pengujian berbagai konsentrasi fermentasi limbah air …
TRANSCRIPT
PENGUJIAN BERBAGAI KONSENTRASI FERMENTASI LIMBAH AIR
TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
MANIS (Zea mays sacharataStrurt)
Testing of Various Concentration of Water Knowledge Waste On Growth And
Results of Sweet Corn Crops (Zea mays sacharataStrurt)
Iskandar Umarie, Wiwit Widiarti, dan Desi Fitriyah Mustofa
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Ampas tahu cair merupakan hasil sampingan industri pembuatan tahu yang
belum banyak dimanfaatkan,dengan kandungan protein, kalori, lemak, dan
karbohidrat. Tujuan penelitian adalah Mengetahui pengaruh aplikasi fermentasi
berbagai konsentrasi limbah air tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zeamays sacharata Strurt).Penelitian dilaksanakan di Balai
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), Desa Demung
Kecamatan Besuki Situbondo. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei -September 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RancanganAcakKelompok
(RAK) dengan 8 perlakuan, masing – masing diulang 4 kali.Perlakuan macam
Fermentasi limbah air tahu:T0 : TanpaFermentasi, T1 : Fermentasi 5 %, T2 : Fermentasi 10%, T3 : Fermentasi 15%, T4 : Fermentasi 20%, T5 : Fermentasi
25%, T6 : Fermentasi 30%, T7 : Fermentasi 35 %. Parameter yang diamati 1).
Tinggitanaman, 2) Diameter Batang, 3).Diameter tongkol, 4).Berat per tongkol,
5).Berattongkol per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan Pemberian Fermentasi limbah air tahutidakperbedaan nyata pada tinggi tanaman, diamter
batang, dan diameter tongkol, tetapi berbeda nyata pada berat per tongkol dan
berat tongkol per tanaman Jagung Manis. Kesimpulan :Aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi limbah tahumemberikanpertumbuhandanhasil yang
optimum ditunjukanpada berat per tongkol dan berat tongkol per tanaman.
Aplikasiberbagaikonsentrasi fermentasi limbah tahu pada tinggi tanaman,
diameter batang, dan diameter tongkol belum menunjukkan pengaruh nyata. Pendugaanregresikuadratik, dosis optimum untuk mendapat berat per tongkol maksimum
adalah19,502 ml/l dan dosis optimum untuk mendapat berat tongkol per tanaman
maksimum adalah 28,066 ml/l.
Kata Kunci : jagung manis, ampas tahu dan fermentasi
ABSTRACT
Liquid tofu dregs are a byproduct of the tofu-making industry that has not
been widely used, with protein, calories, fat, and carbohydrate content.The aim of
the study was to determine the effect of fermentation applications on various
concentrations of tofu wastes on the growth and yield of sweet corn (Zea mays
Agritrop, Juli 2018 ISSN 1693-2877 EISSN 2502-0455 EISSN 2502-0455
Volume 16 (1) http://jurnal.unmuhjember.ac.id/ index.php/AGRITROP EISSN
82
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
sacharataStrurt). The research was conducted at the Agricultural, Fisheries and
Forestry Counseling Center (FFCC), Demung, BesukiSitubondo.The study was
conducted from May to September 2017. The experimental design used was
Randomized Block Design (RBD) with 8 treatments, four replications.Treatment
of wastewater type tofu fermentation: T0: Without fermentation, T1: Fermentation
5%, T2: Fermentation 10%, T3: Fermentation 15%, T4: Fermentation 20%, T5:
Fermentation 25%, T6: Fermentation 30%, T7: 35% fermentation. Parameters
observed 1). Plant height, 2) Rod diameter, 3).Cob diameter, 4).Weight per cob,
5).Weight of cobs per plant.The results showed that the fermentation of water
waste knew no significant difference in plant height, stem diameter, and cob
diameter, but it was significantly different in weight per cob and weight of cob per
Sweet Corn plant.Conclusion: Application of various concentrations of tofu waste
fermentation provides optimum growth and yield shown in weight per cob and
weight of cob per plant.The application of various concentrations of tofu waste
fermentation at plant height, stem diameter, and cob diameter has not shown any
real effect.Estimation of quadratic regression, the optimum dose to get the
maximum weight per cob is 19,502 ml / l and the optimum dose to get the
maximum weight per plant is 28,066 ml / l.
Key words : sweet corn, liquid tofu and fermentation.
PENDAHULUAN
Jagung manis merupakan salah satu komoditas sayuran paling populer di
Amerika Serikat dan Kanada. Di Indonesia sendiri jagung manis mulai dikenal
sejak tahun 1970-an. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan pola konsumsi
jagung manis yang semakin meningkat, dibutuhkan pengetahuan dan teknik
budidaya yang lebih baik untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang lebih
baik (Jumini, dkk., 2011 ). Menurut Budiman (2013) jagung manis mempunyai nilai
gizi yang berbeda dengan jagung biasa. Selain sebagai sumber karbohidrat juga
mengandung zat gizi lain seperti : energy, protein, lemak, kalsium, fosfor, serat,
besi,Vit A, Vit B1, Vit B2 dan Vit C.
Produksi tanaman jagung manis menurut sumber data ekspor impor BPS
yang diolah oleh Ditjen Hortikultura (2013) menyatakan bahwa angka impor
jagung manis masih sangat tinggi yaitu sebesar 2.674 ton, jauh dibandingkan
dengan hasil yang dapat diekspor hanya sebesar 359 ton. Hal ini menunjukan
bahwa masih kurangnya hasil produksi dalam negeri untuk tanaman jagung. Hal
tersebut yang membuat jagung manis menjadi komoditas yang cukup potensial
untuk dipasarkan. Peningkatan produksi jagung manis dihadapkan pada berbagai
83
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
kendala baik teknis maupun non teknis. Petani yang umumnya kekurangan modal
makin tak berdaya karena semakin meningkatnya harga sarana produksi terutama
meningkatnya harga dan kurang tersedianya pupuk anorganik (Priyani, dkk, 2017)
Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat memerlukan
kecukupan akan kebutuhan unsur hara. Petani menambahkan pupuk untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman umumnya adalah pupuk anorganik dan
dalam jumlah yang cukup besar terlebih untuk tanaman jagung (Khairiyah, dkk.,
2017). Penggunaan pupuk anorganik dalam jumlah besar dan secara terus
menerus tentunya akan mengakibatkan adanya degradasi tanah. Penggunaan
pupuk anorganik secara terus menerus akan membuat tanah menjadi lebih padat,
serta terhambatnya infiltrasi dan penyerapan air sehingga akan berakibat pada
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang padat sangat mudah jenuh
air yang mengakibatkan adanya sistem perakaran yang terhambat serta rusaknya
strukturdan tekstur tanah. Struktur tanah yang kurang baik dapat menyebabkan
penurunan efisiensi pupuk anorganik. Tanah yang telah mengalami degradasi
lahan atau kualitas struktur tanah yang menurun meskipun kembali diberikan
pupuk anorganik maka tidak akan bisa mengembalikan kesuburan tanah sehingga
pengurangan pupuk anorganik perlu diupayakan (Made, 2010).
Pemupukan merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan
produksi. Selain dapat meningkatkan hasil panen tanaman jagung manis secara
kuantitatif juga dapat meningkatkan kualitas tanaman jagung manis. Jenis pupuk
yang sering digunakan petani adalah Urea (N), SP-36 (P) dan KCl (K), tetapi
tidak menutup kemungkinan bahan organik seperti pupuk cair organik sebagai
alternatif menambah nutrisi untuk meningkatkan produksi jagung manis.
Mengingat penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dalam jangka
waktu lama dapat merusak sifat fisik tanah, serta menurunkan kualitas tanah.
Industri tahu dalam proses pengolahan menghasilkan limbah baik limbah
padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan
penggumpalan. Limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah
menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan tepung ampas
tahu. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan,
pengepresan dan pencetakan tahu. Oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan
84
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
sangat tinggi. Limbah cair ini banyak mengandung protein, lemak,
karbohidrat, mineral, kalsium, fosfor serta zat besi (Fibria, 2007). Selanjutnya
Makiyah, dkk, 2015, menyatakan Industri pabrik tahu dalam memproses produksinya
menghasilkan limbah cair yang masih banyak unsur-unsur organik, dimana unsur
organik itu mudah mengalami membusuk dan mengeluarkan bau yang kurang
sedap (fermentasi) sehingga selain mencemari air juga dapat mencemari udara
sekitar produksi pabrik tersebut.
Menurut Sirajuddin dan Lasmini, (2010), ampas tahu cair merupakan
hasil sampingan dari industri pembuatan tahu yang belum banyak
dimanfaatkan selama ini. Setelah ditelusuri lebih lanjut ampas tahu cair
mengandung zat-zat seperti protein, kalori, lemak, dan karbohidrat. Bahan-
bahan organik tersebut dapat didaur ulang oleh mikrobia, sehingga dapat
menjadi unsur hara potensial bagi pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya.
Dalam proses produksi tahu, dihasilkan limbah cair antara 15-20 l/kg bahan baku
kedelai dan limbah padat. Kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu
memiliki kadar protein (34-45%), karbohidrat (12-30%), lemak (18-32%), danair
(7%) akibatnya limbah cair tahu memiliki zat-zat organik yang tinggi (Jurnal
Pertanian, 2011). Jika limbah cair industry tahu tersebut dibuang langsung
kelingkungan tanpa proses pengolahan, akan terjadi blooming (pengendapan zat-
zat organik pada badan perairan), proses pembusukan dan berkembangnya
mikroorganisme patogen (Sudaryati, dkk, 2007 dalam Jurnal Pertanian, 2011).
Limbah air tahu didefinisikan sebagai air sisa penggumpalan tahu yang dihasilkan
selama proses pembuatan tahu (Lestari,.1994). Berdasarakan penelitian Triawati
(2010) terhadap tiga sampel limbah tahu pabrik Kedung Tarukan mengandung
Nitrogen berturut-turut 16,59%, 16,74%, dan17,04%. Berdasarkan uraian diatas
perlu dilakukan penelitian tentang aplikasi fermentasi berbagai konsentrasi limbah
tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan pilihan rekomendasi konsentrasi
fermentasi limbah tahu optimum agar pertumbuhan dan hasil jagung manis
maksimum.
85
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BP3K) Demung, Desa Demung Kecamatan Besuki Kabupaten
Situbondo. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2017sampai dengan September
2017. Lokasi penelitian memiliki ketinggian tempat 5 m dpl, temperature antara
(25,6 – 32) °C dengan rata – rata curah hujan (994 – 1503) mm per tahun.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan
(Research Methods). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan 8 perlakuan dan masing
– masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan yang diberikan adalah
sebagai berikut : T0 : Tanpa Fermentasi Limba air tahu, T1 : Fermentasi Limba
air tahu 5 %, T2 : Fermentasi Limba air tahu 10%, T3 : Fermentasi Limba air
tahu 15%, T4 : Fermentasi Limbah air tahu 20%, T5 : Fermentasi Limbah air
tahu 25%, T6 : Fermentasi Limbah air tahu 30%, dan T7 : Fermentasi Limba air
tahu 35 %. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK). dan apabila terdapat perbedaan nyata/sangat nyata maka
dilanjutkan Uji BNT (BedaNyataTerkecil) pada taraf 5%.
Prosedur yang dilakukan dalam pengolahan fermentasi limbah air tahu
adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada proses pengolahan
limbah air tahu mencampurkan 35 liter air limbah tahu, 15 liter air kelapa tua, 1
liter molase, 3 liter air cucian beras, dan 50 ml decomposer (EM4) kedalam ember
kemudian menutup rapat ember plastik dan simpan selama 10 hari. Pada hari ke
10 penutup timba plastic dibuka dan mengamati perubahan yang terjadi pada
limbah air tahu. Apabila larutan berbau khas fermentasi dan adanya khamir pada
permukaan larutan pertanda bahwa proses pengolahan limbah air tahu berhasil,
namun apabila aroma larutan belum menyengat ada kemungkinan reaksi
fermentasi belum sempurna atau tidak berhasil.
Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul
dengan kedalaman 20 – 30 cm untuk mematikan jenis pathogen dalam tanah serta
zat–zat racun yang terdapat dalam tanah. Tanah dihaluskan dan diratakan dengan
cangkul atau garu, kemudian dibentuk bedengan–bedengan dengan lebar 2 m dan
86
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
panjang 2 m, diantara bedengan dibuat saluran drainase dengan lebar 50 cm.
Penanaman jagung manis menggunakan jarak tanam 70 cm x 25 cm, dengan cara
bedengan ditugal sampai kedalaman 5 cm, kemudian benih dimasukkan kedalam
lubang tanam kemudian tutup lagi dengan tanah. Penyulaman dilakukan untuk
mengganti tanaman yang tumbuhnya tidak baik atau mati. Penyulaman dilakukan
pada saat tanaman berumur 5 sampai 7 hari. Pemupukan dilakukan secara
bertahap yaitu pupuk dasar yang diberikan7 HST dan pupuk susulan saat 30 HST,
dengan dosis pupuk urea 150 kg/ha, SP 36 150 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha.
Sedangkan aplikasi fermentasi limbah air tahu dilakukan 4 kali pada saat tanaman
berumur 7 HST, 14 HST, 21 HST, dan 28 HST.
Sifat yang diamati meliputi Tinggi tanaman (cm) umur 15, 30, dan 45 hst,
Diameter Batang (mm) umur 15, 30, dan 45 hst, Diameter tongkol (mm), Berat
per tongkol (gram) dan Berat tongkol per tanaman (gram). Sedangkan untuk
mendapatkan konsentrasi limbah tahu yang opmtimum untuk pertumbuhan dan
hasil jagung manis dilakukankan analisis regresi dan korelasi kuadratik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi
limbah air tahu pada tinggi tanaman jagung manis pada umur 15 dan 30 hst
belum menunjukkan perbedaan yang nyata, sedang tinggi tanaman umur 45 hst
menunjukkan pengaruh nyata. Melihat hasil anlisis ragam, sesungguhnya
pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi limbah air tahu terhadap tinggi
tanaman jagung manis tidak berpengaruh nyata. Namun kalau kita lihat
kecendrungan data tinggi tanaman pada berbagai umur (15, 30, dan 45 hst),
terlihat pola yang sama yaitu kecendrungan membentuk kurva kuadratik (Gambar
1).
87
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Berpijak pola kecendrungan tinggi tanaman jagung manis pada Gambar 1
tersebut perlu dilakukan analisis statistik lebih lanjut. Waugh, et al. 1973 dalam
Suminar, dkk., 2017, mengemukakan dengan menggunakan pendekatan multi
nutrien response yang merupakan suatu metode yang dikembangkan untuk
menentukan rekomendasi pemupukan menggunakan model kuadratik dari
beberapa percobaan,
Hasil analisis regresi kuadratik untuk tinggi tanaman jagung manis
berbagai umur diperoleh: 1) Tinggi tanaman umur 15 hst diperoleh persamaan
kuadrtik ŷ = 17,739 + 0,180X - 0,003X2 dengan nilai R2 = 0,653, berdasarkan
persamaan tersebut dapat diperoleh konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk
mendapatkan tinggi tanaman umur 15 hari yang maksimal yaitu sebesar 26,535
ml/l, 2) Tinggi tanaman umur 30 hst diperoleh persamaan kuadrtik ŷ = 46,260 +
0,262X - 0,005X2 dengan nilai R2 = 0,727, berdasarkan persamaan tersebut dapat
diperoleh konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk mendapatkan tinggi
Gambar 1. Histogram pengaruh konsentrasi fermentasi limbah tahu terhadap tinggi
tanaman jagung manis pada berbagai umur
0
5
10
15
20
25
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
Tin
ggi t
an
aman
um
ur
15 h
st
(cm
)
konsentrasi Fementasi Limbah Tahu
44
46
48
50
52
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
Tin
ggi T
anam
an U
mu
r 30
hst
(c
m)
Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
90
95
100
105
110
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7Tin
ggi T
anam
an 4
5 h
st
(cm
)
Konsentrasi fermentasi limbah Tahu
88
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
tanaman umur 30 hari yang maksimal yaitu sebesar 24,148 ml/l, dan 3) Tinggi
tanaman umur 45 hst diperoleh persamaan kuadrtik ŷ = 96,094 + 0,656X -
0,014X2 dengan nilai R2 = 0,893, berdasarkan persamaan tersebut dapat diperoleh
konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk mendapatkan tinggi tanaman umur
45 hari yang maksimal yaitu sebesar 21,942 ml/l (Gambar 2).
Ketiga grafik (gambar 2) dibaca secara bersama-sama untuk menentukan
konsentrasi optimum limbah tahu terdapat empat pilihan yaitu pada 1) 21, 942
ml/l, 2) 24,148 ml/l, 3) 26,535, dan 4) rentang antara 21,942 ml/l sampai 26,535
ml/l. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Trianti (2017), diamana pemberian
limbah cair tahu dengan nilai terendah P0 (kontrol) yaitu tinggi tanaman seledri
9,13 cm, P1 (150 ml) tinggi tanaman seledri 9,75 cm, P2 (300 ml) yaitu tinggi
tanaman seledri 17,13 cm, P3 (450 ml) tinggi tanaman seledri 14,63 cm dan P4
(600 ml) tinggi tanaman seledri 13,13 cm, hasil ini memperlihatkan pola yang
sama yaitu membentuk kurva kuadratik. Hasil yang sama juga di tunjukkan dari
penelitian Hadayani, dkk., 2015, dimana pemberian limbah tahu cair pada
Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu Terhadap Tinggi
Tanaman Jagung Manis pada berbegai umur
89
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
tanaman jagung manis memberikan respon yang bersifat kuadratik terhadap tinggi
tanaman. Lebih jauh hasil penelitian Efendi, dkk, 2016, yang melakukan sidik
lintas pada tanaman jagung, menunjukkan tinggi tanaman berkorelasi positif,
terhadap hasil jagung, serta secara nyata berpengaruh langsung terhadap hasil
jagung. Hasil penelitian ini memegang peranan penting dalam meningkat
produksi jagung manis, dimana dengam pemberian konsentrasi fermentasi limbah
tahu yaitu pada 1) 21, 942 ml/l, 2) 24,148 ml/l, 3) 26,535, dan 4) rentang antara
21,942 ml/l sampai 26,535 ml/l akan mendapat tinggi tanaman jagung yang
maksimum pada akhirnya akan menghasilkan produksi yang maksimum.
Dari hasil penelitian ini pemberian libah tahu dari hasil fermentasi
memberikan dampak positif terhadap tinggi tanaman jagung, hal dimana kita
ketahui bahwa ampas tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang
berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah (Marvelia, 2016). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hidayani, dkk., 2015, menyatakan bahwa Bakteri
Azotobacter dari analisis tanah awal (11.10 x104 SPK/g tanah), mengalami
peningkatan setelah inkubasi yaitu berkisar 363.19 – 508.56 x104 SPK/g tanah.
Sama halnya dengan total mikroorganisme dan mikroorganisme pelarut fosfat,
peningkatan bakteri Azotobacter antara kontrol dengan perlakuan tidak terjadi
perbedaan secara nyata. Peningkatan ketersediaan N dan P dengan adanya
mikroorganisme dan bakteri Azotobacter yang mampu memfiksasi N dari udara
secara non simbiotik dan melepaskan N tersebut kedalam tanah setelah
Azotobacter mengalami proses penguraian, selain melepaskan N juga akan
melepaskan P yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan P dalam tanah.
Bila diamati data secara seksama limbah tahu telah mengalami proses penguraian
atau perombakan oleh mikroorganisme di dalam tanah dan merubahnya menjadi
bahan yang berguna bagi kesuburan tanah (Sufardi, 2012). Hardjowigeno (2003)
Alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah serta
menghindarkan dampak yang merugikan dari penggunaan zat kimia adalah
pemberian bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Ditinjau aspek fisik tanah, bahan organik dapat memperbaiki
struktur, porositas dan permeabilitas tanah sedangkan sifat kimia diperbaiki
dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara utama di
90
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
dalam tanah, antara lain N, P, dan K, serta unsur mikro bagi tanaman. Bahan
organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan
efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman.
Diameter Batang
Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi
limbah air tahu pada diameter batang jagung manis pada umur 15, 30 dan 45 hst
belum menunjukkan perbedaan yang nyata. Melihat hasil anlisis ragam,
sesungguhnya pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi limbah air tahu
terhadap diameter batang tanaman jagung manis tidak berpengaruh nyata. Namun
kalau kita lihat kecendrungan data diameter batang tanaman pada berbagai umur
(15, 30, dan 45 hst), terlihat pola yang sama yaitu kecendrungan membentuk
kurva kuadratik (Gambar 3). Melihat pola kecendrungan diameter batang tanaman
jagung manis pada Gambar 3 tersebut perlu dilakukan analisis statistik lebih lanjut
dalam bentuk analisis regresi kuadratik.
Gambar 3. Histogram pengaruh konsentrasi fermentasi limbah tahu terhadap diameter
batang jagung manis pada berbegai umur
0
0,2
0,4
0,6
0,8
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7Dia
met
er B
atan
g Ja
gun
g M
anis
U
mu
r 15
hst
(mm
)
Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
0
0,5
1
1,5
2
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7Dia
met
er B
atan
g Ja
gun
g M
anis
30
hst
(m
m)
Konsentrasi fermentasi Limbah tahu
0
0,5
1
1,5
2
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
Dia
met
er B
atan
g Ja
gun
g M
anis
45
hst
(m
m)
Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
91
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Hasil analisis regresi kuadratik diameter batang tanaman jagung manis
berbagai umur diperoleh: 1) Diameter Batang umur 15 hst diperoleh persamaan
kuadrtik ŷ = 0,558 + 0,014X - 0,00029X2 dengan nilai R2 = 0,719, berdasarkan
persamaan tersebut dapat diperoleh konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk
mendapatkan diameter batang umur 15 hari yang maksimal yaitu sebesar 24,467
ml/l, 2) Diameter batang umur 30 hst diperoleh persamaan kuadrtik ŷ = 1,011 +
0,023X - 0,00043X2 dengan nilai R2 = 0,478 berdasarkan persamaan tersebut dapat
diperoleh konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk mendapatkan diameter
batang umur 30 hari yang maksimal yaitu sebesar 27,583 ml/l, dan 3) Diameter
batang umur 45 hst diperoleh persamaan kuadrtik ŷ = 1,471 + 0,032X - 0,00061X2
dengan nilai R2 = 0,661 berdasarkan persamaan tersebut dapat diperoleh
konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk mendapatkan diameter batang umur
45 hari yang maksimal yaitu sebesar 25,937 ml/l (Gambar 4).
Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu Terhadap Diamater
Batang Jagung Manis pada berbegai umur
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 10 20 30 40
Dia
me
ter
Ba
tan
g 1
5 h
st
(mm
)
Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
92
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Ketiga grafik (gambar 4) dibaca secara bersama-sama untuk menentukan
konsentrasi optimum limbah tahu terdapat empat pilihan yaitu pada 1) 24.467
ml/l, 2) 25,937 ml/l, 3) 27,583, dan 4) rentang antara 24,467 ml/l sampai 27,583
ml/l. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Pasta, dkk., (2014), Hasil pengamatan
diameter batang jagung manis menunjukan bahwa perlakuan berbagai pupuk
organik yang diberikan pada umur 15, 30, dan 45 HST tidak berpengaruh nyata
terhadap diameter batang tanaman. Hasil yang sama juga di tunjukkan dari
penelitian Hadayani, dkk., 2015, dimana pemberian limbah tahu cair pada
tanaman jagung manis memberikan respon yang bersifat kuadratik terhadap
diameter batang. Lebih jauh hasil penelitian Dewanti, dkk, 2015, yang melakukan
sidik lintas pada tanaman jagung, menunjukkan diamter batang berkorelasi positif,
terhadap hasil jagung. Hasil penelitian ini memegang peranan penting dalam
meningkat produksi jagung manis, dimana dengam pemberian konsentrasi
fermentasi limbah tahu yaitu pada 1) 24.467 ml/l, 2) 25,937 ml/l, 3) 27,583, dan
4) rentang antara 24,467 ml/l sampai 27,583 ml/l. akan mendapat diamter batang
jagung yang maksimum dan pada akhirnya akan menghasilkan produksi yang
maksimum.
Dari hasil penelitian ini pemberian libah tahu dari hasil fermentasi
memberikan dampak positif terhadap diamter batang jagung, hal dimana kita
ketahui bahwa ampas tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang
berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah (Puspitasari, 2004). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hidayani, dkk., 2015, menyatakan bahwa Bakteri
Azotobacter dari analisis tanah awal (11.10 x104 SPK/g tanah), mengalami
peningkatan setelah inkubasi yaitu berkisar 363.19 – 508.56 x104 SPK/g tanah.
Sama halnya dengan total mikroorganisme dan mikroorganisme pelarut fosfat,
peningkatan bakteri Azotobacter antara kontrol dengan perlakuan tidak terjadi
perbedaan secara nyata. Peningkatan ketersediaan N dan P dengan adanya
mikroorganisme dan bakteri Azotobacter yang mampu memfiksasi N dari udara
secara non simbiotik dan melepaskan N tersebut kedalam tanah setelah
Azotobacter mengalami proses penguraian, selain melepaskan N juga akan
melepaskan P yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan P dalam tanah.
Bila diamati data secara seksama limbah tahu telah mengalami proses penguraian
93
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
atau perombakan oleh mikroorganisme di dalam tanah dan merubahnya menjadi
bahan yang berguna bagi kesuburan tanah (Sufardi, 2012). Hardjowigeno (2003)
Alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah serta
menghindarkan dampak yang merugikan dari penggunaan zat kimia adalah
pemberian bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Ditinjau aspek fisik tanah, bahan organik dapat memperbaiki
struktur, porositas dan permeabilitas tanah sedangkan sifat kimia diperbaiki
dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara utama di
dalam tanah, antara lain N, P, dan K, serta unsur mikro bagi tanaman. Bahan
organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan
efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman.
Diamter Tongkol
Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi
limbah air tahu pada diameter tongkol jagung manis belum menunjukkan
perbedaan yang nyata. Berpijak hasil anlisis ragam, sesungguhnya pengaruh
aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi limbah air tahu terhadap diameter
tongkol tanaman jagung manis tidak berpengaruh nyata. Namun kalau kita lihat
kecendrungan data diameter tongkol tanaman jagung manis, terlihat pola yang
sama yaitu kecendrungan membentuk kurva kuadratik (gambar 5). Melihat pola
kecendrungan diameter tongkol jagung manis pada Gambar 5 tersebut perlu
dilakukan analisis statistik lebih lanjut dalam bentuk analisis regresi kuadratik.
Hasil analisis regresi kuadratik diameter tongkol tanaman jagung manis diperoleh
persamaan kuadrtik ŷ = 1,471 + 0,032X - 0,00061X2 dengan nilai R2 = 0,818,
berdasarkan persamaan tersebut dapat diperoleh konsentrasi limbah tahu yang
optimum untuk mendapatkan diameter tongkol maksimal yaitu sebesar 22,461
ml/l (Gambar 5).
94
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Kedua grafik (gambar 5) dibaca secara bersama-sama untuk menentukan
konsentrasi optimum limbah tahu terhadap diamter tongkol didapat persamaan
kuadratik ŷ = 1,471 + 0,032X - 0,00061X2 dengan nilai R2 = 0,818, artinya
pengaruh konsentrasi fermentasi limbah tahu berpengaruh 81,8% terhadap
diamter tongkol dan berdasarkan persamaan kuadratik tersebut dapat diperole
konsentasi limbah tahu yang maksimal yaitu sebesar 22,461 ml/l.
Hasil ini sama dengan hasil penelitian Trianti (2017), diamana pemberian
limbah cair tahu dengan berbagai konsentrasi P0 (tanpa limbah), P1 (150 ml), P2
(300 ml), dan P3 (450 ml), memperlihat respon kuadratik pada parameter
produksi tanaman seledri. Hasil yang sama juga di tunjukkan dari penelitian
Hadayani, dkk., 2015, dimana pemberian limbah tahu cair pada tanaman jagung
manis memberikan respon yang bersifat kuadratik terhadap parameter hasil. Lebih
jauh hasil penelitian Efendi, dkk, 2016, yang melakukan sidik lintas pada tanaman
jagung, menunjukkan diameter tongkol berkorelasi positif, terhadap hasil jagung,
serta secara nyata berpengaruh langsung terhadap hasil jagung. Hasil penelitian
ini memegang peranan penting dalam meningkat produksi jagung manis, dimana
dengam pemberian konsentrasi fermentasi limbah 22,461 ml/l akan mendapat
4,2
4,524,64,624,924,874,75
4,61
3,5
4
4,5
5
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
Dia
met
er T
on
gko
l per
Ta
nam
an (
mm
)
Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
A B
Gambar 5. (A) Histogram Pengaruh Konsentrasi Fermentasi Limbah
Tahu Terhadap Diamater Tongkol Jagung Manis, dan (B)
Kurva kaudratik Pengaruh Konsentrasi Fermentasi
Limbah Tahu Terhadap Diamater Tongkol Jagung Manis
95
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
diamter tongkol jagung yang maksimum pada akhirnya akan menghasilkan
produksi yang maksimum.
Dari hasil penelitian ini pemberian libah tahu dari hasil fermentasi
memberikan dampak positif terhadap diamter tongkol jagung, hal dimana kita
ketahui bahwa ampas tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang
berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah (Puspitasari, 2004). Hal tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Ainurrahmi (2008) yang menunjukkan bahwa pemberian
limbah tahu padat menghasilkan perubahan sifat kimia dan memperbaiki pertumbuhan
tanaman jagung dan bobot kering tanaman lebih baik dibandingkan limbah cair.
Disampng itu juga Hidayani, dkk., 2015, menyatakan bahwa Bakteri Azotobacter
dari analisis tanah awal (11.10 x104 SPK/g tanah), mengalami peningkatan
setelah inkubasi yaitu berkisar 363.19 – 508.56 x104 SPK/g tanah. Sama halnya
dengan total mikroorganisme dan mikroorganisme pelarut fosfat, peningkatan
bakteri Azotobacter antara kontrol dengan perlakuan tidak terjadi perbedaan
secara nyata. Peningkatan ketersediaan N dan P dengan adanya mikroorganisme
dan bakteri Azotobacter yang mampu memfiksasi N dari udara secara non
simbiotik dan melepaskan N tersebut kedalam tanah setelah Azotobacter
mengalami proses penguraian, selain melepaskan N juga akan melepaskan P yang
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Bila diamati data
secara seksama limbah tahu telah mengalami proses penguraian atau perombakan
oleh mikroorganisme di dalam tanah dan merubahnya menjadi bahan yang
berguna bagi kesuburan tanah (Sufardi, 2012). Hardjowigeno (2003) Alternatif
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah serta menghindarkan
dampak yang merugikan dari penggunaan zat kimia adalah pemberian bahan
organik yang berpengaruh terhadap sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Ditinjau
aspek fisik tanah, bahan organik dapat memperbaiki struktur, porositas dan
permeabilitas tanah sedangkan sifat kimia diperbaiki dengan meningkatnya
kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara utama di dalam tanah, antara lain N,
P, dan K, serta unsur mikro bagi tanaman. Bahan organik juga berperan sebagai
penyumbang unsur hara serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan
hara oleh tanaman.
96
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Berat per Tongkol
Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi
limbah air tahu pada diameter tongkol jagung manis menunjukkan perbedaan
yang nyata. Sedangkan hasil uji perbandingan ganda BNT memberlihatkan bahwa
perlakuan T4 dengan konsentrasi 20 ml/l dan T5 dengan konsentrasi 25 ml/l
memperlihatkan berat per tongkol terbaik, karena pada kedua konsentrasi tersebut
berat per tongkol berbeda nyata dengan perlakukan yang lainnya (tabel 1).
Tabel 1 . Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
terhadap berat per Tongkol Jagung Manis
Perlakuan Rataan Berat per Tongkol BNT (0,05)
T0 (0 mml/l) 202,50 g
T1 (5 mml/l) 229,50 e
T2 (10 mml/l) 233,75 d
T3 (15 mml/l) 245,00 b
T4 (20 mml/l) 273,75 a
T5 (25 mml/l) 276,25 a
T6 (30 mml/l) 241,25 c
T7 (35 mml/l) 213,75 f
Keterangan : Angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata.
Namun kalau melihat data rata-rata berat per tongkol pada Tabel 1 dan
Gambar 6 ada kecendrungan per tongkol tanaman jagung manis, membentuk
kurva kuadratik. Melihat pola kecendrungan berat per tongkol jagung manis pada
Tabel dan Gambar 6 tersebut perlu dilakukan analisis statistik lebih lanjut dalam
bentuk analisis regresi kuadratik. Hasil analisis regresi kuadratik diameter tongkol
tanaman jagung manis diperoleh persamaan kuadrtik ŷ = 196,239 + 6,869X -
0,176X2 dengan nilai R2 = 0,981, berdasarkan persamaan tersebut dapat diperoleh
konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk mendapatkan berat per tongkol
maksimal yaitu sebesar 19,502 mm/l (Gambar 6), berbeda dengan hasil BNT
(0,05), dimana pada uji BNT (0,05), konsentrasi terbaik anatara 20 – 25 ml/l.
Kedua grafik (gambar 6) dibaca secara bersama-sama untuk menentukan
konsentrasi optimum limbah tahu terhadap diamter tongkol didapat persamaan
kuadratik ŷ = 196,239 + 6,869X - 0,176X2 dengan nilai R2 = 0,981, artinya
97
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
pengaruh konsentrasi fermentasi limbah tahu berpengaruh 98,1% terhadap berat
per tongkol dan berdasarkan persamaan kuadratik tersebut dapat diperole
konsentasi limbah tahu yang maksimal yaitu sebesar 19,502 ml/l.
Hasil ini sama dengan hasil penelitian Hadayani, dkk., 2015, dimana
pemberian limbah tahu cair pada tanaman jagung manis memberikan respon yang
bersifat kuadratik terhadap parameter hasil tanaman jagung manis. Lebih jauh
hasil penelitian Efendi, dkk, 2016, yang melakukan sidik lintas pada tanaman
jagung, menunjukkan berat per tongkol berkorelasi positif, terhadap hasil jagung,
serta secara nyata berpengaruh langsung terhadap hasil jagung. Lebih jauh hasil
penelitian Dewanti, dkk, 2015, yang melakukan sidik lintas pada tanaman jagung,
juga menunjukkan berat per tongkol berkorelasi positif, terhadap hasil jagung
serta berpengaruh langsung secara nyata, ini berarti bahwa fermantasi limbah
tahu memegang peranan penting dalam meningkat produksi jagung manis,
dimana dengam pemberian konsentrasi fermentasi limbah 19,502 ml/l akan
mendapat berap perr tongkol jagung manis yang maksimum. Dengan demikian
pemberian libah tahu dari hasil fermentasi memberikan dampak positif terhadap
diamter tongkol jagung, hal dimana kita ketahui bahwa ampas tahu mengandung
A B
Gambar 6. (A) Histogram Pengaruh Konsentrasi Fermentasi Limbah
Tahu Terhadap Berat per Tongkol Jagung Manis, dan (B)
Kurva kaudratik Pengaruh Konsentrasi Fermentasi Limbah
Tahu Terhadap Berat per Tongkol Jagung Manis
202,5229 233,75
245273,75276,25
241,25213,75
0
50
100
150
200
250
300
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
Ber
at p
er T
on
gko
l (g)
Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
98
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang berpotensi untuk meningkatkan kesuburan
tanah (Puspitasari, 2004). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ainurrahmi
(2008) yang menunjukkan bahwa pemberian limbah tahu padat menghasilkan
perubahan sifat kimia dan memperbaiki pertumbuhan tanaman jagung dan bobot
kering tanaman lebih baik dibandingkan limbah cair. Hal ini dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur hara nitrogen yang sebagian besar ditransfer pada fase generatif
sehingga dapat merangsang terbentuknya tongkol jagung manis yang lebih baik
(Nurhayati, 2006).
Disampng itu juga Hidayani, dkk., 2015, menyatakan bahwa Bakteri
Azotobacter dari analisis tanah awal (11.10 x104 SPK/g tanah), mengalami
peningkatan setelah inkubasi yaitu berkisar 363.19 – 508.56 x104 SPK/g tanah.
Sama halnya dengan total mikroorganisme dan mikroorganisme pelarut fosfat,
peningkatan bakteri Azotobacter antara kontrol dengan perlakuan tidak terjadi
perbedaan secara nyata. Peningkatan ketersediaan N dan P dengan adanya
mikroorganisme dan bakteri Azotobacter yang mampu memfiksasi N dari udara
secara non simbiotik dan melepaskan N tersebut kedalam tanah setelah
Azotobacter mengalami proses penguraian, selain melepaskan N juga akan
melepaskan P yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan P dalam tanah.
Bila diamati data secara seksama limbah tahu telah mengalami proses penguraian
atau perombakan oleh mikroorganisme di dalam tanah dan merubahnya menjadi
bahan yang berguna bagi kesuburan tanah (Sufardi, 2012). Hardjowigeno (2003)
Alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah serta
menghindarkan dampak yang merugikan dari penggunaan zat kimia adalah
pemberian bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Ditinjau aspek fisik tanah, bahan organik dapat memperbaiki
struktur, porositas dan permeabilitas tanah sedangkan sifat kimia diperbaiki
dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara utama di
dalam tanah, antara lain N, P, dan K, serta unsur mikro bagi tanaman. Bahan
organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan
efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman.
99
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Berat Tongkol per Tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi fermentasi
limbah air tahu pada berat tongkol per tanaman jagung manis menunjukkan
perbedaan yang nyata. Sedangkan hasil uji perbandingan ganda BNT
memberlihatkan bahwa perlakuan T5 dengan konsentrasi 25 ml/l memperlihatkan
berat tongkol per tanaman terbaik, karena pada konsentrasi tersebut berat tongkol
per tanbaman berbeda nyata dengan perlakukan yang lainnya (tabel 2).
Tabel 2 . Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
terhadap berat per Tongkol Jagung Manis
Perlakuan Rataan Berat per Tongkol BNT (0,05)
T0 (0 mml/l) 366,25 d
T1 (5 mml/l) 359,00 f
T2 (10 mml/l) 362,50 e
T3 (15 mml/l) 368,75 d
T4 (20 mml/l) 396,25 b
T5 (25 mml/l) 401,25 a
T6 (30 mml/l) 396,25 b
T7 (35 mml/l) 373,75 c
Keterangan: Angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata.
Parameter pengamatan berat tongkol pemberian fermentasi limbah air
tahu konsentrasi 25% merupakan perlakuan yang memperoleh hasil terbaik,
namun pemberian konsentrasi yang lebih tinggi cenderung memperoleh hasil
yang tidak optimal. Pemberian konsentrasi yang terlalu besar melebihi kebutuhan
akan unsure N akan merusak keseimbangan antar zat hara dan menyebabkan
hasil pertanaman menjadi turun. Memasuki fase generatif, tanaman bunga dan
buah tidak lagi membutuhkan banyak unsur N. Pemberiaan pupuk N yang
banyak pada fase ini akan memperpanjang fase vegetative tanaman. Akibatnya,
tanaman tidak akan memunculkan tunas-tunas pembuahan melainkan
memunculkan daun – daun baru. Bahkan, pemberian pupuk N pada saat tanaman
berbunga dan awal pembentukan buah dapat menyebabkan bunga dan buah
rontok. Oleh karena itu pemberian pupuk N harus dikurangi atau dihentikan saat
tanaman memasuki fase generatif (Mirna, 2016). Pada variable pengamatan berat
100
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
per tongkol dan variable pengamatan berat per tanaman menunjukkan hasil
berbeda nyata. Rata-rata berat per tongkol 203,50 – 273,75 gram dan rata – rata
berat per tanaman 359,00– 401,25 kg.
Menurut Marvelia (2006) terhadap tiga sampel limbah tahu pabrik
Kedung Tarukan mengandung Nitrogen berturut - turut sebesar 16,59%, 16,74%,
dan 17,04%, maka limbah air tahu dapat memenuhi kebutuhan nitrogen yang
dibutuhkan tanaman sehingga mampu diserap dan dimanfaatkan secara maksimal
oleh tanaman sehingga pertumbuhan vegetatifnya (akar, batang, dan daun)
terpacu menjadi lebih baik. Mayadewi, 2007, mengatakan bahwa unsur hara
nitrogen berperan dalam pembentukan klorofil, membentuk lemak, protein dan
persenyawaan lain. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif,
pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain. Pemupukan N
dengan dosis tinggi sering berakibat memperpanjang fase vegetatif tanaman,
fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro).
Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi
lebih kecil dan warna daun menjadi lebih gelap, sedangkan jika kandungan P
berlebihan umur tanaman seakan-akan menjadi lebih pendek dibandingkan
dengan tanaman normal, serta bila penyerapan K tinggi menyebabkan
penyerapan unsur Ca, Na, Mg turun. Oleh karena itu perlu ketersediaan unsur
berimbang optimal (Puspadewi, dkk., 2014).
Namun kalau melihat data rata-rata berat per tongkol pada Tabel 2 dan
Gambar 7 ada kecendrungan berat per tongkol tanaman jagung manis,
membentuk kurva kuadratik. Melihat pola kecendrungan berat per tongkol
jagung manis pada Tabel dan Gambar 7 tersebut perlu dilakukan analisis statistik
lebih lanjut dalam bentuk analisis regresi kuadratik. Hasil analisis regresi
kuadratik diameter tongkol tanaman jagung manis diperoleh persamaan kuadrtik
ŷ = 354,521 + 2,419X - 0,043X2 dengan nilai R2 = 0,979, berdasarkan
persamaan tersebut dapat diperoleh konsentrasi limbah tahu yang optimum untuk
mendapatkan berat per tongkol maksimal yaitu sebesar 28,066 mm/l (Gambar
7), berbeda dengan hasil BNT (0,05), dimana pada uji BNT (0,05), konsentrasi
terbaik anatara 25 ml/l.
101
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Kedua grafik (gambar 6) dibaca secara bersama-sama untuk menentukan
konsentrasi optimum limbah tahu terhadap diamter tongkol didapat persamaan
kuadratik ŷ = 354,521 + 2,419X - 0,043X2 dengan nilai R2 = 0,978, artinya
pengaruh konsentrasi fermentasi limbah tahu berpengaruh 97,8% terhadap berat
per tongkol dan berdasarkan persamaan kuadratik tersebut dapat diperole
konsentasi limbah tahu yang maksimal yaitu sebesar 28,066 ml/l. Hasil ini sama
dengan hasil penelitian Hadayani, dkk., 2015, dimana pemberian limbah tahu cair
pada tanaman jagung manis memberikan respon yang bersifat kuadratik terhadap
parameter hasil tanaman jagung manis. Lebih jauh hasil penelitian Efendi, dkk,
2016, yang melakukan sidik lintas pada tanaman jagung, menunjukkan berat per
tongkol berkorelasi positif, terhadap hasil jagung, serta secara nyata berpengaruh
langsung terhadap hasil jagung. Lebih jauh hasil penelitian Dewanti, dkk, 2015,
yang melakukan sidik lintas pada tanaman jagung, juga menunjukkan berat per
tongkol berkorelasi positif, terhadap hasil jagung serta berpengaruh langsung
secara nyata, ini berarti bahwa fermantasi limbah tahu memegang peranan
penting dalam meningkat produksi jagung manis, dimana dengam pemberian
konsentrasi fermentasi limbah 28,066 ml/l akan mendapat berat per tongkol
jagung manis sebesar 388,467 g. Rosliani dan Sumarni (2005) mengatakan
366,25359
362,5368,75
396,25401,25
396,25
373,75
320
340
360
380
400
420
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
Ber
at T
on
gko
l per
Tan
aman
(g)
Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
A B
Gambar 7. (A) Histogram Pengaruh Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
Terhadap Berat Tongkol per Tanaman Jagung Manis, dan (B)
Kurva kaudratik Pengaruh Konsentrasi Fermentasi Limbah Tahu
Terhadap Berat per Tongkol per Jagung Manis
102
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
bahwa tanaman memerlukan 16 unsur hara baik makro atau mikro bagi
pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari udara, air, dan pupuk. Unsur-unsur
tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P),
kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), boron (B),
mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo) dan khlorin (Cl).
Unsur-unsur C, H, dan O biasanya diperoleh dari udara dan air dalam jumlah
yang cukup, sedangkan unsur hara lainnya diperoleh dari proses pemupukan
atau pemberian larutan nutrisi. Dengan demikian pemberian libah tahu dari hasil
fermentasi memberikan dampak positif terhadap diamter tongkol jagung, hal
dimana kita ketahui bahwa ampas tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C
organik yang berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah (Puspitasari, 2004
dan Hayati, 2006).
Bila diamati data secara seksama limbah tahu telah mengalami proses
penguraian atau perombakan oleh mikroorganisme di dalam tanah dan
merubahnya menjadi bahan yang berguna bagi kesuburan tanah (Sufardi, 2012).
Hardjowigeno (2003) Alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah serta menghindarkan dampak yang merugikan dari penggunaan
zat kimia adalah pemberian bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisika,
kimia dan biologi tanah. Ditinjau aspek fisik tanah, bahan organik dapat
memperbaiki struktur, porositas dan permeabilitas tanah sedangkan sifat kimia
diperbaiki dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara
utama di dalam tanah, antara lain N, P, dan K, serta unsur mikro bagi tanaman.
Bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan
efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman. Pemanfaatan limbah tahu
dapat memperbaiki kesuburan tanah dan dapat memperbaiki sifat biologi fisik,
dan kimia, tanah. Sedangkan proses metabolisme tanaman sangat tergantung
dengan ketersediaan hara tanaman terutama N, P, dan K dalam jumlah yang cukup
pada fase vegetatif maupun generatif. Penambahan limbah kelapa sawit dan
pupuk NPK dengan dosis yang tepat diduga dapat memberikan diameter batang
tanaman menjadi optimum (Sari, dkk., 2017 dan Rima, dkk, 2012),)
103
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada aplikasi berbagai
konsentrasi fermentasi limbah tahu dapat memberikan pertumbuhan dan
hasil yang optimum yang ditunjukan berat per tongkol dan berat tongkol
per tanaman. Sedangkan pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi
fermentasi limbah tahu pada tinggi tanaman, diameter batang, dan diamter
tongkol belum menunjukkan pengaruh yang nyata.
2. Dari pendugaan regresi kuadratik, dosis optimum untuk mendapat berat per
tongkol yang maksimum adalah sebesar 19,502 ml/l dan dosis optimum untuk
mendapat berat tongkol per tanaman maksimum adalah 28,066 ml/l.
Saran
Berdasarkan hasil di atas perlu dilakukan penelitiam lebih mendalam dan
konperhesif tentang penggunaan limbah tahu sebagai pupuk alternatif tanaman jagung
manis yang nantinya dapat mengurangi bahkan menggantikan penggunaan pupuk
anorganik secara terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrahmi, R. 2008. Pengaruh pemanfaatan limbah tahu terhadap serapan N, P
dan K serta pertumbuhan tanaman jagung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Budiman. H. 2013. Budidaya Jagung Organik. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.
Dewanti, Dinda, Panjisakti Basunanda, dan Aziz Purwantoro. 2015. Variabilitas
Karakter Fenotipe Dua Populasi Jagung Manis (Zea mays L. Kelompok
Saccharata. Vegetalika. 4(4): 35-47.
Efendi, Roy, Muhammad Aqil, Andi Takdir Makalau dan Muhammad Azra.
2016. Path Analysis in the Determination of Selection Characteristics of
Hybrid Maize Genotypes Tolerant to Drought Stress. Informatika Pertanian.
25 (2) : 171 – 180.
Febrian. 2007. Respon Jagung Manis (Zea mays saccharata Strut). By Z. Zulkifli.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
104
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Hayati. N., 2006. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis Pada Berbagai Waktu
Aplikasi Bokashi Limbah Kulit Buah Kakao dan Pupuk Anorganik. J.
Agroland, vol 13. No.3 : 256 – 259.
Hidayani, Sufardi, dan Lukman Hakim. 2015. Limbah tahu untuk memperbaiki
sifat kimia dan biologi tanah serta hasil tanaman jagung manis (zea mays
var. Saccharata sturt l.). Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. 4 (1) : 572-
578.
Jumini, Nurhayati, danMurzani. 2011. Efek Kombinasi Dosis Pupuk N P K Dan
Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis. By
Muhammad Hatta in Jurnalvol 6 no 2.
Jurnal Pertanian. 2011. “Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk Kultur
Bacillus thuringiensis”., 04. Hlm. 13-14.
Khairiyah, Siti Khadijah, Muhammad Iqbal, Sariyu Erwan, Norlian dan,
Mahdiannoor. 2017. Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt) Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Organik
Hayati Pada Lahan Rawa Lebak. ZIRAA’AH. 42 (3) : , 230-240.
Lestari.1994. “Pembuatan Nata De Coco Dari Air Kelapa”.
http://lestarimandiri.org/id/home-industri/86-home-industri/172pembuatan
nata-de-coco-dari-air-kelapa.com.
Made.U. 2010 . Respons Berbagai Populasi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Urea. Jurnal.Agroland 17 (2)
: 138 – 143.
Marsono dan Paulus S. 2004. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Marvelia. 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang
Diperlakukan dengan Pupuk Organik dengan Dosis yang Berbeda. Buletin
Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No.2.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam
terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Fakultas Pertanian
Udayana Denpasar Bali. Jurnal Agritop 26(4):153-159. Diunduh 25 Mei
2014.
Mirna, H.2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Limbah Tahu Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata
Sturt.). Politeknik Negeri Jember. Jember.
Pasta, Ikhwana , Andi Ette, dan Henry N. Baru. 2015. Tanggap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) Pada Aplikasi
Berbagai Pupuk Organik. J. Agrotekbis 3 (2) : 168 – 177.
105
Agritrop, Vol. 16 (1): 81 - 105
Priyani, Fitriana Eka, Gembong Haryono, dan Agus Suprapto. 2017. Hasil Jagung
Manis (Zea mays var. saccharata) Pada Berbagai Macam Pupuk Kandang
Dan Konsentrasi Em4. VIGOR, Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan
Subtropika. 2 (2) : 52 – 54.
Puspadewi, S., W. Sutari dan Kusumiyati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Pupuk
Organik Cair (POC) dan Dosis Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. SaccharataSturt.) Kultivar
Talenta. Jurnal Agriculture.1(4): 198-205.
Rima. P,. Busyra. BS,. Hendri. P., dan Syafri. E., 2012. Kajian Pemanfaatan
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Subsitusi Pupuk Kalium
Mendukung Pertanian Sayuran Organik di Provinsi Jambi. Kementrian
Riset dan Teknologi. Lapoaran Akhir Insentif Peningkatan Peneliti Dan
Perekayasa. 29 hal.
Rosliani, R., N. Sumarni., 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem
Hidroponik. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Sari, Dewi Puspita , Bilman Wilman S, dan Herry . 2017. Pertumbuhan dan Hasil
Jagung Manis (Zea mays saccharata) Dengan Pengurangan Pupuk NPK
Yang Digantikan Dengan Lumpur Kelapa Sawit (Sludge) Pada Tanah
Ultisol. Agritrop. 15 (1) : 138 – 150.
Sirajuddi, Muhammad dan Sri Anjar Lasmini. 2010. Respon Pertumbuhan Dan
Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata) Pada Berbagai Waktu
Pemberian Pupuk Nitrogen Dan Ketebalan Mulsa Jerami. J. Agroland 17 (3)
: 184 – 191.
Suminar, Ratna, Suwarto, Hani Purnawati. 2017. Penentuan Dosen Optimum
Pemupukan N, P, K. Pada Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). J. Ilmu
Pert Indon. (JIPI). 22 (1) : 6-12.
Sufardi. 2012. Pengantar Nutrisi Tanaman. Bina Nanggroe, Banda Aceh.
Trianti, Lesti.2017. Pemanfaatan Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Penunjang Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.
Triawati, A. 2010. Kualitas Ligkungan Sekitar Pabrik Tahu dan Pemanfaatan
Limbah Tahu Sebagai Pupuk Cair Organik dengan Penambahan EM4
(EffectiveMicrooganism). Skripsi Universitas Airlangga.
Yuwono, Nasih W. Rosmarkam, Afandie.. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
.Yogyakarta : Kanisius.