penyakit sistemik _jadi_

24
EKSODONSI PADA PENDERITA DENGAN PENYAKIT SISTEMIK Pada tindakan ekstraksi gigi, pertama-tama operator harus memastikan keadaan umum pasien, siap atau tidak untuk dilakukan tindakan. Kesiapan itu, dapat dinilai dari keadaan psikis (tegang, takut, atau biasa), keadaan sistemik (terkontrol atau tidak), riwayat penyakit, dan juga riwayat pengobatan. Pemeriksaan awal tersebut, sangat menentukan tingkat keberhasilan perawatan. Karena kondisi pasien yang tidak normal, akan dapat mempersulit tindakan eksodonsi. Salah satunya adalah adanya kelainan sistemik yang tidak terkontrol, maka dapat memici timbulnya komplikas perioperatif maupun pasca operatif. Beberapa penyakit sistemik yang dapat menjadi penyulit dalam tindakan eksodonsia, antara lain: 1. Hipertensi 2. Diabetes Mellitus 3. Penyakit Kardivaskular 4. Hipertiroidisme 5. Gagal Ginjal Kronis 6. Penyakit Hati Kronis 7. Asma 1. HIPERTENSI Definisi: Hipertensi juga disebut sebagai tekanan darah tinggi (HTN atau HPN) adalah suatu kondisi medis di mana tekanan darah 1

Upload: renita-theng

Post on 01-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit sistemik _Jadi_

EKSODONSI PADA PENDERITA DENGAN PENYAKIT SISTEMIK

Pada tindakan ekstraksi gigi, pertama-tama operator harus memastikan keadaan umum

pasien, siap atau tidak untuk dilakukan tindakan. Kesiapan itu, dapat dinilai dari keadaan psikis

(tegang, takut, atau biasa), keadaan sistemik (terkontrol atau tidak), riwayat penyakit, dan juga

riwayat pengobatan.

Pemeriksaan awal tersebut, sangat menentukan tingkat keberhasilan perawatan. Karena

kondisi pasien yang tidak normal, akan dapat mempersulit tindakan eksodonsi. Salah satunya

adalah adanya kelainan sistemik yang tidak terkontrol, maka dapat memici timbulnya komplikas

perioperatif maupun pasca operatif. Beberapa penyakit sistemik yang dapat menjadi penyulit

dalam tindakan eksodonsia, antara lain:

1. Hipertensi

2. Diabetes Mellitus

3. Penyakit Kardivaskular

4. Hipertiroidisme

5. Gagal Ginjal Kronis

6. Penyakit Hati Kronis

7. Asma

1. HIPERTENSI

Definisi:

Hipertensi juga disebut sebagai tekanan darah tinggi (HTN atau HPN) adalah suatu

kondisi medis di mana tekanan darah tinggi yang berkesinambungan atau menurut JNC-7

(Joint National Comitte) hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri yang tetap, yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkan.

Dalam penggunaan saat ini, kata "hipertensi" biasanya merujuk ke sistemik

(hipertensi arterial). Sedangkan jenis lain adalah  pulmonary hipertensi yang melibatkan

sirkulasi paru-paru.

1

Page 2: Penyakit sistemik _Jadi_

Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa

Patofisiologi:

a. Hipertensi esensial (Hipetensi primer) bersifat idiopatik yang belum

jelaspenyebabnya. Dipengaruhi usia, kelamin, merokok, kolesterol, berat badan.

b. Hipertensi sekunder. Dipengaruhi oleh obat, penyakit ginjal, penyakit endokrin

(diabetes melitus, tiroid, Cushing).

Gejala dan Tanda-tanda Klinis:

Biasanya tanpa menimbulkan gejala (asimtomatik). Namun biasanya disertai

beberapa tanda-tanda klinis, yaitu: pusing prosimal, berkeringat, takikardia, palpitasi.

Adapun tanda-tanda fisik yang terlihat, diantaranya adalah:

• Gelisah

• Mudah marah

• Wajah kemerahan

• Lambat

• Obesitas

• Sering tremor

• Sukar tidur

• Mudah lelah

• Mimisan

• Telinga berdengung

• Mata berkunang-kunang

• Pembesaran ginggiva dan xerostomia

(karena konsumsi obat antihipertensi)

Diagnosa:

Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis

2

Klasifikasi SISTOL (mmHg) DIASTOL (mmHg)

Normal

Normal Tinggi

Stadium 1 (Hipertensi ringan)

Stadium 2 (Hipertensi sedang)

Stadium 3 (Hipertensi berat)

Stadium 4 (Hipertensi maligna)

< 130

130-139

140-159

160-179

180-209

≥ 210

< 85

85-89

90-99

100-109

110-119

≥120

Page 3: Penyakit sistemik _Jadi_

c. Pemeriksaan tekanan darah (sesuai dengan table diatas)

Terapi:

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:2

1. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam, harus

memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara

drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai

pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan

farmakologis.

c. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis

dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali seminggu.

e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar

saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

a. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat

kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya

pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

b. Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin

dan Reserpin.

c. Betabloker. Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :

Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-

3

Page 4: Penyakit sistemik _Jadi_

hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam

darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).

Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

d. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos

(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,

Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini

adalah : sakit kepala dan pusing.

e. Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II

(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang

termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah :

batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

f. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :

Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :

sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

g. Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang

termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang

mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko

terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Masalah:

Pada pasien yang hipertensi beresiko terjadi:

a. Perdarahan dan thrombosis

4

Page 5: Penyakit sistemik _Jadi_

b. Resiko terjadinya injeksi intravascular dan adrenalin pada obat anastesi lokal masuk ke

dalam pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan takikardi, stroke volume

meningkat, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.

Penatalaksanaan:

Penggunaan anastesi lokal yang mengandung adrenalin perlu dipertimbangkan, juga

pemberian obat-obatan dari golongan NSAID.

Pemberian sedatif berupa N20 sebelum perawatan hanya bila diperlukan (sebagai

kontrol kecemasan).

Untuk pasien hipertensi pada tingkat normal tinggi, masih bisa dilakukan pemberian

anastesi lokal yang mengandung vasokontriktor (adrenalin) dengan perbandingan

1:200000. Atau bisa juga dilakukan pengenceran pehakain dengan mencampur 1ml

pehakain 2% dengan 1ml lidocain 2% murni.

Hindari waktu perawatan pada jam-jam sibuk dan cuaca yang tidak mendukung.

Bila diperlukan perawatan gigi sebaiknya dikonsultasikan segera dan perawatan bedah

dilakukan dalam kerja tim.

2. DIABETES MELLITUS

Definisi:

Diabetes mellitus yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang

ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

bervariasi, terutama setelah makan. Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang

mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan

dehidrasi dan ketoasidosis.

Klasifikasi:

1. DM Tipe 1 :

Defisiensi Insulin absolute akibat dekstruksi sel beta pankreas. Penyebabnya bisa karena

autoimmune dan juga idiopatik.

5

Page 6: Penyakit sistemik _Jadi_

2. DM Tipe 2 :

Defisiensi insulin relatif. Disebabkan karena defek sekresi insulin lebih dominan

daripada resistensi insulin dan resistensi insulin lebih dominan daripada defek sekresi

insulin. Dibedakan menjadi tipe gemuk dan tidak gemuk.

Gejala:

Gejala khas dari penderita diabetes mellitus, adalah:

Poliuria (sering buang air kecil)

Polidipsi

Polifagia

BB menurun cepat tanpa penyebab yang jelas

Sedangkan gejala yang tidak khas dari penderita diabetes mellitus, adalah:

Kesemutan

Gatal di daerah genital

Infeksi yang sulit sembuh

Bisul yang hilang timbul

Penglihatan kabur

Cepat lelah

Mudah mengantuk, dll

Tanda-tanda Klinis:

Manifestasi rongga mulut pada penderita diabetes antara lain:

Penyakit gusi yang semakin luas

Gingivitis

Kandidiasis

Lichen planus

Ulserasi mukosa

Cheilosis angularis

Penyakit periodontal progresif

Periodontitis, kehilangan gigi, luka sulit

sembuh

Infeksi dan penyakit mulut gigi

Karies

Sakit pada lidah

Mulut kering/xerostomia

Mulut terasa terbakar

Disfungsi pada pengecapan

6

Page 7: Penyakit sistemik _Jadi_

Diagnosa:

Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis

c. Pemeriksaan kadar gula darah:

Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl

Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Terapi:

Diet rendah gula

Pemberian Insulin

Obat Anti-diabetes, seperti: Tolbutamid, chlorpropamide, tolazamid, glipizid, dan

glibenklamid.

Masalah:

a. Hilangnya pengendalian metabolik. Dapat disebabkan karena stress, obat anastesi lokal

(terutama yang mengandung adrenalin atau vasokonstriktor lainnya), dan krisis

hipoglikemik.

b. Meningkatnya kemungkinan terjadinya infeksi. Disebabkan oleh terganggunya produksi

antibodi yang diakibatkan oleh kurangnya glikogen, imunitas selular dan hormonal

penderita diabetes mellitus menurun, fungsi leukosit terganggu dan kadar gula dalam

darah tinggi.

c. Pembekuan darah pada penderita diabetes mellitus, baik yang tipe 1 maupun tipe 2,

sedikit terganggu. Artinya cloating time penderita tidak seperti orang non diabetes.

d. Kecenderungan perdarahan yang meningkat. Hal tersebut berhubungan dengan vasopati

dan infeksi yang sering kambuh pada mukosa mulut. Perdarahan selama dan setelah

tindakan eksodonsi biasanya dapat dikendalikan melalui perawatan lokal.

e. Salah satu komplikasi akut diabetes mellitus adalah koma hiperosmoler non ketotik.

Penyakit ini disebabkan tingginya kadar gula darah melebihi 600 mg% yang

mengakibatkan pasien mudah shock.

Penatalaksanaan:

7

Page 8: Penyakit sistemik _Jadi_

Informasi riwayat kasus yang menyeluruh (anamnesa).

Pemeriksaan kadar gula sebelum dan sesudah tindakan.

Dilakukan penambahan insulin guna mencegah terjadinya shock.

Anastesi lokal tanpa penambahan bahan vasokonstriktor. Karena adrenalin dapat

meningkatkan kadar glukosa darah.

Pada tindakan pembedahan, terdapat sedikit perbedaan antara penderita diabetes

mellitus tipe 1 dan tipe 2. Pada penderita diabetes mellitus tipe 1, sebelum dilakukan

pembedahan harus dilakukan terapi insulin, dengan memberikan suntikan insulin karena

jumlah insulinnya tidak mencukupi kebutuhan. Sedangkan pada tipe 2, tidak perlu

diberikan suntikan insulin.

Teknik operasi konservatif dan drainasi luka, misalnya pemberian tampon selam 30

menit setelah ekstraksi gigi.

Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi iatrogenik, gangguan lipid darah,

peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.

Kemungkinan pemberian profilaksis antibiotik.

Tindakan pencabutan atau operasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan setelah

makan, karena pada waktu itu keadaan metabolic relatif stabil.

3. PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Definisi:

Penyakit kardiovaskular adalah penyakit sistemik yang melibatkan jantung dan

pembuluh darah. Ada banyak penyebab penyakit kardiovaskular, antara lain: faktor

keturunan, penyakit infeksi, gaya hidup yang tidak sehat, suka merokok, dan berbagai

faktor resiko lainnya. Kadang-kadang, tindakan perawatan gigi dan pemakaian obat-obatan

tertentu dapat mempengaruhi kondisi medis pasien dengan penyakit kardiovaskular.

Gejala:

Hipoksemia

Sianosis

Clubbing finger pada tangan dan kaki

Polisitemia karena hipoksemia

8

Page 9: Penyakit sistemik _Jadi_

Tanda-tanda Klinis (intraoral):

Erups igigi sulung dan permanen terlambat

Hipoplasia enamel

Vasodilatasi pulpa

Gigi tampak putih kebiruan

Karies dan penyakit periodontal

Diagnosa:

Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis

Terapi:

Pemberian obat anti konvulsi, seperti: aspirin, heparin, dll.

Masalah:

Komplikasi peredaran darah, seperti perdarahan dan trombosis

Infeksi Endokarditis

Penatalaksanaan:

Harus menghindari penggunaan vasokonstriksi dalam anastesi lokal, karena dalam

hubungannya dengan catecholamine yang dilepaskan secara endogen, dapat

menyebabkan komplikasi peredaran darah.

Berhati-hati dalam melakukan tindakan perawatan gigi.

Penggunaan profilaksis antibiotik.

Sedangkan untuk tindakan operasi, sebaiknya operasi dilakuakn dengan monitor ECG

dan disertai infuse IV dengan maksud untuk segera mengetahui komplikasi dan

melakukan perawatan. Tindakan ini harus dilakukan di rumah sakit sehingga dapat

dilakukan pengawasan oleh spesialis yang berwenang (Test and Wagner, 1992).

Berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi rasa cemas pasien selama tindakan

perawatan gigi dilakukan. Karena penderita penyakit kardiovaskular yang berat

terkadang memiliki kondisi medis yang mudah sekali dipengaruhi oleh emosinya.

Sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter yang selama ini merawat pasien

untuk mengetahui dengan jelas bagaimana kondisi medis pasien saat ini, obat-obat apa

9

Page 10: Penyakit sistemik _Jadi_

saja yang dipergunakan oleh pasien, dan apa saja yang harus dihindarkan selama

dilakukan tindakan perawatan gigi pada pasien penderita penyakit kardiovaskular

tersebut

4. HIPERTIROIDISME

Definisi:

Kerja kelenjar tiroid yang berlebihan. Sehingga produksi tiroksin jadi berlebihan.

Gejala:

Heat intolerance

Gelisah

Tremor

Keringat berlebihan

Kelemahan otot

Diare

Peningkatan nafsu makan

Penurunan berat badan

Pada orangtua bisa terjadi fibrilasiatrial, angina dan gagal jantung kongesti

Tanda-tanda Klinis:

Tremor dan takikardi

Exophtalmos

Pembesaran kelenjar tiroid

Kulit tipis dan soft

Refleks hiperaktif

Diagnosa:

Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis

c. Pemeriksaan laboratorium:

- Peningkatan T3 dan T4

- Penurunan TSH

Terapi:

Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat kelompok

obat ini yaitu: a) obat antitiroid, b) penghambat transport iodida, c) iodida dalam dosis

besar menekan fungsi kelenjar tiroid, d) yodium radioaktif yang merusak sel-sel kelenjar

10

Page 11: Penyakit sistemik _Jadi_

tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan (inkorporasi) yodium

pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid

Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi atau sekresi hormon

tiroid. Antitiroid digunakan untuk :[1]

a. mempertahankan remisi pada strauma dengan tirotoksikkosis

b. mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif

c. menjelang pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).

Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil, Methimazole,

Karbimazol dan Tiamazole.

Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala

hipotiroidisme. Contoh : Propanolol

Masalah:

Resiko terjadinya krisis tiroid

Penatalaksanaan:

Hindari penambahan adrenalin pada pemberian anastesi lokal, karena adanya

pelepasan adrenalin secara endogen sehingga dapat menyebabkan krisis tirotoksik.

5. ASMA

Definisi:

Asma diartikan sebagai penyakit radang kronis dari saluran pernafasan yang ditandai

dengan meningkatnya respons cabang tracheobronchial terhadap stimulus yang berulang.

Asma merupakan penyakit yang hilang – timbul, dengan eksaserbasi akut menyebar.

Umumnya waktu serangan pendek, terjadi antara beberapa menit hingga beberapa jam, dan

secara klinis pasien dapat pulih sempurna setelah serangan. Walaupun jarang terjadi,

serangan akut dapat menimbulkan kematian

Klasifikasi:

Asma dibedakan jadi dua jenis, yakni asma bronkial dan kardial. Penderita asma

bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah,

bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat

mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tibatiba. Jika tidak mendapatkan

11

Page 12: Penyakit sistemik _Jadi_

pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa

muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan

bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,

pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.

Sedangkan asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung disebut asma kardial.

Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.

Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita

sedang tidur.

Gejala dan Tanda Klinis:

Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya asma yang diderita.

Bisa saja seorang penderita asma hampir-hampir tidak menunjukkan gejala yang spesifik

sama sekali, di lain pihak ada juga yang sangat jelas gejalanya. Gejala dan tanda tersebut

antara lain:

· Batuk

· Nafas sesak (dispnea) terlebih pada saat mengeluarkan nafas (ekspirasi)

· Wheezing (mengi)

· Nafas dangkal dan cepat

· Ronkhi

· Retraksi dinding dada

· Pernafasan cuping hidung (menunjukkan telah digunakannya semua otot-otot

bantu pernafasan dalam usaha mengatasi sesak yang terjadi)

· Hiperinflasi toraks (dada seperti gentong)

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,

tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan

menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Diagnosa:

Penyakit asma dapat didiagnosis melalui metode berikut(www.nature.com):

(a)Sebuah alat yang bernama ‘peak flow meter’/ pengukur aliran puncak dapat digunakan

untuk mendiagnosis asma. Peak flow meter dapat mengukur seberapa banyak, dan

seberapa cepat udara dapat dikeluarkan dari paru- paru/ pulmo. Alat ini juga dapat

12

Page 13: Penyakit sistemik _Jadi_

digunakan untuk menentukan terapi macam apa yang paling sesuai untuk perawatan asma

di tiap kasus yang berbeda.

(b)Test Spirometry dapat mengukur seberapa baik fungsi dari paru- paru, dan dapat

memberikan informasi yang lebih lengkap dari peak flow meter.

(c)X-ray rongga dada/ thoraxic cavity, tetapi metode ini agak kurang umum dilaksanakan.

(d)Test alergi pada kulit, dan test darah, untuk mengetahui adakah alergi terhadap bahan-

bahan tertentu.

Terapi:

Terapi medikasi asma dibagi menjadi 2 kategori, yaitu quick relief dan medikasi

kontrol jangka panjang.

Quick relief : - mengatasi eksaserbasi akut asma

- Beta agonis aksi pendek, antikolinergik dan kortikosteroid sistemik.

- Pemulihan cepat dari eksaserbasi akut

Medikasi kontrol jangka panjang :

- kortikosteroid inhalasi

- cromolyn sodium

- nedocromil

- beta agonis jangka panjang

- methylxantine

- leukotrien antagonis

Bronkodilator

Merupakan pengobatan simptomatis dari bronkospasme pada eksaserbasi akut asma/

kontrol gejala jangka panjang : Albuterol, levalbuterol, salmeterol, ipratropium (atrovent),

teofilin.

Antagonis reseptor leukotrien

Antagonis direk dari mediator yang menyebabkan inflamasi jalan napas pada asma.

Alternatif pengobatan jangka panjang selain kortikosteroid inhalasi dosis rendah :

montelukast.

Kortikosteroid

13

Page 14: Penyakit sistemik _Jadi_

Obat pilihan untuk pengobatan asma kronis dan pencegahan eksaserbasi akut asma.

Beberapa kortikosteroid inhalasi yang digunakan pada asma : beclomethasone, budenoside,

turbuhaler, flunisolide, fluticasone, triamcinolone.

Mast cell stabilizer

Mencegah pelepasan mediator dari sel mast yang menyebabkan inflamasi jalan napas

dan bronkospasme. Diindikasikan untuk terapi rumatan untuk asma ringan hingga

moderat : cromolyn

Terapi asma kardial (gagal jantung):

1) Pengobatan Aritmia :

– Anti Aritmia : Diuretik, ACE inhibitor, Beta blocker, dll.

– Pacu Jantung

2) Pengobatan Bedah

3) Transplantasi Jantung

4) Pengobatan metabolik

Masalah:

Pasien mengalami kesulitan bernafas.

Penatalaksanaan:

Anamnesa tentang alergi obat.

Hindari penggunaan obat-obat yang merangsang reaksi alergi pada pasien.

Jika pasien mengalami serangan asma, maka: (Rylander, 1997)

(a) Segera gunakan inhaler reliever dilengkapi spacer.

(b) Duduk dan relax, jangan tidur telentang.

(c) Tunggu 5-10 menit, jika serangan asma tidak reda juga, gunakan inhaler reliever

tiap 1 menit sekali, selama 5 menit, hingga serangan asma tersebut reda.

(d) Jika serangan asma masih tidak reda, segera panggil ambulance, dan tetap gunakan

inhaler reliever 1x setiap menit.

6. GAGAL GINJAL KRONIS

Definisi:

14

Page 15: Penyakit sistemik _Jadi_

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami

penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan

pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti

sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine.

Gejala dan tanda-tanda klinis:

Hipertonia

Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang,

gatal, sesak napas, pucat/anemi.

Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain:

Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif

Diagnosa:

Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis

c. Pada pemeriksaan darah dan urin akan ditemukan:

Peningkatan kadar urea dan kreatinin

Anemia

Asidosis (peningkatan keasaman darah)

Hipokalsemia (penurunan kadar kalsium)

Hiperfosfatemia (peningkatan kadar fosfat)

Peningkatan kadar hormon paratiroid

Penurunan kadar vitamin D

Kadar kalium normal atau sedikit meningkat

Analisa air kemih menunjukkan berbagai kelainan, berupa ditemukannya sel-sel

yang abnormal dan konsentrasi garam yang tinggi

Masalah:

Gangguan detoksifikasi obat

Kecenderungan perdarahan

Penatalaksanaan:

15

Page 16: Penyakit sistemik _Jadi_

Mempertimbangkan penggunaan obat-obatan yang sifatnya diekskresi oleh ginjal.

Karena adanya bahaya akumulasi yang sangat tinggi.

7. PENYAKIT HATI KRONIS

Definisi:

Dalam kasus penyakit hati kronis, misalnya sirosis hati dan hepatitis. Terjadi

gangguan terhadap fungsi hati. Dan hal itu dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya

perdarahan.

Gejala:

Jaundice, edema, perdarahan lambung, mental confusion

Hepar mengkerut dan keras, splenomegali

Asites dan edema perifer (pembesaran yang nyeri pada perut region kanan atas)

Manifestasi kulit : spider angioma/nevi, palmarerythema, ruam kulit dan urtikaria

Diagnosis:

Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:

d. Anamnesa

e. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis

f. Pemeriksaan laboratorium:

- CT scan, USG abdomen, biopsihepar

- Tes fungsi hepar (SGOT/AST dan SGPT/ALT) meningkat

- Adanya antigen dan antibodi virus hepatitis

Masalah:

Gangguan detoksifikasi obat

Kecenderungan perdarahan

Resiko penularan infeksi viral hepatitis

Penatalaksanaan:

Pemeriksaan fungsi hati, untuk menghindari peningkatan perdarahan.

Penggunaan anastesi lokal golongan ester, untuk mengurangi penimbunan obat dalam

hati akibat pemecahan yang cukup banyak yang terjadi didalam jaringan dan darah.

16

Page 17: Penyakit sistemik _Jadi_

Jika menggunakan anastesi lokal golongan amida, maka dosis maksimum yang

diperbolehkan harus dianggap sebagai dosis maksimum untuk hari ini.

Penundaan perawatan pada pasien dengan peningkatan fungsi hepar

Untuk pasien dengan infeksi aktif:

- Perawatandilakukanterakhir

- Universal precaution

REFERENCE:

Tetsch, Peter and Wilfried Wagner. 1992. Operative Extraction of Wisdom Teeth. Jakarta:

EGC

Pedersen, GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC

Rylander R, Dahlberg C, Rubenowitz E. Magnesium supplementation decreases airway

responsiveness among hyper-reactive subjects. Magnesium-Bulletin 1997;19:4–6.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.1994. Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 4.Jakarta: EGC.

Kumar, Abbas, Fausto. 2005. Robin and Cotran Pathologic Basics of Disease 7th Edition :

Elseiver Saunders

Kasper Dennis L. et.al. 2004. Harrison's Principles of Internal Medicine 16th Edition:

McGraw-Hill Professional

Unknown(website Rumah Sakit Budi Kemuliaan).Darah tinggi/ Hipertensi. http://www.rsbk-

batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25. Accessed on: December,2008

www.pdgi-online.com

www.medicastore.com

http://www.nature.com/nrd/journal/v3/n10/abs/nrd1524.html

17