metode pelaksanaan jl. nipah kuning i

10
METODE PELAKSANAAN I. INFORMASI PENGADAAN 1. SKPD : DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PONTIANAK 2. Paket Pekerjaan : PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN KOTA PONTIANAK 3. Nama Paket : PEMBANGUNAN JL. NIPAH KUNING I 4. Jangka waktu pelaksanaan : 120 (SERATUS DUA PULUH) HARI KALENDER 5. Propinsi : KALIMANTAN BARAT 6. Sumber Dana : APBD PEMERINTAH KOTA PONTIANAK 7. Tahun Anggaran : 2015 II. LINGKUP PEKERJAAN A. Pekerjaan Persiapan meliputi : 1. Pengukuran dan Pematokan (stake out) 2. Dokumentasi Proyek 0% 3. Pembuatan Papan nama proyek 4. Pembuatan Shop Drawing dll. B. Uraian Pekerjaan : I DIVISI. I UMUM II DIVISI. 2 DRAINASE III DIVISI. 3 PEKERJAAN TANAH IV DIVISI. 5 PERKERASAN BERBUTIR V DIVISI. 7 STRUKTUR III. MANAJEMEN PROYEK Pada Pelaksanaan pekerjaan di proyek ini akan dikelola oleh tenaga-tenaga yang berkompeten dari CV. FIRDAUS yang telah berpengalaman dalam penanganan proyek- CV. FIRDAUS Hal. dari

Upload: chaphoenks

Post on 26-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

metode pelaksanaan

TRANSCRIPT

A

METODE PELAKSANAANI. INFORMASI PENGADAAN

1. SKPD:DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PONTIANAK2. Paket Pekerjaan:PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN KOTA PONTIANAK3. Nama Paket:PEMBANGUNAN JL. NIPAH KUNING I4. Jangka waktu pelaksanaan :120 (SERATUS DUA PULUH) HARI KALENDER5. Propinsi :KALIMANTAN BARAT6. Sumber Dana: APBD PEMERINTAH KOTA PONTIANAK7. Tahun Anggaran: 2015II. LINGKUP PEKERJAAN

A. Pekerjaan Persiapan meliputi:

1. Pengukuran dan Pematokan (stake out)

2. Dokumentasi Proyek 0%

3. Pembuatan Papan nama proyek

4. Pembuatan Shop Drawing dll.

B. Uraian Pekerjaan:

IDIVISI. I UMUM

IIDIVISI. 2 DRAINASE

IIIDIVISI. 3 PEKERJAAN TANAH

IV DIVISI. 5 PERKERASAN BERBUTIR

V DIVISI. 7 STRUKTUR

III. MANAJEMEN PROYEK

Pada Pelaksanaan pekerjaan di proyek ini akan dikelola oleh tenaga-tenaga yang berkompeten dari CV. FIRDAUS yang telah berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek sejenis, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan sesuai harapan semua pihak terkait.

1) Struktur Organisasi

Pelaksanaan proyek di lapangan dikelola oleh suatu tim manajemen yang dipimpin Site Manager yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dibantu oleh tenaga Ahli antara lain Pelaksana Lapangan, Surveyor, Drafter dan beberapa tenaga staf serta tenaga pelaksana lapangan yang mempunyai kompetensi di bidangnya masing-masing.

Site Manager memimpin seluruh kegiatan di proyek, baik di bidang administrasi kontrak, teknik, keuangan, maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Untuk masalah teknik/engineering dan quality control, Site Manager dibantu oleh Highway Engineer, Quality Engineer dan Quantity Engineer beserta stafnya.

Urusan keuangan, administrasi umum, dan personalia, dibantu oleh Bagian Personalia dan Keuangan beserta stafnya. Urusan logistik dan peralatan, dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan.

Dengan pengelolaan manajemen proyek diusahakan adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak terkait, dengan harapan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik sesuai rencana yang dipersyaratkan.

2) Sub Kontraktor

Dalam pelaksanaan proyek ini, Kontraktor Utama akan dibantu oleh Sub Kontraktor yang akan ditentukan kemudian untuk Item Pekerjaan yang telah ditentukan.

IV. METODA PENCAPAIAN SASARAN PROYEK

Agar sistem manajemen dapat berjalan dengan baik, CV. FIRDAUS telah mengeluarkan Kebijakan Mutu untuk memberikan Jaminan Mutu terhadap proses yang dihasilkan. Sistem manajemen tersebut di atas dalam pelaksanaannya ditunjang dengan sarana-sarana lain, berupa perangkat lunak (software) sebagai sarana pengendali, dan perangkat keras (hardware) sebagai sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas,

Site Manager sebagai Kepala Proyek

Pelaksana Lapangan serta staf inti proyek.

Surveyor beserta staff. Drafter dan staff. Pekerja (mandor, tukang, kenek, operator, pengaman lalu lintas).

Personel yang akan ditugaskan sebagai personel inti dalam organisasi proyek, dipilih yang telah berpengalaman dalam proyek sejenis. Sementara tenaga kerja yang terampil akan dipilih dan didatangkan dari daerah setempat atau dari luar daerah.

V. Metode Pengendalian Proyek

Methode pengendalian di proyek dapat dijelaskan pada skema di bawah ini:

Pemilihan Alat

Diusahakan pemilihan peralatan secara tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitasnya, disesuaikan dengan kondisi lapangan dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk menjamin tercapainya sasaran pelaksanaan pekerjaan, yakni tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.

Pengadaan Bahan

Pendatangan bahan - bahan dikendalikan oleh bagian logistik dengan mengikuti pada jadwal kebutuhan material dan spesifikasi teknik.

Pengamanan (Security)

Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, perusahaan menyediakan tenaga keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas dalam hal,

Pengamanan terhadap proyek pada umumnya

Pengamanan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk pencegahan dari pencurian.

Program K3

Untuk menjamin akan terlaksananya program K3 maka manajemen CV. FIRDAUS menerapkan adanya mutu pekerjaan dan pelayanan serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilaksanakan dan terpelihara disemua tingkatan proses sehingga dapat memberikan jaminan yang pasti terhadap setiap bentuk jasa konstruksi yang diberikan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 menjadi pilihan bagi terciptanya suatu jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan kepuasan bagi perusahaan, karyawan serta customer melalui serangkaian kegiatan proses yang terstruktur dan meningkat secara terus menerus di semua lini di PT. Indoyasa Mandiri Pratama yang menjadi standar pelaksanaan manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja serta nantinya diharapkan penerapannya dapat dilaksanakan dengan baik secara efektif.VI. KOORDINASI ANTAR DISIPLIN

Dalam proses penyelesaian secara menyeluruh, keterbatasan areal yang ada dapat saling mempengaruhi kelancaran pelaksanaan masing-masing pekerjaan, misalnya perbaikan lantai jembatan beton dan kelancaran lalu lintas di sekitarnya, dll. Disamping itu keterlibatan beberapa sub kontraktor, para mandor, sampai dengan tenaga harian lepas, juga turut meramaikan areal kerja.Oleh karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi yang baik dan terpadu, untuk menghindari terjadinya hambatan pada pelaksanaan salah satu jenis pekerjaan yang akan mempengaruhi pekerjaan lainnya.

Untuk mengatur kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan akan dilaksanakan:

Rapat Koordinasi

Rapat koordinasi lengkap diadakan seminggu sekali yang dihadiri oleh para personil inti terkait, pelaksana lapangan, para sub kontraktor, sampai dengan para mandor, yang berfungsi membahas dan mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, yang menyangkut evaluasi realisasi terhadap rencana, program pelaksanaan pekerjaan yang akan datang, dan hambatan yang dihadapi selama pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Program dan Scheduling.

Jadwal pelaksanaan pekerjaan akan dijabarkan secara lebih mendetail secara bulanan maupun mingguan, yang realisasinya di lapangan akan dimonitor secara cermat untuk mengantisipasi keterlambatan yang mungkin timbul. Pengontrolan secara menyeluruh dituangkan dalam master schedule/bar chart yang dijadikan acuan kontrak.

VII. PROGRAM JAMINAN MUTU/QUALITY ASSURANCE

Untuk tercapainya hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang disyaratkan, perlu disusun program pengendalian mutu (quality control) terhadap pelaksanaan pekerjaan yang antara lain melakukan pengontrolan terhadap :1. Material yang akan digunakan, dengan rencana pengetesan sesuai syarat.

2. Kualifikasi tenaga kerja yang dapat digunakan

3. Proses pelaksanaan pekerjaan dengan standar instruksi kerja untuk mencapai minimal sesuai syarat.

4. Prosedur inspeksi dan test sebagai persyaratan kontrol mutu.

Meskipun untuk hal-hal tersebut di atas sudah ada personil yang bertanggung-jawab secara langsung, namun tetap ada petugas khusus quality control yang mengkoordinir proses Quality Control sesuai standar Sistim Manajeman Mutu yang prosedurnya telah diberlakukan untuk diimplementasikan di seluruh proyek yang dilaksanakan oleh CV. FIRDAUS. Dengan manajemen mutu, team proyek akan melaksanakan semua kegiatan sistematik dan terencana yang diterapkan sebagai bagian dari sistem mutu perusahaan untuk menjamin bahwa proses pelaksanaan di proyek dilakukan secara terkendali dan konsisten untuk mencapai semua sasaran dan persyaratan mutu yang diminta pada spesifikasi pekerjaan.

Pengendalian mutu akan dapat dijalankan dengan baik karena adanya sasaran mutu yang jelas, sumber daya manusia yang profesional dengan tanggung jawab yang jelas, organisasi proyek yang handal, sistem dan prosedur mutu yang baku, penerapan manajemen mutu secara konsisten dan peningkatan secara terus menerus.

VIII. PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. MOBILISASI DAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Langkah pertama dalam pelaksanaan adalah mobilisasi peralatan berat, personil, penyiapan fasilitas kontraktor, fasilitas direksi dan fasilitas laboratorium di lapangan serta komunikasi elektronik.

Peralatan berat yang akan dimobilisasi sesuai dengan yang ditentukan dalam daftar mobilisasi.

Untuk Base Camp/Kantor Lapangan dll, ditempatkan pada daerah yang strategis yaitu pada daerah yang aliran airnya cukup lancar dan mudah dijangkau untuk memperlancar suplai logistik dan bahan bakar, serta dapat melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan dengan leluasa.

A.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pengukuran dan Pematokan (Stake out)

Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran, bersama direksi tentukan titik BM. Dengan patok BM tersebut yang mempunyai Koordinat X,Y dan elevasi atau ketinggian ini menjadi referensi atau acuan pekerjaan selanjutnya. Dengan bantuan Theodolit, Waterpass, Meteran dan Patok dipasang stake out atau pematokan semua titik-titik pada gambar rencana atau peta ke lapangan kemudian dibuatkan gambar kerja untuk mendapatkan persetujuan direksi.

2. Dokumentasi Foto Visual Setelah dilakukan survey lapangan dan pemasangan papan nama, maka dilaksanakan foto visual 0% pertama dengan kamera. Pengambilan foto diharuskan pada titik yang ditentukan oleh Direksi, minimal dari satu titik pengambilan dan tidak berubah ubah. Dan untuk selanjutnya pada pengambilan foto 50% dan 100% pun dilakukan pada titik yang sama.

B.KEGIATAN UMUM

Selain kegiatan mobilisasi peralatan, personil dan penyiapan fasilitas-fasilitas, pada tahapan awal juga dilakukan kegiatan survey lapangan (rekayasa lapangan).

Yang disurvey meliputi kondisi drainase, daerah yang akan dilebarkan, bahu jalan, badan jalan, perkerasan, struktur dan hal-hal yang terkait dengan ruas jalan yang akan ditangani.

Kemudian pihak Direksi melakukan peninjauan kembali rancangan berdasarkan data rekayasa lapangan untuk kemudian diterbitkan detail pelaksanaan dan perkiraan kuantitas untuk pelaksanaan.C.MANAJEMEN PEMELIHARAAN KESELAMATAN LALU LINTAS

Menempatkan pengendali lalu lintas dengan peralatan dan rambu standar selama pelaksanaan pekerjaan agar tetap aman dan dalam kondisi pelayanan sehingga menjamin keselatan lalu lintas bagi pemakai jalan.

IX. METODE KONSTRUKSI PELAKSANAAN JALANDalam melaksanakan konstruksi untuk paket tersebut diatas disusun metode konstruksi untuk pelaksanaan pekerjaan yang secara garis besar akan menguraikan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan, sebagaimana lingkup pekerjaan yang harus ditangani.

Adapun Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Pekerjaan Perkerasan Berbutir.1.1 Lapis Bawah Pondasi Aggregat Kelas B

Jika ditebar diatas permukaan tanah dasar, maka lapisan ini harus memenuhi ketentuan kepadatan 100% utk lapisan s/d 30 cm,

an 95% untuk lapisan 30 cm dibawah permukaan

3. Penghamparan

Amati material memiliki kadar air dalam batas rentang -3% dan +1% dari kadar air optimum

Pastikan penggelaran dan penebaran tidak menyebabkan segregasi, perbaiki jika terjadi ganti dengan material yang bergradasi baik

Tidak ada penebaran dengan tebal lapisan lebih dari 20 cm padat.

Jika ketebalan rencana > dari 20 cm, maka harus dihampar 2(dua) kali dengan ketebalan yang sama

Pastikan tebal hamparan sedikitnya 2(dua) kali ukuran maksimum agregat.

Amati penghamparan, pastikan bahwa penebaran akan menghasil kan ketinggian material padat yang tidak kurang dari elevasi rencana (gunakan referensi blue topping).

4. Pemadatan

Pemadatan dilakukan hingga dicapai 100% kepadatan kering maksi mum modifikasi (SNI 03-1743-1989) metode D.

Pemadatan pada rentang kadar air -3% dan +1% dari kadar air maksimum

Pastikan pemadatan dilakukan dimulai dari tepi dan berakhir pada sumbu jalan, Pada superelevasi penggilasan bergerak dari arah tepi rendah menuju kearah yang lebih tinggi

Pada penggilasan akhir (finishing), dapat dilakukan pergantian dgn Mesin Gilas Roda Karet, jika Roda baja menyebabkan kerusakan atau degradasi pada LPA

5. Pemeriksaan

Pastikan dilakukan pengecekan kerataan dengan menggunakan straight edge 3,0m, dengan batas penyimpangan 1,0 cm.

Jika terjadi penyimpangan, lakukan perbaikan, sesuai langkah 7.

Lakukan koordinasi dengan bagian pengukuran untuk melakukan pengendalian dan perbaikan pengukuran saat proses.

Lakukan proof rolling dengan menggunakan truk dengan beban gandar sarat, 10 ton.

Pastikan dilakukan pengecekan permukaan akhir LPA (finished Base atau Sub Base) dengan alat ukur.

6. Cek kesesuaian

Seluruh permukaan rata, toleransi masuk?

Camber baik?

Tidak ada lendutan pada proof rolling.

Tidak ada material terlepas karena tidak ada ikatan.

Jika terjadi slah satu dari yang diatas, lakukan perbaikan sesuai langkah 7.

Jika semua sesuai, lanjutkan ke langkah 8.

7. Perbaikan

LPB yang memiliki kerataan dan ketebalan yang tidak memenuhi syarat, diperbaiki dengan cara dibongkar diganti material dan diproses kembali

LPA yang diketahui memiliki kadar air yg kurang saat pemadatan, harus digaru diberi tambahan air dengan penyemprotan dan diproses ulang

LPB yang diketahui memiliki kadar air yg kurang berlebih saat pemadatan, harus digaru berulang ulang hingga diperoleh kadar air yang tepat lalu diproses ulang pemadatannya

Perbaikan karena tidak terpenuhinya sifat bahan dan kepadatan harus diperbaiki meliputi tindakan penggaruan, penggantian bahan, penyesuaian kadar air, pembuangan atau penambahan tebal.

8. Pengujian

Ajukan permintaan pengujian jika pekerjaan memenuhi ketentuan ketentuan yang dipersyaratkan.

2. Pekerjaan StrukturPersiapan di Lapangan

Pemasangan mal kotak ini dilakukan di atas CTSB hanya pada satu sisi jalan saja sehingga bagian atau sisi lainnya dapat dilewati oleh kendaraan ringan dengan model papan catur (nanti setelah pengecoran selesai baru berpindah ke sisi lainnya) sekaligus dapat dilewati oleh truck mixer sewaktu melakukan pengecoran. Setelah pemasangan kotak mal sebanyak 10 buah selesai dilakukan maka:

1. Pemasangan/penggelaran plastik dengan maksud sebagai breaker di atas lapisan LPB agar tidak terjadi perlekatan antara LPB dan pelat beton (pergerakan pelat beton tidak boleh mempengaruhi LPB, demikian pula sebaliknya). Plastik itu juga dilekatkan pada mal kotak slab dan secara rapat melekat pada LPB.2. Pemasangan dowel (ruji) pada mal melintang dan tie bar (batang pengikat) pada mal memanjang dengan jalan memasukkan kedalam lobang yang sudah tersedia pada dinding mal melintang slab dan dikontrol dengan teliti agar posisinya tetap tegak lurus terhadap bidang mal melintang sebelum pengecoran dilakukan. Demikian pula kedua sisi mal memanjang dipasangi tie bar dan dikontrol dengan teliti posisinya agar tetap tegak lurus terhadap bidang mal memanjang.

3. Setelah mal, dowel dan tie bar, serta plastik berada dalam posisi yang benar maka pengecoran segera akan dilakukan.

Proses Pelaksanaan Pengecoran Beton (K.350):

1. Beton ready mix yang berasal dari truk mixer dituang ke dalam kotak (mal) yang telah disiapkan lalu diratakan secara manual kemudian selanjutnya diratakan dan diadakan dengan menggunakan vibrating screed yang sistem operasinya bergerak di atas mal memanjang (sepanjang mal memanjang) yangditarik dengan tenaga manusia bolak balik sebanyak 4 lintasan. Proses perataan dan pemadatan terjadi karena alat vibrating screed tersebut selain meratakan juga bergetar sehingga terjadi pemadatan sedangkan pada bagian ujung (dekat) mal, pemadatan dibantu dengan menggunakan vibrator beton

2. Kotak yang pertama dicor kemudian pengecoran dilanjutkan pada kotak yang ketiga (satu kotak di antaranya kosong)

3. Setelah slab beton selesai dipadatkan oleh vibrating screed maka pelat beton tersebut ditutupi dengan atap plastik untuk menghindari sinar matahari secara langsung yang dapat membuat beton mengering tidak secara alamiah juga untuk mencegah terjadinya retak rambut.

4. Pembuatan alur (grooving) dilakukan secara manual setelah beton dalam keadaan setengah mengeras 3 - 4 jam sesudah pengecoran.5. Pada hari kedua setelah pengecoran selesai, dilakukan proses curing dengan menggelar karung goni di atas plat beton dan disiram dengan air 3 kali sehari selama seminggu

6. Pada hari ketiga setelah pengecoran maka mal (bekesting) samping dibuka dilanjutkan dengan pemasangan mal memanjang (samping) tanpa memasang mal melintang karena pelat beton yang sudah dicor berfungsi sebagai mal melintang.

7. Setelah mal memanjang selesai dipasang dilanjutkan dengan menggelar/ memasang plastik di atasLPB yang juga dilekatkan pada mal memanjang.

8. Kemudian sebagai pemisah antara dua pelat beton (yang sudah dicor dengan hendak dicor) dilekatkan gabus (styro foam) dengan tebal 0,5 cm untuk membentuk deletasi (celah) untuk muai dan susut plat beton.

9. Demikianlah sistem pengecoran tersebut dilakukan pada satu sisi jalan dengan lebar 5,0 m dan diselesaikan sesuai dengan panjang rencana jalan itu.

10. Setelah pengecoran pada sisi kiri selesai sesuai dengan panjang jalan rencana, pemasangan mal (bekesting) pada sisi kanan jalan tersebut dilakukan lagi. Hanya saja mal memanjang pada salah satu sisi sudah tidak diperlukan lagi karena sudah ada pelat beton yang telah dicor. Pengecoran dilanjutkan dengan memakai sistem yang sama hanya pada sisi memanjang plat beton yang sudah dicor diletakkan di atasnya besi siku L 40.40.4 sebagai landasan/rel vibrating screed ketika ditarik dan bergerak dari ujung satu ke ujung lain dengan maksud agar tidak terjadi kerusakan pada permukaan pelat beton yang sudah dicor.

11. Kemudian pada saat pengecoran akan dilakukan, disisipkan/dilekatkan gabus (styro foam) di antara kedua pelat beton (antara pelat beton lama dan yang baru yang akan dicor) pada sisi/sambungan memanjang agar tidak terjadi lekatan dan membuat dilatasi 2 % AS JALAN (celah) untuk muai susut pelat beton. Demikianlah proses pengecoran tersebut dilakukan.

Pembukaan Bekisting

a.Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi/ Pengawas, dalam keadaan normal bekisting pelat hanya boleh dibongkar setelah beton berumur 28 hari.

b.Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan tenaga statis tanpa getaran, goncangan atau pukulan yang bisa merusak beton. Pekerjaan Cuttering

Pekerjaan ini dilakukan pada saat penghamparan beton sepanjang 5 m dengan kedalaman kurang lebih 5 cm.

. Kendali Mutu:

Pengendalian mutu mulai dari proses pencampuran di batching plant dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor, pengawas teknik dari KIMPRASWIL, dan pengawas teknik perushaan ready mix terhadap komposisi dan berat masing-masing agregat sesuai dengan job mix formula.

Sedangkan pada pengecoran di lapangan dilakukan pengambilan sampel 2 kubus tiap 5 m3 = kapasitas 1 truk mixer), lalu dilakukan perendaman di lokasi pekerjaan.

Setelah itu dilakukan pengetesan terhadap kuat tekan kubus beton dengan umur 7, 14, dan 28 hari) dengan menggunakan fasilitas peralatan laboratorium beton Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Tanjungpura.

Hasil yang diperoleh ternyata masih melebihi persyaratan mutu K125 (CTSB) dan K350 (Pelat Beton).

Kesimpulan:

Pelaksanaan pembuatan jalan beton dengan menggunakan vibrating screed sebagai concrete finisher dapat dapat dipakai terutama jika terkendala dengan tingginya biaya pelaksanaan karena terdapatperbedaan harga peralatan automatic concrete finisher dengan vibrating screedyang sangat besar, asal saja persyaratan teknis pelaksanaan pembangunan jalan beton dapat dipenuhi.

Slump yang digunakan adalah 10 karena untuk angka yang lebih kecil dari itu akan menyulitkan pelaksanaan dengan menggunakan vibrating screed yang ditarik oleh tenaga manusia (vibrating screed sukar ditarik karena terlalu kentalnya campuran beton).

Penggunaan dowel 16 (besi ulir) dimaksudkan agarterjadi lekatan yang sangat baik pada salah satu sisi dowel, sedangkan padasisi yang lainnya dowel dibungkus dengan plastik tipis sehingga tidak terjadi lekatan antara besi dan beton (prinsip perletakan sendi rol)

statis tertentu.

Penggunaan tie bar 16 (besi ulir) dengan sistem pemasangan tegak lurus terhadap pelat beton (bidang sambungan memanjang)

Penggunaan gabus (styro foam) sebagai lapisan pemisah yang terletak pada sambungan memanjang dan melintang antar pelat beton ketika dilakukan pengecoran hanya sementara saja sekalian untuk membuat celah (dilatasi) yang dipersiapkan sebagai celah perkembangan muai dan susut pelat beton dan ketika pekerjaan jalan beton telah selesai maka dilakukan pembersihan/pengeluaran kembali lapisan gabus tersebut dan diganti dengan aspal

Pengecoran dengan sistem ini (papan catur) cukup efektif dan efisien sepanjang dilakukan oleh tenaga lapangan yang terampil dan diawasi langsung oleh site manager yang berpengalaman.

Ketebalan pelat beton harus selalu dikontrol dan pada daerahtikungan kemiringan melintang normal jalan harus diputar (as jalan jadi sumbu putar) untuk sisi luar tikungan, sehingga terjadi superelevasi 2%.

Pontianak, 8 April 2015CV. FIRDAUSYONG ANWAR, A.MdDirektur EKSTERNAL

Standard Peraturan Perpres No.54 Th 2010, Permen, Perda, dll

PERUSAHAAN

-Manual/prosedur

Administrasi

Prosedur

Organisasi

Personal

Keuangan

PROYEK

Rencana Mutu terdiri dari:

Metode Konstruksi

Instruksi Kerja

Jadwal Waktu Pelaksanaan

Prosedur Kerja dll

SUPERVISI

OUPUT

Produk akhir (Biaya, Mutu,Waktu)

INPUT

Bahan

Alat

Tenaga Kerja

CONSTRUCTION PROCESS

EVALUASI

INSPECTION & TEST

KRITERIA SERAHTERIMA

Gambar

Spesifikasi

Back Up data

SELESAI

Ya

PERMINTAAN

PENGUJIAN

8

SELESAI

Tdk

6

CEK

SESUAI ?

5

PEMERIKSAAN

7

PERBAIKAN

3

PENGHAMPARAN

4

PEMADATAN

2

PENYIAPAN FORMASI

PENGHAMPARAN

1

MULAI

PELAPORAN + MONITORING

CV. FIRDAUS Hal. 1 dari 8