peradangan

15
Rahmianti Rabu, 19 Februari 2014 Askep Lansia Dengan Masalah Sosial Kultural BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan penduduk lansia pada dasarnya merupakan dampak positif dari pembangunan. Pembangunan meningkatkan taraf hidup masyarakat, menurunkan angka kematian dan meningkatkan usia harapan hidup. Namun, disisi lain pembangunan secara tidak langsung juga berdampak negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik terhadap kesejahteraan lansia. Lansia sering kehilangan pertalian keluarga yang selama ini diharapkan. Perubahan yang terjadi juga menyebabkan berkurangnya peran dan status lansia dalam keluarga. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk - bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (Junaidi, 2007). Penduduk lansia di Indonesia tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 diperkirakan jimlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa

Upload: brock-james

Post on 22-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERADANGAN

RahmiantiRabu, 19 Februari 2014

Askep Lansia Dengan Masalah Sosial Kultural

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Peningkatan penduduk lansia pada dasarnya merupakan dampak positif dari

pembangunan. Pembangunan meningkatkan taraf hidup masyarakat, menurunkan angka

kematian dan meningkatkan usia harapan hidup. Namun, disisi lain pembangunan secara tidak

langsung juga berdampak negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh

kurang baik terhadap kesejahteraan lansia. Lansia sering kehilangan pertalian keluarga yang

selama ini diharapkan. Perubahan yang terjadi juga menyebabkan berkurangnya peran dan status

lansia dalam keluarga. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk - bentuk dukungan

keluarga terhadap lansia (Junaidi, 2007). Penduduk lansia di Indonesia tahun 2006 sebesar 19

juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 diperkirakan jimlah lansia sebesar

23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia

diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Peningkatan jumlah

penduduk lansia disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan

dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat

(MENKOKESRA, 2007).

Meningkatnya jumlah lansia membutuhkan penanganan yang serius karena secara

alamiah lansia itu mengalami kemunduran baik dari fisik, biologis, maupun mentalnya. Hal ini

Page 2: PERADANGAN

tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya sehingga perlu adanya peran serta dan

dukungan dari keluarga dalam penanganannya. Menurunnya fungsi berbagai organ, lansia

menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi

penyakit degeneratif dan penyakit metabolik (Nugroho, 2000).

Selain penyakit degeneratif, masalah psikologis merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi kehidupan lansia, diantaranya adalah: kesepian, keterasingan dari lingkungan,

ketidakberdayaan, ketergantungan, kurang percaya diri, keterlantaran terutama bagi lansia yang

miskin serta kurangnya dukungan dari anggota keluarga. Hal tersebut dapat mengakibatkan

depresi yang dapat menghilangkan kebahagiaan, hasrat, harapan, ketenangan pikiran dan

kemampuan untuk merasakan ketenangan hidup, hubungan yang bersahabat dan bahkan

menghilangkan keinginan menikmati kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada perubahan sosial

antara lain terjadinya penurunan aktivitas, peran dan partisipasi sosial (Partini, 2002).

Permasalahan yang dihadapi lansia memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk

menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa mereka.

Konsep untuk memecahkan masalah ini disebut dengan mekanisme koping. Koping dilakukan

untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan. Koping merupakan

reaksi terhadap tekanan yang dibutuhkan lansia untuk memecahkan, mengurangi, dan

menggantikan kondisi yang penuh tekanan (Hawari, 1997).

Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia masih mampu memahami

makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Namun dalam

kenyataanya ada sebagian lansia yang mampu memahami dan memanfaatkan dukungan sosial

dengan optimal dan ada pula lansia yang kurang mampu memahami adanya dukungan sosial dari

orang lain, sehingga meskipun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan

adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan perilaku yang maladaptif seperti, kecewa, kesal

dan perilaku menyimpang lainnya (Kuntjoro, 2002).

Dukungan sosial dari keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif

yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga yang lansia. Dukungan keluarga

memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana mekanisme koping yang akan

ditunjukkan oleh lansia. Adanya dukungan dari keluarga dapat membantu lansia menghadapi

masalahnya. Dari permasalahan tersebut penyusun akan membahas dalam makalah ini dengan

Page 3: PERADANGAN

batasan pengertian Sosial, peran sosial lansia, dan asuhan keperawatan terkait masalah sosial

lansia.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengaruh  masalah sosial budaya pada lansia

2.      Apa itu perubahan peran diri pada lansia

3.      Hubungan perubahan  peran diri dengan tingkat depresi pada lansia

4.      Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah social budaya

C.     TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk mengetahui pengaruh  masalah sosial budaya pada lansia

2.      Untuk mengetahui tentang perubahan peran diri pada lansia

3.      Untuk memahami Hubungan perubahan  peran diri dengan tingkat depresi pada lansia

4.      Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah sosial budaya

Page 4: PERADANGAN

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGARUH MASALAH SOSIAL BUDAYA PADA LANSIA

Apakah kebudayaan itu ?  Mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu , tapi

tidak setiap orang dapat  menjelaskannya . Sebagian orang menjelaskan bahwa kebudayaan itu

adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun

temurun , tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi timbulnya

suatu  penyakit . Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang sempit , tetapi

mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri.

Hubungan antara faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan pada lansia sangatlah

penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu informasi kesehatan yang

baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih

dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut.

Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di

rubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan informasi

yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada masyarakat . Ada banyak

cara yang bisa dilakukan , mulai  dari perkenalan program kerja, menghubungi tokoh-tokoh

masyarakat maupun melakukan pendekatan secara personal .

Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai implikasi yang dalam terhadap

kesejahteraan fisik maupun mental mereka. Pada masyarakat tradisional warga usia lanjut

ditempatkan pada kedudukan yang terhormat, sebagai Pinisepuh atau Ketua Adat dengan tugas

sosial tertentu sesuai adat istiadatnya, sehingga warga usia lanjut dalam masyarakat ini masih

terus memperlihatkanperhatian dan partisipasinya dalam masalah - masalah kemasyarakatan. Hal

ini secara tidak langsung berpengurah kondusif bagi pemeliharaan kesehatan fisik maupun

mental mereka. Sebaliknya struktur

kehidupan masyarakat modern sulit memberikan peran fungsional pada warga usia

lanjut, posisi mereka bergeser kepada sekedar peran formal, kehilangan pengakuan akan

kapasitas dan kemandiriannya. Keadaan ini menyebabkan warga usia lanjut dalam

Page 5: PERADANGAN

masyarakat modern menjadi lebih rentan terhadap tema - tema kehilangan dalam perjalanan

hidupnya.Era globalisasi membawa konsekuensi pergeseran budaya yang cepat dan

terus – menerus , membuat nilai - nilai tradisional sulit beradaptasi. Warga usia lanjut yang hidup

pada masa sekarang,seolah-olah dituntut untuk mampu hidup dalam dua dunia yakni :

kebudayaan masa lalu yang telah membentuk sebagian aspek dari kepribadian dan kekinian yang

menuntut adaptasi perilaku. Keadaan ini merupakan ancaman bagi integritas egonya, dan

potensial mencetuskan berbagaimasalah kejiwaan

Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya lansia secara umum yaitu

masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai

kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan

dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih

mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri

kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan

perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan

lansia, masih rendahnya kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih

terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan

melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia .

B.  PERUBAHAN PERAN DIRI PADA LANSIA

Sama seperti orang berusia madya harus belajar untuk memainkan peranan baru

demikian juga dengan kaum lansia. Dalam kebudayaan dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan,

kecepatan dan kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan orang lansia sering

dianggap tidak ada gunanya lagi. Karena mereka tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang

lebih muda dalam berbagai bidang tertentu dimana kriteria nilai sangat diperlukan, dan sikap

sosial terhadap mereka tidak menyenangkan.

Lebih jauh lagi, orang lansia diharapkan untuk mengurangi peran aktifnya dalam urusan

masyarakat dan sosial. Demikian juga dengan dunia usaha dan profesionalisme. Hal ini

mengakibatkan pengurangan jumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia, dan karenanya

perlu mengubah beberapa peran yang masih dilakukannya.

Page 6: PERADANGAN

Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lansia, pujian yang mereka

hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan keberhasilan mereka. Perasaan tidak

berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lansia menumbuhkan perasaan rendah diri dan

kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian sosial seseorang.

1)             Peran dalam Keluarga

Kehidupan dalam keluarga pada usia lanjut yang merupakan hal yang paling serius

adalah keharusan untuk melakukan perubahan peran. Mereka semakin sulit dari tahun ketahun.

Semakin radikal perubahan tersebut dan semakin radikal perubahan tersebut dan semakin

berkurang prestise peran tersebut, maka semakin besar pula penolakan terhadap perubahan.

Pria atau wanita yang telah terbiasa dengan peran sebagai kepala keluarga akan

menemukan kesulitan untuk hidup bergantung dirumah anaknya. Seperti juga halnya dengan pria

yang memperoleh kedudukan dan prestise serta tanggung jawab dalam dunia kerjanya, merasa

akan sulit menghadapi fakta sebagai pembantu istrinya apabila sudah pensiun. Peran ini

dirasakan akan menghilangkan otoritas dan kejantanannya.

2)             Peran dalam Sosial Ekonomi

Walaupun mereka sudah mempersiapkan diri untuk pensiun, tetapi lansia menghadapi

masalah yang oleh Erikson disebut krisis identitas (identity crisis), yang tidak sama dengan krisis

identitas yang dihadapi dimasa dewasanya, pada waktu mereka kadang-kadang diperlakukan

sebagai anak-anak dan kadang-kadang sebagai orang dewasa. Krisis identitas yang menimpa

orang setelah pensiun adalah sebagai akibat untuk melakukan perubahan peran yang drastis dari

seseorang yang sibuk dan penuh optimis, menjadi seorang pengngangur yang tidak menentu.

Dan lebih lebih lanjut lagi bahwa perubahan terhadap kebiasaan dan pola yang sudah mantap

yang telah dilakukan sepanjang hidup yang pernah dialaminya, sering mengakibatkan perasaan

yang traumatik bagi lansia.

3)              Peran dalam Sosial masyarakat

Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan

kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk

menyesuaiakan diri dengan menurunkan kekuatan, dan menurunnya kesehatan secara bertahap.

Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan didalam

Page 7: PERADANGAN

maupun diluar rumah. Mereka juga diharapkan untuk mencari kegiatan untuk menganti tugas-

tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu dikala masih muda dahulu.

Bagi beberapa lansia berkewajiban mengikuti rapat yang meyangkut kegiatan sosial dan

kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan yang

menurun setelah mereka pensiun. Akibat dari menurunnya kesehatan dan pendapatan, maka

mereka perlu menjadwalkan dan menyusun kembali pola hidup yang sesuai dengan keadaan saat

itu, yang berbeda dengan masa lalu.

C.                 HUBUNGAN PERUBAHAN  PERAN DIRI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA

LANSIA  (dari jurnal : HUBUNGAN PERUBAHAN PERAN DIRI DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI UPT PSLU PASURUAN BABAT

LAMONGAN, Titik Nuryanti, Retno Indarwati, Setho Hadisuyatmana* Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya)

Perubahan peran pada lansia yang tinggal di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan

berhubungan dengan depresi yang dialami oleh lansia. Semakin maladaptif perubahan peran

lansia yang tinggal di panti semakin tinggi tingkat depresi yang dialami lansia

Page 8: PERADANGAN

D.       ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH SOSIAL BUDAYA

A. Pengkajian

• Identitas Klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal MRS, informan,

tangggal pengkajian dan alamat klien.

• Orang-orang terdekat

Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya,

pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.

• Kultural

Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan penyakit), nilai-nilai

yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan

dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai perawatan

dan pengobatan.

• Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak

ada, berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan

sehari-hari, dependen.

• Faktor predisposisi

Kehilangan, perpisahan,harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan /frustasi berulang,

tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya

harus dioperasi, kecelakaan, dicerai pasangan, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena

sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain

yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

• Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhanfisik yang

dialami oleh klien.

• Aspek Psikososial

1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

2. Konsep diri

a) Citra tubuh

Page 9: PERADANGAN

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan

tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi

negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus

asaan, mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil

keputusan

c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah,

PHK.

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu

tinggi.

e) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan

sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.

3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain

terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

4. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).

• Status Mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai

pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga orang lain , Adanya

perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.

• Kebutuhan persiapan pulang.

1.              Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2.              Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan

dan merapikan pakaian.

3.              Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

4.              Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar

rumah

Page 10: PERADANGAN

5.              Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

·  Mekanisme Koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain

( lebih sering menggunakan koping menarik diri)

·  Aspek Medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy

okopasional, TAK, dan rehabilitas.

2.10 Diagnosa Keperawatan

A. Pengertian

Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun

potensial (Stuart and Sundeen, 1995)

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah

sebagai berikut :

• Isolasi sosial : menarik diri

• Gangguan konsep diri: harga diri rendah

• Resiko perubahan sensori persepsi

• Koping individu yang tidak efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain

• Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.

• Intoleransi aktivitas.

• Kekerasan resiko tinggi.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1.      Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan pada

peristiwa-peristiwa kehidupan.

2.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem saraf;

kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan memecahkan

masalah.

3.      Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

Page 11: PERADANGAN

4.      Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien; keyakinan kesehatan,

nilai spiritual, pengaruh kultural.

BAB III

PENUTUP

A.                KESIMPULANHubungan antara faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan pada lansia sangatlah

penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu informasi kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut.

Dalam kebudayaan dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan, kecepatan dan

kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan orang lansia sering dianggap tidak ada

gunanya lagi. Karena mereka tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam

berbagai bidang tertentu dimana kriteria nilai sangat diperlukan, dan sikap sosial terhadap

mereka tidak menyenangkan.

Lebih jauh lagi, orang lansia diharapkan untuk mengurangi peran aktifnya dalam

urusan masyarakat dan sosial. Demikian juga dengan dunia usaha dan profesionalisme. Hal ini

mengakibatkan pengurangan jumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia, dan karenanya

perlu mengubah beberapa peran yang masih dilakukannya.Perubahan peran pada lansia dari hasil penelitian berdasarkan jurnaal yang

ada  berhubungan dengan depresi yang dialami oleh lansia. Semakin maladaptif perubahan peran lansia yang tinggal di panti semakin tinggi tingkat depresi yang dialami lansia,

B.                 SARAN

Page 12: PERADANGAN

Semoga dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam

mempelajari askep gerontik khususnya yang berhubungan dengan masalah social budaya pada

lansia yang berhubungan dengan perubahan peran pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal : HUBUNGAN PERUBAHAN  PERAN DIRI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA

LANSIA YANG TINGGAL DI UPT PSLU PASURUAN BABAT LAMONGAN, Titik

Nuryanti, Retno Indarwati, Setho Hadisuyatmana* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Kampus C Mulyorejo Surabaya)

http://firmansyahjf.blogspot.com/

\ http://arekareks13b.blogspot.com/2013/04/askep-lansia-dengan-gangguan-sosial.html

http://kecantikanblogger.blogspot.com/2012/12/makalah-aspek-sosial-budaya-pada-pasien.html

http://nursing-community.blogspot.com/2013/04/kelompok-5-askep-pada-lansia-dengan_23.html

http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/peran-pada-lanjut-usia.html