pengolahan_limbah_padat_2_
DESCRIPTION
makalah pengolahan limbah padat kotaTRANSCRIPT
KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KELURAHAN
TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
OLEH :
Rina Windayani Siregar 110405004
Dasa Haryuwibawa 110405057
Endah Hutabarat 110405079
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi yang ada di
Indonesia, Medan merupakan barometer pusat pertumbuhan kota yang termasuk
dalam kategori yang menggiurkan. Hal ini dapat terlihat dari tingginya angka
pembangunan di berbagai sektor kehidupan yang ada. Sebagai dampak dari
karakteristik pembangunan yang hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi maka
hal yang sering terjadi adalah munculnya permasalahan yang berkaitan dengan
kerusakan lingkungan hidup. Masalah persampahan adalah salah satu masalah dari
beragam masalah yang muncul.
Produksi sampah berhubungan linier dengan produktivitas dan aktivitas
manusia. Dengan demikian, peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan
jumlah penduduk dan aktivitasnya. Kota Medan dengan jumlah penduduk 1.963.855
jiwa, menghasilkan timbulan sampah sebesar 5.710 m3/hari (Profil Kabupaten/Kota
Sumatera Utara). Penanganan yang dilakukan terhadap sampah yang ada, lazimnya
adalah dengan penumpukan, pengumpulan, dan pengangkutan ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Volume sampah yang besar dan beranekaragam jenisnya jika tidak dikelola
dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan
lingkungan yang kompleks dan serius seperti: pencemaran air oleh “lindi” (leachate)
yang keluar dari tumpukan sampah dan mengalir menuju badan perairan ataupun
meresap ke dalam tanah; pencemaran udara karena adanya gas metana (CH4) yang
keluar dari tempat penimbunan akhir sampah akibat proses penguraian bahan organik
secara anaerobik; habitat bagi berkembangnya bakteri patogen yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia; serta dapat menurunkan nilai estetika dan
kenyamanan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang cukup untuk
menangani timbunan sampah. Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak
membahayakan bagi kesehatan dan tidak mencemari lingkungan hidup. Untuk
mengetahui bagaimana sistem pengelolaan limbah padat kota, kami melakukan
observasi di TPA Terjun Marelan. TPA Terjun berlokasi di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan dengan luas 137.563 m3 yang mulai dioperasikan sejak
1993 dengan sistem open dumping. Status tanah TPA adalah milik Pemerintah kota
Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami kaji adalah bagaimana sistem
pengelolaan limbah padat di TPA Terjun Medan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan observasi ini yaitu untuk mengetahui sistem pengelolaan
limbah padat di TPA Terjun Medan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari observasi ini yaitu mengetahui sistem
pengelolaan limbah padat di TPA Terjun Medan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia,
urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), sampah dapat dibedakan menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi:
o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah. Hal ini biasanya mengacu
pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola
untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan.
2.2 Rincian Lokasi
TPA terjun berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan,
sekitar 16 km di utara pusat kota Medan. Luas keseluruhan TPA sebesar 14 hektar
dengan rincian luas area yang telah digunakan 10 hektar dan 4 hektare lagi sebagai
cadangan. Tanah asli TPA Terjun relatif datar dengan ketinggian elevasi ± 2,5-3 m
dari permukaan laut. TPA Terjun Kota Medan secara operasional menampung
seluruh sampah dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. TPA Terjun mulai
beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600 m3.
Penimbunan sampah masih berlangsung secara terbuka (open dumping),
dimana truk sampah membuang sampah pada zona yang telah ditentukan kemudian
sampah tersebut diatur penempatannya oleh alat berat. Ketinggian timbunan sampah
bervariasi ± 7-12 m dari lantai jembatan timbang dengan tinggi timbunan sampah
maksimun di utara TPA.
Gambar 2.1 Timbunan Sampah di TPA Terjun
2.3 Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
2.3.1 Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah mulai dari
sumber atau tempat pewadahan penampungan sampah sampai ke Tempat
Pembuangan Sementara (TPS). TPS yang digunakan biasanya kontainer kapasitas 10
m3, 6 m3, 1 m3, transper depo, bak pasangan batubata, drum bekas volume 200 liter,
dan lain-lain. Pengambilan sampah dilakukan tiap periodesasi tertentu. Periodesasi
biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukan yaitu kurang lebih setelah
berumur 2-3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan maksimal setiap 3
hari sekali. Pengumpulan sampah dari tiap-tiap sumber sampah dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
1) Sistem tidak langsung
Di daerah pemukiman yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat berpendapatan
rendah, dengan kondisi jalan pemukiman yang sempit, pengumpulan sampah
dilakukan dengan gerobak sampai yang mempunyai volume rata-rata 1 m3. Untuk
kemudian diangkut ke TPS. Sampah dari pasar dan hasil sapuan jalan biasanya
dikumpul dalam kontainer atau TPS dekat pasar yang kemudian diangkut Truk ke
TPA.
2) Sistem Langsung, terdiri dari
a) Pengumpulan individu langsung; pada sistem ini proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan ber-samaan. Pengumpulan dilakukan oleh petugas
kebersihan dari wadah-wadah sampah rumah/persil kemudian dimuat ke kendaraan
langsung dibawa ke TPA. Alat pengumpul berupa truk standar atau dump truck, dan
sekaligus berfungsi sebagai alat pengangkut sampah menuju TPA. Daerah yang
dilayani dengan sistem ini adalah daerah pemukiman teratur (formal area) dan daerah
perkotaan dimana pada daerah-daerah tersebut sulit untuk menempatkan transfer
dipo atau kontainer angkut karena kondisi, sifat daerahnya ataupun standar kesehatan
masyarakat dan standar kenyaman masyarakat cukup tinggi. Persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam sistem ini adalah:
kondisi topografi (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul non mesin sulit
beroperasi.
Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menunggu pemakai jalan lainnya.
Kondisi dan jumlah alat memadai
Jumlah timbulan sampah > 3 m3/hari
b) Pengumpul komunal langsung; adalah cara pengumpulan sampah dari masing-
masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke TPA. Persyaratan yang perlu
diperhatikan adalah:
alat angkut terbatas
kemampuan pengendalian personil dan peralatan terbatas
alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah
peran serta masyarakat cukup tinggi
wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan dilokasi yang mudah
dijangkau oleh alat angkut
untuk pemukiman tidak teratur
2.3.2 Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah langsung dari sumber
sampah dengan sistim pengumpulan individual langsung atau pengumpulan melalui
sistim pemindahan menuju TPA. Untuk pola pengangkutan dengan sistim
pengumpulan individual langsung, kendaraan dari pool menuju titik sumber sampah
dan mengambil sampah setiap titik sumber sampah sampai penuh, selanjutnya
diangkut ke TPA. Setelah truk dikosongkan selanjutnya truk mengambil sampah di
lokasi lainnya dan seterusnya sesuai jumlah ritase yang telah ditetapkan. Sedangkan
untuk pengangkutan dengan sistim pemindah, truk dari pool menuju lokasi pemindah
lalu dibawa ke TPA, selanjutnya pengambilan ke pemindah lain sesuai ritase yang
telah ditetapkan. Untuk mengangkut sampah dari tempat penampungan sementara
(TPS) ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA), digunakan truk jenis
Tripper/Dump Truck, Arm Roll Truck, dan jenis Compactor Truck.
(a) (b)
Gambar 2.2 Pengumpulan Sampah Menggunakan (a) Tripper Truck dan (b) Gerobak
2.4 Komposisi dan Sumber Sampah
2.4.1 Komposisi Sampah
Berikut adalah komposisi sampah yang terdapat pada TPA Terjun:
Sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup (alam) dan
mudah mengalami pembusukan atau pelapukan.
Daun-daunan : 37%
Sisa makanan : 16,2 %
Kertas : 13,5%
Sampah Non Organik, yaitu sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengelolahan bahan
tambang atau sumber daya alam dan sulit diuraikan oleh alam
Plastik : 13,5%
Kaca : 2,30%
Logam : 3,50%
Karet : 2,30%
Kayu : 4,50%
Lain-lain : 8,20%
Gambar 2.3 Komposisi Sampah pada TPA Terjun
2.4.2 Sumber Sampah
Pada umumnya sampah ini bersumber dari aktivitas masyarakat, industri dan
berbagai sumber lainnya. Diantaranya sumber sampah dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)
Sampah ini terdiri dari sampah hasil kegiatan rumah tangga di rumah seperti
sampah hasil pengolahan makanan, dari halaman dan dari dalam rumah
sendiri, sisa minyak, kardus bekas dan pakaian bekas, bahan bacaan,
perabotan tua.
b. Sampah yang berasal dari perdagangan
Sampah yang berasal dari perdagangan biasanya terdiri dari kardus yang
besar, kotak pembungkus, kertas, karbon, pita mesin tik, dan pita lainnya.
c. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah yang berasal dari pembersihan jalan biasanya terdiri dari daun kertas,
kardus kecil bercampur dengan batu-batuan, debu, pasir, benda-benda yang
jatuh dari truk/ kendaraan, sobekan ban, sampah yang dibuang dari mobil,
kantong plastik dan lain-lain.
d. Sampah industri
Sampah yang beraasal dari daerah industri termasuk sampah yang berasal
dari pembuangan industri tersebut dan segala sampah dari proses produksi
yang terjadi dalam industri tersebut misalnya sampah pengepakan barang,
sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan lain-lain.
e. Sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan
Sampah ini biasanya berupa sampah dari hasil perkebunan atau pertanian
misalnya, jerami, sisa sayur mayur, batang jagung, pohon kacang-kacangan
dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar sewaktu panen.
Umumnya sampah ini dibakar dan dikembalikan pada tanah pertanian
ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian.
f. Sampah yang berasal dari daerah pertambangan
Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah tergantung pada jenis
usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral diproses maupun yang
tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan, yang apabila ada hujan dapat
merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya ke suatu sumber
air serta mencemari sumber air tersebut.
g. Sampah yang berasal dari gedung atau perkantoran
Terdiri dari kertas kertas, karbon, plastik dan lain-lain, umumnya bersifat
rubbish, kering dan mudah terbakar.
h. Sampah yang berasal dari tempat umum
Contohnya sampah dari pasar, tempat-tempat hiburan, tempat olahraga,
tempat ibadah, dan lain-lain berupa kertas, sisa makanan, buah, plastik dan
lain – lain.
i. Sampah yang berasal dari rumah sakit
Merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang dapat
mengandung mikroorganisme pathogen, bersifat infeksius, bahan kimia
beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Contoh sampah yang berasal dari
rumah sakit seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya
2.5 Sistem Pengolahan Sampah
Pemilahan sampah dilakukan setelah sampah sampai di lokasi pembuangan
akhir. Sampah-sampah yang dipilah adalah berupa plastik yang berasal dari botol
minuman mineral dan kaleng alumunium bekas minum atau sampah yang memiliki
nilai ekonomi dan bisa dijual cepat. Jumlah pemulung yang memanfaatkan sampah
dilokasi pembuangan akhir relatif sedikit. Pemulung ini merupakan masyarakat
penduduk asli yang memiliki tempat tinggal sekitar lokasi pembuangan akhir.
Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan Kota
Medan di lokasi TPA adalah dengan metode open dumping dengan pengaturan zona
sehingga open dumping yang dilakukan terpola dengan baik. Sistem pengelolaan
sampah secara open dumping (pembuangan terbuka) merupakan cara pembuangan
sampah yang sederhana. Sampah dihamparkan di suatu lokasi, dibiarkan terbuka
tanpa penutupan dan pengolahan, meskipun sampah-sampah tersebut kemudian
dibakar tetapi sering menimbulkan berbagai masalah lingkungan, estetika maupun
kesehatan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat
perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa), menyebarkan bau, mencemari
udara, air permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal
yang berkepanjangan.
Keuntungan menggunakan sistem open dumping antara lain:
a. Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem yang lain
b. Biaya operasi rendah
c. Tidak memerlukan teknologi tinggi
d. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan volume sampah
e. Dapat menampung berbagai macam sampah tanpa harus disortir terlebih dahulu,
kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun.
Kerugian menggunakan sistem open dumping antara lain :
a. Potensi pencemarannya terhadap lingkungan tinggi, sehingga lokasi harus
berjauhan dari wilayah pemukiman kota
b. Memerlukan lahan yang relatif luas
Untuk mengurangi polusi yang ditimbulkan oleh timbunan sampah, Dinas
Kebersihan Kota Medan berencana merevitalisasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Terjun, Medan Marelan, dengan mengganti sistem pengolahan sampah sistem open
dumping dengan sanitary landfill. Sanitary landfill dilakukan dengan menimbun
sampah secara berselang-seling antara sampah dengan lapisan tanah dan ditutup. Hal
ini dilakukan agar tidak menimbulkan bau dan sampah organik yang dapat langsung
terurai dengan tanah. Secara umum sanitary landfill terdiri atas elemen sebagai
berikut :
a. Lining System : Berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachate ke
dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari air tanah. Leachate adalah cairan yang
menginfiltrasi melalui tumpukan sampah dan telah mengekstraksi material terlarut
maupun tersuspensi. Di kebanyakan landfill, leachate terbentuk dari cairan yang
memasuki area landfill dari sumber-sumber eksternal, seperti drainase permukaan,
air hujan, air tanah, dan cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah. Biasanya
lining system terbuat dari compacted clay, geomembran, atau campuran tanah
dengan bentonite.
b. Leachate Collection System : Dibuat di atas lining system dan berguna untuk
mengumpulkan leachate dan memompa ke luar sebelum leachate menggenang di
lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah. Leachate yang dipompa
keluar melalui sumur yang disebut leachate extraction system.
c. Cover atau cap system : Berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang
masuk kedalam landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi
leachate.
d. Gas ventilation system : Berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi di
dalam dengan demikian mengurangi risiko gas mengalir di dalam tanah tanpa
terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan peledakan.
e. Monitoring system : Bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan
dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar.
Salah satu masalah terbesar dengan sanitary landfill adalah bahaya
lingkungan. Sebagai bahan dalam lapisan sampah dipadatkan memecah, mereka
menghasilkan gas, termasuk metana yang mudah terbakar. Namun gas metana yang
dihasilkan melalui teknik sanitary landfill dapat dimanfaatkan untuk sumber listrik
yang dapat dialirkan kerumah-rumah penduduk. TPA juga menghasilkan lindi, lindi
adalah cairan yang dihasilkan sebagai akibat dari perkolasi air atau cairan lain
melalui sampah, dan kompresi dari limbah. Lindi dianggap cairan terkontaminasi,
karena banyak mengandung bahan terlarut dan tersuspensi. Lindi merupakan bahan-
bahan yang dapat merusak lingkungan alam jika terkena sumber air. Namun air
sampah atau air lindi dapat diolah menjadi pupuk cair. Manajemen yang baik untuk
membatasi dampak negatif dari lindi pada tanah dan air permukaan termasuk control
produksi lindi dan debit dari TPA, dan koleksi air lindi dengan perlakuan final dan /
atau pembuangan.
Keuntungan Sanitary Landfill :
1. Jika dirancang dan dioperasikan dengan baik dan dapat memperkecil hama,
acsthetic, penyakit, polusi udara, permasalahan polusi air.
2. Gas metan dapat digunakan sebagai bahan bakar.
3. Dapat menerima berbagai macam sampah.
4. Dapat digunakan untuk reklamasi meningkatkan submarginal daratan.
Kerugian Sanitary Landfill :
1. Dapat merosot menjadi tempat sampah terbuka jika tidak dirancang dan diatur
dengan baik.
2. Memerlukan lokasi yang sangat luas.
3. Sulit menentukan lokasi oleh karena penolakan penduduk dan harga tanah yang
naik
Gambar 2.4 Pengelolaan Sampah di TPA Terjun
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi, dapat kami simpulkan:
1. TPA yang melayani sampah kota Medan yaitu TPA Terjun menggunakan
sistem open dumping dimana pada pengolahannya belum dilakukan secara
optimum dari proses pengumpulan sampahnya sampai dengan proses
penumpukannya dimana pada proses pengumpulannya sampah tidak dikurangi
volumenya dengan compactor dan juga masih membakar sampah secara
langsung dalam proses pereduksian volume dari sampah tersebut tanpa ada
proses daur ulang lebih lanjut.
2. TPA yang memakai sistem open dumping ini menghasilkan lindi yang pada
implementasinya lindi tersebut tidak diolah sehingga berpotensi mencemari
tanah bahkan bisa mencemari air tanah.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah :
1. Sebaiknya sampah tidak hanya dipisahkan berdasarkan sampah organik dan
non organik, namun juga berdasarkan tingkat bahaya dari sampah tersebut
misalnya dipisahkan antara sampah kertas, limbah botol obat nyamuk,
steroform, sayuran, limbah baterai sehingga kita mudah mencari solusi dari
limbah yang dihasilkan.
2. Sebaiknya digunakan teknologi tinggi dalam pengolahan sampah misalnya
pembuatan BBM dari sampah plastik.
3. Untuk mengatasi permasalahan sampah, pemerintah sebaiknya menetapkan:
1) Visi jangka panjang yang terintegrasi
2) Kelembagaan yang menunjang
3) Swastanisasi kegiatan pengumpulan dan pengolahan sampah
4) Sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Azmir, 2012. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap
Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Universitas Sumatera Utara
Batubara, Christine Anne Dearni. 2015. Koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten
Deli Serdang dan Kota Medan dalam Pengelolaan Sampah. Universitas
Sumatera Utara.
Dokumen Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan
Marelan. 2015.
Fitri, Rahmadhani. 2012. Kajian Air Lindi Di Tempat Pembuangan Akhir Terjun
Menggunakan Metode Thornthwaite. Universitas Sumatera Utara
Pemko Medan. 2013. Kajian Model Pengelolaan Sampah dan SDM Kebersihan di
Kota Medan.