peningkatan kemampuan membilang melalui …
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG MELALUI PERMAINAN
TRADISIONAL CONGKLAK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK
BUNDA YANI KOTA. MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian pada
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
FIRA YUNIAR
105451105716
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
MOTO DAN PERSEMBAHAN
‘’ Allah tidak membani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya’’
(QS.AL Baqarah : 286)
‘’ Barang siapa yang Tidak tahan dengan lelahnya Belajar maka dia akan
merasakan pahitnya kebodohan’’ ( imam Syafi’i )
‘’ Tetaplah Berusaha karena setiap usaha pasti membuahkan hasil” ( Fira
Yuniar)
PERSEMBAHAN
.
Karya Ini Saya Persembahkan Kepada :
1. Kedua Orang tuaku, Bapak Syahrir Hamjah dan ibu Jahari
Yang Senantiasa Memberi Semangat, Dukungan, dan
Memanjatkan Doa Sepanjang Waktu
2. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Makassar yang
telah banyak memberiku Kemampuan dalam belajar
ABSTRAK
Fira yuniar, 2020. Peningkatan Kemampuan Membilang Melalui permainan
Tradisional congklak pada kelompok 5-6 Tahun di Tk Bunda Yani, Skripsi Program
Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dosen pembimbing I Herman,
S.Pd., M.Pd. dan Nur Alim Amri, S.Pd., M.Pd.
Permainan ini disampaikan untuk meningkatkan kemampuan membilang
anak kelompok B di Tk Bunda Yani Makassar yang masih tergolong rendah. Teknik
yang digunakan saat pelajaran membilang masih menggunakan metode tanya
jawab. Dengan begitu anak-anak cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan
kegiatan membilang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya peningkatan
kemampuan membilang anak dan cara yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan membilang anak melalui permainan congklak. Oleh sebab itu,
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
membilang dengan mudah dan menyenangkan dan membuat anak-anak merasa
senang dengan kegiatan membilang yang dilakukan dengan aktivitas bermain.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus, setiap siklusnya terdiri
dari tiga pertemuan.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dan
dokumentasi. Penelitian ini melibatkan 15 anak. Dan hasil penelitian membuktikan
bahwa untuk meningkatkan kemampuan membilang anak.
Dengan adanya permainan congklak dapat dijadikan sebagai teknik
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membilang anak dengan cara yang
menyenangkan. Karena anak-anak tidak merasa belajar, akan tetapi merasa sedang
bermain. Untuk mengetahui hasil dari permainan congklak ini untuk meningkatkan
kemampuan membilang dapat dilihat dari hasil pengamatan di setiap siklus, di
dalam tahap siklus I, peningkatan kemampuan membilang anak memiliki nilai rata-
rata 2,8, untuk hasil presentasi 70% dengan predikat “BSH” berkembang sesuai
harapan. Sedangkan di tahap siklus II setiap anak memiliki nilai rata-rata 3,33,
untuk hasil presentasi 83,2% yaitu dengan predikat “BSB” berkembang dengan
sangat baik. Selain dapat mengembangkan kemampuan membilang, permainan
congklak bisa dijadikan media untuk mengembangkan seluruh aspek
perkembangan anak. Dengan begitu diharapkan guru dapat mendesain permainan
congklak semenarik mungkin, agar anak dapat belajar dengan cara yang
menyenangkan dan mudah dipahami.
Kata kunci: Kemampuan Membilang, Permainan Congklak.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik.
Pendidikan Anaka usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak melalui kesiapan
dan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan pokok permasalahan yang tersebut di atas dalam skripsi ini
penulis mengangkat suatu tema ‘’peningkatan kemampuan membilang melalui
permainan Tradisional congklak pada Anak usia 5-6 Tahun’’ diharapkan bisa
memberikan solusi bagi perkembangan anak tersebut di kemudian harinya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan
kerendahan dan ketulusan hari penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse M. Ag Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
2. Bapak Erwin Akib, M,Pd. Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar , dan
3. Bapak Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd ketua program studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini serta seluruh dosen dan para staf pegawai
dalam lingkungan fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan
serangkain ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
4. Bapak Herman, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan
proposal sampai skripsi ini
5. Bapak Nur Alim Amri, S.Pd., M.pd. selaku pembimbing II yang telah
memberikan Arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan
proposal sampai skripsi ini
6. Bapak ibu Dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan yang
berharga bagi penulis
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada
kepala sekolah, guru dan anak-anak di Tk Bunda yani makassar yang telah
memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kata sempurna,
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan
untuk kesempurnaannya.
Akhir kata penulis berharap tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca, terutama pribadi penulis. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, Desember 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... v
SURAT PERJANJIAN............................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... vii
ABSTRAK................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR.............................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian……………………………………………… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………… 8
A. Kajian Pustaka…………………………………………………. 8
B. Kerangka Pikir………………………………………………… 25
C. Hipotesis……………………………………………………… 26
BAB III METODE PENELITIAN………………………………….. 27
A. Jenis Penelitian………………………………………………… 27
B. Lokasi dan Subjek Penelitian………………………………….. 27
C. Faktor yang Diselidiki………………………………………… 28
D. Prosedur Penelitian........................................................................ 28
E. Instrumen Penelitian....................................................................... . 32
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 34
G. Teknik Analisis Data........................................................................... 34
H. Indikator Keberhasilan................................................................... 36
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ................... 38
A. Hasil Penelitian................................................................................. 38
B. Pembahasaan…………………………………………………….. 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................. 58
A. Simpulan ......................................................................................... 58
B. Saran............................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 60
LAMPIRAN.............................................................................................. 62
RIWAYAT HIDUP................................................................................. 103
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.2 Instrumen penelitian 35
3.5 indikator Keberhasilan observasi 12
4.1 Hasil Tabel Observasi Siklus I 44
4.2 Hasil Instrumen Tes Lisan Siklus I 46
4.3 Hasil observasi siklus II 51
4.4 Hasil instrumen Tes Lisan siklus II 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema gambar kerangka berpikir 24
2. Skema siklus penelitian PTK model Kurt Lewin 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nama Anak Kelompok B Tk Bunda Yani Makassar 66
2. Rubrik Penilaian Tes Lisan Siklus I Dan Tes Lisan Siklus II 69
3. Hasil Lembar Observasi Anak tiap Pertemuan 71
4. Hasil Lembar Observasi Guru tiap Pertemuan 72
5. Rencana Program Pembelajaran Harian (RPPH) 74
6. Dokumentasi 81
7. Skenario Pembelajaran 86
8. Surat Izin Dari TU 94
9. Surat izin penelitian dari LP3M 95
10. Surat izin penelitian dari dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu
satu pintu Provinsi sulawesi selatan 96
11 . Kartu Kontrol Penelitian 97
12. Surat Keterangan Selesai Penelitian 98
13. Surat Keterangan Validasi 99
14. kartu kontrol Bimbingan Skripsi 100
15.Riwayat hidup 105
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang secara sadar dan
terencana berusaha mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak dan budi pekerti mulia, serta keterampilan
yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dengan kata lain,
pendidikan adalah suatu proses sadar untuk mengembangkan potensi individu
sehingga memiliki kecerdasan emosi, berwatak mula dan berketerampilan untuk
siap hidup di tengah-tengah masyarakat. A. Martuti (2010:6).
Pendidikan Anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. A. Martuti (2010:36).
Paud adalah pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualita. Melalui PAUD, anak-anak
usia 0-6 tahun memperoleh pendidikan sentuhan, stimulasi dan atau rangsangan
yang bermakna yang mengarah pada pencapaian kesempurnaan perkembangan
otaknya, di tunjang dengan pemberian gizi yang seimbang. A. Martuti (2010:7).
Pada pendidikan usia dini yang ditekankan adalah pembiasan-pembiasan yang
baik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk PAUD dan TK lebih ditekankan pada
pengenalan dan pengembangan peran serta fungsi diri, kemudian baru di
kembangkan kemampuan bahasa, daya pikir perasaan dan keterampilan lain seperti
pengendalian diri, kerjasama, mengenal huruf dan angka, dan berhitung, yang
semuanya masih disampaikan dalam suasana gembira, ceria dengan bermain dan
bernyanyi serta menarik /gerak. A. Martuti (2010:8)
Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak
sehingga disebut golden age. Perkembang anak usia dini sebenarnya dimulai sejak
pranatal. Pada saat itu, perkembangan otak sebagai pusat kecerdasaan berlangsung
sangat pesat. Setelah lahir, sel-sel otak mengalami mielinisasi dan membentuk
jalinan yang kompleks (embassy) sehingga nantinya anak bisa berpikir logis dan
rasional. Selain otak, organ sensori seperti pendengaran, penglihatan, penciuman,
pengecapan, perabaan, dan organ keseimbangan,juga berkembang pesat (Black,J.
Et al. , 1995; Gesell A.l. & Ames, F., 1940).
Bermain dan belajar ialah perkembangan pengetahuan mengenai psikologi
dalam mengembangkan perhatian dalam mengembangkan anak telah membuat
seorang sadar akan perlunya permainan.
Bermain adalah dunia anak, karena bermain merupakan aktivitas yang sangat
menyenangkan bagi mereka. Dengan bermain anak dapat belajar mencapai
perkembangan baik fisik, emosi, intelektualitas maupun jiwa sosialnya. Saat
bermain dapat dilihat perkembangan-perkembangan tersebut, bagaimana anak
meningkat kemampuan fisiknya, bagaimana perasaan saat menang atau kalah
dalam permainan, bagaimana kemampuan intelektualnya dalam memanfaatkan
benda-benda sebagai mainan, bagaimana pula kematangan sosialnya dalam
bermain bersama, misalnya menolong teman tidak berebut, kesediaan berbagi,
melatih disiplin,berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab. Bermain
dapat mengembangkan kemampuan berimajinasi dan bereksplorasi. Oleh karena
itu, pendidikan PAUD perlu memahami makna bermain agar mampu berkreasi
menciptakan permainan-permainan yang mengembangkan kecerdasan anak dan
menciptakan lingkungan bermain yang aman,nyaman dan dapat menarik minat
anak untuk belajar secara alami. Guru juga harus pandai memanfaatkan berbagai
benda sebagai alat permainan yang merupakan salah satu komponen pokok dalam
program pendidikan anaka usia dini. A. Martuti (2010:25-26).
Pengembangan kognitif merupakan suatu proses berpikir berupa kemampuan
untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Di taman kanak
kanak, perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang dikenalkan pada
anak usia dini. Pada tahap ini anak mulai mengenal dan memahami konsep bilangan
sederhana. Anak dapat mengenal dan memahami dengan melihat benda-benda
secara langsung. Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak di TK
kelompok B, kegiatan pembelajaran di TK salah satunya melalui kegiatan
membilang bilangan 1-20 dengan benda-benda konkrit dalam ( mengenal konsep
bilangan dengan benda benda secara sederhana). Hidayati (2016:52-53).
Belajar huruf dan angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi
keberhasilan anak di masa yang akan datang. Burns dalam bukunya Math Solution
dan Baratta Lorton dalam bukunya Marth their Way keduanya mendasarkan pada
teori piaget yang menunjukkan bagaimana konsep matematika terbentuk pada anak.
Burns mengatakan kelompok matematika yang sudah dapat diperkenalkan mulai
dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan ( aritmatika, berhitung), pola dan
fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, pemecahan
masalah.
Congklak termasuk salah satu permainan tradisional yang cukup terkenal di
tanah air, meskipun dengan nama-nama berbeda. Dalam memainkan permainan di
perlukan sebuah papan lengkung berbentuk sampai yang berbahan dari kayu atau
plastik. Ukuran panjang papan congklak ini bervariasi. Setiap papan terdapat 16
lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil dan 2 lubang besar. 14 lubang kecil
bersusun berbanjar, dengan masing-masing banjar terdapat 7 lubang yang saling
berhadapan sementara itu 2 lubang besar terdapat pada ujung kiri dan kanan papan
congklak . Permainan tradisional congklak ini sangat bermanfaat bagi anak karena
dapat melatih otak kiri anak untuk berpikir. Permainan ini melatih strategi anak
dalam mengumpulkan angka terbanyak agar bisa mengalahkan lawan. Sepintas,
permainan ini tampak sederhana. Namun, ketika dimainkan, otak kiri anak akan
aktif dengan perhitungan numerik. Tilong D. Adi (2016:80).
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan pada 15 orang anak,
penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 november 2020- 16 Desember 2020,
terlihat bahwa pada sebagian anak belum mampu mengenal bentuk bilangan,
dengan benar (dalam kegiatan guru menulis bentuk bilangan di papan tulis). Belum
mampu menyebutkan bentuk-bentuk bilangan, dengan benar ( dalam kegiatan guru
menulis bentuk bilangan di papan tulis lalu anak menyebutkan bentuk bilangan
yang ditulis guru ), belum mampu menghubungkan benda dengan lambang
bilangan, ( dalam kegiatan guru menunjukkan benda-benda di sekitar kelas). Dari
hasil penilaian dari 15 anak, terdapat 2 anak yang mulai berkembang (mb), 4 orang
anak Berkembang sesuai harapan (Bsh)
Dari pengamatan awal, peneliti penyebab masih rendahnya kemampuan
mengenal bentuk bilangan pada anak di kelompok B di Tk Bunda Yani adalah
kegiatan untuk pengenalan bentuk bilangan yang dilakukan hanya dengan
menggambar bentuk bilangan di papan tulis atau menggunakan buku tulis metode
mengajar seperti ini kurang efektif jika diterapkan kepada anak usia dini karena
seperti penjelasan sebelum nya bahwa pada usia dini anak lebih cepat menyerap
pembelajaran jika dilakukan dengan benda-benda konkret.kemudian berdasarkan
hasil wawancara dengan guru kelompok B Tk Bunda yani makassar mengatakan
bahwa dalam proses kegiatan pembelajaran guru jarang menggunakan media
pembelajaran dengan alasan bahwa guru merasa kerepotan apabila setiap hari harus
membuat media pembelajaran, serta fasilitas yang ada di Tk Bunda yani ini
terbilang masih minim atau kurang.
Oleh karena itu, agar pengenalan bentuk bilangan pada anak di Tk Bunda Yani
tercapai dengan optimal, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
‘’Peningkatan Kemampuan Membilang Melalui Permainan Tradisional Congklak
pada anak usia kelompok B.
B. Masalah penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas ‘’Bagaimanakah mengembangkan permainan
congklak Untuk meningkatkan kemampuan membilang Anak usia 5-6 Tahun
Kelompok B di TK Bunda Yani?
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka solusi meningkatkan
kemampuan membilang anak yaitu melalui pengembangan metode bermain
permainan congklak pada anak usia 5-6 tahun kelompok B di TK Bunda Yani.
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu melihat kondisi
awal perkembangan membilang anak setelah itu menentukan tema yang digunakan,
selanjutnya menentukan tujuan pembelajaran yaitu mengembangkan keterampilan
pada anak usia 5-6 tahun, kemudian merencanakan dan menyediakan media atau
alat yang digunakan dan guru memberikan aturan bermain permainan congklak
untuk anak usia 5-6 tahun.
3. Rumusan Masalah
Sesuai background penelitian diatas maka dirumuskan permasalahan di
antaranya:
1) Bagaimana penerapan congklak dalam meningkatkan kemampuan
membilang anak pada kelompok B di Tk Bunda Yani ?
2) Apakah permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan membilang
anak pada kelompok B di TK Bunda Yani?
C. Tujuan penelitian
Berikut tujuan dari studi ini yakni:
1. Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan membilang anak dengan
permainan congklak di Tk Bunda Yani?.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan kemampuan berhitung
anak dengan permainan congklak di Tk Bunda yani?
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan
terutama dalam penggunaan permainan congklak, untuk meningkatkan kemampuan
membilang anak usia 5-6 tahun
2. Praktis
a. Guru/pendidik
Untuk memperoleh pengetahuan dan informasi, bagaimana cara
meningkatkan kemampuan membilang anak, serta menambah keterampilan
dalam hal membelajarkan yang lebih baik.
b. Pengelola Lembaga
Sebagai informasi tambahan tentang pentingnya pengelola PAUD
(pendidikan Anak Usia Dini) dalam hal mengembangkan keterampilan
membilang anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan yang cukup sederhana
serta bermanfaat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Penelitian Relevan
Berdasarkan peneliti dapatkan banyak sekali hasil penelitian yang relevan
dan berkaitan dengan pembelajaran berhitung, untuk menghindari
pengulangan dalam penelitian maka penulis melakukan kajian pustaka
sebelumnya. Dalam kajian ini penulis menemukan judul skripsi yang
relevan yaitu:
a. jurnal yang ditulis Lestari KW (2011: 9 ) adalah upaya meningkatkan
kemampuan membilang, yaitu menyebutkan bilangan berdasarkan
urutan. Membilang angka merupakan kemampuan yang harus dimiliki
anak TK dalam memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan
dengan angka untuk meningkatkan kecerdasaan logika matematisnya.
b. Buku yang ditulis Adi D Tilong adalah permainan congklak, permainan
congklak ini sangat bermanfaat bagi anak karena dapat melatih otak kiri
anak untuk berpikir.
2. Kemampuan membilang
Membilang, yaitu menyebutkan bilangan berdasarkan urutan.
Membilang angka merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh anak
TK dalam memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan
angka untuk meningkatkan kecerdasaan logika matematisnya.
Kecerdasan logis ialah kecerdasan pada sebuah angka serta
mahirnya dalam penggunaan logika atau akal sehat. Oleh karena itu,
dimungkinkan untuk merangsang kecerdasan logika matematika anak-anak
dengan akitifitas menghitung objek dan membilang angka.
Menurut Roy & Edward (Nunik Sulistiani, 2014: 24), mengatakan
bahwasanya keterampilan membilang ialah sebuah keterampilan yang
dipergunakan untuk menyatakan bilangan yang berurutan, tidak hanya
bilangan yang berurutan, tetapi juga keterampilan untuk menghitung seperti
bilangan. Mengepresikan 1-10 dengan memulai dari 1 dan mengaitkan tiap
angka ke satu dan hanya satu angka sehingga hitungannya ialah sebuah yang
eksak atau benar. Membilang ialah tindakan matematis dalam menetapkan
jumlah benda.
Untuk pertama kalinya, anak berusaha membilang nama bilangan
tersebut melalui mengingatnya dan meniru orang tua atau anak yang lebih
tua darinya. Sering mendengar anak-anak membilang misalnya 1, 2, 4, 9,
10. Kedengarannya aneh, namun hal seperti ini normal. Anak mencoba
menghafal nama bilangan serta urutannya, tetapi salah. Anak-anak bisa
membilang nama bilangan dikarenakan mereka sudah ingat. Ini dilakukan
tanpa memikirkan atau memahami mengenai bilangan. Dalam tahapan ini,
anak-anak tidak dapat mencocokkan banyak objek yang dieja dengan
bilangan yang mereka ucapkan.
Akan tetapi terdapat juga beberapa anak yang dapat membilang
nama bilangan melalui cara menunjuk ke objek yang dihitungnya dan
merujuk kebilangan yang benar sesudah menunjuk ke objek, tetapi
penunjukannya salah dikarenakan beberapa objek dapat memungkinkan
anak-anak untuk membilang nama dari bilangan tersebut secara benar.
Misalnya, 1, 2, 3, 4, 5, 6. Akan tetapi tidak dapat menampilkan nama
bilangan yang disebutnya. Hidayati (2016:55-56).
a. Kemampuan membilang merupakan salah satu kemampuan yang
penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat di katakan bahwa semua
aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini. Untuk
dapat membilang dengan baik diperlukan suatu proses yaitu anak
perlu memahami angka dan proses membilang.
b. Tahapan kemampuan membilang pada anak 5-6 tahun berdasarkan
(permendikbud No 137 Tahun 2014) ialah:
1) menyebutkan lambing bilangan 1-20.
2) Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung.
3) Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
Piaget mengatakan, tahap praoperasi mencakup anak usia 2-7 tahun.
Pada tahapan ini, anak belajar melalui penggunaan gambar dan kata untuk
mempersentasikan benda. Pemikiran ini masih egosentris. Piaget
meengkatagorikan pengetahuan anak menjadi tiga pengkategorian, yakni
pengetahuan fisik anak, pengetahuan sosial anak, dan pengetahuan logika
matematika. Pengetahuan logika matematika ialah mengatur keterkaiatan antara
benda-benda, misalnya sama dan berbeda, kurang dan lebih sedikit, mana yang
kelompok, berapa banyak dan seberapa banyak. Desi Siti Fatmawati,l
(2018:137).
Dalam usia 2-7 tahun sudah dalam tahapan pra operasional, selanjutnya
pengetahuan matematis atau aktifitas menghitung anak usia taman kanak-kanak
akan melalui tahapan di bawah ini:
a) Pada tahapan memahami konsep, dalam tahapan ini anak akan
mengekspresikan hitungannya terhadap semua benda yang bisa dihitung
dan terlihat. Aktifitas menghitung ini perlu dilaksanakan melalui cara yang
sederhana dan membuat senang siswa agar mudah di mengerti, oleh
karenanya pendidik harus mampu membekali anak melalui metode yang
menarik dan menciptakan media belajar yang menarik pada anak usia dini.
b) Tahapan transisi atau peralihan, yaitu tahapan peralihan dari konkrit ke
lambang. Tahapan ini dimana siswa mulai memahami lambang. Oleh
karena itu, jika tahapan konseptual telah dipahami secara baik, yakni ketika
siswa telah mampu menghitung, maka diberikan tahapan yaitu adanya
penyesuaian antar benda hitung dengan bilangan.
c. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan observasi :
No NAMA
ANAK
INDIKATOR
KEBERHASILAN
BB MB BSH BSB
1 Anak dapat
mengenal bilangan
melalui permainan
congklak secara
baik serta percaya
diri
2 Anak dapat
membilang jumlah
biji congklak
secara benar dan
lancer
Karakteristik bermain Anak Usia Dini Kalau sebelumnya telah diuraikan
mengenal prinsip-prinsip bermain bagi anak usia dini, maka pembahasaan kali ini
adalah mengetahui karakter bermain bagi anak usia dini. Karakteristik bermain
bagi anak usia dini dapat dilihat melalui berbagai hal pada saat anak melakukan
kegiatan bermain karakteristik bermain pada anak diklasifikasikan menjadi enam
yaitu:
a). Bermain timbul dalam diri anak
Artinya keinginan untuk bermain harus berasal pada diri anak agar anak
bisa menikmatinya dan bermain melalui cara sendirinya. Dalam arti lain,
bermain dilaksanakan secara sukarela, bukan kompulsif.
b). Bermain perlu terbebas pada aturan yang mengikat dan aktifitas untuk
dinikmati.
Artinya bermain pada anak usia dini harus menghilangkan aturan yang
membatasi, dikarenakan anak usia dini mempunyai cara bermain tersendiri.
Karena itu, bermain di antara anak-anak selalu kondusif, mengasyikkan, dan
mengasyikkan.
c). Bermain merupakan aktivitas yang nyata.
Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya pada saat
anak bermain dengan air, anak melakukan aktivitas dengan air dan mengenal
air dari bermain, bermain melibatkan partisipasi aktif, bak secara fisik
maupun mental.
d). Bermain harus di fokuskan pada proses dari pada hasil
Dalam permainan anak perlu terfokuskan pada prosesnya, bukan
pada hasil yang dibuat oleh anak tersebut. Dalam bermain, anak mengetahui
apa yang mereka mainkan dan memperoleh kemampuan baru.
e). Bermain harus didominasi dengan permainan
Bermain perlu berorientasi pada permainan, yakni anak tidak
didampingi oleh orang dewasa. Dikarenakan apabila bermain di dampingi
orang dewasa, anak-anak tidak akan mendapatkan apapun dari bermainnya.
F). Bermain perlu keterlibatan peranan aktif dari permain
Bermain perlu keterlibatan permainan peranan aktif. Anak-anak
sebagai pemain perlu berpartisipasi langsung dalam permainan tersebut.
Apabila anak pasif saat bermain, dia tidak akan mendapatkan pengetahuan
baru. Dikarenakan bagi anak-anak, bermain ialah guna menambah ilmu dan
kemampuan.
3. Mengasah kemampuan kognitif melalui permainan
Bermain merupakan jendela perkembangan anak, Bermain merupakan
dunia anak dan bukan hanya sekadar memberikan kesenangan, akan tetapi juga
memiliki manfaat yang sangat besar bagi anak. Bagi orang dewasa,bermain
hanyalah sarana untuk mengisi kekosongan, tetapi tidak bagi seorang
anak.lewat kegiatan bermain yang positif, anak bisa menggunakan otot
tubuhnya, menstimulasi pengindraanya, menjelajahi dunia sekitarnya, dan
mengenali lingkungan tempat ia tinggal termasuk mengenali dirinya sendiri.
Dalam bahasa sederhana, bermain akan mengasah kecerdasannya. Permainan
dapat membuka kesempatan bagi anak untuk mempelajari banyak hal di sela-
sela permainan yang beragam seperti mengenal berbagai bentuk, warna dan
ukuran. Di sela-sela bermain, anak dapat memperoleh pengetahuan dan
keahlian yang tidak bisa didapatkan dari sarana lain. Ia mulai mampu
menunaikan berbagai tugas sosial, emosional, dan rasionalnya secara
sempurna, yang mencakup pemikiran akal, menyelesaikan permasalahan, dan
merancang program. Herdina Indrijati, dkk (2016:65)
Pada dasarnya, permainan bukanlah monopoli manusia saja. Binatang
Pun sebenarnya juga dapat bermain,baik secara sendiri maupun bersama
dengan yang lain. Jika dirunut ke belakang, maka akan diketahui bahwa
permainan lebih tua dari kebudayaan karena sudah ditemukan pada taraf bawah
manusiawi. Huizinga dalam bukunya yang berjudul ‘’Homos Ludens: A Study
of the Play-Element in Culture’’, Menyatakan bahwa kebudayaan timbul dan
berkembang dalam suasana permainan. Berbagai kegiatan manusia yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti perburuan, pada awalnya
muncul sebagai permainan dan lambat laun berubah menjadi aktivitas rutin
yang ditekuni. Dalam penjelasan Huizinga tidak bermaksud untuk mempelajari
permainan sebagai salah satu unsur dalam kebudayaan manusiawi diantara
sekian banyak unsur yang lain. Ia juga tidak bermaksud mengatakan bahwa
pada suatu saat permainan menjadi kebudayaan atau bahwa kebudayaan
merupakan buah hasil dari permainan. Akan tetapi, yang dimaksud adalah
bahwa kebudayaan tumbuh dalam permainan dan setidak-tidaknya pada
mulanya tetap tinggal dalam suasana permainan. Permainan dan kebudayaan
membentuk keadaan dwi-tunggal (Berlens, 2005), keduanya melebur menjadi
satu dengan esensi masing-masing. Bentuk riilnya banyaknya permainan
akhirnya menjadi satu ciri dari budaya tertentu.
Setiap permainan memiliki batas-batasnya sendiri. Baik menurut waktu
maupun ruang. Keterbatasan tersebut menjadikan permainan menjadi aktivitas
yang berdiri-sendiri, lepas dari kegiatan-kegiatan yang lain. Keterbatasan
menurut waktu tampak ketika permainan dimulai pada saat tertentu. Selama
waktu di antara awal dan akhir tersebut permainan berlangsung seperti sebuah
gerak timbal balik antara beberapa kutub. Gerak tersebut menuju puncak dan
akhirnya selesai. Sementara menurut tempat, keterbatasan tampak ketika
permainan berlangsung dalam ruang lingkup yang dipatok menjadi suatu
wilayah tersendiri, baik secara riil maupun imajiner (Bertens, 2005). Batasan-
batasan ini yang pada akhirnya menjadikan bermain bukan suatu yang
menyenangkan lagi bahkan menjadi menegangkan.
Ciri permainan yang lain adalah bahwa permainan menciptakan order
atau keteraturan. Permainan mewujudkan kesempurnaan yang terbatas dalam
dunia yang serba tak sempurna dan penuh dengan kekacauan dan
ketidakpastian (Berlens, 2005). Setiap orang yang bermain dapat dipastikan
akan berusaha untuk mencapai sesuatu yang ideal dan sedapat mungkin
menghindari situasi-situasi yang tidak nyaman. Terkait dengan ciri ini pulalah
pada akhirnya setiap permainan memiliki aturan-aturannya masing-masing.
Aturan-aturan tersebut merupakan penentu yang menyangkut tentang, segala
sesuatu yang akan berlaku ketika permainan berlangsung. Melanggar peraturan
berarti akan membuat hancurnya seluruh dunia permainan yang sedang
dimainkan. Bermain harus melibatkan peran aktif dari bermain, Bermain harus
melibatkan peran aktif bermain. Anak sebagai pemain harus terjun langsung
dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain anak tidak akan memperoleh
pengalaman baru. Karena bagi anak bermain bekerja untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan.
4. Fungsi bermain bagi anak usia dini
Bermain sangatlah penting untuk kesehatan anak-anak,
mengembangkan rasa memiliki teman, mengurangi stres, mendorong
perkembangan kognitif, mengembangkan keterampilan menjelajah, dan
menyediakan tempat berteduh yang aman untuk perilaku yang berpotensi
membahayakan. Bermaian mengembangkan kemungkinan anak-anak
berbicara dan berinteraksi satu sama lainnya. Dalam interaksinya, anak-anak
mempraktikkan peranan lainnya yang akan mereka mainkan di kehidupan
masa depan. Diana Mutiah (2010:137)
(Bagi freud dan Erikson), permainan adalah suatu bentuk penyesuain
diri manusia yang sangat berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan
konflik. Karena tekanan-tekanan terlepaskan di dalam permainan, anak dapat
mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan. Permainan dapat
memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan
membosankan perasaan-perasaan terpendam. Juga merupakan medium bagi
ahli terapi , untuk menganalisis konflik ini anak leluasa mengemukakan
perasaan-perasaan interaksi yang sebenarnya. Diana Mutiah (2010:137)
Menurut piaget, permainan sebagai suatu media yang meningkatkan
perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memungkinkan anak
mempraktekkan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Menurutnya, struktur-
struktur kognitif perlu dilatih, dan permainan memberi setting yang sempurna
lagi latihan ini. Misalnya anak yang harus saja belajar menjumlahkan atau
mengalikan mulai bermain dengan angka melalui cara-cara yang berbeda.
Diana Mutiah (2010:138).
Menurut Jean Piaget 2010 (30:33) perkembangan bermain yang
menggambarkan tingkatan perkembangan kognitif anak merupakan :
1. Sensory Motor Play (+ 3 atau 4 bulan ½ tahun)
Sebelum seorang anak berumur 4 bulan, gerakan atau aktivitasnya
tidak bisa diklasifikasikan sebagai bermain, tetapi harus diklasifikasikan
sebagai cikal bakal aktivitas permainan dalam tahapan berkembangnya
selanjutnya. Aktifitas ini ialah lanjutan kenikmatan yang didapatnya, serta
hanya pengulangan dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam
usia 4-4 bulan, aktivitas anak lebih terkondisikan. Seorang anak akan
belajar pada pengalamannya dan akan terulang secara menerus dikarenakan
merasa senang. Dalam usia 7-11 bulan, aktivitas anak tidak lagi muncul
dalam bentuk berulang, tetapi disertai adanya perubahan. Sementara dalam
usia 18 bulan, gerakan anak memvariasikannta prilakunya pada alat
permainan yang berbeda. Martuti A (2010:30)
2. Symbolic atau Make Believe Play (+ 2-7 tahun)
Antar usia 2 dan 7 tahun, anak-anak mulai memainkan permainan
khayal dan permainan pura-pura. Saat ini anak-anak lebih sering bertanya
dan menjawab pertanyaan, serta berusaha dalam suatu hal yang
berhubungan pada konsep seperti angka, ruang, serta kuantitas. Seringkali
anak biasanya hanya bertanya dan tidak peduli akan jawaban, walaupun
sudah di jawa namun anak terus bertanya. Dalam usia ini anak-anak sudah
melalui penggunaan sebuah benda yang dijadikan simbol. Seperti
mengartikan daun sebagai uang, dan terkadang berbicara atau berpura-pura
memberikan makanan atau minuman terhadap boneka. Martuti A
(2010:31).
3. Social Play Games with Rules (+ 8-11 tahun)
sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlihat dalam kegiatan
games with rules. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan
permainan karena dalam penggunaan simbol lebih banyak diimbangi logika
yang bersifat objektif. Martuti A (2010:32).
4. Games with Rules & Sports ( 11 tahun ke atas )
Meski aturannya lebih ketat dan ditegakkan dengan kaku, aktifitas
permaiann olahraga ini tetap menyenangkan bagi anak-anak. Anak senang
melakukannya berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-
baiknya. Bahwa bermain yang semula dilakukan sekadar demi kesenangan,
lama-kelamaan mengalami pergeseran. Bermain bukan hanya untuk rasa
senang saja, tetapi ada tujuan tertentu seperti ingin menang, memperoleh
hasil kerja yang baik, berprestasi dan lain-lain. Martuti A (2010:32)
Vygotsky, menyatakan bahwa permainan adalah suatu seting yang
sangat bagus bagi perkembangan kognitif ia tertarik khususnya pada aspek-
aspek simbolis dan khayalan suatu permainan, sebagaimana ketika seorang
anak menirukan tongkat sebagai kuda dan mengendarai tongkat seolah-olah
itu seekor kuda. Bagai anak kecil, situasi imajiner itu adalah nyata. Maka
orang tua dan guru harus mendorong permainan imajiner semacam itu,
karena meningkatkan perkembangan kognitif anak, khususnya pemikiran
kreatif. Diana Mutiah (2010:138).
5. Tahap perkembangan permainan.
Mildred Parten (1992) mengklasifikasikan permainan anak berdasarkan
hasil pengamatan anak bermain bebas di sekolah asuhan, dengan pengkatagorian:
1. Usocrupial play yakni anak hanya bisa mengetahui anak lain bermain,
namu tidak bermain dalam tahapan ini, mereka hanya bisa melihat dan
berjalan keliling ruangan tanpa berinteraksi pada anak yang sedang
bermain.
2. Solitary play, yakni terjadi disaat anak bermain sendiri dan mandiri dengan
orang lainnya. Anak asyik sendirian dan tidak mempedulikan apa yang
terjadi. Anak berusia 2-5 tahun sering bermain sendiri
3. Onlooker play, yakni terjadi di saat anak melihat orang lain bermain.
Berdiskusi dan mengajukan pertanyaan, namun tidak berpartisipasi dalam
permainan.
4. Parallel play, yakni anak bermain secara terpisah dari anak-anak lainnya
dan menggunakan mainan yang sama melalui cara menirukan gaya
bermain mereka.
5. Assosiative play, terjadi di saat bermain melibatkan intraksi sosial melalui
organisasi kecil. Ia condong memiliki ketertarikan dan bisa bertukar
mainan. Meminjam atau meminjamkannya mainan serta mengikuti atau
mengajak anak-anak untuk berbaris ialah contoh associative play.
6. Cooperative play, termasuk intraksi sosial pada sebuah kelompok dengan
rasa identitas kelompok dan aktivitas yang terstruktur.
6. Beberapa jenis permainan :
a. Sensorimotor, yakni sikap yang ditunjukkan pada bayi dalam
mendapatkan kesenangan dengan melatih perkembangannnya
sensorimotornya.
b. Permainan praktis, termasuk sikap berulang saat mempelajari
kemampuan baru. Jenis permainan ini terjadi terutama pada bayi, dan
permainan yang praktis terjadi sepanjang hidup.
c. Permainan pura-pura (simbol), yang terjadi pada saat anak mengubah
lingkungan fisik menjadi simbol
d. Permainan simbolik ialah permainan yang mengikutsertakan intraksi
sosial melalui teman sebayanya.
e. Permainan fungsional, ialah permainan yang awal kali dimainkan pada
anak usia dini, yang mana anak melakukan aktivitas sederhana dan
merasakan senang dalam bermain pada lingkungan sekitarnya.
Permainan ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan
motorik anak.
f. Permainan konstruktif terjadi pada saat anak-anak berpartisipasi pada
sebuah pembuatan atau konstruksi produk atau memecahkan
permasalahan kreatif mereka sendiri.
g. Game, yakni aktifitas yang dilaksanakan dalam mendapatkan
kesenangan yang mengikusertakan aturan dan sering kali bersifat
kompetisi.
Berbagai bentuk bermain dan permainan Melalui kegiatan bermain yang
dilakukan anak, orang dewasa akan mendapat gambaran tentang tahap
perkembangan dan kemampuan umum si anak. Bentuk-bentuk bermain tersebut
meliputi :.
a. Bermain sosial
Anak-anak yang berpartisipasi pada aktifitas permainan dengan
temannya akan menghasilkan tingkat partisipasinya yang berbeda-beda
Parten (1932) dalam Brewer (1992) mengatakan proporsi anak-anak yang
berpartisipasi pada aktifitas bermain bisa bersifat soliter (bermain sendiri),
bermain sebagai pengamat, Parallel play , bermain asosiatif dan bermain
bersama.
b. Bermain seorang diri
Anak bermain tidak memperdulikan apa yang dilaksanakan anak-
anak lainnya. Mungkin anak merangkai balok-balok menjadi sebuah
menara, dan dia tidak peduli apa yang dilakukan anak-anak lainnya dalam
ruangan yang sama. Suatu bentuk permainan dimana anak hanyalah
menonton (onlooker). Anak bermain sendiri dengan memandang anak-anak
lainnya bermain pada ruangan yang sama. Mungkin anak mengobrol pada
temannya. Mungkin sesudah anak mengamati anak lainnya kemudian
bermain sendiri. Anak yang berperan sebagai penonton hanya bisa duduk
secara pasif, sedangkan anak disekitarnya aktif bermain, namun anak tetap
waspada dengan apa yang ada di sekitarnya.
c. Bermain paralel
Sekelompok anak melalui penggunaan alat permainan yang sama
untuk aktifitas permainan, namun setiap anak bermain secara terpisah. Diana
Mutia (2010:143)
Media belajar ialah alat dipergunakan dalam penyampaian materi
belajar terhadap siswa (Pringgawidagda, 2002). Pada proses pembelajaran,
informasi yang disampaikannnya bisa berbentuk pengetahuan dan kemampuan
yang perlu dikuasai siswa. Media belajar itu sendiri bisa meningkatkan efisiensi
komunikasi dan intraksi antar guru dan pembelajaran. Menurut Miarso (1986),
media belajar ialah hal sesuatu yang bisa dipergunakan dalam menstimulus
fikiran, perasaan, perhatian, dan keterampilan siswa yang bisa memberi
motivasi selama proses pembelajaran. Di sisi lain, Latuheru (1988)
mengemukakan bahwasanya media belajar ialah alat atau teknik yang
dipergunakan pada aktifitas mengajar, dan tujuannya ialah untuk
memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi yang efektif antar guru dan
siswa.
Media belajar memiliki banyak keunggulan yakni dapat membuat
proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa, memudahkan siswa
dalam memahami, melakukan diversifikasi dan membentuk proses
pembelajaran yang aktif, serta melaksanakan aktifitas pembelajaran yang lebih
banyak, misalnya observasi, demonstrasi dan tindakan. Hal tersebut dapat
merangsang motivasi belajar dan pencapaian tujuan pembelajaran.
7. Permainan Tradisional congklak
Permainan tradisional ialah sebuah permainan anak-anak yang dibuat
dengan bahan sederhana yang didasarkan pada aspek budaya pada aktifitas
hidup masyarakat (Dharmamulya, 2008). Menurut Danandjaja (1987),
permainan tradisional ialah suatu aktifitas permainan yang diturunkan dari
generasi sebelumnya dan mempunyai aturan main untuk memperoleh
kesenangan. Misbach (2006) mengatakan bahwasanya permainan tradisional
bisa merangsang semua aspek perkembangan anak, yakni aspek kognitif
(imajinasi, kreativitas, pemecahan permasalahan, antisipasi dan pemahaman
konteks), aspek sosial (membangun hubungan, melatih kematangan sosial
melalui teman sebaya dan orag dewasa serta masyarakat), aspek motorik
(melatih ketahanan, kelenturan, sensorimotor, keterampilan motorik umum
dan halus), aspek emosional (menumbuhkan empati, pengendalian diri dan
katarsis emosional), aspek bahasa (memahami konsep nilai dalam bahasa),
aspek spiritual (realisasi dan keterkaitan hal yang agung (transendental), aspek
ekologis (memahami penggunaan bijak unsur alam sekitarnya), nilai moral
(konsep moral yang diwarisi dari moralitas) diturunkan dari generasi
sebelumnya ke generasi berikutnya.
1) Pengertian Permainan Congklak
Congklak termasuk permainan salah satu permainan tradisional
yang cukup terkenal di tanah air, meskipun dengan nama-nama berbeda.
Dalam memainkan permainan ini diperlukan sebuah papan lengkung
berbentuk sampai yang terbuat dari kayu atau plastik. Ukuran panjang
papan congklak ini bervariasi. Masing-masing papan memiliki 16 lubang,
terdapat dari 14 lubang kecil dan 2 lubang besar, terdapat 14 lubang kecil
yang berjajar, setiap banjar memiliki 7 lubang yang saling berpendapat,
sedangkan ujung kiri dan kanan papan congklak memiliki 2 lubang besar.
Permainan ini hanya dapat dimainkan oleh 2 orang anak, tiap anak dapat
mengontrol satu banjar (7 lubang kecil) dan satu lubang besar. Tiap lubang
kecil diisi biji congklak. Ukuran bijinya, biasanya dipergunakan cangkang
karang, biji, atau kerikil kecil. Setiap lubang kecil di isi 7 biji congklak.
Setelah dihitung biji congklak terdapat 98. Dan , 2 lubang besar kosong
sampai terisi dengan biji congkak yang dieksekusi selama permainan. Adi
D Tilong (2016:80-81).
2) Langkah-langkah Memainkan Congklak
Salah satunya ialah menjalankan biji congklak dari banjar
miliknya. Ia bebas menentukan dalam memulainya pada lubang kecil, asal
masih diambil dari lubang banjarnya, lubang tersebut akan diisi terlebih
dahulu. Biji congklaknya dijalankan untuk mengisi tiap lubang
diantaranya lubang besarnya, sampai akhirnya berhenti di lubang yang
kosong. Jika berhenti di dalam lubang kosong sebelumnya ialah lubang
kecil yang terdapat biji congkak lawan, maka semua biji congklak yang
ada di depan lubang kecil kosng berhak mengambil alih. Dan seterusnya,
sampai setiap lubang kecil di setiap banjar habis. Pemenang dihitung
berdasarkan jumlah biji conklak yang terkumpul di lubang besar. Jumlah
biji yang paling banyak maka, dialah pemenangnya Permainan tradisional
ini sangat bermanfaat bagi anak karena dapat melatih otak kiri anak untuk
berpikir. Permainan ini melatih strategi anak dalam mengumpulkan angka
terbanyak agar bisa mengalahkan lawan. Sepintas, permainan ini tampak
sederhana. Namun ketika, dimainkan, otak kiri anak aktif dengan
perhitungan numerik. Adi D Tilong (2016:81).
3) Manfaat Permainan Congklak
Permainan Congklak mempunyai beberapa keunggulan yakni,
melatih manajemen strategi, keadilan, kejujuran dan melepaskan
kelelahan. Di sisi lain permainan congklak bisa dipergunakan sebagai
media untuk menunjang kemampuan berhitung pada anak karena
permainan congklak menggunakan benda konkrit berupa biji-bijian
(Li’anah & Sri, 2014).
B . Kerangka Pikir
Kemampuan belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari
diri maupun dari luar anak. Hasil belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor tersebut. Pengenalan guru terhadap faktor yang mempengaruhi hasil belajar
anak sangat penting dengan melakukan inovasi pembelajaran, seperti penggunaan
permainan congklak dapat merangsang aktivitas belajar anak, dan kemampuan
berpikir logis serta pemahaman dalam pembelajaran secara individual dalam
mengembangkan keterampilan kognitif mengenal bilangan dalam permainan
congklak.
Pengenalan bentuk bilangan di Tk Bunda Yani dilakukan dengan
menjelaskan secara langsung di mana pada saat guru menjelaskan materi tentang
mengenal bilangan kegiatan yang diberikan hanya sekedar menulis bilangan di
papan, padahal pembelajaran akan lebih menarik dan berkesan jika guru
menggunakan media pembelajaran, hal ini penyebab rendahnya kemampuan
membilang anak.
Berdasarkan permasalahan di atas maka, perlu ditingkatkan kemampuan
membilang pada anak melalui permainan congklak yang menyenangkan yakni
media congklak untuk meningkatkan kemampuan kognitif mengenal bentuk
bilangan. Permainan congklak ini sangat membantu dalam mengenal bentuk
bilangan pada anak. Melalui proses pembelajaran diharapkan berlangsung secara
maksimal sehingga mendukung peningkatan kemampuan membilang pada anak.
Dalam kegiatan ini, anak lebih banyak berperan langsung melalui penggunaan
permainan congklak, dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengenal
bilangan anak usia 5-6 tahun di TK Bunda Yani
Berdasarkan paparan di atas maka kerangka pikir dalam penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Kondisi awal Kemampuan mengenal
bilangan di kelompok B
masih rendah
Tindakan
Media congklak
Kondisi akhir Peningkatan kemampuan
membilang dengan permainan
Tradisional congklak terhadap
Anak berusia 5-6 Tahun
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
yang dapat diajukan adalah jika permainan congklak diterapkan maka kemampuan
membilang pada pada anak usia 5-6 tahun dapat meningkat di TK Bunda Yani
Tahun ajaran 2019/2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan
kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:3) menyatakan bahwa:
PTK adalah sebuah kegiatan peneliti yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar
siswa meningkat. Di bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK
berkembang sebagai suatu penelitian terapan, karena sangat bermanfaat bagi guru
untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan
dengan tugas guru di lapangan, guru sebagai peneliti tetap melaksanakan tugas
sehari-hari nya, namun melakukan tindakan dalam memperbaiki pembelajaran di
kelas. Esensi penelitian tindakan kelas merupakan kajian terhadap kontak situasi
sosial yang dicirikan dengan adanya unsur tempat, pelaku dan kegiatan dalam
waktu tertentu untuk meningkatkan kualitas tindakan.
B. Lokasi dan subjek penelitian
1. Lokasi penelitian ini di lakukan di TK Bunda Yani khususnya di laksanakan di
kelompok B
2. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah subjek penelitian ini adalah
15 anak kelompok B1 Di Tk Bunda Yani usia 5-6 tahun, yang terdiri dari 5
anak perempuan dan 10 anak laki-laki.
C. Faktor diselidiki
1. Faktor input
Peserta didik yang menjadi subjek penelitian, media dan alat bantu
pembelajaran, dan sumber belajar.
2. Faktor proses\
Interaksi belajar mengajar, cara peserta didik menggunakan media permainan
congklak untuk peningkatan kemampuan membilang
3. Faktor output
Peningkatan kemampuan membilang
D. Prosedur penelitian
Penelitian tindakan kelas mempunyai prosedural penelitian yang memiliki
4 tahapan dalam menyusunnya, diantaranya:
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengikuti tahap penelitian tindakan
kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan , observasi, dan refleksi, hasil penelitian
digambarkan berdasarkan indikator yang tercapai dalam meningkatkan
kemampuan kognitif anak dalam membilang melalui permainan congklak di Tk
Bunda Yani.
Berikut ini digambarkan bagan prosedur penelitian sebagai berikut:
Skema 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas Model Kurt Lewin.
Siklus I
1. Perencanaan
Membentuk instrument dan implementasi penelitian agar bekerja secara
baik dan mencapai kinerja target. Dalam melakukan perencanaan penelitian,
penelitian harus dilakukan secara terstruktur dan terarah. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah
Refleksi pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II pelaksanaan
pengamatan
Refleksi
perencanaan
perencanaan
SIKLUS I
kesimpulan
a. Membuat lembarab pengamatan yang akan dipergunakan pada saat
berlangsungnya penelitian.
b. Menyusun tahapan dalam memainkan permainan congklak
c. Membuat lembaran penilaian
d. Menyusun indikator instrumen observasi Dokumentasi
e. Dan menjelaskan maksud dari penelitian yang dilaksanakan ke pihak sekolah
dan siswa
2. Implementasi Tindakan
Pada pengimplementasian tindakan ini, peneliti melalui penggunaan
lemabaran observasi guna mengetahui tingkatan peningkatan anak.
Pelaksanaan tindakannya fleksibel dan bisa beradaptasi berdasarkan keadaan
yang sedang berlangsung.
Pada tahapan pengimplementasian tindakan ini anak memainkan permainan
congklak berdasarkan tahapan yang diberi oleh peneliti. Kemudian peneliti
melalui penggunaan lembaran pengamatan untuk mengamati proses permainan
yang sedang berlangsung.
3. Observasi
Pada tahapan ini peneliti melaksanakan pengamatan dalam memperoleh
data yang dibutuhkan pada stud ini. Pada tahapan pengamatan ini berharap
seluruh pihak mengetahui tingkatan keterampilan personal yang bisa dinilai
kedepannya.
Pada tahapan ini peneliti akan melaksanakan pengamatan dalam
memperoleg data yang dibutuhkan pada stud ini. Diharapkan pada tahapan
pengamatan ini seleuruh pihak dapat mengetahui tingkatan keterampilan
personal yang nantinya bisa di evaluasi.
4. Refleksi
Melakukan perbaikan segala kekurangan dalam menilai waktu pelaksanaan,
alat yang dipergunakan, atau jumlah siswa.
Melalui evaluasi berharap siklus II bisa berjalan lancar dan mencapai tujuan
penelitian.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Merangkum hasil analisa yang diperoleh dari siklus tindakan 1. Dan meringkas
tindakan yang didapatkan dari hasil pertimbangan dalam perencanaan siklus I
b. Melakukan evaluasi dan mengambil tindakan segera
c. Memecahkan permasalahan dan menentukan pokok masalahnya.
d. Membuat program dalam mengavaluasi. Misalnya lemabaran pengamatan,
indicator instrument serta dokumentasi.
2. Pelaksanaan
Pada pengimplementasian tindakan tersebut, peneliti melalui penggunaan
lembaran observasi guna mengetahui tingkatan perkembangan anak.
Pengimplementasian tindakan bersifat fleksibel dan bisa beradaptasi pada
berlangsungnya kondisi dan keadaan.
Berikut aktifitas yang dilaksanakan pada tahapan pengimplementasian
tindakan adalah anak-anak memainkan permainan congklak berdasarkan tahapan
yang diberi oleh peneliti, peneliti menggunakan lembaran pengamatan untuk
meneliti proses permainan melalui penggunaan lembaran pengamatan yang
berlangsung.
1) Observasi
Peneliti melaksanakan observasi mendalam pada anak-anak. Berdasarkan
pengamatan tersebut berharap bisa memberi dua bahan penelitian yang akurat. Pada
tahapan pengamatan ini peneliti mempelajari seberapa besar dalam meningkat
keterampilan anak dalam membilang pada permainan congklak di Tk Bunda Yani.
Masih ada ruang untuk perbaikan
2) Refleksi
Dalam tahapan ini peneliti berharap bisa memahami ruang lingkup
keterampilan anak. Serta mengetahui kesan yang di peroleh sesudah memainkan
mainan congklak. Selain sebagai bahan penelitian, permainan congklak juga dapat
digunakan sebuah media untuk menghibur anak dan membuat ia lebih senang
mengikuti pembelajaran membilang/ matematis.
E. Instrumen penelitian
Pada studi ini instrument yang dipergunakan ialah “observasi, dan
dokumentasi’’. Instrumen penelitian ialah komponen kunci dalam sebuah
penelitian. Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam
penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari penemuan atau
kesimpulan penelitian. Oleh karena itu, instrumen harus dibuat dengan sebaik-
baiknya. Untuk membuat instrumen penelitian, paling tidak ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu, masalah penelitian,variabel penelitian, dan jenis instrumen
yang akan digunakan. Masalah dan variabel penelitian sudah dibahas pada bab
sebelumnya.
Adapun jenis penelitian :
1. Observasi
2. Dokumentasi
Sementara yang dipergunakan ialah jenis instrument “observasi dan
dokumentasi”.
F. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data penelitian melalui penggunaan observasi serta dokumentasi.
a. Observasi
Kegiatan observasi merupakan pengamatan terhadap proses pembelajaran
melalui media congklak untuk peningkatan kemampuan kognitif dalam
membilang berupa aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar anak. Kegiatan
observasi menggunakan pedoman observasi berbentuk checklist
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan atau proses pekerjaan mencatat yang
dianggap penting untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang proses
pembelajaran berupa arsip-arsip yang dapat memberi informasi data kemampuan
membilang dan dokumen berupa jumlah anak, RPPH, media congklak bilangan,
observasi mengajar guru dan observasi belajar anak tentang mengenal bilangan
dan foto-foto yang menggambarkan situasi pembelajaran di TK Bunda Yani
G. Teknik analisis data
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Dimana kualitatif yang dimaksud adalah gambaran aktivitas mengajar
guru dan belajar anak dalam pembelajaran yang menggunakan media congklak
yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam membilang, dan untuk
mengetahui keberhasilan pada setiap siklus. Data dari hasil analisis berdasarkan
indikator pembelajaran. Menurut Kurnia (2010) data dari hasil observasi pada
setiap anak diberi penilaian sesuai dengan tingkat kemampuanya.
(∙)= BB ( Belum Berkembang)
(√)= BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
(°)= MB (Mulai Berkembang)
(√√ ) = BSB (Berkembang Sangat Baik)
Jenis penilaian yang dilakukan adalah 4 macam, yakni:
a. Menyusun biji congklak 1-20
∙ : jika anak mampu menyusun biji congklak 1-20 dengan baik
√ : jika anak tidak mampu menyusun biji congklak 1-20
° : jika anak tidak mampu menyusun biji congklak 1-20 meskipun dengan
bantuan guru
√√ : jika Anak mampu mengurutkan biji congklak
b. Membilang angka 1-20
∙ : jika anak mampu membilang angka 1-20 dengan baik
√ : jika anak tidak mampu membilang angka 1-20 dengan baik
° : jika anak tidak mampu membilang angka 1-20 meskipun dengan bantuan
guru
√√ : jika Anak mampu membilang berurutan 1-20 dengan baik dan benar
c. Mengenali angka 1-20
∙ : jika anak mampu mengenali angka 1-20 dengan baik
√: jika anak tidak mampu mengenali angka 1-20
°: jika anak tidak mampu mengenal angka 1-20 meskipun dengan bantuan guru
√√ : jika Anak mampu mengenal lambang bilangan 1-20 dengan baik dan
benar
d. Menghubungkan angka dengan banyaknya benda
∙ : jika anak mampu menghubungkan angka dengan banyaknya benda
√: jika anak tidak mampu menghubungkan angka dengan banyaknya benda
°: jika anak tidak mampu menghubungkan angka dengan banyak benda
meskipun
dengan bantuan guru
√√ : jika Anak mampu menghitung jumlah benda
Adapun penafsiran data kualitatif yang diadaptasi dari bungin (2007) dilakukan
dengan persamaan berikut:
Skor perolehan skor maksimal x 100
Jumlah nilai keseluruhan siswa jumlah siswa
Hasil perhitungan nilai peserta didik dari masing-masing hasil observasi ini
kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I dan siklus II. Hal ini akan
memperlihatkan persentase peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal
angka pada anak kelompok B Di Tk Bunda Yani.
H. Indikator Keberhasilan
a. Indikator proses
Instrumen penilaian ( lembar observasi Anak) peningkatan kemampuan
membilang melalui permainan congkak pada anak Di Taman kanak kanak
Bunda Yani kabupaten Makassar :
Nama Anak :
Kelompok :
Butir Pernyataan Jawaban
4 3 2 1
Menyebutkan lambang
bilangan 1-20
Menggunakan lambang
bilangan untuk
menghitung
Mencocokkan bilangan
dengan lambang
bilangan
Keterangan:
BSB (4) : Berkembang Sangat Baik
BSH (3) : Berkembang Sesuai Harapan
MB (2) : Mulai Berkembang
BB (1) : Belum Berkembang
b. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi indikator proses hasil
dalam perkembangan kognitif mengenal bilangan melalui permainan
congklak. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini, anak telah melakukan
indikator perkembangan yang telah ditentukan sesuai dengan aspek yang
dinilai dan peneliti menargetkan hasil dalam penelitian ini .
Penelitian tindakan kelas melalui penggunaan bermain conklak dikelas pada
TK Bunda Yani bisa dikatakan mengalami keberhasilan apabila telah
mencapai indicator yang telah ditentukan berdasarkan rencana pencapaian
tujuan penelitian maka dikembangkan indikator untuk mengembangkan
keterampilan membilang anak dengan cara permainan congklak di kelas TK
Bunda Yani.
Berikut penjelesan indikator kinerja adalah:
1. Apabila nilai mean siswa “2 hingga 3” (BSH) yaitu meningkat berdasarkan
keinginan, maka dapat diartikan penelitian tindakan kelas mengalami
keberhasilan atau tuntas.
2. Apabila nilai siswa lebih dari 4, dalam hal ini siswa tersebut bisa
dikelompokkan ke dalam (BSB) meningkat sangat baik.
3. Skor berhasilnya siswa mena adalah (BSH).
4. Hasil persentase dalam meningkatkan keterampilan berhitung siswa.
Di bawah ini ialah tabel indikator berhasilnya siswa pada permainan congklak
di Tk Bunda Yani ialah:
Penilaian Kriteria
Angka 1 BB= Belum Berkembang
Angka 2 MB= Mulai Berkembang
Angka 3 BSH=Berkembang berdasarkan
Harapan
Angka 4 BSB=Berkembang Sangat Baik
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil Penelitian
1. Tahap Pra Siklus
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melaksanakan kegiatan pada
tahap pra sirklus, yakni akatifitas yang dilaksanakan oleh peneliti dalam
melakukan pengamatan kondisi siswa pada saat menerima bahan ajar
membilang dan meminta ijin dari kepala Tk Bunda Yani. Tahap Pra siklus ini
dilakukan pada tanggal 16 November 2020, pukul 07:30-10:00 WIB. Oleh
karena itu peneliti datang ke sekolah sebelum siswa berangkat ke sekolah
sampai pulang.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung sampai selesai maka akan
dilaksanakan observasi pra siklus. yakni:
a. Kegiatan Awal
Sebelum pelaksanaan apel pagi. Siswa-siswi Tk Bunda Yani melakukan
kegiatan membaca surah pendek secara bergantian. Dimana kegiatan pagi
membaca surah pendek selama 30 menit sebelum pelaksanaan apel pagi.
Setelah pukul 07.30 WIB, aktivitas apel pagi diteruskan. Komite siswa dan
guru berkumpul di halaman depan sekolah dalam melakukan apel pagi.
Apel pagi berlangsung selama 30 menit. Selanjutnya anak-anak masuk
dalam kelas dalam mengikuti pembelajaran.
b. Kegiatan inti
Sesudah apel di pagi hari. Sesuai temanya, anak-anak masuk kelas dan
duduk, dimulainya aktifitas dengan berdoa kembali dan bernyanyi, serta
guru melaksanakan pengabsenan di dalam kelas.
Berlangsungnya aktifitas inti yakni 60 menit. Tema pembelajaran yakni
binatang. Yang mana anak-anak di berikan gambar udang untuk
melengkapi bilangan.
c. kegiatan Akhir
Kegiatan terakhir ialah mengavaluasi. Yakni, aktifitas yang memuat tanya
jawab seputar aktifitas yang telah dilaksanakan sejak pagi tadi. Dan
informasi tentang acara besok. Sesudah itu, para siswa bersiap untuk
berdoa dan pulang
2. Paparan data Siklus I
Paparan data siklus I dilakukan pada hari senin, tanggal 16 November 2020. Di
bawah ini langkah yang dilaksanakan pada siklus I ialah:
a. a). Tahap perencanaan (planning)
sesuai hasil mengamati pada tahapan pra siklus, peneliti dan guru kelas
membahas alternatif pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dalam
mengemabngkan keterampilan membilang pada anak kelas B di TK Banda
Yani.
Berikut hasil dari mengamati pada saat tahapan Pra Siklus dan diskusi
melalui guru kelas, di antara hal-hal yang perlu dipersiapkan ialah:
1) Melalui penggunaan permainan congklak untuk melaksanakan rencana
pembelajaran dalam mengembangkan keterampilan membilang anak
kelas B secara menyenangkan.
2) Menyusun rencana pembelajaran harian (RPPH) dijadikan pedoman
dalam melakukan aktifitas pada siklus pertama. Tema yang
dipergunakan ialah “bianatang” dikarenakan bisa disesuaikan dengan
teman pada saat itu. Saat menyusun RPPH peneliti meminta kepada
guru kelas untuk memberi masukan dan pendapat agar sesuai dan bisa
mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Menetapkan media congklak sebagai alat dalam melakukan penelitian
pada tahapan siklus I.
4) Menentukan instrument pengamatan sebagai sarana dalam
mendapatkan data dari hasil instrumen penelitian, data pengamatan,
dan saran dari guru kelas B. Selama proses penelitian, tujuan penelitian
ini hanya pada keterampilan membilang siswa dan sebagai kriteria
berhasilnya studi ini bisa dilihat dari hasilnya mean penilaian. Dengan
demikian, hasil studi ini difokuskan pada masalah yang sedang di kaji
dan di evaluasi.
b ). Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahapan pelaksanaan siklus I, peneliti dan guru kelas bekerja sama,
yakni peneliti bertanggung jawab untuk mengajar, mengamati dan
mengevaluasi siswa yang berminat pada permainan congklak. Pada saat yang
sama, guru kelas harus mendampingi peneliti selama proses penelitian dan
membantu peneliti mengevaluasi selama tahapan refleksi. Sedangkan untuk
tahapan pelaksanaan adalah:
1). Kegiatan awal
Sebelum melaksanakan apel pagi. Siswa-siswi Tk Bunda Yani
melakukan kegiatan membaca surah pendek secara bergantian. Dimana
kegiatan pagi membaca surah pendek secara berlangsung selama 30
menit sebelum pelaksanaan apel pagi.
Setelah pukul 07.30 WIB, aktivitas apel pagi diteruskan. Komite
siswa dan guru berkumpul di halaman depan sekolah dalam melakukan
apel pagi. Apel pagi berlangsung selama 30 menit. Selanjutnya anak-
anak masuk dalam kelas dalam mengikuti pembelajaran.
2). Kegiatan inti
Sesudah apel di pagi hari. Sesuai temanya, anak-anak masuk kelas
dan duduk, dimulainya aktifitas dengan berdoa kembali dan bernyanyi,
serta guru melaksanakan pengabsenan di dalam kelas.
Berlangsungnya aktifitas inti yakni 60 menit. Tema pembelajaran
yakni binatang. Dan sesudah itu peneliti melaksanakan pembicaraan
seputar permainan congklak.
Peneliti menjelaskannya mengenai permainan congklak yang
sebahai sebuah permainan tradisional asli di Indonesia, di saat peneliti
menjelaskan permainan congklak dan menghubungkannya pada tema
pembelajaran, beberapa anak memiliki ketertarikan. Anak-anak di ajak
untuk mengatakan nama permainan favorit ia di sekolah dan di rumah.
Pada tahapan akatifitas ini, kegiatan inti pertama di rumah.
Yang di gunakan peneliti permainan congklak pada siklus 1 sebanyak 30
biji congklak hal ini di karenakan anak-anak masih kesusahan dalam
membilang semua jumlah congklak, dalam permainan congklak ini peneliti
menyiapkan 3 permainan congklak dan di bagi menjadi 3 kelompok, 1
congklak dimainkan 2 orang anak.
Pada tahapan ini aktifitas pertama yang dilaksanakan ialah: siswa
mendengarkan serta mengamati aktifitas tanya jawab permainan congklak
yang dibuat oleh peneliti dan guru kelas. Serta melengkapi angkanya
Sebelum di mulainya aktifitas, peneliti mengkatagorikan anak
menjadi dua katagori: 1) yakni katagori bermain congklak dengan peneliti,
dan 2) lainnya mengisi angka dan membilang angka.
Kedua kelompok itu sendiri akan secara bergiliran berpartisipasi dan
menangani soal tersebut. Sesudah seluruh anak sudah bergiliran dalam
mengevaluasi hasil tanya jawab permainan congklak bersama anak.
Sesudah menyelesaikan seluruh tugas, meminta anak untuk mencuci
tangan dan kaki terlebih dahulu, selanjutnya istirahat dan makan siang
bersama.
3). Kegiatan akhir
Di aktivitas terakhir, yakni berdoa setelah makan. Dan mengevaluasi
aktifitas yang dimulai pada pagi tadi. Serta untuk memperkuat materi
mengenai cara bermain congklak. Selanjutnya peneliti bertanya mengenai
pengalaman apa yang mereka peroleh sesudah memainkan congklak.
Selanjutnya pembelajaran ini diakhiri dengan berdoa dalam dan pulang.
c). Tahap pengamatan (observasi)
Dalam tahapan mengamati dilaksanakan pada tahapan siklus I ini dapat
berjalan beradasrkan yang diinginkan dan terencana. Di awal pemebelajaran
anak-anak tampak penasaran dengan permainan congklak dan biji-bijian
yang disediakn di meja guru. Rasa ingin tahu anak berupa tindakan,
misalnya menanyakan pada teman, mananyakan pada guru kelas, dan
mengajukan pertanyaan langsung kepada peneliti. Terdapat juga orang yang
hanya memandangnya tanpa ada respon. Guru kelas dan peneliti
menerangkan bahwa pada aktifitas awal anak-anak cukup antusias dan
memiliki ketertarikan dalam bermain congklak.
Berdasarkan hasil mengamati dalam aktifitas pembelajaran, anak masih
bingung pada saat bermain permainan congklak secara benar, sulit
membilang seluruh jumlah congklak, dan terdapat juga yang kurang percaya
diri saat bermain congklak. Guru dan peneliti membekali siswa dengan
bentuk dukungan dan motivasi untuk maju dan berpartisipasi dalam
bermain permainan congklak yakni berupa tepuk tangan, pujian. Dengan
memberikan reward, anak menjadi lebih yakin percaya dan dikenali oleh
orang di sekitarnya. Dan mulai bisa mengurutkan bilangan 1-20 dalam
urutan yang tepat.
Pengamatan yang dilakukan berdasarkan RPPH yang didapatkan dari
pengamatan dalam siklus I ialah :
Tabel 4.1
Hasil Observasi Siklus I
No Nama Indikator
Jumlah Rata
Rata Keterangan
1 2
1 Bl 3 2 5 2,5 BSH
2 Fr 2 3 5 2,5 BSH
3 Fs 1 3 4 2 MB
4 Gr 2 3 5 2,5 BSH
5 Nf 4 2 6 3 BSH
6 Sw 3 4 7 3,5 BSB
7 Swa syah 3 2 5 2,5 BSH
8 Th 3 3 6 3 BSH
9 Zk 4 2 6 3 BSH
10 Zf 4 3 7 3,5 BSB
11
As 3 3 6 3 BSH
12 Af 2 4 6 3 BSH
13 Na 1 3 4 2 MB
14 Nt 2 2 4 2 MB
15 Nj 4 4 8 4 BSB
Total
nilai
No
Nama
Indikator
Jumlah
Rata-rata
Keterangan
1 2
Rata-rata
2,8
Hasil
persentase
70%
Keterangan
Hasil dari nilai mena menghasilkan bahwasanya anak-anak ke
kelompok B di Tk Bunda Yani sudah “BSH’’ Berkembang sesuai
harapan”
Penjelasan :
BB : Diberikan angka 1 ( bila anak melakukan dengan guru )
MB : Diberikan angka 2 ( bila anak melakukan tanpa guru)
BSH : Diberikan angka 3 ( Bila anak melakukan tanpa guru melalui bimbingan )
BSB : Di berikan angka 4 ( bila anak melakukan secara mandiri tanpa bantuan
atau bimbingan )
Dalam mengetahui jumlah nilai rata-rata tiap anak bisa diketahui dari rumus
dibawah ini :
X=X1+X2+X3..........................+Xn=n
Penjelasan :
X : Rata- rata
Xn : jumlah seluruh nilai
N : jumlah seluruh frekuensi
Jadi, perhitungannya seperti ini :
X= Nilai rata-rata 10 anak=jumlah keseluruhan
=2,5+2,5+2+2,5+3+3,5+2,5+3+3+3,5+3+3,5+3+2+2+4=15
2,8 (Berkembang berdasarkan harapan)
Dan dalam mengetahui hasil instrument tes tulis, bisa diketahui dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 4.2
Hasil Instrumen Tes Lisan siklus 1
No Nama Indikator
jumlah Rta-rata Keterangan 1 2
1 Bl 2 2 4 2 MB
2 Fr 2 2 4 2 MB
3 Fs 1 3 4 2 MB
4 Gb 2 3 5 2,5 BSH
5 Nf 4 2 6 3 BSH
6 Sw 3 4 7 3,5 BSB
7 Swa
Syah 3 2 5 2,5 BSH
8 Th 3 3 6 3 BSH
9 Zk 4 2 6 3 BSH
10 Zf 4 3 7 3,5 BSB
11 As 3 3 6 3 BSH
12 Af 2 4 6 3 BSH
13 Na 1 3 4 2 MB
14 Nt 2 2 4 2 MB
15 Nj 4 4 8 4 BSB
Tota nilai
NO
Nama
indikator
jumlah
Rata-rata
Keterangan
1 2
Rata-rata
2,53
Keterangan
Hasil dari nilai mena menghasilkan bahwasanya anak-anak
kelompok B di Tk Bunda Yani sudah BSH ‘’ Berkembang
Sesuai Harapan “
Dalam kekurangan itu sendiri bisa dilaksanakan evaluasi di siklus II, agar
peneliti memperoleh hasil berdasarkan yang terencana.
Penjelasan:
BB : Diberikan angka 1 (bila anak melakukannya dengan guru)
MB : Diberikan angka 2 ( bila anak melakukan tanpa guru)
BSH : Diberikan angka 3 ( bila anak melakukan tanpa guru dan bimbingan)
BSB : Diberikan angka 4 bila anak melakukan secara mandiri tanpa bantuan atau
bimbingan)
Dengan demikian bisa diambil simpulan bahwasanya siklus 1 berjalan berdasarkan
rencana, hasil pengamatan 2,8, hasil 70%, dan instrument uji lisan yakni 2,53.
Peneliti akan melakukan tahapan siklus kedua dalam pen capaian tujuan yang
sudah ditentukan.
d). Refleksi (Reflecting)
Dilihat dari hasil berpikir peneliti dan guru kelas siklus I mengenai
keterampilan membilang anak pada kelas B TK Bunda Yani belum mencapai
hasil yang diharapkan. Alasan dari hasil ini mungkin karena keterampilan
membilang beberapa anak yang rendah dan minimnya pengetahuan mengenai
prosedur bermain congklak. Oleh karena itu, masih dibutuhkan pelaksanaan
pada Siklus II dalam pencapaian kinerja yang diinginkan. Berikut masalahan
pada siklus kedua adalah:
1) Masih terdapat kesulitan bagi anak-anak untuk membilang jumlah
congklak. Keterampilan membilang anak yang tidak memadai bisa
menyebabkan permasalahan ini.
2) Demonstrasi bermain congklak yang dilaksanakan dalam kelas
membuat beberapa anak kurang konsentrasi dalam bermain. Keadaan
ruangan yang demikian tidak kondusif dalam aktifitas. Dikarenakan
beberapa anak yang memiliki tugasa dalam mengerjakan soal
terfokuskan pada temannya yang sedang bermain dengan peneliti.
3) Beberapa siswa masih bingung dalam bermain congklak. Karena
ritmenya, permainan ini dimainkan di perkotaan dan di antara anak-
anak. Dengan demikian, studi ini berharap dapat menjadi sarana
dalam melindungi budaya bermain congklak dari kepunahan dan
mengenalkannya ke dalam kehidupan anak-anak saat ini.
3 . Paparan data siklus II
Paparan data siklus II dilaksanakan pada hari senin 23-25 November 2020.
Berikut tahap yang terdapat dalam siklus II yakni:
a. Tahap perencanaan (Planning)
Sesuai hasil studi yang didapatkan pada siklus I, peneliti dan guru kelas
membahas prosedur permainan dan keadaan kelas yang tidak kondusif pada
siklus I. Melalui diskusi antar peneliti dan guru kelas, berharap bisa menemukan
strategi dalam memperbaiki siklus kedua. Dilihat dari hasil berdiskusi yang
sudah dilaksanakan, hal-hal yang harus disiapkan antara lain:
1) Mempersiapkan dan menyusun RPPH sebagai pedoman aktifitas yang
dilaksanakan pada siklus II. Dalam menyusun RPPH yang semakin
menarik pada siklus II ini semakin memudahkan anak dalam memahami
cara bermain permainan congklak.
2) Membuat instrument pengamatan dalam memperoleh data pada saat
berlangsungnya penelitian.
3) Menyusun lembaran tes lisan yang dipergunakan dalam tanya jawab
bersama siswa.
b. Tahap pelaksanaan (Acting)
Tahap siklus kedua sama pada siklus pertama. Peneliti bertugas
mengajar, mengobservasi, dan mengevaluasi siswa yang bermain permainan
congklak. Sementara tugas guru kelas ialah membantu peneliti dalam
pelaksanaan penelitian.
Berikut tahapan pelaksanaan pada siklus II yaitu:
1). Kegiatan Awal
Anak-anak berbaris di halam sekolah dalam pelaksanaan apel pagi.
Sesudah apel pagi para siswa dari TK Banda Yani masuk ke dalam kelas dan
bersiap dalam pelaksanaan sholat sebelum belajar. Bernyanyi dan absensi, dan
sesudah itu peneliti berbicara tentang tema dan permainan congklak.
Penelitian tersebut menggambarkan dan memperkuat mengenai cara
bermain congklak. Serta memperkuat konsep membilang dengan mengajak
anak-anak membilang jumlah teman di dalam kelas secara bersama.
2). Kegiatan inti
Pada tahapan ini, aktifitas inti yang pertama yang di lakukan penliti, ialah
menyiapkan 3 permainan congklak dan di bagi menjadi 3 kelompok itu 6
orang, 1 congklak di mainkan 2 orang anak, biji congklak yang di gunakan
pada siklus II ini sebanyak 60 biji congklak, berbeda dengan siklus I sebanyak
30 biji congklak.
Pada tahapan ini, aktifitas utama peneliti ialah meminta kedua siswa
dalam memainkan congklak di sebelah peneliti berdasarkan urutan kehadiran,
sedangkan siswa yang belum mengerjakn soal yang sudah dipersiapkan untuk
dikerjakan. Peneliti melakukan pengelompokan menjadi dua kelompok, yakni
1) kelompok secara bergiliran mengikuti permainan congklak bersama teman-
temannya, 2) kelompok yang mempunyai tugas dalam mewarnai gambar dan
mencocokkan jumlah gambar cumi-cumi. 3) Peneliti melaksanakan tes lisan
bersama dalam mengetahui bahwa keterampilan membilang anak sesudah
pelaksanaan siklus II.
Seesudah seluruh anak memperoleh giliran dalam bermain congklak
dengan teman-teman mereka. Peneliti mengevaluasi permainan congklak yang
dilaksanakan bersama anak-anak. Serta memberikan tugas mandiri memungut
sampah di kelas. Setelah menyelesaikan semua langkah, anak-anak berbaris
untuk mencuci tangan dan beristirahat.
3). Kegiatan Akhir
Pada aktivitas terakhir, di isi dengan doa setelah makan. Dan
mengevaluasi aktifitas yang telah dilaksanakan, dan menanyakan wawasan apa
yang telah di peroleh sesudah memainkan permainan congklak. selanjutnya
pelajaran di akhiri dengan doa, salam dan pulang.
c. Tahap pengamatan (Observing)
Pengamatan yang dilaksanakan selama fase siklus kedua ini bisa
berjalan berdasarkan harapan dan terencana. Di awal pembelajaran, anak-anak
terlihat lebih antusias bermain permainan congklak. Saat guru kelas dan
peneliti memanggil 2 (dua) anak untuk maju dan bermain congklak. Anak-anak
terlihat senang dan tidak sabar menunggu.
Dalam hasil mengamati aktifitas pembelajaran yang terjadi. Anak-anak
lebih percaya diri dan belajar lebih banyak mengenai prosedur bermain
congklak. Mereka yang awalnya mengalami kesulitan dalam menghitung biji
congklak mulai lancar saat menghitung biji congklak, dan menunjukkan
jumlah angka yang tepat melalui pengucapan angkanya. Dibandingkan dengan
siklus pertama, mereka melihat banyak peningkatan pada siklus kedua.
Berikut hasil pengamatan yang sudah dilakukan berdasarkan RPPH
yang didapatkan dari hasil pengamatan dalam siklus II ialah:
Tabel 4.3
Tabel Hasil Observasi Siklus II
No Nama Indikator
Jumlah Rata
Rata Keterangan
1 2
1 Bl 4 4 8 4 BSB
2 Fh 3 4 7 3,5 BSB
3 Fs 2 4 6 3 BSH
4 Gb 4 4 8 4 BSB
5 Nf 4 3 7 3,5 BSB
6 Swa 3 4 7 3,5 BSB
7 Swa syah 2 2 4 2 MB
8 Th 4 3 7 3,5 BSB
9 Zf 4 4 8 4 BSB
10 Zk 2 3 5 2,5 MB
11 AS 4 4 8 4 BSB
12 Al 3 3 6 3 BSH
13 Na 3 3 6 3 BSH
14 Nt 3 3 6 3 BSH
15 Nj 3 4 7 2,5 BSB
Total nilai
rata-rata 3,33
Hasil
persentase 82, 2%
Keterangan
Hasil dari nilai mean menghasilkan bahwasaya anak-anak kelompok B Di
TK Bunda Yani sudah ‘’BSB’’ Berkembang Sangat baik’’
Keterangan :
BB : Diberi kanangka 1 ( bila anak melakukan dengan guru)
MB : Diberikan angka 2 ( bila anak melakukan tanpa guru)
BSH : Diberikan angka 3 ( bila anak melakukan tanpa guru dan bimbingan)
BSB : Diberikan angka 4 ( bila anak melakukan secara mandiri tanpa bantuan atau
bimbingan )
Untuk h nilai mengetahui jumlah nilai tiap anak bisa di ketahui dari rumus di
bawah ini:
X= X1+X2+X3...............+Xn=n
Penjelasan :
X : Rata-rata
Xn : jumlah seluruh nilai
n : jumlah seluruh frekuensi
jadi, perhitungan nya di bawah ini:
X=Nilai mean 1-10 anak = jumlah seluruh anak
= 4+3,5+3+4+3,5+3,5+2+3,5+4+2,5+4+3+3+3+3,5=15
= 3,33 (Berkembang sangat Baik )
Sementara dalam mengetahui hasil penilaian instrumen tes lisan bisa di ketahui
dalam tabel di bawah ini
Tabel 4.4
Hasil Instrumen Tes Lisan siklus II
N
o
Nama Indikator
Jumlah
Rata-rata Keterangan
1 2
1 Bl 4 4 8 4 BSB
2 Fh 4 4 8 4 BSB
3 Fs 2 4 6 3 BSH
4 Gb 4 4 8 4 BSB
5 Nf 4 3 7 3,5 BSB
6 Swa 3 4 7 3,5 BSB
7 Swa syah 2 2 4 2 MB
8 Fh 3 3 6 3 BSB
9 Zf 4 4 8 4 BSB
1
0
Zk 3 3 6 3 MB
1
1
As 4 4 8 4 BSB
12 Al 4 4 8 4 BSB
1
3
Na 3 3 6 3 BSH
1
4
Nt 3 3 7 3 BSH
1
5
Nj 3 4 7 3,5 BSB
Total nilai 3,43
Keterangan Hasil dari nilai rata-rata menunjukan
NO
Nama
Indikator Jumlah Rata-rata keterangan
1 2
bahwa anak-anak kelompok B di Tk Bunda yani sudah BSB
“Berkembang Sangat Baik’’
Dengan demikian bisa di ambil simpulan bahwasanya siklus II
berjalan secara baik. Hasil observasi ini menghasilkan bahwasanya studi
ini mengalami keberhasilan. Dikarenakan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, maka nilai mean yang diperoleh dari observasi pada Siklus II
ialah 3,33 dengan predikat “BSB” berkembang dengan baik. Sementara
hasil persentase memperoleh 83,2% dan untuk hasil instrument tes lisan
memperoleh nilai mean 3,43 dengan predikat “BSB” Berkembang dengan
sangat baik.
d. Tahap Refleksi (Reflecting)
Siklus II merupakan upaya perbaikan diri dari tahap siklus I. Dalam tahap
siklus I hanya mendapat nilai rata-rata 3,33 (untuk hasil nilai observasi siklus I )
dari keseluruhan nilai siswa, 70% (untuk hasil persentase ) dan 3,43 (untuk hasil
instrumen Tes lisan ). Setelah mendapatkan penguatan materi dan konsep
membilang, anak-anak lebih memahami tata aturan permainan congklak dan
kemampuan membilang cukup meningkat.
Dengan begitu hasil refleksi yang telah dilakukan oleh peneliti dan guru
kelas siklus II tentang kemampuan membilang anak di Tk Bunda Yani kelas B
telah mencapai hasil dari nilai rata-rata 3,33. 83,2% untuk hasil persentase dan
3,43 untuk instrumen tes lisan yang digolongkan ke dalam BSB ( Berkembang
sangat Baik) maka tahap siklus II dinyatakan berhasil.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Permainan Congklak merupakan permainan yang dapat
mengembangkan konsep matematika pada anak yakni mengenal konsep
bilangan. Permainan congkak memberikan kesempatan pada anak untuk
melaksana kan kegiatan permainan sesuai dengan instruksi dari guru, anak
mampu membilang dengan menunjuk benda konkrit sehingga kegiatan
permainan akan lebih menarik dan tujuan belajar yang di harapkan dapat
tercapai dengan maksima. Permainan congkak menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan di
antaranya yaitu menyebut urutan bilangan 1-10, membilang dengan menunjuk
benda sampai 10, menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan
benda sampai 10. Alasan pemilihan permainan congklak ini adalah dalam
pelaksanaannya terdapat kegiatan bermain yang menyenangkan dan berfokus
pada anak.
Sesuai hasil studi yang telah dilaksanakan di kelas B Tk Bunda Yani
kemampuan membilang anak mulai mengalami peningkatan dengan
menggunakan permainan congklak. Dari pengamatan awal, peneliti penyebab
masih rendahnya kemampuan mengenal bentuk bilangan pada anak di
kelompok B di Tk Bunda Yani adalah kegiatan untuk pengenalan bentuk
bilangan yang dilakukan hanya dengan menggambar bentuk bilangan di papan
tulis atau menggunakan buku tulis metode mengajar seperti ini kurang efektif
jika diterapkan kepada anak usia dini karena seperti penjelasan sebelum nya
bahwa pada usia dini anak lebih cepat menyerap pembelajaran jika dilakukan
dengan benda-benda konkret.kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan
guru kelompok B Tk Bunda yani makassar mengatakan bahwa dalam proses
kegiatan pembelajaran guru jarang menggunakan media pembelajaran dengan
alasan bahwa guru merasa kerepotan apabila setiap hari harus membuat media
pembelajaran, serta fasilitas yang ada di Tk Bunda yani ini terbilang masih
minim atau kurang.
Untuk mengetahui hasil peningkatan keterampilan anak dapat di
ketahui dari hasil pengamatan tahapan siklus pertama dan kedua. Pada tahap
pra siklus, keterampilan membilang anak masih sangat rendah, dan hanya 30%
siswa di kelas yang dapat mencapai batas 20. Sementara pada permainan
congklak memiliki 16 lubang tempat biji congklak, yang masing-masing anak
memiliki 7 lubang biji congklak dan satu tempat penyimpanan hasil biji
congklak untuk pemenang.
Pada masa pra siklus, sebagian anak kesulitan dalam membilang
angka 10. Sementara dalam tahapan pra siklus I, anak bisa membilang biji
congkak sampai angka 15, dan pada tahapan siklus kedua, anak dapat
membilang jumlah anak sampai angka 20.
Meningkatnya keterampilan membilang anak dikarenakan
terpengaruh oleh media yang dipergunakan. Dan berhasilnya melakukan tes
lisan. Sebelum dilaksanakan penelitian, hanya melalui bermain dengan media
permainan congklak dalam mengembangkan keterampilan membilang anak.
Namun, sesudah melalui penggunaan permainan congklak dalam
mengembangkan keterampilan membilang, anak-anak menjadi antusias dan
tertarik. Jawaban yang diberikan berupa pertanyaan memegang alat congklak
dan bertanya kepada teman.
Pada tahapab pra siklus peneliti menguraikan mengenai permainan
congklak dan cara mengopersikan nya. Peneliti mendemonstrasikan kepada guru
kelas, kemudian dilanjutkan dengan siswa secara bergiliran.
Pada pelaksanaan siklus I, anak-anak masih sangat pemalu dan kurang
percaya diri. Selain itu, mereka masih kesulitan memainkan permainan congklak.
Bersamaan dengan itu, pada tahap siklus kedua, anak mulai lancar dan mengerti
cara bermain permainan congklak. Di sisi lain, saat mengurutkan melalui ucapan
pada bilangan, itu sudah dimulai dan lancar serta berkelanjutan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dengan adanya permainan congklak mampu meningkatkan kemampuan
membilang anak kelompok B di Tk Bunda Yani, yang sebelumnya rendah
atau hanya bisa membilang sampai angka 10 setelah diberikan penelitian
meningkat hingga angka 20. Hasil pada siklus 1 setiap anak mendapat nilai
rata-rata observasi sebesar 2,8 hasil persentase 70% dan 2,53 untuk nilai
rata-rata instrumen tes lisan. Sedangkan dalam tahap siklus II mendapat
nilai rata-rata 3,33, hasil persentase 83, 2% dan 3,43 untuk instrumen Tes
Lisan.
2. Permainan congklak bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan
kemampuan membilang anak dengan cara yang menyenangkan dan mudah
dipahami dan diingat oleh anak-anak. Karena selain kenaikan kemampuan
membilang. Peneliti dengan menggunakan permainan congklak ini dapat
mengembangkan sikap percaya diri, kerja sama antar teman dan sikap sabar
saat menunggu giliran untuk bermain dalam diri anak. Selain menjadi
alat untuk penelitian, permainan congklak bisa juga dijadikan sebagai media
untuk melestarikan dan mengenalkan budaya asli indonesia yang mulai
hilang. Agar kembali hidup dan di kenal kembali oleh anak- anak.
B. Saran
Penelitian mengenai peningkatan kemampuan membilang melalui
permainan congklak kelompok B di Tk Bunda Yani yang dilakukan oleh peneliti
masih terdapatlah kekurangan dan jauh dari kesempurnaan walaupun dinyatakan
berhasil saat penelitian berlangsung. Oleh karena itu, penelitian memiliki harapan
untuk penelitian selanjutnya, yakni:
1. Bentuk permainan congklak di desain lebih menarik lagi, agar anak-anak tertarik
dan lebih senang saat memainkannya
2. Peningkatan kemampuan membilang melalui permainan congklak sebaiknya
memahami kemampuan setiap peserta didik agar dapat mencapai indikator yang
dicantumkan
Dengan melihat harapan itu akan lebih meningkatkan kemampuan
membilang anak dengan cara yang mudah dan menyenangkan untuk anak
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2014 penelitian pendidikan PT Remaja Rosdakarya jln. Ibu inggit
Garnasih N0. 40 Bandung 40252
Dewi Retno Suminar. 2019. Psikologi Bermain dan permainan Anak surabaya
Airlangga University Press
Diana, Mutia. 2010. psikologi bermain Anak Usia Dini. Jln Tambra Raya No 23
Rawamangun. Jakarta 1322
Fadillah, M. 2017 bermain dan permainan Anak Usia Dini. Kencana jln, Tambra
Raya No 23 Rawamangun, jakarta 13220
Fatmawati siti Desi.2018. prodi pendidikan Guru PAUD, fakultas Tarbiyah dan
keguruan universitas islam Bandung vol.4,No.2
Hidayati, eny.2015. peningkatan kemampuan membilang 1-20 melalui permainan
tutup botol pada anak kelompok B Tk Dharma wanita kepuhrejo kecamatan
takeran kabupaten magetan tahun pelajaran 2014/2015 tamagetan t Jurnal
vol.03, No.02, Januari
Hasil wawancara bersama kepala sekolah Tk Bunda Yani , pada tanggal 16
November 2020
Hasil dokumentasi Profil Tk Bunda Yani, pada tanggal 16 November 2020.
Hasil dokumentasi Keadaan Guru di Tk Bunda Yani, pada tanggal 16 November
2020.
Hasil dokumentasi keadaan siswa Tk Bunda Yani, Pada tanggal 16 November 2020.
Indrijati, Hardinai. dkk. 2016. Psikologi perkembangan dan pendidikan Anak Usia
Dini. Prenada media group jln. Tambra Raya No 23 Rawamangun, jakarta
13220
Lestari indah putu dkk.2015. penerapan permainan congklak Bali maciwa untuk
meningkatkan perkembangan berpikir simbolik Anak usia dini. Jurnal
Obsesi volume x Nomor x Tahun xxxx Halaman x-x
Martuti, A. 2010. Manajemen Administrasi dan strategi pembelajaran. Kreasi
wacana. Perum sidorejo bumi indah (SBI) Blok f 155.
Nataliya, Prima. 2016. Efektivitas penggunaan media pembelajaran permainan
tradisional congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada
siswa sekolah dasar. Jurnal care volume 03 Nomor 2 Januari PG. Paud IKiP
PGRI Madiun
Suharsimi. Arikunto. 2012 penelitian tindakan kelas PT Bumi Aksara Jl. Sawo
Raya No. 18 Jakarta 13220
Tillong, D Adi. 2016. 49 Aktivitas pendongkrak kinerja otak kanan dan kiri Anak.
Laksana sampangan Gg. Perkutut No. 325-B Jl. Wonosari, Baturetno
Banguntapan Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nama Anak Kelompok B Tk Bunda Yani Makassar
Lampiran 1: Nama anak kelompok B Tk Bunda Yani
No Nama Anak Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Lahir Usia
1 Muh Bilal Lelaki 5 Tahun
2 Muh Fahril
Ramadhan
Lelaki 5 Tahun
3 Muh Faisal
Akbar S
Lelaki 5 Tahun
4 Muh Gibran
Ramadhan
Lelaki 5 Tahun
5 Muh Naufal
Abyan
Lelaki 5 Tahun
6 Muh syawal Lelaki 5 Tahun
7 Muh Syawal
Syahputra
Lelaki 5 Tahun
8 Muh Tahir Lelaki 6 Tahun
9 Zulkifli Lelaki 6 Tahun
10 Zulfikar Lelaki 6
Tahun
11
Aisyah
Ayudia Inara
Lelaki 5 tahun
12 Alifa Subrani Perempuan 6 Tahun
13 Nur Alifa Perempuan 5 Tahun
14 Natasya
elfatiha
Perempuan 5 Tahun
15 Najwa khaira
wilda
Perempuan 6 Tahun
Lampiran 2
Rubrik penilaian kemampuan membilang Anak
Rubrik Penilaian Tes Lisan SIKLUS 1
Rubrik Penilaian Skor Keterangan
Jika sama sekali
tidak mampu
menjawab
1 BB (Belum Berkembang)
Jika mampu
menjawab hingga
angka 5
2 MB ( Mulai Berkembang )
Jika mampu
menjawab hingga
angka 10
3 BSH ( Berkembang Sesuai Harapan )
Jika mampu
menjawab pertanyaan
dengan pemahaman
benar dan tepat
4 BSB ( Berkembang Sesuai Harapan )
Rubrik Penilaian Tes Lisan SIKLUS 2
Rubrik Penilaian
skor
Keterangan
Jika sama sekali
tidak mampu
menjawab
1
BB ( Belum Berkembang )
Jika mampu
menjawab hingga
angka 12
2 MB ( Mulai Berkembang)
Jika mampu
menjawab hingga
15
3 BSH ( Berkembang Sesuai
Harapan )
Jika mampu
menjawab
pertanyaan
dengan
pemahaman benar
dan tepat
4 BSB ( Berkembang Sangat Baik )
Lampiran 3
Hasil Lembar Observasi Anak 4 pertemuan
Hasil Lembar Observasi Guru 4 pertemuan
Hasil Lembar Observasi Anak Pertemuan 1
Tema : Binatang Laut
Sub Tema : Udang
Hari/Tanggal : Senin/23/November/2020
N
o
1
Nama
Anak
Aspek penilaian
Menuliskan Lambang
bilangan 1-10
Melengkapi bilangan
1-20
Menyusun biji congklak
1-20
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Bilal BS
H
BS
H
2 Fahril BS
H
BS
H
BS
H
3 Faisal M
B
MB MB
4 Gibran BS
H
BS
H
BS
H
5 Naufal BS
H
BS
H
BS
H
6 Syawal BS
B
BS
B
BS
B
BS
H
7 Syawal
syaputra
BS
H
BS
H
8 Fahir BS
H
BS
H
BS
H
9 Zulkifli BS
H
BS
H
BS
H
10 Zulfikar BS
B
BS
B
BS
B
11 Aisyah BS
H
BS
H
BS
H
12 Alifa BS
H
BS
H
BS
H
13 Nur alifa M
B
MB MB
14 Natasya M
B
MB MB
15 Najwa BS
B
BS
B
BS
B
Keterangan :
BSB (4) : Berkembang Sangat Baik
BSH (3) : Berkembang Sesuai Harapan
MB (2) : Mulai Berkembang
BB (1) : Belum Berkembang
Hasil Lembar Observasi Anak Pertemuan 2
Tema : Binatang Laut
Sub Tema : Cumi-cumi
Hari/Tanggal : Selasa /24/ November/ 2020
No Nama
Anak
Aspek Penilaian
Hitunglah jumlah
masing- masing
gambar cumi
Menebalkan Angka Membilang dengan
bermain congklak
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Bilal MB MB MB
2 Fahril MB MB MB
3 Faisal MB MB MB
4 Gibran BSH BSH BSH
5 Naufal BSH BSH BSH
6 Syawal BSB BSB BSB
7 Syawal
saputra
BSH BSH BSH
8 Fahir BSH BSH BSH
9 Zulkifli BSH BSH BSH
10 Zulfikar BSB BSB BSB
11 Aisya BSH BSH BSH
12 Alifa BSH BSH BSH
13 Nur
alifa
MB MB MB
14 Natasya MB MB MB
15 Najwa BSB BSB BSB
Keterangan :
BSB (4) : Berekembang Sangant Baik
BSH (3) : Berkembang Sesuai Harapan
MB (2) : Mulai Berkembang
BB (1) : Belum Berkembang
Hasil Lembar Observasi Anak Pertemuan 3
Tema : Binatang Laut
Sub Tema : Ikan Lumba-Lumba
Hari/Tanggal : Rabu/25/November/2020
No Nama
Anak
Aspek Penilaian
Mencocokkan
bilangan dengan
lambang bilangan
Mewarnai gambar
ikan lumba-lumba
Membilang dengan
bermain congklak 1-
10
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Bilal BSB BSB BSB
2 Fahril BSB BSB BSB
3 Faisal BSH BSH BSH
4 Gibran BSB BSB BSB
5 Naufal BSB BSB BSB
6 Syawal BSB BSB BSB
7 Syawal
saputra
MB MB MB
8 Tahir BSB BSB BSB
9 Zulkifli BSB BSB BSB
10 Zulfikar MB MB MB
11 Aisya BSB BSB BSB
12 Alifa BSH BSH BSH
13 Nur alifa BSH BSH BSH
14 Natasya BSH BSH BSH
15 Najwa BSB BSB BSB
Keterangan :
BSB (4) : Berkembang Sangat Baik
BSH (3) : Berkembang Sesuai Harapan
MB (2) : Mulai Berkembang
BB (1) : Belum Berkembang
Hasil Lembar Observasi Anak Pertemuan 4
Tema : Binatang Laut
Sub Tema : Bintang Laut
Hari/Tanggal : Senin/29/November/2020
No Nama
Anak
Aspek Penilaian
Anak membuat
bintang dari kertas
origami
Anak kolase bentuk
bintang
Anak membilang
dengan bermain
congklak 1-20
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Bilal BS
B
BS
B
BS
B
2 Fahril BS
B
BS
B
BS
B
3 Faisal BS
H
BS
H
BS
H
4 Gibran BS
B
BS
B
BS
B
5 Naufal BS
B
BS
B
BS
B
6 Syawal BS
B
BS
B
BS
B
7 Syawal
saputra
MB M
B
MB
8 Tahir BS
B
BS
B
BS
B
9 Zulkifli BS
B
BS
B
BS
B
10 Zulfikar MB M
B
MB
11 Aisyah BS
B
BS
B
BS
B
12 Alifa BS
B
BS
B
BS
B
13 Nur alifa BS
H
BS
H
BS
H
14 Natasya BS
H
BS
H
BS
H
15 Najwa
Keterangan :
BSB (4) : Berkembang Sangat Baik
BSH (3) : Berkembang Sesuai Harapan
MB (2) : Mulai Berkembang
BB (1) : Belum Berkembang
Lembar Penilaian Observasi Guru Pertemuan I
Tema : Binatang Laut/Binatang Laut
Sub Tema : Udang
Hari/Tanggal : Senin/23/November/2020
No Aspek yang diteliti kriteria
I. Persiapan Ya Tidak
1 Salam dan menciptakan suasana kelas dengan penuh
keakraban dan rasa antusias
5 4
2 Guru menyampaikan dan menuliskan tema
pembelajaran
5 4
3 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
5 4
4 Guru memberikan pertanyaan dan memberikan
motivasi kepada anak yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tema
pelajaran untuk disampaikan kepada anak
5 4
II. Kegiatan belajar mengajar 5 4
5 Guru menyampaikan dan menjelaskan tema dan materi
pembelajaran dengan jelas
5 4
6 Guru menyampaikan materi secara berurutan dan
sistematis
5 4
7 Guru mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 5 4
8 Guru menjelaskan bagaimana cara melengkapi gambar
udang dengan lambang bilangan
5 4
9 Guru Memberikan penguatan terhadap setiap dari
jawaban anak
5 4
11 Guru memberikan pujian kepada setiap anak yang
menjawab pertanyaan dengan benar untuk memotivasi
anak
5 4
III. Penutup 5 4
12 Guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran
untuk besok
5 4
13 Guru bersama anak menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
5 4
14 Guru memberikan nasehat kepada anak agar selalu
rajin belajar
5 4
Kriteria penilaian :
Ya : 5
Tidak : 4
Lembar Penilaian Observasi Guru Pertemuan II
Tema/Sub Tema : Binatang/Binatang Laut
Sub Tema : Cumi-cumi
Hari/Tanggal : Selasa/ 24/November/2020
No Aspek yang diteliti kriteria
I. Persiapan Ya Tidak
1 Salam dan menciptakan suasana kelas dengan penuh
keakraban dan rasa antusias
5 4
2 Guru menyampaikan dan menjelaskan tema
pembelajaran
5 4
3 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
5 4
4 Guru memberikan pertanyaan dan memberikan
motivasi kepada anak yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tema
pelajaran untuk disampaikan kepada anak
5 4
II. Kegiatan belajar mengajar 5 4
5 Guru menyampaikan dan menjelaskan tema dan
materi pembelajaran dengan jelas
5 4
6 Guru menyampaikan untuk pembelajaran hari ini 5 4
7 Guru bercakap cakap tentang Binatang apa saja yang
ada di laut
5 4
8 Guru menumbuhkan partisipasi aktif anak dalam
pembelajaran
5 4
9 Guru Memberikan penguatan terhadap setiap dari
jawaban anak
5 4
11 Guru memberikan pujian kepada setiap anak yang
menjawab pertanyaan dengan benar untuk
memotivasi anak
5 4
III. Penutup 5 4
12 Guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran
untuk besok
5 4
13 Guru bersama anak menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
5 4
14 Guru memberikan nasehat kepada anak agar selalu
rajin belajar
5 4
Kriteria penilaian :
Ya : 5
Tidak : 4
Lembar Penilaian Observasi Guru Pertemuan III
Tema/Sub Tema : Binatang/Binatang Laut
Sub Tema : Ikan Lumba-lumba
Hari/Tanggal : Rabu/ 25/November/2020
No Aspek yang diteliti kriteria
I. Persiapan Ya Tidak
1 Salam dan menciptakan suasana kelas dengan penuh
keakraban dan rasa antusias
5 4
2 Guru menyampaikan dan menjelaskan tema
pembelajaran
5 4
3 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
5 4
4 Guru memberikan pertanyaan dan memberikan
motivasi kepada anak yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tema
pelajaran untuk disampaikan kepada anak
5 4
II. Kegiatan belajar mengajar 5 4
5 Guru menyampaikan dan menjelaskan tema dan materi
pembelajaran dengan jelas
5 4
6 Guru menyampaikan materi secara berurutan dan
sistematis
5 4
7 Guru mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
anak sehari hari
5 4
8 Guru menyebutkan angka 1-20 di depan kelas 5 4
9 Guru Memberikan penguatan terhadap setiap dari
jawaban anak
5 4
11 Guru memberikan pujian kepada setiap anak yang
menjawab pertanyaan dengan benar untuk memotivasi
anak
5 4
III. Penutup 5 4
12 Guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran
untuk besok
5 4
13 Guru bersama anak menyimpulkan materi yang telah
dipelajari hari ini
5 4
14 Guru memberikan nasehat kepada anak agar selalu
rajin belajar
5 4
Kriteria penilaian :
Ya : 5
Tidak :4
Lembar Penilaian Observasi Guru Pertemuan IV
Tema/Sub Tema : Binatang/Binatang Laut
Sub Tema : Bintang Laut
Hari/Tanggal : Senin/ 29/November/2020
No Aspek yang diteliti kriteria
I. Persiapan Ya Tidak
1 Salam dan menciptakan suasana kelas dengan penuh
keakraban dan rasa antusias
5 4
2 Guru menyampaikan dan menjelaskan tema
pembelajaran
5 4
3 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
5 4
4 Guru memberikan pertanyaan dan memberikan
motivasi kepada anak yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tema
pelajaran untuk disampaikan kepada anak
5 4
II. Kegiatan belajar mengajar 5 4
5 Guru menyampaikan dan menjelaskan tema dan materi
pembelajaran dengan jelas
5 4
6 Guru menyampaikan materi secara berurutan dan
sistematis
5 4
7 Guru mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 5 4
8 Guru menumbuhkan partisipasi aktif anak dalam
pembelajaran
5 4
9 Guru Memberikan penjelasan bagaimana membuat
kolase bentuk bintang dari origami
5 4
11 Guru memberikan pujian kepada setiap anak yang
menjawab pertanyaan dengan benar untuk memotivasi
anak
5 4
III. Penutup 5 4
12 Guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran
untuk besok
5 4
13 Guru memberikan informasi tentang pelajaran untuk
hari esok
5 4
14 Guru memberikan nasehat kepada anak agar selalu
rajin belajar
5 4
Kriteria penilaian :
Ya : 5
Tidak : 4
Lampiran 6
Rencana Program Pembelajaran Harian (RPPH)
Lampiran 7
Skenario Pembelajaran Anak 4 Pertemuan
Skenario Pembelajaran
Siklus II Pertemuan I
Tema/Sub Tema : Binatang/Binatang Laut/udang
Hari/Tanggal : Senin/ 23/November/2020
Kegiatan Awal :
Menyebut Angka dengan gambar angka yang ditunjukkan guru. Pembelajaran
yang dilakukan secara individu, guru menunjukkan gambar angka , sebelum
melengkapi bilangan 1-20 anak di minta untuk menyebut angka 1-20 secara
bersama-sama kemudian di lanjutkan dengan menyusun biji congklak.Guru
menyampaikan pembelajaran penambahan dengan cara bercerita secara singkat
tentang gambar yang ada pada gambar angka. Penilaian yang dilakukan adalah
dengan cara pengamatan (observasi) dengan pedoman yang telah dibuat.
Kegiatan inti:
Terdiri dari 3 kegiatan, yaitu Menuliskan lambang bilangan menggunakan pensil,
dan yang ke dua anak-anak melengkapi bilangan 1-20 menggunakan gambar
udang dan yang tiga Menyusun biji congklak
Kegiatan akhir :
Memahami perilaku mulia, yaitu tentang kejujuran dengan mendengarkan cerita
bergambar yang dibacakan oleh guru kemudian anak diminta mengungkapkan
nilai-nilai sosial yang ada pada cerita dengan tanya jawab, berdoa pulang.
Skenario Pembelajaran
Siklus II Pertemuan II
Tema/Sub Tema : Binatang/Binatang Laut/cumi-cumi
Hari/Tanggal : Selasa/ 24/November/2020
Kegiatan Awal :
Bernyanyi lagu pohon jambu, bercakap cakap tentang binatang yang ada di laut.
Kegiatan Inti :
Terdiri dari 3 kegiatan, yaitu yang pertama menghitung jumlah gambar cumi-cumi
yang ke dua anak –anak disuruh menebalkan angka 1- 5 yang ke tiga anak –anak
membilang dengan bermain congklak
Kegiatan Akhir:
Bernyanyi lagu tentang binatang
Skenario Pembelajaran
Siklus II Pertemuan III
Tema/Sub Tema : Binatang/Binatang Laut/ikan lumba-lumba
Hari/Tanggal : Rabu/ 25/November/2020
Kegiatan Awal :
Anak –anak disuruh guru untuk menyebutkan nama-nama ikan yang ada di laut
dan
Kegiatan inti :
Terdiri dari 3 kegiatan yaitu, yang pertama anak di suruh mencocokkan jumlah
ikan lumba-lumba dengan angka yang ke dua anak di suruh guru untuk mewarnai
gambar ikan yang ada pada LKA yang di sediakan guru yang ke tiga membilang
dengan bermain congkak
Kegiatan Akhir :
Menunjukkan hasil karya anak-anak di depan kelas dan berdoa pulang.
Skenario Pembelajaran
Siklus II Pertemuan IV
Tema/Sub Tema : Binatan/Binatang Laut/Bintang Laut
Hari/Tanggal : Senin/ 29/November/2020
Kegiatan Awal :
Membilang dengan gambar yang ada di kelas yang ditunjukkan oleh guru.
Pembelajaran yang dilakukan secara individu, guru menunjukkan benda-benda
yang ada di kelas, sebelum menghitung angka 1-20 secara bersama-sama
kemudian dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.
Kegiatan Inti :
Terdiri dari 3 kegiatan yaitu, kegiatan mengerjakan LKA dengan anak membuat
bintang dari origami yang ke dua anak membuat kolase bentuk bintang dari
origami yang ketiga anak membilang dengan bermain congklak.
Kegiatan akhir :
Bermain dan berdoa pulang
Lampiran 8
Foto Kegiatan Penelitian
DOKUMENTASI
Tk Bunda Yani
Permainan Congklak
Berbaris di dalam kelas sebelum memulai pelajaran
Mengenalkan Angka 1-20
Anak-anak menulis Angka 1-20 didepan
Bermain congklak
F
Lampiran 9 Persuratan
Surat pengantar dari TU
Surat Izin Dari LP3M Surat Izin Penelitian Dari Dinas PTSP Provinsi Sulsel
Surat Keterangan Validasi
Kartu Kontrol Penelitian
Surat Izin Dari Tk Bunda Yani Makassar
Kartu Kontrol Bimbingan
RIWAYAT HIDUP
Fira yuniar. Dilahirkan di Desa Nunggi kecematan Wera
Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat pada Tanggal 05
juni 1999. Anak pertama dari 4 bersaudara, dari pasangan
Ayahanda Syahrir Hamzah dan ibunda Jahari . penulis
masuk sekolah dasar pada 2005 di SDN Nunggi Satu
Kecamatann Wera kabupaten Bima Dan Tamatan Tahun 2010, tamat SMP Negeri
2 wera Tahun 2013, dan Tamat SMA Negeri 2 Wera Tahun 2016. Pada Tahun
yang sama 2016. penulis melanjutkan pendidikan S1 program studi Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.