penyamplingan

Upload: lailatul-anna

Post on 02-Mar-2016

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proses penyamplingan

TRANSCRIPT

  • III. Penyamplingan

  • Proses penyamplingan adalah suatu tahapan kerja yg tidak kalah pentingnya dari pekerjaan yg lain jika akan berkerja di laboratorium Kimia Organik. Sebab bila salah dalam penyamplingan bisa memberikan hasil yg berbeda. Untuk itu bila pekerjaan.di laboratorium merupakan pekerjaan sintesa, maka sampelnya adalah bahan dasar atau bahan yg akan direaksikan, dan tentu saja bahan-bahan ini yg berasal dari perdagangan atau di pasaran, dari gudang.

  • Untuk itu seharusnya jangan terlalu percaya dengan etiket yg di botol atau packing. Oleh kerena itu perlu di cek kebenaran isinya , melalui pemeriksaan sederhana seperti tl, td, indek bias, putaran optik, densiti, dsb nya. Jika hasilnya memang sudah sesuai dengan yg tertera di etiket, sebelum direaksikan keringkan lebih dahulu jika ia berupa zat padat atau distilasi jika ia berupa zat cair. Bahan-bahan yg akan direaksikan yg telah di proses tadi hendaklah disimpan dalam wadah yg terproteksi oleh nitrogen jika ia tidak stabil.

  • Namun bila sampelnya berupa bahan alam baik dari tumbuh-tumbuhan atau hewan, maka perlu dicari nama latinnya terlebih dahulu dengan cara mengidentifikasinya di Herbarium Jurusan Biologi.Sebab satu jenis tumbuhan walaupun sudah dikenal umum namanya, namun spesiesnya bisa berbeda. Oleh kerena itu perlu dikonfirmasi terlebih dahulu spesiesnya, Malah tumbuh-tumbuhan itu juga ada yg betina dan ada yg jantan, dan ini tentulah butuh penjelasan.Selain itu nama latin merupakan kata kunci untuk menelusur ke dalam dunia informasi.

  • Untuk bisa mendapatkan nama latin di herbarium, biasanya diminta seluruh bahagian dari tumbuhan seperti daunnya, buahnya, batangnya, bunganya, akarnya, dsb nya. Jika sampel yg akan diektrak dalam keadaan segar, ektraklah dengan pelarut-pelarut yg bersifat polar seperti metanol atau etanol. , kerena senyawa yg akan diektrak terlapisi oleh air dan hanya bisa dimasuki oleh pelarut-pelarutpolar dan tidak oleh pelarut-pelarut non polar.Tetapi jika ingin memakai pelarut-pelarut yg non polar seperti eter, kloroform, etil asetat, petrolium eter dsb nya, maka ektraklah dalam keadaan kering

  • . Sampel yg akan diektrak senyawa organiknya baik dalam keadaan basah maupun dalam kedaan kering hendaklah dihaluskan terlebih dahulu sehingga permukaannya bisa lebih luas , dan pengektraksian akan berjalan lebih sempurna. Untuk mengeringkan sampel dapat dilakukan lewat kering angin artinya dikeringkan lewat udara terbuka dalam suatu ruangan, atau dengan oven atau dengan sinar matahari dengan suhu tak lebih 50o C. Sebelum digunakan metoda pengeringan diatas haruslah diuji kestabilan kandungannya terhadap bahan yg akan

  • diektrak terlebih dahulu dengan cara sederhana melalui kromatografi lapisan tipis.Pengujiannya adalah dengan cara membandingkan hasil ektrak bahan segar dan hasil ektrak yg telah dikeringkan melalui metoda tertentu seperti dengan sinar matahari atau oven. Hasil ektrak dari kedua jenis metoda pengeringan ditotolkan dengan pipa kapiler ke plat yg sama. Kemudian dielusi dengan pelarut tertentu. Setelah eluen naik sampai diujung atas, plat diangkat dan dikeringkan. Noda yg terjadi diungkapkan dengan uap iodium atau metoda yg lain. Jika kromatogram sebelum dikeringkan sama kromatogram dan harga Rfnya dengan yg sesudah dikeringkan berarti ia stabil dan metoda itu bisa digunakan untuk pengeringan.

  • Tetapi bila terjadi perubahan kromatogram dan harga Rfnya berarti ia tak stabil dan metoda pengeringan nya tidak dapat digunakan untuk pengeringan. Selain itu sampel yg akan diperiksa janganlah disimpan terlalu lama, sebab bila disimpan terlalu lama ia bisa busuk dan berjamur. Jika mau menyimpan agak lama, semprotlah dengan alkohol dan simpanlah ia dalam keadaan kering ditempat yg sejuk.Pertanyaan :Bagaimanakah mencek kebenaran hasil yg ada dalam botol bahan kimia yg diperdagangangkan?2. Jelaskanlah cara memilih teknik pengeringan sampel?3. Kenapa nama latin dari sampel itu cukup penting ?

  • IV. Ekstraksi senyawa organik

  • oSoal Soal Latihan.Jelaskan masing masing teknik ektraksi dengan cara ekstraksi pelarut , sokletasi dan distilasi uap.Jelaskan dasar pemisahan secara ekstraksi dan distilasi.Jelaskan bagai mana cara membuat alkohol absolut dari cairan nira hasil fermentasi secara distilasi.Jelaskan pada saat kapan digunakan media penghantar panas air, minyak, pasir dan leburan timah.Jelaskan cara mendaur ulang suatu pelarut sehingga dapat dipergunakan kembali.Jelaskan suatu contoh pekerjaan di Laboratorium kimia organik yang meliputi isolasi, sintesis, pemurnian dan identifikasi.

  • A

    B

    Senyawa organik yang terdapat dalam larutan ataupun pada jaringan tumbuhan dan hewan dapat ditarik dengan berbagai teknik ekstraksi, atau dengan menggunakan pelarut seperti n-heksana, petroleum eter, ligroin , eter, kloroform , metilen klorida, metanol dan lain lain . Teknik yang digunakan untuk menarik senyawa yang diinginkan dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan menggunakan corong pisah. Bila dari sampel padat dilakukan dengan pemerasan (presssing), distilasi, sublimasi, maserasi, perkolasi dan sokletasi .

  • Corong pisah

    Corong pisah digunakan untuk mengekstraksi senyawa organik yang terlarut dalam suatu pelarut dengan pelarut lainnya dan antara kedua pelarut tidak saling melarutkan.Dengan demikian akan membentuk dua lapisan dan senyawa organik yang diinginkan akan tertarik kepada pelarut yang ditambahkan. Proses pengekstraksian dengan corong pisah adalah seperti gambar berikut.

  • Berbagai contoh corong pisah dan cara menggunakan corong pisah

  • Cara kerjanya adalah kepada larutan yang mengandung senyawa yang akan diekstraksi , ditambahkan pelarut lainnya dan akan membentuk dua lapisan. Corong pisah dipegang dengan kedua tangan, dimana salah satu tangan memegang ujung corong pisah yg pakai kran sehingga dapat digunakan untuk membuang angin sambil dikocok. Perlu diperhatikan bahwa pengisian corong pisah jangan sampai penuh namun harus ada rongga udara minimal sepertiganya. Selanjutnya dibiarkan beberapa waktu sampai terjadi dua lapisan. Jika menggunakan air sebagai pelarut maka biasanya terjadi emulsi (busa).

  • Bila tidak terbentuk dua lapisan tambahkan NaCl sebagai pemecah emulsi. Teknik ekstraksi pelarut hanya dapat digunakan bila senyawa yang akan diekstraksi kelarutannya lebih besar dalam pelarut pengekstraksi . Sebagai contoh adalah pengekstraksian residu pestisida dalam air dengan menggunakan kloroform. Pengekstrasian dengan corong pisah akan lebih sempurna apabila pelarut dengan volume sama dilakukan berkali kali dibandingkan mengunakan sekaligus pelarut dengan jumlah yang sama. Sebagi contoh penggunaan 4 kali 25 mL pelarut untuk mengektraksi jauh lebih baik dibandingkan dengan penggunaan sekaligus 100 mL untuk mengektraksi suatu bahan.

  • Pemerasan.Teknik pemerasan dapat digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa organik yang berbentuk cairan yg terdapat dalam bahan yang berbentuk padat, zat padat dalam zat padat, tetapi dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut tertentu. Artinya teknik pemerasan dapat digunakan bila senyawa yang akan diambil berbentuk cairan yg berada dalam zat padat, lansung diperas dan bila zat yg akan diekstrak berbentuk padat terdapat dalam zat padat , maka ia dapat dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut tertentu dalam suatu pelarut dan kemudian baru diperas. Sebagai contoh adalah pengambilan minyak dari daging kelapa (kopra) , pengambilah getah gambir dan pengambilan gula dari tebu.

  • Untuk penarikan dalam skala industri maka pengambilan bahan yg diinginkan adalah pemerasan secara mekanis (mesin) seperti pengambilan gula di pabrik gula dan pengambilan minyak kelapa sawit (CPO = crude palm oil) yg dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) .Metode pemerasan lansung tanpa pelarut mempunyai keunggulan yaitu tidak meninggalkan residu pelarut dalam bahan yang diektraksi dan sangat cocok pada industri makanan . Metode pemerasan tentu tidak cocok digunakan untuk mengekstrak bahan yg kadarnya rendah seperti hasil alam khususnya metabolit sekunder karena kadarnya hewan relatif rendah.yakni dibawah satu persen.

  • Distilasi.Pemisahan dg cara distilasi pada prinsipnya adalah metode pemisahan yang didasarkan karena adanya perbedaan titik didih antara komponen komponen yang akan dipisahkan. Secara teori bila perbedaan titik didih antar komponen makin besar maka pemisahan dengan cara distilasi akan berlangsung makin baik yaitu hasil yang diperoleh makin murni. Distilasi digunakan untuk menarik senyawa organik yang titik didihnya di bawah 250oC . Pendistilasian senyawa dengan titik didih terlalu tinggi dikhawatirkan akan merusak senyawa yang akan didistilasi diakibatkan terjadinya oksidasi dan penguraian oleh panas.

  • Pada distilasi senyawa yang diinginkan dididihkan dan uapnya dilewatkan melalui suatu pendingin sehingga mencair kembali. Proses pendidihan erat hubungannya dengan kehadiran udara di permukaan . Agar proses pendiginan berjalan dengan baik, maka air hendaklah dialirkan dari bahagian yg posisinya rendah dari alat pendingin dan air keluar dari pendingin dari bahagian yg posisinya lebih tinggi. Bila suatu cairan dipanaskan , maka pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan uap dari cairan yang akan didistilasi sama dengan tekanan uap di permukaan. Tekanan udara di permukaan terjadi olehadanya udara di atmosfir . Bila pendidihan terjadi pada 760 mm Hg maka pendidihan ini disebut pendidihan normal , titik didihnya disebut td normal dan Distilasinya lasinya disebut distilasi normal.

  • Selanjutnya bila kepada cairan yang akan didistilasi diberikan tekanan tambahan melalui pengiriman uap ke dalam cairan , makan tekanan uap dalam cairan yang akan didistilasi adalah merupakan gabungan tekanan uap cairan yang akan didistilasii ditambah dengan tekanan uap yang ditambahkan. Dengan demikian pendidihan akan terjadi pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normalnya. Cara ini berguna untuk mendistilasi komponen yang tidak stabil pada titik didih normalnya seperti yang digunakan pada distilasi uap.Kemudian bila udara yang dipermukaan cairan yg akan didistilasi, dikeluarkan maka akan terjadi pengurangan tekanan di permukaan cairan yg akan didistilasi atau pemakuman.

  • Pendidihan pada kondisi vakum akan terjadi pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan titik didih normalnya dan konsep inilah yang digunakan pada distilasi vakum. Permasalahan yang ditemui dalam pemisahan dengan cara distilasi adalah terbentuknya azeotrop yang merupakan campuran yang sulit dipisahkan kerena akan menguap secara bersama sama dengan komposisi tertentu. Cara mengatasi azeotrop adalah dengan;1. Menambahkan zat ketiga sehingga terjadi campuran azeotrop baru. Contoh pemisahan etanol dengan air walapun titik didihnya berbeda sekitar 350 (titik didih etanol sekitar 650C dan air 1000C) , namun tidak akan pernah diperoleh etanol mutlak dengan cara distilasi.

  • Untuk memperoleh etanol mutlak maka azeotrop harus diatasi dengan menambahkan benzena maka akan bertutut turut terdistilasi tripel azeotrop (alkohol air bezena), dobel azeotrop (alkohol air) dan yang terakhir akan terdistilasi alkohol absolut. Alkohol + air adalah Azeotrop Alkohol + air + Benzena Azeotrop baru ; direfluks dan Didistilasi.2. Cara lain adalah dengan cara menambahkan suatu bahan yang secara selektif akan mengikat salah satu bahan. Misalnya untuk campuran alkohol air maka ditambahkan CaO sehinga air (H2O) akan terikat dengan reaksi sebagai berikut.(alkhol,air) + CaO jadi alkohol + Ca(OH)2Selanjutnya didistilasi dan diperoleh alkohol absolut dan Ca(OH)2 akan tertinggal sbg residu dalam labu.

  • Teknik distilasi senyawa organik yg beragam ini tergantung dari sifat fisik dan kimia senyawa yang akan dipisahkan seperti berikut ini.Distilasi Normal.Distilasi normal digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang dapat menguap di bawah 1300C. Pada distilasi normal pendidihan akan terjadi bila tekanan uap dari cairan yang dipanaskan sudah sama dengan tekanan udara dipermukaan cairan. Dalam proses distilasi yang menggunakan cairan sebagai media panas , maka permukaan cariran yang akan didistilasi harus lebih rendah agar pemanasan merata sehingga penguapan akan sempurna. Rangkaian peralatan distilasi normal adalah seperti berikut.

  • Bekerja dengan distilasi normal labu distilasi diberi batu didih , yg bisa berasal dari kepingan-kepingan kaca porselen. Bila tidak ditambahkan batu didih akan menyebabkan loncatan cairan yg akan didistilasi.Jika ingin menarik minyak atsiri yg umumnya memiliki titik didih yang rendah , dapat digunakan distilasi sistim trapping. Dengan distilasi sistim trapping uap yang terbentuk dibiarkan naik , selanjutnya didinginkan dengan pendingin tegak sehingga pengembunan yang terjadi lebih banyak. Hasilnya ditampung sebagai tetesan dari pendingin dan dengan adanya air. Sehingga kalau ada minyak atsiri akan terbentuk dua lapisan. Distilasi ini adalah merupakan modifikasi distilasi normal yang lebih cocok untuk pengambilan minyak atsiri. Rangkaian alat pengambilan minyak atsiri dengan pendingin tegak adalah seperti gambar berikut.

  • Keunggulan cara distilasi dengan sistim traping ini adalah, krn hasilnya ditampung lansung dengan air, maka terlihat dari hasil penampungan dalam bentuk dua lapisan . Artinya bila terjadi dua lapisan, maka lapisan atas adalah minyak atsiri sedangkan lapisan bawah adalah air.

    Distilasi Uap.Apabila suatu zat mudah terurai atau rusak pada titik didihnya , sebaiknya didistilasi dengan distilasi uap. Caranya adalah tekanan uap cairan yang akan didistilasi ditambah melalui pemberian tekanan uap yang tinggi. Dalam hal ini tidak dapat digunakan distilasi vakum karena bila digunakan ,distilasi vakum zat yang akan didistlasi akan terisap ke pompa vakum. Rangkaian peralatan distilasi uap adalah seperti gambar berikut .

  • Pada distilasi normal, pendidihan akan terjadi bila tekanan uap sama dengan tekanan atmosfir (Pu = Pa). Namun pada distilasi uap adanya tekanan uap yg dialirkan akan membawa pengaruh terhadap tekanan dari cairan yg didistilasi (P) sehingga P + Pu = Pa atau Pu = Pa P. Dengan demikian tekanan cairan akan tercapai saat tekanan atmosfir dikurangi tekanan uap diberikan. Kedalam labu penghasil uap hendaknya diberi pipa kapiler atau sejenisnya yang tercelup kedalam cairan yang diuapkan , sehingga bila terjadi tekanan tinggi , maka tekanan tersebut akan keluar melalui pipa kapiler tersebut.

    Distilasi Vakum.Distilasi vakum digunakan untuk menarik senyawa senyawa yang bertitik didih tinggi . Dengan pengurangan tekanan (vakum) maka pendidihan terjadi pada tekanan uap yang rendah atau titik didihnya menjadi turun (rendah). Sebagai contoh senyawa dengan titik didih 1000C pada 760 mmHg (1 atm) , maka pada 40 mmHg bisa menjadi 340C.

  • Untuk menentukan konversi titik didih ini ini dapat diaplikasikan menggunakan tabel konversi titik didih pada tekanan atmosfr dan pada berbagai tekanan yang sudah tersedia di Labotorium atau berbagai literatur. Untuk pengurangan tekanan (vakum) maka rangkaian peralatan distilasi dihubungkan ke pompa dengan rangkaian alat seperti gambar berikut :

    Bagian E dihubungkan dengan pompa vakum dan manometer U untuk melihat besarnya tekanan reduksi . Penampung dapat terdiri dari tiga buah labu penampung apabila bahan yang akan didistilasi lebih dari satu fraksi. Setiap penampungan fraksi berikutnya maka bagian E diputar agar distilat menetes ke penampung lainnya . Namun bila lebih dari tiga fraksi distilasi harus dihentikan terlebih dahulu untuk mengosongkan labu penampung kemudian distilasi dilanjutkan untuk fraksi berikutnya.

  • Rangkaian alat ini tentu saja kurang efisien untuk mendistilasi campuran yang lebih dari tiga fraksi, sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka rangkaian E dimodifikasi sehingga distilasi dapat terus berlangsung walapun tiap fraksi diambil dari labu dengan rangkaian alatnya seperti gambar berikut ini.

  • Bila bekerja dengan mesin vakum , maka antara vakum dan alat distilasi hendaknya dipasang traping dan didinginkan pada suhu 50oC di bawah nol. Jika tidak maka akan ada senyawa yang tertarik ke dalam mesin yang menyebabkan mesin akan cepat rusak atau aus.

    Dalam operasionalnya distilasi vakum hendaklah dilakukan dengan cara bertingkat . Maksudnya setelah vakum dihidupkan maka dilakukan pengamatan terhadap distilat yang keluar. Jika tidak ada zat yang keluar , naikkan suhu sedikit demi sedikit sampai adanya fraksi yang ke luar. Jika pendistilasian telah selesai , matikan pemanas terlebih dahulu, buat tekanan udara luar sama dengan tekanan di dalam dan diikuti dengan mematikan sistim vakum. Untuk lebih memudahkan pendidihan maka ke dalam cairan yang akan didistilasi dimasukkan pipa kapiler atau anak stirer dan peranan ini tidak dapat digantikan oleh batu didih. Tanpa pipa kapiler dan anak stirer maka akan sulit terjadi pendidihan dan kemungkinan dapat terjadi loncatan cairan.

  • Sublimasi.Beberapa zat padat bila dipanaskan ada yang dapat langsung berubah menjadi uap tanpa melewati fase cair yang peristiwanya disebut menyublim. Proses penyublinan dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dengan teknik sublimasi. Pada umumnya teknik sublimasi digunakan untuk pemurnian atau memisahkan kotoran (impuritis) dari suatu bahan yang dimurnikan. Contoh bahan yang dapat dimurnikan dengan teknik sublimasi adalah Iodium dan kamfer atau kapur barus.. Sekema peralatan sederhana dari teknik sublimasi adalah seperti gambar berikut ini.

  • Dalam proses sublimasi sampel yang akan diekstrak dilletakan didasar labu besar. Kemudian pipa atau labu yang ada dalam labu besar dialiri air sebagai pendingin dibahagian dalamnya.Labu besar yg berisi sampel dipanaskan. Maka hasil akan menempel di labu dalam yg ada pendinginannya. Proses penyubliman baru dihentikan jika tak ada lagi yang menyublim.

    Untuk sampel-sampel yang menyublim pada suhu tinggi, proses penyubliman dapat dilakukan pada tekanan rendah , caranya dengan menghubungkan dengan pompa vakum atau aspirator air. Peralatan sublimasi pada tekanan rendah adalah seperti gambar berikut.

  • Pengurangan tekanan dalam proses penyubliman mempunyai keuntungan yaitu mencegah dekomposisi senyawa yang menyublim pada suhu tinggi. Peralatan penyubliman tidak mahal dan dapat dengan mudah dirangkai dari peralatan gelas yang ada. Keuntungan lain adalah tidak menggunakan pelarut sehingga pada akhir penyubliman tidak memerlukan pengusiran pelarut. Teknik subblimasi tidak banyak digunakan pada pemurnian karena tidak banyak senyawa yang dapat menyublim.

    Maserasi.Maserisasi adalah dengan teknik penarikan yang sangat klasik. Maserasi dikenal juga dengan istilah perendaman. Perendaman terhadap bahan yang akan diekstraksi dapat dilakukan pada suhu kamar ataupun dipanaskan. Juga bisa dilakukan dengan cara dikocok ataupun tanpa pengocokan. Sampel yang telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Setelah proses maserasi dianggap sempurna ,kemudian disaring dan hasilnya didapat berupa filtrat.

  • Perkolasi.Perkolasi adalah dengan cara melewatkan pelarut ke sampel yg mengandung bahan yang akan diekstrak . Perkolasi adalah pengembangan dari teknik maserasi yang dapat dilakukan dalam keadaan dingin ataupun panas. Sokletasi.Sokletasi adalah teknik pengekstraksian yang kontinu. Sokletasi ditujukan untuk menarik zat padat atau cair dari suatu bahan padatan dengan menggunakan pelarut pelarut yang digunakan untuk sokletasi adalah pelarut yang titik didihnya rendah (volatil) seperti eter, aseton, metilen klorida dan petroleum eter tergantung bahan yang akan diekstraksi. Bila pelarut yang digunakan mempunyai titik didih yang tinggi maka akan dapat merusak senyawa yang akan diekstrak pada waktu sirkulasi penguapan dengan suhu yang tinggi. Beberapa senyawa organik dapat mengalami oksidasi dan dekomposisi pada suhu yang tinggi dalam tekanan atmosfir. Rangkaian alat sokletasi adalat seperti gambar berikut.

  • o

  • Secara umum alat shoklet terdiri dari tiga bagian besar yaitu labu bulat penampung hasil, shoklet (tempat) sampel ditarok dan pendingin tegak untuk mengembunkan pelarut. Cara kerjanya adalah sampel dalam bentuk rajangan atau bubuk dimasukkan dalam kertas saring kemudian ditempatkan pada tabung shoklet. Labu yang telah diisi dengan pelarut dengan volumenya dua pertiganya yang sesuai dipanaskan dengan penangas minyak atau air tergantung titik didih pelarut. Pelarut akan menguap melalui pipa besar dan akan cair kembali sesudah sampai pada pendingin memenuhi tabung shoklet sekaligus mengekstrak bahan yang diinginkan. Setelah permukaan pelarut sampai batas maka secara otomatis pelarut akan turun kembali ke labu pemanas dengan membawa bahan yang diekstrak. Selanjutnya berlangsung sirkulasi yang sama dimana waktu pelarut menguap kembali akan meninggalkan bahan yang diekstraksi dalam labu sampai ekstraksi berlangsung dengan sempurna. Penangas yang menggunakan cairan sebagai media penghantar panas maka cairan dalam labu shoklet hendaklah lebih tinggi daripada permukaan cairan pada penangas.

  • Hal ini adalah untuk menghindari terjadinya pemanasan senyawa yang terangkat oleh pendidihan kedinding labu dan akan mempunyai panas lebih tinggi daripada larutan di dalam labu, sehingga senyawa akan rusak . Teknik sokletasi sangat umum digunakan untuk pengambilan lemak nabati maupun hewani dengan pelarut petrolium eter. Pengambilan kafein dari jaringan tubuhan misalnya teh dan kopi juga sangat cocok digunakan alat soklet dengan pelarut etanol.Soal Soal Latihan.1. Jelaskan masing masing teknik ektraksi dengan cara ekstraksi pelarut , sokletasi dan distilasi uap.2. Apakah dasar pemisahan secara ekstraksi dan distilasi.3. Bagai mana cara membuat alkohol absolut dari cairan nira hasil fermentasi secara distilasi.4. Uraikanlah pada saat kapan digunakan media penghantar panas air, minyak, pasir dan leburan timah.5. Jelaskan cara mendaur ulang suatu pelarut sehingga dapat dipergunakan kembali.6. Tunjukkanlah suatu contoh pekerjaan di Laboratorium kimia organik yang meliputi isolasi, sintesis, pemurnian dan identifikasi.