penyakit obesitas

Upload: andi-balladho-aspat-colle

Post on 10-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    1/10

    PENYAKIT OBESITAS

    1. Epidemiologi Penyakit ObesitasMasalah obesitas dan gizi lebih tidak hanya terjadi di negara yang sudah maju,

    tetapi mulai meningkat prevalensinya di negara berkembang. Dewasa ini masalah

    kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di

    negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup

    termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi

    merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan

    obesitas. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan energi dalam jangka waktu lamadimana asupan energi (dalam bentuk makanan) lebih besar dibandingkan pengeluarannya

    (basal metabolic rate (BMR).

    Menurut World Health Organization (WHO), obesitas didefenisikan sebagai

    kumpulan lemak berlebih yang dapat mengganggu kesehatan dengan Body Mass Index

    (BMI) 30 kg/m2.

    Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak

    tubuh yang berlebihan.

    Obesitas adalah keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yangjauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari

    yang diperlukan untuk fungsi tubuh.

    Cakupan epidemiologi penyakit obesitas dilihat dari :

    a. Frekuensi penyakit obesitasMenurut WHO, pada tahun 1995, ada sekitar 200 juta orang dewasa gemuk di seluruh

    dunia dan lain 18 juta balita diklasifikasikan sebagai kelebihan berat badan. Pada

    tahun 2000, jumlah orang dewasa obesitas telah meningkat menjadi lebih dari 300

    juta. Bertentangan dengan kebijaksanaan konvensional, epidemi obesitas tidak

    terbatas pada masyarakat industri, di negara-negara berkembang, diperkirakan bahwa

    lebih dari 115 juta orang menderita obesitas. Hasil penelitian survei Indeks Massa

    Tubuh (IMT) di 12 Kota di Indonesia tahun 1995 mendapatkan prevalensi gizi lebih

    sebesar 10,3% dan prevalensi obesitas sebesar 12,2% . Prevalensi gizi lebih ini

    mengalami peningkatan pada tahun 1999 sebesar 14% dan tahun 2000 sebesar 17,4%.

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    2/10

    Fenomena gizi lebih merupakan ancaman yang serius karena terjadi di berbagai

    strata ekonomi, pendidikan, desa-kota, dan lain sebagainya. Hal ini diketahui

    berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, 14% balita termasukgizi lebih, dimana besarannya hampir sama dengan balita kurus. Pada kelompok

    usia diatas 15 tahun prevalensi obesitas sudah mencapai 19.1%. Analisis lebih

    lanjut menunjukkan tidak terdapat perbedaan prevalensi Balita gizi lebih pada

    keluarga yang termiskin (13.7%) dengan keluarga terkaya (14.0%). Demikian pula

    tidak terdapat perbedaan menurut kelompok umur anak, jenis kelamin, pendidikan

    orang tua.

    Ada kecenderungan bahwa prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas

    meningkat di Indonesia dalam dekade terakhir. Kegemukan dan obesitas telah

    terbukti meningkatkan risiko beberapa penyakit degeneratif, termasuk diabetes

    melitus, penyakit jantung, hipertensi dan stroke, dan beberapa jenis kanker.

    Konsekuensi kesehatan berkisar dari peningkatan risiko kematian dini untuk

    kondisi kronis serius yang mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.

    Dengan menggunakan data dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT), analisis

    data dari 20,137 orang dewasa dilakukan, terdiri dari 9,390 pria dan wanita dari

    10,747 daerah perkotaan dan pedesaan. Studi ini menemukan bahwa prevalensi

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    3/10

    kelebihan berat badan adalah 7,2% di antara laki-laki dan 10,4% di kalangan

    perempuan. Prevalensi kelebihan berat badan lebih tinggi di perkotaan (10,8%)

    daripada di perdesaan (7,5%). Prevalensi obesitas pada wanita lebih dari dua kali

    (13,3%) dibandingkan dengan pria (5,3%), lebih tinggi di daerah perkotaan

    (12,8%) dibandingkan daerah perdesaan (7,1%). Puncak kelebihan berat badan dan

    obesitas yang ditemukan pada rentang usia 45 - 49 tahun. Sebagai kesimpulan,

    prevalensi overweight dan obesitas lebih tinggi di kedua aspek, pada wanita

    dibandingkan pria, dan di daerah perkotaan dari pada di daerah pedesaan.

    Prevalensi tinggi ditemukan pada usia 45-49 tahun.

    Prevalensi obesitas di Indonesia sendiri juga masih tinggi. Menurut data Riset

    Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi obesitas pada penduduk

    berusia 18 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 11,7%.

    Untuk Sultra Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007,

    prevalensi obesitas pada penduduk berusia 18 tahun berdasarkan Indeks Massa

    Tubuh (IMT) adalah 7,4%.

    Untuk Sultra Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010,

    prevalensi obesitas pada penduduk berusia 18 tahun berdasarkan Indeks Massa

    Tubuh (IMT) adalah 14,9% (laki-laki 5,0% dan perempuan 9,9%).

    b. Distribusi Penyakit ObesitasMenunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit

    atau masalah kesehatan, epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut menurut

    karakter/variabel orang, tempat, dan waktu.

    1. Berdasarkan karakter orangPenyakit obesitas dapat menyerang semua golongan umur mulai dari anak-

    anak, remaja maupun lansia. Berdasarkan penelitian juga menunjukkan bahwa

    diseluruh kawasan di dunia, wanita penderita obesitas lebih banyak dari pria

    hal ini terlihat pada saat wanita telah mengalami kehamilan dan pada saat

    monopause.

    Pada saat kehamilan jelas karena adanya peningkatan jaringan adiposa sebagai

    simpanan yang akan diperlukan selama masa menyusui.

    2. Berdasarkan karakter tempatPenyakit obesitas dapat terjadi di seluruh dunia, terutama dinegara-negara maju

    banyak terjadi. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya gaya hidup

    dari masyarakatnya yang serba instan dan pola makan yang tidak seimbang

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    4/10

    dengan aktifitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Di negara berkembang seperti

    Indonesia umumnya banyak terjadi di daerah perkotaan.

    3. Berdasarkan karakter waktuPenyakit obesitas tidak dipengaruhi oleh waktu karena penyakit ini dapat

    terjadi kapan saja. Lebih parah jika terjadi kondisi nafsu makan yang tidak

    terkontrol sehingga menyebabkan kelebihan asupan makanan yang berlebihan

    dapat terjadi.

    c. Determinan penyakit obesitasDeterminan adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi risiko

    terhadap terjadinya penyakit/ masalah kesehatan.

    Berdasarkan trias epidemiologi maka dapat ditentukan konsep penyebab timbulnya

    penyakit obesitas yaitu:

    1. HostHost ialah semua factor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi

    timbulnya serta perjalanan penyakit. Dalam hal ini, yang berperan sebagai factor

    pejamu dalam timbulnya serta perjalanan penyakit obesitas yang timbul

    dipengaruhi oleh banyak factor di dalamnya, antara lain yaitu :

    a) Factor GenetikObesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.

    Telah lama diamati bahwa anak-anak obesita umumnya berasal dari keluarga

    dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas maka kira-kira

    40%-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila kedua orang

    tuanya obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Barangkali saja

    timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena

    kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor

    genetis yang khusus. Tetapi obesitas terjadi tidak hanya ditimbulkan berbagi

    gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    5/10

    terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan factor gaya hidup

    dengan factor genetic. Hanya saja penelitian di laboratorium gizi Dunia di

    Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran faktor genetis. Penelitian

    terbaru menunjukkan bahwa rata-rata factor genetic memberikan pengaruh

    sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

    b) UmurObesitas dapat terjadi pada seluruh golongan umur, baik pada anak-anak

    sampai pada orang dewasa. Obesitas dapat terjadi ketika dalam tubuhnya

    trejadi ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energy,

    dimana konsumsi kalori (energy intake) terlalu banyak dibandingkan dengan

    kebutuhan atau pemakaian energy (energy expenditure). Dalam hal ini asupan

    energy yang berlebihan tanpa diimbangi aktivitas fisik rata-rata per hari yang

    seimbang maka akan mempermudah terjaidnya kegemukan atau obesitas pada

    seseorang.

    c) Kurangnya aktivitas fisikKurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama

    dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang

    makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.

    Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak

    melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Obesitas

    banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan

    kebanyakan duduk. Dimasa industri sekarang ini, dengan meningkatnya

    mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau

    sedikit menggunakan tenaga untuk aktivitas sehari-hari

    Seseorang yang sering berolahraga atau beraktivitas maka lemak dalam

    tubuhnya akan di bakar sedangkan seseorang yang tidak melakukan aktivitas

    fisik akan semakin banyak timbunan lemak dalam tubuhnya sehingga

    kemungkinan untuk menjadi obesitas jauh lebih besar.

    d) Kebiasaan makan yang burukKebiasaan konsumsi fast foos, minuman manis maupun makanan kemasan,

    memiliki kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan

    tersebut merupakan makanan yang tingi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai

    gizi rendah.

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    6/10

    e) Factor perkembanganPenambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan

    bertambahnya jumlah lemak yang di simpan dalam tubuh. Penderita obesitas,

    terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel

    lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat

    badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi , karena itu

    penurunan berat badan hanya dilakukan dengan cara mengurangi jumlah

    lemak dalam setiap sel.

    f) Faktor FisikApa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan

    makannya. Banyak orangyang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

    makan. Faktor stabilitas emosi diketahui berkaitan dengan obesitas. Keadaan

    obesitas dapat merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam,

    dan ini merupakan suatu pelindung penting bagi yang bersangkutan. Dalam

    keadaan semacam ini menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan

    alternatif yang memuaskan, justru akan memperberat masalah

    2. AgentAgent merupakan suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau

    ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu

    penyakit. Adapun agent dalam penyakit obesitas adalah factor nutrisi yaitu

    kelebihan kalori terutama karbohidrat dan lemak.

    3. LingkunganLingkungan yang mempengaruhi munculnya penyakit obesitas yaitu :

    Fisik : iklim, musim- produksi makanan berlimpah

    Ekonomi : kemampuan daya beli cukup

    Sosial : keinginan orang tua memberi makan kepada anak melebihi kebutuhan

    nutrisi.

    Dalam lingkungan termasuk pula gaya hidup atau pola makan dalam keluarga

    tersebut dapat memicu munculnya penyakit obesitas.

    2. Riwayat Alamiah PenyakitRiwayat alamiah penyakit (Natural History of Disease) adalah perkembangan suatu

    penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga

    suatu penyakit berlangsung secara natural. Pada umumnya secara umum RAP dibagi

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    7/10

    menjadi 3 tahap, yakni tahap patogenesis, pre-patogenesis (masa inkubasi, penyakit

    dini dan penyakit lanjut), dan tahap pasca patogenesis (penyakit akhir).

    Adapun riwayat alamiah penyakit obesitas yaitu :

    Periode prepathogenesisPada fase ini penyakit belum berkembang tapi kondisi yang melatar belakangi

    untuk terjadinya penyakit telah ada.

    Interaksi awal antara agent host environment menghasilkan stimulus yang

    berupa kelebihan kalori.

    Periode pathogenesis Interaksi lanjutan antara stimulus dengan host yang menghasilkan respons

    berupa (a) akumulasi lemak jaringan, (b) meningkatnya berat badan melebihi

    standard berdasarkan umur, sex dan tinggi badan, (c) distribusi lemak secara

    menyeluruh pada tubuh. Fase ini masih dalam clinical inapparent.

    Bila reaksi antara stimulus dan host terus berlanjut dan telah melibatkansystem organ maka akan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda klinis sehingga

    terjadi hal-hal seperti: (a) penurunan efisiensi kerja dan aktifitas fisik, (b) efek

    penurunan mortalitas meningkat oleh karena aterosklerosis, hipertensi dan

    diabetes.

    Akhir perjalanan penyakit dapat berupa:a. Sembuh normal kembali

    b. Defect hipertensi, diabetesc. Disabilitas sulit bergerakd. Meninggal

    3. Five Level PreventionAdapun 5 tahap pencegahan penyakit obesitas adalah sebagai berikut :

    a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses

    bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia

    dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan.

    Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Untuk penyakit obesitas dapat

    dilakukan melalui pendidikan kesehatan tentang bahaya obesitas dan pengaturan

    pola makan yang baik serta melalui olahraga secara teratur.

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    8/10

    b. Perlindungan Khusus (Specific Protection)Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,

    menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap

    prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini

    dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit

    tertentu. Untuk penyakit obesitas dapat dilakukan melalui aktivitas fisik yang

    cukup sehingga terjadi pembakaran lemak dalam tubuh.

    c. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (earlydiagnosis and prompt treatment)

    Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan

    penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat, misalnya dengan melakukan

    olah raga dengan teratur karena disamping mempercepat metabolisme, juga dapat

    membuat kondisi tubuh lebih segar dan dapat menambah estetika. Olah raga

    dimaksudkan agar jumlah kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada

    jumlah kalori yang masuk. Dengan olah raga yang baik akan terjadi peningkatan

    metabolisme.

    d. Pembatasan Kecatatan (Dissability Limitation)Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan

    penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat,

    menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan

    yang akan timbul. Bagi penderita obesitas pembatasan kecatatan dapat dilakukan

    dengan diet rendah kalori atau penggunaan obat-obatan untuk menurunkan berat

    badan. Misalanya obat yang meningkatkan/mempercepat metabolisme tubuh

    misalnya preparat tiroid, obat pemacu keluarnya cairan tubuh misalnya diuretika;

    pencahar. Namun obat-obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan

    menyebabkan efek samping sangat merugikan tubuh. Oleh karena itu

    penggunaannya sebaiknya disertai kontrol ketat.

    e. Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke

    masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak

    menjadi beban orang lain. Bagi penderita obesitas tahap rehabilitasi dapat

    dilakukan melalui memberikan peran sosial atau mengembalikan peran sosialnya

    seperti semula sehingga dia merasa di terima oleh masyarakat.

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    9/10

    4. Ciri Khas dari Penyakit ObesitasCiri khasnya bahwa obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari

    konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan

    lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.

    Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan, antara

    lain :

    Dikatakan obesitas tingkat ringan bila kelebihan berat badan 20-40% di atas berat

    badan ideal, dan dikatakan obesitas tingkat sedang apabila kelebihan berat badan 41-

    100% di atas berat badan ideal. Dan yang terakhir dikatkan obesitas tingkat berat dan

    membutuhkan kewaspadaan tinggi, apabila mengalami kelebihan berat badan >100%

    diatas berat badan ideal.

    Yang secara umum bahwa penderita obesitas adalah penderita yang memiliki berat

    badan 120% diatas berat badan normal/idealnya.

    5. Curent issuSebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat mengidentifikasikan, beberapa anak

    yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko peningkatan masalah pada

    otak yang dapat menimbulkan kebutaan.

    Kondisi ini disebut oleh peneliti sebagai hipertensi intrakranial idiopatik (IIH) atau

    juga disebut pseudotumor cerebria yang sangat rentan terjadi pada anak perempuan

    berkulit putih. Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa, orang dengan kondisi

    ini akan mengalami peningkatan tekanan disekitar otak yang tidak disebabkan oleh

    penyakit lainya. Gejala yang muncul diantaranya sekit kepala , penglihatan kabut,

    mual dan gerakan mata yang abnormal.hipertensi intrakranial idiopatik dapat

    menyebabkan kebutaan pada hingga 10% pasien, jika tidak didiagnosis dan diobati

    segera.

    Dalam pengamatanya juga, para peneliti menganalisis data dari 900.000 anak-anak

    usia 2-19 tahun dan mengidentifikasi 78 kasus hipertensi idiopatik. Sebanyak 85%

    pasien dengan kondisi tersebut adalah perempuan berusia 11-19 tahun, hampir

    setengah diantaranya berkulit putih dan 73% kelebihan berat badan atau obesitas.

    Dibanding dengan anak yang memiliki berat badan normal, resiko tersebut 16 kali

    lipat lebih tinggi pada anak-anak obesitas, 6 kali lebih tinggi pada anak-anak cukup

    gemuk,dan 3,5 kali lebih tinggi pada anak-anak kelebihan berat badan.

  • 7/22/2019 PENYAKIT OBESITAS

    10/10

    Studi ini dipublikasikan pada 24 Mei 2012 dalamJournal of Pediatrics. Anak dengan

    obesitas telah terbukti memiliki hubungan dengan penyakit serius. Oleh Dr. Sonu

    Brara dari Kaiser Permanente Los Anggles Medical Center Neurology Departement.

    Penelitian ini adalah bukti kuat hingga saat ini bahwa obesitas berhubungan dengan

    resiko hipertensi intrakranial idiopatik pada anak-anak. Temuan ini juga menunjukan

    bahwa epidemi obesitas kemungkinan akan menyebabkan meningkatkan motbiditas

    dari IHH, termasuk kebutaan.