peningkatan hasil belajar siswa melalui...

Download PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel9945A79C40A23A84B51C851... · peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif

If you can't read please download the document

Upload: trinhngoc

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

    KOOPERATIF CARD SORT BERBASIS KONTEKSTUAL

    DALAM MATA PELAJARAN PKN DI SMP NEGERI 10 MALANG

    INCREASING STUDENT LEARNING OUTCOMES THROUGH

    COOPERATIVE CARD SORT CONTEXTUAL BESED LEARNING ON

    CIVIC EDUCATION IN SMP NEGERI 10 MALANG

    Yuni Sukro Rahayu*

    Dra. Sri Untari, M.Si** Siti Awaliyah, S.Pd., SH., M.Hum**

    Universitas Negeri Malang

    Fakultas Ilmu Sosial

    Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

    Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

    Email: [email protected]

    ABSTRAK- Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model

    pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual di SMP Negeri 10

    Malang dan mengetahui peningkatan hasil belajar model pembelajaran kooperatif

    card sort berbasis kontekstual dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa

    kelas VIII D pada mata pelajaran PKn. Penelitian ini merupakan penelitian

    tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa presentase hasil belajar siswa siklus I dengan rata-rata ketuntasan belajar

    individual sebesar 79,71 dan rata-rata ketuntasan belajar secara klasikal sebesar

    80,00%. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan sebesar

    11,43% dengan perolehan skor klasikal 91,43% dan skor ketuntasan individual

    sebesar 84,5.

    Kata kunci: kooperatif, card sort, kontekstual, hasil belajar, PKn.

    ABSTRACT-The purpose of this research is describe implementation

    cooperative card sort contextual based learning in SMP Negeri 10 Malang and

    through improvement of student learning out comes in class VIII D on civic

    education subject. This research was Classroom Action Research that has two

    cycle. The outcome of this research showed that percentage individual learning

    outcomes of students 79,71 in the first cycle and classical students learning

    outcomes average 80,00%. Student learning outcomes in the second cycle also

    showed improvement 11,43% with classical score 91,43% and individual score

    84,5.

    Key Words : cooperative, card sort, contextual, student learning outcomes, civic

    education

    mailto:[email protected]

  • Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental

    bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat meningkatkan kualitas dan

    kredibelitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas dalam bidang

    pendidikan hendaknya diimbangi dengan peningkatan dalam bidang moral,

    keagamaan dan kecintaan kepada budaya bangsa. Mata pelajaran PKn

    merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan siswa berbagai hal

    dalam bidang moral, keagamaan, dan kecintaan kepada budaya bangsa.

    Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan mata pelajaran yang

    memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

    melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara

    Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

    Pancasila, dan UUD NRI 1945 (KTSP SD/MI, 2006), sehingga mata

    pelajaran PKn penting untuk diterapkan di berbagai lingkungan pendidikan

    mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

    Diterapkannya mata pelajaran PKn di berbagai lingkungan pendidikan

    terutama sekolah menuntut seorang guru untuk menciptakan suatu kondisi

    belajar yang baik dan kondusif. Guru memiliki peranan yang sangat penting

    dalam menentukan strategi pengajaran, berupa metode, media, peralatan, dan

    fasilitas lainnya serta bagaimana mengemas sebuah informasi agar lebih

    menarik siswa dalam kegiatan belajar (Enoh, 2004:18).

    Umumnya siswa di dalam pembelajaran PKn terlihat pasif, dikarenakan

    proses pembelajaran hanya sedikit siswa yang mendengarkan penjelasan dari

    guru menggunakan metode ceramah. Metode ceramah ini juga masih

    diterapkan oleh guru PKn di SMP Negeri 10 Malang pada siswa kelas VIII

    D. Berdasarkan observasi pada tanggal 23 Januari 2014, menunjukkan bahwa

    di kelas VIII D keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran PKn

    berlangsung masih tergolong rendah, rendahnya keaktifan belajar siswa pada

    mata pelajaran ditujukkan dari jumlah keseluruhan 35 orang siswa yang aktif

    hanya 5 orang siswa (14.29%). Metode pembelajaran yang digunakan

    ceramah dan tidak terdapat media saat proses pembelajaran. Rendahnya

    tingkat keaktifan siswa juga disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran PKn

    pada jam terakhir seusai mata pelajaran penjaskes. Kondisi lelah ini

  • menyebabkan menurunnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

    Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam

    menentukan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil obervasi tanggal 23

    Januari 2014 diketahui bahwa dari keseluruhan siswa berjumlah 35 orang

    siswa, terdapat 20 orang siswa kelas VIII D yang hasil belajarnya masih lebih

    rendah dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan

    sekolah, yaitu sebesar 78. Kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan

    sekolah termasuk kategori yang cukup tinggi untuk mata pelajaran PKn,

    karena pada umumnya beberapa sekolah di Malang masih berada pada

    kriteria ketuntasan minimal sebesar 75 untuk mata pelajaran PKn. Ketuntasan

    Minimal atau yang sering disingkat dengan KKM haruslah tercapai, karena

    KKM dianggap sebagai tolak ukur suatu keberhasilan dari proses

    pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada saat

    observasi pra tindakan mengenai materi demokrasi rata-rata nilai keseluruhan

    siswa kelas VIII D masih tergolong rendah.

    Dengan adanya permasalahan tersebut diperlukan suatu inovasi baru

    agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Inovasi tersebut melalui suatu

    paradigma baru di dalam strategi pembelajaran konstruktivistik, dimana

    pembelajaran ini menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa

    (student centered) dan bukan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

    centered). Di dalam pembelajaran konstruktivistik siswa dituntut untuk aktif

    disaat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran konstruktivistik pun

    selain menuntut seorang murid untuk aktif juga menuntut seorang guru untuk

    selalu bersifat inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Salah satu

    penerapan prinsip pembelajaran konstruktivistik adalah melalui penggunaan

    model pembelajaran di kelas. Penggunaan model yang bervariasi menjadikan

    proses belajar pun semakin kondusif dan menyenangkan. Dengan adanya

    pembelajaran konstruktivistik, model pembelajaran yang bersifat

    konvensional di kelas perlahan-lahan mulai dikurangi. Model pembelajaran

    kooperatif tipe card sort (cooperative learning card sort type) merupakan

    metode yang sesuai untuk diterapkan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 10

    Malang pada mata pelajaran PKn. Demi perbaikan hasil belajar siswa kelas

  • VIII D SMP Negeri 10 Malang, model pembelajaran card sort (mensortir

    kartu ) merupakan suatu strategi yang sesuai untuk mengatasi masalah

    tersebut, karena model ini dapat digunakan pendidik dengan maksud

    mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui

    klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran.

    Model pembelajaran card sort dapat pula digunakan untuk membantu

    siswa dalam: (1) mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan (identify

    strengths and weaknesses), (2) mengidentifikasi nilai-nilai (identify values),

    (3) mengembangkan tujuan pribadi di sekitar area perhatian (develop

    personal objectives an area of), (4) perhatian (concern), (5) menuliskan

    rencana tindakan dan ( write action plan and), (6) merefleksikan kemajuan

    (reflect on progress), (7) mengembangkan hubungan antara ide dan konsep

    (develop linkages between ideas and concepts), (8) model bidang

    pengetahuan/ praktek yang membangun (build models of an area of

    knowledge / practice) (Boyle & Jackson,2009:1), sehingga model kooperatif

    card sort berbasis kontekstual sesuai untuk diaplikasikan pada mata pelajaran

    PKn SMP Negeri 10 Malang. Selain memiliki kelebihan tersebut model

    pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual dapat diterapkan di

    dalam pembelajaran PKn sebab model ini dapat melibatkan kerjasama dan

    keaktifan peserta didik secara menyeluruh, sehingga hasil belajar siswa dapat

    ditingkatkan. Langkah-langkah atau tahapan model pembelajaran kooperatif

    card sort berbasis kontekstual menurut Silberman (2009:169) antara lain: (1)

    beri tiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok

    dengan satu atau beberapa kategori, (2) perintahkan siswa untuk berkeliling

    ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang

    sama (anda dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa

    menemukan sendiri), (3) perintahkan para siswa yang kartunya memiliki

    kategori sama menawarkan diri kepada siswa lain, (4) ketika tiap kategori

    ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut anda penting.

    Selain terdapat prosedur di dalam pembelajaran card sort. Namun selain

    prosedur tersebut model pembelajaran card sort juga dapat diberikan suatu

    variasi. Variasi model pembelajarannya yaitu: (1) perintahkan tiap kelompok

  • untuk membuat presentasi pengajaran tentang kategorinya, (2) pada awal

    kegiatan, bentuklah tim. Berikan tiap tim satu dus kartu. Pastikan bahwa

    mereka mengocoknya agar kategori-kategori yang cocok dengan mereka

    tidak jelas dimana letaknya. Perintahkan tiap tim untuk memilah-milah kartu

    menjadi sejumlah kategori. Tiap tim bisa mendaptkan skor untuk jumlah

    kartu yang dipilih dengan benar.

    Hasil belajar merupakan merupakan tujuan utama dalam proses

    pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur dari keberhasilan siswa

    dalam proses belajar. Menurut Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah

    kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

    belajarnya. Carool berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa

    dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia

    untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan, (d) kualitas

    pengajaran, (e) kemampuan individu dan (f) faktor di luar individu.

    Hasil belajar diperoleh dari kegiatan pembelajaran, yang banyak

    menganut Taksonomi Bloom yang meliputi aspek kognitif, afektif dan

    psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa

    pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang

    mencakup yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),

    penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi

    (evaluation).

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.

    Menurut Aqib (2010:40) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

    menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

    dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa

    dan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran

    berlangsung. Penelitian tindakan kelas atau classroom action research

    merupakan salah satu yang termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif.

    Menurut Muslich (2009:9) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

    merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

  • tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan

    praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional. Penelitian tindakan

    kelas atau classroom action research yang dilaksanakan dalam dua siklus

    melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan (planning), tahap

    pelaksanaan tindakan (action), tahap observasi/ pengamatan (observation),

    tahap refleksi (reflection). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10

    Malang yang terletak di Jalan Mayjen Sungkono No. 57 Kecamatan Kedung

    Kandang Kota Malang. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester

    genap tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

    menggunakan observasi, wawancara, tes, dokumentasi, catatan lapangan.

    Teknik analisis yang dipergunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini

    adalah deskriptif kualitatif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Observasi Pratindakan

    Pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 11.00 setelah istirahat pertama

    peneliti menemui dan berkonsultasi dengan guru mata pelajaran PKn kelas

    VIII di SMP Negeri 10 Malang, yaitu Bapak Sunari S.Pd. Dari hasil

    pertemuan dengan guru mata pelajaran PKn di kelas VIII, peneliti

    memperoleh informasi bahwa pada mata pelajaran denga pokok bahasan

    demokrasi pada materi penerapan demokrasi di dalam berbagai bidang dan

    pelakasanaan demokrasi dalam kehidupan di lingkung keluarga, sekolah,

    masyarakat dan bangsa. Siswa kelas VIII D banyak yang memperoleh nilai

    dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada akhirnya Bapak Sunari,

    S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VIII D berserta peneliti dan teman

    sejawat berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai

    berikut: (a) kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah kelas VIII

    D; (b) di dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh tiga orang yang berperan

    sebagai observer yaitu, Bapak Sunari S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn di

    kelas VIII D dan teman sejawat lainnya yaitu, Ibu Arviantri Candra Puspita

    Sari dan Ibu Jean Navy Depby A dan; (c) kompetensi dasar yang diajaran

    pada saat penelitian ini adalah menunjukkan sikap positif terhadap

  • pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan; (d) pelaksanaaan tindakan

    disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran PKn pada kelas VIII D di SMP

    Negeri 10 Malang, yaitu setiap hari Kamis pukul 10.00- 11.20 WIB (2x40

    menit); (d) penelitian siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan dimulai pada hari

    kamis tanggal 6 Februari sampai dengan 13 Februari 2014 setelah siklus I

    berakhir, dilanjutkan dengan kegiatan refleksi untuk siklus I dan apabila

    kegiatan refleksi telah dilakukan maka, dilanjutkan dengan perencanaan untuk

    siklus II, pelaksanaan siklus ini berlangsung pada hari kamis tanggal 27

    Februari dan 6 Maret 2014. Sebelum dilaksanakannya tindakan untuk siklus I

    pada tanggal 6 Februari 2014 peneliti melakukan observasi pra tindakan

    selama 2 minggu, dari hasil proses pembelajaran pra tindakan mata pelajaran

    PKn dengan materi pokok mengenai pengertian demokrasi, macam-macam

    demokrasi, sejarah demokrasi, dan contoh demokrasi dalam berbagai bidang,

    dari tes pra tindakan menunjukkan bahwa siswa kelas VIII D telah memahami

    pengertian dari demokrasi, macam-macam demokrasi dan sejarah demokrasi.

    Namun pemahaman siswa untuk memahami materi mengenai pelaksanaan

    demokrasi dalam berbagai bidang dan pelaksanaan demokrasi di berbagai

    lingkungan masih kurang.

    Hal ini didasarkan pada hasil tes pra tindakan yang dilakukan oleh

    peneliti saat observasi tanggal guru memberikan siswa sebuah tes mengenai

    materi demokrasi diperoleh data bahwa dari hasil tes pra tindakan yang

    dilakukan pada saat observasi dilaksanakan belum mencapai ketuntasan

    karena nilai rata-rata siswa masih banyak yang memperoleh nilai di bawah

    KKM yang ditentukan sekolah (78) dari 35 siswa terdapat 15 siswa yang

    mendapat nilai diatas KKM atau (43%) yang tuntas dan sisanya 20 siswa

    mendapat nilai dibawah KKM sebesar 57% dan rata-rata ketuntasan belajar

    secara individu sebesar 77, 03. Berdasarkan hasil tes tersebut siswa diketahui

    bahwa nilai terendah adalah 60 dan diperoleh oleh siswa berjenis kelamin laki-

    laki yang berjumlah 1 orang siswa.

    Sedangkan jumlah siswa perempuan lebih banyak yang mendapatkan

    nilai 60 yaitu berjumlah 2 orang siswa. Hal ini disebabkan, karena siswa laki-

    laki lebih aktif di dalam mengikuti pembelajaran PKn apabila dibandingkan

  • dengan siswa berjenis kelamin perempuan. Nilai tertinggi pada hasil tes pra-

    tindakan adalah sebesar 92 diperoleh oleh siswa berjenis kelamin laki-laki dan

    perempuan. Rata-rata nilai test pra tindakan siswa laki-laki adalah 76,

    sedangkan hasil nilai pra tindakan ini berbeda dengan perolehan siswa dengan

    jenis kelamin perempuan sebesar 77,8. Hal ini menunjukkan bahawa dari hasil

    test pra tindakan yang diperoleh oleh siswa perempuan lebih tinggi

    dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal ini menjukkan bahwa kemampuan

    siswa kelas VIII D baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan

    yang sama dan setara tidak memiliki perbedaan secara signifikan.

    Kemudian pada tingkat keaktifan siswa kelas VIII D saat bertanya,

    menjawab maupun memberikan komentar terhadap jawaban sesama teman

    atau guru saat proses pembelajaran berlangsung dari hasi pengamatan hanya 5

    orang dari jumlah 35 siswa berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada

    tanggal 23 Januari 2013, yaitu 2 orang yang bertanya kepada guru, 2 orang

    yang menjawab pertanyaan dari teman dan 1 orang saja yang mau untuk

    memberikan komentar terhadap jawaban teman.

    Maka peneliti dan guru mata pelajaran PKn bersepakat untuk

    berkolaborasi dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas dan memilih

    model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual sebagai upaya

    untuk menyelesaikan masalah tersebut dan beserta media yang dapat

    menunjang kegiatan belajar siswa. Peneliti dan guru mata pelajaran kelas VIII

    D memilih model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual

    karena, model ini siswa dapat menemukan fakta, klasifikasi dan dapat

    menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Media yang digunakan

    dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kartu soal dan kartu jawaban

    berjumlah 70 kartu yang berukuran 9x7 cm serta 5 papan beberan berwarna.

    Masing-masing siswa memperoleh 14 buah kartu yakni, 7 buah kartu jawaban

    dan 7 kartu buah kartu soal serta satu buah papan beberan.

    Penerapan Model Kooperatif Card Sort Berbasis Kontekstual di Kelas

    VIII D SMP Negeri 10 Malang

  • Model pembelajaran card sort merupakan salah satu model

    pembelajaran aktif (active learning). Card sort dikenal juga dengan model

    pemilihan kartu. Peneliti melakukan penerapan model pembelajaran

    kooperatif card sort berbasis kontekstual selama empat minggu dalam dua

    siklus. Pada saat menerapkan model pembelajaran koopratif card sort berbasis

    kontekstual, peneliti juga memberikan evaluasi berupa test pada setiap akhir

    siklus. Hal ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa kelas

    VIII D pada mata pelajaran PKn di kelas VIII D SMP Negeri 10 Malang.

    Penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual ini

    dilaksanakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa kelas VIII D yang belum

    mencapai Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) pada materi penerapan

    demokrasi dalam berbagai bidang dan pelaksanaan demokrasi di dalam

    kehidupan keluarga, sekolah, kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga,

    peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran PKn kelas VIII D SMP

    Negeri 10 Malang beserta teman sejawat untuk mengatasi masalah tersebut

    melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis

    kontekstual. Model pembelajaran ini lebih menekankan pada kerja kelompok

    secara kooperatif. Hal ini sependapat dengan penelitian Mulyana (2010) yaitu,

    penerapan model card sort dengan menggunakan metode diskusi ini aspek

    Contextual Teaching and Learning (CTL) yang tampak paling dominan adalah

    learning community, Inqiuri pada saat diskusi dan questioning pada saat

    presentasi, serta penilaian yang paling mendominasi adalah penilaian proses.

    Pada penerapan model pembelajaran siswa di bagi menjadi 5 kelompok

    untuk membuat kartu soal dan jawaban berjumlah 14 masing-masing

    kelompok dan selanjutnya setiap kelompok diberikan tugas yang sama, namun

    dengan kategori yang berbeda untuk didiskusikan dan kemudian

    dipresentasikan di depan kelas. Sehingga siswa terlibat secara aktif dan

    kegiatan kerja kelompok menjadi lebih menyenangkan. Hal ini sesuai card

    sort dengan pendapat Silberman (1996: 101) bahwa model pembelajaran

    card sort memiliki kelebihan: (a) mengajak siswa untuk belajar berdiskusi

    yang menyenangkan (simulating discussion), (b) mengajak siswa untuk

    belajar secara kelompok (collaborative learning), (c) mengajak siswa untuk

  • belajar dengan teman sebaya atau teman satu kelas (peer teaching), (d)

    mengajak siswa untuk belajar mandiri (independent learning).

    Tahapan akhir pada kegiatan ini adalah dilakukannya refleksi yang

    dipimpin oleh guru untuk merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan,

    serta harapan siswa mendapatkan model pembelajaran kooperatif card sort

    yang akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap terakhir siswa

    diberikan evaluasi untuk mengukur keefektifan model pembelajaran

    kooperatif card sort berbasis kontekstual di dalam mengatasi permasalahan di

    kelas VIII D. Evaluasi dilakukan dengan memberikan evaluasi berupa soal test

    dan menganalisis hasil pengamatan keaktifan siswa oleh ketiga observer yang

    tertuang di dalam penerapan model pembelajaran kooperatif card sort

    berbasis kontekstual yang dilakukan peneliti pada mata pelajaran PKn

    didasarkan pada tahapan-tahapan model kooperatif card sort berbasis

    kontekstual.

    Siklus I pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2014

    dan 13 Februari 2014. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui

    penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual

    diawali dengan kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan diakhiri dengan

    kegiatan penutup. Selama pelaksanaan model pembelajaran kooperatif card

    sort berbasis kontekstual siswa dibagi menjadi 5 kelompok dan setiap

    kelompok terdiri dari 7 orang siswa. Setiap kelompok diberikan tugas untuk

    membuat kartu soal dan kartu jawaban kemudian dibagikan kepada seluruh

    siswa hingga masing-masing siswa di dalam kelompok memperoleh kartu

    Setelah memperoleh kartu setiap kelompok mencocokan dengan katu

    induknya dan menyusun kartu soal sesuai dengan kartu jawabannya dalam

    didiskusi kelompok untuk dan kemudian dipresentasikan di depan kelas.

    Langkah-langkah model ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya.

    Penerapan Model Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas

    VIII D SMP Negeri 10 Malang

    Hasil belajar sangat mencerminkan kemampuan seorang siswa di dalam

    mencapai suatu kompetensi dasar. Hasil belajar berfungsi sebagai penunjuk

  • dari adanya perubahan tingkah laku yang akan dicapai seorang siswa

    sehubungan dengan kegiatan yang dilakukannya selama proses belajar

    mengajar. Di dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dari ranah

    kognitif dan afektif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa di dalam ranah

    kognitif. Hasil belajar siswa diukur melalui pemberian evaluasi berupa tes

    diakhir siklus pada siswa. Tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran.

    Soal test pada siklus I terdiri dari 10 soal pilihan ganda, sedangkan soal test

    pada siklus II terdiri dari 15 soal pilihan ganda.

    Berdasarkan Hasil test siklus I menujukkan siswa yang berhasil

    mencapai rata-rata ketuntasan belajar secara individual sebesar 79,71 dan rata-

    rata ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 80,00% dan pada siklus I

    terdapat 7 orang siswa yang nilaianya belum mencapai KKM yang

    ditetapkan. Faktor yang diindikasikan sebagai penyebab 7 orang siswa pada

    siklus I belum mencapai ketuntasan belajar adalah siswa belum memiliki

    pemahaman secara menyeluruh tentang materi dan waktu yang diberikan oleh

    guru cukup sedikit untuk mengerjakan soal test.

    Sedangkan hasil belajar siswa pada test hasil belajar pada siklus II

    menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 11,43% dibandingkan hasil

    belajar pada siklus I, dimana siklus II hasil belajar siswa memperoleh skor rata-

    rata ketuntasan belajar secara individu sebesar 84,54 dengan skor klasikal

    mencapai 91,43% apabila dibandingkan dengan siklus I yang rata-rata belajar

    individu hanya mencapai 79,71 dengan perolehan skor klasikal sebesar 80,00%.

    Sedangkan hasil belajar siswa dalam ranah afektif diukur melalui rubrik

    penilaian keaktifan siswa. Pada siklus I dari hasil pengamatan melalui rubrik

    penilaian keaktifan siswa diperoleh hasil rata-rata dari keaktifan siswa

    meningkat pada siklus I dengan perolehan sebesar 58% apabila dibandingkan

    dengan keaktifan siswa pada kegiatan pra tindakan yang hanya mencapai

    14,29%. Kemudian tingkat keaktifan siswa kelas VIII D melalui penerapan

    model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual mengalami

    peningkatan kembali pada siklus II hingga mencapai 91%. Sehingga kekatifan

    siswa kelas VIII D melalui penerapan model pembelajaran kooperatif card sort

    berbasis kontekstual mengalami peningkatan sebesar 33% pada siklus kedua.

  • PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual

    di kelas VIII D SMP Negeri 10 Malang dilaksanakan berdasarkan tahapan

    atau langkah-langkah dalam model pembelajaran model pembelajaran

    kooperatif card sort berbasis kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan secara

    kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran PKn kelas VIII D SMP

    Negeri 10 Malang beserta teman sejawat sehingga melalui penerapan model

    pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa pada standar kompetensi memahami pelaksanaan

    demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Keberhasilan guru atau peneliti di

    dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis

    kontekstual di ukur dari lembar observasi aktivitas peneliti. Kemudian hasil

    belajar dalam ranah afektif diamati dari rubrik penilaian keaktifan siswa,

    sedangkan hasil belajar ranah kognitif dari hasil evaluasi berupa tes diakhir

    siklus yang dicapai pada siklus I dibandingkan keberhasilan tindakan peneliti

    pada siklus II. Pada penerapan model pembelajaran ini kooperatif card sort

    berbasis kontekstual siswa dibagi menjadi 5 kelompok, dimana masing-

    masing kelompok diberikan tugas untuk membuat kartu soal dan jawaban

    berjumlah 14 dengan kategori yang berbeda untuk didiskusikan dan kemudian

    dipresentasikan di depan kelas.

    2. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis

    kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi

    memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini

    ditunjukkan oleh perolehan hasil test siklus I menujukkan siswa yang berhasil

    mencapai rata-rata ketuntasan belajar siswa secara individual sebesar 79,71

    dan rata-rata ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 80,00%. Sedangkan

    hasil belajar siswa pada test hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa

    terjadi peningkatan kembali apabila dibandingkan dengan siklus I, yakni skor

    rata-rata ketuntasan belajar secara individu pada siklus II sebesar 84,54

    dengan skor klasikal mencapai 91,43%.

  • Saran

    Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, beberapa saran yang

    dapat dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

    1. Kepada Guru

    a) Penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis

    kontekstual dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif model

    pembelajaran yang dapat diterapkan atau diaplikasikan pada proses

    pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu model

    pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual juga memiliki

    kelebihan yakni, dapat melibatkan kerjasama dan keaktifan siswa

    secara menyeluruh dan dapat digunakan untuk mengerjakan konsep,

    karakteristik, klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi,

    serta gerak fisik yang ada di dalamnya dapat membantu

    menggairahkan siswa yang merasa penat.

    b) Penciptaan iklim belajar yang kondusif di kelas dalam penerapan

    model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual sangat

    diperlukan sebab apabila kelas dalam keadaan kurang kondusif maka

    penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis

    kontekstual akan tidak terlaksana dengan baik dan pemberian media

    serta perangkat pembelajaran yang memadai dapat memperlancar dan

    mempermudah di dalam penerapan model pembelajaran penerapan

    model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual.

    c) Di dalam kegiatan kelompok, setiap anggota kelompok hendaknya

    memperoleh kesempatan untuk memberikan pendapat atau tanggapan

    di kelas sebagai alternatif pemecahan masalah saat diskusi maupun

    presentasi dilaksanakan.serta di dalam model pembelajaran kooperatif

    card sort berbasis kontekstual hendaknya perlu diperhatikan tingkat

    kualitas siswa (input).

    2. Bagi penelitian selanjutnya hendaknya model ini dicoba untuk

    diterapakan pada mata pelajaran lainnya.

  • DAFTAR RUJUKAN

    Aqib, Zainal, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan

    TK.Bandung: CV. Yrama Widya

    Boyle, Maggie., & Jackson, Paul. (2009). Using Card Sorts. Physical Sciences

    Centre- Briefing Paper, 1.

    Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP) Tahun 2006. Jakarta: Depdikanas.

    Enoh, Mohammad. 2004. Implementasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

    Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Mata Pelajaran Geografi SMU/MA. Jurnal Ilmu

    Pendidikan ISSN 0215-9643, 17-30.

    Masnur, Muslich. 2011. Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action

    Reaserch) Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

    Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Remaja

    Rosdakarya