penyakit nipah dan hendra

13
1. Pendahuluan Penyakit menular saat ini merupakan suatu masalah besar dan menjadi ancaman global. Timbulnya berbagai macam penyakit tersebut tidak bisa terlepas dari dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang menimbulkan gangguan keseimbangan pada ekosistem. Dalam keadaan seperti ini dapat memicu berbagai penyakit baru (emerging disease), atau penyakit yang sudah lama dapat muncul kembali (re-emerging disease). 1 Dalam beberapa tahun terakhir banyak Negara telah melaporkan berbagai penyakit zoonosis yang sangat berbahaya, antara lain Lyssavirus, Menangle Japanese encephalitis, Hendra dan Nipah (Sendow, 2004). 2 Penyakit Hendra dan Nipah adalah penyakit yang termasuk dalam New Emerging Disease (NED). Penyakit ini merupakan penyakit virus bersumber binatang yang baru saja di temukan dengan gejala utama encephalitis (Chin, 2012). 3 Nama penyakit Hendra diberikan karena terjadinya Wabah penyakit di daerah Hendra, pinggiran kota Brisbane, Queensland (Drminto). Sedangkan, nama penyakit Nipah diberikan sesuai dengan nama tempat kejadian di desa Sungai Nipah Negeri 1 Sjamsul Bahri dan T. Syafriati, “Mewaspadai Munculnya Beberapa Penyakit Hewan Menular Strategis di Indonesia terkait dengan Pemanasan Global dan Perubahan Iklimdalam Wartazoa Vol. 21 No. 1 Th. 2011, h. 25 2 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, “Penyakit Nipah dan Situasinya di Indonesia” dalam Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004, h.85 3 James Chin, Manual Pemberantasan Penyakit Menular , terjemahan I Nyoman Kandun (Jakarta: Infomedika, Cet. IV, 2012), h. 281 1

Upload: rini-septiani

Post on 23-Oct-2015

166 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

NED

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit Nipah Dan Hendra

1. Pendahuluan

Penyakit menular saat ini merupakan suatu masalah besar dan menjadi ancaman

global. Timbulnya berbagai macam penyakit tersebut tidak bisa terlepas dari dampak

pemanasan global dan perubahan iklim yang menimbulkan gangguan keseimbangan

pada ekosistem. Dalam keadaan seperti ini dapat memicu berbagai penyakit baru

(emerging disease), atau penyakit yang sudah lama dapat muncul kembali (re-

emerging disease).1 Dalam beberapa tahun terakhir banyak Negara telah melaporkan

berbagai penyakit zoonosis yang sangat berbahaya, antara lain Lyssavirus, Menangle

Japanese encephalitis, Hendra dan Nipah (Sendow, 2004).2

Penyakit Hendra dan Nipah adalah penyakit yang termasuk dalam New Emerging

Disease (NED). Penyakit ini merupakan penyakit virus bersumber binatang yang

baru saja di temukan dengan gejala utama encephalitis (Chin, 2012).3 Nama penyakit

Hendra diberikan karena terjadinya Wabah penyakit di daerah Hendra, pinggiran kota

Brisbane, Queensland (Drminto). Sedangkan, nama penyakit Nipah diberikan sesuai

dengan nama tempat kejadian di desa Sungai Nipah Negeri Sembilan (Bahri dan

Syafriati, 2011).4 Kasus kedua penyakit tersebut memang belum pernah dilaporkan

di Indonesia, tetapi penyebaran virus ini harus terus dipantau. Penyakit Hendra dilaporkan

terjadi di Australia mulai tahun 1994 dan sejauh ini baru diketahui menyerang kuda dan manusia

(Darminto). Penyakit ini menyebabkan seorang korban manusia meninggal dunia dan 14 ekor kuda

mati dan dibunuh karena menderita sakit akut dan parah (Selvey dan Sheridan, 1994 dalam Darminto).

Sedangkan wabah Nipah pertama kali dilaporkan di Malaysia pada bulan September

tahun 1998. Sejak saat itu sampai dengan bulan April tahun 1999 penyakit Nipah

telah menyebabkan 105 orang meninggal dunia dan 1,1 juta ekor babi dimusnahkan

(Sendow, 2004).5 Penyakit ini kemudian menyebar ke Singapura, dan menginfeksi 11

1 Sjamsul Bahri dan T. Syafriati, “Mewaspadai Munculnya Beberapa Penyakit Hewan Menular Strategis di Indonesia terkait dengan Pemanasan Global dan Perubahan Iklim” dalam Wartazoa Vol. 21 No. 1 Th. 2011, h. 25

2 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, “Penyakit Nipah dan Situasinya di Indonesia” dalam Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004, h.85

3 James Chin, Manual Pemberantasan Penyakit Menular , terjemahan I Nyoman Kandun (Jakarta: Infomedika, Cet. IV, 2012), h. 281

4 Sjamsul Bahri dan T. Syafriati, op.cit, h. 325 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, loc. cit

1

Page 2: Penyakit Nipah Dan Hendra

orang pekerja di Rumah Potong Hewan yang menangani babi yang berasal dari

Malaysia yang telah terinfeksi virus Nipah (BBPV,). 6

Di Indonesia, kasus Nipah pada kelelawar dan babi belum pernah dilaporkan

secara klinis. Kasus ensefalitis banyak terdapat di Indonesia, namun dari kasus

tersebut yang terinfeksi penyakit Nipah belum pernah dilaporkan (Sendow, 2004).7

Akan tetapi kasus impor Nipah dari Malaysia melalui manusia telah dilaporkan

terjadi pada dua orang Indonesia yang bekerja di salah satu peternakan babi yang

terkena wabah Nipah di Malaysia, mengalami gejala ensefalitis kemudian meninggal

di Rumah Sakit Umum Batam pada tahun 1999 (BBPV,).8

Data tersebut telah cukup mewakili untuk menggambarkan keganasan virus

tersebut. Terlebih lagi, secara geografis Malaysia merupakan negara tetangga terdekat

sehingga penyakit Nipah menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan manusia dan

peternakan babi di Indonesia (BBPV,).9 Begitu pula dengan penyakit Hendra, dimana

penyakit ini memiliki potensi penyebaran yang cukup tinggi dan menyebabkan

kematian pada banyak orang sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap

kesehatan masyarakat. Perjalanan kedua penyakit tersebut masih belum jelas

diketahui, namun spectrum perjalanan penyakit tersebut bervariasi mulai dari yang

paling ringan sampai dengan koma dan diakhiri dengan kematian, gejala penyakit ini

antara lain berupa demam, sakit kepala dengan derajat yang berbeda, sakit

tenggorokan, dizziness, drownsiness, dan disorientasi (Chin, 2012).10

Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan serologis dengan ditemukan

antibody IgM dan IgG dengan menggunakan teknik antibody Capture ELISA atau

netralisasi serum. Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan isolasi virus yang

berasal dari jaringan terinfeksi (Chin, 2011).11 Apabila terjadi wabah kedua penyakit

6 Balai Besar Penelitian Veteriner, “Penyakit Nipah “ artikel diakses pada 5 Maret 2013 dari http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/component/content/article/37-berita-utama/223-penyakit-nipah

7 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, op.cit, h.698 Balai Besar Penelitian Veteriner, loc.cit9 Balai Besar Penelitian Veteriner, “Ancaman Virus Nipah Bagi Indonesia” artikel diakses pada 5

Maret 2013 dari http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/component/content/article/37-berita-utama/274-ancaman-virus-nipah-bagi-indonesia

10 James Chin, loc.cit 11 James Chin, op.cit, h. 282

2

Page 3: Penyakit Nipah Dan Hendra

tersebut terjadi di indonesia dapat mengakibatkan kemalangan pada seluruh

penduduknya. Seperti yang telah terjadi di Malaysia, sebagai dampak dari wabah

Nipah, diantaranya adalah pemusnahan jutaan babi, baik babi yang sakit maupun

yang tertular dari suatu peternakan, penutupan ekspor babi, penutupan industri babi di

daerah tersebut yang akhirnya mengakibatkan terjadinya pengangguran tenaga kerja

(Sendow, 2004).12

2. Penyebab Penyakit

Penyakit Hendra dan Nipah disebabkan oleh virus yang merupakan virus

ribonucleic acid (RNA), dan termasuk dalam genus Morbilivirus, famili

Paramyxoviridae. Virus Nipah mempunyai amplop dan berdiameter antara 160 nm

hingga 300 nm. Virus ini tidak tahan terhadap bahan pelarut lemak, seperti eter,

formalin, ß-propiolakton dan detergen. Selain itu, virus Nipah tidak tahan terhadap

pH asam serta pemanasan pada suhu 56˚C selama lebih dari 1 jam. Namun demikian,

virus ini sangat stabil pada kondisi suhu -70˚C dan pada pH 7,0-8,0 (Sendow, 2005).13

3. Cara penularan Di Australia, terjadinya kesakitan pada manusia akibat penyakit Hendra dapat

disebabakan setelah adanya paparan ataupun kontak langsung terhadap cairan tubuh

ataupun ekskresi dari kuda yang terinfeksi oleh hendra virus (CDC, 2012). Selain itu, bukti

menunjukkan bahwa penularan penyakit Nipah dapat terjadi terutama melalui kontak

langsung dengan babi yang terinfeksi virus Nipah atau dengan jaringan yang

terkontaminasi (Sendow, 2004).14 Rute penularan melalui oral dan nasal dicurigai

terjadi pada beberapa kasus kedua penyakit tersebut, namun tidak dapat dibuktikan

(Chin, 2012).15 Mengingat lokasi geografis Indonesia sangat berdekatan dengan

Malaysia, maka dapat terjadi kemungkinan berpindahnya penyakit tersebut ke

Indonesia melalui berbagai cara, seperti importasi ternak babi dan produknya, serta

12 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, op.cit, h.6813 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, op.cit, h.6714 James Chin, loc.cit 15 James Chin, loc.cit

3

Page 4: Penyakit Nipah Dan Hendra

melalui perpindahan satwa liar, dalam hal ini kelelawar (Sendow, 2004).16 Masa

inkubasi penyakit ini dapat berlangsung dari 4 sampai dengan 18 hari, kecuali virus

Hendra dapat berlangsung sampai dengan 3 bulan.

4. Reservoir

Kelelawar diduga merupakan reservoir (induk semang) yang baik bagi penularan

virus Nipah. Namun demikian, kelelawar tidak dapat menularkan penyakit ini

langsung ke hewan lainnya, melainkan melalui hewan babi. Babi merupakan inang

yang dapat mengamplifikasi virus Nipah dalam jumlah cukup besar sehingga siap

menular ke hewan babi lainnya, ke kuda, anjing, serta manusia (BBPV, ).17 Hasil

penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kelelawar (flying fox) yang terdapat di Australia dan

Papua New Guinea kemungkinan besar merupakan induk semang alami (natural host) bagi

Hendra virus (HALPIN et al., 1996; YOUNG, 1996 dalam Darmito).

Virus Nipah diketahui dapat menginfeksi ternak babi, kuda, kucing, anjing,

kelelawar (fruit bat; genus Pteropus), kambing, burung dan tikus. Namun demikian,

gejala klinis penyakit hanya akan terlihat dengan jelas pada hewan babi (Daniels et

al . 1999; Nordin dan Ong, 1999 dalam Sendow, 2004).18 Virus Hendra pada kuda

dan Virus Nipah pada ternak babi mengakibatkan demam akut yang mengakibatkan

gangguan pernapasan berat dan gangguan susunan saraf pusat (CNS) yang dapat

mengakibatkan kematian. Anjing yang tertular oleh virus Nipah menunjukkan gejala

mirip dengan penyakit distemper tetapi peran anjing secara epidemiologis belum

diketahui dengan jelas. Kuda dengan hasil seropositif terhadap virus Nipah juga

ditemukan, tetapi peran mereka terhadap infeksi pada manusia secara epidemiologis

belum jelas. Pemeriksaan serologis virus Nipah pada kucing, kambing, ternak, tikus,

dan burung telah dilakukan pada pertengahan tahun 1999, namun pemeriksaan ini

belum tuntas (Chin, 2010).19

16 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, op.cit, h.6617 Balai Besar Penelitian Veteriner, “Penyakit Nipah “, loc.cit18 Indrawati Sendow dan R.M. Abdul Adjid, op.cit, h.6719 James Chin, loc.cit

4

Page 5: Penyakit Nipah Dan Hendra

Hingga tahun 2001 sekitar 5 hingga 32% kelelawar pemakan buah di Malaysia

mempunyai antibodi terhadap virus Nipah dengan prevalensi tertinggi ditemukan

pada spesies Pteropus hypomelanus. Secara serologis, Nipah pada Pteropus spp. juga

telah dilaporkan di beberapa negara Asia seperti Banglades, Kamboja, Filipina dan

Australia (BBPV, ).20 Namun hingga saat ini belum ada laporan yang menyatakan

bahwa virus Nipah menyebabkan kematian atau kesakitan pada kelelawar. Kelelawar

yang terinfeksi tampak sehat meskipun antibodi dapat terdeteksi (BBPV, ). 21

Hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan Balai Penelitian Veteriner

Bogor menunjukkan bahwa sejumlah ternak babi di wilayah Riau, Sumatera Utara,

Sulawesi Utara dan Jawa Barat masih negatif terhadap infeksi Nipah secara serologis.

Sementara itu hewan reservoir, kelelawar pemakan buah, yang berasal dari Sumatera

Utara, Jawa Barat dan Jawa Timur terbukti mengandung antibodi terhadap infeksi

Nipah balk dengan uji ELISA maupun serum netralisasi (BBPV, ).22

Sumatera Utara mempunyai prevalensi reaktor terbesar yaitu 30%. Tingginya

prevalensi tersebut diduga ada kaitannya dengan letak geografis Pulau Sumatera yang

dekat dengan Malaysia. Pada tahun 2005 dilaporkan bahwa P.vampyrus di

Peninsular, Malaysia, yang dipasang chips dan dimonitor aktivitasnya melalui satelit,

dapat bermigrasi ke Pulau Sumatera, untuk tinggal selama beberapa minggu, untuk

selanjutnya kembali terbang ke Peninsular, Malaysia (BBPV, ).23 Dapat disimpulkan

bahwa kelelawar di beberapa wilayah Indonesia telah terinfeksi oleh virus Nipah

yang berpotensi untuk menulari babi di wilayah tersebut.

5. Pencegahan dan penanganan Penyakit

A. Dalam rangka pencegahan dan pengendalian Nipah beberapa hal yang dapat

dilakukan yaitu (BBPV, ): 24

20 Balai Besar Penelitian Veteriner, “Penyakit Nipah “, loc.cit21 Ibid 22Ibid23Ibid 24 Ibid

5

Page 6: Penyakit Nipah Dan Hendra

Vaksinasi, baik pada hewan maupun pada manusia, terutama pekerja di

peternakan babi dan rumah potong hewan. Akan tetapi vaksinasi Nipah belum

dilakukan sampai saat ini, karena pembuatan vaksin Nipah dinilai tidak

ekonomis.

Pemberian obat-obatan secara simptomatis dan antibiotik perlu diberikan untuk

mencegah terjadinya infeksi sekunder dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Survey serologis secara berkala yang sejalan dengan kebijakan test and

slaughter, merupakan pilihan yang paling baik dan efektif saat ini dalam

mengidentifikasi penyebaran infeksi Nipah, sehingga penanggulangannya dapat

diantisipasi sedini mungkin.

Karantina yang ketat, terutama di daerah pintu masuk mutlak diterapkan.

Sertifikasi bebas Nipah terhadap ternak yang rentan ketika akan memasuki

wilayah Indonesia.

Peternakan babi sebaiknya berlokasi jauh dari pemukiman penduduk serta tidak

berdekatan dengan sarang kelelawar yang dapat bertindak sebagai induk

semang reservoir.

Lahan atau area kosong pada peternakan babi tidak ditanami dengan tanaman

buah yang akan mengundang kedatangan kelelawar ke lokasi peternakan

tersebut.

Untuk mengeliminasi kasus wabah yang mungkin terjadi, perlu dilakukan

upaya-upaya agar perubahan ekologi hutan tidak banyak mempengaruhi

fasilitas makanan bagi penghuni hutan, sehingga penyebaran penyakit-penyakit

eksotis dapat dicegah lebih dini dan lebih arif.

Diagnosis yang tepat perlu segera diadakan agar deteksi dini terhadap penyakit

ini dapat diketahui lebih awal, monitoring surveilan terhadap industri babi dan

kalong harus dilakukan.

Hal yang dilakukan terhadap upaya pencegahan dan pengendalian penyakit Nipah

dapat diterapkan juga pada upaya pencegahan dan pengendalin penyakit Hendra

terhadap binatang yang berpotensi untuk menularkan penyakit ini, seperti kuda.

6

Page 7: Penyakit Nipah Dan Hendra

B. Penanganan wabah (Chin, 2012)25

Kewaspadaan agar tidak tertulari dengan cara yang tepat harus dilakukan oleh

para pekerja dipeternakan seperti penggunaan pakaian pelindung, sepatu boots,

sarung tangan, baju panjang, kacamata dan pelindung muka, dan mencuci

tangan dan bagian tubuh lainnyadengan sabun sebelum meninggalkan

peternakan.

Pemusnaan secara masal kuda dan babi yang terinfeksi dengan mengubur dan

membakar bangkainya dibawah pengawasan yang ketat dari pemerintah

Memberlakukan pelarangan penindahan dari peternakan yang terinfeksi

ketempat lain.

C. Tindakan internasional: berlakukan pelarangan ekspor kuda atau babi dan produk

hewan tersebut dari daerah terjangkit (Chin, 2012). 26

6. Simpulan

Penyakit Nipah tergolong dalam New Emerging Disease (NED), yang berarti

penyakit ini baru muncul dalam 20 tahun terakhir, disebabkan oleh virus dari famili

25 James Chin, op.cit, h.28326 James Chin, loc.cit

7

Page 8: Penyakit Nipah Dan Hendra

Paramyxoviridae. Penyakit ini dapat menular dari hewan kepada manusia (zoonosis)

dan pertama kali ditemukan di Malaysia, babi yang terinfeksi virus ini dapat

menularkannya pada manusia. Walaupun penyakit ini belum pernah menginfeksi

orang-orang yang tinggal Indonesia, kegiatan surveilan unuk memantau

perkembangan penyakit ini, terutama di daerah perbatasan harus terus dilaksanakan

sehingga bisa mencegah meluasnya penyakit ini di Indonesia.

Daftar Pustaka

Bahri, Sjamsul dan T. Syafriati. “Mewaspadai Munculnya Beberapa Penyakit Hewan

Menular Strategis di Indonesia terkait dengan Pemanasan Global dan

Perubahan Iklim” dalam WARTAZOA Vol. 21 No. 1 Th. 2011. h. 25

Balai Besar Penelitian Veteriner. “Penyakit Nipah “ artikel diakses pada 5 Maret

2013 dari

http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/component/content/article/

37-berita-utama/223-penyakit-nipah

. “Ancaman Virus Nipah Bagi Indonesia” artikel diakses pada 5 Maret 2013

dari http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/component/content/

article/37-berita-utama/274-ancaman-virus-nipah-bagi-indonesia

Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular . Terjemahan I Nyoman

Kandun. Jakarta: Infomedika. Cet. IV. 2012

Sendow, Indrawati dan R.M. Abdul Adjid. “Penyakit Nipah dan Situasinya di

Indonesia” dalam Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004. h.85

PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS YANG BERKAITAN DENGAN ENCEPHALITIS

DARMINTO, SJAMSUL BAHRI, dan MUHARAM SAEPULLOH

8

Page 9: Penyakit Nipah Dan Hendra

WARTAZOA Vol. 9 No. 1 Th. 1999

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs329/en/

Hendra virus

Fact sheet N°329

July 2009

http://www.cdc.gov/ncidod/dvrd/spb/mnpages/dispages/nipah.htm

Hendra Virus Disease and Nipah Virus Encephalitis

9