pengobatan demodikosis pada anjing doberman di...

28
PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI RUMAH SAKIT HEWAN JAWA BARAT TUGAS AKHIR MUHAMMAD YOGI WP O 121 16 005 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: doanmien

Post on 03-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI RUMAH SAKIT HEWAN JAWA BARAT

TUGAS AKHIR

MUHAMMAD YOGI WP O 121 16 005

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 2: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI RUMAH SAKIT HEWAN JAWA BARAT

Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Dokter Hewan

Disusun dan Diajukan oleh :

Muhammad Yogi WP O 121 16 005

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 3: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
Page 4: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

iv

PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Yogi WP NIM : O121 16 005 Program Studi : Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan Fakultas : Kedokteran

a. Karya Tugas Akhir saya adalah asli. b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari tugas akhir ini tidak asli atau

plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 29 Oktober 2017

Muhammad Yogi WP

Page 5: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

v

PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir koasistensi yang menjadi salah satu syarat kelulusan. Shalawat beriring salam tak lupa kita panjatkan kepada junjungan alam, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Pelaksanaan ko-asistensi ini kami telah banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari Dokter Hewan pembimbing dilapangan, untuk itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drh. Baso Yusuf, M.Sc selaku pembimbing, Ungkapan terima kasih penulis haturkan kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. Bs., selaku dekan fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin. 2. Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari, selaku ketua program studi Pendidikan Profesi Dokter

Hewan yang telah memberi motivasi penulis dengan berbagai arahannya selama ini.

3. Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc, Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M. Sc., Drh. Novi Susanty, Drh. Wa Ode Santa Monica, M. Si., Drh. Muhammad Fadhlullah Mursalim, M.Kes., dan Drh. Muhammad Muflih Nur selaku koordinator bagian koasistensi

4. Segenap Dokter Hewan selaku pembimbing lapangan yang telah meluangkan waktu dan telah memberi motivasi penulis dengan berbagai arahannya selama ini.

5. Segenap pegawai dan staf Program Studi Kedokteran Hewan Unhas yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

6. Orang tua tercinta, Drs. H. Daru Pranoto dan Hj. Wahliyati. Dua orang yang sangat berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan penulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui nasehat, doa, daya, dan upaya senantiasa dicurahkan untuk penulis.

Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini. Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari semua yang telah mereka berikan, dan mudah-mudahan Allah senantiasi memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan mereka semua. Teriring ucapan Jazakumullah Khoiran Katsiro, Amin Ya Rabbal Alamiin.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum mencapai

kesempurnaan baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya. Sehingga, kritik yang

konstruktif sangat kami harapkan demi kesempunaan tugas akhir ini. Namun penulis

berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Page 6: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

vi

Muhammad Yogi Wildan Pranoto. O12116005. Pengobatan demodikosis pada anjing doberman di rumah sakit hewan Jawa Barat. Pembimbing Drh. Baso Yusuf, M. Sc

ABSTRAK

Studi kasus terhadap anjing doberman yang menderita demodikosis di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Bawat (RSHPJB) telah dilakukan pada anjing doberman yang memiliki gejala klinis berupa alopesia dan eritema di bagian kaki dan wajah. Diagnosis diteguhkan berdasarkan temuan tungau Demodex sp pada hasil kerokan kulit (scraping) dan pencabutan rambut (trichogram atau hair plucking). Langkah pengobatan yang dilakukan anjing diberi injeksi vetadryl rute sc., dosis 1ml (5 hari) vitamin e Im., 1ml (5 hari) visorbit 1 tablet (hari ke-5 sampai hari ke-30) ivermectin inj., 0.2mg/kg/bb rute sc. diberikan di hari pertama dan dilanjutkan pemberian oral 0.6 mg/kg/hari di hari ke-11 hingga hari ke-30, ivermectin melalui oral diberi menggunakan spuit yang ditembakkan masuk langsung ke bagian pangkal lidah. Pemberian miticidal topikal berupa Amitras spray 12,5% dilakukan setiap hari selama 7 hari, lalu dilanjutkan 2-3 hari sekali sampai hari ke-30. Hasil dari pengobatan anjing doberman yang menderita demodikosis di RSHPJB menunjukkan keberhasilan pengobatan yakni setelah tiga minggu pengobatan terlihat kemerahan mereda, rasa gatal mereda, tidak ada lesi baru, rambut terlihat tumbuh dibeberapa bagian lesi dan hasil scraping telah negatif. Kata kunci: Anjing Doberman, Scraping, Demodikosis, Ivermectin , Amitras.

Page 7: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

vii

Muhammad Yogi Wildan Pranoto. O12116005. Treatment of demodecosis in dogs doberman in animal hospital of West Java. Advisor Drh. Baso Yusuf, M. Sc

ABSTRACT

A case study of a doberman dog suffering from demodikosis at Provincial Animal Hospital (RSHPJB) has been performed on a doberman dog that has clinical symptoms of alopecia and erythema in the legs and face. Diagnosis confirmed by findings of Demodex sp mites on skin scrapings and hair removal (trichogram or hair plucking). Treatment by dogs is given vetadryl route sc., 1ml (5 days) vitamin E Im., 1ml (5 days) visorbit 1 tablet (5th day to 30th day) ivermectin inj., 0.2mg / kg / bb route sc. given the first day and continued oral administration of 0.6 mg / kg / day at day-11 until day-30, ivermectin orally was given using a syringe fired directly into the base of the tongue. Topical miticidal spray Amitras 12.5% done every day for 7 days, then continued 2-3 days to 30 days. The results of treatment of doberman dogs suffering from demodicosis in RSHPJB showed treatment success after three weeks of reddish treatment subsided, itching subsided, no new lesions, hair seen growing in some parts of the lesion and the scraping result was negative.

Keywords: Dog Doberman, Scraping, Demodecosis, Ivermectin, Amitraz.

Page 8: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Pengajuan ...................................................................................... ii Halaman Persetujuan .................................................................................... iii Lembar Pernyataan Keaslian ......................................................................... iv Prakata .......................................................................................................... v Abstrak ......................................................................................................... vi Abstract ........................................................................................................ vii Daftar Isi ....................................................................................................... viii Daftar Gambar .............................................................................................. ix Daftar Tabel .................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2 1.4 Kegunaan Penulisan ................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi ................................................................................................... 3 2.2 Epidemiologi........................................................................................... 4 2.3 Gejala Klinis ........................................................................................... 4 2.4 Diagnosis ................................................................................................ 5 2.5 Diagnosis Banding .................................................................................. 5 2.6 Pengobatan.............................................................................................. 5 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................. 7 3.2 Materi ..................................................................................................... 7 3.2 Metode .................................................................................................... 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan .................................................................................. 8 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13 5.2 Saran ....................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

Page 9: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

ix

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Demodex spp pada folikel rambut anjing ........................................ 3 Gambar 2. Demodex injai, Demodex canis, dan Demodex cornei. ................... 3 Gambar 3. Perbandingan ukuran Demodex injai, Demodex canis, dan Demodex cornei .............................................................................................. 4 Gambar 4. Lesi alopesi dan eritema ringan (kiri) dan kulit normal pada anjing doberman (kanan) ............................................................................ 8 Gambar 5. Pengobatan demodikosis dengan amitraz 12,5% (disemprotkan) .... 17 Gambar 6. Uji laboratorium lesi dengan teknik hair plucking (cabut rambut) menggunakan plester bening ........................................................... 17

Page 10: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

x

DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengobatan hari ke-1 sampai ke-15 ................................................. 10 Tabel 2. Pengobatan hari ke-16 sampai ke-30. .............................................. 10 Tabel 3. Respon Pengobatan dan hasil pengoleksian sampel. ........................ 11

Page 11: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit kulit, dermatitis merupakan penyakit yang umum pada anjing

dalam rentan semua umur. Penyakit kulit memengaruhi kesehatan, penampilan, dan nilai kompetisi dari seekor anjng. Salah satu faktor yang paling umum yang menyebabkan dermatitis yang harus segera ditangani pada anjing adalah demodikosis (Sastre et al., 2012).

Kejadian demodikosis banyak terjadi namun hanya sedikit yang dilaporkan. Sardjana (2012) telah meneliti kejadian demodikosis pada anjing di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, hasilnya menunjukkan kejadian penyakit demodikosis selama 2008-2010 ada 46 ekor. Anjing mengalami gejala demodikosis yang berbeda-beda yaitu, 28 ekor menderita demodikosis lokal, 12 mengarah ke demodikosis general dan 6 demodikosis general.

Demodikosis adalah peradangan yang diakibatkan oleh tungau (demodex) pada kulit anjing. Demodex sp adalah fauna normal di folikel rambut dan glandula sebaseus anjing. demodikosis selalu terjadi ketika sistem imun anjing menurun dimana populasi demodex paada kulit terus meningkat. Demodikosis pada anjing disebabkan oleh D. canis dan 2 spesies lainnya yang biasa ditemukan Demodex injai dan Demodex comei (Tater dan Patterson, 2008).

Kondisi anjing-anjing yang mengalami penyakit demodikosis memiliki gejala yang bentuknya mirip dengan penyakit lainnya sehingga menyulitkan bagi klien memahami apa yang terjadi pada anjing peliharaannya (Sardjana, 2012). Selain itu, banyak pemilik hewan kesayangan yang belum paham akan pengobatan demodikosis yang perlu waktu dan perhatian yang cukup banyak dan panjang (Tater dan Patterson, 2008).

Diagnosis demodikosis diteguhkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya tungau Demodex sp. (Saridomichelakis et al., 2007). Demodex sp sangat sulit ditemukan pada anjing, oleh karena itu jika ditemukan seekor Demodex sp maka hal ini dapat menjadi pertimbangan terjadinya demodikosis (Fondati et al., 2009).

Pengobatan demodikosis telah diketahui dan hasilnya baik, namun dalam pengobatannya perlu prosedur yang teratur dan perhatian yang rutin dikarenakan ada efek neurotoksis dari pilihan obat, pengobatan yang berlangsung panjang (3-7 bulan), keterampilan dalam mengenali gejala dan monitoring respon pengobatan (Izdebska, 2010; Waisglass, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengobatan apa yang diberikan selama penanganan demodikosis di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana prognosis penyakit? 3. Bagaimana memonitoring respon pengobatan?

Page 12: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

2

1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengobatan demodikosis yang diberikan di Rumah Sakit Hewan

Provinsi Jawa Barat. 2. Mengetahui prognosis demodikosis 3. Mengetahui hal-hal yang perlu dimonitoring selama pengobatan untuk

mengetahui respon pengobatan yang diberikan.

1.4 Kegunaan Penulisan Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan

demodikosis pada anjing untuk pembaca.

Page 13: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi Tungau demodex hidup di dalam kelenjar minyak dan kelenjar keringat

(glandula sebacea) dan memakan epitel serta cairan limfe dari beberapa hewan. Ada 3 spesies demodex sp yang telah dilaporkan pada anjing. Diantara 3 spesies tersebut D. canis yang paling umum. kasus lainnya disebabkan oleh Demodex sp. tungau adalah fauna normal di tubuh anjing, namun jika kondisi sistem imun anjing menurun maka pertumbuhan tungau pada folikel rambut dan glandula filosebaseus akan meningkat (Fourie et al., 2009)

Demodex canis, Hidup difolikel rambut, bentuk seperti cerutu. Ukuran dewasa 170-225 µm dan memiliki 4 kaki. nymphanya memiliki badan lebih pendek dengan jumlah kaki yang sama. Larvanya memiliki 3 pasang kaki (Sakulploy dan Sangvaranond, 2010). Demodex injai, Hidup di glandula sebaseus. Siklus hidupnya lebih panjang dari D canis. Ukuran dewasa 330-370 µm 2 kali lebih besar dari D canis (Sakulploy dan Sangvaranond, 2010; Waisglass, 2015). Demodex cornei, Hidup dipermukaan, stratum corneum, badan lebih pendek. Panjangnya setengah dari panjang D canis. D cornei dan D canis tidak pernah ditemukan pada saat yang sama. (Gortel et al., 2006; Izdebska, 2010).

Gambar 1. Demodex sp., pada folikel rambut anjing (Fourie et al.,, 2009)

Gambar 2. Demodex injai (Waisglass, 2015), Demodex canis (Horne, 2010), dan

Demodex cornei (Izdebska, 2010)

Page 14: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

4

Gambar 3. Perbandingan ukuran Demodex injai, Demodex canis, dan Demodex cornei

(Izdebska, 2010) 2.2 Epidemiologi

Kasus penyakit Demodikosis tersebar luas di seluruh Indonesia. Penyakit umumnya bersifat endemis. Penularan melalui kontak langsung antara penderita dengan hewan sehat. Seluruh siklus hidup Demodex sp berlangsung pada tubuh inangnya selama, 14 – 18 hari, Siklus hidup lengkap Demodex sp adalah 20-30 hari pada tubuh hospes (Sardjana, 2012). Ada empat tahapan perkembangan Demodex sp dalam tubuh hospes yaitu: telur (fusiform), larva berkaki enam (six legged), nimfa berkaki delapan (eight legged), demodex dewasa (eight legged adult). Seluruh tahapan perkembangan ini hanya terjadi pada satu inang, jadi tidak ada perkembangan pada inang lain, sebagaimana yang terjadi pada parasit lain (Tim penyusun, 2006; Sardjana, 2012). Tungau jantan terdistribusi pada permukaan kulit, sedangkan tungau betina meletakkan 40-90 telur yang berbentuk simpul (spindel shape) di dalam folikel rambut. Larva dan nimfa terbawa oleh aliran cairan kelenjar ke muara folikel. Dilokasi inilah, tungau dewasa kawin. Telur akan menetas menjadi larva berkaki enam dalam waktu 1-5 hari, lalu berkembang menjadi nimfa yang berkaki delapan, kemudian menjadi dewasa. Waktu yang diperlukan sejak dari telur sampai menjadi dewasa adalah antara 11-16 hari (Tim penyusun, 2006; Sardjana, 2012; Rather et al., 2014; Cheng et al 2015)

Tungau Demodex sp memiliki daya tahan hidup yang sangat baik, bahkan diluar inang dengan kondisi lingkungan yang lembab dilaporkan mampu bertahan hidup selama berhari-hari. Tungau hidup di dalam folikel rambut dan kelenjar sebaseus, dapat hidup dalam beberapa hari pada inang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tungau dapat hidup selama 21 hari dalam potongan rambut pada kondisi basah dan dingin, sedangkan pada kondisi normal tungau betina dapat hidup sekitar 40 hari, namun tungau pada umumnya amat peka terhadap kekeringan (Tim penyusun, 2006; Sardjana, 2012).

2.3 Gejala Klinis

Demodikosis dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan lesi dan penyebaran pada tubuh anjing, yaitu demodikosis lokal dan demodikosis general (Miller et al., 2013; Martiness et al., 2014) Demodikosis lokal selalu terjadi pada anak anjing. Gejala klinis yang terlihat berupa bentukan lesi eritema fokal dan alopesia pada wajah, distal kaki, dan biasanya sembuh dengan sendirinya pada kebanyakan anjing. Demodikosis general mungkin saja kelanjutan dari demodikosis lokal. Demodikosis general sering terjadi pada anjing dewasa, dimana demodikosis sangat berhubungan dengan imunosupresif (Fourie et al., 2009). Lesi demodikosis

Page 15: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

5

general sangat bervariasi dan penyebarannya meluas, mulai dari eritema, alopesia, komedo, papula folikular, pustula, scales dan beberapa lainnya mengalami folliculitis dan furukulosis dengan eksudat hemoragi dan krusta tipis (Sastre et al., 2012)

2.4 Diagnosis

Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya tungau Demodex sp. Langkah diagnosis yang dapat dilakukan adalah kerokan kulit (scraping) dan pencabutan rambut (trichogram atau hair plucking). Pencabutan rambut kurang sensitif jika dibandingkan dengan kerokan kulit (Saridomichelakis et al., 2007; Guaguere et al., 2008). Demodex sp sangat sulit ditemukan pada anjing, oleh karena itu jika ditemukan seekor Demodex sp maka hal ini dapat menjadi pertimbangan terjadinya demodikosis (Fondati et al., 2009). Metode lainnya adalah dengan menggunakan plester asetat (acetat tape). Plester asetat ditempelkan dikulit dan rambut lalu kulit dijepit sebelum ditarik (Beco et al., 2007).

2.5 Diagnosis Banding

Pemphigus kompleks, dermatomiositis, dan lupus erytrematous kompleks, dermatitis yang disebabkan oleh jamur atau Scabies (Tim Penyusun, 2006) pyoderma bakterial, dermatopitosis, alergi, malassezia dermatitis, hipotiroidism, folliculutis atau furunkulosis bakterial (Carlotti et al., 2006; Waisglass, 2015)

2.6 Pengobatan

Penting untuk menjaga anjing yang menderita demodikosis lokal dari gangguan dan stres yang akan menekan sistem imun (Miller et al., 2013) Buruknya nutrisi juga akan mempengaruhi sistem imun. Oleh karena itu, perlu dikaji diet yang akan diberikan pada anjing yang menderita demodikosis (Waisglass, 2015). Uji feses dan deworming sebaiknya dilakukan. Keberadaan cacing akan menginduksi imunosupresif yang akan memperparah demodikosis. Dianjurkan menggunakan produk shampoo yang mengandung benzoyl peroxide untuk terapi supportif, merawat folikel rambut yang biasa disebut follicular flushing (Satheesha et al., 2016) Benzoyl peroxide memiliki efek samping membuat kulit kering sehingga perlu moisturiser. Sebelum dimandikan rambut disekitar lesi sebaiknya dipotong (Waisglass, 2015).

Terapi pada demodikosis general perlu perhatian yang cukup panjang. Terapi antiparasit pada demodikosis lokal tidak efektif, namun gejala yang tidak begitu jelas membuat penyakit demodikosis sulit dideteksi (Waisglass, 2015). Ketika pengobatan dimulai maka respon pengobatan akan dimonitoring secara rutin hingga sembuh. Monitoring dapat dilakukan dengan metode scraping (kerokan kulit) setiap 2 atau 4 minggu. Jumlah parasit dan life stage-nya seharusnya dicatat untuk memonitoring progres kesembuhan. Pengobatan akan dilanjutkan 2 bulan setelah hasil scraping negatif (Tater dan Patterson, 2008).

Pengobatan dapat dilakukan menggunakan amitras dengan dosis 250-500 ppm setiap 7 – 14 hari. Amitras digunakan secara spray (1 botol untuk 2 galon air hangat) (Sardjana, 2012). Sebelum pengobatan rambut sebaiknya dipotong di sekitar lesi agar obat segera meresap ke kulit. Pemberian amitras harus dilakukan di ruangan berventilasi baik, harus menggunakan pakaian yang bisa menjaga

Page 16: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

6

pengguna amitras dari kontak langsung. Anjing harus didiamkan, tidak boleh basah, dibilas, dan jangan sampai terjilat (Waisglass, 2015). Sangat perlu untuk menghindari faktor stres pada anjing yang telah diterapi dengan amitras selama 24 jam, karena amitras adalah monoamine oxidasi (MAO) inhibitor. Ketika terjadi efek samping segera berikan yohimbine atau atipamezole (Gortel, 2006; Satheesa et al., 2016).

Ivermectin adalah pilihan pengobatan yang paling umum digunakan, dikarenakan mudah dan murah. Rute pemberian oral dapat diberikan dengan dosis 300 to 600 mcg/kg PO q24h. Pemberian dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara berkala sambil monitoring efek neurotoksik (Tater dan Patterson, 2008; Waisglass, 2015). Rute oral akan memberi rasa yang pahit pada anjing. Ivermectin tidak boleh diberikan pada ras anjing yang sensitif ivermectin, yaitu Collie, Shetland Sheepdog, Australian Shepherd, Old English Sheepdog, Longhair Whipper, Shetland Sheepdog, Miniature Australian Sheperd, Silben Windhound, Mc.Nab, Waller, White Swiss Sheperd, English Shepherd, German Shepherd, Border Collie (Geyer et al., 2012).

Pengobatan dapat dilakukan menggunakan doramectin untuk anjing yang sensitif ivermectin. Terapi dengan dosis 0.6 mg/kg bb dan rute subkutaneus (Gortel et al., 2006; Tater dan Patterson, 2008). Obat ini tidak boleh digunakan untuk anjing yang sensitif ivermectin (Geyer et al., 2007).

Pengobatan dapat dilakukan menggunakan milbemycin oxime dengan dosis yang efektif 0.5 – 2 mg/kg bb q24 jam. Tidak dianjurkan menaikkan dosis karena bahaya neurotoksik (ataxia). Milbemycin oxime adalah pilihan alternatif untuk anjing ras yang sensitif dengan avermectin (ivermectin, doramectin). Dosis pemberian 0.5 - 2 mg/kg PO q24h, tetapi penggunaan umum yang dipakai 1 - 2 mg/kg. Penggunaan milbemycin tetap perlu dimonitoring apakah bersifat toksik pada anjing yang sensitif avermectin (Barbet et al., 2008). Pengobatan dapat dilakukan menggunakan moxidectin spot-on formula sesuai produk yang tersebar di beberapa negara. Pemberian 2-4 kali setiap 4 minggu dengan dosis. 0.1 ml/kg (Mueller et al., 2009; Waisglass, 2015)

Page 17: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

7

BAB III MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2017 sampai dengan 30 Juni 2017 di

Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat. 3.2 Materi Alat dan bahan

Vetadryl (100ml, PT. Sanbe Farma, Bandung, Indonesia), Vitamin E (100 I.U.,PT. Darta-Varia Laboratoria, Indonesia), Visorbit (Tablet, Pfizer Animal Health, New York), Ivomec (Injection for cattle and swine, Merial, Brasil), Amitraz (12,5%, Shijiazhuang, China), Silet (Gold super platinum coated, The Gillete Company, Amerika Serikat), Isolasi (lakban bening, PT. Diblestari Djauhari, Bekasi, Indonesia), Minyak emersi (Brunei Micro LTd, U.K.). 3.3 Metode

Metode ada 2 yaitu, scraping (kerokan kulit) dan Pencambutan rambut menggunakan isolasi (perekat). Metode scraping dilakukan dengan tahap, (1) Pemilihan teknik pengujian disesuaikan dengan area tubuh, (2) Bagian yang baik untuk diuji meliputi: area bersisik merah, area berkomedo atau area hiperpigmentasi (area ini berwarna kebiruan), area galur folikuler (rambut di area yang sulit dijangkau seperti interdigital), (3) Scraping dilakukan pada lesi cukup dalam hingga mengeluarkan sedikit darah untuk mendapatkan sampel Demodex sp., (4) Kulit dijepit sebelum dan selama prosedur, (5) Silet dipegang di sudut kanan ke kulit untuk mengurangi kemungkinan teririsnya hewan peliharaan. Metode pencambutan rambut menggunakan isolasi (perekat) isolasi bening dilakukan dengan tahap, (1) isolasi yang digunakan adalah isolasi bening. (2) isolasi ditempatkan pada lesi, (3) Kulit di bawah isolasi dijepit (peras), (4) Isolasi ditarik dan ditempelkan ke slide mikroskop.

Pemeriksaan sampel dilakukan setelah sampel di dapatkan. Pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop dengan penambahkan mineral oil (minyak emersi) 1-2 tetes (secukupnya) dan ditutup dengan cover glass (untuk sampel scrape). Motilitas dan identifikasi kerangka Demodex sp. dapat dilihat dengan menurunkan kondensor. Semua bidang pandang seharusnya teramati dengan menggunakan kekuatan 10x. Semua bentuk life stage Demodex sp. seharusnya dicatat jumlahnya untuk hal membantu penilaian respons terhadap pengobatan

Page 18: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi kasus terhadap anjing doberman yang menderita demodikosis di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Bawat (RSHPJB) memberi hasil berupa sinyalemen anjing doberman yang menderita demodikosis: pemilik: Ikhwal Rheza Zaeni; alamat: palem 2 residence, Bandung; jenis hewan: anjing; ras: doberman; nama hewan: jack; umur: 6 bulan; warna: hitam; jenis kelamin: jantan. Pada pemeriksaan fisik anjing doberman di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat diketahui bahwa anjing doberman pernah menderita jamuran, anjing telah divaksin, berat badan 24 kg, suhu badan 380C dan ditemukan lesi eritema ringan dan alopesi dibeberapa bagian tubuh anjing (gambar 4). Lesi terdapat di kaki dan wajah. Gejala yang ditemukan menciri ke demodikosis sebagaimana gejala klinis yang umumnya terlihat dari demodikosis adalah gatal ringan, alopesia dan scaling kering pada permukaan ventral abdomen, ekstremitas, ventral leher dan sekitar mata. Anjing juga terlihat sering menjilati kakinya yang merupakan tanda bahwa anjing merasa gatal pada bagian tersebut. Rasa gatal dapat ditandai dengan hewan selalu mengaruk, menggigit, atau menggosokkan bagian tubuh yang gatal (Sakulploy dan Sangvaranond, 2010).

Gambar 4. Lesi alopesi dan eritema ringan (kiri) (Gran, 2017) dan kulit normal pada

anjing doberman (kanan) (Anonim, 2017)

Tidak tepat menentukan diagnosis demodikosis hanya berdasarkan gejala

klinis, sebagaimana hewan yang terjangkit tidak semua menunjukkan gejala yang sama. Gejala demodikosis sangat bervariasi dan mirip dengan gejala penyakit kulit yang lainnya. Contohnya furuncolosis dan papulopustular dermatitis mirip penyakit bakterial kulit, alopesia makula dan patches (anjing berbulu pendek) mirip penyakit bakterial kulit. Dermatopitosis (ring worm) mirip dengan bentuk lesi demodikosis, alopesia bisa dikelirukan dengan abnormalitas folikel rambut, eritema dermatitis, kesemuanya memiliki gejala mirip dengan gejala umum

Page 19: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

9

demodikosis. Hiperpigmentasi patches mirip dengan gejala akibat kelainan hormon, scales mirip dengan infeksi umum kulit anjing yang biasa disebut juga dermatosis scaling. Pododermodikosis mirip dengan gejala demodikosis lokal (Carlotti et al., 2006; Sardjana, 2012; Waisglass, 2015)

Pengamatan gejala klinis pada kasus ini dilanjutkan dengan pengoleksian sampel tungau dengan 2 metode yaitu, scraping (kerokan kulit) dan pencambutan rambut menggunakan isolasi bening. Dua metode yang dilakukan membantu untuk mendapatkan hasil yang tepat dimana tungau sulit untuk ditemukan, jika anjing positif demodikosis maka hasil ujinya dapat positif atau tidak ditemukan (negatif palsu) dan jika anjing tidak demodikosis maka hasil ujinya akan negatif. Seekor Demodex sp. yang ditemukan dapat menjadi pertimbangan terjadinya demodekosis (Fondati et al, 2009). Langkah diagnosis yang dapat dilakukan adalah kerokan kulit (scraping) pencabutan rambut (trichogram atau hair plucking) (Saridomichelakis et al, 2007; Guaguere et al., 2008) dan penggunaaan plester asetat (acetat tape). Plester asetat ditempelkan dikulit dan rambut lalu kulit dijepit sebelum ditarik (Beco et al, 2007). Diantara ketiga metode diatas metode kerokan kulit merupakan metode yang paling baik dan sering dilakukan. Kelemahan metode ini dibeberapa area sulit untuk diterapkan. Metode biopsi kulit tidak direkomendasikan, karena sampel yang didapatkan sedikit dan menempel di jarum suntik dan area kaki (Fondati et al., 2009).

Memahami sifat Demodex sp dapat membantu meminimalkan hasil negatif palsu. Demodex sp. merupakan fauna normal pada kulit anjing (Ravera et al., 2013). Demodex sp. sangat menyukai bagian tubuh yang kurang lebat bulunya, seperti moncong hidung dan mulut, sekitar mata, telinga, bagian bawah badan, pangkal ekor, leher sepanjang punggung dan kaki. Kejadian demodikosis dapat terjadi kebanyakan dihubungkan dengan faktor kelemahan imunologis (Triakoso, 2006). Tidak terdapat lesi yang bersifat bakterial pada anjing demodikosis di RSHPJB. Lesi yang ditemukan hanya ada di bagian kaki dan wajah. Pada tahap yang lebih lanjut, demodikosis dapat disertai dengan peradangan dan infeksi sekunder oleh bakteri. Lapisan kulit yang terinfeksi terasa lebih berminyak saat disentuh (Sakulploy dan Sangvaranond, 2010). Lesi yang terus terjilati, tergaruk atau tergosok akan mengalami iritasi, lalu semakin melebar dan mendalam (mencapai lapisan dermis kulit) dan akan terjadi infeksi sekunder sehingga timbul abses yang ditandai dengan keluarnya cairan (eksudat) yang kemudian mengering dan menggumpal dan membentuk kerak pada permukaan kulit (Tater dan Patterson, 2008). Infeksi sekunder oleh bakteri sangat bervariasi. Demodikosis juga sering diikuti dengan limpadenopati. Staphylococcus sp adalah bakteri yang selalu didapatkan sebagai agen infeksi sekunder. Organisme lainnya adalah Pseudomonas aeruginosa atau Proteus mirabilisalsa (Miller et al., 2013).

Kombinasi dan langkah pengobatan anjing doberman di RSHPJB dilakukan dengan langkah-langkah seperti yang tertera pada tabel 1 dan 2. 5 hari pertama diberi injeksi vetadryl rute sc., dosis 1ml, vitamin e Im., 1ml. Ivermectin inj., 0.2mg/kg/bb rute sc. diberikan di hari pertama dan dilanjutkan pemberian oral 0.6 mg/kg/hari dihari ke-11 hingga hari ke-30, Ivermectin melalui oral diberi menggunakan spuit yang ditembakkan masuk langsung ke bagian pangkal lidah. Pemberian miticidal topikal berupa Amitras spray 12,5% dilakukan setiap hari selama 7 hari pertama, lalu dilanjutkan 3 hari sekali sampai hari ke-30.Visorbit 1 tablet diberi pada hari ke-5 sampai hari ke-30. Tidak diberikan antibiotik selama

Page 20: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

10

pengobatan. Setiap pagi anjing dikeluarkan untuk mendapatkan sinar matahari kurang lebih 15 menit. Pengobatan dilakukan setelah anjing masuk kandang kembali setelah jalan-jalan pagi.

Tabel 1. Pengobatan hari ke-1 sampai ke-15

Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Obat A, B, C, D

-, B, C, D

-, B, C, D

-, B, C, D

-, B, C, D

-, B, E

-, B, E

-, E -, E -, B, E

A2, E

A2, E

A2, B, E

A2, E

A2, E

Keterangan : A = ivermectin subkutan; B = amitras, C = vitamin e, D = vetadryl, E = visorbit dan A2 = ivermectin peroral

Tabel 2. Pengobatan hari ke-16 sampai ke-30

Hari ke-

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Obat

A2,

B, E

A2, E

A2, E

A2,

B, E

A2, E

A2, E

A2,

B, E

A2, E

A2, E

A2,

B, E

A2, E

A2, E

A2,

B, E

A2, E

A2, E

Keterangan : A = ivermectin subkutan; B = amitras, C = vitamin e, D = vetadryl, E = visorbit dan A2 = ivermectin peroral Pengobatan demodikosis pada anjing meliputi 3 hal, (1) pemberian

miticides topikal (amitras), dan pemberian macrocyclic lactones (ivermectin, doramectin, milbemycin oxime dan moxidectin), (2) mengontrol infeksi sekunder, (3) memanage faktor predisposisi kasus (Mecklenburg et al., 2009; Sardjana, 2012). Begitu banyak perbedaan pengobatan telah dilaporkan dan dipublikasikan. Pada kasus demodikosis di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat pemberian kombinasi ivermectin (Ivermectin inj., 0.2mg/kg/bb rute sc. diberikan di hari pertama dan dilanjutkan pemberian oral 0.6 mg/kg/hari dihari ke-11 hingga hari ke-30) dan amitraz (12,5%, disemprotkan setiap hari selama 7 hari, lalu dilanjutkan 2-3 hari sekali sampai hari ke-30) berhasil dalam menyembuhkan demodikosis. Penelitian-penelitian menunjukkan pemberian ivermectin secara oral pada dosis 0,3-0,6 mg/kgbb/hari sukses dalam mengobati demodikosis (Carlotti et al., 2006; Miller et al., 2013; Satheesa et al., 2016). Pada anjing yang sensitif ivermectin dan mobidectin akan menunjukkan efek neurologikal, seperti tremor, lemas, ataxia, koma hingga kematian. (Ravera et al., 2013; Ferrer et al., 2014). Jika terlihat gejala toxicosis, segera hentikan pengobatan. Gejala toxicosis antara-lain: lemas, ataxia, mydrasis, diare, muntah (Geyer et al., 2007; Tater dan Patterson, 2008). Gejala klinis akibat toxicosis (ivermectin) terlihat bergantung dosis yang diberikan. Gejala ringan dapat berupa depresi ringan, ataxia, disorientasi, mydrasis selama 12 jam pada dosis 0.1-0.12 mg/kg. Ataxia parah, stupor, lemas hingga tiduran rebah menyamping, hipersalivasi, kepala oleng, hiperventilasi dan bradikardia pada dosis lebih dari 0.17mg/kg. Pada dosis 0.2-0.25mg/kg atau lebih akan terlihat gejala neurotoksiskosis berupa depresi, ataxia, muntah, tremor, hipersalivasi, stupor, hingga kematian (Geyer et al., 2012). Pengobatan dengan amitraz spray dilakukan di berbagai negara dengan konsentrasi yang bervariasi. Umumnya, semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi tingkat keberhasil pengobatan, tetapi perlu diperhatikan juga efek samping dari

Page 21: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

11

amitras (Sardjana, 2012). Kesuksesan terapi amitraz mencapai 92% (Satheesa et al., 2016).

Terapi suportif yang diberikan pada anjing yang menderita demodikosis di Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat antaralain : injeksi vetadryl rute sc., dosis 1ml, vetadryl (100ml, PT. Sanbe Farma, Bandung, Indonesia) diberikan selama 5 hari. Vetadryl inj. digunakan untuk menghambat pengeluaran histamin yang berlebihan (respon alergi). Reaksi alergi dapat disebabkan oleh makanan, lingkungan, penyakit, parasit, reaksi setelah pengobatan atau vaksinasi yang ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala seperti gatal-gatal pada kulit, kontraksi otot polos usus, uterus dan bronkhi. Dosis yang digunakan untuk anjing: 0,25/5 kg bb (Sardjana, 2012; Anonim, 2013). Pemberian suplemen lainnya adalah vitamin e (100 I.U.,PT. Darta-Varia Laboratoria, Indonesia) rute Im., 1ml selama 5 hari. Kandungan vitamin e dibutuhkan untuk menjaga kesehatan kulit dan rambut (Chansiripornchai et al., 2008). Visorbit diberikan 1 tablet (hari ke-5 sampai hari ke-30). Visorbit (Tablet, Pfizer Animal Health, New York) merupakan suplemen yang mengandung 10 vitamin dan 8 mineral esensial (Anonim, 2015). Kandungan antioksidan dalam visorbit membantu menjaga kestabilan sel-sel sehingga penyakit tidak semakin memburuk. Kandungan mineral dan vitaminnya membantu meningkatkan metabolisme dan sistem imun tubuh. Pemberian nutrisi dan pengurangan faktor stres merupakan managemen suportif yang dapat membantu kesembuhan yang lebih cepat. Faktor pendukung demodikosis lainnya juga perlu diketahui seperti estrus, partus, stres, dan nutrisi buruk (Tater dan Patterson, 2008). Suplemen tambahan lainnya yang dapat diberikan adalah fatty-acid dan jika diketahui adanya infeksi endoparasit atau penyakit yang sedang diderita maka hal itu harus segera ditangani disamping pengobatan demodikosis (Chansiripornchai et al., 2008; Mueller et al., 2012).

Hasil dari pengobatan anjing doberman yang menderita demodikosis di RSHPJB (Tabel 3) menunjukkan keberhasilan pengobatan yakni setelah tiga minggu pengobatan terlihat kemerahan mereda, rasa gatal mereda, tidak ada lesi baru, rambut terlihat tumbuh dibeberapa bagian lesi dan hasil scraping telah negatif. Setelah 4 minggu di rumah sakit, anjing dijemput dan dibawah pulang oleh pemiliknya. Progres pengobatan cukup baik pada kasus ini dimana hewan biasanya diobati selama 3-7 bulan. Selama pengobatan hal yang penting adalah monitoring respon pengobatan. Monitoring dapat dilakukan tiap 4 minggu sampai hasil scraping yang dilakukan hasilnya negatif (Waisglass, 2015).

Tabel 3. Respon Pengobatan dan hasil pengoleksian sampel.

No Waktu

Respon pengobatan Metode Hasil

Lokasi lesi Radang Gatal

Lesi Baru

1 Hari pertama pemeriksaan

(Minggu ke-1)

+++

+++

-

Scraping Positif Kaki dan

wajah

2 Pencabutan

rambut Positif

Kaki dan wajah

3 Minggu ke-2

+

+

-

Scraping Positif Kaki dan

wajah

4 Pencabutan

rambut Negatif

Kaki dan wajah

Page 22: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

12

5 Minggu ke-3

-

-

-

Scraping Positif Kaki dan

wajah

6 Pencabutan

rambut Negatif

Kaki dan wajah

7 Minggu ke-4

-

-

-

Scraping Negatif Kaki dan

wajah

8 Pencabutan

rambut Negatif

Kaki dan wajah

Keterangan: +++ = banyak; ++ = cukup banyak; + = ada (positif); - = tidak ada (negatif)

Pada kasus ini monitoring dilakukan setiap hari untuk melihat gejala klinis

berupa perkembangan radang, gatal dan apakah ada lesi yang baru atau berkurang. Tiap minggu dilakukan pengoleksian sampel di semua lesi. Hasil menunjukkan minggu ke-1 Radang masih terlihat, anjing masih sering menjilati kakinya, dan ada lesi yang baru. Minggu ke-2 gejala klinis berupa radang dan gatal menunjukan pengurangan. Minggu ke-3 radang dan gatal tidak teramati, tidak ada lesi baru dan lesi yang lama kering dan terlihat ada tumbuhnya rambut baru di sekitar lesi.

Hasil monitoring respon pengobatan pada kasus ini ditunjukkan dengan pengoleksian sampel pada setiap lesi lama maupun yang baru. Hasil yang ditemukan dicatat, baik jumlah ataupun life stagenya. Data yang didapatkan menjadi pembanding apakah respon pengobatan baik atau sebaliknya. Hasil monitoring yang pertama ditemukan beberapa ekor demodex yang belum dewasa. Monitoring terus dilanjutkan tiap minggu hingga minggu ke-4. Hasil negatif atau hasil yang menunjukkan keberhasilan respon pengobatan terlihat pada minggu ke-3 (pencabutan rambut) dan minggu ke-4 (scraping dan pencabutan rambut). Keberhasilan pengobatan diketahui ketika persentase tungau dewasa (mati) lebih tinggi dibanding tungau dewasa (hidup) (Tater dan Patterson, 2008; Chansiripornchai et al., 2008; Patterson et al., 2014). Monitoring terus dilakukan setelah hasil scraping menunjukkan negatif. Pada kasus ini pengobatan dilanjutkan selama 4 minggu setelah hasil scraping negatif. Hewan yang telah selesai pengobatan dicek dan discraping setiap 3-4 bulan berikutnya selama setahun. Kejadian berulang dapat terjadi selama setahun kedepan, oleh sebab itu pemilik sebaiknya memerhatikan hewannya. Setelah setahun berlalu dan tidak ada tanda-tanda demodikosis berulang maka hewan dapat dinyatakan sehat (Tater dan Patterson, 2008; Chansiripornchai et al., 2008; Patterson et al., 2014).

Page 23: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

13

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan Kombinasi pengobatan ivermectin, amitraz (pengobatan utama

demodikosis) dan multivitamin, berupa vitamin e dan visorbit (pengobatan suportif), yang dilakukan pada anjing doberman yang menderita demodikosis di RSHPJB menunjukkan keberhasilan pengobatan yakni setelah tiga minggu pengobatan terlihat kemerahan mereda, rasa gatal mereda, tidak ada lesi baru, rambut terlihat tumbuh dibeberapa bagian lesi dan hasil scraping telah negatif. Hasil monitoring yang pertama (minggu pertama pengobatan) ditemukan beberapa ekor demodex yang belum dewasa pada hasil kerokan kulit (scraping) dan pencabutan rambut (trichogram atau hair plucking). Monitoring terus dilanjutkan tiap minggu hingga minggu ke-4. Keberhasilan respon pengobatan terlihat pada minggu ke-3 (pencabutan rambut) dan minggu ke-4 (scraping dan pencabutan rambut) yang menunjukkan hasil negatif. 5.2. Saran

Tulisan ini masih kurang dari kelengkapan dokumentasi. Lengkapnya dokumentasi akan membantu meningkatkan kualitas tulisan.

Page 24: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Doberman pincher picture. https://www.dogbreedinfo. com/dobermanphotos.htm. Diakses 29/11/2017

Anonim. 2013. Review: Vetadryl inj. http://infopets.blogspot.

co.id/2013/09/vetadryl-inj.html. Diakses 07/11/2017. Anonim. 2015. Vi-sorbit zoetis. https://www.zoetisus.com/contact/pages/

product_information/msds_pi/pi/visorbits.pdf. Diakses 07/11/2017 Barbet J.L., Snook T., Gay J.M., Mealey K.L. 2008. ABCB-1 Delta (MDRI-I

Delta) genotype is associted with adverse reactions in dogs treated with milbemycin oxime for generalized demodecosis. Vet Dermatol; 20:111-114.

Beco L., Fontaine J., Bergvall K., et al., 2007.Comparison of skin scrapes and hair

plucks for detecting Demodexmites in canine demodicosis, a multicentre, prospective study. Vet Dermatol;18:281.

Carlotti D.N. 2006. Demodex injai, Demodex cati, and Demodex gatoi(and

others...) diagnosis and treatment. In Proceedings, 21st. ESVD-ECVD Annual Congress. 194-198.

Chansiripornchai P., dan Chansiripornchai N. 2008. Treatment of generalized

demodicosis in a dog using oral ivermectin. Indian Vet. J., March; 85 : 315 - 316.

Cheng A.M.S., Sheba H., Tseng S.C.G. 2015. Recent advances on ocular

Demodex infestation. Curr Opin Ophthalmol ;26: 295-300. Gran G. 2017. Dog losing hair on back legs. httpwww.ijsc-online.orgdog-losing-

hair-on-back-legs. Diakses 29/11/2017 Ferrer L., Ravera I., Silbermayr K. 2014. Immunology and pathogenesis of canine

demodicosis. Vet Dermatol; 25:427-e65. Fondati A., De Lucia M., Furiani N., et al., 2009. Prevalence of Demodex canis-

positive healthy dogs at trichoscopic examination – ESVD and ACVD. Vet Dermatol; 21:146-151.

Fourie J.J., Delport P.C., Fourie L.J., Heine J., Horak I.G., Krieger K.J. 2009.

Comparative Efficacy and Safety of Two Treatment Regimens with a Topically Applied Combination of Imidacloprid and Moxidectin (Advocate®) against Generalised Demodicosis in Dogs. Parasitol Res, 105:S115–S124.

Page 25: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

15

Geyer J., Janko C. 2012. Treatment of MDR1 mutant dogs with macrocyclic lactones. Curr Pharm Biotech;13:969-986.

Geyer J., Klintzsch S., Meerkamp K., et al., 2007. Detection of the nt230(del14)

MDRI mutation in white swiss sheperd dogs; case report of doramectin toxicosis, breed predisposition, and microsatellite analysis. J Vet Pharmacol ther;30 (5):482-485.

Gortel K. 2006. Update on canine demodicosis. Vet Clin North Am Small Anim

Pract ;36 (1): 229-241. Guaguere, E. and Beugnet, F. 2008. Parasitic skin conditions. p.194-203 In

Merialûs A Practical Guide to Canine Dermatology, (edited by Guaguere, E., Prelaud, P. and Craig, M.) Kalianxis, Italy.

Izdebska J.N. 2010. Demodex sp. (acari, demodecidae) and demodecosis In dogs:

characteristics, symptoms, occurrence. Bull Vet Inst Pulawy 54, 335-338. Martınez-Subiela S., Bernal L.J., Tvarijonaviciute A., et al., 2014. Canine

demodicosis: the relationship between response to treatment of generalised disease and markers for inflammation and oxidative status. Vet Dermatol, 25:72-e24.

Mecklenburg, L., Linek, M. and D.J. Tobin. 2009. Hair Loss Disorders in

Domestic Animals. Wiley-Blackwell, Iowa, USA. 276 pp. Miller W.H., Griffin C.E., Campbell K.L. 2013. Parasitic Skin Diseases. In:

Muller and Kirk’s Small Animal Dermatology. 7thed. Toronto: Elsevier Inc, 304-315.

Mueller R.S., ,Meyer D., Bensignor E., and Sauter-Louis C. 2009. Treatment of

canine generalized demodicosis with a ‘spot-on’ formulation containing 10% moxidectin and 2.5% imidacloprid (Advocate, Bayer Healthcare). Veterinary Dermatology,20, 441–446.

Mueller R.S., Bensignor E., Ferrer L., et al., 2012. Treatment of demodicosis in

dogs: 2011 clinical practice guidelines. Vet Dermatol;23:86-e21. Mueller R.S., Shipstone M. 2004. Parasites and antiparasitic drugs. Prac fifth

world congr vet dermatol: 302-305. Paterson, T. E., Halliwell, R. E., Fields, P. J., Louw, M. L., Ball, G., Louw, J., &

Pinckney, R. 2014. Canine generalized demodicosis treated with varying doses of a 2.5% moxidectin+ 10% imidacloprid spot-on and oral ivermectin: Parasiticidal effects and long-term treatment outcomes. Veterinary Parasitology; 205(3), 687-696.

Page 26: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

16

Rather P.A., Hassan I. 2014. Human Demodex Mite: The versatile mite of dermatological importance. Indian J Dermatol.59(1): 60–66

Ravera I., Altet L., Francino O., et al., 2013. Small Demodexpopulations colonize

most parts of the skin of healthy dogs. Vet Dermatol; 24:168-e37 Sakulploy R., and Sangvaranond A. 2010. Canine Demodicosis caused by

Demodex canis and short opisthosomal Demodex cornei in Shi Tzu dog from Bangkok Metropolitan Thailand. Kasetsart Veterinarians vol.20,No. 1.

Sardjana I.K.W. 2012. Pengobatan Demodikosis pada Anjing Di Rumah Sakit

Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Vet medika J Klin Vet, Vol 1,No. 1.

Saridomichelakis M.N., Koutinas A.F., Farmaki R., et al., 2007. Relative

sensitivity of hair pluckings and exudate microscopy for the diagnosis of canine demodicosis. Vet Dermatol; 18:138-141.

Sastre N., Ravera I., Villanueva S., et al., 2012. Phylogenetic relationships in

three species of canine Demodexmite based on partial sequences of mitochondrial 16S rDNA. Vet Dermatol; 23:509-e101.

Satheesha, S.P., Chandrashekhar, G., Nagaraj, L. Malatesh, D.S., Patel Suresh. R.

and Kottadamane, M.R. 2016. Therapeutic management of generalized demodicosis in a beagle puppy. International Journal of Science, Environment and Technology, Vol. 5, No 5, 3177 – 3181.

Tater K.C., Patterson A.C. 2008. Canine and feline demodecosis. Vet med:444-46. Tim Penyusun. 2006. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Kementerian Pertanian.

Jakarta. Triakoso N. 2006. Demodicosis Up Date. Regional Seminar Veterinary

Dermatology Up Date. Surabaya. Waisglass S. 2015. How I approch demodecosis. Veterinary fokus. Vol 25 n2.

Page 27: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

17

LAMPIRAN

Gambar 5. Pengobatan demodikosis dengan amitraz 12,5% (disemprotkan)

Gambar 6. Uji laboratorium lesi dengan teknik hair plucking (cabut rambut)

menggunakan plester bening

Page 28: PENGOBATAN DEMODIKOSIS PADA ANJING DOBERMAN DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Mei 1993

di Pare – pare dari ayahanda H. Daru Pranoto dan ibunda Hj. Wahliyati. Penulis merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Inpres Baraya pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Makassar dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 16 Makassar. Penulis diterima di Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin pada tahun 2010 melalui ujian lokal dan lulus pada tahun 2015. Penulis melanjutkan profesi di Program

Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Universitas Hasanuddin pada tahun 2016. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) FKUH menjabat sebagai anggota divisi Minat dan Bakat pada periode 2011-2012. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI).