pengolahan_limbah_padat_2_

22
KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN OLEH : Rina Windayani Siregar 110405004 Dasa Haryuwibawa 110405057 Endah Hutabarat 110405079 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: mourinho-chaniago

Post on 07-Jul-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah pengolahan limbah padat kota

TRANSCRIPT

Page 1: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

OLEH :

Rina Windayani Siregar 110405004

Dasa Haryuwibawa 110405057

Endah Hutabarat 110405079

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Page 2: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi yang ada di

Indonesia, Medan merupakan barometer pusat pertumbuhan kota yang termasuk

dalam kategori yang menggiurkan. Hal ini dapat terlihat dari tingginya angka

pembangunan di berbagai sektor kehidupan yang ada. Sebagai dampak dari

karakteristik pembangunan yang hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi maka

hal yang sering terjadi adalah munculnya permasalahan yang berkaitan dengan

kerusakan lingkungan hidup. Masalah persampahan adalah salah satu masalah dari

beragam masalah yang muncul.

Produksi sampah berhubungan linier dengan produktivitas dan aktivitas

manusia. Dengan demikian, peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan

jumlah penduduk dan aktivitasnya. Kota Medan dengan jumlah penduduk 1.963.855

jiwa, menghasilkan timbulan sampah sebesar 5.710 m3/hari (Profil Kabupaten/Kota

Sumatera Utara). Penanganan yang dilakukan terhadap sampah yang ada, lazimnya

adalah dengan penumpukan, pengumpulan, dan pengangkutan ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA).

Volume sampah yang besar dan beranekaragam jenisnya jika tidak dikelola

dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan

lingkungan yang kompleks dan serius seperti: pencemaran air oleh “lindi” (leachate)

yang keluar dari tumpukan sampah dan mengalir menuju badan perairan ataupun

meresap ke dalam tanah; pencemaran udara karena adanya gas metana (CH4) yang

keluar dari tempat penimbunan akhir sampah akibat proses penguraian bahan organik

secara anaerobik; habitat bagi berkembangnya bakteri patogen yang dapat

menimbulkan penyakit pada manusia; serta dapat menurunkan nilai estetika dan

kenyamanan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang cukup untuk

menangani timbunan sampah. Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak

membahayakan bagi kesehatan dan tidak mencemari lingkungan hidup. Untuk

mengetahui bagaimana sistem pengelolaan limbah padat kota, kami melakukan

observasi di TPA Terjun Marelan. TPA Terjun berlokasi di Kelurahan Terjun

Page 3: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

Kecamatan Medan Marelan dengan luas 137.563 m3 yang mulai dioperasikan sejak

1993 dengan sistem open dumping. Status tanah TPA adalah milik Pemerintah kota

Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami kaji adalah bagaimana sistem

pengelolaan limbah padat di TPA Terjun Medan.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan observasi ini yaitu untuk mengetahui sistem pengelolaan

limbah padat di TPA Terjun Medan.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari observasi ini yaitu mengetahui sistem

pengelolaan limbah padat di TPA Terjun Medan.

Page 4: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

suatu proses. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia,

urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah

kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam

(biodegradability), sampah dapat dibedakan menjadi:

1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses

biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah

pertanian dan perkebunan.

2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.

Dapat dibagi lagi menjadi:

o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena

memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat

diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan

lain-lain.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,

pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah. Hal ini biasanya mengacu

pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola

untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan.

2.2 Rincian Lokasi

TPA terjun berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan,

sekitar 16 km di utara pusat kota Medan. Luas keseluruhan TPA sebesar 14 hektar

dengan rincian luas area yang telah digunakan 10 hektar dan 4 hektare lagi sebagai

cadangan. Tanah asli TPA Terjun relatif datar dengan ketinggian elevasi ± 2,5-3 m

dari permukaan laut. TPA Terjun Kota Medan secara operasional menampung

seluruh sampah dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. TPA Terjun mulai

beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600 m3.

Page 5: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

Penimbunan sampah masih berlangsung secara terbuka (open dumping),

dimana truk sampah membuang sampah pada zona yang telah ditentukan kemudian

sampah tersebut diatur penempatannya oleh alat berat. Ketinggian timbunan sampah

bervariasi ± 7-12 m dari lantai jembatan timbang dengan tinggi timbunan sampah

maksimun di utara TPA.

Gambar 2.1 Timbunan Sampah di TPA Terjun

2.3 Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

2.3.1 Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah mulai dari

sumber atau tempat pewadahan penampungan sampah sampai ke Tempat

Pembuangan Sementara (TPS). TPS yang digunakan biasanya kontainer kapasitas 10

m3, 6 m3, 1 m3, transper depo, bak pasangan batubata, drum bekas volume 200 liter,

dan lain-lain. Pengambilan sampah dilakukan tiap periodesasi tertentu. Periodesasi

biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukan yaitu kurang lebih setelah

berumur 2-3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan maksimal setiap 3

hari sekali. Pengumpulan sampah dari tiap-tiap sumber sampah dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu:

1) Sistem tidak langsung

Di daerah pemukiman yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat berpendapatan

rendah, dengan kondisi jalan pemukiman yang sempit, pengumpulan sampah

dilakukan dengan gerobak sampai yang mempunyai volume rata-rata 1 m3. Untuk

kemudian diangkut ke TPS. Sampah dari pasar dan hasil sapuan jalan biasanya

dikumpul dalam kontainer atau TPS dekat pasar yang kemudian diangkut Truk ke

TPA.

Page 6: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

2) Sistem Langsung, terdiri dari

a) Pengumpulan individu langsung; pada sistem ini proses pengumpulan dan

pengangkutan sampah dilakukan ber-samaan. Pengumpulan dilakukan oleh petugas

kebersihan dari wadah-wadah sampah rumah/persil kemudian dimuat ke kendaraan

langsung dibawa ke TPA. Alat pengumpul berupa truk standar atau dump truck, dan

sekaligus berfungsi sebagai alat pengangkut sampah menuju TPA. Daerah yang

dilayani dengan sistem ini adalah daerah pemukiman teratur (formal area) dan daerah

perkotaan dimana pada daerah-daerah tersebut sulit untuk menempatkan transfer

dipo atau kontainer angkut karena kondisi, sifat daerahnya ataupun standar kesehatan

masyarakat dan standar kenyaman masyarakat cukup tinggi. Persyaratan yang perlu

diperhatikan dalam sistem ini adalah:

kondisi topografi (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul non mesin sulit

beroperasi.

Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menunggu pemakai jalan lainnya.

Kondisi dan jumlah alat memadai

Jumlah timbulan sampah > 3 m3/hari

b) Pengumpul komunal langsung; adalah cara pengumpulan sampah dari masing-

masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke TPA. Persyaratan yang perlu

diperhatikan adalah:

alat angkut terbatas

kemampuan pengendalian personil dan peralatan terbatas

alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah

peran serta masyarakat cukup tinggi

wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan dilokasi yang mudah

dijangkau oleh alat angkut

untuk pemukiman tidak teratur

2.3.2 Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah langsung dari sumber

sampah dengan sistim pengumpulan individual langsung atau pengumpulan melalui

sistim pemindahan menuju TPA. Untuk pola pengangkutan dengan sistim

pengumpulan individual langsung, kendaraan dari pool menuju titik sumber sampah

Page 7: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

dan mengambil sampah setiap titik sumber sampah sampai penuh, selanjutnya

diangkut ke TPA. Setelah truk dikosongkan selanjutnya truk mengambil sampah di

lokasi lainnya dan seterusnya sesuai jumlah ritase yang telah ditetapkan. Sedangkan

untuk pengangkutan dengan sistim pemindah, truk dari pool menuju lokasi pemindah

lalu dibawa ke TPA, selanjutnya pengambilan ke pemindah lain sesuai ritase yang

telah ditetapkan. Untuk mengangkut sampah dari tempat penampungan sementara

(TPS) ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA), digunakan truk jenis

Tripper/Dump Truck, Arm Roll Truck, dan jenis Compactor Truck.

(a) (b)

Gambar 2.2 Pengumpulan Sampah Menggunakan (a) Tripper Truck dan (b) Gerobak

2.4 Komposisi dan Sumber Sampah

2.4.1 Komposisi Sampah

Berikut adalah komposisi sampah yang terdapat pada TPA Terjun:

Sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup (alam) dan

mudah mengalami pembusukan atau pelapukan.

Daun-daunan : 37%

Sisa makanan : 16,2 %

Kertas : 13,5%

Sampah Non Organik, yaitu sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati

baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengelolahan bahan

tambang atau sumber daya alam dan sulit diuraikan oleh alam

Plastik : 13,5%

Kaca : 2,30%

Logam : 3,50%

Page 8: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

Karet : 2,30%

Kayu : 4,50%

Lain-lain : 8,20%

Gambar 2.3 Komposisi Sampah pada TPA Terjun

2.4.2 Sumber Sampah

Pada umumnya sampah ini bersumber dari aktivitas masyarakat, industri dan

berbagai sumber lainnya. Diantaranya sumber sampah dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)

Sampah ini terdiri dari sampah hasil kegiatan rumah tangga di rumah seperti

sampah hasil pengolahan makanan, dari halaman dan dari dalam rumah

sendiri, sisa minyak, kardus bekas dan pakaian bekas, bahan bacaan,

perabotan tua.

b. Sampah yang berasal dari perdagangan

Sampah yang berasal dari perdagangan biasanya terdiri dari kardus yang

besar, kotak pembungkus, kertas, karbon, pita mesin tik, dan pita lainnya.

c. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah yang berasal dari pembersihan jalan biasanya terdiri dari daun kertas,

kardus kecil bercampur dengan batu-batuan, debu, pasir, benda-benda yang

jatuh dari truk/ kendaraan, sobekan ban, sampah yang dibuang dari mobil,

kantong plastik dan lain-lain.

d. Sampah industri

Page 9: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

Sampah yang beraasal dari daerah industri termasuk sampah yang berasal

dari pembuangan industri tersebut dan segala sampah dari proses produksi

yang terjadi dalam industri tersebut misalnya sampah pengepakan barang,

sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan lain-lain.

e. Sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan

Sampah ini biasanya berupa sampah dari hasil perkebunan atau pertanian

misalnya, jerami, sisa sayur mayur, batang jagung, pohon kacang-kacangan

dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar sewaktu panen.

Umumnya sampah ini dibakar dan dikembalikan pada tanah pertanian

ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian.

f. Sampah yang berasal dari daerah pertambangan

Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah tergantung pada jenis

usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral diproses maupun yang

tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan, yang apabila ada hujan dapat

merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya ke suatu sumber

air serta mencemari sumber air tersebut.

g. Sampah yang berasal dari gedung atau perkantoran

Terdiri dari kertas kertas, karbon, plastik dan lain-lain, umumnya bersifat

rubbish, kering dan mudah terbakar.

h. Sampah yang berasal dari tempat umum

Contohnya sampah dari pasar, tempat-tempat hiburan, tempat olahraga,

tempat ibadah, dan lain-lain berupa kertas, sisa makanan, buah, plastik dan

lain – lain.

i. Sampah yang berasal dari rumah sakit

Merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang dapat

mengandung mikroorganisme pathogen, bersifat infeksius, bahan kimia

beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Contoh sampah yang berasal dari

rumah sakit seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya

2.5 Sistem Pengolahan Sampah

Pemilahan sampah dilakukan setelah sampah sampai di lokasi pembuangan

akhir. Sampah-sampah yang dipilah adalah berupa plastik yang berasal dari botol

Page 10: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

minuman mineral dan kaleng alumunium bekas minum atau sampah yang memiliki

nilai ekonomi dan bisa dijual cepat. Jumlah pemulung yang memanfaatkan sampah

dilokasi pembuangan akhir relatif sedikit. Pemulung ini merupakan masyarakat

penduduk asli yang memiliki tempat tinggal sekitar lokasi pembuangan akhir.

Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan Kota

Medan di lokasi TPA adalah dengan metode open dumping dengan pengaturan zona

sehingga open dumping yang dilakukan terpola dengan baik. Sistem pengelolaan

sampah secara open dumping (pembuangan terbuka) merupakan cara pembuangan

sampah yang sederhana. Sampah dihamparkan di suatu lokasi, dibiarkan terbuka

tanpa penutupan dan pengolahan, meskipun sampah-sampah tersebut kemudian

dibakar tetapi sering menimbulkan berbagai masalah lingkungan, estetika maupun

kesehatan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat

perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa), menyebarkan bau, mencemari

udara, air permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal

yang berkepanjangan.

Keuntungan menggunakan sistem open dumping antara lain:

a. Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem yang lain

b. Biaya operasi rendah

c. Tidak memerlukan teknologi tinggi

d. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan volume sampah

e. Dapat menampung berbagai macam sampah tanpa harus disortir terlebih dahulu,

kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun.

Kerugian menggunakan sistem open dumping antara lain :

a. Potensi pencemarannya terhadap lingkungan tinggi, sehingga lokasi harus

berjauhan dari wilayah pemukiman kota

b. Memerlukan lahan yang relatif luas

Untuk mengurangi polusi yang ditimbulkan oleh timbunan sampah, Dinas

Kebersihan Kota Medan berencana merevitalisasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Terjun, Medan Marelan, dengan mengganti sistem pengolahan sampah sistem open

dumping dengan sanitary landfill. Sanitary landfill dilakukan dengan menimbun

sampah secara berselang-seling antara sampah dengan lapisan tanah dan ditutup. Hal

ini dilakukan agar tidak menimbulkan bau dan sampah organik yang dapat langsung

Page 11: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

terurai dengan tanah. Secara umum sanitary landfill terdiri atas elemen sebagai

berikut :

a. Lining System : Berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachate ke

dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari air tanah. Leachate adalah cairan yang

menginfiltrasi melalui tumpukan sampah dan telah mengekstraksi material terlarut

maupun tersuspensi. Di kebanyakan landfill, leachate terbentuk dari cairan yang

memasuki area landfill dari sumber-sumber eksternal, seperti drainase permukaan,

air hujan, air tanah, dan cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah. Biasanya

lining system terbuat dari compacted clay, geomembran, atau campuran tanah

dengan bentonite.

b. Leachate Collection System : Dibuat di atas lining system dan berguna untuk

mengumpulkan leachate dan memompa ke luar sebelum leachate menggenang di

lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah. Leachate yang dipompa

keluar melalui sumur yang disebut leachate extraction system.

c. Cover atau cap system : Berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang

masuk kedalam landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi

leachate.

d. Gas ventilation system : Berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi di

dalam dengan demikian mengurangi risiko gas mengalir di dalam tanah tanpa

terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan peledakan.

e. Monitoring system : Bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan

dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar.

Salah satu masalah terbesar dengan sanitary landfill adalah bahaya

lingkungan. Sebagai bahan dalam lapisan sampah dipadatkan memecah, mereka

menghasilkan gas, termasuk metana yang mudah terbakar. Namun gas metana yang

dihasilkan melalui teknik sanitary landfill dapat dimanfaatkan untuk sumber listrik

yang dapat dialirkan kerumah-rumah penduduk. TPA juga menghasilkan lindi, lindi

adalah cairan yang dihasilkan sebagai akibat dari perkolasi air atau cairan lain

melalui sampah, dan kompresi dari limbah. Lindi dianggap cairan terkontaminasi,

karena banyak mengandung bahan terlarut dan tersuspensi. Lindi merupakan bahan-

bahan yang dapat merusak lingkungan alam jika terkena sumber air. Namun air

sampah atau air lindi dapat diolah menjadi pupuk cair. Manajemen yang baik untuk

Page 12: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

membatasi dampak negatif dari lindi pada tanah dan air permukaan termasuk control

produksi lindi dan debit dari TPA, dan koleksi air lindi dengan perlakuan final dan /

atau pembuangan.

Keuntungan Sanitary Landfill :

1. Jika dirancang dan dioperasikan dengan baik dan dapat memperkecil hama,

acsthetic, penyakit, polusi udara, permasalahan polusi air.

2. Gas metan dapat digunakan sebagai bahan bakar.

3. Dapat menerima berbagai macam sampah.

4. Dapat digunakan untuk reklamasi meningkatkan submarginal daratan.

Kerugian Sanitary Landfill :

1. Dapat merosot menjadi tempat sampah terbuka jika tidak dirancang dan diatur

dengan baik.

2. Memerlukan lokasi yang sangat luas.

3. Sulit menentukan lokasi oleh karena penolakan penduduk dan harga tanah yang

naik

Gambar 2.4 Pengelolaan Sampah di TPA Terjun

Page 13: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari hasil observasi, dapat kami simpulkan:

1. TPA yang melayani sampah kota Medan yaitu TPA Terjun menggunakan

sistem open dumping dimana pada pengolahannya belum dilakukan secara

optimum dari proses pengumpulan sampahnya sampai dengan proses

penumpukannya dimana pada proses pengumpulannya sampah tidak dikurangi

volumenya dengan compactor dan juga masih membakar sampah secara

langsung dalam proses pereduksian volume dari sampah tersebut tanpa ada

proses daur ulang lebih lanjut.

2. TPA yang memakai sistem open dumping ini menghasilkan lindi yang pada

implementasinya lindi tersebut tidak diolah sehingga berpotensi mencemari

tanah bahkan bisa mencemari air tanah.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah :

1. Sebaiknya sampah tidak hanya dipisahkan berdasarkan sampah organik dan

non organik, namun juga berdasarkan tingkat bahaya dari sampah tersebut

misalnya dipisahkan antara sampah kertas, limbah botol obat nyamuk,

steroform, sayuran, limbah baterai sehingga kita mudah mencari solusi dari

limbah yang dihasilkan.

2. Sebaiknya digunakan teknologi tinggi dalam pengolahan sampah misalnya

pembuatan BBM dari sampah plastik.

3. Untuk mengatasi permasalahan sampah, pemerintah sebaiknya menetapkan:

1) Visi jangka panjang yang terintegrasi

2) Kelembagaan yang menunjang

3) Swastanisasi kegiatan pengumpulan dan pengolahan sampah

4) Sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat

Page 14: PENGOLAHAN_LIMBAH_PADAT_2_

DAFTAR PUSTAKA

Azmir, 2012. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap

Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Universitas Sumatera Utara

Batubara, Christine Anne Dearni. 2015. Koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten

Deli Serdang dan Kota Medan dalam Pengelolaan Sampah. Universitas

Sumatera Utara.

Dokumen Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan

Marelan. 2015.

Fitri, Rahmadhani. 2012. Kajian Air Lindi Di Tempat Pembuangan Akhir Terjun

Menggunakan Metode Thornthwaite. Universitas Sumatera Utara

Pemko Medan. 2013. Kajian Model Pengelolaan Sampah dan SDM Kebersihan di

Kota Medan.