peningkatan pembelajaran apresiasi cerita pendek …

91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT SKRIPSI OLEH : AMBEG TABAHANA PRAWISMA K 1208062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA

PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA

AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1

SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

SKRIPSI

OLEH :

AMBEG TABAHANA PRAWISMA

K 1208062

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ambeg Tabahana Prawisma

NIM : K1208064

Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENINGKATAN

PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA

1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT” ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 12 Juni 2012

Yang membuat pernyataan

Ambeg Tabahana Prawisma

Page 3: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA

KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

Oleh:

AMBEG TABAHANA PRAWISMA

K 1208062

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 4: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 12 Juli 2012

Pembimbing I,

Drs. Swandono, M.Hum.

NIP 19470919 196806 1 001

Pembimbing II,

Dra. Edy Suryanto, M.Pd.

NIP 19600810 198601 1 001

Page 5: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Kamis

Tanggal : 12 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S. S., M. Hum.

Sekretaris : Dra. Raheni Suhinta, M. Hum.

Anggota I : Drs. Swandono, M. Hum.

Anggota II : Drs. Edy Suryanto, M. Pd.

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

a.n. Dekan

Pembantu Dekan I,

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.

NIP 19660415 199103 1 002

Page 6: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

“dimanapun kamu berada, bagaimanapun keadaan kamu, susah, senang,

jangan pernah melupakan sholat, karna sesungguhnya Allah Maha Kuasa

atas segalanya”

(IBU)

“life is not complex, we are complex, life is simple, and the simple thing in the

right thing”

(Oscar Wilde)

“ bagaimanapun keadaan kamu, ingatlah satu hal SEMUA INI PASTI

BERLALU”

(Penulis)

Page 7: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku kepadaMu ya Allah,

kupersembahkan karya ini untuk:

1. “Bapak, Ibu, dan Danar”

Terima kasih atas kasih sayang, dukungan,

serta doa yang tidak perlah lelah kalian

panjatkan untukku. Kalian lah semangatku

hingga sampai sekarang ini;

2. “Chandra Budi Sheptian”

Terima kasih untuk semua ketulusan, kasih

sayang, kesabaranmu membimbing aku,

semoga Allah menuliskan namamu sebagai

jodohku; dan

3. “Pepy, Adit, Ayu, Icha, Niken, Kris, dan

teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu”

Terima kasih atas persahabatan, semangat,

ketulusan yang kalian berikan, semoga

persahabatan kita awet sampai kakek nenek

kelak.

Page 8: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Ambeg Tabahana Prawisma Nim K1208062. PENINGKATAN

PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA

1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatan proses apresiasi cerita

pendek menggunakan media audio visual; dan (2) meningkatkan hasil

pembelajaran apresiasi cerita pendek menggunakan media audio visual pada siswa

kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa

kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat yang berjumlah 36 siswa. Data yang

digunakan dalam penelitain ini adalah apresiasi cerita pendek. Sementara itu,

untuk sumber data, yang diambil dari (1) informan, (2) tempat, peristiwa, dan

perilaku, dan (3) dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik

yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, angket,

teknik tes, teknik wawancara, dan teknik dokumen. Teknik analisis pengumpulan

data, yakni mengunakan analisis model interaktif. Dikatakan berhasil apabila

siswa mencapai ketuntasan 80% dari indikator yang diinginkan. Prosedur yang

digunakan adalah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis

dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan media audio

visual dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek

pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dari prasiklus ke siklus I

dan dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut terbukti dari peningkatan beberapa

indikator berikut: (1) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan

apersepsi, yaitu 66% pada siklus I dan meningkat hingga 80% pada siklus II, (2)

meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar, yaitu

72% pada siklus I dan meningkat hingga 83% pada siklus II, (3) meningkatnya

keberanian siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaanya dalam forum diskusi

yang dibuka guru, yaitu 50% pada siklus I dan meningkat hingga77% pada siklus

II, dan (4) meningkatnya nilai ketuntasan siswa dari pratindakan 36%, siklus I

69%, meningkat di siklus II menjadi 80%, dan setelah diadakan remidi meningkat

hingga 97%.

Page 9: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagiMu ya Allah Yang Maha Pengasih dan

Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Peningkatan

Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Audio Visual

pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari

bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan

pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni;

3. Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum., selaku Ketua Program

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta;

4. Drs. Swandono, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;

5. Drs. Edy Suryanto, M. Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;

6. Kepala SMA Negeri Kebakkramat, yang telah memberi kesempatan dan

tempat guna pengambilan data dalam penelitian;

7. Mutaqin, S.Pd., selaku guru kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat,

yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian;

Page 10: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

8. Para siswa XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat yang telah bersedia untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini; dan

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca umumnya. Selain itu, dapat membantu penelitian yang berikutnya,

sehingga mencapai hasil yang lebih baik.

Surakarta, Juli 2012

Penulis,

Page 11: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL…………………………………………………………………… i

PERNYATAAN…………………………………………………………. ii

PENGAJUAN…………………………………………………………… iii

PERSETUJUAN………………………………………………………… iv

PENGESAHAN………………………………………………………… v

MOTTO………………………………………………………………….. vi

PERSEMBAHAN………………………………………………………. vii

ABSTRAK……………………………………………………………….. viii

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8

B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 34

C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 37

D. Hipotesis Tindakan........................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 40

B. Subjek Penelitian .............................................................................. 41

C. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………………… 41

D. Sumber Data Peneliti.................................................................. 42

Page 12: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 43

F. Uji Validitas Data…………………………………………....... 44

G. Teknik Analisis Data.................................................................. 45

H. Indikator Keberhasilan Penelitian…………………………….. 46

I. Prosedur Penelitian……………………………………………... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan ...................................................................... 50

B. Deskripsi Hasil Penelitian…………….............................................. 53

C. Siklus I……………………………………………………………... 53

D. Siklus II…………………………………………………………… 59

E. Pembahasan ...................................................................................... 66

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan .......................................................................................... 71

B. Implikasi ........................................................................................... 71

C. Saran ................................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75

LAMPIRAN ....................................................................................................... 79

Page 13: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi dan Jenis Media ........................................................................ 30

2. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................................ 41

3. Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................................ 46

4. Persentase Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek ......................................................................................................... 70

Page 14: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir Penelitian ...................................................................... 38

2. Model Analisis Interaktif ............................................................................. 45

Page 15: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ....................................................................................................... 79

2. Pedoman Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi

Cerita Pendek ............................................................................................ 81

3. Catatan Lapangan Suvei Awal .................................................................. 82

4. Instrumen Angket Untuk Siswa ................................................................ 85

5. Contoh Isian Angket Siswa ....................................................................... 88

6. Pedoman Wawancara Terstruktur dengan Siswa ...................................... 94

7. Hasil Wawancara Terstruktur dengan Siswa ............................................ 96

8. Hasil Wawancara Terstruktur dengan Siswa ............................................ 97

9. Pedoman Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia ................ 98

10. Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia ...................... 100

11. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Survei awal ................. 103

12. Foto Pratindakan ....................................................................................... 104

13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................ 106

14. Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek Siklus I ......................................................................................... 114

15. Catatan Lapanan Siklus I .......................................................................... 115

16. Materi Cerita Pendek ................................................................................ 118

17. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ................................................................. 123

18. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Siklus I ....................... 126

19. Hasil Wawancara Terstruktur Siswa Siklus I ........................................... 127

20. Foto Siklus I .............................................................................................. 129

21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................................... 131

22. Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek Siklus II ........................................................................................ 140

23. Catatan Lapanan Siklus II ......................................................................... 141

24. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ................................................................ 144

25. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Siklus II ...................... 147

26. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa setelah Remidi .................... 148

Page 16: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

27. Foto Siklus II ............................................................................................. 149

28. Daftar Nilai Siswa Tiap Siklus ................................................................ 152

Page 17: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki

peranan penting dalam dunia pendidikan. Pengajaran bahasa Indonesia tidak

hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga meliputi materi

kesastraan. Keduanya diharapkan mendapatkan porsi seimbang sehingga tidak ada

salah satu bidang yang dianaktirikan.

Kenyataan di lapangan, pengajaran bahasa Indonesia tidak sesuai dengan

apa yang telah direncanakan. kebanyakan guru lebih memprioritaskan materi

kebahasaan daripada materi kesastraan. Hal tersebut disebabkan adanya anggapan

bahwa materi kebahasaan lebih penting daripada materi kesastraan. Guru

diperkenalkan kepada kesusastraan agar dapat mengajarkan bahasa tidak hanya ke

arah keterampilan berbahasa saja. Pengetahuan tentang sastra bisa dijadikan

pemerluas wawasan guru. Pembelajaran sastra memiliki pengaruh yang sangat

besar dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan. Sastra dapat memberikan

pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir seseorang mengenai hidup,

mengenai baik buruknya, mengenai benar atau salah, serta mengenai cara hidup

diri sendiri dan menghayati kehidupan

Pengajaran sastra tidak semata hanya untuk mencetak manusia menjadi

sastrawan saja, melainkan sastra bisa menjadi medium yang dapat mengasah serta

mengembangkan keterampilan berbahasa siswa. Pengajaran apresiasi sastra yang

berupa cerita pendek tidak hanya bermanfaat untuk menunjang keterampilan

berbahasa siswa, melainkan juga dapat memperkaya pengalaman, pandangan

hidup, dan juga mengasah kepribadian siswa.

Minat dan apresiasi terhadap karya sastra siswa hendaknya mulai

dibangkitkan, ditumbuhkan, dan diasah sejak usia dini, yaitu ketika siswa tersebut

masih duduk di bangku sekolah dasar. Akan tetapi membangkitkan minat dan

apresiasi terhadap karya sastra pada siswa tersebut tidaklah mudah. Mutu dan

Page 18: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tingkat pemahaman terhadap apresiasi sastra yang telah dilalui oleh siswa di

sekolah akan menjadi modal awal bagi perkembangan lebih lanjut pada saat

mereka terjun di masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa berasal

dari dalam diri siswa itu sendiri dan dari luar dirinya. Guru dipandang dari segi

siswa, merupakan faktor dari luar dirinya. Oleh karena itu, guru mempunyai peran

yang sangat penting dan menentukan keberhasilan belajar siswa (Arikunto, 1990:

217) .

Di sekolah, pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita pendek masih

kurang maksimal, sebab masih banyak ditemukan guru yang memakai cara-cara

konvensional, baik pada penggunakaan metode pembelajaran maupun

penggunaan media dalam pembelajarannya. Hal tersebut akan berdampak pada

menurunnya motivasi siswa dalam mempelajari materi dan akhirnya tidak

menutup kemungkinan pembelajaran berjalan monoton dan kurangnya kreativitas

siswa. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.

Kegiatan survei awal peneliti lakukan untuk mendapat gambaran

pelaksanan pembelajaran apresiasi cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia,

yaitu melalui pengamatan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Dalam

survei awal tersebut peneliti temukan kekurangan sebagai berikut: Pertama, Siswa

kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal

tersebut terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek,

mereka banyak yang mengalihkan perhatian melalui berbicara dengan teman

sebangku, melamun, dan menyandarkan dagu di atas meja. Kedua, Siswa

mengalami kesulitan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Kesulitan siswa

dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek pada awalnya disebabkan karena

siswa cenderung meremehkan pelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut terbukti

saat pelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak antusias dalam mengikuti

pembelajaran. Mereka mengalihkan perhatian dari penjelasan guru, sehingga pada

saat mengerjakan tugas mengapresiasi cerita pendek mereka mengalami kesulitan.

Ketiga, Guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa. Pada saat

pembelajaran apresiasi cerita pendek dilaksanakan, siswa menunjukkan sikap

Page 19: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

yang kurang berminat dan kurang antusias. Hal tersebut disebabkan karena guru

masih kurang dalam menunjukkan sikap komunikasi aktif dengan siswa.

Keempat, Guru kesulitan dalam mengembangkan metode dan media yang tepat

untuk mengajarkan materi apresiasi cerita pendek. Selama ini dalam mengajarkan

materi apresiasi cerita pendek, guru menggunakan metode ceramah. Guru terlihat

mendominasi pembelajaran yang berlangsung. Di samping itu, guru kurang

memanfaatkan media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Wawancara dengan guru bahasa Indonesia menyatakan bahwa nilai

apresiasi cerita pendek siswa pada saat ini yang mendapat ketuntasan belajar

hanya 13 siswa dari 31 siswa dan nilai rata-rata siswa adalah 6,2. Guru masih

kesulitan menghadirkan media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Biasanya guru menugasi salah satu siwa untuk membacakan cerita pendek di kelas

atau menugasi siswa untuk membaca sendiri-sendiri di dalam hati. Untuk

penugasan, kebanyakan berupa tugas rumah, sehingga di dalam kelas jarang

dilakukan praktik apresiasi cerita pendek. Selanjutnya dari hasil observasi, guru

kesulitan dalam mengelola materi pelajaran apresiasi cerita pendek. Selama

pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode konvensional dengan

banyak memberikan ceramah. Hal tersebut berdampak pada kurangnya interaksi

antara guru dengan murid karena hanya terjalin komunikasi satu arah.

Lain halnya jika pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan dengan metode

yang inovatif dan juga ditambah menggunakan media yang sesuai dengan

pembelajaran, tentu akan meningkatkan kreativitas siswa dan siswa akan lebih

terpacu untuk belajar. Pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan

materi belajar akan memberikan pengalaman belajar yang mengesankan bagi

siswa dan juga memberikan pengalaman belajar bagi siswa yang sangat

dibutuhkan untuk mengonstruksi sebuah pengetahuan.

Sadiman, dkk (2006: 5), berpendapat bahwa proses belajar-mengajar

dimungkinkan menggunakan metode belajar tidak langsung. Artinya, siswa secara

aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Jadi, dapat ditarik

sebuah kesimpulan bahwa guru hanyalah salah satu dari sekian banyak sumber

belajar yang dapat memungkinkan siswa untuk belajar.

Page 20: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Experts such as Dyson, Morrow, Owocki and Schickendaz other activity

that's speaking and listening of story is a means and media development and use

of knowledge about written language and spoken language (Bredekamp, 1992 ).

Para ahli seperti Dyson, Morrow, Owocki dan Schickendaz mengatakan bahwa

kegiatan berbicara dan mendengarkan dalam bercerita merupakan sarana, media

pengembangan serta penggunaan pengetahuan tentang bahasa tulis dan bahasa

lisan (Bredekamp, 1992).

Cerita pendek atau cerpen ialah salah satu dari sekian karya sastra yang

digemari oleh masyarakat. Hal itu disebabkan karena cerita pendek yang berisikan

500-20.000 kata saja atau cerita yang habis dibaca dalam sekali duduk. Akan

tetapi berdasarkan pernyataan tersebut akan sangat riskan apabila cerpen di satu

sisi sangat digemari tetapi dalam pengajarannya berlalu begitu saja tanpa adanya

kreativitas guru dan terkesan membosankan.

Cerita mendorong anak untuk belajar mengidentifikasi bunyi-bunyi

bahasa, mengidentifikasi kata-kata, dan menarik makna dari konteks. Dialog

dalam cerita mendorong anak belajar pragmatika berbahasa tentang bagaimana

memulai pembicaraan, memilih sapaan, salam, dan pola pergiliran bicara

(Musfiroh, 2003).

Bertolak dari permasalahan tersebut di atas, seorang guru dapat

memanfaatkan media audio visual sebagai sumber pembelajaran cerita pendek.

Pembelajaran apresiasi cerita pendek di dalam kelas dengan menggunakan media

yang sesuai dapat memacu kreativitas siswa dan siswa akan lebih antusias dalam

mengikuti pembelajaran.

Guru harus memiliki otoritas untuk memilih media pembelajaran yang

sesuai dengan materi belajar. Baik buruknya suatu media sebenarnya tidak

bergantung pada mentereng tidaknya peralatan yang dipakai melainkan sejauh

mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga informasi tersebut dapat

diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi.

Selama ini dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek, siswa diharuskan

membaca terlebih dahulu teks cerita pendek. Hal ini bisa menjadikan siswa bosan

dan tidak termotivasi dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Jadi,

Page 21: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

penggunakan media dapat mengurangi kebosanan siswa dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek yang terkesan monoton. Lewat media pembelajaran, guru

dapat membuat variasi pembelajaran semenarik mungkin untuk menarik minat

siswa dalam belajar. Dengan adanya media audio visual yang berupa video

rekaman cerita pendek, dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas dapat

membawa berbagai manfaat yang positif.

Dengan pemanfaatan media audio visual tersebut, siswa dapat menerapkan

ilmu yang diperoleh di kelas untuk kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan

pemanfaatan media audio visual ini membawa unsur kebaruan bagi siswa,

sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar. Apabila motivasi belajar sudah

terbentuk dalam diri siswa maka pembelajaran akan berjalan lancar dan hasil

pembelajaran yang memuaskan.

Sejalan dengan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan media audio visual untuk

meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1

SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya

dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan proses

pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012?

2. Apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan hasil

pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012?

Page 22: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas dapat disusun tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini untuk:

1. meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas

XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.

2. meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI

IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalam manfaat

praktis dan manfaat teoretis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk:

a. memberikan inovasi penggunaan media belajar dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek.

b. pengembangan bahan ajar apresiasi cerita pendek dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran apresiasi

cerita pendek.

2) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada

siswa, sehingga siswa mudah menerima pengetahuan yang

diberikan guru dengan baik.

b. Bagi guru

1) Dapat digunakan sebagai media dalam mengajar apresiasi cerita

pendek.

2) Media audio visual tersebut dapat dijadikan modelling dalam

kegiatan belajar-mengajar.

Page 23: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3) Media audio visual tersebut dapat juga digunakan guru sebagi

sarana untuk memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran apresiasi cerita pendek.

c. Bagi sekolah

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek baik

proses maupun hasil, sehingga meningkatkan prestasi siswa di

sekolah tersebut.

2) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah

berdasarkan indikator-indiktor pembelajaran apresiasi cerita

pendek yang telah ditentukan.

d. Bagi peneliti

1) Mendapatkan sebuah fakta bahwa dengan menggunakan media

audio visual dapat meningkatkan prestasi siswa dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek.

2) Mengembangkan wawasan mengenai penerapan pembelajaran

apresiasi cerita pendek yang lebih inovatif.

Page 24: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak

dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak

dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif, yang menempatkan siswa sebagai

sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan

teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala

sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi,

gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya

perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru

sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar-

mengajar (Sanjaya, 2008: 78).

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan

stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat seperti yang

diinginkan. Atau dapat juga diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara

sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan

mengaktifkan faktor internal dan eksternal dalam kegiatan belajar-mengajar.

Para ahli kognitif berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu

usaha untuk mengaktifkan indera siswa agar memeroleh pemahaman. Cara yang

dilakukan untuk mengaktifkan indera siswa dapat dilakukan dengan menggunakan

alat bantu belajar atau media belajar yang berupa media cetak atau media

elektronik yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Menurut Gagne (dalam Sanjaya, 2008: 78), mengajar atau teaching

merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih

ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber

dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam

mempelajari sesuatu. Pembelajaran itu sendiri memiliki tujuan yang ingin dicapai,

Page 25: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

yaitu suatu kompetensi oleh siswa setelah menyelesaikan suatu konsep

pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai tujuan tersebut

ialah salah satunya unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar. Unsur-unsur

tersebut, antara lain: motivasi siswa, alat bantu belajar, bahan ajar, suasana

belajar, dan kondisi siswa belajar. Kelima unsur tersebut saling terkait satu sama

lain dan juga saling memengaruhi proses pembelajaran.

Menurut Hamalik (1995:55-57), pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia

terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya,

misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan

kapur, fotografi, slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan,

terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur,

meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan

sebagainya.

Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran

dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau disekolah,

karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang

saling berkaitan, untuk pembelajaran peserta didik.

Berdasarkan pasal 1 butir 20 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep pembelajaran tersebut

terkandung 5 konsep yaitu: (1) interaksi, (2) peserta didik, (3) pendidik, (4)

sumber belajar, (5) lingkungan belajar.

b. Komponen-komponen Pembelajaran

Hamruni ( 2008:10), berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu

sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling

bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem

pembelajaran meliputi suatu komponen antara lain, tujuan, bahan, peserta didik,

guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen

yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja

sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-

Page 26: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus

mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

1) Guru

Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru

merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak

keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau

direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi

atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Komponen lain tidak

dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh

guru adalah membentuk lingkungan peserta didik, yang pada akhirnya peserta

didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk

itu dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang

berlaku.

2) Peserta didik

Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar

untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai

tujuan belajar. Komponen peserta didik ini dapat dimodifikasi oleh guru.

3) Tujuan

Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasasan untuk menentukan

strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu dalam strategi

pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali

harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajaran merupakan target

yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

4) Bahan pelajaran

Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis

sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan

tuntutan masyarakat.

Page 27: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

5) Kegiatan pembelajaran

Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam

menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.

6) Metode

Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. penentuan metode yang akan digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau

tidaknya pembelajaran yang berlangsung.

7) Alat

Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu

yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai

tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu

nonverbal. Alat verbal dapat berupa globe, peta, papan tulis, slide, dan lain-

lain.

8) Sumber belajar

Sumber belajar adalah sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai

tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sumber

belajar itu sendiri dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaan,

misalnya, manusia, buku, media massa, musium, dan lain-lain.

9) Evaluasi

Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk

mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum,

juga bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah

ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi

sumatif dan formatif.

10) Situasi atau lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi

pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik

( misalnya iklim, letak sekolah dan sebagainya ), dan hubungan antar insani,

misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan

ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan

Page 28: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang

rawan, jadi diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat

kliping.

Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat

dikatakan bahwa pembelajaran adalah interaksi aktif antara guru dengan siswa,

dengan mengoptimalkan faktor internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan mampu untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan berpikir kreatif, bernalar,

berimajinasi, mempertajam kepekaan sosial dan kepekaan perasaan siswa, serta

dapat menghayati dan menikmati keindahan bahasa melalui karya-karya sastra.

Pembelajaran yang terjadi dalam proses belajar-mengajar hendaknya dapat

dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tujuan dari setiap

pembelajaran dapat mencapai hasil akhir yang memuaskan.

c. Unsur-unsur Pembelajaran

Unsur-unsur pembelajaran pada hakikatnya merupakan penunjang dalam

proses pembelajaran. Besar dan kualitas dukungan unsur-unsur yang ada turut

menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Maksudnya ialah

besarnya dukungan unsur pembelajaran tersebut dapat menentukan tingkat

keefektivan pembelajaran. Adapun unsur-unsur pembelajaran menurut Hamalik

(dalam Ellykasus, 2012) meliputi hal-hal berikut: (1) motivasi belajar siswa, (2)

bahan pelajaran, (3) alat bantu pelajaran, (4) suasana pembelajaran, (5) keadaan

subjek/kondisi subjek.

Secara lebih terperinci berbagai unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut. Unsur pertama adalah mengenai motivasi belajar. Mc Donald (2012)

mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri

(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang siswa akan belajar

dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dengan demikian,

antara motivasi dengan pencapaian tujuan belajar berhubungan erat. Artinya,

seseorang melakukan sesuatu kalau memiliki tujuan yang jelas itu maka akan

bangkit dorongan untuk mencapainya. Motivasi akan menyebabkan terjadinya

Page 29: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia baik yang menyangkut

kejiwaan, perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan.

Unsur kedua, yaitu bahan belajar. Bahan belajar merupakan unsur belajar

yang penting mendapat perhatian guru. Dengan bahan itu, para siswa dapat

mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar.

Menurut Imron (2012) dalam menyediakan bahan belajar ini sangat tergantung

pada tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, siasat pembelajaran yang harus

ditempuh siswa dan ketersediaan bahan pembelajaran. Sebab, dalam komunitas

kelas kemampuan antara siswa satu dengan siswa yang lain berbeda. Siswa lebih

mudah memahami bahan pelajaran yang disampaikan menggunakan lisan atau

cenderung menggunakan daya pandangan siswa. Adapun tipe visual tersebut

siswa lebih mudah memahami bahan pelajaran yang berbentuk tulisan atau

gambar yang lebih menekankan pada penglihatan.

Unsur ketiga, alat bantu pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan

untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar

menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat tersebut maka

pembelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat

waktu dan tenaga, dan hasil belajar lebih bermakna. Alat bantu belajar disebut

juga alat peraga atau media belajar, misalnya dalam bentuk bahan tercetak, alat-

alat yang dapat dilihat (media visual), alat yang dapat didengar (media audio), dan

alat-alat yang dapat didengar dan dilihat (audio visual), serta sumber-sumber

masyarakat yang dapat dialami secara langsung.

Unsur keempat, suasana pembelajaran adalah keadaan atau situasi pada

saat proses pembelajaran. Dalam pandangan tradisional, suasana pembelajaran

yang kondusif adalah jika dalam ruang kelas terasa tenang sementara siswa bisa

mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Pada umumnya, model

pembelajaran seperti ini siswa tidak berani mengajukan pertanyaan terhadap hal-

hal yang kurang jelas pada saat guru menyampaikan bahan pelajaran, terkecuali

jika guru telah memberikan kesempatan. Namun pandangan sekarang, suasana

pembelajaran yang kondusif adalah suasana yang mendukung terciptanya kegiatan

Page 30: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

belajar yang aktif, baik fisik maupun sosial, dan motivasi belajar siswa yang

besar.

Unsur kelima, yaitu keadaan atau kondisi subjek belajar. Keadaan diri

subjek peserta didik (siswa) yang berperan dalam proses pembelajaran

mencakupi, antara lain: keadaan jasmani dan keadaan mental psikologis,

pengalaman latar belakang keluarga dan lingkungan masyarakat. Kondisi subjek

belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Siswa dapat belajar

secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi memadai,

siap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman

yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar. Jadi, dapat

ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan unsur-unsur pembelajaran ialah

berbagai komponen yang dapat menunjang pembelajaran serta dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Hakikat Apresiasi Sastra Cerita Pendek

a. Pengertian apresiasi sastra

Menurut Suroto (1990: 157), kata apresiasi dalam bahasa Indonesia berasal

dari kata appreciation, yang berarti penghargaan. Tepatnya penghargaan yang

didasarkan pada pemahaman. Apresiasi sastra meliputi berbagai aktivitas

seseorang ketika terlibat kontak dengan sebuah karya sastra. Apresiasi ini

berlangsung saat penikmat karya sastra melakukan pemahaman terhadap suatu

karya sastra yang meliputi bunyi, pemahaman diksi, pemahaman kalimat,

gagasan, wacana yang utuh, hingga pengungkapan suatu respons terhadap teks

sastra yang telah ia nikmati.

Pembelajaran sastra dimaksudnya untuk meningkatkan kemampuan siswa

mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi karya sastra berkaitan erat

dengan pelatihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal serta

kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.

Berdasarkan batasan-batasan apresiasi yang telah diuraikan tersebut dapat

disampaikan bahwa apresiasi sastra dapat dimaknai dengan kegiatan memahami

karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan,

Page 31: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Adapun langkah-langkah dalam apresiasi sastra menurut Sayuti (dalam

Nugrahani, 2012: 23) meliputi: (1) interpretasi atau penafsiran, yaitu upaya

memahami karya sastra dengan memberi tafsiran berdasarkan sifat karya itu; (2)

analisis, yaitu penguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya;

dan (3) penilaian, yaitu menentukan kadar keberhasilan atau keindahan karya

sastra yang diapresiasi. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pembelajaran

sastra yang apresiatif, agar wawasan dan kepekaan perasaan siswa dapat

dikembangkan. Melalui pembelajaran sastra yang apresiatif diharapkan siswa

memiliki rasa cinta terhadap sastra, dan sampai pada kesadaran yang lebih baik

terhadap diri dan masyarakat sekitarnya.

b. Pengertian Cerita Pendek

Cerita pendek atau sering disingkat cerpen adalah suatu bentuk prosa

naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya

dibandingkan dengan karya-karya fiktif yang lebih panjang, seperti novel.

Menurut Wahyudi (2011: 90), cerita pendek merupakan salah satu jenis fiksi yang

banyak ditulis orang. Cerita pendek memiliki pembaca dan pendengar yang setia.

Sifat cerita pendek itu pendek, cerita pendek biasanya dapat dibaca dalam waktu

singkat. Cerita pendek menjadi satu menu istimewa dalam media massa cetak,

sebuah stasiun radio, dan majalah.

A. Bakar Hamid berpendapat (dalam Layun Rampan, 1995: 10) bahwa

yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya

perkataan yang dipakai antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu

watak, dan adanya satu kesan.

Yudiono Ks berpendapat (dalam Layun Rampan, 1995: 10) bahwa yang

disebut cerita pendek itu adalah cerita yang bersumber pada suatu persoalan

kehidupan, suatu nilai kehidupan, yang menjadi tema cerita. Senada dengan

pendapat tersebut, Mohammad Diponegoro (dalam Layun Rampan, 1995: 11)

disederhanakan seperti berikut: (1) cerita pendek harus pendek; (2) cerita pendek

mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik; (3) cerita pendek

Page 32: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

harus ketat dan padat; (4) cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya

bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu kinan atau rekaan; dan (5) cerita

pendek harus menimbulkan kesan yang selesai tidak lagi mengusik dan

menggona, karena ceritanya seperti masih berlanjut.

Jamalus dan Hasan (1974: 3) mengemukakan bahwa pada cerpen biasanya

pengarang tidak melukiskan seluruh masa kehidupan pelakunya, yang dipilih ialah

sebagian saja, yang benar-benar mempunyai arti untuk ditampilkan. Bagian yang

dipilih memperlihatkan bahwa tokoh cerita tersebut menghadapi suatu pertikaian

conflict, serta bagaimana akhirnya pertikaian itu diselesaikan.

Suroto (1990:18) berpendapat bahwa cerpen atau cerita pendek adalah

suatu prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh

dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut terdapat peristiwa lain tetapi

peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya sekedar sebagai

pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti hanya

dikonsentrasikan pada suatu peristiwa yang menjadi pokok ceritannya.

HB. Yasin (dalam Suroto, 1990:18), juga mengemukakan bahwa ukuran

fisik secara nyata akan panjang pendeknya sebuah cerpen emang tidak akan ada

tetapi “sebuah cerita yang memakan seratus halaman tentu bukan sebuah cerpen”.

Ukuran yang dipergunakan hanyalah kesingkatan dan kepadatan ceritannya serta

penonjolan satu peristiwa yang benar-benar dianggap penting oleh pengarang.

Dengan kata lain apa yang hendak disampaikan pengarang lewat cerpen benar-

benar terasa. Kesingkatan sebuah cerpen benar-benar pendek. Pendek peristiwa

dan penyampaiannya. Jadi, peristiwa yang disampaikan itu terasa sepintas

sekalipun dalam kesepintasannya itu menampilkan berbagai kemungkinan tafsir

yang berangkali bisa panjang, sedangkan keterpaduan dan keutuhan antara unsur-

unsur yang membangun dalam bentuk yang pendek merupakan kepadatan sebuah

cerpen.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli bahasa di atas, dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa cerita pendek adalah salah satu jenis karya sastra hasil

interpretasi pengarang yang pendek, singkat, padat, dan padu sehingga

memberikan kesan tunggal bagi pembacanya, yang berarti menampilkan satu

Page 33: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kebulatan ide. Sebuah cerita pendek yang utuh dan bulat yang tidak mungkin atau

dimungkinkan dalam bentuk yang panjang seperti roman atau novel.

c. Struktur Cerita Pendek

Struktur ialah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks. Dalam

sebuah struktur terdiri dari beberapa unsur pembentuk yang saling berkaitan atau

saling berhubungan. Sementara itu, dalam sebuah cerita pendek terdapat beberapa

unsur pembentuk cerita. Menurut unsur-unsur pembangun fiksi meliputi fakta

cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan

diceritakan di dalam sebuah karya fiksi, yang mengandung unsur plot, tokoh, dan

latar. Sarana cerita merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam

memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana cerita melibatkan unsur judul,

sudut pandang, gaya, dan nada. Tema biasanya berpangkal pada alasan tindak atau

motif tokoh.

1) Plot/Alur Cerita

Salah satu elemen terpenting dalam pembentuk karya fiksi adalah

plot cerita. Dalam analisis cerita, plot sering pula disebut dengan istilah

alur. Dalam pengertiannya yang paling umum, Sundari, dkk berpendapat

(dalam Fananie, 2000: 93), plot atau alur sering diartikan sebagai

keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita.

Plot adalah ruangan dalam dari jalan cerita, atau suatu

perkembangan jalan cerita dan kejadian yang disebabkan suatu konflik.

Oleh sebab itu, plot sendiri muncul karena adanya suatu peristiwa, dan

peristiwa tersebut ada sebabnya, di dalam sebab tersebut ada sebuah

konflik. Ada pun timbulnya konflik ialah, konflik memuncak, konflik

klimaks, dan pemecahan masalah (Layun Rampan, 1995: 61).

Stanton berpendapat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 113) bahwa plot

adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya

dihubungkan secara sebab akibat saja, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pengembangan plot

ditentukan oleh tiga faktor esensial, yaitu: peristiwa, konflik, dan klimaks.

Page 34: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Peristiwa merupakan peralihan dari suatu keadaan ke keadaan

yang lain. Konflik merujuk pada suatu peristiwa atau kejadian yang tidak

menyenangkan yang dialami oleh para tokoh cerita. Konflik dapat berupa

suatu peristiwa dramatik pertarungan antara dua kekuatan seimbang.

Konflik yang telah mencapai titik intensitas tertinggi disebut klimaks.

Klimaks sangat menentukan arah perkembangan plot. Keberadaan klimaks

menentukan bagaimana permasalahan atau konflik bisa diselesaikan.

Plot tidak hanya dilihat dari jalannya suatu peristiwa akan tetapi

perlu dianalisis bagaimana peristiwa-peristiwa yang muncul mampu

membangun satu tegangan atau konflik tokohnya. Propp berpendapat

(dalam Fananie, 2000: 94) bahwa yang dimaksud fungsi plot adalah

aktivitas dramatik tokoh (act dramatic persona) yang didasarkan atas

signifikansi sudut pandang dari sejumlah peristiwa yang membangun

cerita secara keseluruhan.

2) Tema

Setiap cerita mempunyai tema atau dasar, yang merupakan tujuan.

Penulis melukiskan watak para pelaku dalam ceritanya dengan tema

tersebut. Tema merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita.

Walaupun penulis tidak menjelaskan apa tema ceritanya, secara eksplisit,

namun tema dapat dirasakan oleh pembaca sesuai membacanya.

Layun Rampan (1995: 86) menyatakan bahwa tema dalam sebuah

cerita pendek bisa disamakan dengan fundamen sebuah bangunan. Tentu

saja tidak mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa fundamen. Dengan

kata lain, tema adalah ide pokok sebuah cerita pendek. Tema adalah ide,

gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra.

Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat

menjiwai seluruh bagian cerita itu (Nurgiyantoro, 1995: 68). Dari berbagai

pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan

utama yang menjiwai seluruh gagasan utama.

Page 35: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3) Penokohan/Perwatakan

Penokohan adalah proses penciptaan citra tokoh yang terdapat

dalam sebuah karya sastra, pembaca cenderung mengklasifikasikan tokoh

antagonis dan protagonis. Senada dengan pendapat di atas, Jones (dalam

Nurgiyantoro, 1995: 165) menyatakan “penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

cerita”. Orang-orang yang ditampilkan dalam cerita disebut tokoh cerita.

Watak atau karakter menurut Layun Rampan (1995: 45)

merupakan pelukisan manusia pelaku yang memiliki keistimewaan dan

kelemahan. Menurut R. V. Cassill (dalam Layun Rampan, 1995: 45)

menjelaskan watak atau karakter adalah pelukisan kepribadian manusia

yang mengambil peranan dalam suatu kejadian. Di dalam cerita pendek

berhasil tidaknya sebuah cerita banyak ditentukan oleh berhasil tidaknya

penciptaan watak atau karakter tersebut.

Perwatakan dari seorang tokoh dapat dilihat dari deskripsi yang

diberikan oleh pengarang secara langsung atau tidak langsung. Secara

langsung, artinya pengarang mendeskripsikan watak tokoh, dan secara

tidak langsung, artinya tokoh dapat dicerminkan dari setiap dialog yang

berlangsung.

4) Setting/Latar

Setting atau latar, yaitu tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah

cerita. Layun Rampan (1995: 42) menjelaskan bahwa latar atau setting

bertumpu pada tempat dan waktu. Latar tempat merujuk pada suatu

kawasan secara geografik, konkret, dan setting waktu merujuk pada suatu

waktu tertentu. Latar dalam cerita pendek sastra tidak hanya menjadi latar

belakang, akan tetapi ia harus mendukung cerita secara keseluruhan.

Abrams berpendapat (dalam Fananie, 2000: 97), setting merupakan

satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut

akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Wahyudi (2011: 70),

membedakan latar menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar

sosial. Latar tempat menunjuk pada tempat atau ruang cerita terjadi. Latar

Page 36: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

waktu menunjuk pada kapan cerita terjadi. Latar sosial, yaitu suasana

kehidupan masyarakat dan kebiasaan. Jadi, keberadaan sebuah setting

hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan

bagaimana situasi peristiwa tersebut berlangsung, melainkan berkaitan

juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan

masyarakat pada saat cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat

diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak

tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial, dan pandangan

masyarakatnya. Fungsi setting dalam sebuah karya tidak bisa dilepaskan

dari masalah yang lain seperti tema, tokoh, bahasa, medium sastra yang

dipakai, dan persoalan-persoalan yang muncul yang kesemuanya

merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan (Fananie, 2000: 98).

5) Point of View (Sudut Pandang)

Sudut pandang ialah pandangan seorang pengarang untuk

menyajikan tokoh tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam

cerita. Jadi sudut pandang ini erat hubungannya dengan teknik bercerita

dari pengarang, sebagaimana yang ditampilkan ke dalam diri tokoh itu

adalah sikap si pengarang dalam memandang masalah hidup dan

kehidupan ini (Layun Rampan, 1995: 39).

Abram berpendat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 248), Sudut

pandang, point of view, menyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan.

Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang

sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai

peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada

pembaca.

Booth berpendapat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 249), Sudut

pandang bagaimanapun merupakan sesuatu yang menyaran pada masalah

teknis, sarana untuk menyampaikan maksud yang lebih besar daripada

sudut pandang itu sendiri. Sudut pandang merupakan teknik yang

dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan karya

artistinya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.

Page 37: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

6) Gaya

Pada dasarnya penggunaan gaya bahasa sastra berangkat dari tiga

hal pokok, yaitu pilihan kata, pembentukan kata di dalam kalimat, dan

nada (tone) (Layun Rampan, 1995: 63). Gorys Keraf berpendapat (dalam

Layun Rampan, 1995: 63) bahwa “gaya merupakan bagian pilihan kata

yang mempersoalkan cocok-tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa

tertentu untuk mengahapi situasi-situasi tertentu … karena persoalan gaya

bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan: pilihan kata secara individual,

frasa atau klausa, dan kalimat, atau mencakup sebuah wacana secara

keseluruhan”. Gaya ditandai oleh ciri-ciri kebahasaan seperti pilihan

kata/diksi, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan

kohesi, dan sebagainya.

7) Suasana Cerita

Layun Rampan (1995: 69) berpendapat bahwa suasana dalam

cerita pendek dapat dibagi menjadi dua, yaitu suasana yang bermakna

atmosphere, yang berarti warna setempat, dan suasana yang bermakna

mood yang mengacu pada cita rasa yang diperoleh seorang pembaca kala

ia menikmati cerita pendek yang dibacanya. Suasana yang bermakna

atmosphere merupakan cakrawala pandangan yang dikemukakan seorang

pengarang, yaitu yang berhubungan dengan setting/latar, yang bertujuan

untuk menghidupkan cerita. Suasana yang bermakna mood atau suasana

hati adalah suatu kenyataan yang dibentuk pengarang agar pembacanya

larut di dalam cerita, dengan segala kekaguman oleh unsur yang dianggap

agung atau mulia, baik, benar, dan berguna bagi kehidupan. Memang

suasana tidak digambarkan secara khusus, karena suasana harus menyatu

di dalam jalan cerita dan plot, akan tetapi ada bagian tertentu yang

dideskripsikan, yaitu berupa panorama fisik atau batin, sehingga mampu

menggambarkan ketrenyuhan pembaca.

Page 38: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

d. Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Dalam penelitian ini akan membahas apresiasi sastra prosa, yaitu

membaca dan mendengarkan cerita pendek. Sejalan dengan pentahapan dalam

kegiatan apresiasi sastra, maka tahap pertama adalah tahap penikmatan. Pada

tahap ini penikmat melakukan kegiatan membaca, melihat, menonton atau

mendengarkan cerita pendek. Tahap kedua adalah penghargaan, tahap ini

penikmat melakukan tindakan melihat kebaikan dan manfaat yang diperoleh dari

cerita pendek tersebut. Tahap ketiga adalah pemahaman, tahap ini penikmat

melakukan tindakan meneliti, menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik serta

menyimpulkan secara keseluruhan isi cerita pendek. Tahap keempat adalah

penghayatan, tahap ini penikmat mencari hakikat atau makna dalam cerita pendek

tersebut. Tahap terakhir, tahap kelima adalah implikasi atau penerapan, tahap ini

penikmat menemukan ide gagasan dari pembacaan cerita pendek tersebut.

e. Pedoman Penilaian dalam Apresiasi Cerita Pendek

Culen melalui Fatul Himam berpendapat (dalam Kunandar 2009: 379),

penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi

pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses

pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Kunandar (2009: 379) menjelaskan penilaian adalah kegiatan

menafsirkan hasil pengukuran, misalnya tinggi, rendah, baik, buruk, indah, jelek,

lulus belum lulus, dan sejenisnya.

Penilaian secara singkat dapat diartikan sebagai proses pengumpulan

informasi untuk mengetahui pencapaian belajar perserta didik. Kunandar (2009:

380) juga menjelaskan bahwa prinsip penilaian yang penting adalah akurat,

ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Akurat, berarti

hasil belajar mengandung kesalahan sekecil mungkin. Ekonomis, berarti sistem

penilaian mudah dilakukan dan murah. Sistem yang digunakan harus mendorong

peningkatan kualitas pembelajaran. Penilaian dapat diukur dengan menggunakan

tes.

Page 39: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pernyataan atau tugas yang

direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan,

psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut

mempunyai jawaban atu ketentuan yang dianggap benar. Pengukurang diartikan

sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang

dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang

jelas. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar.

Secara klasik, tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan

kegagalan dan keberhasilan seorang perserta didik. Namun dalam

perkembangannya, tujuan evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik

kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk

melakukan perbaikan.

Dalam penelitian ini, alat ukur yang berupa tes digunakan untuk mengukur

tingkat pemahaman apresiasi cerita pendek siswa. Tes dibagi menjadi dua, yaitu

tes subjektif atau sering disebut juga esai (uraian) dan tes objektif. Bentuk tes

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes subjektif atau esai

(uraian).

Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik

untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal

yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan

tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan dengan menggunakan kata-katanya

sendiri. Keunggulan dari tes uraian adalah: (1) dapat mengukur aspek kognitif

yang lebih tinggi; (2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa; (3) dapat

melatih kemampuan berpikir yang teratur; dan (4) dapat mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah (problem sorving), Kunandar (2009: 408).

Dalam menyusun soal-soal bentuk tes uraian hendaknya diperhatikan

kaidah sebagai berikut (Kunandar, 2009: 408-409):

1) Batasi ruang lingkup materi dengan memilih materi/bahan pelajaran yang

esensial yang dapat mewakili materi lainnya.

2) Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami dan

dimengerti siswa.

3) Jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama.

4) Tulislah jawaban (kunci) yang ideal sebelum menulis soal.

Page 40: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

5) Gunakan kata-kata kerja perintah, misalnya: hitunglah, jelaskanlah,

buktikanlah, uraikanlah, berikanlah, dan sebagainya.

6) Tulislah skor untuk masing-masing soal bagi jawaban yang benar.

Dalam tes uraian tidak ada jawaban yang pasti, kita akan menemukan

beraneka ragam jawaban dari siswa satu dengan siswa lainnya. Beberapa langkah

yang tepat untuk mengatasi hal tersebut, yaitu: (1) membaca setiap jawaban yang

diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah kita

susun; (2) membubuhkan skor di sebelah kiri setiap jawaban. Ini dilakukan per

nomor soal; (3) menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal,

dan terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian.

3. Hakikat Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran, secara harfiah berarti perantara yang diperlukan

dalam pembelajaran. Sulistyo, Edi Tri, Sunarmi, Jumiyanto widodo. (2011: 1),

berpendapat bahwa media (dalam bahasa latin adalah bentuk jamak dari kata

median), yakni dapat berupa alat/bahan yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam proses belajar-mengajar yang

dimaksud adalah pesan/materi pembelajaran yang disampaikan baik oleh

pendidik, dosen, tutor kepada peserta didik.

Gagne berpendapat (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2)

bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik

yang dapat merangsang untuk belajar. Senada dengan pendapat tersebut, Briggs

(dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2) berpendapat bahwa media adalah

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik

untuk belajar.

Mudhoffir (1990: 81) menjelaskan bahwa media adalah sumber belajar.

Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang

membuat kondisi siswa untuk memungkinkan memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap.

Page 41: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Sedikit berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan

Nasional (National Education Association/NEA) (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan

Widodo, 2011: 2), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun

audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat,

didengar, dan dibaca. Walaupnya banyak batasan mengenai media, tetapi sekian

banyak batasan tersebut pada intinya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi, Arief S Sadiman (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan

Widodo, 2011: 2).

Arti media menurut New by (dalam Prawiradilaga, 2008: 64) adalah segala

sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima

pesan. Media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan

pembelajaran atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang.

Selanjutnya menurut Hamalik (1989: 127), media adalah alat yang

membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional dalam ruang

lingkup materi pengajaran tertentu. Media dalam dunia pendidikan ialah

seperangkat alat bantu atau perlengkatan yang digunakan oleh guru atau pendidik

dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.

Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan

sesuai dengan kondisi waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan.

Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan

pesan dan informasi (Hamzah dan Lamatenggo, 2010:116). Pemilihan media yang

tepat menurut (Prawiradilaga, 2008: 66), yang tepat ditentukan oleh: (1) situasi

pembelajaran. Apakah sistem penyampaian ditujukan untuk seorang peserta didik

atau pebelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau belajar jarak

jauh; (2) peserta didik atau pebelajar berikut karakteristiknya seperti tipe belajar,

usia, dan minat; (3) tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari

oleh peserta didik; (4) ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi

belajar; (5) kemampuan pengajar untuk menggunakannya.

Page 42: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

haruslah memenuhi kriteria untuk mengomunikasikan bahan ajar kepada peserta

didik. Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan menjadi stimulus bagi

perkembangan kreativitas peserta didik dalam belajar.

Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan dapat mengkonkretkan

informasi yang dikomunikasikan sehingga informasi tersebut dapat diterima dan

diserap semaksimal mungkin oleh penerima informasi tersebut. Pemilihan media

sangatlah penting. Media yang digunakan tidak harus mahal dan mentereng tetapi

media yang dapat mengantarkan informasi kepada si penerima informasi. Dengan

kata lain media yang digunakan dalam pembelajaran harus menunjang proses

belajar siswa sehingga siswa mampu menguasai indikator pembelajaran dalam

sebuah standar kompetensi.

Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas dapat

dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut

software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar

dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa

sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam

meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja

membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajar, tetapi memberikan nilai

tambah kepada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media,

baik yang canggih dan mahal, ataupun media yang sederhana dan murah.

Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan

sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi

(pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga

dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian

data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan

Page 43: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

memadatkan informasi. Jadi, dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah

sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.

Sadiman, dkk (1990) berpendapat (dalam Warpala, 2012) bahwa fungsi

media (media pendidikan) secara umum adalah sebagai berikut: (1) memperjelas

penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (2) mengatasi keterbatasan

ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke

kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dan sebagainya, peristiwa yang terjadi

di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, foto atau film bingkai; (3)

meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri

berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (4)

memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi

siswa terhadap isi pelajaran.

Fungsi media, khususnya media visual memiliki empat fungsi, yaitu:

fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam

fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati

dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam

hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media

visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan

pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung

dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media

pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya

lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks.

Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi

siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang

disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).

Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (2009)

mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (1)

dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik

perhatian mereka; (2) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga

Page 44: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian

tujuan pengajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (4) siswa lebih banyak

melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi

juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.

Kemp, dkk (dalam Hamzah dan Lamatenggo, 2010: 124) menjabarkan

sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai

berikut:

1) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar.

2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

3) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif.

4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi.

5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan.

6) Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan

yang diinginkan.

7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dalam proses belajar menjadi

lebih kuat/baik.

8) Memberikan nilai positif bagi pengajar.

Peran media pembelajaran menurut Smaldino (dalam Prawiradilaga, 2008:

64), di antaranya:

1) Diatur Pengajar (instructor-directed)

Media pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan menjadi

bagian dari penyajian materi yang disajikan oleh pengajar tersebut.

2) Diatur Peserta Didik (learner-directed)

Media pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik itu sendiri

karena ia merasa bahwa ia ingin terlibat langsung dalam kegiatan

belajarnya. Sarana laboratorium, modul adalah media pembelajaan

yang memang khusus pemanfaatannya diatur oleh siswa sendiri.

3) Belajar Jarak Jauh (distance-educated)

Belajar jarak jauh memerlukan telekomonikasi yang memadai baik

untuk interaksi yang bersifat sinkron atau asinkron.

Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan

di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar-

mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap

pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan

penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik

pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat

Page 45: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar

yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media

pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam

suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental.

Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi

pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan

pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.

c. Jenis Media Pembelajaran

Secara umum jenis media dalam pembelajaran bahasa kedua dibedakan

menjadi 2 (dua), yakni: (1) media alami (natural) dan (2) media buatan (artifisial).

Media alami (natural) dibatasi bahwa media tersebut sudah ada demikian adanya

(tanpa harus dibuat atau diciptakan) dan tinggal digunakan dalam pembelajaran.

Misalnya: lingkungan, peristiwa, dan fenomena alam. Lain halnya media alam,

media buatan (artifisial) dibatasi bahwa media tersebut belum ada namun dibuat

atau diciptakan sebelum media tersebut digunakan dalam pembelajaran. Misalnya:

gambar, film, video, buku, kamus atau ensiklopedi. Kedua media tersebut dapat

digunakan dalam pembelajaran bahasa (Indihadi, 2009:6).

Jenis media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran cukup banyak

ragamnya, mulai dari media yang sederhana, sampai media yang cukup rumit dan

canggih. Penggolongan jenis media pembelajaran ialah berdasarkan teknologi

yang digunakan, mulai media yang teknologinya rendah (low technology) sampai

pada media yang menggunakan teknologi tinggi (high technology). Apabila

penggolongan media ditinjau dari teknologi yang digunakan, maka

penggolongannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.

Dengan demikian penggolongan media dapat berubah dari waktu ke

waktu. Misalnya dalam era tahun 1950 media televisi dikategorikan sebagai media

berteknologi tinggi, tetapi kemudia pada era tahun 1970/1980 media tersebut

bergeser dengan kehadiran media komputer. Pada masa tersebut komputer

digolongkan sebagai media dengan teknologi yang paling tinggi. Tetapi kemudian

pada tahun 1990 tergeser kedudukannya dengan kehadiran media komputer

Page 46: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini berlangsung selama ilmu dan

teknologi terus berkembang. Salah satu bentuk klasifikasi media pembelajaran

yang disusun oleh Hinichi, dkk (dalam Hamzah dan Lamatenggo, 2010: 123)

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Klasifikasi dan Jenis Media

KLASIFIKASI JENIS MEDIA

Media yang tidak diproyeksikan (non

projecded media)

Realita, model, bahan grafis (graphic

material), display

Media yang diproyeksikan (projecded

media)

OHT, slide, Opaque

Media video (video) Audio kaset, audio vision, active audio

vision

Media video (video) Video

Media berbasis komputer (computer

based media)

Computer Assisted instruction (CAI)

computer managed instruction (CMI)

Multimedia kit Perangkat praktikum

Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinichi ini pada dasarnya adalah

penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut

masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan/diproyeksikan, atau

apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat

audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya.

Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa kedua hendaknya

disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas. Langkah-langkah

penggunaan media tersebut harus sudah dirumuskan dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran tersebut. Langkah-langkah penggunaan tersebut berfungsi sebagai

pedoman atau acuan guru menggunakan media di kelas. Apabila penggunaan

tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, maka efektivitas media

menjadi di luar harapan oleh karena jenis media apapun yang akan digunakan

perlu dirumuskan langkah-langkah penggunaannya dalam RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) bahasa (Indihadi, 2009:7).

Page 47: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Menurut (Prawiradilaga, 2008: 66), pemilihan media dan sumber belajar

yang tepat ditentukan oleh :

1) Situasi pembelajaran

Apakah sistem penyampaian ditujukan untuk seorang peserta didik

atau pebelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau

belajar jarak jauh.

2) Peserta didik atau pebelajar berikut karakteristiknya seperti tipe

belajar, usia dan minat.

3) Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari oleh

peserta didik.

4) Ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi belajar.

5) Kemampuan pengajar untuk menggunakannya jika akan digunakan

dalam KBM dengan pola konvensional.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis media media buatan (artifisial)

yaitu media pembelajaran audio visual/video yang memiliki unsur gerakan dan

suara. Pemilihan media pembelajaran yang berupa audio visual ini dipilih karena

beberapa pertimbangan, Pertama, ialah bahwa media pembelajaran audio visual

ini dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi.

Kedua, dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek membutuhkan keterampilan

menyimak yang banyak mengandalkan keterampilan motorik siswa dan untuk

mengoptimalkan keterampilan mencermati siswa, peneliti mencoba menerapkan

media audio visual yang berupa rekaman pembecaan cerita pendek yang dikemas

dalam CD (compact disc).

d. Pengertian Media Audio Visual

Prastowo (2011: 264) memaparkan bahwa bahan ajar audio merupakan

salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem

yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau

diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka

dalam menguasai kompetensi tertentu. Media visual, artinya semua alat peraga

yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera

mata. Media visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat dilihat dengan

indera penglihatan (Daryanto, 2011).

Page 48: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Sebagai media audio visual dengan memiliki unsur gerakan dan suara,

video dapat digunakan sebagai alat batu mengajar pada berbagai bidang studi.

Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta

didik untuk melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi dengan ruang kelas.

Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya atau bahkan tidak dapat

dikunjungi oleh peserta didik karena lokasinya yang sangat jauh, dapat dihadirkan

melalui media audio visual.

Keterampilan yang dapat dilatihkan melalui media audio visual yang

berupa video ini tidak hanya berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga

keterampilan interpersonal seperti keterampilan dalam psikologi dan hubungan

dengan masyarakat. Di samping itu keterampilan manajerial juga dapat dilatihkan

melalui pemanfaatan media audio visual. Pengajar dapat memilih program-

progam video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, menyaksikan

bersama di ruang kelas dan kemudian membahas serta mendiskusikannya.

Teachers have begun to understand how using audio visual cassettes or

CDs in the classroom can increase the circle of readers by engaging learners with

auditory and spatial intelligence learning styles. Through the use of audio

cassettes or CDs in classes, these students can use their own learning styles

(Reissman, 2011).

Guru mulai memahami bagaimana menggunakan kaset audio visual atau

CD di dalam kelas dapat meningkatkan lingkaran pembaca dengan melibatkan

peserta didik menggunakan pendengaran dan gaya belajar kecerdasan spasial.

Melalui penggunaan kaset audio atau CD di kelas, para siswa dapat menggunakan

gaya belajar mereka sendiri (Reissman, 2011).

Pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan media audio

visual ini dapat meningkatkan minat siswa dalam mencermati sebuah cerita

pendek. Karena cerita pendek yang disajikan dapat dilihat dan didengar sekaligus,

sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mencermati cerita pendek. Penyajian

cerita pendek dengan menggunakan media audio visual juga lebih mudah diingat

oleh siswa sehingga siswa tidak perlu mendengarkan cerita pendek untuk yang

kedua dan ketiga kalinya.

Page 49: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

e. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual

Anderson (2012) berpendapat bahwa dalam media audio visual terdapat

kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan media audio visual menurut Anderson (2012), di antaranya:

1) Dapat digunakan untuk klasikal atau individual

2) Dapat digunakaan seketika.

3) Digunakan secara berulang.

4) Dapat menyajiakan materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas

5) Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya

6) Dapat menyajikan obyek secara detail

7) Tidak memerlukan ruang gelap

8) Dapat di perlambat dan di percepat

9) Menyajikan gambar dan suara

Kekurangan/kelemahan media audio visual antara lain sebagai berikut:

1) Media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja,

karena media audio visual cenderung tetap di tempat

2) Biaya pengadaannya relatif mahal

3) Memerlukan keahlian khusus

Jadi, penggunaan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dalam

penyajian video rekaman pembacaan cerita pendek dapat disajikan gambar dan

suara sekaligus serta video tersebut juga dapat diperlambat dan dipercepat.

Kelemahan penggunaan media audio visual ini dalam pembelajaran apresiasi

cerita pendek ialah penggunaan media ini memerlukan keahlian khusus, tidak

semua guru mata pelajaran bisa menggunakan media yang memerlukan LCD ini

untuk menayangkan di depan kelas dan media audio visual tidak dapat digunakan

dimana saja dan kapan saja, karena cenderung tetap di tempat.

f. Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek

Menurut Anderson (2012), ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam penggunaan media audio visual untuk pembelajaran, yaitu:

1) Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru

memilih media audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran

yang diharapkan.

Page 50: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2) Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya dalam

bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan

dengan jam pelajaran.

3) Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan

penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan

persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.

4) Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru

melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh

mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.

Dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek guru mempersiapkan materi

unsur-unsur cerita pendek terlebih dahulu, kemudian guru memilih media audio

visual yang berupa pembacaan cerita pendek untuk digunakan dalam

pembelajaran. Guru juga harus memperhitungkan durasi waktu video pembacaan

cerita pendek tersebut dengan jam pelajaran. Selanjutnya, guru mempersiapkan

kondisi kelas dalam keadaan yang tenang untuk mencermati video pembacaan

cerita pendek. Setelah pemutaran video rekaman pembacaan cerita pendek

sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab untuk mengetahui sejauh

mana siswa menyerap video pembacaan cerita pendek tersebut.

g. Keunggulan Penggunaan Media Audio Visual dalam Apresiasi Cerita

Pendek

Keunggulan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi

cerita pendek ialah: (1) pembelajaran apresiasi cerita pendek lebih menarik dan

menyenangkan; (2) cerita pendek yang ditayangkan dengan gambar dan suara

lebih mudah diingat oleh siswa; dan (3) dengan audio visual dapat memutarkan

video-video lucu yang dapat menyegarkan pikiran siswa dan memberikan pesan

moral bagi siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Utama (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Media

Pengajaran dalam meningkatkan Mutu Pendidikan pada Program Manajemen

Bisnis Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS UPI menjelaskan bahwa media

pengajaran pada Program Studi Manajemen Bisnis mempunyai hubungan yang

Page 51: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

erat dengan mutu pendidikan mahasiswa. Data tersebut diperoleh dengan

menggunakan survei melalui penyebebaran kuesioner terhadap mahasiswa

program studi Manajemen Bisnis dari berbagai angkatan. Dari data yang diperoleh

tersebut terlihat bahwa banyak mahasiswa program studi Manajemen Bisnis dari

berbagai angkatan yang mengisi “setuju” bahwa media pengajaran berperang

penting dalam ada meningkatkan mutu pendidikan pada Program Manajemen

Bisnis Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS UPI.

Afriyani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Media

Lagu dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Menulis Narasi (Penelitian

Tindakan Kelas Siswa Kelas 1 SMPN 22 Bandung Tahun Ajaran 2005/2006).

Dalam penelitian ini untuk melihat apakah pemanfaatan media lagu dapat

meningkatkan pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas 1 SMPN 22 maka

dimulai langkah-langkah penelitian tindakan kelas sederhana, yaitu siklus 1

sampai siklus 3. Mencari modifikasi baru bagi perbaikan metode yang digunakan

dalam penyajian materi pelajaran menulis narasi yang dilakukan pada siklus 2.

Dari pelaksanaan dua siklus pembelajaran menulis narasi yang dilakukan maka

dilanjutkan pada pengolahan data dengan mencari rata-rata nilai yang diperoleh

siswa. Rumus sederhana yang digunakan untuk melihat nilai rata-rata siswa

adalah indikator keberhasilan. Kriteria ketuntasan yang penulis tetapkan adalah

minimal mencakup 75%. Setelah dilakukan dua siklus untuk melihat dari hasil

proses pembelajaran ternyata peningkatan rata-rata masih dirasa kurang cukup

untuk mencapai target KKM jadi dilanjutkan dengan siklus 3. Pada siklus 3

perubahan yang terjadi cukup besar dimana pencapaian penguasaan siswa telah

mencapai KKM. Rata-rata nilai siswa 78,75%.

Dari hasil ini peneliti melihat bahwa perencanaan pembelajaran menulis

dengan menggunakan media lagu dapat membantu dan memotivasi siswa dalam

menulis karangan narasi. Dengan pembelajaran tersebut, siswa terlihat lebih aktif

dan memberikan respons positif terhadap setiap pembelajaran yang telah

berlangsung. Kemampuan siswa menulis karangan narasi dengan menggunakan

media lagu meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus III dan nilai rata-

rata siswa pun meningkat.

Page 52: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Wicaksono (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Media Audio: Penelitian

Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran

2006/2007 menjelaskan bahwa dengan pemanfaatan media audio dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat meningkatkan kegitan belajar-

mengajar. Melalui media audio siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.

Keaktifan itu disebabkan media audio mengandung unsur kebaruan dalam

pembelajaran. Penelitiannya ini dilaksanakan dalam 3 siklus, yaitu siklus 1 sampai

siklus 3.

Dalam tindakan siklus pertama dan kedua dilaksanakan di ruang kelas.

Ketika itu, hasil yang didapat masih kurang optimal. Hal ini disebabkan

pelaksanaan pembelajaran apresiasi pembecaan cerita pendek membutuhkan

lingkungan yang terkondisi dengan baik. Sehingga dalam tindakan siklus yang

ketiga dilaksanakan di ruang multimedia, ruang tersebut terbukti dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek. Keberhasilan

pemanfaatan media audio dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek ini dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.

Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi. Hal ini terbukti dalam siklus

I sebanyak 46% (14 siswa dari 31 siswa), siklus II sebanyak 71% (22 siswa dari

31 siswa, dan siklus III sebanyak 81% (25 siswa dri 31 siswa) mengikuti

apersepsi. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hal ini

dilihat dari siklus I keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar

sebesar 61% (19 dari 31 siswa, siklus II sebesar 75% (23 dari 31 siswa) dan siklus

III sebesar 87% (27 dari 31 siswa). Peningkatan hasil dapat dilhat dari hasil

belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya.

Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam apresiasi cerita

pendek sebesar 46% (14 dari 31 siswa), siklus II sebesar 64% (20 dari 31 siswa,

dan pada siklus III sebesar 75% ( 23 dari 31 siswa).

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menerapkan

media audio visual dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi

cerita pendek siswa melalui penelitian tindakan kelas. Hasil refleksi maupun

Page 53: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

saran-saran dari peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dalam melakukan

penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat

dijadikan pedoman agar penelitian yang dilakukan dapat meningkatkan

pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Kebakkramat.

C. Kerangka Berpikir

Sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan sering kali masih

mengesampingkan pembelajaran tentang sastra. Hal tersebut mengundang

berbagai pendapat bahwa pembelajaran sastra seolah dianaktirikan dari mata

pelajaran Bahasa Indonesia karena kurangnya minat siswa untuk mempelajari

sastra. Sementara itu, kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

mengintegrasikan setiap bahasan atau tema kemampuan berbahasa maupun

kemampuan bersastra.

Pengajaran apresiasi sastra khususnya cerita pendek sejauh ini masih

mengalami banyak kesulitan. Hal tersebut tidak luput dari metode pembelajaran

dan media pembelajarannya yang kurang mendukung proses belajar. Metode dan

media pembelajaran yang terkesan monoton, yaitu cara pengajaran apresiasi cerita

pendek yang hanya diberikan sepintas lalu diberi tugas oleh guru. Permasalahan

tersebut mengakibatkan siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi

untuk mempelajari sastra, terutama cerita pendek.

Menyadari akan hal tersebut, peneliti berusaha menawarkan sebuah

inovasi pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan audio visual.

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA

Negeri Kebakkramat dengan menggunakan media audio visual, yaitu proses

kegiatan belajar-mengajar siswa lebih aktif dan dari hasil evaluasi apresiasi cerita

pendek siswa lebih meningkat dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak

menggunakan media audio visual. Penulis berpendapat bahwa minimnya bahan

ajar dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya cerita pendek merupakan

salah satu faktor kurangnya minat siswa dalam belajar sastra yang berakibat

Page 54: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dianaktirikannya pengajaran sastra, khususnya apresiasi cerita pendek dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

Media audio visual dipilih dengan pertimbangan peneliti bahwa konsep

belajar pada dasarnya mengkonstruksi lingkungannya. Banyak kita jumpai bahwa

kebiasaan bercerita dalam kehidupan sehari-hari secara lisan lebih diminati oleh

masyarakat daripada cerita secara tertulis. Akhirnya pemanfaatan media audio

visual yang berupa video rekaman cerita pendek dapat dijadikan media dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek di sekolah.

Selain itu alasan lain digunkannya media audio visual ini dengan

pertimbangan bahwa penyajian cerita pendek dengan melibatkan indera

pendengaran dan penglihatan memudahkan siswa untuk mengingat cerita tersebut.

Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1

berikut ini.

Tindakan

Kondisi Akhir

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Guru menyampaikan

materi pelajaran hanya

dengan menggunakan

metode ceramah,

pembelajaran terkesan

monoton dan kurang

menarik.

Siswa kurang

termotivasi dalam

mempelajari materi

pelajaran sehingga

kemampuan apresiasi

cerita pendek rendah

Guru menyampaikan

materi pelajaran

dengan menggunakan

media audio visual

sehingga pembelajaran

terkesan menarik

peningkatan kemampuan

apresiasi cerita pendek

siswa

Siswa termotivasi

dalam mempelajari

materi pelajaran

Kondisi

Awal

Page 55: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

D. Hipotesis Tindakan

Berbagai tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat

membawa suatu perubahan kearah yang lebih baik dan peningkatan hasil prestasi

siswa dalam pembelajaran apresiasi ceita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA

Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012. Pendapat tersebut disusun dalam

sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil pembelajaran

apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012.

Page 56: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kebakkramat yang

beralamatkan di Nangsari Kebakkramat, Karanganyar. Kelas yang digunakan

untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XI IPA 1. Di kelas

ini sarana penunjang pembelajaran apresiasi cerita pendek yang tersedia adalah,

buku paket Bahasa Indonesia, dan LKS Bahasa Indonesia.

Alasan pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah (1) sekolah

ini berdekatan dengan tempat kost peneliti; (2) peneliti memiliki kedekatan yang

cukup baik dengan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

tersebut; dan (3) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.

Menurut guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia, yaitu bapak

Mutaqin, S. Pd., siswa kelas XI IPA 1 merupakan siswa yang kooperatif dalam

proses belajar dan juga tidak berbeda dengan kelas XI yang lain. Rencana tahap

persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilaksanakan selama empat bulan,

yaitu bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012. Kegiatan perencanaan

(penyusunan proposal) dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran pada bulan Maret sampai April,

sedangkan penyusunan laporan pada bulan Mei.

Jadwal kegiatan penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, dan

penyusunan laporan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Page 57: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 2 . Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

Kegiatan

Waktu

Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A. Persiapan

1. Menyusun proposal x x x x

2. Koordinasi dengan guru dan

KS

3. Menyusun instrumen

B. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Siklus I x x

2. Siklus II x

3. Siklus III

4. Analisis data

C. Penyusunan laporan x x x

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Kebakkramat yang berjumlah 36 siswa dan terdiri dari 6 siswa laki-laki, 30 sisa

perempuan, dengan diperkuat informasi dari guru bidang studi bahasa dan sastra

Indonesia sebagai guru kolaborator yaitu bapak Mutaqin, S. Pd. Pengumpulan

data dari siswa dilakukan dengan cara membagikan angket dan soal-soal tes untuk

kemudian dianalisis sebagai sumber data.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu sebuah penelitian

yang merupakan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah yang lain

untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Peneliti berusaha

mengamati dan mendeskripsikan permasalahan yang dialami guru bidang studi

bahasa dan sastra Indonesia dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Selanjutnya, peneliti berusaha memberikan solusi dan alternatif guna mengatasi

permasalahan tersebut. Alternatif tersebut diharapkan mampu memberikan

Page 58: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kontribusi ke arah perbaikan pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas XI IPA

1 SMA Negeri Kebakkramat.

Dalam penelitian ini peneliti bersama-sama guru Bahasa Indonesia

menyusun rencana tindakan bersama. Kemudia peneliti bersama guru

melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah disepakati

bersama. Kegiatan pelaksanaan tersebut diikuti pula dengan kegiatan pemantauan

segala kejadian di dalam kelas. Apabila dirasa kurang maksimal, peneliti mulai

menentukan perencanaan selanjutnya untuk siklus berikutnya. Strategi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk

menjelaskan dan menggambarkan realita yang ada dalam data tertulis.

D. Sumber Data Peneliti

Ada tiga sumber data peneliti yang dijadikan sasaran penggalian,

pengumpulan data, dan informasi dalam penelitian. Sumber data tersebut meliputi:

1. Informan

Dalam penelitian ini menggunakan informan guru bidang studi bahasa dan

sastra Indonesia dan juga siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.

Sumber data informan digunakan untuk mengetahui permasalahan yang

dihadapi oleh guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia dan juga siswa

kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu,

kegiatan pembelajaran aspresiasi cerita pendek di dalam kelas yang dialami

siswa denan menggunakan media audio visual.

3. Dokumen

Dokumen yang berupa rekaman video cerita pendek, hasil tes siswa, rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru dan peneliti,

kurikulum yang ditentukan oleh pihak sekolah, dan daftar nilai siswa.

Page 59: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Observasi

Teknik ini dipilih untuk mengamati kegiatan pembelajaran apresiasi

cerita pendek yang sedang berlangsung di dalam kelas. Observasi ini

dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dan siswa di dalam kelas.

Sprandley berpendapat (dalam Sutopo, 2002: 65), bahwa pelaksanaan

teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi: tak berperan sama sekali dan

observasi berperan, yang terdiri dari (1) berperan pasif, (2) berperan aktif, dan

(3) berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga (bagian)

atau anggota kelompok yang sedang diamati.

Dalam observasi atau pengamatan ini, peneliti hanya berperan pasif

yang hanya mengamati jalannya pembelajaran di dalam kelas yang dipimpin

oleh guru bidang studi. Peneliti mengambil posisi tempat duduk paling

belakang, mengamati jalannya pembelajaran serta mencatat segala sesuatu

yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di

tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk

mengamati keseluruhan proses pembelajaran dengan leluasa tanpa

mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung.

2. Angket

Teknik ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang

kekurangan, kelebihan, dan harapan siswa tentang pembelajaran apresiasi

cerita pendek.Teknik pengumpulan data dengan angket dilakukan dengan

cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang

berhubungan dengan penelitian yang digunakan. Angket dalam penelitian ini

diterapkan pada siswa kelas XI IA yang berjumlah 36 siswa.

3. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

diadakan pembelajaran apresiasi cerita pendek melalui media audio visual

Page 60: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

yang berupa remakan video cerita pendek. Langkah-langkah yang ditempuh

peneliti dalam pengambilan data dengan teknik tes ini adalah dengan

menyiapkan perangkat bahan tes, menilainya serta mengolah data dari hasil

kegiatan pembelajaran

4. Teknik Wawancara

Teknik wawancara ini digunakan untuk memeroleh data guru dan siswa

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita pendek di dalam

kelas. Wawancara mendalam (in depth interview) digunakan untuk mencari

informasi mengenai kesulitan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek dan faktor-faktor penyebabnya. Wawancara yang

digunakan ialah wawancara secara langsung dan tertulis.

5. Analisi Dokumen

Teknik ini digunakan untuk menganalisis dokumen yang telah

terkumpul yang di dapat dari hasil observasi. Dokumen yang dimaksud

berupa berbagai catatan lapangan pembelajaran apresiasi cerita pendek oleh

guru di dalam kelas.

F. Uji Validitas Data

Untuk memeroleh data yang valid perlu dilakukan teknik-teknik sebagai

berikut:

1. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan oleh seorang peneliti dengan

mengumpulkan data sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda (Sutopo, 2002: 80).

Teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang telah diperoleh

dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari wawancara dan angket

siswa. Data yang berasal dari siswa diperoleh melalui observasi, angket, dan

wawancara berstruktur. Data yang berasal dari guru diperoleh melalui

wawancara mendalam. Data yang berasal dari siswa tersebut diperoleh

melalui observasi yaitu berupa nilai evaluasi siswa, data tersebut

dibandingkan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan angket.

Page 61: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Data yang sudah terkumpul digunakan untuk menguji peningkatan

pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa. Juga dapat digunakan untuk

menentukan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, sumber data dari

siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa catatan

lapangan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam jenis penelitian tindakan sama

halnya dengan teknik analisis data pada penelitian kualitatif. Salah satu modelnya

adalah teknik analisis interaktif. Analisis interaktif terdiri atas tiga komponen

kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu: reduksi data, sajian data, dan

penarikan kesimpulan ( Sutopo, 2002: 94).

Penelitian ini reduksi dan sajian data diperoleh dengan cara menyeleksi,

menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data

mentah yang ada pada catatan lapangan dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek. Berbagai data tentang pembelajaran apresiasi cerita pendek yang telah

direduksi dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi atau pun tabel.

Pembeberan data tersebut akan mempermudah penarikan kesimpulan atau

menentukan tindakan selanjutnya.

Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2002: 96)

Reduksi data Sajian data

Pengumpulan

data

Penarikan

simpulan/verifikasi

Page 62: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam rancangan

penelitian ini adalah meningkatnya pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa

kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat. Secara terperinci, indikator keberhasilan

tindakan dalam rancangan ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan

No Aspek yang

Di Ukur

Persentase Siswa yang

Di Targetkan

Cara Mengukur

1 Aktif selama

apersepsi

80% Diamati saat pembelajaran

dengan menggunakan lembar

observasi oleh peneliti dan

dihitung dari jumlah siswa

yang menampakkan

kesungguhan dalam pelajaran.

2 Aktif selama

mengikuti

pelajaran

80% Diamati saat pembelajaran

dengan menggunakan lembar

observasi oleh peneliti dan

dihitung dari jumlah siswa

yang menampakkan

kesungguhan dalam pelajaran.

3 Berani

membacakan

hasil pekerjaan

dalam forum

diskusi

75% Diamati saat pembelajaran

dengan menggunakan lembar

observasi oleh peneliti dan

dihitung dari jumlah kelompok

yang mampu menjalin kerja

sama dalam kelompoknya dan

berani membacakan pekerjaan

Page 63: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

4 Ketuntasan hasil

belajar (mendapat

nilai ≥ 6,5)

75% Dihitung dari jumlah siswa

yang memeroleh siswa nilai 6,5

ke atas berdasarkan lembar

penilaian terhadap hasil kerja

siswa dalam mengapresiasikan

cerita pendek.

Persentase yang ditargetkan dalam Tabel 3 indikator keberhasilan tindakan

di atas adalah merupakan hasil diskusi yang ditatapkan bersama-sama oleh guru

mata pelajaran yang bersangkutan dan peneliti.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur dasar penelitian tindakan kelas didasarkan atas menyusun

rencana tindakan bersama, bertindak dan mengamati secara individu dan bersama-

sama pula, kemudian mengadakan refleksi atas berbagai kegiatan yang telah

dilakukan. Proses dasar tersebut terealisasi dalam prosedur penelitian ini dari awal

hingga akhir.

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini berupa penyusunan rancangan tindakan yang

menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan

bagaimana tindakan kelas tersebut akan dilakukan (Suhardjono, 2006:75).

Dari hasil identifikasi dan penetapan masalah oleh peneliti kemudian peneiti

mengajukan suatu solusi atau alternatif melalui media berupa audio visual,

yaitu berisi rekaman video cerita pendek dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek.

Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus pertama dengan

menggunakan media audio visual berupa rekaman video cerita pendek.

Pengerjaan tugas pada siklus pertama dilakukan secara individu. Pada siklus

pertama, siswa diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses

pembelajaran apresiasi cerita pendek dalam melakukan kegiatan eksplorasi,

ketepatan waktu, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, serta

Page 64: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek

yang dipertontonkan.

Siklus kedua dilaksanakan sesuai dengan hasil refleksi dan evauasi

dari pelaksanaan siklus pertama. Pengerjaan tugas pada siklus kedua

dilaksanakan secara diskusi kelompok. Tindakan pada siklus kedua ini

mempunyai sasaran untuk meningkatkan proses yang berupa keaktifan siswa

dalam diskusi kelompok, ketepatan waktu dalam eksplorasi, keaktifan siswa

dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan siswa dalam

mengungkapkan hasil diskusi kelompok berupa nilai-nilai yang terkandung

dalam cerita pendek.

Dalam siklus kedua ini diharapkan bisa mencapai indikator

keberhasilan yang sudah ditetapkan. Berbagai perkembangan proses belajar

siswa terus diamati dan dicatat pada catatan lapangan yang akan dilakukan

setiap kali pengambilan data dilaksanakan. Hasil belajar siswa dapat

direpresentasikan melalui pembuatan daftar nilai pada tiap siklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, rancangan, strategi, dan scenario penerapan

pembelajaran yang diterapkan. Rancangan tindakan tersebut sebelumnya

sudah dilatihkan si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam

kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario tindakan harus dilaksanakan

dengan baik dan wajar.

Secara keseluruhan tindakan yang telah dilaksanakan dalam penelitian

ini mempunyai tujuan untuk optimisasi terhadap pembelajaran apresiasi cerita

pendek yang selama ini dirasa kurang efektif. Tindakan yang dilakukan dalam

penelitian ini berupa pemberian media audio visual yang berisi rekaman

video cerita pendek untuk mempermudah siswa dalam melakukan apresiasi.

3. Observasi atau Pengamatan

Pada tahan ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat

pelaksanaan. Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan

sedang berjalan, jadi keduanya berjalan pada waktu yang bersamaan. Pada

tahapan ini peneliti melakukan melakukan pengamatan serta mencatat semua

Page 65: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan tersebut

berlangsung. Dalam tahapan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif

yang mengamati jalannya pembelajaran di dalam kelas yang dipimpin oleh

guru.

Setelah itu peneliti mengadakan pertukaran pendapat dengan guru

yang bersangkutan mengenai hasil pengamatan peneliti. Dalam kegiatan tukar

pendapat tersebut saling mengungkapkan kelebihan dan kelemahan proses

pembelajaran yang telah berlangsung dengan memfokuskan penampilan guru

di dalam kelas dan respons siswa terhadap materi pembelajaran yang

disampaikan oleh guru.

4. Refleksi

Pada tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan data yang telah

terkumpul yang kemudian dilakukan evaluasi yang berfungsi untuk

menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi pada tindakan kelas ini

mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas

tindakan yang dilakukan. Hasil dari evaluasi kemudian dianalisis untuk

menentukan langkah-langkah perbaikan selanjutnya sehingga akan didapat

solusi untuk semua permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan media audio

visual yang berupa rekaman video cerita pendek.

Tahapan berikutnya peneliti mampu mengambil sebuah kesimpulan

yang berupa hasil dari pelaksanaan penelian. Dari hasil pengambilan

kesimpulan ini akan dapat diketahui apakah peneliti berhasil atau tidak

sehingga dapat menentukan langkah berikutnya.

Page 66: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pratindakan)

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan

kegiatan survei awal. Kegiatan survei awal dimaksudkan untuk mengetahui

keadaan awal yang ada di lapangan mengenai pembelajaran apresiasi cerita

pendek. Pemahaman akan kondisi awal dari kegiatan survei awal ini menjadi

dasar untuk menentukan siklus yang akan dilakukan untuk mengatasi

permasalahan yang dialami guru maupun siswa, khususnya dalam pembelajaran

apresiasi cerita pendek. Peneliti melakukan kegiatan observasi lapangan, yaitu

wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, wawancara dengan siswa, dan angket.

Survei awal dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012. Survei awal ini

dilaksanakan untuk melihat proses pembelajaran apresiasi cerita pendek yang

berlangsung di kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dan melakukan

wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yaitu Bapak Mutaqin, S.Pd. Hasil dari

kegiatan suvei awal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Siswa Kurang Antusias dalam Mengikuti Pembelajaran Apresiasi Cerita

Pendek

Survei awal menunjukkan bahwa siswa kurang antusias dalam

mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Hal ini terbukti pada saat peneliti melakukan pengamatan. Siswa terlihat pasif

saat pembelajaran berlangsung. Ada beberapa siswa yang tampak

memperhatikan penjelasan guru, namun ada pula siswa yang ramai sendiri

berbicara dengan temannya. Siswa yang aktif saat pembelajaran berbicara

ditunjukkan dengan antusias mendengarkan penjelasan guru dan terkadang

menanggapi pertanyaan yang diberikan guru, tidak sedikit pula siswa yang

hanya diam saat diberi pertanyaan oleh guru.

Observasi awal juga dilakukan melalui wawancara, yaitu wawancara

dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dua orang siswa.

Wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

Page 67: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

yaitu bapak Mutaqin, menyatakan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia masih

mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran yang menarik di kelas

XI IPA 1 terutama pelajaran menyimak cerita pendek. Kebanyakan siswa

merasa bosan dan jenuh saat dibacakan cerita pendek oleh salah satu

temannya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan dua orang siswa

menyatakan bahwa mereka senang saat pelajaran apresiasi cerita pendek,

akan tetapi saat pembacaan cerita yang dibacakan oleh salah satu temannya,

teman yang lain justru berbicara sendiri sehingga cerita yang dibacakan

kurang begitu jelas.

2. Siswa Kurang Mampu Mengapresiasi Cerita Pendek

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran

apresiasi cerita pendek yang dilakukan oleh guru, kenyataan di lapangan

masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam tugasnya mengapresiasi

cerita pendek yang dibacakan oleh teman sebangkunya. Hal tersebut karena

teman yang lain berbicara sendiri menjadikan suasana ramai dan pembacaan

cerita pendek oleh salah satu temannya tidak begitu terdengar. Oleh sebab itu,

siswa kurang begitu berkonsentrasi dan memahami isi dalam cerita pendek

yang dibacakan tersebut.

3. Guru Kesulitan dalam Membangkitkan Minat Belajar Siswa

Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran

berlangsung, terlihat siswa kurang antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran. Guru hanya berada di depan kelas saat menjelaskan materi

pelajaran sehingga proses pembelajaran terkesan tegang. Posisi guru saat

menjelaskan materi lebih banyak berdiri di depan kelas saja akibatnya siswa

yang duduk di belakang cenderung tidak memperhatikan pelajaran.

Guru juga belum bisa membangkitkan semangat siswa dalam

menyampaikan pendapat dalam diskusi. Siswa yang diberi kesempatan untuk

menyampaikan pekerjaanya secara sukarela justru siswa diam saja, siswa

hanya mau menyampaikan pekerjaanya bila disuruh langsung oleh guru.

Page 68: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4. Guru Kesulitan Menggunakan Media yang Tepat dalam Pembelajaran

Apresiasi Cerita Pendek

Selama ini pembelajaran apresiasi cerita pendek banyak didominasi

oleh materi, pembacan cerita pendek oleh salah satu teman sekelas, dan tugas.

Setelah cerita dibacakan siswa lalu diberi tugas oleh guru. Hal tersebut

seringkali membuat siswa bosan kurang termotivasi dalam pembelajaran

mencermati cerita pendek. Seharusnya siswa lebih digali kemampuannya

untuk mengapresiasi cerita pendek dan siswa lebih termotivasi untuk

menyampaikan pendapat atau hasil pekerjaanya secara sukarela.

5. Fasilitas yang Disediakan Sekolah Belum Dimanfaatkan Secara Maksimal

Selama ini guru belum memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah

untuk menunjang proses pembelajaran. Ketersediaan LCD, sarana dan

prasarana belum diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar. Guru masih

terpaku pada metode pembelajaran ceramah dan penugasan saja. Fasilitas

yang disediakan di sekolah seharusnya dapat bermanfaat apabila dikelola dan

digunakan dengan baik oleh guru.

6. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak

Berdasarkan pengamatan peneliti pada survei awal, proses

pembelajaran mencermati, khususnya apresiasi cerita pendek belum mencapai

tujuan pembelajaran. Aktivitas proses pembelajaran dinilai dari perhatian,

aktif selama mengikuti pelajaran, keberanian membacakan hasil pekerjaan

dalam forum diskusi, dan ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan seluruh aspek

penilaian tersebut diperoleh data, yaitu berupa persentase keberhasilan 36%

(13 siswa dari 36 siswa).

Berdasarkan fakta pada survei awal yang peneliti lakukan,

membuktikan bahwa proses maupun hasil pembelajaran mencermati,

khususnya apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Kebakkramat masih kurang memuaskan. Dilihat dari proses pembelajaran

yang berlangsung masih kurang kondusif. Dilihat dari hasil pekerjaan siswa

mengapresiasi cerita pendek masih banyak yang belum mencapai batas tuntas

yang telah ditentukan. Jadi, perlu adanya solusi untuk mengatasi

Page 69: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

permasalahan tersebut, yaitu berupa penggunaan media pembelajaran yang

tepat. Media pembelajaran tersebut ialah media audio visual yang berupa

video rekaman pembacaan cerita pendek, yang diharapkan siswa lebih

maksimal lebih termotivasi dalam mencermati cerita pendek yang

diperdengarkan.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing

siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan

tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Peneliti perlu mengatur jadwal tindakan penelitian terlebih dahulu

dengan tujuan agar tindakan dalam penelitian ini tidak mengganggu agenda

pembelajaran guru yang bersangkutan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari

Selasa, 31 Maret 2012 di SMA Negeri Kebakkramat saat istirahat sekolah

dengan guru yang bersangkutan. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan

tindakan pada siklus pertama ini akan dilaksanakan pada hari Selasa, 10

April 2012 dan hari Sabtu, 14 April 2012 masing-masing selama dua jam

pelajaran.

Tahap perencanaan tindakan 1 meliputi kegiatan berikut:

1) Peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia merancang

skenario pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan

media audio visual. Langkah-langkah yang ditempuh, antara lain:

a) Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan tentang kabar dan

kesiapan siswa belajar hari ini.

b) Guru memberi motivasi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran

yang akan dilakukan.

c) Guru menyampaikan materi unsur-unsur intrinsik dalam cerita

pendek.

Page 70: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

d) Guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah

dijelaskan.

e) Guru memutar video rekaman pembacaan naskah cerita pendek

f) Siswa secara individu mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerita

pendek

g) Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan siswa.

h) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar

yang telah dilakukan.

2) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi

apresiasi cerita pendek berdasarkan silabus dari sekolah.

3) Peneliti memberikan video rekaman pembacaan cerita pendek yang akan

dipakai dalam tindakan penelitian pertama. Pada kegiatan ini guru

bersama peneliti menyimulasikan penggunaan media audio visual

tersebut sebelum dipakai dalam tindakan penelitian pertama. Simulasi

dilakukan dengan terlebih dahulu memutar rekaman video tersebut.

b. Pelaksanan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Selasa, 10 April 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang

kelas XI IPA 1. Dalam pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini, guru

bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar-mengajar, sedangkan

peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti

bertindak sebagai partisipan pasif, yaitu peneliti mengambil posisi di kursi

paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran.

Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut:

1) Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan tentang kabar dan

kesiapan siswa belajar hari ini.

2) Guru memberi motivasi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang

akan dilakukan.

3) Guru menyampaikan materi unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek.

Page 71: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

4) Guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah

dijelaskan.

5) Guru menutup pelajaran tersebut.

Pelaksanaan tindakan I pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu,

14 April 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang kelas XI

IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Di ruangan kelas tersebut telah

dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan sebagai media

pembelajaran apresiasi cerita pendek. Media tersebut berupa kepingan kaset

yang berisi video rekaman pembacaan cerita pendek, spiker, LCD, dan

laptop. Video rekaman pembacaan cerita pendek tersebut berjudul “Sebuah

Arti” karya Anas Ariffudin.

Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah

sebagai berikut:

a) Peserta didik digali dengan pertanyaan yang berkaitan dengan

pelajaran minggu lalu yaitu tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerita

pendek

b) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam

pertemuan ini

c) guru memutarkan video rekaman pembacaan cerita pendek yang

berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin sebagai bahan simakan

serta modelling dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

d) Siswa mencermati rekaman pembacaan cerita pendek.

e) Siswa mengapresiasi unsur-unsur intrinsiknya secara individu.

f) Siswa mendiskusikan unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang sudah

diidentifikasi.

g) Siswa membacakan hasil identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita

pendek yang sudah diperbaiki.

h) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

i) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan terhadap hasil kerja siswa.

Page 72: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

j) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan belajar-

mengajar yang telah berlangsung.

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran apresiasi cerita pendek

dengan memanfaatkan media audio visual berupa video rekaman pembacaan

cerita pendek di kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Pengamatan

dilaksanakan pada hari Selasa, 10 April 2012 dan Sabtu, 14 April 2012. Dari

berbagai kegiatan tersebut diperoleh deskripsi tentang jalannya proses

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan memanfaatkan media audio

visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek, sebagai berikut:

1) Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, guru membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan sebagai pedoman

dalam mengajar. RPP tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku,

yakni KTSP.

2) Guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran apresiasi cerita pendek

dengan baik, serta mengajarkannya dengan arah dan tujuan yang jelas

dan terencana. Pada awal pembelajaran guru terlebih dahulu

mengemukakan materi yang hendak dipelajari pada hari itu. Guru

memberikan teori yang berkaitan tentang apresiasi cerita pendek, yaitu

materi tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang terdiri dari alur,

penokohan, dan latar. Pada pertemuan pertama siswa mengapresiasi

video rekaman yang berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin.

Kegiatan selanjutnya, siswa ditugasi mengapresiasi unsur intrinsik

berkaitan dengan materi yang telah diperdengarkan secara individu. Pada

kegiatan inti siswa bersama guru guru mendiskusikan pekerjaan tentang

identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita pendek dan kemudian siswa

diminta membacakan hasil pekerjaan individunya tentang identifikasi

alur, penokohan, dan latar cerita pendek ke depan kelas.

3) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dan

berani memberikan pendapat dalam diskusi dan berani membacakan hasil

Page 73: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

pekerjaan individu mereka tentang identifikasi alur, penokohan, dan latar

cerita pendek ke depan kelas. Guru memberikan teknik pancing untuk

memunculkan pendapat siswa secara spontanitas. Namun, masih sedikit

siswa yang enggan memberikan komentar. Hasil observasi menunjukkan

siswa yang berani membacakan hasil pekerjaannya secara sukarela hanya

50% (18 dari 36 siswa). Akhirnya, guru menunjuk beberapa siswa lain

untuk membahas dan mengomentari pekerjaan temannya.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses kegiatan belajar-

mengajar berlangsung ditemukan hal-hal sebagai berikut:

Siswa yang aktif selama apersepsi berlangsung sebesar 66% (24

siswa dari 36 siswa), sedangkan lainnya tampak diam dan melamun. Siswa

yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebesar 72% (26

siswa dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya diam dan melamun

serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang terlihat tidak aktif

tersebut kebanyakan yang berada di bangku bagian belakang. Hal tersebut

terjadi karena guru hanya berada di depan selama kegiatan belajar-mengajar

berlangsung. Guru ke belakang hanya pada saat siswa sedang mengerjakan

soal.

Siswa yang berani menyampaikan hasil pekerjaan dalam forum

diskusi secara sukarela hanya 50% (18 dari 36 siswa), sedangkan siswa

yang lain hanya mau membacakan hasil pekerjaan individu mereka apabila

disuruh oleh guru yang bersangkutan. Pendapat tersebut berdasarkan hasil

observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

Berdasarkan hasil pekerjaan individu siswa dapat diidentifikasi bahwa

69% siswa (25 dari 36 siswa) mendapatkan nilai di atas batas tuntas yang

telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara berstruktur yang diperoleh

dari siswa menyatakan bahwa rekaman pembacaan cerita pendek tersebut

terlalu cepat dan suaranya kurang keras. Keadaan tersebut menjadi sebuah

kendala bagi siswa dalam melakukan apresiasi terhadap materi pembacaan

cerita pendek yang dipertontonkan.

Page 74: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang terlihat dalam

kegiatan siklus 1 adalah sebagai berikut:

Posisi guru selalu berada di depan sehingga ia tidak dapat memantau

siswa yang duduk di bagian belakang. Hal tersebut membuat siswa kurang

berantusias terhadap materi belajar. Guru masih belum bisa membangkitkan

semangat siswa untuk memberikan komentar dari hasil pekerjaannya dalam

sebuah forum diskusi. Teknik pancing dari guru kurang mendapat sambutan

yang baik dari siswa.

Dari sisi siswa ditemukan beberapa kekurangan, antara lain:

Siswa kurang berkonsentrasi dalam mendengarkan rekaman

pembcaan cerita pendek yang diperdengarkan. Berdasarkan hasil observasi

selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, siswa yang berani

menyampaikan hasil pekerjaanya dalam forum diskusi secara sukarela

hanya 50% (18 dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya mau

membacakan hasil pekerjaan individu mereka apabila disuruh oleh guru

yang bersangkutan. Hasil pekerjaan individu siswa hanya 69% siswa (25

dari 36 siswa) yang mendapat nilai di atas batas tuntas yang telah ditentukan

Adapun respons siswa terhadap pemanfaatan media audio visual

dalam siklus I antara lain:

Siswa menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita

pendek sebagai media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa

siswa menyukai pembelajaran mencermati cerita pendek dengan

memanfaatkan media audio visual.

Siswa menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita

pendek dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek namun mereka

menyayangkan adanya kualitas suara yang kurang bagus. Hasil wawancara

berstruktur dengan siswa menyatakan bahwa mereka menganggap rekaman

tersebut terlalu cepat dan kurang keras.

Page 75: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

d. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan tindakan yang peneliti lakukan pada

tahap siklus 1, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai

berikut:

1) Guru sebaiknya tidak hanya berada di depan kelas saat memberikan

penjelasan kepada siswa. Guru juga harus memonitor siswa yang berada

di kursi bagian samping, tengah, dan belakang agar mereka juga ikut

aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.

2) Guru sebaiknya memberikan sedikit hiburan dengan memutarkan video

kartun lucu kepada siswa agar pembelajaran tidak berlangsung tegang.

3) Siswa perlu dikondisikan agar tercipta ketenangan dalam mendengarkan

materi pembacaan cerita pendek sehingga konsentrasi mereka bertambah.

4) Guru sebaiknya selalu memantau dan mengingatkan siswa yang tidak

mau memperhatikan atau bercanda dengan temannya.

5) Agar siswa lebih berantusias dan aktif dalam melakukan diskusi untuk

membahas hasil pekerjaan mereka, sebaiknya guru memanfaatkan teknik

pembelajaran bekerja kelompok. Pembuatan kelompok belajar juga

dimaksudkan agar guru mudah memonitor terhadap keaktifan siswa

karena hanya terbagi dalam beberapa kelompok. Selain itu, guru juga

sebaiknya memberikan reward kepada setiap pertanyaan yang diberikan

kepada siswa agar siswa lebih terpacu dalam menjawab.

6) Sebaiknya kualitas media pembelajaran dapat ditingkatkan. Peranan

video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai media dalam

pembelajaran apresiasi cerita pendek sangat vital sehingga keberhasilan

pemanfaatan rekaman sebagai media belajar sangat ditentukan oleh

kualitas rekaman pula.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tindakan pada siklus I maka

pada siklus II ini, peneliti bersama dengan guru yang bersangkutan

Page 76: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

mengadakan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus

pertama. Kegiatan diskusi dilaksanakan pada hari Selasa, 17 April 2012 di

SMA Negeri Kebakkramat saat jam istirahat sekolah dengan guru yang

bersangkutan.

Untuk mengatasi kekurangan pada siklus sebelumnya, akhirnya

peneliti mengambil keputusan sebagai berikut:

1) Pekerjaan apresiasi cerita pendek siswa sebaiknya dikerjakan secara

berkelompok. Hal ini dilakukan agar siswa dapat berkolaborasi aktif

membahas materi pembacaan cerita pendek yang telah diperdengarkan.

Selain itu, pengerjaan secara berkelompok dapat membangkitkan

keaktifan siswa dalam berdiskusi membahas hasil simakan tiap-tiap

kelompok.

2) Kualitas video rekaman yang sebelumnya terlalu cepat dan kurang jelas

suaranya, akan ditingkatkan dengan memperlambat pembacaan cerita

pendek dan menambah pengeras suara agar video rekaman pembacaan

cerita pendek suaranya lebih jelas.

3) Guru memberikan waktu yang sekiranya cukup untuk melakukan diskusi

kelompok serta diskusi pembahasan pekerjaan siswa.

4) Guru lebih fleksibel dalam menentukan posisinya agar dapat memonitor

kerja siswa dalam melakukan diskusi kelompok.

5) Guru akan memberikan reward bagi siswa atau pun kelompok yang aktif

dan dapat mengapresiasi materi pembacaan cerita pendek dengan benar.

Agar siswa lebih bersemangat dalam mengapresiasi cerita pendek yang

diperdengarkan.

6) Guru akan memberikan sedikit hiburan dengan memutarkan video kartun

lucu agar tidak terkesan kaku dan tegang dalam penyampaian materi.

7) Guru mengondisikan siswa dalam keadaan tenang dan penuh konsentrasi

pada saat diperdengarkan materi pembacaan cerita pendek.

Page 77: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tahap perencanaan tindakan pada siklus II meliputi kegiatan

sebagai berikut:

1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran apresiasi cerita

pendek. Langkah-langkah yang ditempuh, antara lain:

a) Guru memberikan apersepsi untuk menggali ingatan siswa pada

pembelajaran lalu. Apersepsi berkisar pada materi unsur-unsur yang

terkandung dalam cerita pendek.

b) Guru menjelaskan mengenai materi apresiasi cerita pendek yang akan

diajarkan pada hari itu, yaitu tentang nilai-nilai apa saja yang

terkandung dalam cerita pendek.

c) Guru membuka sesi tanya jawab seputar materi yang telah dijelaskan.

d) Guru memimpin pembentukan kelompok belajar.

e) Guru memberikan modelling berupa video rekaman pembacaan cerita

pendek sebagai bahan apresiasi cerita pendek siswa.

f) Guru membentuk forum diskusi untuk membahas hasil pekerjaan

kelompok siswa.

g) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar

yang telah dilakukan.

2) Peneliti mendemonstrasikan video rekaman pembacaan cerita pendek

yang akan digunakan sebagai media pembelajaran dalam siklus II kepada

guru.

3) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi

apresiasi cerita pendek.

4) Peneliti beserta guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes

dan nontes. Instrumen tes untuk mengetahui keberhasilan siswa untuk

mengapresiasi materi pembacaan cerita pendek. Instrumen nontes dibuat

berdasarkan pedoman observasi selama kegiatan pembelajaran

berlangsung dan hasil wawancara peneliti dengan siswa.

Page 78: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

b. Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan, yakni pada hari Sabtu, 21 April 2012 dan hari Selasa, 24 April

2012 di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Dalam kegiatan

ini guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk

mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran apresiasi cerita pendek

dalam siklus II.

Pada pertemuan pertama (Sabtu, 21 April 2012 selama 2x45 menit)

kegiatan belajar-mengajar diawali dengan pemberian apersepsi dan

menyegarkan ingatan siswa mengenai penjelasan guru pada pertemuan

sebelumnya, tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Pada pertemuan

ini, sesekali diselingi dengan sedikit hiburan yaitu guru memutarkan video

kartun lucu yang sarat akan nilai moral dan dapat memotivasi siswa.

Selanjutnya, guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan

dipelajari pada pertemuan ini yaitu tetang nilai-nilai yang terkandung dalam

cerita pendek. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek, yaitu nilai

moral, budaya, dan sosial. Kemudian guru membuka sesi tanya jawab

berkaitan dengan materi yang telah diberikan. Siswa dan guru bersama-sama

menemukan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita pendek.

Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan

materi yang dihadapi.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 24 April 2012. Pada

pertemuan kedua ini guru sedikit mengulas pelajaran pada pertemuan

pertama, yaitu tentang nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek.

Kemudian guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang

telah diberikan Setelah sesi tanya jawab selesai, guru menugasi siswa untuk

membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa sehingga

terbentuk 9 kelompok dalam kelas tersebut. Guru memutarkan video

rekaman pembacaan cerita pendek yang sama dengan siklus yang pertama,

yaitu yang berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin sebagai materi

Page 79: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

apresiasi cerita pendek siswa. Pada pertemuan ini siswa terlihat antusias

karena video rekaman yang dipertontonkan lebih pelan dan suara lebih jelas.

Siswa menyimak secara berkelompok dan menemukan nilai-nilai yang

terkandung dalam dalam cerita pendek. Guru memonitor keaktifan siswa

dengan mendatangi kelompok-kelompok tersebut. Kemudian guru beserta

siswa berdiskusi membahas hasil pekerjaan masing-masing kelompok. Guru

memberika reward kepada siswa yang mau berkomentar dalam diskusi

tersebut. Setelah itu, guru bersama dengan siswa melakukan refleksi

terhadap keseluruhan materi pembelajaran apresiasi cerita pendek. Sebelum

ditutup, guru masih memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Setelah

semua terlaksana, guru menutup pelajaran pada hari itu.

c. Observasi dan Interpretasi

Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan observasi ini dimaksudkan

untuk mendiskripsikan apakah kekurangan yang terdapat dalam siklus I

sudah dapat diatasi atau belum. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksakanan

dalam dua kali pertemuan yakni Sabtu, 21 April 2012 dan hari Selasa, 24

April 2012 di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Pertemuan

tersebut berlangsung selama 4x45 menit. Peneliti mengambil posisi pada

bangku paling belakang sebagai partisipan pasif untuk mengamati proses

pembelajaran.

Pada pertemuan pertama, guru mengawali tatap muka pada hari itu

dengan memberikan apersepsi dan menyegarkan kembali ingatan siswa

mengenai penjelasan guru pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan awal

tersebut dilakukan dengan cara membuka tanya jawab kepada siswa. Guru

memberi umpan-balik tentang materi yang sudah dijelaskan pada pertemuan

yang lalu, yaitu tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang sesekali

diselingi dengan sedikit hiburan dengan memutarkan video kartun lucu yang

sarat akan nilai moral agar siswa tidak merasa jenuh. Siswa menyimak

penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam pertemuan ini, yaitu

menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek yang

Page 80: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dibacakan. Kemudian guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan

materi yang telah diberikan. Siswa dan guru bersama-sama menemukan

nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita pendek. Selanjutnya, siswa

diberi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan materi yang dihadapi.

Pada pertemuan kedua, guru sedikit mengulas pelajaran pertemuan

pertama, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek. Sebagai

media pada hari itu, guru memutarkan video rekaman pembacaan cerita

yang sama dengan pertemuan yang lalu, yaitu karya Anas Ariffudin yang

berjudul “Sebuah Arti”. Pemutaran video rekaman yang sama dikarenakan

untuk memudahkan mencari data yang benar-benar valid. Siswa antusias

mencermati video pembacaan cerita pendek yang sudah diputarkan. Setelah

siswa mencermati, mereka ditugasi mencari nilai-nilai yang terkandung

dalam cerita pendek tersebut secara berkelompok. Guru memonitor

pekerjaan kelompok siswa dengan berjalan mendatangi tiap kelompok di

kelas tersebut. Siswa aktif dalam kelompok masing-masing dan sesekali

menanyakan sesuatu yang belum jelas kepada guru. Setelah pekerjaan

kelompok selesai, guru membuka forum diskusi untuk membahas hasil

pekerjaan siswa. Guru bertindak sebagai koordinator yang mengarahkan

jalannya diskusi tersebut. Guru juga sudah menerapkan reward kepada

siswa yang aktif sepanjang jalannya diskusi. Reward tersebut diberikan

dalam bentuk applause pada setiap penampilan siswa. Guru juga

memberikan reward berupa pujian “bagus sekali, beri tepuk tangan untuk

teman kalian!”. Suasana diskusi tampak lebih hidup dan semangat

antusiasme siswa yang tinggi. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa

melakukan refleksi mengenai jalannya pembelajaran yang telah

berlangsung.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar

apresiasi cerita pendek diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas

siswa selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:

Page 81: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

1) Siswa yang aktif selama apersepsi berlangsung sebesar 80% (29 siswa

dari 36 siswa). Hasil ini banyak menunjukkan peningkatan dibanding

tindakan pada siklus I.

2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebesar

83% (30 siswa dari 36 siswa). Pendapat tersebut berdasarkan observasi

selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Hasil ini menunjukkan

peningkatan dibanding tindakan dalam siklus sebelumnya. Hal ini

disebabkan karena guru lebih fleksibel dalam menyampaikan materi dan

tidak terpaku pada posisi di muka kelas. Selain itu dengan penambahan

speaker aktif sebagai pengeras suara menjadikan video rekaman

pembacaan cerita pendek itu lebih jelas dan jernih didengarkan.

3) Siswa yang berani menyampaikan hasil pekerjaan kelompok dan

menyampaikan pertanyaan dalam forum diskusi secara sukarela sebesar

77% (28 siswa dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya mau

berpendapat apabila disuruh oleh guru yang bersangkutan. Akan tetapi

hasil tersebut sudah banyak menunjukkan peningkatan dibanding

tindakan pada siklus I. Pendapat ini berdasarkan observasi selama

kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Hasil ini mengalami

peningkatan dibanding siklus sebelumnya.

Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi

bahwa 80% siswa (29 siswa dari 36 siswa) mendapat nilai di atas batas

tuntas yang ditentukan dan setelah diadakan remidi meningkat hingga 97%

siswa (35 siswa dari 36 siswa). Berdasarkan hasil angket yang dibagikan

kepada siswa menyatakan bahwa 83% siswa (30 siswa dari keseluruhan

siswa yang berjumlah 36 orang) dengan metode yang digunakan guru dalam

pembelajaran menyimak cerita pendek kali ini dapat meningkatkan

keterampilan menyimak mereka.

Adapun respons siswa terhadap media audio visual berupa video

rekaman pembacaan cerita pendek dalam siklus II, antara lain siswa

menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai

media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal ini dapat dibuktikan

Page 82: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

melalui hasil angket siswa yang menyatakan bahwa 80% siswa (30 siswa

dari 36 siswa) berpendapat bahwa video rekaman pembacaan cerita pendek

sangat sesuai untuk dijadikan modelling dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek.

d. Analisis dan Refleksi

Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses

pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siklus sebelumnya telah dapat

diatasi. Guru telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk

mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan tertib. Guru telah mampu

memancing siswa dengan stimulus yang diberikannya. Siswa terlihat sangat

antusias mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek yang sedang

berlangsung meskipun ada di antara mereka yang masih pasif ketika

mengikuti pelajaran maupun saat diskusi. Guru juga telah mampu

mengubah penampilannya di hadapan siswa yang semula kaku menjadi

lebih akrab, fleksibel dan humoris terhadap siswa. Pada saat media audio

visual yang berupa video rekaman cerita pendek diputarkan, siswa sudah

dapat berkonsentrasi dengan baik. Penambahan speaker aktif juga dapat

dapat menunjukkan hasil yang optimal. Hasil video rekaman yang

diputarkan dengan menambah spiker aktif suara yang diperdengarkan

menjadi lebih jelas dan jernih.

C. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas baik proses maupun hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada

siswa XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dengan memanfaatkan media audio

visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek. Dengan demikian,

pembelajaran apresiasi cerita pendek yang semula bersifat membosankan yang

bersifat teori dan penugasan, akan lebih menyenangkan, apresiatif, dan

membangkitkan minat siswa terhadap karya sastra khususnya cerita pendek.

Page 83: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat ditandai dengan adanya

perubahan tingkah laku atau sikap pada diri siswa terhadap suatu materi.

Penggunaan media pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan

suatu pembelajaran. Hal ini disebabkan karena setiap media pembelajaran

memiliki karakteristik yang berbeda.

Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek, ternyata dapat meningkatkan kegiatan belajar-mengajar. Melalui media

audio visual, siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar-

mengajar.Keaktifan itu disebabkan media audio visual mengandung unsur

kebaruan dalam pembelajaran dan juga media audio visual ini tidak hanya bisa

didengar, tetapi juga ditonton. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purwati

(2004: 257) yang menyatakan bahwa dengan menonton maka siswa dapat

mengamati dan mengalami sendiri dalam perolehan konsep/pengetahuan yang

diperoleh tersebut lebih lama tersimpan dalam ingatan.

Selama penelitian, mulai dari siklus pertama hingga siklus kedua, media

audio visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek selalu

mengalami perbaikan. Hingga akhirnya di siklus kedua kualitas media audio

visual tersebut semakin mendekati sempurna. Langkah perbaikan ini dilakukan

sesuai dengan pendapat Soeparno (1980: 12-13) yang menyatakan bahwa baik

buruknya suatu media tidak diukur dari mentereng atau tidaknya peralatan yang

digunakan, akan tetapi diukur seberapa jauh media itu dapat menunjang

tercapainya instruksional. Adapun cara peneliti untuk mengetahui baik buruknya

media tersebut adalah melalui wawancara terstruktur kepada siswa yang

dilakukan pada tiap akhir pertemuan.

Selain media yang dapat menunjang pembelajaran, guru juga turut

memberikan peran dalam keberhasilan pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal

ini telah terbukti dalam penelitian. Adapun beberapa peran guru dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut:

Pertama, penentuan posisi guru yang fleksibel dapat menciptakan suasana

kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Kedua, pemberian reward kepada siswa

yang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dapat memotivasi siswa untuk lebih

Page 84: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

aktif. Ketiga, sikap guru yang terbuka dan tidak kaku menciptakan suasana kelas

yang tidak tegang.

Dalam tindakan siklus pertama, pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas

XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Ketika itu, hasil yang didapat kurang

optimal. Hal ini disebabkan karena kualitas gambar yang terlalu cepat dalam

pembacaan cerita dan kualitas suara yang kurang keras sehingga siswa kurang

maksimal dalam mencermati cerita pendek yang dipertontonkan. Tindakan siklus

kedua, kualitas gambar dalam pembacaan cerita diperlambat dan kualitas suara

diperkeras dengan menambah speaker aktif sebagai pengeras suara agar terdengar

jelas dan jernih. Tindakan tersebut terbukti dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran apresiasi cerita pendek.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan siklus pertama dan kedua

dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses

maupun hasil) kemampuan apresiasi cerita pendek bermedia audio visual berupa

video rekaman pembacaan cerita pendek dari siklus satu sampai dengan siklus

dua. Adapun pembahasan peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi cerita

pendek adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Proses Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Keberhasilan pemanfaatan media audio visual dalam meningkatkan

proses pembelajaran apresiasi cerita pendek ini dapat dilihat dari indikator-

indikator sebagai berikut:

a) Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi

Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus pertama hingga siklus

kedua, terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal antusias siswa

dalam mengikuti kegiatan apersepsi. Hal ini terbukti bahwa dalam siklus

pertama sebanyak 66% (24 siswa dari 36 siswa) mengikuti apersepsi.

Keaktifan tersebut semakin meningkat dalam pelaksanaan siklus yang

kedua, yaitu sebanyak 80% (29 siswa dari 36 siswa) mengikuti apersepsi.

b) Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar

Pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai

media pembelajaran dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek

Page 85: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

merupakan hal yang baru bagi siswa di SMA Negeri Kebakkramat. Oleh

karena itulah, inovasi dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek tersebut

disambut dengan antusias yang tinggi oleh siswa. Tolok ukur yang

menyatakan tingginya antusias siswa tersebut adalah hasil observasi

selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung yang menunjukkan

peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus pertama keaktifan siswa sebesar

72% (26 siswa dari 36 siswa). Keaktifan siswa tersebut semakin

meningkat pada siklus yang kedua, yaitu sebesar 83% (30 siswa dari 36

siswa).

c) Siswa tidak merasa malu menyampaikan hasil pekerjaan mereka dalam

forum diskusi

Selama pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan

memanfaatkan media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan

cerita pendek berlangsung, siswa merasa terpacu untuk berkompetisi

dengan siswa lain. Kondisi ini membuat siswa tidak lagi enggan untuk

menyampaikan hasil pekerjaannya dalam forum diskusi yang dibuka guru.

Pertanyaan tersebut terbukti dengan meningkatnya keberanian siswa

beraktualisasi dalam mengikuti diskusi. Pada siklus pertama siswa yang

berani beraktualisasi dalam diskusi sebesar 50% (18 dari 36 siswa). Pada

siklus yang kedua mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar

77% (28 siswa dari 36 siswa).

2. Peingkatan Hasil Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek

Peningkatan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat dilihat

dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus pertama

sampai dengan siklus kedua. Pemanfaatan media audio visual berupa video

rekaman pembacaan cerita pendek dapat meningkatkan jumlah siswa yang

mendapat ketuntasan hasil belajar. Pada siklus pertama persentase ketuntasan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek sebesar 69%

siswa (25 dari 36 siswa). Pada siklus kedua persentase ketuntasan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek mengalami

peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 80% siswa (29 siswa dari 36

Page 86: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

siswa). Bagi 7 siswa yang belum bisa mencapai batas tuntas akan diadakan

remidi dengan soal tes yang sama dan dikerjakan secara individu. Setelah

diadakan remidi meningkat hingga 97% siswa (35 siswa dari 36 siswa). Satu

siswa yang masih belum mendapat nilai batas tuntas setelah peneliti mencari

tahu kepada guru bahasa Indonesia yang bersangkutan ternyata satu anak

tersebut memang memiliki riwayat nilai yang selalu rendah. Pernyataan

tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 4. Persentase Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran

Apresiasi Cerita Pendek

No Kegiatan Siswa Persentase

Siklus I Siklus II

1 Aktif selama apersepsi 66% 80%

2 Aktif selama mengikuti

pelajaran

72% 83%

3 Berani membacakan hasil

pekerjaan dalam forum diskusi

50% 77%

4 Ketuntasan hasil belajar

(mendapat nilai ≥ 6,5)

69% 97%

Page 87: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Page 88: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pemanfaatan media audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita

pendek dapat meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada

siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.

Hal tersebut terefleksi dari peningkatan beberapa indikator di bawah

ini:

a. Meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi dari

siklus ke siklus, yaitu 66% pada siklus I dan meningkat hingga 80% pada

siklus II.

b. Meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar-

mengajar dari siklus ke siklus, yaitu 72% pada siklus I dan meningkat

hingga 83% pada siklus II.

c. Meningkatnya keberanian siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaanya

dalam forum diskusi yang dibuka guru dari siklus ke siklus, yaitu 50%

pada siklus I dan meningkat hingga77% pada siklus II.

2. Pemanfaatan media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan

cerita pendek dapat meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek

pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Peningkatan hasil

pembelajaran apresiasi cerita pendek tersebut dapat dilihat dari nilai siswa

dalam mengerjakan tugas dari guru, yaitu 36% pada pratindakan, 69% pada

siklus I, meningkat hingga 80% pada siklus II dan setelah diadakan remidi

meningkat hingga 97%.

B. Implikasi

Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khasanah ilmu

pengetahuan tentang manfaat media audio visual dalam pembelajaran. Penelitian

Page 89: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ini telah memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan pembelajaran

tergantung pada beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor-

faktor tersebut berasal dari guru, siswa, dan media belajar. Faktor dari guru antara

lain: kemampuan mengembangkan strategi dan metode pembelajaran,

kemampuan mengembangkan dan menyajikan materi, kemampuan

mengembangkan media pembelajaran, serta kemampuan mengelola kelas. Faktor

dari siswa, di antaranya adalah antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran. Faktor media belajar, yaitu terciptanya media yang tidak

membosankan dan bersifat baru bagi siswa sehingga siswa lebih termotivasi

dalam mengikuti pembelajaran dan dapat meningkatankan konsentrasi dan

pemahaman siswa dalam menyimak.

Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas hendaknya diupayakan dengan

maksimal agar kegiatan belajar-mengajar mengalami peningkatan baik dalam

proses maupun hasilnya. Apabila guru memiliki kemampuan yang dalam

menyampaikan materi, mengelola kelas, menerapkan metode belajar yang sesuai,

memanfaatkan media yang sesuai maka guru akan dapat melaksanakan

pembelajaran dengan baik. Siswa juga akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan

belajar-mengajar dengan aktif.

Imlikasi yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Konteks Pendidik/Guru

Penelitian ini membuka cakrawala baru tentang pembelajaran

apresiasi cerita pendek melalui pemanfaatan media audio visual. Pelaksanaan

pembelajaran dalam penelitian ini melibatkan peran aktif guru sebagai

pemegang otoritas di dalam proses pembelajaran. Peningkatan proses dalam

penelitian ini salah satunya dipicu oleh kemampuan guru dalam mengelola

kelas, menyampaikan materi, penggunaan metode, serta pemanfaatan media

yang relevan dengan materi pelajaran.

2. Konteks Siswa

Siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tergolong siswa

yang memiliki minat dan bakat yang cukup besar. Hanya saja, selama ini guru

belum mampu menggali potensi tersebut terkait dengan pelaksanaan

Page 90: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

pembelajaran yang menggunakan metode konvensional. Metode tersebut

tidak mampu memerankan dirinya sebagai siswa secara utuh. Selain itu,

penerapan metode tersebut tidak memberikan ruang bagi siswa untuk

beraktualisasi terhadap materi yang diberikan oleh guru. Siswa hanya sebagai

objek yang terus-menerus dijejali materi-materi tanpa ada upaya untuk

mengembangkan, dan merealisasikan di kehidupan sehari-hari.

3. Konteks Media Pembelajaran Audio Visual

Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita

pendek mengikutsertakan keterlibatan siswa sebagai subjek yang harus

mampu mengonstruksikan materi yang disampaikan. Hal tersebut membuat

siswa terpacu untuk aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan upaya

pengembangan potensi yang ada dalam diri siswa.

4. Konteks Tempat (SMA Negeri Kebakkramat)

SMA Negeri Kebakkramat adalah sekolah Negeri yang mempunyai

predikat akreditasi A. sekolah tersebut mempunya beberapa sarana dan

prasarana untuk menunjang pembelajaran. Selain itu, sekolah tersebut juga

memiliki siswa-siswi yang cukup kreatif dan berpotensi. Hanya saja,

pembelajaran yang selama ini dilakukan kurang dapat menggali potensi,

minat, dan bakat yang sebenarnya dimiliki oleh siswa. Proses belajar-

mengajar menjadi lebih bermakna dengan pemanfaatan media audio visual

dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal tersebut disebabkan karena

pemanfaatan media audio visual memadukan keterlibatan aktif guru dan

siswa serta optimalisasi fasilitas sekolah yang tersedia. Penelitian ini terbukti

dapat meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI

IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat sehingga dapat dijadikan suatu strategi baru

dalam pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

Page 91: PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat

merumuskan beberapa saran kepada beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan

penelitian dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti

seminar pendidikan, diklat, dan sebagainya.

2. Bagi Guru

a. Guru hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan pembelajaran

apresiasi cerita pendek dengan mengembangkan strategi pembelajaran,

mengembangkan dan menyampaikan materi dengan jelas,

mengembangkan media pembelajaran, serta mampu mengelola kelas agar

selalu tercipta lingkungan belajar yang kondusif.

b. Guru hendaknya mengoptimalkan peranan media baik di dalam maupun di

luar kelas sebagai penunjang pembelajaran apresiasi cerita pendek pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia.

c. Guru hendaknya mengikuti forum-forum ilmiah atau membaca buku yang

berkaitan dengan penerapan metode dan pemakaian media yang kreatif

dan inovatif lalu menerapkannya dalam pembelajaran.

3. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya ikut membangun kesadaran dalam menciptakan kegiatan

belajar-mengajar yang kondusif, khususnya ketika pembelajaran apresiasi

cerita pendek berlangsung.

b. Keaktifan siswa hendaknya tidak hanya selama kegiatan belajar-mengajar

berlangsung di kelas melainkan aktif belajar mandiri dengan banyak

menyaksikan maupun mendengarkan pembacaan cerita pendek.

4. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi media LCD di setiap ruang kelas,

hal ini untuk mempermudah guru menggunakan media tersebut.