penyakit dekompresi

6
PENYAKIT DEKOMPRESI Penyakit dekompresi dikenal juga sebagai “CAISSONS DISEASE” Caisson adalah tangki-tangki dengan tekanan atmosfir tinggi yang digunakan dalam konstruksi dibawah air. Dekompresi atmosferik akut bisa menimbulkan kelainan pada susunan saraf dan organ2 lain. Penyakit dekompresi terjadi jika dekompresi atmosferiknya terjadi secara mendadak dan penurunan tekanan atmosfirnya . Jaringan tubuh dari orang2 yg bekerja didalam tangki tersebut menyerap gas2. Jika buruh2 tangki itu keluar dari tangkinya dan serentak berada di lingkungan atmosfir biasa (normal), gas2 akan dipisahkan dari cairan yang berada dalam tubuh Pada waktu terjadinya pemisahan gas-gas dari cairan tubuh, maka gelembung2 N berjumlah banyak, karena N terlarut dalam seluruh jaringan lemak. Maka dari itu penyakit dekompresi atmosferik akut lebih sering berakhir fatal pada orang2 yang gemuk dbandingkan orang2 kurus. Gelembung2 gas tidak saja gas N tetapi gas O2 dan lain2 yang bisa mengakibatkan timbulnya Vacuolisasi di dalam jaringan , dalam serum bahkan dalam sel. Emboli gas dan intoksikasi seluler sudah cukup berat untuk mengakhiri kehidupan. Gambaran Klinis Gejala2 dini dari penyakit Caissons terdiri dari nyeri anggota gerak, badan, dan epigastrium didertai

Upload: nelta-lamaranti

Post on 26-Oct-2015

147 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYAKIT DEKOMPRESI

PENYAKIT DEKOMPRESI

Penyakit dekompresi dikenal juga sebagai “CAISSONS DISEASE”

Caisson adalah tangki-tangki dengan tekanan atmosfir tinggi yang digunakan

dalam konstruksi dibawah air. Dekompresi atmosferik akut bisa menimbulkan

kelainan pada susunan saraf dan organ2 lain. Penyakit dekompresi terjadi jika

dekompresi atmosferiknya terjadi secara mendadak dan penurunan tekanan

atmosfirnya . Jaringan tubuh dari orang2 yg bekerja didalam tangki tersebut

menyerap gas2. Jika buruh2 tangki itu keluar dari tangkinya dan serentak berada di

lingkungan atmosfir biasa (normal), gas2 akan dipisahkan dari cairan yang berada

dalam tubuh

Pada waktu terjadinya pemisahan gas-gas dari cairan tubuh, maka

gelembung2 N berjumlah banyak, karena N terlarut dalam seluruh jaringan lemak.

Maka dari itu penyakit dekompresi atmosferik akut lebih sering berakhir fatal pada

orang2 yang gemuk dbandingkan orang2 kurus. Gelembung2 gas tidak saja gas N

tetapi gas O2 dan lain2 yang bisa mengakibatkan timbulnya Vacuolisasi di dalam

jaringan , dalam serum bahkan dalam sel. Emboli gas dan intoksikasi seluler sudah

cukup berat untuk mengakhiri kehidupan.

Gambaran Klinis

Gejala2 dini dari penyakit Caissons terdiri dari nyeri anggota gerak, badan,

dan epigastrium didertai muntah. Kemudian timbul nyeri kepala atau pusing. Jika

perjalanan penyakit agak lambat bisa berkembang menjadi hemiplegi atau

paraplegi, tetapi pada perjalanan penyakit yang fatal maka koma merupakan

keadaan yang cepat berkembang dan berkahir dengan kematian.

Penanganan

Tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi keadaan dekompresi

tersebut di atas tadi ialah menempatkan kembali si penderita dalam keadaan

kompresi di dalam Hiperbarik chamber dan kemudian secara berangsur angsur

dilakukan dekompresi.

Page 2: PENYAKIT DEKOMPRESI

TRAUMA MEDULA SPINALIS

Penyebab trauma medula spinalis a.l :

- kecelakaan lalu lintas

- terjatuh

- olah raga

- kecelakaan industri

- luka tembak, luka bacok, ledakan bom

Patogenesis

Efek trauma terhadap tulang belakang bisa berupa fraktur dislokasi, fraktur,

dan dislokasi. Frekuensi relatif ketiga jenis tersebut adalah 3:1:1.

Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung

terjadi pada tempat-tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian yang

terfiksasi, seperti Vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12, L1. Pada fraktur, yang terkena

bisa lamina, pedikel, prosessus tranversus, diskus intervertebralis, bahkan korpus

vertebranya.

Dislokasi bisa ringan dan bersifat sementara atau berat dan menetap. Tanpa

kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan

lesi yang nyata di medulla spinalis.

Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur dan

dislokasi, tetapi dapat menimbulkan lesi pada medula spinalis dikenal sebagai

trauma tak langsung. Tergolong dalam trauma tak langsung ini ialah whiplash

(lecutan), jatuh terduduk atau dengan badan berdiri, atau terlempar oleh gaya

eksplosi bom.

Medula spinalis dan radiks dapat rusak melalui 4 mekanisme berikut :

1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan

hematom. Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan

kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan

trauma hiperekstensi.

2. Tarikan/Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan

pada jaringan, hal yang biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medula

spinalis terhadap regangan akan menurun dengan bertambahnya usia.

Page 3: PENYAKIT DEKOMPRESI

3. Edema medula spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan

gangguan aliran darah kapiler dan vena.

4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau sistem arteri spinalis anterior

dan posterior.

Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan neurologis lengkap secara teliti segera setelah pasien tiba di

rumah sakit

B. Pemeriksaan tulang belakang: deformitas, pembengkakan, nyeri tekan,

gangguan gerakan (terutama leher). Jangan banyak manipulasi tulang

belakang.

C. Pemeriksaan radiologis: foto polos vetebra AP dan lateral. Pada servikal

diperlukan proyeksi khusus mulut terbuka (odontoid). Bila hasil meragukan,

lakukan CT scan. Bila terdapat defisit neurologis, harus dilakukan MRI atau

CT mielografi.

Penatalaksanaan

1. Lakukan tindakan segera pada cedera medula spinalis. Tujuanya adalah

mencegah kerusakan lebih lanjut pada medula spinalis. Sebagian cedera

medula spinalis diperburuk oleh penanganan yang kurang tepat, efek

hipotensi atau hipoksia pada jaringan saraf yang sudah terganggu.

a. Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan.

b. Beri bantal, guling atau bantal pasir pada sisi pasien untuk mencegah

pergeseran.

c. Tutupi dengan selimut untuk menghindari kehilangan hawa panas

badan.

d. Pindahkan pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan

kasus cedera medula spinalis.

2. Perawatan khusus.

a. Komosio medula spinalis: fraktur atau dislokasi tidak stabil harus

disingkirkan. Jika pemulihan sempurna pengobatan tidak diperlukan

b. Kontusio/transeksi/kompresi medula spinalis.

- Metil prednisolon 30 mg/kgBB bolus intravena selama 15

menit dilanjutkan dengan 5,4 mg/kgBB/jam, 45 menit. Setelah

Page 4: PENYAKIT DEKOMPRESI

bolus, selama 23 jam. Hasil optimal bila pemberian dilakukan

<8 jam onset.

- Tambahkan profilaksis stres ulkus: antasid/antagonis H2.

3. Tindakan operasi di indikasikan pada:

a. Reduksi terbuka pada dislokasi

b. Fraktur servikal dengan lesi parsial medula spinalis

c. Cedera terbuka dengan benda asing/tulang dalam kanalis spinalis.

d. Lesi parsial medula spinalis dengan hematomielia yang progresif

4. Perawatan umum

a. Perawatan vesika dan fungsi defekasi

b. Perawatan kulit/dekubitus

c. Nutrisi yang adekuat.

d. Kontrol nyeri: analgetik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),

antikonvulsan, kodein, dll

5. Fisioterapi, terapi vokasional, dan psikoterapi sangat penting terutama pada

pasien yang mengalami sekuele neurologis berat dan permanen.