per. indo 7

Upload: agung-widya-goca

Post on 14-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hshshs

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGIndustrialisasi merupakan satu proses interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun definisi ini terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik atau manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian pula halnya dengan transportasi dan komunikasi.Dari kebijaksanaan pemerintah dalam ketiga komoditas ini tampaknya pemerintah menjalankan strategi industrialisasi yang protektif. Jadi tidak jelas apakah pemerintah menjalankan strategi protektif atau yang mendorong pada zaman pemerintahan Suharto, yang kemudian diakhiri dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1998.Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia ini agak berkepanjangan, karena bersamaan dengan pergantian pemerintahan, yang menghendaki reformasi di segala bidang ( politik, ekonomi dan budaya ). Diantara reformasi tersebut adalah reformasi menuju pemerintahan yang bersih ( bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme ), dan kemudian diikuti oleh pendelegasian banyak wewenang pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah ( otonomi daerah ). Pada otonomi daerah , kekuasaan mengurus ekonomi daerah, termasuk mengatur perkembangan industri berada di pemerintah daerah bukan lagi pada pemerintah pusat. Sementara masa reformasi itu perhatian pemerintah terhadap perkembangan industri juga terbengkalai, kecuali perhatiannya terhadap pendidikan dan pelatihan yang ada pada akhirnya membantu perkembangan industri. Balai pendidikan dan pelatihan yang dijalankan pemerintah ini sangat diperlukan untuk mendorong industri tumbuh dan berkembang.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Apa pengertian Industrialisasi dan analisis konsep dan tahapan industrialisasi?2. Apa kebijakan dari industrialisasi?3. Analisis teknologi industrialisasi dan hubungannya dengan pengangguran!4. Analisis kebijakan industrialisasi di Indonesia

1.3 TUJUANTujuan dari pembuatan paper ini adalah:1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu industrialisasi2. Agar mahasiswa mengetahui konsep dan tahapan industrialisasi3. Untuk mengetahui kebijakan industrialisasi di Indonesia4. Untuk mengetahui teknologi industrialisasi dan hubungannya dengan pengangguran

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Analisis Konsep dan Tahapan IndustrialisasiIndustrialisasi merupakan satu proses interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun definisi ini terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik atau manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian pula halnya dengan transportasi dan komunikasi.Periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi dan kesempatan kerja. Indonesia dikategorikan sebagai negara yang sudah berada pada tahap industrialisasi. Dalam literatur dikenal ada empat tahapan industrialisasi, yaitu:1. Pertama, tahap awal meliputi barang konsumsi sehari-hari dengan nilai tambah rendah dengan mengunakan teknologi yang sederhana.2. Kedua, tahap madya merupakan manufacturing dimana bahan baku yang digunakan mempuyai nilai tambah lebih tinggi.3. Ketiga, tahap yang meliputi hulu dan bernilai tambah tinggi dengan menggunakan teknologi yang mutakhir.4. Keempat, pada tahap terakhir teknologi sudah berkembang sangat pesat seperti mikro elektronik, bio genetika, laser, robot, serta telekomunikasi dan informatika.Contoh:Era Industri Indonesia dimulai pada jaman kolonial Belanda. Yang mengejutkan, dari beberapa fakta, ternyata era Industri ini berdekatan waktunya dengan awal perkembangan Industri di Inggris dan Amerika, yaitu abad ke-18. Industri di Indonesia dimulai bersamaan dengan awal perkembangan Pabrik-pabrik Gula di Jawa.Gula merupakan komoditas utama pada jaman kolonial Belanda. Pada tahun 1667 datang sekelompok pedagang Belanda di Pulau Jawa yang mendirikan VOC. Dengan peningkatan permintaan gula di Eropa maka pada tahun 1750 pabrik milik etnis Cina disewa untuk memproduksi gula di Eropa terutama di pantai utara Jawa.

1. Tahap Pertama. Dalam tahap ini untuk memproduksi gula masih menggunakan cara yang sederhana dan tradisional.sehingga produksi gula dalam tahap ini belum mempunyai nilai tambah tinggi. Cairan atau sari tebu didapat dari alat pengepres berupa silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan. Salah satu silinder diberi tonggak yang digerakka secara manual oleh manusa atau ternak. Satu orang atau lebih memasukkan tebu ketengah putaran silinder. Hasil press berupa cairan sari tebu dialirkan ke kuali besar dibawahnya.2. Tahap Kedua. Karena tingginya permintaan di Eropa, perlahan teknologi ini ditinggalkan. Mulailah Indonesia pada jaman Hindia Belanda memasuki Era Industrialisasi dalam arti sebenarnya, yaitu penggunaan mesin-mesin dalam melakukan proses produksi, sehingga meskipun menghasilkan volume output sangat tinggi dibanding manual, quality tetap terjaga. Dalam tahap ini jelas Indonesia telah menggunakan teknik manufacturing sehingga nilai tambah lebih tinggi dibanding tahap pertama.3. Tahap Ketiga. Dengan didukung modal besar, pada tahun 1830, pabrik gula di Jawa Barat bertenaga mesin mulai berdiri. Ini dapat dilihat dengan adanya salah satu surat dari Jessen Trail and Company yang ditujukan pada NHM ( Bank ) yang berisi : Dalam memulai perusahaan perusahaan kita saat ini, kami sangat menyadari mesin-mesin yang digunakan untuk pembuatan gula sangat tidak efisien dan tidak sempurna, oleh karena itu kami ingin mendatangkan mesin mesin dari Eropa beserta tenaga ahlinya. Kami saat ini ( 1826 ) memiliki tiga pabrik penggilingan. Menggunakan mesin giling horisontal dari Eropa dengan tiga silinder, berpenggerak mesin uap 6 HP dan 8 HP, komplet dengan unit ketel uap (boillers), clarifiers dari tembaga dan besi, dan tiga unit mesin destilasi ( destilleries ) dan enam unit penyulingan berbahan tembaga dari Eropadan dilengkapi dengan sistem fermentasi untuk pembuatan arak dan rum.4. Tahap Keempat. Pada tahap ini pabrik-pabrik gula di Indonesia telah mempunyai mesin yang modern. Dimana teknologinya sudah canggih. Pertumbuhan industri ini menyebabkan tingginya permintaan akan tenaga kerja.

2.2 Kebijakan industrialisasi Strategi Industrialisasi yang pernah diterapkan di Indonesia, dapat bersifat protektif atau bersifat mendorong. Untuk kepentingan analisis kebijaksanaan industrialisasi dibedakan ke dalam 2 periode, yakni periode sebelum Pelita I dan periode sesudahnya sampai sekarang. 1. Kebijaksanaan industrialisasi sebelum Pelita IPeriode ini meliputi zaman penjajahan Belanda, di mana perekonomiannya mengikuti sistem negara induknya, Belanda. Perekonomian bergerak dengan campur tangan pemerintah yang sangat minimum. Demikian juga sektor industrinya, tanpa ada campur tangan pemerintah yang berarti, sehingga strategi pengembangan sektor industrinya, apabila dikatakan sebagai strategi, lebih cenderung ke arah mendorong bukan yang bersifat protektif.Periode berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah zaman pemerintah Sukarno sampai sekitar tahun 1960, pada waktu yang mana perekonomian masih mewarisi sistem sebelumnya dengan campur tangan pemerintah yang minimum. Setelah tahun 1960, diwarnai oleh situasi politik yang sangat tidak mendukung perekonomian Indonesia. Walaupun secara resmi perekonomian Indonesia pada periode tersebut mengikuti sistem sosialis, namun situasi politik pada waktu itu memaksa perekonomian tidak berkembang secara sehat dan, sudah tentu, juga sektor industrinya. Ada beberapa kebijaksanaan pemerintah yang memberikan indikasi bahwa kebijaksanaan tersebut untuk tujuan memajukan indutri, Kebijaksanaan dimaksud antara lain : Kebijaksanaan mendorong ekspor hasil pertanian untuk menigkatkan penerimaan devisa. Jumlah devisa yang lebih banyak memungkinkan perkembangan industri melalui impor bahan baku dan mesin dari luar negeri. Kebijaksanaan pengawasan devisa oleh pemerintah ( exchange control ) dengan kurs yang rendah. Harga devisa yang rendah ini bisa mendorong investor luar negeri untuk mengembangkan industri di Indonesia. Kebijaksanaan Alokasi Devisa Otomatis ( ADO ) untuk eksportir dan untuk pemerintah daerah bisa diartikan agar para importir dan daerah menggunakannya untuk membeli bahan baku dan mesin untuk memajukan industri dalam negeri.Namun kesemua kebijaksanaan ini lebih bersifat untuk kepentingan perekonomian secara keseluruhan dibandingkan untuk pengembangan industri. Jadi dalam periode sebelum Pelita I, pemerintah boleh dikatakan tidak mempunyai kebijaksanaan khusus untuk pengembangan industri. 2. Kebijaksanaan industrialisasi setelah Pelita I. Periode ini meliputi zaman pemerintahan Suharto, Habibie, sampai sekarang. Pemerintah Suharto mementingkan perkembangan ekonomi dan memulainya dengan liberalisasi ekonomi, mengizinkan penanaman modal asing dan mengundang peraturan penanaman modal dalam negeri. Pada buku Repelita I tercantum bahwa pembangunan industri mengutamakan hal hal berikut: Industri industri yang menunjang sektor pertanian dengan memproduksi sarana sarana pertanian atau mengolah hasil hasil pertanian. Industri industri yang menghasilkan devisa atau menghemat devisa dengan jalan menghasilkan barang barang pengganti impor. Industri industri yang mengolah lebih banyak bahan bahan dalam negeri. Industri industri yang menggunakan relatif lebih banyak tenaga kerja dari pada modal. Industri industri yang mengembangkitkan kegiatan pembangunan daerah.Dari ke lima butir ini, pemerintah saat itu mementingkan perkembangan seluruh sektor industri itu berarti strategi yang ditempuh adalah strategi mendorong bukan strategi protektif. Namun kenyataan menunjukkan bahwa industri otomotif dan industri tekstil mendapat perlindungan yang lebih besar dari sektor industri pada umumnya. Misalnya, saja bea masuk yang tinggi untuk tekstil dan otomotif, dilarang mengimpor mobil dalam bentuk BU ( built up ), melainkan harus dalam bentuk CKD ( completely knocked ). Dari kebijaksanaan pemerintah dalam ketiga komoditas ini tampaknya pemerintah menjalankan strategi industrialisasi yang protektif. Jadi tidak jelas apakah pemerintah menjalankan strategi protektif atau yang mendorong pada zaman pemerintahan Suharto, yang kemudian diakhiri dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1998.Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia ini agak berkepanjangan, karena bersamaan dengan pergantian pemerintahan, yang menghendaki reformasi di segala bidang ( politik, ekonomi dan budaya ). Diantara reformasi tersebut adalah reformasi menuju pemerintahan yang bersih ( bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme ), dan kemudian diikuti oleh pendelegasian banyak wewenang pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah ( otonomi daerah ). Pada otonomi daerah , kekuasaan mengurus ekonomi daerah, termasuk mengatur perkembangan industri berada di pemerintah daerah bukan lagi pada pemerintah pusat. Sementara masa reformasi itu perhatian pemerintah terhadap perkembangan industri juga terbengkalai, kecuali perhatiannya terhadap pendidikan dan pelatihan yang ada pada akhirnya membantu perkembangan industri. Balai pendidikan dan pelatihan yang dijalankan pemerintah ini sangat diperlukan untuk mendorong industri tumbuh dan berkembang.Akhirnya pada pemerintahan SBY, pemerintah memberikan lebih banyak perhatian terhadap sektor industri dengan menetapkan pedoman dalam mengembangkan industri nasional dan sebgai dasar pemberian fasilitas pemerintah dengan Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2008. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa akan disusun peta panduan pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu untuk jangka panjang ( tahun 2025 ) dicapai sektor industri yang tangguh, kelas dunia dan sebagai motor penggerak perekonomian. Fasilitas akan diberikan atas permintaan dari : Industri prioritas tinggi, baik industri prioritas nasional maupun industri prioritas berdasarkan kompetensi inti industri daerah. Industri pionir. Industri yang dibangun di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan atau daerah lain yang dianggap perlu. Industri yang melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi. Industri yang melakukan pembangunan infrastruktur. Industri yang melakukan alih teknologi. Industri yang menjaga kelestarian lingkungan hidup. Industri yang melakukan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri. Industri yang menyerap tenaga tenaga kerja.Pemerintah dapat memberikan fasilitas berupa fiskal, non fiskal dan fasilitas lainnya dan menyediakan berbagai fasilitas pendidikan dan pelatihan industri, maka dapat disimpulkan bahwa strategi yang diterapkan pemerintah pada periode setelah Pelita I ini adalah strategi mendorong, bukan strategi protektif.

2.3 Analisis Teknologi Industrialisasi & Hubungannya dengan PengangguranKonsep dasar pemilihan teknologi yang sangat biasa dalam literature ekonomi memakai model insentif harga, biasanya untuk harga modal dan harga tenaga kerja untuk mencapai biaya minimum bagi satu perusahaan untuk memproduksi sejumlah barang dan jasa tertentu. Menurut prinsip ekonomi, para pengusaha (produsen) diasumsikan menghadapi seperangkat harga relative faktor produksi (modal dan tenaga kerja) dan menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja yang meminimumkan biaya dalam memproduksi jumlah output yang dikehendaki. Produsen juga diilustrasikan mampu berproduksi dengan mengunakan berbagai macam teknologi yang sangat padat karya hingga metode-metode yang sangat padat modal. Oleh karena itu apabila harga modal sangat mahal dibandingkan harga tenaga kerja, maka proses produksi yang padat karya akan dipilih. Sebaliknya, jika harga tenaga kerja lebih mahal, maka perusahaan memilih untuk menggunakan metode produksi yang lebih bersifat padat modal. Perusahaan akan menghemat penggunaan faktor produksi yang lebih mahal, yang dalam hal terakhir ini adalah tenaga kerja.Secara teoritis semua pengusaha disetiap kegiatan ekonomi akan berusaha meminimalkan biaya perusahaannya dengan cara memberikan tanggapan rasional terhadap struktur sinyal harga pasar yang berlaku untuk berbagai faktor produksi dan hasil produksinya. Kalau saja harga pasar yang berlaku untuk berbagai faktor produksi menunjukkan kelangkaan related antar faktor, maka biaya produksi barang dan jasa yang dihasilkan pengusaha akan menunjukkan nilai sesungguhnya dari pengorbanan faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkannya. Pengusaha akan meminimalkan biaya produksinya dengan cara memilih teknik produksi yang paling efisien(paling tepat), yang ditentukan oleh harga relative faktor produksi. Teknik produksi yang tepat ini adalah teknik produksi yang mengguanakn lebig banyak faktor produksi yang harganya relative lebih murah dengan mengkombinasikannya lebih sedikit faktor produksi yang jarang (harganya mahal). Kalau semua harga-harga menunjukkan harga relative kelangkaannya, maka semua faktor produksi (tenaga kerja dan modal) yang ada akan terserap seluruhnya dengan penggunaan penuh dan pendapatan dari pemilik faktor produksi mampu untuk menyerap semua produksi barang dan jasa di pasar tanpa adanya tekanan inflasi.Jika dari kenyataan yang ada kita simpulkan bahwa Indonesia memiliki tenaga kerja yang melimpah dan hanya memiliki modal financial atau modal fisik yang sangat terbatas, maka wajar saja kalau kita berpikir bahwa teknik produksi yang akan digunakan bersifat padat karya. Pemandangan banyaknya para pencari kerja (penganggur) di Indonesia bukanlah disebabkan oleh kurangnya rasionalitas ekonomi dari para pengusaha. Kebijaksanaan pemerintah dirancang untuk memberikan harga yang benar (menghilangkan distorsi harga faktor) akan menghasilkan kesempatan kerja yang lebih luas dan juga penggunaan yang lebih baik atas modal yang langka melalui pemilihan teknik produksi yang lebih tepat.

2.4 Analisis Kebijakan Industrialisasi di IndonesiaIndustrialsiasi dapat didefinisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan kondtribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor, dan kesempatan kerja (Chenery, 1986). Tujuan dari industrialisasi adalah peningkatan efisiensi, daya saing, sinergitas hulu - hilir, serta keseimbangan supply - demand.Industrialiasi di IndonesiaIndonesia sejak awalnya dikenal sebagai negara yang kaya akan hasil tambang danpertanian. Sejak dahulu pertambangan dan pertanian menjadi sumber dan pusat perekonomianIndonesia. Ternyata dua sektor ini mengalami kemerosotan dan semakin ditinggalkan saatdimulainya industrialisasi. Industrialisasi yang terjadi adalah transformasi dari perekonomianyang didominasi oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) menjadi perekonomian yangdidominasi oleh sektor industri.

Industrialisasi yang terjadi dalam sistem ini dimaksudkan untukmengatasi kemiskinan, mengangkat kemampuan seluruh masyarakat, khususnya yang palingrendah kemakmurannya, mengatasi pengangguran, menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya,memperluas dan memperkuat landasan ekonomi, serta mengembangkan keadilan sosial.

Inilah yang mendasari untuk apa dan untuk siapa proses industrialisasi itu dijalankan.Kebijakan ini diambil tentu setelah melihat kebanyakan negara yang sedang berkembang melakukan pembangunan di sektor industri untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Nampak adanya sebuah anggapan bahwa industrialisasi ini menjadi sebuah keharusan untukmencapai perubahan yang lebih nyata dan berkembang dalam bidang ekonomi. Paling tidak, daripengalaman negara yang lain inilah Indonesia belajar dan berusaha membangun dan memasukiera industrialisasi.Pola industrialisasi Indonesia yang ditempuh adalah pola substitusi impor. Pola inibertujuan untuk mendirikan industri-industri yang menghasilkan barang-barang jadi yang sebelumnya diimpor.

Pola industrialisasi ini membuka peluang besar bagi pengusaha-pengusaha asing dan nasional untuk menanamkan modal mereka dalam berbagai kegiatanproduktif di Indonesia. Investor asing dan nasional ini diharapkan bisa menggairahkan industry yang berjalan di Indonesia dan tidak hanya terpaku pada industri yang ditopang oleh lembagapemerintahan.

BAB IIIPENUTUP

SIMPULANPeriode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi dan kesempatan kerja. Indonesia dikategorikan sebagai negara yang sudah berada pada tahap industrialisasi. Dalam literatur dikenal ada empat tahapan industrialisasi, yaitu:1. Pertama, tahap awal meliputi barang konsumsi sehari-hari dengan nilai tambah rendah dengan mengunakan teknologi yang sederhana.2 Kedua, tahap madya merupakan manufacturing dimana bahan baku yang digunakan mempuyai nilai tambah lebih tinggi.3 Ketiga, tahap yang meliputi hulu dan bernilai tambah tinggi dengan menggunakan teknologi yang mutakhir.4 Keempat, pada tahap terakhir teknologi sudah berkembang sangat pesat seperti mikro elektronik, bio genetika, laser, robot, serta telekomunikasi dan informatika.Periode ini meliputi zaman penjajahan Belanda, di mana perekonomiannya mengikuti sistem negara induknya, Belanda. Perekonomian bergerak dengan campur tangan pemerintah yang sangat minimum. Demikian juga sektor industrinya, tanpa ada campur tangan pemerintah yang berarti, sehingga strategi pengembangan sektor industrinya, apabila dikatakan sebagai strategi, lebih cenderung ke arah mendorong bukan yang bersifat protektif.Periode berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah zaman pemerintah Sukarno sampai sekitar tahun 1960, pada waktu yang mana perekonomian masih mewarisi sistem sebelumnya dengan campur tangan pemerintah yang minimum. Setelah tahun 1960, diwarnai oleh situasi politik yang sangat tidak mendukung perekonomian Indonesia. Walaupun secara resmi perekonomian Indonesia pada periode tersebut mengikuti sistem sosialis, namun situasi politik pada waktu itu memaksa perekonomian tidak berkembang secara sehat dan, sudah tentu, juga sektor industrinya. Ada beberapa kebijaksanaan pemerintah yang memberikan indikasi bahwa kebijaksanaan tersebut untuk tujuan memajukan indutri, Kebijaksanaan dimaksud antara lain : Kebijaksanaan mendorong ekspor hasil pertanian untuk menigkatkan penerimaan devisa. Jumlah devisa yang lebih banyak memungkinkan perkembangan industri melalui impor bahan baku dan mesin dari luar negeri. Kebijaksanaan pengawasan devisa oleh pemerintah ( exchange control ) dengan kurs yang rendah. Harga devisa yang rendah ini bisa mendorong investor luar negeri untuk mengembangkan industri di Indonesia. Kebijaksanaan Alokasi Devisa Otomatis ( ADO ) untuk eksportir dan untuk pemerintah daerah bisa diartikan agar para importir dan daerah menggunakannya untuk membeli bahan baku dan mesin untuk memajukan industri dalam negeri.Namun kesemua kebijaksanaan ini lebih bersifat untuk kepentingan perekonomian secara keseluruhan dibandingkan untuk pengembangan industri. Jadi dalam periode sebelum Pelita I, pemerintah boleh dikatakan tidak mempunyai kebijaksanaan khusus untuk pengembangan industri.

REFERENSI

http://darfians.blogspot.com/2013/03/kebijakan-industrialisasi.htmlhttp://www.academia.edu/3055928/Industrialisasi_Jalan_Globalisasi_Indonesia

1