peningkatan keterampilan menulis cerita pendek

137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : ANIK PUJI LESTARI K7107001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: dinhbao

Post on 13-Jan-2017

264 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

ANIK PUJI LESTARI

K7107001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Oleh:

ANIK PUJI LESTARI

K7107001

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Anik Puji Lestari. “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND

PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi. Surakarta :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Mei 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah unruk meningkatkan

keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 01 Jaten

Karanganyar tahun pelajaran 2010 / 2011 terdiri dari 39 siswa. Variabel yang

menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. Sedangkan variabel tindakan

yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran picture

and picture. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan menggunakan dua

siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data variabel untuk meningkatkan

keterampilan menulis cerita pendek melalui observasi, wawancara, tes dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, sajian

data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Validitas data yang

digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis interaktif.

Hasil penelitian ini adalah peningkatan rata-rata nilai dan prosentase

ketuntasan klasikal dalam keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD

Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes menulis

cerita pendek siswa yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pra

tindakan nilai rata-rata kelas 57,4 dengan ketuntasan klasikal 41%. Pada siklus I

menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 59,7 dan ketuntasan klasikal

meningkat menjadi 59%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi

66,1d an ketuntasan klasikal meningkat menjadi 79%.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan

menulis cerita pendek siswa kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar.

Page 6: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Anik Puji Lestari. IMPROVING THE SHORT STORY WRITING SKILL

BY PICTURE AND PICTURE LEARNING MODEL AT 2nd

GRADE

STUDENT’S OF ELEMENTARY SCHOOL 01 JATEN

KARANGANYAR, ACADEMIC YEAR 2011. Script. Surakarta. Teacher

Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Surakarta,

Mei 2011.

Purpose of the classroom action research is to improve short story writing skill at

students of 2nd

grade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar by picture and

picture learning model.

The subject of this classroom action research is 2nd

grade students of Elementary

School 01 Jaten Karanganyar, academic year 2010/2011 which consists of 39

students. Variable that are targeted to change in the research is improvement of

student’s short story writing skills. Whereas variable to use in the research is

teaching model picture and picture. The research is a classroom action research

with 2 cycles. Every cycles consist of 4 phases, namely, planning, action,

observation, and reflection. Variable data is collected by using interview,

observation, tes and documentation. Data analisys consists of data reduction, data

presentation, and data verivication or conclusion drawing. The data validity used

is substance validityand data triangular. The technique of analysing data is

interactive analysis.

The result of this research shows the increase of average score and average of

classica completeness in short story skill at students of 2nd

grade in Elementary

School 01 Jaten Karanganyar. The increased descriptive writing skill of the

student’s could be seen from result of student’s test short story writing that

indicated and increase, namely, in pre-action is 57,4 with classical

completeness 41%, In the cycle 1, the average of classical score attains 59,7

and classical completeness increases to 59%. In the cycle II, , the average of

classical score increases to 66,1 and and classical completeness increases to

79%.

Based on research result above, it can be conclude that the use of picture and

picture learning model can increase short story skill at students of 2nd

grade in

Elementary School 01 Jaten Karanganyar.

Page 7: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Sesungguhnya aku mengingatkan kepadamu supaya kamu

tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan

(QS. Hud: 46)

Ing ngarso sung tuladha

Ing madya mangunkarso

Tutwuri handayani

(KI Hajar Dewantara)

Kesuksesan dan keberhasilan dapat dicapai dengan 99 %

kerjakeras dan 1 % kejeniusan atau kepintaran.

(All Albert Einstain)

Page 8: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Kuhaturkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yangsenantiasa

mendukung dengan segala doa.

Kakakku yang selalu memberikan semangat

serta do’a untukku.

Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret

dan almamaterku yang telah memberikan ilmu dan mengantarku

hingga dapat mencapai masa sekarang ini.

Page 9: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih peneliti ucapkan kepada Allah SWT, yang

telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan

Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada

Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011”.

Peneliti tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa

bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini peneliti ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan FKIP UNS.

2. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS.

3. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S. Uselaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan bimbingan kepada peneliti.

5. Sutarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Elementary

School 01 Jaten.

6. Supinah, S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah

merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.

7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moral

maupun materi.

8. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

9. Teman-teman S1 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh masih banyak

kekurangan.Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan penelitian berikutnya.

Page 10: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Peneliti berharap bahwa penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat

membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama di Sekolah

Dasar.

Surakarta, Mei 2011

Peneliti

Page 11: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PENGAJUAN SKRIPSI ........................................................................... ii

PERSETUJUAN ........................................................................................ iii

PENGESAHAN ......................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

MOTTO ..................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

BAB I.PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 8

D. Rumusan Masalah ................................................................. 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

F. Manfaat Penelitian ................................................................. 9

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 11

A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 11

1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture

and Picture ........................................................................ 11

2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek .. 21

B. Penelitian Relevan ................................................................ 42

C. Kerangka Berpikir ................................................................ 43

D. Hipotesis Tindakan ............................................................... 45

Page 12: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 49

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 49

B. Subyek Penelitian ................................................................. 50

C. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 50

D. Sumber Data ......................................................................... 53

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 54

F. Validitas Data ....................................................................... 56

G. Metode Analis Data .............................................................. 58

H. Indikator Keberhasilan .......................................................... 60

I. Prosedur Penelitian ................................................................ 61

BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 67

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 67

B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 67

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................... 71

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................... 112

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 117

A. Simpulan ............................................................................... 117

B. Implikasi ............................................................................... 117

C. Saran ..................................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 121

LAMPIRAN

Page 13: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel: Halaman

Tabel 1. Jadwal Penelitian......................................................................... 49

Tabel 2. Daftar Personil Tenaga Kerja ...................................................... 67

Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Kelas II Pada Kondisi Awal. ...................................................... 68

Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis

Cerita Pendek Pada Kondisi Awal ............................................. 69

Tabel 5. Hasil Nilai Rekapitulasi Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan .............................. 82

Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ............................ 82

Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 .......................................... 84

Tabel 8. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ...................................................... 84

Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ........................... 86

Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ....................................... 86

Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 .......................................... 88

Tabel 12. Data Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Cerita

Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ...................................................... 88

Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek .... 90

Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus dan Siklus 1 ... 91

Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ........................... 102

Tabel 16. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ......................................... 102

Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ......................................... 104

Tabel 18.Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 .......................................... 104

Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ......................................... 106

Page 14: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Tabel 20. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ......................................... 106

Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2 ................................. 108

Tabel 22. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus II Pertemuan 2 .................................................... 108

Tabel 23. Ketuntasan Nlai Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Siswa Kelas II Siklus II .............................................................. 110

Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan

Menulis Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ................................. 111

Tabel 25. Rata-Rata Nilai Keterampilan MenuisDan Prosentase

Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I

Dan Siklus II ............................................................................... 112

Tabel 26. Peningkatan Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Proses

Pembelajaran Pada Siklus I Dan II............................................. 113

Page 15: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar: Halaman

Gambar 1.Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture

and Picture ................................................................................. 19

Gambar 2.Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 46

Gambar 3.Bagan Prosedur Penelitian Hopkins ............................................ 50

Gambar 4.Bagan Teknis Analisis Data ........................................................ 58

Gambar 5.Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Siswa Kelas II Pada Kondisi Awal ........................................... 69

Gambar 6.Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang ................................. 74

Gambar 7.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model

pembelajaran picture and picture .............................................. 74

Gambar 8.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan

Model Pembelajaran Picture and Picture ................................. 77

Gambar 9.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus I Pertemuan1 ........................................... 83

Gambar 10.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus I Pertemuan 1 .................................................. 85

Gambar 11.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 ........................................ 87

Gambar 12.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Pendek Siklus I

Pertemuan 2 .................................................................................................. 89

Gambar 13.Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis

Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus I..................................... 90

Gambar 14.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan

Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1 ............. 91

Gambar 15.Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model

Pembelajaran Picture and Picture. ......................................... 95

Gambar 16.Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan

Model Pembelajaran Picture and Picture ............................... 97

Gambar 17.Grafik Nilai Psikomotor Siswa Menulis Cerita Pendek

Kelas II Siklus II Pertemuan1................................................. 103

Gambar 18.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek

Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 105

Page 16: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Gambar 19.Grafik Nilai PsikomotorSiswa MenulisCerita

Pendek Siklus II Pertemuan 2 ................................................. 107

Gambar 20.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek

Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 109

Gambar 21.Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita

Pendek Siswa Kelas II Siklus II .............................................. 110

Gambar 22. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan

Menulis Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ............................. 111

Gambar 23.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan

dan Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita

Pendek Setiap Siklus .................................................................................... 113

Page 17: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran: Halaman

Lampiran 1. Silabus Bahasa Indonesia Kelas II........................................... 124

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................. 125

Lampiran 3. Tes Evaluasi ............................................................................. 152

Lampiran 4. Format Penilaian Aspek Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 ........................ 161

Lampiran 5. Pedoman Pwnilai Aspek Psikomotor Siswa Dalam

Menulis Cerita Pendek ........................................................... 163

Lampiran 6. Lembar Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siswa

Dalam Menulis Cerita Pendek .............................................. 165

Lampiran 7. Format Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek .................................................................................... 173

Lampiran 8. Pedoman Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek ......................................................................... 175

Lampiran 9. Lembar Hasil Penilaian Kognitif Siswa Menulis

Cerita Pendek ......................................................................... 177

Lampiran 10. Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Siklus I dan Siklus II .............................................................. 185

Lampiran 11. Prosentase Ketuntasan Klasikal Keterampilan

Menulis Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II ........................ 187

Lampiran 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan

Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II .............................................................. 189

Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru............................................ 190

Lampiran 14. Pedoman Penilaian Observasi Kinerja Guru ......................... 192

Lampiran 15. Hasil Observasi Kinerja Guru................................................ 197

Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran .... 205

Lampiran 17. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ........ 206

Lampiran 18. Lembar Wawancara Guru Sebelum Menggunakan

Model Pembelajaran Picture and Picture ............................. 210

Lampiran 19. Lembar Wawancara Guru Sesudah Menggunakan

Model Pembelajaran Picture and Picture ............................. 212

Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian ......................................................... 213

Page 18: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Undang-Undang Sisdiknas, 2003: 2).

Pembelajaran bahasa yang utama sebagai alat komunikasi. Seorang anak

belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-

orang di lingkungan sekitar. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia

perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat manusia membutuhkan

eksistensinya, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini

membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak itulah bahasa menjadi

alat, sarana atau media (Depdiknas, 2009: 1.3).

Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima

atau dipahami orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua

yang dirasakannya kepada orang. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan

semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain (Gorys

Keraf, 2004: 4).

Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu ciri pembeda antara manusia

dengan makhluk lainnya, bahkan dengan bahasa dapat menunjukkan bangsa

seseorang. Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif

adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam

kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk komunikasi. Siswa bukan

sekedar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan

bahasa untuk keperluan komunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang

sesuai adalah pendekatan komunikatif.

Page 19: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh

pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi

merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Darmiyati

Zuchdi dan Budiasih, 2001: 38 ). Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang

sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana untuk

berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu

fungsi komunikatif.

Sesuai dengan pendapat Fulistyo dalam (http://www.google.com) yang

mengatakan bahwa keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah berdasarkan

kurikulum meliputi empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2)

keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan

menulis. Hal ini menunjukkan bahwa empat aspek tersebut sangat berperan

penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari keempat aspek ini

disebutkan salah satunya adalah keterampilan menulis.

Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan

berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping keterampilan menyimak,

berbicara, dan membaca, baik selama mengikuti pendidikan di berbagai jenjang

dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan

siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar banyak ditentukan

kemampuannya dalam menulis (St. Y. Slamet, 2008: 95).

Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat

produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus

dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil

mengorganisasikan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai,

memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam

kalimat yang variatif dalam menulis (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2002: 72).

Pengenalan huruf, baik huruf besar maupun huruf kecil diberikan dari

kelas I sampai kelas II. Kemudian di kelas III, khusus mengenai ejaan, walaupun

belum tuntas semuanya. Di kelas IV sudah mulai dengan pengembangan ide atau

gagasan dengan menggunakan ejaan yang benar, misalnya menulis karangan pola

deskripsi, dan membuat surat pribadi. Di kelas V sudah diajarkan bagaimana

Page 20: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

memilih judul untuk sebuah karangan, memecah judul tersebut menjadi topik-

topik yang lebih kecil atau menyusun kerangka karangan, dilanjutkan dengan

pengembangan paragraf. Di samping itu , juga ada pokok-pokok bahasan yang

berkaitan dengan apresiasi sastra, misalnya membuat puisi atau mengubah bentuk

puisi menjadi prosa. Di kelas VI, perluasan pokok bahasan sebelumnya yang

penekanannya pada pengembangan bermacam-macam karangan, seperti: narasi,

deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya cerita pendek sering kali menjadi

suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari

siswa. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Mereka tidak

tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka

terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan.

Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak

tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang

diperintahkan oleh guru.

Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai

guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru

hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir

semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat

ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai siswa.

Guru kurang mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa

membedakan siswa yang lemah dengan siswa yang pandai dalam menerima

pelajaran. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya

akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering.

Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam

berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan

menulis meningkat dan berkembang secara tepat.

Selain itu juga banyak guru Sekolah Dasar mengalami kesulitan untuk

membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan guru dalam

pemilihan model pembelajaran yang diterapkan. Guru di dalam pembelajaran

Page 21: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau metode

ceramah. Pembelajaran masih bersifat teacher centered, guru masih berperan aktif

secara penuh dalam proses pembelajaran sedangkan siswa pasif, hanya menerima

materi dari guru. Hal tersebut mengakibatkan pengajaran membosankan, karena

siswa hanya disuguhkan materi yang banyak dengan metode ceramah dari guru

tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya.. Selain itu dengan

metode ceramah mengakibatkan konsentrasi siswa kurang dan cepat marasa jenuh

menjadikan mereka malas menulis. Maka dari itu wajar siswa tidak mampu atau

tidak menyukai pelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek.

Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan

menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum

pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir semester atau

akhir tahun ajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat dievaluasi

dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Untuk mengetahui kemampuan dan

perkembangan keterampilan berbahasa termasuk menulis tidak cukup hanya

dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah dan

di akhir semester. Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari proses

penilaian.

Permasalahan-permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas II SD

Negeri 01 Jaten Karanganyar. Rendahnya keterampilan menulis dalam

pembelajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penghambat dari

siswa yaitu tingkat inteligensi peserta didik yang beraneka ragam, sehingga

kemampuan menerima pelajaran dari guru juga beragam. Ada yang cepat, sedang,

dan lambat dalam menerima. Minat atau usaha siswa dalam mengikuti pelajaran

juga beragam. Ada yang giat belajar, seenaknya belajar, bahkan ada yang malas

belajar. Tidak ada dukungan belajar dari orang tua, Siswa berasal dari rumah

tangga yang belum mengenal sekolah, sehingga dasar keterampilan menulis

belum ada. siswa sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah, selain itu adalah

model pembelajaran yang digunakan kurang menarik atau kurang tepat bagi siswa

selama pembelajaran menulis.

Page 22: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Hal ini diketahui setelah dilakukan observasi di SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar. Standar Ketuntasan Belajar Mengajar KKM yang dipakai guru

dalam keterampilan menulis adalah 60. Sedangkan dari daftar nilai yang

dipelihatkan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, sebanyak 50 % lebih

siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM pada pembelajaran menulis cerita

pendek. Kelemahan siswa yang paling utama terletak pada kurang mampu

mengembangkan isi cerita, kebanyakan dari mereka mengulang-ngulang kata atau

kalimat yang sama.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis bermaksud mengadakan

penelitian di kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Karena pembelajaran

keterampilan menulis khususnya cerita pendek masih kurang maksimal. Selain itu

berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan pengamatan pada siswa di

SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, diketahui bahwa upaya khusus untuk

meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya cerita pendek masih belum

banyak dilakukan.

Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan

pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak

faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui

bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk

kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang

pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.

Saat ini, pembelajaran inovatif yang mampu membawa perubahan belajar

bagi siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran konvensional telah

usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak

nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya siswa nyaman dengan pembelajaran

yang sesuai dengan pribadi siswa itu sendiri yang masih dalam usia yang senang

dengan permainan (bermain sambil belajar). Untuk membelajarkan siswa sesuai

dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara optimal.

Oleh karena itu, pengajaran keterampilan menulis siswa harus segera

diperbaiki sehingga tidak terlarut-larut dan menghadirkan masalah baru yang lebih

Page 23: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

rumit. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat penting kehadirannya

dalam pelajaran. Joyce dalam Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa

“each model guides us as we design instruction to help students achieve various

objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik

mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan

ide. Selain itu model pembelajaran juga dijadikan pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk

meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir

kritis, memiliki keterampilan sosial. Dan pencapaian hasil belajar yang optimal

(Isjoni, 2008: 146). Hal ini dimaksudkan agar siswa berpartisipasi serta aktif

untuk mengikuti proses pembelajaran, serta peserta didik mudah memahami

materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Arends dalam Agus

Suprijono (2009: 46) berpendapat bahwa:

“ Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Pembelajaran modern memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian

rupa sehingg peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan

gagasan. Inovatif, pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang

memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas

belajar yang dilakoninya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran

kritis, kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta

menghasilkan solusi unik atau suatu problem. Dan menyenangkan, pembelajaran

dengan suasana sosio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa

proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya,

melainkan berkah yang harus disyukurinya.

Page 24: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Salah satu model pembelajaran yang menarik bagi anak adalah model

pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk

pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini

tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan

kreatifitas guru. Model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002, serta

mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia.

Model pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai

media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama

adalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah

menyiapkan gambar yang akan ditampilkan dan yang menarik bagi siswa agar

siswa aktif mengikuti proses pembelajaran.

Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture

(http://kiranawati.wordpress.com/2009/09/11/model-model-pembelajaran.) adalah

sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.

4. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasangkan atau

mengurutkan gambar.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep

atau materi.

7. Kesimpulan/rangkuman.

Model pembelajaran picture and picture sangat cocok untuk diterapkan

pada anak SD, karena selain menarik model ini juga memiliki banyak

keunggulan, yaitu:

1. Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika

menyampaikan materi pelajaran.

2. Siswa cepat tanggap atas materi yang diberikan oleh guru.

3. Siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran

melalui gambar – gambar yang diberikan.

Page 25: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

4. Siswa dapat berfikir aktif dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan

oleh guru.

5. Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan guru.

Dengan berbagai keunggulan yang dimilki oleh model pembelajaran

picture and picture tersebut maka proses pembelajaran akan menjadi lebih

menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan yang

diuraikan di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran

Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun

Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (metode

ceramah) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerita

pendek..

2. Keterampilan menulis siswa masih rendah.

3. Siswa tidak terbiasa menulis dengan baik di sekolah maupun di rumah.

4. Guru hanya mengejar target materi yang sesuai kurikulum tanpa

memperhatikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

C. Pembatasan masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang akan diidentifikasi, agar

permasalahan yang akan diteliti lebih jelas perlu dilakukan pembetasan masalah

sebagai berikut:

1. Masalah yang diteliti adalah tentang keterampilan menulis cerita pendek.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran picture and

picture.

Page 26: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan model

pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita

pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten karanganyar pada pembelajaran

Bahasa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan

keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar dengan model pembelajaran picture and picture.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan menulis

cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and

picture.

b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif.

c. Sebagai fakta pembelajaran menulis yang menerapkan model pembelaja-

ran picture and picture.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1). Dengan adanya penelitian ini, bertambahnya wawasan dan pengala-

man guru mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan

keterampilan menulis cerita pendek yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran picture and picture.

2). Meningkatnya profesionalime guru dalam membelajarkan siswa.

Khususnya dalam membelajarkan keterampilan menulis cerita pendek.

Page 27: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3). Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.

b. Bagi Siswa

Meningkatnya keterampilan menulis cerita pendek siswa. Serta siswa

mendapatkan pengalaman baru mengenai belajar bahasa Indonesia dalam

keterampilan menulis yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

picture and picture.

c. Bagi Sekolah

Model pembelajaran picture and picture dapat memberikan

kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam

keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01

Jaten Karanganyar.

Page 28: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Isjoni (2008: 146) model pembelajaran merupakan strategi

yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di

kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan

pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Winataputra dalam Anton Sukarno (2006: 144) mendefinisikan

model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan belajar-mengajar.

Kemudian Joyce dalam Triyanto (2007: 5) mendefinisikan model

pembelajaran yaitu “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, dan lain-

lain”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan

informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model

pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang dan para

guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan model

pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman

guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan digunakan oleh guru

untuk meningkatkan motivasi siswa, minat belajar serta keterampilan siswa,

sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih optimal.

Page 29: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Manfaat Model Pembelajaran

Setiap model harus dipersiapkan dengan baik agar proses

pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang

pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Model pun harus

berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar proses belajar mengajar tidak

monoton. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan

oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya

model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para pakar

tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap

mata pelajaran. Hal ini disebabkan tidak semua model pembelajaran cocok

untuk setiap topik atau mata pelajaran.

Nieveen dalam Triyanto (2009: 8) mengemukakan bahwa suatu

model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara

lain:

Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal

yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional

teoritik yang kuat; dan 2) apakah terdapat konsistensi internal.

Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para

ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat

diterapkan; 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang

dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan

aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai

berikut: 1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan

bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model

tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam membelajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus

dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Menurut Winataputra (2006: 17) ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: 1)

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan/materi yang diajarkan,

3) kondisi siswa , 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar.

Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor

diantaranya adalah guru. Menurut UUSPN dalam Sutan Zanti Arbi (1992:

130) “Guru ialah tenaga pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang

Page 30: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan

dasar dan jenjang pendidikan tengah”. Tugas guru tidak hanya mengajar,

menyampaikan bemacam-macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada

murid, tetapi juga melaksanakan tugas mendidik. Selain itu di dalam

melaksanakan tugas mengajar, guru dituntut untuk merencanakan pengajaran

tersebut.

Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang

berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran

yang dapat memberikan keefektivitasan kepada siswa. Menurut Degeng

dalam Sugiyanto (2009:1) mengemukakan bahwa:

“ Daya tarik suatu pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal,

pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara

mengajar guru. Oleh karena itu, tugas professional seorang guru

adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik

menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang

tadinya berarti menjadi bermakna. Jika kondisi tersebut dapat

dilaksanakan guru yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari

lebih lanjut karena adanya kebutuhan dan belajar bukan sekedar

kesajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil”.

Setiap model pembelajaran berakar dari pihak pendidik yaitu guru,

dan kegiatan belajar secara pedagodis berakar dari pihak siswa. Pembelajaran

yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar

rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan

tujuan pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 4). Oleh karena itu, dalam memilih

model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya

materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau

fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

dapat tercapai.

Menurut Abdul Aziz Wahab (1995: 15) penggunaan model

pembelajaran memberikan beberapa manfaat di dalam kegiatan belajar yaitu

antara lain:

a). Mendorong siswa belajar cara-cara belajar dengan baik. Ketika guru

memanfaatkan sebuah model untuk mempertajam memori, guru melatih

Page 31: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

siswa berfikir dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang sesuatu

yang dipelajarinya.

b). Melatih siswa cara-cara berfikir dan belajar dengan teknik-teknik

tertentu, guru seyogyanya memapankan program pembelajaran tertentu

dengan seksama yang dikaitkan dengan teknik-teknik pembelajaran yang

telah dikenal siswa sebelumnya.

c). Melatih siswa bernalar secara mandiri. Guru meningkatkan kemampuan

siswa untuk belajar secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada

pembimbingan guru secara total. Setelah siswa terbiasa berfikir

kreatif,logis dan sistematis, siswa akan mampu mengembangkan proses

pemecahan masalah yang belum pernah dilatihkan guru.

d). Guru melatihkan strategi berfikir memadukan berbagai keterampilan

seperti cara-cara mengamati, sedangkan obervasi tersebut digunakan

dalam hubungan dengan keterampilan-keterampilan yang lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01

Jaten Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya menulis cerita kurang

disukai siswa. Ketika pembelajaran menulis dimulai mereka tidak tahu apa

yang harus dilakukan. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat

pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas

kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka

takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru.

Untuk itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek

model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan adalah model pembelajaran

picture and picture, karena model pembelajaran ini sangat menyenangkan,

memberikan pengalaman dalam proses belajar dengan memfasilitasi siswa

berinteraksi dengan subjek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi.

Keterlibatan berupa aktivitas belajar yang tidak hanya mendengarkan, tetapi

melibatkan potensi yang ada pada siswa, seperti berfikir kreatif, logis dan

sistematis. Selain itu, model pembelajaran picture and picture mengunakan

media gambar untuk menarik perhatian dan minat siswa, sehingga motivasi

Page 32: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

serta keaktivan siswa muncul dan keterampilan menulis khususnya cerita

pendek akan dikuasai dengan baik oleh siswa.

c. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

Pengertian model pembelajaran picture and picture menurut Elin

Rosalin (2008: 125) yaitu sajian informasi kompetensi, sajian materi,

perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan

gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut,

guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi,

dan refleksi.

Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2010: 278) mendefinisikan

model pembelajaran picture and picture adalah strategi pembelajaran yang

dibuat guru dengan menyajikan gambar yang disusun secara acak kemudian

menyuruh siswa untuk mengurutkan gambar tersebut menjadi susunan yang

logis dan sistematis. Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan

gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini

menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses

pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan.

Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Model pembelajaran picture and picture di populerkan sekitar tahun

2002 dan mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Picture and picture

adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau

dirutkan menjadi urutan yang logis. Model ini sangat cocok untuk

pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi

model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan

kemasan dan kreatifitas yang diciptakan oleh guru

(http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-

picture/html).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran picture and picture adalah suatu rencana atau

Page 33: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

strategi pebelajaran yang dijadikan acuan atau pedoman guru yang di dalam

proses pelaksanaannya meliputi sajian informasi kompetensi, sajian materi,

perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan

gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut,

guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi,

dan refleksi.

d. Penerapan Model Picture and Picture Dalam Pembelajaran

Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam

bentuk pertanyaan atau memberikan jawaban dalam pembahasan materi

pembelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak boleh

langsung menyalahkan jika jawaban tersebut memang salah, akan tetapi guru

mengganti pertanyaan yang sifatnya mengarahkan agar siswa dapat memberi

jawaban yang benar. Adapun sikap guru kepada siswa yang menjawab

dengan benar yaitu guru berusaha mengetahui alur pemikiran siswa tersebut

untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya lebih lanjut.

Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 42) langkah-langkah yang dapat

dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1). Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi

Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian

maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus

dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-

indikator ketercapaian Kompetensi Dasar, sehingga sampai dimana KKM

yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.

2). Menyajikan materi sebagai pengantar.

Penyajian materi sebagai pengantar merupakan sesuatu yang sangat

penting. Dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.

Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena

guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang

selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam

Page 34: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh

tentang materi yang dipelajari.

3). Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif

dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang

ditunjukkan oleh guru atau oleh temannya. Dalam pelajaran bahasa

Indonesia siswa dapat menceritakan kronologi atau urutan cerita atau

maksud dari gambar yang ditunjukkan. Dengan Picture atau gambar guru

akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami materi

yang diajarkan.

4). Guru menunjukkan atau memanggil siswa secara bergantian memasang

atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan

secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah

satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus

menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah

ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi.

5). Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Setelah itu mengajak siswa menemukan jalan cerita, atau tuntutan

Kompetensi Dasar dengan indikator yang akan dicapai.

6). Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-

penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk

mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa

mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan

indikator yang telah ditetapkan.

7). Kesimpulan atau rangkuman.

Model pembelajaran picture and picture sangat menyenangkan

diterapkan di SD, karena menggunakan media gambar dan warna yang

Page 35: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

menarik serta ukuran besar yang menimbulkan motivasi siswa. Selain itu

model pembelajaran ini juga melatih siswa berpikir secara logis dan

sistematis dalam pengurutan gambar. Dengan demikian siswa akan lebih

aktif dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.

e. Manfaat Model Pembelajaran Picture and Picture

Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menangkap materi

yang disampaikan, maka guru harus menerapkan model pembelajaran yang

sesuai dengan siswa. Untuk tingkat Sekolah Dasar khususnya kelas rendah,

model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang bersifat

menyenangkan. Jadi di dalam proses belajar siswa dapat belajar sambil

bermain.

Model pembelajaran picture and picture memberi beberapa manfaat

di dalam proses belajar mengajar, antara lain:

1). Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika

menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar siswa akan

mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Karena dengan model

pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati

gambar.

2). Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa

Dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture, maka guru

akan lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Hal ini

dikarenakan siswa secara bergilir ditunjuk oleh guru untuk maju

mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Jika siswa mengalami

kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan bahwa siswa di

dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa tersebut

perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang

diberikan oleh guru.

3). Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya, dengan

penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa akan

menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena di dalam

Page 36: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu memasangkan

gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba untuk

menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktivan siswa akan

meningkat.

4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar yang

telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis

maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur

(berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan

gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Siswa diminta guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar

urut berdasarkan pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari

pengurutan gambar tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir

logis dan sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan

oleh guru. Di dalam proses pembelajaran siswa akan lebih konsentrasi

pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai karena asik mengamati

gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam memahami

materi pembelajaran.

f. Contoh Model Pembelajaran Picture and Picture

Model pembelajaran picture and picture merupakan suatu model

pembelajaran yang menggunakan gambar dan tulisan yang dipasangkan dan

diurutkan secara logis oleh siswa dan akan memberikan pengalaman dalam

proses belajar, dengan memfasilitasi siawa berinteraksi dengan objek, ide dan

kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan merupakan aktivitas belajar

yang tidak hanya mendengarkan, tetapi melibatkan potensi yang ada diri

siswa, seperti berpikir kreatif, berintepretasi, dan pemecahan masalah dapat

berkembang lebih efektif.

Berikut ini adalah contoh gambar yang digunakan dalam

pembelajaran dengan model picture and picture.

Page 37: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Memancing

1). 2).

3). 4).

Gambar 1. Contoh Gambar Model Pembelajaran Picture and Picture

Gambar 1 merupakan contoh media dalam model pembelajaran

picture and picture yang ditunjukkan dengan penyusunannya yang acak,

kemudian siswa diminta untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang

logis dan sistematis. Logis yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang

diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sistematis berarti

menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur. Setelah

itu, siswa menyusun kalimat pada setiap gambar. Selanjutnya siswa diminta

untuk membuat cerita dengan mengembangkan kalimat yang telah dibuat

menjadi paragraf dalam bentuk cerita.

Dengan begitu siswa akan terlatih untuk menulis dan sebaiknya

kegiatan pembelajaran menulis dengan model pebelajaran picture and picture

dilakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian keterampilan menulis

cerita khususnya cerita pendek akan meningkat.

Page 38: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek

a. Pengertian Keterampilan

Dalam kehidupan masyarakat keterampilan kerap dikaitkan dengan

kecepatan dalam melakukan pekerjaan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2002: 180), dikemukakan bahwa keterampilan adalah kecakapan

untuk menyelesaikan tugas. Seseorang dapat dikatakan terampil bila sudah

cekatan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Setiap orang

memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil

tugas yang dikerjakan.

Tri Budiarto (2008: 1-2) juga mengungkapkan pengertian

keterampilan berasal dari kata “terampil yang artinya adalah mampu

bertindak dengan cepat dan tepat”. Istilah lain dari terampil adalah cekatan,

cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga

kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan

baik dan cermat.

Menurut pendapat Aksay secara morfologis istilah keterampilan

diambil dari skill maka memuat arti kemampuan mengerjakan sesuatu dengan

baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan

(http://aksay.multiply.com/journal/item/20).

Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan dan keterampilan

dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan dikatakan terampil bila selalu

melatih keterampilan yang dimiliki. Melatih keterampilan dapat dilakukan

sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya

keterampilan menulis. Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh

kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar

(http://saifulmmuttaqin. blogspot. com/2010/03/pembelajaran-ketrampilan.

html).

Menurut berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan keterampilan

merupakan keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di mana

Page 39: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

keahlian atau kemampuan itu timbul dikarenakan kebiasaan seseorang belajar

dan berlatih secara berkesinambungan.

b. Pengertian Menulis

Imron Rosidi (2009: 2) mengemukakan bahwa menulis merupakan

“kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang yang

diungkapkan dalam bentuk bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk

menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat

dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak

langsung”.

Menurut H. G . Tarigan (2008:22) menulis adalah “menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa

yang dipahami seseorang, sehingga orang-orang dapa membaca lambang-

lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran dan

grafik tersebut”.

Selain itu pengertian menulis menurut (http://42explore.com/

writing.html). Writing is the expression of language in the form of letters,

symbols, or words. The primary purpose of writing is communication Artinya

menulis adalah ekspresi bahasa dalam bentuk huruf, simbol, atau kata-kata.

Tujuan utama penulisan adalah komunikasi

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan

dalam bentuk bahasa tulis (http://definisi-

pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.html). Menulis

merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses menulis mencakup serangkaian

kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topic yang akan di bahas sampai

penulisan akhir (Sabarti Akhadiah dkk, 1997: 2). perasaan melalui tulisan

untuk disampaikan kepada pembaca.

Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 2.1) untuk mencapai

suatu tulisan yang baik sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, tentu saja

akan berhubungan pula dengan keefektifan dalam menggunakan kalimat. Kalimat

efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide, dan

Page 40: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pemberitahuan kepada penerima (pembaca) sesuai dengan yang ada dalam

benak si penyampai (penulis). Dengan kalimat efektif, penulis akan

mengungkapkan gagasannya dengan jelas dan pembaca akan memahami

gagasan penulis dengan jelas pula.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan

menulis adalah serangkaian kegiatan yang kompleks yang memerlukan

tahapan-tahapan, dan menuangkan ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca

dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan.

c. Tahap-Tahap Dalam Menulis

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang

terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus

(2008: 14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi:

1). Tahap prapenulisan.

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap

mencari,menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau

pengalaman yang dperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah

untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain

dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan

baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya.

Persiapan yang baik sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan

secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta

membahasnya secara kaya, luas, dan dalam.

Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang

akan ditemui serta penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil

tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas

memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan

atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau

gagasan dalam bentuk karangan.

2). Tahap penulisan.

Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan,

Page 41: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka

karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk

menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat

dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi

yang telah dipilih dan dikumpulkan.

Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil

keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis

informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di

dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara

pembahasannya (pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu

saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topik, tujuan, corak

karangan, dan pembaca karangan.

3). Tahap pascapenulisan.

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram

yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan

perbaikan (revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang

suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan

memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah

untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu

disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau

penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan

revisi atau perbaikan karangan dilakukan.

Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian,

penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur

karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya.

Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti

yang disebabkan oleh kesalahan unsur-unsur mekanik, kegiatan

perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan.

Tetapi untuk revisi berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan,

contoh atau ilustrasi, cara pengembangan, penyampaian penjelasan atau

bukti, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyuntingan

Page 42: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

selesai. Bila perbaikan itu mendasar, maka kegiatan revisi berat biasanya

diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan (rewrite).

Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a). Membaca keseluruhan karangan;

b). Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan

apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan

disempurnakan; serta

c). Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus

dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang

penulis dalam proses tulis menulis.

Menurut Amir dan Rukayah (1996: 77) sebelum melaksanakan

pembelajaran menulis guru harus membuat suatu perencanaan terlebih dahulu

dengan memperhatikan:

a). Kegiatan belajar menulis harus dimulai dengan kegiatan mendengarkan,

berbicara, dan membaca, sebab siswa SD belum memiliki kemampuan

yang mendalam untuk menalar ide atau gagasan secara sendiri-sendiri.

b). Kegiatan pembelajaran menulis harus dimulai dengan latihan-latihan pola

kalimat, mengisi titik-titik, menyelesaikan kalimat atau paragraf, atau

menulis bebas.

c). Pembelajaran menulis dapat pula dilatihkan mulai dari mengarang

ataupun paragraf atau menulis bebas.

d). Karangan hendaknya ditulis dengan alasan:

(1). Fungsional, maksudnya pembelajaran menulis tidak hanya untuk

meningkatkan keterampilan mengemukakan ide atau gagasan secara

tertulis dengan ejaan yang benar, tetap juga tulisannya itu harus

berguna bagi kehidupan siswa, baik untuk mempelajari bidang studi

lain, maupun bagi kehidupannya di masyarakat kelak. Misalnya

menulis surat, menulis undangan, menjelaskan suatu objek dan lain-

lain.

Page 43: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(2). Ekspresif, yaitu untuk mengungkapkan perasaa atau emosi yang

sesuai dengan lingkungan budayanya. Misalnya menulis puisi,

prosan dan drama.

(3). Pengembangan teknik, yaitu pengembangan keterampilan mulai dar

penulisan judul, cara pengembangan paragraph sampai dengan

menulis karangan yang baik seperti menulis cerita dengan ejaan yang

benardan sebagainya.

(4). Pengembangan keterampilan menulis antara lain.

(a). Pengembangan tulisan tangan dan cetak.

(b). Keterampilan menggunakan tanda baca, huruf capital, ejaan dan

kosa kata.

(c). Penggunaan pola kalimat dan tata bahasa.

(d). Pemilihan cara penulisan sesuai dengan tujuuannya.

(e). Keterampilan menyunting, seperti memeriksa tulisan sendiri,

memperbaiki dan memeiksa hasil karangan sendiri.

(f). Menyusun karangan dan keterampilan mengorganisasikan idea

tau gagasan secara efektif, misalnya menulis majalah dinding.

(g). Akhirnya siswa harus mempelajari keterampilan menulis untuk

kepentingan sendiri atau bekerja. Dalam hal ini guru harus dapat

memberikan dorongan agar siswa gemar mengarang misalnya

menuliskan hal-hal atau kegiatan yang disaksikan, dirasakan

maupun dialami sendiri ke buku hariannya.

d. Tujuan Menulis

Menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa tujuan

menulis, antara lain:

1). Assigment Purpose (tujuan penugasan).

Penulis menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.

Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat

cerita pendek, membuat laporan observasi dan sebagainya.

2). Altruistic Purpose (tujuan altruistik).

Page 44: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan

para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai

perasaan dan penalarannya, ingin menjadikan hidup pembaca

menyenangkan. Penulis berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman”

hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu

idea tau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah

tujuan altruistik dapat tercapai.

3). Persuasive Purpose (tujuan persuasi).

Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan

kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan

semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan

sebuah produksi barang dagangan.

4). Informatical Purpose (tujuan informasional).

Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi

informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha

menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang

diinformasikan oleh penulis.

5). Self Expressive (tujuan pernyataan diri).

Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya

kepada para pembaca.

6). Creative Purpose (tujuan kreatif).

Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai

artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di

sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu.

Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya

sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu

membaca tulisan tersebut.

7). Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah).

Dikenal tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para

pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

Page 45: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

e. Manfaat Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang

dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Menurut Sabartiah, dkk (1994: 1)

ada beberapa manfaat menulis antara lain:

1). Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi

yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis.

2). Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau

pemikiran yang akan dikemukakan.

3). Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berfikir,

baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan.

4). Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui

kegiatan menulis.

5). Melalui kegiatan tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.

6). Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapt dipecahkan dengan

lebih melalui tulisan.

7). Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar membaca lebih giat.

Penulis menjadi penemu atu pemecah masalah bukan sekedar menjadi

penyadap informasi dari orang lain.

8). Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berfikir dan

berbahasa secara tertib.

f. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan dalam pembelajaran mencakup beberapa aspek. Salah

satu aspek keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan menulis.

Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan

perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan menulis bagi siswa

adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas

sekolah. Oleh karena itu, menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk

SD (Mulyono Abdurrahman, 2003: 223).

Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam

cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak

Page 46: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan

komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca

merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah

satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang

penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat

mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan

maksudnya.

St. Y. Slamet (2008: 96) berpendapat bahwa keterampilan menulis

merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang

sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam

dunia kepenulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi

sesuatu yang bias sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang

sesungguhnya. Hal ini dapat dibuktikan dari kenyataan banyak yang

menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat. Padahal sebenarnya

seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara

untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara

langsung atau melatih dirinya sehingga terampil.

Sedangkan menurut Agus Suriamiharja (2003: 25) keterampilan

menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis

yang mudah dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain

yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa

tersebut.

Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang

dalam bidang tulis menulis (http://www.anneahira.com/pengertian-

keterampilan-menulis.html). Keterampilan menulis bukan pekerjaan profesi

juga bukan pekerjaan sembarangan. Dikatakan demikian karena menulis

selain membutuhkan penalaran juga membutuhkan acuan agar tulisan yang

disajikan dapat dipahami secara sempurna. Keterampilan menulis diawali

dengan rajin membaca. Salah satu kendala lemahnya minat menulis

disebabkan karena kurangnya kegiatan membaca. Sebenarnya keterampilan

menulis bila diminati dan dibutuhkan, maka pekerjaan itu tidak terasa sulit.

Page 47: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Sulit dan mudah itu tergantung penilaian dan kebiasaan seseorang. Bisa

karena biasa.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh

seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang

menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intensif, maka

seseorang dapat terampil menulis.

Linda Campbell (1996: 21) berpendapat tentang hubungan

keterampilan menulis dengan aspek keterampilan yang lain yaitu:

“Writing cannot be segregated from other language acts. It is

reinforced by speaking, listening and reading. Fully incorporating

language arts activities into all content areas helps students

communicate more effectivelly as well as learn more thoroughly. As

in speech writing carries ideas from one person to another, with

distinct purposes and meanings. Students, through a variety of

writing activities, can develop a sense of audience and perceive

writing as a relevant act occuring between themselves, other any

society”.

Yang berarti, menulis tidak dapat dipisahkan dari tindakan bahasa lainnya.

Hal ini diperkuat dengan berbicara, mendengarkan dan membaca. Penuh

menggabungkan kegiatan seni bahasa ke dalam semua area konten membantu

siswa berkomunikasi dengan lebih secara efektif serta belajar lebih teliti.

Seperti dalam pidato tertulis membawa ide dari satu orang ke orang lain,

dengan tujuan yang berbeda dan makna. Siswa, melalui berbagai kegiatan

menulis, dapat mengembangkan rasa penonton dan menganggap menulis

sebagai tindakan yang relevan yang terjadi antara mereka sendiri, lainnya

masyarakat mana pun.

g. Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Perkembangan pragmatik anak atau penggunaan bahasa merupakan

hal yang paling penting dalam bidang pertumbuhan bahasa pada usia sekolah.

Anak-anak berumur lima dan enam tahun menghasilkan berbagai macam

cerita. Cerita-cerita anekdot yang paling banyak mereka hasilkan. Isinya

tentang hal-hal yang terjadi di rumah mereka masing-masing dan di

Page 48: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

masyarakat sekitarnya. Kemampuan membuat cerita tersebut seharusnya

sudah diperkenalkan pada usia prasekolah, meskipun masih sangat sederhana,

yakni selama kegiatan mengasuh anak. Dengan demikian ketika anak

memasuki sekolah dasar, anak-anak tidak merasa asing lagi dengan

pembelajaran membuat cerita (http//www.

artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.html).

Menurut Darmiyati Zucdi dan Budiasih (2001: 10) mengatakan

bahwa anak-anak berumur enam tahun sudah mulai dapat membuat cerita

sederhana atau pendek tentang acara televisi atau film yang mereka lihat.

Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur, sedikit demi sedikit.

Pada usia tujuh tahun anak-anak sudah mulai bisa membuat cerita yang agak

padu. Cerita di tulis dengan menggunakan bahasa yang sudah lumayan bagus

dan sedikit dapat dipahami oleh orang lain. Pada umur delapan tahun anak

sudah mulai memiliki daya imajinasi yang tinggi yang ditandai dengan

penggunaan kalimat misalnya“ akhirnya mereka hidup bahagia ”. Selain itu

pengguaan struktur cerita semakin jelas untuk dipahami.

Menurut Ismail (2001: 37)) keterampilan menulis cerita pendek

adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan ide atau gagasan dalam

bentuk cerita pendek dengan bahasa tulis, serta kalimat yang digunakan di

dalam cerita ini masih bersifat sederhana.

Di dalam (http//:www.cerita-cerita.html) menjelaskan bahwa di

dalam pembuatan cerita pendek tidak memerlukan waktu yang lama untuk

membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada cerita-cerita yang

lain, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerita pen sering disebut

bacaan yang dapat dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerita

pendek pun menggunakan bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika

dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang mempunyai arti lebih

kompleks.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

adalah keahlian atau kecekatan yang dimiliki seseorang dalam menulis cerita

Page 49: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dalam bentuk sederhana, dengan menngunakan bahasa yang mudah

dimengerti serta cerita tersebut mudah dipahami isinya oleh pembaca.

h. Syarat-Syarat Penulisan Cerita Pendek

Menurut St. Y. Slamet (1996: 39) membuat cerita untuk anak-anak

tidak sama dengan mengarang cerita untuk orang dewasa, karena anak-anak

bukanlah manusia dalam ukuran kecil. Sesuai dengan keadaan jiwanya yang

sedang tumbuh, bacaan dapat menimbulkan beberapa pengaruh dalam diri

anak-anak itu. Dalam menulis cerita anak, harus memperhatikan beberapa

sifat yang umum pada anak-anak. Sifat-sifat tersebut diantaranya:

1). Anak-anak belum sanggup menangkap suatu maksud yang diungkapkan

secara bertele-tele dan dengan cara sindiran atau kiasan.

2). Dalam diri anak-anak daya fantasi masih sangat kuat. Kadang-kadang

mereka sukar membedakan dunia khayal dengan dunia kenyataan.

Sebagai contoh, mereka berusaha mengusir nyamuk yang menggigit

boneka kesayangannya. Kalau kaki mereka tersandung pada meja, meja

itulah yang kena marah.

3). Anak-anak gemar meniru sifat-sifat pelaku cerita itu, walaupun sebagian

saja. Misalnya tentang kejujurannya, kesetiaannya, atau cara tokoh itu

bercakap-cakap.

4). Anak-anak belum sanggup mencernakan secara tepat makna tentang

hidup dan mati, dan masalah kehidupan orang dewasa.

Mengingat sifat-sifat tersebut di atas, maka sebaiknya cerita anak

ditulis dengan beberapa ketentuan, misalnya:

1). Bahasa yang dipergunakan hendaknya sederhana, kalimatnya pendek-

pendek tetapi jelas. Pengungkapan sesuatu sebaiknya secara langsung,

bentuk dialog kadang-kadang membuat cerita lebih menarik.

2). Mengingat besarnya peranan fantasi pada anak-anak, maka tokoh atau

pelaku cerita dapat diambil dari binatang, tumbuh-tumbuhan dianggap

mampu bercakap-cakap seperti manusia.

Page 50: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

3). Sifat suka meniru sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak-

anak melalui cerita. Oleh karena itu, penonjolan sifat yang baik pada

pelaku cerita perlu diperhitungkan, agar bacaan tersebut besar

manfaatnya bagi anak-anak.

4). Pilihan tema cerita yang sesuai dengan dunia anak-anak. Jangan memilih

tema yang pelik, sukar dan dianggap belum pantas disajikan untuk

bacaan mereka.

i. Pentingnya Pembelajaran Keterampilan Menulis Di Sekolah Dasar

Keterampilan menulis adalah salah satu kemampuan bahasa yang

semakin penting untuk dikuasai. Hal ini erat kaitannya dengan pengabdian

budaya industrial yang merupakan salah satu tuntunan pembangunan

nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota

masyarakat memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok

untuk budaya tersebut. Salah satu kemampuan yang terpenting adalah

membaca dan menulis.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa tulis yang

bersifat produktif, artinya keterampilan menulis ini merupakan keterampilan

yang menghasilkan, yaitu menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan

yang memerlukan keterampilan yang bersifat kompleks. Keterampilan yang

diperlukan antara lain keterampilan berfikir secara logis, keterampilan

mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dan keterampilan

menerapkan kaidah-kaidah dengan baik (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih,

2001: 72).

Keterampilan-keterampilan yang diperlukan itu diperoleh melalui

proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa

harus mulai dari tingkat awal atau tingkat permulaan. Mulai dari pengenalan

lambang-lambang bunyi. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari

tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi

dasar peningkatan dan pengembangan keterampilan menulis siswa

selanjutnya. Apabila dasar itu baik, maka dapat diharapkan hasil

Page 51: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

pengembangannya pun akan baik pula dan apabila dasar itu kurang baik atau

lemah maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya akan kurang baik.

Dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis, khususnya cerita

pendek guru memperhatikan bahan ajar menulis dan metode pengajaran serta

pendekatan belajar yang tepat dalam pengajaran menulis. Pengajaran menulis

difokuskan pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat

sederhana, dan tanda baca (huruf capital, titik, koma dan tanda tanya).

Cara-cara mengajarkan atau metode pengajaran menulis dan tahap-

tahap dalam menulis menurut Ahmad Rofi,udin dan Damiyati Zuchdi (2001:

54) adalah:

1). Pengenalan huruf kegiatan yang dilakukan melalui langkah-langkah: a)

menyajikan gambar; b) menyebut dan menulis nama yang terdapat

dalam gambar; c) memperkenalkan bentuk huruf-huruf.

2). Latihan menulis, kegiatan yang dilakukan: a) memegang pensil dan sikap

duduk; b) gerakan tangan dalam menulis; c) menjiplak, d)

menghubungkan titik-titik untuk membuat huruf, dan e) menatap huruf

atau kata (koordinasi mata, ingatan dan ujung jari).

3). Menyalin menulis, kegiatan yang dilakukan; a) menyalin huruf; b)

menyalin kata; c) menyalin kalimat, dan d) menyalin bacaan sederhana.

4). Menulis halus atau indah kegiatan yang dilakukan; a) penekanan

diarahkan pada bentuk huruf; b) ukuran huruf; c) tebal tipisnya penulisan

huruf; d) menyalin bacaan sederhana.

5). Dikte atau imla, kegiatan yang dillakukan dalam dikte meliputi; a) anak

menyiapkan alat tulis guru menucapkan kalimat; b) anak menulis kalimat

yang diucapkan guru; c) tulisan akan dikoreksi temannya; d) anak

membetulkan tulisannya.

6). Melengkapi, kegiatan yang dilakukan meliputi; a) melengkapi dengan

huruf; b) melengkapi dengan suku kata; c) melengkapi dengan kata.

7). Menulis nama, kegiatan yang dilakukan adalah; a) memfokuskan

penulisan nama benda atau gambar; b) nama orang; c) nama hewan; d)

nama binatang; e) nama jalan.

Page 52: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

8). Mengarang, mengarang sederhana berdasarkan gambar seri, cerita

sederhana, atau pengalaman anak.

j. Bentuk Model Pembelajaran Keterampilan Menulis

Menurut St. Y. Slamet (2007: 144) disebutkan ada berbagai bentuk

atau model pembelajaran keterampilan menulis diantaranya:

Model 1: Menjiplak.

Sesuai dengan tingkat kesulitannya ada berbagai macam menjiplak

dalam belajar keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia,

yaitu:

1). Menjiplak huruf, misalnya:

2). Menjiplak kata, misalnya:

a). Melati Tanpa bantuan gambar

b). Melati Dengan bantuan gambar

3). Menjiplak Kalimat, misalnya:

a). Ibu pergi ke toko

b). Gambar toko Ibu pergi ke toko

c). Menjiplak wacana sederhana, misalnya:

a

i u N k Aa Ii Uu Nn Kk

a

i u n k

A

I U N K

………………………

………………………

………………………………………………………………………

…………..

………………………………………………………………………

…………..

Page 53: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Namaku Ariel

Nama ayahku Sutarno

Nama ibuku Sri Sugiyatmi

Sedangkan nama nenekku Suharsi

Setelah siswa menjiplak kata, kalimat, atau wacana dalam kegiatan

pembelajaran dapat dilanjutkan dengan aspek pemaduan pembelajaran kete-

rampilan menulis dengan membaca.

Model 2: Menyalin.

Menyalin biasanya dimulai dari tingkatan kata, kalimat, sampai pada

wacana, menyalin bisa dari:

1). Kata, kalimat, wacana, yang menggunakan huruf lepas.

2). Kalimat dan wacana yang menggunakan huruf lepas ke huruf latin atau

sebaliknya.

Model 3: Menatap.

Menatap biasanya dilakukan dengan cara mengamati obyek agar

siswa dapat membahas obyek tersebut. Obyek tersebut bisa berupa gambar

kata, gambar kalimat, serta obyek asli.

Model 4: Menyusun.

Kegiatan menyusun paling sederhana adalah menyusun huruf

menjadi kata, dilanjutkan dengan menyusun kata menjadi kalimat, dan

kalimat menjadi wacana, seperti tergambar berikut ini:

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

………………………………………………………………

Page 54: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

I P r e g

nasi memasak ibu

Kegiatan menyusun tersebut dapat dipadukan dengan aspek

pembelajaran lain seperti tergambar berikut:

Model (5): Melengkapi

Model 5: Melengkapi.

Kegiatan melengkapi dapat berupa melengkapi kalimat yang

sebagian katanya dihilangkan dan biasanya juga melengkapi kalimat-kalimat

dalam wacana, misalnya:

1). Melengkapi kalimat.

2). Melengkapi wacana.

…………………………………………….

…………………………………………….

Kesenangannya bermain voly

Aku senang bermain-main

Adikku juga senang bermain

Kesenanganku bermain

1. ……………………………………………

2. ……………………………………………

3. ……………………………………………

4. ……………………………………………

a. Huruf – kata

b. Kata-kata – kalimat

c. Kalimat – wacana

Pemahaman

Dilanjutkan dengan

latihan:

a. Membaca atau

mengucapkan

b. Menyimak

Ibu ……………… ke toko

Andi …………….. bola

Arini belajar ………………

Page 55: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kegiatan melengkapi dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran

yang lain seperti tergambar berikut:

Melengkapi Pemahaman Penggunaan

Model 6: Menulis halus.

Menulis halus bertujuan agar siswa mampu menulis dengan tepat,

terbaca dan rapi. Menulis kata dalam bentuk kalimat atau wacana dengan

menggunakan huruf bebas atau latin, misalnya:

Model (7): Dikt

Model 7: Dikte.

Dikte adalah kegiatan mendengarkan kata, kalimat atau wacana

kepada siswa dan meminta mereka untuk menuliskan apa yang telas didengar.

Dikte dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran lain seperti tergambar

berikut:

Anak rajin

Rini anak yang ……. belajar. Setiap hari …….

buku. Dia paling ……. belajar Bahasa Indonesia.

Mata pelajaran lain pun ………….. pelajari. Karena

itu dia naik ……. dan mendapat ranking satu.

Kalimat

wacana

Analisis:

a. Huruf besar –

kecil

b. Tanda baca

Dilanjutkan latihan:

a. Membaca/mengu

capkan

b. Menyimak

Ahmad pergi ke masjid ………………………………………………..

Page 56: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

N

Model 8: Mengarang.

Mengarang dapat dibedakan menjadi:

a. Mengarang dengan bantuan gambar.

b. Mengarang tanpa bantuan gambar, kegiatan ini biasa dilakukan

berhubungan dengan pengalaman anak.

k. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Agar

belajar keterampilan sesuai dengan harapan, maka perlu memperhatikan

factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor

intern dan faktor ekstern (Slameto, 1997: 54). Adapun faktor intern dan

ekstern dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Faktor intern.

Di dalam faktor intern ini ada tiga faktor yaitu jasmani, psikologis,

dan kelelahan.

a). Faktor jasmaniah, terdiri dari:

(1). Faktor kesehatan.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya

terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, maka

haruslah mengusahakan kesehatan badannya dengan cara

mengindahkan ketentuan-ketentuan belajar, istirahat yang

cukup, makan, dll.

Dikte

Kata. Kalimat,

wacana

Ditulis

Pemahaman

Analisis:

a. (suku) kata

b. Huruf

besar/kecil

c. Tanda baca

Penggunaan

Dilanjutkan dengan

latihan

a. Membaca/mengu-

capkan

b. Menyimak

Page 57: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

(2). Cacat tubuh.

Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar siswa,

misalnya: buta, juling, lumpuh, tuli, dan lain-lain. Jika ini terjadi

hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.

b). Faktor psikologis.

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani „psyche‟

yang berarti jiwa dan logos‟ yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah

psikologi berarti ilmu jiwa.

(1). Intelegensi.

Inteligensi artinya kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif. Mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengatahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Apabila

siswa mempunyai inteligensi tinggi akan lebih berhasil dari pada

yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.

(2). Perhatian.

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.

Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbulah kebosanan, sehingga ia tidak tertarik untuk mengkuti

pembelajaran.

(3). Minat.

Minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal

tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung

dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai

dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu

dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang

menjadi keinginannya. Bila belajar tidak sesuai dengan minat

siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik. Karena tidak

ada daya tariknya. Bahan pelajaran yang menarik dan sesuai

Page 58: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dengan minat siswa, siswa lebihmudah menangkap, mempelajari

dan menyimpan bahan ajar. Minat siswa sangan mendukung

kegiatan belajarnya.

(4). Bakat.

Bakat adalah kemampuan anak belajar. Bakat merupakan

kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang

memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa

mendatang. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai

dengan bakatnya, maka hasil belajar siswa lebih karena siswa

senang dalam belajar.

(5). Motif.

Dalam proses belajar haruslah diprhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Motif itu

dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan

latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh

lingkungan yang memperkuat dalam kegiatan belajar.

(6). Kematangan.

Kematangan penting sekali di dalam proses pembelajaran. Anak

akan mampu mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan apabila

sudah mencapai kematangan dari fungsi organ tertentu. Jadi

apabila anak belum mencapai tingkat kematangan akan tetapi

dipaksa untuk belajar, maka akan sia-sia saja dan kemungkinan

belajar tidak akan berhasil.

(7). Sikap.

Keberhasilan belajar siswa akan bisa diperoleh apabila

seseorang mempunyai sikap positif terhadap belajar yaitu

memahami benar akan pentingnya belajar yang hasilnya

digunakan untuk kehidupan mendatang, dan sebaliknya

keberhasilan akan menurun apabila mempunyai sikap negative

yaitu menganggap bahwa belajar bukanlah hal yang penting.

Page 59: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

c). Faktor Kelelahan.

Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani dapat dilihat dari lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan

tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu hilang. Kelelahan ini terasa pada bagian kepala dengan

pusing-pusing sulit untuk berkonsentrasi.Kelelahan jasmani maupun

rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat,

rekreasi, olahraga teratur serta mengimbanginya dengan makan

makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.

2). Faktor ekstern.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan

menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a). Faktor keluarga.

Keluraga merupak satuan kecil masyarakat yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak. Peran rang tua yang kurang memperhatikan pendidikan

anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.

Maka cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap

belajar anak. Yang terpenting adalah relasi antara angota keluarga

yaitu relasi antara orang tua dan anaknya. Misalnya hubungan yang

penuh dengan kasih sayang dan perhatian serta pengertian, tidak

diliputi dengan rasa kebencian.

Suasana rumah juga merupakan factor yang penting bagi anak

untuk melangsungkan kegiatan belajar. Suasana rumah yang gaduh

tidak akan memberikan ketenagan kepada anak sehingga belajar akan

terganggu,selain itu keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya

dengan hasil belajar anak. Anak yang sedang belajar juga harus

terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian,

perlindungan, kesehatan, dan lain-lain. Juga membutuhkan fasilitas

belajar seperti ruang belajar meja, kursi, buku-buku, alat tulis menulis.

Page 60: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Jika keluarga kurang memenuhi kebutuhan anaknya akan berakibat

belajar anaknya juga terganggu.

b). Faktor sekolah.

Sekolah merupakan tempat kedua untuk pembentukan

kepribadian anak. Selain itu jg memberikan hasil berupa

berkembangnya pengetahuan anak dalam memperoleh ilmu. Faktor-

faktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar siswa seperti:

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode dan teknik

belajar di sekolah.

c). Faktor masyarakat.

Masyarakat merupakan kumpulan dari individu yang di dalamnya

mempunyai tujuan dan pedoman hidup, dan hidup bersama dalam

berbagai bidang kehidupan. Anak yang terjun di masyarakan juga

akan berubah tingkah lakunya karena anak terbiasa berinteraksi

dengan orang-orang, megeluarkan ide dan gagasan yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kemajuan masyarakat.

(a). Kegiatan siswa dalam masyarakat.

Apabila siswa terlalu banyak ambil bagian dalam kegiatan

masyarakat misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan social

keagamaan, belajar akan terganggu. Karena waktu dan tenaga

anak sebagian besar dihabiskan untuk kegiatan masyarakat,

sehingga anak ketika pulang akan terasa lelah yang pada akhirnya

anak tidak mempunyai minat untuk belajar. Orang tua perlu

mengatur dan mengontrol serta membatasi kegiatan anak dalam

masyarakat.

(b). Mass media.

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, televise, radio,

surat kabar dan lain-lain. Mass media yang baik adalah

memberikan pengaruh positif bagi anak misalnya tentang

pendidikan. Sebaliknya mass media yang jelek akan berpengaruh

Page 61: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

negatif bagi anak misalnya tayangan televisi mengenai

perkelahian.

(c). Teman bergaul.

Agar siswa belajar dengan baik, maka perlu diusahakan supaya

siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan

pergaulan yang baik serta pengawasan dari porang tua dan

pendidik. Teman bergaul anak menjadi salah satu media belajar

dan motivator belajar anak. Anak akan merasa senang belajar bila

teman bergaul itu setingkat usia perkembangannya serta

motivasinya yang menjurus pada kegiatan yang positif.

l. Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Penilaian merupakan komponen penting dalam pembelajaran

sehingga penilaian tidak mungkin dilepaskan dalam kegiatan pendidikan dan

pengajaran secara umum. Dalam penilaian kemajuan siswa dapat dilihat

sehingga memudahkan dalam menentukan langkah yang akan ditempuh.

Penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan

(Burhan Nurgyantoro, 2001: 40).

Penilaian yang dilakukan di dalam penelitian ini ditujukan pada

keterampilan menulis khususnya cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01

Jaten Karanganyar. Pengambilan nilai berdasarkan pada 2 aspek yaitu aspek

psikomotor dan aspek kognitif. Aspek psikomotor meliputi sikap duduk, cara

memegang pensil, bentuk huruf dan kerapian tulisan. Sedangkan aspek

kognitif meliputi pemilihan kata, isi cerita, kebahasaan dan pengorganisasian.

Setelah pengambilan nilai terhadap 2 aspek dilakukan, kemudian diadakan

penghitungan total nilai yakni dengan cara menambahkan jumlah skor aspek

psikomotor dam kognitif kemudian dibagi dua. Setelah itu, hasil nilai

dibandingkan dengan KKM.

Page 62: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

B. Penelitian yang Relevan

Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Picture

and Picture Untuk Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI

IPA3 SMAN 8 Surakarta Pada Tahun Pelajaran 2009/2010”.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini yaitu persentase rata-rata dari indikator motivasi belajar siswa

berdasarkan data lembar observasi pada pra siklus sebesar 46,49%, siklus I

sebesar 84,31% dan siklus II sebesar 85,13%. Persentase rata-rata dari indikator

aktivitas belajar siswa berdasarkan data lembar observasi pada pra siklus sebesar

30,72%, siklus I sebesar 79,14% dan siklus II sebesar 86,87%. Persentase rata-rata

dari indikator motivasi belajar siswa berdasarkan data angket pada pra siklus

sebesar 67,45%, siklus I sebesar 80,79% dan siklus II sebesar 80,18%. Persentase

rata-rata dari indikator aktivitas belajar siswa berdasarkan data angket pada pra

siklus sebesar 67,73%, siklus I sebesar 80,89% dan siklus II sebesar 80,45%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model

Pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas

belajar siswa dalam proses pembelajaran.

C. Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal nilai siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

yaitu keterampilan menulis khususnya cerita pendek siswa kelasa II SD Negeri 01

Jaten Karanganyar tergolong rendah, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya: 1 Pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya

menulis, siswa tidak dibiasakan oleh guru untuk menulis atau menggali

pemikirannya, untuk dituangkan dalam tulisan. Sehingga ketika guru menyuruh

siswa untuk menulis cerita siswa tampak mengalami kesulitan. Siswa tidak tahu

apa yang harus ditulis. Siswa terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama

untuk memulai tulisan. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank

page syndrome) atau tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Siswa takut salah, takut

berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru. 2) Guru dalam melakukan

Page 63: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru masih sering

menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi. Guru kurang

memancing keaktivan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga

siswa merasa bosan atau jenuh dan pada akhirnya nilai keterampilan menulis

siswa khususnya cerita pendek rendah.

Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan sebuah model

pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya

menulis. Model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan adalah Model

pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran picture and picture

diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan gambar dan

dipasangkan atau dirutkan menjadi urutan yang logis. Model Pembelajaran picture

and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.

Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga

sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan

ditampilkan. Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul

dalam mengikuti proses pembelajaran. Manfaat penggunaan model pembelajaran

picture and picture diantaranya: 1). Memudahkan siswa untuk memahami yang

dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran; 2). Guru lebih

mengetahui kemampuan masing-masing siswa; 3). Kegiatan belajar mengajar

menjadi lebih menyenangkan; 4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam

menyampaikan gagasan; 5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas

tugas yang diberikan oleh guru.

Setelah pembelajaran diberikan dengan menggunakan model

pembelajaran picture and picture, keterampilan menulis cerita pendek pada siswa

kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat. Penelitian ini direncanakan

dalam dua siklus dan diakhiri sampai diperoleh hasil yang mencapai 75% siswa

kelas II memperoleh nilai ≥ 60.

Kerangka berpikir di dalam penelitian ini dapat digambarkan pada

gambar 2:

Page 64: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Guru masih menggunakan

model pembelajaran

konvensional

Keterampilan menulis

cerita siswa rendah

Tindakan

Siklus I

Menuliskan ciri-ciri

binatang dalam bentuk

cerita pendek

Keterampilan menulis cerita

pendek siswa meningkat melalui

penggunaan model pembelajaran

picture and picture

Siklus II

Menuliskan ciri-ciri

tumbuhan dalam

bentuk cerita pendek

Kondisi Akhir

Penerapan model

pembelajaran picture

and picture

Page 65: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diungkap,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran picture

and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa

kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

Page 66: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri 01 Jaten semester II

tahun pelajaran 2010/2011, yang beralamatkan di jalan Lawu no. 96 Solo -

Karanganyar, Kelurahan Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Alasan

penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten yaitu karena permasalahan yang

muncul dan SD Negeri 01 Jaten merupakan tempat Praktik Pengalaman Lapangan

(PPL) peneliti, sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Peneliti merencanakan penelitian selama 5 bulan yaitu mulai bulan

Januari 2011 s.d. Mei 2011. Siklus I dapat dilaksanakan mulai tanggal 14 s.d 26

Februari 2011 dan silus II dilaksanakan pada tanggal 28 s.d 01 Maret 2011.

Adapun rincian waktu kegiatan penelitian dilihat pada tabel 1:

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan dan

pengajuan proposal

2. Mengurus izin

penelitian

3. Persiapan Penelitian

4. Pelaksanaan Siklus I

5. Pelaksanaan Siklus II

6. Penyusunan laporan

dan penjilidan skripsi

Page 67: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas II SD

Negeri 01 Jaten Karanganyar, yang berjumlah 39 siswa, terdiri dari 27 siswa putra

dan 12 siswa putri. Siswa kelas II sebagai subjek yang akan diamati kegiatan

pembelajarannya dan dikenai tindakan karena hanya ada beberapa siswa yang

memiliki keterampilan menulis cerita dengan baik atau nilai keterampilan menulis

masih di bawah KKM.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau istilah

dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Menurut

Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa PTK adalah penelitian tindakan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. (Suharsimi Arikunto:

2008: 58). Penenlitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan

penelitian dimulai dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses

pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut.

Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan yang

terencana dan terstruktur.

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kolaboratif yang melibatkan

beberapa pihak yaitu Kepala Sekolah, peneliti, guru kelas, dan karyawan Sekolah

Dasar Negeri 01 Jaten Karanganyar yang bertujuan untuk memperbaiki sistem

serta kinerja guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan

hasil pembelajaran siswa.

Prinsip utama PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang

bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. PTK

dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang melalui empat tahapan kegiatan, yaitu

perencanaan, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.

Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana tindakan sampai

dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Apabila dalam pelaksanaan

Page 68: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

tindakan ditemukan permasalahan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan

PTK maka guru dapat memperbaiki permasalahan tersebut pada tindakan

selanjutnya.

2. Strategi penelitian

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan

model siklus yaitu: (a) Perencanaan atau planning; (b) Tindakan atau acting; (c)

Pengamatan atau observing; (d) Refleksi atau reflection. Strategi pelaksanaan

penelitian tindakan kelas divisualisasikan pada gambar 3:

SIKLUS 1 SIKLUS 11

Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian (Sumber: Hopkins dalam

Mulyasa, 2009; 73)

Keterangan:

a. Perencanaan

Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,

1. Perencanaan

nan

2. Tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

?

Page 69: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan

dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai

berikut:

1). mengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus faktual

terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup

penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran dan

masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.

2). Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan

melatarbelakangi PTK.

3). Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun

kalimat pernyataan.

4). Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa

rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan

berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih

tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan

oleh guru.

5). Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan

indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data

yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.

6). Membuat secara rinci rancangan tindakan.

b. Tindakan

Rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan pada

tahap ini. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya

dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan tersebut

menjelaskan antara lain:

1). Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan.

2). Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru.

3). Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa.

4). Jenis model pembelajaran yang akan digunakan.

5). Jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan

disertai dengan penjelasan rinci penggunaannya.

Page 70: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

c. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya

berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti dengan

kolabolator melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan

dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data

dilaksanakan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah

disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario

tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil

belajar siswa.

d. Refleksi

Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK

mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas

tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka

dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi

kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga

permasalahan dapat teratasi.

D. Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun

angka (Arikunto 1993: 91). Dalam penelitian ini ada 2 sumber data yang dapat

digali untuk memperlancar penelitian, yaitu:

1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga

sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang

dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain:

pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, wawancara, dan tes.

2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).

Page 71: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar

nilai, RPP, dan Silabus.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknk pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar yang telah ditetapkan. Di dalam penelitian ini menggunakan

empat teknik pengumpulan data. yaitu:

1. Wawancara

Menurut Sandjaja dan Albertus Heriyanto (2006: 145) wawancara adalah

suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh pewawancara dengan

orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tujuan

wawancara yaitu untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam konteks

individu, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, keterlibatan, dan

sebagainya untuk membangun berbagai hal sebagai bagian dari pengalaman masa

lampau dan memproyeksikan dengan hal-hal yang bias terjadi di masa yang akan

datang.

Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada guru kelas II SD

Negeri 01 Jaten Karanganyar dan dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara

yang telah dibuat, baik sebelum (prasiklus) dan sesudah menggunakan model

pembelajaran picture and picture yang bertujuan menggali informasi guna

memperoleh data yang berkaitan dengan nilai matapelajaran Bahasa Indonesia

(menulis) kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar.

2. Observasi

Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 50) observasi adalah semua kegiatan

yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap

indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang

ditimbulkan dari tindakan terencana maupun akibat sampingnya. Observasi

Page 72: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dilakukan untuk membantu proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita

pendek tentang binatang dan tumbuhan) yang sedang berlangsung di kelas.

Observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa

di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindkan, saat pelaksanaan tindakan

sampai akhir tindakan.Selain mengamati proses pembelajaran di kelas juga

mengamati kerja guru dalam mengelola kelas dan menerapkan model

pembelajaran picture and picture.

Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah melaksanakan pembelajaran

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Sedangkan guru kelas berperan

sebgai pengamat jalannya proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini pengamat

mengambil posisi duduk di belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran

sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung. . Observasi dilakukan dengan format check list. Alat ini berisikan

serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan

berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda

cek pada daftar kejadian

Hasil observasi didiskusikan bersama guru pengampu, kemudian

dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan ataupun kelebihan

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture

and picture, kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati

bersama antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus

berikutnya. Selain itu observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak

pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar

menjadi lebh efektif dan efisien. Observasi difokuskan pada proses dan hasil

tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Di daam

penelitian langkah-langkah observasi yang dilaksanakan yaitu: (1) perencanaan;

(2) pelaksanaan observasi kelas (classroom), (3) pembahasan balikan (feedback).

3. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127) tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

Page 73: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Menurut Riduwan (2009: 76) tes adalah serangkaian

pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan

kelompok. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah kegiatan pembelajaran dilakukan

Selain itu juga untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan siswa

dalam menulis cerita dengan model pembelajaran picture and picture. Tes ini

dilakukan pada setiap akhir tindakan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis (Arikunto 2006: 158). Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan,

notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Kajian dokumen dilakukan pada

arsip atau dokumen yang ada. Metode ini digunakan untuk memperoleh data

berupa tindakan dan hasil observasi proses pembelajaran. Dokumen merupakan

bahan tertulis maupun film yang dapat digunakan sebagai sumber data (St. Y.

Slamet dan Suwarto, 2007: 5). Dokumen dapat dijadikan sumber data karena

dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan dapat digunakan untuk

meramalkan kondisi serta perkembangan kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, dokumen untuk menjaring data awal yangyang

berupa observasi awal dan daftar nilai keterampilan menulis cerita siswa kelas II

SD Negeri 01 Jaten Karanganyar ada pembelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan

untuk mengetahui perkembangan siswa, dokumen yang digunakan berupa foto

dan video selama proses pembelajaran, hasil observasi guru dan siswa, rencana

pelaksanaan pembelajaran, dan hasil evaluasi siswa.

F. Validitas Data

Data yang telah berhasil dikumpulkan, digali, dan dicatat dalam kegiatan

penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu

Page 74: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

setiap peneliti harus bisa memiliki dan menentukan cara-cara yang tepat untuk

mengembangkan.validitas data yang diperolehnya. Ketepatan data tersebut tidak

hanya bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik

pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya.

Cara yang digunakan untuk pengembangan validitas data berupa

triangulasi. Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola piker fenomenologi

yang bersifat multi perspektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang mantap

diperlukan tidak hanya satu cara pandang, melainkan bias dipertimbangkan

beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang

lebih mantap dan diterima kebenarannya (St. Y. Slamet dan Suwarto, 2007:55).

Triangulasi dalam penelitian ini adalah:

1. Triangulasi sumber data yaitu dengan cara mengumpulkan data yang sejenis

dari sumber data yang berbeda. Dengan teknik trianggulasi data diharapkan

dapat memberikan informasi yang lebih cepat, sesuai dengan keadaan siswa

kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Sumber data dan jenis data dalam

penelitian ini yaitu:

a. Narasumber, yang terdiri dari teman kolaborasi (guru kelas II) , dan siswa

kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.

b. Dokumen atau arsip yang berupa foto kegiatan siswa, lembar observasi

guru dan siswa, dan tes evaluasi di setiap akhir pembelajaran siswa kelas II

SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.

c. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada materi

menulis cerita di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.

2. Triangulasi Metode

Yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan

menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi

(pengamatan) kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan

yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan

menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang

diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut

Page 75: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

hasilnya dibandingkan dan ditarik kesimpulan data yang lebih kuat

validitasnya.

G. Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2008: 207) analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Jadi analisis data

adalah suatu proses dalam menentukan pilihan, membuang, mengeliminasi,

memilah serta menggolongkan data sesuai dengan yang diharapkan. Miles and

Huberman dalam Sugiyono (2008: 91) berpendapat bahwa proses analisis data

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara beriringan yakni reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif interaktif yang meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi. Penjelasan dari tahap-tahap tersebut sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan,

maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu

segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data merupakan

proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan

saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu

menerapkan metode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang

berhubungan dengan subyek yang diteliti. Maknanya pada tahap ini, si peneliti

harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan lapangan

(field note), harus ditafsirkan, atau diseleksi masing-masing data yang relevan

dengan fokus masalah yang diteliti (Iskandar, 2009: 140).

Dalam penelitian yang dialaksanakan di kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar, peneliti memperoleh data berupa nilai tes menulis cerita pendek

siswa kelas II yang diadakan I setiap akhir pertemuan, observasi kegiatan guru

Page 76: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dan observasi kegiatan siswa (selama proses pembelajaran). Semua data tersebut

digunakan dalam hasil penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

data yang digunakan dapat berupa: berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan

bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis

dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan kesimpulan yang benar

ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan

oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses peninjauan kembali pada

benar atau tidaknya data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetap apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel (masuk akal/dapat dipercaya).

Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu kesatuan yang jalin-menjalin pada

saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar,

untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan

data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif.

Untuk memperjelas proses analisis deskriptif interaktif digambarkan

dalam bagan 4:

Page 77: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Gambar 4. Bagan Teknis Analisis Data: Model Interaktif (Sumber: Miles and

Huberman dalam Iskandar, 2009: 139).

Dari bagan 3, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah:

a. Melakukan analisis awal, dengan cara mengumpulkan dokumen yang ada.

Dokumen tersebut antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), dan daftar nilai matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II SD

Negeri 01 Jaten Karanganyar.

b. Pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul selama proses

pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

c. Mengembangkan bentuk sajian data yaitu menyusun sekumpulan informasi

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

d. Melakukan analisis data.

e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan dan keefektifan penelitian. Pada

penelitian ini indikator yang menjadi patokan keberhasilan adalah meningkatnya

Conclutions:

Drawing/verifying

Data display

Data reduction

Data collection

Page 78: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

keterampilan menulis cerita pendek kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar

dengan odel pembelajaran picture and picture.

Penerapan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran

menulis cerita pendek dianggap tuntas atau berhasil, apabila pada siklus I nilai

psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25 anak), nilai kognitif

siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25 anak) dan hasil nilai

keterampilan menulis cerita pendek yang dinyatakan tuntas sebanyak 65% (25

anak) dari 39 siswa yang mengikuti pelajaran menulis dapat menguasai

keterampilan menulis cerita pendek dengan baik. Pada siklus II nilai psikomotor

siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak), nilai kognitif siswa yang

dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak) dan hasil nilai keterampilan menulis

cerita pendek yang dinyatakan tuntas sebanyak 75% (30 anak) dari 39 siswa yang

mengikuti pelajaran menulis dapat menguasai keterampilan menulis cerita pendek

dengan baik. Penentuan keberhasilan didasarkan dari hasil tulisan cerita pendek

siswa mengenai ciri-ciri hewan dan tumbuhan sesuai dengan KKM.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian ini terbagi dalam bentuk siklus

kegiatan yaitu model yang diadopsi dari Hopkins (dalam Mulyasa, 2009; 181) di

mana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok, antara lain: perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Secara rinci prosedur

penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LPKD),

Instrumen untuk evaluasi berupa soal tes, lembar observasi, dan menetapkan

indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Page 79: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

b. Tindakan

1). Mengenalkan model pembelajaran picture and picture yaitu berupa

serangkaian gambar aktivitas yag ditempel di depan kelas kepada

peserta didik.

2). Menjelaskan konsep penggunaan model pembelajaran picture and

picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis.

Guru melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dengan

materi ciri-ciri binatang dengan menggunakan pembelajaran picture

and picture.

3). Siswa memperhatikan penjelasan dari guru kemudian siswa

mengerjakan tugas menulis cerita pendek mengenai binatang

berdasarkan ciri-cirinya.

4). Siswa yang ditunjuk maju membacakan hasil pekerjaannya di depan

kelas dengan bantuan model pembelajaran picture and picture.

Selanjutnya guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap

materi yang dipelajari

5). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah 2 x pertemuan,

yakni pertemuan I mempelajari tentang ciri-ciri hewan yaitu bagian-bagian

tubuh binatang (bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah), sedangkan

pertemuan II mempelajari kembali mengenai ciri-ciri binatang serta fungsi

dari masing- masing bagian tubuh hewan. Pada setiap akhir pertemuan

siswa diadakan evaluasi menuliskan cerita berdasarkan ciri-ciri yang telah

dipelajari dengan model pembelajaran picture and picture.

c. Pengamatan atau Observasi

Pada tahap observasi ini, observer melakukan pengamatan terhadap

pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran picture

and picture. Untuk mengamati kegiatan pembelajaran tersebut, pengamat /

observer dibantu dengan lembar observasi yang terdiri dari 2, yaitu lembar

observasi aktivitas siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar di dalam

Page 80: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

kegiatan pembelajaran dan lembar observasi guru kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karangayar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan

untuk memperoleh data mengenai semua aktivitas yang terjadi selama proses

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penggunaan model pembelajaran

picture and picture, yang mana hasil observasi ini akan disesuaikan dengan

perolehan nilai hasil belajar siswa. Selain menggunakan lembar observasi,

peneliti juga menggunakan foto dan rekaman kamera foto untuk melihat

kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

d. Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data

yang berkaitan dengan indikator kinerja siklus I. Evaluasi untuk menilai hasil

belajar Bahasa Indonesia (menulis) dengan penggunaan model pembelajaran

picture-picture dilaksanakan setiap akhir pertemuan/pembelajaran. Sasaran

dari evaluasi ini yaitu keterampilan menulis siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar meningkat dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM

atau dikatakan tuntas sebanyak 65 % (25) dari 39 peserta didik. Apabila dari

hasil evaluasi menunjukkan bahwa sasaran belum tercapai, maka perlu

dilakukan tindakan lanjutan pada siklus II.

2. Siklus Kedua

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan dan

penyempurnaan penggunaan model pembelajaran picture and picture yang

didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Hasil refleksi tersebut diantaranya:

1). Sebagaian besar peserta didik belum mendapatkan bagian maju ke depan

untuk ikut langsung terlibat dengan model pembelajaran picture and

picture.

Page 81: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

2). Sebagian besar peserta didik belum berani untuk mengungkapkan

pendapat atau ide di kelas yang dikarenakan faktor malu dan takut salah

sehingga penggunaan model pembelajaran picture and picture belum

berjalan maksimal.

3). Gambar yang disajikan di depan kurang menarik, warna kurang jelas,

ukuran gambar kecil sehingga siswa yang duduk di depan kurang jelas

melihatnya. Pada akhirnya siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perlu disusun rencana

perbaikan dan penyempurnaan pada siklus II ini, yang meliputi:

1). Siswa selalu dilibatkan dalam penggunaan model pembelajaran picture

and picture, sehingga siswa menjadi lebih mengenal serta siswa akan lebih

aktif dalam proses pembelajaran.

2). Gambar yang digunakan dalam model pembelajaran picture and picture

dibuat lebih menarik, dengan warna yang lebih indah den ukuran yang

lebih besar, yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan

gambar yang menarik, maka siswa akan aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran dan akhirnya siswa.

Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama guru juga menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi

pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian. Selain itu juga

menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator kinerja yang akan

dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

b. Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini berdasar pada hasil

refleksi siklus I, yaitu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture yang sudah diperbaiki

dan disempurnakan sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tetapi pokok

Page 82: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

bahasan yang diajarkan berbeda. Pokok bahasan atau materi yang diajarkan

pada siklus II yaitu ciri-ciri tumbuhan, adapun langkah-langkahnya:

1). Siswa diberikan materi tentang ciri-ciri tumbuhan dengan menggunakan

model pembelajaran picture and picture, kemudian siswa menyebutkan

ciri-ciri tumbuhan tersebut secara runtut.

2). Siswa ikut aktif dalam model pembelajarn picture and picture yaitu

dengan mengurutkan gambar dan kalimat yang telah disediakan.

3). Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh yaitu menulis cerita pendek

mengenai tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya.

4). Siswa membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas melalui penggunaan

model pembelajaran picture and picture.

5). Selanjutnya guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa.

6). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya yang memuaskan.

Pelaksanaan tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 x pertemuan, yakni

pertemuan pertama mempelajari tentang ciri-ciri tumbuhan meliputi bagian-

bagian tumbuhan (akar, batang, daun, buah, bunga.), sedangkan pertemuan

kedua menyebutkan fungsi dari bagian-bagian tumbuhan yang merupakan ciri-

ciri tumbuhan tertentu. Pada setiap akhir pertemuan siswa diadakan evaluasi

yaitu menuliskan cerita berdasarkan ciri-ciri yang telah dipelajari dengan

model pembelajaran picture and picture.

c. Tahap Pengamatan atau Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajarn picture and picture. Observasi ini

dilakukan sama dengan siklus I yaitu ditujukan pada aktivitas siswa kelas II S

Negeri 01 Jaten Karanganyar. Selain itu observasi dilakukan untuk mengamati

semua kegiatan yang dilakukan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar

selama proses pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan

ini termasuk pencatatan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir pembelajarn

yaitu menuis cerita pendek tentang ciri-ciri tumbuhan akan digunakan sebagai

bahan masukan untuk menganalisis perkembangan keterampilan menulis cerita

Page 83: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar dan perkembangan

aktivitas yang dilakukan oleh guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar

dalam pembelajaran menulis cerita pendek.

d. Tahap Refleksi

Setelah pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua

data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan evaluasi. Sasaran

pada siklus II yaitu hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya keterampilan

menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar

meningkat dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM atau

dikatakan tuntas sebanyak 75 % (30 siswa) dari 39 siswa. Apabila hasil

evaluasi pada siklus ini menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai,

maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and

picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II telah berhasil

meningkatkan keterampilan menulis khususnya cerita pendek mata pelajaran

Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.

Page 84: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten, yang beralamatkan di

jalan Lawu no. 96 Jaten Karanganyar. Sekolah ini berstatus negeri dengan Nomor

Statistik Sekolah (NSS) 101031311001 yang dikepalai oleh Sutarno, S. Pd. Secara

geografis SD Negeri 01 Jaten terletak di Desa Jaten, Kelurahan Jaten, Kecamatan

Jaten, Kabupaten Karanganyar dengan kode pos 57771. Letak SD Negeri 01 Jetis

cukup strategis karena berada di dekat pemukiman penduduk dan terletak di

pinggir jalan raya Solo – Karanganyar sehingga mudah untuk dijangkau dengan

alat transportasi. Lokasi yang sangat strategis tersebut memberikan banyak

keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah

untuk melaksanakan tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang

dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik

minat siswa untuk belajar.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan survei awal

untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan

berbagai kendala yang dihadapi sekolah mengenai aktivitas belajar Bahasa

Indonesia khususnya menulis dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut

khususnya kelas II. Setelah peneliti melakukan pendekatan dengan guru kelas II

dan mengamati keadaan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti

mendapatkan informasi bahwa pembelajaran menulis masih dirasa sulit oleh

siswa. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar siswa menjadi kurang dan nilai

pelajaran menulis pada matapelajaran Bahasa Indonesia masih belum memuaskan.

Berdasarkan hasil observasi terhadap nilai pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas II sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal.

Dari siswa kelas II yang berjumlah 39 siswa. Berdasarkan Data yang diperoleh

hanya terdapat 16 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60

Page 85: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dalam aspek menulis. Sedangkan sejumlah 23 siswa mendapatkan nilai kurang

dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60.

Daftar nilai tes keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran

Bahasa Indonesia siswa kelas II pada kondisi awal atau sebelum penggunaan

model pembelajaran picture and picture dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Kelas II

pada Kondisi Awal

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 50 TT 14 65 T 27 60 T

2 60 T 15 50 TT 28 55 TT

3 55 TT 16 55 TT 29 55 TT

4 50 TT 17 55 TT 30 55 TT

5 55 TT 18 60 T 31 55 TT

6 50 TT 19 55 TT 32 55 TT

7 65 T 20 55 TT 33 60 T

8 55 TT 21 60 T 34 50 TT

9 60 T 22 55 TT 35 50 TT

10 55 TT 23 55 TT 36 60 T

11 70 T 24 60 T 37 65 T

12 70 T 25 60 T 38 50 TT

13 75 T 26 50 TT 39 65 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 2240:39= 57.4

Ketuntasan Klasikal = 16:39 x 100= 41 %

Keterangan :

T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Berdasarkan daftar nilai keterampilan menulis cerita pada matapelajaran

Bahasa Indonesia pada kondisi awal di tabel 4, sebagian besar siswa mendapat

nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Kondisi awal nilai matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita

pendek) siswa kelas II dapat dilihat pada tabel 4:

Page 86: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Cerita

Pada Kondisi Awal

No Interval

Frekuensi

(fi) Prosentase (%)

1 50 - 54 8 21

2 55 - 59 15 38

3 60 - 64 9 23

4 65 - 69 4 10

5 70 - 74 2 5

6 75 - 80 1 3

Nilai Rata-Rata Kelas = 57.4

Ketuntasan Klasikal = 16:39 x 100= 41%

Dari tabel 4 dapat disajikan dengan gambar 5:

Gambar 5. Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas II Pada

Kondisi Awal

Berdasarkan gambar 5, hasil nilai keterampilan menulis cerita pendek

pada matapelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II sebelum diterapkan

penggunaan model pembelajaran picture and picture diperoleh rata-rata kelas

sebesar 57,4 dan ketuntasan klasikal sebesar 41%. Adapun rincian ketuntasan

klasikal keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa Indonesia

adalah:

Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 8 siswa atau 21 %.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 15 siswa atau 38%.

0

8

15

9

42 10

2

4

6

8

10

12

14

16

0 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 - 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 87: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 9 siswa atau 23%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 4 siswa atau 10%.

Siswa yang memperoleh nilai 79 – 74 sebanyak 2 siswa atau 5%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 1 siswa atau 3%.

Berdasarkan tabel 4, siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM)

yaitu sebanyak 23 siswa atau 59%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di

atas KKM yaitu 16 siswa atau 41%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan

klasikal sebesar 41% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan

yaitu sebesar lebih dari 75% siswa (30 siswa) mendapat nilai ≥ 60 (KKM), dengan

kata lain nilai keterampilan menulis cerita pendek pada matapelajaran Bahasa

Indonesia siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten masih rendah.

Dari hasil observasi dan diskusi rendahnya nilai atau ketidaktuntasan

matapelajaran Bahasa Indonesia (menulis) tersebut disebabkan beberapa faktor,

diantaranya: 1) Pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya

menulis, siswa tidak dibiasakan oleh guru untuk menulis atau menggali

pemikirannya, untuk dituangkan dalam tulisan. Sehingga ketika guru menyuruh

siswa untuk menulis sebuah cerita, siswa tampak mengalami kesulitan. Mereka

tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis

dimulai. Mereka mengalami kesulitan menemukan kalimat pertama untuk

memulai tulisannya. Mereka juga sering menghadapi sindrom kertas kosong

(blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah,

takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru; 2) Guru dalam

melakukan pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru menggunakan

model pembelajaran yang relatif sama atau monoton sehingga pembelajaran yang

dilakukan kurang bermakna. Hal ini mengakibatkan siswa tidak tertarik dalam

proses pembelajaran, karena siswa jenuh atau mengalami kebosanan dalam

menerima materi pembelajaran.

Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk

mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penggunaan model pembelajaran

picture and picture. Dengan penggunaan model pembelajaran picture and picture

diharapkan nilai keterampilan menulis cerita khususnya cerita pendek dalam

Page 88: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

matapelajaran Bahasa Indonesia kelas II akan mengalami peningkatan sehingga

ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri

dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: 1) perencanaan (kegiatan guru sebelum

proses pembelajaran); (2) pelaksanaan; 3) pengamatan atau observasi, dan 4)

refleksi. Perencanaan yaitu kegiatan guru sebelum proses pembelajaran,

pelaksanaan dan pengamatan atau observasi yaitu kegiatan guru selama proses

pembelajaran, dan refleksi yaitu digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan

yang terjadi dan tingkat pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan. Jika

indikator belum tercapai, maka siklus atau tahap-tahap tersebut dilakukan lagi

dengan intervensi sesuai hasil refleksi, sehingga terjadi pencapaian indikator yang

signifikan.

1. Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah

ditentukan yaitu siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal

14 Februari 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 19

Februari 2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Jumat, 11 Februari

2011 pukul 07.00 - selesai. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan

tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan

berdasarkan pada solusi permasalahan yang muncul yakni penggunaan model

pembelajaran picture and picture di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

menulis cerita pendek. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan

pada siklus I akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari Senin,

14 Februari 2011 pukul 07.00 – 08.10 WIB dan Sabtu, 19 Februari 2011 pukul

Page 89: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

07.00 – 08.10 WIB. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai

berikut:

1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun

meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media

pembelajaran, dan penilaian. (lampiran 2)

2). Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan

pembelajaran adalah:

a). Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran picture and

picture yaitu meja kelas ditata rapi, kursi siswa diurutkan nomor absen

untuk memudah melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung, kursi agak dirapatkan agar

di saat proses pembelajaran siswa dapat melihat gambar yang

ditempel di depan kelas yang merupakan media dalam model

pembelajaran picture and picture.

b). Menyiapkan bentuk model pembelajaran picture and picture yaitu

dengan media gambar yang ditempel di depan kelas dengan ukuran

besar dan jelas. Selain itu juga menyiapkan handphone untuk

pendokumentasian proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis).

3). Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian.

Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas yang

terjadi selama pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas siswa dan guru. Lembar

pengamatan kerja guru dan siswa dinilai oleh guru Bahasa Indonesia

sebagai pihak observer (peneliti sebagai guru yang bertindak

melaksanakan penelitian) dapat dilihat di lampiran 13 dan 16. Selain itu

Page 90: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

peneliti juga mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja siswa.

Lembar penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran.

Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar siswa didasarkaan pada

pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia. Pedoman dan

lembar penilaian dapat dilihat dalam lampiran 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan guru

menerapkan model pembelajaran picture and picture. Peneliti disini bertindak

sebagai pengajar dan guru kelas II sebagai observer atau pengamat.

1). Pertemuan Ke-1

Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II

mempelajari binatang yaitu menuliskan ciri-ciri binatang secara

mendetail dan terperinci, serta menulis cerita pendek mengenai binatang

tertentu berdasarkan ciri-cirinya tersebut. Adapun langkah-langkah

pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a). Kegiatan Pendahuluan

(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan

bantuan guru.

(2). Siswa diajak menyanyikan lagu “Burung Kutilang“.

(3). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang nama binatang yang

disukainya.

(4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

yang akan dilaksanakan, yakni siswa menulis cerita pendek

berdasarkan ciri-ciri binatang secara umum.

b). Kegiatan Inti

(1). Eksplorasi

(a). Siswa dan guru bertanya jawab mengenai nama-nama

binatang yang hidup di sekitar tempat tinggalnya.

(b). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri binatang

tertentu (gajah, kucing, ayam) dengan melihat gambar yang

ditempel di depan kelas.

Page 91: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Gambar 6. Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang

(2). Elaborasi

(a). Siswa mengamati gambar-gambar bianatang yang

ditempelkan di depan kelas.

(b). Siswa mengidentifikasikan ciri-ciri binatang (elang) dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture yang

ditempel di depan kelas yaitu mengurutkan gambar bagian

tubuh burung yang disusun secara acak menjadi bagian yang

utuh dari bagian atas sampai bawah.

Gambar 7. Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model

pembelajaran picture and picture

(c). Siswa ditunjuk maju ke depan mendeskripsikan ciri-ciri

binatang (elang) berdasarkan gambar yang telah diurutkan

sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran

picture and picture.

(d). Siswa mencatat hasil deskripsi siswa di buku masing-masing.

Diurutkan

sesuai

gambar

dari

bagian

atas ke

bawah

- Ekor elang ada 1.

- Sayap elang ada 2.

- Kaki elang ada 2.

- Jumlah jari ada 3

- Kaki elang

memiliki cakar

- Elang memiliki 1

paruh.

- Mata elang ada 2

Page 92: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

(3). Konfirmasi

(a). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

(b). Siswa mengerjakan soal evaluasi yaitu menulis cerita pendek

mengenai binatang berdasarkan ciri-cirinya.

(c). Guru dan membahas hasil pekerjaan siswa.

c). Kegiatan Penutup

(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.

(2). Guru memberikan penguatan kepada siswa terhadap hasil

pekerjaannya.

(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran

yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari ciri-ciri

binatang beserta fungsi masing-masing bagian tubuh binatang dan

menuliskan cerita pendek mengenai binatang tertentu berdasarkan

ciri-cirinya.

2). Pertemuan Ke-2

Pertemuan ke-2 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek)

kelas II yaitu masih mempelajari tentang binatang, yaitu menuliskan ciri-

ciri binatang secara terperinci dan sitematis, menuliskan cerita pendek

tentang binatang tertentu, serta mempelajari bagaimana sikap yang baik

saat menulis. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a). Kegiatan Pendahuluan

(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan

bantuan guru.

(2). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang hewan peliharaan di

rumah.

(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

yang akan dilaksanakan, yaitu siswa dapat menyebutkan ciri-ciri

binatang beserta fungsi dari masing-masing bagian tubuh

Page 93: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

binatang kemudian siswa menuliskannya dalam bentuk cerita

pendek.

b). Kegiatan Inti

(1). Eksplorasi

(a). Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang binatang

yang termasuk ke dalam peliharaan.

(b). Siswa menjawab pertanyaan mengenai ciri-ciri binatang yang

dipeliharanya.

(2). Elaborasi

(a). Siswa mengamati gambar yang ditempelkan di depan kelas

yaitu gambar-gambar binatang.

(b). Siswa mengidentifikasikan ciri-ciri binatang beserta fungsi

setiap bagian tubuh binatang (mata, mulut, hidung, telinga,

dan bagian-bagian lainnya) dengan menggunakan model

pembelajaran picture and picture

Bagian- Bagian Tubuh Kucing

Langkah 1: Bagian tubuh kucing disusun secara acak

Langkah 2 : Mengurutkan bagian tubuh kucing

Langkah 3 : Mengidentifikasikan nama-nama bagian tubuh

kucing serta fungsinya

Mata

Hidung

Mulut dan Gigi

Perut

Kaki

Ekor

Rambut

Telinga

Page 94: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Gambar 8. Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan Model

Pembelajaran Picture and Picture

(c). Siswa mencatat hasil deskripsi temannya yaitu mengenai ciri-

ciri binatang di buku tugas masing-masing.

(3). Konfirmasi

(a). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

(b). Siswa mengerjakan soal evaluasi yaitu menulis cerita pendek

mengenai binatang berdasarkan ciri-cirinya.

(c). Guru dan siswa membahas hasil pekerjaan siswa.

c). Kegiatan Penutup

(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.

(2). Siswa diberi penguatan atas hasil pekerjaannya.

(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran

yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari ciri-ciri

tumbuhan secara umum dan menuliskannya dalam bentuk cerita

pendek.

c. Pengamatan atau Observasi

Dalam tahap observasi peneliti kolaborasi dengan guru kelas dalam

melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu

dengan menggunakan lembar observasi serta dokumentasi berupa foto dan

rekaman. Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian

jalannya pembelajaran terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh

tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran picture and picture

dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa. Oleh karena

itu observasi tidak hanya dilakukan terhadap proses pembelajaran yang

dilaksanakan saja tetapi juga menyangkut aktivitas guru selama melaksanakan

pembelajaran terutama mengenai pengorganisasian kelas.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran

Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) berlangsung, diperoleh gambaran

Page 95: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

(menulis cerita pendek) pada sikls I dengan rincian sebagai berikut:

1). Pertemuan Pertama

a). Observasi aktivitas guru (dapat dilihat pada lampiran15).

(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam

kriteria kurang.

(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria kurang.

(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria cukup.

(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan

rencana kegiatan dalam kriteria baik.

(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria

baik.

(6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki

belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang.

(7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)

yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang.

(8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and picture

dalam kriteria baik.

(9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam

kriteria kurang.

(10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

dalam kriteria baik.

(11). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan

siswa dalam kriteria kurang.

(12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau

kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam kriteria

kurang.

Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 2,3

(kurang). Sedangkan untuk pedoman dan lembar hasil penilaian dapat

dilihat di lampiran 13, 14 dan 15.

Page 96: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).

(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang

diberikan oleh guru sebanyak 15 siswa.

(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 12 siswa.

(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 10

siswa.

(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru

sebanyak 24 siswa.

(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh

guru sebanyak 18 siswa.

(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru

sebanyak 15 siswa.

Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus I pertemuan 1 yaitu 16

siswa (kurang). Pedoman dan lembar hasil penilaian untuk observasi

siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.

2). Pertemuan Kedua (dapat dilihat pada lampiran 15).

a). Observasi aktivitas guru

(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam

kriteria baik.

(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik.

(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik.

(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan

rencana kegiatan dalam kriteria baik.

(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria

baik.

(6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki

belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria kurang.

(7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)

yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.

Page 97: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

(8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and

picture dalam kriteria sangat baik.

(9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam

kriteria baik.

(10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

dalam kriteria sangat baik.

(11). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa dalam kriteria baik.

(12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau

kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam

kriteria baik.

Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 2 adalah 2,3

(kurang). Sedangkan untuk pedoman dan lembar hasil penilaian dapat

dilihat di lampiran 13, 14 dan 15.

b. Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).

(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi yang

diberikan oleh guru sebanyak 23 siswa.

(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 15 siswa.

(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 17

siswa.

(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru

sebanyak 29 siswa.

(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh

guru sebanyak 22 siswa.

(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru

sebanyak 20 siswa.

Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus I pertemuan 2 yaitu 21

siswa (baik). Pedoman dan lembar hasil penilaian untuk observasi

siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.

Page 98: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan adanya

peningkatan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran picture and

picture. Itu berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran

semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis

khususnya cerita pendek.

Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran

Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) yang dilaksanakan dengan

menerapkan model pembelajaran picture and picture pada siklus I dapat

ditarik simpulan keaktifan siswa meningkat tetapi belum maksimal. Serta

hasil yang diharapkan belum dapat dicapai dengan baik

d. Refleksi

Pada tahapan ini peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh

melalui pengamatan dan tes evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil tes evaluasi cerita yang dilakukan di setiap akhir tindakan,

peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil tes pertemuan

1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian

dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator

kinerja siklus I yaitu dari aspek psikomotor siswa yang dinyatakan tuntas

sebanyak 25 siswa atau 65%, dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan

tuntas sebanyak 25 siswa siswa atau 65% dan hasil nilai keterampilan

menulis cerita pendek siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang

dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa atau 65% (diperoleh dari nilai

psikomotor ditambah nilai kognitif dibagi 2). Adapun data yang diperoleh

adalah:

1). Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Pada Pertemuan

Pertama Siklus I

a). Hasil nilai psikomotor

Page 99: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) cara memegang

pensil; (3) bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian,

pedoman dan hasil penilaian aspek psikomotor ini dapat dilihat di

lampiran Adapun hasil yang diperoleh adalah:

Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita

Pendek Siklus I Pertemuan 1

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 45 TT 14 70 T 27 60 T

2 65 T 15 50 TT 28 55 TT

3 55 TT 16 50 TT 29 70 T

4 50 TT 17 55 TT 30 50 TT

5 50 TT 18 50 TT 31 60 T

6 45 TT 19 55 TT 32 55 TT

7 65 T 20 60 T 33 60 T

8 55 TT 21 60 T 34 55 TT

9 65 T 22 50 TT 35 55 TT

10 55 TT 23 55 TT 36 65 T

11 60 T 24 60 T 37 70 T

12 70 T 25 50 TT 38 55 TT

13 75 T 26 60 T 39 65 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 57.8

Ketuntasan Klasikal = 18:39 x 100= 46 %

Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran

menulis cerita pendek siklus I pertemuan 1 pada tabel 5 dapat

diperjelas dengan tabel 6:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1

No Interval Frekuensi

Prosentase

(%)

1 45 – 50 10 26

2 51 – 56 11 28

3 57 – 62 8 20

Page 100: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dari tabel 6 dapat disajikan dengan gambar 9:

Gambar 9. Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita

Pendek Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan gambar 9, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis

cerita pendek siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar

57,8 dan ketuntasan klasikal sebesar 46%. Adapun rincian

ketuntasan klasikal hasil nilai psikomotor yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 10 siswa atau 26%.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 11 siswa atau 28%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 8 siswa atau 20%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 4 siswa atau 10%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 1 siswa atau 3%.

b). Hasil nilai kognitif

Diperoleh siswa diperoleh dari hasil tes menulis cerita pendek setelah

pembelajaran Bahasa Indonesia berakhir. Aspek yang dinilai

0

1011

8

54

10

2

4

6

8

10

12

0 45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 – 74 75 – 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

4 63 – 68 5 13

5 69 – 74 4 10

6 75 – 80 1 3

Nilai Rata-Rata Kelas = 57.8

Ketuntasan Klasikal = 18:39 x 100% = 46 %

Page 101: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

meliputi: (1) pemilihan kata; (2) isi cerita; (3) kebahasaan; (4)

pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan hasil penilaian

aspek kognitif dapat dilihat di lampiran 7, 8 dan 9. Adapun hasil

yang diperoleh adalah:

Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus I Pertemuan 1

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 55 TT 14 70 T 27 60 T

2 55 TT 15 60 T 28 65 T

3 75 T 16 60 T 29 70 T

4 70 T 17 55 TT 30 60 T

5 50 TT 18 60 T 31 60 T

6 55 TT 19 55 TT 32 55 TT

7 65 T 20 60 T 33 70 T

8 45 TT 21 70 T 34 55 TT

9 55 TT 22 60 T 35 55 TT

10 65 T 23 45 TT 36 65 T

11 70 T 24 70 T 37 60 T

12 70 T 25 60 T 38 55 TT

13 75 T 26 70 T 39 65 T

Nilai Rata-Rata Kelas= 61.4

Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67 %

Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa dalam menulis

cerita pendek siklus I pertemuan 1 pada tabel 7, dapat diperjelas

dengan tabel 8:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek

Siklus I Pertemuan 1

No Interval Frekuensi Prosentase (%)

1 45 - 50 3 8

2 51 - 56 10 26

3 57 - 62 10 26

4 63 - 68 5 13

Page 102: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

5 69 - 74 9 22

6 75 - 80 2 5

Nilai Rata-Rata Kelas = 61.4

Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67%

Dari tabel 8 dapat disajikan dengan gambar 10:

Gambar 10. Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek

Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan gambar 10, nilai kognitif siswa dalam menulis cerita

pendek kelas II siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar

61,4 dan ketuntasan klasikal sebesar 67%. Adapun rincian

ketuntasan klasikal hasil nilai kognitif siswa yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 10 siswa atau 26%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 10 siswa atau 26%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 9 siswa atau 22%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 2 siswa atau 5%.

2). Hasil Nilai Pada Pertemuan Kedua Siklus I

a). Hasil nilai psikomotor

03

10 10

5

9

2

0

2

4

6

8

10

12

0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 103: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Aspek yang: (1) sikap duduk; (2) memegang pensil; (3) bentuk

huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar Penilaian, pedoman dan

hasil penilaian pada aspek psikomotor dapat dilihat di lampiran 4,

5 dan 6. Adapun hasil yang diperoleh adalah:

Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Pembelajaran

Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 50 TT 14 60 T 27 65 T

2 60 T 15 45 TT 28 50 TT

3 50 TT 16 60 T 29 70 T

4 55 TT 17 60 T 30 55 TT

5 65 T 18 60 T 31 60 T

6 45 TT 19 50 TT 32 60 T

7 70 T 20 50 TT 33 60 T

8 65 T 21 75 T 34 60 T

9 70 T 22 75 T 35 65 T

10 55 TT 23 55 TT 36 60 T

11 70 T 24 65 T 37 70 T

12 70 T 25 55 TT 38 50 TT

13 75 T 26 60 T 39 70 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 60.6

Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100= 67%

Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil rekapitulasi nilai psikomotor

siswa dalam menulis cerita pendek siklus I pertemuan 2 pada tabel 9

dapat diperjelas dengan tabel 10:

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2

No Interval Frekuensi Prosentase (%)

1 45 - 50 8 20

2 51 - 56 5 13

3 57 - 62 11 28

4 63 - 68 5 13

5 69 - 74 7 18

6 75 - 80 3 8

Page 104: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Nilai Rata-Rata Kelas = 60.6

Ketuntasan Klasikal = 26:39 x 100% =67%

Dari tabel 10 dapat disajikan dengan gambar 11:

Gambar 11. Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan gambar 11, hasil nilai pengamatan psikomotor siswa

dalam menulis cerita pendek kelas II pada siklus I pertemuan 2

diperoleh rata-rata kelas sebesar 60,6 dan ketuntasan klasikal sebesar

67%. Adapun rincian ketuntasan klasikal hasil psikomotor siswa

yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 8 siswa atau 20%.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 5 siswa atau 13%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 11 siswa atau 28%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 5 siswa atau 13%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 7 siswa atau 18%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 3 siswa atau 8%.

b). Nilai kognitif

Aspek yang dinilai meliputi: 1) pemilihan kata, 2) isi cerita, 3)

kebahasaan, 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan hasil

0

8

5

11

5

7

3

0

2

4

6

8

10

12

0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 105: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

penilaian untuk aspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8 dan 9.

Adapun hasil yang diperoleh adalah:

Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek

Siklus 1 Pertemuan 2

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 50 TT 14 60 T 27 55 TT

2 60 T 15 65 T 28 50 TT

3 60 T 16 50 TT 29 70 T

4 45 TT 17 50 TT 30 55 TT

5 55 TT 18 70 T 31 60 T

6 55 TT 19 60 T 32 50 TT

7 60 T 20 50 TT 33 70 T

8 55 TT 21 55 TT 34 50 TT

9 50 TT 22 55 TT 35 65 T

10 65 T 23 45 TT 36 70 T

11 60 T 24 65 T 37 60 T

12 70 T 25 75 T 38 60 T

13 75 T 26 70 T 39 60 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 59.1

Ketuntasan Klasikal = 22:39 x 100= 56%

Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa menulis cerita

pendek siklus I pertemuan 2 pada tabel 11, dapat diperjelas dengan

tabel 12:

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Siswa Cerita

Pendek Siklus I Pertemuan 2

No Interval Frekuensi Prosentase (%)

1 45 – 50 10 26

2 51 – 56 7 18

3 57 – 62 10 26

4 63 – 68 4 10

5 69 - 74 6 15

6 75 - 80 2 5

Page 106: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Nilai Rata-Rata Kelas = 59.1

Ketuntasan Klasikal = 22:39 x 100= 56%

Dari tabel 12 dapat disajikan dengan gambar 12:

Gambar 12. Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek

Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan gambar 12, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek

mata pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) siswa kelas II pada I

pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 59,1 dan ketuntasan

klasikal sebesar 56%. Adapun rincian ketuntasan klasikal pada hasil

kognitif siswa yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 45 - 50 sebanyak 10 siswa atau 23%.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 7 siswa atau 21%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 - 62 sebanyak 10 siswa atau 26%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 4 siswa atau 18%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 6 siswa atau 10%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 2 siswa atau 2%

Berdasarkan data nilai yang telah diperoleh pada masing masing

aspek (psikomotor dan kognitif), maka dapat dilihat perbandingan

0

10

7

10

4

6

2

0

2

4

6

8

10

12

0 45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 - 74 75 - 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 107: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

ketuntasan nilai pada keterampilan menulis cerita pendek. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 13:

Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis

\Cerita Pendek Kelas II Siklus 1

No Aspek

Banyaknya siswa yang tuntas

Pertemuan

1

Pertemuan

2

Rata-

Rata

Prosentase

(%)

1 Psikomotor 18 26 22 56

2 Kognitif 26 22 24 62

3 Nilai Keterampilan Menulis

Cerita Pendek 22 24 23 59

Dari tabel 13 dapat diperjelas dengan gambar 13:

Gambar 13. Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita

Pendek Siswa Kelas II Siklus I

Berdasarkan gambar 13 dan indikator keberhasilan halaman 59, dapat

diuraikan sebagai berikut:

1). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 22

siswa atau 56%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.

2). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 24 siswa

atau 62%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.

18

26

22

26

2224

2224

23

0

5

10

15

20

25

30

Psikomotor Kognitif Nilai Keterampilan Menulis

P

r

o

s

e

n

t

a

s

e

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Rata-rata

Page 108: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

3). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis (cerita

pendek) sebanyak 23 siswa atau 59, lebih rendah dari target capaian yang

ditentukan.

Perbandingan prosentase ketuntasan nilai keterampilan menulis cerita

pendek kelas II pra siklus dan siklus I dapat dilihat di tabel 14.

Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus Dan Siklus I

Dari tabel 14 dapat diperjelas dengan gambar 14:

Gambar 14. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan

Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1

Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat

bahwa dilihat dari rata-rata nilai tiap aspek maupun nilai dalam

pembelajaran menulis yang diperoleh siswa dengan menggunakan model

pembelajaran picture and picture sudah cukup berhasil. Hal ini

menunjukan bahwa terjadi peningkatan prosentase ketuntasan siswa

dalam pembelajaran menulis cerita pendek yaitu pra siklus sebesar 41%

dan siklus 1 sebesar 59%. Namun, apabila dilihat dari Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) dan indikator kinerja masih kurang dari

target capaian yakni aspek psikomotor ketuntasan 56% seharusnya 65%,

41

59

0

10

20

30

40

50

60

70

Pra Siklus Siklus 1

P

r

o

s

e

n

t

a

s

e

Jumlah Siswa

No Prosentase Ketuntasan (%)

1 Pra Siklus Siklus 1

2 41 59

Page 109: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

aspek kognitif ketuntasan 62% seharusnya 65%, dan aspek nilai hasil

pembelajaran menulis (keterampilan menulis) ketuntasan 59%

seharusnya 65%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

(1) siswa belum maksimal dalam pemanfaatan model pembelajaran

picture and picture dalam membuat cerita pendek, yakni siswa kurang

lancar dalam menyampaikan ide gagasan berkaitan dengan gambar (2)

gambar yang dipertunjukkan siswa kurang besar, sehingga siswa yang

duduk di bangku belakang tidak dapat melihat dengan jelas, selain itu

warna yang dipilih untuk gambar kurang menarik (buram/ kurang tegas).

Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi bosan dan motivasi siswa

tidak muncul, maka dari itu pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis)

perlu dilanjutkan ke siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi

siklus I.

2. Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah

ditentukan yakni siklus kedua pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu

tanggal 26 Februari 2011. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa, tanggal

1 Maret 2011. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa

sudah menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil pembelajaran menulis

cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten tahun pelajaran

2010/2011 tetapi belum maksimal atau sesuai dengan target capaian indikator

kinerja. Hal ini ditunjukkan masih ada siswa atau 41% siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran menulis. Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan

pada hari kamis, 24 Februari 2011. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan

rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Diperoleh kesepakatan bahwa

pelaksanaan tindakan siklus II akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yakni

Page 110: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

pada hari Sabtu 26 Februari dan Selasa 1 Maret 2011. Hal-hal yang perlu

diperbaiki guru dalam pembelajaran menulis dengan menggunakan model

pembelajaran picture and picture upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan

yang ada adalah:

1). Siswa dibiasakan untuk terlibat dalam model pembelajaran picture and

picture agar siswa juga terbiasa untuk menyampaikan gagasan atau ide

dengan melihat gambar yang ditempelkan di depan. Dengan begitu siswa

akan mudah dalam membuat cerita karena siswa sudah mendapatkan ide

atau gambaran yakni menjabarkan gambar yang ditempel di depan kelas.

2). Gambar yang dipertunjukkan diubah menjadi ukuran yang lebih besar dari

sebelumnya agar siswa yang duduk di deretan bangku belakang dapat

melihat gambar dengan lebih jelas serta warna pada gambar dibuat se-

menarik mungkin.

Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:

a). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia (menulis) selama 2 kali pertemuan

dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang

disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media

pembelajaran, dan penilaian. (lampiran 2)

b). Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan

pembelajaran siklus II masih sama dengan fasilitas dan sarana yang

dipersiapkan pada siklus I, hanya saja gambar yang akan dipertunjukkan

dibuat lebih besar ukurannya serta wrna juga dibuat lebih menarik agar

siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran yang akan

berlangsung.

c). Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian

Page 111: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas yang

terjadi selama pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas siswa dan guru. Lembar

pengamatan kerja guru dan siswa dinilai oleh guru Bahasa Indonesia

sebagai pihak observer (peneliti sebagai guru yang bertindak

melaksanakan penelitian) pada lampiran 13 dan 16. Selain itu peneliti juga

mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja siswa. Lembar

penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran.

Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar siswa didasarkaan pada

pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia. Pedoman dan

lembar penilaian dapat dilihat dalam lampiran 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan guru

menerapkan model pembelajaran picture and picture. Peneliti disini masih

bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.

1). Pertemuan Ke-1

Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia (menulis) kelas II

mempelajari tentang ciri-ciri tumbuhan yaitu menuliskan ciri-ciri

tumbuhan secara rinci, menulis cerita berdasarkan ciri-ciri tumbuhan

dengan baik serta mempelajari bagaimana sikap yang baik saat menulis.

Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a). Kegiatan Pendahuluan

(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan

bantuan guru.

(2). Siswa diajak untuk melakukan permainan “senam otak” yang

bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa.

(3). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang nama tumbuhan yang

dipelihara di rumahnya.

Page 112: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

(4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

yang akan dilaksanakan, yakni siswa dapat menulis cerita

berdasarkan ciri-ciri tumbuhan secara umum.

b). Kegiatan Inti

(1). Eksplorasi

(a). Siswa dan guru tanya jawab mengenai nama-nama

tumbuhan yang ditanam di halaman rumahnya.

(b). Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri tumbuhan

tertentu (bunga, batang, buah, daun dan akar) dengan

melihat gambar yang ditempel di depan kelas.

(2). Elaborasi

(a). Siswa mengamati gambar tumbuhan yang di tempel di

depan kelas.

(b). Siswa ditunjuk maju ke depan untuk memasangkan kalimat

yang tersedia sesuai dengan gambar (bunga, batang, buah,

daun dan akar).

(c). Siswa dibantu guru mengidentifikasikan ciri-ciri tumbuhan

(bagian-bagian tumbuhan) dengan menggunakan model

pembelajaran picture and picture yang ditempel di depan

kelas

Gambar 15. Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model

Pembelajaran Picture and Picture

Page 113: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

(d). Siswa mencatat materi hasil deskripsi teman di buku tugas

maing-masing.

(3). Konfirmasi

(a). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.

(b). Siswa mengerjakan tugas menulis cerita pendek mengenai

tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya.

(c). Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pekerjaan.

c). Kegiatan Penutup

(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.

(2). Guru memberikan penguatan berupa hadiah kepada siswa

tertentu atas aktivitas yang dilakukan siswa selam proses

pembelajaran berlangsung.

(3). Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran

yang akan dilaksanakan selanjutnya, yakni mempelajari kembali

ciri-ciri tumbuhan beserta fungsi dari masing-masing bagian

tumbuhan kemudian menuliskannya dalam bentuk cerita

pendek.

2). Pertemuan Ke-2

Pertemuan ke-2 pelajaran Bahasa Indonesia kelas II mempelajari

tentang tumbuhan yaitu menuliskan ciri-ciri tumbuhan (fungsi masing-

masing bagian tumbuhan), membuat cerita pendek berdasarkan ciri-ciri

tumbuhan tersebut dengan baik dan benar serta mempelajari bagaimana

sikap yang baik pada saat menulis. Adapun langkah-langkah

pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a). Kegiatan Pendahuluan

(1). Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan

bantuan guru.

(2). Siswa diajak bermain puzzle yakni mengurutkan gambar menjadi

bagian yang utuh untuk menimbulkan motivasi siswa.

Page 114: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

(3). Siswa bersama guru me-review kembali pokok bahasan yang

telah dipelajari sebelumnya.

(4). Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

yang akan dilaksanakan, yakni membuat cerita pendek

berdasarkan fungsi masing-masing bagian tumbuhan.

b). Kegiatan Inti

(1). Eksplorasi

(a). Siswa menjawab pertanyaan guru seputar tumbuhan yang

dilihatnya di perjalanan dari rumah ke sekolah.

(b). Siswa menjawab pertanyaan mengenai ciri-ciri tumbuhan

yang disebutkan guru.

(2). Elaborasi

(a). Siswa mengamati gambar tumbuhan yang telah ditempel di

sepan kelas.

(b). Siswa dibantu oleh guru mengidentifikasikan ciri-ciri

tumbuhan berdasarkan gambar yang dipertunjukkan.

Gambar 16. Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan

Model Pembelajaran Picture and Picture

(c). Siswa mencatat citi-ciri tumbuhan di buku tugas masing-

masing.

untuk menyerap air

untuk mengokohkan

tanaman

untuk melakukan

fotosintesis

sebagai alat

perkembangbiakan

tempat menyimpan

cadangan makanan

Page 115: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

(2). Konfirmasi

(a). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi.

(b). Siswa mengerjakan tes evaluasi yaitu menulis cerita pendek

mebgenai tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya.

(c). Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaan siswa.

c). Kegiatan Penutup

(1). Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.

(2). Guru memberikan penguatan berupa hadiah kepada siswa atas hasil

pekerjaannya.

(3). Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang

akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

c. Pengamatan atau Observasi

Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung serta aktivitas guru dalam mengajar

dengan model pembelajaran picture and picture. Adapun data hasil observasi

menunjukkan bahwa siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa

sudah memiliki motivasi dan keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan

pendapatnya.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran

menulis cerita pendek berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa

dan aktivitas guru dengan rincian sebagai berikut:

1). Pertemuan Pertama

(a). Observasi Aktivitas Guru (dapat dilihat pada lampiran 15).

(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam

kriteria sangat baik.

(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik.

(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik.

(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan

rencana kegiatan dalam kriteria baik.

(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria

Page 116: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

sangat baik.

(5). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki

belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.

(6). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)

yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.

(7). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and

picture dalam kriteria sangat baik.

(8). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam

kriteria baik.

(9). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

dalam kriteria sangat baik.

(10). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa dalam kriteria baik.

(11). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau

kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam

kriteria sangat baik.

Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 3,18

(baik). Sedangkan untuk lembar penilaian, pedoman dan hasil

penilaian dapat dilihat di lampiran 13, 14 dan 15.

b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).

(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi

yang diberikan oleh guru sebanyak 26 siswa.

(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 24 siswa.

(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 20

siswa.

(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh

guru sebanyak 32 siswa.

(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan

oleh guru sebanyak 30 siswa.

(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru

sebanyak 27 siswa.

Page 117: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus II pertemuan 1 yaitu 26

siswa (baik). Lembar penilaian dan hasil penilaian untuk observasi

siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.

2). Pertemuan kedua

(a). Observasi aktivitas guru (dapat dilihat pada lampiran 15).

(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam

kriteria sangat baik.

(2). Memeriksa kesiapan siswa dalam kriteria baik.

(3). Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik.

(4). Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan

rencana kegiatan dalam kriteria sangat baik.

(5). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria

sangat baik.

(6). Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki

belajar dan karakteristik siswa dalam kriteria sangat baik.

(7). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)

yang akan dicapai dan karakteristik siswa dalam kriteria baik.

(8). Melibatkan siswa dalam model pembelajaran picture and

picture dalam kriteria sangat sangat baik.

(9). Menumbuhan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dalam

kriteria baik.

(10). Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

dalam kriteria sangat baik.

(11). Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa dalam kriteria baik.

(12). Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau

kegiatan, atau tugas sebagai remidi atau pengayaan dalam

kriteria sangat baik.

Skor rata-rata aktivitas guru dalam siklus I pertemuan 1 adalah 3,6

(baik). Sedangkan untuk lembar penilaian, pedoman dan hasil

penilaian dapat dilihat di lampiran 13, 14, dan 15.

Page 118: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

(b). Observasi aktivitas siswa (dapat dilihat pada lampiran 17).

(1). Siswa tertarik memberikan respon positif terhadap apersepsi

yang diberikan oleh guru sebanyak 28 siswa.

(2). Siswa berani bertanya pada guru sebanyak 26 siswa.

(3). Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 24

siswa.

(4). Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh

guru sebanyak 32 siswa.

(5). Siswa ikut aktif dalam model pembelajaran yang diterapkan

oleh guru sebanyak 30 siswa.

(6). Siswa mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru

sebanyak 29 siswa.

Skor rata-rata siswa yang aktif pada sikus II pertemuan 1 yaitu 28

siswa (baik). Lembar penilaian dan hasil penilaian untuk observasi

siswa dapat dilihat di lampiran 16 dan 17.

c. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan tes evaluasi yang dilakukan dalam

pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan

hasil tes pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata

kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja siklus II yaitu dari aspek psikomotor siswa yang dinyatakan

tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%, dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan

tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%, dan nilai keterampilan menulis cerita

pendek siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 75%. Adapun

data yang diperoleh adalah:

1). Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Pada Pertemuan

Pertama Siklus II

a). Hasil nilai psikomotor

Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) cara memegang

pensil; (3) bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian,

Page 119: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

pedoman dan hasil penilaian aspek psikomotor ini dapat dilihat di

lampiran 4, 5 dan 6. Adapun hasil yang diperoleh adalah:

Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM No Urut Nilai KKM

1 55 TT 14 65 T 27 65 T

2 80 T 15 50 TT 28 60 T

3 60 T 16 65 T 29 60 T

4 50 TT 17 55 TT 30 60 T

5 60 T 18 65 T 31 60 T

6 55 TT 19 60 T 32 60 T

7 80 T 20 70 T 33 65 T

8 55 TT 21 60 T 34 65 T

9 55 TT 22 50 TT 35 55 TT

10 60 T 23 50 TT 36 75 T

11 75 T 24 75 T 37 65 T

12 75 T 25 65 T 38 60 T

13 65 T 26 75 T 39 75 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 65.1

Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100= 74%

Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran menulis

cerita pendek pada siklus II pertemuan 1 tabel 15 dapat diperjelas

dengan tabel 16:

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menuls

Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 1

No Interval Frekuensi Prosentase (%)

1 45 - 50 4 10

2 51 - 56 6 15

3 57 - 62 9 23

4 63 - 68 11 29

5 69 - 74 3 8

6 75 - 80 6 15

Nilai Rata-rata kelas= 65.1

Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100% =74%

Page 120: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Dari tabel 16 dapat disajikan dengan gambar 17:

Gambar 17. Grafik Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis Cerita

Pendek Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan gambar 17, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis

cerita pendek siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar

65.1.dan ketuntasan klasikal sebesar 74%. Adapun rincian ketuntasan

klasikal hasil nilai psikomotor siswa yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 4 siswa atau 10%.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 6 siswa atau 15%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 9 siswa atau 22%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 11 siswa atau 30%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 3 siswa atau 8%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 6 siswa atau 15%.

b). Hasil nilai kognitif

Aspek yang diukur meliputi: 1) pemilihan kata; 2) isi cerita; 3)

kebahasaan; 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan

hasil penilaian pada aspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8

dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah:

Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus II Pertemuan 1

0

4

6

9

11

3

6

0

2

4

6

8

10

12

0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 121: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 55 TT 14 75 T 27 75 T

2 80 T 15 50 TT 28 70 T

3 70 T 16 75 T 29 60 T

4 60 T 17 75 T 30 70 T

5 50 TT 18 75 T 31 70 T

6 55 TT 19 60 T 32 60 T

7 80 T 20 80 T 33 75 T

8 75 T 21 60 T 34 65 T

9 55 TT 22 60 T 35 55 TT

10 60 T 23 50 TT 36 75 T

11 75 T 24 75 T 37 55 TT

12 75 T 25 75 T 38 70 T

13 75 T 26 75 T 39 75 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 67.3

Ketuntasan Klasikal = 31:39 x 100= 79%

Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siklus II pertemuan 1

pada tabel 17 dapat diperjelas dengan tabel 18:

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siklus II Pertemuan 1

Dari tabel 18 dapat disajikan dengan grafik 17:

No Interval Frekuensi Prosentase (%)

1 45-50 3 10

2 51-56 5 15

3 57-62 7 23

4 63-68 1 3

5 69-74 5 13

6 75-80 18 46

Nilai Rata-Rata Kelas = 67.3

Ketuntasan Klasikal = 28:39 x 100= 79%

Page 122: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Gambar 18. Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek Kelas II

Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan gambar 18, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek

siswa kelas II pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas

sebesar 67,3 dan ketuntasan klasikal sebesar 79%. Adapun rincian

ketuntasan klasikal nilai kognitif siswa yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 3 siswa atau 10%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 5 siswa atau 15%.

Siswa yang memperoleh nilai 58 -- 68 sebanyak 7 iswa atau 23%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 5 siswa atau 13%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 18 siswa atau 46%.

2). Hasil Nilai Pada Pertemuan Kedua Siklus II

a). Aspek psikomotor

Aspek yang dinilai meliputi: (1) sikap duduk; (2) memegang pensil;

bentuk huruf; dan (4) kerapian tulisan. Lembar penilaian, pedoman

dan hasil penilaian aspek ini dapat dilihat di lampiran 4, 5 dan 6.

Adapun hasil yang diperoleh adalah:

0 35

7

15

18

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0 45-50 51-56 57-62 63-68 69-74 75-80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 123: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 55 TT 14 70 T 27 75 T

2 80 T 15 50 TT 28 70 T

3 60 T 16 75 T 29 60 T

4 60 T 17 60 T 30 70 T

5 55 TT 18 75 T 31 70 T

6 55 TT 19 60 T 32 60 T

7 80 T 20 80 T 33 60 T

8 60 T 21 65 T 34 65 T

9 50 TT 22 60 T 35 50 TT

10 60 T 23 50 TT 36 75 T

11 75 T 24 75 T 37 50 TT

12 75 T 25 75 T 38 70 T

13 75 T 26 75 T 39 75 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 65.6

Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100= 79%

Hasil rekapitulasi nilai psikomotor siswa dalam pembelajaran menulis

cerita pendek siklus II pertemuan 2 pada table 19 dapat diperjelas

dengan tabel 20:

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2

No Interval Frekuensi Prosentase (%)

1 45 – 50 3 8

2 51 – 56 5 13

3 57 – 62 7 18

4 63 – 68 1 3

5 69 – 74 5 13

6 75 – 80 18 45

Nilai Rata-Rata Kelas = 65.6

Ketuntasan Klasikal = 31:39 x 100= 79%

Page 124: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Dari tabel 20 dapat disajikan dengan gambar 20:

Gambar 20. Grafik Nilai Psikomotor Siswa Selama Dalam Menulis

Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2

Berdasarkan gambar 20, hasil nilai psikomotor siswa dalam menulis

cerita pendek siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar

65,6 dan ketuntasan klasikal sebesar 79%. Adapun rincian ketuntasan

klasikal nilai psikomotor siswa dalam menulis cerita pendek yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 5 siswa atau 13%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 7 siswa atau 18%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 5 siswa atau 13%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 18 siswa atau 45%.

b).Hasil nilai kognitif

Aspek yang dinilai meliputi: 1) pemilihan kata, 2) isi cerita, 3)

kebahasaan, 4) pengorganisasian. Lembar penilaian, pedoman dan

hasil penilaian untuk Paspek kognitif dapat dilihat pada lampiran 7, 8

dan 9. Adapun hasil yang diperoleh adalah:

0 35

7

1

5

18

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0 45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68 69 - 74 75 - 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 125: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

No

Urut Nilai KKM

1 55 TT 14 50 TT 27 65 T

2 80 T 15 50 TT 28 80 T

3 70 T 16 65 T 29 80 T

4 50 TT 17 70 T 30 60 T

5 55 TT 18 65 T 31 80 T

6 55 TT 19 60 T 32 80 T

7 80 T 20 70 T 33 80 T

8 70 T 21 75 T 34 65 T

9 60 T 22 70 T 35 60 T

10 80 T 23 70 T 36 75 T

11 75 T 24 75 T 37 70 T

12 75 T 25 65 T 38 80 T

13 65 T 26 75 T 39 75 T

Nilai Rata-Rata Kelas = 68.7

Ketuntasan Klasikal = 33:39 x 100= 85%

Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai kognitif siswa menulis cerita

pendek siklus II pertemuan 2 pada tabel 21 dapat diperjelas dengan

tabel 22:

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita

Pendek Siklus II Pertemuan 2

No Interval Frekuensi Prosentase (%)

1 45 - 50 3 8

2 51 - 56 3 8

3 57 - 62 4 10

4 63 - 68 6 15

5 69 - 74 7 18

6 75 - 80 16 41

Nilai Rata-rata kelas= 68.7

Ketuntasan Klasikal = 29:39 x 100% =85%

Dari tabel 22 dapat disajikan dengan gambar 21:

Page 126: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Gambar 21. Grafik Nilai Kognitif Kemampuan Siswa Menulis Cerita Pendek

Siklus II Pertemuan 2

Berdasarkan gambar 19, nilai kognitif siswa menulis cerita pendek

kelas II siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 68.7

dan ketuntasan klasikal sebesar 85%. Adapun rinciannya ketuntasan

klasikal nilai kognitif siswa yaitu:

Siswa yang memperoleh nilai 45 – 50 sebanyak 3 siswa atau 8%.

Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 3 siswa atau 8%.

Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 4 siswa atau 10%.

Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 6 siswa atau 15%.

Siswa yang memperoleh nilai 69 – 74 sebanyak 7 siswa atau 18%.

Siswa yang memperoleh nilai 75 – 80 sebanyak 16 siswa atau 41%.

Berdasarkan data nilai yang telah diperoleh pada masing masing

aspek (psikomotor dan kognitif), maka dapat dilihat perbandingan

ketuntasan nilai pada keterampilan menulis cerita pendek pada siklus II,

baik pertemuan 1 maupun pertemuan 2. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 23:

0 3 3 46 7

16

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 74 75 - 80

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Page 127: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Tabel 23. Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek

Siswa Kelas II Siklus II

No Aspek Banyaknya siswa yang tuntas

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-Rata Prosentase(%)

1 Psikomotor 29 31 30 76

2 Kognitif 31 33 32 82

3 Nilai Keterampilan

Menulis 30 32 31 79

Dari tabel 23 dapat diperjelas dengan gambar 22:

Gambar 22. Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa

Kelas II Siklus II

Berdasarkan gambar 22 dan indikator kinerja halaman 62 dapat diuraikan sebagai

berikut:

1). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 30 siswa

atau 76% lebih tinggi dari target capaian yang telah ditentukan.

2). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 32 siswa atau

82% lebih dari tinggi target yang telah ditentukan.

29

31

30

31

33

32

30

32

31

27

28

29

30

31

32

33

34

Psikomotor Kognitif Nilai Keterampilan

Menulis

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Rata-Rata

Page 128: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

3). Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis (cerita pendek)

sebanyak 31 siswa atau 79 lebih tinggi dari target yang telah ditentukan.

Perbandingan prosentase ketuntasan pembelajaran menulis cerita pendek

pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 yaitu:

Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan Menulis

Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

No

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

1

41

59 79

Dari tabel 24 dapat diperjelas dengan gambar 23:

Gambar 23.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Nilai Keterampilan

Menulis Cerita Pendek Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh perbandingan prosentase

ketuntasan dalam pembelajaran menulis cerita pendek yaitu pada pra siklus

sebesar 41 %, siklus 2 sebesar 59% dan siklus 2 sebesar 79%, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia menulis cerita pendek dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture pada siklus II sudah

berhasil karena sudah mencapai target pencapaian atau sesuai dengan indikator

41

59

79

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

P

r

o

s

e

n

t

a

s

e

Page 129: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

kinerja yang telah ditentukan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture

and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas

II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan

nilai rata-rata kelas keterampilan menulis cerita pendek siswa dan prosentase

ketuntasan belajar Bahasa Indonesia menulisceritapendek siswa siswa kelas II SD

Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan

setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari 2

pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 25. Rata-Rata Nilai Kelas Keterampilan Menulis dan Prosentase

Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan perhitungan nilai keterampilan rata-rata kelas pada table 25

siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal

ini merefleksikan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) Kelas II

dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

keterampilan menulis siswa.

Adapun peningkatan nilai keterampilan menulis cerita siswa dan

ketuntasan belajar Bahasa Indonesia (menulis) dengan model pembelajaran

picture and picture pada pra sklus, siklus I da siklus II dapat digambarkan dalam

bentuk gambar 24:

Kriteria

Ketuntasan

Minimal

(KKM)

Nilai Rata-Rata Keterampilan

Menulis Siswa Prosentase (%)

Pra

Siklus Siklus I Siklus II

Pra

Siklus Siklus I Siklus II

60 57 59.7 66.1 41 59 79

Page 130: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Gambar 24. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan dan

Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Setiap Siklus

Dari gambar 24, terlihat bahwa nilai rata-rata keterampilan siswa dalam

pembelajatan menulis cerita pendek pada kondisi awal hanya 57 yang kemudian

meningkat pada siklus I menjadi 59,7 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi

66,1. Sedangkan dari segi ketuntasan pembelajaran menulis cerita pendek pada

kondisi awal ketuntasan keterampilan menulis sebesar 41% kemudian pada siklus

I ketuntasan keterampilan menulis meningkat sebesar 59%, dan pada siklus II

ketuntasan keterampilan menulis meningkat lagi sebesar 79%.

Tabel 26 : Peningkatan Aktivitas Siswa dan Guru pada dalam

ProsesPembelajaran Pada Siklus I, dan Siklus II

No Jenis Aktivitas

Siklus 1 Siklus 2

Pertemuan

1

Pertemuan

2

Pertemuan

1

Pertemuan

2

1 Guru 2.3

(kurang)

3.18

(baik)

3.5

(baik)

3.6

(baik)

2 Siswa 16

(kurang)

21

(baik)

26

(baik)

28

(baik)

Berdasarkan tabel 26 dapat direfleksikan bahwa proses pembelajaran

Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek) yang dilaksanakan oleh guru dapat

dinyatakan berhasil karena terjadi peningkatan aktivitas siswa dan aktivitas guru

pada setiap siklusnya. Aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dengan skor rata-

57,4 59,766,1

41

59

79

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II

Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Siswa

Prosentase (%)

Page 131: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

rata 2,3 (termasuk dalam kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat

menjadi 3,18 (termasuk kategori baik. Pada siklus II, pertemuan pertama skor

rata-ratanya meningkat menjadi 3,5 (termasuk kategori baik), kemudian

meningkat lagi menjadi 3,6 (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.

Aktivitas siswa pada siklus I, pertemuan pertama rata-rata siswa yaitu 16

siswa (termasuk kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 21

siswa (termasuk kategori baik). Pada siklus II, pertemuan pertama skor rata-

ratanya meningkat menjadi 26 siswa (termasuk kategori baik), kemudian

meningkat lagi menjadi 28 siwa (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.

Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-

beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I yakni Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya: (1) siswa belum maksimal dalam pemanfaatan

model pembelajaran picture and picture dalam membuat cerita pendek, yakni

siswa kurang lancar dalam menyampaikan ide gagasan berkaitan dengan gambar

(2) gambar yang dipertunjukkan siswa kurang besar, sehingga siswa yang duduk

di bangku belakang tidak dapat melihat dengan jelas, selain itu warna yang dipilih

untuk gambar kurang menarik (buram/ kurang tegas). Beberapa hal tersebut

membuat anak menjadi bosan dan motivasi siswa tidak muncul, maka dari itu

pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) perlu dilanjutkan ke siklus II dengan

berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Upaya untuk mengatasi hambatan yang

ada pada siklus I yang akan disempurnakan pada siklus II yakni: (1) siswa

dibiasakan untuk terlibat dalam model pembelajaran picture and picture agar

siswa juga terbiasa untuk menyampaikan gagasan atau ide dengan melihat gambar

yang ditempelkan di depan. Dengan begitu siswa akan mudah dalam membuat

cerita karena siswa sudah mendapatkan ide atau gambaran yakni menjabarkan

gambar yang ditempel di depan kelas, (2) gambar yang dipertunjukkan diubah

menjadi ukuran yang lebih besar dari sebelumnya agar siswa yang duduk di

deretan bangku belakang dapat melihat gambar dengan lebih jelas serta warna

pada gambar dibuat se-menarik mungkin. Pembelajaran pada siklus II sudah

berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.

Page 132: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat

lampiran 18 dan 19) nilai keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis

sebelum menggunakan model pembelajaran picture and picture sudah cukup baik,

tetapi siswa yang tuntas hanya 41 %. Hal itu dikarenakan guru belum

menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam matapelajaran Bahasa

Indonesia khususnya menulis cerita pendek sehingga siswa kurang maksimal

dalam mengikuti pelajaran maupun dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru. Sedangkan hasil wawancara setelah menggunakan model pembelajaran

picture and picture yaitu penggunaan model pebelajarn picture and picture dalam

pebelajaran menulis cerita pendek terbukti dapat meningkatkan hasil belajar

keterampilan menulis siswa, selain itu ketuntasan nilai keterampilan siswa juga

meningkat.

Hal itu dikarenakan penggunaaan model pebelajaran picture and picture

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa dan membuat pembelajaran menulis menjadi bermakna dan

menyenangkan, selain itu juga banyak manfaat yang didapatkan dari model

pembelajaran picture and picture yaitu antara lain: (1) memudahkan siswa untuk

memahami yang dimaksudkan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran.

Melalui media gambar siswa lebih mudah menyerap materi. Karena dengan model

pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati gambar;

(2) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Dengan menerapkan

model pembelajaran picture and picture, maka guru akan lebih mengetahui

kemampuan masing-masing siswa. Hal ini dikarenakan siswa secara bergilir

ditunjuk oleh guru untuk maju mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.

Jika siswa mengalami kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan

bahwa siswa di dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa

tersebut perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang

diberikan oleh guru; (3) kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan.

Artinya, dengan penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa

akan menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena di

dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu

Page 133: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

memasangkan gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba

untuk menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktifan siswa akan

meningkat; (4) siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar

yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis

maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur

(berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan gambar

untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa diminta

guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar urut berdasarkan

pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari pengurutan gambar

tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir logis dan sistematis melalui

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru; (5) Siswa lebih konsentrasi serta

mengasyikkan atas tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran

siswa akan lebih konsentrasi pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai

karena asik mengamati gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam

memahami materi pembelajaran.

Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model pebelajaran picture

and picture maka kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa

Indonesia yaitu menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajarn

picture and picture menjadi tidak berarti.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk

meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar yaitu dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.

Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat

menjadikan pembelajaran menulis menjadi bermakna sehingga keterampilan

siswa dalam menulis khusunya cerita pendek meningkat. Jadi penggunaan model

pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita

pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar.

Page 134: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua

siklus penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan

keterampian menulis cerita pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten

Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal

sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata keterampilan menulis siswa 57,4

dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 41%, siklus I nilai rata-rata

keterampilan menulis siswa 59,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar

57% dan siklus II nilai rata-rata keterampilan menulis siswa 66,1 dengan

presentase ketuntasan klasikal sebesar 79 %. Penerapan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat dilaksanakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis) di kelas II

sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa khusunya menulis

cerita pendek.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia (menulis) kelas II. Model yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model siklus, dimana model siklus yang digunakan terdiri dari dua siklus.

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 s.d. 20 Februari 2011 dan siklus II

dilaksanakan pada tanggal 26 Februari s.d. 1 Maret 2011. Dalam setiap

pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang,

sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan

dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap

siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis

perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus.

Page 135: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan model

pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita

pendek siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Sehubungan dengan

penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan

keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II, hal itu dapat ditinjau dari

hal-hal berikut.

Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model

pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dalam

pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keteramplan menulis

cerita pendek siswa kelas II karena penggunaan model pembelajaran picture

and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek)

memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan

siswa, proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, siswa dapat

berfikir logis dan sistematis, dan siswa menjadi lebih berani dalam

menyampaikan ide atau gagasannya di kelas.

Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa juga

sangat penting. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik

sehingga siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian,

dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran.

Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan latihan-latihan,

memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan

memberikan penghargaan terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Pentingnya penggunaan model pembelajaran picture

and picture dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek)

terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain

Page 136: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

itu penggunaan model pembelajaran picture and picture juga mampu

meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

Presentase nilai keterampilan siswa setelah menggunakan model

pembelajaran picture and picture meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya

peningkatan nilai rata-rata tiap siklus pada aspek psikomotor dan aspek

kognitif siswa. Dengan adanya peningkatan ini kondisi kelas menjadi lebih

kondusif dan pada akhirnya keterampilan menulis siswa pada matapelajaran

Bahasa Indonesia kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar meningkat.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan

model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SD

Negeri 01 Jaten Karanganyar.

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah

dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan

dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada

umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi

dalam pembelajaran Bahasa Indoneisa (menulis cerita pendek) melalui

penggunaan model pembelajaran picture and picture harus di atasi semaksimal

mungkin. Oleh karena itu kedua aspek (psikomotor dan kognitif) harus

diperhatikan sehingga mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya

Bahasa Indonesia (menulis cerita pendek).

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada

beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan model

pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai

dengan harapan.

Page 137: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

2. Bagi Guru

a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan

merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa

menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan

bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi

untuk mengikuti proses pembelajaran.

b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan model

pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan terhadap

siswa untuk lebih memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu,

serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi.

c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Pemanfaatan model pembelajaran picture and

picture dengan menngunakan media gambar dapat melatih siswa untuk

berpikir logis, kritis dan sistematis, serta siswa akan lebih berani dalam

mengeluarkan pendapat di depan umum.

3. Bagi Siswa

Siswa harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi

belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses

pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas diri.

Mengingat penilaian hasil belajar meliputi aspek psikomotor dan aspek

kognitif.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya

lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan

dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran picture and

picture guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu

alternatif dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa yang belum

tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.