eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

27
eningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan Penerapan Media Audio-Visual pada Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011 oleh: Mursinin, S. Pd Tenaga Pendidik MTs. Ittihaad Al-Umam Egok 2. LATAR BELAKANG Keterampilan menulis yang lebih dikenal dengan istilah mengarang merupakan satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada peserta didik yang belajar bahasa, salah satunya menulis cerpen. Pemebelajaran menulis merupakan bagian integral dari pembelajaran keterampilan berbahasa yang dalam prakteknya diharapkan dapat dipadukan dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Sebagai keterampilan produktif, menulis menghendakipeserta didik untuk mampu menggali, menemukan, dan mengungkapkan gagasan, perasaan, pengalaman serta penggunaan bahasa yang tepat. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat menunjukkan kemampuan tersebut. Dalam menulis, peserta didik merasakan kurangnya keyakinan, minat, dan latihan yang memadai untuk menulis. Mengingat pentingnya menulis bagi peserta didik, tenaga pendidik semestinya bisa membangkitkan kegairahan peserta didik untuk menulis serta menjadikan menulis itu sebagai pekerjaan yang alami dan menyenangkan. Keadaan yang ditemukan di MTs. Ittihaad Al- Umam Egok Suka Makmur Gerung, yaitu peserta didik kesulitan untuk menguraikan atau menuangkan ide, gagasan, maupun pikiran ke dalam bentuk karangan seperti menulis cerpen. Faktor yang menimbulkan munculnya masalah ini antara lain, peserta didik kurang bersemangat dalam menggunakan nalarnya karena kurang latihan menulis khususnya cerpen. Sehingga, peserta didik tidak terbiasa dalam menulis. Suatu karangan pada dasarnya merupakan komunikasi antara pengarang dan pembaca. Pengarang menerjemahkan maksud, pikiran, gagasan, maupun imajinasinya ke dalam bentuk tulisan yang dinamakan karangan. Pada gilirannya, pembaca menafsirkan makna yang bersifat dalam tulisan tersebut. Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti dengan permasalahan di atas yaitu dengan memilih dan menggunakan media pembelajaran media audio-visual yang dapat membantu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII pada kompetensi dasar menulis cerpen berdasarkan film yang diputarkan peserta didik harus mendapatkan nilai 65. Penerapan media audio-visual ditujukan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, sehingga diharapkan peserta didik mampu mengembangkan daya nalarnya. 3. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan penerapan media audio-visual pada peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011? 4. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan menerapkan media audio-visual pada

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 01-Jul-2015

643 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

eningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan

Penerapan Media Audio-Visual pada Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap di MTs.

Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011

oleh: Mursinin, S. Pd

Tenaga Pendidik MTs. Ittihaad Al-Umam Egok

2. LATAR BELAKANG Keterampilan menulis yang lebih dikenal dengan istilah mengarang merupakan satu

dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada peserta didik yang belajar

bahasa, salah satunya menulis cerpen. Pemebelajaran menulis merupakan bagian integral dari

pembelajaran keterampilan berbahasa yang dalam prakteknya diharapkan dapat dipadukan

dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain.

Sebagai keterampilan produktif, menulis menghendakipeserta didik untuk mampu

menggali, menemukan, dan mengungkapkan gagasan, perasaan, pengalaman serta

penggunaan bahasa yang tepat. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat

menunjukkan kemampuan tersebut. Dalam menulis, peserta didik merasakan kurangnya

keyakinan, minat, dan latihan yang memadai untuk menulis.

Mengingat pentingnya menulis bagi peserta didik, tenaga pendidik semestinya bisa

membangkitkan kegairahan peserta didik untuk menulis serta menjadikan menulis itu sebagai

pekerjaan yang alami dan menyenangkan. Keadaan yang ditemukan di MTs. Ittihaad Al-

Umam Egok Suka Makmur Gerung, yaitu peserta didik kesulitan untuk menguraikan atau

menuangkan ide, gagasan, maupun pikiran ke dalam bentuk karangan seperti menulis

cerpen.

Faktor yang menimbulkan munculnya masalah ini antara lain, peserta didik kurang

bersemangat dalam menggunakan nalarnya karena kurang latihan menulis khususnya cerpen.

Sehingga, peserta didik tidak terbiasa dalam menulis. Suatu karangan pada dasarnya

merupakan komunikasi antara pengarang dan pembaca. Pengarang menerjemahkan maksud,

pikiran, gagasan, maupun imajinasinya ke dalam bentuk tulisan yang dinamakan karangan.

Pada gilirannya, pembaca menafsirkan makna yang bersifat dalam tulisan tersebut.

Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti dengan permasalahan di atas yaitu

dengan memilih dan menggunakan media pembelajaran media audio-visual yang dapat

membantu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Menurut Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII pada kompetensi dasar

menulis cerpen berdasarkan film yang diputarkan peserta didik harus mendapatkan nilai 65.

Penerapan media audio-visual ditujukan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran,

sehingga diharapkan peserta didik mampu mengembangkan daya nalarnya.

3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan penerapan

media audio-visual pada peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam

Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011?

4. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan menerapkan media audio-visual pada

Page 2: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur

Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011.

5. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

menulis cerita pendek (cerpen) dan dengan peningkatan kemampuan ini akan dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik tentang penulisan cerpen.

b. Bagi Tenaga Pendidik Dengan adanya penelitian ini, tenaga pendidik dapat mengetahui dan menerapkan

media audio-visual untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis cerita

pendek (cerpen) dan dapat meningkatkan kreatifitas tenaga pendidik dalam memberikan

materi dengan menguasai media pembelajaran.

c. Bagi Madrasah Penelitian ini bermanfaat bagi madrasah dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan media audio-visual pula dapat memberikan

kontribusi yang baik bagi madrasah yang bersangkutan dalam rangka terciptanya

pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.

Page 3: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

6. KAJIAN TEORI

A. Penegasan Judul

1. Peningkatan Menurut Wahyu & Silaban dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia (2006: 606),

peningkatan merupakan perbuatan, cara untuk meningkatkan usaha dan lain-lain. Jadi,

peningkatan di sini diartikan sebagai suatu perbuatan, usaha atau tindakan untuk

meningkatkan kualitas, dan efektifitas pembelajaran dengan menggunakan media audio-

visual.

2. Keterampilan Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan,

1994: 3). Menurut Sumardjo (2007: 75-78) menulis merupakan suatu proses melahirkan

tulisan yang berisi gagasan. Pada dasarnya terdapat lima tahap proses kreatif mnulis.

Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang

akan ditulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini

gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkannya matang-matang, dan

ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ketiga, tahap inspirasi. Tahap inilah

saat gagasan di bawah sadar sudah mendepak-depakkan kakinya ingin keluar, ingin

dilahirkan. Keempat, tahap penulisan. Dan kelima, adalah saat tahap revisi.

Jadi menulis di sini diartikan sebuah kegiatan dan keahlian untuk mengeluarkan

gagasan, pikiran, dan perasaan penulis sehingga maksud dan tujuan penulis mudah diserap

dan diikuti oleh pembaca.

3. Cerita Pendek Cerita pendek (cerpen) adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali

duduk”. Cerita pendek hanya memliki satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya

(Sumardjo, 2007: 202). Jadi cerita pendek di sini diterjemahkan sebagai salah satu jenis karya

sastra yang mempunyai alur singkat, tokoh sedikit, dan manfaatnya langsung dirasakan oleh

pembaca.

4. Penerapan Menurut Alwi (dalam Rehan, 2009: 180). Penerapan diartikan sebagai cara

perbuatan menerapkan sesuatu. Jadi, penerapan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses

menggunakan media audio-visual untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.

5. Media Audio-Visual Menurut Gintings (2008: 140). Kata media adalah jamak dari kata medium yang

berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Sedangkan media audio-

visual merupakan media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang

dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata manusia. Jadi media audio-visual adalah

suatu media pembelajaran yang melibatkan sebagian pancaindera seperti mata dan telinga.

B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti seperti keterampilan menulis dengan media

pembelajaran, khususnya menulis cerita pendek dengan menggunakan media audio dan

visual.

Penelitian dengan menggunakan media pembelajaran telah dilakukan antara lain oleh

Arianti (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Deskripsi

Tempat/Arah dengan Menggunakan Peta Lokasi pada Siswa Kelas II C SMPN 12 Mataram

Page 4: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

Tahun Pelajaran 2006/2007 ”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa yang

menyebabkan kesulitan peserta didik dalam menulis deskripsi tempat/arah yaitu peserta didik

kurang serius dalam mengikuti pelajaran karena metode yang digunakan guru tidak bervariasi

sehingga peserta didik malas untuk belajar.

Penelitian lain tentang menulis adalah penelitian yang dilakukan oleh

Suryaningsih (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Induktif

dan deduktif dengan Media Gambar Peserta Didik Kelas VII-7 SMPN 1 Gunungsari ”. Dalam

penelitian tersebut dijelaskan tentang cara meningkatkan kemampuan peserta didik menulis

paragraf induktif dan deduktif dengan memberikan latihan yaitu peserta didik mengamati

gambar kemudian menulis kata berdasarkan apa yang ada di gambar tersebut kemudian

merangkainya menjadi kalimat pendek setelah itu, disusun menjadi paragraf induktif dan

deduktif. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa menulis dengan media gambar

dapat meningkatkan kemampuan menulis peserta didik khususnya paragraf induktif dan

deduktif.

Febrina (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membuat Paragraf Eksposisi

dengan Media Kartu Kalimat pada Peserta Didik Kelas X-6 SMAN 1 Narmada Tahun

Pelajaran 2006/2007”, telah dibahas tentang cara meningkatkan kemampuan siswa menulis

paragraf eksposisi yaitu dengan mengembangkan kalimat yang terdapat dalam kartu kalimat.

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kartu kalimat

dinilai cukup efektif.

Ketiga penelitian di atas dan penelitian ini, dapat diungkap persamaan dan

perbedaannya. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini dapat dilihat dalam hal

penggunaan variabel harapan mengenai peningkatan hasil menulis peserta didik dan variabel

tindakan dengan penerapan atau penggunaan media. Sedangkan perbedaannya, ketiga

penelitian di atas dengan penelitian ini, peneliti di atas hanya meneliti dengan menggunakan

media visualnya saja, sedangkan di dalam penelitian ini akan memadukan antara media audio

dan visual yang diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dan kegairahan dalam proses

pembelajaran.

C. Landasan Teori

1. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperguanakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan,

1994: 3). Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi,

struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis,

tetapi harus melalui latihan, praktek yang banyak, teratur, dan penggunaan media yang

mampu menggairahkan penulis.

Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat

dibutuhkan. Sehubungan dengan hal ini, Morsey dalam Tarigan (1994: 14) mengatakan

bahwa “Menulis merupakan melaporkan atau memberitahukan, mempengaruhi maksud serta

tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun

pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasannya ini bergantung pada pikiran,

organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat”.

Aspek menulis mempunyai hubungan yang sangat erat, saling mendukung, dan

mengisi. Hubungan aspek menulis dengan aspek bahasa lainnya seperti seperti, Keterampilan

menyimak dengan berbicara, menyimak dengan menulis, berbicara dengan menulis dan

seterusnya. Tarigan (1994: 4) menjelaskan hubungan antara keterampilan menulis dengan

keterampilan lainnya, seperti;

Page 5: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

a. Hubungan Menulis dengan Membaca

Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita

menuliskan sesuatu, kita pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain; paling

sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Tugas penulis adalah mengatur atau

menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan

atau kesan pembaca.

Demikianlah, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara

penulis dan pembaca.

b. Hubungan Menulis dengan berbicara

Menulis dan berbicara mempunyai hubungan yang erat. Keduanya memiliki ciri

yang sama, yaitu produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah bahwa dalam menulis

diperlukan penglihatan dan gerak tangan, sedangkan dalam berbicara diperlukan pendengaran

dan pengucapan. Dengan kata lain menulis merupakan komunikasi tidak langsung, tidak tatap

muka, sedangkan berbicara merupakan komunikasi langsung dan komunikasi tatap muka

(Tarigan, 1994: 12).

c. Hubungan Menulis dengan Menyimak

Hubungan menyimak dengan menulis ialah kreatifitas seorang penulis banyak

dipengaruhi oleh kemampuan dalam menyimak suatu ujaran, karena pada hakikatnya

keterampilan menyimak dapat meningkatkan kreatifitas seorang penulis.

(http://makalah.com./2008/11/empat-keterampilan-berbahasa-.htm).

2. Batasan, Fungsi, dan Tujuan Menulis

Menulis merupakan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat

membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau kita memahami bahasa dan gambaran

grafik itu.

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak

langsung. Salah satu dari tugas penulis adalah menguasai prinsi-prinsip menulis dan berpikir,

yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting diantara

prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat

belajar menulis adalah belajar berpikir dalam atau dengan cara tertentu. (D’Angelo dalam

Tarigan, 1994: 23). Sedangkan tujuan menulis ialah memberi informasi atau keterangan atau

penerangan kepada para pembaca, memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang

kepada para pembaca, memecahkan masalah yang dihadapi pembaca, menjelaskan,

menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan

sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple dalam Tarigan,

1994:26).

3. Cerita Pendek a. Definisi Cerita Pendek

Untuk mendapatkan gambaran tentang definisi cerpen, berikut ini dikemukakan

pendapat-pendapat para pengarang atau sastrawan. Yang pertama, Richard Summer

mengatakan, suatu skets pribadi, sebuah catatan kejadian atau peristiwa, sebuah percakapan

atau catatan harian, bukanlah cerita pendek. Hal itu akan menjadi cerpen bila ada perubahan

dalam sikap menulis dan tujuan pengarangnya. Bila hal itu dijadikan vignette suatu cerita

tentang kejadian kecil dalam penghidupan, maka itu dapat digolongkan ke dalam cerpen.

Kedua, Brander Matheuw berpendapat, bukan cerpen jika tidak ada sesuatu yang diceritakan.

Dalam cerpen sesuatu senantiasa terjadi, dan harus ada perbuatan. Ketiga, Hanry S. Canby

Page 6: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

mengemukakan, kesan yang satu dan hidup itulah seharusnya hasil dari sebuah cerpen.

(http://makalah.com./2007/11/menulis cerpen-.htm).

Sedangkan menurut Suprihadi (27: 2009) cerita pendek adalah karya sastra yang

menceritakan salah satu peristiwa dari seluruh kehidupan yang luas tentang pelakunya. Maka

dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau

kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia.

b. Perbedaan Cerita Pendek dengan Novel

Perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama dapat dilihat dari segi formalitas

bentuk, segi panjang cerita. Sebuah cerita yang panjang, berjumlah ratusan halaman, jelas

tidak dapat disebut sebagai cerpen melainkan lebih tepat sebagai novel. Cerpen sesuai dengan

namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang

tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Edgar

Allan Poe (Jassin dalam Nurgiyantoro, 2009: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah

cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua

jam. Tetapi Suprihadi (2009: 27) dalam bukunya Trik Termudah Menguasai Bahasa dan

Sastra Indonesia membagi cerpen kedalam tiga bagian yaitu pertama: cerpen pendek yakni

cerpen yang panjangnya berkisar anatara 500-700 kata, kedua: cerpen sedang yakni cerpen

yang panjang berkisar antara 750-1000 kata, dan yang ketiga cerpen panjang yang panjang

ceritanya berjumlah 1000 kata atau lebih.

c. Ciri-ciri Cerita Pendek

Menurut Nurgiyantoro (2009:12-14) ciri-ciri cerpen bisa dilihat dalam pemakain

sebagian unsur intrinsiknya, seperti.

1) Tema

Karena ceritanya yang pendek, cerpen hanya berisi satu tema. Hal ini berkaitan

dengan keadaan atau pemakaian plot tunggal dan pelaku yang terbatas. Tema cerpen

menyangkut aspek dalam kehidupan manusia.

2) Alur atau Plot

Plot cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti

sampai cerita berakhir. Dengan kata lain alurnya sederhana tetapi mendalam.

3) Lattar atau setting

Pelukisan lattar cerita untuk cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus tentang

keadaan latar, misalnya yang menyakut keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya

memerlukan pelukisan secara garis besar saja, atau bahkan hanya secara implisit.

4) Penokohan

Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen terbatas, apalagi yang

berstatus tokoh utama. Baik yang menyangkut jumlah maupun data-data jati diri tokoh,

khususnya yang berkaitan dengan perwatakan, sehingga pembaca harus merekonstruksikan

sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh.

d. Unsur-unsur Cerita Pendek

Unsur-unsur pembangun sebuah cerpen yang kemudian secara bersama membentuk

sebuah totalitas itu, di samping unsur formal bahasa, masih banyak lagi macamnya. Namun

secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.

1. Unsur intrinsik cerita pendek Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-

unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang

Page 7: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah cerpen

adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang

dimaksud ialah tema, cerita, plot, tokoh, latar, sudut pandang, cerita, amanat dan bahasa.

a. Tema Mendefinisikan tema sebagaimana halnya dengan pendefisian bolpoin atau sastra yang

tak mudah. Masalah seperti ini yang sering kita jumpai terhadap persoalan tema, baik untuk

menjelaskan pengertian tema sebagai salah satu unsur karya sastra, maupun untuk

mendeskripsikan pernyataan tema yang dikandung dan ditawarkan oleh sebuah cerita

khususnya cerpen.

Tapi Menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2009: 64), tema adalah makna

yang terkandung di dalam cerita tersebut. Tema merupakan gagasan dasar umum yang

menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik

dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaannya.

Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan

dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita saja. Tema,

walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang disembunyikan, walau belum tentu

juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak secara

sengaja disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun,

tema merupakan makna keseluruhan yang didukung oleh cerita, dengan sendirinya ia akan

‘tersembunyi’ di balik cerita yang mendukungnya.

b. Cerita Aspek cerita (story) dalam sebuah karya sastra merupakan suatu

hal yang amat esensial. Ia memiliki peranan sentral. Dari awal hingga akhir karya itu yang

ditemui adalah cerita. Forster dalam Nurgiyantoro (2009: 90) bahwa cerita merupakan hal

yang fundamental dalam karya fiksi. Tanpa unsur cerita, eksistensi sebuah fiksi tak mungkin

berwujud.

c. Alur atau Plot Stanton dalam Nurgiyantoro (2009: 113) mengemukakan plot

adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang

lain.

Ada tiga jenis alur menurut Tim Penyusun Pustekkom (2007: 545) yaitu, pertama,

alur maju, merupakan bagian-bagian alur yang disajikan secara berurutan dari tahap

perkenalan, penampilan masalah, hingga tahap penyelesaian masalah. Kedua, alur mundur,

merupakan alur yang disusun dengan mendahulukan tahap penyelesaian disusul ke tahap-

tahap yang lain seperti peristiwa, konflik, atau perkenalan. Ketiga, alur campuran, merupakan

urutan penyajian peristiwa didahului dengan puncak ketegangan dilanjutkan dengan

perkenalan dan diakhiri dengan penyelesaian.

d. Penokohan Penokohan adalah penyajian watak atau karakter tokoh dan

penciptaan citra tokoh dalam cerita. (Tim Penyusun Pustekkom, 2007: 546). Jones dalam

Nurgiyantoro (2009: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang

seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam cerpen dapat

dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut penamaan itu

dilakukan.

Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dalam cerpen

maupun novel dapat saja dikatagorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligusnya

seperti di bawah ini.

1) Tokoh utama dan tokoh tambahan

Page 8: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerpen. Ia

merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

dikenai kejadian. (Nurgiyantoro, 2009: 177). Sedangkan tokoh tambahan adalah tokokh yang

jadi pelengkap dalam cerita. (Tim Penyusun Pustekkom, 2007: 547).

Page 9: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonist

dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya

secara popular disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-

nilai, yang ideal bagi kita.

Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan, harapan-

harapan pembaca. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh

antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis. (Altenbernd &

Lewis dalam Nurgiyantoro, 2009: 178).

3) Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke

dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh

yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja.

(Forster dalam Nurgiyantoro: 2009: 181).

e. Lattar atau setting Lattar atau setting adalah unsur yang menunjukkan di mana, bagaimana, kapan

peristiwa dalam cerita itu berlangsung. Lattar dibedakan menjadi tiga yang pertama lattar

tempat yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam cerpen. Kedua, lattar waktu,

yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan

dalam cerpen. Ketiga, lattar sosial yaitu yang berhubungan dengan hal perilaku kehidupan

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerpen.(Abrams dalam

Nurgiyantoro, 2009: 216).

f. Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang

sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang

menbentuk cerita dalam cerpen. Sudut pandang adalah posisi pengarang terhadap peristiwa-

peristiwa dalam cerita. Sudut pandang dibagi menjadi tiga yang pertama sudut pandang orang

pertama sentral yaitu apabila tokoh sentral adalah pengarang yang secara langsung terlibat

dalam cerita. Kedua sudut pandang orang pertama sebagai pembantu yaitu menampilkan

“aku” hanya jadi pembantu tokoh lain yang lebih penting. Ketiga sudut pandang orang ketiga

serba tahu adalah pengarang berada di luar cerita (jadi pengamat) yang bukan segalanya

bahkan berdilaog langsung dengan pembaca. Tim Penyusun Pustekkom (2007: 548).

g. Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca

melalui cerita yang dibuatnya. Tim Penyusun Pustekkom (2007: 548).

h. Bahasa Bahasa dalam cerpen fungsi utamanya adalah sebagai fungsi

komunikatif. (Nurgiyantoro, 1993: 1). Bahasa dalam cerpen merupakan media yang

digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalman batin dan memproyeksikan

kepribadiannya. (Tim Penyusun Pustekkom, tt: 38). Penggunaan gaya bahasa dalam cerita

pendek umumnya karya sastra sangatlah luas seperti bahasa sastra, stile, dan stilistika.

(Nurgiyantoro, 2009:22-23).

2. Unsur ekstrinsik cerita pendek Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi

secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur

Ekstrinsik yang dimaksud seperti nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, dan biografi

pengarang.

a. Nilai Moral

Page 10: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

Moral dalam cerita, menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (2009: 320), biasanya

dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang

bersifat praktis, yang dapat diambil lewat cerita ynag bersangkutan oleh pembaca. Moral

merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang

berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti kehidupan seperti sikap, tingkah laku, dan

sopan santun pergaulan.

b. Nilai sosial Nilai sosial dalam cerita berkaitan erat dengan tatalaku hubungan antara sesama

manusia atau kemasyarakat.

c. Nilai Budaya Nilai budaya pada cerpen berkaitan erat dengan pemikiran, kebiasaan, dan

hasil karya cipta manusia.

d. Biografi Pengarang Biografi pengarang ialah riwayat hidup, buku yang menulis atau

menggambarkan tentang riwayat hidup pengarang. (Wahyu & Silaban, 2006: 86).

3. Langkah-Langkah Menulis Cerita Pendek Hal pertama yang dilakukan dalam menulis cerpen adalah tentukan tema

cerpen, tulis ide dalam bentuk karangan atau kerangka cerpen. Perhatikan alur, tokoh dan

perwatakan, setting serta sudut pandangnya. Selanjutnya tulis cerpen dengan memperhatikan

diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, ejaan, tanda baca, dan penggunaan kalimat. (Juanda &

Rosdiyanto, 2006: 327).

Page 11: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

4. Media dalam Proses Pembelajaran a. Definisi Media Pembelajaran

Munadi (2010: 8-9).Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta

lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar

secara efisien dan efektif. Media ialah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau

materi ajar dari tenaga pendidik sebagai komunikator kepada peserta didik sebagai

komunikan dan sebaliknya (Gintings, 2007: 140). Menurut Wahyu & Silaban, media adalah

alat perantara untuk tujuan tertentu.

b. Fungsi Media Pembelajaran

1. Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar

Secara tekhnis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Fungsi media

pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya. Mudhoffir dalam Munadi

(2008: 37) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem

instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, tekhnik, dan lingkungan, yang mana hal

itu dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Pemahaman di atas sejalan dengan pernyataan Edgar Dale & Ahmad dalam Munadi,

2008: 37) bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat

luas, yakni seluas kehidupan yang mencakupsegala sesuatu yang dapat dialami, yang dapat

menimbulkan peristiwa belajar.

2. Fungsi Semantis

Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata

(simbol verba) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami peserta didik (Munadi,

2008: 30).

3. Fungsi Manipulatif

Berdasarkan karakteristik umum, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi

batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan

waktu, yaitu a) kemampuan mengatasi media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit

dihadirkan dalam bentuk aslinya. b) kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang

menyita waktu panjang menjadi singkat. c kemampuan media menghadirkan kembali objek

atau peristiwa yang telah terjadi.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi

manusia, yaitu a) membantu peserta didik dalam memahami objek yang sulit diamati karena

terlalu kecil. b) membantu peserta didik dalam memahami objek yang yang bergerak terlalu

lambat atau terlalu cepat. c) membantu peserta didik dalam memahami objek yang

membutuhkan kejelasan suaru. d) membantu peserta didik dalam memahami objek yang

terlalu kompleks (Munadi, 2008: 41-43).

4. Fungsi Psikologis

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi

ajar. Media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik

perhatian dan memfokuskan perhatian peserta didik. Ketika kita memperhatikan rangsangan

tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya disebut dengan perhatian selektif

(Rahkmat dalam Munadi, 2008: 43-44).

Fungsi afektif yakni fungsi yang menggugah perasaan, emosi, dan tingkat

penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin

jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat,

sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin

(Qahar, 2008: 44).

Page 12: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

Peserta didik yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan

menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik

objek itu berupa orang, benda, atau kejadian atau peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan

atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam

psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (Winkel dalam Munadi, 2008:

45).

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi peserta

didik. Imajinasi berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin dalam Munadi, 2008: 47)

adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi

ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang

atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan).

Tenaga pendidik dapat memotivasi peserta didiknya dengan cara membangkitkan

minat belajar dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Donal O. Hebb

(Rasyid, 2003: 93) menyebutkan cara pertama dengan arousal adalah suatu usaha guru untuk

membangkitkan intrinsic motive peserta didiknya sedangkan yang kedua expectancy adalah

suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan.

5. Fungsi Sosio-Kultural

Fungsi dilihat dari segi fungsi ini, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural

antarpeserta komunikasi pembelajaran. Masalah di dalam proses pembelajaran dapat diatasi

dengan media pembelajaran karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam

memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan

pesrsepsi yang sama (Munadi, 2008: 48).

c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Secara garis besar media pembelajaran dapat dibedakan ke dalam empat

kelompok yaitu, visual, audio, audio-visual, dan multimedia.

1. Media Visual

Media ini menampilkan materi pembelajaran dalam betuk sesuatu yang dapat

dilihat oleh mata manusia. Berdasarkan tekhnologinya alat media visual dibedakn menjadi

dua yang pertama media visual non-elektronik . Misalnya papan tulis, white board, flanel

board, flip chart, poster, dan model. Kedua media visual elektronik. Seperti slide projector,

opaque projector, dan overhead projector atao OHP (Gintings, 2007: 14).

2. Media Audio

Media ini menampilkan materi pembelajaran dlam bentuk sesuatu yang dapat

didengar oleh telinga manusia. Berdasarkan tekhnologinya alat media audio dibedakan

menjadi dua yaitu yang pertama, media audio non-elektronik misalnya, peralatan musik

akustik seperti gitar, gamelan, dan lainnya. Kedua, media audio elektronik seperti Amplifier,

radio, tape recorder, dan CD player. Gintings, 2007: 145).

3. Media Audio-Visual

Media ini menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat

didengar dan dilihat oleh mata manusia. Pada beberapa jenis peralatan audio-visual gambar

yang ditampilkan juga dapat bergerak. Contoh dari peralatan media audio-visual adalah; slide

projector, yang dipadukan dengan tape recorder, televise, film strip projector, video player,

dan DVD player, dan computer (Gintings, 2008: 146).

Keunggulan dari media ini adalah bahwa semakin banyaknya pancaindera yang

dilibatkan dalam proses komunikasi pembelajaran, maka semakin banyak materi

pembelajaran yang dapat diserap oleh peserta didik. Di samping itu, media audio visual dapat

menyajikan obyek dan peristiwa nyata di kelas untuk dijadikan bahan permasalahan atau

diskusi yang menarik. Gintings, (2008: 146), Kelemahan media ini ialah waktu yang

Page 13: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

digunakan terlalu banyak sehingga membutuhkan tambahan waktu di pertemuan berikutnya

dan membutuhkan konsentrasi penuh oleh peserta didik.

Di dalam penelitian ini ada tiga media yang digunakan seperti televise,

kaset film, dan DVD player. Hamalik dalam Munadi (2008: 134) televisi merupakan

perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi

gambar dan suara.

Page 14: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

4. Multimedia

Media ini menampilkan pembelajaran dengan tekhnik yang memadukan semua

keunggulan peralatan media audio dan visual dengan berbagai tekhnik penyajian yang

memanfaatkan tekhnologi computer dengan LCD projektor sebagai peralatan utamanya.

Dengan penggunaan multimedia, guru dapat langsung mengetik hasil diskusi dan

penampilkannya dalam waktu bersamaan di layar. Multimedia juga memungkinkan dilakukan

animasi, pemotongan sebagian dari gambar obyek untuk diperbesar dan dijadikan bahan

pembahasan (Gintings, 2008: 146-147).

d. Pemilihan Media yang tepat

Beberapa prinsip perlu diperhatikan agar media dapat dipergunakan secara maksimal,

efektif dan efisien. Rahardjo dalam (http://media.com/2010/9jenis-jenismedia) menyebutkan

beberapa prinsip dalam pemilihan media yang tepat, yaitu:

1. Adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media, untuk siapa, dipakai

dimana, keperluan apa dan lain sebagainya.

2. Familiaritas media, pengguna media harus mengenal sifat dan ciri- ciri media yang akan

dipilih.

3. Media pembanding, hal ini diperlukan untuk memberikan alternatif pertimbangan dalam

rangka mengambil keputusan yang tepat tentang media yang akan dipergunakan,

4. Adanya norma atau patokan yang akan dipakai dan dikenakan pada proses pemilihan.

Dengan mempertimbangkan beberapa prinsip di atas, maka diharapkan, media yang

dipilih akan bisa dipergunakan secara maksimal agar tercapainya tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

Page 15: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

7. METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Sasaran Tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan media audio-visual, yakni dengan

memutarkan film Laskar Pelangi kemudian peserta didik menulis kembali secara kronologis

alur film tersebut dalam bentuk cerita pendek. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di

MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung pada peserta didik kelas VIII semester

genap tahun pelajaran 2010/2011. Peserta didik berjumlah 35 orang dengan rincian 17 orang

laki-laki dan 18 orang perempuan.

B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh tenaga pendidik di kelasnya

sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil

belajar peserta didik meningkat. (Aqib, [et. al],2008: 3). Penelitian yang dilakukan adalah

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bahasa, khususnya dalam

menulis cerpen. Penelitian ini didukung oleh penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

menuntut penggunaaan angka, mulai dari pengumpulan data sampai dengan penampilan

hasil. (Arikunto, 20066: 12).

Page 16: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

C. Prosedur Penelitian Proses pelakasanaan tindakan dalam penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip PTK

menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Arikunto (2006: 97-99) yaitu prosedur penelitian

yang mempunyai empat tahapan yaitu,

1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan adalah tahapan yang menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap ini

peneliti melakukan hal-hal seperti menyiapkan media pembelajaran, menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menulis

cerpen berdasrkan film yang diputarkan, mengembangkan skenario pembelajaran dengan

menerapkan media audio-visual, membuat lembar observasi tenaga pendidik dan peserta

pendidik, dan lembar penilaian.

2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan adalah tahap implementasi atau penerapan isi rancangan di

dalam kancah penelitian di tindakan kelas. Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan yang

sesuai dengan RPP yang dibuat seperti di dalam kegiatan pembelajaran, melakukan apersepsi,

menjelaskan materi menulis cerpen, memutarkan film laskar pelangi, peserta didik menulis

gagasan dan ide yang didapatkan ketika menonton film tersebut dan dilanjutkan dengan

membuat kerangka cerpen, dan menulis cerpen sesuai dengan kerangka cerpen yang telah

dibuat.

3. Tahap Observasi Tahap observasi adalah pelaksanaan pengamatan oleh observer. Dalam tahap

ini peneliti melakukan observasi (kolaborasi) mengamati tenaga pendidik dan peserta didik

disaat pembelajaran dengan instrumen pengamatan pembelajaran tenaga pendidik dan peserta

didik.

4. Tahap Refleksi Tahap observasi adalah tahap kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah terjadi atau kekurangan dan kelebihan sebagai bahan perbaikan. Dalan tahap ini

peneliti dan observer melakukan analisis hasil observasi sebagai evaluasi dalam menentukan

keberhasilan tindakan.

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

a. Siklus I

1. Tahap Perencanaan Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1) merancang atau membuat lembar pedoman hasil observasi tenaga pendidik dan belajar

peserta didik yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengamati proses kegiatan

pembelajaran dan mengidentifikasi faktor penghambat yang dihadapi oleh peserta didik

dalam menulis cerpen.

2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran disusun dengan

memperhatikan hal-hal seperti menetapkan indikator pembelajaran menulis cerpen/memilih

dan menetapkan materi yang akan disajikan, menyediakan media pembelajaran yang akan

digunakan seperti TV, DVD player, dan CD film.

3) membuat penilaian pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media audio-visual

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat. Kegiatan yang dimaksud seperti, a)

Page 17: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

Tenaga pendidik memberi salam, memeriksa kehadiran, menyiapkan sumber belajar,

memotivasi peswerta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b) tenaga

pendidik menjelaskan materi menulis cerpen dengan penerapan media audio-visual, tenaga

pendidik menjelaskan cara kerja atau langkah kerja, memutarkan film laskar pelangi, peserta

didik mencatat gagasan atau ide untuk membuat kerangka cerpen, tenaga pendidik

menjelaskan cara menulis cerpen berdasarkan kerangka cerpen yang telah dibuat, dalam

kegiatan menulis cerpen, tenaga pendidik membimbing peserta didik, dan peserta didik

menyunting hasil menulis cerpen sebelum dikumpulkan. c) menyimpulkan hasil

pembelajaran dan melakukan refleksi di setiap pertemuan.

Page 18: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

3 Tahap Observasi Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pembelajaran berlangsung, dalam

pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan tenaga pendidik dan aktivitas peserta

didik. Jumlah observer dalam penelitian ini ialah 1 orang yaitu kepala madrasah MTs.

Ittihaad Al-Umam, Abdul Hapiz, S. S., M. Pd yang bertempat tinggal di kuripan utara,

Lombok Barat.

4. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap observasi tindakan kelas, maka

peneliti dan observer selanjutnya melakukan analisis hasil observasi dan menyimpulkan data

yang diperoleh serta melihat hubungan dengan rencana yang telah ditetapkan. Analisis dan

interpretasi hasil tindakan selanjutnya menjadi dasar untuk melakukan evaluasi dalam

menentukan keberhasilan atau pencapaian tujuan tindakan.

Kesimpulan hasil evaluasi menjadi acuan dalam mengambil keputusan tindakan,

apakah tindakan telah berhasil ataukah belum selesai sesuai dengan kriteria kemampuan

minimal (nilai individu 65) sehingga dilakukan perubahan atau revisi terhadap rencana dan

pelaksanaan agar tercapainya target pada siklus berikutnya.

Page 19: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

a. Siklus II

Untuk menyempurnakan pelaksanaan kegiatan pada siklus I maka, perlu

direncakanan siklus selanjutnya dengan mengacu pada hasil observasi dan evaluasi pada

siklus I. Adapun langkah kegiatan pada siklus II sama dengan langkah kegiatan pada siklus I,

yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada siklus II

peneliti harus benar-benar memperhatikan kesalahan ataupun kekurangan pada waktu

dilakukannya siklus I. Hal ini bertujuan agar pada kegiatan siklus II peneliti bisa

menyempurnakan siklus sebelumnya.

D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang diguanakan dalan peneliti adalah metode tes

sebagai metode utama yang terdiri dari tes awal (pre- test), tes akhir (pos-test) dan observasi.

Selanjutnya metode pengumpulan data ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Tes Awal

Sebelum proses pembelajaran dilakukan, peserta didik melakukan tes awal (pre-test).

Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik

memahami materi menulis cerpen, sebelum diterapkan media audio-visual berupa pemutaran

film Laskar Pelangi di kelas.

Page 20: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

2. Tes Akhir

Tes akhir dilaksanakan setelah proses pelaksanaan pembelajaran selesai dengan

menggunakan RPP. Tes adalah bentuk tindakan yang digunakan untuk mengukur

peningkatan hasil belajar, sikap, kemampuan atau bakat yang dimilki peserta didik. Tes akhir

ini digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan peserta didik dalam menulis

cerpen dengan penerapan media audio-visual.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan setiap kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan

dengan mengamati kinerja peserta didik dan kinerja pendidik yang diamati oleh observer.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan

data. Instrumen penelitian ini berfungsi dalam memudahkan pekerjaan dan hasilnya lebih

baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Latihan-latihan

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, tindakan yang dilakukan menggunakan

latihan. Latihan adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan hasil

yang diharapkan secara tertulis. Latihan yang digunakan adalah menulis cerpen dengan

menggunakan media audio-visual.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara praktis dapat disebut skenario

pembelajaran. Dengan demikian RPP merupakan pegangan bagi tenaga pendidik untuk

menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran. (Gintings,

2008: 224).

3. Pedoman Observasi

Yang dilakukan dengan observasi ini adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis terhadap gejala-gejala yang nampak pada peserta didik. Untuk kelancaran kegiatan

penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi sebagai arahan dan untuk memudahkan

pengumpulan data di lapangan. Observasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini

difokuskan pada kinerja peserta didik dan tanaga pendidik.

a. pedoman observasi kinerja tenaga pendidik

Pedoman observasi kinerja tenaga pendidik ini digunakan untuk mengetahui tindakan

atau aktivitas peneliti dalam proses pembelajaran ketika diterapkan media audi visual.

Lembar observasi aktivitas tenaga pendidik (peneliti) diisi oleh observer ketika proses

pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik dapat lebih aktif dalam merespon

pembelajaran.

b. pedoman observasi kinerja peserta didik

Pedoman observasi kinerja peserta didik digunkan untuk mendapatkan informasi

tentang aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian ini difokuskan pada

minar belajar, perhatian, dan partisipasi peserta didik dalam kegiatan menulis cerpen.

Page 21: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

F. Analisis Data

1. Data penelitian

Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Data hasil pembelajaran

diambil dengan latihan menulis cerpen pada peserta didik menggunakan media audio visual

dengan cara peserta didik menyimak film “Laskar Pelangi” kemudian peserta didik menulis

kembali dengan kalimat sendiri sesuai dengan film yang sudah ditonton; b) Data situasi

pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi; c) Data perkembangan

prestasi belajar siswa diambil dari hasil pembelajaran dan hasil observasi.

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yag sangat penting, terutama apabaila

diinginkan generalisasinya atau kesimpulan tentang masalah yang diteliti, sehingga nantinya

dapat dipertanggungjawabkan.

Page 22: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

a. Data hasil observasi

Data hasil obsevasi berupa data deskriptif, maka data tersebut diolah berdasarkan

refrensi yang ada serta disesuaikan dengan keadaan pembelajaran selanjutnya di lapangan.

Adapun kriteria penskoran pengisian lembar observasi pada siklus I dan siklus II adalah yaitu

Tinggi = 3, Sedang 2, dan Rendah= 1.

b. Data hasil belajar

Menurut Purwanto dalam Rehan 2004: 10, untuk menganalisis hasil belajar

digunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Ketuntasan Individu

T

K = x100%

Tt

Ketuntasan individu atau ketuntasan per peserta didik ditentukan dengan rumus:

Dimana: K = Persen ketuntasan belajar per peserta didik

T = Skor yang dicapai peserta didik

Tt = Jumlah skor maksimal

Sebagai standar ketuntasan belajar peserta didik dikatakan meningkat

apabila terdapat peningkatan rata-rata skor peserta didik yang tuntas (KKM = 65).

2. Ketuntasan Klasikal

Y

Page 23: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

KK = x 100%

Z

Sebagaimana dinyatakan oleh Purwanto dalam Rehan, 2004: 12.

Keterangan:

KK = Ketuntasan klasikal

Y = Jumlah peserta didik yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 65

Z = Jumlah peserta didik

Adapun kriteria ketuntasan secara klasikal yang diajukan dalam penelitian ini

adalah lebih besar atau sama dengan 80% dari jumlah peserta didik yang mencapai nilai lebih

besar atau sama dengan 65. Jika masih kurang dari kriteria yang ditentukan, maka diadakan

perbaikan pada siklus berikutnya.

3. Nilai rata-rata kelas

R= JN x 100%

JP

Keterangan:

R = nilai rata-rata kelas

JN= Jumlah nilai semua peserta didik

JP= Jumlah peserta didik

2. Teknik Analisis

Menurut Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi UNW Mataram, 2010: 26

Tekhnik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Peningkatan Prestasi Peserta Didik

a. peningkatan setelah siklus I= R siklus I- R tes awal

Page 24: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

b. peningkatan setelah siklus II= R siklus II – R siklus I

Total = peningkatan siklus I + peningkatan siklus II

= X1

= X1 X 100%

Rata-rata tes awal

= X2%

b. Peningkatan Kegiatan Pendidik

Setelah siklus II = jumlah skor siklus II – jumlah skor siklus I

= X1

= X1 X 100%

Jumlah skor siklus I

= X2%

Page 25: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

c. Peningkatan Kegiatan Peserta Didik

Setelah siklus II = jumlah skor siklus II – jumlah skor siklus I

= X1

= X1 X 100%

Jumlah skor siklus I

= X2%

Page 26: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

8. JADWAL KEGIATAN

No. Kegiatan

Bulan

April Mei Juni

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1

Tahap judul:

a. Pengajuan judul v v

b. Penetapan judul

v

2

Tahap proposal

a. Judul dan penetapan

proposal v v

b. konsultasi proposal

v v v

c. ACC proposal skripsi

v

3

Tahap penelitian

a. siklus I

v

b. siklus II

v v v

c. ACC skripsi

v

4

Tahap Ujian

a. pendaftaran Ujian

skripsi

v

b. ujian skripsi v

Page 27: Eningkatan keterampilan menulis cerita pendek

9. RENCANA BIAYA

No. Uraian Kegiatan Volume Harga satuan Jumlah harga

1

Biaya Proposal

a. kertas A4 700 Gram 1 Rim 60.000 60.000

b. pengetikan 50 lembar 250 12.000

c. penjilidan 1 buah 15.000 15.000

d. transportasi - - 150.000

e. buku referensi 7 buah 35.000 105.000

Jumlah 380.000

2

Biaya skripsi

a. kertas A4 700 Gram 1 Rim 60.000 60.000

b. pengetikan 60 lembar 250 13.000

c. penjilidan 1 buah 15.000 15.000

d. transportasi - - 200.000

e. buku referensi 7 buah 35.000 105.000

Jumlah 422.000

Total Keseluruhan Biaya proposal + biaya skripsi 802.000