadi tong sampah,yang berarti konselor siap untuk menjadi wadah bagi lansia

atau konseli untuk membuang sampah-sampah dalam arti semua keluh kesah dalam dirinya

dikeluarkan dan seorang konselor hanya menjadi pendengar. Proses ini terlihat ketika

konseling pastoral yang dilakukan oleh konselor dipanti Wherda dimulai dengan melakukan

ibadah atau berdoa pribadi, lalu tim pastoral mengadakan penyembuhan luka-luka batin,

dengan cara membuat kursi kosong sehingga konseli dengan bebas menceritakan berbagai

46

Hasil wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19September 2015 pukul 13.00 WIT

Page 33: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

22

konflik yang terjadi, dalam bentuk kursi kosong di situ tim pastoral mau mereka melepaskan

setiap beban yang ada pada diri mereka, sedangkan konselor hanya cukup mendengarkan,

adapun alternatif lain yang digunakan konselor dipanti Wherda.47

Howard Clinebell, mengatakan bahwa konseling pastoral dikatakan berhasil jika

konselor mampu melakukan 6 fungsi konseling pastoral yaitu fungsi membimbing, fungsi

memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi menyembuhkan, fungsi mengasuh atau

memelihara dan fungsi mengutuhkan.Menurut penulis, dari hasil penelitianpelaksanaan

konseling pastoral bagi parah lansia dipanti Wherda tidak berhasilkarena walaupun tim

pastoral sudah melakukan konseling pastoral dengan cara yang kreatif dan mudah diterima

oleh parah lansia yaitu melalukan teknik kursi kosong seperti yang sudah dijelaskan diatas,

tetapi karena kendala kurangnya kepercayaan konseli terhadap konselor sehingga sering

dalam proses konseling pastoral terjadinya penipuan masalah yang dilakukan oleh konseli

sehingga keenam fungsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik dipanti Wherda.

IV. Kesimpulan dan Saran

Konseling pastoral sangatlah penting untuk para manula karna dengan adanya

konseling pastoral mereka dapat tertolong untuk mengobati setiap masalah-masalah yang ada

dalam diri mereka, dengan adanya konseling pastoral diharapkan manula saling membangun

hubungan relasi yang baik dengan sesama manula, dengan adanya konseling pastoral manula

dapat dibimbing dan diarahkan agar merekadapat mempersiapkan diri menghadapi akhir

hidup mereka.Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa peran

konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda Mandiri Salatigatidak sepenuhnya berhasil

karena dalam proses kegiatan konseling pastoraltidak mencapai tujuan konseling pastoral

yang sebenarnya yaitu membantu lansia menemukan jalan keluar bagi persoalan yang sedang

di alami atau dapat di katakan konseling pastoral tidak terealisasikan. Berdasarkan hasil

penelitian,konseling pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat prosedural

saja atau hanya bersifat formal, sehingga fungsi-fungsi konselingpastoral itu tidak

berlangsung dengan baik, disebabkan oleh waktukonseling yang terlalu singkat karenadalam

jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap hari selasa,pada

jam10.00 sampai jam 12.00. Waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkan

kecemburuan sosial antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling

pastoral, sehingga hal tersebut juga yang membuat manula tidak mempunyai kedekatan batin

47

Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT

Page 34: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

23

dengan konselor, dengan alasanitu menyebabkan kurangnya kepercayaan konseli dalam

menceritakan masalah yang sedang dialami kepada konselor. Adapun alasan lain mengapa

fungsi-fungsi pastoral kurang berlangsung dengan baik yaitu disebabkan juga oleh kegiatan

yang berlangsungdipanti Wherda lebih bersifat ibadah dananak-anak dari lansia tidak

mengunjungi lansia sehingga terjadinya stress pada lansia dan juga relawan panti yang

menganggap bahwa tugas mereka hanyalah untuk membersihkan panti, mempersiapkan

makan maupun menjaga kebersihan lansia, padahal tugas terpenting mereka adalah

mendengar lansia.

Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan

kepada panti Wherda yaitudiharapkan panti Wherda memperbanyak kegiatan untuk para

lansia, kegiatan itu sepertimelakukan ibadah bersama setiap malam, olah raga bersama agar

para manula tidak merasa jenuh dan juga dapat memperat hubungan antara manula satu dan

yang lain.

Daftar Pustaka

A. Jurnal

Ganzevoort, R.R. (2010). Minding the Wisdom of Ages: Narrative Approaches in Pastoral

Care of the Elderly. Journal of Practical Theology, Vol. 331-340

Manthei, R. and Nourse, R. (2012). Evaluation Of a Counselling Service for the Elderly.

Journal of Counselling , Vol. 32(2)

Suprapto, H. U.H.(2013). Konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup

lansia.Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, Vol. I (2), 190-198.

Febriani Patandianan R,Herlina I. S. Wungouw dan Sylvia Marunduh.( 2015). Pengaruh

Latihan Beban terhadap Kuatan Otot Lansia, Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume

3, Nomor 1.

Nur Asniati Djaali dan Dra Nursiah Sappaile. (2013). A Systematic Review: Group

Counselling for Older Peoplewith Depression. 2nd International Seminar on

Quality and Affordable Education (ISQAE.

Jeklin Linda Tambariki.(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di

membe, Kabupaten Minahasa Utara.

B. Buku

Capps, Donald. Penggunaan Alkitab Dalam Konseling Pastoral. Yogjakarta: Kanisius, 1999.

Page 35: Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

24

Collins, Dr. Gary R. Konseling Kristen Yang Efektif. Malang: Seminari Alkitab Asia

Tenggara, 2001.

Clinebell, Howard. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta:

Kanisius, 2002.

Crabb, Larry. Konseling yang Efektif dan Alkitabiah. Diterjemahkan oleh Dra. Agnes M.

Frances. Yogyakrta: PBMR ANDI, 1995.

Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Model Logo Konseling Untuk Memperbaiki Low Spritiual Self-

Esteem.Yogyakarta: Kanisius 2014.

Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Nilai Dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisius 2014.

Gerkin, Charles V. Konseling Pastoral Dalam Transisi. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Hoffman, John C.Permasalahan Etis dalam Konseling. Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Nazir, M. Metode Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Santoso, Hanna dan Ismail, Andar.Memahami Krisis Lanjut Usia. Gunung Mulia: Jakarta,

2012.

Van Beek, Aart.Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.

Van Beek,Aart Martin. Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Penolong di

Indonesia . Satya Wacana: Semarang, 1987.

Van Beek, Aart Martin. Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 1999.

Wiryasaputra, Totok S. Pengantar Konseling Pastoral. Yogyakarta: Diandra Pustaka

Indonesia, 2014.

Narasumber:

Wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT

Wawancara dengan Ibu TN (inisial), 19 September 2015 pukul 11.00 WIT

Wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19 September 2015 pukul 13.00 WIT

Wawancara dengan Bapak YK (inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT

Wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT

Wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT