penyakit yang menyertai kehamilan dan persalinan
DESCRIPTION
zzzTRANSCRIPT
I. PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN
1. TB PARU
Tuberculosis: penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium
tuberculosis). Tuberculosis merupakan suatu penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan
karena adanya infeksi pulmonary oleh bakteri mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini sangat mudah berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain melalui udara(batuk
atau bersin).
Diagnosis
• Anamnesis
– Batuk lama, batuk berdarah ( hemoptoe), nafsu makan turun, BB turun secara drastis, sakit
dada, riwayat berobat lama.
• Pemeriksaan Fisik
– Terdapat ronkhi basal dan kelainan bunyi pernafasan
• Pemeriksaan Penunjang:
– Foto thoraks (dengan pelindung), uji mantoux, sputum BTA 3x, kultur resistensi
Tatalaksana Dalam Kehamilan
• Bila proses tenang / tidak aktif tidak usah dilakukan terapi
• Bila proses aktif perlu ruang khusus ketika ANC
• Konsultasi dengan ahli pulmonologi
• Bila terdapat batuk darah yang banyak segera rawat RS
• Perlu penggunaan masker dan kepatuhan minum obat
• Terapi OAT : rimfapisin, INH, Etambutol
Tatalaksana Dalam Persalinan
• Bila proses tenang dapat melahirkan secara spontan
• Bila proses aktif dilakukan percepatan kala II dengan EF / EV
• SC bila ada indikasi obstetri
• Persalinan dilakukan ditempat khusus (isolasi)
Tatalaksana Masa Nifas
• Usahakan tidak terjadi perdarahan postpartum
• Pengobatan OAT diteruskan
• Atasi bila terdapat anemia
• Anjurkan untuk kontrasepsi
• Observasi dilakukan dikamar isolasi bila tidak ada pasien dapat dipulangkan 6 – 8 jam jika
KU baik
• Ibu masih boleh untuk menyusui namun di sarankan untuk menggunakan masker
• Ibu menyusui : pada prinsip pengobatan TB paru tidak berbeda dengan pengobatan pada
umumnya.
• Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pengobatan pencegahan dengan INH di berikan
kepada bayi sesuai dengan berat badan.
• Penderita TB paru seyogyanya menggunakan kontrasepsi non hormonal.
• Sikap bidan dalam menghadapi kehamilan dengan batuk menahun sebaiknya adalah
melakukan konsultasi ke dokter untuk memastikan penyakitnya.
• Pada penyakit tuberkulosis ini yang bidan dapat melanjutkan pengawasan hamil sampai
persalinan setempat.
• Apabila tuberkulosis aktif dengan kehamilan sebaiknya merujuk penderita ketempat yang
memiliki fasilitas cukup.
2. GINJAL
Perhatian terhadap wanita hamil dengan penyakit ini menjadi dua kali lipat, karena :
1. efek kehamilan terhadap fungsi ginjal
2. efek kelainan ginjal terhadap kehamilan
Efek kehamilan terhadap fungsi ginjal
Bisa terjadi penurunan fungsi ginjal.
Secara umum prognosa tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta
adanya kelainan-kelainan penyerta, seperti tekanan darah tinggi dan bocornya protein
(proteinuria).
Fungsi ginjal biasanya bertahan dengan kondisi insufisiensi yang moderat.
Insufisiensi ringan jika kadar serum creatinine <1.5 mg%, sedang jika kadar serum creatinine
1.5-2.4 mg% dan berat jika kadar serum creatinine >2.5 mg%.
Penyebab menurunnya fungsi ginjal, pada beberapa pasien bahkan tidak diketahui.
Adanya hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing
juga bisa memperburuk fungsi ginjal. Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa
mempengaruhi fungsi ginjal.
Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa mempengaruhi fungsi ginjal.
Efek insufisiensi ginjal terhadap kehamilan Secara umum janin bisa bertahan hidup sangat
besar yaitu 95%. Namun pada pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) angkanya menjadi
52%. Penderita dengan gangguan ringan bisa mengalami komplikasi berupa BBLR,
persalinan kurang bulan dan lahir mati.
Penanganan
Kunjungan ANC harus lebih sering.
Beberapa penulis menganjurkan kontrol tiap 2 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu dan
seminggu sekali sesudahnya.
Kontrol tekanan darah pada setiap kunjungan.
Lakukan test urin terhadap adanya protein serta lakukan skrining akan adanya infeksi saluran
kencing.
Erythropoietin dapat diberikan jika penderita mengalami anemia namun harus hati-hati karena
bisa memperburuk hipertensi.
Kehamilan pada pasien cuci darah
Penyakit ginjal yang membutuhkan dialisis biasanya menurunkan kesuburan. Kehamilan bisa
terjadi pada 1 % pasien terutama ditahun-tahun awal dialisis. Penyebab infertilitasnya tidak
diketahui pasti, diduga karena berbagai faktor (multifaktorial).
42% wanita yang menjalani dialisis haidnya masih tetap normal, tetapi tidak berovulasi
(anovulatoir).
Anemia juga berperan dan pemakaian erythropoietin didapatkan meningkatkan angka
kehamilan.
Secara umum, kehamilan dilarang (kontra indikasi) pada pasien dialisis.
Luaran janin selalu jelek. Hanya 23-55% kehamilan yang bayinya bisa hidup. Kebanyakan
terjadi abortus pada TM II. Bayi yang bertahanpun masih memiliki kelainan yaitu 85% lahir
kurang bulan (prematur)dan 28%-nya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)atau SGA (Small
For Gestasional Age).
Komplikasi ibu juga ada seperti kematian ibu.
Diagnosis awal kehamilan juga agak sukar karena kadar HCG penderita dialisis juga tinggi.
jika diduga hamil maka lakukan segera pemeriksaan USG.
Rekomendasi buat penderita dialisis yang hamil
Masukkan pasien dalam daftar transplantasi. Selama dialisa, lakukan monitor janin dan ibu,
hindari terjadinya hipotensi akibat dialisa. Pemakaian erythropoietin bisa meningkatkan harapan
hidup janin, namun harus hati2 karena bisa menimbulkan hipertensi. Peningkatan frekuensi
dialisa bisa memperbaiki mortalitas dan morboditas (kesakitan).
Penangan Obstetri
Penyebab kematian dan kesakitan bayi pada pasien dengan kelainan ginjal adalah persalinan
kurang bulan.
Masih ada perdebatan tentang melahirkan bayi secara elektif lebih cepat dari waktunya
sekitar(34-36 minggu) pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis atau yang sedang
menjalani dialisis terutama jika paru janin sudah matang.
Penatalaksanaan Penyakit Ginjal dalam Kehamilan
Evaluasi dan monitoring yang frekuen
Tim perawatan yang khusus
Perawatan bersifat individual
Perawatan individual meliputi : Nutrisi untuk penunjang kehamilan analog kapasitas ginjal
Mempertahankan fungsi ginjal untuk kehamilan
Kontrol gejala lain : seperti tensi,
GAGAL GINJAL DALAM KEHAMILAN
Gagal ginjal mendadak (acute renal pailure) merupakan koruplikasi. Dalam memilih yang sangat
gawat dalam kehamilan dan nifas,karena dapat menimbulkan kematian,atau kerusakan fungsi
ginjal yang tidak bisa sembuh lagi.
Kelainan ini di dasari oleh 2 jenis patologi :
Nekrosis tubular akut, apabila susunan ginjal mengalami kerusakan
Nekrosis kortikal bilateral apa bila sampai kedua ginjal yang menderita.
Penderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sesring pada kehamilan muda sampai 12 –
18 mg, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan muda sering sering disebabkan oleh
abortus septic yang disebabkan oleh bakteri chostidic welchi atau steptokos. Gambaran klinik
yaitu berupa sepsis dan adanya (dise=disseminated intravaseular eoagulation)sehingga terjadi
necrosis tubular yang akut.kerusakan ini dapat sembuh kembali bila kerusakan tubulus tidak
terlalu luas dalam waktu 10-14 hari.sering kali dilakukan histerektomi untuk mengatasinya,akan
tetapi ada peneliti yang menganjurkan tidak perlu melakukan operasi histerektomi tersebut asal
pada penderita diberikan antibiotika yang kuat intensif serta dilakukan dialis terus menerus
sampai fungsi ginjal baik. penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah timbulnya
anuria kerusakan jaringan dapat terjadi dibeberapa tempat yang tersebar atau keseluruh jaringan
ginjal.
Gagal ginjal dalam kehamilan ini dapat dicegah bila dilakukan:
penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik
perdarahan shoc dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
pemberian dengan transfuse darah dengan hati-hati
GINJAL POLIKISTIK
Ginjal polikistik merupakan kelainan bawaan dalam (heriditer) kehamilan pada umunya tidak
mempengaruhi perkembangan pembentukan kista pada ginjal begitu pula sebaliknya ,akan tetapi
bila fungsi ginjal kurang baik,maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya
sebaiknya wanita yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan
komplikasi akibat kehamilan selalu tinggi
3. JANTUNG
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap
perubahan – perubahan secara fisiologis. Perubahan tersebut disebabkan oleh :
1. Hipervolemi : dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28-32
minggu lalu menetap.
2. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim Dalam kehamilan :
- Denyut jantung dan nadi : meningkat
- Pukulan jantung : meningkat
- Volume darah : meningkat
- Tekanan darah : menurun sedikit
PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP PENYAKIT JANTUNG
Saat yang berbahaya bagi penderita jantung adalah:
Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya
( hipervolumia ).
Pada kala II dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja
jantung yang berat.
Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir,
sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.
Pada masa nifas karena ada kemungkinan infeksi
PENGARUH PENYAKIT JANTUNG TERHADAP KEHAMILAN
Dapat terjadi abortus
Prematuritas : lahir tidak cukup bulan
Dismaturitas : lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
Kematian janin dalam rahim ( KJDR )
KLASIFIKASI PENYAKIT JANTUNG DALAM KEHAMILAN :
Kelas I :
- Tanpa pembatasan kegiatan fisik
- Tanpa gejala pada kegiatan biasa
Kelas II :
- Sedikit dibatasi kegiatan fisiknya
- Waktu istirahat tidak ada keluhan
- Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung
- Gejalanya adalah lelah, palpitasi, sesak nafas dan nyeri dada
Kelas III :
- Kegiatan fisik sangat dibatasi
- Waktu istirahat tidak ada keluhan
- Sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantung
Kelas IV :
- Waktu istirahat dapat timbul keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja fisik yang
- tidak berat.
- Kira-kira 80 % penderita adalah kelas I dan II serta kehamilan dapat meningkatkan kelas
tersebut menjadi II, III atau IV.
- Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah umur, anemia, adanya aritmia jantung
dan hipertropi ventrikuler, dan pernah sakit jantung
DIAGNOSIS
1. Anamnesis :
• Pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya
• Pernah demam rematik
2. Pemeriksaan : auskultasi/palpasi
- Empat kriterai ( Burwell & Metcalfe ) :
o Adanya bising diastolik, presistolik, atau bising terus – menerus
o Pembesaran jantung yang jelas (pada hasil rontgen)
o Adanya bising jantung yang nyaring disertai thrill
o Aritmia yang berat
3. Pemeriksaan elektrokardiogram ( EKG )
Jika wanita hamil disangka menderita penyakit jantung,yang paling baik adalah
dikonsultasikan kepada ahlinya.
Keluhan dan gejala : mudah lelah, dispnea, palipitasi kordis, nadi tidak teratur,
edema/pulmonal dan sianosis. Hal ini dapat dikenal dengan mudah.
PENANGANAN DALAM KEHAMILAN
Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang
teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan mepupakan hal yang penting.
Kerja sama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog, untuk penyakit jantung, harus dibina
sedini mungkin.
Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat
anemia harus diobati.
Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati.
Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak nafas, infeksi saluran pernafasan dan
sianosis, penderita harus dirawat dirumah sakit untuk pengawasan dan pengobatan yang lebih
intensif.
Skema kunjungan antenatal : Setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali
seminggu setelahnya.
Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam,
dan pembatasan jumlah cairan.
Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan
Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit:
Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II : Biasanya tidak memrlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara
kehamilan 28-36 minggu
Kelas III : Memerlukan digitalisasi atau obat lain. Sebaiknya ditawat di rumah sakit sejak
kehamilan 28-30 minggu
Kelas IV : Harus dirawat dirumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerja sama dengan
kardiologi
PENANGANAN DALAM PERSALINAN
Penderita kelas I dan II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan persalinan per vagina,
namun dengan pengawasan yang baik serta bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
Membuat daftar his : daftar nadi, pernafasan, tekanan darah yang diawasi dan dicatat setiap 15
menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada tanda – tanda payah jantung
( dekompensasi kordis ) diobati dengan digitalis.
Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambahkan sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena
secara perlahan – lahan. Jika perlu suntikan dapat diulang 1-2 kali dalam 2 jam. Di kamar
bersalin harus tersedi tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.
Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila timbul tanda – tanda payah jantung,
persalinan dapat ditunggu, diawasi, dan ditolong secara spontan.Dalam 20 – 30 menit, bila
janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstrasi vakum atau forceps.
Kalau dijumpai disproporsi sefafopelvik, maka dilakukan sasio sesarea dengan lokal
anastesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan beberapa ahli multidisiplin.
Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain – lain.
Jangan diberikan barbiturat ( luminal ) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam
beberapa jam.
Kala II biasanya berjalan seperti biasa, pemberian ergometrin dengan hati – hati, biasanya
sintometrin intramuskuler adalah aman.
PENANGANAN DALAM PASCA PERSALINAN DAN NIFAS
Setelah bayi lahir, penderita dapat tiba – tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah tiba – tiba
membanjir tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Hal ini harus diawasi
dan dipahami oleh penolong.
Selain itu perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekutang – kurangnya 2 minggu setelah
bersalin
PENANGANAN SECARA UMUM
Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya
Bila hamil, sedini mungkin abortus buatan medikalis hendaknya dipertimbangkan untuk
dikerjakan
Pada kasus tertentu sangat dianjurkan untuk tidak hamil lagi dengan melakukan tubektomi,
setelah penderita afebris, tidak anemis, dan sedikit keluhan
Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi yang baik adalah IUD
(AKDR)
PENANGANAN MASA LAKTASI
Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II, yang sanggup
melakukan kerja fisik
Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV
4. DM
Menurut Kapita Selekta, jilid II, 2006 merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang
ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan
fungsi insulin.
Faktor Predisposisi
Umur sudah mulai tua
Multiparitas
Obesitas
Ada anggota keluarga sakit DM (herediter)
Anak lahir dengan berat besar (di atas 4 Kg)
Ada sejarah lahir mati dan anak besar.
Sering abortus.
Glukosuria.
Pengaruh Kehamilan, Persalinan dan Nifas pada Diabetes
Kehamilan dapat menyebabkan prediabetik menjadi manifes (diabetes)
Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan.
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa banyak, maka akan terjadi hipoglikemi atau koma.
Dalam masa laktasi keperluan akan insulin akan bertambah
Pengaruh Diabetes Terhadap Kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidramnion
Pre eklampsi
Kesalahan letak janin
Insufisiensi placenta
Pengaruh Diabetes Terhadap Persalinan
Inercia uteri atau atonia uteri
Distocia karena janin (anak besar, bahu lebar)
Kelahiran mati
Persalinan lebih sering di tolong secara operatif
Angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi
Morbiditas & mortalitas ibu tinggi.
Pengaruh Diabetes Terhadap Nifas
Perdarahan & infeksi puerperal lebih tinggi
Luka jalan lahir lambat pulih/ sembuh
Pengaruh Diabetes Terhadap Janin/Bayi
Sering tejadi abortus
Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
Dapat terjadi cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar (makrosomia)
Kematian neonatal tinggi.
Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Pemenuhan Kebutuhan Gizi Reproduksi,
2006, yaitu :
1. Mengatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr
protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil
DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
2. Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil menurut Kapita Selekta, Jilid II,
2006. yaitu sebagai berikut :
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan
oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama
dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau
dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga manimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah
menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu
kadar post pandrial < 140 mg/dl. Terutama pada trimester I mudah terjadi hipoglikemia
apabila dosis insulin tidak dikurangi karena wanita kurang makan akibat emisis dan
hiperemisis gravidarum.
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak
mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan
40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi
lebih buruk.
Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan
diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu.
Bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan
lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu melakukan
amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi,
keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus
– menerus.
5. ASMA
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman,
1990).
ETIOLOGI
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh semacam reaksi alergi. Alergi
adalah reaksi tubuh normal terhadap allergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi
kebanyakan orang yang peka.
Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma intrinsik
dan asthma ektrinsik.
1. Asma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik
yang dapat diidentifikasi seperti : tepung, sari jamur, debu, bulu binatang, susu, telor ,ikan,
obat-obatan ,serta bahan-bahan alergen yang lain.
2. Asma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat sebagai iritan
seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih ,
ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 1991 ).
Klasifikasi Asma Berdasarkan Etiologi, yaitu :
1. Asma Bronkiale Tipe Atopik (Ekstrinsik)
Asma timbul karena seseorang yang atopi akibat pemaparan alergen. Alergen yang masuk
tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh
makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cells (APC).
2. Asma Bronkiale Tipe Non Atopik (Intrinsik)
Asma non alergenik (asma intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan alergen tetapi terjadi
akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas, olah raga atau kegiatan
jasmani yang berat, serta tekanan jiwa atau stress psikologik.
3. Asma Bronkiale Campuran (Mixed)
Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
Faktor Predisposisi
a. Alergi
b. Infeksi saluran nafas
c. Stress
d. Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
e. Obat-obatan
f. Polusi udara
g. Lingkungan kerja
Tanda dan Gejala
a. Nafas pendek
b. Nafas terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma adalah terdengarbunyi wising
yang timbul saat menghembuskan nafas
c. Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pasa usia kehamilan 24 minggu sampai
36 minggu dan pada akhir kehamilan serangan jarang terjadi
Komplikasi
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan bisa
terjadi:
Abortus
Perdarahan vagina
Persalinan premature
Solusio plasenta 2,5%
Korioamnionitis 10,4%
Pada asma yang sangat berat dapat
mengakibatkan kematian ibu.
Pengaruh asma dalam kehamilan terhadap janin
Efek yang dirasakan tidak hanya dirasakan oleh ibu tapi juga dirasakan oleh janin
a. Asma yang tidak ditangani dapat menyebabkan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
b. IUGR (Intra Uterine Growth Rate)
c. Lepasnya plasenta (solusio placenta)
Patofisiologi
Pada asma akut, obstruksi akut disebabkan oleh kontraksi otot polos bronkus,
meningkatnya sekresi lendir, dan radang saluran nafas serangan ini dipicu oleh stimulasi yang
beragam misalnya infeksi saluran nafas menghirup tepung sari atau bahan kimia, udara dingin
atau kelembapan.
Suatu serangan asma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam
lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
Penatalaksanaan asma
1.Menghindari faktor pencetus, seperti :
• Infeksi saluran napas atas
• Alergen
• Udara dingin
• Psikis.
2.Menggunakan obat
• Obat lokal (seperti aminofilin) atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada
serangan asma ringan.
• Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh negatif terhadap janin, kecuali
• adrenalin.
• Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh
darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenisasi pada janin tersebut.
• Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus.
3.Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu :
• Memberikan cairan intravena
• Mengencerkan cairan sekresi di paru
• Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2 lebih
60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.
• Cek fungsi paru
• Cek janin
• Memberikan obat kortikosteroid.
4.Menangani status asmatikus dengan gagal napas
• Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan
intensif selama 30-60 menit.
• Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi
• Mengupayakan persalinan
• Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan.
• Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan.
• Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan.
• Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.
• Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah
morfin atau analgesik epidural.
• Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostaglandin E2 karena
dapat menyebabkan bronkospasme.
• Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu
• Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan
pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
• Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya
karena kadarnya dalam air susu sangat kecil.