penyakit obesitas
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
1/10
PENYAKIT OBESITAS
1. Epidemiologi Penyakit ObesitasMasalah obesitas dan gizi lebih tidak hanya terjadi di negara yang sudah maju,
tetapi mulai meningkat prevalensinya di negara berkembang. Dewasa ini masalah
kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di
negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup
termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi
merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan
obesitas. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan energi dalam jangka waktu lamadimana asupan energi (dalam bentuk makanan) lebih besar dibandingkan pengeluarannya
(basal metabolic rate (BMR).
Menurut World Health Organization (WHO), obesitas didefenisikan sebagai
kumpulan lemak berlebih yang dapat mengganggu kesehatan dengan Body Mass Index
(BMI) 30 kg/m2.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan.
Obesitas adalah keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yangjauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari
yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Cakupan epidemiologi penyakit obesitas dilihat dari :
a. Frekuensi penyakit obesitasMenurut WHO, pada tahun 1995, ada sekitar 200 juta orang dewasa gemuk di seluruh
dunia dan lain 18 juta balita diklasifikasikan sebagai kelebihan berat badan. Pada
tahun 2000, jumlah orang dewasa obesitas telah meningkat menjadi lebih dari 300
juta. Bertentangan dengan kebijaksanaan konvensional, epidemi obesitas tidak
terbatas pada masyarakat industri, di negara-negara berkembang, diperkirakan bahwa
lebih dari 115 juta orang menderita obesitas. Hasil penelitian survei Indeks Massa
Tubuh (IMT) di 12 Kota di Indonesia tahun 1995 mendapatkan prevalensi gizi lebih
sebesar 10,3% dan prevalensi obesitas sebesar 12,2% . Prevalensi gizi lebih ini
mengalami peningkatan pada tahun 1999 sebesar 14% dan tahun 2000 sebesar 17,4%.
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
2/10
Fenomena gizi lebih merupakan ancaman yang serius karena terjadi di berbagai
strata ekonomi, pendidikan, desa-kota, dan lain sebagainya. Hal ini diketahui
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, 14% balita termasukgizi lebih, dimana besarannya hampir sama dengan balita kurus. Pada kelompok
usia diatas 15 tahun prevalensi obesitas sudah mencapai 19.1%. Analisis lebih
lanjut menunjukkan tidak terdapat perbedaan prevalensi Balita gizi lebih pada
keluarga yang termiskin (13.7%) dengan keluarga terkaya (14.0%). Demikian pula
tidak terdapat perbedaan menurut kelompok umur anak, jenis kelamin, pendidikan
orang tua.
Ada kecenderungan bahwa prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas
meningkat di Indonesia dalam dekade terakhir. Kegemukan dan obesitas telah
terbukti meningkatkan risiko beberapa penyakit degeneratif, termasuk diabetes
melitus, penyakit jantung, hipertensi dan stroke, dan beberapa jenis kanker.
Konsekuensi kesehatan berkisar dari peningkatan risiko kematian dini untuk
kondisi kronis serius yang mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.
Dengan menggunakan data dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT), analisis
data dari 20,137 orang dewasa dilakukan, terdiri dari 9,390 pria dan wanita dari
10,747 daerah perkotaan dan pedesaan. Studi ini menemukan bahwa prevalensi
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
3/10
kelebihan berat badan adalah 7,2% di antara laki-laki dan 10,4% di kalangan
perempuan. Prevalensi kelebihan berat badan lebih tinggi di perkotaan (10,8%)
daripada di perdesaan (7,5%). Prevalensi obesitas pada wanita lebih dari dua kali
(13,3%) dibandingkan dengan pria (5,3%), lebih tinggi di daerah perkotaan
(12,8%) dibandingkan daerah perdesaan (7,1%). Puncak kelebihan berat badan dan
obesitas yang ditemukan pada rentang usia 45 - 49 tahun. Sebagai kesimpulan,
prevalensi overweight dan obesitas lebih tinggi di kedua aspek, pada wanita
dibandingkan pria, dan di daerah perkotaan dari pada di daerah pedesaan.
Prevalensi tinggi ditemukan pada usia 45-49 tahun.
Prevalensi obesitas di Indonesia sendiri juga masih tinggi. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi obesitas pada penduduk
berusia 18 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 11,7%.
Untuk Sultra Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007,
prevalensi obesitas pada penduduk berusia 18 tahun berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) adalah 7,4%.
Untuk Sultra Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010,
prevalensi obesitas pada penduduk berusia 18 tahun berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) adalah 14,9% (laki-laki 5,0% dan perempuan 9,9%).
b. Distribusi Penyakit ObesitasMenunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit
atau masalah kesehatan, epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut menurut
karakter/variabel orang, tempat, dan waktu.
1. Berdasarkan karakter orangPenyakit obesitas dapat menyerang semua golongan umur mulai dari anak-
anak, remaja maupun lansia. Berdasarkan penelitian juga menunjukkan bahwa
diseluruh kawasan di dunia, wanita penderita obesitas lebih banyak dari pria
hal ini terlihat pada saat wanita telah mengalami kehamilan dan pada saat
monopause.
Pada saat kehamilan jelas karena adanya peningkatan jaringan adiposa sebagai
simpanan yang akan diperlukan selama masa menyusui.
2. Berdasarkan karakter tempatPenyakit obesitas dapat terjadi di seluruh dunia, terutama dinegara-negara maju
banyak terjadi. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya gaya hidup
dari masyarakatnya yang serba instan dan pola makan yang tidak seimbang
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
4/10
dengan aktifitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Di negara berkembang seperti
Indonesia umumnya banyak terjadi di daerah perkotaan.
3. Berdasarkan karakter waktuPenyakit obesitas tidak dipengaruhi oleh waktu karena penyakit ini dapat
terjadi kapan saja. Lebih parah jika terjadi kondisi nafsu makan yang tidak
terkontrol sehingga menyebabkan kelebihan asupan makanan yang berlebihan
dapat terjadi.
c. Determinan penyakit obesitasDeterminan adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi risiko
terhadap terjadinya penyakit/ masalah kesehatan.
Berdasarkan trias epidemiologi maka dapat ditentukan konsep penyebab timbulnya
penyakit obesitas yaitu:
1. HostHost ialah semua factor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya serta perjalanan penyakit. Dalam hal ini, yang berperan sebagai factor
pejamu dalam timbulnya serta perjalanan penyakit obesitas yang timbul
dipengaruhi oleh banyak factor di dalamnya, antara lain yaitu :
a) Factor GenetikObesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
Telah lama diamati bahwa anak-anak obesita umumnya berasal dari keluarga
dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas maka kira-kira
40%-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orang
tuanya obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Barangkali saja
timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena
kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor
genetis yang khusus. Tetapi obesitas terjadi tidak hanya ditimbulkan berbagi
gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
5/10
terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan factor gaya hidup
dengan factor genetic. Hanya saja penelitian di laboratorium gizi Dunia di
Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran faktor genetis. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa rata-rata factor genetic memberikan pengaruh
sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
b) UmurObesitas dapat terjadi pada seluruh golongan umur, baik pada anak-anak
sampai pada orang dewasa. Obesitas dapat terjadi ketika dalam tubuhnya
trejadi ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energy,
dimana konsumsi kalori (energy intake) terlalu banyak dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energy (energy expenditure). Dalam hal ini asupan
energy yang berlebihan tanpa diimbangi aktivitas fisik rata-rata per hari yang
seimbang maka akan mempermudah terjaidnya kegemukan atau obesitas pada
seseorang.
c) Kurangnya aktivitas fisikKurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama
dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Obesitas
banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan
kebanyakan duduk. Dimasa industri sekarang ini, dengan meningkatnya
mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau
sedikit menggunakan tenaga untuk aktivitas sehari-hari
Seseorang yang sering berolahraga atau beraktivitas maka lemak dalam
tubuhnya akan di bakar sedangkan seseorang yang tidak melakukan aktivitas
fisik akan semakin banyak timbunan lemak dalam tubuhnya sehingga
kemungkinan untuk menjadi obesitas jauh lebih besar.
d) Kebiasaan makan yang burukKebiasaan konsumsi fast foos, minuman manis maupun makanan kemasan,
memiliki kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan
tersebut merupakan makanan yang tingi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai
gizi rendah.
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
6/10
e) Factor perkembanganPenambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang di simpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel
lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat
badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi , karena itu
penurunan berat badan hanya dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak dalam setiap sel.
f) Faktor FisikApa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orangyang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Faktor stabilitas emosi diketahui berkaitan dengan obesitas. Keadaan
obesitas dapat merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam,
dan ini merupakan suatu pelindung penting bagi yang bersangkutan. Dalam
keadaan semacam ini menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan
alternatif yang memuaskan, justru akan memperberat masalah
2. AgentAgent merupakan suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit. Adapun agent dalam penyakit obesitas adalah factor nutrisi yaitu
kelebihan kalori terutama karbohidrat dan lemak.
3. LingkunganLingkungan yang mempengaruhi munculnya penyakit obesitas yaitu :
Fisik : iklim, musim- produksi makanan berlimpah
Ekonomi : kemampuan daya beli cukup
Sosial : keinginan orang tua memberi makan kepada anak melebihi kebutuhan
nutrisi.
Dalam lingkungan termasuk pula gaya hidup atau pola makan dalam keluarga
tersebut dapat memicu munculnya penyakit obesitas.
2. Riwayat Alamiah PenyakitRiwayat alamiah penyakit (Natural History of Disease) adalah perkembangan suatu
penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga
suatu penyakit berlangsung secara natural. Pada umumnya secara umum RAP dibagi
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
7/10
menjadi 3 tahap, yakni tahap patogenesis, pre-patogenesis (masa inkubasi, penyakit
dini dan penyakit lanjut), dan tahap pasca patogenesis (penyakit akhir).
Adapun riwayat alamiah penyakit obesitas yaitu :
Periode prepathogenesisPada fase ini penyakit belum berkembang tapi kondisi yang melatar belakangi
untuk terjadinya penyakit telah ada.
Interaksi awal antara agent host environment menghasilkan stimulus yang
berupa kelebihan kalori.
Periode pathogenesis Interaksi lanjutan antara stimulus dengan host yang menghasilkan respons
berupa (a) akumulasi lemak jaringan, (b) meningkatnya berat badan melebihi
standard berdasarkan umur, sex dan tinggi badan, (c) distribusi lemak secara
menyeluruh pada tubuh. Fase ini masih dalam clinical inapparent.
Bila reaksi antara stimulus dan host terus berlanjut dan telah melibatkansystem organ maka akan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda klinis sehingga
terjadi hal-hal seperti: (a) penurunan efisiensi kerja dan aktifitas fisik, (b) efek
penurunan mortalitas meningkat oleh karena aterosklerosis, hipertensi dan
diabetes.
Akhir perjalanan penyakit dapat berupa:a. Sembuh normal kembali
b. Defect hipertensi, diabetesc. Disabilitas sulit bergerakd. Meninggal
3. Five Level PreventionAdapun 5 tahap pencegahan penyakit obesitas adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses
bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia
dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan.
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Untuk penyakit obesitas dapat
dilakukan melalui pendidikan kesehatan tentang bahaya obesitas dan pengaturan
pola makan yang baik serta melalui olahraga secara teratur.
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
8/10
b. Perlindungan Khusus (Specific Protection)Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,
menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap
prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit
tertentu. Untuk penyakit obesitas dapat dilakukan melalui aktivitas fisik yang
cukup sehingga terjadi pembakaran lemak dalam tubuh.
c. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (earlydiagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat, misalnya dengan melakukan
olah raga dengan teratur karena disamping mempercepat metabolisme, juga dapat
membuat kondisi tubuh lebih segar dan dapat menambah estetika. Olah raga
dimaksudkan agar jumlah kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada
jumlah kalori yang masuk. Dengan olah raga yang baik akan terjadi peningkatan
metabolisme.
d. Pembatasan Kecatatan (Dissability Limitation)Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan
penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat,
menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan
yang akan timbul. Bagi penderita obesitas pembatasan kecatatan dapat dilakukan
dengan diet rendah kalori atau penggunaan obat-obatan untuk menurunkan berat
badan. Misalanya obat yang meningkatkan/mempercepat metabolisme tubuh
misalnya preparat tiroid, obat pemacu keluarnya cairan tubuh misalnya diuretika;
pencahar. Namun obat-obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan
menyebabkan efek samping sangat merugikan tubuh. Oleh karena itu
penggunaannya sebaiknya disertai kontrol ketat.
e. Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke
masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak
menjadi beban orang lain. Bagi penderita obesitas tahap rehabilitasi dapat
dilakukan melalui memberikan peran sosial atau mengembalikan peran sosialnya
seperti semula sehingga dia merasa di terima oleh masyarakat.
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
9/10
4. Ciri Khas dari Penyakit ObesitasCiri khasnya bahwa obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari
konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan
lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan, antara
lain :
Dikatakan obesitas tingkat ringan bila kelebihan berat badan 20-40% di atas berat
badan ideal, dan dikatakan obesitas tingkat sedang apabila kelebihan berat badan 41-
100% di atas berat badan ideal. Dan yang terakhir dikatkan obesitas tingkat berat dan
membutuhkan kewaspadaan tinggi, apabila mengalami kelebihan berat badan >100%
diatas berat badan ideal.
Yang secara umum bahwa penderita obesitas adalah penderita yang memiliki berat
badan 120% diatas berat badan normal/idealnya.
5. Curent issuSebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat mengidentifikasikan, beberapa anak
yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko peningkatan masalah pada
otak yang dapat menimbulkan kebutaan.
Kondisi ini disebut oleh peneliti sebagai hipertensi intrakranial idiopatik (IIH) atau
juga disebut pseudotumor cerebria yang sangat rentan terjadi pada anak perempuan
berkulit putih. Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa, orang dengan kondisi
ini akan mengalami peningkatan tekanan disekitar otak yang tidak disebabkan oleh
penyakit lainya. Gejala yang muncul diantaranya sekit kepala , penglihatan kabut,
mual dan gerakan mata yang abnormal.hipertensi intrakranial idiopatik dapat
menyebabkan kebutaan pada hingga 10% pasien, jika tidak didiagnosis dan diobati
segera.
Dalam pengamatanya juga, para peneliti menganalisis data dari 900.000 anak-anak
usia 2-19 tahun dan mengidentifikasi 78 kasus hipertensi idiopatik. Sebanyak 85%
pasien dengan kondisi tersebut adalah perempuan berusia 11-19 tahun, hampir
setengah diantaranya berkulit putih dan 73% kelebihan berat badan atau obesitas.
Dibanding dengan anak yang memiliki berat badan normal, resiko tersebut 16 kali
lipat lebih tinggi pada anak-anak obesitas, 6 kali lebih tinggi pada anak-anak cukup
gemuk,dan 3,5 kali lebih tinggi pada anak-anak kelebihan berat badan.
-
7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS
10/10
Studi ini dipublikasikan pada 24 Mei 2012 dalamJournal of Pediatrics. Anak dengan
obesitas telah terbukti memiliki hubungan dengan penyakit serius. Oleh Dr. Sonu
Brara dari Kaiser Permanente Los Anggles Medical Center Neurology Departement.
Penelitian ini adalah bukti kuat hingga saat ini bahwa obesitas berhubungan dengan
resiko hipertensi intrakranial idiopatik pada anak-anak. Temuan ini juga menunjukan
bahwa epidemi obesitas kemungkinan akan menyebabkan meningkatkan motbiditas
dari IHH, termasuk kebutaan.