peningkatan kemampuan membaca

78
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF MELALUI METODE LANGSUNG SISWA KELAS VIII-B MTs NURUL MUCHLISHIN PAKONDANG RUBARU SUMENEP (Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia) SKRIPSI Oleh Nama : Moh Suatip NPM : 07223057 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) SUMENEP TAHUN 2011

Upload: mohsuatip

Post on 01-Dec-2015

299 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF MELALUI METODE LANGSUNG SISWA KELAS VIII-B MTs NURUL MUCHLISHIN

PAKONDANG RUBARU SUMENEP

(Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia)

SKRIPSI

Oleh

Nama : Moh Suatip

NPM : 07223057

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) SUMENEP

TAHUN 2011

2

SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF MELALUI

METODE LANGSUNG SISWA KELAS VIII-B MTs NURUL MUCHLISHIN

PAKONDANG RUBARU SUMENEP

Oleh:

Moh Suatip

NPM : 07223057

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diujikan

Sumenep, 2011

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Bambang Yuliyanto M.Pd Drs. Nanang Pangayoman M.Si NIDN: NIDN:

Sumenep, 2011

Ketua Jurusan PBSI

Hermin Irawati M.Pd NIDN:0701234455

3

SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF MELALUI

METODE LANGSUNG SISWA KELAS VIIIB MTs NURUL MUCHLISHIN

PAKONDANG RUBARU SUMENEP

Oleh:

Moh Suatip

NPM: 07223057

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Pada tanggal: 7 Agustus 2011

dan telah direvisi dengan baik

Dewan Penguji

1. Ketua dewan penguji

E.A.A. Nurhayati, SS, M. Hum NIDN. 0706046801

______________________

2. Anggota dewan penguji

Sunaryo, BA NIDN. 0713054801

______________________

3. Anggota dewan penguji

Dewi Istiwatie, SH. M.Pd NIDN: 0718046601

______________________

Sumenep, 7 Agustus 2011

Ketua STKIP PGRI sumenep

Drs. Musaheri M.Pd NIDN:0701066302

4

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik

sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Sumenep, 16 Juli 2011

Moh Suatip

5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO: “Berdoa, berpikir, berusaha, dan bersabar merupakan

kunci keberhasilan.”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan dengan rendah hati serta

diiringi ucapan terimakasih kepada :

1. Lawi (alm) Bapakku dan Siti Ibuku dengan cinta

dan kasih sayangmu serta doamu yang selalu

mengiringi setiap langkah dalam hidupku untuk

mendapatkan ridha Allah Swt

2. Ketiga kakakku dan bibikku yang tiada henti

memberikan semangat

3. Teman hidupku, dan sahabat-sahabatku yang

menciptakan rajutan kisah persahabatan yang

indah, dan tanpa pamrih.

6

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah menganugerahkan nikmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Ekspresif Siswa Kelas

VIII-B MTs Nurul Muhclishin Pakondang Rubaru Sumenep”, tanpa

hambatan yang berarti.

Sholawat dan salam senantiasa kami haturkan kepada Nabi

Muhammad saw. Beliaulah yang telah menunjukkan kepada kita jalan

kebenaran dan mengajarkan kita untuk saling mencintai dan menyayangi

antar sesama.

Tulisan ini merupakan persembahan sekaligus tugas akhir yang

menjadi bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di

bidang pendidikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)

PGRI Sumenep.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya

kemampuan dan pengetahuan peneliti, baik dalam penyusunan teori

dalam penelitian, oleh sebab itu dengan lapang dada dan senang hati

menerima segala kritik dan saran dari semua pihak membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Selama proses penulisan skripsi ini, peneliti telah mendapatkan

bantuan baik moril maupun sprituil baik secara langsung maupun tidak

langsung dari berbagai pihak. Sehingga melahirkan inspirasi dan

kelancaran dalam tingkat eksplorasi pemikiran maupun pada wilayah

7

teknis penyelesaian. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Musaheri, M.Pd selaku ketua STKIP PGRI Sumenep

2. Pembantu ketua bidang Akademik, Asy‟ari, M.Pd, Pembantu ketua

bidang Keuangan dan Administrasi Drs. Nanang Pangayoman,

M.Si, dan pembantu ketua bidang kemahasiswaan, Muhammad

Saidi, M.Pd

3. Hermin irawati, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumenep

4. Dr. Bambang Yuliyanto M.Pd selaku Pembimbing I yang telah

merelakan waktunya untuk membaca dan memberikan masukan

dan perbaikan dalam skripsi ini

5. Drs. Nanang Pangayoman, M.Si, selaku Pembimbing II yang juga

telah merelakan waktunya untuk membaca dan memberikan

masukan dan perbaikan dalam skripsi ini

6. Segenap dosen STKIP yang telah mendidik dan membimbing

penulis selama kuliah di STKIP

7. Bapakku (alm) dan Ibuku tercinta yang tidak pernah bosan

melantunkan doa-doanya dan bantuan moral dan material selama

ini.

8. Kakakku Moh Muzayyin, Moh Surisno dan Sahwati beserta bibikku

Monami, yang senantiasa menyejukkan sanubari saya dengan

lantunan do‟anya di setiap waktu.

8

9. Kepala sekolah dan guru Bahasa Indonesia di MTs Nurul

Muchlishin yang telah mendukungku dalam penyelesaian penelitian

ini.

10. Semua pihak yang telah membantu sepenuhnya penyelesaian

penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat saya sebutkan namanya

satu persatu dalam lembaran terbatas ini.

Akhirnya, penulis hanya mampu berdo‟a semoga karya yang

sederhana dan biasa-biasa ini dapat memberikan kontribusi positif bagi

penelitian dan menambah kemampuan aplikatif mahasiswa dalam

melakukan penelitian tindakan kelas , Amin.

Sumenep, 16 Juli 2011 Penulis, Moh suatip

9

ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Membaca Ekspresif Melalui Metode Langsung Siswa Kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep

Kata Kunci : Membaca,

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih kurangnya kemampuan membaca ekspresif siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muclishin Pakondang Rubaru Sumenep, yang disebabkan adanya berbagai masalah berkenaan dengan materi, proses pembelajaran serta kemampuan siswa yang berbeda-beda selain siswa membaca, juga dituntut untuk mengekspresikan bagaimana isi, maksud, dan tujuan dari sebuah wacana tersebut, seperti membaca teks drama dan membaca teks puisi. Dalam membaca ekspresif tidak sama dengan membaca wacana lain, seperti memperhatikan tanda baca, intonasi nada, mimik dan karakter, serta mengungkapkannya harus disesuaikan dengan isi wacana tersebut.

Adapun masalah pada penelitian ini, yaitu (a) aktifitas siswa dalam membaca ekspresif melalui metode langsung, (b) peningkatan kemampuan siswa dalam membaca ekspresif melalui metode langsung. Metode langsung yang dimaksud memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari, menemukan, dan menentukan objek secara langsung dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada dilingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil dari masalah pada penelitian ini, yaitu aktivitas siswa dalam membaca ekspresif melalui metode langsung, dan peningkatan kemampuan siswa dalam membaca ekspresif melalui metode langsung. Pada siklus pertama diperoleh rata-rata 58,97 dari 39 jumlah siswa keseluruhan. Hasil tersebut dikategorikan cukup atau sedang. Sedangkan pada siklus kedua nilai rata-rata kelas yang diperoleh 82,055 hasil rata kelas pada siklus kedua mengalami peningkatan dari siklus pertama. Maka proses pembelajaran membaca ekspresif melalui metode langsung siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep dapat ditingkatkan.

Dalam penelitian ini, tindakan-tindakan seorang guru sangatlah penting untuk membangkitkan minat baca siswa didalam kelas. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kepekaan terhadap situasi kelas dan situasi siswa, untuk menghindari kebosanan dan kejenuhan siswa dengan mengalihkan metode dan teknik yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan bisa dipahami dengan sepenuhnya.

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Masalah ................................................................................... 5

1. Ruang Lingkup Masalah ........................................................... 5

2. Batasan Masalah ...................................................................... 6

3. Rumusan Masalah ................................................................... 6

C.Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 7

2. Manfaat Praktis ........................................................................ 8

E. Definisi Operasional ................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 10

A. Membaca ................................................................................. 10

11

1. Pengertian Membaca ............................................................... 10

2. Tujuan Membaca ...................................................................... 13

B. Pengertian Membaca ekspresif ................................................. 15

C. Tujuan Membaca Ekspresif ..................................................... 16

D. Metode Langsung ..................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 22

A. Rancangan Penelitian .............................................................. 22

1. Perencanaan ........................................................................... 26

2. Implementasi ............................................................................. 26

3. Observasi ................................................................................. 26

4. Analisis Data ............................................................................ 27

5. Refleksi ..................................................................................... 27

B. Data Dan Sumber Data ............................................................ 27

1. Data .......................................................................................... 27

2. Sumber Data ............................................................................ 28

C. Subjek Penelitian ..................................................................... 29

D. Instrumen Penelitian ................................................................ 29

E. Tekhnik Pengumpulan Data ..................................................... 29

F. Teknik Analisis Data ................................................................. 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 35

A. Siklus Pertama ......................................................................... 35

1. Perencanaan ............................................................................ 36

2. Implementasi dan Observasi .................................................... 36

12

3. Refleksi ..................................................................................... 41

B. siklus kedua ............................................................................. 42

1. Perencanaan ............................................................................ 42

2. Implementasi dan Observasi .................................................... 42

3. Refleksi ..................................................................................... 46

C. Simpulan .................................................................................. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 48

A. Kesimpulan .............................................................................. 48

B. Saran ....................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa

sebagai alat komunikasi, kenyataan yang di hadapi oleh semua ahli dalam

bidang pengetahuan semakin memperdalam infomasi, kian banyak ilmu

pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Abdul Chaer (2006:1) Bahasa adalah suatu sistem

lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer digunakan oleh suatu masyarakat

tutur untuk bekerja sama berkomunikasi dan mengedentifikasi diri.

Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat komunikasi verbal, yang

dipergunakan untuk membedakan bahasa dan alat-alat komunikasi

lainnya, seperti bahasa tubuh, bahasa binatang, dan kode-kode morse,

istilah verbal mengandung pengertian bahwa bahasa yang dipergunakan

sebagai alat komunikasi, pada dasarnya adalah lambang-lambang

bersistem dan dihasilkan oleh artikulator atau alat bersuara manusia yang

bersifat mana suka atau arbitrer Tampubolon (1990).

Apabila lambang-lambang bahasa dipergunakan secara langsung,

dalam arti bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan langsung komunikasii

tersebut, disebut komunkasi lisan. Tetapi bila lambang-lambang itu

dipergunakan secara tidak langsung dalam arti bunyi-bunyi bahasa itu

diubah menjadi lambang-lambang tulisan, yaitu dengan memakai bahasa

tulis.

14

Keunggulan bahasa tulis dengan bahasa lisan, yaitu dalam

bahasa tulis menyimpan ide-ide atau pikiran-pikiran yang merupakan

bagian penting dari kebudayaan suatu bangsa. dengan bahasa tulis dapat

tahan lama karena adanya sistem arsip dan perpustakaan, berbeda

dengan bahasa lisan yang keunggulannya mudah di pahami dan

dimengerti oleh pendengar yang unusur-unsurnya selalu berubah dan

sering dilupakan.

Dalam komunikasi tulis, lambang-lambang bunyi bahasa diubah

menjadi tulisan atau huruf-huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Setelah

pengubahan dikuasai barulah penekanan membaca terhadap

pemahaman isi bacaan.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Oleh kerena itu, pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi bahasa Indonesia baik secara

lisan maupun secara tulisan. Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk

meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan

kemampuan berfikir, bernalar, serta memperluas wawasan.

Berdasarkan sistem komunikasi yang di kemukakan diatas

(Tarigan 1990:1) berpendapat dalam bahasa ada empat keterampilan

yang harus dibina dan dikembangkan. Keterampilan tersebut adalah

keterampilan menyimak, mendengarkan, berbicara, dan keteampilan

menulis. Dua keterampilan pertama terdapat pada komunikasi tulis.

Keterampilan diatas, berdasarkan pemerolehan dan perkembangan

bahasa ketika menyimak bahasa kali pertama di sekitarnya. Dengan

potensi yang dimilikinya maka memperoleh kaidah-kaidah bahasa,

15

kemudian dikembangkan keterampilan berbicara, belajar membaca dan

belajar menulis secara formal dirumah atau disekolah. Keempat

keterampilan itu haruslah saling berhubungan. Dalam pemerolehan

bahasa, sianak akan menirukan ujaran-ujaran kemudian berbicara. Untuk

keterampilan kalipertama yang diperoleh pada sekolah formal adalah

keterampilan membaca dan menulis. Keterampilan tersebut jelas akan

berpengaruh pada ketiga keterampilan lainnya dan apabila melalaikan

salah satu diantaranya, pasti berpengaruh jelek terhadap keterampilan

lainnya. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu

kesatuan atau catur tunggal (Tarigan, 1990).

Bedasarkan pengalaman dan pengamatan agaknya tidaklah

berlebihan bila kita berkata bahwa keterampilan membaca mempunyai

peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manusia sepanjang

masa. Membaca merupakan suatu daya pemersatu yang ampuh dan

cenderung mempersatukan kelompok-kelompok dengan memberikan

pengalaman-pengalaman namun yang seolah-olah dialami sendiri dan

menanamkan sikap-sikap, ide-ide, minat-minat, dan aspirasi-aspirasi

umum. Karena itulah salah satu masalah yang kita hadapi kini adalah

menentukan cara-cara membaca yang baik agar mudah memahami

maksud, tujuan apapun pesan yang ada dalam bacaan tersebut.

Berbagai usaha dalam meningkatkan minat membaca untuk

memperoleh informasi terasa sekali, sekalipun dengan derasnya arus

informasi yang harus diserap oleh para anggota masyarakat melalui

media tulisan terutama dikalangan pendidikan bagi siswa. Pelajaran

membaca di SMP/MTs pada umumnya hanya dipusatkan pada membaca

16

buku-buku dengan tujuan untuk studi, yaitu dengan memahami isi buku

secara keseluruhan, baik pikiran-pikiran pokok maupun pikiran penjelas

sehingga mendapatkan pemahaman yang komprehensip atau mendalam

dan padat tentang isi buku.

Melihat kenyataan tersebut calon guru dan guru bahasa Indonesia

khususnya harus belajar membaca dan mengajar membaca secara

intensif karena ini tuntunan mutlak profesi mereka. Tidaklah berlebihan

bila berkata bahwa taraf minat membaca siswa turut pula menentukan

taraf kemajuan masa depan bangsa dan Negara. Bagi guru yang

profesional agar dapat menerapkan ilmu pengetahuan kepada para siswa

harapan Nusa dan Bangsa yang lebih cerah dan cerita.

Berbicara tentang membaca, banyak faktor yang mempengaruhi

kemampuan dalam memahami informasi dari yang dibacanya. Salah satu

faktor tersebut adalah penguasaan bahasa menerima informasi baik

penguasaan makna kata maupun susunan kalimatnya.

Sesuai dengan prinsip membaca, yaitu (1) membaca dan

menguasai bahasa sejalan serempak karena tanpa menguasai bahasa

seseorang sulit untuk mengembangkan keterampilan membacanya, (2)

membaca adalah kegiatan menghubungkan lambang tulisan dengan ide

dan juga yang ada di belakang lambang huruf, (3) membaca merupakan

kegiatan belajar memahami yang bermuara pada pemahaman.

Dalam pembelajaran membaca banyak sekali jenis-jenis

membaca yang pernah yang kita ketahui dan kita dapatkan di bangku

sekolah. Namun, membaca ekpresiflah yang lebih mendalam atau lebih

memahami dalam menyampaikan suatu maksud dalam sebuah bacaan.

17

Tujuan membaca ekspresiflah itu terkandung dalam kegiatan: (1)

membaca pengarahan diri sendiri, (2) membaca penafsiran, (3) dan

membaca kreatif. Dalam hal ini siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif

di dalam pembelajaran membaca supaya mudah mengerti dan tanggap

terhadap isi bacaan baik maksud maupun tujuan.

B. Masalah 1. Ruang Lingkup Masalah

Menurut Abdul Chaer (2006:2) fungsi bahasa adalah sebagai alat

untuk bekerja sama atau komunikasi di dalam kehidupan manusia

masyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya bisa juga menggunakan

cara lain, bentuk isyarat, lambang-lambang, kode-kode tertentu lainnya.

Tetapi dengan bahasa komunikasi dapat berlangsung dan sempurna.

fungsi bahasa yang begitu penting dalam kehidupan sehari hari

dapat menerima informasi di tuntut kemampuan membaca. Kemampuan

membaca sangat perlu dalam kehidupan dewasa ini dimana informasi

tentang berbagai pengetahuan mengalir dengan deras. Sesuai dengan

semakin luasnya pemakaian media elektronek sehingga kemampuan

membaca yang tinggi dengan kecepatan membaca pamahaman secara

keseluruhan pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan yang

diperlukan oleh kemampuan motoris, berupa gerakan-gerakan mata.

Tampubolon (1990:6)

Pada umumnya guru mengetahui bahwa kemampuan membaca

dapat membantu bahasa pada murid. Kemampuan membaca dan

penguasaan bahasa merupakan dasar untuk belajar lebih lanjut. Dengan

18

demikian membaca merupakan sarana bagi manusia untuk

mengembangkan jiwanya, apabila seorang anak pandai membaca hingga

memproleh pengetahuan untuk mengembangkan daya pikirnya.

Dalam kegiatan ini siswa dituntut untuk menemukan dan

memahami informasi yang dikomunikasikan. Karena kemapuan siswa

khususnya membaca ekspresif masih rendah atau kurang aktif dalam

memanfaatkan fasilitas yang ada.

Ruang lingkup masalah secara umum dalam penelitian tindakan

kelas ini, adalah bagaimana aktifitas siswa dalam membaca ekspresif

melalui metode langsung siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin

Pakondang Rubaru , bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam

membaca ekspresif melalui metode langsung siswa kelas VIII MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru.

2. Batasan Masalah

Berdasrkan ruang lingkup masalah di atas, maka masalah yang

akan diteliti perlu dibatasi karena keterbatasan waktu, tenaga, juga biaya

dengan pertimbangan rumusan masalah.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang ada, maka rumusan masalah tersebut

dirinci sebagai berikut.

a. Bagaimanakah perencanaan peningkatan kemampuan

membaca ekspresif melalui metode langsung siswa kelas VIII-B

MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep?

19

b. Bagaimanakah pelaksanaan peningkatan kemampuan

membaca ekspresif melalui metode langsung siswa kelas VIII-B

MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep?

c. Bagaimanakah hasil peningkatan kemampuan membaca

ekspresif melalui metode langsung siswa kelas VIII-B MTs

Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah penelitian, tujuan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan aktivitas membaca ekspresif melalui metode

langsung siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang

Rubaru.

2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca ekspresif

melalui metode langsung siswa kelas VIII-B MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru.

D. Mamfaat Penelitian

1. Mamfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukan bagi pengetahuan linguistik terapan serta memberikan alternatif-

alternatif penggunaan metode langsung dalam upaya peningkatan

kemampuan membaca ekspresif. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut.

20

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dimanfaatkan dapat memberikan

pemahaman mengenai membaca ekspresif terhadap siswa sebagai

pembelajaran bahasa Indonesia dan guru sebagai pengajar bahasa

Indonesia agar dapat meningkatkan minat bacanya.

E. Definisi Oprasional

Beberapa istilah penting yang berkaitan dengan penelitian ini,

yaitu yang terdapat dalam judul perlu dijelaskan batasannya agar tidak

menimbulkan kerancuan dan pemahamannya.

Peningkatan adalah suatu indikator yang menunjukkan hasil lebih

baik dari sebelumnya.

Kemampuan membaca ekspresif adalah tepat atau mampu

memberikan gambaran, maksud. Gagasan dan pesan dalam sebuah

bacaan.

Metode langsung adalah cara langsung pada objek yang

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk memahami,

merasakan, dan menikmati pesan yang ada dalam bacaan tersebut

dengan memanfaatkan fasilitas yang ada disekelilingnya.

Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam

melakukan sesuatu hal berkaitan dengan permasalahannya.

Aktivitas membaca ekspresif melalui metode langsung siswa kelas

VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep adalah

kegiatan yang dilakukan oleh siswa kelas VIII-B dalam membaca dan

21

mengekspresikan pesan yang ada dalam bacaan secara langsung pada

objeknya dan memanfaatkanya fasilitas-fasilitas yang ada dalam sekolah.

Peningktan kemampuan membaca ekspresif melalui metode

langsung siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru

Sumenep adalah suatu indikator yang mampu membaca dan

mengungkapkan, merasakan menikmati pesan yang ada dalam bacaan

secara langsung pada objeknya yang ada dalam bacaan dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada dalam sekolah dengan hasil

yang lebih baik dari sebelumnya.

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya maka berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang dapat

menunjang langkah berikutnya dalam pemecahan masalah dari penelitian

ini. Uraian-uraian tersebut dapat dirinci sebagai berikut

A. Membaca

Setiap manusia memiliki dorongan rasa ingin tahu. Karena

dorongan tersebut, manusia mencari informasi yang dapat dilakukan

melalui berbagai usaha. Salah satunya adalah dengan membaca guna

mendapatkan informasi sesuai dengan keginginan.

1. Pengertian Membaca

Menurut Crawley dan Mountain (dalam Farida Rahim, 2005:2)

membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan

banyak hal tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan

aktivitas visual, berfikir, sikulinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses

visual membaca merupakan prose penerjemahan simbol (huruf) tertulis

kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca

mencakup aktivitas pengenalan kata pemahaman literal interpretasi,

membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

Menurut Hasan (2003:83), membaca adalah melihat serta

memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam

hati. Bahasa dipergunakan sebagai penyampai informasi dari seseorang

23

kepada orang lain sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi

bagi manusia dalam mengekspresikan ide, gagasan, dan pikiran melalui

media massa baik cetak maupun elektronik.

Bagi masyarakat modern dewasa ini, setiap orang selalu

memerlukan informasi untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam

masyarakat. Tanpa penguasaan bahasa seseorang sulit untuk menerima

informasi dalam keterampilan berbahasa, membaca mempunyai peranan

penting dan merupakan keterampilan yang sangat vital dalam masyarakat.

Membaca sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk

berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang

lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang tersirat pada lambang-

lambang tulis serta mengubahnya melalui metode pembelajaran

membaca. Tingkat hubungan antara makna yang dikemukakan peneliti

dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan

membaca. Maka bacaan tidak selalu terletak pada halaman tertulis tetapi

berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah,

karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang

dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Menurut Tarigan (1990:7), membaca adalah merupakan suatu

proses yang dilakukan serta sipergunakan untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan melalui media kata-kata / bahan tulis.

Pengertian di atas dapat dikatakan membaca merupakan suatu

proses yang menuntut agar kelompok kata merupakan suatu kesatuan

yang memiliki makna kata-perkata sehingga pesan yang tersirat dapat

ditangkap dan dipahami.

24

Dari segi linguisik menurut Anderson (dalam Tarigan, 1985:7),

membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan

sandi. Maksud dari pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata

tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan

menjadi bunyi yang bermakna. Membaca merupakan suatu proses

pengelolaan bacaan secara kritis kreatif yang dilakukan dengan tujuan

memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu,

dan penilaian terhadap fungsi dan dampak bacaan tersebut.

Pada waktu belajar membaca, pertama akan mengenal kata demi

kata, mengejanya, dan membedakannya dengan kata-kata lain. Balajar

membaca secara struktural, yaitu dari kiri kekanan dan mengamati tiap

kata dengan seksama pada susunan yang ada. Untuk permulaan

biasanya akan dipelajari membaca dengan bersuara agar diketahui benar

atau salah dalam membacanya.

Membaca merupakan suatu kegiatan fisik dan mental. Dalam

membaca dibutuhkan aktifitas yang kompleks dengan mengarahkan

sejumalah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi penggunaan

khayalan dan pengertian, pengamatan, dan mengingat-ingat. Pemahaman

dan kecepatan membaca menjadi amat tergantung pada gerakan mata

dan pikiran.

Bahkan untuk memproleh kepandaian membaca atau penguasaan

tehnik membaca, sekolah diharuskan menggunakan metode belajar

membaca yang tepat. Agar proses pembelajaran membaca berlangsung

lancar diperlukan kegemaran dan kemampuan membaca. Motivasi pokok

yang dapat memndorong tumbuh dan berkembangnya kegemaran

25

membaca, yaitu melalui suatu informasi dan pengetahuan yang berguna

bagi kehiduapan. Terbentuknya suatu kebiasaan membaca pada

umumnya memakan waktu yang lama, dan dalam pembentukan itu minat

dan mutivasi mempunyai peranan yang sangat penting. Jika minat dan

mutivasi tidak ada, pada umumnya kebiasaan tidak tumbuh dan tidak

berkembang.

Meneurut Tampubolon (1993:4), minat dan kebiasaan adalah dua

pengertian yang berbeda tetapi berkaitan. minat adalah perpaduan dan

kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Misalnya, karena

untuk mendapatkan kemampuan membaca ekspresif sulit, maka motivasi

untuk mempelajarinya menjadi hilang. Kebiasaan adalah prilaku dari suatu

sikap atau kegiatan yang bersifat fisik dan mental, yang telah mendarah

daging atau membudaya dalam diri seseorang. Apabila minat itu sudah

tumbuh dan berkembang, dalam arti bahwa yang bersangkutan sudah

mulai membiasakan membaca dan ingin mengembangkan pengetahuan

agar lebih baik.

Sikap guru bahasa Indonesia harus menyadari serta memahami

benar-benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks,

yang rumit, yang mencakup serangkaian keterampilan-keterampilan yang

lebih kecil tentang pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.

2. Tujuan Membaca

Berkembangnya macam-macam pengertian tentang membaca

disebabkan oleh adanya latar belakang yang berbeda yakni,

a. teori atau pendekatan yang dipakai sebagai dasar atau

landasan,

26

b. tujuan atau maksud membaca,

c. penilaian apek membaca yang menjadikan pusat perhatian.

Berdasarkan tujuannya, Tarigan berpendapat (1990:9), terdapat

tujuh tujuan membaca antar lain:

a. untuk mengetahui penemuan-penemuan yang dilakukan

oleh para tokoh,

b. untuk menemukan gagasan utama pada wacana,

c. untuk mengetahui urutan atau struktur organisasi sebuah

wacana secara menyeluruh,

d. untuk membuat klasifikasi atau penggolongan isi wacana,

e. untuk menyimpulkan isi wacan secara menyeluruh,

f. untuk memberikan penilaian terhadap bentuk dan isi

wacana,

g. untuk membuat bahan banding bentuk dan isi bacaan

dengan bacaan yang lain,

Secara umum tujuan dalam membaca adalah mencari serta

memperoleh informasi yang mencakup isi dan pemahaman serta makna

bacaan.

Dari segi kepentingan tujuan membaca ada lima macam, yaitu

a. membaca untuk studi,

b. membaca untuk memperoleh garis besar cerita,

c. membaca untuk menikmati suatu hasil karya sastra,

d. membaca untuk mengisi waktu,

e. membaca untuk mencari suatu keterangan.

27

Dari kedua tujuan diatas, terdapat tiga fungsi dalam membaca,

yaitu:

1) fungsi edukasi, yaitu kegiatan membaca pada dasarnya

memberikan pendidikan pada masyarakat tentang berbagai hal

termasuk ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

2) fungsi sosial, yaitu kegiatan membaca akan bermanfaat bagi

kehidupan sosial masyarakat.

3) berfungsi instrumen dipakai untuk tujuan bidang ilmu yang lain.

B. Pengertian Membaca Ekspresif

Menurut Kamisa (1997:151), Membaca ekpresif adalah kegitan

membaca secara tepat, mampu memberikan atau mengungkapkan

gambaran, maksud, gagasan, prasaan, tujuan dalam wacana. Sehingga

pembaca dituntut untuk benar-benar memahami isi dari bacaan tersebut.

Seperti halnya dalam membaca sebuah novel , puisi, cerpen dan

sebagainya, itu perlu konsentrasi penuh terhadap maksud dalam wacana

tersebut agar pembaca benar-benar mampu mengungkapkan isi atau

maksud dari sebuah bacaan tersebut. Karena dalam membaca ekspresif

tidak mudah dimiliki seseorang kalau dia kurang dalam mengekspresikan

maksud dalam tujuan. Dari sebuah wacana.

Dari pengertian diatas bisa kita terapkan pada siswa kelas VIII-B

MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep karena dipandang

sebagai sekolah standar Nasioanal.

Menurut Tarigan (1991:15), membaca ekspresif adalah suatu

kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa dalam mengungkapkan

28

atau mengekspresikan isi maksud, dan tujuan dalam sebuah wacana atau

bacaan.

Menurut Soedarso (1994:49), membaca ekpresif adalah suatu

kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang dengan sikap dan

tingkah laku sesuai dengan konteks permasalahan.

C. Tujuan Membaca Ekspresif

Membaca ekspresif memiliki tujuan memeriksa suatu pertemuan

pendidikan, yaitu (a) menetapkan situasi tempat para siswa belajar, (b)

menentukan masalah yang harus mereka pecahkan, (c) menetukan tugas

yang mereka kerjakan, tetapi sama sekali tidak menentukan apa-apa yang

harus mereka pelajari dari pertemuan, dari masalah atau tugas tersebut.

Tujuan membaca ekspresif memberi dorongan kepada guru dan

kepada siswa untuk menjelajahi, memeriksa, menunda atau memusatkan

perhatian pada masalah yang benar-benar menarik serta yang sangat

berpengaruh pada minat belajar siswa. Tujuan membaca ekspresif lebih

bersifat evokatif dari pada preskriptif yang lebih bersifat merangsang dari

pada bersifat menentukan, (Eisner, 1969:20).

Dengan kata lain adalah merupakan suatu kenyataan bahwa

hasil-hasil yang dampak-dampak tertentu yang dapat diharapkan, dapat

ditangani secara behavioral, sedangakan yang lainnya tidak dapat.

Demikianlah, tujuan ekspresif lebih bersifat deskriptif dari pada bersifat

preskriptif dan dan dapat ditangani secara terbuka. Justru pebedaan yang

bijaksana inilah yang membuat pendekatan yang beroreintasi pada tujuan

29

dalam pengajaran membaca lebih mudah dilaksanakan ketimbang

dibatasi secara pada tujuan-tujuan behavioral yang preskriptif saja.

Selain tujuan di atas, tujuan membaca ekspresif terbagi atas tiga

jenis, yaitu:

1. Tujuan pengarahan diri.

2. Tujuan inter pretatif.

3. Tujuan kreatif.

Pengelompokan tiga jenis tujuan ini kedalam tujuan membaca

ekspresif diadakan dengan beberapa alasan sebagai berikut:

a. dalam membaca pengarahan diri, membaca interpretatif, dan

membaca kreatif, demonstrasi keterampilan-keterampilan sering

kali diadakan berdasarkan gabungan kemampuan dan motivasi.

Sebagai misal, walaupun kita dapat mengajar anak

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk bekerja

secara berdikari, namun litu tidak berarti bahwa itu akan harus

bekerja secara bebas. Demikian pula, walaupun kita tidak dapat

mengajar anak menikmati bacaan, kita dapat menciptakan

situasi-situasi yang dapat menyediakan dorongan positif

maksimal bagi perilaku membaca. Dalam kedua kasus itu kita

dapat mengharapkan bahwa dorongan yang positif akan

membuahkan hasil-hasil yang positif pula. Dalam contoh ini ada

yang sejenis dengan itu, penilaian akan berupa pengamatan

apakah sang siswa memanifestasikan sifat-sifat yang

diinginkan, jadi mencerminkan keterampilan-keterampilan yang

mendasarinya.

30

b. dalam bidang membaca pengarahan diri, membaca interpretatif,

membaca kreatif tidak terdapat penilaian mengenai

penguasaan, sebab di sana tidak ada tujuan-tujuan preskriptif

yang membutuhkan kreteria bagi penguasaan, penilaian yang

dimaksud di sini mengandung makna yang lebih luas dari pada

yang lebih diutarakan sebelumnya. Dasar petimbangan bukan

lagi masalah benar dan salah, tetapi kepada keserasian. Dalam

situasi dan kondisi tertentu, yang menjadi masalah adalah

apakah response sang siswa serasi atau tidak dengan latar

belakang serta kebutuhan pribadinya. Guru harus bertanggung

jawab untuk membuat suatu keputusan.

c. penilaian dalam membaca pengarahan diri, membaca

interpretatif, dan membaca kreatif haruslah didasarkan pada

observasi kelas dalam suatu jangka waktu yang panjang dan

dalam situasi yang beraneka ragam. Walaupun ada saat-

saatnya guru dapat mengembangkan situasi-situasi penemuan

bagi maksud penilaian namun pada umumnya kita akan

memperoleh ukuran yang lebih realistis terhadap penampilan

sang siswa dangan cara mengamati sang siswa dalam situasi-

situasi tertentu kehidupan nyata. Apakah sang siswa membaca

dengan penuh perasaan pada saat membaca nyaring dalam

suatu kelompok? Apakah sang siswa memanfaatkan kamus

untuk mencari makna suatu kata, ejaannya yang tepat, serta

ucapannya yang tepat? Apakah kita harus memaksa anak agar

turut berpartisipasi dalam praktek drama dan membaca

31

bersama? Pertanyaan-pertanyaan serupa ini tidak akan dapat

dijawab berdasarkan penampilan satu hari saja. Jawaban atau

pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan suatu proses

pengamatan yang berkesinambungan dalam waktu yang relatif

panjang.

d. dalam membaca pengarahan diri, membaca interpretatif, dan

membaca kreatif, perbedaan-perbedaan dalam tingkat

pengalaman duniawi mungkin saja ada hubungan dengan

pertumbuhan dan kedewasaan pribadi yang turut menentukan

perkembangan keterampilan tertentu. Berdasarkan hal ini maka

penampilan seseorang siswa haruslah dinilai dalam

hubungannya dengan usia teman-teman sebayanya. Walaupun

misalnya seorang siswa telah menguasai keterampilan-

keterampilan mengalih-mengalih sandi sebagai prasarat untuk

membaca kata-kata dalam suatu paragraf dan bahkan mampu

menjawab pertanyaan-pertanyaan harfiah, tetapi munkin saja

tidak mampu menangani response-response, memberi jawaban-

jawaban yang menuntut pemikiran abstrak. Dalam hal-hal yang

serupa itu kita harus menunggu perkembangan lebih lanjut

sampai terjadinya kematangan lebih lanjut. Walaupun terdapat

kebutuhan kematangan dalam segala bidang perkembangan

keterampilan, tetapi hal ini merupakan suatu yang kritis sekali

dalam bidang-bidang membaca pengarahan diri, membaca

interpretatif, dan membaca kreatif.

32

e. hubungan antara memabaca pengarahan diri, membaca

interpretatif, dan membaca kreatif dengan pemahaman kita,

keterampilan studi, dan pemahaman (komprehensi), lebih

bersifat melengkapi ketimbang sejajar, lebih bersifat

komplementer ketimbang paralel. Adalah suatu perbuatan yang

salah untuk mengharapakan siswa dapat mengartikan bahan

yang tidak dapat mereka alih sedihkan. Begitu pula, kita tidak

dapat mengharapkan mereka untuk memberi reaksi secara

kreatif terhadap bahan-bahan yang tidak dapat mereka pahami.

Walaupun benar bahwa pada tingkat-tingkat terendah beberapa

keterampilan pada membaca pengarahan diri. Membaca

interpretatif, membaca kreatif hanya sedikit sekali berhubungan

dengan pengalihsandian, tetapi dalam kebanyakan hal semua

itu berhubungan secara langsung. Pada umumnya sang siswa

harus memiliki beberapa tingkat kecakapan dalam pemahaman

kata, keterampilan studi, dan komprehensi sebelum dia mampu

bertindak dengan sukses dalam keterampilan-keterampilan

membaca pengarahan diri, membaca interpretatif, dan

membaca kreatif.

Kelima butir di atas, merupakan masukan yang diperoleh dari para

pendidik, para guru, dan hasil-hasil tes lapangan. Akan tetapi penentuan

akhir keserasian keterampilan-keterampilan khusus bagi situasi-situasi

tertentu seperti lazimnya, tergantung pada pribadi sang peneliti.

Kita sebagai peneliti yang bertugas di kelas, harus menentukan

bukan hanya apa yang cocok, pantas, dan serasi bagi kelas, tetapi juga

33

apa yang serasi bagi setiap anak didik kita (Otto & Chester, 1976 154-

155).

D. Metode Langsung

Metode langsung (Jatmiko:2006. 15), adalah cara langsung yang

dilakukan oleh seorang guru dalam membantu siswa memperoleh

pengetahaun prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana

melakuakan sesuatu hal dalam proses pembelajaran dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada didalam kelas atau sekolah.

Misalnya bagaimana menggunakan thermometer untuk melakukan

pengukuran suhu badan manusia, atau bagaimana membuat sebuah

drama dengan teman sekelompoknya, apakah masih berpedoman kepada

teks drama didalam buku atau siswa mencari dan menemukan sendiri

berkenaan dengan lingkungan sekolah yang akan dijadikan objek seperti,

gambar-gambar para pahlawan revolusi, atau gamabar para pejuang

kemerdekaan RI yang ada di dalam kelas atau sekolah.

Dalam metode langsung siswa dituntut aktif dalam memahami,

menikmati, merasakan, maksud, tujuan dalam pembelajaran dan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada dilingkungan sekolah sebagai

objeknya. Jadi, guru harus benar-benar memperhatikan siswanya dengan

memberikan petunjuk untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di

lingkungan sekolah sehingga siswa cepat dan mudah memahami isi,

maksud maupun tujuan dari materi yang disampaikan oleh sorang guru.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci

yang perlu diperhatikan, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.

Penelitian sebagai suatu aktivitas yang bersifat ilmiah dalam

pelaksanaannya menuntut suatu sistematika tertentu. Agar dapat

dikatakan sistematis, maka diperlukan cara-cara yang dapat dipergunakan

untuk memperoleh hasil yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Cara-cara yang digunakan dalam penelitian biasa disebut metode

penelitian.

Menurut Mardalis (2003:24) metode dapat diartikan sebagai suatu

cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan

penelitian adalah sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang

dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sistematis

untuk mewujudkan kebenaran.

Dalam penelitian ini, metode yang dipakai oleh peneliti adalah

metode langsung, sehingga peneliti lebih mudah dalam

mendeskripsikannya.

A. Rancangan Penelitian

Menurut Syamsudin, dkk (2006:228) penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan

35

partisipasif. Artinya anda tidak melakukan penelitian ini secara sendiri,

anda akan berkolaborasi dan berpartisipasi dengan sejawat atau kolega

yang berminat sama dengan hal penelitian misalnya

Penelitian tindakan kelas (PTK), merupakan suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas secara profesional (Suyanto, 1997: 2).

Kemmis (1996), menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku yang

dilakukan untuk meningkatkan kemantapan pemahaman terhadap

tindakan yang telah dilakukan, serta memperbaiki kondisi tempat praktik

pembelajaran itu dilakukan. Artinya, dalam proses penelitian itu guru

sebagai peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak

tindakan yang terjadi di kelas.

Dalam penelitian ini digunakan penelitian tindakan kelas

(classroom action research), yang bertujuan untuk meningkatkan dan

memperbaiki paraktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru.

Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan layanan profesional guru dalam menangani proses

pembelajaran. Pada penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan pembelajaran membaca ekspresif.

Menurut Suyanto (dalam Rohaedi, 2006:4), penelitian tindakan

kelas, yaitu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-

tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-

praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

36

Berdasarkan pengertian di atas, penelitian tindakan kelas

merupakan jenis penelitian yang mampu menawarkan pendekatan dan

prosedur baru yang lebih menyajikan dampak langsung dalam bentuk

perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses

pembelajaran di kelas sebagai program disekolahnya dengan mengkaji

berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang

terjadi pada siswa atau keberhasilan proses dari hasil implementasi

program sekolah.

Dengan penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti kegiatannya

sendiri dengan melibatkan siswanya melalui tindakan-tindakan yang

direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dalam meningkatkan kualitas

proses dan produk pembelajaranya, guru juga dapat melihat, merasakan,

dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang selama ini

dilakukan memiliki efektivitas tinggi.

Menurut Kemmis, 1996 (dalam Rohaedi, 2006, 2006:4)

menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan pemahaman terhadap tindakan yang

dilakukan serta memperbaiki kondisi tempat praktik pembelajaran itu

dilakukan. Pada proses penelitian ini guru sebagai pembimbing selalu

memikirkan apa dan bagaimana suatu dampak di kelas.

Dari uraian di atas, secara singkat penelitian tindakan kelas dapat

didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian praktis dalam bidang

pendidikan yang dilaksanakan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki

praktik pembelajaran yang ada.

37

Tindakan-tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini memicu

dan memacu pertumbuhan jabatan bagi guru. Dalam penelitian tindakan

kelas berpijak pada dua landasan, yaitu keterlibatan secara langsung

dalam kegiatan penelitian tindakan kelas dari segi psikologi, dan

kometmen guru untuk melakukan pebaikan termasuk perubahan dalam

cara berfikir dan kerjanya sendiri dari segi pedagogik.

Penelitian tindakan kelas itu dilaksanakan dilaksanakan berupa

proses pengkajian yang terdiri lima tahap. Model yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah model yang dikemukakan oleh Stephen

Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83) dengan model siklus

sesuai dengan hakikat yang dicerminkan oleh namanya, yaiitu action

research spiral. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat fase, yaitu

perencanaan (reflection), tindakan (implementasi) pengamatan

(observation), refleksi (reflection), dan ditambah dengan analisis data.

Hubungan antara kelima komponen tersebut menunjukkan sebuah

siklus atau kegiatan berkelanjuatan berulang. Siklus inilah yang

sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan kelas

yang dilakukan bukan bukan hanya satu kali intervesi saja, tetapi

dilakukan perencanaan berulang. Tahap-tahap kegiatan ini terus berulang

sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Dalam awal pelaksanaan

model siklus ini ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan

pelaksanaan tindakan perbaikan masih berlanjut sampai target yang

diinginkan tercapai.

38

Penelitian ini dilaksanakan dengan tekhnik siklus. Dalam

pelaksanaan dilakukan sebanyak dua siklus yang masing-masing memiliki

lima tahapan , yaitu:

1. Perencanaan

Pada tahap ini, tindakan apa yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan atau merubah sikap atau perilaku sebagai

solusi. Guru mempersiapkan segala instrument yang akan digunakan

dalam penelitian ini, antara lain rencana pembelajaran, bahan pelajaran,

dan penyusunan soal.

2. Implementasi

Apa yang dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan,

peningkatan, atau perubahan yang diinginkan.

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran diawali dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

yang berhubungan dengan pembelajaran membaca ekspresif sebagai

apresiasi. Langakah-langkah selanjutnya, guru memberikan waktu agar

wacana itu dibaca dan dipahami, kemudian salah satu siswa Menentukan

maksud, gagasan, tujuan, dan pesan dari isi wacana tersebut serta

membacakannya di depan kelas sesuai dengan kelompoknya masing-

masing.

3. Observasi

Menurut Keraf (2001:126), observasi adalah pengamatan

langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti. Observasi dapat

dilakukan dalam waktu yang singkat dan bertujuan untuk mendapatkan

gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

39

Pada tahap ini, diamati perilaku dan perubahan sikap yang terjadi

pada siswa setelah diterapkannya membaca ekspresif melalui metode

langsung dan tindakan dalam mengamati proses pembelajaran sesuai

dengan instrumen yang tersedia. Guru juga menilai pengetahuan awal

siswa terhadap topik membaca.

4. Analisis Data

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dipaparkan

sebelumnya, yaitu bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca

ekspresif melaui metode langsung.

5. Refleksi

Pada tahap ini hasil atau dampak dari berbagai kreteria dilihat dari

tahap tindakan dan observasi akan dikaji, dilihat, dan dipertimbangkan.

berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi atau

perbaikan yang akan diterakan pada putaran beikutnya.

Tindakan yang dilakukan peneliti setiap putaran dalam kegiatan

pembelajaran, didasarkan atas hasil observasi yang dilkukan peneliti pada

putaran sebelumnya. Dari kelemahan dan kekurangan setiap putaran

dianalisis dan disimpulkan, kemudian dicarikan tindakan-tindakan

perbaikan dan akan direvisi pada putaran berikutnya.

B. Data Dan Sumber Data

1. Data

Data adalah suatu yang diketahui dan dapat memberikan

gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan

waktu dan tempat.

40

Berdasarkan rumusan masalah data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk menjawab masalah nomor satu dan dua, diperlukan data

yang berbentuk informasi tentang perencanaan dan

pelaksanaan peningkatan membaca ekspresif melalui metode

langsung.

b. Untuk menjawab masalah nomor tiga, diperlukan data yang

berbentuk tabel nilai kemampuan siswa. Dengan cara menilai

setiap proses pembelajaran pada putaran pertama dan kedua.

Sesuai dengan masalah penelitian, data yang diambil hanya pada

mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya membaca.

2. Sumber Data

Menurut Suharsimi (2002:107) sumber data adalah dari mana

data itu diperoleh. Pada penelitian ini, sumber data berasal dari semua

tugas siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru

Sumenep hasil pembelajaran membaca ekspresif melalui metode

langsung dari sebuah wacana. Misalnya, dalam membaca sebuah naskah

drama, cerpen, puisi dan sebagainya. Seperti yang dikemukakan Infald

(dalam Moleong, 1989:82), bahwa tidak hanya dokumen tetapi juga kata-

kata dan tindakan dimana seseorang memperagakan isi atau maksud dari

sebuah bacaan tersebut.

41

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep. Dengan subjek penelitian

adalah siswa kelas VIII-B.

D. Instrument Penelitian

Menurut Suharsimi (2002:126), instrumen adalah suatu alat yang

dipakai untuk memperoleh data. Instrumen atau alat pengambilan data

dalam penelitian ini adalah berupa observasi dari aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran berdiskusi. Kemudian membuat beberapa

pertanyaan dan harus dijawab oleh siswa yang bersangkutan dengan

kelompoknya masing-masing, yang terahir ditampilkan didepan kelas dari

setiap kelompok. Pada putaran pertama guru menilai kemampuan siswa

dalam membaca ekspresif, dan juga aktifitas siswa dalam membaca

ekspresif.

Menurut Suharsimi (2002:127), tes dapat berupa serentetan

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang atau siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan dua

tekhnik, yaitu observasi dan tes.

Dalam menagadakan observasi dilakukan beberapa tahapan,

yaitu:

42

1. Tahap persiapan

pada tahap ini dipersiapkan segala instrumen yang digunakan

dalam penelitian, instrumen tersebut, yaitu GBPP mata pelajaran Bahasa

Indonesia, rencana pembelajaran, buku paket bahasa dan sastra

Indonesia, dan beberapa instrumen lainnya.

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 2 Mei dan tanggal 9 Mei

2011 yang terdiri dari dua putaran

Dalam mengadakan tes dilakukan beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini dipersiapkan soal tes sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang berdasarkan kurikulum yang ada, yaitu

KTSP.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 9 Mei 2011

Jam pelajaran pertama dan kedua. Dengan membagikan soal tes kepada

siswa yang terlebih dahulu diberi petunjuk dalam menjawab sebuah

pertanyaan.

Siklus Pertama

Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Mei 2011 jam pelajaran

pertama dan kedua dengan diskusi kelompok. Siswa diberi materi sesuai

dengan kurikulum yang tersedia di sekolah. Kemudian siswa dibentuk

kelompok yang terdiri dari 10 kelompok. Setelah itu siswa diberi tugas

sesuai dengan kelompok masing-masing, dan siswa disuruh berdiskusi

untuk membacakan hasil dari materi yang disampaikan.

43

Siklus kedua

Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Mei 2011 jam pelajaran

pertama dan kedua dengan diskusi kelas. Siswa diberi sedikit materi

tentang membaca sebuah puisi, kemudian diberi tugas menentukan unsur

intrinsik sebuah puisi dan mempersentasikan di depan kelas sesuai

dengan kelompoknya masing-masing.

F. Tehnik Analisis Data

1. Tehnik Analisis Data Aktvitas Siswa Dalam Membaca Ekspresif

Melalui Metode Langsung Siswa Kelas VIII-B MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep.

Melihat situasi siswa dalam beraktivitas membaca ekspresif,

peneliti, memberikan unsur-unsur aktivitas siswa, yaitu:

a. Kegiatan siswa sebelum membaca ekspresif

b. Kegiatan siswa ketika sedang membaca ekspresif

c. Tangggapan atau respon siswa setelah membaca ekspresif

ketiga unsur tersebut yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam

membaca ekspresif melalui metode langsung, penelitian melihat situasi

sebelum membaca ekspresif, bagaimana prasaan siswa yang akan

membacakan sebuah teks drama di depan kelas. Siswa disuruh berlatih

dibangkunya masing-masing dengan temanya bagaimana membaca

sambil mengekspresikan sesuai dengan konteks yang ada. Misalnya,

siswa saling bertanya dengan temanya bagaimana cara membacanya dan

mengekspresikannya. Kemudian setelah dinilai cukup, baru ditampilkan di

depan kelas.

44

Unsur yang kedua, situasi siswa ketika sedang membaca

ekspresif, apakah siswa menjiwai dengan mimik yang serasi dengan

konteknya. Misalnya, dengan muka berkerut apabila dalam keadaan

heran, dengan mata blalakan atau menatap dengan tajam apabila dalam

keadaan marah serta dengan isarat tangan yang menunjuk kearah lawan.

Unsur yang terahir, bagaimana tanggapan siswa setelah

membaca ekspresif apakah mereka kuatir dengan penampilannya atau

minder karena dirasa kurang baik atau apakah siswa merasa puas

dengan penampilanya di depan kelas tadi.

Untuk itu peneliti menandai siswa yang baik dalam membaca

ekspresifnya atau mencatat mana-mana siswa tersebut, begitu pula

seterusnya terhadap siswa yang sedang dan kurang dalam membaca

ekpresifnya. Kemudian dikelompokkan menjadi tiga bagian, misalnya bagi

yang aktivitasnya baik nama siswa tersebut ditandai dengan tanda bintang

tiga, bagi siswa yang aktivitasnya sedang ditandai dengan tanda bintang

dua, bagi siswa yang aktivitasnya kurang ditandai dengan tanda bintang

satu.

2. Teknik Analisis Data Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam

Membaca Ekspresif Melalui Metode Langsung Siswa Kelas VIII-B

MTs Nurul Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep.

Dalam menentukan analisis data ini, adalah suatu kegiatan

rangkaian yang dilkukan dari teknik sebelumnya. Seperti analisis data

kemampuan siswa dalam membaca ekspresif melalui metode langsung,

aktivitas siswa yang dilakukan, maka dilanjutkan dengan peningkatan

45

kemampuan siswa dalam membaca ekspresif melaui metode langsung.

Apakah ada peningkatan dari sebelumnya dengan hasil observasi dan tes.

Berdasarkan rumusan masalah digunakan analisa terhadap proses

kegiatan belajar yang meliputi hasil observasi data tes dengan rumus

sebagai berikut:

Mean = X1+X2+X3……..+Xn N Xn = Nilai Siswa

N = Jumlah Siswa

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menemukan

informasi membaca ekspresif dilakukan secara individual dan klasikal.

Dengan menggunakan rumus diatas, di hasilkan nilai rata-rata. Analisa ini

dilakukan pada putaran pertama dan kedua dengan pengelompokannya

sebagai berikut:

Tabel 1 Pedoman Penilaian Tingkat kemampuan

NO Tingkat kemampuan Kategori

1 90-100 Sangat baik

2 70-80 Baik

3 50-60 Cukup

4 30-40 Kurang

5 10-20 Sangat kurang

Penelitian ini berlangsung secara dua putaran, yang diharapkan

dari masing-masing putaran tersebut lebih baik atau lebih meningkat dari

putaran sebelumnya. Misalnya penelitian putaran pertama nilai rata-rata

46

siswa 70 – 80, dan putaran kedua nilai rata-rata siswa 90 – 95 ke atas,

berarti proses pembelajaran membaca ekspresif melalui metode langsung

dapat ditingkatkan.

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan di kelas VIII-B MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru pada hari Senin tanggal 2 Mei 2011, jam

pelajaran pertama dan kedua. Kemudian dilanjutkan penelitian

selanjutnya, yaitu hari Senin tanggal 9 Mei 2011, jam pelajaran pertama

dan kedua dengan ketentuan dua siklus.

Pada bab ini dipaparkan pendeskripsian terhadap hasil penelitian

analisis data yang dilakukan pada siklus pertama dan kedua yang terdiri

dari lima komponen, yaitu rencana, implementasi, dan observasi, analisis

data dan refleksi.

A. Siklus Pertama

Pengukuran kemampuan membaca ekspresif siswa kelas VIII-B

dilakukan yang pertama kali pada hari Senin 2 Mei 2011 pada jam

pelajaran pertama dan kedua jumlah keseluruhan siswa kelas VIII-B yang

hadir sebanyak 39 siswa, semuanya terdiri dari siswa perempuan. untuk

mengetahui gambaran kemampuan membaca ekspresif siswa pada

kondisi awal. Pengukuran ini dimaksudkan sebagai tes awal dalam

penelitian ini.

Teks bacaan dibagikan kepada siswa sebagai bahan untuk

mengukur kemampuan membaca ekspresif siswa. Setelah dijelaskan

siswa ditugasi membaca teks drama dengan teliti memerhatikan intonasi,

48

nada dan pengekspresiannya, dan waktu yang diperlukan untuk membaca

dicatat.

Setelah semua siswa selesai membaca, lembar soal dibagikan

kepada para siswa untuk dikerjakan. Pertanyaan yang diberikan adalah

soal-soal tentang isi bacaan yang berbentuk soal-soal isian yang

berjumlah 5 butir. Soal-soal ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa tentang isi bacaan.

Setelah siswa selesai mengerjakan, siswa diminta mengumpulkan

hasil pekerjaannya dan diperiksa. Skor perolehan siswa dalam

mengerjakan soal dianalisis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap isi bacaan. Setelah diketahui kemampuan membaca ekspresif

siswa dan tingkat pemahaman siswa maka data dianalisis.

1. Perencanaan

Pada tahap ini guru mempersiapkan segala materi dan instrumen

yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu rencana pelaksanaan

pembelajaran dan silabus. Materi pembelajaran, yaitu teks drama.

2. Implementasi dan Observasi

Awal pembelajaran guru menuliskan judul pokok pembahasan

dipapan tulis, yaitu membaca ekspresif teks drama dan mengadakan

apersepsi tentang sebuah drama dan cara tentang membaca teks drama

yang baik. Dalam pembelajaran tersebut guru menjelaskan apa

sebenarnya dari difenisi drama serta tujuan dari sebuah drama tersebut.

Baru siswa disuruh membentuk sebuah kelompok yang memang sudah

terbentuk kelompok dari sebelumnya menjadi sebuah kelompok.

49

Dalam tugas tersebut siswa disuruh menentukan unsur intrinsik,

tokoh utama, tokoh sampingan, dan menetukan karakter, tokoh utama dan

tokoh sampingan dengan bukti atau alasan yang logis dari sebuah teks

drama yang telah ada. Kemudian apabila telah selesai setiap kelompok

membacakan teks drama yang telah dipilihnya didepan kelas. Waktu yang

diberikan oleh guru hanya 30 menit untuk membacakan teks drama dari

10 kelompok. Sebelum tampil di depan kelas siswa disuruh berdiskusi

tentang bagaimana cara membaca teks drama yang baik dengan

melakuakn latihan-latihan dengan kelompoknya masing-masing. Setelah

siswa membacakan teks drama di depan kelas sesuai dengan jumlah

orang yang diperlukan dalam drama tersebut. Penampilan siswa berbeda-

beda dalam membacakan teks drama. Ada penampilannya yang sangat

baik, baik dan ada pula yang penampilannya kategori cukup atau kurang

dan sangat kurang.

Penampilan siswa yang sangat baik sebanyak 1 siswa, yang baik

sebanyak 9 siswa, dan penampilanya yang dikategorikan cukup sebanyak

27 siswa yang diperoleh saat proses pembelajaran berlangsung. Bagi

siswa yang penampilannya dikategorikan kurang atau sangat kurang

namun perlu ditingkatkan agar sesuai dengan status sekolah.

Dalam proses pembalajaran membaca ekspresif teks drama pada

putaran pertama siswa yang masih kurang dalam mengekspresikan

mengenai karakter tokoh, intonasi nada, dan pengungkapannya terlihat

masih ragu-ragu atau kurang lancar dalam membacanya yang disebabkan

oleh kurangnya latihan. Sehingga maksud dan tujuan dalam teks drama

tersebut kurang mengerti oleh kelompok lain. Ditambah dengan siswa

50

tidak mendengarkan hasil teks drama yang dilkukan oleh kelompok

lainnya dan suasana menjadi ramai.

Proses pembelajaran dilakukan selama dua jam pelajaran, atau

2x40 menit. Untuk memeriksa kehadiran siswa selama 5 menit, 20 menit

untuk apresiasi atau pendahuluan dan kegiatan pembentukan kelompok.

Kemudian inti dari pembelajaran selama 45 menit dan 10 menit untuk

refleksi dan kesimpulan.

Dari dasil pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung

terlihat pada putaran pertama siswa terlihat kurang aktif hanya sebagian

saja yang aktif, yaitu 23 siswa yang disebabkan oleh banyak faktor

diantaranya:

a. sebagian siswa masih tergantung pada ketua kelompoknya

b. berbicara sendiri diluar materi pembelajaran

c. terlihat santai dan menganggap membaca ekspresif teks drama

mudah

d. kurang motivasi dari seorang guru.

Faktor di atas sangat menetukan keberhasilan siswa dalam

membaca ekspresif teks drama.

1). akivitas siswa dalam membaca ekspresif melalui metode

langsung siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang

Rubaru.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca ekspresif pada

siklus pertama masih belum maksimal dan kurang berjalan dengan baik.

Siswa ramai di depan kelas dan kurang cepat dalam melaksanakan tugas

yang diberikan oleh guru. Siswa masih bingung dan terkesan kurang

51

semangat dalam pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa selama proses

pembelajaran masih kurang maksimal.

Pada kegiatan mengerjakan tes/tugas yang diberikan oleh guru,

siswa masih sering bertanya pada teman di dekatnya bahkan kadang-

kadang siswa berjalan-jalan untuk menemukan jawaban. Siswa juga

kurang berani dalam mengajukan pertanyaan maupun menanggapi

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada siklus pertama kini

proses pembelajaran masih didominnasi oleh guru.

Adapun data pengamatan aktivitas siswa pada siklus petama

diajukan pada table A sebagai berikut:

Tabel A

Aktivitas Membaca Siswa Kelas VIII-B Pada Siklus Pertama

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 90-100 Sangat baik 1 2,56%

2 70-80 Baik 9 23,08%

3 50-60 Cukup 27 69,23%

4 30-40 Kurang 2 5,13%

5 10-20 Sangat kurang - -

Jumlah 39 100%

Berdasarkan tabel A tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 1

orang siswa yang pemahaman isi bacaannya termasuk sangat baik atau

2,56%, siswa yang pemahaman isi bacaannya tergolong baik adalah 9

orang atau 23,08%, siswa yang pemahaman isi bacaannya cukup adalah

27 orang atau 69,23%, siswa yang pemahaman isi bacaannya kurang

52

adalah 2 orang atau 5,13%. Dan tidak terdapat siswa yang pemahaman isi

bacaannya sangat kurang.

2). Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Membaca Ekspresif

Melalui Metode Langsung

Berdasarkan hasil analisis kemampuan dan aktifitas siswa

sebelumnya maka perlu ditingkatkan kemampuan siswa dalam membaca

ekspresifnya melalui metode langsung mengingat MTs Nurul Muclishin

Pakondang Rubaru Sumenep merupakan sekolah dengan memakai

KTSP.

Putaran pertama, siswa masih kurang memahami dalam

membaca ekspresif teks drama, seperti dalam intonasi nada yang masih

membaca seperti biasa, akting dalam memerankan suatu tokoh yang

masih malu dan kaku yang disebabkan kurangnya siswa dalam

memahami teks drama, pengetahuan, serta latihan-latihan yang dapat

menunjang pengekspresian tersebut.

Nilai pada putaran pertama, berdasarkan keberhasilan siswa

dalam membaca ekspresif teks drama melaui metode langsung sebagai

berikut

Mean = 2300

N = 39

Xn =58,97

Angka 58,97 merupakan nilai rata-rata kelas. Angka ini

menunjukkan kategori sedang , jumlah siswa yang mempunyai nilai

sangat baik dalam membaca ekspresif 1 siswa, dan 9 berkategori baik,

53

27 siswa berkategori sedang, ada yang kemampuan membaca

ekspresifnya berkategori kurang yaitu 2 siswa.

3. Refleksi

Kemampuan membaca ekspesif siswa kelas VIII-B MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru pada putaran pertama ini masih perlu

ditingkatkan lagi. Hal ini disebabkan kurang efektifnya setiap kelompok

dalam memahami membaca ekspresif teks drama yang akan ditampilkan

dan kurang memperhatikan intonasi nada, karakter tokoh, dan berakting

dikarenakan malu dan kaku. Yang kedua, keaktifan siswa tidak sama dan

merasa mender dengan apa yang ditampilkan dalam sebuah drama. Yang

ketiga, ketua kelompok kurang memperhatikan kepada anggota

kelompoknya yang masih belum bisa membaca ekspresif teks drama.

Berdasarkan hasil observasi selanjutnya ditindak lanjuti dengan

dengan jalan sebagi beikut:

a. mengawali pembelajaran dengan pertanyaan tentang materi

yang yang akan disampaikan.

b. memberi semangat atau motivasi kepada siswa bahwa semua

siswa bisa melakukan asalkan dia mau berusaha.

c. intonasi nada harus ditekankan kepada siswa sesuai dengan

konteksnya.

d. lakukan latiahan sebelum tampil didepan kelas dengan teman

kelompoknya.

e. mengganti tugas kelompok dengan tugas individu namun masih

dalam proses berdiskusi.

54

Adapuan kelemahan-kelemahan yang ditemui saat penelitian

dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada putaran pertama, yaitu:

a. suasana sangat ramai saat siswa yang membacakan teks drama

atau yang dilkukan olek kelompok lain.

b. siswa kurang aktif di dalam kelas.

c. siswa merasa malu dengan membaca ekspresif teks drama yang

ditampilkan.

d. siswa kurang berani dalam bertanya kepada guru.

B. siklus kedua

Pelaksanaan pada putaran kedua dimulai tanggal 9 Mei 2011

pada hari senin jam pelajaran pertama dan kedua. Jumlah keseluruhan

siswa adalah 39 siswa, tidak ada yang absen

1. Perencanaan

Pada putaran kedua ini, guru menugasi siswa untuk mencari

sebuah puisi dengan judul apa saja. Kemudian menyuruh siswa untuk

memahami isi puisi yang dipilihnya. Tugas guru mempersiapkan segala

instrumen yang akan disampaikan, seperti rencana pelaksanaan

pembelajaran dan materi pembelajaran tentang membaca ekspresif puisi.

Sumber yang digunakan dari buku paket bahasa Indonesia dan buku teks

tentang puisi.

2. Implementasi dan Observasi

Awal pembelajaran guru menyampaikan judul pokok pembahasan,

yaitu membaca ekspresif puisi dan memahami unsur intrinsik puisi.

Kemudian memberikan apresiasi kepada siswa tentang definisi puisi dan

55

tujuan membaca sebuah puisi selama + 10 menit, dilanjutkan dengan

menugaskan siswa untuk menentukan unsur intrinsik puisi yang dipilihnya

dan diteruskan dengan pembacaan ekspresif puisi tiap-tiap siswa didepan

kelas,. Guru memberi waktu untuk menentukan unsur intrinsik puisi

selama + 30 menit untuk semua siswa dan 10 menitnya untuk refleksi dan

kesimpulan.

Dalam kreatifitas siswa, guru mengawasi apa dan bagaimana cara

yang dilkukan siswa untuk menentukan unsur intrinsik puisi, apakah

mereka hanya santai saja menunggu jawaban dari temanya atau mereka

sibuk mengerjakannya atau menentukan unsur untrinsik puisi yang

dipilihnya juga suasana sangat tenang tidak sama dengan pada siklus

pertama.

Pada siklus kedua ini, dari hasil pengamatan guru proses-proses

pembelajaran membaca ekspresif puisi sudah ada peningkatan terlihat

sari aktivitas siswa dalam menentukan unsur intrinsik puisi dan belatih

membaca ekspresif puisi di bangkunya masing-masing dengan nada

pelahan-lahan. Setelah selesai menentukan unsur intrinsik puisi, siswa

disuruh untuk membacakan sebuah puisi yang dipilihnya di depan kelas

dan siswa yang lain membemberikan tanggapan tentang unsur intrinsik

puisi dan pembacaan puisi yang dianggap kurang mengekspresikanya

atau kurang sesuai dengan isi puisi tersebut.

Banyak peningkatan pada putaran kedua ini, siswa mampu dalam

membaca ekspresif puisi dan mengekspresikanya sesuai dengan pokok

permasalahan dalam puisi, dalam menentukan unsur intrinsik puisi. Hal

56

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca ekspresif puisi, yaitu:

a. siswa merasa mampu dan yakin dengan tugas yang diberikan

oleh gurunya

b. siswa dalam membaca ekspresif puisi senang dan penuh

semangat dalam mengekspresikannya sesuai dengan

karakternya sendiri-sendiri

c. siswa banyak bertanya tentang membaca ekspresif puisi dan

cara mengekspresikannya serta menentukan unsur intrinsik

puisi

d. siswa merasa yakin atas jawaban dan penampilanya membaca

ekspresif puisi di depan kelas

1) Aktifitas Siswa Dalam Membaca Ekspresif Melaui Metode

Langsung Sisawa Kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang

Rubaru

Hasil kegiatan pembelajaran membaca ekspresif pada siklus

kedua ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam

membaca ekspresif . siswa tampak semakin memberikan respon positif

terhadap pembelajaran. Adapun hasil pengamatan peneliti pada siklus

kedua ini tersaji pada tabel B

57

Tabel B

Aktivitas Membaca Siswa Kelas VIII-B Pada Siklus Kedua

No

Skor Kategori

Frekuensi Persentase

1

90-100 Sangat baik 14

35,9%

2

70-80 Baik 21

53,87%

3

50-60

Cukup

4

10,26%

4 30-40 Kurang -

-

5 10-20 Sangat kurang - -

Jumlah

39

100%

Berdasarkan tabel B tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 14

orang siswa yang kemampuan membacanya termasuk sangat baik atau

35,9%, siswa yang pemahaman isi bacaannya tergolong baik adalah 21

orang atau 53,87%, siswa yang kemampuan membaca ekspresifnya

berkategori cukup adalah 4 orang atau 10,26%, tidak terdapat siswa yang

pemahaman isi bacaannya kurang, dan tidak terdapat siswa yang

pemahaman isi bacaannya sangat kurang.

Pada siklus kedua siswa tampak semakin memberikan

tanggapan positif terhadap pembelajaran membaca ekspresif dengan

metode langsung. Siswa mulai berani mengajukan pertanyaan, begitu

juga dengan keterampilan menanggapi siswa tidak lagi malu dan ragu

dalam berpendapat dan mengemukakan idenya. Siswa tampak aktif

berpendapat, belajar, berlatih, menjawab pertanyaan dan menghargai

pendapat temannya.

58

Melalui tindakan perbaikan sebagai upaya mengatasi berbagai

masalah dalam pembelajaran dan penigkatan kemampuan membaca

ekspresif pada siklus pertama telah menunjukkan adanya perubahan ke

arah yang lebih baik pada pembelajaran membaca ekspresif pada siklus

kedua.

2) Peningkatan Kemampauan Siswa Dalam Membaca Ekspresif

Melalui Metode Langsung

Berdasarkan penelitian pada siklus kedua ini, nilai kemampuan

siswa dalam membaca ekspresif ada peningkatan dari putaran yang

pertama. Aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas sangat antusias sekali

tidak seperti pada putaran yang sebelumnya.

Nilai pada putaran kedua ini, berdasarkan hasil perolehan tingkat

keberhasilan siswa dalam membaca ekspresif sebagi berikut:

Mean = 3200

N = 39

Xn = 82,055

Angka 82,055 merupakan nilai rata-rata kelas yang diperoleh dan

menunjukkan kualitas dalam membaca ekspresif sangat baik

dibandingkan dengan putaran yang pertama. Dengan demikian dapat

diinterpretasikan bahwa kemampuan siswa kelas VIII-B MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru Sumenep, telah meningkat atau ada

peningkatan dari sebelumnya.

3. Refleksi

Penilaian terhadap siswa dalam membaca ekspresif puisi dalam

putaran kedua ini mengalami peningkatan, yang dulunya siswa kurang

59

memperhatikan intonasi nada, karakter tokoh, serta akting yang masih

kurang sekarang sudah ada peningkatan, baik keaktifan siswa dalam

bertanya, menentukan maksud tujuan, dan cara membaca ekspresif puisi

dengan mengekspresikan sesuai dengan pokok pembahasannya.

C. Simpulan

Dari kesimpulan diatas pembelajaran membaca ekspresif pada

silus pertama ini masih perlu ditingkatkan hal ini disebabkan kurang

efektifnya setiap kelompok dalam memahami membaca ekspresif teks

drama yang akan ditampilkan dan kurang memperhatikan intonasi, nada,

karakter tokoh, dan malu berakting dikarenakan malu. Pada siklus kedua

ini mengalami peningkatan, yang dulunya kurang memperhatikan intonasi

nada karakter tokoh , serta akting yang masih kurang sekarang sudah ada

peningkatan.

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pembelajaran membaca ekspresif melalui

metode langsung siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang

Rubaru Sumenep dari putaran pertama dan kedua sesuai dengan

permasalahan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kemampuan membaca ekspresif siswa kelas VIII-B MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru kabupaten Sumenep setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

langsung mengalami peningkatan. Pada siklus pertama

hanya ada 1 satu siswa yang mempunyai kemampuan

membaca ekspresif dengan kategori sangat baik, pada siklus

II meningkat menjadi 14 siswa. Yang mempunyai kemampuan

membaca ekspresif dengan kategori sangat baik , pada siklus

I berjumlah 2 siswa. Yang kemampuan membaca ekspresif

berkategori kurang atau rendah dan pada siklus II sudah tidak

ada yang mempunyai kategori kurang. Peningkatan

kemampuan membaca siswa disebabkan siswa pada waktu

kegiatan pembelajaran membaca ekspresif melalui metode

langsung siswa serius mengikuti kegiatan belajar mengajar

dan banyak berlatih, serta mendapat penghargaan dari hasil

kerjanya.

61

2. Perilaku siswa kelas VIII-B MTs Nurul Muchlishin Pakondang

Rubaru kabupaten Sumenep setelah mengikuti pembelajaran

membaca ekspresif dengan metode langsung mengalami

perubahan. Perubahan perilaku siswa dapat dilihat secara

jelas saat proses pembelajaran. Berdasarkan data observasi

pada siklus I kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang

masih melakukan keburukan dalam membaca ekspresif.

Selama pelaksanaan pembelajaran siklus II telah terjadi

perubahan perilaku siswa. Para siswa kelihatan lebih serius

dalam melaksanakan kegiatan membaca, dan lebih berusaha

untuk mengurangi kebiasaan buruk dalam membaca. Mereka

melakukan kegiatan membaca dengan baik. Siswa selalu

bekerja sama dengan teman sebangkunya untuk lebih

meningkatkan kemampuan membaca ekspresif. Dalam

mengikuti pelajaran siswa aktif, tidak pasif. Siswa selalu

bertanya dengan guru tentang hal yang tidak diketahuinya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan

metode langsung dapat meningkatkan perilaku positif siswa

dan dapat mengubah perilaku negatif siswa menjadi perilaku

positif.

3. berdasarkan penelitian pada siklus kedua ini, nilai

kemampuan siswa dalam membaca ekspresif ada

peningkatan dari putaran yang pertama. Nilai pada putaran

kedua ini, berdasarkan hasil perolehan tingkat keberhasilan

siswa dalam membaca ekspresif sebagai berikut.

62

a. Siklus pertama

Mean = 2300

N = 39

Xn =58,97

b. Siklus kedua

Mean = 3200

N = 39

Xn = 82,055

Angak 82,055 merupakan nilai rata-rata kelas yang diperoleh dan

menunjukkan kualitas dalam membaca ekspresif sangat baik

dibandingkan dengan putaran yang pertama. Dengan demikian dapat

diinterpretasikan bahwa kemampuan siswa kelas VIII-B MTs Nurul

Muchlishin Pakondang Rubaru, telah meningkat atau ada peningkatan

dari sebelumnya.

B. Saran

Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti

memberikan saran sebagai berikut.

1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia berperan aktif sebagai

inovator untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat

sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman

yang bermakna bagi siswa.

2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan

metode langsung dalam membelajarkan kemampuan membaca

ekspresif.

63

3. Pembelajaran dengan metode langsung dapat dijadikan alternatif

pilihan bagi guru bidang studi lain dalam membelajarkan bidang

garapannya.

4. Para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat

melakukan penelitian penelitian serupa dengan teknik

pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai

alternatif teknik pembelajaran membaca ekspresif.

64

DAFTAR PUSTAKA

Chaer,Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Ardiana Leo Indra & Laksono Kisyani. 2004. Penelitian Tindakan Kelas

Jatmiko, budi, M.Pd. Dr. 2006 Hakikat Countextual Teaching and

Learning (CTL), Dalam Pembelajran

Arifin, Zainal, Drs. E 1987. Petunjuk Penyusunan Karya Tulis. Jakarta ;

Media Sarana Press.

Wirajaya yuda asep & sudarmawarti. 2008. Bahasa dan Sastra

Indonesia SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:Depdiknas

Kelompok Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia. 1991. Keterampilan

Membaca Dan Keterampilan Menulis. Malang: YA3.

Rahim, Farida. Dr. M.Ed. Pengajaran Membaca Sekolah Dasar.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta

Syamsudin, Prof. Dr, M.S. S. Viana, Dr. Damaianti, M.Pd. Metode

Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda

Rahardjo, Sri H. 2004. Bahasa Indonesia SMP. Jakarta Enrlangga.

Rohaedi, Drs. D. Wahyudin. 2006. Penegembangan Profesi Guru

Melalui Tindakan Kelas. Majalengka:Panitia Reuni SPG Negri

Majalengka Angkatan 1983.

Tampubolon, Dr. Prof. 1993. Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan

Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa.

65

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Kamisa, Drs. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:

Kartika

Nurhadi, Drs. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca.

Bandung. Sinar Baru Algesindo

Mardalis, Drs. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Widayat, Dwi Tjahyo. 1994. Teori Dasar Pembelajran Bahasa dan

Sastra Indonesia . Surabaya:Bina Pustaka Tama

66

DAFTAR NILAI SIKLUS PERTAMA

NO NAMA NILAI KATEGORI 1. Annisa’ Khairul Ummah 80 Baik 2. Baqiyatus Solihah 90 Sangat baik 3. Dewi Novita Sari 40 Kurang

4. Fitriyatus Soliha 40 Kurang 5. Halfina 60 Cukup 6. Kamilatun Hasanah 50 Cukup 7. Lilik Amaliya 70 Baik

8. Maslaha 80 Baik 9. Nur Hayati 70 Baik 10. Qurratul „Aini 50 Cukup

11. Radhatul Jannah 60 Cukup 12. Siti Aisyatul Fajriyah 80 Baik 13. St. Swita Permata S 50 Cukup 14. Siti Nia Hasanah 50 Cukup 15. Sri Astutik 50 Cukup 16. Sumilah 50 Cukup

17. Wasiatul Hasanah 70 Baik 18. Zahratun Naemah 50 Cukup 19. Buniya 80 Baik 20. Fitriyani 70 Baik 21. Fadhilah 50 Cukup 22. Hafidatul 50 Cukup

23. Hakimah 60 Cukup 24. Ida Hasanah 50 Cukup 25. Massihah 50 Cukup 26. Nur Faidah Muliawati 50 Cukup 27. Susiyati 50 Cukup 28. St. Romlatul Aisyah 70 Baik

29. Uswatun Hasanah 50 Cukup

30. Riksaniyah 70 Baik 31. Faridatul Qibtiyah 70 Baik 32. Isriwani 50 Cukup 33. Lindawati 50 Cukup 34. Nurul Bayyinah 80 Baik 35. Siyani 50 Cukup

36. Nur Hasanah 50 Cukup 37. Siti Khotijah 60 Cukup 38. Muzayyanah 50 Cukup 39. Holifatud Dalilah 50 Cukup

JUMLAH 2300

67

DAFTAR NILAI SIKLUS KEDUA

NO NAMA NILAI KATEGORI 1 Annisa’ Khairul Ummah 100 Sangat Baik 3 Baqiyatus Solihah 100 Sangat Baik 4 Dewi Novita Sari 60 Cukup

4 Fitriyatus Soliha 60 Cukup 5 Halfina 90 Sangat Baik 6 Kamilatun Hasanah 80 Baik 7 Lilik Amaliya 90 Sangat Baik

8 Maslaha 90 Sangat Baik 9 Nur Hayati 90 Sangat Baik 10 Qurratul „Aini 80 Baik

11 Radhatul Jannah 80 Baik 12 Siti Aisyatul Fajriyah 90 Sangat Baik 13 St. Swita Permata S 80 Baik 14 Siti Nia Hasanah 60 Cukup 15 Sri Astutik 80 Baik 16 Sumilah 80 Baik

17 Wasiatul Hasanah 90 Sangat Baik 18 Zahratun Naemah 80 Baik 19 Buniya 90 Sangat Baik 20 Fitriyani 90 Sangat Baik 21 Fadhilah 60 Cukup 22 Hafidatul 80 Baik

23 Hakimah 80 Baik 24 Ida Hasanah 80 Baik 25 Massihah 80 Baik 26 Nur Faidah Muliawati 80 Baik 27 Susiyati 80 Baik 28 St. Romlatul Aisyah 90 Sangat Baik

29 Uswatun Hasanah 80 Baik

30 Riksaniyah 90 Sangat Baik 31 Faridatul Qibtiyah 90 Sangat Baik 32 Isriwani 80 Baik 33 Lindawati 80 Baik 34 Nurul Bayyinah 90 Sangat Baik 35 Siyani 80 Baik

36 Nur Hasanah 80 Baik 37 Siti Khotijah 80 Baik 38 Muzayyanah 80 Baik 39 Holifatud Dalilah 80 Baik

JUMLAH 3200

68

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah :MTs Nurul Muchl ishin

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VIII / II

Pertemuan ke : II

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi : Membaca

Memahami teks drama melalui kegiatan

membaca ekspresif

Kompetensi Dasar : Mengedentifikasi unsur intrinsik teks drama

Indikator :

1. Mampu mendata pokok utama dan sampingan

dalam teks drama

2. Mampu mengedentifikasi karakter tokoh disertai

dengan bukti dan alasan yang logis

A. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat mengedentifikasi unsur-unsur intrinsik teks drama.

B. Materi Pembelajaran

Teks Drama

a. Mendata tokoh utama dan sampingan

b. Mengedentifikasi karakter masing-masing tokoh

C. Metode Pembelajaran

1. Metode langsung (diskusi)

2. Pemodelan

3. Penugasan

4. Inkuiri

D. Langkah-langkah pembelajran

1. Kegiatan Awal

a. Siswa mendengarkan petunjuk guru

b. Siswa menyiapkan bahan untuk mencatat hal-hal yang penting

dalam teks drama

2. Kegiatan Inti

a. Siswa mendengarkan/melihat pembacaan teks drama yang

ditampilkan.

b. Siswa mendata unsur intrinsik teks drama.

c. Siswa menyusun pokok-pokok unsur intrinsik teks drama

d. Siswa mendata tokoh utama dan sampingan dalam teks drama

e. Siswa mengedentifikasi karakter tokoh utama dan sampingan

69

disertai dengan bukti atau alas an yang logis.

3. Kegiatan Akhir

1. siswa dan guru merangkum serta menyimpulkan unsur intrinsik

dalam teks drama

2. sisw dan guru melakukan refleksi.

E. Sumber Belajar/Media

1. Buku pelajaran bahasa Indonesia

2. Buku teks drama

F. Penilaian

1. Teknik : tes tulis

2. Bentuk instrumen : tes uraian

3. Instrument :

1. Sebutkan dan jelaskan unsur intrinsik dalam teks drama?

No Deskripsi Skor

1 Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan sangat

lengkap

7

2 Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan dengan

lengkap

5

3 Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan kurang

lengkap

3

4 Siswa tidak dapat menyebutkan dan menjelaskan sama

sekali

0

Skor akhir = skor yang diperoleh

Skor maksimum X 100

2. Sebutkan tokoh utama dan tokoh sampingan dalam teks drama

yang kamu lihat/dengar!

No Deskripsi Skor

1 Siswa dapat menyebutkan tokoh utama dan sampingan

dalam teks drama sangat lengkap

7

2 Siswa dapat menyebutkan tokoh utama dan sampingan

dalam teks drama dengan lengkap

5

3 Siswa dapat menyebutkan tokoh utama dan sampingan

dalam teks drama kurang lengkap

3

4 Siswa tidak dapat menyebutkan dan menjelaskan 0

70

Skor akhir = skor yang diperoleh

Skor maksimum X 100

3. Tentukan karakter tokoh disertai dengan bukti atau alasan yang

logis dalam teks drama yang kamu lihat/dengar!

No Deskripsi Skor

1 Siswa dapat menentukan karakter tokoh disertai dengan

bukti sangat tepat

7

2 Siswa dapat menentukan karakter tokoh disertai dengan

bukti dengan tepat

5

3 Siswa dapat menentukan karakter tokoh disertai dengan

bukti kurang tepat

3

4 Siswa tidak dapat menentukan dan membuntikan karakter

tokoh

0

Skor akhir = skor yang diperoleh

Skor maksimum X 100

Sumenep, 2 Mei 2011

Mengetahui,

Guru bidang studi

JONI NOFRIYANTO, S.Pd

NIP :

peneliti

MOH SUATIP

NPM: 07223057

Mengetahui,

Kepala Sekolah MTs Nurul Muchlishin

NURUL IMAM, S.Pd

NIP:

71

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah :MTs Nurul Muchl ishin

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VIII / II

Pertemuan ke : II

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi : Membaca

Memahami teks puisi keindahan alam melalui

kegiatan membaca ekspresif

Kompetensi Dasar :

Mengedentifikasi unsur intrinsik puisi

keindahan alam

Indikator :

1. Mampu mendata unsur intrinsik puisi

keindahan alam

2. Mampu menentukan rima dalam puisi

keindahan alam sekolah

G. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat mengedentifikasi unsur-unsur intrinsik puisi.

H. Materi Pembelajaran

Teks Puisi

1. Mendata unsur intrinsik puisi keindahan alam

2. Menentukan rima dalam puisi keindahan alam sekolah

I. Metode Pembelajaran

1. Metode langsung pada objek (keindahan sekolah)

2. Pemodelan

3. Penugasan

4. Inkuiri

J. Langkah-langkah pembelajran

1. Kegiatan Awal

1. Siswa mendengarkan petunjuk guru

2. Siswa mencari teks puisi tentang keindahan alam sekolah

2. Kegiatan Inti

a. Siswa memahami teks puisi keindahan alam sekolah

b. Siswa menentukan unsur intrinsik puisi keindahan alam

sekolah

c. Siswa menyusun pokok-pokok unsur intrinsik puisi keindahan

72

alam

d. Siswa menentikan rima puisi keindahan alam sekolah

e. siswa menyusun rima dengan tepat dalam puisi keindahan

alam sekolah

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru menyimpulkan materi

2. Siswa dan guru melakukan refleksi.

K. Sumber Belajar/Media

1. Buku pelajaran bahasa Indonesia

2. Buku teks puisi

L. Penilaian

4. Teknik : tes tulis

5. Bentuk instrumen : tes uraian

6. Instrument :

1. Sebutkan unsur intrinsik dari teks puisi yang kamu pilih?

No Deskripsi Skor

1 Siswa dapat menjelaskan sangat lengkap 7

2 Siswa dapat menjelaskan dengan lengkap 5

3 Siswa dapat kurang lengkap 3

4 Siswa tidak menjelaskan sama sekali 0

Skor akhir = skor yang diperoleh

Skor maksimum X 100

2. tentukan rima yang terdapat dalam teks puidi keindahan alam!

No Deskripsi Skor

1 Siswa dapat menentukan rima dalam teks puisi sangat

lengkap

7

2 Siswa dapat menentukan rima dalam teks puisi dengan

lengkap

5

3 Siswa dapat menentukan rima dalam teks puisi kurang

lengkap

3

4 Siswa tidak dapat menentukan rima dalam teks puisi 0

73

Skor akhir = skor yang diperoleh

Skor maksimum X 100

3. jelaskan rima yang sudah kalian tentukan

No Deskripsi Skor

1 Siswa dapat menjelaskan rima sangat lengkap 7

2 Siswa dapat menjelaskan rima dengan lengkap 5

3 Siswa dapat menjelaskan rima kurang lengkap 3

4 Siswa tidak dapat menjelaskan rima 0

Skor akhir = skor yang diperoleh

Skor maksimum X 100

Sumenep, 9 Mei 2011

Mengetahui,

Guru bidang studi

JONI NOFRIYANTO, S.Pd

NIP :

peneliti

MOH SUATIP

NPM: 07223057

Mengetahui,

Kepala Sekolah MTs Nurul Muchlishin

NURUL IMAM, S.Pd

NIP:

74

DOKUMENTASI PENELITIAN SIKLUS PERTAMA

75

DOKUMENTASI PENELITIAN

SIKLUS KEDUA

76

DOKUMENTASI PENELITIAN SIKLUS KEDUA

77

78