peningkatan pembelajaran apresiasi cerita pendek …
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA
PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1
SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
SKRIPSI
OLEH :
AMBEG TABAHANA PRAWISMA
K 1208062
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Ambeg Tabahana Prawisma
NIM : K1208064
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENINGKATAN
PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA
1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 12 Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Ambeg Tabahana Prawisma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA
KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
Oleh:
AMBEG TABAHANA PRAWISMA
K 1208062
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 12 Juli 2012
Pembimbing I,
Drs. Swandono, M.Hum.
NIP 19470919 196806 1 001
Pembimbing II,
Dra. Edy Suryanto, M.Pd.
NIP 19600810 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 12 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S. S., M. Hum.
Sekretaris : Dra. Raheni Suhinta, M. Hum.
Anggota I : Drs. Swandono, M. Hum.
Anggota II : Drs. Edy Suryanto, M. Pd.
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.
NIP 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“dimanapun kamu berada, bagaimanapun keadaan kamu, susah, senang,
jangan pernah melupakan sholat, karna sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segalanya”
(IBU)
“life is not complex, we are complex, life is simple, and the simple thing in the
right thing”
(Oscar Wilde)
“ bagaimanapun keadaan kamu, ingatlah satu hal SEMUA INI PASTI
BERLALU”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku kepadaMu ya Allah,
kupersembahkan karya ini untuk:
1. “Bapak, Ibu, dan Danar”
Terima kasih atas kasih sayang, dukungan,
serta doa yang tidak perlah lelah kalian
panjatkan untukku. Kalian lah semangatku
hingga sampai sekarang ini;
2. “Chandra Budi Sheptian”
Terima kasih untuk semua ketulusan, kasih
sayang, kesabaranmu membimbing aku,
semoga Allah menuliskan namamu sebagai
jodohku; dan
3. “Pepy, Adit, Ayu, Icha, Niken, Kris, dan
teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu”
Terima kasih atas persahabatan, semangat,
ketulusan yang kalian berikan, semoga
persahabatan kita awet sampai kakek nenek
kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Ambeg Tabahana Prawisma Nim K1208062. PENINGKATAN
PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA
1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatan proses apresiasi cerita
pendek menggunakan media audio visual; dan (2) meningkatkan hasil
pembelajaran apresiasi cerita pendek menggunakan media audio visual pada siswa
kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa
kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat yang berjumlah 36 siswa. Data yang
digunakan dalam penelitain ini adalah apresiasi cerita pendek. Sementara itu,
untuk sumber data, yang diambil dari (1) informan, (2) tempat, peristiwa, dan
perilaku, dan (3) dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, angket,
teknik tes, teknik wawancara, dan teknik dokumen. Teknik analisis pengumpulan
data, yakni mengunakan analisis model interaktif. Dikatakan berhasil apabila
siswa mencapai ketuntasan 80% dari indikator yang diinginkan. Prosedur yang
digunakan adalah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis
dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan media audio
visual dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek
pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dari prasiklus ke siklus I
dan dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut terbukti dari peningkatan beberapa
indikator berikut: (1) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan
apersepsi, yaitu 66% pada siklus I dan meningkat hingga 80% pada siklus II, (2)
meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar, yaitu
72% pada siklus I dan meningkat hingga 83% pada siklus II, (3) meningkatnya
keberanian siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaanya dalam forum diskusi
yang dibuka guru, yaitu 50% pada siklus I dan meningkat hingga77% pada siklus
II, dan (4) meningkatnya nilai ketuntasan siswa dari pratindakan 36%, siklus I
69%, meningkat di siklus II menjadi 80%, dan setelah diadakan remidi meningkat
hingga 97%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagiMu ya Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Peningkatan
Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Audio Visual
pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari
bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni;
3. Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum., selaku Ketua Program
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
4. Drs. Swandono, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;
5. Drs. Edy Suryanto, M. Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu
memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;
6. Kepala SMA Negeri Kebakkramat, yang telah memberi kesempatan dan
tempat guna pengambilan data dalam penelitian;
7. Mutaqin, S.Pd., selaku guru kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat,
yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Para siswa XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini; dan
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya. Selain itu, dapat membantu penelitian yang berikutnya,
sehingga mencapai hasil yang lebih baik.
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL…………………………………………………………………… i
PERNYATAAN…………………………………………………………. ii
PENGAJUAN…………………………………………………………… iii
PERSETUJUAN………………………………………………………… iv
PENGESAHAN………………………………………………………… v
MOTTO………………………………………………………………….. vi
PERSEMBAHAN………………………………………………………. vii
ABSTRAK……………………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8
B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 34
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 37
D. Hipotesis Tindakan........................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 40
B. Subjek Penelitian .............................................................................. 41
C. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………………… 41
D. Sumber Data Peneliti.................................................................. 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 43
F. Uji Validitas Data…………………………………………....... 44
G. Teknik Analisis Data.................................................................. 45
H. Indikator Keberhasilan Penelitian…………………………….. 46
I. Prosedur Penelitian……………………………………………... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ...................................................................... 50
B. Deskripsi Hasil Penelitian…………….............................................. 53
C. Siklus I……………………………………………………………... 53
D. Siklus II…………………………………………………………… 59
E. Pembahasan ...................................................................................... 66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 71
B. Implikasi ........................................................................................... 71
C. Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75
LAMPIRAN ....................................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi dan Jenis Media ........................................................................ 30
2. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................................ 41
3. Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................................ 46
4. Persentase Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Apresiasi Cerita
Pendek ......................................................................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir Penelitian ...................................................................... 38
2. Model Analisis Interaktif ............................................................................. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ....................................................................................................... 79
2. Pedoman Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi
Cerita Pendek ............................................................................................ 81
3. Catatan Lapangan Suvei Awal .................................................................. 82
4. Instrumen Angket Untuk Siswa ................................................................ 85
5. Contoh Isian Angket Siswa ....................................................................... 88
6. Pedoman Wawancara Terstruktur dengan Siswa ...................................... 94
7. Hasil Wawancara Terstruktur dengan Siswa ............................................ 96
8. Hasil Wawancara Terstruktur dengan Siswa ............................................ 97
9. Pedoman Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia ................ 98
10. Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia ...................... 100
11. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Survei awal ................. 103
12. Foto Pratindakan ....................................................................................... 104
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................ 106
14. Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita
Pendek Siklus I ......................................................................................... 114
15. Catatan Lapanan Siklus I .......................................................................... 115
16. Materi Cerita Pendek ................................................................................ 118
17. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ................................................................. 123
18. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Siklus I ....................... 126
19. Hasil Wawancara Terstruktur Siswa Siklus I ........................................... 127
20. Foto Siklus I .............................................................................................. 129
21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................................... 131
22. Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita
Pendek Siklus II ........................................................................................ 140
23. Catatan Lapanan Siklus II ......................................................................... 141
24. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ................................................................ 144
25. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Siklus II ...................... 147
26. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa setelah Remidi .................... 148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
27. Foto Siklus II ............................................................................................. 149
28. Daftar Nilai Siswa Tiap Siklus ................................................................ 152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki
peranan penting dalam dunia pendidikan. Pengajaran bahasa Indonesia tidak
hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga meliputi materi
kesastraan. Keduanya diharapkan mendapatkan porsi seimbang sehingga tidak ada
salah satu bidang yang dianaktirikan.
Kenyataan di lapangan, pengajaran bahasa Indonesia tidak sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. kebanyakan guru lebih memprioritaskan materi
kebahasaan daripada materi kesastraan. Hal tersebut disebabkan adanya anggapan
bahwa materi kebahasaan lebih penting daripada materi kesastraan. Guru
diperkenalkan kepada kesusastraan agar dapat mengajarkan bahasa tidak hanya ke
arah keterampilan berbahasa saja. Pengetahuan tentang sastra bisa dijadikan
pemerluas wawasan guru. Pembelajaran sastra memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan. Sastra dapat memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir seseorang mengenai hidup,
mengenai baik buruknya, mengenai benar atau salah, serta mengenai cara hidup
diri sendiri dan menghayati kehidupan
Pengajaran sastra tidak semata hanya untuk mencetak manusia menjadi
sastrawan saja, melainkan sastra bisa menjadi medium yang dapat mengasah serta
mengembangkan keterampilan berbahasa siswa. Pengajaran apresiasi sastra yang
berupa cerita pendek tidak hanya bermanfaat untuk menunjang keterampilan
berbahasa siswa, melainkan juga dapat memperkaya pengalaman, pandangan
hidup, dan juga mengasah kepribadian siswa.
Minat dan apresiasi terhadap karya sastra siswa hendaknya mulai
dibangkitkan, ditumbuhkan, dan diasah sejak usia dini, yaitu ketika siswa tersebut
masih duduk di bangku sekolah dasar. Akan tetapi membangkitkan minat dan
apresiasi terhadap karya sastra pada siswa tersebut tidaklah mudah. Mutu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tingkat pemahaman terhadap apresiasi sastra yang telah dilalui oleh siswa di
sekolah akan menjadi modal awal bagi perkembangan lebih lanjut pada saat
mereka terjun di masyarakat.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri dan dari luar dirinya. Guru dipandang dari segi
siswa, merupakan faktor dari luar dirinya. Oleh karena itu, guru mempunyai peran
yang sangat penting dan menentukan keberhasilan belajar siswa (Arikunto, 1990:
217) .
Di sekolah, pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita pendek masih
kurang maksimal, sebab masih banyak ditemukan guru yang memakai cara-cara
konvensional, baik pada penggunakaan metode pembelajaran maupun
penggunaan media dalam pembelajarannya. Hal tersebut akan berdampak pada
menurunnya motivasi siswa dalam mempelajari materi dan akhirnya tidak
menutup kemungkinan pembelajaran berjalan monoton dan kurangnya kreativitas
siswa. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.
Kegiatan survei awal peneliti lakukan untuk mendapat gambaran
pelaksanan pembelajaran apresiasi cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia,
yaitu melalui pengamatan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Dalam
survei awal tersebut peneliti temukan kekurangan sebagai berikut: Pertama, Siswa
kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal
tersebut terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek,
mereka banyak yang mengalihkan perhatian melalui berbicara dengan teman
sebangku, melamun, dan menyandarkan dagu di atas meja. Kedua, Siswa
mengalami kesulitan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Kesulitan siswa
dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek pada awalnya disebabkan karena
siswa cenderung meremehkan pelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut terbukti
saat pelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Mereka mengalihkan perhatian dari penjelasan guru, sehingga pada
saat mengerjakan tugas mengapresiasi cerita pendek mereka mengalami kesulitan.
Ketiga, Guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa. Pada saat
pembelajaran apresiasi cerita pendek dilaksanakan, siswa menunjukkan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang kurang berminat dan kurang antusias. Hal tersebut disebabkan karena guru
masih kurang dalam menunjukkan sikap komunikasi aktif dengan siswa.
Keempat, Guru kesulitan dalam mengembangkan metode dan media yang tepat
untuk mengajarkan materi apresiasi cerita pendek. Selama ini dalam mengajarkan
materi apresiasi cerita pendek, guru menggunakan metode ceramah. Guru terlihat
mendominasi pembelajaran yang berlangsung. Di samping itu, guru kurang
memanfaatkan media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.
Wawancara dengan guru bahasa Indonesia menyatakan bahwa nilai
apresiasi cerita pendek siswa pada saat ini yang mendapat ketuntasan belajar
hanya 13 siswa dari 31 siswa dan nilai rata-rata siswa adalah 6,2. Guru masih
kesulitan menghadirkan media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.
Biasanya guru menugasi salah satu siwa untuk membacakan cerita pendek di kelas
atau menugasi siswa untuk membaca sendiri-sendiri di dalam hati. Untuk
penugasan, kebanyakan berupa tugas rumah, sehingga di dalam kelas jarang
dilakukan praktik apresiasi cerita pendek. Selanjutnya dari hasil observasi, guru
kesulitan dalam mengelola materi pelajaran apresiasi cerita pendek. Selama
pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode konvensional dengan
banyak memberikan ceramah. Hal tersebut berdampak pada kurangnya interaksi
antara guru dengan murid karena hanya terjalin komunikasi satu arah.
Lain halnya jika pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan dengan metode
yang inovatif dan juga ditambah menggunakan media yang sesuai dengan
pembelajaran, tentu akan meningkatkan kreativitas siswa dan siswa akan lebih
terpacu untuk belajar. Pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi belajar akan memberikan pengalaman belajar yang mengesankan bagi
siswa dan juga memberikan pengalaman belajar bagi siswa yang sangat
dibutuhkan untuk mengonstruksi sebuah pengetahuan.
Sadiman, dkk (2006: 5), berpendapat bahwa proses belajar-mengajar
dimungkinkan menggunakan metode belajar tidak langsung. Artinya, siswa secara
aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Jadi, dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa guru hanyalah salah satu dari sekian banyak sumber
belajar yang dapat memungkinkan siswa untuk belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Experts such as Dyson, Morrow, Owocki and Schickendaz other activity
that's speaking and listening of story is a means and media development and use
of knowledge about written language and spoken language (Bredekamp, 1992 ).
Para ahli seperti Dyson, Morrow, Owocki dan Schickendaz mengatakan bahwa
kegiatan berbicara dan mendengarkan dalam bercerita merupakan sarana, media
pengembangan serta penggunaan pengetahuan tentang bahasa tulis dan bahasa
lisan (Bredekamp, 1992).
Cerita pendek atau cerpen ialah salah satu dari sekian karya sastra yang
digemari oleh masyarakat. Hal itu disebabkan karena cerita pendek yang berisikan
500-20.000 kata saja atau cerita yang habis dibaca dalam sekali duduk. Akan
tetapi berdasarkan pernyataan tersebut akan sangat riskan apabila cerpen di satu
sisi sangat digemari tetapi dalam pengajarannya berlalu begitu saja tanpa adanya
kreativitas guru dan terkesan membosankan.
Cerita mendorong anak untuk belajar mengidentifikasi bunyi-bunyi
bahasa, mengidentifikasi kata-kata, dan menarik makna dari konteks. Dialog
dalam cerita mendorong anak belajar pragmatika berbahasa tentang bagaimana
memulai pembicaraan, memilih sapaan, salam, dan pola pergiliran bicara
(Musfiroh, 2003).
Bertolak dari permasalahan tersebut di atas, seorang guru dapat
memanfaatkan media audio visual sebagai sumber pembelajaran cerita pendek.
Pembelajaran apresiasi cerita pendek di dalam kelas dengan menggunakan media
yang sesuai dapat memacu kreativitas siswa dan siswa akan lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran.
Guru harus memiliki otoritas untuk memilih media pembelajaran yang
sesuai dengan materi belajar. Baik buruknya suatu media sebenarnya tidak
bergantung pada mentereng tidaknya peralatan yang dipakai melainkan sejauh
mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga informasi tersebut dapat
diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi.
Selama ini dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek, siswa diharuskan
membaca terlebih dahulu teks cerita pendek. Hal ini bisa menjadikan siswa bosan
dan tidak termotivasi dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Jadi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
penggunakan media dapat mengurangi kebosanan siswa dalam pembelajaran
apresiasi cerita pendek yang terkesan monoton. Lewat media pembelajaran, guru
dapat membuat variasi pembelajaran semenarik mungkin untuk menarik minat
siswa dalam belajar. Dengan adanya media audio visual yang berupa video
rekaman cerita pendek, dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas dapat
membawa berbagai manfaat yang positif.
Dengan pemanfaatan media audio visual tersebut, siswa dapat menerapkan
ilmu yang diperoleh di kelas untuk kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan
pemanfaatan media audio visual ini membawa unsur kebaruan bagi siswa,
sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar. Apabila motivasi belajar sudah
terbentuk dalam diri siswa maka pembelajaran akan berjalan lancar dan hasil
pembelajaran yang memuaskan.
Sejalan dengan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan media audio visual untuk
meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1
SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya
dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan proses
pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan hasil
pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas dapat disusun tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini untuk:
1. meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas
XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.
2. meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI
IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalam manfaat
praktis dan manfaat teoretis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk:
a. memberikan inovasi penggunaan media belajar dalam pembelajaran
apresiasi cerita pendek.
b. pengembangan bahan ajar apresiasi cerita pendek dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran apresiasi
cerita pendek.
2) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada
siswa, sehingga siswa mudah menerima pengetahuan yang
diberikan guru dengan baik.
b. Bagi guru
1) Dapat digunakan sebagai media dalam mengajar apresiasi cerita
pendek.
2) Media audio visual tersebut dapat dijadikan modelling dalam
kegiatan belajar-mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3) Media audio visual tersebut dapat juga digunakan guru sebagi
sarana untuk memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran apresiasi cerita pendek.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek baik
proses maupun hasil, sehingga meningkatkan prestasi siswa di
sekolah tersebut.
2) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah
berdasarkan indikator-indiktor pembelajaran apresiasi cerita
pendek yang telah ditentukan.
d. Bagi peneliti
1) Mendapatkan sebuah fakta bahwa dengan menggunakan media
audio visual dapat meningkatkan prestasi siswa dalam
pembelajaran apresiasi cerita pendek.
2) Mengembangkan wawasan mengenai penerapan pembelajaran
apresiasi cerita pendek yang lebih inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak
dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif, yang menempatkan siswa sebagai
sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala
sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi,
gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya
perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru
sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar-
mengajar (Sanjaya, 2008: 78).
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan
stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat seperti yang
diinginkan. Atau dapat juga diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara
sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor internal dan eksternal dalam kegiatan belajar-mengajar.
Para ahli kognitif berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu
usaha untuk mengaktifkan indera siswa agar memeroleh pemahaman. Cara yang
dilakukan untuk mengaktifkan indera siswa dapat dilakukan dengan menggunakan
alat bantu belajar atau media belajar yang berupa media cetak atau media
elektronik yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Menurut Gagne (dalam Sanjaya, 2008: 78), mengajar atau teaching
merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih
ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber
dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam
mempelajari sesuatu. Pembelajaran itu sendiri memiliki tujuan yang ingin dicapai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
yaitu suatu kompetensi oleh siswa setelah menyelesaikan suatu konsep
pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai tujuan tersebut
ialah salah satunya unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar. Unsur-unsur
tersebut, antara lain: motivasi siswa, alat bantu belajar, bahan ajar, suasana
belajar, dan kondisi siswa belajar. Kelima unsur tersebut saling terkait satu sama
lain dan juga saling memengaruhi proses pembelajaran.
Menurut Hamalik (1995:55-57), pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia
terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya,
misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan
kapur, fotografi, slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan,
terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur,
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan
sebagainya.
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau disekolah,
karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang
saling berkaitan, untuk pembelajaran peserta didik.
Berdasarkan pasal 1 butir 20 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep pembelajaran tersebut
terkandung 5 konsep yaitu: (1) interaksi, (2) peserta didik, (3) pendidik, (4)
sumber belajar, (5) lingkungan belajar.
b. Komponen-komponen Pembelajaran
Hamruni ( 2008:10), berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu
sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling
bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem
pembelajaran meliputi suatu komponen antara lain, tujuan, bahan, peserta didik,
guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen
yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja
sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus
mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
1) Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru
merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak
keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau
direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi
atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Komponen lain tidak
dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh
guru adalah membentuk lingkungan peserta didik, yang pada akhirnya peserta
didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
itu dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang
berlaku.
2) Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar
untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai
tujuan belajar. Komponen peserta didik ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3) Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasasan untuk menentukan
strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu dalam strategi
pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali
harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajaran merupakan target
yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
4) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis
sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tuntutan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5) Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam
menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6) Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. penentuan metode yang akan digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau
tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
7) Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu
yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai
tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu
nonverbal. Alat verbal dapat berupa globe, peta, papan tulis, slide, dan lain-
lain.
8) Sumber belajar
Sumber belajar adalah sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sumber
belajar itu sendiri dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaan,
misalnya, manusia, buku, media massa, musium, dan lain-lain.
9) Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum,
juga bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah
ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi
sumatif dan formatif.
10) Situasi atau lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi
pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik
( misalnya iklim, letak sekolah dan sebagainya ), dan hubungan antar insani,
misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan
ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang
rawan, jadi diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat
kliping.
Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat
dikatakan bahwa pembelajaran adalah interaksi aktif antara guru dengan siswa,
dengan mengoptimalkan faktor internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan mampu untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan berpikir kreatif, bernalar,
berimajinasi, mempertajam kepekaan sosial dan kepekaan perasaan siswa, serta
dapat menghayati dan menikmati keindahan bahasa melalui karya-karya sastra.
Pembelajaran yang terjadi dalam proses belajar-mengajar hendaknya dapat
dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tujuan dari setiap
pembelajaran dapat mencapai hasil akhir yang memuaskan.
c. Unsur-unsur Pembelajaran
Unsur-unsur pembelajaran pada hakikatnya merupakan penunjang dalam
proses pembelajaran. Besar dan kualitas dukungan unsur-unsur yang ada turut
menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Maksudnya ialah
besarnya dukungan unsur pembelajaran tersebut dapat menentukan tingkat
keefektivan pembelajaran. Adapun unsur-unsur pembelajaran menurut Hamalik
(dalam Ellykasus, 2012) meliputi hal-hal berikut: (1) motivasi belajar siswa, (2)
bahan pelajaran, (3) alat bantu pelajaran, (4) suasana pembelajaran, (5) keadaan
subjek/kondisi subjek.
Secara lebih terperinci berbagai unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Unsur pertama adalah mengenai motivasi belajar. Mc Donald (2012)
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang siswa akan belajar
dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dengan demikian,
antara motivasi dengan pencapaian tujuan belajar berhubungan erat. Artinya,
seseorang melakukan sesuatu kalau memiliki tujuan yang jelas itu maka akan
bangkit dorongan untuk mencapainya. Motivasi akan menyebabkan terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia baik yang menyangkut
kejiwaan, perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan.
Unsur kedua, yaitu bahan belajar. Bahan belajar merupakan unsur belajar
yang penting mendapat perhatian guru. Dengan bahan itu, para siswa dapat
mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar.
Menurut Imron (2012) dalam menyediakan bahan belajar ini sangat tergantung
pada tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, siasat pembelajaran yang harus
ditempuh siswa dan ketersediaan bahan pembelajaran. Sebab, dalam komunitas
kelas kemampuan antara siswa satu dengan siswa yang lain berbeda. Siswa lebih
mudah memahami bahan pelajaran yang disampaikan menggunakan lisan atau
cenderung menggunakan daya pandangan siswa. Adapun tipe visual tersebut
siswa lebih mudah memahami bahan pelajaran yang berbentuk tulisan atau
gambar yang lebih menekankan pada penglihatan.
Unsur ketiga, alat bantu pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan
untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar
menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat tersebut maka
pembelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat
waktu dan tenaga, dan hasil belajar lebih bermakna. Alat bantu belajar disebut
juga alat peraga atau media belajar, misalnya dalam bentuk bahan tercetak, alat-
alat yang dapat dilihat (media visual), alat yang dapat didengar (media audio), dan
alat-alat yang dapat didengar dan dilihat (audio visual), serta sumber-sumber
masyarakat yang dapat dialami secara langsung.
Unsur keempat, suasana pembelajaran adalah keadaan atau situasi pada
saat proses pembelajaran. Dalam pandangan tradisional, suasana pembelajaran
yang kondusif adalah jika dalam ruang kelas terasa tenang sementara siswa bisa
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Pada umumnya, model
pembelajaran seperti ini siswa tidak berani mengajukan pertanyaan terhadap hal-
hal yang kurang jelas pada saat guru menyampaikan bahan pelajaran, terkecuali
jika guru telah memberikan kesempatan. Namun pandangan sekarang, suasana
pembelajaran yang kondusif adalah suasana yang mendukung terciptanya kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
belajar yang aktif, baik fisik maupun sosial, dan motivasi belajar siswa yang
besar.
Unsur kelima, yaitu keadaan atau kondisi subjek belajar. Keadaan diri
subjek peserta didik (siswa) yang berperan dalam proses pembelajaran
mencakupi, antara lain: keadaan jasmani dan keadaan mental psikologis,
pengalaman latar belakang keluarga dan lingkungan masyarakat. Kondisi subjek
belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Siswa dapat belajar
secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi memadai,
siap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman
yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar. Jadi, dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan unsur-unsur pembelajaran ialah
berbagai komponen yang dapat menunjang pembelajaran serta dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Hakikat Apresiasi Sastra Cerita Pendek
a. Pengertian apresiasi sastra
Menurut Suroto (1990: 157), kata apresiasi dalam bahasa Indonesia berasal
dari kata appreciation, yang berarti penghargaan. Tepatnya penghargaan yang
didasarkan pada pemahaman. Apresiasi sastra meliputi berbagai aktivitas
seseorang ketika terlibat kontak dengan sebuah karya sastra. Apresiasi ini
berlangsung saat penikmat karya sastra melakukan pemahaman terhadap suatu
karya sastra yang meliputi bunyi, pemahaman diksi, pemahaman kalimat,
gagasan, wacana yang utuh, hingga pengungkapan suatu respons terhadap teks
sastra yang telah ia nikmati.
Pembelajaran sastra dimaksudnya untuk meningkatkan kemampuan siswa
mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi karya sastra berkaitan erat
dengan pelatihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal serta
kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.
Berdasarkan batasan-batasan apresiasi yang telah diuraikan tersebut dapat
disampaikan bahwa apresiasi sastra dapat dimaknai dengan kegiatan memahami
karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Adapun langkah-langkah dalam apresiasi sastra menurut Sayuti (dalam
Nugrahani, 2012: 23) meliputi: (1) interpretasi atau penafsiran, yaitu upaya
memahami karya sastra dengan memberi tafsiran berdasarkan sifat karya itu; (2)
analisis, yaitu penguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya;
dan (3) penilaian, yaitu menentukan kadar keberhasilan atau keindahan karya
sastra yang diapresiasi. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pembelajaran
sastra yang apresiatif, agar wawasan dan kepekaan perasaan siswa dapat
dikembangkan. Melalui pembelajaran sastra yang apresiatif diharapkan siswa
memiliki rasa cinta terhadap sastra, dan sampai pada kesadaran yang lebih baik
terhadap diri dan masyarakat sekitarnya.
b. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek atau sering disingkat cerpen adalah suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan dengan karya-karya fiktif yang lebih panjang, seperti novel.
Menurut Wahyudi (2011: 90), cerita pendek merupakan salah satu jenis fiksi yang
banyak ditulis orang. Cerita pendek memiliki pembaca dan pendengar yang setia.
Sifat cerita pendek itu pendek, cerita pendek biasanya dapat dibaca dalam waktu
singkat. Cerita pendek menjadi satu menu istimewa dalam media massa cetak,
sebuah stasiun radio, dan majalah.
A. Bakar Hamid berpendapat (dalam Layun Rampan, 1995: 10) bahwa
yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya
perkataan yang dipakai antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu
watak, dan adanya satu kesan.
Yudiono Ks berpendapat (dalam Layun Rampan, 1995: 10) bahwa yang
disebut cerita pendek itu adalah cerita yang bersumber pada suatu persoalan
kehidupan, suatu nilai kehidupan, yang menjadi tema cerita. Senada dengan
pendapat tersebut, Mohammad Diponegoro (dalam Layun Rampan, 1995: 11)
disederhanakan seperti berikut: (1) cerita pendek harus pendek; (2) cerita pendek
mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik; (3) cerita pendek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
harus ketat dan padat; (4) cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya
bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu kinan atau rekaan; dan (5) cerita
pendek harus menimbulkan kesan yang selesai tidak lagi mengusik dan
menggona, karena ceritanya seperti masih berlanjut.
Jamalus dan Hasan (1974: 3) mengemukakan bahwa pada cerpen biasanya
pengarang tidak melukiskan seluruh masa kehidupan pelakunya, yang dipilih ialah
sebagian saja, yang benar-benar mempunyai arti untuk ditampilkan. Bagian yang
dipilih memperlihatkan bahwa tokoh cerita tersebut menghadapi suatu pertikaian
conflict, serta bagaimana akhirnya pertikaian itu diselesaikan.
Suroto (1990:18) berpendapat bahwa cerpen atau cerita pendek adalah
suatu prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh
dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut terdapat peristiwa lain tetapi
peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya sekedar sebagai
pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti hanya
dikonsentrasikan pada suatu peristiwa yang menjadi pokok ceritannya.
HB. Yasin (dalam Suroto, 1990:18), juga mengemukakan bahwa ukuran
fisik secara nyata akan panjang pendeknya sebuah cerpen emang tidak akan ada
tetapi “sebuah cerita yang memakan seratus halaman tentu bukan sebuah cerpen”.
Ukuran yang dipergunakan hanyalah kesingkatan dan kepadatan ceritannya serta
penonjolan satu peristiwa yang benar-benar dianggap penting oleh pengarang.
Dengan kata lain apa yang hendak disampaikan pengarang lewat cerpen benar-
benar terasa. Kesingkatan sebuah cerpen benar-benar pendek. Pendek peristiwa
dan penyampaiannya. Jadi, peristiwa yang disampaikan itu terasa sepintas
sekalipun dalam kesepintasannya itu menampilkan berbagai kemungkinan tafsir
yang berangkali bisa panjang, sedangkan keterpaduan dan keutuhan antara unsur-
unsur yang membangun dalam bentuk yang pendek merupakan kepadatan sebuah
cerpen.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli bahasa di atas, dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa cerita pendek adalah salah satu jenis karya sastra hasil
interpretasi pengarang yang pendek, singkat, padat, dan padu sehingga
memberikan kesan tunggal bagi pembacanya, yang berarti menampilkan satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kebulatan ide. Sebuah cerita pendek yang utuh dan bulat yang tidak mungkin atau
dimungkinkan dalam bentuk yang panjang seperti roman atau novel.
c. Struktur Cerita Pendek
Struktur ialah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks. Dalam
sebuah struktur terdiri dari beberapa unsur pembentuk yang saling berkaitan atau
saling berhubungan. Sementara itu, dalam sebuah cerita pendek terdapat beberapa
unsur pembentuk cerita. Menurut unsur-unsur pembangun fiksi meliputi fakta
cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan
diceritakan di dalam sebuah karya fiksi, yang mengandung unsur plot, tokoh, dan
latar. Sarana cerita merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam
memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana cerita melibatkan unsur judul,
sudut pandang, gaya, dan nada. Tema biasanya berpangkal pada alasan tindak atau
motif tokoh.
1) Plot/Alur Cerita
Salah satu elemen terpenting dalam pembentuk karya fiksi adalah
plot cerita. Dalam analisis cerita, plot sering pula disebut dengan istilah
alur. Dalam pengertiannya yang paling umum, Sundari, dkk berpendapat
(dalam Fananie, 2000: 93), plot atau alur sering diartikan sebagai
keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita.
Plot adalah ruangan dalam dari jalan cerita, atau suatu
perkembangan jalan cerita dan kejadian yang disebabkan suatu konflik.
Oleh sebab itu, plot sendiri muncul karena adanya suatu peristiwa, dan
peristiwa tersebut ada sebabnya, di dalam sebab tersebut ada sebuah
konflik. Ada pun timbulnya konflik ialah, konflik memuncak, konflik
klimaks, dan pemecahan masalah (Layun Rampan, 1995: 61).
Stanton berpendapat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 113) bahwa plot
adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat saja, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pengembangan plot
ditentukan oleh tiga faktor esensial, yaitu: peristiwa, konflik, dan klimaks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Peristiwa merupakan peralihan dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain. Konflik merujuk pada suatu peristiwa atau kejadian yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh para tokoh cerita. Konflik dapat berupa
suatu peristiwa dramatik pertarungan antara dua kekuatan seimbang.
Konflik yang telah mencapai titik intensitas tertinggi disebut klimaks.
Klimaks sangat menentukan arah perkembangan plot. Keberadaan klimaks
menentukan bagaimana permasalahan atau konflik bisa diselesaikan.
Plot tidak hanya dilihat dari jalannya suatu peristiwa akan tetapi
perlu dianalisis bagaimana peristiwa-peristiwa yang muncul mampu
membangun satu tegangan atau konflik tokohnya. Propp berpendapat
(dalam Fananie, 2000: 94) bahwa yang dimaksud fungsi plot adalah
aktivitas dramatik tokoh (act dramatic persona) yang didasarkan atas
signifikansi sudut pandang dari sejumlah peristiwa yang membangun
cerita secara keseluruhan.
2) Tema
Setiap cerita mempunyai tema atau dasar, yang merupakan tujuan.
Penulis melukiskan watak para pelaku dalam ceritanya dengan tema
tersebut. Tema merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita.
Walaupun penulis tidak menjelaskan apa tema ceritanya, secara eksplisit,
namun tema dapat dirasakan oleh pembaca sesuai membacanya.
Layun Rampan (1995: 86) menyatakan bahwa tema dalam sebuah
cerita pendek bisa disamakan dengan fundamen sebuah bangunan. Tentu
saja tidak mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa fundamen. Dengan
kata lain, tema adalah ide pokok sebuah cerita pendek. Tema adalah ide,
gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra.
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat
menjiwai seluruh bagian cerita itu (Nurgiyantoro, 1995: 68). Dari berbagai
pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan
utama yang menjiwai seluruh gagasan utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Penokohan/Perwatakan
Penokohan adalah proses penciptaan citra tokoh yang terdapat
dalam sebuah karya sastra, pembaca cenderung mengklasifikasikan tokoh
antagonis dan protagonis. Senada dengan pendapat di atas, Jones (dalam
Nurgiyantoro, 1995: 165) menyatakan “penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita”. Orang-orang yang ditampilkan dalam cerita disebut tokoh cerita.
Watak atau karakter menurut Layun Rampan (1995: 45)
merupakan pelukisan manusia pelaku yang memiliki keistimewaan dan
kelemahan. Menurut R. V. Cassill (dalam Layun Rampan, 1995: 45)
menjelaskan watak atau karakter adalah pelukisan kepribadian manusia
yang mengambil peranan dalam suatu kejadian. Di dalam cerita pendek
berhasil tidaknya sebuah cerita banyak ditentukan oleh berhasil tidaknya
penciptaan watak atau karakter tersebut.
Perwatakan dari seorang tokoh dapat dilihat dari deskripsi yang
diberikan oleh pengarang secara langsung atau tidak langsung. Secara
langsung, artinya pengarang mendeskripsikan watak tokoh, dan secara
tidak langsung, artinya tokoh dapat dicerminkan dari setiap dialog yang
berlangsung.
4) Setting/Latar
Setting atau latar, yaitu tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah
cerita. Layun Rampan (1995: 42) menjelaskan bahwa latar atau setting
bertumpu pada tempat dan waktu. Latar tempat merujuk pada suatu
kawasan secara geografik, konkret, dan setting waktu merujuk pada suatu
waktu tertentu. Latar dalam cerita pendek sastra tidak hanya menjadi latar
belakang, akan tetapi ia harus mendukung cerita secara keseluruhan.
Abrams berpendapat (dalam Fananie, 2000: 97), setting merupakan
satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut
akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Wahyudi (2011: 70),
membedakan latar menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial. Latar tempat menunjuk pada tempat atau ruang cerita terjadi. Latar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
waktu menunjuk pada kapan cerita terjadi. Latar sosial, yaitu suasana
kehidupan masyarakat dan kebiasaan. Jadi, keberadaan sebuah setting
hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan
bagaimana situasi peristiwa tersebut berlangsung, melainkan berkaitan
juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan
masyarakat pada saat cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat
diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak
tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial, dan pandangan
masyarakatnya. Fungsi setting dalam sebuah karya tidak bisa dilepaskan
dari masalah yang lain seperti tema, tokoh, bahasa, medium sastra yang
dipakai, dan persoalan-persoalan yang muncul yang kesemuanya
merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan (Fananie, 2000: 98).
5) Point of View (Sudut Pandang)
Sudut pandang ialah pandangan seorang pengarang untuk
menyajikan tokoh tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam
cerita. Jadi sudut pandang ini erat hubungannya dengan teknik bercerita
dari pengarang, sebagaimana yang ditampilkan ke dalam diri tokoh itu
adalah sikap si pengarang dalam memandang masalah hidup dan
kehidupan ini (Layun Rampan, 1995: 39).
Abram berpendat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 248), Sudut
pandang, point of view, menyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan.
Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada
pembaca.
Booth berpendapat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 249), Sudut
pandang bagaimanapun merupakan sesuatu yang menyaran pada masalah
teknis, sarana untuk menyampaikan maksud yang lebih besar daripada
sudut pandang itu sendiri. Sudut pandang merupakan teknik yang
dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan karya
artistinya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Gaya
Pada dasarnya penggunaan gaya bahasa sastra berangkat dari tiga
hal pokok, yaitu pilihan kata, pembentukan kata di dalam kalimat, dan
nada (tone) (Layun Rampan, 1995: 63). Gorys Keraf berpendapat (dalam
Layun Rampan, 1995: 63) bahwa “gaya merupakan bagian pilihan kata
yang mempersoalkan cocok-tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa
tertentu untuk mengahapi situasi-situasi tertentu … karena persoalan gaya
bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan: pilihan kata secara individual,
frasa atau klausa, dan kalimat, atau mencakup sebuah wacana secara
keseluruhan”. Gaya ditandai oleh ciri-ciri kebahasaan seperti pilihan
kata/diksi, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan
kohesi, dan sebagainya.
7) Suasana Cerita
Layun Rampan (1995: 69) berpendapat bahwa suasana dalam
cerita pendek dapat dibagi menjadi dua, yaitu suasana yang bermakna
atmosphere, yang berarti warna setempat, dan suasana yang bermakna
mood yang mengacu pada cita rasa yang diperoleh seorang pembaca kala
ia menikmati cerita pendek yang dibacanya. Suasana yang bermakna
atmosphere merupakan cakrawala pandangan yang dikemukakan seorang
pengarang, yaitu yang berhubungan dengan setting/latar, yang bertujuan
untuk menghidupkan cerita. Suasana yang bermakna mood atau suasana
hati adalah suatu kenyataan yang dibentuk pengarang agar pembacanya
larut di dalam cerita, dengan segala kekaguman oleh unsur yang dianggap
agung atau mulia, baik, benar, dan berguna bagi kehidupan. Memang
suasana tidak digambarkan secara khusus, karena suasana harus menyatu
di dalam jalan cerita dan plot, akan tetapi ada bagian tertentu yang
dideskripsikan, yaitu berupa panorama fisik atau batin, sehingga mampu
menggambarkan ketrenyuhan pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek
Dalam penelitian ini akan membahas apresiasi sastra prosa, yaitu
membaca dan mendengarkan cerita pendek. Sejalan dengan pentahapan dalam
kegiatan apresiasi sastra, maka tahap pertama adalah tahap penikmatan. Pada
tahap ini penikmat melakukan kegiatan membaca, melihat, menonton atau
mendengarkan cerita pendek. Tahap kedua adalah penghargaan, tahap ini
penikmat melakukan tindakan melihat kebaikan dan manfaat yang diperoleh dari
cerita pendek tersebut. Tahap ketiga adalah pemahaman, tahap ini penikmat
melakukan tindakan meneliti, menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik serta
menyimpulkan secara keseluruhan isi cerita pendek. Tahap keempat adalah
penghayatan, tahap ini penikmat mencari hakikat atau makna dalam cerita pendek
tersebut. Tahap terakhir, tahap kelima adalah implikasi atau penerapan, tahap ini
penikmat menemukan ide gagasan dari pembacaan cerita pendek tersebut.
e. Pedoman Penilaian dalam Apresiasi Cerita Pendek
Culen melalui Fatul Himam berpendapat (dalam Kunandar 2009: 379),
penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi
pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses
pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Kunandar (2009: 379) menjelaskan penilaian adalah kegiatan
menafsirkan hasil pengukuran, misalnya tinggi, rendah, baik, buruk, indah, jelek,
lulus belum lulus, dan sejenisnya.
Penilaian secara singkat dapat diartikan sebagai proses pengumpulan
informasi untuk mengetahui pencapaian belajar perserta didik. Kunandar (2009:
380) juga menjelaskan bahwa prinsip penilaian yang penting adalah akurat,
ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Akurat, berarti
hasil belajar mengandung kesalahan sekecil mungkin. Ekonomis, berarti sistem
penilaian mudah dilakukan dan murah. Sistem yang digunakan harus mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran. Penilaian dapat diukur dengan menggunakan
tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pernyataan atau tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan,
psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atu ketentuan yang dianggap benar. Pengukurang diartikan
sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang
jelas. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar.
Secara klasik, tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan
kegagalan dan keberhasilan seorang perserta didik. Namun dalam
perkembangannya, tujuan evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik
kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk
melakukan perbaikan.
Dalam penelitian ini, alat ukur yang berupa tes digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman apresiasi cerita pendek siswa. Tes dibagi menjadi dua, yaitu
tes subjektif atau sering disebut juga esai (uraian) dan tes objektif. Bentuk tes
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes subjektif atau esai
(uraian).
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal
yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Keunggulan dari tes uraian adalah: (1) dapat mengukur aspek kognitif
yang lebih tinggi; (2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa; (3) dapat
melatih kemampuan berpikir yang teratur; dan (4) dapat mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah (problem sorving), Kunandar (2009: 408).
Dalam menyusun soal-soal bentuk tes uraian hendaknya diperhatikan
kaidah sebagai berikut (Kunandar, 2009: 408-409):
1) Batasi ruang lingkup materi dengan memilih materi/bahan pelajaran yang
esensial yang dapat mewakili materi lainnya.
2) Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami dan
dimengerti siswa.
3) Jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama.
4) Tulislah jawaban (kunci) yang ideal sebelum menulis soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
5) Gunakan kata-kata kerja perintah, misalnya: hitunglah, jelaskanlah,
buktikanlah, uraikanlah, berikanlah, dan sebagainya.
6) Tulislah skor untuk masing-masing soal bagi jawaban yang benar.
Dalam tes uraian tidak ada jawaban yang pasti, kita akan menemukan
beraneka ragam jawaban dari siswa satu dengan siswa lainnya. Beberapa langkah
yang tepat untuk mengatasi hal tersebut, yaitu: (1) membaca setiap jawaban yang
diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah kita
susun; (2) membubuhkan skor di sebelah kiri setiap jawaban. Ini dilakukan per
nomor soal; (3) menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal,
dan terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian.
3. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran, secara harfiah berarti perantara yang diperlukan
dalam pembelajaran. Sulistyo, Edi Tri, Sunarmi, Jumiyanto widodo. (2011: 1),
berpendapat bahwa media (dalam bahasa latin adalah bentuk jamak dari kata
median), yakni dapat berupa alat/bahan yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam proses belajar-mengajar yang
dimaksud adalah pesan/materi pembelajaran yang disampaikan baik oleh
pendidik, dosen, tutor kepada peserta didik.
Gagne berpendapat (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2)
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik
yang dapat merangsang untuk belajar. Senada dengan pendapat tersebut, Briggs
(dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2) berpendapat bahwa media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik
untuk belajar.
Mudhoffir (1990: 81) menjelaskan bahwa media adalah sumber belajar.
Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
membuat kondisi siswa untuk memungkinkan memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Sedikit berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan
Nasional (National Education Association/NEA) (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan
Widodo, 2011: 2), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun
audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar, dan dibaca. Walaupnya banyak batasan mengenai media, tetapi sekian
banyak batasan tersebut pada intinya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi, Arief S Sadiman (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan
Widodo, 2011: 2).
Arti media menurut New by (dalam Prawiradilaga, 2008: 64) adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan
pembelajaran atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang.
Selanjutnya menurut Hamalik (1989: 127), media adalah alat yang
membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional dalam ruang
lingkup materi pengajaran tertentu. Media dalam dunia pendidikan ialah
seperangkat alat bantu atau perlengkatan yang digunakan oleh guru atau pendidik
dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kondisi waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan.
Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan
pesan dan informasi (Hamzah dan Lamatenggo, 2010:116). Pemilihan media yang
tepat menurut (Prawiradilaga, 2008: 66), yang tepat ditentukan oleh: (1) situasi
pembelajaran. Apakah sistem penyampaian ditujukan untuk seorang peserta didik
atau pebelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau belajar jarak
jauh; (2) peserta didik atau pebelajar berikut karakteristiknya seperti tipe belajar,
usia, dan minat; (3) tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari
oleh peserta didik; (4) ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi
belajar; (5) kemampuan pengajar untuk menggunakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
haruslah memenuhi kriteria untuk mengomunikasikan bahan ajar kepada peserta
didik. Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan menjadi stimulus bagi
perkembangan kreativitas peserta didik dalam belajar.
Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan dapat mengkonkretkan
informasi yang dikomunikasikan sehingga informasi tersebut dapat diterima dan
diserap semaksimal mungkin oleh penerima informasi tersebut. Pemilihan media
sangatlah penting. Media yang digunakan tidak harus mahal dan mentereng tetapi
media yang dapat mengantarkan informasi kepada si penerima informasi. Dengan
kata lain media yang digunakan dalam pembelajaran harus menunjang proses
belajar siswa sehingga siswa mampu menguasai indikator pembelajaran dalam
sebuah standar kompetensi.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas dapat
dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut
software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar
dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa
sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja
membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajar, tetapi memberikan nilai
tambah kepada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media,
baik yang canggih dan mahal, ataupun media yang sederhana dan murah.
Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi
(pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga
dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian
data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memadatkan informasi. Jadi, dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah
sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) berpendapat (dalam Warpala, 2012) bahwa fungsi
media (media pendidikan) secara umum adalah sebagai berikut: (1) memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (2) mengatasi keterbatasan
ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke
kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dan sebagainya, peristiwa yang terjadi
di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, foto atau film bingkai; (3)
meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri
berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (4)
memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi
siswa terhadap isi pelajaran.
Fungsi media, khususnya media visual memiliki empat fungsi, yaitu:
fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam
fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati
dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam
hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media
visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan
pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung
dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media
pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya
lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks.
Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi
siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (2009)
mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (1)
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik
perhatian mereka; (2) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian
tujuan pengajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (4) siswa lebih banyak
melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi
juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
Kemp, dkk (dalam Hamzah dan Lamatenggo, 2010: 124) menjabarkan
sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
1) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar.
2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
3) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif.
4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi.
5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan.
6) Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan
yang diinginkan.
7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dalam proses belajar menjadi
lebih kuat/baik.
8) Memberikan nilai positif bagi pengajar.
Peran media pembelajaran menurut Smaldino (dalam Prawiradilaga, 2008:
64), di antaranya:
1) Diatur Pengajar (instructor-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan menjadi
bagian dari penyajian materi yang disajikan oleh pengajar tersebut.
2) Diatur Peserta Didik (learner-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik itu sendiri
karena ia merasa bahwa ia ingin terlibat langsung dalam kegiatan
belajarnya. Sarana laboratorium, modul adalah media pembelajaan
yang memang khusus pemanfaatannya diatur oleh siswa sendiri.
3) Belajar Jarak Jauh (distance-educated)
Belajar jarak jauh memerlukan telekomonikasi yang memadai baik
untuk interaksi yang bersifat sinkron atau asinkron.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar-
mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap
pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan
penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik
pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar
yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media
pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam
suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental.
Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi
pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan
pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.
c. Jenis Media Pembelajaran
Secara umum jenis media dalam pembelajaran bahasa kedua dibedakan
menjadi 2 (dua), yakni: (1) media alami (natural) dan (2) media buatan (artifisial).
Media alami (natural) dibatasi bahwa media tersebut sudah ada demikian adanya
(tanpa harus dibuat atau diciptakan) dan tinggal digunakan dalam pembelajaran.
Misalnya: lingkungan, peristiwa, dan fenomena alam. Lain halnya media alam,
media buatan (artifisial) dibatasi bahwa media tersebut belum ada namun dibuat
atau diciptakan sebelum media tersebut digunakan dalam pembelajaran. Misalnya:
gambar, film, video, buku, kamus atau ensiklopedi. Kedua media tersebut dapat
digunakan dalam pembelajaran bahasa (Indihadi, 2009:6).
Jenis media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran cukup banyak
ragamnya, mulai dari media yang sederhana, sampai media yang cukup rumit dan
canggih. Penggolongan jenis media pembelajaran ialah berdasarkan teknologi
yang digunakan, mulai media yang teknologinya rendah (low technology) sampai
pada media yang menggunakan teknologi tinggi (high technology). Apabila
penggolongan media ditinjau dari teknologi yang digunakan, maka
penggolongannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
Dengan demikian penggolongan media dapat berubah dari waktu ke
waktu. Misalnya dalam era tahun 1950 media televisi dikategorikan sebagai media
berteknologi tinggi, tetapi kemudia pada era tahun 1970/1980 media tersebut
bergeser dengan kehadiran media komputer. Pada masa tersebut komputer
digolongkan sebagai media dengan teknologi yang paling tinggi. Tetapi kemudian
pada tahun 1990 tergeser kedudukannya dengan kehadiran media komputer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini berlangsung selama ilmu dan
teknologi terus berkembang. Salah satu bentuk klasifikasi media pembelajaran
yang disusun oleh Hinichi, dkk (dalam Hamzah dan Lamatenggo, 2010: 123)
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Klasifikasi dan Jenis Media
KLASIFIKASI JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan (non
projecded media)
Realita, model, bahan grafis (graphic
material), display
Media yang diproyeksikan (projecded
media)
OHT, slide, Opaque
Media video (video) Audio kaset, audio vision, active audio
vision
Media video (video) Video
Media berbasis komputer (computer
based media)
Computer Assisted instruction (CAI)
computer managed instruction (CMI)
Multimedia kit Perangkat praktikum
Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinichi ini pada dasarnya adalah
penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut
masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan/diproyeksikan, atau
apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat
audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya.
Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa kedua hendaknya
disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas. Langkah-langkah
penggunaan media tersebut harus sudah dirumuskan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran tersebut. Langkah-langkah penggunaan tersebut berfungsi sebagai
pedoman atau acuan guru menggunakan media di kelas. Apabila penggunaan
tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, maka efektivitas media
menjadi di luar harapan oleh karena jenis media apapun yang akan digunakan
perlu dirumuskan langkah-langkah penggunaannya dalam RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) bahasa (Indihadi, 2009:7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Menurut (Prawiradilaga, 2008: 66), pemilihan media dan sumber belajar
yang tepat ditentukan oleh :
1) Situasi pembelajaran
Apakah sistem penyampaian ditujukan untuk seorang peserta didik
atau pebelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau
belajar jarak jauh.
2) Peserta didik atau pebelajar berikut karakteristiknya seperti tipe
belajar, usia dan minat.
3) Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari oleh
peserta didik.
4) Ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi belajar.
5) Kemampuan pengajar untuk menggunakannya jika akan digunakan
dalam KBM dengan pola konvensional.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis media media buatan (artifisial)
yaitu media pembelajaran audio visual/video yang memiliki unsur gerakan dan
suara. Pemilihan media pembelajaran yang berupa audio visual ini dipilih karena
beberapa pertimbangan, Pertama, ialah bahwa media pembelajaran audio visual
ini dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi.
Kedua, dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek membutuhkan keterampilan
menyimak yang banyak mengandalkan keterampilan motorik siswa dan untuk
mengoptimalkan keterampilan mencermati siswa, peneliti mencoba menerapkan
media audio visual yang berupa rekaman pembecaan cerita pendek yang dikemas
dalam CD (compact disc).
d. Pengertian Media Audio Visual
Prastowo (2011: 264) memaparkan bahwa bahan ajar audio merupakan
salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem
yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau
diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka
dalam menguasai kompetensi tertentu. Media visual, artinya semua alat peraga
yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera
mata. Media visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat dilihat dengan
indera penglihatan (Daryanto, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sebagai media audio visual dengan memiliki unsur gerakan dan suara,
video dapat digunakan sebagai alat batu mengajar pada berbagai bidang studi.
Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta
didik untuk melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi dengan ruang kelas.
Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya atau bahkan tidak dapat
dikunjungi oleh peserta didik karena lokasinya yang sangat jauh, dapat dihadirkan
melalui media audio visual.
Keterampilan yang dapat dilatihkan melalui media audio visual yang
berupa video ini tidak hanya berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga
keterampilan interpersonal seperti keterampilan dalam psikologi dan hubungan
dengan masyarakat. Di samping itu keterampilan manajerial juga dapat dilatihkan
melalui pemanfaatan media audio visual. Pengajar dapat memilih program-
progam video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, menyaksikan
bersama di ruang kelas dan kemudian membahas serta mendiskusikannya.
Teachers have begun to understand how using audio visual cassettes or
CDs in the classroom can increase the circle of readers by engaging learners with
auditory and spatial intelligence learning styles. Through the use of audio
cassettes or CDs in classes, these students can use their own learning styles
(Reissman, 2011).
Guru mulai memahami bagaimana menggunakan kaset audio visual atau
CD di dalam kelas dapat meningkatkan lingkaran pembaca dengan melibatkan
peserta didik menggunakan pendengaran dan gaya belajar kecerdasan spasial.
Melalui penggunaan kaset audio atau CD di kelas, para siswa dapat menggunakan
gaya belajar mereka sendiri (Reissman, 2011).
Pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan media audio
visual ini dapat meningkatkan minat siswa dalam mencermati sebuah cerita
pendek. Karena cerita pendek yang disajikan dapat dilihat dan didengar sekaligus,
sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mencermati cerita pendek. Penyajian
cerita pendek dengan menggunakan media audio visual juga lebih mudah diingat
oleh siswa sehingga siswa tidak perlu mendengarkan cerita pendek untuk yang
kedua dan ketiga kalinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual
Anderson (2012) berpendapat bahwa dalam media audio visual terdapat
kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan media audio visual menurut Anderson (2012), di antaranya:
1) Dapat digunakan untuk klasikal atau individual
2) Dapat digunakaan seketika.
3) Digunakan secara berulang.
4) Dapat menyajiakan materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas
5) Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya
6) Dapat menyajikan obyek secara detail
7) Tidak memerlukan ruang gelap
8) Dapat di perlambat dan di percepat
9) Menyajikan gambar dan suara
Kekurangan/kelemahan media audio visual antara lain sebagai berikut:
1) Media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja,
karena media audio visual cenderung tetap di tempat
2) Biaya pengadaannya relatif mahal
3) Memerlukan keahlian khusus
Jadi, penggunaan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita
pendek ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dalam
penyajian video rekaman pembacaan cerita pendek dapat disajikan gambar dan
suara sekaligus serta video tersebut juga dapat diperlambat dan dipercepat.
Kelemahan penggunaan media audio visual ini dalam pembelajaran apresiasi
cerita pendek ialah penggunaan media ini memerlukan keahlian khusus, tidak
semua guru mata pelajaran bisa menggunakan media yang memerlukan LCD ini
untuk menayangkan di depan kelas dan media audio visual tidak dapat digunakan
dimana saja dan kapan saja, karena cenderung tetap di tempat.
f. Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita
Pendek
Menurut Anderson (2012), ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penggunaan media audio visual untuk pembelajaran, yaitu:
1) Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru
memilih media audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran
yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya dalam
bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan
dengan jam pelajaran.
3) Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan
penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan
persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.
4) Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru
melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
Dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek guru mempersiapkan materi
unsur-unsur cerita pendek terlebih dahulu, kemudian guru memilih media audio
visual yang berupa pembacaan cerita pendek untuk digunakan dalam
pembelajaran. Guru juga harus memperhitungkan durasi waktu video pembacaan
cerita pendek tersebut dengan jam pelajaran. Selanjutnya, guru mempersiapkan
kondisi kelas dalam keadaan yang tenang untuk mencermati video pembacaan
cerita pendek. Setelah pemutaran video rekaman pembacaan cerita pendek
sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab untuk mengetahui sejauh
mana siswa menyerap video pembacaan cerita pendek tersebut.
g. Keunggulan Penggunaan Media Audio Visual dalam Apresiasi Cerita
Pendek
Keunggulan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi
cerita pendek ialah: (1) pembelajaran apresiasi cerita pendek lebih menarik dan
menyenangkan; (2) cerita pendek yang ditayangkan dengan gambar dan suara
lebih mudah diingat oleh siswa; dan (3) dengan audio visual dapat memutarkan
video-video lucu yang dapat menyegarkan pikiran siswa dan memberikan pesan
moral bagi siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Utama (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Media
Pengajaran dalam meningkatkan Mutu Pendidikan pada Program Manajemen
Bisnis Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS UPI menjelaskan bahwa media
pengajaran pada Program Studi Manajemen Bisnis mempunyai hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
erat dengan mutu pendidikan mahasiswa. Data tersebut diperoleh dengan
menggunakan survei melalui penyebebaran kuesioner terhadap mahasiswa
program studi Manajemen Bisnis dari berbagai angkatan. Dari data yang diperoleh
tersebut terlihat bahwa banyak mahasiswa program studi Manajemen Bisnis dari
berbagai angkatan yang mengisi “setuju” bahwa media pengajaran berperang
penting dalam ada meningkatkan mutu pendidikan pada Program Manajemen
Bisnis Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS UPI.
Afriyani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Media
Lagu dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Menulis Narasi (Penelitian
Tindakan Kelas Siswa Kelas 1 SMPN 22 Bandung Tahun Ajaran 2005/2006).
Dalam penelitian ini untuk melihat apakah pemanfaatan media lagu dapat
meningkatkan pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas 1 SMPN 22 maka
dimulai langkah-langkah penelitian tindakan kelas sederhana, yaitu siklus 1
sampai siklus 3. Mencari modifikasi baru bagi perbaikan metode yang digunakan
dalam penyajian materi pelajaran menulis narasi yang dilakukan pada siklus 2.
Dari pelaksanaan dua siklus pembelajaran menulis narasi yang dilakukan maka
dilanjutkan pada pengolahan data dengan mencari rata-rata nilai yang diperoleh
siswa. Rumus sederhana yang digunakan untuk melihat nilai rata-rata siswa
adalah indikator keberhasilan. Kriteria ketuntasan yang penulis tetapkan adalah
minimal mencakup 75%. Setelah dilakukan dua siklus untuk melihat dari hasil
proses pembelajaran ternyata peningkatan rata-rata masih dirasa kurang cukup
untuk mencapai target KKM jadi dilanjutkan dengan siklus 3. Pada siklus 3
perubahan yang terjadi cukup besar dimana pencapaian penguasaan siswa telah
mencapai KKM. Rata-rata nilai siswa 78,75%.
Dari hasil ini peneliti melihat bahwa perencanaan pembelajaran menulis
dengan menggunakan media lagu dapat membantu dan memotivasi siswa dalam
menulis karangan narasi. Dengan pembelajaran tersebut, siswa terlihat lebih aktif
dan memberikan respons positif terhadap setiap pembelajaran yang telah
berlangsung. Kemampuan siswa menulis karangan narasi dengan menggunakan
media lagu meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus III dan nilai rata-
rata siswa pun meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Wicaksono (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Media Audio: Penelitian
Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran
2006/2007 menjelaskan bahwa dengan pemanfaatan media audio dalam
pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat meningkatkan kegitan belajar-
mengajar. Melalui media audio siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
Keaktifan itu disebabkan media audio mengandung unsur kebaruan dalam
pembelajaran. Penelitiannya ini dilaksanakan dalam 3 siklus, yaitu siklus 1 sampai
siklus 3.
Dalam tindakan siklus pertama dan kedua dilaksanakan di ruang kelas.
Ketika itu, hasil yang didapat masih kurang optimal. Hal ini disebabkan
pelaksanaan pembelajaran apresiasi pembecaan cerita pendek membutuhkan
lingkungan yang terkondisi dengan baik. Sehingga dalam tindakan siklus yang
ketiga dilaksanakan di ruang multimedia, ruang tersebut terbukti dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek. Keberhasilan
pemanfaatan media audio dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
apresiasi cerita pendek ini dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.
Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi. Hal ini terbukti dalam siklus
I sebanyak 46% (14 siswa dari 31 siswa), siklus II sebanyak 71% (22 siswa dari
31 siswa, dan siklus III sebanyak 81% (25 siswa dri 31 siswa) mengikuti
apersepsi. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hal ini
dilihat dari siklus I keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar
sebesar 61% (19 dari 31 siswa, siklus II sebesar 75% (23 dari 31 siswa) dan siklus
III sebesar 87% (27 dari 31 siswa). Peningkatan hasil dapat dilhat dari hasil
belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya.
Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam apresiasi cerita
pendek sebesar 46% (14 dari 31 siswa), siklus II sebesar 64% (20 dari 31 siswa,
dan pada siklus III sebesar 75% ( 23 dari 31 siswa).
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menerapkan
media audio visual dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi
cerita pendek siswa melalui penelitian tindakan kelas. Hasil refleksi maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
saran-saran dari peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dalam melakukan
penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat
dijadikan pedoman agar penelitian yang dilakukan dapat meningkatkan
pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Kebakkramat.
C. Kerangka Berpikir
Sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan sering kali masih
mengesampingkan pembelajaran tentang sastra. Hal tersebut mengundang
berbagai pendapat bahwa pembelajaran sastra seolah dianaktirikan dari mata
pelajaran Bahasa Indonesia karena kurangnya minat siswa untuk mempelajari
sastra. Sementara itu, kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
mengintegrasikan setiap bahasan atau tema kemampuan berbahasa maupun
kemampuan bersastra.
Pengajaran apresiasi sastra khususnya cerita pendek sejauh ini masih
mengalami banyak kesulitan. Hal tersebut tidak luput dari metode pembelajaran
dan media pembelajarannya yang kurang mendukung proses belajar. Metode dan
media pembelajaran yang terkesan monoton, yaitu cara pengajaran apresiasi cerita
pendek yang hanya diberikan sepintas lalu diberi tugas oleh guru. Permasalahan
tersebut mengakibatkan siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi
untuk mempelajari sastra, terutama cerita pendek.
Menyadari akan hal tersebut, peneliti berusaha menawarkan sebuah
inovasi pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan audio visual.
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA
Negeri Kebakkramat dengan menggunakan media audio visual, yaitu proses
kegiatan belajar-mengajar siswa lebih aktif dan dari hasil evaluasi apresiasi cerita
pendek siswa lebih meningkat dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan media audio visual. Penulis berpendapat bahwa minimnya bahan
ajar dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya cerita pendek merupakan
salah satu faktor kurangnya minat siswa dalam belajar sastra yang berakibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dianaktirikannya pengajaran sastra, khususnya apresiasi cerita pendek dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Media audio visual dipilih dengan pertimbangan peneliti bahwa konsep
belajar pada dasarnya mengkonstruksi lingkungannya. Banyak kita jumpai bahwa
kebiasaan bercerita dalam kehidupan sehari-hari secara lisan lebih diminati oleh
masyarakat daripada cerita secara tertulis. Akhirnya pemanfaatan media audio
visual yang berupa video rekaman cerita pendek dapat dijadikan media dalam
pembelajaran apresiasi cerita pendek di sekolah.
Selain itu alasan lain digunkannya media audio visual ini dengan
pertimbangan bahwa penyajian cerita pendek dengan melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan memudahkan siswa untuk mengingat cerita tersebut.
Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1
berikut ini.
Tindakan
Kondisi Akhir
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Guru menyampaikan
materi pelajaran hanya
dengan menggunakan
metode ceramah,
pembelajaran terkesan
monoton dan kurang
menarik.
Siswa kurang
termotivasi dalam
mempelajari materi
pelajaran sehingga
kemampuan apresiasi
cerita pendek rendah
Guru menyampaikan
materi pelajaran
dengan menggunakan
media audio visual
sehingga pembelajaran
terkesan menarik
peningkatan kemampuan
apresiasi cerita pendek
siswa
Siswa termotivasi
dalam mempelajari
materi pelajaran
Kondisi
Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
D. Hipotesis Tindakan
Berbagai tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat
membawa suatu perubahan kearah yang lebih baik dan peningkatan hasil prestasi
siswa dalam pembelajaran apresiasi ceita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA
Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012. Pendapat tersebut disusun dalam
sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan proses pembelajaran
apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil pembelajaran
apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kebakkramat yang
beralamatkan di Nangsari Kebakkramat, Karanganyar. Kelas yang digunakan
untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XI IPA 1. Di kelas
ini sarana penunjang pembelajaran apresiasi cerita pendek yang tersedia adalah,
buku paket Bahasa Indonesia, dan LKS Bahasa Indonesia.
Alasan pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah (1) sekolah
ini berdekatan dengan tempat kost peneliti; (2) peneliti memiliki kedekatan yang
cukup baik dengan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di sekolah
tersebut; dan (3) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.
Menurut guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia, yaitu bapak
Mutaqin, S. Pd., siswa kelas XI IPA 1 merupakan siswa yang kooperatif dalam
proses belajar dan juga tidak berbeda dengan kelas XI yang lain. Rencana tahap
persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilaksanakan selama empat bulan,
yaitu bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012. Kegiatan perencanaan
(penyusunan proposal) dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret
pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran pada bulan Maret sampai April,
sedangkan penyusunan laporan pada bulan Mei.
Jadwal kegiatan penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 2 . Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Kegiatan
Waktu
Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Persiapan
1. Menyusun proposal x x x x
2. Koordinasi dengan guru dan
KS
3. Menyusun instrumen
B. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Siklus I x x
2. Siklus II x
3. Siklus III
4. Analisis data
C. Penyusunan laporan x x x
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Kebakkramat yang berjumlah 36 siswa dan terdiri dari 6 siswa laki-laki, 30 sisa
perempuan, dengan diperkuat informasi dari guru bidang studi bahasa dan sastra
Indonesia sebagai guru kolaborator yaitu bapak Mutaqin, S. Pd. Pengumpulan
data dari siswa dilakukan dengan cara membagikan angket dan soal-soal tes untuk
kemudian dianalisis sebagai sumber data.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu sebuah penelitian
yang merupakan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah yang lain
untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Peneliti berusaha
mengamati dan mendeskripsikan permasalahan yang dialami guru bidang studi
bahasa dan sastra Indonesia dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.
Selanjutnya, peneliti berusaha memberikan solusi dan alternatif guna mengatasi
permasalahan tersebut. Alternatif tersebut diharapkan mampu memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kontribusi ke arah perbaikan pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas XI IPA
1 SMA Negeri Kebakkramat.
Dalam penelitian ini peneliti bersama-sama guru Bahasa Indonesia
menyusun rencana tindakan bersama. Kemudia peneliti bersama guru
melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah disepakati
bersama. Kegiatan pelaksanaan tersebut diikuti pula dengan kegiatan pemantauan
segala kejadian di dalam kelas. Apabila dirasa kurang maksimal, peneliti mulai
menentukan perencanaan selanjutnya untuk siklus berikutnya. Strategi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk
menjelaskan dan menggambarkan realita yang ada dalam data tertulis.
D. Sumber Data Peneliti
Ada tiga sumber data peneliti yang dijadikan sasaran penggalian,
pengumpulan data, dan informasi dalam penelitian. Sumber data tersebut meliputi:
1. Informan
Dalam penelitian ini menggunakan informan guru bidang studi bahasa dan
sastra Indonesia dan juga siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.
Sumber data informan digunakan untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi oleh guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia dan juga siswa
kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu,
kegiatan pembelajaran aspresiasi cerita pendek di dalam kelas yang dialami
siswa denan menggunakan media audio visual.
3. Dokumen
Dokumen yang berupa rekaman video cerita pendek, hasil tes siswa, rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru dan peneliti,
kurikulum yang ditentukan oleh pihak sekolah, dan daftar nilai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Observasi
Teknik ini dipilih untuk mengamati kegiatan pembelajaran apresiasi
cerita pendek yang sedang berlangsung di dalam kelas. Observasi ini
dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dan siswa di dalam kelas.
Sprandley berpendapat (dalam Sutopo, 2002: 65), bahwa pelaksanaan
teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi: tak berperan sama sekali dan
observasi berperan, yang terdiri dari (1) berperan pasif, (2) berperan aktif, dan
(3) berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga (bagian)
atau anggota kelompok yang sedang diamati.
Dalam observasi atau pengamatan ini, peneliti hanya berperan pasif
yang hanya mengamati jalannya pembelajaran di dalam kelas yang dipimpin
oleh guru bidang studi. Peneliti mengambil posisi tempat duduk paling
belakang, mengamati jalannya pembelajaran serta mencatat segala sesuatu
yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di
tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk
mengamati keseluruhan proses pembelajaran dengan leluasa tanpa
mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung.
2. Angket
Teknik ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang
kekurangan, kelebihan, dan harapan siswa tentang pembelajaran apresiasi
cerita pendek.Teknik pengumpulan data dengan angket dilakukan dengan
cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan penelitian yang digunakan. Angket dalam penelitian ini
diterapkan pada siswa kelas XI IA yang berjumlah 36 siswa.
3. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
diadakan pembelajaran apresiasi cerita pendek melalui media audio visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yang berupa remakan video cerita pendek. Langkah-langkah yang ditempuh
peneliti dalam pengambilan data dengan teknik tes ini adalah dengan
menyiapkan perangkat bahan tes, menilainya serta mengolah data dari hasil
kegiatan pembelajaran
4. Teknik Wawancara
Teknik wawancara ini digunakan untuk memeroleh data guru dan siswa
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita pendek di dalam
kelas. Wawancara mendalam (in depth interview) digunakan untuk mencari
informasi mengenai kesulitan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran
apresiasi cerita pendek dan faktor-faktor penyebabnya. Wawancara yang
digunakan ialah wawancara secara langsung dan tertulis.
5. Analisi Dokumen
Teknik ini digunakan untuk menganalisis dokumen yang telah
terkumpul yang di dapat dari hasil observasi. Dokumen yang dimaksud
berupa berbagai catatan lapangan pembelajaran apresiasi cerita pendek oleh
guru di dalam kelas.
F. Uji Validitas Data
Untuk memeroleh data yang valid perlu dilakukan teknik-teknik sebagai
berikut:
1. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan oleh seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda (Sutopo, 2002: 80).
Teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang telah diperoleh
dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari wawancara dan angket
siswa. Data yang berasal dari siswa diperoleh melalui observasi, angket, dan
wawancara berstruktur. Data yang berasal dari guru diperoleh melalui
wawancara mendalam. Data yang berasal dari siswa tersebut diperoleh
melalui observasi yaitu berupa nilai evaluasi siswa, data tersebut
dibandingkan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Data yang sudah terkumpul digunakan untuk menguji peningkatan
pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa. Juga dapat digunakan untuk
menentukan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, sumber data dari
siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa catatan
lapangan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam jenis penelitian tindakan sama
halnya dengan teknik analisis data pada penelitian kualitatif. Salah satu modelnya
adalah teknik analisis interaktif. Analisis interaktif terdiri atas tiga komponen
kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu: reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan ( Sutopo, 2002: 94).
Penelitian ini reduksi dan sajian data diperoleh dengan cara menyeleksi,
menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data
mentah yang ada pada catatan lapangan dalam pembelajaran apresiasi cerita
pendek. Berbagai data tentang pembelajaran apresiasi cerita pendek yang telah
direduksi dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi atau pun tabel.
Pembeberan data tersebut akan mempermudah penarikan kesimpulan atau
menentukan tindakan selanjutnya.
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2002: 96)
Reduksi data Sajian data
Pengumpulan
data
Penarikan
simpulan/verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
H. Indikator Keberhasilan Penelitian
Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam rancangan
penelitian ini adalah meningkatnya pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa
kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat. Secara terperinci, indikator keberhasilan
tindakan dalam rancangan ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan
No Aspek yang
Di Ukur
Persentase Siswa yang
Di Targetkan
Cara Mengukur
1 Aktif selama
apersepsi
80% Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar
observasi oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah siswa
yang menampakkan
kesungguhan dalam pelajaran.
2 Aktif selama
mengikuti
pelajaran
80% Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar
observasi oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah siswa
yang menampakkan
kesungguhan dalam pelajaran.
3 Berani
membacakan
hasil pekerjaan
dalam forum
diskusi
75% Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar
observasi oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah kelompok
yang mampu menjalin kerja
sama dalam kelompoknya dan
berani membacakan pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4 Ketuntasan hasil
belajar (mendapat
nilai ≥ 6,5)
75% Dihitung dari jumlah siswa
yang memeroleh siswa nilai 6,5
ke atas berdasarkan lembar
penilaian terhadap hasil kerja
siswa dalam mengapresiasikan
cerita pendek.
Persentase yang ditargetkan dalam Tabel 3 indikator keberhasilan tindakan
di atas adalah merupakan hasil diskusi yang ditatapkan bersama-sama oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan dan peneliti.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur dasar penelitian tindakan kelas didasarkan atas menyusun
rencana tindakan bersama, bertindak dan mengamati secara individu dan bersama-
sama pula, kemudian mengadakan refleksi atas berbagai kegiatan yang telah
dilakukan. Proses dasar tersebut terealisasi dalam prosedur penelitian ini dari awal
hingga akhir.
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini berupa penyusunan rancangan tindakan yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan kelas tersebut akan dilakukan (Suhardjono, 2006:75).
Dari hasil identifikasi dan penetapan masalah oleh peneliti kemudian peneiti
mengajukan suatu solusi atau alternatif melalui media berupa audio visual,
yaitu berisi rekaman video cerita pendek dalam pembelajaran apresiasi cerita
pendek.
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus pertama dengan
menggunakan media audio visual berupa rekaman video cerita pendek.
Pengerjaan tugas pada siklus pertama dilakukan secara individu. Pada siklus
pertama, siswa diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran apresiasi cerita pendek dalam melakukan kegiatan eksplorasi,
ketepatan waktu, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek
yang dipertontonkan.
Siklus kedua dilaksanakan sesuai dengan hasil refleksi dan evauasi
dari pelaksanaan siklus pertama. Pengerjaan tugas pada siklus kedua
dilaksanakan secara diskusi kelompok. Tindakan pada siklus kedua ini
mempunyai sasaran untuk meningkatkan proses yang berupa keaktifan siswa
dalam diskusi kelompok, ketepatan waktu dalam eksplorasi, keaktifan siswa
dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan siswa dalam
mengungkapkan hasil diskusi kelompok berupa nilai-nilai yang terkandung
dalam cerita pendek.
Dalam siklus kedua ini diharapkan bisa mencapai indikator
keberhasilan yang sudah ditetapkan. Berbagai perkembangan proses belajar
siswa terus diamati dan dicatat pada catatan lapangan yang akan dilakukan
setiap kali pengambilan data dilaksanakan. Hasil belajar siswa dapat
direpresentasikan melalui pembuatan daftar nilai pada tiap siklus.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, rancangan, strategi, dan scenario penerapan
pembelajaran yang diterapkan. Rancangan tindakan tersebut sebelumnya
sudah dilatihkan si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam
kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario tindakan harus dilaksanakan
dengan baik dan wajar.
Secara keseluruhan tindakan yang telah dilaksanakan dalam penelitian
ini mempunyai tujuan untuk optimisasi terhadap pembelajaran apresiasi cerita
pendek yang selama ini dirasa kurang efektif. Tindakan yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa pemberian media audio visual yang berisi rekaman
video cerita pendek untuk mempermudah siswa dalam melakukan apresiasi.
3. Observasi atau Pengamatan
Pada tahan ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat
pelaksanaan. Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
sedang berjalan, jadi keduanya berjalan pada waktu yang bersamaan. Pada
tahapan ini peneliti melakukan melakukan pengamatan serta mencatat semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan tersebut
berlangsung. Dalam tahapan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif
yang mengamati jalannya pembelajaran di dalam kelas yang dipimpin oleh
guru.
Setelah itu peneliti mengadakan pertukaran pendapat dengan guru
yang bersangkutan mengenai hasil pengamatan peneliti. Dalam kegiatan tukar
pendapat tersebut saling mengungkapkan kelebihan dan kelemahan proses
pembelajaran yang telah berlangsung dengan memfokuskan penampilan guru
di dalam kelas dan respons siswa terhadap materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
4. Refleksi
Pada tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan data yang telah
terkumpul yang kemudian dilakukan evaluasi yang berfungsi untuk
menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi pada tindakan kelas ini
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Hasil dari evaluasi kemudian dianalisis untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan selanjutnya sehingga akan didapat
solusi untuk semua permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan media audio
visual yang berupa rekaman video cerita pendek.
Tahapan berikutnya peneliti mampu mengambil sebuah kesimpulan
yang berupa hasil dari pelaksanaan penelian. Dari hasil pengambilan
kesimpulan ini akan dapat diketahui apakah peneliti berhasil atau tidak
sehingga dapat menentukan langkah berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pratindakan)
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
kegiatan survei awal. Kegiatan survei awal dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan awal yang ada di lapangan mengenai pembelajaran apresiasi cerita
pendek. Pemahaman akan kondisi awal dari kegiatan survei awal ini menjadi
dasar untuk menentukan siklus yang akan dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang dialami guru maupun siswa, khususnya dalam pembelajaran
apresiasi cerita pendek. Peneliti melakukan kegiatan observasi lapangan, yaitu
wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, wawancara dengan siswa, dan angket.
Survei awal dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012. Survei awal ini
dilaksanakan untuk melihat proses pembelajaran apresiasi cerita pendek yang
berlangsung di kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dan melakukan
wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yaitu Bapak Mutaqin, S.Pd. Hasil dari
kegiatan suvei awal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Siswa Kurang Antusias dalam Mengikuti Pembelajaran Apresiasi Cerita
Pendek
Survei awal menunjukkan bahwa siswa kurang antusias dalam
mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran apresiasi cerita pendek.
Hal ini terbukti pada saat peneliti melakukan pengamatan. Siswa terlihat pasif
saat pembelajaran berlangsung. Ada beberapa siswa yang tampak
memperhatikan penjelasan guru, namun ada pula siswa yang ramai sendiri
berbicara dengan temannya. Siswa yang aktif saat pembelajaran berbicara
ditunjukkan dengan antusias mendengarkan penjelasan guru dan terkadang
menanggapi pertanyaan yang diberikan guru, tidak sedikit pula siswa yang
hanya diam saat diberi pertanyaan oleh guru.
Observasi awal juga dilakukan melalui wawancara, yaitu wawancara
dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dua orang siswa.
Wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
yaitu bapak Mutaqin, menyatakan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia masih
mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran yang menarik di kelas
XI IPA 1 terutama pelajaran menyimak cerita pendek. Kebanyakan siswa
merasa bosan dan jenuh saat dibacakan cerita pendek oleh salah satu
temannya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan dua orang siswa
menyatakan bahwa mereka senang saat pelajaran apresiasi cerita pendek,
akan tetapi saat pembacaan cerita yang dibacakan oleh salah satu temannya,
teman yang lain justru berbicara sendiri sehingga cerita yang dibacakan
kurang begitu jelas.
2. Siswa Kurang Mampu Mengapresiasi Cerita Pendek
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran
apresiasi cerita pendek yang dilakukan oleh guru, kenyataan di lapangan
masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam tugasnya mengapresiasi
cerita pendek yang dibacakan oleh teman sebangkunya. Hal tersebut karena
teman yang lain berbicara sendiri menjadikan suasana ramai dan pembacaan
cerita pendek oleh salah satu temannya tidak begitu terdengar. Oleh sebab itu,
siswa kurang begitu berkonsentrasi dan memahami isi dalam cerita pendek
yang dibacakan tersebut.
3. Guru Kesulitan dalam Membangkitkan Minat Belajar Siswa
Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran
berlangsung, terlihat siswa kurang antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran. Guru hanya berada di depan kelas saat menjelaskan materi
pelajaran sehingga proses pembelajaran terkesan tegang. Posisi guru saat
menjelaskan materi lebih banyak berdiri di depan kelas saja akibatnya siswa
yang duduk di belakang cenderung tidak memperhatikan pelajaran.
Guru juga belum bisa membangkitkan semangat siswa dalam
menyampaikan pendapat dalam diskusi. Siswa yang diberi kesempatan untuk
menyampaikan pekerjaanya secara sukarela justru siswa diam saja, siswa
hanya mau menyampaikan pekerjaanya bila disuruh langsung oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4. Guru Kesulitan Menggunakan Media yang Tepat dalam Pembelajaran
Apresiasi Cerita Pendek
Selama ini pembelajaran apresiasi cerita pendek banyak didominasi
oleh materi, pembacan cerita pendek oleh salah satu teman sekelas, dan tugas.
Setelah cerita dibacakan siswa lalu diberi tugas oleh guru. Hal tersebut
seringkali membuat siswa bosan kurang termotivasi dalam pembelajaran
mencermati cerita pendek. Seharusnya siswa lebih digali kemampuannya
untuk mengapresiasi cerita pendek dan siswa lebih termotivasi untuk
menyampaikan pendapat atau hasil pekerjaanya secara sukarela.
5. Fasilitas yang Disediakan Sekolah Belum Dimanfaatkan Secara Maksimal
Selama ini guru belum memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah
untuk menunjang proses pembelajaran. Ketersediaan LCD, sarana dan
prasarana belum diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar. Guru masih
terpaku pada metode pembelajaran ceramah dan penugasan saja. Fasilitas
yang disediakan di sekolah seharusnya dapat bermanfaat apabila dikelola dan
digunakan dengan baik oleh guru.
6. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak
Berdasarkan pengamatan peneliti pada survei awal, proses
pembelajaran mencermati, khususnya apresiasi cerita pendek belum mencapai
tujuan pembelajaran. Aktivitas proses pembelajaran dinilai dari perhatian,
aktif selama mengikuti pelajaran, keberanian membacakan hasil pekerjaan
dalam forum diskusi, dan ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan seluruh aspek
penilaian tersebut diperoleh data, yaitu berupa persentase keberhasilan 36%
(13 siswa dari 36 siswa).
Berdasarkan fakta pada survei awal yang peneliti lakukan,
membuktikan bahwa proses maupun hasil pembelajaran mencermati,
khususnya apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Kebakkramat masih kurang memuaskan. Dilihat dari proses pembelajaran
yang berlangsung masih kurang kondusif. Dilihat dari hasil pekerjaan siswa
mengapresiasi cerita pendek masih banyak yang belum mencapai batas tuntas
yang telah ditentukan. Jadi, perlu adanya solusi untuk mengatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
permasalahan tersebut, yaitu berupa penggunaan media pembelajaran yang
tepat. Media pembelajaran tersebut ialah media audio visual yang berupa
video rekaman pembacaan cerita pendek, yang diharapkan siswa lebih
maksimal lebih termotivasi dalam mencermati cerita pendek yang
diperdengarkan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan
tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Peneliti perlu mengatur jadwal tindakan penelitian terlebih dahulu
dengan tujuan agar tindakan dalam penelitian ini tidak mengganggu agenda
pembelajaran guru yang bersangkutan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 31 Maret 2012 di SMA Negeri Kebakkramat saat istirahat sekolah
dengan guru yang bersangkutan. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan
tindakan pada siklus pertama ini akan dilaksanakan pada hari Selasa, 10
April 2012 dan hari Sabtu, 14 April 2012 masing-masing selama dua jam
pelajaran.
Tahap perencanaan tindakan 1 meliputi kegiatan berikut:
1) Peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia merancang
skenario pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan
media audio visual. Langkah-langkah yang ditempuh, antara lain:
a) Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan tentang kabar dan
kesiapan siswa belajar hari ini.
b) Guru memberi motivasi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan.
c) Guru menyampaikan materi unsur-unsur intrinsik dalam cerita
pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d) Guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah
dijelaskan.
e) Guru memutar video rekaman pembacaan naskah cerita pendek
f) Siswa secara individu mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerita
pendek
g) Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan siswa.
h) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar
yang telah dilakukan.
2) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi
apresiasi cerita pendek berdasarkan silabus dari sekolah.
3) Peneliti memberikan video rekaman pembacaan cerita pendek yang akan
dipakai dalam tindakan penelitian pertama. Pada kegiatan ini guru
bersama peneliti menyimulasikan penggunaan media audio visual
tersebut sebelum dipakai dalam tindakan penelitian pertama. Simulasi
dilakukan dengan terlebih dahulu memutar rekaman video tersebut.
b. Pelaksanan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Selasa, 10 April 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang
kelas XI IPA 1. Dalam pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini, guru
bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar-mengajar, sedangkan
peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti
bertindak sebagai partisipan pasif, yaitu peneliti mengambil posisi di kursi
paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut:
1) Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan tentang kabar dan
kesiapan siswa belajar hari ini.
2) Guru memberi motivasi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan.
3) Guru menyampaikan materi unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4) Guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah
dijelaskan.
5) Guru menutup pelajaran tersebut.
Pelaksanaan tindakan I pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu,
14 April 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang kelas XI
IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Di ruangan kelas tersebut telah
dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran apresiasi cerita pendek. Media tersebut berupa kepingan kaset
yang berisi video rekaman pembacaan cerita pendek, spiker, LCD, dan
laptop. Video rekaman pembacaan cerita pendek tersebut berjudul “Sebuah
Arti” karya Anas Ariffudin.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah
sebagai berikut:
a) Peserta didik digali dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
pelajaran minggu lalu yaitu tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerita
pendek
b) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam
pertemuan ini
c) guru memutarkan video rekaman pembacaan cerita pendek yang
berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin sebagai bahan simakan
serta modelling dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.
d) Siswa mencermati rekaman pembacaan cerita pendek.
e) Siswa mengapresiasi unsur-unsur intrinsiknya secara individu.
f) Siswa mendiskusikan unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang sudah
diidentifikasi.
g) Siswa membacakan hasil identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita
pendek yang sudah diperbaiki.
h) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
i) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan terhadap hasil kerja siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
j) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan belajar-
mengajar yang telah berlangsung.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran apresiasi cerita pendek
dengan memanfaatkan media audio visual berupa video rekaman pembacaan
cerita pendek di kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Pengamatan
dilaksanakan pada hari Selasa, 10 April 2012 dan Sabtu, 14 April 2012. Dari
berbagai kegiatan tersebut diperoleh deskripsi tentang jalannya proses
pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan memanfaatkan media audio
visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek, sebagai berikut:
1) Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, guru membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan sebagai pedoman
dalam mengajar. RPP tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
yakni KTSP.
2) Guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran apresiasi cerita pendek
dengan baik, serta mengajarkannya dengan arah dan tujuan yang jelas
dan terencana. Pada awal pembelajaran guru terlebih dahulu
mengemukakan materi yang hendak dipelajari pada hari itu. Guru
memberikan teori yang berkaitan tentang apresiasi cerita pendek, yaitu
materi tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang terdiri dari alur,
penokohan, dan latar. Pada pertemuan pertama siswa mengapresiasi
video rekaman yang berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin.
Kegiatan selanjutnya, siswa ditugasi mengapresiasi unsur intrinsik
berkaitan dengan materi yang telah diperdengarkan secara individu. Pada
kegiatan inti siswa bersama guru guru mendiskusikan pekerjaan tentang
identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita pendek dan kemudian siswa
diminta membacakan hasil pekerjaan individunya tentang identifikasi
alur, penokohan, dan latar cerita pendek ke depan kelas.
3) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dan
berani memberikan pendapat dalam diskusi dan berani membacakan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pekerjaan individu mereka tentang identifikasi alur, penokohan, dan latar
cerita pendek ke depan kelas. Guru memberikan teknik pancing untuk
memunculkan pendapat siswa secara spontanitas. Namun, masih sedikit
siswa yang enggan memberikan komentar. Hasil observasi menunjukkan
siswa yang berani membacakan hasil pekerjaannya secara sukarela hanya
50% (18 dari 36 siswa). Akhirnya, guru menunjuk beberapa siswa lain
untuk membahas dan mengomentari pekerjaan temannya.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses kegiatan belajar-
mengajar berlangsung ditemukan hal-hal sebagai berikut:
Siswa yang aktif selama apersepsi berlangsung sebesar 66% (24
siswa dari 36 siswa), sedangkan lainnya tampak diam dan melamun. Siswa
yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebesar 72% (26
siswa dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya diam dan melamun
serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang terlihat tidak aktif
tersebut kebanyakan yang berada di bangku bagian belakang. Hal tersebut
terjadi karena guru hanya berada di depan selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung. Guru ke belakang hanya pada saat siswa sedang mengerjakan
soal.
Siswa yang berani menyampaikan hasil pekerjaan dalam forum
diskusi secara sukarela hanya 50% (18 dari 36 siswa), sedangkan siswa
yang lain hanya mau membacakan hasil pekerjaan individu mereka apabila
disuruh oleh guru yang bersangkutan. Pendapat tersebut berdasarkan hasil
observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
Berdasarkan hasil pekerjaan individu siswa dapat diidentifikasi bahwa
69% siswa (25 dari 36 siswa) mendapatkan nilai di atas batas tuntas yang
telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara berstruktur yang diperoleh
dari siswa menyatakan bahwa rekaman pembacaan cerita pendek tersebut
terlalu cepat dan suaranya kurang keras. Keadaan tersebut menjadi sebuah
kendala bagi siswa dalam melakukan apresiasi terhadap materi pembacaan
cerita pendek yang dipertontonkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang terlihat dalam
kegiatan siklus 1 adalah sebagai berikut:
Posisi guru selalu berada di depan sehingga ia tidak dapat memantau
siswa yang duduk di bagian belakang. Hal tersebut membuat siswa kurang
berantusias terhadap materi belajar. Guru masih belum bisa membangkitkan
semangat siswa untuk memberikan komentar dari hasil pekerjaannya dalam
sebuah forum diskusi. Teknik pancing dari guru kurang mendapat sambutan
yang baik dari siswa.
Dari sisi siswa ditemukan beberapa kekurangan, antara lain:
Siswa kurang berkonsentrasi dalam mendengarkan rekaman
pembcaan cerita pendek yang diperdengarkan. Berdasarkan hasil observasi
selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, siswa yang berani
menyampaikan hasil pekerjaanya dalam forum diskusi secara sukarela
hanya 50% (18 dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya mau
membacakan hasil pekerjaan individu mereka apabila disuruh oleh guru
yang bersangkutan. Hasil pekerjaan individu siswa hanya 69% siswa (25
dari 36 siswa) yang mendapat nilai di atas batas tuntas yang telah ditentukan
Adapun respons siswa terhadap pemanfaatan media audio visual
dalam siklus I antara lain:
Siswa menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita
pendek sebagai media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa
siswa menyukai pembelajaran mencermati cerita pendek dengan
memanfaatkan media audio visual.
Siswa menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita
pendek dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek namun mereka
menyayangkan adanya kualitas suara yang kurang bagus. Hasil wawancara
berstruktur dengan siswa menyatakan bahwa mereka menganggap rekaman
tersebut terlalu cepat dan kurang keras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tindakan yang peneliti lakukan pada
tahap siklus 1, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai
berikut:
1) Guru sebaiknya tidak hanya berada di depan kelas saat memberikan
penjelasan kepada siswa. Guru juga harus memonitor siswa yang berada
di kursi bagian samping, tengah, dan belakang agar mereka juga ikut
aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
2) Guru sebaiknya memberikan sedikit hiburan dengan memutarkan video
kartun lucu kepada siswa agar pembelajaran tidak berlangsung tegang.
3) Siswa perlu dikondisikan agar tercipta ketenangan dalam mendengarkan
materi pembacaan cerita pendek sehingga konsentrasi mereka bertambah.
4) Guru sebaiknya selalu memantau dan mengingatkan siswa yang tidak
mau memperhatikan atau bercanda dengan temannya.
5) Agar siswa lebih berantusias dan aktif dalam melakukan diskusi untuk
membahas hasil pekerjaan mereka, sebaiknya guru memanfaatkan teknik
pembelajaran bekerja kelompok. Pembuatan kelompok belajar juga
dimaksudkan agar guru mudah memonitor terhadap keaktifan siswa
karena hanya terbagi dalam beberapa kelompok. Selain itu, guru juga
sebaiknya memberikan reward kepada setiap pertanyaan yang diberikan
kepada siswa agar siswa lebih terpacu dalam menjawab.
6) Sebaiknya kualitas media pembelajaran dapat ditingkatkan. Peranan
video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai media dalam
pembelajaran apresiasi cerita pendek sangat vital sehingga keberhasilan
pemanfaatan rekaman sebagai media belajar sangat ditentukan oleh
kualitas rekaman pula.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tindakan pada siklus I maka
pada siklus II ini, peneliti bersama dengan guru yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
mengadakan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus
pertama. Kegiatan diskusi dilaksanakan pada hari Selasa, 17 April 2012 di
SMA Negeri Kebakkramat saat jam istirahat sekolah dengan guru yang
bersangkutan.
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus sebelumnya, akhirnya
peneliti mengambil keputusan sebagai berikut:
1) Pekerjaan apresiasi cerita pendek siswa sebaiknya dikerjakan secara
berkelompok. Hal ini dilakukan agar siswa dapat berkolaborasi aktif
membahas materi pembacaan cerita pendek yang telah diperdengarkan.
Selain itu, pengerjaan secara berkelompok dapat membangkitkan
keaktifan siswa dalam berdiskusi membahas hasil simakan tiap-tiap
kelompok.
2) Kualitas video rekaman yang sebelumnya terlalu cepat dan kurang jelas
suaranya, akan ditingkatkan dengan memperlambat pembacaan cerita
pendek dan menambah pengeras suara agar video rekaman pembacaan
cerita pendek suaranya lebih jelas.
3) Guru memberikan waktu yang sekiranya cukup untuk melakukan diskusi
kelompok serta diskusi pembahasan pekerjaan siswa.
4) Guru lebih fleksibel dalam menentukan posisinya agar dapat memonitor
kerja siswa dalam melakukan diskusi kelompok.
5) Guru akan memberikan reward bagi siswa atau pun kelompok yang aktif
dan dapat mengapresiasi materi pembacaan cerita pendek dengan benar.
Agar siswa lebih bersemangat dalam mengapresiasi cerita pendek yang
diperdengarkan.
6) Guru akan memberikan sedikit hiburan dengan memutarkan video kartun
lucu agar tidak terkesan kaku dan tegang dalam penyampaian materi.
7) Guru mengondisikan siswa dalam keadaan tenang dan penuh konsentrasi
pada saat diperdengarkan materi pembacaan cerita pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tahap perencanaan tindakan pada siklus II meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran apresiasi cerita
pendek. Langkah-langkah yang ditempuh, antara lain:
a) Guru memberikan apersepsi untuk menggali ingatan siswa pada
pembelajaran lalu. Apersepsi berkisar pada materi unsur-unsur yang
terkandung dalam cerita pendek.
b) Guru menjelaskan mengenai materi apresiasi cerita pendek yang akan
diajarkan pada hari itu, yaitu tentang nilai-nilai apa saja yang
terkandung dalam cerita pendek.
c) Guru membuka sesi tanya jawab seputar materi yang telah dijelaskan.
d) Guru memimpin pembentukan kelompok belajar.
e) Guru memberikan modelling berupa video rekaman pembacaan cerita
pendek sebagai bahan apresiasi cerita pendek siswa.
f) Guru membentuk forum diskusi untuk membahas hasil pekerjaan
kelompok siswa.
g) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar
yang telah dilakukan.
2) Peneliti mendemonstrasikan video rekaman pembacaan cerita pendek
yang akan digunakan sebagai media pembelajaran dalam siklus II kepada
guru.
3) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi
apresiasi cerita pendek.
4) Peneliti beserta guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes
dan nontes. Instrumen tes untuk mengetahui keberhasilan siswa untuk
mengapresiasi materi pembacaan cerita pendek. Instrumen nontes dibuat
berdasarkan pedoman observasi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan hasil wawancara peneliti dengan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan, yakni pada hari Sabtu, 21 April 2012 dan hari Selasa, 24 April
2012 di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Dalam kegiatan
ini guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk
mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran apresiasi cerita pendek
dalam siklus II.
Pada pertemuan pertama (Sabtu, 21 April 2012 selama 2x45 menit)
kegiatan belajar-mengajar diawali dengan pemberian apersepsi dan
menyegarkan ingatan siswa mengenai penjelasan guru pada pertemuan
sebelumnya, tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Pada pertemuan
ini, sesekali diselingi dengan sedikit hiburan yaitu guru memutarkan video
kartun lucu yang sarat akan nilai moral dan dapat memotivasi siswa.
Selanjutnya, guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan
dipelajari pada pertemuan ini yaitu tetang nilai-nilai yang terkandung dalam
cerita pendek. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek, yaitu nilai
moral, budaya, dan sosial. Kemudian guru membuka sesi tanya jawab
berkaitan dengan materi yang telah diberikan. Siswa dan guru bersama-sama
menemukan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita pendek.
Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan
materi yang dihadapi.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 24 April 2012. Pada
pertemuan kedua ini guru sedikit mengulas pelajaran pada pertemuan
pertama, yaitu tentang nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek.
Kemudian guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang
telah diberikan Setelah sesi tanya jawab selesai, guru menugasi siswa untuk
membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa sehingga
terbentuk 9 kelompok dalam kelas tersebut. Guru memutarkan video
rekaman pembacaan cerita pendek yang sama dengan siklus yang pertama,
yaitu yang berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin sebagai materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
apresiasi cerita pendek siswa. Pada pertemuan ini siswa terlihat antusias
karena video rekaman yang dipertontonkan lebih pelan dan suara lebih jelas.
Siswa menyimak secara berkelompok dan menemukan nilai-nilai yang
terkandung dalam dalam cerita pendek. Guru memonitor keaktifan siswa
dengan mendatangi kelompok-kelompok tersebut. Kemudian guru beserta
siswa berdiskusi membahas hasil pekerjaan masing-masing kelompok. Guru
memberika reward kepada siswa yang mau berkomentar dalam diskusi
tersebut. Setelah itu, guru bersama dengan siswa melakukan refleksi
terhadap keseluruhan materi pembelajaran apresiasi cerita pendek. Sebelum
ditutup, guru masih memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Setelah
semua terlaksana, guru menutup pelajaran pada hari itu.
c. Observasi dan Interpretasi
Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan observasi ini dimaksudkan
untuk mendiskripsikan apakah kekurangan yang terdapat dalam siklus I
sudah dapat diatasi atau belum. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksakanan
dalam dua kali pertemuan yakni Sabtu, 21 April 2012 dan hari Selasa, 24
April 2012 di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Pertemuan
tersebut berlangsung selama 4x45 menit. Peneliti mengambil posisi pada
bangku paling belakang sebagai partisipan pasif untuk mengamati proses
pembelajaran.
Pada pertemuan pertama, guru mengawali tatap muka pada hari itu
dengan memberikan apersepsi dan menyegarkan kembali ingatan siswa
mengenai penjelasan guru pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan awal
tersebut dilakukan dengan cara membuka tanya jawab kepada siswa. Guru
memberi umpan-balik tentang materi yang sudah dijelaskan pada pertemuan
yang lalu, yaitu tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang sesekali
diselingi dengan sedikit hiburan dengan memutarkan video kartun lucu yang
sarat akan nilai moral agar siswa tidak merasa jenuh. Siswa menyimak
penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam pertemuan ini, yaitu
menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dibacakan. Kemudian guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan
materi yang telah diberikan. Siswa dan guru bersama-sama menemukan
nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita pendek. Selanjutnya, siswa
diberi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan materi yang dihadapi.
Pada pertemuan kedua, guru sedikit mengulas pelajaran pertemuan
pertama, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek. Sebagai
media pada hari itu, guru memutarkan video rekaman pembacaan cerita
yang sama dengan pertemuan yang lalu, yaitu karya Anas Ariffudin yang
berjudul “Sebuah Arti”. Pemutaran video rekaman yang sama dikarenakan
untuk memudahkan mencari data yang benar-benar valid. Siswa antusias
mencermati video pembacaan cerita pendek yang sudah diputarkan. Setelah
siswa mencermati, mereka ditugasi mencari nilai-nilai yang terkandung
dalam cerita pendek tersebut secara berkelompok. Guru memonitor
pekerjaan kelompok siswa dengan berjalan mendatangi tiap kelompok di
kelas tersebut. Siswa aktif dalam kelompok masing-masing dan sesekali
menanyakan sesuatu yang belum jelas kepada guru. Setelah pekerjaan
kelompok selesai, guru membuka forum diskusi untuk membahas hasil
pekerjaan siswa. Guru bertindak sebagai koordinator yang mengarahkan
jalannya diskusi tersebut. Guru juga sudah menerapkan reward kepada
siswa yang aktif sepanjang jalannya diskusi. Reward tersebut diberikan
dalam bentuk applause pada setiap penampilan siswa. Guru juga
memberikan reward berupa pujian “bagus sekali, beri tepuk tangan untuk
teman kalian!”. Suasana diskusi tampak lebih hidup dan semangat
antusiasme siswa yang tinggi. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa
melakukan refleksi mengenai jalannya pembelajaran yang telah
berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar
apresiasi cerita pendek diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas
siswa selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
1) Siswa yang aktif selama apersepsi berlangsung sebesar 80% (29 siswa
dari 36 siswa). Hasil ini banyak menunjukkan peningkatan dibanding
tindakan pada siklus I.
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebesar
83% (30 siswa dari 36 siswa). Pendapat tersebut berdasarkan observasi
selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Hasil ini menunjukkan
peningkatan dibanding tindakan dalam siklus sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena guru lebih fleksibel dalam menyampaikan materi dan
tidak terpaku pada posisi di muka kelas. Selain itu dengan penambahan
speaker aktif sebagai pengeras suara menjadikan video rekaman
pembacaan cerita pendek itu lebih jelas dan jernih didengarkan.
3) Siswa yang berani menyampaikan hasil pekerjaan kelompok dan
menyampaikan pertanyaan dalam forum diskusi secara sukarela sebesar
77% (28 siswa dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya mau
berpendapat apabila disuruh oleh guru yang bersangkutan. Akan tetapi
hasil tersebut sudah banyak menunjukkan peningkatan dibanding
tindakan pada siklus I. Pendapat ini berdasarkan observasi selama
kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Hasil ini mengalami
peningkatan dibanding siklus sebelumnya.
Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi
bahwa 80% siswa (29 siswa dari 36 siswa) mendapat nilai di atas batas
tuntas yang ditentukan dan setelah diadakan remidi meningkat hingga 97%
siswa (35 siswa dari 36 siswa). Berdasarkan hasil angket yang dibagikan
kepada siswa menyatakan bahwa 83% siswa (30 siswa dari keseluruhan
siswa yang berjumlah 36 orang) dengan metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran menyimak cerita pendek kali ini dapat meningkatkan
keterampilan menyimak mereka.
Adapun respons siswa terhadap media audio visual berupa video
rekaman pembacaan cerita pendek dalam siklus II, antara lain siswa
menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai
media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal ini dapat dibuktikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
melalui hasil angket siswa yang menyatakan bahwa 80% siswa (30 siswa
dari 36 siswa) berpendapat bahwa video rekaman pembacaan cerita pendek
sangat sesuai untuk dijadikan modelling dalam pembelajaran apresiasi cerita
pendek.
d. Analisis dan Refleksi
Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses
pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siklus sebelumnya telah dapat
diatasi. Guru telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan tertib. Guru telah mampu
memancing siswa dengan stimulus yang diberikannya. Siswa terlihat sangat
antusias mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek yang sedang
berlangsung meskipun ada di antara mereka yang masih pasif ketika
mengikuti pelajaran maupun saat diskusi. Guru juga telah mampu
mengubah penampilannya di hadapan siswa yang semula kaku menjadi
lebih akrab, fleksibel dan humoris terhadap siswa. Pada saat media audio
visual yang berupa video rekaman cerita pendek diputarkan, siswa sudah
dapat berkonsentrasi dengan baik. Penambahan speaker aktif juga dapat
dapat menunjukkan hasil yang optimal. Hasil video rekaman yang
diputarkan dengan menambah spiker aktif suara yang diperdengarkan
menjadi lebih jelas dan jernih.
C. Pembahasan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas baik proses maupun hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada
siswa XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dengan memanfaatkan media audio
visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek. Dengan demikian,
pembelajaran apresiasi cerita pendek yang semula bersifat membosankan yang
bersifat teori dan penugasan, akan lebih menyenangkan, apresiatif, dan
membangkitkan minat siswa terhadap karya sastra khususnya cerita pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku atau sikap pada diri siswa terhadap suatu materi.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan
suatu pembelajaran. Hal ini disebabkan karena setiap media pembelajaran
memiliki karakteristik yang berbeda.
Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita
pendek, ternyata dapat meningkatkan kegiatan belajar-mengajar. Melalui media
audio visual, siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar-
mengajar.Keaktifan itu disebabkan media audio visual mengandung unsur
kebaruan dalam pembelajaran dan juga media audio visual ini tidak hanya bisa
didengar, tetapi juga ditonton. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purwati
(2004: 257) yang menyatakan bahwa dengan menonton maka siswa dapat
mengamati dan mengalami sendiri dalam perolehan konsep/pengetahuan yang
diperoleh tersebut lebih lama tersimpan dalam ingatan.
Selama penelitian, mulai dari siklus pertama hingga siklus kedua, media
audio visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek selalu
mengalami perbaikan. Hingga akhirnya di siklus kedua kualitas media audio
visual tersebut semakin mendekati sempurna. Langkah perbaikan ini dilakukan
sesuai dengan pendapat Soeparno (1980: 12-13) yang menyatakan bahwa baik
buruknya suatu media tidak diukur dari mentereng atau tidaknya peralatan yang
digunakan, akan tetapi diukur seberapa jauh media itu dapat menunjang
tercapainya instruksional. Adapun cara peneliti untuk mengetahui baik buruknya
media tersebut adalah melalui wawancara terstruktur kepada siswa yang
dilakukan pada tiap akhir pertemuan.
Selain media yang dapat menunjang pembelajaran, guru juga turut
memberikan peran dalam keberhasilan pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal
ini telah terbukti dalam penelitian. Adapun beberapa peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pertama, penentuan posisi guru yang fleksibel dapat menciptakan suasana
kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Kedua, pemberian reward kepada siswa
yang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dapat memotivasi siswa untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
aktif. Ketiga, sikap guru yang terbuka dan tidak kaku menciptakan suasana kelas
yang tidak tegang.
Dalam tindakan siklus pertama, pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas
XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Ketika itu, hasil yang didapat kurang
optimal. Hal ini disebabkan karena kualitas gambar yang terlalu cepat dalam
pembacaan cerita dan kualitas suara yang kurang keras sehingga siswa kurang
maksimal dalam mencermati cerita pendek yang dipertontonkan. Tindakan siklus
kedua, kualitas gambar dalam pembacaan cerita diperlambat dan kualitas suara
diperkeras dengan menambah speaker aktif sebagai pengeras suara agar terdengar
jelas dan jernih. Tindakan tersebut terbukti dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran apresiasi cerita pendek.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan siklus pertama dan kedua
dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses
maupun hasil) kemampuan apresiasi cerita pendek bermedia audio visual berupa
video rekaman pembacaan cerita pendek dari siklus satu sampai dengan siklus
dua. Adapun pembahasan peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi cerita
pendek adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Proses Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek
Keberhasilan pemanfaatan media audio visual dalam meningkatkan
proses pembelajaran apresiasi cerita pendek ini dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut:
a) Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi
Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus pertama hingga siklus
kedua, terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal antusias siswa
dalam mengikuti kegiatan apersepsi. Hal ini terbukti bahwa dalam siklus
pertama sebanyak 66% (24 siswa dari 36 siswa) mengikuti apersepsi.
Keaktifan tersebut semakin meningkat dalam pelaksanaan siklus yang
kedua, yaitu sebanyak 80% (29 siswa dari 36 siswa) mengikuti apersepsi.
b) Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar
Pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai
media pembelajaran dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
merupakan hal yang baru bagi siswa di SMA Negeri Kebakkramat. Oleh
karena itulah, inovasi dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek tersebut
disambut dengan antusias yang tinggi oleh siswa. Tolok ukur yang
menyatakan tingginya antusias siswa tersebut adalah hasil observasi
selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung yang menunjukkan
peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus pertama keaktifan siswa sebesar
72% (26 siswa dari 36 siswa). Keaktifan siswa tersebut semakin
meningkat pada siklus yang kedua, yaitu sebesar 83% (30 siswa dari 36
siswa).
c) Siswa tidak merasa malu menyampaikan hasil pekerjaan mereka dalam
forum diskusi
Selama pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan
memanfaatkan media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan
cerita pendek berlangsung, siswa merasa terpacu untuk berkompetisi
dengan siswa lain. Kondisi ini membuat siswa tidak lagi enggan untuk
menyampaikan hasil pekerjaannya dalam forum diskusi yang dibuka guru.
Pertanyaan tersebut terbukti dengan meningkatnya keberanian siswa
beraktualisasi dalam mengikuti diskusi. Pada siklus pertama siswa yang
berani beraktualisasi dalam diskusi sebesar 50% (18 dari 36 siswa). Pada
siklus yang kedua mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar
77% (28 siswa dari 36 siswa).
2. Peingkatan Hasil Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek
Peningkatan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat dilihat
dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus pertama
sampai dengan siklus kedua. Pemanfaatan media audio visual berupa video
rekaman pembacaan cerita pendek dapat meningkatkan jumlah siswa yang
mendapat ketuntasan hasil belajar. Pada siklus pertama persentase ketuntasan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek sebesar 69%
siswa (25 dari 36 siswa). Pada siklus kedua persentase ketuntasan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek mengalami
peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 80% siswa (29 siswa dari 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
siswa). Bagi 7 siswa yang belum bisa mencapai batas tuntas akan diadakan
remidi dengan soal tes yang sama dan dikerjakan secara individu. Setelah
diadakan remidi meningkat hingga 97% siswa (35 siswa dari 36 siswa). Satu
siswa yang masih belum mendapat nilai batas tuntas setelah peneliti mencari
tahu kepada guru bahasa Indonesia yang bersangkutan ternyata satu anak
tersebut memang memiliki riwayat nilai yang selalu rendah. Pernyataan
tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 4. Persentase Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran
Apresiasi Cerita Pendek
No Kegiatan Siswa Persentase
Siklus I Siklus II
1 Aktif selama apersepsi 66% 80%
2 Aktif selama mengikuti
pelajaran
72% 83%
3 Berani membacakan hasil
pekerjaan dalam forum diskusi
50% 77%
4 Ketuntasan hasil belajar
(mendapat nilai ≥ 6,5)
69% 97%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pemanfaatan media audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita
pendek dapat meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada
siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.
Hal tersebut terefleksi dari peningkatan beberapa indikator di bawah
ini:
a. Meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi dari
siklus ke siklus, yaitu 66% pada siklus I dan meningkat hingga 80% pada
siklus II.
b. Meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar-
mengajar dari siklus ke siklus, yaitu 72% pada siklus I dan meningkat
hingga 83% pada siklus II.
c. Meningkatnya keberanian siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaanya
dalam forum diskusi yang dibuka guru dari siklus ke siklus, yaitu 50%
pada siklus I dan meningkat hingga77% pada siklus II.
2. Pemanfaatan media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan
cerita pendek dapat meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek
pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Peningkatan hasil
pembelajaran apresiasi cerita pendek tersebut dapat dilihat dari nilai siswa
dalam mengerjakan tugas dari guru, yaitu 36% pada pratindakan, 69% pada
siklus I, meningkat hingga 80% pada siklus II dan setelah diadakan remidi
meningkat hingga 97%.
B. Implikasi
Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khasanah ilmu
pengetahuan tentang manfaat media audio visual dalam pembelajaran. Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ini telah memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan pembelajaran
tergantung pada beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor-
faktor tersebut berasal dari guru, siswa, dan media belajar. Faktor dari guru antara
lain: kemampuan mengembangkan strategi dan metode pembelajaran,
kemampuan mengembangkan dan menyajikan materi, kemampuan
mengembangkan media pembelajaran, serta kemampuan mengelola kelas. Faktor
dari siswa, di antaranya adalah antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Faktor media belajar, yaitu terciptanya media yang tidak
membosankan dan bersifat baru bagi siswa sehingga siswa lebih termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran dan dapat meningkatankan konsentrasi dan
pemahaman siswa dalam menyimak.
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas hendaknya diupayakan dengan
maksimal agar kegiatan belajar-mengajar mengalami peningkatan baik dalam
proses maupun hasilnya. Apabila guru memiliki kemampuan yang dalam
menyampaikan materi, mengelola kelas, menerapkan metode belajar yang sesuai,
memanfaatkan media yang sesuai maka guru akan dapat melaksanakan
pembelajaran dengan baik. Siswa juga akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan
belajar-mengajar dengan aktif.
Imlikasi yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Konteks Pendidik/Guru
Penelitian ini membuka cakrawala baru tentang pembelajaran
apresiasi cerita pendek melalui pemanfaatan media audio visual. Pelaksanaan
pembelajaran dalam penelitian ini melibatkan peran aktif guru sebagai
pemegang otoritas di dalam proses pembelajaran. Peningkatan proses dalam
penelitian ini salah satunya dipicu oleh kemampuan guru dalam mengelola
kelas, menyampaikan materi, penggunaan metode, serta pemanfaatan media
yang relevan dengan materi pelajaran.
2. Konteks Siswa
Siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tergolong siswa
yang memiliki minat dan bakat yang cukup besar. Hanya saja, selama ini guru
belum mampu menggali potensi tersebut terkait dengan pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pembelajaran yang menggunakan metode konvensional. Metode tersebut
tidak mampu memerankan dirinya sebagai siswa secara utuh. Selain itu,
penerapan metode tersebut tidak memberikan ruang bagi siswa untuk
beraktualisasi terhadap materi yang diberikan oleh guru. Siswa hanya sebagai
objek yang terus-menerus dijejali materi-materi tanpa ada upaya untuk
mengembangkan, dan merealisasikan di kehidupan sehari-hari.
3. Konteks Media Pembelajaran Audio Visual
Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita
pendek mengikutsertakan keterlibatan siswa sebagai subjek yang harus
mampu mengonstruksikan materi yang disampaikan. Hal tersebut membuat
siswa terpacu untuk aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan upaya
pengembangan potensi yang ada dalam diri siswa.
4. Konteks Tempat (SMA Negeri Kebakkramat)
SMA Negeri Kebakkramat adalah sekolah Negeri yang mempunyai
predikat akreditasi A. sekolah tersebut mempunya beberapa sarana dan
prasarana untuk menunjang pembelajaran. Selain itu, sekolah tersebut juga
memiliki siswa-siswi yang cukup kreatif dan berpotensi. Hanya saja,
pembelajaran yang selama ini dilakukan kurang dapat menggali potensi,
minat, dan bakat yang sebenarnya dimiliki oleh siswa. Proses belajar-
mengajar menjadi lebih bermakna dengan pemanfaatan media audio visual
dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal tersebut disebabkan karena
pemanfaatan media audio visual memadukan keterlibatan aktif guru dan
siswa serta optimalisasi fasilitas sekolah yang tersedia. Penelitian ini terbukti
dapat meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI
IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat sehingga dapat dijadikan suatu strategi baru
dalam pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat
merumuskan beberapa saran kepada beberapa pihak sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan
penelitian dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti
seminar pendidikan, diklat, dan sebagainya.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan pembelajaran
apresiasi cerita pendek dengan mengembangkan strategi pembelajaran,
mengembangkan dan menyampaikan materi dengan jelas,
mengembangkan media pembelajaran, serta mampu mengelola kelas agar
selalu tercipta lingkungan belajar yang kondusif.
b. Guru hendaknya mengoptimalkan peranan media baik di dalam maupun di
luar kelas sebagai penunjang pembelajaran apresiasi cerita pendek pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
c. Guru hendaknya mengikuti forum-forum ilmiah atau membaca buku yang
berkaitan dengan penerapan metode dan pemakaian media yang kreatif
dan inovatif lalu menerapkannya dalam pembelajaran.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya ikut membangun kesadaran dalam menciptakan kegiatan
belajar-mengajar yang kondusif, khususnya ketika pembelajaran apresiasi
cerita pendek berlangsung.
b. Keaktifan siswa hendaknya tidak hanya selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung di kelas melainkan aktif belajar mandiri dengan banyak
menyaksikan maupun mendengarkan pembacaan cerita pendek.
4. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi media LCD di setiap ruang kelas,
hal ini untuk mempermudah guru menggunakan media tersebut.