pentingnya peserta askes menggunakan obat dpho

Upload: familyman80

Post on 19-Jul-2015

272 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengetahuan Masyarakat tentang Obat masih banyak dipengaruhi jargon jargon lama, ada salah paham dan penggunaan istilah " OBAT TIDAK BAGUS " ; " OBAT BUKAN PATENT TIDAK MANJUR" , semua ini hal hal yang perlu diluruskan, siapa yang mengatakan sebuah obat tidak manjur tanpa adanya bukti ilmiah dan penelitian yang sahih adalah sebuah sikap yang kurang bijaksana, jika BPJS sistem SJSN ( jaminan kesehatan universal ) berjalan Masyarakat perlu paham dan dibantu untuk Mantap karena bukti dan datanya ada bahwa OBAT baik branded ( bermerek ) maupun Non Branded ( generik ) jika sudah terseleksi CPOB dengan standart pembuatan obat yang baik, telah diverifikasi BPOM , maka semua itu adalah obat yang sudah JELAS KUALITAS dan MEMENUHI STANDART

TRANSCRIPT

T AHUKAH ANDA

Mengapa Peserta Askes Harus Menggunakan Obat-obatan

DPHOSebagaimana benda asing lainnya yang dimasukkan ke dalam tubuh, obatobatan yang kita konsumsi memiliki potensi menjadi racun yang sangat merugikan kesehatan apabila dikonsumsi tanpa idikasi kebutuhan medis yang tepat.

?3/21/2012 8:23:21 AM

K22

ali ini kami akan membawa anda, para pembaca setia Buletin Info Askes, untuk menyimak berbagai obat yang beredar di pasaran, baik berdasarkan khasiatnya maupun regulasi yang diterapkan atas obat-obatan tersebut. Dengan pemaparan tentang obat ini, kami bermaksud menjelaskan kepada pembaca, mengapa DPHO menjadi obatobatan yang dipilih bagi peserta Askes. Obat-obatan menurut khasiatnya terhadap tubuh dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok utama yaitu kelompok pharmaceutical, kelompok Nutriceutical dan kelompok Cosmeceutical. Kelompok Pharmaceutical adalah obatobatan yang fungsinya untuk menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan serta menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Obat-obatan pharmaceutical biasanya diperoleh dengan 2 (dua) mekanisme : 1. Obat-obatan dengan peresepan dokter 2. Obat-obatan yang dijual bebas dan bisa diperoleh tanpa resep dokter

INFOASKES

FA_BIA_Maret 2012.indd 22

T AHUKAH ANDADalam menuliskan resep obat, dokter dapat saja memilih obat-obatan pharmaceutical dengan kategori sebaga berikut : a. Obat-obatan esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat dikarenakan efek preventif maupun kuratif yang telah teruji dan terbukti. Obatobatan esensial ini tercantum dalam Daftar Obat Esensial yg ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. b. Obat-obatan non esensial, yaitu obat-obatan yang pemanfaatannya hanya sebagai pendamping dari oabt-obatan esensial. Obat-obatan non esensial ini ada yang terbukti efektif, ada yang kurang efektif, bahkan ada yang tidak memiliki efek pencegahan maupun pengobatan sama sekali. Kelompok obat-obatan berikutnya adalah Kelompok Nutriceutical, yaitu obat-obatan yang sifatnya sebagai pelengkap kebutuhan nutrisi sehari-hari yang ditujukan untuk mengoptimalkan performansi organ-organ tubuh. Obatobatan ini lebih bersifat pencegahan terhadap kemungkinan munculnya penyakit. Seringkali zat yang terkandung dalam obat-obatan ini sebenarnya dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, tetapi dikarenakan pola makan dan pola hidup yang kurang sehat, jumlah zat yang diproduksi lebih rendah dari yang dibutuhkan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan virus, maka keberadaan vitamin C sangat penting. Dengan konsumsi buahbuahan yang kaya vitamin C, kebutuhan tubuh akan vitamin C ini dapat dipenuhi. Tapi, mungkin karena lebih praktis, tak jarang kita justru memilih tablet vitamin C dosis tinggi dibanding mengkonsumsi buah-buahan yang notabene lebih sehat. Kelompok terakhir adalah kelompok Cosmeceutical. Obat-obatan dari kelompok ini tidak memiliki fungsi pencegahan maupun penyembuhan terhadap penyakit maupun gejala penyakit. Obat-obatan dalam kelompok cosmeceutical adaah obat-obatan yang ditujukan untuk memperbaiki tampilan isiologis dari tubuh manusia. Misalnya, menghilangkan noda-noda bekas luka pada kulit, membuat kulit menjadi lebih putih, halus dan lembut serta kebutuhan-kebutuhan kosmetisasi lainnya.

Dalam memasarkan obat-obatan menurut ketiga kelompok di atas, perusahaan farmasi akan menggunakan dasar yang berbeda-beda. Obat-obatan dari kelompok pharmaceutical akan dipasarkan berdasarkan Disease Claim yaitu kemampuannya dalam mencegah maupun mengobati penyakit beserta gejalagejalanya. Disease Claim ini harus dibuktikan melalui data-data dan bukti klinis. Obatobatan dalam kelompok nutriceutical akan hadir dengan jargon-jargon terkait menyehatkan badan, sementara obat-obatan dalam kelompok cosmeceutical akan memasuki pasar denganmenghidupkan konsep-konsep kesempurnaan maskulin maupun feminin. Obat-obatan dari kelompok manapun yang beredar di pasaran, tantangan yang dihadapi oleh konsumen adalah memastikan bahwa tubuh memiliki kebutuhan terhadap obat-obatan tersebut dan ketika dikonsumsi, obat-obatan itu tidak menimbulkan efek samping yang merugikan.

Dari kebutuhan konsumen tersebut, maka lahirlah konsep Peresepan Obat Rasional. Resep yang diberikan kepada konsumen, dalam hal ini pasien, dikatakan mengikuti kaidah peresepan rasional jika memenuhi unsur-unsur berikut ini : 1. Didasarkan pada diagnosa penyakit yang tepat 2. Penilaian terhadap kondisi pasien tepat 3. Indikasi medis yang ditimbulkan tepat 4. Jenis obat, dosis, cara pemberian dan jangka waktu pemberian tepat 5. Diinformasikan kepada pasien secara tepat 6. Memiliki nilai ekonomis atau harga obat yang terjangkau Sesuai dengan prinsip-prinsip peresepan rasional ini, PT Askes (Persero) bersama tim ahli yang terdiri dari Dokter Ahli Klinis, Dokter Ahli Farmakologi, Farmasis yang mewakili seluruh keahlian dari Rumah Sakit maupun Fakultas Kedokteran serta kementerian kesehatan selaku regulator, duduk bersama setiap tahunnya untuk menyusun sebuah daftar obat terpilih yang akan digunakan oleh seluruh Peserta

23

Maret 2012

FA_BIA_Maret 2012.indd 23

3/21/2012 8:23:24 AM

T AHUKAH ANDAAskes. Daftar obat tersebut dikenal dengan Daftar dan Plafon Harga Obat atau DPHO. DPHO didominasi oleh obat-obatan esensial, beberapa obat-obatan non esensial namun terbukti efektif serta obat-obatan nutriceutical dalam varian yang relative terbatas. Sesuai prinsip asuransi kesehatan, obat-obatan dari kelompok cosmeceutical tidak masuk ke dalam DPHO. Kriteria utama dalam menetapkan suatu obat masuk ke dalam DPHO adalah data-data dan bukti-bukti klinis yang menyatakan efektiitas sifat preventif maupun kuratif obat tersebut. Hampir seluruh penyakit yang pernah ditemukan di Indonesia, tersedia obatobatannya di dalam DPHO. Tidak dipungkiri, terdapat stigma negatif bahwa DPHO adalah upaya PT Askes (Persero) untuk menghemat biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya belanja obat. Stigma ini kemudian berkembang menjadi anggapan bahwa obat-obatan yang ada di dalam DPHO adalah obat-obatan murahan. Lebih banyak obat generik dibandingkan obat patent. Menjawab stigma tersebut, agaknya perlu diluruskan berbagai istilah tentang obat generik dan obat patent. Obat-obatan memang dikenal melalui beberapa terminology penamaan. Ada yang disebut obat generik, obat dengan nama dagang dan obat patent. Mari kita lihat satu per satu pengertian yang tepat tentang ketiga istilah di atas. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yg dikandungnya. Misalnya parasetamol adalah nama generik untuk obat yang di dalamnya terkandung zak aktif parasetamol. Obat dengan nama dagang adalah obat generik yang diberi merek dan kemasan khusus oleh produsen farmasi, misalnya untuk parasetamol di pasaran dapat kita temui dengan berbagai merek berbeda, seperti panadol, sanmol, dumin dan lain sebagainya. Sedangkan Obat Patent adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam kemasan asli pabrik yang memproduksinya. Selama masa patent obat berlaku, maka baik formula, merek dagang maupun kemasan obat tidak boleh ditiru oleh produsen farmasi lainnya. Sebaliknya, saat masa patent obat berakhir, produsen lain bisa memproduksi obat yang sama dengan merek dagang berbeda. Fenomena inilah yang dikenal dengan me too product. Mungkin dapat dijawab mengapa obat patent memiliki harga yang lebih mahal dibanding obat generik maupun obat dengan mereka dagang biasa, karena setiap obat patent dikenai biaya atas patent yang bersifat sangat ekslusif tersebut. Jadi, penggolongan obat sebagai generik, obat bermerek maupun obat patent, sama sekali tidak terkait dengan masalah efektiitas khasiat dari obat tersebut. Namun demikian, tetap sulit menghilangkan persepsi bahwa obat patent lebih baik dibanding obat generik, maka mari kita lihat komposisi DPHO PT Askes (Persero) tahun 2012. Dari 1478 Obat yang masuk di dalam DPHO Askes, 416 diantaranya adalah obat generik sementara 1062 sisanya adalah obat patent. Maka seharusnya gugur sudah anggapan bahwa obat DPHO Askes adalah obat murahan. PT Askes (Persero) memiliki komitmen memberikan pelayanan terbaik melampaui harapan pelanggannya, dalam hal ini peserta Askes. Pemilihan DPHO meliputi berbagai ilosoi. Peresepan rasional adalah ilosoi utama yang ditujukan untuk menjamin bahwa obat yang diberikan kepada peserta Askes adalah obat yang aman dan terbukti efektif khasiatnya melalui pembuktian klinis. Filosoi lainnya adalah upaya untuk melindungi kesehatan jangka panjang peserta dari keracunan obat-obatan yang disebabkan konsumsi yang tidak sesuai dengan indikasi medis. PT Askes (Persero) memang tidak menuliskan langsung resep obat untuk pesertanya. Tetapi kondisi ini tidak mengurangi tanggung jawab PT Askes (Persero) terhadap kesembuhan dan terpeliharanya kesehatan jangka pendek maupun panjang pesertanya. Karenanya, DPHO ditetapkan sebagai daftar obat yang harus digunakan oleh Peserta Askes. DPHO merupakan manifestasi dari rasa tanggung jawab PT Askes (Persero) terhadap pesertanya.

24

INFOASKES

FA_BIA_Maret 2012.indd 24

3/21/2012 8:23:25 AM

T AHUKAH ANDA

25

Maret 2012

FA_BIA_Maret 2012.indd 25

3/21/2012 8:23:27 AM