penyakit jantung yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit jantung adalah penyakit penyebab tersering ketiga kematian pada wanita berusia antara 25-44 tahun. Karena relative sering terjadi pada wanita usia subur, penyakit jantung ( dengan beragam tingkat keparahan ) menjadi penyulit pada sekitar 1 % kehamilan. Dahulu, penyakit jantung rematik merupakan penyebab utama, tetapi selama tiga decade terakhir penyakit ini hampir lenyap dari AS. Meyerdkk.(1994) melaporkan bahwa selama periode 10 tahun terdapat 74 kehamilan yang mengalami penyulit penyakit jantung dan hanya beberapa yang disebabkan oleh demam rematik. Penatalaksanaan medis yang lebih baik, disertai teknik- teknik bedah yang lebih mutakhir, menyebabkan semakin banyak gadis dengan penyakit jantung congenital mencapai usia subur. Penyakit jantung congenital saat ini paling sedikit merupakan separuh dari semua kasus penyakit jantung β yang dijumpai pada kehamilan. Penyakit jantung hipertensif, yang sering dijumpai pada orang gemuk, telah menjadi penyebab gagal jantung peripartum yang relative sering ditemukan di Parklan Hospital. Jenis-jenis penyakit jantung lain lebih jarang dijumpai dan mencakup penyakit jantung coroner, tiroid, sifilitik, dan kifoskoliotik, serta kardiomiopati, idiopatik, korpulmonale, pericarditis konstriktif, berbagai bentuk blok jantung, dan miokardium itu tersendiri. 1

Upload: ranti-dwi-novita

Post on 12-Aug-2015

842 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Penyakit jantung adalah penyakit penyebab tersering ketiga kematian pada wanita

berusia antara 25-44 tahun. Karena relative sering terjadi pada wanita usia subur,

penyakit jantung ( dengan beragam tingkat keparahan ) menjadi penyulit pada sekitar 1 %

kehamilan. Dahulu, penyakit jantung rematik merupakan penyebab utama, tetapi selama

tiga decade terakhir penyakit ini hampir lenyap dari AS. Meyerdkk.(1994) melaporkan

bahwa selama periode 10 tahun terdapat 74 kehamilan yang mengalami penyulit penyakit

jantung dan hanya beberapa yang disebabkan oleh demam rematik.

Penatalaksanaan medis yang lebih baik, disertai teknik-teknik bedah yang lebih

mutakhir, menyebabkan semakin banyak gadis dengan penyakit jantung congenital

mencapai usia subur. Penyakit jantung congenital saat ini paling sedikit merupakan

separuh dari semua kasus penyakit jantung β yang dijumpai pada kehamilan. Penyakit

jantung hipertensif, yang sering dijumpai pada orang gemuk, telah menjadi penyebab

gagal jantung peripartum yang relative sering ditemukan di Parklan Hospital. Jenis-jenis

penyakit jantung lain lebih jarang dijumpai dan mencakup penyakit jantung coroner,

tiroid, sifilitik, dan kifoskoliotik, serta kardiomiopati, idiopatik, korpulmonale,

pericarditis konstriktif, berbagai bentuk blok jantung, dan miokardium itu tersendiri.

Mortalitas ibu yang berkaitan dengan penyakit jantung telah jauh berkurang dalam

50 tahun terakhir. Sachdkk (1998) melaporkan bahwa di Massachusetts sejak tahun 1954-

1985 angka kematian ibu hamil akibat penyakit jantung turun dari 5,6 menjadi 0,3 per

100.000 kelahiran hidup. Sayangnya, penyakit jantung tetap berperan penting dalam

mortalitas ibu hamil, baik di AS maupun diseluruh dunia.Di Inggris dari tahun 1994-1996

penyakit jantung secara tidak langsung menyebabkan 40 dari 105 kematian ibu hamil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penyakit jantung pada kehamilan?

2. Bagaimanakahaspek fisiologis penyakit jantung dalam kehamilan?

3. Bagaimanakah diagnosis penyakit jantung?

4. Bagaimanakahpenatalaksanaan umum?

5. Apasajakah gangguan spesifik?

6. Bagaimanakah perawatan kolaboratif?

1

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimanakah penyakit jantung pada kehamilan

2. Untuk mengetahui bagaimanakah aspek fisiologis penyakit jantung dalam kehamilan

3. Untuk mengetahui bagaimanakah diagnosis penyakit jantung

4. Untuk mengetahui bagaimanakah penatalaksanaan umum

5. Untuk mengetahui apasajakah gangguan spesifik

6. Untuk mengetahui bagaimanakah perawatan kolaboratif

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Jantung pada Kehamilan

Etiologi

Sebagian besar disebabkan demam reumatik. Bentuk kelainan katup yang sering

dijumpai adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan

insufisien mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta, gabungan insufisiensi aorta dan

stenosis aorta penyakit katup pulmonal, dan trikuspidal.

Faktor predisposisi

Peningkatan usia pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan superimpose

preeclampsia atau eklampsia, aritma jantung atau hipertrofi ventrikel kiri, riwayat

dekompensasi kordis, anemia

Patofisiologi

Terjadi hidremia (hypervolemia) dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur

kehamilan 10 minggu dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu. Uterus yang

semakin besar mendorong diafragma ke atas, kiri, dan depan sehingga pembuluh-

pembuluh darah besar dekat jantung mengalami tekanan dan putaran. Kemudian 12-24

jam pascapersalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat ambibisi cairan dari

ekstravaskuler ke dalam pembuluh darah, kemudian diikuti periode diuresis

pascapersalinan yang menyebabkan hemokonsentrasi. Jadi, penyakit jantung akan

menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi gagal

jantung.

Manifestasi klinis

Mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan

gejala gagal jantung kiri.Peningkatan berat badan, edama tungkai bawah,

hepatomegaly, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejala gagal

jantung kanan.Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil

normal.Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam

medis.

Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil, yaitu:

3

Antara minggu ke-12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu

ke-28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum

Pada saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam

sirkulasi sistemik sebesar 15-20% dan ketika meneran pada partus kala II, saat afus

balik vena dihambat kembali ke jantung

Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang

hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan

sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik.

Empat sampai lima hari setelah persalinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan

emboli pulmonal dari thrombus iliofemoral.

Gagal janutng biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronki yang menetap di dasar

paru dan tidak hilang setelah menarik nafas dalam 2-3 kali.

Diagnosis

Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari

kriteria :

Bising diastolic, presitolik, atau bising jantung terus-menerus

Pembesaran jantung jelas

Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill

Aritma berat

Berdasarkan gejalanya dan sebagai penilaina fungsi jantung, pasien hamil dengan

penyakit jantung digolongkan dalam klasifikasi New York Heart Association .bila

terdapat gejala dekompensasi jantung, pasien harus digolongkan satu kelas lebih tinggi

dan segera dirawat.

Komplikasi

Pada ibu dapat terjadi gagal jantung kongestif, edema paru, hingga kematian.Dapat

terjadi abortus pada kehamilan.Pada bayi dapat terjadi lahir premature, berat badan

lahir rendah, hipoksia, gawat janin, lahir mati, nilai APGAR rendah, dan pertumbuhan

janin terhambat.

( Kapita Selekta FK UI, 2000: 282-283)

Metode evaluasi struktur dan fungsi jantung

Pemeriksaan fisik

a. Denyut arteri

Palpasi denyut arteria karotis dan radialis memungkinkan pengenalan denyut dan

irama kontraksi ventrikel serta perubahan jaringan ringan pada gelombang tekanan

4

yang berkaitan dengan penyakit jantung tertentu.Contohnya adalah denyut

bervolume rendah yang menetap pada stenosis katup aorta atau denyut loncatan

(bounding pulse) pada inkompetensi katup aorta.

b. Denyut Vena Jugularis

Tinggi gelombang pulsasi vena jugularis interna memberikan perkiraan klinis

tekanan vena sentral.Frekuensi meningkat pada gagal jantung kanan, kelebihan

beban volume, dan tamponade pericardium atau konstriksi.Perubahan bentuk

gelombang pada denyut vena jugularis juga memberikan informasi yang

penting.Misal, aksentuasi gelombang pada denyut vena jugularis atau sebuah

gelombang menunjukkan bahwa tekanan pada sisi kanan jantung meningkat, tidak

adanya gelombang merupakan tanda fibrilasi atrium.

c. Denyut Apeks Jantung

Lokalisasi denyut apeks jantung dengan palpasi memungkinkan evaluasi

pembesaran jantung secara garis besar.Peninggian dengan yang menetap di apeks

adalah ciri khas hipertrofi ventrikel kiri.Peninggian pada batas parasternal kiri

terjadi pada hipertrofi ventrikel kanan.

d. Auskultasi jantung

Jantung normal biasanya memiliki 2 bunyi, bunyi pertama disebabkan oleh

penutupan katup atrioventrikularis dan bunyi kedua disebabkan oleh penutupan

katup semilunaris (biasanya agak “terpisah” karena penutupan katup pulmonal dan

aorta tidak sinkron).Berbagai bunyi tambahan dapat menunjukkan adanya

penyakit. Bunyi jantung ketiga (tripel, atau gallop, berirama) dapat terjadi akibat

pengisian ventrikel cepat sewaktu diastole dan terjadi pada gagal jantung dan

inkompetensi mitral. Opening snap memberi kesan adanya stenosis mitralis, bunyi

jantung keempat, hipertensi pulmonal atau sistemik, dan gesekan pleura,

pericarditis.

Bising jantung diakibatkan dari turbulensi aliran darah yang melewati jantung,

biasanya melewati katup yang rusak dan gradient tekanan abnormal.Bising ejeksi

sistolik halus yang “fisiologis” terjadi pada keadaan curah tinggi.Misal demam atau

anemia dan selama olah raga berat. Bising yang menunjukkan penyakit jantung

kongenital dan penyakit katup jantung akan dibahas kemudian.

( Parakrama Chandrasoma: 2006: Halaman 311)

2.2 Aspek Fisiologis Penyakit Jantung Dalam Kehamilan

5

Perubahan hemodinamik nyata yang dirangsang oleh kehamilan menimbulkan

dampak besar pada penyakit jantung yang didapat oleh ibu hamil. Aspek paling penting

adalah bahwa selama kehamilan curah jantung (cardiac output) meningkat sebesar

30-50 %. Capeless dan Clapp (1989) memperlihatkan bahwa hampir separuhdari

peningkatan total telah terjadi pada usia gestasi 8 minggu, dan penigkatan ini menjadi

maksimum pada pertengahan kehamilan. Peningkatan awal mungkin disebabkan oleh

menguatnya isi sekuncup ( stroke volume) yang tampaknya terjadi akibat penurunan

resistensi vascular disertai penurunan tekanan darah. Pada tahap kehamilan selanjutnya

juga terjadi peningkatan tekanan denyut istirahat dan isi sekuncup semakin meningkat

mungkin berkaitan dengan meningkatnya pengisian diastolic (diastolic filling) karena

bertambahnya volume darah.

Sebuah penilitian ikut berperan menambah pengetahuan kita tentang fisiologi

kardiovaskular selama kehamilan. Dengan menggunakan katerisasi jantung sisi kanan,

para peniliti ini mengukur fungsi hemodinamik 10 wanita primigravida sehat. Nilai-nilai

selama kehamilan dibandingkan dengan nilai-nilai yang diukur kembali pada 11-13

minggu pascapartum.

Pada atau menjelang aterm curah jantung dalam posisi berbaring lateral meningkat

43 % akibat meningkatnya frekuensi nadi dan isi sekuncup.Resistensi vascular sistemik

dan paru secara bersamaan menurun, dan tidak tampak perubahan pada kontraktilitas

intrinsik ventrikel kiri.Para peniliti ini menyimpulkan bahwa terpeliharanya tekanan

pengisian ventrikel kiri yang normal terjadi akibat dilatasi ventrikel.

Perubahan Hemodinamik pada 10 wanita Hamil Normal Aterm Dibandingkan dengan Nilai

Pascapartum

Parameter Perubahan (%)

Curah jantung

Frekuensi Jantung

Indeks kerja sekuncup ventrikel kiri

Resistensi vaskuler

Sistemik

Pulmonar

+43

+17

+17

-21

-34

Rerata tekanan arteri

Tekanan osmotic koloid

+4

-14

Data dari Clark dkk (1989)

6

( F. Gary Cunningham, 2006:1321 )

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik bermakna, wanita

dengan disfungsi jantung yang parah mungkin mengalami perburukan gagal jantung

sebelum pertengahan kehamilan. Pada yang lain gagal jantung terjadi pada hypervolemia

kehamilan mencapai maksimum setelah minggu ke-28. Pada sebagian besar kasus gagal

jantung timbul peripatum saat terdapat tambahan beban hemodinamik.Hal ini terjadi saat

kemampuan fisiologis tubuh untuk mengubah secara cepat curah jantung terganggu oleh

adanya penyakit jantung.

PROGNOSIS

Kemungkinan hasil yang baik bagi ibu hamil dengan penyakit jantung bergantung

pada kapasitas jantung fungsional, penyulit lain yang semakin memperberat beban

jantung, dan kualitas perawatan medis yang berkaitan. Factor psikologis dan sosio

ekonomi juga mungkin berperan besar, karena bagi sebagian wanita diperlukan tirah

baring sepanjang kehamilan.

PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL PADA ANAK

Banyak kelainan jantung congenital tampaknya diwariskan sebagai sifat

poligenik.Karena itu, dapat diperkirakan bahwa sebagian wanita dengan penyakit jantung

congenital akan melahirkan anak dengan cacat serupa. 10 % penyakit jantung congenital

pada janin pada wanita yang memiliki anomaly jantung bawaan. Hanya separuh dari

pasangan ibu-janin yang memilki anomaly yang sama. Kelainan kardiovaskular

congenital termasuk sindrom Marfan ditemukan pada 3 % dari 87 bayi yang lahir dari

wanita dengan kelainan jantung kongenital.

2.3 Diagnosis Penyakit Jantung

Banyak perubahan fisiologis pada kehamilan normal menyebabkan diagnosis

penyakit jantung lebih sulit. Pada kehamilan normal sering ditemui murmur jantung

sistolik fungsional. Upaya bernafas pada kehamilan normal mengalami peningkatan,

kadang-kadang menandakan dyspnea.Edema umumnya terdapat diekstremitas bawah

pada separuh terakhir kehamilan. Kita jangan mendiagnosis penyakit jantung pada

kehamilan apabila memang tidak ada tetapi pada saat yang sama jangan sampai gagal

untuk mendeteksi dan menangani dengan benar penyakit jantung apabila memang ada.

7

Wanita hamil yang tidak memilki satupun dari gejala dan tanda tersebut sangat jarang

menderita penyakit jantung serius.

Beberapa Indikator Klinis Penyakit Jantung Selama Kehamilan

Gejala

Ortopnea atau dispnea progresif

Batuk malam hari

Hemoptisis

Sinkop

Nyeri dada

Temuan Klinis

Sianosis

Jari tabuh ( clubbing finger)

Pelebaran persisten vena leher

Murmur sistolik derajat 3/6 atau lebih

Murmur diastolic

Kardiomegali

Aritmia persisten

Bunyi split-second persisten

Criteria untuk hipertensi pulmonary

( F. Gary Cunningham, 2006:1322 )

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Sebagian besar pemeriksaan kardiovaskular diagnostic bersifat noninvasive dan

dapat dilakukan dengan aman pada wanita hamil. Pada sebagian besar kasus pemeriksaan

konvensional termasuk elektrokardiografi, ekokardiografi toraks akan memberikan data

yang diperlukan. Apabila diindikasikan, dapat dilakukan kateterisasi jantung kanan

dengan fluoroskopi sinar X terbatas pada keadaan-keadaan yang jarang mungkin perlu

dilakukan kateterisasi jantung kiri.Untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri sering

digunakan sel darah merah atau albumin berlabel technetium. Pada kasus yang

indikasinya jelas, semua resiko teoritis yang minimal akan dikalahkan oleh manfaat yang

akan diperoleh oleh ibu.

Elektrokardiografi

8

Terdapat beberapa perubahan akibat kehamilan yang perlu dipertimbangkan saat

menginterpretasi hasil pemeriksaan elektrokardiogram.Sabagai contoh, karena pada

kehamilan lanjut diafragma terangkat, rata-rata terjadi deviasi 15 derajat sumbu kiri di

elektrokardiogram sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan perubahan ST ringan di

sadapan inferior.Selain itu, kontraksi premature atrium dan ventrikel relative sering

terjadi.Kehamilan tidak mengubah temuan voltase.

Ekokardiografi

Luasnya penerapan ekokardiografi, sebagian besar penyakit jantung selama

kahamilan dapat didiagnosis secara noninvasive dan akurat.Sebagian perubahan normal

yang dipicu oleh kehamilan dan terlihat pada ekokardiografi adalahregurgitasi tricuspid

dan peningkatan signifikan ukuran atrium kiri dan luas potongan melintang outflow

ventrikel kiri.

Foto Sinar-X Toraks

Radiografi toraks anteroposterior dan lateral dapat bermanfaat jika terdapat

kecurigaan klinis adanya penyakit jantung. Jika pasien menggunakan apron pelindung

timbale, pajanan radiasi pada janin dapat diminimalkan.Pembesaran jantung yang

ringan tidak dapat dideteksi oleh sinar-x karena pada kehamilan siluet jantung secara

normal lebih besar; namun dugaan diagnosis kardiomegali yang nyata dapat disingkan.

Klasifikasi Klinis

Belum ada uji yang dapat digunakan secara klinis untuk mengukur kapasitas

fungsional jantung secara akurat.Klasifikasi klinis yang bermanfaat pertama kali

diterbitkan pada tahun 1928 oleh New York Heart Association, dan direvisi untuk

kedelapan kalinya pada tahun 1979.Salah satu perubahan penting adalah penambahan

suatu penilaian status jantung setelah semua data dikaji.Dengan demikian, klasifikasi

tidak lagi didasarkan hanya pada gejala klinis. Klasifikasi berikut didasarkan pada

hendaya (disability) yang lampau dan sekarang serta tidak dipengaruhi oleh tanda-tanda

fisik :

Kelas I : Tidak terganggu (uncompromised)- tidak ada hambatan aktivitas fisik.Para

wanita ini tidak memperlihatkan gejala insufisiensi jantung dan tidak mengalami nyeri

angina.

Kelas II : Hambatan ringan aktivitas fisik (slightly compromised).Para wanita ini

merasa nyaman saat istirahat, tetapi jika melakukan aktivitas fisik biasa mereka

mengalami ketidaknyamanan dalam bentuk lelah berlebihan, palpitasi, dipsnea atau

nyeri angina.

9

Kelas III : Hambatan nyata aktivitas fisik (markedly compromised).Para wanita ini

merasa nyaman saat istirahat, tetapi aktivitas fisik yang lebih ringan daripada biasa

sudah menyebabkan ketidaknyamanan karena lelah berlebihan, palpitasi, dispnea, atau

nyeri angina.

Kelas IV : Sangat terganggu (severely compromised)-tidak mampu melakukan

aktivitas fisik tanpa menimbulkan ketidaknyamanan.Gejala insufisiensi jatung atau

angina dapat timbul bahkan saat istirahat, dan jika mereka melakukan aktivitas fisik,

ketidaknyamanan meningkat.

KONSELING PRAKONSEPSI

Wanita dengan penyakit jantung yang bermakna mungkin akan memperoleh manfaat

dari konseling sebelum memutuskan untuk hamil. Angka kematian ibu hamilumumnya

bervariasi, bergantung langsung pada klasifikasi fungsional saat permulaan kehamilan;

namun, hubungan ini mungkin berubah seiring dengan kemajuan kehamilan.Pada

sebagian wanita, kelainan jantung dapat diperbaiki dengan pembedahan dan kehamilan

berikutnya menjadi kurang berbahaya. Pada kasus yang lain, pertimbangan janin lebih

menonjol. Sebagai contoh, wanita dengan katup prostetik mekanis umumnya mendapat

senyawa warfarin, yang diketahui merupakan teratogen.Dengan demikian, selama

kehamilan warfarin diganti dengan heparin.

2.4 Penatalaksanaan Umum

Walaupun dapat dibuat sejumlah generalisasi mengenai penatalaksanaan, pada

praktik klinis hanya sedikit wanita yang gambarannya benar-benar sesuai dengan pola

“klasik” penyakit jantung structural.kelas fungsional yang buruk atau sianosis, disfungsi

miokardiumium, kelainan obstruksi jantung kiri, riwayat aritmia, dan riwayat serangan

jantung pada ibu hamil mengisyaratkan akan timbulnya penyulit selama kehamilan.

Kemungkinan penyulit jantung selama kehamilan masing-masing adalah 3%, 30% dan

66% apabila tidak terdapat, terdapat satu, atau terdapat lebih dari satu faktor tersebut.

Oleh karenanya, agar hasil optimal, diperlukan individualisasi. Pada sebagian besar kasus,

penanganan dilakukan dengan menggunakan pendekatan tim yang melibatkan ahli

kebidanan, ahli jantung, ahli anestesi dan spesialis lain.Perubahan-perubahan

kardiovaskuler yang mungkin kurang dapat ditoleransi oleh masing-masing wanita

diidentifikasi, dan dibuat rencana untuk memperkecil perubahan-perubahan tersebut.

10

Resiko mortalitas Ibu Hamil Akibat Berbagai Penyakit Jantung

Penyakit Jantung Mortalitas (%)

Kelompok 1 _ Risiko minimal

Defek septum atrium

Defek septum ventrikel

Duktus arteriosus paten

Penyakit trikuspidalis atau pulmonal

Tetralogi Fallot yang sudah dikoreksi

Katup bioprospotetik

Stenosis mitral, kelas I dan II

Kelompok 2 _ Risiko sedang

2A :

Stenosis mitral, kelas III dan IV

Stenosis aorta

Koarktasio aorta tanpa keterlibatan katup

Tetralogi Fallot yang belum dikoreksi

Riwayat infark miokardium

Sindrom Marfan, aorta normal

2B :

Stenosis mitral disertai fibrilasi atrium

Katup artificial

Kelompok 3 _ Risiko besar

Hipertensi pulmonal

Koarktasio aorta dengan keterlibatan katup

Sindrom Marfan, dengan keterlibatan aorta

0 – 1

5 – 15

25 - 30

NYHA = New York Heart Assiciation. Dari American College of Obstetricians and

Gynecologists (1992)

( F. Gary Cunningham, 2006:1323 )

Empat konsep yang mengakibatkan penatalaksanaan ditekankan oleh American

College of Obstetricians and Gynecologists (1992) :

1. Peningkatan 50% volume darah dan curah jantung pada awal trimester ketiga

2. Fluktuasi lebih lanjut volume dan curah jantung pada peripartum.

11

3. Penurunan resistensi vascular sistemik, mencapai titik terendah pada trimester

kedua, dan kemudian meningkat hingga 20% dibawah normal pada kehamilan

tahap lanjut.

4. Hiperkoagulabilitas, terutama pada wanita yang memerlukan antikoagulasi

dengan turunan koumarin pada keadaan tidak hamil.

Dalam kerangka ini, baik prognosis maupun penatalaksanaan dipengaruhi oleh sifat

dan keparahan masing-masing penyakit, selain klasifikasi fungsionalnya.

PENATALAKSANAAN KELAS I DAN II

Dengan sedikit pengecualian, wanita di kelas I dan sebagian besar kelas II menjalani

kehamilan mereka tanpa mordibitas.Akan tetapi, sepanjang kehamilan dan masa nifas

perlu diberikan perhatian khusus terhadap pencegahan dan deteksi dini gagal jantung.

Infeksi terbukti merupakan faktor penting yang memicu gagal jantung.Setiap pasien

harus dianjurkan untuk menhindari kontak dengan mereka yang emngidap infeksi saluran

napas, termasuk demam salesma dan melaporkan setian tanda-tanda infeksi.Dianjurkan

pemberian vaksin pneumokokus dan influenza.Endokarditis bakteri adalah komplikasi

penyakit katup jantung yang mematikan.

Merokok dilarang, baik kearena efeknya pada jantung maupun karena

mempermudah infeksi saluran napas atas.Pemakaian obat terlarang, terutama

perintravena, dapat sangat membahayakan karena efek langsung pada system

kardiovaskuler dan resiko endokarditis infeksi.

Awitan gagal jantung kongestif biasanya bertahap.Tanda peringatan pertama

kemungkinan adalah ronki kering basilar yang menetap, sering disertai oleh batuk pada

malam hari. Penurunan mendadak kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari ,

meningklatnya dispnea saat olah raga, dan serangan sesak napas disertai batuk adalah

gejala penyakit jantung yang serius. Temuan klinis dapat berupa hemoptitis, edema

progresif dan takikardia.

Persalinan dan Pelahiran

12

Umumnya, persalinan harus dilakukan per vaginam kecuali jika terdapat indikasi

obstetric untuk sesar.Pada sebagian wanita dengan penyakit jantung yang parah,

mungkin diindikasikan kateterisasi arteri pulmonalis untuk pemantauan hemodinamik

secara kontinu.Hal ini dapat dilakukan secara elektif saat persalinan dimulai atau saat

sesar terencana.Menurut pengalaman kami, pemantauan semacam ini jarang

diindikasikan pada wanita yang tetap berada dalam kelas fungsional I atau II sepanjang

kehamilan.

Dekompensasi kardiovaskuler selama persalinan dapat bermanifestasisebagai edema

paru hipoksia, hipotensi atau keduanya. Pendekatan terapeutik yang sesuai akan

bergantung pada status hemodinamik spesifik dan kelainan jantung yang mendasari.

Sabagai contoh , stenosis mitral dekompensata disertai edema paru akibat kelebihan

beban cairan relative atau absolute umumnya diatasi dengan dieresis yang agresif, atau

jika dipicu oleh takikardia, melalui pengendalian kecepatan jantung dengan obat

penyekat β. Dipihak lain, terapi yang sama untuk wanita dengan dekompensasi dan

hipotensi akibat stenosis aorta malah dapat mematikan. Kecuali jika patofisiologi yang

mendasari dipahami dan kausa dekompensasinya jelas, terapi empiris dapat

membahayakan.

Selama persalinan, ibu dengan penyakit jantung signifikanharus berada dalamposisi

semi recumbent dengan miring ke lateral.Tanda-tanda vital harus sering diperiksa di

antara his. Meningkatnya kecepatan nadilebih dari 100 per menit atau frekuensi

pernapasan lebih dari 24 permenit, terutama jika disertai dispnea,dapat menunjukkan

ancaman gagal ventrikel. Jika terdapat bukti dekompensasi jantung, pasien harus segera

ditangani secara intensif.Perlu diingat bahwa persalinanitu sendiri tidak dengan

sendirinya memperbaiki kondisi ibu.Selain itu, pelahiran operatif darurat dapat

membahayakan.Jelaslah, pada keadaan ini baik kondisi ibu maupun janin perlu

dipertimbangkan dalam memutuskan untuk mempercepat pelahiran.

Anestesia

Penurunan rasa nyeri dan ketakutan jelas merupakan hal terpenting. Meskipun

analgesic intravena dapat menghilangkan nyeri pada sebagian wanitan, namun untuk

sebagaian besar keadaan dianjurkan pemberian analgesia epidural kontinu. Bahaya utama

analgesia regional adalah hipotensi ibu.Hal ini terutama berbahaya pada wanita dengan

pirau intrajantung, yaitu darah dapat mengalir dari kanan ke kiri di dalam jantung dan

melewati paru.Hipotensi juga dapat sangat berbahaya pada hipertansi pulmonalis atau

stenosis aorta karena curah ventrikel bergantung pada preload yang adekuat.Pada wanita

13

dengan kadaan ini, mungkin lebih dianjurkan analgesia regional narkotik atau anesthesia

umum.

Untuk pelahiran per vaginam pada wanita dengan gangguan kerdiovaskuler ringan,

pemberian analgesia epidural dan sedasi intravena biasanya sudah memadai.Hal ini

sudah dibuktikan dapat memperkecil fluktuasi curah jantung intrapartum dan

memungkinkan tindakan pelahiran dengan forceps atau vakum.Blockade subaraknoid

analgesia spinal atau saddle block umumnya tidak direkomendasikan pada wanita dengan

penyakit jantung yang bermakna.

Untuk sesar, anesthesia epidural lebih dianjurkan oleh sebagian besar dokter kecuali

pada pasiean dengan hipertensi pulmonalis.Anesthesia spinal dikontraindikasikan pada

beberapa kelainan. Akhirnya, anesthesia andotrakea umum dengan thiopental,

suksinilkolin, nitrosa oksida, dan paling sedikit oksigen 30% juga terbukti memuaskan.

Nifas

Wanita yang tidak atau sedikit memperlihatkan tanda distress jantung selama

kehamilan, persalinan, atau pelahiran masih tetap dapat mengalami dekompensasi setelah

melahirkan.Oleh karena itu, perawatan yang cermat perlu dilanjutkan pada masa

nifas.Perdarahan pascapartum, anemia, infeksi, dan tromboembolisme menjadi

komplikasi yang jauh lebih serius pada pasien dengan penyakit jantung.Memang, faktor-

faktor ini sering timbul bersama-sama untuk memicu gagal jantung pascapartum pada

wanita yang sudah menderita penyakit jantung.

Jika sterilisasi tuba dilakukan setelah pelahiran pervaginam, prosedur ini sebaiknya

di tunda sampai sudah jelas bahwa wanita yang bersangkutan afebris, tidak enemik, dan

menunjukkan bahwa ia dapat beraktivitas tanpa mengalami distress. Wanita yang tidak

menjalani sterilisasi tuba sebaiknya diberi penyuluhan kesehatan yang lengkap tentang

kontrasepsi.

PENATALAKSANAAN KELAS III DAN IV

Pertanyaan penting pada para wanita ini adalah mereka harus hamil. Mereka yang

memilih ingin hamil harus memahami resiko dan bekerja sama secara penuh. Jika

kehamilan diketahui sejak dini, wanita dengan beberapa jenis penyakit jantung harus

mempertimbangkan terminasi kehamilan mereka.Jika kehamilan dilanjutkan, rawat inap

atau tirah baring lama sangat diperlukan.

14

Untuk penyakit yang kurang parah, biasanya dianjurkan analgesia epidural untuk

persalinan.Persalinan per vaginam lebih dianjurkan pada sebagian besar kasus, dan sesar

perlu mempertimbngkan kelainan jantung spesifik, kondisi ibu keseluruhan, serta

ketersediaan dan pengalaman anesthesia.Wanita ini sering tidak dapat menoleransi

tindakan bedah mayor dan harus dirujuk ke fasilitas yang berpengalaman mengenai

kehamilan dengan komplikasi penyakit jantung.( F. Gary Cunningham, 2006: 1320-

1325)

2.5 Gangguan Spesifik

Stenosis mitral

Katup yang mengerut menghambat aliran darah dari atrium menuju ke ventrikel.

Pada stenosis mitral yang sempit, atrium kiri akan berdilatasi, tekanan atrium kiri

meningkat secara kronis dan dapat menyebabkan hipertensi pulmonal pasif signifikan

dan curah jantung yang tetap. Meningkatnya preload pada kehamilan normal, serta

faktor lain yang memerlukan peningkatan curah jantung, dapat menyebabkan gagal

ventrikel disertai edema paru pada para wanita dengan curah jantung yang relatif tetap

ini. ( F. Gary Cunningham: 2006: halaman 1328 )

Karena perubahan – perubahan fisiologik dalam kehamilan memberatkan latar

belakang patofisiologi penyakit jantung, pasien – pasien dengan stenosis mitral relatif

berisiko tinggi untuk menderita gagal jantung kongestif, atrium, fibrilasi, dan

takikardia supraventrikular. Satu diantara empat akan menderita gejala – gejala

dekompensasi jantung dalam kehamilan.

PENATALAKSANAAN.Pasien biasanya dianjurkan untuk membatasi aktivitas

fisik.Apabila timbul gejala bendungan paru, aktivitas semakin dibatasi, asupan

natrium dalam makanan dikurangi, dan pasien mulai diberikan diuretic.Obat penyekat

β biasanya diberikan untuk memperlambat respon frekuensi jantung terhadap aktivitas

rasa cemas.Nyeri, bekerja, dan rasa cemas menyebabkan takikardia, disertai

meningkatnya kemungkinan gagal jantung.Analgesia epidural untuk persalinan,

disertai pemantauan yang ketat untuk menghindari kelebihan beban cairan,

merupakan hal yang ideal.( F. Gary Cunningham: 2006: halaman 1329 )

Terapi pendahuluan adalah tirah baring. Jika ini belum memadai, bisa jadi

diperlukan pemakaian digoksin dengan hati – hati dan deuretika.Anastesia epidural

pada waktu bersalin dan melahirkan bisa menghilangkan kecemasan dan rasa nyeri,

mengurangi beban jantung yang berlebihan, dan memperbaiki fungsi jantung.

15

Insufisiensi mitral

Perubahan – perubahan kongestif ( pembendungan ) pada insufisiensi mitral

cenderung terjadi pada usia yang lebih tua daripada stenosis mitral. Kebanyakan

wanita usia subur dengan kelainan ini asimtomatik dan dapat mentolelir kehamilan

tanpa kesukaran. Jika ada tanda – tanda pembendungan, maka dapat terjadi

kemerosotan akut dan fibrilasi atrium dan harus diperlakukan sebagaimana yang telah

digariskan bagi pasien stenosis mitral.Dianjurkan anastesia regional.

Stenosis aorta

Pasien sukar mempertahankan pengeluaran jantung bila terjadi kenaikan yang

akut dari afterload atau penurunan preload.Oleh karena itu, hipertensi, kelebihan

cairan, dan hipotensi akibat kehilangan darah atau anastesia regional harus dihindari.

Insufisiensi Aorta

Kebanyakan pasien dengan lesi ini dapat mentolelir kehamilan tanpa

kesukaran.Namun sekali – sekali dapat terjadi kegagalan kongestif, sehingga

memerlukan istirahat baring, digoksin dan deuretika.Untuk persalinan dan melahirkan

dianjurkan dengan anastesia regional.

Kelainan Katup pulmonal dan trikuspidalis

Keadaan ini jarang dan biasanya ditolelir dengan baik dalam kehamilan.Namun

pasien dengan keadaan stenosis pulmonal berisiko tinggi dan harus menjalani operasi

perbaikan sebelum kehamilan direncanakan.

Kardiomiopati Periportal

Terjadi dalam masa 5 bulan pertama postpartum.Kesukaran pernafasan yang

sedang disertai oleh gagal jantung ringan sampai berat.Terdapat kardiomegali,

protodiastolic gallop, dan elektrokardiogram yang abnormal.Komplikasi – komplikasi

termasuk keracunan digitalis, tromboembolisme, aritmia, dan

bronkopneumonia.Prognosis harus hati – hati dan insidens kekambuhan adalah tinggi

pada kehamilan setelah itu.

Defek septum atrial, defek septum ventrikular, paten duktus arteriosus

Pasien – pasien dengan lesi ini dapat menerima kehamilan tanpa banyak

memburuknya keadaan.Perlu pencegahan terhadap endokarditis bakterial pada VSD

dan PDA, tapi tidak pada ASD.

Prolapsus katup mitral

16

Pasien – pasien yang menderita prolapsus katup mitral saja biasanya baik dalam

kehamilan.Prevalensi aritmia lebih tinggi, dan 20% membutuhkan propanolol untuk

mengendalikannya.Kebutuhan antibiotika pencegahan pada persalinan yang tidak

berkomplikasi masih kontroversi.

Stenosis Subaorta Hipertrofi Idiopatik

Perubahan hemodinamik yang menyertai kehamilan selalu menyebabkan

penurunan obstruksi aliran keluar.

Koarktasio Aorta

Pasien – pasien dengan kelainan ini bisa dibagi menjadi kategori berkomplikasi

dan kategori tidak berkomplikasi atas dasar ada tidaknya lesi katup jantung yang

menyertainya.Pasien – pasien koarktasio aorta yang tidak berkomplikasi biasanya

baik saja dalam kehamilan.Tetapi pasien – pasien yang berkomplikasi berisiko tinggi

karena potensial mengalami pecahnya aneurisma intrakranial yang

menyertainya.Terapi terdiri dari pengendalian hipertensi, istirahat, penyekat beta

sebagai pencegahan terhadap robekan.

Sindrom marfan

Pasien – pasien dengan sindrom marfan yang mempunyai diameter aorta lebih

dari 4cm atau yang mempunyai dekompensasi kordis, berisiko tinggi akan menderita

pecah aneurisma aorta atau kemerosotan jantung lebih lanjut. Pada wanita yang

demikian adalah kontraindikasi menjadi hamil.Wanita hamil dengan diameter arkus

aorta kurang dari 4 cm atau yang tidak menderita dekompensasi kordis relatif berisiko

rendah.Mereka harus banyak istirahat, dan boleh dipertimbangkan pemberian

penyekat beta untuk menurunkan tekanan nadi.

Hipertensi pulmonal, Sindrom Eisenmenger

Kehamilan menjadi kontraindikasi pada penyakit ini karena kematian maternal

bisa mencapai 30 – 50 %.( William F. Rayburn : 2001 halaman 46-48 )

2.6 Perawatan Kolaboratif

Terapi difokuskan pada upaya meminimalkan stres pada jantung.Faktor-faktor yang

meningkatkan risiko dekompensasi jantung ditangani dan wanita dipantau secara ketat

supaya perawat dapat mendeteksi tanda dan gejala dekompensasi jantung.Beban kerja

pada sistem kardiovaskuler diturunkan melalui terapi yang tepat dalam menangani setiap

stres emosi, hipertensi, anemia, hipertiroidisme, atau obesitas yang menyertai gangguan.

17

Infeksi diobati dengan segera karena infeksi pada saluran napas, saluran cerna, dan

traktus urinarius dapat memperburuk kondisi tersebut dengan mempercepat frekuensi

jantung dan dengan menyebarkan organisme secara langsung (misalnya, Streptococcus)

ke struktur jantung.

Asupan natrium dibatasi dan dipantau dengan cermat supaya perawat dapat

mendeteksi adanya hiponatremia. Asupan kalium wanita dipantau untuk mencegah

hipokalemia yang terkait dengan kelemahan dan disfungsi jantung dan kelemahan otot

lain. Terapi antikoagulan, jika digunakan, dipantau.Tes untuk mengetahui maturitas dan

kesejahteraan janin dan kecukupan plasenta diperlukan. Terapi lain, yang dilakukan

kemudian, berhubungan langsung dengan klasifikasi fungsional penyakit jantung.

ANTEPARTUM

Wanita hamil dengan klasifikasi penyakit jantung kelas I harus membatasi stres

untuk mencegah dekompensasi jantung. Evaluasi yang sering dan terapi dini dan efektif

untuk infeksi pernapasan dan infeksi lain harus ditekankan. Vaksin untuk melawan

infeksi influenza dan pneumokokus direkomendasikan.Aborsi terapeutik secara medis

tidak pernah diperbolehkan.

Suatu rencana perawatan yang sama dengan rencana perawatan pada penyakit

jantung kelas I harus dilakukan kemudian untuk wanita yang menderita penykit jantung

kelas II. Namun, wanita harus dirawat di rumah sakit menjelang usia kehamilan cukup

bulan (jika tanda beban kerja jantung berlebih atau aritmia terjadi) untuk menjalani

pemeriksaan dan terapi. Tirah baring sesering mungkin setiap hari diperlukan untuk

wanita hamil yang mengalami penyakit jantung kelas III.Sekitar 30% wanita ini

mengalami dekompensasi jantung selama hamil.Dengan kemungkinan ini, wanita dapat

dihospitalisasi selama sisa masa hamilnya dan masa puerperium dini.Aborsi terapeutik

dini dapat dianjurkan, khususnya jika wanita tersebut mengalami episode gagal jantung

sebelumnya.Suatu upaya utama awal harus dilakukan untuk meningkatkan status jantung

wanita hamil yang menderita penyakit jantung kelas IV karena mereka dapat mengalami

dekompensasi bahkan pada saat beristirahat.Aborsi terapeutik dini, walaupun tanpa

resiko, pada beberapa kasus dapat terjadi pada penggunaan anestesia regional.Terapi

antibiotik profilaksis dapat diprogramkan bersama prosedur tersebut.

18

Wanita hamil tersebut membutuhkan istirahat yang adekuat.Ia harus tidur 8 sampai

10 jam setiap hari dan selama 30 menit setiap kali selesai makan. Aktivitasnya dibatasi,

misalnya, jika wanita tersebut berada di rumah, ia perlu membatasi pekerjaan rumah

tangga, berjalan, dan pekerjaan mencuci pakaian sampai ia boleh melakukan sejumlah

kegiatan yang diijinkan sesuai dengan klasifikasi fungsional penyakit jantungnya.

Konseling nutrisi diperlukan.Supaya optimal, konseling ini diberikan saat keluarga

wanita tersebut juga hadir. Nutrisi yang adekuat mungkin sulit dipenuhi, khususnya jika

orang lain yang berbelanja dan memasak untuk wanita itu. Wanita tersebut

membutuhkan diet tinggi zat besi dan protein serta kalori yang adekuat untuk

peningkatan berat badan sebesar 10,8 kg selama hamil. Untuk mencegah pirosis (nyeri

ulu hati), wanita hamil dianjurkan mengambil posisi semi-Fowler atau Fowler rendah

setelah makan.Perhatikan bahwa suplemen besi cenderung menyebabkan

konstipasi.Adalah penting bagi wanita hamil yang menderita penyakit jantung untuk

menghindari mengejan saat defekasi.Mengedan menimbulkan manuver Valsalva

(pengeluaran yang dipaksakan melawan jalan napas yang tertutup, yang saat dilepas

menyebabkan darah mengalir dengan sengat cepat ke jantung dan membebani kerja

sistem jantung).

Apabila terapi antikoagulan dibutuhkan selama masa hamil, heparin harus digunakan

karena obat dengan molekul besar ini tidak menembus plasenta (Contemporary

OB/GYN,1990;Cuningham, dkk.,1993;Scott,dkk.,1990). Wanita perlu mempelajari cara

pemberian heparin secara mandiri. Walaupun heparin merupakan antikoagulan pilihan

selama masa hamil, heparin bukan tanpa resiko.Penggunaan heparin dapat menyebabkan

hemoragi pada ibu, kelahiran prematur, dan lahir mati.Antikoagulan oral, seperti

senyawa warfarin (Coumadin), menembus janin dan dapat menyebabkan anomali atau

hemoragi pada bayi (Contemporary OB/GYN, 1990).Wanita hamil diinstruksikan untuk

menghindari makanan yang banyak mengandung vitamin K, seperti sayur mayur mentah,

sayur berwarna hijau gelap, sayur berdaun banyak, yang dapat melawan efek heparin.

Oleh karena itu, ia akan membutuhkan sumber pengganti asam folat dalam dietnya.

Infeksi menambah banyak stres pada fungsi jantung. Wanita hamil harus memberi

tahu tenaga perawatan kesehatan begitu tanda pertama infeksi muncul atau saat ia

terpapar infeksi. Hospitalisasi dibutuhkan sampai klien tidak lagi terinfeksi.

19

Perawat perlu menguatkan penjelasan dari dokter sehubungan dengan perlunya

supervisi medis yang ketat.Informasi tentang penatalaksanaan persalinan wanita dan

periode pascapartum dini diulas kembali.

INTRAPARTUM

Asuhan keperawatan selama proses persalinan dan kelahiran berfokus pada upaya

meningkatkan fungsi jantung. Ansietas dihilangkan dengan mempertahankan atmosfer

yang tenang dan menjaga agar wanita dan keluarganya tetap diinformasikan.Perfusi

uterus difasilitasi dengan menempatkan wanita pada posisi miring.Fungsi jantung

disokong dengan menjaga kepala dan bahu wanita tersebut tetap tinggi dan bagian-

bagian tubuh bersandar pada bantal.Upaya mengejan harus dihindari karena tindakan ini

menurunkan pengisian ventrikular diastolik dan menghambat aliran keluar ventrikel

kiri.Karena nyeri dapat dapat menyebabkan stres kardiovaskular, rasa tidak nyaman

diredakan dengan memberi klien obat dan perawatan pendukung. Pada proses kelahiran,

perawat membantu pemberian obat untuk meredakan rasa tidak nyaman. Anestesi

regional epidural menghilangkan nyeri dengan menimbulkan lebih sedikit perubahan

hemodinamik.Hipotensi harus dihindari.

Untuk wanita yang menderita penyakit jantung, kelahiran pervaginam dianjurkan

jika tidak ada masalah obstetri. Hal ini dicapai dengan menggunakan anestesi blok

pudendal dengan forsep untuk memperpendek tahap kedua persalinan. Profilaksis

penisilin pada wanita hamil yang tidak tersensitisasi untuk melawan endokarditis

bakterial dalam persalinan dan selama puerperium awal dapat diprogramkan. Masker

oksigen dan anestesi blok pudendal penting untuk dilakukan. Produk-produk ergot harus

digunakan karena produk tersebut cenderung meningkatkan tekanan darah.Oksitosin

intravena encer dapat diberikan kepada ibu segera setelah melahirkan untuk mencegah

hemoragi.

Kelahiran pervaginam dilakukan dalam posisi miring atau jika mengambil posisi

supine, sebuah bantal ditempatkan di bawah pinggang untuk meminimalkan bahaya

hipotensi supine.Lutut difleksi dan kaki diletakkan datar di atas tempat tidur. Stirrup

tidak digunakan untuk mencegah kompresi pada vena poplitea dan mencegah

peningkatan volume darah di dada dan badan akibat pengaruh gaya gravitasi. Tindakan

episiotomi dan penggunaan forsep outlet juga menurunkan kerja jantung.

20

PASCAPARTUM

Perawatan yang diberikan pada periode pascapartum bertujuan untuk

mengoptimalkan kapasitas fungsional wanita.Wanita harus dilindungi dari

infeksi.Penyediaan sebuah ruangan khusus merupakan suatu metode untuk membatasi

lalu lintas ke dalam ruangan. Pengaturan posisi di atas tempat tidur sama dengan

pengaturan untuk persalinan, yakni kepala tempat tidur ditinggikan dan wanita

dianjurkan berbaring miring. Tirah baring dapat diprogramkan dengan atau tanpa

penyediaan kamar mandi khusus. Perawat perlu membantu wanita memenuhi

kebutuhannya untuk mengenakan pakaian dan mempertahankan kebersihan dan bahkan

membantunya mengganti posisi tubuh di tempat tidur, makan, dan aktivitas-aktivitas

lain. Kebosanan serta pengaruh imbolisasi pada sirkulasi dan pernapasan harus

dikaji.Ambulasi yang progresif dapat diijinkan sesuai toleransi wanita tersebut. Perawat

mengkaji nadi, kulit, dan afek wanita tersebut sebelum dan setelah ia berjalan.

Defekasi dan urinasi harus diberi perhatian khusus.Supaya wanita dapat buang air

besar tanpa stres atau mengejan, pelunak tinja, diet, cairan, serta semprot anestesi lokal

dan analgesik ringan diupayakan.Distensi berlebihan pada kandung kemih dicegah

karena kandung kemih yang distensi dapat menimbulkan atoni uteri.Hemoragi dapat

terjadi sehingga mengakibatkan anemia dan menambah stres fungsi

jantung.Pengosongan kandung kemih yang cepat dihindari karena dekompresi kandung

kemih yang cepat dapat menyebabkan penurunan tekanan abdomen yang cepat, yang

menyebabkan pembengkakan dan hipotensi umum.

Walaupun menyusui seringkali tidak dianjurkan untuk ibu yang

diklasifikasimenderita penyakit jantung kelas III dan kelas IV, menyusui tidak

dikontraindikasikan. Wanita dapat menghemat tenaganya dengan menyusui dalam posisi

istirahat dan meminta orang lain membawa bayinya untuk disusui.

Interaksi ibu-anak direncanakan secara khusus.Interaksi sebaiknya tidak membuat

ibu stres.Ibu dapat secara langsung merawat bayinya dengan bantuan para anggota

keluarga yang telah diatur sebelumnya.

Sebelum ibu dipulangkan, perawat mengkaji sumber pendukung di rumah untuk ibu

dan bayinya. Periode istirahat dan tidur, aktivitas, diet harus direncanakan. Pasangan

21

tersebut memerlukan informasi tentang melakukan hubungan seksual kembali tentang

kontrasepsi (kemungkinan juga tentang sterilisasi wanita atau pria).

Bahaya potensial pada kehamilan berikutnya perlu dikaji oleh wanita dan

pasangannya.Apabila sterilisasi dipilih sebagai metode kontrasepsi, resiko pembedahan,

khususnya pada wanita yang menderita penyakit jantung kelas III dan kelas IV, perlu

dijelaskan kepada pasangan tersebut.Kontrasepsi oral seringkali dikontraindikasikan

karena resiko tromboembolisme. (hal : 729-731)

KONDISI KARDIOVASKULAR KHUSUS

Perawatan wanita yang menderita gangguan kardiovaskular mengombinasi

perawatan peripartum rutin dengan perawatan yang khusus dilakukan untuk diagnosis

jantung. Dampak kondisi jantung pada kehamilan bervariasi menurut tingkat keakutan

atau kekronisannya, yaitu :

1. Gagal Jantung Peripartum

Gagal jantung peripartum akibat mempertahankan sirkulasi darah yang

adekuat, dapat terjadi akibat hipertensi kronis, stenosis katup mitral yang tidak

dikenal, obesitas, miokarditis viral, atau kardiomiopati peripartum idiopati.Selain

itu, anemia dan infeksi dapat mempredisposisi wanita hamil untuk mengalami

gagal jantung kongestif.

Gagal jantung peripartum akibat penyebab yang tidak dapat dijelaskan,

seperti penyakit jantung, biasanya berespons baik terhadap terapi.Respons khas

yang dihasilkan ialah gagal jantung mereda melalui pemberian furosemid (Lasix),

diuretik, dan koreksi komplikasi obstetri terkait.Dalam beberapa hari, ukuran

jantung wanita ini kembali ke normal. Prognosis jangka panjang bergantung

kepada penyakit jantung penyebab (misalnya, kardiomiopati hipertrofi)

Kardiomiopati hipertrofi (Hypertrophic cardiomyopathy) (HCM)

merupakan penyakit primer yang diklasifikasi dengan berbasis pada kelainan dan

fungsi struktur.Pada gangguan ini, jaringan otot dinding jantung dan septum

mengalami hipertrofi, meninggalkan suatu struktur yang relatif kecil.

Prognosis buruk untuk wanita yang jantungnya tetap membesar setelah

enam bulan tirah baring. Kehamilan berikutnya biasanya menyebabkan gagal

jantung (50% sampai 80%).Pada kehamilan berikutnya, mortalitas diperkirakan

22

sebesar 60%.Sterilisasi harus dipertimbangkan.Kontrasepsi oral

dikontraindikasikan karena resiko tromboembolisme.

Selama masa hamil, tirah baring diprogramkan sejak awitan penyakit

sampai 3 bulan setelah jantung kembali ke ukuran normal.Rasional penerapan

tirah baring ialah menurunkan frekuensi jantung, volume sekuncup, dan tekanan

arteri yang merupakan kerja jantung secara keseluruhan.Pencegahan dan terapi

aritmia merupakan tujuan utama.

Asupan natrium yang rendah (1,5-2 gram/hari) diprogramkan untuk wanita

hamil dengan gagal jantung kongestif yang berat. Selama persalinan, upayakan

utnuk menghindari beban cairan berlebih.Karena semua wanita mengalami

peningkatan tekanan darah pada awitan laktasi, supresi laktasi dapat

rekomendasikan untuk meminimalkan stress.

( Bobak,dkk: 2005: halaman 729 – 735 )

PENATALAKSANAAN DAN PENDIDIKAN PASIEN

1. Pasien jantung yang hamil dengan masalah diantaranya :

Selama hamil pasien jantung harus diobservasi secara teliti untuk mengurangi,

mencegah, atau menghilangkan setiap beban jantung

Infeksi : meningkatkan curah jantung dan harus diobati di rumah sakit. Infeksi

saluran pernafasan atas dapat berkembang menjadi bronkitis dan pneumonia

pemberat penting yang menyebabkan gagal jantung berat selama kehamilan.

Aktifitas berlebihan : Gerak badan dapat juga menyebabkan gagal jantung. Pasien

– pasien dengan cadangan jantung terbatas harus mengkompensasi beban

kehamilan dengan istirahat lebih dari biasanya dan dengan menghindari stres fisik

dan emosional yang tidak semestinya.

Aritmia : Dengan adanya kerusakan struktur jantung, maka takikardia, fibrilasi

atau fluter atrium dapat mencetuskan gagal jantung. Akibatnya gangguan ini

harus di terapi segera.

Anemia : Komplikasi kardiovaskular dapat timbul pada pasien – pasien anemia

sel sabit dan penyakit sel sabit hemoglobin C. Dekompensasi dapat juga timbul

bila anemia memperberat jenis penyakit jantung lainnya.

Hipervolemia : Dapat menyebabkan edema paru. Infus dan tranfusi harus

dihindari kecuali esensial, dimana pada kasus ini kecepatan infus harus

diobservasi dengan sangat hati – hati. Masukan natrium harus dibatasi.

23

Obesitas : Dengan peningkatan massa tubuh, maka beban jantung menjadi lebih

besar. Masukan gizi harus lebih dibatasi untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu

dan janin tanpa menyebabkan penimbunan lemak yang berlebihan. Masukan

natrium harus dibatasi sampai kira – kira 2000mg per hari.

2. Gagal jantung selama kehamilan

Pasien gagal jantung harus ditempatkan dirumah sakit dan ditempatkan tirah baring

total untuk menurunkan kebutuhan kerja jantung.

Oksigenasi: Oksigen diberikan melalui kateter hidung, masker atau tekanan

positif intermiten bila diperlukan.

Sedasi : Morfin ( 10 – 15 mg )membantu menenangkan kecemasan dan agitasi.

Istirahat fisik dan mental merupakan aspek sangat penting bagi keberhasilan

terapi.

Pengurangan volume darah : Deuresis : Furosemid ( Lasix ) ( 40mg intravena )

biasanya menghasilkan deuresis cepat, mulai 5 – 15 menit dan mencapai

maksimum dalam waktu satu sampai dua jam. Dosis selanjutnya dapat diberikan

secara oral bila perlu.

Digitalisasi : Digitalis ( disgogsin atau deslanosid ) sangat bermanfaat dalam

pengobatan gagal jantung yang disertai Aritmatika supraventrikulardengan respon

ventrikel sangat cepat, karena digitalis memperlambat denyut ventrikel.

Tindakan tambahan : Masukan cairan dan natrium harus dibatasi. Tambahan

kalium mungkin dibutuhkan. Setelah gagal jantung terobati maka harus tetap

berada dalam observasi ketat, lebih baik di rumah sakit sampai melahirkan.(Ben-

zion taber M.D:1994, halaman 113 - 115)

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Perubahan hemodinamik nyata yang dirangsang oleh kehamilan menimbulkan dampak

besar pada penyakit jantung yang didapat oleh ibu hamil. Aspek paling penting adalah

bahwa selama kehamilan curah jantung (cardiac output) meningkat sebesar 30-50 %.

24

Terjadi hidremia (hypervolemia) dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur

kehamilan 10 minggu dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu.Peningkatan awal

mungkin disebabkan oleh menguatnya isi sekuncup ( stroke volume) yang tampaknya

terjadi akibat penurunan resistensi vascular disertai penurunan tekanan darah. Pada tahap

kehamilan selanjutnya juga terjadi peningkatan tekanan denyut istirahat dan isi sekuncup

semakin meningkat mungkin berkaitan dengan meningkatnya pengisian diastolic

(diastolic filling) karena bertambahnya volume darah.Uterus yang semakin besar

mendorong diafragma ke atas, kiri, dan depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar

dekat jantung mengalami tekanan dan putaran. Pada ibu dapat terjadi gagal jantung

kongestif, edema paru, hingga kematian. Dapat terjadi abortus pada kehamilan.Pada bayi

dapat terjadi lahir premature, berat badan lahir rendah, hipoksia, gawat janin, lahir mati,

nilai APGAR rendah, dan pertumbuhan janin terhambat.Kemudian 12-24 jam

pascapersalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat ambibisi cairan dari

ekstravaskuler ke dalam pembuluh darah, kemudian diikuti periode diuresis

pascapersalinan yang menyebabkan hemokonsentrasi. Jadi, penyakit jantung akan

menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi gagal

jantung.Empat sampai lima hari setelah persalinan. Terjadi penurunan resistensi perifer

dan emboli pulmonal dari thrombus iliofemoral.

25